UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN BUNGA TANJUNG (Mimusops elengi L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans Wella Antika, Gustina Indriati1, Irdawati2 Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT
Petal cape ( Mimusops elengi L.) is one of the medicinal plants . Petal cape contains chemical compounds that act as anti- microbial . These chemical compounds are saponins , alkaloids and tannins , but it is not certain the extent of inhibition of petal cape on the growth of Candida albicans . Based on the research that has been done Inhibition Test Leaf Extract Flower Power Cape ( M. elengi L.) on growth of C. albicans . This research used Completely Randomized Design ( CRD ) with 7 treatments and 3 replications starting from Albothyl control ( A ) 2 % , cape flower leaf extract ( B ) 5 % , ( C ) 10 % , ( D ) 20 % , ( E ) 30 % , ( F ) 40 % , ( G ) 50 % . Data were analyted using Analysis Of Variance ( ANNOVA ) . Study aimed to determine the inhibition of leaf extracts of flowers cape ( M. Elengi L. ) on the growth of C. albicans , and to determine the most effective concentration of leaf extracts of flowers cape ( M. elengi L.) to the growth ( C. albicans ) performed in microbiology laboratories UNP . The results showed that the leaf extract of flower cape ( M. elengi L.) were able to inhibit the growth of Candida albicans . And found that the most effective concentration in treatment C ( 10 % ) is equal to 1.74 mm , and the concentration of the smallest on the control that is equal to 1.34 mm . From the research that has been carried out it was concluded that the extract from the leaves of flowers tanjung with a concentration of 5 % to 50 % can inhibit the growth of C. albicans , meaning headland petals can be used as an alternative to treat canker sores in the mouth . Keyword: Candida albicans, Anti microbial, Mimusops elengi L. A. Pendahuluan Pada zaman modern seperti sekarang ini, beranekaragam obat untuk berbagai macam penyakit bisa diperoleh dengan mudah. Akan tetapi, kebanyakan obat obatan tersebut merupakan terbuat dari bahan-bahan kimia tertentu. Selain memberikan manfaat, obat-obatan seperti itu pasti memiliki efek samping bagi tubuh (Bayu dan Anki, 2013). Di Indonesia sendiri tanaman obat sudah digunakan oleh masyarakat secara turun – temurun sejak berabad-abad yang lalu. Pengetahuan tentang tanaman obat itu diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui resep nenek moyang, adat istiadat, dan kepercayaan setempat, salah satu tanaman
obat yang ada di Indonesia adalah tanaman bunga tanjung (Bayu dan Anki, 2013). Mimusops elengi L. adalah pohon ditemukan di India Selatan. Tanaman bunga tanjung ini digunakan dalam sistem adat kedokteran sejak zaman dahulu sebagai obat khusus untuk penyakit gusi dan gigi ( Bhujbal, dkk., 2011). Tanaman bunga tanjung ini merupakan tanaman perindang, daunnya sangat rimbun dan rapat serta bunga nya berbau harum. Daunnya bergetah batangnya berkayu. Daun, bunga serta kulit tanaman bunga tanjung ini diketahui berkhasiat obat. Hasil penapisan kandungan kimia menunjukkan bahwa ekstrak daun bunga tanjung mempunyai kandungan alkaloid, tannin, dan saponin ( Widawati dan
Lurda, 2012 ). Tananam bunga tanjung (Mimusops elengi L.) berukuran sedang dan kecil. Dapat tumbuh pada tanah berpasir, di dataran rendah yang terbuka. tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 800 meter di atas permukaan laut (Suryowinoto dalam Metananda, 2012). Tanaman tanjung (M. elengi L.) digunakan oleh masyarakat untuk mengobati diare, asma, radang hidung dan radang tenggorokan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pelindung, daunnya sangat rimbun dan rapat serta bunganya berbau harum (Bayu dan Anki, 2013). Menurut penelitian bunga tanjung memiliki kandungan tannin, saponin, dan alkaloid (Noor, dkk 2006). Manfaat bunga tanjung ini adalah bunganya yang wangi dan mudah rontok dan dikumpulkan dipagi hari untuk mengharumkan pakaian, ruangan atau untuk hiasan. Selain bungannya batangnya juga dapat digunakan sebagai obat penguat dan obat demam. Daun segar dan digerus halus digunakan sebagai tepal obat sakit kepala, dan daun yang dirajang sebagaimana tembakau dicampur sedikit serutan kayu dan dilinting dengan daun pisang digunakan sebagai rokok untuk mengobati sariawan (Heyne, 1987). Sariawan atau stomatitis apthosa ini banyak terjangkit pada usia tua, wanita hamil, gizi buruk, penderita HIV, dan penderita penyakit menahun seperti diabetes. Sariawan terjadi pada selaput mukosa pipih, lidah, bibir yang ditandai dengan bercak putih serta epitel yang terkelupas ( Jawetz, dkk, 2005). Sariawan ini biasanya diobati dengan memberikan obat sintetik seperti gentian violet, ketoconazol atau fluconazol (Jawetz, 1996). Penggunaan obat ini yang tidak tepat bisa membuat jamur C. albicans resisten, disamping itu obat resisten bisa menimbulkan efek samping bagi manusia seperti alergi, iritasi , mual, karena terjadi penumpukan senyawa toksik, oleh sebab itu perlu dicari bahan-bahan aktif antimikroba alternatif bersifat alami yang tidak memiliki efek samping, Jenis jamur yang paling sering menyebabkan sariawan adalah Candida albicans (Febriani dan Bokau, 2008).
