COMBINE HARVESTER

Download 21 Sep 2017 ... berkesinambungan, yaitu : a) Kelompok Tani Trubus Subur (dengan biaya total operasi Rp 253 385,/jam; nilai R/C 1,184 dan Pa...

0 downloads 404 Views 458KB Size
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

ANALISIS KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN MESIN PEMANEN PADI (COMBINE HARVESTER) DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Sustainability Analysis of Combine Harvester Utilization in Lamongan District East Java Sumardi Hadi Sumarlan1, Ary Mustofa Achmad1, Fudin Hariyanto1 1

Jurusan Keteknikaan Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya Jl. Veteran No.1-5 Kota Malang Email: [email protected]

Abstrak Pada saat ini ketersediaan tenaga kerja dalam pengelolaan di bidang pertanian semakin terbatas. Keterbatasan ini baik mulai dari penyiapan lahan pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, panen, penanganan pasca panen, maupun pengolahan hasil. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka penting memanfaatkan peralatan dan mesin di bidang pertanian, agar tenaga kerja orang semakin efektif. Pada makalah ini akan di analisa pada penanganan panen dan perontokan padi dengan menggunakan mesin pemanen padi (Combine Harvester), yang relatif baru penerapannya ditingkat petani. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Brondong, Lamongan, pada lima Kelompok Tani, yaitu : Kelompok Tani Trubus Subur; Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja dan Sekarsari II. Parameter peneltian yang digunakan adalah kelayakan teknis, dan ekonominya. Analisa kelayakan ekonominya didasarkan pada (Payback Period) dan R/C rasio. Untuk analisis perhitungan ekonomisnya, yaitu biaya tetap (dengan menghitung dan memasukkan komponen-komponen : biaya bunga bank, biaya garasi, dan biaya penyusutan). Sedangkan utuk biaya tidak tetap, meliputi BBM, suku cadang, oli, dan biaya operator. Berdasar penelitian tersebut diperolah hasil, bahwa 3 (tiga) Kelompok Tani layak ekonomi, dan dapat berkesinambungan, yaitu : a) Kelompok Tani Trubus Subur (dengan biaya total operasi Rp 253 385,/jam; nilai R/C 1,184 dan Payback Period 3,9 tahun). b) Kelp Tani Mekar Jaya (dengan biaya total operasi Rp 256 147/jam; nilai R/C 1,171 dan Payback Period 4,2 tahun). c) Kelp Tani Kepodang (dengan biaya total operasi Rp 326.090/jam; nilai R/C 1,227 dan Payback Period 2,5 tahun). Sedangkan 2 Kelompok Tani yang lain layak ekonomis tetapi tidak berkesinambungan, yaitu : c) Kelp Tani Karya Raharja (dengan biaya total operasi Rp 363.409/jam; nilai R/C 1,100 dan Payback Period 5,0 tahun). d) Kelp Tani Sekarsari II (dengan biaya total operasi Rp 364.783/jam; nilai R/C 1,097 dan Payback Period 5,25 tahun). Kata kunci :Kelompok Tani, Payback Period, R/C.

Abstract The availability of labor for farming practices, such as land preparation, plant nursery, harvesting and produce handling, nowadays has become limited and scarce. The utilization of farming machinery and equipment may serve as an effective solution to deal with labor scarcity. This paper will discuss the analysis of combine harvester utilization during post-harvest and rice threshing, which is relatively a novel method to farmers. The research took place in Brondong Region, Lamongan in cooperation with 5 farmer-groups: Trubus Subur, Mekar Jaya, Kepodang, Karya Raharja and Sekarsari II. The observed parameters include technical feasibility and economic analysis. The economic analysis was calculated based on payback period and R/C ratio on the base level of <5 years and <1.0, respectively. Financial fix costs were calculated by considering interest rate, garage cost, depreciation cost. Meanwhile, the variable cost included fuel, spare parts, lubricants and operator cost. The result of the research indicated that three farmer-groups were financially feasible and have sufficient sustainability. These groups included Trubus Subur group (total operating cost Rp. 253.385/hour; R/C 1.184 and payback period of 3,9 years), Mekar Jaya group (total operating cost Rp. 256.147/hour; R/C 1.171 and payback period of 4,2 years), and Kepodang group (total operating cost Rp. 326.090/hour; R/C 1.227 and payback period of 2,5 years). Meanwhile the other two groups were proven unfeasible and less capable to sustain. The result for these two groups: Karya Raharja (total operating cost Rp. 363.409/hour; R/C 1.100 and payback period of 5,0 years) and Sekarsari II total operating cost Rp. 364.783/hour; R/C 1.097 and payback period of 5,25 years). Keywords: Farmer Associations, Payback Period, R/C.

