DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SENDUDUK

Download DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SENDUDUK (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI. Streptococcus mutans. Marsepriani, Mades Fif...

4 downloads 605 Views 49KB Size
DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SENDUDUK (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans Marsepriani, Mades Fifendy, Yosmed Hidayat Program Studi Pendidikan Biologi (STKIP) PGRI Sumatera Barat Email: [email protected] ABSTRACT Senduduk plant is one plant that is often used as traditional medicine. This plant as a medicine for fever, pain relievers, diarrhea, mouth sores and chickenpox. In addition senduduk leaf decoction is also often used as a gargle for sore tooth. Tooth decay is caused by bacteria one of which is Streptococcus mutans. S. mutans growth must be inhibited so as not to be pathogenic to the administration of antibacterial material. Senduduk leaf can use as toothache medicine is considered more effective but there is no exact data about their ability senduduk leaf extract in inhibiting the growth of bacteria S. mutans. This research aims to determine the inhibition of senduduk leaf extract (Melastoma malabathricum L.) on the growth of S. mutans bacteria. This research was conducted on January 2017 in Padang State University Laboratory. This study was an experimental metode using a completely randomized design (CRD) consisting of 6 treatments and 3 replications. The treatment in this research using senduduk leaf extract with several different concentrations, positive control while using Listerin. The data is processed by the Analysis Of Variance (ANOVA). The results showed that the extracts senduduk leaf has the ability to inhibit the growth of bacteria S. mutans with an average diameter at concentrations of 5%, 10%, 15%, 20%, 25% are 8.81 mm, 9.48 mm, 9, 03 mm, 10.26 mm, 9.5 mm and 10.4 mm on listerin as positive control, the most effective concentration found in 20%. Based on these results we can conclude senduduk leaf extract is one of the alternative materials that can be used to inhibit the growth of bacteria S. mutans with the most effective concentration was 20%. Keywords: Leaf senduduk (Melastoma malabathricum L.), Streptococcus mutans PENDAHULUAN Senduduk (Melastoma malabathricum L.) merupakan tumbuhan liar yang sering di jumpai pada tempat yang cukup sinar matahari. Tanaman senduduk merupakan salah satu tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Menurut Hariana (2009) senduduk memiliki kandungan kimia yang sudah diketahui seperti saponin, flavonoid dan tanin. Tanaman ini berkhasiat sebagai obat penurun panas, penghilang rasa sakit, mengatasi diare, sariawan dan cacar. Selain itu senduduk juga sering digunakan sebagai obat kumur yang dapat mengatasi sakit gigi. Setyowati (2006) mengatakan bahwa masyarakat Talang Mamak di bukit Tigapuluh, Jambi memanfaatkan tumbuhan kaduduk (senduduk) sebagai obat kumur untuk orang sakit gigi, dengan cara daun mudanya direbus. Penggunaan daun senduduk oleh masyarakat sebagai obat sakit gigi tentunya

memberikan nilai positif. Hal ini dikarenakan senduduk mudah didapatkan di lingkungan sekitar rumah, proses pengolahan yang tidak terlalu sulit dan efek sampingnya relatif kecil. Sakit gigi terjadi oleh aktivitas bakteri yang menyebabkan rusaknya gigi. Kerusakan pada gigi ini disebabkan oleh beberapa bakteri salah satunya yaitu bakteri Streptococcus mutans. Efek yang ditimbulkan oleh aktivitas S. mutans yaitu terbentuknya karang gigi yang membuat gigi berlubang dan menimbulkan rasa sakit. Pelczar dan Chan (1988) mengatakan dari semua mikroorganisme yang diteliti di mulut, nampaknya tidak ada yang memainkan peranan kariogenik yang lebih baik daripada S. mutans.. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa S. mutans dianggap sebagai organisme yang terpenting di dalam mengawali terbentuknya luka-luka karies pada permukaan email. Pertumbuhan S. mutans harus dihambat agar tidak menjadi patogen dengan pemberian bahan antibakteri. Penggunaan