Candida albicans merupakan jamur flora normal yang terdapat dipermukaan rongga mulut, tenggorokan, usus besar, vagina, dan kulit pada setiap orang. Namun jika ada factor predisposisi tertentu dapat membuat jamur ini menjadi agen infeksi oportunistik, sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Jawetz, 1996). Penyakit yang disebabkan oleh Candida ini disebut dengan Candidiasis, khusus infeksi pada rongga mulut dikenal dengan istilah sariawan (Sireger, 1995). Beberapa peneliti telah menguji kemampuan zat aktif tanaman dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, diantaranya belimbing wuluh pada tiap perlakuan dapat menghambat pertumbuhan C. albicans hal ini dapat dilihat dari rata-rata diameter zona hambat jamur C. albicans pada konsentrasi 10% sudah dapat menghambat pertumbuhan jamur dengan daya hambat sebesar 12,16 mm yang menunjukkan daun belimbing wuluh mempunyai altivitas antimikroba terhadap C. albicans (Monalisa, 2012). Noor dkk.,(2006) juga telah melakukan penelitian ekstrak daun tanjung mempunyai daya antibakteri terhadap Shigella boydii pada konsentrasi 1 gram/ml dengan menggunakan pelarut metanol, didapatkan daya hambat sebesar 15,83 mm. Selain itu menurut Deza, (2010) melakukan penelitian bahwa kulit rambutan dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dengan menggunakan pelarut etanol pada konsentrasi 5 % didapatkan daya hambat sebesar 10,35 mm. Daun bunga tanjung berfungsi untuk mengobati sariawan dimulut, tetapi belum diketahui secara pasti sejauh mana daya hambat Daun Bunga Tanjung terhadap Candida albicans. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis telah melakukan penelitian tentang “Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Bunga Tanjung (Mimusops elengi) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans” . Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu terbentuknya zona bening / hambat yang terbentuk dalam medium SDA, yang ditambahkan ekstrak daun bunga tanjung dengan berbagai konsentrasi.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans? 2. Berapa daya hambat yang paling efektif dari ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. 2. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hipotesis 1. Ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. 2. Terdapat konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.). Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.). 2. Menjadi alternatif lain terhadap obat-obatan. 3. Menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca. B. Metode Penelitian a. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2013 di laboratorium Mikrobiologi UNP.
b. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, lampu spiritus, mikropipet, gelas ukur, jarum ose, timbangan, labu Erlenmeyer, autoklaf, gelas piala, pipet tetes, lumping dan alu, pisau, hotplate stirrer, magnetic stirrer, camera digital, drill glass, inkubator, kertas saring, pipet ukur, vortex, jangka sorong, pinset dan kain kasa. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah esktrak daun bunga tanjung yang masih muda no 1, 2, dan 3 dari pucuk, alcohol 70%, NaCl 0.9%, aquades, kertas koran, kaertas label, aluminium foil, albothyl, kapas, plastic wrap, medium Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) dan biakan Candida albicans. c. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan untuk menguji kemampuan ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan dengan menggunakan difusi cakram yaitu: Kontrol Albhothyl 2%, Ekstrak meniran 5%, Ekstrak meniran 10%, Ekstrak meniran 20%, Ekstrak meniran 30%, Ekstrak meniran 40%, Ekstrak meniran 50%. d. Prosedur Penelitian 1) Persiapan Peneltian a. Sterilisasi Alat Semua alat yang terbuat dari kaca dicuci bersih dan dikeringkan, setelah itu dibungkus dengan kertas koran dan mulut wadah ditutup dengan kapas. Sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210C pada tekanan 15 psi selama 15 menit. Untuk jarum ose dan pinset disterilisasikan dengan pemijaran. b. Pembuatan Medium SDA Dalam penelitian ini menggunakan medium Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) bahan media ditimbang sebanyak 6,285 gram, selanjutnya dimasukan kedalam gelas kimia dan ditambah aquades sebanyak 105 ml. Selanjutnya untuk mencegah kontaminasi bakteri ditambah 0,125 g kloromfenicol dan dipanaskan sampai mendidih, lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer dan ditutup rapat dengan kapas dan aluminium foil kemudian
disterilisasikan dalam autoklaf pada temperatur 1210 C. c. Penyediaan Biakan Murni Biakan Candida albicans diperoleh dari Laboratorium kedokteran UNAND, kemudian dilakukan peremajaan. d. Peremajaan Candida albicans Setelah biakan murni Candida albicans diperoleh, selanjutnya dilakukan peremajaan dengan cara medium SDA dituang kedalam tabung reaksi kemudian didinginkan, pada saat mendinginkan medium SDA tersebut dimiringkan, sehingga terbentuk medium agar miring. Selanjutnya diambil satu ose biakan murni Candida albicans dan diinokulasikan kedalam medium agar miring selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C .
e. Pembuatan Kertas Cakram Kertas cakram dibuat dengan kertas saring yang terdiri dari 4 lapis dengan menggunakan pelubang kertas yang berdiameter 5 mm dan disterilisasi.
2) Pelaksanaan Penelitian a) Penyediaan dan Pengambilan Ekstrak Daun Bunga Tanjung Daun bunga tanjung yang digunakan adalah daun bunga tanjung yang masih segar yaitu daun no 1, 2 dan 3 dari pucuk yang diambil dipekarangan rumah penduduk di Jalan Tarandam Padang, yang diambil adalah semua bagian daun. Daun dicuci sampai bersih dengan air dan kemudian dikeringanginkan, dan ditimbang sebanyak 50 gr, lalu dimasukan kedalam lumpang dan alu kemudian di gerus setelah itu disaring dengan menggunakan kain kasa steril dan didapatkan ekstrak daun bunga tanjung dengan konsentrasi 100%. b) Penyedian Konsentrasi Perlakuan Setelah ekstrak daun bunga tanjung didapatkan, selanjutnya diencerkan dengan konsentrasi perlakuan, begitu juga dengan albothyl. Cara penyedian konsentrasi ekstrak adalah: 1. Ekstrak daun bunga tanjung 0,5 ml + aquades 9,5 ml untuk konsentrasi 5%. 2. Ekstrak daun bunga tanjung 1 ml + aquades 9 ml untuk konsentrasi 10%.
3. Ekstrak daun bunga tanjung 2 ml + aquades 8 ml untuk konsentrasi 20%. 4. Ekstrak daun bunga tanjung 3 ml + aquades 7 ml untuk konsentrasi 30%. 5. Ekstrak daun bunga tanjung 4 ml + aquades 6 ml untuk konsentrasi 40%. 5. Ekstrak daun bunga tanjung 5 ml + aquades 5 ml untuk konsentrasi 50%. 6. Untuk albothyl 0,2 ml + 9,8 ml aquades untuk konsentrasi 2 %. c)
Penyedian Suspensi Jamur
