BOBOT POTONG, KARKAS, DAN INCOME OVER FEED COST

Download Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan income over feed cost pada ... mempunyai keuntungan tertinggi,...

0 downloads 481 Views 373KB Size
Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra BOBOT POTONG, KARKAS, DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL JANTAN PADA BERBAGAI UMUR POTONG SLAUGHTER WEIGHTS, CARCASS AND INCOME OVER FEED COST MALES SENTUL CHICKEN AT DIFFERENT SLAUGHTER AGE Wahyu Indra *, Wiwin Tanwiriah **, Tuti Widjastuti ** * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 ** Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang bobot potong, karkas, dan income over feed cost ayam Sentul jantan pada berbagai umur potong telah dilaksanakan di Jalan Guntur No 305 kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat pada Oktober 2014 – Januari 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot potong, karkas dan income over feed cost ayam Sentul jantan pada berbagai umur potong. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Jumlah ayam Sentul jantan yang digunakan adalah 60 ekor anak ayam berumur dua minggu dengan rataan bobot badan 95,75 gram dan koefisien variasi 5,73 %. Anak ayam dimasukkan kedalam 6 kandang sehingga setiap kandang berisi 10 ekor lalu dipelihara hingga berumur 12 minggu. Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan income over feed cost pada berbagai umur potong. Hasil penelitian pada umur potong 6, 8, 10 dan 12 minggu menunjukkan bahwa bobot potong berurutan 662,83 g, 860,33 g, 1068,83 g, dan 1308,67 g. Bobot karkas berurutan 336,30 g, 439,55 g, 554,67 g, dan 694,16 g. Persentase karkas berurutan 50,73%, 51,10%, 51,90%, dan 53,04%. Serta income over feed cost berurutan Rp. 6.320, Rp. 6.598, Rp. 4.501 dan Rp. 1.103. Umur potong ayam Sentul jantan delapan minggu mempunyai keuntungan tertinggi, pada umur tersebut income over feed cost tertinggi. Kata kunci: Ayam sentul jantan, bobot potong, karkas, income over feed cost, umur potong. ABSTRACT The research about slaughter weight, carcass, and income over feed cost males sentul chicken at different slaughter age had been done in Jalan Guntur No. 305 Garut Kota, Garut, West Java on October 2014 – January 2015. This research aims to know the slaughter weight, carcass, and income over feed cost males Sentul chicken at different slaughter age. The method of research was descriptive. The research used 60 two weeks age males Sentul chicken with average body weight 95.75 grams and variation coefisien 5.73 %. Chicks were entered to sixt cages, so every cages contain teen chicks and kept until 12 weeks age. The variables are slaughter weight, carcass weight, carcass percentage and income over feed cost at different slaughter ages. The results at 6, 8, 10 and 12 weeks slaughter age, showed that slaughter weight 662.83 g, 860.33 g, 1068.83 g, and 1308.67 g. Carcass weight 336.30 g, 439.55 g, 554.67 g, and 694.16 g. Carcass percentage 50.73%, 51.90%, 51.10%, and 53.04%. Income over feed cost IDR 6,320, IDR 6,598, IDR 4,501 and IDR 1,103 losses. Age slaughter of chicken Sentul male eight weeks to have the highest profit, at the age of income over feed cost highest. Keyword: Males sentul chicken, slaughter weights, carcass, income over feed cost, slaughter age