daun senduduk sebagai obat sakit gigi dipandang lebih efektif tapi belum ada data yang jelas terkait kemampuan ekstrak daun senduduk dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans. Berdasarkan latar belakang diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang daya hambat ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan mengamati dan mengukur zona bening yang terbentuk di sekeliling kertas cakram. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya hambat dan konsentrasi paling efektif ekstrak daun senduduk dalam menghambat pertumbuhan S. mutans. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan eksperimen dengan metode difusi agar menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Negeri Padang pada bulan Januari 2017. Subjek penelitian yaitu isolat Streptococcus mutans yang telah diremajakan dengan jumlah 6 perlakuan yaitu ekstrak daun senduduk konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, listerin 5% sebagai kontrol positif dan 3 ulangan. Pengamatan dilakukan setelah biakan diinkubasi hingga 24 jam kemudian dilihat dan diamati zona bening yang yang terbentuk disekitar kertas cakram yang berisi sampel ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum L.). Pengukuran dilakukan terhadap zona bening yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong, ulangan pengukuran dilakukan tiga kali pengulangan sehingga didapatkan hasil rata-ratanya untuk mendapatkan diameter zona masing-masing konsentrasi. Data hasil pengamatan dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (ANOVA). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pengukuran terhadap zona hambat yang terbentuk dari ekstrak daun senduduk dengan beberapa perlakuan terhadap bakteri Streptococcus mutans dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata daya hambat ekstrak daun senduduk terhadap bakteri Streptococcus mutans Perlakuan Rata-rata Zona Bening (mm) A. K. Listerin 5 10,4 B. Ekstrak senduduk 5% 8,81 C. Ekstrak senduduk 10% 9,48 D. Ekstrak senduduk 15% 9,03 E. Ekstrak senduduk 20% 10,26 F. Ekstrak senduduk 25% 9,5 Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh Fhitung ≤ Ftabel yaitu 2,18 ini menunjukkan bahwa ekstrak daun senduduk tidak signifikan sehingga tidak dilakukan uji lanjut untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan. Hasil uji ekstrak daun senduduk terhadap bakteri Streptococcus mutans dapat dilihat pada gambar berikut:

A B C

Gambar 3. (a) Bakteri Streptococcus mutans, (b) Zona hambat, dan (c) Ekstrak pada kertas cakram. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ekstrak daun senduduk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Kemampuan menghambat yang dimiliki ekstrak daun senduduk dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk dari setiap konsentrasi yang digunakan. Data pada Tabel 1 diketahui bahwa seluruh perlakuan yang digunakan menghasilkan zona hambat. Menurut Faradiba (2016), Zona hambat adalah daerah jernih di sekeliling kertas cakram yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Semakin besar diameter zona, bararti semakin besar daya hambatnya. Pada umumnya luas zona hambat yang terbentuk akan meningkat apabila konsentrasi perlakuan yang digunakan

semakin besar. Namun dari hasil uji yang telah dilakukan diperoleh hasil luas zona hambat yang tidak selalu mengalami peningkatan. Masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Perlakuan C konsentrasi senduduk 10% memiliki diameter zona hambat 9,48 mm sedangkan perlakuan D konsentrasi senduduk 15% mengalami penurunan dengan luas zona hambat 9,03 mm. Pada perlakuan E konsentrasi 20% mengalami peningkatan luas zona hambat yaitu 10,26 dan pada perlakuan F konsentrasi 25% kembali mengalami penurunan yaitu 9,5 mm. Ini mungkin disebabkan oleh pengeringan kertas cakram yang tidak sama pada saat penanaman kertas cakram pada medium agar. Menurut Elifah dalam Dewi (2010) mengatakan bahwa dimana diameter zona hambat tidak selalu naik sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri, kemungkinan ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar serta jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda juga memberikan diameter zona hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu. Menurut Panagan dan Nirman (2009) Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan ketidakteraturan besar diameter zona hambat pertumbuhan bakteri uji adalah pada waktu pengeringan kertas cakram yang tidak sama. Kertas cakram yang waktu pengeringannya cukup lama, saat diletakkan di atas media pembenihan bakteri maka luas daerah zona hambatnya kecil, zona ini terbentuk dari ekstrak yang terdifusi dari kertas cakram ke media agar. yang waktu pengeringannya hanya sebentar, saat diletakkan di atas media pembenihan bakteri, ekstrak yang masih menempel langsung menyebar di sekeliling cakram dan cepat berdifusi ke media agar sehingga membentuk zona hambat yang lebih besar. Adanya zona hambat yang terbentuk pada perlakuan ekstrak daun senduduk disebabkan karena adanya senyawa kimia yang terkandung dalam daun senduduk yang mempunyai efek sebagai antibakteri. Kusumowati (2014) mengatakan bahwa dari hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun senduduk menunjukkan adanya kandungan polifenol, tanin, saponin, dan flavonoid. Menurut Harbone dalam Hikma (2015) Tanin adalah senyawa polifenol yang dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan membran sel. Sedangkan saponin

diabsorbsinya saponin pada permukaan sel akan menyebabkan naiknya permeabilitas sehingga membran sel menjadi bocor (Jawetz et al., 2005). Senyawa antibakteri lainnya yang terkandung dalam daun senduduk yang memiliki daya antibakteri adalah flavonoid. Menurut Umar dalam Faradiba (2016) Flavonoid mengandung senyawa fenol yang mempunyai kemampuan untuk mendenaturasi protein dan merusak membran sel, fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk pada ekstrak daun senduduk dapat dikategorikan antimikroba yang memiliki aktivitas penghambat sedang terdapat pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 25% yang memiliki zona hambat 8-9 mm. Sedangkan pada konsentrasi 20% memiliki penghambat yang kuat juga merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan diameter 10,26 mm. Ini sesuai dengan pernyataan Davis dan Stout dalam Purwanto (2015) penentuan kriteria diukur dengan diameter zona hambat dikelompokkan menjadi: diameter zona hambat < 5 mm dikategorikan lemah, diameter zona hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, diameter zona hambat 10-20 mm dikategorikan kuat, dan diameter zona hambat > 20 mm dikategorikan sangat kuat. Konsentrasi efektif suatu zat aktif yang nantinya akan menjadi patokan dalam mengambil nilai minimum untuk uji bakteri bila diameter zona hambatnya > 10 mm. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Daun senduduk merupakan salah satu bahan alternatif yang bisa digunakan dalam menghambat bakteri S. mutans. 2. Konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan S. mutans pada perlakuan E konsentrasi 20%. Saran Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak daun senduduk terhadap bakteri gram positif lainnya maupun bakteri gram negatif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA Dewi, F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging. Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA, Surakarta: Universitas sebelas Maret. Faradiba, Anggi. 2016. Daya Antibakteri Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus indica Linn) terhadap Streptococcus mutans. E-Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 4. (1), Hal 55-60. Hariana, Arief. 2009. Tumbuhan obat dan khasiatnya seri 3. Jakarta: Penebar Swadaya. Hikma, Nurul. 2015. Pengaruh Perasan Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Jawetz, Melnick , dan Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika. Kusumowati, I. T. D., Rosita M., Angga P. 2014. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol

Daun Senggani (Melastoma affine Ne D. Don). Jurnal Biomedika. Vol 6. (2), Hal 22-25. Setyowati, F. M. 2006. Pengetahuan Masyarakat Talang Mamak Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol. 5.(1), Hal 321-325. Panagan, A. T., Nirwan, S. 2009. Uji Daya Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Kayu Pelawan (Tristania abavata) Terhadap Bakteri Esterichia coli. Jurnal Penelitian Sains. Edisi Khusus (C). Vol. 9. No. 12-06 Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Purwanto, Sigit. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Daun Senggani (Melastoma malabathricul L.) Terhadap Esterichia coli. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol. 2. (2), Hal 84-92.