Biakan Candida albicans yang berumur 24 jam, diambil sebanyak 1 ose selanjutnya disuspensikan kedalam NaCl 0,9% lalu divortex sampai kekeruhannya sama dengan standar McFarland 0,5 (9 X 108 sel/ml). d) Penentuan daerah bebas kuman dengan metode cakram Suspensi yang telah sama kekeruhannya dengan Mc Farland 0,5 (9 X 108 sel/ml) sel diinokulasi sebanyak 0,5 ml kedalam permukaan mediun SDA dan diratakan dengan drill glass lalu dikeringkan pada suhu kamar. Selanjutnya kertas cakram dicelupkan kedalam cawan petri yang berisi ekstrak daun bunga tanjung, sehingga membasahi seluruh kertas cakram. Angkat kertas cakram menggunakan pinset steril, tunggu sampai air daun bunga tanjung tidak menetes lagi dari cakram, kemudian letakan cakram diatas media agar. Demikian juga dengan obat kumur Albhothyl. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 48 jam. E. Pengamatan Parameter yang diamati pada saat penelitian adalah diameter zona hambat jamur. Zona hambat akan terlihat sebagai daerah jernih disekitar cakram. Pengukuran zona dilakukan menggunakan jangka sorong dengan skala 0,05 mm, jika zona bebas jamur tidak terbentuk bulat penuh maka diameter dipakai menghitung rata-rata diameternya. F. Analisis Data Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of variance) (Hanafiah, 2004). C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil
Pada penelitian ini telah diuji kemampuan dari daun bunga tanjung (Mimusops elengi) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hal ini menunjukkan bahwa daun bunga tanjung dapat membentuk zona hambat jamur, begitu pula dengan control albothyil yang digunakan. Tabel 1. Rata – rata zona hambat ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L) terhadap pertumbuhan Candida albicans. Perlakuan Rata-rata diameter zona hambat (mm) D( Ekstrak daun bunga 2,17 mm tanjung 20%) C( Ekstrak daun bunga 1,74 mm tanjung 10%) E( Ekstrak daun bunga 1,74 mm tanjung 30%) F( Ekstrak daun bunga 1,50 mm tanjung 40%) G(Ekstrak daun bunga 1,40 mm tanjung 50%) B( Ekstrak daun bunga 1,36 mm tanjung 5%) A(Kontrol Albothyl 2%) 1,34 mm Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa daun bunga tanjung dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans penyebab sariawan, hal ini dapat dilihat terbentuknya zona hambat pada perlakuan D sampai perlakuan A. Dari analisis statistik ANOVA terlihat Fhit (1,52) lebih kecil dari Ftabel (2,85). Berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan, meskipun terdapat kecendrungan rata-rata diameter zona hambat yang paling tinggi pada perlakuan D yaitu 2,17 mm. Sedangkan pada perlakuan B mempunyai kecendrungan ratarata diameter paling kecil. 2. Pembahasan Pada penilitian ini, ekstrak dari daun bunga tanjung mampu menghambat pertumbuhan C. albicans. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata diameter zona hambat ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Pada perlakuan B (konsentrasi 5%) didapatkan zona hambat sebesar 1,36 mm sudah dapat menghambat pertumbuhan
C. albicans, artinya pada konsentrasi 5% sudah bagus karena zona hambat yang dihasilkan hampir sama dengan kontrol albothyl. Sedangkan pada perlakuan D (Konsentrasi 20%) merupakan konsentrasi yang memiliki kecendrungan yang paling besar yaitu 2,17 mm dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hal ini diduga pada konsentrasi 20% daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) mengandung zat antimikroba yang memiliki mekanisme penghambatan yang sesuai, sebagaimana yang telah dikemukakan Pelczer dan Chan (2005) masing-masing jenis zat aktif mikroba memiliki mekanisme yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan jamur, sebagi contoh flavonoid berfungsi untuk menghambat pertumbuhan konidia jamur pathogen. Pada dasarnya semakin tinggi konsentrasi semakin besar rata – rata diameter yang didapatkan. Tetapi dilihat dari hasil penelitian bahwa setiap perlakuan yang diperoleh tidak selalu mengalami peningkatan yang sama. Seperti yang terlihat pada grafik dibwah ini :
Rata-rata Diameter Zona Hambat
2.5
2,17
2 1,74
1.5
1,74 1,50
1,34 1,36
1,40
1 0.5 0 A
B
C
D
E
F
G
Perlakuan Gambar 2. Histogram rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans. A= Albothyl,B= Konsentrasi5%,C=Konsentrasi 10%, D= Konsentrasi 20%, E= Konsentrasi 30%, F=
Konsentrasi G=Konsentrasi 50%
40%,