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra PENDAHULUAN Ayam kampung merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan daging unggas. Ayam kampung disukai orang karena dagingnya yang kenyal dan berisi, tidak lembek dan tidak berlemak sebagaimana ayam ras. Ayam kampung terdiri dari berbagai rumpun atau galur, diantaranya ayam Sentul. Ayam sentul merupakan ayam asli Indonesia yang langka dan memiliki potensi dikembangkan sebagai ayam penghasil daging. Ayam Sentul memiliki performans yang baik dalam tingkat produktifitasnya (daging, telur), bahkan lebih baik dibandingkan dengan beberapa rumpun ayam lokal lain, sehingga ayam Sentul dapat dikatakan termasuk tipe dwiguna. Ayam Sentul jantan sebagai penghasil daging dapat dipotong pada berbagai umur pemeliharaan tergantung permintaan pasar. Ayam kampung biasanya dipotong pada umur sekitar 8 sampai 12 minggu atau setelah mencapai bobot badan antara 700 g sampai 1.200 g. Ayam Sentul jantan kecepatan pertumbuhannya termasuk tinggi, sehingga dapat dipotong pada umur yang lebih muda. Pada pemeliharaan dengan tujuan pembibitan, ayam betina dimanfaatkan sebagai ayam petelur dan bibit, sedangkan ayam jantan sebagian sebagai calon pejantan dan sebagian dipelihara seadanya. Ayam Sentul jantan dapat dipelihara dan dijadikan sebagai sumber daging. Selain bobot badan yang tinggi pada pemeliharaan ayam penghasil daging adalah diperolehnya persentase karkas yang tinggi. Karkas ayam adalah ayam yang sudah disembelih dan dikurangi bagian-bagian tertentu (Priyatno, 2000). Karkas yang banyak dipasarkan adalah karkas kosong yaitu hasil prosesing ayam tanpa darah, bulu, kepala, leher, kaki dan organ dalam (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Persentase karkas dipengaruhi oleh umur potong. Semakin lama umur potong maka akan semakin besar persentase karkasnya karena bagian karkas adalah bagian yang termasuk produksi, sehingga tumbuh semakin besar sejalan dengan umur. Hasil persentase karkas beragam pada berbagai penelitian karena dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah perbedaan genetik, manajemen pemeliharaan, ransum, umur ayam dan lainlain. Pertambahan bobot badan dan persentase karkas ayam buras pada umur 12 minggu masing-masing sebesar 704 g dan 62,89% (Iskandar, Zainuddin, Sastrodihardjo, Sartika, Setiadi, dan Susanti, 1998). Rataan persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu sekitar 76,95% (Mansjoer dan Martojo, 1977). Bobot potong dan persentase karkas ayam buras jantan umur 12 minggu masing-masing mencapai 713,70 g dan 60,05% (Muryanto, Herman, dan Setijanto 2002).

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra Faktor lain yang harus diperhatikan pada pemeliharaan ayam penghasil daging adalah lama pemeliharaan yang berkaitan erat dengan biaya pakan. Biaya pakan merupakan biaya yang tertinggi dalam usaha peternakan ayam. Income over feed cost adalah pendapatan atas biaya ransum yang merupakan penerimaan usaha peternakan dibandingkan dengan biaya ransum. Penerimaan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan dengan nilai atau harga pada saat itu (dalam kilogram hidup), sedangkan biaya ransum adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram unggas hidup. Harapan peternak dalam memelihara ayam adalah mendapatkan bobot potong, persentase karkas yang tinggi, juga income over feed cost yang tinggi pula. Semua kriteria ini berkaitan erat dengan lama pemeliharaan. Sejauh ini informasi tentang bobot potong, karkas dan income over feed cost ayam sentul jantan yang dipotong pada umur berbeda belum diteliti. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot potong, karkas dan income over feed cost ayam Sentul jantan pada berbagai umur potong.

MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian Penelitian menggunakan 60 ekor anak ayam Sentul jantan berumur dua minggu dengan rataan bobot badan 95,75 gram. Ayam Sentul jantan dibeli dari Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas (BPTU) Jatiwangi. Setiap anak ayam diberi wing tag yang bernomor lalu ditimbang bobot badan awalnya dan dihitung koefisien variasinya. Pada penelitian ini bobot badan awalnya mempunyai bobot koefisien variasinya 5,73 %. Anak ayam ditempatkan kedalam 6 kandang sehingga 10 ekor per kandang kawat yang dilengkapi dengan pemanas, tempat air dan ransum. Ayam dipelihara sampai dengan umur 12 minggu. Susunan ransum dan kandungan zat makanan ransum penelitian yang diberikan disajikan dalam Tabel 1.

Tahapan Penelitian 1.

Persiapan kandang dan peralatan kandang serta pembuatan ransum.

2.

Pemasangan wing tag yang telah diberi nomor dipasang pada sayap ayam lalu ditimbang bobot badan awal untuk mengetahui koefisien variasinya lalu pemasukkan anak ayam kedalam kandang.

3.

Pemeliharaan sampai umur 12 minggu dan dilakukan penimbangan bobot badan pada umur 6, 8, 10 dan 12 minggu, sedangkan konsumsi ransum diukur tiap minggu.

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra 4.

Pemotongan ayam pada umur 6, 8, 10 dan 12 minggu secara islam lalu diproses karkasnya lalu ditimbang. Jumlah ayam yang dipotong satu ekor pada setiap kandang.

5.

Seluruh data dihitung.

Tabel 1. Susunan Ransum dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Bahan Pakan Banyaknya % Jagung 62 Bungkil kedelai 12,5 Tepung Ikan 8 CaCO3 1 Dedak 16 Premix 0,5 Jumlah 100 Zat Makanan dan EM Kandungan Protein Kasar (%) 17,51 Lemak Kasar (%) 6,38 Serat Kasar (%) 8,25 Kalsium (%) 0,71 Fosfor (%) 0,65 Em (Kkal/Kg) 2871,15 Peubah yang diamati meliputi : 1. Bobot Potong (g) Bobot Potong yang diukur adalah bobot badan menggunakan timbangan berkapasitas 5 kg pada umur 6, 8, 10 dan 12 minggu. 2. Karkas Pengukuran bobot karkas kosong hasil prosesing ayam pada umur 6, 8, 10 dan 12 minggu. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan dengan kapasitas 5 kg. Persentase karkas adalah bobot karkas dibagi bobot potong dikali 100%. 3. Income Over Feed Cost Income over feed cost adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya ransum digunakan selama usaha pembesaran ternak (Prawirokusumo, 1990). Total penerimaan adalah hasil penjualan ayam hidup.

2. Metode Penelitian Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik sampling dari setiap kandang. Dilakukan empat kali pengamatan berdasarkan kelompok umur potong yaitu 6, 8, 10, dan 12 minggu. Data sifat

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan rumus yang dikemukakan Sudjana, (1996), meliputi : Rata-rata (𝑥), Ragam (𝑠 2 ), Simpangan baku (𝑠), dan Koevisien Variasi (KV)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bobot Potong Ayam Sentul Jantan pada Berbagai Umur Potong Bobot potong adalah bobot ayam yang ditimbang sebelum dipotong setelah ayam dipuasakan selama 8 jam (Soeparno, 1994). Bobot potong bisa diketahui dengan cara penimbangan. Bobot potong yang tinggi, menggambarkan karkas yang baik serta perdagingan yang banyak. Bobot potong cerminan proses pertumbuhan yang merupakan manifestasi dari pertumbuhan sel yang mengalami hiperplasi atau pertambahan ukuran. Bobot potong yang tinggi, menggambarkan karkas yang baik serta perdagingan yang banyak. Berdasarkan Tabel 2. rata-rata bobot potong ayam yang paling besar yaitu ayam Sentul jantan umur pemotongan 12 minggu. Bobot potong pada minggu 12 sebesar 1368,83 g. Ayam Sentul jantan pada umur 6-12 minggu masih berada pada fase pertumbuhan. Tabel 2. Bobot Potong Ayam Sentul Jantan pada Berbagai Umur Potong Kandang 1 2 3 4 5 6 Rata-rata (g) Simpangan Baku (g) Koefisien Variasi (%)

Umur Potong (Minggu) 8 10 12 ......................................gram................................ 680,00 913,00 998,00 1355,00 685,00 857,00 1105,00 1403,00 630,00 912,00 1035,00 1178,00 615,00 795,00 1100,00 1334,00 675,00 872,00 1118,00 1278,00 692,00 813,00 1057,00 1304,00 662,83 860,33 1068,83 1308,67 32,10 49,19 46,90 77,10 4,84 5,72 4,39 5,89 6

Wahju (1997), menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum, dan lingkungannya. Menurut Kompiang dkk., (2001), pertumbuhan yang cepat pada ayam pedaging terjadi pada umur delapan sampai sepuluh minggu, dan kecepatan pertumbuhan akan menurun setelah ayam berumur sepuluh minggu. Ayam yang tumbuh lebih cepat ditandai dengan pertumbuhan bulu yang juga lebih cepat. Tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan yang cepat sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin. Setelah dewasa kelamin pertumbuhan hewan masih berlanjut walaupun pertumbuhan

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra berjalan dengan lambat tetapi pertumbuhan tulang dan otot pada saat itu telah berhenti (Herren, 2000).

2. Karkas Ayam Sentul Jantan pada Berbagai Umur Potong Karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak khususnya produksi daging. Data bobot dan persentase karkas ayam sentul jantan pada berbagai umur potong disajikan pada Tabel 3. Rataan bobot karkas pada umur 6, 8, 10, dan 12 minggu adalah 336,30 g, 439,55 g, 554,67 g, dan 694,16 g. Bobot karkas akan bertambah dengan bertambahnya umur dan bobot badan. Berdasarkan Tabel 3. rata-rata bobot karkas ayam yang paling besar yaitu ayam Sentul Jantan umur pemotongan 12 minggu. Bobot karkas pada minggu 12 sebesar 694,16 g. Bobot karkas pada umur potong 12 minggu lebih besar disebabkan oleh umur pemeliharaan yang lebih lama dibandingkan dengan pemeliharaan enam, delapan dan sepuluh minggu.

Tabel 3. Bobot dan Persentase Karkas Ayam Sentul Jantan pada Berbagai Umur Potong Kandang 1 2 3 4 5 6 Rata-rata (g) Simpangan Baku (g) Koefisien Variasi (%)

6 (g) 341,30 348,80 317,90 313,00 342,10 354,70 336,30 16,94 5,04

(%) 50,19 50,92 50,46 50,89 50,68 51,26 50,73 0,38 0,74

Umur Potong (Minggu) 8 10 (g) (%) (g) 463,20 50,73 520,20 434,80 50,74 574,70 468,90 51,41 533,70 403,50 50,75 569,60 444,20 50,94 576,20 422,70 51,99 553,60 439,55 51,10 554,67 24,69 0,51 23,31 5,62 1,00 4,20

(%) 52,12 52,01 51,57 51,78 51,54 52,37 51,90 0,33 0,64

12 (g) 701,65 748,31 613,40 706,53 714,16 680,90 694,16 45,25 6,52

(%) 51,78 53,34 52,07 52,96 55,88 52,22 53,04 1,51 2,84

Iskandar (2005) menyatakan bahwa bobot karkas dipengaruhi oleh jenis ayam, ransum, bobot hidup, jenis kelamin, dan umur. Hasil bobot karkas pada pemeliharaan penelitian ini mendekati penelitian Iskandar (2000) yang menyatakan bahwa bobot karkas ayam kampung yang dipelihara intensif sampai dengan umur 12 minggu yaitu sebesar 659 g. Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak khususnya produksi daging. Pada Tabel 5. terlihat persentase karkas pada umur 6, 8, 10, dan 12 minggu adalah 50,73%, 51,10%, 51,90%, dan 53,04%. Persentase karkas ayam meningkat sejalan dengan bertambahnya umur pemotongan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewanti, dkk (2013) bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh bobot potong. Persentase karkas berawal dari laju pertumbuhan yang ditunjukkan dengan adanya pertambahan bobot badan akan mempengaruhi

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra bobot potong yang dihasilkan. Bobot potong akan berpengaruh pada persentase karkas yang dihasilkan. Hasil persentase karkas pada penelitian yang dilakukan menunjukan hasil yang kecil dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Persentase karkas pada umur 12 minggu sebesar 53,04 % lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Iskandar (2005) Karkas ayam kedu sebesar 56,71%. Pada umur 6 minggu persentase karkas sebesar 50,73 % lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Elizabeth (2012) memperoleh persentase karkas umur 6 minggu 53,70%. Persentase karkas meningkat dari umur enam sampai duabelas karena ayam Sentul jantan masih mengalami pertumbuhan tubuh. Herren (2000) menyatakan tubuh hewan mengalami pertumbuhan yang cepat sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin. Persentase karkas ayam Sentul pada pemotongan enam minggu sampai duabelas minggu mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena pada umur duabelas minggu perdagingan di bagian dada semakin banyak sehingga persentase karkas akan lebih tinggi pada ayam yang berukuran lebih besar Hal ini sejalan dengan pendapat Brakle dkk., (1993) bahwa persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur dan bobot hidup. Jadi persentase karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan bobot hidup.

3. Income Over Feed Cost pada Berbagai Umur Potong Income over feed cost merupakan pendapatan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan hasil jual per ekor ayam Sentul jantan dengan rata-rata biaya ransum yang dikonsumsi per ekor selama penelitian. Penentuan besarnya income over feed cost ini, meliputi input yang dihitung hanya biaya ransum tanpa mengidentifikasi input yang lain begitupun dengan outputnya yang dihitung hanya penerimaan dari hasil penjualan ayam Sentul jantan. Hasil penelitian mengenai income over feed cost Sentul Jantan pada berbagai umur potong dapat dilihat pada Tabel 6. Data dihitung dengan menggunakan rumus (Rataan Bobot Badan Akhir x Harga per Kg Berat Hidup) - (Jumlah Konsumsi Ransum per Colony cage x Harga per Kg Ransum).

Income over feed cost dihitung menggunakan rumus total pendapatan –

pengeluaran pakan (Prawirokusumo, 1990). Tabel 6. menunjukkan hasil perhitungan income over feed cost, pada umur pemotongan 8 minggu pada ayam Sentul jantan memiliki nilai yang paling tinggi yaitu Rp. 6.598, kemudian berturut-turut umur 6 minggu (Rp. 6.320), 10 minggu (Rp. 4.501) dan 12 minggu (Rp. 1.103). Pada umur potong 12 minggu apabila dilihat dari bobot potong. Bobot karkas dan persentase karkas merupakan yang tertinggi, tetapi ternyata hasil perhitungan nilai income over feed cost yang diperoleh mempunyai nilai paling rendah. Hal ini terjadi karena nilai income over feed

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra cost dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Pada saat ayam semakin besar maka pertumbuhannya melambat tetapi konsumsi ransum meningkat, sehingga konversi ransum semakin lama akan semakin besar dan itu mengakibatkan income over feed cost yang semakin menurun. Tabel 6. Income Over Feed Cost Ayam Sentul Jantan pada Berbagai Umur Potong Umur Potong (Minggu) 6 8 10 12 .............................................. Rupiah .......................................... 1 5349 4770 3458 976 2 8223 7013 3873 1181 3 7032 6371 3301 955 4 5715 8901 8137 1346 5 5083 8292 5060 974 6 6518 4243 3178 1187 Jumlah (Rp) 37921 39590 27007 6619 Rata-rata (Rp) 6320 6598 4501 1103 Keterangan: Harga jual ayam Rp 30.000,00/kg Kandang

Income over feed cost pada umur potong 12 minggu juga rendah disebabkan ayam semakin aktif dan tingkah laku makannya semakin liar sehingga banyak ransum yang terbuang apabila ayam dipelihara pada kandamg dengan alas sistem slat atau panggung. Ayam Sentul jantan merupakan ayam kampung yang agak liar tingkah lakunya. Pada pemaliharaan ayam, pakan yang diberikan banyak sedangkan pakan yang dimakan oleh ayam sedikit, sehingga dalam perhitungan income over feed cost pada umur potong 12 minggu biaya pakan menjadi tinggi. Ayam Sentul jantan pada umur 12 minggu memerlukan kebutuhan energi yang jauh lebih tinggi dari umur sebelumnya. Kebutuhan energi ini perlukan untuk kenaikan per unit bobot badannya, sehingga income over feed cost pada umur 12 minggu kecil. Menurut Kompiyang, dkk., (2001) pemeliharaan ayam Kampung untuk tujuan daging sebaiknya hanya sampai umur 10 minggu saja, karena pada umur berikutnya kebutuhan pakan bertambah. Kebutuhan pakan lebih besar dibandingkan peningkatan bobot badan ayam. Penggunaan ransum yang efisien akan mengurangi biaya pakan, menurut Wahju (1997) dalam usaha peternakan ayam biaya pakan adalah sekitar 60 - 70 %. Nilai ini sangat tinggi sehingga bila pemberian pakan efisien, maka akan mendapatkan income over feed cost yang tinggi.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : bobot potong pada umur 6, 8, 10 dan 12 minggu yaitu 662,83 g, 860,33 g, 1068,83 g, dan

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra 1308,67 g. Bobot karkas yaitu 336,30 g, 439,55 g, 554,67 g, dan 694,16 g. Persentase karkas yaitu 50,73%, 51,10%, 51,90%, dan 53,04%. Income over feed Cost yaitu Rp. 6.320, Rp. 6.598, Rp. 4.501 dan Rp. 1.103. Umur potong ayam Sentul jantan delapan minggu mempunyai keuntungan tertinggi, pada umur tersebut income over feed cost tertinggi.

SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian yang sudah dilakukan, disarankan agar dalam pemeliharaan ayam Sentul jantan dilakukan pemanenan pada umur 8 minggu. Pada umur ini diperoleh keuntungan yang tertinggi. Pemeliharaan ayam Sentul seharusnya ada penyesuaian kebutuhan pakan dengan umur pemeliharaan, agar ransum yang dikonsumsi ayam tercerna dengan baik dan mendapatkan keuntungan maksimal.

UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen Fakultas Peternakan terutama kepada Dr. Ir. Wiwin Tanwiriah, M.P dan Prof. Dr. Ir. Hj. Tuti Widastuti, M.S Sebagai dosen pembimbing atas ilmu, kesabaran dan keteladanan yang telah diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, dan kepada sahabat yang telah membantu dan mendoakan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga Allah merahmati langkah yang kita ayunkan dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA Brakle. J., G.B. Haverstain. S.E. Scheideler, P.R. Terket and D.V. Rivers. 1993. Relation of Sex, Age and Body Weight to Broier Carcas Yield and Offal Production. Poultry Sci; 72; 1137-1145 Dewanti, Ratih., Muhammad Irham, dan Sudiyono. 2013. Pengaruh Penggunaan Enceng Gondok (Eichornia crassipes) Terfermentasi dalam Ransum terhadap Persentase Karkas, Non-Karkas, dan Lemak Abdominal Itik Lokal Jantan Umur Delapan Minggu. Buletin Peternakan Vol. 37(1): 19-25, Februari 2013. hlm. 19-25 Elizabeth, Roosganda., dan S. Rusdiana. 2012. Perbaikan Manajemen Usaha Ayam Kampung sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Keluarga Petani di Pedesaan. Workshop Nasional Unggas Lokal 2012. hlm. 93-101 Herren, R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nd Edition. Delmar, New York. Iman Rahayu, H. S, 2003. Ayam Merawang: Ayam Kampung Pedaging dan Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost ............................ Wahyu Indra Iskandar, S., D. Zainuddin, S. Sastrodihardjo, T. Sartika, P. Setiadi, dan T. Susanti. 1998. Respons Pertumbuhan Ayam Kampung dan Ayam Persilangan Pelung terhadap Ransum Berbeda Kandungan Protein. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(1): 8−14. Iskandar, S., H. Resnawati dan T. Pasaribu, 2000. Growth and Carcass Responses of Three Lines of Local Chickens and its Crossing to Detary Lysine and Methionine. In the Proc. Of the 3rd International Seminar on Tropical Animal Production: Animal Production and Total Management of Local Resources. Faculty of Animal Science - Gadjah Mada University. Iskandar, S. 2005. Pertumbuhan dan Perkembangan Karkas Ayam Silangan Kedu X Arab pada Dua Sistem Pemberian Ransum. JITV 10(4): 253-259. Kompiang, I.P., Supriyati, M.H. Togatorop, dan S.N. Jarmani. 2001. Kinerja Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Secara Memilih dengan Bebas. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(2):94-99. Mansjoer, SS. dan H. Martojo. 1977. Produktifitas Ayam Kampung dan Ayam Persilangan F1 (Native x RIR) pada Pemeliharaan dalam Kandang. Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan I. Cisarua. Bogor. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen penelitian dan kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Muryanto, P.S. Hardjosworo, R. Herman, dan H. Setijanto. 2002. Evaluasi Karkas Hasil Persilangan Antara Ayam Kampung Jantan dengan Ayam Ras Petelur Betina. J. Anim. Prod. 4(2):71−76. Nataamijaya, A.G. dan K.Diwyanto. 1994. Konservasi Ayam Buras Langka. hal. 273-298. Prosiding Riview Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian, 26-27 Juli 1994. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Gizi Komaratif. BPFE. Yogyakarta. Priyatno, M. A. 2000. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Cetakan Ketiga. Penebar Swadaya, Jakarta. Pujianto, J. 1991. Studi Sifat-Sifat Telur, Pertumbuhan Badan dan Bulu untuk Penetuan Jenis Kelamin Ayam Kampung, Ayam Pelung, Ayam Bangkok. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. cet ke 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Edisi Keenam. Penerbit Tarsito. Bandung. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.