DESKRIPSI PENGALAMAN AYAH SEBAGAI

Download Nomor Mahasiswa : 109114024. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan. Universitas Sanata Dharma karya ilmia...

1 downloads 713 Views 2MB Size
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DESKRIPSI PENGALAMAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MELALUI PROSES RESILIENSI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Astrid Rosaria Christieny 109114024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

DESKRIPSI PENGALAMAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MELALUI PROSES RESILIENSI

Disusun oleh: Astrid Rosaria Christieny NIM : 109114024

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Debri Pristinella., M.Si

Tanggal

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PENGESAHAN

DESKRIPSI PENGALAMAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MELALUI PROSES RESILIENSI

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Astrid Rosaria Christieny NIM : 109114024

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji pada tanggal 28 April 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji :

Nama Penguji

Tanda Tangan

1. Penguji 1

: Debri Pristinella, M.Si

........................

2. Penguji 2

: C. Siswa Widyatmoko, M.Psi

........................

3. Penguji 3

: Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si

........................

Yogyakarta, ........................ Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,

Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si.

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Roma 5 : 4)

“I will fight till the end & never give up” ~Merry Riana

“Everything will be okay in the end. If it’s not okay, it’s not the end” ~@thegoodquote

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasil karya ini kupersembahkan kepada keluargaku, Almarhumah mama Caecilia Heny Sri S dan teristimewa bapak Ignatius Adi Subowo yang memberikan inspirasi, dan motivasi dalam setiap langkah ku. Terimakasih untuk cinta yang tak terhingga, dukungan, dan doa yang selalu kalian berikan.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 April 2016 Peneliti,

Astrid Rosaria Christieny

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DESKRIPSI PENGALAMAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MELALUI PROSES RESILIENSI

Astrid Rosaria Christieny

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi pengalaman ayah sebagai orang tua tunggal dalam melalui proses resiliensi. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana pengalaman proses resiliensi seorang ayah sebagai orang tua tunggal melalui proses kondisi yang menekan dengan kondisi yang menekan dengan kondisi terbarunya sebagai seorang duda dan ayah sebagai orang tua tunggal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan analisis fenomenologi sebagai analisis data penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah beberapa laki-laki berusia maksimal 60 tahun, yang sudah pernah menikah dan saat ini berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal minimal selama 1 tahun. Syarat lain dalam penelitian ini adalah informan memiliki anak kandung dengan usia maksimal 21 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner dan melakukan wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ketiga informan yang memiliki pengalaman atas kematian istrinya, mengalami beberapa masalah yang menekan. Dukacita yang mendalam atas kematian istrinya, masalah kepengurusan anak, pekerjaan rumah tangga, ekonomi, hingga masalah tekanan sosial. Melalui masalah-masalah tersebut, ketiga informan memiliki kemampuan resiliensi sehingga bisa bertahan atas masalah yang menekan tersebut serta bisa mengatasinya. Beberapa cara dan alasan yang membuat informan bisa bangkit terhadap tekanan tersebut. Kemampuan untuk tenang dan pasrah, kepercayaan akan Tuhan, mendapat dukungan sosial dari anak dan keluarga mendasari informan bisa melalui masalah-masalah ketika menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Kata kunci:

pengalaman, orang tua tunggal, ayah sebagai orang tua tunggal, resiliensi.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DESCRIPTION OF FATHERS AS SINGLE PARENT EXPERIENCE THROUGH THE PROCESS OF RESILIENCE

Astrid Rosaria Christieny

ABSTRACT This research aims to determine the description of the experience of a father as aingle parent in the process of resilience. Questions to be asked in the study was how a father experienced in the process of resilience through suppressive conditions with a new condition as a single parent. This research is a qualitative research using phenomenology as the analysis of research data analysis. The subjects in this study were some men aged up to 60 years, who had been married and currently served as single parent for at least a year. Another requirement in this study was that informant had a biological child with a maximum of 21 years old. Data were collected by distributing questionnaires and conducted semi-structured interviewes. The results of this study describe some of pressing issues. Deep grif over the death of his wife, the management problems of children, housework, economics, and social pressure problems. Through these problems, informants had resiliency capabilities so that he could survive on such pressing issues as well as to get over it. These are some of the ways and reasons that made the informant could rise up against the pressure. The ability to calm and resign, believe in God, social support of his children and his big families could underlie the informant to pass the problem as single parent.

Keywords:

experience, single parents, father as single parent, resilience.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama

: Astrid Rosaria Christieny

Nomor Mahasiswa

: 109114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Deskripsi Pengalaman Ayah sebagai Orang Tua Tunggal dalam Melalui Proses Resiliensi”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti. Demikian pertanyaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 28 April 2016 Yang menyatakan,

(Astrid Rosaria Christieny)

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kritus, atas berkat dan kasih-Nya yang tak pernah berkesudahan peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Proses penyelesaian skripsi ini, membuat peneliti mengalami berbagai pengalaman suka dan duka serta berbagai pelajaran berharga yang pada akhirnya dapat membuat peneliti semakin berkembang. Sebagai pribadi yang belum terampil dalam melakukan penelitian, peneliti menerima banyak dukungan dan bimbingan, baik secara moral ataupun material yang begitu berharga dari significant others penulis. Oleh karena itu, dengan segala hormat peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. P. Eddy Suhartanto, M.Si, selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Debri Pristinella, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu sabar dalam memberikan bantuan atas segala kesulitan yang dihadapi penulis. 4. P. Henrietta P. D. A. D. S., MA., selaku dosen pembimbing akademik, yang selalu memotivasi kami, para anak bimbingan akademiknya untuk segera lulus. 5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang memberikan berbagai pengalaman berharga selama 4 tahun ini. 6. Seluruh anggota keluarga terutama untuk, almarhumah mama, dan bapak yang selalu tak pernah lelah memberikan dukungan moral-material dan doa yang senantiasa memberikan semangat. 7. Para informan penelitian. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan dan keterbukaan kalian untuk menceritakan pengalaman yang berharga, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 8. Para sahabat dan pejuang road to S.Psi : Sondra, Sheilla, Anin, Tari, Rosari dan Rika atas kebersamaan dan dukungan, dan bantuan nyata dalam perkuliahan dan pengerjaan skripsi.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Komunitas PIA yang selalu memberikan doa, dukungan dan menularkan keceriaan setiap saat. 10. Teman-teman kos yang juga mejadi sahabat dan keluarga : Martina Novi, Karinca Claudya, Hilarya Sintia; yang telah setia menjadi sumber kenyamanan serta berbagi keceriaan. 11. Mas Pepe, Mbak Yanti, dan Mas Albertus Harimurti yang bersedia membantu peneliti untuk mencari informan yang sesuai dnegan skripsi dan bersedia memberikan waktu dan tenaga untuk mendampingi peneliti selama proses pembuatan skripsi untuk bertukar pikiran.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi yang dibuat masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti bersedia membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya ini.

Yogyakarta, 28 April 2016 Peneliti,

Astrid Rosaria Christieny

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xv DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

BAB I.

PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian .................................................................. 10 1. Praktis............ ................................................................... 11 2. Teoritis ... .......................................................................... 11

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................12 A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi ............................................................. 12 2. Teori Resiliensi ................................................................. 16 3. Faktor Resiliensi ............................................................... 19 B. Ayah sebagai Orang Tua Tunggal 1. Definisi Orangtua Tunggal ................................................ 21 2. Definisi Ayah sebagai Orangtua Tunggal ......................... 22

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Masalah yang dialami Ayah sebagai Orangtua Tunggal... 23 C. Resiliensi pada Ayah sebagai Orang Tua Tunggal 1. Deskripsi Resiliensi pada Ayah sebagai Orang Tua Tunggal ........................................................................................... 28 2. Skema ............................................................................... 33 D. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 34 BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN .................................................35 A. Jenis Penelitian ........................................................................ 35 B. Fokus Penelitian ...................................................................... 36 C. Informan Penelitian ................................................................. 36 1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Informan Penelitian ......... 36 2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian ..................... 37 D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 38 E. Metode Analisis Data .............................................................. 40 F. Verifikasi Penelitian ................................................................ 41

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................41 A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ........................... 41 1. Alat Penelitian ..................................................................... 41 2. Informan .............................................................................. 41 B. Pelaksanaan penelitian ............................................................ 43 1. Deskripsi ........................................................................... 43 C. Waktu dan Tempat pelaksanaan.............................................. 45 1. Pelaksanaan Wawancara Informan 1 ................................ 47 2. Pelaksanaan wawancara Informan 2 ................................. 48 3. Pelaksanaan Wawancara Informan 3 ................................ 48 D. Analisis Hasil Wawancara Informan 1 ................................... 48 E. Analisis Kehidupan Informan 1 sebagai Orangtua Tunggal ... 61 F. Analisis Hasil Wawancara Informan 2 ................................... 70 G. Analisis Kehidupan Informan 2 sebagai Orangtua Tunggal ... 83 H. Analisis Hasil Wawancara Informan 3 ................................... 90

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

I. Analisis Kehidupan Informan 3 sebagai Orangtua Tunggal ... 99 J. Hasil Analisis ketika Informan Ayah sebagai Orang Tua Tunggal dalam Melalui Proses Resiliensi ............................. 108 K. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 112 BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................128 A. Kesimpulan ........................................................................... 128 B. Kelemahan Penelitian...... ..................................................... 132 C. Saran ...................................................................................... 132 1) Bagi Pihak Informan ...................................................... 132 2) Bagi Pihak Keluarga ....................................................... 133 3) Bagi Peneliti Lain ........................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 135 LAMPIRAN ..................................................................................................... 140

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SKEMA

Skema 1

Proses Resiliensi pada Ayah sebagai Orang Tua Tunggal ............33

Skema 2.1

Pengalaman Informan 1 dalam Melalui Proses Resiliensi ............69

Skema 2.2

Pengalaman Informan 2 dalam Melalui Proses Resiliensi ............89

Skema 2.3

Pengalaman Informan 3 dalam Melalui Proses Resiliensi ..........107

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Panduan Pertanyaan Wawancara ...................................................39

Tabel 2

Ringkasan Identitas dan Deskripsi Singkat Seluruh Informan ......47

Tabel 2.1

Pelaksanaan Wawancara Informan 1 ........................................... .47

Tabel 2.2

Pelaksanaan Wawancara Informan 2 .............................................48

Tabel 2.3

Pelaksanaan Wawancara Informan 3 .............................................48

Tabel 2.4

Rangkuman Tema Hasil Analisis Tematik ..................................125

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian ...................................................................142

Lampiran 2

Verbatim Wawancara Informan 1 ................................................146

Lampiran 3

Daftar Tema Utama Informan 1 ...................................................171

Lampiran 4

Verbatim Wawancara Informan 2 ................................................174

Lampiran 5

Daftar Tema Utama Informan 2 ...................................................188

Lampiran 6

Verbatim Wawancara Informan 3 ................................................191

Lampiran 7

Daftar Tema Utama Informan 3 ...................................................206

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kehilangan pasangan mulai banyak dijumpai oleh pasangan suami istri saat ini. Pengalaman kehilangan pasangan terbagi menjadi dua berdasarkan alasannya yaitu, akibat perceraian dan kematian. Kematian menjadi salah satu realitas dalam kehidupan manusia yang tidak dapat terelakan (Aprilia, 2013). Permasalahan akan dialami semua orang, terutama pada kehidupan setelah pasangan meninggal. Beberapa permasalahan yang dialami antara lain, masalah pengasuhan anak, tekanan sosial, masalah ekonomi, pekerjaan dan masalah seksual. Pada laki-laki, kehilangan pasangan lebih berat daripada wanita. Bennett, Smith, & Hughes, 2005; Pinquart (dalam Berk, 2012) menjelaskan bahwa laki-laki lebih memiliki banyak masalah dalam hal kesehatan baik fisik maupun mental yang memiliki resiko kematian dengan adanya beberapa alasan dibandingkan perempuan. Beberapa alasan tersebut antara lain pertama, bahwa laki-laki mengandalkan istrinya dalam hal ketersambungan sosial, tugas rumah tangga, dorongan perilaku hidup sehat, dan penanggulangan stress, mereka kurang siap dalam menghadapi tantangan sebagai duda. Kedua, karena pengharapan peran gender, laki-laki merasa kurang bebas dalam mengungkapkan emosi mereka atau meminta pertolongan tentang makanan, rumah tangga, dan hubungan sosial (Benner, 2007; Lud &

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

Caserta, 2004b). Ketiga, kurangnya keterlibatan laki-laki dalam aktivitas keagamaan. Kehilangan pasangan menjadi fenomena hidup yang menyedihkan bagi banyak orang, tidak terkecuali bagi kaum laki-laki. Selain itu, kehilangan pasangan karena kematian dinilai sebagai peristiwa yang mampu menimbulkan stress dibandingkan kehilangan pasangan karena bercerai (Aprilia, 2013). Hal tersebut terjadi karena individu yang bercerai masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang telah putus dengan pasangannya dan masih mengharapkan bantuan dari pasangannya, terkait masalah keperluan sekolah anak, pernikahan anak, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kepentingan anak (Mitchell dalam Aprilia, 2013). Fenomena kehilangan pasangan akibat meninggal menjadi fenomena yang traumatik bagi laki-laki, sebab dapat menimbulkan tekanan seperti halnya perasaan dukacita yang mendalam akibat kehilangan orang yang memiliki hubungan yang intim dimana suami terbiasa membagi perasaan dan cerita keseharian bersama istri. Laki-laki yang sedang mengalami tahap dukacita akan melalui beberapa tahapan sebagai reaksi dari kehilangan tersebut. Ortigos (dalam Partasari, 2004) mengungkapkan tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut : (1) tahap shock dan menolak, (2) tahap marah dan depresi, (3) tahap dukacita dan kesedihan, (4) tahap menerima dan memahami, (5) tahap kesembuhan dan pertumbuhan, serta (6) tahap meraih keluar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

Selain mengalami tekanan mengenai perasaan dukacita, seorang laki-laki juga mengalami tekanan dari lingkungan sekitar. Laki-laki yang mendapatkan status barunya sebagai duda, seringkali mendapat stigma negatif kehidupan dalam kehidupannya sepeninggal pasangannya. Tidak sedikit yang mengemukakan bahwa laki-laki yang ditinggal pasangannya akan dengan mudah untuk menemukan pasangan yang baru karena tidak terbiasa menjalani hidup sendiri. Hasil penelitian Zulfiana (2013) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan wanita dengan status janda, biasanya pria dengan status duda akan lebih cepat untuk menikah lagi, sebab hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita cenderung menilai suami dengan sangat positif sehingga tidak bisa tergantikan, merasa khawatir dengan masalah ekonomi akan bertambah jika ia memutuskan untuk menikah kembali, serta tidak mendapatkan dukungan dari keluarga. Selain itu, duda karena bercerai ataupun ditinggal meninggal relatif mudah untuk memutuskan menikah kembali karena banyak wanita yang lebih muda atau seusia yang siap dan memiliki keinginan untuk menikah dengan seorang duda (Hurlock, 1980). Stigma yang diterima dan melekat pada pria yang kehilangan pasangan hidupnya, memunculkan perasaan yang tidak nyaman dan mampu menimbulkan perubahan sikap ketika mereka berinteraksi dengan masyarakat. Stigma yang diberikan oleh masyarakat tersebut menurut Parkes (dalam, Partasari 2004) akan memunculkan reaksi fisik maupun psikologis yang lebih buruk setelah kematian pasangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

Selain harus mengatasi rasa dukacita mendalam terhadap kehilangan

istri

dan

mendapatkan

stigma,

laki-laki

juga

harus

menggantikan peran sebagai istri yang dinilai sebagai tekanan hidup yang masih harus diterima. Kehilangan istri bagi seorang laki-laki menurut Parkes (dalam Partasari, 2004) tidak hanya bermakna sebagai kehilangan “sosok istri” saja, tetapi juga kehilangan peran yang selama ini sudah dijalankan oleh istri, seperti mengurus rumah tangga, mengatur ekonomi keluarga, penghibur, pasangan seksual, dan pasangan emosional. Sebagian laki-laki yang ditinggal meninggal oleh pasangannya tidak hanya mendapatkan status baru sebagai duda tetapi juga ayah sebagai orang tua tunggal, dimana mereka harus menjalankan peran ganda yaitu peran sebagai ibu dan ayah. Para ayah tidak terbiasa menjalani hidup sendiri dan menjalankan tugas lain seperti mengurus keperluan rumah tangga serta keperluan anak secara bersamaan yang biasa dilakukan oleh ibu. Hal ini terjadi karena dalam pandangan keluarga Asia khususnya Indonesia masih menganut konsep perkawinan yang tradisional, dimana terjadi pembagian tugas dan peran yang jelas antara suami dan istri. Glenn (dalam Lestari, 2012) menjelaskan bahwa di dalam konsep ini lebih mudah dilakukan karena segala urusan rumah tangga dan pengasuhan anak akan menjadi tanggung jawab istri, sedangkan suami bertugas untuk mencari nafkah. Menurut Parkes (dalam Partasari, 2004) kebutuhan orang tua tunggal untuk segera menguasai peran barunya sebagai ibu dan ayah secara bersamaan dalam mendampingi serta memenuhi kebutuhan anak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

anak serta mengatasi perasaan kehilangan dan dukacitanya tanpa adanya dukungan dari pasangan, dapat menimbulkan tekanan yang sangat berat. Hal tersebut memunculkan beberapa reaksi psikologis dan fisik yang negatif seperti halnya sulit untuk menerima keadaan baru, merasa tertekan, hingga menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan tidak bisa melanjutkan hidup dikarenakan tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Meskipun demikian, para suami harus tetap menjalani kehidupannya yang selanjutnya agar dapat menjalankan perannya sebagai orang tua tunggal. Dalam menjalankan kehidupan yang selanjutnya, sebagai orang tua tunggal diharapkan memiliki kemampuan untuk menghadapi, mengatasi, dan menjadi kuat atas kesulitan yang dialaminya sepeninggal pasangan dalam menerima peran baru yang dikenal sebagai resiliensi (Grotberg, dalam Aprilia 2013). Keberadaan orang terdekat penting adanya untuk membangun dukungan sosial bagi ayah sebagai orang tua tunggal. Terutama, keberadaan anak dalam keluarga dirasa penting untuk bisa membuat ayah bertahan dan bangkit dari kondisi terpuruknya. Rasa tanggung jawab dan keterlibatan ayah dalam mengurus anak dirasa mampu menjadi alasan utama ayah sebagai orang tua tunggal untuk bertahan hidup. Seperti yang diungkapkan dari rangkuman penelitian Hanson (dalam Partasari, 2004) bahwa motivasi utama para ayah mampu menjalani peran sebagai orang tua tunggal adalah karena mereka mencintai anak-anaknya dan merasa mampu berperan sebagai orang tua yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

Hubungan ayah dalam keterlibatan pengasuhan anak dirasa memiliki dampak yang positif bagi ayah dan anak. Heath (dalam Hidayati dkk, 2011) mengungkapkan bahwa keterlibatan ayah dengan anak memiliki manfaat yang positif bagi ayah, dimana ayah memiliki kemampuan untuk memahami diri dan berempati terhadap orang lain serta mengelola emosi dengan baik. Manfaat dari keterlibatan ayah terhadap pengasuhan anak tidak saja bermanfaat bagi ayah, tetapi juga bagi anak, yaitu membuat hubungan antara keduanya menjadi semakin erat. Selain itu, berkorelasi positif dengan kepuasan hidup anak, kebahagiaan (Flouri, 2005) dan rendahnya pengalaman represi (Dubowits, dkk, 2001; Formonso, dkk, 2007). Melalui kehadiran anak, ayah sebagai orang tua tunggal dirasa mampu bertahan dan bangkit dari kondisi terpuruknya. Hal tersebut disebabkan adanya rasa memiliki dan tanggung jawab ayah untuk terlibat dalam kehidupan anak. Kondisi mampu bertahan dan bangkit dari keterpurukan disebut dengan kemampuan resiliensi. Reivich dan Shatte (dalam Aprilia, 2013) mengemukakan resiliensi sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian ataupun masalah yang berat dalam kehidupan. Berdasarkan definisi tersebut, orang yang resilien adalah orang yang mampu bertahan dalam keadaan terpuruk terhadap perasan duka cita atas meninggalnya istri sebagai pasangan hidup dan mampu menjalani rutinitas kehidupan seperti biasanya. Sebagai contoh, ketika seorang duda mampu menerima keadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

dan mampu berinteraksi dengan lingkungan serta tidak mengurung diri. Selain itu, para suami mampu untuk menjalankan peran baru yaitu ayah sebagai orang tua tunggal. Bekerja mencari nafkah, mengurus keperluan sendiri, keperluan rumah tangga, mengatur ekonomi keluarga hingga mengurus keperluan keseharian anak. Kehilangan pasangan merupakan suatu hal yang sering dijumpai dan bahkan sudah menjadi salah satu fase yang tidak mampu dihindari dalam kehidupan seseorang. Setiap individu, melalui perasaan yang sedih dan kondisi terpuruk sepeninggal pasangan hidup, baik meliputi perasaan dukacita, mendapatkan stigma tertentu dari status duda, hingga harus kehilangan peran istri dan berkewajiban untuk menggantikan peran istri. Kondisi tersebut, tidak dapat disangkal mampu membuat individu merasa depresi. Oleh karena itu, penting adanya kemampuan resiliensi bagi ayah sebagai orang tua tunggal untuk bisa bangkit dari kondisi terpuruknya. Menurut Grotberg (dalam Aprilia, 2013), resiliensi bukanlah hal yang berkaitan dengan magicdan tidak hanya ditemui pada orang-orang tertentu saja dan bukan pemberian dari sumber yang diketahui. Dengan kata lain, resiliensi tumbuh dari diri sendiri. Resiliensi tumbuh dari keinginan diri sendiri untuk bisa bangkit dari keterpurukan atau masa-masa yang menyulitkan. Meskipun demikian, munculnya resiliensi dapat dipicu oleh beberapa alasan atau dorongan diri seperti rasa akan kepemilikan anak dan keterlibatan dalam mengasuh anak. Hal tersebut didukung dengan pernyatan Bernard (dalam Riasnugrahani, 2011) bahwa kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

resiliensi pada seseorang tidak terlepas dari faktor protektif yang mempengaruhinya antara lain (1) Caring Relationship, mengarah kepada pemberian cinta kasih (afeksi) yang didapatkan dari keluarga ataupun komunitas yang diikutinya. Salah satu perilaku yang ditampilkan dapat menjalankan tugas sebagai orang tua tunggal, (2) High Expectation, mengarah kepada harapan yang jelas, positif dan terpusat pada individu, kepercayaan dan keyakinan bahwa dirinya berharga dan mampu melalui tugas dalam hidup, (3) Opportunities for participation and contribution mengarah pada adanya kesempatan untuk individu berpartisipasi dan memberikan kontribusi

dalam kegiatan bermakna, menarik, dan

menantang yang didapatkan dari keluarga dan komunitas yang diikuti. Penelitian ini dirasa penting karena kemampuan resiliensi sangat dibutuhkan bagi setiap ayah sebagai orang tua tunggal agar memiliki pandangan yang positif dan mampu menerima kondisi sekarang sebagai duda dan ayah sebagai orang tua tunggal. Selain itu, kemampuan resiliensi akan menentukan bagaimana kelak ia berada di lingkungan sekitar dan beradaptasi terhadap status baru sebagai ayah sebagai orang tua tunggal. Seperti yang diungkapkan oleh Brooks dan Goldstein (dalam Susanto, 2013) mengenai karakteristik individu yang mampu resilien antara lain : (1) Mampu memiliki kontrol, (2) Mampu mengetahui cara-cara membentengi diri dari stress, (3) Mampu memiliki empati, (4) Mampu berkomunikasi secara efektif dan memiliki kemampuan interpersonal, (5) Mampu mengambil keputusan dan mampu menyelesaikan masalah, (6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9

Memiliki tujuan dan harapan yang realistis, (7) Mampu belajar dari kegagalan maupun kesuksesan, (8) Memiliki peran dalam kegiatankegiatan sosial, (9) Memiliki tanggung jawab terhadap nilai yang dianut, (10) Merasa dirinya berharga. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena penelitian ini dirasa penting untuk membantu ayah sebagai orang tua tunggal dalam menghadapi kondisinya yang terpuruk sepeninggal istri. Di samping itu, penelitian ini dirasa memiliki keunikan karena minimnya penelitian tentang ayah sebagai orang tua tunggal, yang disebabkan karena sebagian besar ayah sebagai orang tua tunggal memutuskan untuk menikah kembali. Penelitian ini akan menunjukkan bahwa terdapat ayah sebagai orang tua tunggal tunggal yang bertahan dengan status duda dan tidak menikah kembali.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan kembali dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pengalaman proses resiliensi seorang ayah sebagai orang tua tunggal melalui proses kondisi yang menekan dengan kondisi terbarunya sebagai seorang duda dan orang tua tunggal ? 2. Komponen resiliensi apa saja yang menjadi alasan ayah sebagai orang tua tunggal ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah untuk menggali secara lebih mendalam mengenai pengalaman ayah sebagai orang tua tunggal yang mendapatkan status duda dan peran ganda, bagaimana pikiran dan perasaan informan terkait peran barunya tersebut, dan bagaimana informan mampu bertahan dan bangkit terhadap tekanan yang dihadapinya serta apa yang melatarbelakangi informan mampu bertahan dan bangkit dari kondisi tersebut.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terbagi menjadi dua macam, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis. 1. Manfaat praktis : a)

Bagi informan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi ayah sebagai orang tua tunggal yang mengalami berbagai tekanan sepeninggal pasangannya, seperti perasaan dukacita, tekanan sosial berupa stigma sebagai duda, dan menjalankan peran ganda, sehingga ke depannya mereka mampu memiliki kemampuan resiliensi supaya mereka tetap berfungsi optimal sebagai seorang individu serta diharapkan dapat menyikapi pengalamannya tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

b) Bagi keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga besar ayah sebagai orang tua tunggal. Diharapkan pihak keluarga mampu mengerti tahapan yang sedang dialami oleh ayah sebagai orang tua tunggal dan mampu memberikan dukungan sosial bagi ayah sebagai orang tua tunggal.

c)

Bagi peneliti lain Mengingat bahwa hasil penelitian mengenai resiliensi pada ayah sebagai orang tua tunggal sangat jarang diteliti di Indonesia, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian yang tertarik untuk meneliti topik yang berkaitan dengan resiliensi ayah sebagai orang tua tunggal.

2. Manfaat teoritis : Hasil

penelitian

diharapkan

dapat

memberikan

sumber

pengetahuan dan sumbangan ilmiah yang berarti dalam ilmu psikologi, terutama dalam bidang psikologi perkembangan serta psikologi keluarga. Dimana hal ini terkait dengan pengalaman dan alasan ayah sebagai orang tua tunggal yang mampu resiliensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Poerwadarminta (dalam Aprilia, 1993) mendefinisikan resiliensi secara etimologis sebagai daya lenting atau kemampuan seseorang untuk kembali dalam bentuk semula. Reivich dan Shatter (dalam Aprilia, 2013) menjelaskan resiliensi dalam sebagai kemampuan yang digunakan untuk mengatasi dan beradaptasi dari kejadian yang berat seperti masalah keuangan yang terjadi dalam kehidupan. Individu yang memiliki resiliensi mampu bertahan dalam keadaan yang menekan, dan mampu berhadapan dengan kesengosaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya. Holaday (dalam Lestari, 2007) menggambarkan bahwa individu yang memiliki kemampuan resiliensi secara cepat akan kembali ke kondisi sebelum trauma. Individu akan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan negatif, dan dapat beradaptasi terhadap stress yang ekstrem dan kesengsaraan. Selain itu, Hildayani (dalam Dipayanti dan Chairani, 2012) mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan individu untuk bertahan dan berkembang secara sehat serta mampu menjalani kehidupan secara positif dari situasi yang kurang menguntungkan dan penuh tekanan.

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

Sementara itu, menurut Grotberg (dalam Aprilia, 2013) resiliensi bukanlah hal yang berkaitan dengan magic dan tidak ditemui hanya pada orang-orang tertentu saja dan bukan pemberian dari sumber yang diketahui. Resiliensi terbentuk dari sebuah proses, bukan atribut bawaan yang tetap. Resiliensi lebih tepat jika dilihat sebagai bagian dari perkembangan kesehatan mental dalam diri seseorang yang dapat ditingkatkan dalam sikulus kehidupan seseorang (Masten dkk, dalam Lestari, 2007). Sedangkan, Soderstrom dkk, (dalam Susanto, 2013) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan faktor bawaan yang dimiliki seseorang yang mengalami perubahan, seseorang mampu dikatakan memiliki resiliensi jika ia berhasil dalam menghadapi, mengatasi, diperkuat oleh dan bahkan dibentuk oleh kesulitan-kesulitan hidup yang dialaminya. Resiliensi dijelaskan sebagai salah satu tipe dalam kepribadian yang memiliki ciri-ciri kemampuan penyesuaian yang baik, percaya diri, mandiri, pandai berbicara, penuh perhatian, suka membantu, dan berpusat pada tugas (Block dalam Lestari, 2007). Kemampuan resiliensi dirasa penting dimiliki oleh individu dari segala rentang usia untuk membantu mendapatkan hasil perkembangan yang baik meskipun berada dalam kondisi yang menekan. Seperti yang diungkapkan oleh Werner (1995) yang menyatakan bahwa banyak penelitian resiliensi pada anak-anak yang dibesarkan dalam kemiskinan, terkena gejala gangguan psikis orang tua, atau mengalami pecahnya keluarga atau kekurangan pengasuhan yang serius. Selain itu, Werner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

dalam penelitiannya yang berjudul Resilience in Development dengan anak-anak yang memiliki kemampuan resiliensi, konsisten dengan beberapa hasil penelitian lain yang melaporkan bahwa anak-anak dengan kemampuan koping yang baik dalam kondisi yang sulit memiliki karakteristik emosi yang memperoleh respon yang positif dari berbagai para pengasuh. Sedangkan, menurut Garmezy dkk, (dalam Ungar, 2008) mengungkapkan bahwa penelitian resiliensi melibatkan anak-anak, remaja dan keluarga yang telah berusaha mengeskplorasi kesehatan untuk meningkatkan kapasitas individu, keluarga dan sumber daya masyarakat serta jalur perkembangan anak-anak dan pemuda yang rapuh. Sementara banyaknya penelitian resiliensi yang melibatkan anakanak dan remaja, berbeda halnya dengan penelitian resiliensi pada usia dewasa. Penelitian yang mempelajari resiliensi pada orang dewasa jarang dilakukan (Netuveli dkk, 2008). Meskipun demikian, terdapat dua penelitian yang menunjukkan bahwa resiliensi dapat memprediksi kesehatan mental pada orang dewasa akhir (Nygten dkk, dalam Gooding, 2011). Selain itu, Netuveli dkk, (2008) melakukan penelitian resiliensi pada tahapan usia dewasa madya yang bertujuan untuk mengidentifikasi para anggota dari suveri panel yang menunjukkan ketahanan, dan untuk mengidentifikasi karakteristik individu yang resilien serta prediktor dari resiliensi mereka. Dalam hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa resiliensi dalam penelitian tersebut meningkat berdasarkan bertambahnya usia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

Selain itu Hardy (dalam Paula, dkk, 2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi peristiwa kehidupan orang-orang yang lebih tua yang punya pengalaman sebagai orang yang paling tertekan dan juga persepsi mereka tentang konsekuensi dari peristiwa tersebut dalam hidupnya. Empat jenis peristiwa yang sangat membuat tertekan yaitu, kematian dari saudara atau teman, sakit saudara atau teman, sakit dari seseorang dan kejadian non medis. Walaupun sebagian besar yang terlibat itu telah mengalami keempat kejadian yang sangat membuat tertekan, tapi konsekuensinya sangat berbeda. Sebagian orang menunjukkan konsekuensi negatif, dan positif. Berbagai jawaban mengenai konsekuensi baik yang negatif atau positif dari peristiwa kehidupan yang penuh tekanan menunjukkan adanya perbedaan tingkat resiliensi yaitu satu faktor penting untuk penuaaan yang sukses. Berdasarkan beberapa definisi mengenai resiliensi, maka dapat disimpulkan bahwa resiliensi merupakan kemampuan individu untuk kembali ke kondisi semula sebelum mengalami peristiwa yang membuat trauma atau tertekan. Individu yang resilien dapat ditandai dengan munculnya perilaku mampu beradaptasi atau bertahan dalam mengatasi masalah tersebut, sehingga mampu berkembang secara lebih positif dalam kehidupannya seperti halnya memiliki rasa kepedulian, kemandirian serta mampu menyelesaikan tugasnya guna menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Munculnya

berbagai

macam

penelitian

resiliensi

diberbagai rentang usia menunjukkan bahwa pentingnya memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

kemampuan resiliensi agar mampu bertahan di setiap kejadian atau masalah dan mampu melewati setiap tahapan usia perkembangan dengan baik.

2. Teori Resiliensi Wagnild dan Young (1993) mendeskripsikan beberapa komponen resiliensi sebagai berikut : 1) Meaningfulness Meaningfulness atau kebermaknaan adalah sebuah kesadaran bahwa dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Individu yang memiliki meaningfulness tinggi akan terus menerus berusaha melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya selama ia hidup. Selain itu, individu

yang

memiliki

kemampuan

meaningfulness

atau

kebermaknaan, juga mampu menghargai dan memaknai apa yang sudah dilakukan oleh dirinya maupun orang lain. 2) Equanimity Equanimity adalah perspektif yang seimbang antara kehidupan dan pengalaman seseorang, serta kemampuan untuk santai dalam menerima apapun yang terjadi dalam hidup. Meskipun demikian, individu tetap mampu untuk menangani kesulitan atau perubahan dengan tidak menunjukkan sikap yang ekstrem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

3) Perseverance Perseverance atau ketekunan adalah tindakan untuk tetap bertahan meskipun terdapat perubahan atau kesulitan. Dalam hal ini, ketahanan menunjukkan adanya keinginan meneruskan perjuangan untuk membangun kembali kehidupan serta untuk tetap terlibat dan mempraktikkan disiplin diri. 4) Self Reliance Self Reliance adalah sebuah kepercayaan dan kemampuan diri sendiri. Individu yang percaya diri mampu mengenali kekuatan dan keterbatasan diri sehingga mereka mampu untuk bergantung dan mengatasi masalahnya sendiri. 5) Existential Alonenes Existential Alonenes adalah kesadaran yang dimiliki individu bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik meskipun beberapa pengalaman dapat dibagikan dengan orang lain, dan ada pengalaman-pengalaman yang harus dihadapi sendiri. Hal tersebut menunjukkan kesendirian eksistensial yaitu adanya perasaaan akan kebebasan dan rasa keunikan. Dengan mempertimbangkan bahwa subjek penelitian adalah ayah sebagai orang tua tunggal dalam melalui proses resiliensi, maka komponen resiliensi yang dikemukakan oleh Wagnild dan Young (1993) dianggap cukup sesuai digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Hal ini dikarenakan kelima komponen tersebut diidentifikasi saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

membentuk resiliensi (Wagnild dan Young, 1993). Sehingga, mampu menggambarkan dengan cukup jelas karakteristik individu yang mampu bangkit dari keterpurukan dan mampu menghadapi kesulitan. Selain itu, melalui kelima komponen resiliensi tersebut pengalaman ayah sebagai orang tua tunggal dalam melalui proses resiliensi terhadap pengalaman yang menekan dapat dijabarkan melalui kemampuan yang disampaikan dalam komponen resiliensi tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yang resilien memiliki lima komponen dalam dirinya yaitu meaningfulness,

equanimity,

perseverance,

self

reliance,

dan

existential aloneness. Meaningfulness atau kebermaknaan adalah kesadaran individu memiliki tujuan dalam hidup serta diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Equanimity adalah perspektif yang seimbang antara kehidupan dan pengalaman. Individu diharapkan mampu belajar dan mengambil hal baru dari pengalaman yang dialami di masa yang lalu, sekarang dan di masa depan serta mampu bereaksi dengan baik ketika menghadapi kesulitan. Perseverance adalah ketekunan individu dalam bertahan untuk menghadapi kesulitan. Self Reliance merupakan kepercayaan diri yang dimiliki individu untuk dapat mengenali kemampuan dan keterbatasannya serta mampu mengandalkan

dirinya

dalam

mengatasi

masalah.

Sedangkan

Existential Alonenes adalah perasaan akan kebebasan dan rasa keunikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

3. Faktor Resiliensi Neill dan Dias (dalam Alimi, 2005) menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi yang terbagi menjadi faktor risiko dan faktor protektif. Adapun penjabarannya sebagai berikut : a) Faktor Risiko Faktor risiko merupakan faktor yang dapat memperbesar potensi terjadinya risiko bagi individu yang nantinya akan meningkatkan kemungkinan berkembangnya perilaku dan gaya hidup maladaptif. Faktor-faktor tersebut antara lain : (1) kejadian yang bersifat katastropik, yaitu malapetaka besar yang datang secara tiba-tiba (KBBI, 2005). Kejadian tersebut seperti bencana alam, kematian anggota keluarga, dan perceraian, (2) latar belakang kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang mendukung, (3) hidup di lingkungan negatif atau lingkungan yang rawan terjadi tindak kekerasan, dan (4) akumulasi dari beberapa faktor risiko (Rosyani, 2012). b) Faktor Protektif Sementara itu, faktor protektif merupakan keterampilan dan kemampuan yang sehat dalam diri individu, yang mendorong terbentuknya resiliensi. Faktor-faktor protektif tersebut antara lain : (1) karakteristik individu, seperti jenis kelamin, tingkat inteligensi, karakteristik kepribadian, (2) karakteristik keluarga, seperti

kehangatan,

kelekatan,

struktus

keluarga.