Kenaikan zona hambat yang tidak teratur kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor. Kemungkinan terjadinya fluktuasi jenis bahan aktif pada beberapa konsentrasi perlakuan. Jenis bahan aktif yang terkandung pada ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) memiliki mekanisme yang berbeda pada mikroba. Menurut Pelczer dan Chan (2005) masing – masing zat aktif mikroba memilki mekanisme yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan jamur, sebagai contoh Flavonoid berfungsi untuk menghambat pertumbuhan konidia jamur pathogen. Menurut Knoblock dalam Wahyuni (2009) tanin dalam perannya dapat menekan perkembangan jamur, dengan cara menghambat pembentukan dinding sel baru sehingga terganggunya pertumbuhan sel yang mengakibatkan pertumbuhan jadi abnormal, sedangkan alkaloid memiliki kemampuan antimikroba mekanismenya diduga dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel mikroba, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995). Senyawa saponin dapat memisahkan sitoplasma dan membunuh sel . Masing-masing agen senyawa kimia mempunyai mekanisme pekerjaan tersendiri dalam menghambat maupun mematikan jamur dan salah satu kelemahan esktrak alami untuk bahan antimikroba yaitu tidak konsistennya pengaruh yang ditimbulkan, karena jenis dan kadar kandungan bahan – bahan aktif yang diperoleh dari tiap eksraksi tidak selalu sama, tergantung cara ekstraksi, umur, bagian organ tanaman yang diekstrak serta lingkungan tempat tumbuh tanaman. Senyawa antimikroba yang berdifusi kedalam mediu agar dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan dinding sel sehingga dibatasi oleh membran yang tipis dan dapat lisis (Madigan dkk., 1997 dalam Widawati, dkk., 2012). Konsentrasi yang paling rendah terdapat pada perlakuan B (konsentrasi 5%) dengan
zona hambat sebesar 1,36 mm. Hal ini mungkin dikarenakan pada saat melakukan pengenceran ekstrak daun bunga tanjung terjadi pengurangan zat aktif yang terlarut dalam konsentrasi 5%, oleh sebab itu efektifitas fungi semakin rendah dengan semakin kecilnya konsentrasi yang diuji. Sesuai dengan pendapat (Winarsih dkk, 2013) pada penelitiannya mengenai uji antimikroba pada lidah buaya terhadap pertumbuhan jamur C. albicans. Pada konsentrasi yang paling rendah yaitu 5% memiliki daya hambat yang paling kecil. Konsentrasi yang paling efektif dugunakan terdapat pada konsentrasi 10 % karena sudah dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dan lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol albothyl. D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun bunga tanjung (Mimusops elengi L.) mulai dari konsentrasi 5% sudah dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi yang paling efektif terdapat pada konsentrasi 10%. 2. Saran Masyarakat dapat menggunakan daun bunga tanjung (Mimusop elengi L.) sebagai obat tradisional. Daftar Pustaka Bayu, A dan A, Novairi. 2013. Pencegahan dan Pengobatan Herbal. Jogjakarta: Nusa Creativa. Bhujbal, S. S, R. P. Deshmukh, et. Al., 2011. Evaluation Of Cytotixic Aktivity Of Barks Of Mimusops elengi. Biosciens Eurasia J Biosci 5, 73 – 79. Deza, A. I. 2010. Kemampuan Tanaman Obat Menghambat Pertumbuhan Candida albicans Penyebab Sariawan Secara In-Vitro. Skripsi. Padang: UNP. Febriani dan Bokau, Rietje J. M . 2008. Pemanfaatan Getah Daun Jarak Pagar (Jatrophacurcas), Sebagai Obat Luka Pada Ikan Gurami. Program Studi Perikanan
Politeknik Negeri Lampung. Diakses 10 april 2009). Hanafiah. A. K. 2004. Rancangan Percobaan Teori Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jll 3:1588-1990 Teej. Yayasan. Online. id. wikipidia. org/ wiki/ tanjung. diakses 21 oktober 2013. Jawetz, J. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba medika. Jawesz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Salemba medika. Metananda, A. 2012. Tanaman Tanjung (Mimusops Elengi) Sebagai Tanaman Hutan Kota. Online. aryaarismaya.blogspot.com/…nju ng-mimusops-elengi. Diakses 11 februari 2014. Noor, S M, M, Poeloengan, T, Yulianti. 2006. Analisis Senyawa Kimia Sekunder Dan Uji Daya Antibakteri Ekstrak Daun Tanjung (Mimusopselengi L) Terhadap Salmonella typhy dan Shigella boydii. Jakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.
Pelczar dan Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia. Robinson, T. 1995. Kandungan Organikk Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung: ITB. Sireger. 2005. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : Buku Kedokteran. Wahyuni, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi Sari Daun Dambir dan Daun Tembakau Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans Penyebab Sariawan. Skripsi. SUMATERA BARAT : STKIP PGRI PADANG. Widawati, M dan L, Almierza. 2012. Analisis Pengaruh Ekstrak Non – Polar Batang Pohon Tanjung ( Mimusops elengi ) Terhadap Larva Aedes aegypty. Aspirator. Vol. 4. No. 2 ( Hal 59 – 63 ). Winarsih, Rita dan Irisda. 2013. Hambatan Ekstrak Etanol Gel Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Isolat Vagina 218 Sv Secara In Vitro. Jurnal Penelitian. Laboratorium Anatomi FKUB, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB.