BETAWI CULTURE AND NATURE CONSERVATION THROUGH

Download Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain ... menjabarkan kembali bentuk proses formasi identitas dari budaya Betawi, kemudian meng...

0 downloads 399 Views 865KB Size
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain

BETAWI CULTURE AND NATURE CONSERVATION THROUGH ECOTOURISM EDUCATION Febi Aldila Putri Azana

Yuni Maharani S.Ds, M.T.

Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: [email protected]

Keywords : betawi, ecotourism, resort, culture, interior

Abstrak Sebuah projek fiksi untuk Tugas Akhir berjudul “Konservasi Alam dan Budaya Betawi Melalui Edukasi Ekoturisme di Pulau Tidung Kecil, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta” yang membuat desian ulang sebuah fasilitas akomodasi yang bernama “Batavia Ecolodge”. Dimulai dengan menjabarkan kembali bentuk proses formasi identitas dari budaya Betawi, kemudian menganalisa bagaimana cara melestarikan buda ya Betawi yang mulai mengalami kepunahan dan diaplikasikan pada perancangan fasilitas akomodasi berupa hotel resort pada area wisata kota Jakarta yang masih berpotensial yaitu Pulau Tidung Kecil, kepulauan Seribu. Proyek ini merupakan solusi untuk mengenalkan dan mempertahankan nilai-nilai kebudayaan Betawi tanpa harus merusak alam yang masih asri.

Abstract The fictional project for final project titled “Betawi Culture and Nature Conservation Through Ecotourism Education at Tidung Kecil Island, Seribu Island, DKI Jakarta”, of which major target are redesigning an accommodation facilities called “Batavia Ecolodge”. It first traces the identityformation process of the Betawi, then examines how to preserve Betawi culture that almost extinct and how to apply it for des igning a resort hotel as an accommodation facility at an area that have a great potential for tourism in Jakarta city, Tidung Kecil Island, Seribu Island. This project is a solution for introduce and to keep Betawi culture values without harm the nature..

1. Pendahuluan Kebudayaan Lokal kota Jakarta yaitu budaya Betawi adalah budaya asli yang penyebarannya dari seluruh kota Jakarta hingga area pinggiran Jakarta yaitu Depok, Tanggerang dan Bekasi. Apa yang disebut dengan suku Betawi sebenarnya terhitung baru di Jakarta dibanding dengan suku-suku Indonesia lainnya di kotanya. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan kelompok etnis yang lebih dahulu bermukim di Jakarta dan tergolong budaya mestizo. Budaya Betawi semakin terpinggirkan karena kota Jakarta terjadi Urbanisasi berlebih baik dari seluruh Indonesia hingga pendatang dari luar negeri. Hal yang sering terjadi saat ini adalah penduduk urban yang telah berketurunan di kota Jakarta hanya mengajarkan nilai-nilai moral dari suku asal mereka tanpa mengenalkan budaya dimana mereka tempati sekarang, yaitu budaya Betawi. Sedangkan pada daerah lain seperti Sumatera, Kalimantan, atau di Bali sewajarnya orang-orang mengikuti dan mempelajari budaya lokal yang ada. Ditambah lagi kemajuan teknologi pada kota Jakarta dan pesatnya penyebaran informasi melalui internet memberikan gaya hidup dan nilai budaya baru yang berbeda dan terkadang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal yang ada. Hal yang lebih menyedihkan adalah penduduk kota Jakarta kurang mencintai kota Jakarta sendiri, banyak penduduk yang mengeluh bahkan mencaci-maki akan segala keburukan kota Jakarta karena kemacetan, polusi, ketidakamanan, dan segala skandal pada kepemeritahan di kota tersebut. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi jika masyarakat kota Jakarta mencintai budaya Lokal kota Jakarta sekalipun begitu buruknya keadaan kota Jakarta sekarang. Fenomena ini bukan tidak mungkin menjadi titik awal akan punahnya budaya lokal kota Jakarta. Salah satu upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Betawi adalah melalui kegiatan wisata. Traveling dan Pariwisata kini adalah industri yang sangat pesat perkembangannya dan menjadi pemasukan utama untuk pembangunan beberapa Negara, termasuk Indonesia. World Tourism Organization (WTO) menyatakan perkembangan pariwisata internasional meningkat 9% pada jangka waktu 1988-1997. Angka keberangkatan untuk turis internasional mencapai 664 juta di tahun 1999 (yakni mencapai lebih dari 10% dari populasi dunia), dan diperkirakan akan mencapai angka 1 miliyar di tahun 2010. Beberapa negara mendapat peningkatan ekonomi dari kedatangan turis. Namun perkembangan pariwisata yang signifikan mempengaruhi ragam budaya dan keadaan alam. Pada awalnya para wisatawan bertujuan untuk melihat panorama alam yang ada di luar area perkotaan untuk membuang stres. Semakin tinggi kedatangan turis, semakin dibutuhkan tempat peristirahatan untuk para turis. Pembangunan tempat singgah untuk wisatawan yang tidak terkontrol membuat nilai budaya dan keindahan alam berkurang. Ditambah dengan kurangnya kordinasi dengan penduduk setempat dan sikap wisatawan yang kurang pengetahuan tentang budaya setempat dapat merusak keasrian alam dan merugikan penduduk lokal.

Oleh karena itu, sekarang dihimbau sebuah gerakan wisata berbasis kelestarian alam yaitu Ecotourism. Ecotourism adalah “kegiatan traveling yang bertujuan ke area alam asli dengan tanggung jawab akan lingkungan dan membantu kesejahteraan masyarakat lokal”(TIES, 1990). Definisi dari Ecotourism ini dijabarkan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada tahun 1990, Komunitas Ecotourism pertama di Dunia.. Gerakan ini juga telah diformulasikan dan dipelajari sebagai salah satu cara pembangunan yang sustainable oleh NGOs(Non-Govermental Organization), yaitu pakar pembangunan dan akademis sejak 1990. Ecotourism adalah sebuah konsep dimana seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata – bisnis, liburan, kesehatan, petualangan – harus bertanggungjawab dan membantu mendaur ulang lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi setempat.

2. Proses Studi Kreatif Metode yang akan dilakukan dalam perancangan ini akan dibagi dengan dua cara, yaitu: 1. Metode Deduktif (teoritis) Data ini didapat melalui studi literatur dengan cara mengumpulkan informasi, data-data dan pengertian tentang Ecotourism, Resort, dan budaya Betawi yang pernah ada sebelumnya, melalui buku-buku dan juga melalui websitewebsite yang terdapat di internet. Data – data tersebut dapat dijadikan sebagai panduan/standard dalam penelitian dan perancangan yang akan dilakukan. 2. Metode Induktif (Survey data lapangan) Data didapatkan dengan cara survey ke tempat-tempat objek wisata konservasi budaya Betawi seperti Setu Babakan dan Cottage Resort Putri Duyung sebagai contoh proyek serupa. Dengan mencatat segala informasi, data-data lapangan, dan fakta yang dapat dilihat langsung di lapangan termasuk dalam kebutuhan ruang, fasilitas-fasiitas yang dibutuhkan, struktur organisasi, dan lain sebagainya. Hal lainnya adalah mencari bahan referensi dan acuan / pembanding dari bangunan dan interior dengan fungsi sejenis yang sudah ada sebelumnya. Hasil dari penelitian secara deduktif (teoritis) yang merupakan standard dalan penelitian kemudian dibandingkan dengan data dari lapangan sehingga akan diperoleh data baru yang lebih konkrit dengan kebutuhan proyek yang dipilih sehingga hal ini diharapkan dapat membantu dan menjadi dasar dalam proses perancangan.

3. Hasil Studi dan Pembahasan Untuk penerapan dari penelitian yang akan dilakukan menggunakan proyek non-exixtence ‘Batavia Ecolodge’ yang merupakan tugas akhir dari mahasiswa sebagai media penyampaiannya. Sekilas dari deskripsi proyek yang telah didesain, Batavia Ecolodge ini dibangun berdasarkan mulai punahnya kebudayaan Betawi di kota Jakarta. Oleh karena itu, tujuan utama dari Batavia Ecolodge ini adalah agar dapat memfasilitasi wisatawan untuk mengenal budaya Betawi sekaligus menjadi sarana berlibur yang memiliki nilai experience ecotourism. Selain itu tujuan kedua dari adanya Batavia Ecolodge ini ialah untuk menyediakan sebuah tempat bagi warga lokal untuk berinteraksi dengan wisatawan dalam kegiatan konservasi budaya dan alam, sehingga ada hubungan timbale-balik antara wisatawan dan penduduk lokal. Dengan kata lain, tujuan utama dari Batavia Ecolodge ini ialah menyediakan sebuah fasilitas akomodasi yang memberikan nilai experience ecotourism akan budaya Betawi. 1. 2.

Sebagai tahap pertama, untuk mempersempit dan menitik fokuskan pada perancangan pada area Lobby, Restaurant dan tipe-tipe cottage yang akan mejadi point utama yang mewakili kualitas fasilitas. Tahap berikutnya adalah presentasi visualisasi ruang pada tahap perancangan awal mulai dari gubahan ruang tanpa penggunaan material. Berikut adalah visual gubahan ruang awal:

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2

Febi Aldila Putri Azana

Gambar 1. Gubahan ruang awal

3.

Kemudian ada perubahan pada tata letak dan mulai menggunakan material yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Gubahan ruang kedua

4.

Setelah melakukan revisi dan asistensi didapatkan desain akhir pada perancangan fasilitas dan mendapatkan bentukan ruang sebagai berikut:

Gambar 3. Gubahan ruang terakhir

Tema yang diusungkan pada perancangan ini adalah “Back to Nature with Culture” Salah satu rahasia keeksotisan budaya Indonesia adalah kekayaan alam nuasantara yang menjadi inspirasi masyarakat tradisional dalam kehidupannya. (Imelda Akmal, 2012) Budaya Betawi adalah bentuk budaya Indonesia yang terbentuk dari berbagai suku budaya yang bertemu di Jakarta(pada masa itu Sunda Kelapa). Kelebihan dari budaya Betawi adalah daya adaptasinya akan berbagai macam pengaruh budaya yang membentuk budaya baru yang menjadi identitas kota Jakarta tersebut. Daya adaptasi ini yang menjadi konsep dasar dari desain interior fasilitas yang akan dijelaskan. Adaptasi budaya Betawi terhadap lingkungan alam pada pulau Tidung adalah bentuk yang dihasilkan dari konsep ini.

4. Penutup / Kesimpulan Setelah melakukan proses kreatif dan penerapan analisa hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 

Memunculkan suasana khas Betawi diperlukan implementasi dari unsur-unsur budaya Betawi baik yang dapat dilihat langsung maupun berdasarkan sifat-sifat di dalamnya.



Budaya Betawi memiliki ciri khas pada adaptasinya terhadap segala pengaruh lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu pemanfaatan material alam tetap dapat memunculkan kekhasan budaya Betawi.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3



Pada perancangan cottage diperlukan pengamatan terhadap lingkungan tempat berdirinya bangunan dan kebiasaan pengunjung pada umumnya untuk didapatkan fasilitas yang dibutuhkan dan bentukan ruang yang diperlukan

Berdasarkan tema umum didapatkan jabaran konsep-konsep yang dititikberatkan pada konsep estetika, konsep suasana, dan konsep psikologi yang dihasilkan dari konsep warna, konsep material, dan konsep furniture yang didukung dengan konsep penghawaan dan konsep lighting. Tujuan konsep adalah mencapai suasana khas Betawi yang alami dan tetap mengutamakan kealamian alam sekitar dengan menganalisa dan penerapan unsur-unsur dari ornament dan warna Betawi serta ornament Betawi. Hasil desain yang terbentuk dapat dilihat pada presentasi perspektif sebagai berikut:

Gambar 4. Perspektif area Lobby

Gambar 5. Perspektif area Restaurant

Sedangkan untuk desain cottage terdapat 4 jenis kamar yaitu Group Type Cottage, Forest Standard Type Cottage, Beach Standard Type Cottage, dan Floating Type Cottage. Tiap cottage memliki detail interior yang berbeda dan disesuaikan dengan letak keberadaan cottage berada.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4

Febi Aldila Putri Azana

Gambar 6. Perspektif area Group Type Cottage

Gambar 7. Perspektif area Beach Standard Type Cottage

Gambar 8. Perspektif area Floating Standard Type Cottage

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5

Gambar 9. Perspektif area Forest Standard Type Cottage

Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* ini disupervisi oleh pembimbing dan selaku oordinator TA Yuni Maharani S.Ds. M.T. .

Daftar Pustaka Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco-Resorts. New York: Elsevier Ltd Black, Wendy.1992. International Hotel and Resort Design . Pbc Intl Chaer, Abdul. 2012. Folklor Betawi : Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi. Masup Jakarta, Depok Harun, Ismet. 1991. Rumah Tradisional Betawi. Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Jakata. Shahab, Y. 2000. Aristocratic Betawi: A Challenge to Outsider’s Perception. Dalam Kes Grijns dan Peter J.M. Nas. Jakarta-Batavia: Socio Cultural Essays. Leiden: KITLV Press.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6