328

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

PENDAHULUAN Produktivitas tanaman padi semakin menurun akibat dari selain produksi padi tersendiri yang menjadi pembatas, keterbatasan tenaga kerja yaitu buruh tani yang saat sekarang banyak di dominasi umur 50 tahun keatas. Sedangkan generasi muda tidak mau menjadi buruh tani karena dianggap tidak menjajnjikan untuk menopang kehidupannya, sehingga banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertanian ke sektor bangunan (Soegiharto dan Saraswati, 2004). Demikian pula keberadaan tenaga kerja untuk panen padi. Pada saat ini ketersediaan tenaga kerja dalam pengelolaan di bidang pertanian makin langka dan terbatas. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka sangat penting untuk memanfaatkan peralatan dan mesin di bidang pertanian, agar tenaga kerja orang makin efektif. Keterbatasan ini baik mulai dari penyiapan lahan pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, panen, penanganan pasca panen, maupun pengolahan hasil. Pemerintah Indonesia dalam menunjang ketahanan pangan memberi bantuan alat dan mesin pertanian dari pra panen sampai panen seperti untuk kebutuhan panen padi berupa Mini Combine Harvester kepada kelompok tani. Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan. Dengan demikian waktu pemanenan lebih singkat dikarenakan penggunaan mesin ini dapat menggantikan dan meniadakan alat-alat pengikat, pemotong dan perontok pada kegiatan pemanenan jika diibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang banyak seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat mengoprasikan alat ini (Barokah, 2001). Menurut Irwanto (1980), dari cara kerja mesin panen padi di bedakan yaitu, mesin panen yang hanya memotong rumpun padi kemudian melemparkan kesamping mesin (reaper). Kedua, mesin panen yang memotong dan mengikat kemudian melemparkan kesamping (binder). Jenis yang ketiga adalah mesin panen yang mampu memotong rumpun padi, merontokkan dan membersihkan butir gabah dari kotoran (combine harverster). Adanya mesin mini combine harvester tersebut, harapannya kelompok tani bisa mengelola secara teknis maupun ekonomis agar kelompok tani tersebut mampu membeli mesin serupa setelah melebihi umur ekonominya. Sehingga pengelolaan alat mesin bantuan pemerintah seperti mesin panen dapat berkelanjutan (Wardani, 2011). Keberlanjutan Usaha Pertanian Menurut Pretty (1995, 2002) dimana keberlanjutan pertanian di interpretasikan menjadi dua fokus yaitu ketahanan (kapasitas sistem terhadap penyangga guncangan dan tekanan) dan kegigihan (kapasitas sistem untuk terus melakukan). Untuk menilai kelompok tani dapat mengelola alat mesin bantuan dari pemerintah bisa berkelanjutan perlu di adakan penelitian tentang tingkat keberlanjutan mesin panen padi (Mini Combine Harvester) bantuan pemerintah pada Kelompok Tani. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pengelolaan mesin panen padi (Mini Combine Harvester) dalam penerapannya di tingkat Kelompok Tani secara teknis dan finansial. Selain itu, untuk mengetahui tingkat keberlanjutan pengelolaan mesin panen padi (Mini Combine Harvester) berdasarkan analisis teknis dan finansialnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi kepada pemerintah, kelompok tani dan pengembang alat mesin pertanian dalam

329

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

mengelola alat mesin pertanian berdasarkan aspek teknis, finansial, lingkungan dan sosial. Aspek teknis yang diteliti berupa kinerja alat, efektivitas dan efisiensi lapang. Faktor Faktor yang mempengaruhi kinerja alat diantaranya yaitu kapasitas kerja serta faktor kehilangan hasil. Penundaan perontokan padi dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas dari gabah dan beras yang dihasilkan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme, kinerja dan faktor yang mempengaruhi tahapan kegiatan pemanenan padi, dilakukan penelaahan mengenai kegiatan pemanenan padi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti jenis lahan, varietas padi, sistem tanam dan alat pendukung lainnya. Faktor efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis, sistem dan alat yang dapat mendukung kegiatan pasca panen padi. Salah satu tahapan kegiatan penanganan pasca panen padi yaitu perontokan padi. Tingkat kehilangan hasil yang diakibatkan oleh belum tepatnya dalam pelaksanaan kegiatan perontokan padi dapat mencapai 5%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja kegiatan perontokan padi diantaranya yaitu varietas padi, sistem pemanenan, mekanisme perontokan, penundaan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Berdasarkan daya kerontokan padi dapat diklasifikasikan kedalam tingkat tahan rontok, sedang serta mudah rontok. Sistem panen mempengaruhi faktor keterlambatan perontokan padi serta faktor kehilangan hasil. Aspek finanisial yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penelitian ini adalah biaya tetap yang meliputi biaya tetap (fixed cost), biaya penyusutan, biaya modal, biaya garasi dan pajak. Biaya tidak tetap yang meliputi biaya opertaor, biaya bahan bakar, biaya perawatan preventif (biaya pelumas, mesin, transmisi, greasing dan filter), biaya perawatan alat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya pokok dan biaya sewa. Selain aspek teknis dan finansial, aspek lingkungan dan sosial juga perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini. Aspek lingkungan yang penting untuk dipertimbangkan yaitu jenis lahan, kemiringan lahan, ukuran lahan dan dampak penggunaan traktor. Sedangkan aspek sosial meliputi kelembagaan masyarakat dan kelengkapan kelembagaan. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada Bulan Mei-Juli 2017, di daerah Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Penerapan pengoperasian mesin pemanen padi dilaksanakan pada tanaman padi yang siap panen pada 5(lima) Kelompok Tani. Kelima kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Trubus Subur, Karya Raharja, Mekar Jaya, Sekarsari II dan Kepodang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan penerapan pengoperasian mesin pemanen padi secara langsung pada lahan padi siap panen milik petani dari 5 (lima) Kelompok Tani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pengisian kuesioner tentang penggunaan mesin pemanen padi, dari para petani pengguna di wilayah 5 (lima) Kelompok Tani.

330

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lahan padi siap panen dari petani pada masing-masing Kelompok Tani. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: mesin pemanen padi (Mini Combine Harvester) merk Quick Harvester Tipe Kubota RD 140DI-2T yang memiliki daya maksimal 14HP dan 2400 rpm, menggunakan bahan bakar solar, oli mesin SAE-30 volume 2,4 liter dan oli transmisi / gear box SAE-90 volume 7 liter. Alat lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi, stopwatch untuk menghitung waktu dan kuesioner untuk mendapatkan data sekunder. Prosedur Penelitian Persiapan Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu lahan padi siap panen, mesin permanen, wadah gabah berupa kantong plastik untuk menampung gabah yang sudah dipanen dan dirontokkan dengan mesin. Pelaksanaan Penelitian Setelah mesin dan operator siap pada posisi lahan padi yang akan dipanen, mesin dijalankan untuk memanen padi pada luas lahan tertentu dan diukur waktunya menggunakan stopwatch. Setelah operasi panen dilakukan, diukur hasilnya dan diukur jumlah bahan bakar yang digunakan kemudian dilakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu terhadap: 1. Teknis kelancaran dalam pengoperasian mesin pemanen padi (Mini Combine Harvester). 2. Luas lahan yang dipanen. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk panen 4. Kondisi dan hasil gabah, sisa gabah pada jerami dan gabah yang tercecer 5. Jumlah bahan bakar yang digunakan 6. Jumlah oli yang digunakan pada mesin dan transmisi 7. Jumlah tenaga pelaksana operasi. Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh data sekunder. Tahap ini dilakukan dengan pengisian kuesioner secara langsung oleh petani/Kelompok Tani pengguna mesin dan pengisian dengan cara wawancara kepada petani/Kelompok Tani. Analisis Data Analisis data dilakukan terhadap parameter ekonomi yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya pokok, BEP (Break Event Point), penerimaan usaha tani, pendapatan usaha tani dan R/C rasio.

331

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelima Kelompok Tani pengguna mesin pemanen padi (Mini Combine Harvester) Merk Harvester Tipe Kubota RD 140DI-2T, diperoleh data seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan dan Analisa Data Penelitian Pemanfaatan Penerapan Mesin Pemanen Padi (Mini Combine Harvester) pada Lima Kelompok Tani di Wilayah Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. No

Kelompok Tani

Biaya Tetap (Rp/jam)

Biaya Tidak Tetap (Rp/jam)

Total Biaya (Rp/jam)

Sewa (Rp/jam)

R/C

1. Trubus Subur 34.449 218.936 253.385 300.000 1.184 2. Karya Raharja 34.449 328.959 363.409 400.000 1.100 3. Mekar Jaya 34.483 221.663 256.147 300.000 1.171 4. Sekar Sari II 34.483 330.229 364.783 400.000 1.097 5. Kepodang 34.453 291.683 326.090 400.000 1.227 *)Usaha pemanfaatan mesin pemanen padi tersebut dapat dikatakan layak bila tahun dan R/C >1.

TPP (Thn)

Biaya Operat or (Rp/ja m) 3,9 180.000 5,9 280.000 4,2 180.000 5,25 280.000 2,5 240.000 nilai TPP <5

Berdasarkan hasil pengamatan dan Analisa data pada Tabel 1, secara teknis dapat dikatakan layak dioperasikan. Hal ini didasarkan bahwa mesin pemanen padi tersebut dapat beroperasi dan berjalan dengan normal pada kondisi lahan yang berada di daerah penelitian, yaitu di wilayah Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Kegiatan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dokumentasi Penelitian Pemanfaatan Penerapan Mesin Pemanen Padi (Mini Combine Harvester) pada Lima Kelompok Tani di Wilayah Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan.

332

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Kelompok Tani Trubus Subur Aspek Finansial Kelompok Tani Trubus Subur mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian dari pemerintah tahun anggaran 2015 yang berupa mesin panen padi (Mini Combine Harvester) yaitu Quick Harvester tipe H140R dengan mesin penggerak diesel tipe Kubota RD 140DI-2T yang mempunyai daya maksimal 14 HP atau sebesar 2400 RPM, untuk bahan bakarnya mesin diesel Kubota ini menggunakan solar dan starting system menggunakan engkol, oli mesin menggunakan oli SAE 30 dengan daya tampung 2,4 liter sedangkan oli transmisi atau gearbox menggunakan oli SAE 90 yang mempunyai daya tampung 7 liter. Untuk memanen lahan 1 ha biasanya dapat diselesaikan dalam waktu 8 jam dan menghabiskan bahan bakar yang berupa solar sebanyak 10 liter. Setiap hari saat musim panen padi, mesin panen padi mini combine harvester beroperasi selama 8 jam dalam 1 hari. Masa panen padi di daerah tersebut biasanya ada tiga kali selama setahun yaitu pada pertengahan atau akhir Februari kemudian akhir Juni sampai Agustus dan akhir Oktober sampai November. Hasil wawancara dengan dengan responden pertama (Bapak Munadar yang beralamatkan di Dusun Benges, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong) yang merupakan anggota Kelompok Tani Trubus subur dan sebagai penyewa mesin panen padi (Mini Combine Harvester). Penyewa tersebut dibebani biaya sewa sebesar Rp 300.000/jam yang sudah termasuk biaya operator. Lahan yang dimiliki Lahan yang di miliki bapak munadar seluas 0,25 ha berupa sawah tadah hujan yang di tanami padi dua kali dalam satu tahun. Dari data di atas maka dapat di hitung aspek finansial dari Mini Combine Harvester yang dimiliki oleh kelompok tani Trubus Subur. Diketahui: Biaya Penyusutan : ➢ Pemanenan lahan 1 hari efektif : 7-8 jam/ Hari ➢ Estimasi Pemanenan lahan selama sebulan = 8 jam x 25 hari= 200 Jam ➢ Setahun 3 Bulan pemanenan efektif saat musim panen = 200 jam x 3 = 600 Jam ➢ Pemanenan lahan 1 Ha : 8 jam ➢ Umur Ekonomi Alat Pemanen Padi : 5 Tahun ➢ Harga alat pemanen padi Mini Combine Harvester Baru = Rp 111.000.000 ➢ Biaya penyusutan /tahun = (111.000.000-10%) : (Umur Ekonomi 5 Tahun) = (Rp111.000.000-Rp11.100.000) : 5 = Rp 99.900.000 : 5 tahun =Rp 19.980.000 ➢ Bunga Bank setahun : 17%/tahun x Rp 111.000.000 = 8.870.000/tahun Jadi penyusutannya adalah (Biaya penyusutan/tahun : jam kerja 1 tahun ) Rp 9.990.000 : 600 Jam = Rp 33.300/jam Biaya Bunga Bank : ➢ Bunga Bank setahun = Rp 8.870.000/tahun = Rp 8.870.000 : 365hari x 24 jam = Rp 8.870.000 : 8760 hari/jam = Rp 1.012,55 /jam Biaya Garasi : ➢ Sewa Garasi = Rp 1.200.000/tahun ➢ 1 tahun = 365 hari, 1 tahun (365 hari x 24 jam) = 8760 jam Jadi sewa garasi setiap satu jam = Rp 1.200.000: 8760 = Rp 136,9/jam

333

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017









Biaya Tetap = Biaya penyusutan + Biaya Bunga Bank + Biaya Garasi = Rp 33.300/jam + Rp 1.012,55 /jam + Rp 136,9/jam = Rp 34.449,45/jam Jadi biaya tetap yang di peroleh adalah Rp 34.449,45/jam Biaya Operator : = Rp 360.000 : 2 jam = Rp 180.000/jam Biaya Bahan Bakar : Solar satu liter + 5% = Rp 5.150 + 5/100 = Rp 5.150 + 257,5 = Rp 5.407,5 /jam kebutuhan bahan bakar untuk luasan lahan 0,25 Ha kerja = 3 liter untuk menyelesaikan luasan lahan 0,25 Ha di butuhkan waktu 2 jam = 3 liter : 2 jam = 1,5 liter/jam = 1,5 liter/jam x Rp 5.407,5/jam = Rp 8.111,25/jam Suku Cadang = 10 % (kontrak 600.000 untuk 2 jam kerja) = Rp60.000: 2 jam = Rp 30.000/jam Oli Tranmisi : ➢ Kapasitas Oli Transmisi = 7 liter Harga Oli = Rp 15.000 ➢ Penggantian Oli Transmisi = 600 Jam ➢ Pemakaian mesin/tahun = 600 Jam Jadi, penggunaan Oli mesin dalam setahun = 7 Liter x Rp 15.000 : 600 jam = Rp 175/Jam Oli Mesin : ➢ Kapasitas Oli mesin = 2,4 Liter Harga oli = Rp 65.000/2,5 liter ➢ Pergantian oli mesin = 100 jam Jadi, penggunaan Oli mesin/jam yaitu : = Rp 65.000 /liter : 100 jam = Rp 650/jam Biaya Tidak Tetap = Biaya Operator + Biaya Bahan Bakar + suku cadang + Oli mesin + Oli Transmisi) = Rp 180.000/jam + Rp 8.111,25/jam + Rp 30.000/jam + Rp 175/Jam + Rp 650/jam = Rp 218.936/jam Jadi biaya tidak tetap adalah Rp 218.936/jam Biaya Total = Biaya Tetap+ Biaya Tidak Tetap = Rp 34.449,45/jam + Rp 218.936/jam = Rp 253.385,7/jam *Biaya pokok = biaya total Petani membayar : = Rp 600.000 : 2 jam = Rp 300.000 jam BEP =

= Rp 111.000.000 / Rp 46.614,3/jam = 2.381,24 jam = 2.381,24 jam : 600 jam = 3,9 Tahun Dengan asusmsi jam kerja mesin panen padi Mini Combine Harvester per tahun adalah 600 jam maka Break Event Point dari mesin panen padi yang dimiliki kelompok tani Trubus Subur adalah 3,9 tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan mesin panen padi pada kelompok tani tersebut bisa berkembang dan bisa 334

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

berkelanjutan karena ditinjau dari umur ekonomi mesin panen padi Mini Combine Harvestrer yaitu 5 tahun dan BEP dari kelompok tani tersebut kurang dari umur ekonomis mesin panen padi. Hal ini dikarenakan petani mampu dan mau membayar sewa mesin panen padi Mini Combine Harvester sesuai regulasi harga dan kesepakatan dari kelompok tani, karena petani dalam hasil usaha taninya diuntungkan dengan hasil panen yang banyak dan harga komoditas tanaman yang ditanam cukup baik sehingga mampu menutupi biaya ongkos sewa mesin panen padi Mini Combine Harvester. Selain itu panen menggunakan Mini Combine Harvester lebih efisien waktu pemanenan di bandingkan dengan panen secara manual menggunakan tenaga manusia. Hasil Usaha Tani Sedangkan untuk hasil usaha tani dari bapak munadar yaitu beliau mempunyai lahan jenis sawah tadah hujan seluas 0,25 ha, dalam 1 tahun beliau dapat menaman padi sebanyak dua kali. Lahan sawah garapan bapak munadar seluas 0,25 ha biasanya menghabiskan 8 kg benih padi dengan varietas yang di tanam adalah IR 64 dengan harga Rp 9.000/kg. Untuk pemupukan bapak munadar menggunakan pupuk organik sebagai dasaran dan pupuk kimia, antara lain NPK, Urea dan ZA. Hasil panen padi dari sawah garapan bapak munadar sebanyak 1,3 ton dengan lama waktu pemanenan dengan menggunakan Mini Combine Harvester selama 2 jam. Hasil panen padi tersebut akan di jual setelah melalui proses pengeringan dengan harga Rp 4.500/kg. Dari kuisioner tersebut maka dapat di hitung hasil usaha tani dari bapak munadar, sebagai berikut. Diketahui : ➢ Hasil panen = 1,3 ton ➢ Harga jual = Rp 4.500/kg • Keuntungan = (Harga jual x Hasil panen/luasan) – Total input = (Rp 4.500/kg x 1300kg) – Total input = Rp 5.850.000 – Total input Input : ➢ Biaya pengolahan lahan = Rp 300.000 ➢ Kebutuhan benih = Rp 72.000 ➢ Kebutuhan pupuk = Rp 179.000 ➢ Kebutuhan obat = Rp 145.000 ➢ Kebutuhan tenaga kerja = Rp 230.000 ➢ Biaya Irigasi = Rp 200.000 ➢ Biaya sewa mesin panen = Rp 600.000 Total input = Rp 1.726.000 • Keutungan = Rp 5.850.000 - Total input = Rp 5.850.000 – Rp 1.726.000 = Rp 4.124.000 Dilihat dari perhitungan keuntungan hasil usaha tani bapak munadar, beliau mampu untuk membayar sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Sehingga akan berdampak pada perkembangan dan keberlanjutan kelompok tani serta memberikan manfaat yang baik bagi para petani. Pada kelompok Tani Trubus Subur sudah ada peraturan yang mengatur sistem sewa alsintan khususnya mesin panen padi Mini Combine Hasvester. Sehingga para petani dapat membayar sesuai tarif sewa alsintan

335

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

yang dapat berdampak pada tingkat keberlanjutan mesin panen padi bantuan pemerintah. Untuk Kelompok Tani lainnya (Karya Raharja, Mekar Jaya, Sekar Sari II, dan Kepodang) dengan dasar pola perhitungan yang sama dengan Kelompok Tani Trubus Subur, hasil pengamatan dan analisis data dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel 1, dapat dikemukakan bahwa pada Kelompok Tani Trubus Subur, untuk baiya operasi mesin pemanen tersebut adalah Rp 253.385/jam, R/C 1.184 dan TTPP 3,9 tahun, untuk Kelompok Tani Karya Raharja berturut – turut Rp 363.409/jam, R/C 1.100, TPP 5 tahun, untuk Kelompok Tani Mekar Jaya Rp 256.147/jam, R/C 1.171, TPP 4,2 tahun. Kelompok Tani Sekar Sari II Rp 364.783/jam, R/C 1.097, TPP 5,25 tahun dan untuk Kelompok Tani Kepondang Rp 326.090/jam, R/C 1.227, TPP 2,5 tahun. Berdasarkan analisi dari nilai-nilai tersebut dan berpedoman pada batas nilai R/C ≥1 dan nilai TPP (>5 tahun), maka terlihat bahwa 3 Kelompok Tani (Tani Trubus Subur, Mekar Jaya dan Kepodang) dapat dikatakan layak dan dapat berkelanjutan dalam usaha pengelolaan mesin pemanen padi. Kelompok Tani yag paling baik adalah Kelompok Tani Kepodang dengan nilai R/C tertinggi (1,227) dan TPP paling singkat (2,5 tahun). Sedangkan 2 Kelompok Tani yang lain (kelompok Tani Karya Raharja dan Sekar Sari II) kondisi usahanya kurang layak dan tidak dapat berkelanjutan karena nilai TPP yang dihasilkan ≥5tahun. Namun keadaan tersebut dapat berubah menjadi layak dan berkelanjutan apabila biaya opersionalnya dapat ditekan dan biaya pemasukannya atau upah sewanya bertambah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan mesin pemanen padi (Mini Combine Harvester) Quick Harvester tipe H140R dapat dinyatakan layak dan dapat dioperasikan dengan cukup lancer di lapangan pada kondisi sawah di wilayah penelitian. Dari sisi kelayakan ekonomi bisnis dan usaha, penggunaan mesin pemanen padi berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian dapat disimpulkan bahwa 3 Kelompok Tani yaitu Tani Trubus Subur, Mekar Jaya dan Kepodang layak dan dapat berkelanjutan usahanya. DAFTAR PUSTAKA Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester Type CA 85 ML. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Irwanto, 1980. Alat dan Mesin Pertanian 3. Departemen Pertanian. Soegiharto dan Saraswati, 2004. Potret Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Warta Ketenagakerjaan. Jakarta. Wardani, Y.S., 2011. Pengelolaan Combine Harvester Untuk Pertanian dalam Mengembangkan Usaha Tani di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Institute Pertanian Bogor. Bogor.

336