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

ketersediaan sistem dukungan sosial di luar individu dan lingkungan keluarga, seperti sahabat (Rosyani, 2012) Menurut Bernard (dalam Rosyani, 2012) membagi faktor protektif menjadi dua, yaitu : (1) faktor protektif internal, merupakan faktor yang ada di dalam diri individu, meliputi keterampilan

sosial

seperti

berkomunikasi,

kemampuan

menyelesaikan masalah, kecenderungan atribusi sosial (locus of control) dalam menilai penyebab masalah, memiliki kontrol atas diri sendiri, dan tujuan hidup, dan (2) faktor protektif eksternal yakni segala karakteristik lingkungan yang dapat mempengaruhi berkembangnya faktor protektif internal, seperti keikutsertaan individu dalam suatu komunitas yang mendukung, memiliki hubungan akrab dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan berbagai faktor yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya resiliensi yaitu faktor yang membentuk dan meningkatkan individu terkena risiko perilaku yang kurang baik, dan faktor protektif yang membantu

individu

menjadi

pribadi

yang

sehat

seperti,

karakteristik individu, seperti jenis kelamin, tingkat inteligensi, karakteristik kepribadian, kemampuan individu dalam meregulasi emosi, optimis, menganalisis penyebab masalah. Selain itu karakteristik

keluarga

seperti

kehangatan,

kelekatan

serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

dukungan sosial dapat membantu individu dalam membentuk resiliensi dalam dirinya. B. Ayah sebagai Orang Tua Tunggal 1. Definisi Orang Tua Tunggal Ortigas (dalam Partasari, 2004) mendefinisikan orang tua tunggal sebagai seorang individu yang membesarkan seorang atau lebih dari satu anak secara mandiri, dalam hal ini orang tua tunggal yang dimaksudkan adalah suami atau istri yang membesarkan anak dalam kurun waktu yang cukup lama. Menurut Sager (dalam Aprilia, 2013) orang tua tunggal adalah orang tua yang hidup sendiri membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab dari pasangannya baik istri maupun suami. Sedangkan, Sirley, dkk (dalam Weniyanti, 2010) mendefinisikan orang tua tunggal sebagai orang tua yang berkewajiban untuk melaksanakan kedua fungsi dalam keluarga yaitu mendidik anak dan mencari nafkah seorang diri. Ortigas (dalam Partasari, 2004) membagi jenis orang tua tunggal dalam beberapa kategori antara lain : (1) orang tua tunggal yang disebabkan oleh kematian pasangan, (2) orang tua tunggal yang disebabkan berdasarkan keputusan seperti perceraian, perpisahan, ditinggalkan pasangan atau meninggalkan pasangan, (3) orang tua tunggal yang disebabkan oleh pilihan, misalkan memutuskan tidak menikah setelah melahirkan, mengadopsi anak, atau mengasuh anak kerabat, (4) orang tua tunggal yang disebabkan oleh kondisi bekerja dan bersekolah di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

tempat yang terpisah untuk sementara waktu, (5) orang tua tunggal karena selibat, seperti rohaniawan yang mengasuh anak baik atas pribadi institusi, (6) orang tua yang disebabkan adanya kondisi yang khusus seperti akibat perkosaan dan pelacuran, (7) orang tua karena peran stereotip yaitu salah satu pasangan yang memegang peranan utama dalam pengasuhan anak. Berdasarkan berbagai definisi dan jenis orang tua tunggal yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua tunggal merupakan pria maupun wanita yang dapat disebabkan oleh beberapa alasan yaitu perceraian, pasangan meninggal, tidak menikah, perpisahan karena alasan pekerjaan, rohaniwan, dan kondisi khusus seperti perkosaan serta dikarenakan peran stereotip. Dalam hal ini, apapun latar belakang yang menyebabkan kondisi menjadi orang tua tunggal, secara penuh bertanggung jawab atas pengasuhan anak tanpa adanya dukungan dan kehadiran pasangan. 2. Definisi Ayah sebagai Orang Tua Tunggal Ayah sebagai orang tua tunggal didefinisikan sebagai laki-laki yang secara fisik mempunyai kewajiban untuk memelihara anak-anak mereka tanpa bantuan dari orang lain di rumahnya baik yang hidup terpisah atau hidup sendiri karena perceraian atau orang tua angkat yang secara umum hidup sendiri karena perceraian (Hanson, dalam Partasari, 2004). Seorang laki-laki yang menjadi ayah sebagai orang tua tunggal juga bertanggung jawab menjadi pemimpin dalam keluarga untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

menjaga, mendidik, membesarkan serta menjadi wali bagi anak-anaknya sendiri tanpa adanya orang yang membantu baik pasangan atau pengasuh (Wilson dalam Septiningsih dan Cahyanti, 2014). Dalam hal ini, keterlibatan ayah untuk memelihara anak-anak lebih dari melakukan interaksi yang positif dengan anak-anak mereka, akan tetapi juga ikut memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Sementara itu, Olson dan Defrain (dalam Septiningsih dan Cahyanti, 2014) menyatakan bahwa ayah sebagai orang tua tunggal merupakan situasi yang tidak diharapkan dan dianggap merepotkan bagi seorang ayah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jumlah laki-laki yang bertahan untuk berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal di tengah-tengah masyarakat kita. Berdasarkan uraian diatas, maka ayah sebagai orang tua tunggal merupakan suatu kondisi yang dialami seorang laki-laki dewasa yang memiliki anak dan bertanggung jawab penuh untuk memelihara anakanak seperti menjaga, dan merawat anak baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu, ayah yang berperan sebagai orang tua tunggal juga berkewajiban untuk memberikan pendidikan yang formal ataupun nonformal, hingga melakukan interaksi yang positif seperti memiliki kelekatan yang baik tanpa adanya peran serta dari pasangan atau seorang istri karena meninggal dunia. 3. Masalah yang Dialami oleh Ayah sebagai Orang Tua Tunggal Dalam kehidupannya sebagai orang tua tunggal, para ayah mengalami beberapa kondisi yang tentunya menjadi tekanan bagi dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

Kimmel dan Walsh (dalam Partasari, 2004) menyatakan beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan orang tua tunggal baik wanita maupun laki-laki. Masalah tersebut antara lain : (a) merasakan kesepian, (b) perasaan terjebak dengan tanggung jawab dalam mengasuh anak dan mencari sumber pendapatan, (c) kekurangan waktu untuk mengurus diri dan kehidupan seksualnya, (d) merasa kelelahan dalam membesarkan anak sendirian, (e) mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, (f) memiliki jam kerja yang lebih panjang karena lebih banyak masalah ekonomi yang muncul, (g) menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, (h) kurangnya dukungan sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua dan (i) memiliki kondisi fisik yang rentan terhadap penyakit dan rentan terkena depresi. Selain masalah yang dijabarkan di atas, menurut Ortigas (dalam Partasari, 2004) terdapat empat masalah yang dialami ayah sebagai orang tua tunggal antara lain : a) Masalah Pengasuhan Anak Masalah pengasuhan anak merupakan masalah yang juga dialami oleh para orang tua tunggal. Beberapa masalah yang berkaitan dengan pengasuhan anak antara lain : 1) Mengatasi proses kehilangan yang dialami oleh anak, tidak hanya ayah sebagai orang dewasa yang mengalami tahap kehilangan, anak-anak juga mengalami beberapa tahap-tahap kehilangan dari kematian ibu. Seperti tahapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

untuk protes yang ditunjukkan dengan menangis dan marah, tahapan kesunyian dan ketidakberdayaan, tahapan dukacita, dimana anak berharap orang tuanya dapat bersatu

kembali,

tahap

detachment,

dimana

anak

menampakkan tidak adanya minat, dan tidak menyadari perpisahan. Saat tersebut anak mulai membentuk pertahanan terhadap rasa sakit akibat kehilangan. 2) Mengatasi proses identifikasi seksual. Masalah proses identifikasi seksual anak perempuan dianggap menjadi salah satu masalah yang menjadi perhatian khusus ayah sebagai orang tua tunggal. Mereka khawatir anak perempuan

mereka

berperilaku

seperti

menjadi wanita

tomboy pada

atau

tidak

umumnya,

yang

merupakan hasil modeling terhadap figur ayah. 3) Mengatasi penyesuaian diri dan bagaimana pola asuh yang tepat. Laki-laki selama ini tidak dituntut untuk mengembangkan kemampuan nurturing. Selama ini lakilaki khususnya di Indonesia, dibesarkan dalam keluarga tradisional. Kondisi tersebut menuntut laki-laki berperan sebagai seorang ayah yang berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, laki-laki diharapkan mampu menegakkan kedisiplinan serta tidak bertanggung jawab dalam nurturing atau pengasuhan anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

b) Masalah Tekanan Sosial Menurut Ortigas (dalam Partasari, 2004) tekanan sosial berkaitan dengan persepsi lingkungan terhadap orang tua tunggal. Banyak orang tua tunggal yang diminta untuk menikah kembali oleh keluarganya. Orang tua tunggal juga merasakan kebutuhan akan pasangan hidup namun terbentur oleh kendala dari calon pasangannya untuk bisa menerima menjadi ibu atau ayah bagi anak-anaknya. Salah satu masalah yang juga dialami oleh ayah sebagai orang tua tunggal adalah kurangnya dukungan sosial. Hal ini berkaitan dengan kecenderungan pria untuk tidak mencari dukungan emosional dalam hubungan sosial. Lingkungan juga tampaknya tidak memberikan dukungan sebanyak dukungan yang diberikan kepada ibu sebagai orang tua tunggal (Hanson, dalam Partasari, 2004). Beberapa penelitian terkait orang tua tunggal di Filipina, membuktikan beberapa sumber dukungan bagi orang tua tunggal dalam mengelola stresnya yaitu dengan adanya sikap pribadi yang positif, dukungan profesional, dukungan dari anggota keluarga, dukungan dari kekerabatan atau keluarga, dukungan dari kekerabatan atau keluarga besar dan beberapa mekanisme kompensasi seperti adanya figur yang dapat diperoleh dari lingkungan atau keluarga besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

c) Masalah Ekonomi Menurut Ortigas (dalam Partasari, 2004) masalah ekonomi merupakan hal yang berkaitan dengan kesukaran dalam membiayai kehidupan. Kondisi keuangan yang baik akan memungkinkan laki-laki yang berperan sebagai ayah sebagai orang tua tunggal untuk menyewa orang lain sebagai pengasuh anak dan membantu mengurus keperluan rumah tangga. Meskipun demikian, tidak semua laki-laki yang berstatus duda memiliki keuangan yang baik, sehingga akan cukup sulit bagi para laki-laki untuk beradaptasi jika tidak berada dalam kondisi keuangan yang baik (Kissman dan Alen dalam Partasari, 2004). d) Masalah Pekerjaan Masalah

Pekerjaan

merupakan

usaha

untuk

menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan keluarga. Masalah pekerjaan seringkali dianggap menjadi salah satu masalah yang penting. Seringkali tuntutan pekerjaan tidak mendukung perannya sebagai ayah sebagai orang tua tunggal. Pekerjaan di luar rumah, di luar kota, atau jadwal yang melebihi jam kerja kerap kali dijumpai dalam dunia kerja. Apabila ayah tinggal terlalu mementingkan rumah tangga dan pengasuhan anak, maka akan berdampak pada hubungan sosial dikantor dan penurunan pendapatan. Sedangkan, masalah pekerjaan bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

seorang laki-laki, dinilai sebagai sumber identitas yang utama (Kissman dan Alen dalam Partasari, 2004). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa masalah yang dihadapi ayah sebagai orang tua tunggal. Masalah tersebut adalah masalah kehilangan akibat kematian istri, masalah pengasuhan anak, masalah tekanan sosial, masalah ekonomi, serta masalah kurangnya waktu untuk mengurus diri dan kehidupan sosialnya. Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut yang muncul akibat peran sebagai orang tua tunggal, membuat ayah memiliki kondisi fisik yang rentan terhadap penyakit dan rentan terkena depresi. C. Resiliensi pada Ayah sebagai Orang Tua Tunggal 1) Deskripsi Resiliensi pada Ayah sebagai Orang Tua Tunggal Sebagian besar orang yang menginjak usia dewasa tengah memiliki kebutuhan untuk mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya (Santrock, 1995). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Rhodes dan Tamir (dalam Santrock, 1995) yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan akan kepuasan kerja yang stabil sepanjang kehidupan kerja dari rentang usia 20 hingga 60 tahun, baik orang

dewasa

yang

berpendidikan

tinggi,

maupun

yang

tidak

berpendidikan tinggi. Di sisi lain, Erikson (dalam Santrock, 1995) mengungkapkan bahwa usia dewasa tengah dituntut mampu menghadapi persoalan hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

yang signifikan. Persoalan hidup tersebut mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang diharapkan untuk dikerjakan. Selanjutnya, individu dapat meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya, yang disebut dengan tahap bangkit versus mandeg (generativity vs stagnasi). Individu usia dewasa tengah mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda-beda. Generativitas biologi dapat ditunjukkan dengan memberikan asuhan dan bimbingan kepada

anak-anak,

melalui

generativitas

kerja.

Orang

dewasa

mengembangkan keahlian yang diturunkan kepada orang lain, dan melalui generativitas kultural orang dewasa menciptakan, merenovasi atau memelihara aspek tertentu dari kebudayaan yang akhirnya bertahan (Kontre dalam Santrock, 1995). Di masa ini, laki-laki dewasa yang sudah menikah dan memiliki anak dihadapkan pada peran dengan tahap generativitas seperti, bekerja untuk menanggung kebutuhan keluarga dan mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pengasuhan dan bimbingan kepada anak-anaknya sebagai orang tua. Lestari (2012) juga menyatakan bahwa terdapat pembagian tugas dan peran dalam konsep perkawinan yang tradisional. Konsep ini lebih mudah dilakukan karena segala urusan rumah tangga dan pengasuhan anak akan menjadi tanggung jawab istri, sedangkan suami akan bertugas untuk mencari nafkah. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Hidayati, dkk (2011) bahwa laki-laki yang berperan sebagai ayah akan bertanggung jawab secara primer terhadap kebutuhan finansial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

keluarga, sedangkan wanita yang berperan sebagai ibu memiliki tanggung jawab pada pengasuhan dasar. Lamb, Pleck, Charnov dan Levine (dalam McBridge, Schoppe, dan Rane, 2002) membagi keterlibatan ayah dalam 3 komponen antara lain : a) Interaction (Parent interaction) yaitu pengalaman seorang ayah dalam pengasuhan secara langsung. Interaksi satu lawan satu dengan anak, mempunyai waktu untuk sekedar bersantai atau bermain bersama. b) Accessibility yaitu bentuk keterlibatan seorang ayah kepada anak yang lebih rendah. Orang tua ada di dekat anak akan tetapi , ayah tidak ikut berinteraksi secara langsung dengan anak. c) Responsibility yaitu bentuk keterlibatan yang mencakup tanggung jawab dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan dan pengaturan. Meskipun demikian, dalam menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai seorang ayah, laki-laki akan mengalami kekacauan ketika mengalami perubahan peran. Hal tersebut dapat terjadi ketika istri sebagai pasangan hidup meninggal. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa dewasa madya merupakan masa yang penuh stress. Selain itu, sebagian besar laki-laki di usia dewasa madya akan mengalami stress psikologis ketika istri sebagai pasangan hidup meninggal. Kehilangan istri bagi seorang laki-laki menurut Parker (dalam Partasari, 2004) berarti kehilangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

sosok istri dan mengalami tahap dukacita serta kehilangan peran yang selama ini dijalankan oleh istri, seperti mengurus keperluan rumah tangga, mengatur ekonomi keluarga, penghibur, pasangan seksual dan pasangan emosional. Bagi individu yang tidak mampu untuk menghadapi peran barunya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal maka, akan mengalami keterpurukan hingga tidak lagi mampu untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Hal tersebut didukung dengan laporan Finner (dalam Aprilia, 2013) bahwa keluarga dengan orang tua tunggal akan dihadapkan dengan banyak sekali masalah seperti isolasi dan kesepian, kesukaran finansial dan tekanan pada anak untuk menjadi lebih cepat dewasa dan bertanggung jawab melebihi kapasitas sesungguhnya. Meskipun individu menerima berbagai permasalahan atas perasaan dukacita seusai ditinggal meninggal pasangannya dan menjalani perubahan peran baru sebagai orang tua tunggal, tak jarang individu harus berhadapan dengan kenyataan hidup yang pahit dan dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan. Individu yang berhasil mengatasi permasalahan dalam hidup mereka, dan mampu bangkit menjadi individu yang lebih kuat dan menemukan kehidupan yang lebih baik dikatakan sebagai individu yang resilien (Siebert dalam Wijayani, 2008). Pada saat individu memiliki kemampuan resiliensi, maka individu tersebut akan menjadi individu yang fleksibel, mampu beradaptasi secara cepat dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

lingkungan dan terus bergerak maju dengan berbagai perubahan dan permasalahan hidup yang terjadi (Siebert dalam Wijayani, 2008). Selain itu, resiliensi yang dimiliki individu akan mempengaruhi kinerja dalam lingkungan kerja, atau lingkungan sekolah, memiliki efek terhadap kesehatan secara fisik maupun mental, serta menentukan keberhasilan dalam berhubungan serta berinteraksi dengan lingkungannya. Hal itu semua merupakan faktor dasar akan tercapainya kebahagiaan dan kesuksesan hidup seseorang (Reivich dan Shatte dalam Wijayani, 2008). Dengan begitu, laki-laki sebagai orang tua tunggal yang memiliki kemampuan resiliensi akan mampu menjalankan perannya yaitu ayah sebagai orang tua dewasa madya.

tunggal dan melewati tahapan di usia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

2) Skema Proses Resiliensi pada Ayah sebagai Orang Tua Tunggal Laki-laki Dewasa Madya

Kehilangan pasangan akibat ditinggal meninggal

Menghadapi Tekanan : a. Dukacita (Kehilangan pasangan) b. Ekonomi c. Pekerjaan d. Tekanan Sosial e. Perubahan Peran Pengalaman Proses Resiliensi : a. Kesadaran memiliki tujuan hidup (Meaningfulness) b. Keseimbangan hidup (Equanimity) c. Ketahanan menghadapi perubahan (Perseverance) d. Kemampuan mengendalikan diri sendiri (self reliance) e. Kebebasan dan keunikan dalam menentukan hidupnya (Existential Alonenes)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

D. Pertanyaan Penelitian Menurut Cresswell (2003) menjelaskan bahwa pertanyaan penelitian dalam suatu penelitian kualitatif terdiri dari dua bentuk, yaitu : 1) Central Question Central Question merupakan pertanyaan utama dari suatu penelitian yang bersifat sangat umum. Central question dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengalaman proses resiliensi seorang yang tunggal melalui proses kondisi yang menekan dengan kondisi terbarunya sebagai duda dan orang tua tunggal. 2) Subquestion Subquestion adalah pertanyaan-pertanyaan di luar pertanyaan utama yang berfungsi untuk memperjelas dan mengarahkan pada pertanyaan utama dalam penelitian. Subquestion dalam penelitian ini adalah : 2.1. Apa yang dirasakan dan dipikirkan ayah sebagai orang tua tunggal dalam proses resiliensi yang menghadapi tekanan. 2.2. Apa yang melatarbelakangi ayah sebagai orang tua tunggal mampu bertahan dan bangkit dari kondisi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, peneliti memilih menggunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologi interpretif karena dapat memahami fenomena yang dialami oleh informan penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan seterusnya, secara holistik dan mendalam, dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata serta bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan menggunakan berbagai metode yang alamiah pula (Moleong, 2006). Pada penelitian kualitatif juga memungkinkan diperolehnya informasi yang detil terkait orang ataupun kasus yang mampu meningkatkan pemahaman terhadap kasus atau situasi yang diteliti langsung dari informan penelitian (Patton, 1990), yaitu ayah sebagai orang tua tunggal dalam prosesnya mencapai resiliensi. Dalam metode ini nantinya informan diberikan keluasan dalam mengungkapkan kehidupan nyata sehari-hari sehingga memungkinkan siapa mendapatkan deskripsi terkait perilaku yang tampak maupun kondisi internal manusia, seperti pandangan dalam kehidupan, nilai-nilai yang dipegang, pemahaman tentang

diri

dan

lingkungan,

serta

bagaimana

informan

dalam

mengembangkan pemahamannya Poerwandari (dalam Partasari, 2004).

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

B. Fokus Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah deskripsi pengalaman ayah sebagai orang tua tunggal yang menjalankan peran ganda dan status barunya dalam melalui proses mencapai resiliensi. Resiliensi ayah sebagai orang tua tunggal

dapat

diketahui

dengan

cara

meminta

informan

untuk

menceritakan ulang pengalamannya pasca istri meninggal dan kondisi awal beserta tekanan yang dialaminya dalam berperan sebagai orang tua tunggal hingga kondisi terbaru saat ini.

C. Informan Penelitian 1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Informan Penelitian Pada penelitian yang berfokus pada ayah sebagai orang tua tunggal yang melalui proses mencapai resiliensi ini, informan penelitian akan ditentukan dengan menggunakan metode non-random sampling atau non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Dalam teknik purposive sampling, pemilihan informan dapat dipilih berdasarkan kriteria khusus yang sudah direncanakan oleh peneliti yang dapat membantu peneliti dalam memahami masalah dan pertanyaan penelitian (Creswell, 2009). Meskipun demikian, peneliti tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan teknik snowball sampling, yaitu bentuk dari purposive sampling. Pada umumya, teknik ini dilakukan untuk meminta rekomendasi orang lain yang sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37

dengan ciri dan kriteria untuk menjadi informan selanjutnya dari informan sebelumnya (Creswell, 2012). Peneliti memiliki beberapa kriteria dalam memilih dan menentukan informan penelitian, seperti : a) Informan penelitian berjenis kelamin laki-laki. b) Informan penelitian berperan sebagai orang tua tunggal, dimana status ayah sebagai orang tua tunggal disebabkan oleh pasangan yang meninggal baik sakit maupun tidak. c) Informan penelitian berusia maksimal 60 tahun. d) Informan penelitian berperan sebagai orang tua tunggal minimal selama 1 tahun e) Memiliki anak minimal 1 berusia maksimal 21 tahun f) Informan penelitian adalah seorang pekerja yang aktif. 2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian Prosedur yang dilakukan peneliti untuk seleksi informan meliputi beberapa langkah berikut ini : a) Menyusun kuesioner yang berkaitan dengan proses resiliensi b) Melakukan seleksi terhadap calon informan sesuai dengan ciriciri atau kriteria yang sudah dibuat untuk pada informan penelitian. c) Menentukan informan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

d) Melakukan perkenalan, rapport, penjelasan tujuan wawancara, memastikan kesediaan informan untuk terlibat dalm penelitian, dan wawancara awal kepada informan penelitan. e) Meminta informan penelitian untuk menandatangani informed consent dan membuat jadwal wawancara. D. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu : 1)

Kuesioner Penelitian Kuesioner

penelitian

digunakan

sebagai

alat

untuk

mendapatkan data awal calon informan penelitian. Melalui hasil tersebut, peneliti mendapatkan data sementara atau pemetaan dari calon informan sehingga dapat melakukan tahap seleksi yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan dalam penelitian ini. 2)

Wawancara Semi Terstruktur Wawancara semi terstruktur digunakan untuk memfasilitasi terbentuknya hubungan atau empati antara peneliti dengan informan. Peneliti juga mendapatkan keluwesan untuk memasuki area pembicaraan yang baru pada diri informan sehingga dapat mendapatkan data yang beragam (Smith, 2013). Dalam wawancara semi terstruktur, peneliti menyusun daftar pertanyaan yang berguna untuk menuntun peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

dalam mendapatkan informasi yang menarik dan penting terkait pengalaman informan.

Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara 1. Sudah berapa lama ibu sudah meninggal ? 2. Saya tertarik untuk mendengarkan pengalaman bapak ketika ditinggalkan istri bapak, bagaimana ceritanya saat itu pak ? 3. Apa yang bapak rasakan saat itu ? 4. Apakah ada perbedaan dengan apa yang dirasakan bapak saat ini ? 5. Selama beberapa tahun ini, apakah ada perubahan-perubahan yang bapak alami, bisakah bapak menceritakan pengalaman bapak saat ini ? 6. Perasaan apa saja yang muncul ketika bapak mulai merasakan adanya perubahan-perubahan tersebut ? 7. Apakah perasaan tersebut dirasa mendalam sehingga mengganggu dalam menjalani kehidupan bapak, bisakah bapak menceritakan pengalaman bapak? 8. Bagaimana cara bapak mengatasinya ? 9. Apakah bapak bisa membagi pengalaman bapak terkait berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal ? 10. Seperti apa masalah-masalah yang seringkali muncul selama berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal ? 11. Apa

yang

kemudian

bapak

lakukan

untuk

mengatasi

permasalahan tersebut? 12. Hal-hal apa sajakah yang mendorong bapak untuk tetap menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal ? 13. Dalam menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal, apakah ada anggota keluarga atau kerabat yang turut membantu ? 14. Bagaimana respon keluarga dan kerabat mengenai keadaan bapak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

setelah istri meninggal ? 15. Setelah mendapat respon dari keluarga atau kerabat dekat, bagaimana bapak melihat diri bapak sendiri ? 16. Apakah setelah istri meninggal, bapak pernah terpikirkan untuk menikah kembali atau tidak ? 17. Bagaimana bapak menindaklanjuti keputusan bapak tersebut ? 18. Menurut bapak, apa artinya menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal ?

E. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, data akan dilakukan analisis menggunakan metode analisis data dari interpretative (AFI) Smith (2009). Beberapa tahap tersebut meliputi : 1) Mencari tema-tema dalam setiap kasus setelah membaca data transkrip verbatim secara keseluruhan. Pada tahap yang pertama, peneliti diminta untuk membuat tabel yang terdiri dari tiga kolom. Kolom yang pertama berisi transkrip wawancara dengan informan. Kolom yang kedua berisi

komentar

atau

meringkas

transkrip

wawancara.

Sedangkan kolom yang ketiga, digunakan untuk menuliskan judul-judul tema yang muncul atau mentrasformasikan ungkapan-ungkapan singkat yang bermaksud untuk menangkap kualitas inti dari transkrip hasil wawancara. 2) Mengkaitkan tema-tema yang sudah terkumpul dan mencari hubungan di setiap tema dengan cara :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

a. Mengurutkan

tema-tema

yang

muncul

secara

kronologis berdasarkan urutan kemunculannya dalam transkrip verbatim wawancara. b. Mengurutkan tema-tema secara analitis atau teoritis untuk memahami hubungan antara tema yang muncul dan mengelompokkan tema yang serupa. c. Melakukan pemeriksaan terhadap transkrip dan tema yang telah dibuat. d. Membuat tabel tema-tema dengan susunan yang koheren dan mengidentifikasi

kelompok tema yang

paling kuat, kemudian memberi nama kategori tema. 3) Melanjutkan membuat analisis pada kasus-kasus lain.

F. Verifikasi Penelitian Menurut Creswell (2012) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan validasi atau keakuratan hasil penelitian kualitatif, seperti : a) Member checking; merupakan proses mengecek akurasi data dengan cara konfirmasi terkait hasil penelitian. Peneliti akan kembali menemui informan serta membawa laporan akhir yang berisikan tema maupun deskripsi yang sudah ada dan menanyakan apakah deskripsi yang sudah dibuat oleh peneliti sudah lengkap dan realistis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

b) Menyediakan Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil penelitian. Deskripsi tersebut menyajikan terkait setting penelitian dan elemen beberapa

pengalaman

dari

informan

penelitian

serta

menyajikan banyak perspektif mengenai tema, sehingga mendapatkan hasil yang lebih realistis dan kaya. c) Validitas Argumentatif yaitu peneliti melakukan diskusi dengan

dosen

pembimbing

untuk

argumentatif (Poerwandari, 2005).

mencapai

validitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan 1. Alat Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan terkait dengan proses penelitian. Salah satu proses tersebut yaitu dengan mempersiapkan kuesioner yang berisikan 25 item terpakai berkaitan dengan proses resiliensi. Kuesioner dipilih sebagai salah satu alat penelitian guna mencari dan melakukan seleksi terhadap informan penelitian. Hasil dari data kuesioner digunakan peneliti sebagai pemetaan dan merupakan pengambilan data awal terhadap para informan. Setelah melakukan tahap seleksi awal dengan menggunakan kuesioner, peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan untuk memudahkan

peneliti

dalam

melakukan

wawancara.

Metode

wawancara dipilih oleh peneliti sebagai metode utama dalam mendapatkan data utama tanpa membatasi informasi yang didapatkan oleh

peneliti

terhadap

informan

penelitian.

Beberapa

sarana

dipersiapkan oleh peneliti guna mendukung kelancaran proses wawancara seperti : alat perekam, buku untuk membuat catatan kecil yang terjadi pada saat wawancara, serta alat tulis untuk membantu

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

informan dalam mengisi kuesioner dan juga membantu peneliti dalam membuat catatan. 2. Informan Informan yang terlibat pada proses penelitian ini, merupakan informan yang sudah melewati proses seleksi di awal yaitu menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini, ditemukan tiga orang informan dengan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan beberapa tahapan persiapan terhadap informan yang sudah terpilih sesuai dengan kriteria pada bab III. Pencarian informan 1, 2 dan 3 pada awalnya dilakukan peneliti dengan cara bertanya kepada beberapa teman dan keluarga peneliti yang dikenal oleh peneliti. Teman ataupun keluarga peneliti dipastikan sudah mengetahui kriteria informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti bertemu dengan informan 1 atas bantuan salah seorang keluarga peneliti yang dikenalnya dari lingkungan gereja. Sama halnya dengan informan 2 yang ditemukan berdasarkan bantuan dari keluarga informan yang juga merupakan seorang ayah sebagai orang tua tunggal. Tidak terlalu sulit bagi peneliti untuk bertemu dan melakukan pendekatan atau rapport pada informan 2 karena peneliti sudah pernah bertemu sebelumnya dengan informan tersebut. Sedangkan pada informan 3, peneliti bertemu atas bantuan salah satu teman peneliti yang merupakan tetangga dari informan. Ketiga informan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45

sesuai dengan kriteria yang diminta oleh peneliti, sehingga informan melakukan

proses

seleksi

awal,

seperti

halnya

menanyakan

kesediaannya untuk ikut serta dalam melakukan penelitian, rapport, hingga pengambilan data.

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Setelah peneliti mendapatkan beberapa calon informan yang dirasa sudah

cukup

memenuhi

kriteria,

peneliti

melakukan

tahap

pengambilan data awal yang berguna untuk seleksi terhadap informan penelitian. Proses pengambilan data awal tersebut dilakukan dengan kuesioner yang berisikan 25 item terkait resiliensi yang sesuai dengan tema

penelitian

tersebut.

Sebelum

peneliti

dengan

informan

melanjutkan proses pengambilan data, peneliti akan melakukan beberapa kesepakatan dengan informan. Kesepakatan tersebut akan ditandai dengan informan menandatangani informed consent. Surat tersebut berisikan kesepakatan bahwa informan bersedia untuk melakukan proses pengambilan data yang akan dilakukan oleh peneliti. Setelah peneliti dan informan mendapatkan kesepakatan satu sama lain, peneliti melanjutkan dengan tahap kedua yaitu rapport. Tahap tersebut berguna membangun hubungan yang lebih dekat. Hal ini dirasa penting untuk dilakukan peneliti, karena dengan terciptanya relasi yang dekat dapat membuat informan semakin terbuka untuk membagikan informasi terkait dirinya kepada peneliti. Rapport

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46

dilakukan dengan cara berkenalan dan berkunjung ke rumah informan. Jumlah kunjungan ketiga informan tersebut berbeda. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan jadwal kesibukan informan dan karakteristik informan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pada tahap pengambilan data yang ketiga adalah pengambilan data terkait dengan data demografis informan. Pada informan 1 dan 2 peneliti mengambil data demografis bersamaan dengan hari kunjungan pertama peneliti ke rumah informan. Hal ini dilakukan informan, karena peneliti sudah pernah bertemu dengan informan. Sehingga tidak terasa sulit bagi informan dan peneliti untuk membangun proses rapport. Sedangkan pada informan 3 yang baru ditemui oleh peneliti, maka proses pengambilan data demografis dilakukan peneliti pada pertemuan kedua di rumah informan yang dilanjutkan untuk melakukan proses pengambilan data yang mendalam yaitu wawancara. Jumlah pengambilan data secara mendalam atau wawancara juga berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan kelengkapan data yang sudah diperoleh dan tingkat kejenuhan data yang muncul selama wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

Tabel 2.Ringkasan Identitas dan Deskripsi Singkat Seluruh Informan

Informan 1

Informan 2

Informan 3

Inisial

IW

BTH

YB

Usia

53 tahun

58 tahun

42 tahun

Pendidikan

Sarjana

Sarjana

SMK

Pekerjaan

PNS

PNS

Wiraswasta

Suku

Jawa

Jawa

Jawa

Agama

Katolik

Islam

Katolik

Jumlah anak

2 orang

3 orang

1 orang

Jenis Kelamin anak

Anak 1 : L

Anak 1 : L

Laki-laki

Anak 2 : P

Anak 2 : L Anak 3 : P

Penyebab kematian istri

Sakit kanker otak

Sakit kanker payudara

Kecelakaan lalu lintas

Lama menjadi orang tua tunggal

4 tahun

4, 5 tahun

7 tahun

Orang luar tinggal bersama selain ayah dan anak

Kakak perempuan

Tidak ada

Ibu dari informan

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan a. Pelaksanaan Wawancara Informan 1 Tabel 2.1 Pelaksanaan Wawancara Informan 1 KETERANGAN Wawancara I

TEMPAT Rumah Informan

HARI, TANGGAL 20 Oktober 2015

WAKTU 17.00-18.15 WIB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

Wawancara II

Rumah Informan

23 Oktober 2015

17.00-20.20 WIB

b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2 Tabel 2.2 Pelaksanaan Wawancara Informan 2 KETERANGAN TEMPAT TANGGAL WAKTU Wawancara I

Rumah Informan

21 Oktober 2015

17.00-17.50 WIB

Wawancara II

Rumah Informan

24 Oktober 2015

15.30-16.30 WIB

Wawancara III

Rumah Informan

13 Januari 2015

09.00–09.30 WIB

c. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3 Tabel 2.3 Pelaksanaan Wawancara Informan 3 KETERANGAN TEMPAT TANGGAL WAKTU Wawancara I

Rumah Informan

18 Oktober 2015

16.25-17.25 WIB

Wawancara II

Rumah Informan

26 Oktober 2015

16.00-17.30 WIB

Wawancara III

Rumah Informan

27 Oktober 2015

16.00-18.30 WIB

3. Analisis Hasil Wawancara Informan 1 a. Gambaran Pengalaman Kehilangan Informan merupakan seorang pria berusia 53 tahun. Ia adalah seorang ayah dari kedua anak. Anak pertamanya seorang laki-laki yang saat ini berusia 18 tahun. Sedangkan anak keduanya saat ini berusia 16 tahun, dan sedang menempuh pendidikan di kelas 2 sekolah menengah atas. Informan berperan sebagai orang tua tunggal selama 4 tahun, sejak istrinya meninggal akibat penyakit kanker otak. Pada saat istri informan meninggal pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49

tanggal 19 bulan 11 tahun 2012, anak pertamanya masih berusia 14 tahun dan anak keduanya berusia 12 tahun. Selama menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, informan tinggal bersama kedua anaknya dan seorang keluarga dekatnya, yaitu kakak wanita dari informan. Dalam mendukung perannya sebagai ayah sebagai orang tua tunggal, informan dibantu oleh kakak wanita dan seorang pembantu rumah tangga. Menggunakan jasa pembantu rumah tangga diputuskan oleh informan karena ia merasa tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengurus keperluan rumah dan tidak memiliki keterampilan yang baik untuk mengurus

keperluan

rumah

tangga.

Keseharian

informan

dihabiskan dengan bekerja sebagai seorang guru Sekolah Menengah Pertama di Madiun. Hubungan

informan

dengan

istrinya

bermula

dari

pertemuan keduanya di kota Madiun. Setelah beberapa kali menjalin komunikasi dan hubungan yang dekat, informan beserta istri memutuskan untuk menikah. Saat itu, informan masih bertugas di Kota Madiun, sedangkan istrinya bekerja di Blitar. Kondisi tersebut mengharuskan informan untuk bolak-balik kota Madiun ke Blitar. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk tinggal menetap di kota Madiun bersama-sama. Informan mengaku hidup bahagia bersama istrinya hingga memiliki dua anak. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

menjalani kehidupan berumah tangga, informan tidak mengetahui bahwa istrinya akan mengalami sakit keras. Setelah memperlihatkan

memiliki

dua

gejala-gejala

anak,

istri

informan

sakit.

Kejang-kejang

mulai selama

beberapa kali dialami oleh istri informan. Kondisi tersebut memaksa informan untuk memeriksakan kondisi istrinya. Setelah hasil pemeriksaan keluar, istri informan didiagnosa menderita kanker otak. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter menyarankan untuk dilakukan penanganan. “Jadi dia itu sakitnya kami baru tahu setelah dia kambuh pertama. Ini kenapa ya, seperti kejang gitu. Setelah diperiksa ternyata, dia gak ada gangguan kanker otak. Disini dia gak kerja, terus dia mulai mencoba untuk kerja di luar negeri, Terus disana kambuh, terus diperiksa dan disarankan operasi disana.” (Informan 1, 15-19)

Setelah hasil pemeriksaan keluar, istri informan diharuskan untuk melakukan operasi. Proses operasi yang berjalan dengan lancar di rumah sakit di luar negeri tempat istrinya bekerja, istri informan masih melanjutkan operasi untuk kedua kalinya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena istri informan mengalami kesakitan yang berulang di bagian kepala pada saat kembali ke Indonesia. Setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis, informan beserta istri memutuskan untuk dilakukan operasi kembali di Surabaya. Proses operasi yang dijalani membuka kesempatan bagi istri untuk dapat hidup lebih lama dan dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan bahagia selama 5 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51

“Setelah proses berjalan dengan baik, dia saya suruh pulang kesini. Ternyata setelah dia kambuh lagi lalu dioperasi di rumah sakit Internasional Surabaya. Terus, ya itu dari proses operasi itu kita masih 5 tahunan bisa bersama-sama membesarkan anak-anak, tetapi ya memang itu sudah Tuhan yang menghendaki njih.”(Informan 1, 19-23)

Kematian istri informan dirasakan sebagai sesuatu yang bersifat mendadak dan mengejutkan bagi informan, keluarga dan kerabat dekat. Hal tersebut ditunjukkan dari kambuhnya sakit di bagian kepala almarhumah yang tidak bisa tertahankan hingga akhirnya istri informan meninggal sebelum dilakukan tindakan pertolongan medis. Kondisi tersebut membuat informan tidak percaya, karena pada saat istrinya mengalami kambuh dan menjalani operasi sebelumnya masih tetap bertahan dan menjalani kehidupannya seperti biasa. Hal ini sempat membuat informan mengalami pertentangan batin yang disebabkan tidak menerima kenyataan bahwa istrinya meninggal. “Kami sendiri tidak, tidak apa ya tidak berpikir kalau itu memang, memang kambuhnya semacam itu sampai tidak tertolong dulu pada waktu itu di Surabaya aja kambunya semacam itu aja dia masih bisa tertolong.”(Informan 1, 7275) “Saat dia gak sakit atau gak kambuh ya gak ada masalah. Jadi foto itu, saat minggu sebelum meninggal (sambil menunjuk kearah foto istrinya), jadi gemuk, seger, lha wong dia masih menjadi saksi mantenan di gereja. Jadi minggunya jadi saksi, tanggal berepa ya, tanggal 19 itu meninggal jadi selangnya tiga hari tok.”(Informan 1, 28-32)

Kematian almarhumah istri informan yang mendadak tampaknya membuat informan mengalami pertentangan batin, yaitu kondisi dirinya tidak menerima kematian istri. Pertentangan batin

informan

ditunjukkan

dengan

berkurangnya

tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

religiusitas terhadap Tuhan yang ia percayai, yang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan. Proses pertentangan yang dihadapi membuat hidupnya jauh dari ritual religiusitas keagamaan yang selama ini dijalaninya. Keengganan informan untuk ke gereja, dan berkurangnya frekuensi berdoa diungkapkan sebagai wujud protesnya kepada Tuhan. “Saya menentang, apa itu Tuhan katanya maha segalanya, maha ini maha ini. Kenapa istri saya gak, saya tentang setiap malam. Akhirnya denganromo saya gak boleh doa, istilahnya doanya tu gak boleh lama-lama. Kalau lama, mesti saya seperti orang ini (menunjuk peneliti yang sedang berhadapan dengan informan). Saya pasti debat sampai pagi, itu berlangsung hampir 1 bulan jadi gejolak hati saya.” (Informan 1, 98-104)

Setelah kurang lebih 1 bulan informan mengalami proses pertentangan batin akibat kematian istrinya, secara perlahan ia mulai menerima kondisi tersebut. Rutinitas kembali dilakukannya, hubungan dengan kedua anaknya juga kembali dengan baik hingga kepercayaan akan kuasa Tuhan mulai kembali dirasakannya. Kesulitan untuk menerima kematian istrinya secara perlahan dapat diterima sebagai sesuatu yang positif. “Tapi lama-kelamaan saya sadar, kamu saya beri yang terbaik untuk istrimu nah baru sekarang saya nangis. Dulu saya menentang, sekarang gak berani. Jadi, dulu saya menentang betul, saya gak mau ke gereja, gak mau kemanamana karena ya itu, tentang batin.” (Informan 1, 104-107) “Kami menyadari iya ya akhirnya kami merenung, bahwa sudah dapat yang terbaik. Kenapa, misalkan kita tarik ulur lagi, misalkan istrimu tetep hidup apa kamu gak kasian, dia tersiksa pada saat ini. Sedangkan dia sudah dinyatakan seperti itu sakitnya. Mengapa saya memberikan yang terbaik ? Apakah kehidupan sudah yang terbaik ?. Lha ini akhirnya ya nanti kami lama kelamaan menyadari.”(Informan 1, 200206)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

Informan mulai mampu menilai bahwa rasa kecewa, dan marah yang diungkapkan kepada Tuhan dirasakan sebagai wujud penolakan akan kehilangan istrinya. Pertentangan terhadap kematian istrinya pada Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang wajar karena kematian istrinya dianggap sebagai sesuatu yang mendadak dan mengejutkan. “Karena apa, menurut kami kata orang-orang itu wajar karena kamu shock ditinggal istrimu jadi mau ndak mau itu wajar. Ya itu saya tentang saya ndak mau. Untung lama kelamaan sudah.” (Informan 1, 212-214)

b. Pengalaman Berperan Sebagai Orang Tua Tunggal Kehilangan istri, membuat informan sadar akan perannya yang berubah seiring proses dalam menerima kematian istrinya. Hal ini mulai ditunjukkan informan dengan memberikan pendekatan dan pengertian bagi kedua anaknya yang juga menunjukkan sikap tidak menerima akan kehilangan ibu mereka. Selain itu informan juga mulai menunjukkan perannya sebagai ayah sebagai orang tua tunggal dengan memberikan arahan untuk keberlangsungan hidup kedua anaknya tanpa kehadiran ibu. “Anak-anak ya, dikatakan anak ya masih perlu ada bimbingan njih. Ya pendekatan, ya itu setelah kami mulai reda, baru anak-anak kami mengertikan. Selama satu bulan, kami masih masa pergulatan itu ya anak-anak masih belum saya ajak ngomong. Mungkin dia memang, ndak menunjukkan njih tapi dia tetap menunjukkan sikap, anak saya jadi pendiam terus akhirnya menyendiri. Dua-duanya itu menyendiri, kemudian ndak ceria tapi setelah kami juga sudah mulai reda, kami mulai beri pengertian. Ya sudah mari kita menjalaninya bersama-sama.”(Informan 1, 216-223)

Perubahan

lain

yang

dirasakan

cukup

signifikan

mempengaruhi hidup informan adalah ketika ia diharuskan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

melakukan pertimbangan dan membuat keputusan seorang diri. Hilangnya rutinitas berkomunikasi untuk berbagi pikiran dirasakan sangat menonjol dalam kehidupan informan. Perubahan peran tersebut dirasa cukup membingungkan bagi informan karena seringkali keputusan yang telah dibuatnya belum tentu baik dan dapat diterima oleh orang lain dan kedua anaknya. “Ya otomatis njih, yang dulunya itu kita masih berpikir berdua dan sebagainya sesuatu ada pertimbangan, terus sekarang nggak ada itu kadang-kadang itu ya mesti ada perubahan yang sangat signifikan njih. Sangat-sangat menonjol njih, mungkin buat kedua anak saya baik, tetapi buat kedua anak saya gak baik mungkin". (Informan 1, 270-275) “Dulu saya bisa pertimbangan dengan istri saya, jangan gini to yah, gini, gini, gini. Akhirnya saya sekarang kan ndak, apa yang saya putuskan, pikir ini buat saya buat anak baik, ki tujuane ki apik tapi buat anak sendiri gak.”(Informan 1, 275279)

Meskipun beberapa perubahan yang dirasakan ketika berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal mulai dirasakan dan dijalani, informan merasakan beberapa tanggung jawab yang tidak

mampu

untuk

dilakukannya.

Informan

menyadari

keterbatasan dirinya dalam menangani keperluan rumah tangga yang tidak biasa dilakukan olehnya. Oleh karena itu, beberapa tanggung jawab sebagai ayah sebagai orang tua tunggal harus dijalankan dengan dukungan dari pihak lain. Beberapa dukungan didapatkan dari kakak wanita informan yang turut serta membantu mengurus keperluan keseharian anak, hingga mengurus keperluan rumah tangga. Selain itu, informan juga menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk membersihkan rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55

“Jujur menangani apa yang ditangani orang putri gak bisa. Udah istilahnya kita gak usah mengatakan bahwa kita, “saya segala-galanya bisa, jelas gak bisa. Oleh sebab itu, saya njih minta bantuan orang.” (Informan 1, 311-314)

Dalam menjalani perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal,

informan

merasa

kebingungan.

Perasaan

akan

kebingungan peran tersebut dirasakan informan hingga tidak sanggup untuk melakukan segala sesuatunya yang berkaitan dengan

perannya.

Meskipun

demikian,

informan

kembali

menyadari hingga akhirnya berusaha menjalani kehidupannya yang sudah ditetapkan Tuhan. “Kurang lebih seperti itu ya mbak, tapi ya tidak apa-apa tetap saya jalani saja karena sudah rencana Tuhan.”(Informan 1, 317-318)

Masalah lain yang informan ungkapkan adalah masalah dalam mendidik anak. Perselisihan pendapat antara kemauan anak dengan orang tua seringkali dirasakan oleh informan. Informan dituntut mengambil keputusan yang tepat bagi anaknya. Kemauan anak yang tidak didukung dengan kemampuan ekonomi yang cukup baik membuat keduanya seringkali mengalami perbedaan pendapat. Berperan sebagai orang tua tunggal menuntut informan menjadi pekerja tunggal dalam keluarganya yang harus membiayai kehidupan rumah tangga, hingga keperluan kedua anaknya. Oleh karena itu, informan mendidik kedua anaknya untuk mampu belajar mengambil keputusan berdasarkan tingkat kepentingan. “Sekarang paling muncul ya itu, perselisihan antara anak mempunyai kemauan dengan kami. Biasa kan anak sekarang mengatakan anak gaul, itu biasa. Itu sering ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

perselisihan pendapat yang antara orang tua dengan anak sekarang.” (Informan 1, 361-364) “Jadi itu tujuannya, jadi nanti kita mengertikan. Jadi anak memang dilatih bagaimana cara menghargai uang dan jerih payah orang tua. Jadi kalau dia selalu dan selalu di iyakan, dia gak mau tahu. Pokoknya kalau ada apa-apa “yah, yah”. Dituntut akhirnya tetapi kalau diberi pengertian akhirnya dia tau oh mana yang boleh mana yang gak akhirnya dia tahu, ternyata mencari uang itu ya sulit.” (Informan 1, 382-388)

Tidak sedikit masalah tekanan sosial yang turut dirasakan oleh informan. Tanggapan negatif terkait statusnya sebagai seorang ayah sebagai orang tua tunggal dan duda seringkali didapatkan dari teman-teman informan 1. Pilihan informan untuk hidup tanpa adanya pasangan setelah sepeninggal alamarhumah istrinya selama 4 tahun, seringkali diragukan oleh teman-temannya dan seringkali menjadi bahan tawa mereka. Meskipun dalam menghadapi keadaan yang sulit menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, informan tidak menghiraukan tanggapan negatif yang didapatkannya. Kondisi tersebut membuat informan memiliki kemampuan untuk tetap berpegang pada prinsipnya. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak lantas membuatnya memiliki hubungan yang tidak baik dengan pemberi tanggapan negatif. Ia tetap menghargai pendapat orang lain dengan menimpali percakapan dengan suasana canda yang menyenangkan. “Kalau itu sih banyak juga, kamu gak mungkin wong kamu duwe mobil duwe segalanya. Itu kan pandanganmu, sedangkan saya punya pandangan dan keyakinan sendiri. Kamu mau ngomong apapun silahkan selama kamu itu mau gurau dengan saya, ya genti diguroni, tapi kalau dia serius kita serius. Gapapa, ya pernah serius dalam arti kalau dia mau serius istilahnya kita ya marah, gak ada masalah. Tapi selama itu buat kamu itu canda ya gak masalah. Ini ini ini ya itu urusanmu, kamu gak percaya ya urusanmu saya punya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

keyakinan saya punya prinsip sendiri. Jadi prinsipmu harus sama dengan saya jelas gak mungkin, karena kamu beda dengan saya, mungkin kalau buat kamu sah-sah aja, tapi buat saya yang gak sah, karena pandangannya ini yang beda, sudut pandangnya. Saya nanti harus pengakuan ning romo malah yo isin dewe kalau saya berbuat hal-hal yang aneh-aneh. Lah ini lho, karena sudut pandangnya yang sudah berbeda, dan dia gak menyakini. Makanya kenapa harus dipermasalahkan, njih ora enek gunane.” (Informan 1, 486-500)

Keterbatasan informan dalam menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal, membuat keluarga besarnya tergerak untuk memberikan dukungan sosial. Dukungan sosial cukup dirasakan sebagai sesuatu yang menopang informan seperti kehadiran kakak wanitanya yang turut membantu tugas-tugas rumah tangga yang biasa dilakukan oleh istri informan. Selain itu, dukungan sosial tidak kurang dirasakan oleh informan dengan mendapatkan

dukungan

dari

pihak

keluarga

dimana

ia

berkomitmen untuk mengurus dan membesarkan anak seorang diri tanpa adanya pendamping dan menunda untuk menikah kembali. “Terlebih disini masih ada budhe, kakak saya. Jadi itu yang sepertinya kita masih apa ya dalam keluarga itu masih bisa saling bantu, bisa saling menopang, jadi gitu.” (Informan 1, 321-324) “Kalau dari keluarga gak ada. Saya pilih anak semua setuju, semuanya mendukung, tapi ya nanti yang memilihkan anak saya siap. Keluarga juga setuju, ya memang itu keluarga saya kira setuju semua mendukung.” (Informan 1, 521-523)

c. Cara Informan Menangani Masalah Perasaan dukacita yang mendalam, hilangnya peran istri, perubahan peran mengasuh anak, hingga stigma negatif menjadi masalah yang menekan bagi informan 1. Beberapa masalah yang dirasakannya selama menjalankan peran ayah sebagai orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58

tunggal tersebut tidak lantas membuat informan menyerah dengan semua tanggung jawabnya. Secara berlawanan, informan justru memilih untuk mencari cara agar mampu melewati masalah yang ia rasakan. Informan menerapkan sistem komunikasi dalam menyelesaikan masalah yang ia rasakan baik terhadap anak maupun dari pihak lain. Meskipun demikian, informan tetap merasakan terbeban dalam menjalani segala tanggung jawab dan beberapa perubahan yang menjadi masalah dalam kehidupannya. “Ya, otomatis yang namanya beban ya pasti kebeban njih. Tetapi selama kita, ya itu kunci kata kunci kita bisa saling berkomunikasi di keluarga itu kuncinya banyak berkomunikasi. Kita saling apa ya, walaupun itu anak tapi kalau itu diajak ngomong bersama, diajak berkomunikasi yang baik saya kira beban itu juga mau gak mau juga bisa teratasi.”(Informan 1, 436-446)

Beban yang ia rasakan tersebut tidak lantas membuat informan 1 memunculkan perilaku ekstrem setiap kali menghadapi masalah. Meskipun jarang dilakukannya, perilaku ekstrem pernah muncul ketika informan menangani masalah dalam perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal. Perilaku ekstrem yang pernah ia tunjukkan ialah marah dan menangis. “Ya jarang njih, tapi ya pernah ya karena ekstrem ya pernah saya dengan anak sampe nangis pernah tapi saya lupa karena juarang. Terus akhirnya kita saling komunikasi.” (Informan 1, 459-461) “Marah ya pernah nangis iya pernah, tapi yawes duer duer yawes tetapi harus selesei. Makanya orang mengatakan, apa gak pernah padu ya padu rumangsane rumah tangga kok gak padu kie pie, ya padu.” (Informan 1, 475-477)

Selain berkomunikasi, informan juga seringkali melakukan refleksi ketika mendapatkan masalah. Bagi informan, refleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59

dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan emosi. Ketika proses refleksi, ia bisa secara bebas menangis dan menunjukkan amarahnya. Dalam pengalamannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, refleksi seringkali dilakukannya pada masa pertentangan setelah istrinya meninggal. Refleksi digunakan sebagai salah satu proses penerimaan akan kehilangan almarhumah istrinya tersebut. Proses refleksi informan dilakukannya di kapel, yaitu sebuah ruangan doa. “Ketika mendapatkan masalah, biasanya saya sih refleksi mbak. Saya punya ruangan doa sendiri, kapel. Makanya pada saat saya pertentangan itu saya nangis hanya di kapel. Karena apa, nyuwun sewu saudara kita yang lain aja di rumah mesti punya ruangan sendiri untuk shalat. Saya harus punya, makanya saya nangisnya pada waktu, perangnya pada waktu di kapel itu, bukan kapel ya istilahnya di ruang doa untuk saya sendiri. Memang dulu saya khususkan njih dengan istri saya. Saya punya ruang khusus untuk doa.” (Informan 1, 419-425)

Dalam menghadapi masalah pengasuhan anak, informan berusaha menyelesaikan masalah sendiri tanpa adanya keterlibatan dengan pihak lain. Terutama apabila masalahnya terkait dengan perbedaan pendapat antara anak dengan orang tua. Berperan ayah sebagai orang tua tunggal selama 4 tahun membuat informan belajar memiliki kemampuan untuk menangani masalah sendiri. Bersama

dengan

kedua

anaknya,

informan

berusaha

menyelesaikan masalahnya tanpa meminta bantuan orang. “Saya kira gak, saya biasanya seleseikan sendiri sama anakanak. Biasanya sistem kami pada saat makan, saya berikan penjelasannya kalo ini seperti ini hasilnya, kalo milih ini ya itu gak, bagaimana ?”(Informan 1, 403-405)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

Kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik juga diterapkan informan ketika ia menghadapi beberapa masalah selama menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Hal ini dilakukannya terutama dalam mendapatkan stigma negatif dari orang lain terkait perannya sebagai orang tua tunggal yang berkomitmen untuk belum menikah. Kemampuan untuk tetap tenang dalam menyikapi tanggapan negatif dapat dilakukannya dengan baik. “Ya saya gak usah mengambil pusing aja lah mbak. Kalau itu apakah ada tanggapan negatif, ya ada. Bahkan ada yang ini, ini ya ada otomatis.” (Informan 1, 519-520)

d. Rencana Informan untuk Kehidupan Selanjutnya Status duda dan ayah sebagai orang tua tunggal yang disandang informan tidak lantas membuatnya merasa terbebani. Selama 4 tahun menjalani perannya, informan tidak merasa keberatan untuk menghadapi masalah seorang diri tanpa adanya istri. Kondisi tersebut tidak memaksa informan untuk tergesa-gesa memiliki istri kembali. Meskipun diakuinya, tidak menutup kemungkinan ia akan menikah kembali, namun dalam menjalankan rencana tersebut, informan terganjal beberapa alasan yang membuatnya menunda rencana pernikahannya. “Kalau saya disuruh pilih ya pilih dengan anak saya kalau dari pada saya punya istri. Tetapi nanti kalau yang memilihkan anak saya, ya monggo. Beda lagi, “yah, ini lho”, tapi kalau anak saya yang pilih.Anak saya menjauh saya yang gak mau lebih baik gak. Tetapi nanti kalau kebalikan, anak saya senang.” (Informan 1, 335-339) “Saya pilih anak semua setuju, semuanya mendukung, tapi ya nanti yang memilihkan anak saya siap. Keluarga juga setuju,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

ya memang itu keluarga saya kira setuju semua mendukung. Kalau yang memilihkan anak, saya siap. Itu aja hidup saya, anak saya. Tujuan hidupnya anak, ya sekarang itu saja, kasih saya itu entuk e loro kui.” (Informan 1, 521-526)

e. Makna Pengalaman Informan terkait Menjalani Peran sebagai Orang Tua Tunggal Informan menyatakan bahwa selama ini pengalamannya terkait berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal merupakan pengalaman yang positif. Hal ini karena selama menjalankan perannya, ia berkeinginan untuk memberikan yang terbaik untuk kedua anaknya. Oleh karena itu, informan memaknai peran ayah sebagai orang tua tunggal sebagai sesuatu yang menantang untuk bisa berperan sebagai ayah yang baik bagi anakanaknya. emm begini njih mbak, ini kan peran, tugas yang harus dilalui saat ini njih mbak sebagai ayah. Jadi saya tu merasa ada tantangan kudu bisa hantar anak-anak saya ke jenjang dewasa dan sukses sendiri nantinya tanpa bantuan orang lain. Jadi saya kepingin jadi ayah yang baik buat mereka. Sebisa mungkin sing dibutuhkan saya sediakan, tapi ya itu tadi tetep dimengertikan jerih payah orang tua.(Informan 1, 531-536)

4. Analisis Kehidupan Informan 1 sebagai Orang Tua Tunggal Ada lima komponen resiliensi menurut Wagnild dan Young (1993), komponen pertama adalah meaningfulness. Kemampuan meaningfulness diterima informan melalui pengalaman kehilangan istri akibat kematian. Pengalaman tersebut membuat kondisi informan menjadi tertekan karena kehilangan dukungan emosional sebagai partner hidup. Sejarah penikahan harmonis yang dibangun oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

informan dan istrinya bersama-sama seperti mendidik anak, mengurus keperluan rumah tangga hingga berdiskusi untuk memutuskan suatu pertimbangan.

Beberapa

kebiasaan

tersebut

tidak

lagi

dapat

dirasakannya hingga membuatnya merasa terkejut akan situasi barunya tersebut dan merasa adanya kekosongan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak lantas membuat informan berdiam diri. Ia memiliki keinginan untuk hidup dengan baik meskipun tanpa kehadiran istrinya. Informan menjadikan anak sebagai tujuan dan prioritas dalam hidupnya. Keinginan untuk sukses dalam mendidik anak mulai diterapkan informan setelah ia mampu menerima kematian istrinya. Tidak hanya dirinya saja yang mampu mengatasi dukacita, namun informan juga berusaha untuk membantu anaknya mengatasi dukacita atas kematian ibu mereka. Wagnild dan Young (1993) menjelaskan bahwa meaningfulness atau kebermaknaan adalah sebuah kesadaran bahwa dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Individu yang memiliki meaningfulness tinggi akan terus menerus berusaha melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya selama ia hidup. Selain itu, individu yang memiliki kemampuan meaningfulness atau kebermaknaan, juga mampu menghargai dan memaknai apa yang sudah dilakukan oleh dirinya maupun orang lain. Kemampuan untuk memaknai dengan baik apa yang sudah diputuskan oleh Tuhan dilakukannya sebagai pembuktian bahwa ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

memiliki komponen meaningfulness. Informan menerima sesuatu yang baik dari kondisi yang tidak baik. Kondisi yang tidak baik tersebut adalah kondisi dimana istri informan meninggal. Ia menilai bahwa Tuhan telah menyampaikan yang terbaik melalui istrinya yang meninggal sebelum dioperasi. Ia meyakini bahwa muka istrinya akan hancur dan anaknya akan memiliki trauma jika dilakukan operasi. Melalui pernyataan informan tersebut, membuktikan bahwa dirinya mampu menghargai dan memaknai apa yang sudah dilakukan oleh dirinya maupun Tuhan dengan tidak menyesali istrinya sudah meninggal tanpa dilakukan operasi. Komponen kedua adalah Equanimity yang meliputi perspektif yang seimbang antara kehidupan dengan pengalaman. Pada komponen ini informan menunjukkan sikap penerimaan diri akan kematian istrinya. Ia merasa bahwa ketika istrinya masih hidup, maka belum tentu akan bisa menikmati hidup karena tersiksa akan penyakit kanker. Hal tersebut dirasakan informan karena ia menyadari keterbatasan dirinya yang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menolong ketika istrinya kambuh. Selain itu, komponen equanimity juga meliputi kemampuan untuk santai dalam menerima kesulitan dan mampu menangani tanpa menunjukkan sikap yang ekstrem. Selama informan menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal, ia mampu menyelesaikan beberapa masalah

dengan

baik.

Masalah-masalah

tersebut

antara

lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

menyelesaikan masalah dengan anak dan mampu merespon tanggapan negatif terkait status duda yang didapatkan dari teman-temannya. Ketidakhadiran peran istri menuntut informan untuk bisa menjalankan semua tugasnya seorang diri termasuk tugas yang selama ini istrinya jalankan. Ia mengaku merasa kesulitan dalam menjalankan semua tugas yang seharusnya dilakukan oleh wanita seperti memenuhi keperluan anak dan mengasuh anak seorang diri, serta mengurus keperluan rumah tangga. Pengakuan tersebut menuntut informan untuk mendapatkan sosok pengganti peran istri akan tetapi, hal tersebut tidak bisa dilakukannya karena terhalang oleh adanya beberapa alasan. Alasan tersebut antara lain adalah ketakutannya akan kehilangan istri untuk kedua kalinya, dan kehadiran anak yang menjadi fokus utama dalam hidupnya. Tujuan hidupnya saat ini adalah untuk mendidik anak dan menjaga kebersamaan dengan anak. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Hanson (dalam Partasari, 2004) dalam rangkuman penelitiannya yang menyatakan bahwa motivasi utama para ayah mampu menjalani peran sebagai orang tua tunggal adalah karena mereka mencintai anak-anaknya dan merasa mampu berperan sebagai orang tua yang baik. Kebutuhan informan untuk mendapatkan peran pengganti tidak diimbangi dengan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun demikian, informan tetap berusaha untuk menjalankan kesulitan tanpa adanya pasangan yang membantu. Hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

semakin

menegaskan

bahwa

informan

memiliki

kemampuan

equanimity yang diungkapkan oleh Wagnild dan Young (1993). Equanimity merupakan perspektif yang seimbang antara kehidupan dan pengalaman seseorang, serta kemampuan untuk santai dalam menerima apapun yang terjadi dalam hidup. Meskipun demikian, individu tetap mampu menangani kesulitan atau perubahan dengan tidak menunjukkan sikap yang ekstrem. Komponen yang ketiga adalah Perseverance. Komponen tersebut melihat kemampuan informan dalam menghadapi kesulitan ketika menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal. Kematian istri informan yang dirasakan sebagai sesuatu yang mendadak, membuat informan merasa tidak siap untuk kehilangan istrinya. Informan mengaku merasa kesulitan ketika harus menjalankan peran sebagai seorang isri. Selain itu, perasaan dukacita atas kehilangan istri juga dirasakan sebagai suatu tekanan tersendiri bagi informan. Meskipun ketika informan merasa kesulitan ketika beradaptasi dengan kematian istrinya dan melakukan perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal, informan tetap berusaha untuk mengatasi yang menjadi tekanannya tersebut. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi rasa dukacitanya adalah dengan refleksi dan berkonsultasi dengan tokoh agama. Begitu juga dengan pengasuhan anak dan mengurus keperluan rumah

tangga

yang

selama

ini

menjadi

tekanan,

informan

mengatasinya dengan menggunakan jasa pembantu rumah tangga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

untuk mengurus keperluan rumah. Sedangkan, untuk keperluan anak, informan bekerja sama dengan kakak wanitanya yang turut tinggal bersama untuk memenuhi keperluan anak. Kehadiran kakak wanita informan dirasakan sebagai dukungan sosial yang sangat membantu informan dalam menjalankan perannya saat ini. Hal ini didukung oleh pernyataan Bennertt, Smith, & Hughes, 2005; Pinquart (dalam Berk, 2012) bahwa laki-laki mengandalkan istrinya dibandingkan perempuan lebih memiliki resiko kematian dengan adanya beberapa alasan. Alasan tersebut adalah laki-laki mengandalkan istrinya dalam hal ketersambungan sosial, tugas rumah tangga, dorongan perilaku hidup sehat, dan penanggulangan stress mereka kurang siap dalam menghadapi tantangan sebagai duda. Usaha informan untuk mengatasi rasa dukacita, tetap bersemangat dalam menghidupi kedua anaknya, berbagi peran mengurus anak, hingga tidak menghiraukan pendapat negatif yang diterimanya dari teman-teman menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk menghadapi kesulitan dan tetap meneruskan perjuangan serta membangun kehidupan. Wagnild dan Young (1993) menjelaskan bahwa perseverance adalah tindakan untuk tetap bertahan meskipun terdapat perubahan atau kesulitan. Dalam hal ini, ketahanan menunjukkan adanya keinginan meneruskan perjuangan untuk membangun kembali serta untuk tetap terlibat dan mempraktikkan disiplin diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

Komponen keempat adalah self reliance. Self reliance merupakan sebuah kepercayaan dan kemampuan diri sendiri. Individu yang percaya diri mampu mengenali kekuatan dan keterbatasan diri sehingga mereka mampu untuk bergantung dan mengatasi masalahnya sendiri (Wagnild dan Young, 1993). Dalam waktu yang singkat informan beradaptasi dengan semua perubahan barunya. Tidak dengan mudah informan menjalankan perannya, akan tetapi ia memiliki kemampuan untuk bisa mengatasi beberapa masalah terkait berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Informan mengandalkan dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalah dengan kedua anaknya tanpa ada bantuan dari kakak dan orang lain. Meskipun selama ini informan tidak terbiasa menangani masalah anak seorang diri, akan tetapi saat ini ia merasa dituntut untuk bisa menyelesaikannya seorang diri. Mengatasi penyesuaian diri dan bagaimana pola asuh yang tepat dijelaskan sebagai masalah pengasuhan anak oleh Ortigas (dalam Partasari,

2004).

mengembangkan

Laki-laki kemampuan

selama

ini

nurturing.

tidak Selama

dituntut ini

untuk

laki-laki

khususnya di Indonesia, dibesarkan dalam keluarga tradisional. Kondisi tersebut menuntut laki-laki berperan sebagai seorang ayah yang berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, laki-laki diharapkan mampu menegakkan kedisiplinan serta tidak bertanggung jawab dalam nurturing atau pengasuhan anak. Meskipun demikian, informan mengakui kelemahannya dalam pekerjaan yang selama ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

dilakukan oleh istrinya sehingga ia membutuhkan bantuan dari kakak dan jasa pembantu rumah tangga. Pengakuan atas kelemahan dan kelebihannya tersebut menunjukkan bahwa informan memiliki kemampuan self reliance yang cukup baik. Komponen yang kelima adalah Existential Alonenes. Setelah kehilangan istri dan berada pada masa penolakan akan kematian istri, informan menunjukkan penerimaan yang baik akan kematian istrinya. Penerimaan tersebut menunjukkan bahwa informan sudah menyadari bahwa mendapatkan yang terbaik dari kondisi yang tidak baik yaitu kematian istrinya. Kesadaran mendapatkan yang terbaik tersebut dinilai sebagai sesuatu jalan hidup yang unik. Kesadaran yang dimiliki individu bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik meskipun beberapa pengalaman dapat dibagikan dengan orang lain, dan ada pengalaman-pengalaman yang harus dihadapi sendiri. Hal tersebut menunjukkan kesendirian eksitensial yaitu adanya perasaan akan kebebasan dan rasa keunikan (Wagnild dan Young, 1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

Skema Pengalaman Informan dalam Melalui Proses Resiliensi Laki-laki Dewasa Madya

Pengalaman kehilangan istri akibat sakit kanker Masalah yang menekan : 1. Dukacita I : Shock dan Menolak II : Marah dan Depresi III : Dukacita dan kesedihan IV : Menerima dan memahami 2. Perubahan Peran : a. Pengasuhan anak b. Mengurus keperluan rumah tangga 3. Ekonomi : Sumber pendapatan seorang diri 4. Tekanan sosial Stigma negatif dari orang lain Pengalaman Proses Resiliensi a. Penerimaan diri yang positif istri yang meninggal b. Kemampuan bertahan menghadapi masalah c. Kemampuan mengatasi masalah melalui bantuan orang lain d. Memiliki rencana untuk kehidupan selanjutnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses resiliensi ayah tunggal : 1. Kehadiran anak 2. Dukungan sosial dan hadirnya figur pengganti ibu : kakak wanita informan dan pembantu rumah tangga 3. Tingkat religiusitas yang tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

5. Analisis Hasil Wawancara Informan 2 a. Gambaran Pengalaman Kehilangan Informan berusia 58 tahun, ayah dari tiga orang anak. Anak pertamanya seorang laki-laki berusia 21 tahun, saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi. Anak kedua berusia 20 tahun, saat ini juga sedang menempuh pendidikan diperguruan tinggi semester 4. Sedangkan anak ketiga berusia 16 tahun, saat ini sedang menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Informan adalah seorang sarjana pendidikan yang berkerja sebagai guru di salah satu instansi pendidikan. Setiap harinya selain bekerja, informan berkegiatan untuk mengurus keperluan anak dan menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi dengan masyarakat tempat ia tinggal. Informan menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal sejak 4,5 tahun yang lalu semenjak kematian almarhumah istrinya. Istri informan meninggal akibat menderita kanker payudara yang diketahuinya setelah dilakukan pemeriksaan pada april 2011. Istri informan meninggalkan tiga orang anak yang pada saat itu yang masih duduk dibangku sekolah dan masih berusia remaja. “Pertengahan April 2011 itu almarhumah memberi tahu saya kalau badannya, terutama payudaranya sebelah kiri tu,, ee rasa sakit dan ada benjolan. Kemudian, ee tiga hari berikutnya itu saya periksakan di dokter ternyata hasil diagnosanya dokter itu memang positif kena kanker.” (Informan 2, 3-7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

Terdiagnosa bahwa istrinya menderita kanker payudara dirasakan sebagai sesuatu hal yang mengejutkan bagi informan. Hal ini disebabkan karena istrinya yang jarang mengeluhkan sakit. Oleh karena itu, beberapa upaya dilakukan guna mendapatkan kesembuhan bagi istri informan. Setelah mendapatkan hasil dan berkonsultasi dengan dokter, istri informan memutuskan untuk siap menjalani operasi pengangkatan sel kanker. “Istri saya siap untuk dioperasi, menerima keadaan apapun. Itu sekitar tanggal berapa ya, kalau gak salah tanggal 27 Mei eh April, 20 April. Jadi pertengahan April, jadi 20 April operasi. Setelah dioperasi itu kan diangkat karena stadiumnya 2b jadi harus diangkat.” (Informan 2, 10-13)

Kematian istri informan akibat kanker payudara tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengejutkan bagi informan. Hal ini karena informan sudah mencurigai kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada istrinya. Tindakan medis yang dilakukan secara ekstra dan itensif diberikan dari pihak dokter dan rumah sakit, menambahkan keyakinan informan untuk semakin siap dengan segala kemungkinan terburuk. “Itu kemoterapi yang pertama, terus itu kami sambil izin “pak, nanti yang kedua boleh kami kembalikan di kota Madiun kan ?, karena saran dari dokter Madiun gitu. Tapi kata dokter tidak boleh, akhirnya dokter tu gini, apa bapak yakin kalau ibu dibawa pulang ke Madiun bisa sembuh ?, ya ndak dok. Ya sudahlah akhirnya kami nurut dokter. Sebetulnya dari situ saya sudah curiga, biasanya kalau memang boleh, yang kedua dan ketiga dan seterusnya itu dikembalikan ke kota Madiun. Tapi itu ndak boleh, berarti kan saya menduga apa yang dialami oleh alamarhumah itu harus ditangani secara intens oleh dokter-dokter ahli. Karena memang yang menangani, ahli semua itu. Ahli penyakit dalam, dosen semua itu dokter dan dosen.” (Informan 2, 2030)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

Peningkatan stadium kanker yang semula 2b menjadi stadium 4 semakin mempertegas kemunduran kesehatan istri informan. Tanda-tanda kesehatan yang memburuk semakin ditunjukkan oleh istri informan. Muntah yang berulang hingga harus dilarikan ke rumah sakit terdekat, setelah itu istri informan 2 tidak sadarkan diri selama 1 hari sebelum meninggal. “Setelah kemo yang keduabelas, itu muntah-muntah akhirnya saya bawa ke merpati (rumah sakit Madiun). Terus ya sudah, masuk hari kedua itu, hari ketiga itu sudah ndak sadar. Meninggalnya itu sabtu malam minggu jadi ndak sadarnya tu dua hari.” (Informan 2, 41-45)

Kemunduran

kesehatan

istri

informan,

membuatnya

semakin siap dan pasrah dengan kemungkinan terburuk yang akan menimpa istrinya. Meskipun demikian, informan mengaku sudah mengupayakan pengobatan yang terbaik bagi istrinya. Begitu juga dengan kegiatan religius seperti berdoa yang juga dilakukan sebagai upaya penunjang kesembuhan istrinya. Meskipun usaha yang sudah dilakukannya tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkannya, hal tersebut tidak lantas membuat informan tidak menerima kematian istrinya. Kondisi sebaliknya, informan merasa kalah dengan kuasa Tuhan hingga pada akhirnya mengikhlaskan yang sudah diputuskan oleh Tuhan. “Itu jadi memang intinya kami sekeluarga sudah secara medis juga sudah berdoa tapi memang semua kalah oleh yang maha kuasa. Ya akhirnya ya mengikhlaskan.” (Informan 2, 45-47)

Mengikhlaskan kepergian istrinya tidak lantas membuat informan merasa tidak sedih atas istrinya yang meninggal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

Informan mengaku hanya memendam perasaan sedihnya dan tidak menceritakan maupun menunjukkan kepada orang lain terutama pada keluarga dan anak-anaknya. Kesiapan diri akan hilangnya peran istri ditunjukkan dengan tidak banyak menangis saat istri meninggal. Hal ini diyakini oleh informan bahwa dengan tidak menangis yang berlebihan bukan berarti dirinya tidak merasakan kesedihan. Kesiapan diri untuk mendapatkan kemungkinan yang terburuk dapat dilakukan informan dengan baik. Hal ini ditunjukkan melalui ungkapan sayang yang diwujudkan dengan memberikan pendampingan dan rencana tindakan perawatan yang baik untuk istrinya. “Sebetulnya ketika dioperasi ketika saya omong-omong itu di Surabaya dan di Madiun di Madiun itu ee sebulan setelah dioperasi saya sudah mendapat info dari dokter, tapi saya pendam sendiri. Dan itu tidak saya ceritakan pada siapasiapa termasuk pada anak seperti ini, jadi ketika almarhumah itu meninggal, saya tidak banya menangis. Saya sudah siap betul, saya harus pikirkan saya sudah pikirkan, sebetulnya. Kalau almarhumah kemanapun saya tu sayangnya luar biasa. Kemana saja saya antar tanpa mendahului kehendak Tuhan ya. Karena kan sudah diagnose dokter itu, tingkat signifikannya kan tinggi sekali karena penalaman sakit sakit ini dengan kondisi ini penyakit pendampingnya ini, kanada gula dan sebagainya kan sudah bisa mendiagnosa. Jadi begitu almarhumah meninggal itu, ya tetep jadi menangis tapi tidak seperti anak-anak saya. Tidak berarti tidak sedih, ya sedih maka saya kan harus sendiri, sendiri dan sendiri.”(Informan 2, 239-252)

b. Pengalaman Berperan sebagai Orang Tua Tunggal Bersamaan dengan berlanjutnya masa dukacita yang dialami, informan juga mengalami beberapa reaksi lain pada awal istrinya meninggal. Kesedihan akan menghilangnya peran istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

hingga penerimaan diri untuk hidup sendiri dan menjalankan peran ganda turut dirasakan oleh informan. Meskipun demikian, ia tetap berusaha beradaptasi mengatasi rasa tidak percaya akan kondisi terbarunya tersebut. “Ya memang, untuk adaptasi saya bisa tegar sendiri itu sekitar 7 bulan, baru tegar itu saya. Bulan itu saya seperti ndak percaya, tapi setelah tujuh bulan itu karena ditempa oleh mau ndak mau harus nerima kondisi seperti ini saya harus nerima. Jadi tujuh bulan, jadi istilahnya tu ya sudahlah mau diapakan.” (Informan 2, 252-257)

Berperan sebagai orang tua tunggal selama kurang lebih 4,5 tahun tidak dirasakan sebagai sesuatu hal yang menegangkan bagi informan. Ia mengaku menerima dengan ikhlas perubahan peran yang dijalaninya tersebut. Hal tersebut dilakukannya sebagai upaya dari kepeduliannya terhadap anak-anaknya. “Ya dibawa santai aja mbak, kalau sepaneng kan saya sadar mbak kalo nanti kan kasian anak-anak masih butuh biasa semua.” (Informan 2, 279-280)

Dalam menerima keputusan Tuhan menjadi seorang ayah sebagai orang tua tunggal, tidak membuat informan mampu menjalani peran tersebut dengan mudah. Hal ini dirasakan informan dengan munculnya beberapa perubahan dan masalah ketika menjalani peran ayah sebagai orang tua. Masalah utama yang dialami informan ketika menjalankan peran barunya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal ialah masalah menangani keperluan anak. Ia mengaku bahwa salah satu anaknya tersebut seringkali membuat masalah terutama dengan hal keuangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

“Masalah yang paling muncul tu, anak saya yang nomor satu. Anak saya yang nomor satu itu memang sejak sekolah, itu sering membuat masalah kan masalah itu hubungannya terutama dengan uang.” (Informan 2, 100-102)

Memenuhi kebutuhan secara finansial dan psikologis anak dirasakan sebagai sesuatu tekanan ketika menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Perasaan akan ketidakpercayaan bahwa orang lain mampu memahami psikologis anak menjadi perasaan dominan yang sering muncul. Informan merasa tidak mampu merelakan anaknya kepada orang lain. Ketakutan yang dirasakan informan ini ketika anak wanitanya harus menikah nanti. Ia tidak merasa yakin untuk melepaskan anak wanitanya kepada mertuanya. Ketakutan akan masalah psikologis anak dirasakannya ketika anaknya akan menikah. Ia memikirkan perasaan anaknya jika harus dititipkan kepada orang yang bukan merupakan ibu kandungnya. “Ya itu tadi, jadi perasaan dominan yang sering muncul itu yang paling sering saya pikirkan itu ketika nanti anak saya yang ragil itu kan cewek, kan harus menikah. Nah, dalam menikah itu nek wong jowo kan kudu gak bisa ngeculne cul opo omongane morotuwo, calon morotuwo kan mbak. Kan saya harus ini loh yang saya pikir bukan hanya masalah biaya, tapi masalah psikologis yang saya pikirkan. Nanti saya harus minta ibunya, tapi bukan ibunya sendiri ini nanti bagaimana perasaannya.” (Informan 2, 118-204)

Menangani permasalahan terkait dengan kebutuhan anakanak terasa semakin sulit tanpa kehadiran istrinya. Kehadiran istrinya yang selama ini dirasakan sebagai teman untuk berbagi pengalaman suka maupun duka tidak lagi bisa dirasakan olehnya. Begitu juga dengan kondisi dimana informan diharuskan untuk memutuskan suatu pertimbangan. Keadaan tersebut memaksanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

untuk bisa secara mandiri memecahkan permasalahan yang dirasakannya seorang diri. Beberapa perubahan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal tersebut harus dijalaninya seorang diri bersama dengan ketiga orang anaknya. “Ya, ya repotnya kalau dulu masih ada ibunya kan berbagi rasa berbagi cerita memecahkan masalah barang-bareng. Sekarang kan sudah ndak bisa. (Informan 2, 218-220)

Kecemasan dalam memikirkan pendapat orang lain juga menjadi hal yang menjadi tekanan bagi informan. Informan memikirkan pendapat orang lain ketika ia harus mengadakan acara pernikahan anaknya seorang diri. Ketiadaan seorang istri dalam mengadakan acara pernikahan dinilai sebagai sesuatu yang tidak pantas bagi informan. Meskipun demikian, ia tidak merasa mendapatkan masalah ketika harus menjalaninya sendiri tanpa adanya pasangan.. “Nanti kalau saya punya gawe sendiri, dilihat orang itu kok dhewe opo. Tapi sebetulnya sendiri pun ndak masalah.” (Informan 2, 206-207)

Meskipun ketika berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, informan merasakan adanya beberapa tekanan dalam hal finansial dan urusan anak. Namun, tidak sama halnya dengan urusan rumah tangga. Informan merasa mampu untuk mengurus keperluan

hariannya

seorang

diri.

Ia

mengaku

memiliki

kemampuan untuk mengatasi masalah rumah tangga seperti memasak, mencuci, hingga membersihkan rumah. Ketrampilan melakukan pekerjaan rumah tersebut ia sudah miliki sejak dirinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

duduk di bangku sekolah dasar. Sehingga tidak sulit baginya untuk menyesuaikan perubahan terutama pada urusan rumah tangga yang harus dijalaninya seorang diri. “Oh ndak, ndak masalah rumah tanga saya hadapi sendiri. Sejak SD saya sudah diajari masak dengan bapak ibu saya. Apalagi sekarang ada rice cooker, ada kompor gas, halah sipil. Kok ada masalah keluarga yang menyangkut keperluan rumah tangga, menyangkut kebersihan rumah, menyangkut macem-macem itu saya kira insyallah gak ada.(Informan 2, 104108)

c. Cara Informan Menangani Masalah Hari-hari setelah kematian istrinya, informan berhadapan dengan beberapa perubahan dan masalah yang terkait dengan peran barunya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal. Masalah dukacita akan meninggalnya istri, masalah kepengurusan anak hingga masalah finansial juga dirasakan oleh informan. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak membuatnya terpuruk dan pasif. Keadaan yang sebaliknya dilakukan oleh informan bahwa ia berusaha untuk bangkit dan mengatasi masalah yang ia dapatkan. Kemampuan untuk tenang dan mengontrol diri ia terapkan dalam menghadapi masalah. Sehingga, ketika ia menerima hasil yang tidak sesuai dengan usaha yang ia dapatkan, informan mampu memiliki kontrol diri yang cukup baik untuk meresponnya. “Dalam menghadapi hidup itu, harus tenang dan kalau orang jawa mengatakan sumeleh artinya sumeleh itu ya pasrah. Jadi kalau kita sudah berusaha dan ketika dan usaha itu sudah kita lakukan dengan maksimal dan gak menggapai hasil yang maksimal kan ya sudah sehingga tidak menyebabkan perang batin, kan ketika orang itu sudah perang batin susah menderita kan ujung-ujungnya kan ya sakit. (Informan 2, 8894)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

Meskipun demikian, bukan berarti informan tidak merasa terganggu atas masalah yang dimilikinya. Beberapa kali ketika menghadapi masalah dirasakan oleh informan sebagai sesuatu yang mengganggu. Namun, ia mengakui bahwa dalam menghadapi masalah, informan membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi dan mengatasinya. “Iya mengganggu tapi tidak lama. Namanya kena masalah kan harus kembali ke kenangannya, sebab ketika menghadapi masalah itu kan ada fasenya kan perlu waktu kan. Ketika sudah selesei ya sudah, normal.” (Informan 2, 228-230)

Kemampuannya untuk menangani masalah ketika berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal ditunjukkan dengan mengurus segala keperluannnya dan rumah tangga seorang diri. Meskipun pada awal ia beradaptasi menjalani peran barunya, ia menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk membantu. Secara berulang dalam

wawancara, informan menekankan

kemampuannya untuk menangani kebutuhannya sehari-hari dapat ia lakukan sendiri. “Ndak ada, kalau dulu pernah punya dua tahun tapi kalau pembantu itu kan kalau jam empat pulang ke rumahnya. Sekarang sudah dua setengah tahun ndak saya pakai, yak arena saya bisa sendiri, bisa sendiri.”(Informan 2, 112-115)

Kemampuan informan untuk secara mandiri mengatasi keperluan rumah tangga secara baik juga diterapkan pada masalahmasalah lain yang ia alami. Begitu juga dengan kemampuannya untuk memecahkan masalah seorang diri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Meskipun ia kehilangan teman berbagi, kondisi tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

tidak lantas membuatnya secara bebas mampu mencari sosok lain untuk berbagi cerita. Informan membatasi dirinya untuk berbagi cerita dan permasalahan kepada teman maupun pihak keluarga. Hal ini bukan disebabkan oleh ketidakpedulian informan dengan lingkungan sekitar, namun lebih disebabkan karena kurangnya rasa percaya terhadap orang lain. “Kalau sekarang ada masalah anak saya mau saya ceritakan pada siapa ?. Pada kakak kandung saya, iya kalau bisa menerima, ngko malah diseneni ya ti, saya ceirtakan pada temen saya, curhat ya kalau dia bisa nerima. Iya nanti kalau diomong-omongkan ke orang lain malah dadi gak menguntungkan diri saya sendiri, ya saya atasi sendiri semampu saya. (Informan 2, 220-225)

Kemampuan informan dalam mengontrol diri dilkukan dengan baik saat menangani masalah selama berperan menjadi ayah

sebagai orang tua tunggal. Ia menyatakan tidak pernah

meluapkan emosi secara berlebihan, seperti marah pada saat mengalami

masalah.

Ia

cenderung

untuk

bersabar

dan

menyelesaikan masalah dengan baik. “Saya tu, masalah seberat apapun saya gak pernah marah apalagi pada anak saya nomor dua, nomor tiga itu blas gak pernah saya marahi. Saya tu kueras, tapi sabar pada anak. Betul, dulu tu pernah, tapi tu ketika nah gini mbak sesuai dengan perjalanan waktu yang itu akan menemukan jati diri. Ternyata kalau saya musti harus marah, saya harus bentak harus ini kan endingnya hanya ingin memperbaiki kenapa harus dengan marah kalau samama bisa dengan baik. Jadi akhirnya bisa jadi orang yang sabar. “ (informan 2,283-290)

d. Rencana Informan untuk Kehidupan Selanjutnya Menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal selama 4,5 tahun tidak membuatnya untuk tergesa-gesa dalam mencari pasangan baru. Hal ini dinyatakan oleh informan, karena selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

menjalani status barunya banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil sebuah tindakan. Salah satunya adalah kemungkinan bagi informan untuk menikah kembali. Keberadaan anak dirasa menjadi alasan utama untuk menunda rencananya dalam mencari calon pendamping. Ketakutan akan perbedaan prinsip antara anak dengan ibu barunya dirasa menjadi bahan pertimbangan ketika

menikah nantinya. Selain itu, informan

menyatakan bahwa keberadaaan anak menjadi prioritas utama dalam hidupnya. “Beda lagi kalau nanti, misalnya itu nanti maaf mungkin itu ibu yang kedua dari anak-anak saya kan apa yang saya harapkan kan tidak sesuai dengan anak-anak saya harapkan. Itu yang saya pegang, karena ada perbedaan prinsip. “ (Informan 2, 67-70) “Tapi bagaimanapun juga, yang namanya anak itu nomor satu bagi saya.” (Informan 2, 80-81)

Informan menyatakan kesulitannya dalam mengambil suatu keputusan ketika diharuskan untuk hidup sendiri yaitu menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Selain disebabkan oleh ketakutan akan terjadinya perbedaan prinsip, alasan lain yang dirasa memperkuat pernyataan informan adalah keberadaan anaknya yang masih menempuh pendidikan. Pendidikan dirasa sangat penting bagi kehidupan informan, oleh karena itu ia ingin semua anaknya bisa lulus dalam pendidikan dengan baik. Ia menyatakan bahwa ketika seseorang berhasil menempuh pendidikan, berarti ia sudah mampu untuk menyelesaikan hampir seluruh perjalanan hidupnya. Meskipun informan memutuskan untuk tidak menikah, akan tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81

hal tersebut tidak lantas membuat dirinya untuk membatasi diri untuk menemukan calon pendamping yang tepat bagi dirinya. “Kami bertahan sampai empat setengah tahun itu, sebetulnya kan untuk menyelamatkan anak saya yang kuliah ini. Jadi kalau sebagai ketika saya hidup sendiri itu berpikir sebagai seorang bapak maka tidak mudah untuk menikah lagi. Jadi tidak berarti untuk tidak menikah lo ya, tau tidak mudah untuk menikah kembali karena mikirnya seorang bapak yang masih punya anak perlu lolos dalam studi dulu. Minimal, ini kan sudah kuliah maka perjalanannya sudah hampir 90%.“ (Informan 2, 71-78)

Kepercayaan akan kuasa Tuhan sangat melekat dalam hidup informan. Ia mempercayai bahwa izin Tuhan akan membawanya pada kehidupan yang baru. Hal ini ia terapkan dengan menunjukkan sikap pasrah atas kemungkinannya untuk menikah kembali. Ia menyatakan akan menerima dengan ikhlas, takdir untuk menikah ataupun melakukan tangggung jawab sebagai seorang ayah tanpa adanya pendamping. “Lha nanti kalu anak saya sudah lulus, ya insyallah kalau Tuhan mengizinkan ya kami akan menata kehidupan yang baru. Tidak berarti saya itu apa namanya melawan takdir tidak, kalaupun diberi jodoh ya saya terima kalau saya tetep harus membesarkan anak dalam kesendirian ya saya terima. Yang penting, yang penting anak saya sudah bisa lolos dari pendidikan dan punya kerja nantinya. Jadi siapa sih yang mau ditinggal sama istrinya, kan gak ingin, tapi kalau tidak takdir yang kita harus menerima ya asalkan dengan penuh ikhlas dan tanggung jawab. Saya kira itu, yang saya jadikan filosofi hidup itu harus apa namanya harus seneng bersyukur.”(Informan 2, 78-88)

Berbeda dengan pertimbangan dirinya untuk menunda rencana pernikahan, keluarga besar informan maupun keluarga istri memintanya untuk segera memiliki pendamping hidup. Sikap terbuka yang dimiliki oleh keluarga istri informan, justru membuatnya dalam kondisi yang tidak nyaman. Desakan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82

pihak keluarga yang memintanya untuk segera menikah membuat ia merasa tidak mampu menjalankan perannya seorang diri. Informan merasa bahwa dirinya mampu dan terhadap segala perubahan dan masalah yang ia dapatkan setelah berperan sebagai seorang duda dan orang tua tunggal. “Oh ndak, malah saya disuruh ndang menikah. Betul, kasihan dengan saya katanya wong saya gak perlu dikasihani loh. Tapi kakak saya, ibu saya mbak ip saya, termasuk ibu mertua saya itu sudah menyuruh. Betul itu, tapi kan ndak tau apa yang harus saya hadapi itu lo, betul gak tau apa yang saya harus hadapi. Ibu saya, itu masih ingat sembilan bulan setelah istri saya meninggal, kan saya dekat dengan ibu mertua kan belakang itu dia kan tau apa-apa yang saya lakukan tiap hari, adik-adik istri saya kan tau. Pengawasan langsung, oleh KPK langsung kan mereka tau apa yang saya lakukan. Sudah dua kali, tiga kali pokoknya nek mertua saya itu pokoknya kalai panggilnya kan nak, nak ndak kromo, aku selak ngesakne tapi saya ya nggih ngono tok ae. Ya gitu mbak artinya tidak semudah apa yang dibayangkan orang. Tidak mudah, tapi pada saatnya akan menjadi mudah kalau memang sudah waktunya.” (Informan 2, 329-337)

e. Makna Pengalaman Informan Terkait Menjalani Peran sebagai Orang Tua Tunggal Informan cenderung melihat dan memaknai pengalamannya terkait menjalankan peran sebagai orang tua tunggal pengalaman untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Dalam usahanya menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal, ia ingin di masa akhir hidupnya bisa membantu orang lain meskipun kadang juga merasa disakiti. “Jadi gini mbak, saya berusaha dalam akhir masa hidup saya itu saya harus bermakna bagi siapapun. Bagi siapapun, jangankan bagi diri saya sendiri, bagi orang lain harus bermakna tidak lagi bagai anak-anak saya, bagi siapapun saya harus bermakna. Jadi ya itu, saya dengan tetangga bagaimana saya bermakna bagi tetangga saya, apa yang bisa saya berikan kepada dia. Saya di sekolahan, apa yang bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

saya berikan pada anak didik saya. Jadi hidup harus bermakna, nah untuk memaknai hi itu kan berbeda-beda. Kalau orangnya, kadang kala orang itu secara material berkecukupan, kalau saya dari mana ? tapi kan yang penting baik, suka berbagi rasa, suka membantu apa yang bisa saya bantu. Pokoknya dengan siapapun harus baik, harus baik walaupun kadang-kadang saya disakiti. Disakiti kan macemmacem, kene ki apik kono kok gak, tetep harus baik. Itulah memaknai hidup tu. “ (Informan 2, 303-316).

6. Analisis Kehidupan Informan 2 sebagai Orang Tua Tunggal Ada 5 komponen resiliensi yang mempengaruhi resiliensi menurut Wagnild dan Young (1993). Beberapa komponen tersebut dialami oleh informan dalam menjalani pengalamannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Komponen pertama adalah meaningfulness, dalam komponen tersebut menyampaikan bahwa kebermaknaan adalah sebuah kesadaran bahwa dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Individu yang memiliki meaningfulness tinggi akan terus menerus berusaha melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya selama ia hidup. Selain itu, individu yang memiliki kemampuan meaningfulness atau kebermaknaan, juga mampu menghargai dan memaknai apa yang sudah dilakukan oleh dirinya maupun orang lain. Komponen tersebut ditunjukkan dalam kehidupan informan ketika ia memiliki tujuan hidup yaitu memikirkan masa depan anak. Tidak berhenti pada memiliki tujuan hidup saja, akan tetapi informan melakukan beberapa usaha untuk mewujudkannya yaitu dengan cara menunda rencana untuk mencari pendamping hidup sehingga ia tetap fokus pada tujuannya tersebut dan bekerja keras mencari nafkah. Selain memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84

tujuan dan usaha, komponen ini berfokus pada kemampuan menghargai dan memaknai pekerjaan yang dilakukannya maupun orang lain. Informan menunjukkan perilaku dengan selalu berusaha dapat bermakna bagi orang lain walaupun terkadang ia merasa disakiti. Komponen yang kedua adalah equanimity yang meliputi perspektif yang seimbang antara kehidupan dengan pengalaman. Kematian istri informan tidak membuatnya merasakan dukacita lebih dalam. Hal ini dikarenakan informan sudah memiliki dugaan bahwa sakit yang diderita oleh istrinya harus ditangani oleh dokter yang ahli. Hal ini diduga oleh informan bahwa penyakit tersebut sulit untuk diobati. Kemampuan tersebut juga ditunjukkan oleh informan dengan memikirkan masalah psikologis anak. Ia tidak memiliki kepercayaan yang cukup kepada orang lain untuk memikirkan masalah psikologis anak sama seperti yang ia pikirkan. Selain itu, informan menggunakan kemampuan tersebut dengan cara mewaspadai wanita yang selama ini menjadi godaan utama ketika menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Hal ini ia terapkan pada hidupnya karena informan belum memutuskan untuk mencari pasangan hidup dan masih berfokus pada masa depan anak. Selain itu, komponen equanimity juga meliputi kemampuan untuk santai dalam menerima kesulitan dan mampu menangani tanpa menunjukkan sikap yang ekstrem. Kemampuan informan dalam menerima kondisi terbarunya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85

dan duda ditunjukkan dengan menerima kematian istrinya sebagai sesuatu yang baik. Meskipun informan mengalami beberapa tahapan dukacita, ia tetap memiliki penerimaan yang baik atas kematian istrinya. Hal ini ditunjukkan ketika ia tidak menunjukkan ungkapan marah dan menangis yang berlebihan ketika istrinya meninggal. Informan mengakui bahwa ia merasa tenang dan pasrah dalam menghadapi hidup meskipun tidak menggapai hasil yang maksimal. Meskipun ia sudah berusaha untuk memberi pengobatan yang terbaik bagi istrinya dan tidak mendapatkan kesembuhan seperti yang ia inginkan, akan tetapi informan tetap menerimanya dengan baik. Selain itu, informan dengan santai menerima peran barunya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Meskipun tanpa adanya latihan dan persiapan, informan mampu menjalani perannya untuk mengurus keperluan rumah tangga dan mendidik anak seorang diri. Walaupun dalam kesendiriannya, ia tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga informan tidak terburu-buru dalam mencari pasangan. Informan tidak melawan takdir dengan cara menerima jodoh jika diberi atau tetap membesarkan anak dalam kesendirian. Komponen yang ketiga adalah Perseverance. Komponen tersebut melihat kemampuan informan dalam menghadapi kesulitan ketika berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Perasaan dukacita atas meninggalnya istrinya dianggap sebagai sebuah tekanan. Dalamnya relasi antara informan dengan istrinya diungkapkan melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86

proses wawancara ketika ia menjelaskan dalamnya rasa sayang kepada istri dengan menunjukkan kesetiaannya untuk mengantarkan istrinya kemanapun pergi selama istrinya masih hidup. Selain itu selama kurang lebih 4,5 tahun informan masih bertahan dalam menghadapi beberapa perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal seorang diri tanpa adanya dukungan sosial

dari pihak keluarga ataupun

menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Kesulitan lain yang dirasakan Informan dengan berperan sebagai orang tua tunggal adalah tergoda pada wanita akan tetapi tidak mudah baginya untuk menentukan untuk menikah kembali meskipun ia mengakui tidak sulit baginya untuk menemukan pasangan hidup. Hal ini cukup menjelaskan bahwa kebutuhan informan untuk memiliki pasangan hidup kembali, akan tetapi terbentur adanya alasan yaitu kepemilikan anak. Menurutnya anak adalah prioritas utama dalam hidupnya sehingga ia harus memikirkan kondisi anaknya yang masih perlu sukses dalam studi. Selain itu, ketakutan akan perbedaan yang terjadi antara anak dan istri barunya nanti. Kondisi yang menyulitkan tersebut tetap dijalankan dengan baik oleh informan dengan tetap bertahan berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal selama 4,5 tahun. Oleh karena itu, informan mengungkapkan kewaspadaannya kepada wanita dan harus mengetahui tujuan wanita yang akan mendekatinya. Kesulitan dalam menentukan untuk menikah kembali, tidak membuatnya membenci keberadaan anaknya. Hal tersebut cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87

menjelaskan bahwa informan menunjukkan ia memiliki komponen perseverance atau ketekunan yang dijelaskan oleh Wagnild dan Young (1993) sebagai suatu tindakan untuk tetap bertahan meskipun terdapat perubahan atau kesulitan. Dalam hal ini, ketahanan menunjukkan adanya keinginan meneruskan perjuangan untuk membangun kembali kehidupan serta untuk tetap terlibat dan mempraktikkan disiplin diri. Komponen keempat adalah self reliance. Self reliance merupakan sebuah kepercayaan dan kemampuan diri sendiri. Individu yang percaya diri mampu mengenali kekuatan dan keterbatasan diri sehingga mereka mampu untuk bergantung dan mengatasi masalahnya sendiri (Wagnild dan Young, 1993). Selama kurang lebih 4,5 tahun informan menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal dan menjalankan peran dengan baik. Dalam mengurus keperluan dirinya sendiri dan ketiga anaknya tidak menjadi penghalang baginya untuk berperan aktif menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Informan mengakui sempat menggunakan jasa pembantu rumah tangga, akan tetapi

tidak

berlanjut

hingga

sekarang

karena

mendapatkan

ketidaksesuaian jadwal dengan pembantu rumah tangga tersebut. Ia mengakui dapat mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dengan baik. Hal ini dilakukannya karena semasa kecilnya ia sudah terlatih untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan baik. Begitu juga dengan kemampuannya untuk menyelesaikan semua masalah terkait anak. Ia tidak pernah mempercayakan kepada orang lain untuk turut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88

serta dalam menyelesaikan masalahnya. Hal tersebut membuat dirinya semakin tertutup dengan orang lain karena ketidakpercayaan pada orang lain yang akan membocorkan masalah yang sedang ia alami. Ketakutannya juga berlaku untuk orang tua dan saudaranya, ia tidak ingin mendapatkan teguran ketika ia bercerita tentang dirinya. Kondisi tersebut mendukung pernyataan Benner, 2007; Lud & Caserta, 2004b (dalam Berk, 2012) bahwa laki-laki merasa kurang bebas dalam mengungkapkan emosi mereka atau meminta pertolongan tentang makanan, rumah tangga dan hubungan sosial. Komponen kelima adalah Existential Alonenes. Existential Alonenes merupakan sebuah kesadaran yang dimiliki individu bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik meskipun beberapa pengalaman dpaat dibagikaan dengan orang lain, dan ada pengalaman-pengalaman yang harus dihadapi sendiri. Existential Alonenes menunjukkan kesendirian eksistential yaitu adanya perasaan akan kebebasan dan rasa keunikan (Wagnild dan Young, 1993). Informan memiliki kesadaran bahwa dalam hidup tanpa adanya pasangan berarti menghadapi hidup tanpa adanya pendamping. Informan tidak merasa terbebani, ia merasakan sisi positif dan negatif selama hidup sendiri setelah sepeninggal istri. Hal ini menunjukkan bahwa informan memiliki perasaan akan kebebasan dan keunikan. Kondisi dimana ditinggalkan oleh orang terdekat akan menimbulkan keterpurukan, akan tetapi informan dapat melihat pengalamannya sebagai sesuatu yang positif. Selain itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89

informan juga merasakan bahwa selama ia berperan sebagai ayah tunggal selama kurang lebih 4,5 tahun tidak membuatnya merasa harus mencari pasangan hidup. Meskipun ia tidak menutup kemungkinan akan menikah kembali, tetapi informan tidak terburu-buru dalam mencari pasangan. Hal ini dibuktikan bahwa informan meyakini bahwa segala sesuatu akan mudah pada waktunya. Skema Pengalaman Informan dalam Melalui Proses Resiliensi Laki-laki Dewasa Madya Kehilangan istri karena sakit

Masalah yang menekan : 1. Dukacita : I : Shock dan Menolak II : Marah dan Depresi III : Dukacita dan kesedihan IV : Menerima dan memahami 2. Perubahan peran: Pengasuhan anak 3. Tekanan sosial a. Tuntutan menikah lagi b. Tergoda pada wanita c. Ketidakpercayaan pada orang lain untuk membantu mengatasi masalah

Pengalaman Proses Resiliensi : a. Penerimaan diri yang positif istri yang meninggal b. Kemampuan bertahan menghadapi masalah c. Kemampuan mengatasi masalah d. Memiliki rencana untuk kehidupan selanjutnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses resiliensi ayah tunggal : a. Kehadiran anak b. Tingkat religiusitas yang tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90

7. Analisis Hasil Wawancara Informan 3 a. Gambaran Pengalaman Kehilangan Informan berusia 42 tahun, memiliki seorang anak laki-laki yang saat ini berusia 14 tahun, saat ini duduk di kelas 2 sekolah menengah pertama. Keseharian informan bekerja sebagai penjual makanan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia melakukan pekerjaan

tersebut

semenjak

ia

keluar

dari

pekerjaannya

sebelumnya disalah satu instansi keuangan ditempat tinggalnya. Alasan informan memilih pekerjaan yang saat ini ia lakukan karena pekerjaannya yang bersifat fleksibel. Alasan lain adalah ia lebih bisa meluangkan waktu untuk mengasuh anaknya. Informan berperan sebagai orang tua tunggal sejak 7 tahun yang lalu. Istri informan meninggal pada tanggal 4 bulan Juli 2008 dengan meninggalkan satu orang anak yang masih sangat kecil. Pada saat itu, anak informan masih duduk di bangku pendidikan anak usia dini. Penyebab kematian istri informan dianggap sebagai sesuatu hal yang mendadak. Istri informan mengalami kecelakaan lalu lintas, ketika ia sedang dalam perjalanan menengok anaknya yang sedang berada di rumah pamannya di Wonogiri. “Nah poin ini kejadian jadi memori aku. Itu seminggu atau setelahnya, kejadian dan meninggal kecelakaan. Pas posisi bulan Juli kenaikan, anak saya masih TK besar ke kelas 1 kan liburan di Wonogiri dibawa pamannya terus liburan hari libur.” (Informan 3, 19-22)

Reaksi awal terhadap kematian yang dialami oleh informan adalah perasaan tidak percaya. Ketidakpercayaan informan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91

diungkapkannya ketika ia mengkonfirmasi kematian istrinya. Meskipun demikian, ia memiliki kemampuan kontrol diri yang cukup baik pada saat istrinya meninggal. Ia mengaku tenang dalam mengurus keperluan pemakaman istrinya. Ia menanamkan bahwa istrinya yang sudah meninggal merupakan keadaan terbaik yang diterimanya dari Tuhan. “Saya tu gak ada pengen nangis atau gak, itu saya masih jalan normal lah. Terus saya lihat di UGD, bersih gak ada luka saya kaget, kok meninggal ? Ternyata disini mungkin, pake helm kebentur jadi dekok. Terus mau dicucian, mau dibersihan disini diperut tu dipompa, ini masih hidup gak kok kayak bernafas ?terus kata dokter gak, ini udah meninggal. Ya udah pokoknya yang terbaik mungkin ini yang terbaik terus saya cium keningnya.” (Informan 3, 48-54) “Terus hubungin warga disini nyiapin tempat. Saya koordinasi saudara-saudara saya, saya tu gak ada tangis, gak ada. Tuhan ini yang terbaik terus saya tegar gak ada nangisnangisnya gak ada bleng-blengnya (Informan 3, 64-67)

Reaksi lain yang juga dialami oleh informan adalah kesedihan

yang

mendalam.

Kesedihan

yang

mendalam

menyebabkan dirinya memiliki perasaan tidak terima akan kematian istrinya. Selain itu, ingatan akan istri yang masih selalu muncul hingga sekarang terkadang membuatnya masih meyakini bahwa istrinya masih ada. “Ya ada, kan posisi gak terimanya gini, saya punya anak, terus ini saya hutang dan hutang atas nama gaji saya, angsurannya sebesar gaji saya. Nah kalau untuk makan, gaji bundanya, saya masih gak terimanya itu. Saya posisi tidak pandai cari uang, kalau istri almarhum itu kan pedagang pinter cari uang. Terus terang, jujur aja ekonominya yang lebih gede istri karena sambilannya okeh. Posisinya gini waktu itu setelah kejadian Tuhan, kok istri saya yang diambil, kok gak saya duluan. Saya mikirnya anak, pikir saya itu yang mampu menghidupi dalam arti uang itu buat saya itu hanya orang bekerja. Orang kerja itu ya gajinya berapa sih. Protesnya sama Tuhan itu, kok jadi mikirnya kok bukan saya duluan, kenapa istri duluan.” (Informan 3, 94-104)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92

“Ya kadang masih suka angotan, masih suka kelingan kalo lha itu sulit, kadang kalo sekarang masih suka inget, tapi gak sampe membebani.” (Informan 3, 107-109)

Ada beberapa reaksi dukacita yang dialami oleh informan yang masih dialaminya sampai sekarang. Hal ini dibuktikan informan melakukan beberapa aktivitas yang biasa dilakukannya bersama istrinya dulu. Kondisi tersebut membuat penderitaan tersendiri bagi informan, karena ia masih menganggap istrinya masih hidup. “Perasaaan kangen masih ada, saya menganggap dia masih ada. Contoh, saya menganggap dia masih hidup. Contohnya, saya kalau mau jualan setelah doa minta pendampingan Tuhan, saya selalu dulu kan kalau suami istri kalau tidur kan ada dua bantal. Nah, sampai saat ini masih ada dua bantal. Kalau aku mau berangkat jualan, saya pasti cium bantal, habis doa minta pendampingan Tuhan karena apa, 1 hari sebelum bunda meninggal itu kan kebetulan Centro di kantornya, ada acara ulang tahun kantornya atau apa ya, bunda seneng masak. Dia masak bikin nasi kuning rombongan sama temennya lembur di rumah sampe malam untuk besok paginya. Terus dia tidur, kan saya watu masih ngantor, dia masih tidur. Tidur kok kayak mayit saya bilang gitu, gene anteng, terus tenang. Itu awal-awal saya kalau mau berangkat kerja jualan, saya cium keningnya. Ya itu, tidur kok kayak mayit, saya gak bangunkan terus berangkat kantor. Nah sampe sekarang masih suka begitu, suka cium bantal kalo mau berangkat kantor, walaupun kantornya udah pindah tetep saya lakukan itu.” (Informan 3, 206-221)

Dalam mendukung perannya sebagai orang tua tunggal, informan tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Ia hanya dibantu oleh ibunya yang juga turut tinggal bersama. b. Pengalaman Berperan sebagai Orang Tua Tunggal Kepergian istrinya yang mendadak, memaksanya untuk menerima segala perubahan yang mendadak pula. Salah satu perubahan yang diterimanya setelah kematian istrinya adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93

tuntutan perubahan peran ganda. Kondisi tersebut memaksanya untuk bisa menjadi ayah, ibu dan teman untuk anaknya dalam waktu yang bersamaan. “Ya perubahan peran, kalo peran, jujur aja iya. Karena saya ada anak satu. Saya harus bisa menjadi ayah, bisa jadi ibu bisa jadi temennya anak saya ya kadang-kadang berantem juga.” (Informan 3, 223-225)

Pada awal istrinya meninggal, informan mengalami kesukaran dalam menjalani perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal. Perubahan peran menjadi peran ganda tidak bisa diterima dengan baik hingga beberapa sumber dukungan datang untuk membantunya dalam menjalani perubahan tersebut. Kehadiran sumber dukungan dari keluarga besar datang untuk membantu mengasuh anak informan. Selama kurang lebih enam tahun, anak informan berada di Wonogiri untuk diasuh oleh kakak dari istri informan. Hal tersebut tampaknya merupakan keputusan yang ia ambil

dengan

mempertimbangkan

kurangnya

kemampuan

informan bekerja untuk melunasi hutang dan mengasuh anak secara bersamaan. “Kan sejak istri saya meninggal, anak diasuh karena saya merasa gak mampu masih kerja kantor kan. Anak saya masih kecil, kan wira-wiri dalam arti kan antar jemput. Terus saya kan masih hutang, saya gak sanggup. Jadi selama 6 tahun di Wonogiri tapi setiap 1 minggu sekali saya pasti pulang, saya ajak nyekar ke makam ibunya.” (Informan 3, 112-116)

Perubahan lain yang dirasakan sebagai masalah selama berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal oleh informan adalah masalah ekonomi. Informan merasa kesulitan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94

melakukan penyesuaian ekonomi keluarga. Kebiasaan yang selama ini diterapkan adalah keduanya secara bersama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, hal ini sudah tidak bisa dilakukannya lagi semenjak istrinya meninggal. Oleh karena itu, ia mengalami masa penyesuaian ekonomi yang cukup berat hingga terkadang memunculkan ingatannya akan almarhum istrinya. “Kalau uang pasti, tapi uang itu pasti tapi masih bisa dicari. Dulu ekonomi dipegang dua orang sekarang satu orang jadi ya sekarang harus dimepetin. Anak itu masih ada ibunya, kalo pendidikan memang dipegang saya. TK sebelum TK bisa baca udah saya ajarin baca kalau ekonomi, jajakne itu ibunya. Kalo main ke timezone itu. Ya itu, saya masih suka mikir ibunya kalo seandainya masih ada ibunya bisa main kesana kesini kalo sekarang saya jualan saya dulu waktu kerja kan dunia hiburannya itu terbatas.” (Informan 3, 235-242)

Seiring menjalani perannya yaitu menjadi ayah sebagai orang

tua

tunggal

selama

7

tahun,

informan

seringkali

memunculkan reaksi yang khas dalam menerima perubahan dan masalah tersebut.

Reaksi

marah muncul

ketika ia tidak

mendapatkan hal yang sesuai dengan yang ia inginkan. Hal ini ia terapkan terutama kepada anaknya, yang terkadang tidak melakukan sesuai dengan yang ia harapkan. Meskipun demikian, informan mengungkapkan reaksi marahnya guna memberikan rasa disiplin pada diri anak. “Saya itu tipe orang tua yang suka segera, ya itu kelemahan saya kalau saya minta apa gak sesuai dengan keinginan saya terus anak lelet biasanya saya marah.” (Informan 3, 246-256) “Iya, disipilin harus diajarkan ke anak, segala sesuatu harus di planning. Saya gak suka nunda-nunda istilahnya mepet gak suka, kalau grusa-grusu saya gak, tapi saya panik.” (Informan 3, 281-283) “Saya bukan gak marah-marah, marahnya kalau semuanya gak konsisten tadi. Saya orangnya pemarah jangan salah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

Misalkan anak waktu tidur kok gak tidur harus ada peraturan dan hiburan. (Informan 3, 303-306)

c. Cara Informan Menangani Masalah Seiring dengan rasa dukacita dan masa sulitnya menjalani perubahan baru menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, informan mulai bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap perannya. Komitmennya dalam memberi kesejahteraan kepada anak ia buktikan dengan bekerja guna memenuhi keperluan anak dan memberikan pengasuhan yang baik kepada anak. Meskipun demikian, informan tidak lepas dari pihak lain yang berlaku sebagai sumber dukungan. Dalam hal ini, ibu dari informan turut serta tinggal bersamanya dengan anaknya untuk membantu mengurus keperluan yang informan tidak bisa lakukan. “Tunggal itu, ya semua harus dikerjakan sendiri kayak cari uang bagaimana menciptakan anak itu betah di rumah kecuali masak, kalau masak ada ibu. Jadi, apa ya kalau saya marah sama anak cuma verbal, gak pernah bentak atau apa jadi gak pernah dalam arti kasar. Jadi orang tua tunggal harus pinterpinter jadi pendamping anak.” (Informan 3, 227-231)

Berbeda dengan masalah kepengurusan anak, informan memiliki kepercayaan diri yang baik untuk melakukan pekerjaan rumah, namun dalam menjalankan perannya tidak lepas dari sumber yang mendukungnya. Dalam hal ini, ibu dari informan dan anaknya turut serta bekerja sama dalam mengurus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. “Kalau masalah rumah tangga, biasanya saya bagi tugas sama anak. Anak saya nyapu, tugasnya sebelum berangkat sekolah itu nyapu. Kalau ibu saya nyuci, kalau saya saya nyapu cuma sore kalau beres-beres rumah saya masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

sanggup, cuma kalau saya nyuci saya gak pernah, soalnya ada mesin cuci.” (Informan 3, 242-246)

Dalam menangani beberapa perubahan yang menjadi masalah, informan tidak hanya mengandalkan diri sendiri, melainkan membuka diri untuk meminta bantuan kepada orang lain. Sehingga membuatnya ia percaya diri bahwa segala masalah yang dihadapi akan mendapatkan jalan keluar. Selain itu, tingkat religiusitas

kepada

Tuhan

yang

cukup

tinggi

menambah

kekuatannya untuk mampu menyelesaikan masalah. “Kalo keuangan yang membantu pasti ada, Tuhan memberi rejeki lewat siapa saja. Contoh, anak dari kelas 1sd sampai kelas 2 smp beasiswa terus itu rejeki Tuhan, saya gak menyombongkan. Jadi uang buat sekolah bisa saya alokasikan buat yang lain misalnya saya belikan sesuatu harus nomor satu.” (Informan 3, 286-290) “Terus terang saja, ujian saya beruntun tahun 2008 istri meninggal, 2009 saya kecelakaan itu keuangan juga gak masalah. Saya dipen 3, skrups 17, kelemahan saya juga disini saya gak bisa nekuk kakinya. Itu keuangan juga gak masalah, 2008-2009 kan saya wira wiri terus mungkin saya kecapekan, kecelakaan itu habis 58 juta untuk ukuran saya kerja, gak mungkin tapi karena ada jamsostek kasih 12 juga, jasa raharja 6 juta, kuasa Tuhan. Saya dari kantor dapat 6 juta, saya di rumah sakit 3 bulan kira-kira, sepersenpun saya istilahnya gak kebeban karena apa Tuhan beri rejeki beri dari orang-orang.” (Informan 3, 294-303) “Kekuatan saya Tuhan, kalau Tuhan kasih ujian pasti Tuhann kasih jawaban kalau lewat doa. Makanya, saya gak kebeban, ibu juga nemenin bantu memasak.” (Informan 3, 309-311)

Dalam menyeimbangkan kebutuhan dengan status ekonomi yang tidak tetap, informan memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya. Ia menggunakan prioritas sebagai salah satu cara untuk menghemat pengeluaran keluarga. Sistem prioritas juga ia terapkan pada anaknya untuk mendahulukan kebutuhan dari pada keinginan. Hal tersebut dilakukan oleh informan bukan tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97

tujuan, melainkan untuk mendidik anak agar memiliki rasa prihatin. “Kadang saya gini, ini keinginan atau kebutuhan, kalo dia menjawabnya kebutuhan saya segerakan tapi kalau keinginan, saya tunda.. Jadi, saya poin keinginan atau kebutuhan, kalau memang kebutuhan memang berat berapapun saya carikan. Butuh e hape opo ? komunikasi uangnya sekian tak carikan, tapi kalau kancane ini, ini, ini oh itu keinginan. Oh ingin mu ini, yo sok nek ayah punya rejeki tak tukokne. Kalo sekolah kan dipanti rini smp Kanisius, itu kan tak suruh nyepeda intel meskipun ada motor tak belike motor sama tak belike sepede tapi tak suruh sepeda ontel. Meskipun ada motor tak belike motor sama tak belike sepeda tapi tak suruh sepeda ontel. Motor gak boleh dipake kalo sekolah, kalau kegiatan gereja boleh dipake jadi biar anak itu ada prihatine, ada olahragane. Kalau olahraga kan ada kecerdasane, ya itu keinginan atau kebutuhan gitu aja. Saya tu bukan orang kaya, tapi tidak kekurangan jadi pengen ini bisa, pengen itu bisa.” (Informan 3, 262-274)

d. Rencana Informan untuk Kehidupan Selanjutnya Menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal tidak lantas membuat informan tergesa-gesa dalam mencari pasangan. Hal tersebut terbukti dengan 7 tahun informan meyandang status duda dan ayah sebagai orang tua tunggal. Meskipun demikian, informan tidak menutup diri dan membuka kesempatan untuk menikah kembali. “Saya hamba Tuhan, saya gak menutup diri saya tetap membuka semua kesempatan yang Tuhan berikan ada kata tidak. Jadi dalam arti monggo kerso gusti. Tapi saya tidak mencari.”(Informan 3, 338-340)

Dalam menyandang status dudanya, informan memiliki alasan yang memotivasinya untuk bisa bertahan selama 7 tahun. Alasan tersebut adalah kepemilikan anak, yang membuatnya untuk berusaha memberikan yang terbaik. Menyediakan kebutuhan jasmani maupun rohani kepada anak, seperti bersedia untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98

berperan ganda yaitu sebagai seorang ayah dan ibu. Alasan tersebut juga

yang

melatarbelakangi

informan

untuk

menunda

pernikahannya karena masih memposisikan sebagai ayah, dimana ia memikirkan perasaan anak ketika harus memiliki pendamping baru. Alasan lain yang membuatnya untuk menunda pernikahannya adalah kecintaanya pada almarhum istrinya yang masih melekat hingga sekarang. “Pertama anak, saya tipe orang tua yang gak mau buat anak kecewa. Kalau anak kecewa sama orang tua, imbasnya panjang. Kecewa itu maksudnya gak konsisten, jadi kalau sudah berumah tangga itu gak berdiri sendiri harus memposisikan menjadi tiga, ayah, laki-laki dan suami buat istrinya. Ketiga-tiganya harus jadi satu. Kalau laki-laki itu kan masih apa. Saya memposisikan jadi ayah karena saya masih memikirkan anak. Saya masih sesuai walaupun sudah di KTP cerai mati saya mati saya masih cinta.”(Informan 3, 318325)

Keputusan informan untuk membuka diri untuk menikah tampaknya tidak mendapatkan dukungan yang positif dari anaknya. Sehingga membuat informan untuk tidak tergesa-gesa dalam mencari pendamping hidup. Meskipun demikian, dukungan sosial didapatkan informan dari keluarga Wonogiri untuknya yang akan mencari pasangan baru. “Ya anak kan berkembang, anak tu waktu tinggal di Wonogiri tau harus dapet masukan keluarga Wonogiri kalau apa ya anak tu berkembang dan saya mengikuti perkembangannya gak tau nanti seperti apa. Tapi nek itu, kalau Tuhan menghendaki. Kalau semuanya mudah berarti Tuhan menghendaki, tapi kalau itu sulit berarti Tuhan tidak menghendaki gitu aja.” (Informan 3, 342-347)

Keinginannya dalam memberikan yang terbaik bagi anak informan adalah dengan cara tidak ingin membuat anak kecewa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99

dengan dirinya. Ia selalu menyeimbangkan ego diri dan anak pada saat ia akan memilih calon untuk pendamping hidupnya. “Harus menanamkan bahwa ayah itu seperti, kalau soal saya senang sama wanita, itu liat pribadi anak. Orang itu kan harus liat anak, harus memikirkan ego anak harus seimbang.” (Informan 3, 334-336)

e. Makna Pengalaman Informan Terkait Menjalani Peran sebagai Orang Tua Tunggal Bagi Informan selama ini pengalamannya terkait berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal merupakan pengalaman yang positif. Hal ini karena selama berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ia banyak berperilaku yang berguna bagi orang lain terutama anaknya. Keinginannya untuk selalu memberikan contoh yang baik dan memperhatikan masa depan anak dinilai sebagai sesuatu tugas utama sebagai seorang ayah sebagai orang tua tunggal. Oleh karena itu, informan memaknai perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi kehidupan orang lain. “Saya menjadi contoh yang baik bagi anak, saya gak boleh meski saya orang tua terus saya bebas, saya memperhatikan masa depan dia, menanamkan nilai-nilai yang saya harapkan. Saya harus istilahnya sesuai keinginan saya, dan saya sesuai keinginan saya.”

8. Analisis Kehidupan Informan 3 sebagai Orang Tua Tunggal Terdapat 5 komponen resiliensi menurut Wagnild and Young (1993) yang dialami oleh informan yang mendukungnya dalam berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Komponen yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100

pertama

adalah

meaningfulness.

Dalam

komponen

tersebut

menjelaskan bahwa meaningfulness atau kebermaknaan adalah kesadaran bahwa dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Individu yang memiliki meaningfulness tinggi akan terus menerus berusaha melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya selama ia hidup. Selain itu, individu yang memiliki kemampuan meaningfulness atau kebermaknaan, juga mampu menghargai dan memaknai apa yang sudah dilakukan oleh dirinya maupun orang lain. Pada pengalaman informan yang berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ia menunjukkan tujuan hidupnya yaitu tidak membuat anak kecewa. Ia mengakui bahwa keberadaan anak menjadi suatu hal yang memotivasi dirinya untuk bisa bertahan berperan menjadi seorang ayah sebagai orang tua tunggal. Motivasi utama para ayah mampu menjalani peran sebagai orang tua tunggal adalah karena mereka mencintai anakanaknya dan merasa mampu berperan sebagai orang tua yang baik (Hanson dalam Partasari, 2004). Oleh karena itu informan berusaha untuk konsisten yaitu dengan cara berperan sebagai tiga pelaku utama dalam keluarga. Informan berusaha untuk memposisikan dirinya menjadi ayah, laki-laki dan sebagai suami bagi istrinya. Ketika informan berusaha untuk menjadi suami bagi istrinya, berarti ia masih menganggap dirinya masih sebagai seorang suami meskipun dalam kehidupan nyata istri informan sudah meninggal dan tertera sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101

cerai mati di KTP. Selain itu, ketika informan tidak memutuskan untuk mencari pendamping baru karena masih memikirkan keberadaan anaknya. Kemampuan meaningfulness lainnya juga ditunjukkan informan dengan menghargai dan memaknai pekerjaan yang dilakukannya maupun orang lain. Informan mengakui bahwa ketika ia berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal berarti ia merasa tidak boleh berperilaku dengan bebas. Ia mengakui bahwa selama ini ia menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Hal ini dilakukan informan karena ia memperhatikan masa depan anak, ia ingin menanamkan nilai-nilai yang baik sesuai dengan harapannya. Tidak hanya mampu memaknai hal yang ia lakukan, tetapi informan juga menghargai kemampuan anaknya yang tegar untuk menerima kondisi ibunya yang sudah meninggal. Komponen

yang kedua adalah

equanimity

yang meliputi

kemampuan untuk santai dalam menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Kemampuan untuk santai ditunjukkan oleh informan ketika ia mampu merespon dengan santai pada saat istrinya meninggal karena kecelakaan. Ia menunjukkan sikap yang tenang sebagai wujud dari kepasrahannya. Meskipun terkadang dalam menghadapi proses dukacitanya, beberapa kali informan teringat akan sosok istrinya yang sering muncul, tetapi ia merasa tidak terbebani akan kemunculan ingatan akan istrinya tersebut. Kemampuan untuk santai juga mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102

ditunjukkan ketika informan sakit dan ia harus mengurus dirinya tanpa kehadiran istri sebagai partner hidup. Ia mengatakan bahwa Tuhan sebagai kekuatan yang diandalkan untuk bisa membantu atas pertanyaan dari masalah-masalah yang ia terima. Meskipun dalam menerima kenyataan bahwa istrinya sudah meninggal,

informan

mampu

merespon

dengan

baik

dan

menyelesaikan semua urusan pemakaman istrinya dengan baik dan tidak mengeluarkan emosi yang menggebu-gebu. Sejak istrinya meninggal, segala tanggung jawab yang selama ini dilakukan berdua menjadi tanggung jawabnya seorang diri. Tanggung jawab tersebut antara lain bekerja memenuhi ekonomi keluarga, dan mengurus keperluan rumah tangga, serta mengurus keperluan keseharian anak. Dalam hal kepengurusan anak, ia dituntut bisa menjadi pendamping anak yang baik. Meskipun dalam praktek pengasuhannya, informan juga terkadang mengungkapkan emosi karena mendapatkan tindakan yang tidak sesuai dari anak dengan keinginannya. Namun, informan tidak pernah mengungkapkan emosinya sebagai rasa kekesalannya dengan membentak anaknya, ataupun melakukan tindakan yang kasar. Hal ini membuktikan kemampuan informan dalam menangani masalah hidup dengan sikap yang tidak ekstrem. Komponen yang ketiga adalah Perseverance. Komponen tersebut melihat kemampuan informan dalam menghadapi kesulitan. Kematian istri informan dirasakan sebagai sesuatu yang mendadak. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103

ditunjukkan dari sikap tidak percaya pada keadaan ketika ia mengetahui bahwa istrinya meninggal karena kecelakaan. Kondisi tersebut tidak lantas membuatnya tidak menerima kematian istrinya. Meskipun dalam masa adaptasinya berperan menjadi seorang ayah sebagai orang tua tunggal, ia mampu menghadapi kondisinya yang sulit. Kondisi tersebut antara lain adalah ketika istrinya meninggal mendadak, ia harus melunasi hutang dan pencari nafkah tunggal dalam keluarga, mengurus keperluan keseharian anak, serta mengurus keperluannya sendiri ketika ia sakit. Beberapa masalah yang dialaminya dapat dilalui dengan baik, meskipun dalam menghadapi kesulitannya tersebut ia membutuhkan orang lain untuk membantunya. Hal tersebut membuktikan bahwa dirinya mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan hidupnya menjadi seorang ayah sebagai orang tua tunggal. Tidak hanya mampu mengatasi masalah dengan baik, informan juga mampu menunjukkan perjuangannya dalam meneruskan kehidupan. Tuntutan perubahan peran ganda dilakukannya untuk meneruskan perjuangan dan membangun kehidupan. Dalam hal kepengurusan anak, ia mengakui bahwa keberadaannya untuk bisa menjadi seorang ayah, ibu dan temannya dalam satu waktu yang bersamaan menunjukkan kemampuan informan dalam meneruskan perjuangan. Hal tersebut cukup menjelaskan bahwa informan menunjukkan ia memiliki komponen perseverance atau ketekunan yang dijelaskan oleh Wagnild dan Young (1993) sebagai suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104

tindakan untuk tetap bertahan meskipun terdapat perubahan atau kesulitan. Dalam hal ini, ketahanan menunjukkan adanya keinginan meneruskan perjuangan untuk membangun kembali kehidupan serta untuk tetap terlibat dan mempraktikkan disiplin diri. Komponen keempat adalah self reliance. Self reliance merupakan sebuah kepercayaan dan kemampuan diri sendiri. Individu yang percaya diri mampu mengenali kekuatan dan keterbatasan diri sehingga mereka mampu untuk bergantung dan mengatasi masalahnya sendiri (Wagnild dan Young, 1993). Selama berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ia harus mengurus keperluan anaknya seorang diri. Meskipun dalam 6 tahun informan menitipkan anaknya pada kakaknya, namun setelah itu ia mampu untuk mengurus segala keperluan anaknya seorang diri. Selain itu, informan bekerja seorang diri untuk melunasi hutang dan menjadi pekerja utama dalam keluarga. Keputusan informan untuk menitipkan anaknya kepada kakaknya karena informan merasa tidak sanggup untuk mengurus anak yang berbarengan dengan bekerja keras untuk melunasi hutang dimana kondisi anaknya masih membutuhkan pengasuhan yang ketat. Kondisi tersebut cukup menjelaskan bahwa informan mengenali keterbatasan dirinya dalam berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Ia menyadari ia membutuhkan orang lain untuk mendukung perannya. Keterbatasan lain yang diakunya adalah ketika ia membutuhkan bantuan untuk mendukung perannya di rumah. Dalam kesehariannya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105

informan dibantu oleh ibunya untuk mengurus keperluan rumah tangga seperti

memasak

dan

membersihkan

rumah.

Meskipun

ibu

membantunya dalam pekerjaan rumah, kondisi tersebut tidak lantas membuatnya merasa malas. Ia dan anaknya melakukan pembagian kerja seperti mencuci pakaian yang dilakukan informan, dan menyapu yang dilakukan oleh anaknya. Kerjasama dan pembagian peran yang dilakukan oleh anak dan ibu informan mendukung lancarnya ketika menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Selain itu, kemampuannya untuk mengandalkan diri dalam mengatasi masalah dibuktikannya dengan cara ia bekerja keras untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh istrinya. Komponen

yang

kelima

adalah

Existential

Alonenes.

Pengalamannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal selama kurang lebih 7 tahun membuktikan bahwa informan mampu menjalani kehidupannya dengan baik. Hal ini dilakukannya dengan cara ia mampu mendidik anaknya dengan baik hingga mendapatkan beasiswa sebagai bukti mendapatkan prestasi yang cukup baik. Selain itu, ia mampu melunasi hutang yang ditinggalkan oleh istrinya dan mampu memenuhi ekonomi keluarga. Meskipun dalam kesendiriannya ia mampu berhasil mengatasi masalahnya, tetapi keinginan informan untuk meneruskan kehidupannya dengan menikah kembali juga sempat direncanakan olehnya. Ia tidak menutup diri dan membuka kesempatan untuk menikah kembali. Meskipun demikian, rencananya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106

untuk melanjutkan hidup tidak membuatnya tergesa-gesa dalam mencari teman wanita. Ia menjelaskan bahwa ia tidak mencari calon pendamping, ia hanya menerima dan membuka semua kesempatan yang Tuhan berikan. Informan tidak merasa takut ataupun ragu dengan tidak adanya pasangan hidup. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk mengatasi masalah dengan anaknya yang bisa dihadapinya seorang diri, begitu juga dengan masalah keuangan. Ia mempercayai bahwa ia akan bisa melalui masalah keuangan dengan baik. Kepercayaannya kepada Tuhan memberi rezeki melalui banyak cara seperti menunjukkan bahwa dirinya memiliki jalan hidup yang unik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107

Skema Pengalaman Informan dalam Melalui Proses Resiliensi Laki-laki dewasa madya

Pengalaman kehilangan istri akibat kecelakaan

Menghadapi masalah yang menekan : 1. Dukacita : Tahap I : Shock dan Menolak Tahap II : Marah dan Depresi Tahap III : Tahap Dukacita dan Kesedihan Tahap IV : Tahap menerima dan memahami 2. Perubahan peran : a. Pengasuhan anak b. Mengurus keperluan rumah tangga 3. Ekonomi : Sumber pendapatan seorang diri

Pengalaman Proses Resiliensi : a. Penerimaan diri yang positif istri yang meninggal b. Kemampuan bertahan menghadapi masalah c. Kemampuan mengatasi masalah sendiri dan melalui bantuan orang lain d. Memiliki rencana untuk kehidupan selanjutnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses resiliensi ayah tunggal : a. Dukungan sosial b. Kehadiran anak c. Tingkat religiusias yang tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108

C. Hasil Analisis Pengalaman Ketiga Informan Ayah sebagai Orang Tua Tunggal dalam Melalui Proses Resiliensi Dilihat secara keseluruhan, ketiga informan melalui proses resiliensi yang cukup baik dengan pengalaman yang beragam. Dari kesadaran akan kepemilikan tujuan dan usaha, ketiga informan menunjukkan tujuan yang sama yaitu menjadikan anak sebagai tujuan dalam hidupnya. Ketiga informan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anak setiap harinya, seorang diri. Keberhasilan dalam mendidik anak menjadi salah satu kepuasan bagi informan 1, hingga terkadang ia perlu menahan rasa bersalahnya untuk memperjuangkan idealisme dalam mendidik anak. Rasa kepedulian terhadap anak juga ditunjukkan oleh informan 2 dan 3. Selain itu, ketiga informan memutuskan menunda rencana menikah untuk menjaga perasaan anak-anaknya. Mereka tidak ingin keputusannya untuk menikah kembali akan membuat anak mereka kecewa. Selain kesadaran akan memiliki tujuan dan usaha yang tinggi, perspektif yang seimbang antara kehidupan dan pengalaman atau disebut dengan equanimity juga tampak pada ketiga informan. Pengalaman tersebut ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengatasi rasa dukacita terhadap kematian istrinya. Kematian istri informan 1 dan 2 diakibatkan oleh penyakit kanker. Kedua informan tersebut mampu menerima kematian istrinya dengan perspektif yang seimbang antara kehidupan dan pengalaman sakit yang diderita oleh istrinya. Kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109

informan mulai menyadari bahwa dengan bertahannya istri mereka, akan membuat tersiksa. Oleh karena itu, mereka dapat menerimanya dengan baik terutama pada informan 2 yang sudah mengetahui kemungkinan terburuk

dengan

mengumpulkan

informasi

pada

dokter

yang

membantunya. Selain penerimaan diri yang positif terhadap istri meninggal sebagai bukti kemampuan perspektif yang seimbang antara kehidupan. Setiap informan juga menunjukkan kemampuan untuk santai, yang ditunjukkan dengan tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan dalam menghadapi masalah. Melakukan refleksi, berdiskusi dengan anak, berdoa, berdiam diri untuk pasrah menerima keadaan yang ada merupakan beberapa cara yang dilakukan untuk menangani masalah. Masalahmasalah tersebut antara lain masalah ekonomi, masalah kepengurusan rumah tangga dan masalah kepengurusan anak dimana ayah tidak merasa sependapat dengan anak, serta masalah tekanan sosial dimana orang-orang di lingkungan sekitar memberikan stigma negatif terutama pada informan 1. Ketekunan untuk bertahan pada perubahan atau kesulitan juga ditemukan pada ketiga pengalaman informan dalam berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Baik informan 1, 2, maupun 3 secara otomatis mengalami perubahan peran menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Perubahan peran yang dirasakan mendadak membuat ketiga informan mengalami kebingungan peran. Kesepian, merasa kelelahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110

membesarkan anak dan mengurus keperluan rumah tangga seorang diri, tanggung jawab akan mencari sumber pendapatan dirasakan sebagai perubahan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Meskipun tanpa adanya persiapan dan latihan, para ayah mampu bertahan serta mampu mengatasinya dengan baik. Keadaan tersebut tidak lantas membuat para ayah menyerah. Dalam kesehariannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ketiga informan dibantu oleh pihak lain yang mendukung perannya tersebut. Informan 1 dibantu oleh pembantu rumah tangga dan dukungan sosial keluarga terutama kakak wanita. Dukungan dari pihak lain dimaksudkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan mengurus keperluan keseharian anak. Sedangkan pada informan 3, mendapatkan dukungan dari ibu sebagai dukungan sosial sehingga ia mampu bertahan untuk meneruskan perjuangannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Kondisi yang berbeda dialami oleh informan 2 dengan mengandalkan dirinya sendiri untuk bertahan dan menjalankan perannya yaitu ayah sebagai orang tua tunggal. Ketiga informan menyatakan bahwa mereka tetap menjalani peran yang sudah direncanakan oleh Tuhan. Ada maupun tidak adanya dukungan sosial dalam kehidupan mereka tidak menghalangi mereka untuk meneruskan perjuangannya menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Kemampuan untuk meneruskan perjuangan muncul karena adanya beberapa alasan. Beberapa alasan tersebut antara lain kepasrahan dalam menjalani rencana Tuhan, dan kepedulian akan masa depan anak, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111

kemampuan nurturing atau pengasuhan terhadap anak yang sudah dimiliki oleh ketiga informan. Kesadaran bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik juga ditemukan pada ketiga pengalaman informan. Informan 1 dan 2 melihat pengalaman penerimaan diri terhadap istrinya yang meninggal sebagai sesuatu yang bersifat unik. Informan 1 menilai bahwa kematian istrinya yang belum mendapatkan penanganan medis sebagai hal yang baik. Apabila operasi tetap dilakukan, kedua anaknya akan mengalami ketakutan dan mengalami trauma melihat kondisi ibunya yang tidak baik. Sedangkan pada informan 2 menilai bahwa pengalaman istrinya meninggal sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini dirasakannya karena, ia merasa selama ia berperan ayah sebagai orang tua tunggal memiliki sisi positif dan sisi negatif. Informan 2 tidak selalu melihat perannya sebagai ayah tunggal sebagai sesuatu yang menekan. Informan 2 melihat jalan kehidupannya bersifat unik melalui masalah ekonomi yang dihadapinya. Meskipun menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ia harus mencari nafkah seorang diri untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar hutang, namun informan 3 tidak merasa cemas mengatasi masalah tersebut. Ia mempercayai bahwa ia akan mendapatkan rezeki dari Tuhan melalui banyak cara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112

D. Pembahasan Hasil Penelitian Dilihat secara keseluruhan, ketiga informan memiliki pengalaman menjadi ayah sebagai orang tua tunggal yang cukup baik dengan memiliki tujuan dan usaha dalam hidupnya dan mampu memaknai serta menghargai yang sudah dilakukannya. Sikap yang santai untuk menerima apapun yang terjadi dalam hidup dan ketekunan untuk bertahan pada perubahan yang dialami dengan berperan ayah sebagai orang tua tunggal juga ditunjukkan pada pengalaman ketiga informan. Selain itu, para ayah yang berperan sebagai orang tua tunggal memiliki kepercayaan diri yang baik untuk menghadapi setiap pengalaman dalam hidupnya. Hal ini membuat para ayah sebagai orang tua tunggal sadar bahwa setiap masalah yang dihadapi dapat teratasi dengan kemampuannya sendiri. Dari segi komponen meaningfulness, terdapat kesadaran bahwa dalam kehidupan memiliki tujuan, dan usaha untuk memperoleh tujuan tersebut. Ketiga informan memiliki tujuan yang sama yaitu menjadikan anak sebagai prioritas hidup. Ketiga informan terlihat peduli pada masa depan anaknya dengan ingin membuat anaknya mandiri dan sukses dibidang pendidikan. Prestasi dibidang pendidikan hingga mendapatkan sekolah unggulan, dinilai sebagai keberhasilan yang telah dicapai oleh kedua anak informan 1. Prestasi tersebut tidak lepas dari keberhasilan informan 1 dalam mendidik dan menjadi salah satu kepuasan bagi dirinya. Pada informan 1, keberhasilan yang ia rasakan tidak saja berkaitan dengan prestasi di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113

sekolah, tetapi juga keberhasilan dalam mendidik anaknya untuk menjadi lebih mandiri. Selain kepeduli terkait pendidikan disekolah, informan 1 juga memberikan pelatihan kepengurusan rumah tangga dengan mengurus keperluan dirinya sendiri yaitu, mencuci baju, dan belajar memasak. Pelatihan untuk mengambil kepeutusan berdasarkan tingkat kepentingan juga ditekankan pada pengasuhan oleh informan 1. Selain itu informan 1 memberikan pelatihan kepada kedua anaknya untuk mengambil keputusan berdasarkan tingkat kepentingan. Harapan yang diberikan kepada kedua anaknya untuk bisa mandiri dilakukannya

sebagai

bukti

perhatian

kepada

kedua

anaknya.

Pembelajaran tersebut diberikan agar mereka memiliki bekal ilmu untuk hidup mandiri, jika suatu saat berada jauh dari lingkungan rumah. Hal yang serupa terjadi pada informan 3, dimana anaknya mendapatkan beasiswa pendidikan selama 2 tahun. Kondisi tersebut tidak lepas dari bimbingan informan 3 yang berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal untuk memenuhi segala kebutuhan anaknya dalam dunia pendidikan. Selain itu, informan 3 juga seringkali menerapkan kedisiplinan

dalam

diri

anaknya.

Sedangkan

pada

informan

2,

mengupayakan keberhasilan anaknya dengan menyelesaikan pembelajaran hingga di bangku kuliah. Ketiga informan bekerja keras memenuhi keinginan dan kebutuhan yang menunjang prestasi anak-anaknya seorang diri. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wilson (Septiningsih dan Cahyanti, 2014)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114

bahwa seorang laki-laki yang berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal juga bertanggung jawab menjadi pemimpin dalam keluarga untuk menjaga, mendidik, membesarkan serta menjadi wali bagi anak-anaknya sendiri tanpa adanya orang yang membantu baik pasangan atau pengasuh. Menjadi sumber pencarian utama dalam keluarga dilakukan ketiga informan setiap hari. Informan 3 mengalami kendala dalam mengatur keuangan keluarga. Kendala tersebut adalah keadaan dimana ia harus menyelesaikan hutang yang bersamaan dengan membiayai kebutuhan keluarga. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan informan 1 dimana ia harus pintar dalam mengelola keuangan keluarga untuk bisa memenuhi kebutuhan dirinya dan kedua anaknya. Meskipun informan 1 dan 3 tidak berada dalam kondisi keuangan yang terpuruk, akan tetapi memenuhi kebutuhan ekonomi keluargaa dirasakan sebagai suatu masalah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ortigas (dalam Partasari, 2004) bahwa terdapat empat masalah yang dialami ayah sebagai orang tua tunggal. Salah satu masalah tersebut adalah masalah ekonomi, yang berkaitan dengan kesukaran dalam membiayai kehidupan. Kondisi keuangan yang baik akan memungkinkan laki-laki yang berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal untuk menyewa orang lain sebagai pengasuh anak dan membantu mengurus keperluan rumah tangga. Sikap bertanggung jawab dalam menafkahi dan mendidik anak ditunjukkan oleh ketiga informan sebagai bukti bahwa ketiga informan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115

berusaha untuk mewujudkan tujuan dalam hidupnya. Tak jarang ketiga informan juga menghabiskan waktu untuk bersenda gurau. Interaksi antara kedua anaknya dengannya sebagai seorang ayah membuatnya bisa memiliki kedekatan yang baik, terutama pada anak perempuannya. Kedekatan tersebut, mencakup interaksi komunikasi dengan berdiskusi untuk berbagi pengalaman, menyelesaikan masalah, makan bersama tampak jelas pada informan 1 yang memiliki dua orang anak. Realitas tersebut sesuai dengan komponen keterlibatan ayah, yaitu paternal engagement dimana pengalaman seorang ayah untuk berinteraksi langsung dengan anaknya dalam bentuk perawatan, bermain ataupun sekedar bersantai bersama (Lamb, dkk dalam McBridge, Schoppe dan Rane, 2002). Kedekatan pada informan 2 ditunjukkan dengan bercanda, yang sering dilakukan dengan anak laki-lakinya. Berbagi perhatian sering juga dilakukan dengan semua anak-anaknya. Pada informan 3 terjadi interaksi yang tidak jauh berbeda, yaitu ketika menghabiskan waktu bersama untuk membimbing belajar, pergi ibadah, dan bersenda gurau bersama. Berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ketiga informan memiliki perspektif yang seimbang antara pengalaman dengan kehidupan. Hal ini ditunjukkan oleh informan 1 dengan menyadari keterbatasan diri. Menjadi ayah sebagai orang tua tunggal selama 4 tahun, bukan berarti ia sanggup untuk mengerjakan semua pekerjaan seorang diri. Pengakuannya untuk tidak bisa menangani apa yang menjadi tugasnya dalam mengurus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116

keperluan rumah tangga menegaskan bahwa ia merasakan keterbatasan diri. Hal ini dikarenakan selama istrinya hidup, terjadi pembagian peran di dalam keluarga yaitu informan 1 sebagai ayah dan kepala keluarga bertugas untuk bekerja sedangkan istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam mengatasi keterbatasan dirinya tersebut, informan 1 dibantu kakak wanita dan pembantu rumah tangga untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kondisi lain yang menjelaskan bahwa informan 1 merasakan keterbatasan diri adalah ketika tidak bisa memberikan pertolongan ketika istrinya menunjukkan gejala kambuh. Berdasarkan kondisi – kondisi tersebut, menjadi ayah sebagai orang tua tunggal bagi informan 1 berarti menyadari keterbatasan diri. Merasakan keterbatasan diri, informan 1 menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Tingkat religiusitas yang tinggi juga dapat membantu para informan memiliki perspektif kehidupan dan pengalaman yang seimbang. Keyakinan yang tinggi terhadap kuasa dan kasih Tuhan membuat informan 1, 2 dan 3 mengikhlaskan kematian istrinya serta menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal sebagai bagian dari rencana Tuhan. Kondisi inilah yang membuat ketiga informan memaknai peran ayah sebagai orang tua tunggal yaitu menerima kondisi dengan pasrah. Kondisi yang tidak jauh berbeda pada informan 2, dimana informan 2 dan 3 juga memaknai peran ayah sebagai orang tua tunggal yaitu menerima kondisi dengan pasrah. Melalui kepercayaan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117

Tuhan, informan 3 menerima kondisi kematian istrinya sebagai sesuatu keadaan terbaik yang didapat dari Tuhan. Informan 3 melihat Tuhan sebagai figur eksternal yang mengendalikan hidup dengan memberikan ujian sehingga, ia memiliki kepercayaan bahwa Tuhan akan memberikan jawaban atas masalah yang dimiliki. Memaknai

peran

menerima

kondisi

dengan

pasrah

juga

ditunjukkan informan 2, yang akan menerima semua kemungkinan yang terjadi dalam hidup. Hal ini terkait dengan mendapatkan jodoh ataupun harus menerima konsekuensi untuk membesarkan anak dalam kesendirian sebagai perwujudan dari kepasrahan. Kemampuan untuk tenang dan pasrah dilakukan agar tidak menimbulkan perang batin, ketika tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha yang telah dilakukan. Menerima kondisi dengan pasrah dan tingkat religiusitas yang tinggi kepada Tuhan membuat ketiga informan mampu menerima kematian istri dengan baik. Penerimaan diri yang positif terhadap kematian istri mungkin terkait dengan faktor protektif yang membantu mengatasi perasaan dukacita. Kehadiran anak dan keluarga besar, dirasakan sebagai salah satu bentuk dukungan untuk mengatasi perasaan dukacita. Faktor protektif merupakan keterampilan dan kemampuan yang sehat dalam diri individu, yang mendorong terbentuknya resiliensi. Faktor-faktor protektif tersebut antara lain : (1) karakteristik individu, seperti jenis kelamin, tingkat inteligensi, karakteristik kepribadian, (2) karakteristik keluarga, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118

kehangatan, kelekatan, struktur keluarga. (3) ketersediaan sistem dukungan sosial di luar individu dan lingkungan, seperti sahabat (Rosyani, 2012). Ketekunan untuk bertahan pada perubahan atau kesulitan ditemukan pada ketiga informan yang berperan ayah sebagai orang tua tunggal. Perubahan peran yang dirasakan secara mendadak membuat ketiga informan mengalami kebingungan peran, khususnya pada informan 1 dan 3. Meski demikian, bagi informan 2 tidak berarti merasakan dampak akibat perubahan peran tersebut. Merasa kesepian, kelelahan membesarkan anak, mengurus keperluan rumah tangga dan tanggung jawab dalam mencari sumber pendapatan serta mendapatkan stigma negatif dirasakan sebagai perubahan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal pada informan 1. Perubahan lain yang turut dirasakan oleh informan 1 adalah berdiskusi bersama istri, untuk memutuskan sesuatu dan mendapatkan stigma negatif terkait dengan peran barunya. Masalah tekanan sosial berkaitan dengan persepsi lingkungan terhadap orang tua tunggal. Banyak orang tua yang diminta untuk menikah kembali oleh keluarganya. Orang tua tunggal juga merasakan kebutuhan akan pasangan hidup namun terbentur oleh kendala dari calon pasangannya untuk bisa menerima menjadi ibu atau ayah bagi anak-anaknya (Ortigas dalam Partasari, 2004). Perubahan yang dirasakan oleh informan 2 adalah merasakan kesepian, yang diungkapkan ketika menceritakan pengalaman kebersamaannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119

dengan istri. Pernyataan informan tersebut menunjukkan ingatan informan 2 bersama istri yang sudah tidak bisa dilakukan. Selain itu, perubahan menekan yang dirasakan oleh informan 2 terkait dengan anak. Sebagian besar hidupnya menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal dihabiskan untuk memikirkan pengasuhan anak hingga masalah psikologis anak. Ketakutan dialami oleh informan ketika nantinya akan menikahkan anak perempuan tanpa kehadiran istri, yang dirasakan oleh informan sebagai hal yang dibutuhkan oleh anaknya. Rasa tidak percaya muncul kepada ibu mertua anaknya kelak, dikarenakan tidak bisa memberikan perhatian yang sesuai dengan perhatian yang diberikan oleh istrinya. Sedangkan perubahan pada informan 3 adalah masalah pengasuhan anak yang harus dilakukannya sendiri, menjadi sumber pendapatan keluarga yang mengakibatkan mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan pengasuhan anak. Hasil penelitian selaras dengan pernyataan Parkes (dalam Partasari, 2004) bahwa tidak hanya bermakna sebagai kehilangan “sosok istri” saja, teteapi juga kehilangan peran yang selama ini sudah dijalankan oleh istri, seperti mengurus rumah tangga, mengaur ekonomi keluarga, penghibur, pasangan seksual, dan pasangan emosional. Pernyataan lain juga menunjukkan beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan orang tua tunggal baik wanita maupun laki-laki. Masalah tersebut antara lain : (a) merasa kesepian, (b) perasaan terjebak dengan tanggung jawab dalam mengasuh anak dan mencari sumber pendapatan (c)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120

kekurangan waktu untuk mengurus diri dan kehidupan seksualnya, (d) merasa kelelahan dalam membesarkan anak sendirian, (e) mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, (f) memiliki jam kerja yang lebih panjang karena lebih banyak masalah ekonomi yang muncul, (g) menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, (h) kurangnya dukungan sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua dan (i) memiliki kondisi fisik yang rentan terhadap penyakit dan rentan terkena depresi (Kimmel dan Walsh, 2003) Beberapa kesulitan yang dialami ketika menjalani peran ayah sebagai orang tua tunggal, tidak membuat ketiga informan dengan segera menikah kembali. Meski dengan keberadaan istri baru dapat mendampingi dan membantu para ayah menjalankan tanggung jawabnya. Beberapa alasan yang melatarbelakangi ketigaya untuk bertahan dengan status ayah sebagai orang tua tunggal adalah anak. Kepemilikan anak, dirasa menjadi alasan utama yang ditemukan pada semua informan. Informan 1 tidak ingin merusak kedekatan bersama anak dengan memiliki istri kembali. Sedangkan pada informan 2, ingin berfokus untuk menyelesaikan pendidikan ketiga anaknya. Kondisi yang tidak jauh berbeda pada informan 3, ia tidak ingin membuat anaknya kecewa yaitu melalaikan tugasnya sebagai ayah dengan menikah kembali. Secara serempak, ketiganya tidak ingin dengan memiliki istri akan merusak hubungan ayah dengan anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121

Hal ini mungkin dapat dijelaskan dengan pernyataan Hanson (dalam Partasari, 2004) tentang motivasi utama para ayah mampu menjalani peran sebagai orang tua tunggal adalah karena mereka mencintai anak-anaknya dan merasa mampu berperan sebagai orang tua yang baik. Selain anak, ketakutan traumatis akan kehilangan kembali turut menjadi alasan bagi informan 1 untuk menunda pernikahan kedua kali. Dalamnya hubungan antara suami dan istri membuat ketiganya tidak dengan mudah untuk menikah kembali. Beberapa kesulitan yang dialami ketika berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, dihadapi dengan kemampuan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki kemampuan untuk mengandalkan kekuatan diri untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada. Sebagai bagian dari proses resiliensi, individu dirasa perlu memiliki komponen Self Reliance atau kepercayaan diri. Self Reliance adalah sebuah kepercayaan diri dan kemampuan diri sendiri. Individu yang percaya diri dapat mengenali kekuatan dan keterbatasan diri sehingga mereka mampu untuk bergantung dan mengatasi masalahnya sendiri (Wagnild dan Young, 1993). Ketika para informan memiliki masalah dengan anak yaitu mengalami perbedaan pendapat, informan mampu mengatasi masalah sendiri tanpa peran serta keluarga. Begitu juga ketika mendapatkan stigma negatif dari orang lain. Informan 1 merasa tidak nyaman atas pernyataan yang diberikan oleh temannya mampu menanggapinya dengan baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122

sehingga tidak menyebabkan informan merasa terganggu dan terhambat dalma melakukan aktivitas. Hal yang sama dilakukan oleh informan 2, dimana ia mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dan masalahmasalah yang dihadapi termasuk dengan anak. Informan 2 merasa sanggup mengerjakan semua tanggung jawab sendiri. Ia memiliki keyakinan yang cukup besar terhadap kemampuan yang ia miliki dan mampu menghadapi masalah-masalah yang menekan dengan tidak meminta bantuan kepada orang lain. Berdasarkan kondisi yang dialami oleh informan 2 tersebut, menunjukkan bahwa menjadi ayah sebagai orang tua tunggal bagi informan berarti menjadi orang yang otonom. Kepercayaan diri yang dimiliki oleh informan 3 tidak jauh berbeda dengan kedua informan lainnya. Informan 3 mengandalkan kekuatan dan kemampuan

diri

untuk

menyelesaikan

beberapa

masalah

yang

dihadapinya. Meskipun informan 3 sedang berada dalam ekonomi yang tidak baik yaitu dengan memiliki hutang, informan 3 berhasil membayar semua hutang dan mampu memenuhi biaya keperluan rumah tangga, serta keperluan anak. Hal ini dilakukan oleh informan 3 untuk menjadi seorang ayah yang baik bagi anaknya. Sebagai seorang laki-laki, suami dan ayah untuk anaknya, informan 3 menjalani peran tersebut secara bersamaan. Oleh karena itu. memaknai peran ayah sebagai orang tua tunggal sebagai sebuah tuntutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123

Meski beberapa masalah dapat diatasi dengan baik, tetapi bukan berarti individu yang self reliance

tidak mengenali keterbatasannya.

Dalam mengatasi beberapa masalah yang menekan, informan 1 dan informan 3 mengandalkan orang lain untuk turut serta membantu menjalankan perannya. Hal ini tidak berarti pihak lain mengerjakan semua hal yang tidak bisa dilakukan olehnya, namun secara bersama-sama informan 1 juga menjalani masalah tersebut. Sebagai contoh, ketika informan mengakui tidak bisa mengerjakan semua hal yang dilakukan oleh wanita seorang diri. Mengurus keperluan anak, mengurus keperluan rumah tangga, diakui oleh informan 1 tidak pernah ia lakukan sebelumnya ketika istrinya hidup. Oleh karena itu, ketika menjalankan perannya ia dibantu oleh kakak wanita informan yang turut tinggal bersama yang membantu mengurus keperluan rumah tangga. Selain itu, informan 1 juga menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Meski demikian, tidak berarti bagi informan 1 dan kedua anaknya juga tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Informan 3 dalam menjalankan perannya juga dibantu oleh ibu, untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Ia merasa tidak sanggup untuk memasak, oleh karena itu kehadiran ibu dirasakan sebagai suatu dukungan sosial bagi informan 3. Berdasarkan hasil penelitian, meski ketiga informan menyatakan memiliki beberapa masalah yang menekan namun ketiganya bisa menghadapinya dengan penuh keyakinan untuk bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124

menyelesaikannya. Seperti yang diungkapkan oleh ketiga informan, bahwa kematian istrinya merupakan sesuatu yang sudah direncanakan Tuhan, sehingga ia tidak bisa lagi mengatasinya. Memberikan kondisi yang terbaik melalui kematian istrinya dirasakan sebagai sesuatu hal yang unik. Hal ini dikarenakan jika istri informan hidup akan merasakan kesakitan akibat penyakit yang dideritanya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki kemampuan untuk sadar bahwa setiap individu memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik. Sedangkan keadaan yang berbeda menunjukkan bahwa informan 2 memiliki kemampuan Existential Alonenes. Informan 2 tidak berbagi cerita kepada orang lain, mengandalkan orang lain untuk mengurus tuntutan ekonomi dan keperluan rumah tangga. Kesadaran yang dimiliki individu bahwa setiap orang memiliki jalan kehidupan yang bersifat unik meskipun beberapa pengalaman dapat dibagikan dengan orang lain, dan ada pengalamanpengalaman yang harus dihadapai sendiri. Hal tersebut menunjukkan kesendrian eksitensial yaitu adanya perasaan akan kebebasan dan rasa keunikan (Wagnild dan Young, 1993). Berdasarkan hasil penelitian, pengasuhan anak merupakan tema utama yang ditemukan dalam kehidupan ketiga informan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengalaman informan yang melibatkan anak. Selain itu, itensitas yang tinggi pembahasan tentang anak pada setiap wawancara dirasa cukup membuktikan bahwa keberadaan anak menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses resiliensi informan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125

Kesimpulan analisis dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.4 Rangkuman Tema Hasil Analisis Tematik Informan 1

Informan 2

Informan 3

Meaningfulness Informan memiliki meaningfulness. 1.Mendapatkan hikmah setelah istri meninggal 2.Meminta bantuan orang untuk menutupi keterbatasannya 3.Ketenangan batin karena percaya kuasa Tuhan 4.Tujuan mendidik anak menutupi perasaan bersalah orang tua. 5.Anak adalah prioritas hidup

Informan memiliki meaningfulness. 1.Menerima kenyataan bahwa istri telah tiada 2.Membutuhkan orang lain untuk mendukung peran 3.Izin Tuhan membawa ke kehidupan yang baru 4.Anak sebagai alasan untuk menentukan masa depan 5.Pentingnya kemampuan mengadaptasi 6.Bermakna bagi oranglain

Informan memiliki meaningfulness 1.Istri emeninggal sebagai sarana apresiasi anak dalam menghadapi keadaan berat 2.Mengontrol perilaku untuk manfaat diri sendiri dan kebahagiaan orang lain 3.Berperan sebagai tiga pelaku utama dalam rumah tangga sekaligus 4.Memperhatikan masa depan anak 5.Mengakui pentingnya peran istri

Equanimity Informan memiliki Equanimity 1.Melihat bahwa kambuh sebagai tanda dari fisik yang lelah 2.Ketidaktahuan akan masa depan 3.Operasi sumber kesengsaraan 4. Tidak jadi dioperasi dirasakan sebagai kemurahan Tuhan 5.Menerima sesuatu yang baik dari kondisi

Informan memiliki Equanimity 1.Menduga bahwa penyakit yang diderita istri sulit diobati 2. Mendapatkan sisi positif istri meninggal 3.Anak menjadi alasan menunda pernikahan 4. Tidak memikirkan diri sendiri 5. Pasrah pada takdir 6. Kepasrahan dan sikap yang tenang

Informan memiliki Equanimity 1.Berdoa sebagai wujud dari kepasrahan 2.Pilihan perilaku pribadi 3. Ungkapan perasaan kehilangan 4.Tuhan sumber ujian dan kekuatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126

yang tidak baik 6.Merenung sebagai sarana untuk menerima keadaan 7. Butuh waktu untuk sadar membutuhkan waktu yang lama untuk menerima keadaan 8. Merasakan keterbatasan diri 9. Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan tingkat kepentingan 10.Mengalami perbedaan pendapat dengan anak 11. Refleksi sebagai sarana mengungkapkan emosi 12. Kemampuan memiliki prinsip dan menghargai prinsip orang lain 13. Tidak memikirkan tanggapan negatif

Informan memiliki perseverance 1.Merasakan peruhan menjadi single father 2.Ketakutan traumatis akan kehilangan 3.Menjalankan peran yang direncanakan Tuhan 4. Memiliki perhatian terhadap masa depan anak 5. Ada beban namun dapat teratasi dengan berkomunikasi

7. Kemampuan untuk mengontrol diri pada segala situasi 8. Anak sebagai alasan untuk mnentukan masa depan 9. Perlu waktu untuk mengatasi masalah 10. Menerima dengan ikhlas upaya dari kepedulian terhadap anak 11. Kemampuan mengontrol diri 12. Wanita sebagai figur penggoda yang harus diwaspadai

Perseverance Informan memiliki perseverance 1.Tuhan sumber ketaatan 2.Rasa bangga terhadap anak 3.Tidak memutuskan untuk menkah karena harus meluluskan studi anak 4. Anak adalah prioritas utama 5. Kesiapan diri akan hilangya peran istri 6. Peduli dengan memberikan nasihat pada anak

Informan memiliki perseverance 1.Menerima keputusan yang Tuhan berikan 2.Tuntutan perubahan peran ganda 3. Tidak ingin mengecewakan orang lain 4.Keinginan untuk melanjutkan hidup dengan membuka kesempatan untuk menikah kembali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127

7. Tuhan sumber kekuatan

Informan memiliki self reliance 1.Tidak mampu mengatasi keadaan 2.Percaya diri dalam mengatasi masalah dengan anak 3. Kemampuan menangani masalah sendiri

Informan memiliki Existential Alonenes 1.Memahami bahwa sesuatu yang baik didaptkan dari kondisi yang tidak baik 2.Pertentangan dianggap sebagai sesuatu yang wajar 3.Merelakan keputusan Tuhan

Self Reliance Informan memiliki self reliance 1.Kemampuan dalam mengatasi masalah rumah tangga 2.Percaya pada kemampuan diri dalam mengatasi keperluan rumah tangga 3.Ketidakpercayaan pada orang lain 4.Tidak menunjukkan kesedihan yang berlebihan seperti anak-anak. Existential Alonenes Informan memiliki Existential Alonenes 1.Menghadapi hidup yang sendiri tidak ada pendamping memiliki sisi enak dan tidak enaknya 2.Mengatasi pengalaman sendiri tanpa bantuan orang lain.

Informan memiliki self reliance 1.Tuntutan peran orang tua tunggal 2.Percaya diri akan kemampuan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga 3.Mengakui kelemahan diri mudah marah 4. Peduli akan masa depan anak

Informan memiliki Existential Alonenes 1.Tuhan memberi rezeki melalui banyak cara 2. Segala sesuatu akan mudah pada waktunya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Pengalaman yang dialami oleh ketiga informan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal cukup beragam. Walaupun pada dasarnya, mereka mendapatkan status ayah sebagai orang tua tunggal atau duda dari kematian istrinya, namun pengalaman yang dialami berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti halnya informan 1, mendapatkan status ayah sebagai orang tua tunggal dari pengalaman istrinya yang meninggal akibat menderita kanker. Meskipun ia dan istrinya sudah mengetahui penyakit yang dialami oleh istrinya, namun berbeda dengan yang peneliti perkirakan sebelumnya. Informan 1 masih mengalami kondisi shock atas meninggalnya istri. Pengalaman dari informan 1 berbeda dengan informan 2, yang menerima dengan baik kematian istrinya. Sama halnya dengan informan 1, dimana istri informan 2 meninggal akibat menderita kanker. Informan 2 dapat menerima kematian istrinya dengan baik karena, ia sudah mendapatkan informasi kemungkinan terburuk terkait dengan kondisi yang dialami oleh istrinya. Oleh karena itu, ia sudah melakukan persiapan diri sebelum istrinya meninggal. Pengalaman yang dirasakan oleh informan 3 cukup berbeda dari pengalaman kedua informan lainnya. Status ayah sebagai orang tua

128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129

tunggal didapatkan dari kematian istrinya yang mendadak akibat kecelakaan. Persiapan akan kematian istrinya tidak dapat dilakukannya sama seperti kedua informan lain. Proses penolakan terhadap kematian istrinya dirasakan oleh informan 3 sama seperti yang dirasakan oleh informan 1. Ketidakadilan terhadap kematian istrinya ia ungkapkan kepada Tuhan. Hal ini dikarenakan kematian istrinya memiliki dampak buruk bagi kehidupannya. Ketiga informan mengalami beberapa masalah sepeninggal istri mereka. Masalah-masalah tersebut antara lain, mengatasi dukacita atas meninggalnya istri sebagai orang yang dicintai, menjalankan peran dan tanggung jawab seorang istri bersamaan dengan peran sebagai seorang ayah. Peran tersebut yaitu tanggung jawab dalam mengasuh anak, dan tanggung jawab dalam mengurus keperluan rumah tangga. Masalah ekonomi, dimana ia menjadi sumber penghasilan utama di dalam keluarga. Masalah tekanan sosial juga turut dirasakan dalam kehidupan ayah sebagai orang tua tunggal. Mendapatkan stigma negatif terkait komitmen untuk belum menikah dan tuntutan untuk menikah kembali serta mendapat godaan dari wanita merupakan masalah yang dirasa membebani. Ada keinginan dari pihak keluarga istri agar informan memiliki pasangan kembali, tetapi, tidak memungkinkan bagi dirinya untuk menikah karena harus memikirkan perasaan anak-anak mereka. Dari ketiga masalah yang diungkapkan oleh informan, mereka memiliki cara untuk menangani masalah yang dialami. Pada informan 1,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130

kedekatanya dengan agama dan Tuhan menghantar hidupnya menjadi lebih baik. Ia lebih bisa menerima dengan positif kematian istrinya. Kedekatannya dengan tokoh agama menjadi sarana yang tepat bagi dirinya untuk bisa berbagi cerita dan berkonsultasi untuk menghadapi masalah yang dialaminya. Selain itu ia menjalankan proses refleksi sebagai sarana untuk mengungkapkan emosi dengan benar, sehingga lebih bisa memahami bahwa sesuatu yang baik didapat dari kondisi yang tidak baik. Kehadiran dukungan sosial dari kakak wanita dan jasa pembantu rumah tangga serta keberadaan anak menjadi motivasi tersendiri bagi informan 1 untuk bisa bertahan melalui masalah yang menekannya. Kondisi tersebut membuktikan bahwa dalam menunda pernikahannya, informan 1 lebih memilih menjalankan perubahan peran yang dirasakan sebagai sesuatu yang menekan. Jika informan 1 merasakan kesedihan yang mendalam dan menolak keberadaan Tuhan, maka informan 2 bersikap lain. Informan 2, cenderung lebih bisa menerima kematian istrinya dengan baik. Persiapan diri terhadap kemungkinan terburuk yang sudah dilakukan sebelum istrinya meninggal. Selain itu, menghadapi kesendirian dinilai memiliki sisi yang positif bagi informan 2. Ia memiliki kedekatan dengan agama dan Tuhan untuk menangani rasa dukacitanya. Bersikap dengan tenang dan santai dalam menjalani perubahan peran. Meskipun tidak dengan waktu yang lama, jasa pembantu rumah tangga dipilih sebagai cara beradaptasi mengurus keperluan rumah tangga. Keberadaaan anak juga dirasakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131

sebagai motivasi tersendiri untuk tetap menjalani perannya tersebut. Kemampuan untuk tenang dan santai dalam menjalani perubahan peran dilakukan karena kasihan anak-anak menjadi bukti bahwa ia mampu melewati masalah yang menekan melalui keberadaan anak. Tidak jauh berbeda dari kedua informan, informan 3 juga mengalami

kematian

istrinya

sebagai

sesuatu

pengalaman

yang

menyakitkan. Dalam menangani masalah selama berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, ia memiliki beberapa cara untuk mengatasinya. Sikap yang pasrah, kepercayaan yang kuat terhadap kuasa Tuhan yang turut membantunya dalam mengatasi dukacita atas kematian istrinya maupun masalah lain yang dihadapi. Kehadiran ibu sebagai dukungan sosial serta membantu pekerjaan rumah tangga. Selain itu, kehadiran anak menjadi motivasi untuk mampu melewati masalah sebagai orang tua tunggal. Dari ketiga pengalaman informan terkait menjadi ayah sebagai orang tua tunggal, diperoleh data bahwa ketiga informan mengatasi kejadian traumatis melalui kemampuan yang dimiliki dalam dirinya. Berdasarkan hasil penelitian, menjadi ayah sebagai orang tua tunggal bagi informan 1 berarti mendedikasikan hidup untuk anak dan menyadari keterbatasan diri. Oleh karena itu, bagi informan 1 menjadi ayah sebagai orang tua tunggal juga berarti taat kepada Tuhan. Informan 1 melihat Tuhan sebagai sumber ketaatan yang mengendalikan hidupnya. Menjadi ayah sebagai orang tua tunggal bagi informan 2 juga berarti mendedikasikan hidup untuk anak. Selain itu, berperan menjadi ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132

sebagai orang tua tunggal bagi informan 2 berarti menerima kondisi dengan pasrah dan sadar untuk mengandalkan diri. Sedangkan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal bagi informan 3 berarti mendedikasikan hidup untuk anak. Menjadi ayah sebagai orang tua tunggal juga berarti taat kepada Tuhan. Ia melihat Tuhan sebagai figur eksternal yang mengendalikan hidup informan dengan memberikan ujian sehingga, ia juga mempercayakan Tuhan akan memberikan jawaban atas masalahnya.

B. Kelemahan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya data yang didapatkan dari informan. Hal ini disebabkan pertanyaan wawancara yang dirasa belum cukup menggali informasi secara mendalam dari para informan, meskipun rapport sudah diupayakan oleh peneliti. Selain itu, kurangnya topik penelitian yang serupa mengenai pengalaman ayah sebagai orang tua tunggal dalam melalui proses resiliensi di Indonesia, terkait referensi dari teori-teori yang mendukung penelitian. Sehingga peneliti cenderung menggunakan informantivitas untuk membantu menginterpretasikan data. Meskipun demikian, peneliti tetap mengikuti tahapan-tahapan dan aturan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif. C. Saran 1. Bagi Informan Penelitian ini memberikan informasi bagi ayah sebagai orang tua tunggal

yang

mampu

menangani

kesulitan

dengan

memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133

kemampuan resiliensi. Kemampuan tersebut membantu para ayah untuk bisa tetap berfungsi optimal sebagai seorang individu serta dapat menyikapi pengalaman yang menekan sebagai sesuatu yang baik. Selain itu, diharapkan dapat memotivasi para ayah untuk bisa mengasuh anak-anaknya dengan baik karena para ayah memiliki kemampuan

untuk

menangani

anak-anaknya

tanpa

kehadiran

pasangan. 2. Bagi Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa para informan merasakan dampak yang negatif dari kematian pasangannya. Oleh sebab itu, bagi pihak keluarga diharapkan mampu memahami apa yang sedang dirasakan dan dialami oleh para informan yang berperan menjadi ayah sebagai orang tua tunggal. Selain itu, para keluarga lebih terbuka terhadap para ayah sebagai orang tua tunggal agar mereka dapat lebih nyaman dalam berbagi pengalamannya maupun meminta bantuan.

3. Bagi Peneliti Lain Minimnya penelitian terkait kehidupan ayah sebagai orang tua tunggal dalam proses resiliensi masih sangat jrang diteliti. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi dimana semakin banyak keluarga tunggal terutama yang disebabkan oleh kematian. Oleh karena itu, perlu bagi peneliti lain untuk meneliti dengan topik yang serupa. Penelitian selanjutnya dapat berfokus pada penggalian yang lebih mendalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134

terkait fenomena pengalaman ayah sebagai orang tua tunggal dampak pengasuhan anak oleh orang tua tunggal berdasarkan jenis kelamin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Alimi, Rina Muyati. (2005). Resiliensi Remaja High Risk Ditinjau Faktor Protektif (Studi di Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan Johor Baru Jakarta Pusat). Tesis. Aprilia, Winda. (2013). Resiliensi dan Dukungan Sosial Pada Orang Tua Tunggal (Studi Kasus pada Ibu Tunggal di Samarinda). eJournal Psikologi, volume 1 number 3, 268-279. Berk, Laura E. (2012). Development Through The Lifespan (Edisi kelima). Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Creswell, John W. (2003). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Aproaches 2nd edition. United State of America : Sage Publications, Inc. Creswell, John W. (2009). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Third Edition, California : Sage Publication. Creswell, John W. (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR. Depdiknas. (2005). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Dipayanti, Stefani & Chairani, Lisya. (2012). Locus Of Control dan Resiliensi Pada Remaja Yang Orang Tuanya Bercerai. Jurnal Psikologi. Vol. 8, N0. 1 (Juni). Riau : Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif kasim Riau. Dubowitz, H., Black, M.M., Cox, C.E., Kerr, M.A., Litrwnik, A.J., Radhakrishna, A., English, D.j., Wood Schneir, M. & Runyan, D.k. (2001). Father

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136

involvement and children’s functioning at age 6 years: A multisite study. Child Maltreatment, 6, 300-309. Gooding, P.A, Hurst, A, Johnson, J, Tarrier, N. (2011). Psychological Resilience in

Young

and

Older

Adults.

Internasional

Journal

of

Psychiatry.Diunduh

Geatric dari

https://www.researchgate.net/publication/51032044_Psychological_resilience _in_young_and_older_adults Flouri, E. (2005). Fathering and child outcome. Awest Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd. Formoso, D., Gonzales, N.A., Barrera, M. & Dumka, L.E. (2007). Interparental relations, maternal employment, and fathering in Mexican American families. Journal of Marriage and Family, Vol. 69, 26-39. Heath, D.H. (1994). The impact of delayed fatherhood on the faher-child relationship. Journal of Genetic Psychology, Vol. 155, No. 4, 511-530 Hidayati, Farida dkk (2011). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Diakses dari http://ejournal,undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2841/2525. pdf pada tanggal 5 Juli 2014. Hurlock, E.B .(1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Kimmel, Douglas C. (1980). Adulthood and Aging. 2nd Edition, Canada : John Wiley & Sons, Inc.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137

Lestari, Kurniya. (2007). Hubungan Antara Bentuk-bentuk Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi Penyintas Gempa di Desa Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Skripsi. Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta : Kencana. McBridge, B.A., Schoppe, S. J. & Rane, T. R. (2002). Child Characteristics, Parenting Stress, and Parental Involvement : Fathers versus Mothers. Journal of Marriage and the Family, 64, 998-1011. Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Nuteveli, G. (2008). Mental health and Resilience at older ages : bouncing back after adversity in the British Household Panel Survey. Journal of Epidemiology and Community Health, Vol. 62, No. 11, 987-991. Ungar, Michael (2008). Resilience across Cultures. The British Journal of Social Work, Vol.38, No.2, 218-235 Partasari, Wieke Dyah. (2004). Ayah Sebagai Orang Tua Tunggal Studi Mengenai Pengalaman Kehilangan dan Dukacita, dan Perubahan Peran Menjadi Orang Tua tunggal. Tesis. Patton, M. Q. (1990). Quantitative Evaluation and Methods. Newbury Park : Sage Paula Courta, Maria Clara Pienheiro de, Koller, Silvia Helena, Novo, Rosa. (2011). Stressful Life Events and Psychological Wellbeing in a Brazilian Sample of Older Persons : The Role of Resilience. Ageing Internasional, Vol.36, 492-505.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138

Poerwandari, K (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Riasnugrahani, Missiliana. (2011). Hubungan Protective Factors, Basic Needs, dan Derajat Resiliensi pada Warakawuri di Kota Bandung, ISBN : 978-602191716-1-9, 168-182, Temu Ilmiah Nasional. Rosyani, Clarissa Rizky. (2012). Hubungan antara Resiliensi dan Coping pada Pasien Kanker Dewasa. Skripsi. Santrock, John W. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Smith, Jonathan A. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Smith, Jonathan A. (2013). Interpretative Phenomenological Analysis: Theory, Method, and Researh. United Kingdom : MPG Printgroup. Susanto, Dedy M. (2013) Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan, Kemampuan Coping dan Resilien Remaja. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, Volume 1(2), 101-113. Septiningsih, Dewi Humaira Nurul, dkk. (2014) Psychological Well-Being Ayah Tunggal dengan Anak Penderita Cerebral Palsy. Jurnal psikologi klinis dan kesehatan Mental, Volume 3 No 1 April 2014. Wagnild, Gail M, & Young H. M. (1993).

Development and psychometric

evaluation of the Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement, Vol. 1 No. 2, 165-178. Springer Publising Company.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139

Werner, Emmy E.(1995). Resilience in Development. Psychological Science, Vol.4, No.3, 81-85. Wijayani, Mira Rizky. (2008). Gambaran Resiliensi Pada Muslimah Dewasa Muda Yang Menggunakan Cadar. Skripsi. Zulfiana, Uun. (2013). Menjanda Pasca Kematian Pasangan Hidup. Diakses dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/view/1438/1535. tanggal 21 Juni 2014.

pdf

pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141

INFORMED CONSENT Pada kesempatan ini, saya Astrid Rosaria Christieny, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ingin memohon bantuan dan kesediaan Bapak untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian saya. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian mengenai pengalaman ayah tunggal dalam proses resiliensi. Melalui penelitian ini, saya berharap dapat mempelajari bagaimana seorang ayah mengalami masa-masa menghadapi tekanan sebagai seorang duda setelah meninggalnya pasangan hidup, dan menjalani peran sebagai orang tua tunggal. Penelitian ini juga saya lakukan untuk menyelesaikan studi saya di Fakultas Psikologi untuk memperoleh gelar sarjana Bantuan yang saya harapkan dari Bapak adalah menjawab pertanyaanpertanyaan yang saya ajukan dengan jujur dan apa adanya. Dalam hal ini tidak ada penilaian benar atau salah atas jawaban Bapak. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian adalah pemahaman terkait dengan keadaan yang Bapak alami. Apabila dalam proses wawancara Bapak merasa keberatan dan tidak nyaman untuk berbagi informasi, Anda berhak untuk mengundurkan diri sebagai responden dalam penelitian ini. Selama proses wawancara, saya akan menggunakan alat perekam yang dengan sepengetahuan dan seijin Bapak. Hasil rekaman pembicaraan akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini dan akan dijaga kerahasiaanya. Saya juga akan merahasiakan identitas Bapak dengan menyebutkan nama Bapak dengan inisial. Dengan menandatangani surat ini, Bapak telah bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian saya. Atas partisipasi dan bantuannya, saya mengucapkan terima kasih.

Mengetahui, Partisipan Penelitian

(

Hormat saya, Peneliti

)

(Astrid Rosaria Chirstieny)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142

KUESIONER PENELITIAN

Identitas Diri Nama Usia Pekerjaan Lama berstatus sebagai duda Jumlah Anak Usia Anak No

: : : : : :

PERNYATAAN

JAWABAN Tidak setuju 1

Setuju 2

3

4

5

6

7

1

Ketika saya merencanakan sesuatu, saya selalu merealisasikannya

2

Saya selalu merealisasikan rencana saya bagaimanapun caranya

1

2

3

4

5

6

7

3

Saya mampu mengandalkan diri saya lebih dari siapapun

1

2

3

4

5

6

7

4

Memiliki minat terhadap sesuatu merupakan hal penting bagiku

1

2

3

4

5

6

7

5

Aku bisa kemanapun sendiri Saya bangga akan segala hal yang telah saya capai

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143

7

dalam hidup. Biasanya saya mengatasi segala sesuatu dengan tenang

1

2

3

4

5

6

7

8

Saya bersahabat dengan diri saya

1

2

3

4

5

6

7

9

Saya merasa saya mampu mengatasi semua masalah sekaligus

1

2

3

4

5

6

7

10

Saya adalah orang yang memiliki tekad bulat

1

2

3

4

5

6

7

11

Saya jarang mempertanyakan poin penting akan sesuatu hal

1

2

3

4

5

6

7

12

Saya menyelesaikan semua tugas saya dalam satu hari Saya mampu menghadapi masamasa sulit karena telah mengalami berbagai kesulitan sebelumnya

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

Saya sangat disiplin terhadap diri saya Saya memiliki minat terhadap beberapa hal

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

13

14

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144

16

Saya selalu bisa menemukan alasan untuk tertawa

1

2

3

4

5

6

7

17

Keyakinan saya pada diri sendiri membuat saya mampu melewati masa-masa sulit

1

2

3

4

5

6

7

18

Dalam keadaan darurat, saya adalah seseorang yang dapat diandalkan oleh orang lain

1

2

3

4

5

6

7

19

Saya bisa melihat sebuah situasi dengan berbagai sudut pandang

1

2

3

4

5

6

7

20

Kadang saya melakukan sesuatu atas keinginan sendiri, kadang juga tidak. Hidupku penuh makna Saya tidak terpaku pada hal yang tidak bisa saya lakukan

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

Ketika saya berada di situasi sulit, biasanya saya menemukan cara sendiri untuk keluar dari

1

2

3

4

5

6

7

21 22

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145

24

25

masalah itu Saya memiliki banyak tenaga untuk melakukan hal-hal yang ingin saya lakukan Tidak masalah jika ada orang yang tidak suka dengan saya

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3

4

5

6

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 1 No

Kode

Verbatim

Transformasi

1

Berapa lama semenjak ibu meninggal ?

2

Tiga tahunan, tiga tahun tepatnya tanggal 19 bulan 11 tahun 2012. Jadi,

3

istilah orang jawa sudah 1000 hari atau hitungan kita ya tiga tahunan.

4

Bisa diceritakan gak pak dari awal ibu meninggalnya kenapa ?

5

Kalau ibu meninggalnya memang awalnya kami tidak tahu. Waktu itu di

6

punya penyakit kanker, yaitu kanker otak. Jadi pada waktu nikah, kami

7

awal-awalnya kita gak ngerti kalau ibunya kena kanker otak. Jadi dia

8

kesini dari asalnya Blitar dia gak ada masalah happy-happy aja sampai

9

punya putra dua. Karena saya harus bolak balik Blitar-Madiun itu selalu

10

kesana njih, kami minta istri saya untuk pindah kesini. Dia kan kerja di

11

rumah sakit njih, dibagian medis njih, di rumah sakit katolik Budi

12

Rahayu. Dulu dia juga di Surabaya, di Erkaset, jadi dia pindah terus ke

13

Blitar. Setelah pindah ke Blitar ketemu saya terus kami menikah tahun

14

1995, terus tahun 1996 punya putra pertama, tahun 1999 punya putra

15

kedua. Jadi dia itu sakitnya kami baru tahu setelah dia kambuh pertama.

16

Ini kenapa ya, seperti kejang gitu. Setelah diperiksa ternyata, dia ada

146

Tematik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147

17

gangguan kanker otak. Disini dia gak kerja, terus dia mulai mencoba

18

untuk kerja di luar negeri. Terus disana kambuh, terus periksa dan

19

disarankan operasi disana. Setelah operasi berjalan dengan baik, dia saya

20

suruh pulang kesini. Ternyata setelah kembali dia kambuh lagi lalu

21

dioperasi di rumah sakit internasional Surabaya. Terus ya itu dari proses

22

operasi itu kita masih 5 tahunan bisa bersama-sama membesarkan anak-

23

anak tetapi ya memang itu sudah Tuhan yang menghendaki njih. Pada

24

saat dia kambuh katanya kepalanya berat sekali, dan dia ya memang

25

teriak. Terus itu, kalau gak salah bulannya waktu besar, jadi mau

26

menjelang besar jadi orang jawa istilahnya besaran. Jadi pada waktu itu

27

potong kambing. Dia hanya tiga hari, tiga hari sakit dari operasi-operasi

28

itu kita masih bisa berkumpul. Saat dia gak sakit atau gak kambuh ya gak

29

ada masalah. Jadi foto itu, satu minggu sebelum meninggal (sambil

30

menunjuk kearah foto istrinya), jadi gemuk, seger, lha wong dia masih

31

menjadi saksi mantenan di gereja. Jadi minggunya jadi saksi, tanggal

32

berapa ya, tanggal 19 itu meninggal jadi selangnya tiga hari tok.

33

Perawatan sakitnya sudah berapa lama pak ?

34

Gak, jadi pada waktu dia kesini kambuh ya langsung diterapi

35

dalam arti diperiksakan. Pokoknya gak kambuh, gak ada masalah, Jadi

njih,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148

36

pada waktu kambuh, ya gakpapa. Dalam arti kambuh tu kalau pusing dan

37

kalau sakit. Kalau ndak ya ndakpapa, ya biasa ndak ada masalah,

38

Mendadak ya ini, biasanya dia pikiran lelah. Jadi kalau sudah lelah gitu

39

seharian lelah kambuh. Kalau lelah gitu, dia ngerjakan apa gitu seharian bersih-bersih Jika Kambuh sebagai tanda rumah, apa pokoknya kelelahan, bisa kambuh atau dia mikir sesuatu membersihkan rumah atau dari fisik yang lelah. yang terlalu. Istilahnya yang dipikirnya tidak mau dibilang sama saya. ada hal yang dipikirkan menyebabkan Tapi saya akhirnya tahu, oh ini mesti mikir atau lelah. Ya hanya gitu akan

40 41 42

Eq1

43

saja, kalau ndak sakit ya ndak papa.

44

Waktu operasi di luar negeri bapak ikut gak ?

45

Ya ndak, ndak ikut.

46

Lalu siapa yang ikut mendampingi ibu selama operasi di luar negeri

47

?

48

Ada, ya temen-temennya di rumah sakit disana, di rumah sakit sana. Jadi

49

pada waktu operasi, saya hanya di telfon saja, ya kalau istrinya oeprasi.

50

Itu ya sempat-sempat sembuh, cepat kembali kesini. Saya bawa kesini,

51

terus dia kambuh terus saya bawa ke rumah sakit di rumah sakit

52

internasional Surabaya HSOS. Disana yang nanganin professor Jono.

53

Jadi baru pada waktu itu, bapak menemani ya ?

54

Ya, terus dampingi setelah operasi ya terus.

penyakitnya kambuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149

55

Anak-anak pada waktu itu di Surabaya itu ikut mendampingi juga ?

56

Ndak, dia kan sekolah ya. Ya cuma jenguk kalau waktu libur. Istilahnya,

57

bisa sempat dia ada waktu libur ya dia jenguk.

58

Itu berapa lama ?

59

Disana pada waktu operasi sepuluh harian, sepuluh hari kami minta izin

60

terus.

61

Berarti gak kerja sama sekali ya ?

62

Gak, ya izin karena kesini satu hari terus kesana. Istilahnya ya izinnya tu

63

kesini dulu, terus kesana lagi berapa ya, tiga hari istilahnya gitu.

64

Jadi bapak tidak sepuluh hari terus disana ya ?

65

Ndak, ndak bisa. Kita kan pegawai ndak bisa ya ini tetep disini satu hari

66

ngajar minta ijin.

67

Jadi rawat jalan juga ya pak ?

68

Njih, tapi kalau dia disana ada yang nunggu saudaranya dari ibu,

69

keluarga dari ibu. Ibu kan dari Blitar aslinya, istri saya kan Blitar. Ada

70

yang gentian pokoknya saya datang lagi, saya suruh pulang.

71

Bagaimana cerita ketika ibu tidak ada pak ?

72 73

Eq1

Ya, istilahnya kami sendiri tidak, tidak apa ya tidak berpikir kalau itu Tidak berpikir kambuhnya Tidak percaya dengan memang, memang kambuhnya semacam itu sampai tidak tertolong dulu tidak bisa tertolong karena kejadian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150

74

pada waktu di Surabaya aja kambuhnya semacam itu aja dia masih bisa dulu

75

tertolong. Ini biasa sebetulnya itu, “Yah saya kok sakit sekali ya”. Ya tertolong.

76

sudah, dan pada saat itu cuti bersama. Dokter-dokter kan cuti bersama

77

karena hari besar itu, jadi tiga hari gak ada dokter. Tetapi dokter siapa ya,

78

yang syaraf itu jalan Diponegoro itu yang mau operasi, siapa ya ? Wandi

79

eh, siapa ya yang syaraf itu. Itu sebetulnya mau dioperasi itu, tapi nunggu

80

tiga hari.

81

Itu mau operasi pada hari itu juga ?

82

Ya gak, ya tunggu tiga hari. Kan kita ke panti dulu, ke panti gak bisa

83

ditangani gak ada yang nangani karena ya semua doktermya gak ada.

84

Dokter juga gak ada, ya ada tapi kan gak berani ngoperasi kan hanya

85

obat dan obat terus akhirnya dokter siapa itu mengatakan sanggup. Jadi Tidak tahu bahwa Tuhan

Ketidaktahuan akan

malam itu, sudah dibawa ke rumah sakit umum, mau di operasi tapi gak sudah berkata lain.

masa depan.

86

Eq2

87

taunya Tuhan sudah berkata lain.

88

Ibu meninggalnya dimana pak ?

89

Eq1

90 91 92

Eq1

kambuh

tetap

Di rumah sakit umum. Satu misal itu ibu jadi dioperasi, anak saya mesti Operasi akan membuat

Operasi sumber

trauma. Mengapa saya katakan seperti itu ? Dia pasti sudah dibedah, dan trauma dan belum tentu

kesengsaraan.

wajah itu mesti sudah hancur, itupun belum tentu dia selamat. Terus pada selamat. saat dia meninggal, dia dioperasi kan anak saya ketakutan melihat Tidak jadi dioperasi, istri

Tidak jadi dioperasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151

93

Eq2

wajahnya, tetapi dengan adanya gak jadi dioperasi, pada saat dia cantik, anak tidak takut

dirasakan sebagai

94

Eq2

meninggal itu dia di pakai baju cantik, anak saya gak gak takut, inilah merupakan kemurahan

kemurahan Tuhan.

95

kemurahan Tuhan. Jadi ada hikmahnya, jadi bukannya saya senang dia Tuhan.

96

meninggal gak, tapi Tuhan maha segalanya disini. Jadi pada waktu itu,

97

ini kamu yang terbaik tetapi pada saat itu saya ya hampir 1 bulan saya Tidak percaya Tuhan

Menentang pemberian

98

gak percaya adanya Tuhan. Saya menentang, apa itu Tuhan katanya dengan menentang adanya

Tuhan.

99

maha segalanya, maha ini maha ini. Kenapa istri saya gak, saya tentang kuasa Tuhan.

100

setiap malam. Akhirnya dengan romo saya gak boleh doa, istilahnya Tidak berdoa lama agar

Mengurangi itensitas

101

doanya tu gak boleh lama-lama. Kalau lama, mesti saya seperti orang ini, tidak berdebat dengan

berdoa agar tidak

(menunjuk peneliti yang sedang berhadapan dengan informan). Saya Tuhan.

berdebat.

102

Sr1

103

pasti debat sampai pagi, itu berlangsung hampir 1 bulan. Jadi gejolak hati Dulu saya menentang,

104

saya, tapi lama kelamaan saya sadar, kamu saya beri yang terbaik untuk tidak mau pergi-pergi

105

istrimu nah baru sekarang saya nangis. Dulu saya menentang, sekarang termasuk ke gereja karena

106

gak berani. Jadi, dulu saya menentang betul, saya gak mau ke gereja gak pertentangan batin, tetapi

107

mau kemana karena ya itu, tentang batin.

108

Jadi bapak sempat konsultasi dengan romo ?

109

Dengan Romo iya. Beliau tanya “mengapa kamu gak ke gereja ?”. Saya

110

jawabnya gak, Tuhan itu gak ada. Tuhan itu kacau, udah itu pokoknya. Tidak ingin ke gereja

Tidak pergi ke gereja

Tapi Tuhan ternyata menyampaikan yang terbaik untuk saya, salah satu karena menganggap Tuhan

sebagai bukti

111

Eq2

sekarang sudah tidak lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152

112

ya itu, belum sampai dioperasi istri saya sudah meninggal. Misalkan tidak ada dan Tuhan itu

pertentangan batin.

113

dioperasi, dua-duanya mesti trauma anak saya dan istri saya gak secantik kacau.

114

itu. Semua terkejut waktu ibu meninggal, tetangga, saudara sini, malam Tuhan

115

gini terkejut semua “siapa yang meninggal ?”. Bahkan orang pasar itu aja yang

116

samapai menangis saya kabari, biasanya dia ada di pasar. Karena dia ya istrinya yang meninggal yang tidak baik.

117

itu orangnya itu apa ya familier istri saya, jadi sampai tukang pasar tau.

118

Pada akhirnya bisa menerima itu bagaimana ceritanya ya pak, bisa

sesuatu

119

minta tolong untuk diceritakan ?

didapat dari kondisi

200

Ya, karena itu tadi dengan romo gak boleh terlalu lama. Kami menyadari

yang tidak baik.

menyampaikan Menerima sesuatu terbaik

melalui yang baik dari kondisi

sebelum dioperasi.

Memahami

bahwa

yang

baik

201

Eq2

iya ya akhirnya kami merenung, bahwa sudah dapat yang terbaik. Merenung

202

Ea2

Kenapa, misalkan kita tarik ulur lagi, misalkan istrimu tetep hidup apa menyadari sudah mendapat menerima keadaan

203 204

untuk Merenung sarana

kamu gak kasian, dia tersiksa pada saat ini. Sedangkan dia sudah yang terbaik. Eq2

dinyatakan seperti itu sakitnya. Mengapa saya memberikan yang terbaik,

Butuh waktu untuk

205

tapi kamu mintakan gak terbaik ?, Apakah kehidupan sudah yang terbaik

sadar membutuhkan

206

?. Lha ini akhirnya ya nanti kami lama kelamaan menyadari. Saya juga Akhirnya ya nanti kami

waktu yang lama

207

selaku prodiakon, kalau gak salah sudah tahun ke 12 lama sejak romo lama kelamaan menyadari.

untuk menerima

208

Saba itu akan ada SKnya juga bantu prodiakon.

keadaan.

209

Berarti romo juga ikut memberi konseling juga ya pak ?

Berdoa yang terlalu lama

Berdoa sebagai

210

Iya, istilahnya ya gak usah terlalu lama berdoa, jadi kalau kamu lama doa

dianggap sebagai bentuk

sumber pertentangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153

211 212

ya itu jadinya, kamu akhirnya penentangan.

Pertentangan

Karena apa, menurut kami kata orang-orang itu wajar karena kamu kenyataan istri sudah

merupakan

213

dengan istrimu shock ditinggal istrimu jadi mau ndak mau itu wajar tapi meninggal.

manifestasi dari

214

ya itu saya tentang, saya ndak mau. Untung lama kelamaan sudah.

Pertentangan dianggap

keadaan yang

215

Kalau anak-anak bagaimana penerimaannya ketika ibu meninggal ?

sebagai sesuatu yang wajar

mengejutkan.

216

Anak-anak ya, dikatakan anak ya masih perlu ada bimbingan njih. Ya karena perasaan kaget istri

217

pendekatan, ya itu setelah kami mulai reda, baru anak-anak kami meninggal.

218

mengertikan. Selama satu bulan, kami masih masa pergulatan itu ya

219

anak-anak masih belum saya ajak ngomong. Mungkin dia memang,

220

ndak menunjukkan njih tapi dia tetap menunjukkan sikap, anak saya jadi Anak-anak menyendiri dan

Wujud pertentangan

pendiam terus akhirnya menyendirinya. Dua-duanya itu menyendiri, tidak ceria.

anak atas

kemudian ndak ceria, tapi setelah kami juga sudah mulai reda, kami Anak-anak mulai diberi

meninggalnya ibu.

mulai beri pengertian. Ya sudah mari kita menjalaninya bersama-sama. pengertian untuk mengajak

Mengajak anak-anak

224

Jadi itu awalnya dari sebelum sakit sampai sakit.

untuk menjalani

225

Berarti pada saat ditinggal ibu, perasaan yang dominan itu perasaan

kehidupan bersama-

226

tidak menerima ya pak ?

bersama.

227

Njih, itu jelas kami itu tadi kenapa pada saat operasi besar aja bisa.

228

Tuhan mendampingi saya bahkan, kanan kiri meninggal, istri saya gak,

221

Ps1

penolakan terhadap

Sr2

222 223

229

Ps2

kanan kiri itu ndak sadar berapa hari, tapi istri saya hanya berapa jam

menjalani bersama-sama.

Memahami bahwa Tuhan maha segalanya,

sesuatu yang baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154

230

sadar. Tuhan maha segalanya, ternyata pemberian Tuhan tu tidak selalu pemberian Tuhan tidak

didapat dari kondisi

231

yang mesti yang baik-baik untuk kita tapi, yang lain kita kadang-kadang selalu yang baik-baik,

yang tidak baik.

232

ya itu ndak mau nerima. Ini lho, kalau kita diberi itu cepat sadar bisa ini, kadang kita yang tidak mau

233

Ea2

Ea2

oh ya Tuhan maha segalanya. Tapi kalau kematian kita yang menentang, menerima.

234

sedangkan itu belum tentu yang terjelek. Ini, ini yang dulu saya terima Pertentangan dianggap

235

itu ya terjelek, masak sih Tuhan memberikan gini ?. Orang meninggal aja sebagai sesuatu yang wajar

236

dibangunkan, disembuhkan. Saya sudah berupaya, operasi juga saya karena hasil tidak sesuai

237

jalani ini, ini jalani, ini jalani kenapa memanggil istri kami ?. Jadi ya dengan usaha yang

238

Ps1

wajar aja kalau kita pertentangan. Sekarang mulai menerima, kalau dulu dilakukan.

239

Ea2

ya ndak, tetep kami tentang pada waktu hampir satu bulan ini.

240

Perbedaan kalau sekarang yang dirasakan apa saja, kalu dulu kan

241

suka menentang ?

Pertentangan batin.

242

Ea2

Oh sekarang ya sudah, ya itu tadi sudah menyadari. Sudah ikhlas, Tuhan

243

Eq3

tu maha segalanya juga lagi, seperti pada waktu kami menghadapi Sudah menyadari bahwa

Merelakan keputusan

244

operasi itu. Jadi maha kasih, dengan saya dengan anak-anak, dan lebih sudah disembuhkan total,

Tuhan

245

lebih terhadap almarhum. Jadi dia sudah disembuhkan total, gitu aja. dan sudah kekal.

246

Eq1

Walaupun itu klasik, alasan klasik tapi itu sungguhan bagi kami tidak

247

klasik, sudah disembuhkan sudah kekal. Misalkan masih hidup, belum

248

tentu istri saya menikmati hidupnya dengan baik. Mungkin pada saat dia Pada saat kambuh hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155

249

kambuh ya kita hanya melihat bawasannya bagaimana hanya sebatas sebatas menolong tidak

Merasakan

250

menolong, tapi kan yang merasakan istri saya sampe dia teriak, sampe merasakan.

keterbatasan diri.

251

dia pun jadi gak bisa ngapa-ngapain, kejang dan sebagainya. Obat udah

252

gak mempan kalau sudah kambuh gak mempan. Tapi nanti dia kalau,

253

wong pertama awal dia kambuh itu saya kira diguna guna orang kok.

254

“Lho , istri saya kok gini, dulu menikah sama saya gak papa, sekarang

255

kok kejang gini, apa diguna-guna orang ?”. Gak taunya dia memang

256

punya kanker otak, jadi dia dulu ya kita gak ngerti, gak tau. Sebelumnya

257

sehat, dengan saya sampai punya putra dua ya ndak papa.

258

Jadi paling kalau sakit ya ringan-ringan ya pak ?

259

Njih, makanya pada awal-awal dia kejang itu, saya kira itu kaget saya

260

apa diguna-guna orang

261

Lalu kalau tau kira-kira diguna-guna orang apa tindakan bapak ?

262

Ya gak, kita doa dan kita seperti katanya orang kan, eyang kan masih

263

belum meninggal juga. Katanya suruh pakai garam, atau apa hanya itu

264

aja. Yang penting kita doa terus, tapi tetep akhirnya ya kumat lagi. Oh

265

ini, terus apa lagi apa sih salah istri saya kok diguna-guna orang. Hanya

266

gitu aja, gak taunya setelah kita periksakanlah itu akhirnya perkiraan

267

kami diguna-guna orang hilang sudah ada buktinya soalnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156

268

Kalau perubahan yang dirasakan dari istri masih ada, sampai

269

sekarang apa pak ?

270

Ya otomatis njih, yang dulunya itu kita masih berpikir berdua dan

271

sebagainya sesuatu ada pertimbangan, terus sekarang nggak ada itu

272

Sr1

kadang-kadang itu ya mesti ada perubahan yang sangat signifikan njih.

273

Sangat-sangat menonjol njih, mungkin buat saya keputusan itu baik, Ada perubahan yang

274

tetapi buat kedua anak saya gak baik, tetapi buat kedua anak saya gak signifikan dalam membuat

275

baik mungkin. Mungkin aja, karena apa ? dulu saya bisa pertimbangan pertimbangan dan

276

dengan istri saya, satu misalkan memutuskan ini, istri saya “jangan gini keputusan yang dilakukan

277

to, yah gini, gini, gini”, akhirnya saya sekarang kan ndak, apa yang saya seorang diri.

278

putuskan, pikir ini buat saya buat anak baik, ki tujuane ki apik tapi buat

279

Ps1

Merasakan perubahan signifikan sebagai single father.

anak sendiri gak. Mesti perubahan itu jelas, dulu kita bisa ngomong

280

bersama, ada sesuatu keputusan bisa bersama, terus akhirnya kita sendiri Perubahan jelas dirasakan

Perubahan menjadi

281

ya otomatis apalagi kalau sudah mau ke gereja, bersama-sama ada seperti tidak bisa bicara

single father.

282

sesuatu keputusan bisa bersama, terus akhirnya kita sendiri ya otomatis bersama, tidak bisa

283

ada perubahan. Apalagi kalau sudah mau ke gereja bersama-sama itu ya mengambil keputusan

284

otomatis ada perubahan. Makanya itu, anak saya dua-duanya ini kalau ke bersama dan ke gereja

285

gereja ya berdampingan harus kuat. Artinya kuat itu, ya kamu satu. sendiri.

286

Mn1

Tujuanmu ya itu, yang kamu pegang kan di gereja. Makanya harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157

287

bersamaan, istilahnya duduknya berlainan dengan saya, ya ndak boleh,

288

ya harus kumpul. Jadi utamakan itu ke gereja tu harus. Jadi misalkan

289

anak saya mau kemana itu, saya antar.

290

Dekat hubungannya sama anak ?

291

Ya makanya itu, satu misal “apakah bapak gak akan menikah ?” secara

292

Ps1

teori sih orang jujur aja pengin. Tetapi kami tidak mau kehilangan untuk

293

yang kedua kali. Artinya apa, saya bersenang-senang dengan istri saya

294

yang baru tapi anak saya menjauh, pilih mana ? pilih anak saya. Lebih

295

dekat dengan anak saya, karena pada waktu makan, anak saya istilahnya

296

mendekat minta satu suap itulah sepertinya saya lengkap. Tidur, saya

297

digoda ngajak dia. Walaupun sudah SLTA, ya sudah gelut ya gelut. Anak

298

saya cewek dekat sekali dengan saya kalau yang putra dekat, tapi dia

299

biasanya in njih, ke dalam dia ndak mau seperti adiknya ekstrovert,

300

keluar. Kalau dia, saya lihat, “oh dia mesti ada masalah” lha, saya ajak

301

makan keluar, ngobrol, maem saya tanya ada apa baru itu dia mau cerita

302

aku gini, gini, gini lha itu. Jadi nanti dengan adiknya, masnya dengan

303

Mn3

Ingin menikah, tapi tidak mau kehilangan kedua kali. Tidak ingin anak jauh karena bersenang-sennag dengan istri baru.

Ketakutan traumatis akan kehilangan. Menerima konsekuensi memilih anak.

adiknya yang paling kasih, pendekatannya beda. Jadi seneng, masnya

304

setelah mamanya ndak ada itu lebih dekat dengan adiknya.

Senang melihat kakak adik

Ada hikmah istri

305

Jadi anak bapak dekatnya baru setelah ibunya meninggal ?

lebih dekat.

meninggal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158

306

Ya, biasa aja mereka. Tapi kalau sekarang saya lihat semakin tambah

307

dekat. Kalau masnya itu, dekatnya dengan mamanya yang adiknya dekat

308

dengan saya.

309

Sekarang bapak punya status baru sebagai ayah tunggal, apa saja

310

yang dirasakan pak ?

311

Ndak, itu mungkin jalan satu-satunya juga gak mungkin, jujur menangani

312

Sr1

apa yang ditangani orang putri gak bisa. Udah istilahnya kia gak usah

313

mengatakan bahwa kita, “saya segala-galanya bisa, jelas gak bisa”, Oleh

314

sebab itu, saya njih, minta bantuan orang.

315

Jadi bapak bingung dan merasa tidak sanggup untuk melakukan

316

segala sesuatu ketika berperan sebagai ayah tunggal ya pak ?

317

Ps1

Njih, kurang lebih seperti itu ya mbak. Tapi ya tidak apa-apa tetap saya

318

Ps2

jalani saja karena sudah rencana Tuhan.

319

Jadi selama ini bapak berperan sebagai ayah tunggal bapak ada

320

yang ikut membantu ya pak ?

321

Njih, minta bantuan ya bisa nyuci, setrika, dan apa gitu. Terlebih disini

322

Mn3

masih ada budhe, kakak saya. Jadi yang ngurusi anak-anak saya, budhe.

323

Jadi itu yang sepertinya kita masih apa ya dalam keluarga itu masih bisa

324

saling bantu, bisa saling menopang, jadi gitu. Misalkan, kalau budhenya

Tidak bisa menangani apa yang menjadi tugas wanita, maka minta bantuan orang.

Tetap menjalani peran karena sudah rencana Tuhan.

Anak-anak yang ngurusi budhe, karena dalam

Tidak mampu untuk mengatasi keadaan.

Menjalankan peran yang direncakan Tuhan.

Meminta bantuan orang untuk menutupi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159

325

sedang kemana ya, kami harus dengan anak-anak jujur aja. Kamu keluarga masih bisa saling

326

lakukan ini, menanak nasi, bisa bagi tugas. Tapi untuk yang bantu-bantu bantu, bisa saling

327

nyapu diluar kita, pocokan istilahnya ada juga dua hari sekali membantu.

328

Dulu sebelum ibu meninggal, memang ada pembagian peran gak ?

329

Masih, masih njih. Kalau ibu ya otomatis, ya kebutuhan yang ada di

330

belakang njih. Ya pokoknya urusan dibelakang. Kalau anak-anak ya

331

biasa, bantu nyapu atau apa.

Ibu mengurus kebutuhan di

332

Kalau urusan anak, bapak gak kagok ya ngurusinnya ?

belakang.

333

Karena kita sejak awal njih, dari sejak awal dia lahir sampe ini kita

334

memang gak memang inilah keputusan kita bersama kita menyatu jadi,

335

Eq1

kalau dari pada saya punya istri. Tetapi nanti kalau yang memilihkan

337

anak saya ya, monggo. Beda lagi “Yah, ini lho”, tapi kalau anak saya Mn2

339 340

menopang.

Peran ibu.

makanya itu kalau saya disuruh pilih ya pilih dekat dengan anak saya

336

338

keterbatasan.

yang pilih, anak saya menjauh saya yang gak mau lebih baik gak. Tetapi

-

-

nanti kalau kebalikan, anak saya senang. Jadi itu perbedaanya, Ps2

pembagian tugas tetap. Anak harus di didik itu seperti cuci, dia minimal

341

harus bisa cuci pakaiannya sendiri itu harus. Kalaupun tidak sampai ke

342

ayahnya, tapi minimal dia harus, harus karena apa dia tidak harus selalu

343

di rumah, siapa tahu kalau dia diluar ini sangat lucu kalau cuci hak bisa,

Mendidik anak keperluan

Memiliki perhatian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160

344

gosok aja gak bisa, setrika itu ya lucu. Lebih-lebih anak perempuan, anak rumah tangga dan diri

terhadap masa depan

345

laki pun harus bisa. Kita menjaga, kalau dia itu di luar ini mendidiknya tu sendiri.

anak.

346

disitu.

347

Bagaimana cara bapak menyesuaikan diri pada saat sekarang

348

sebagai seorang duda dan ayah tunggal, dimana tidak ada peran

349

istri yang mendampingi ?

350

Saya itu hanya pada waktu makan bersama, jadi makan itu harus selalu

351

bersama. Jadi ketika dia gak ada ya sudah karena kebiasaan-kebiasaan

352

Ps1

tadi. Jadi mau gak mau ya kehilangan juga ketika dia gak ada. Bukan

353

kaget, tapi justru kehilangan rasa itu bukan kaget lagi, tapi kehilangan

354

seperti ini ditinggal istri. Ternyata istri itu sangat-sangat kunci di dalam Mau gak mau kehilangan,

355

Mn3

keluarga. Gak ada ceritanya mengatakan, “halah, wong putri ndak” bukan sesuatu yang

356

ternyata itu sangat sangat kunci untuk kehidupan keluarga. Jadi lengkap mengagetkan.

357

itu kalau kita punya figur ibu. Tapi mengapa kalau dibalik, gak mencari ?

358

Ps1

359 360 361 362

Eq1

Keterpaksaan dalam menerima kematian istri.

“Oh ndak”. Jadi kalau dipikir dengan yang dulu, memang lengkap. Masalah apa saya yang seringkali muncul dalam menjalani peran Ternyata istri sangat-sangat Mengakui pentingnya kunci di dalam keluarga. bapak sebagai ayah tunggal ? peran istri. Sekarang paling muncul ya itu, perselisihan antara anak mempunyai kemauan dengan kami. Biasa kan anak sekarang mengatakan anak gaul,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161

363

itu biasa. Itu sering ada perselisihan pendapat yang antara orang tua

364

dengan anak sekarang. Biasanya gitu, satu misal “yah aku minta ini, HP”. Perselisihan pendapat

Kemampuan

365

Dia punya sudah HP tapi untuk apa, ini ni sering jadi permasalahan. antara kemauan anak dan

mengambil keputusan

366

“Untuk apa sih, fungsinya apa ?”, “ah ayah gak gaul” lah ini kita beri orang tua.

berdasarkan tingkat

367

pengertian terus. “ Terus tujuanmu apa dulu, kalau memang tujuanmu

kepentingan.

368

untuk baik, gak gak ayah gakpapa kok”. Lah inilah yang sering

369

mengatakan ayah medit dan sebagainya. Oke itu gak ada masalah, tapi

370

itu perlu harus kita munculkan, jadi akhirnya dia mengerti. Maunya apa

371

satu misal untuk dia buku, dan sebagainya itu memang kami support, Menerima kemauan anak

372

untuk pendidikan kami support. Tapi sudah untuk yang lain, perkiraan asal tujuan baik.

373

kami harus kita tunda dulu. Untuk yang lain, untuk yang bisa kita tunda

374

ya kita tunda ya ini yang biasanya menentang. Jadi gak cocok gitu, saya

375

maunya ini kenapa kok gak dikasih. Tapi kalau tentang pendidikan,

376

Mn3

-

apapun kami usahakan. Ternyata ya Tuhan maha tau, ya anak-anak kami

377

lancar. Sekolahnya lancar, sampai sekarang lancar dari prestasi maupun

378

apa.

379

Apa yang bapak rasakan dalam menghadapi permasalahan tadi pak

380

?

381

Ya merasa bersalah ya, tapi ya gapapa biar anak bisa menghargai suatu anak lancar sampai

Tuhan maha tahu sekolah

Ketenangan batin karena percaya kuasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162

382

uang jerih payah orang tua. Jadi itu tujuannya, jadi nanti kita berprestasi.

Tuhan.

383

mengertikan. Jadi anak memang dilatih bagaimana cara menghargai uang Memperjuangkan

Tujuan mendidik anak

384

dan jerih payah orang tua. Jadi kalau dia selalu dan selalu di iyakan, dia idealisme yang dimiliki

menutupi perasaan

385

gak mau tahu. Pokoknya kalau ada apa-apa “yah, yah”. Dituntut sambil merasa bersalah.

bersalah orang tua.

386

akhirnya, tetapi kalau diberi pengertian akhirnya dia tau oh mana yang

387

boleh mana yang gak akhirnya dia tahu, ternyata mencari uang itu ya

388

sulit. Lha nanti sekarang “yah, sakiki aku sing penting nyambut gawe

389

sek”, akhirnya dia di API yang ikatan dinas, njih. Jadi nanti dia bisa

390

langsung akses kerja. Seperti saya dulu D1, diploma 1 langsung kerja

391

gitu, jadi “pie to ngrasakne kerja, ngrasakne cari uang itu angel e koyo

392

ngopo” sulitnya seperti apa, sebetulnya arah saya kesana.

393

Jadi bapak diskusi dengan anak ya pak untuk menangani masalah

394

dengan anak ?

395

Njih, jadi langsung kami memang jujur saja, ayah gajine sekian, kalau

396

kamu minta saya turuti tapi untuk nanti yang lain, kamu gak dapet lho ya,

397

soalnya kamu sudah ininya sekian, “iya, yah”. Akhirnya dia kan “gak

398

jadi yah, aku yang ini aja yang itu nanti aja akhirnya dia tau, milih”. Tapi

399 400

Mn2

Eq1

pada saat itu, apakah ada pertentangan jelas ada, pernah. Gak mungkin, kita gak usah menutupi, mesti antara kemauan anak muda dengan orang

-

Ada pertentangan dengan anak karena kemauan anak

Mengalami perbedaan pendapat dengan anak.

muda dengan orang tua beda. Tidak meminta bantuan orang, diselesaikan sendiri

Percaya diri dalam mengatasi masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163

401

tua pasti beda.

402

Apakah dalam menyelesaikan masalah, bapak pernah meminta

402

tolong orang untuk membantu menyelesaikannya ?

403

Sr1

dengan anak.

Saya kira gak, saya biasanya seleseikan sendiri sama anak-anak.

404

Biasanya sistem kami pada saat makan, saya berikan penjelasan kalo ini

405

seperti ini hasilnya, kalo milih ini yang itu gak, bagaimana ? akhirnya dia

406

kan mikir,” aku dipundutke sing iki yang itu gak”. “ Aku dipundutke sing

407

iki, yang itu gak”. Ya itu lo, tujuan kami ya ini, ya monggo saya

408

kebalikan ke dia. Saya belikan yang ini, tapi yang itu gak dapat.

409

Sedangkan yah aku butuh yang itu. Buku pelajaran, dan sebagainya aku

410

gak memberikan karena apa, untuk dana ke itumu tas dan sebagainya

411 412

untuk kamu les dan sebagainya. “yah untuk yang itu buku pelajaran Berhasil membuat anak karena apa untuk dana untuk itumu, tas dan sebagainya, sudah kamu menunda keinginanya.

413

minta untuk masa depanmu silahkan, akhirnya dia mengerti. HPnya

414

ditunda aja, aku yang ini aja ya monggo. Akhirnya dia kan sekarang, Refleksi pada saat mikir HPnya ditunda yang ini cukup. Ya monggo akhirnya saya berhasil. pertentangan dan perang

Refleksi sebagai

mengungkapkan

417

Tapi buat anak mungkin enggak, ayah terlalu ini ya monggo gak ada hingga menangis di kapel, ruang doa. masalah.

418

Apa yang biasa bapak lakukan ketika mendapatkan masalah ?

415 416

Berhasil mendidik anak.

sarana

emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164

419

Eq3

Biasanya saya sih refleksi mbak. Saya punya ruangan doa sendiri, kapel.

420

Makanya pada saat saya pertentangan itu saya nangis hanya di kapel.

421

Karena apa, nyuwun sewu, saudara kita yang lain aja dirumah mesti

422

punya ruangan sendiri untuk shalat. Saya harus punya, makanya saya

423

nangisnya pada waktu itu, perangnya pada waktu di kapel itu, bukan

424

kapel ya istilahnya di ruang doa untuk saya sendiri. Memang dulu saya

425

khususkan njih dengan istri saya. Saya punya ruang khusus untuk doa.

426

Bapak masih suka teringat dengan ibu gak pak kalau sekarang ?

427

Ya pasti, kalau pada waktu doa dan ya gak setiap doa njih. Pada waktu Ingat istri ketika ada

Ada ingatan berkaitan

428

doa kita mengatakan apa ya meditasi, kadang-kadang terlintas gitu. masalah, ulang tahun anak.

dengan pengalaman

429

Waktu saya ulang tahun atau istri saya ulang tahun, anak saya ulang Merasa iki genep enak.

atau kejadian.

430

tahun ya itu terlintas, atau ada moemen-momen yang dulunya bisa

431

bersama. Tapi terus kok ini istilahnya gak, itu terus “aduh, iki genep enak Merasa terbeban, tapi

Ada beban namun bisa

432

ya” itu dibatin. Ada masalah, besok anak saya ulang tahun biasanya kuncinya selama

diatasi dengan

433

kayak gini tapi sekarang ndak, ini nah itu baru ingat. Kalau ndak, ya berkomunikasi di keluarga

berkomunikasi.

434

ndak ingat ya kayak biasa aja.

beban mau tidak mau bisa

435

Apapun masalah yang bapak alami, terbebani gak ?

teratasi kadang-kadang

436 437

Ps1

Ya, otomatis yang namanya beban ya pasti kebeban njih. Tetapi selama retak, karena tidak kita, ya itu kunci kata kunci kita bisa saling berkomunikasi di keluarga berkomunikasi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165

438

Eq3

itu kuncinya banyak berkomunikasi. Kita saling apa ya, walaupun itu semuanya “aku” yang

439

anak tapi kalau itu diajak ngomong bersama, diajak berkomunikasi yang keluar.

440

baik saya kira beban itu juga mau gak mau juga bisa teratasi. “Oh

441

sebetulnya ini, harusnya hari ini harus ini, harus terpenuhi ternyata

442

dengan adanya kita komunikasi”. “Sok yah, sok lak kae iso to yah ?” ya

443

yang ini ditunda dulu. Lah ini akhirnya gitu, walaupun tidak langsung,

444

syukur-syukur kalau bisa terpecahkan hari itu. Tapi anak akhirnya bisa

445

mengerti. Ternyata mengapa kadang-kadang retak, karena tidak

446

komunikasi dan semuanya akunya yang keluar. Nah, orang tua punya

447

Eq3

aku anak punya aku lha ini, akhirnya beda pandangan terus miss

448

akhirnya. Tapi kalau kita sudah ini gaji kita tu tak beritahukan, ini lho

449

struknya. Lek aku kudu ngelangkah kudu iki, teko ngendi ? Sedangkan

450

kami, gak punya samben kamu harus berpikir. Lha gini kan enak to, anak

451

akhirnya mau gak mau, entah nyantol atau gak berapa persen kan

452

akhirnya juga berpikir iya, ayah tak jipuk sakmene, sakmene. Ya entah,

453

dia mikir atau enggak, kami gak mau tau, tapi pasti dia entah berapa

454

persen pasti nyantol. Tapi kalau kita sudah akunya wong tuo kok kudu

455

manut. Lha itu udah, mesti terjadi akhirnya miss itu terjadi.

456

Perilaku ekstrim apa yang pernah muncul dalam menangani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166

457

masalah yang pernah bapak hadapi dalam berperan sebagai ayah

458

tunggal ?

459

Ya jarang njih, tapi ya pernah ya karena ekstrim ya pernah saya dengan yaitu menangis dengan

ekstrem dengan marah

460

anak sampe nangis pernah tapi saya lupa karena juarang. Terus akhirnya anak meskipun jarang.

dan menangis.

461

kita saling komunikasi. Salah satu contoh dengan almarhum istri saya.

462

Tetangga bu joko itu bilang “ apa gak pernah marah to ?”. “Ya tau,

463

marah saya saat di kamar. Jadi permasalahan itu, pada saat anak sudah

464

tidur. Udah kalau kamu marah, silahkan. Kowe arepe peh ngomong opo

465

ya sak karepmu ngomongo disek. Pada saat saya ngomong kamu jangan

466

ngomong. Ngomong o disek, saya gak mau ini ini ini saya dengarkan.

467

Wes cukup, dia diam. Nah permasalahan dia dengan permasalahan saya

468

mana yang miss. Misalkan saya satukan wes kowe wes setuju aku lho

469

ragelem ngene, mari kita sepakati berarti ada kesepakatan. Nek

470

pengenmu ngene yowes aku tak ngene” kalau itu opo minta opo ya wes

471

aku tak ngono. Nek sampe besok pagi dia masih gak ceria, ya saya suruh

472

masuk lagi berarti belum tuntas tadi malam. Kamu iyanya hanya iya tok

473

tapi gak dilakukan. Kedua itu mesti saya ke kamar berdua terus doa,

474

minta maaf. Ya itu kunci saya itu, selama dengan ibuya ya itu. Marah ya

475

pernah nangis iya pernah, tapi ya wes duer duer ya wes tetapi harus

Pernah berperilaku ekstrem

-

Jarang berperilaku

-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167

476

selesei. Makanya orang mengatakan, apa gak pernah padu ya padu

477

rumangsane rumah tangga kok gak padu ki pie, ya padu.

478

Berarti bapak kalau punya masalah, selalu ditangani dalam satu

479

hari langsung selesei ya ?

480

Ya nggak juga, ya itu tadi kok suasana jadi gak enak. Malamnya

481

pokoknya anak, gak perlu dilibatkan. Saya gak pernah melibatkan anak,

482 483

saya gak mau. Pokoknya malam, tak jak udah tenang sesudah itu kita Sr2

cuci tangan kita doa bersama.

484

Selama bapak berperan sebagai duda, apakah bapak pernah

485

mendapatkan tanggapan negatif dari orang lain ?

486

Kalau itu sih banyak juga, kamu gak mungkin wong kamu duwe mobil

487

duwe segalanya. Itu kan pandanganmu, sedangkan saya punya

488

pandangan dan keyakinan sendiri. Kamu mau ngomong apapun silahkan

489

Ea1

selama kamu itu mau gurau dengan saya, ya genti diguroni, tapi kalau

490

dia serius kita serius. Gapapa, ya pernah serius dalam arti kalau dia mau

491

serius istilahnya kita ya marah, gak ada masalah. Tapi selama itu buat

492

kami itu canda ya gak masalah. Ini, ini, ini ya itu urusanmu, kamu gak

493

percaya ya urusanmu saya punya keyakinan saya punya prinsip sendiri.

494

Eq1

Jadi prinsipmu harus sama dengan saya jelas gak mungkin, karena kamu

Anak tidak perlu dilibatkan dalam menyelesaikan masalah.

Kemampuan menangani masalah sendiri.

Banyak mendapat tanggapan negatif, selama bercanda ditimpali bercanda, jika serius saya

Tidak menghiraukan tanggapan negatif orang.

juga serius menanggapinya. Punya keyakinan dan prinsip sendiri dan tidak

Kemampuan memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168

495

beda dengan saya, mungkin kalau buat kamu sah-sah aja tapi buat saya memaksa orang harus

prinsip dan

496

yang gak sah, karena pandangannya ini yang beda, sudut pandangnya. sependapat.

menghargai prinsip

497

Saya nanti harus pengakuan ning romo malah yo isi dewe kalo saya

orang lain.

498

berbuat hal-hal yang aneh-aneh. Lah ini lho, karena sudut pandangnya

499

yang sudah berbeda, dan dia gak meyakini. Makanya kenapa harus

500

dipermasalahkan, njih ora enek gunane. Lha iyo no, ndek emben kui yo.

501

Ya kayak gitu, ya tambah aja di gong i, digiring aja, Untuk apa sih kita

502

sok suci, “ndek mben tak gowo ning sarangan jan”, eh tenan. Ya sudah,

503

gitu aja tapi batin kita, keyakinan dan itu tidak mungkin buat kamu

504

mungkin. Saya bilang, “ya nda lha iyo no lebokne mobil dijak dolan wae

505

kan ya wes no. Dia percaya aja karena apa keyakinannya sudah beda.

506

Tapi kita ya engko sek, bukan kamu suruh mendewakan keyakinan saya,

507

gak. Tapi aturan-aturannya memang begitu gak bisa. Timbang aku koyo

508

ngono kae, kan malah tambah loro kabeh kan gitu lo aturannya yang gak

509

bisa. Lak buat dia percaya, sama saya percaya. Lha sing penting kan

510

awak dewe sing, timbang awakmu stress. Kita ladeni, masuk dalam

511

ruangnya dia toh hanya sebatas ngomong ngene ae. Walaupun dia

512

mengatakan gak canda ya monggo, gak bercanda ya monggo. Bagi saya

513

ya privasi saya silahkan “mulakno koe ki, kuat ngopo e kono bisa gonta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169

514

ganti”. Kan dek e kan yo marem, dijak ngomong ditanggepi. Kalau

515

ditanggepi kan enak, dia dengan kita dekat ya enak, kita juga gak

516

munafik. Dia dengan kita juga dekat, kita pergi ke ruangnya dia juga

517

enak karena kacamatanya kacamata dia, bukan kacamata kita.

518

Bagaimana bapak menyikapi tanggapan negatif dari orang lain ?

519

Ya saya gak usah mengambil pusing aja lah mbak. Kalau itu apakah ada

520

tanggapan negatif, ya ada. Bahkan ada yang ini ini ya ada otomatis. Tidak ambil pusing

521

Eq2

522 523

Mn2

Kalau dari keluarga gak ada. Saya pilih anak semua setuju, semuanya tanggapan negatif orang.

Tidak memikirkan

mendukung, tapi ya nanti yang memilihkan anak saya siap. Keluarga Semua mendukung pilih

tanggapan negatif.

juga setuju, ya memang itu keluarga saya kira setuju semua mendukung. anak, tujuan hidup

524

Kalau yang memilihkan anak, saya siap. Itu aja hidup saya, anak saya. sekarang anak tapi kalau

525

Tujuan hidupnya anak, ya sekarang itu saja, kasih saya itu entuk e loro anak memilihkan calon

Anak adalah prioritas

kui. Kita normal, kok jeh e gak tertarik ya tertarik Kalau ke sri ratu (salah istri saya siap.

hidup.

526

Mn1

527

satu pusat perbelanjaan di Madiun), liat apa gak tertarik ya tertarik.

528

Kalau gak tertarik justru gak normal, ya ndak normal tapi ya itu terus.

529

Bagaimana bapak memaknai peran bapak sebagai ayah tunggal

530

selama ini ?

531

Emm begini njih mbak, ini kan peran, tugas yang harus dilalui saat ini

532

njih mbak sebagai ayah. Jadi saya tu merasa ada tantangan kudu bisa

Ayah tunggal merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170

533

hantar anak-anak saya ke jenjang dewasa dan sukses sendiri nantinya tugas yang harus

Berperan sebagai ayah

534

tanpa bantuan orang lain. Jadi saya kepingin jadi ayah yang baik buat dilakukan, karena ada

tunggal adalah tugas

535

anak-anak. Yah sebisa mungkin sing dibutuhkan, saya sediakan tapi ya tantangan menghantar anak

dan tantangan yang

536

itu tadi tetep dimengertikan bagaimana jerih payah orang tua.

harus dilakukan.

ke jenjang dewasa dan bisa sukses. Keinginan untuk menjadi ayah yang baik dengan

Ayah yang baik yaitu

menyediakan kebutuhan

menyediakan

anak.

kebutuhan anak.

Keinginan untuk dimengerti oleh anak

Kebutuhan akan

terhadap kerja keras orang

penghargaan atas

tua.

usaha yang dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 1 Label Analitis

Tema

Kambuh sebagai tanda dari fisik yang lelah.

Pengalaman kehilangan

Tidak percaya dengan kejadian.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Ketidaktahuan akan masa depan.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Operasi sumber kesengsaraan.

Penerimaan diri istri yang meninggal

Tidak jadi dioperasi dirasakan sebagai

Perasaan dukacita atas kehilangan.

kemurahan Tuhan. Menentang pemberian Tuhan.

Cara menangani masalah.

Mengurangi itensitas berdoa agar tidak

Perasaan dukacita atas kehilangan

berdebat Tidak pergi ke gereja sebagai bukti

Penerimaan diri istri yang meninggal.

pertentangan batin. Menerima sesuatu yang baik dari kondisi

Penerimaan diri yang meninggal

yang tidak baik. Memahami bahwa sesuatu yang baik

Cara menangani masalah

didapat dari kondisi yang tidak baik. Merenung sarana menerima keadaan.

Penerimaan diri istri yang meninggal

Butuh waktu untuk sadar membutuhkan

Perasaan dukacita atas kehilangan

waktu yang lama untuk menerima keadaan. Berdoa sebagai sumber pertentangan.

Masalah yang dihadapi

Pertentangan merupakan manifestasi dari

Rencana untuk kehidupan

keadaan yang mengejutkan.

selanjutnya

Wujud pertentangan anak atas

Penerimaan diri istri yang meninggal

meninggalnya ibu. Mengajak anak-anak untuk menjalani

Rencana untuk kehidupan

kehidupan bersama-bersama.

selanjutnya

Memahami bahwa sesuatu yang baik

Penerimaan diri istri yang meninggal

didapat dari kondisi yang tidak baik.

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172

Pertentangan batin.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Merelakan keputusan Tuhan

Penerimaan diri istri yang meninggal

Merasakan keterbatasan diri.

Pengalaman kehilangan

Merasakan perubahan signifikan sebagai

Perubahan yang dialami

single father. Perubahan menjadi single father.

Perubahan yang dialami

Ketakutan traumatis akan kehilangan.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya

Menerima konsekuensi memilih anak.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya

Ada hikmah istri meninggal.

Perubahan yang dialami sebagai orang tua tunggal

Tidak mampu untuk mengatasi keadaan.

Masalah yang dialami sebagai orang tua tunggal

Menjalankan peran yang direncakan Tuhan. Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal Meminta bantuan orang untuk menutupi

Cara menangani masalah sebagai

keterbatasan.

orang tua tunggal

Peran ibu.

Pengalaman kehilangan

Memiliki perhatian terhadap masa depan

Cara menangani masalah sebagai

anak.

orang tua tunggal

Keterpaksaan dalam menerima kematian

Penerimaan diri istri yang meninggal

istri. Mengakui pentingnya peran istri.

Pengalaman kehilangan istri

Kemampuan mengambil keputusan

Cara informan menangani masalah

berdasarkan tingkat kepentingan.

sebagai orang tua tunggal

Ketenangan batin karena percaya kuasa

Perasaan berperan sebagai orang tua

Tuhan.

tunggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173

Tujuan mendidik anak menutupi perasaan

Perasaan berperan sebagai orang tua

bersalah orang tua.

tunggal

Mengalami perbedaan pendapat dengan

Masalah yang dialami sebagai orang

anak.

tua tunggal

Percaya diri dalam mengatasi masalah

Cara informan menanagan masalah

Berhasil mendidik anak.

Perasaan informan berperan sebagai orang tua tunggal.

Refleksi sebagai sarana mengungkapkan

Cara informan berperan menanagani

emosi.

masalah

Ada ingatan berkaitan dengan pengalaman

Perasaan dukacita atas kehilangan

atau kejadian. Ada beban namun bisa diatasi dengan

Perasaan duka cita ats kehilangan

berkomunikasi. Jarang berperilaku ekstrem dengan marah

Perasaan berperan sebagai orang tua

dan menangis.

tunggal.

Kemampuan menangani masalah sendiri.

Cara menangani masalah

Tidak menghiraukan tanggapan negatif

Cara menangani masalah

orang. Kemampuan memiliki prinsip dan

Cara menangani masalah

menghargai prinsip orang lain. Tidak memikirkan tanggapan negatif.

Cara menangani masalah

Anak adalah prioritas hidup.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 2

No

Kode

Verbatim

Transformasi

1

Boleh diceritakan pada awal-awal ibu meninggal pak ?

2

Jadi kira-kira tanggal berapa ya, saya masih ingat tanggal sekitar tanggal

3

pertengahan, pertengahan april 2011 itu almarhumah memberi tahu saya

4

kalau badannya, terutama payudaranya sebelah kiri tu, ee rasa sakit dan

5

ada benjolan. Kemudian, ee tiga hari berikutnya itu saya periksakan di

6

doker ternyata hasil diagnosanya dokter itu memang positif kena

7

kanker. Terus setelah itu kami konsul lagi di dokter. Terus dokternya

8

tanya, ini harus dioperasi, bapak atau ibu bersedia gak ? Kami belum

9

bisa menjawab akhinya kami pulang. Lalu pulang itu terus musyawarah

10

dengan keluarga. Istri saya siap untuk dioperasi, menerima keadaan

11

apapun. Itu sekitar tanggal berapa ya, kalau gak salah tanggal 27 Mei eh

12

april, 20 april. Jadi pertengahan april, jadi 20 April operasi. Setelah

13

dioperasi itu kan diangkat karena stadiumnya 2b, jadi harus diangkat.

14

Ketika diangkat itu, masih berlanjut artinya tidak berarti selesai dan

15

harus diobati dengan kemoterapi, dengan radioterapi dan sebagainya.

16

Atas saran dokter itu harus dilaksanakan di Surabaya. Di Surabaya

174

Tematik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175

17

kadang kata dokternya itu kemoterapinya di Surabaya hanya satu kali

18

nanti setelah itu bisa di kemoterapi di Madiun. Akhirnya sebulan setelah

19

itu,

20

Karangmenjangan. Itu kemoterapi yang pertama, terus itu kami sambil

21

ijin “pak, nanti yang kedua boleh kami kembalikan di kota Madiun kan

22

?”, karena saran dari dokter di Madiun gitu. Tapi kata dokter tidak

23

boleh, akhirnya dokter tu gini “apa bapak yakin kalau ibu dibawa

24

pulang ke Madiun bisa sembuh ?”, ”ya, ndak dok”. Ya sudahlah

25

Eq1

setelah

dioperasi

itu

kami

berangkat

di

Surabaya

di

akhirnya kami nurut dokter. Sebetulnya dari situ saya sudah curiga, Menduga bahwa sakit yang

Menduga bahwa

26

biasanya kalau memang boleh, yang kedua dan ketiga dan seterusnya itu diderita oleh istrinya harus

penyakit yang

27

dikembalikan ke kota Madiun. Tapi itu ndak boleh, berarti kan saya ditangani oleh dokter yang ahli.

diderita istrinya

28

menduga apa yang dialami oleh almarhumah itu harus ditangani secara

sulit untuk

29

intens oleh dokter-dokter ahli. Karena memang yang menangani, ahli

diobati.

30

semua itu. Ahli penyakit dalam, dosen semua itu dokter dan dosen.

31

Terus akhirnya kami ikuti, setiap dua puluh hari sekali itu harus kesono

32

kemoterapi dan itu selama disana itu selama empat hari. Jadi itu

33

istilahnya apa itu, ya rawat inap. Kemo sama rawat inap itu minimal tiga

34

empat harilah, itu boleh pulang. Dua puluh hari berikutnya begitu,

35

sampai dengan lima belas bulan tu, seharusnya katanya beliaunya tu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176

26

“pokoknya nanti tu pak, kemo yang kesepuluh selesei” Itu yang sepuluh

37

sudah, saya tanya belum, masih terus sampai keduapuluh. Ternyata saya

38

lihat itu, stadium empat mbak, kok malah naik ?. Karena sudah pada

39

waktunya itu yang kedua belas. Setelah yang kedua belas, empat hari

40

disana, pulang to, terus sampai dirumah ya seperti biasa gakpapa.

41

Akhirnya tu, sampai di rumah saya tinggal ngajar lima hari setelah

42

kemo keduabelas itu muntah-muntah akhirnya saya bawa ke merpati

43

(rumah sakit Madiun). Terus ya sudah, masuk hari ke dua itu, hari

44

ketiga itu sudah ndak sadar. Meninggalnya itu sabtu, malam minggu

45

jadi ndak sadarnya tu dua hari. Itu jadi memang, intinya kami

46

Ps1

sekeluarga sudah secara medis, juga sudah berdoa tapi memang semua

47

Mn3

kalah oleh yang maha kuasa. Ya kami akhirnya ya mengikhlaskan.

48

Setelah itu kan, kami kan bingung tinggal sendiri dan masih punya anak

49

tiga dan semuanya belum berkeluarga masih sekolah semua. Semua

50

saya kasih motivasi terutama sama mbak Galuh karena wanita biar

51

sekolahnya semangat. Dan ini, pada waktu mbak galuh itu sekolahnya

52

Mn3

di

Surabaya

kebetulan

kosnya

dekat

dengan

rumah

sakit

53

Karamenjangan. Jadi kalau nyuci, dari kosnya mbak Galuh. Seandainya

54

mbak Galuh itu ndak sekolah disana, pak Bambang repot sekali karena

Tuhan sumber ketaatan. Kalah dengan kuasa Tuhan

Menerima

Mengikhlaskan yang sudah

kenyataan bahwa

diputuskan oleh maha Kuasa.

istri telah tiada.

Bingung tinggal sendiri karena

Kebingungan

masih punya 3 anak yang belum akan mengatasi berkeluarga.

pengalaman yang tidak mengenakkan. Membutuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177

55

gak punya keluarga dekat satu-satunya hanya Galuh itu. Jadi basecamp Merasa repot jika tidak ada

56

itu hanya dikosnya Galuh itu, kalau nyuci dari sono malem saya anak yang membantu.

57

ngebrukno cucian dari sono malem nyuci tak tunggoni, nanti kalau

orang lain.

58

Mn3

sudah nyuci saya kembali ke rumah sakit besok sudah distrika sama

59

Ps1

mbak Galuh. Dan itulah pengorbanan seorang anak ya, pengabdian

60

Ea1

seorang anak kepada orang tuanya. Walaupun meninggal ya yang

61

Eq1

dihadapi oleh anaknya ya mau gak mau ya harus, bukan terganggu ya, Pengorbanan dan pengabdian terhadap anak. akhirnya jadi terganggu. Ya ndakpapa ya tapi kan sekarang sudah kepada orang tua yang sakit

62 63 64 65

Ps1

66

Eq1

Rasa bangga

tenang. Menghadapi kehidupan, dalam kesendirian, dalam arti tidak ada hingga meninggal berakibat pendamping itu memang disatu sisi memang tidak enak, tapi disisi lain mengganggu sekolah anak. Sisi positif istri ada enaknya. Karena memang kita berbicara untuk menata kehidupan Menghadapi hidup yang sendiri meninggal.

67

anak itu minimal itu harus dari perguruan tinggi, itu ndak ada yang memiliki sisi enak dan tidak ngregoni. Saya bisa ambil keputusan sendiri ya to. Beda lagi kalau enaknya.

68

nanti, misalnya itu nanti maaf mungkin itu ibu yang kedua dari anak-

69

anak saya kan apa yang saya harapkan kan tidak sesuai dengan anak-

70

Eq1

anak saya harapkan. Itu yang saya pegang, karena ada perbedaan prinsip

71

Ps2

dan kami bertahan sampai empat setengah tahun itu, sebetulnya kan Bertahan belum menikah karena alasan menunda untuk menyelamatkan anak saya yang kuliah ini. Jadi kalau, sebagai ada perbedaan prinsip dan pernikahan. ketika saya hidup sendiri itu berpikir sebagai seorang bapak maka tidak menyelamatkan anak. Konsekuensi ayah

72 73

Anak menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178

74 75

mudah untuk menikah lagi. Jadi tidak berarti untuk tidak menikah lo ya, Hidup sendiri sebagai bapak tunggal tidak Ps2

76

tapi tidak mudah untuk menikah kembali karena mikirnya seorang tidak mudah menikah lagi.

memikirkan diri

bapak yang masih punya anak perlu perlu lolos dalam studi dulu. Tidak memutuskan tidak

sendiri.

77

Mn1

Minimal, ini kan sudah lulus kuliah maka perjalanannya sudah hampir menikah tetapi tidak mudah

Pilihan tanggung

78

Eq2

90% lebih. Lha itu nanti kalau anak saya sudah lulus, ya insyallah kalau untuk menikah karena perlu

jawab pribadi

797

Ps2

Tuhan mengijinkan ya kami akan menata kehidupan yang baru. Tapi meluluskan studi anak.

perilaku.

80 81

bagaimanapun juga, yang namanya anak itu nomor satu bagi Pak Ijin Tuhan membawanya ke Eq2

-

Bambang itu nomor satu. Tidak berarti saya itu apa namanya melawan kehidupan yang baru.

82

takdir tidak, kalaupun diberi jodoh ya saya terima kalau saya tetep harus Anak nomor satu bagi diri.

83

membesarkan anak dalam kesendirian ya saya terima. Yang penting, Tidak melawan takdir dengan prioritas utama.

84

Eq3

85 86

Anak adalah

yang penting anak saya sudah bisa lolos dari pendidikan dan punya cara menerima jodoh jika diberi Pasrah terhadap kerja nantinya Jadi siapa sih yang mau ditinggal sama istrinya, kan gak atau tetap membesarkan anak takdir yang

Eq2

ingin, tapi kalau tidak takdir ya kita harus menerima ya asalkan dengan dalam kesendirian.

menentukan

87

penuh ikhlas dan tanggung jawab saya kira itu, yang saya jadikan Menerima takdir dengan ikhlas hidup.

88

filosofi hidup itu harus apa namanya harus seneng bersyukur. Dalam dan tanggung jawab walaupun Pasrah terhadap

89

menghadapi hidup itu, harus tenang dan kalau orang jawa mengatakan ditinggal istri.

90

sumeleh artinya sumeleh itu ya pasrah. Jadi kalau kita sudah berusaha Harus tenang dan pasrah dalam Kepasrahan dan

91

dan ketika dan usaha itu sudah kita lakukan dengan maksimal dan gak menghadapi hidup meskipun sikap yang tenang

92

menggapai hasil yang maksimal kan ya sudah sehingga tidak tidak

menggapai

takdir.

hasil sebagai upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179

93

menyebabkan perang batin, kan ketika orang itu sudah perang batin maksimal.

94

susah menderita kan ujung-ujungnya kan ya sakit. Karena orang sakit Berusaha menerima hasil yang batin.

95

itu 50% dipicu dari nurani dari hati tadi, fisik kan sambungannya psikis ada

96

kejiwaan. Jadi orang sakit itu dipicu oleh kegalauan dari nurani dan maksimal

97

jiwa, kalau jiwanya sakit ya maka akan tumbuh ya sehat.

98

Selama empat setengah tahun, pernah mengalami masalah apa saja

99

semenjak ibu meninggal ?

100

Masalah yang paling muncul tu, anak saya yang nomor satu. Anak saya

101

yang nomor satu itu memang sejak sekolah, itu sering membuat masalah

102

dan masalah itu ya hubungannya terutama dengan uang.

103

Sr1

jika

agar tidak perang

sudah tapi

berusaha Kemampuan tidak untuk mengontrol

mendapatkan hasil maksimal.

diri pada segala situasi.

Jadi masalahnya hanya anak, atau ada yang lain selain anak ?

104

Oh ndak, ndak masalah rumah tangga saya hadapi sendiri. sejak SD

105

saya sudah diajari masak dengan bapak ibu saya. Apalagi sekarang ada

106

rice cooker, ada kompor gas, halah sipil. Kok ada masalah keluarga Tidak masalah menghadapi

Kemampuan

107

yang menyangkut keperluan rumah tangga, menyangkut kebersihan rumah tangga sendiri.

dalam mengatasi

108

rumah, menyangkut macem-macem itu saya kira insyallah gak ada.

masalah rumah

109

Berarti sampai sekarang gak ada yang rewang ya?

tangga.

110

Ndak ada.

111

Kalau dari keluarga ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180

112 113

Ndak ada, kalau dulu pernah punya tetangga dua tahun tapi kalau Sr2

pembantu itu kan kalau jam empat pulang ke rumahnya. Sekarang sudah

114

dua setengah tahun ndak saya pakai, ya karena saya bisa sendiri, bisa Tidak memakai jasa pembantu

Percaya pada

115

sendiri.

kemampuan diri.

116

Selama empat setengah berperan sebagai ayah tunggal perasaan sendiri dalam menyelesaikan

117

apa saja yang seringkali muncul ?

118

Eq1

119 200

Ps1

rumah tangga karena bisa

pekerjaan rumah tangga.

Ya itu tadi, jadi perasaan dominan yang sering muncul itu yang paling sering saya pikirkan itu ketika nanti anak saya yang ragil itu kan cewek, Memikirkan masalah psikologis

Ketidakpercayaan

kan harus menikah. Nah, dalam menikah itu nek wong jowo kan kudu anak, sehingga tidak bisa

bahwa orang lain

202

gak bisa ngeculne cul opo omongane morotuwo, calon morotuwo kan ngeculne yang dikatakan mertua memahami psikologis anak. mbak. Kan saya harus, ini loh yang saya pikir bukan hanya masalah jika nantinya anak menikah.

203

biaya, tapi masalah psikologis yang saya pikirkan. Nanti saya harus Yang dipikirkan bukan hanya

Mendapatkan

204

minta ibunya, tapi bukan ibunya sendiri ini nanti bagaimana perasaanya.

masalah biaya tapi masalah

tekanan ekonomi

205

Berarti perasaan dominan yang muncul adalah bingung ya pak ?

psikologis.

dan psikologis.

206

Nanti kalau saya punya gawe sendiri, dilihat orang itu kok dhewe opo.

207

Tapi sebetulnya sendiri pun ndak masalah.

Memikirkan pendapat orang

Kecemasan dalam

Jadi alasannya kok sampai sekarang belum nikah itu anak ya pak ?

lain jika akan mengadakan

memikirkan

201

208

Eq1

209 210

Mn1

Anak, anak seandainya saya ndak mikir anak sudah begitu saya pernikahan anak.

pendapat orang

ditinggal istri saya hurung enek telung wulan nikah sudah. Itu jujur saja

lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181

211

begitu tapi karena itunganya masa depan anak, bagi saya nomor satu.

Belum menikah karena

Anak sebagai

212

Apakah ada kemungkinan bapak menikah lagi ?

memikirkan masa depan anak,

alasan untuk

213

Oh iya, kalau Tuhan memberikan itu dan banyak sebetulnya, betul tapi masa depan anak bagi saya

menentukan masa

214

tidak semudah yang saya harus saya pikirkan. Memang saya nomor satu.

depan.

215

kebimbangan anak saya.

Anak menjadi

216

Bagaimana cara mengatasi masalah bapak, terutama masalah anak memberikan jodoh, tapi tidak

217

yang saat ini bapak sedang rasakan ?

218

Ya, ya repotnya kalau dulu masih ada ibunya kan berbagi rasa berbagi memikirkan anak.

219

cerita memecahkan masalah bareng-bareng. Sekarang kan sudah ndak

220

mudah karena harus

alasan untuk menunda pernikahan.

bisa, kalau sekarang ada masalah anak saya mau saya ceritakan pada Tidak ada istri tidak dapat

Kehilangan figur

221

siapa ?. pada kakak kandung saya, iya kalau bisa menerima ngko malah berbagi rasa, berbagi cerita dan

afeksi.

222

diseneni ya to, saya ceritakan pada temen saya, curhat ya kalau dia bisa memecahkan masalah bersama.

223

nerima. Iya nanti kalau diomong-omongkan ke orang lain malah dadi Mengatasi masalah semampu

Ketidakpercayaan

224

gak menguntungkan diri saya sendiri, ya saya atasi sendiri, semampu diri jika bercerita pada kakak

pada orang lain.

225

saya.

226

Ketika menghadapi masalah, sampai mengganggu aktivitas bapak nanti diomongkan orang lain,

227

Sr2

Akan menikah jika Tuhan

Eq2

tidak ?

228

Iya mengganggu tapi tidak lama. Namanya kena masalah kan harus

229

kembali ke kenangannya, sebab ketika menghadapi masalah itu kan ada

dimarahi, cerita pada teman

jadi tidak menguntungkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182

230

fasenya kan perlu waktu kan. Ketika sudah selesei ya sudah, normal.

231

Berapa lama waktunya sampai bapak bisa menerima keadaan tidak lama, ketika menghadapi mengatasi

232

bapak ?

233

Kalau saya gini mbak, gini jauh sebelum ini saya tidak ceritakan pada perluwaktu.

234

almarhumah. Itu ketika saya konsultasi dengan dokter berdua di rumah

235

sakit, itu “dok, kalau jenis penyakit ini seperti yang diderita dengan

236

almarhumah, ini tidak mendahului kodratnya Tuhan ini kira-kira masa

237

krisisnya berapa tahun dok?”. “ini masa krisisnya, sekitar enam sampai

238

dua belas bulan”. Jadi beliau, mungkin dia kan tau diagnosenya dia tau

239

stadiumnya. Sebetulnya, ketika dioperasi ketika ketika saya omong-

240

Ps1

241 242

Masalah jadi mengganggu tapi Perlu waktu untuk

masalah

itu

ada

fasenya, masalah.

omong itu di di Surabaya dan di Madiun itu ee sebulan setelah operasi saya sudah mendapat info dari dokter, tapi saya pendam sendiri. Dan itu

Ps1

tidak saya ceritakan pada siapa-siapa termasuk pada anak seperti ini,

243

jadi ketika almarhumah itu, saya yang tidak banyak menangis. Saya Ketika istri meninggal tidak

Kesiapan diri

244

sudah siap betul, saya harus pikirkan saya sudah pikirkan sebetulnya banyak menangis karena sudah

akan hilangnya

245

saya kalau almarhumah kemanapun saya tu sayangnya luar biasa siap.

peran istri.

246

Sr2

kemana saja saya antar tanpa mendahului kehendak Tuhan ya. Karena Merasa sayang yang luar biasa

247

kan sudah diagnose dokter itu, tingkat signifikannya kan tinggi sekali kepada istri seperti mengatar

Ungkapan sayang

248

karena pengalaman sakit sakit ini dengan kondisi ini penyakit kemana saja pergi.

pada istri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183

249

pendampingnya ini, kan ada gula dan sebagainya kan sudah bisa

250

mendiagnosa. Jadi, begitu almarhumah meninggal itu, ya tetep jadi

251

menangis tapi tidak seperti anak-anak saya. Tidak berarti tidak sedih, ya

252

sedih maka saya kan harus sendiri, sendiri dan sendiri. Ya memang, Istri meninggal, tetap menangis

Tidak menangis

253

untuk adaptasi saya bisa tegar sendiri itu sekitar 7 bulan, baru tegar itu meskipun tidak menangis

bukan berarti

254

saya. Bulan itu saya seperti ndak percaya, tapi setelah tujuh bulan itu seperti anak-anaknya, karena

tidak sedih.

255

karena ditempa oleh mau ndak mau harus nerima kondisi seperti ini tidak menangis tidak berarti

256

saya harus nerima. Jadi tujuh bulan, jadi istilahnya tu ya sudahlah mau sedih.

257

diapakan.

Adaptasi untuk tegar sekitar 7

258

Tapi sudah ada persiapan dari awal ya ?

bulan, merasa seperti tidak

259

Secara psikologis, apa yang diinfokan oleh dokter sudah bisa sudah bisa percaya, tapi mau tidak mau

260

apa ya tanggap in suasana. Ngerti apa yang dimaksud, cuma dia kan harus terima.

261

gak ngomong blak blakan to, itu.

262

Berarti pada saat ibu sakit, anak-anak menemani ibu disini semua

263

ya pak ?

264

Iya, ada semuanya ada. Jadi waktu menghembuskan nafasnya yang

265

terakir tu, semua putra-putranya ada termasuk pak Bambang. Jadi

266

menghantarkan kepergian ibunya tu, kami berempat.

267

Ps2

Bagaimana cara bapak menangani masalah yang dihadapi bapak

Usaha mengatasi kondisi yang tidak menyenangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184

268

dalam berperan sebagai ayah tunggal ?

269

Ya, kita cuma gak cuma saya suruh hati-hati kalau, hati-hati seperti pak

270

Bowo (menyebutkan tokoh orang tua tunggal lainnya) dan pak

271

Bambang itu kan kasih nasehat itu kan yang terbaik dan memang tidak Memberi nasihat yang terbaik

Peduli dengan

272

bosan-bosannya memberi nasehat selama kita masih diberi umur, diberi untuk anak-anaknya selama

memberikan

273

nyawa, diberi kesehatan ya harus nasehati walaupun, dia sudah masih diberi umur dan

nasihat pada

274

berkeluarga. Anak tetep anak, kalau ada kekurangan kita ya bantu. kesehatan walaupun sudah

anak.

275

Eq2

Kalau ada masalah ya kita memberi nasehat. Karena hubungan anak berkeluarga.

276

dengan orang tua itu tidak bisa terputus, apapun.

277

Bagaimana bapak menyikapi perubahan peran tersebut menjadi

278

seorang ayah tunggal ?

279

Ya dibawa santai aja mbak, kala sepaneng kan saya sadar mbak kalo

280

Eq3

nanti kan kasian anak-anak masih butuh biaya semua.

281

Pernahkan bapak berperilaku ekstrim dalam menghadapi masalah Dibawa santai kalau sepaneng

282

sebagai ayah tunggal ?

283

Saya tu, masalah seberat apapun saya gak pernah marah apalagi pada

kepedulian

284

anak saya nomor dua, nomor tiga itu blas gak pernah saya marahi. Saya Tidak pernah marah walaupun

terhadap anak.

tu kueras, tapi sabar pada anak. Betul, dulu tu pernah, tapi tu ketika nah mengalami masalah berat,

Sabar mengatasi

gini mbak sesuai dengan perjalanan waktu orang itu akan menemukan selalu sabar pada anak kalau

kondisi yang

285 286

Eq1

kasian anak-anak.

Menerima dengan ikhlas upaya dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185

287

jati diri. Ternyata kalau saya musti harus marah, saya harus bentak harus bisa dengan baik kenapa harus

288

ini kan endingnya hanya ingin memperbaiki kenapa harus dengan marah dengan marah.

289

Ps1

berat.

kalau sama-sama. Kalau bisa dengan baik, kenapa harus dengan marah Kalau bisa dengan baik kenapa

290

kan begitu. Jadi akhirnya, bisa jadi orang yang sabar kadang-kadang ya harus marah.

291

menangis, kadang-kadang ya menangis menangis dalam arti batinnya. Kadang menangis dalam arti

Kemampuan

Ya, hanya minta pada yang maha kuasa untuk diberi kekuatan. Kita batinnya sehingga hanya minta

kontrol diri.

sudah mendoakan mereka, semoga menjadi yang terbaik, tapi kekuatan pada yang maha

Tuhan sumber

alhamdulilah sekarang sudah sekarang sudah barangkali tumoto. Ya kuasa.

kekuatan.

292

Mn2

293 294

Mn3

295

memang orang hidup itu diciptakan berbagai macam karakter ya, Sudah mendoakan menjadi

296

karakternya macem-macem. Pengaruhnya ya luar biasa ketika, ketika yang tebaik, tapi sekarang

297

individu gak bisa, gak bisa mengadaptasi, menyaring mana yang mungkin sudah tumoto.

298

seharusnya saya pakai

299

menguntungkan

300

mengadaptasi, itu penting dalam hidup.

301

Bagaimana cara bapak dalam memaknai hidup sebagai ayah tidak bisa mengadaptasi,

Mn3

bagi

dan tidak. diri

saya

-

Kan kadang-kadang, tidak Kemampuan untuk sendiri.

Kemampuan

untuk mengadaptasi itu penting karena pengaruhnya luar biasa ketika

302

tunggal ?

menyaring mana yang dipakai

303

Jadi gini mbak, saya berusaha dalam akhir masa hidup saya itu saya dan tidak.

304

harus bermakna bagi siapapun. Bagi siapapun, jangankan bagi diri saya

305

sendiri, bagi orang lain harus bermakna tidak lagi bagi anak-anak saya, Berusaha dalam masa akhir

Pentingnya kemampuan mengadaptasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186

306

bagi siapapun saya harus bermakna. Jadi ya itu, saya dengan tetangga hidup harus bermakna bagi

307

bagaimana saya bermakna bagi tetangga saya, apa yang bisa saya siapapun anak-anak, tetangga,

Bermakna bagi

308

berikan kepada dia. Saya di sekolahan, apa yang bisa saya berikan pada teman dan anak didik seperti

orang lain.

309

anak didik saya, pada temen-temen saya. Jadi hidup harus bermakna. suka berbagi rasa, suka

310

Nah untuk memaknai hidup itu kan berbeda-beda. Kalau orangnya, membantu harus baik walaupun

311

kadang kala orang itu secara material berkecukupan, kalau saya dari kadang disakiti.

312

mana ? tapi kan yang penting baik, suka berbagi rasa, suka membantu

313

apa yang bisa saya bantu. Pokoknya dengan siapapun harus baik, harus

314

baik walaupun kadang-kadang saya disakiti. Disakiti kan macem-

315

macem, kene ki apik kono kok, tetep harus baik. Itulah memaknai hidup

316

tu.

317

Selama berstatus sebagai duda dan menyandang peran sebagai

318

ayah tunggal, pernahkan mendapatkan stigma negatif dari orang

319

sekitar ?

320

Saya ndak pernah dengar sendiri, ya kalaupun saya kalaupun mau tanya

321

gunanya untuk apa tapi kan saya harus bisa memposisikan diri to.

322

Eq1

Ketika saya memposisikan diri bener, saya kira aromanya kan tetep

323

aroma baik. Sebetulnya kan tergantung kita, bagaimana kita

324

memposisikan diri. Jadi, jadi kan ya maaf ya godaannya kan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187

325

wanita. Nah kan kita kan harus hati-hati, tujuannya apa. Dia siapa, dan

326

bagaimana, memang kita harus hati-hati.

327

Kalau dari keluarga besar selain anak , apakah ada komentar yang harus hai-hati tujuannya.

figur penggoda

328

disampaikan terhadap peran bapak sebagai ayah tunggal ?

yang harus

329

Oh ndak, malah saya disuruh ndang menikah. Betul, kasian dengan saya

diwaspadai.

330

katanya wong saya gak perlu dikasihani loh. Tapi kakak saya, ibu saya

331

mbak ip saya, termasuk ibu mertua saya itu sudah menyuruh. Betul itu, Disuruh cepat menikah oleh tapi kan ndak tau apa yang harus saya hadapi itu lo, betul gak tau yang keluarga padahal tidak perlu

Merasa mampu

dikasihani.

334

saya harus hadapi. Ibu saya, itu masih ingat sembilan bulan setelah, kan dikasihani karena tidak saya dekat dengan ibu mertua kan belakang itu dia kan tau apa-apa yang semudah yang dibayangkan

335

saya lakukan tiap hari, adik-adiknya kan tau. Pengawasan langsung, orang.

336

oleh KPK, langsung kan mereka tau apa yang saya lakukan. Sudah dua

332 333

337

Eq1

Godaannya pada wanita, kita

kali, tiga kali pokoknya nek mertua saya itu pokoknya kalo panggilnya kan nak, “ nak Bambang, ndang kromo, aku selak ngesakne tapi saya ya

Ea2

ngih ngono tok ae. Ya gitu mbak artinya tidak semudah apa yang dibayangkan oleh orang. Tidak mudah, tapi pada saatnya akan menjadi mudah kalau memang sudah waktu yang mudah.

Pada saatnya akan mudah kalau memang sudah waktunya

Wanita sebagai

tidak ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 2 Label Analitis Menduga bahwa penyakit yang diderita

Tema Pengalaman awal kehilangan.

istrinya sulit untuk diobati. Tuhan sumber ketaatan.

Penerimaan diri istri meninggal.

Menerima kenyataan bahwa istri telah

Penerimaan diri istri meninggal.

tiada. Kebingungan akan mengatasi pengalaman

Masalah yang dialami orang tua

yang tidak mengenakkan.

tunggal.

Membutuhkan orang lain.

Cara menangani masalah.

Rasa bangga terhadap anak. Sisi positif istri meninggal.

Penerimaan diri istri yang meninggal.

Anak menjadi alasan menunda pernikahan.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya.

Konsekuensi ayah tunggal tidak

Perubahan yang dialami sebagai

memikirkan diri sendiri.

orang tua tunggal.

Pilihan tanggung jawab pribadi perilaku.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya.

Anak adalah prioritas utama.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya.

Pasrah terhadap takdir yang menentukan

Rencana untuk kehidupan

hidup.

selanjutnya.

Pasrah terhadap takdir.

Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal.

Kepasrahan dan sikap yang tenang sebagai

Cara menangani masalah.

upaya agar tidak perang batin. Kemampuan untuk mengontrol diri pada

Cara menangani masalah.

segala situasi. Kemampuan dalam mengatasi masalah

Cara menangani masalah.

188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189

rumah tangga. Percaya pada kemampuan diri.

Cara menangani masalah.

Ketidakpercayaan bahwa orang lain

Masalah yang dialami sebagai

memahami psikologis anak.

orang tua tunggal.

Mendapatkan tekanan ekonomi dan

Masalah yang dialami sebagai

psikologis.

orang tua tunggal.

Kecemasan dalam memikirkan pendapat

Masalah yang dialami sebagai

orang lain.

orang tua tunggal.

Anak sebagai alasan untuk menentukan

Rencana untuk kehidupan

masa depan.

selanjutnya.

Anak menjadi alasan untuk menunda

Rencana untuk kehidupan

pernikahan.

selanjutnya.

Kehilangan figur afeksi.

Masalah yang dialmi sebagai orang tua tunggal.

Ketidakpercayaan pada orang lain.

Cara untuk menangani masalah.

Perlu waktu untuk mengatasi masalah.

Cara untuk menangani masalah.

Kesiapan diri akan hilangnya peran istri.

Penerimaan diri istri yang meninggal.

Ungkapan sayang pada istri.

Perasaab dukacita atas kehilangan.

Tidak menangis bukan berarti tidak sedih.

Perasaan dukacita atas kehilangan.

Usaha mengatasi kondisi yang tidak

Penerimaan diri istri yang

menyenangkan.

meninggal.

Peduli dengan memberikan nasihat pada

Cara menangani masalah.

anak. Menerima dengan ikhlas upaya dari

Cara menangani masalah.

kepedulian terhadap anak. Sabar mengatasi kondisi yang berat.

Cara menangani masalah.

Kemampuan kontrol diri.

Cara menangani masalah.

Tuhan sumber kekuatan.

Cara menangani masalah.

Pentingnya kemampuan mengadaptasi.

Cara menangani masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190

Bermakna bagi orang lain.

Makna pengalaman terkait menjalani peran sebagai orang tua tunggal.

Wanita sebagai figur penggoda yang harus

Masalah yang dialami sebagai

diwaspadai.

orang tua tunggal.

Merasa mampu tidak ingin dikasihani.

Perasaan berperan sebagai orang tua tunggal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

VERBATIM WAWANCARA INFORMAN 3 No

Kode

Verbatim

Transformasi

1

Ibu meninggalnya kapan pak ?

2

Sejak 4 Juli, 2008, Kalendernya masih ada itu tahun 2008.

3

Berarti sudah tujuh tahun ya pak ?

4

Iya, sudah tujuh tahun lewat.

5

Bisa diceritakan pengalaman bapak pada saat ibu meninggal ?

6

Ya, sebelumnya ya mulai dari itu tu bulan bulan, dua bulan sebelum hari

7

itunya tu kita berdua normal-normal aja dalam arti hidup gak ada

8

masalah. Masalah juga cekcok biasa kan ning grejo kesiangan ya biasa

9

tapi, yang taunya ini ada sangkut pautnya ada kejadian itu kan ceritanya

10

gini ngobrol-ngobrol malam biasa itu minta cerai. Ya gak ada ribut

11

waktu itu padu itu gak ada. Trus hari berikutnya minta jadi TKW di

12

Malaysia saya gak bolehin. Terus cerita kalo malem kan suka cerita. Kan

13

istri saya dari Kristen, Kristen jawa nikah ke katolik. Saya terangkan

14

kalau di katolik nikah gak boleh cerai terus minta jadi TKW itu. “TKW

15

yo ngopo, disini hidup seadanya tapi ya bercukupan, ngapain TKW gak

16

ada kekurangan ngapain adoh-adoh”. Terus seminggu atau berapa itu

191

Tematik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192

17

ngobrol-ngobrol lagi bilangnya itu ayah sama bunda. “yah kalo bunda

18

duluan ayah nikah lagi gak ?” saya jawab guyon “ah, mboh ah yu” terus

19

“nek ayah duluan, bunda gak nikah lagi”. Nah poin ini kejadian jadi

20

memori aku. Itu seminggu atau setelahnya, kejadian dan meninggal

21

kecelakaan. Pas posisi bulan juli kenaikan, anak saya masih TK besar ke

22

kelas 1 kan liburan di wonogiri dibawa pamannya terus liburan hari libur.

23

Nah seminggu atau sbelumnya itu, bundanya kangen pengen ketemu

24

anaknya. Kan istri saya kerja dimana itu ck di Centro Ambarukmo Plaza,

25

dulu sebagai BA. Jadi jadwal kerjanya gak hari libur jadi hari jumat,

26

sedangkan saya masih kerja di kantor ah liburnya hari minggu. Tak minta

27

ke hari minggu, tak anterkan gak mau pengen berangkat sendiri. Terus

28

ribut lagi maksudnya mbok tak terke wae kok ngeyel. Ya udah, daripada

29

ribut gak mau pengen kesana ketemu anaknya yawes daripada ribut

30

lama-lama tak biarkan berangkat sendiri. Pulangnya mau saya jemput,

31

tapi ya gak mau nanti mau pulang sendiri. Ditengah jalan itu smsan, “yah

32

minta maaf” ya ada kata-kata lainnya ya minta maaf ya mungkin maaf

33

karena gara-gara ribut untuk menentukan harinya itu. Saya kan masih

34

kerja, kalo siang hari jumat istirahat saya pasti pulang. Itu baru nyampe

35

rumah biasa itu, maaf saya jarang ke kamar mandi perut sakit ngerasaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193

26 37

perut sakit ke kamar mandi dapet telfon dari temennya kalo kecelakaan. Eq2

Spontan aja, “Tuhan beri yang terbaik”. Jadi saya gak mikir apa atau apa

38

Tuhan beri yang terbaik sambil jalan ke panti rini saya tu posisi sendiri

39

istri meninggal dipanti rini kecelakaan di prambanan kalo dari sini ada

40

bang jo kalo kesini ke megalung itu ada sampingnya toko-toko mebel

41

nah, didaerah situ. Meninggalnya pas dibawa ke panti rini. Saya ditelfon

42

sama temen posisi habis dari BAB spontan “Tuhan beri yang terbaik”.

43

Ps1

Saya gak panik, ya doanya Cuma itu Tuhan beri yang terbaik. Sampai

44

sana, di UGD teus ketemu perawat, dokter terus dibilangin “bapak sama

45

siapa?”, “sendiri”, “gak ada temennya?”, “ndak” istri saya mana dok?” ,

46

“itu yang meninggal istrinya?”, “oh iya istri saya dok”. Terus saya

47

didudukin, disampaikan ibu Veronika sudah meninggal sejak turun dari

48

ambulan. “mana, saya pengen lihat”. Saya tu gak ada pengen nangis atau

49

gak, itu saya masih jalan normal lah. Terus saya liat di UGD, bersih gak

50

ada luka saya kaget, kok meninggal ?. Ternyata di sini mungkin, pake

51

helm kebentur jadi dekok. Terus kan mau dicucian, mau dibersihkan

52

disini diperut tu dipompa, “ini masih hidup gak kok kayak bernafas?”

53

terus kata dokter “gak, ini udah meninggal.” Ya udah pokoknya yang

54

terbaik mungkin ini yang terbaik terus saya cium keningnya. “Dok bisa

Spontan berdoa meminta

Berdoa sebagai wujud

yang terbaik pada Tuhan.

kepasrahan.

Terkejut karena istri

Tidak percaya pada

meninggal.

keadaaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194

55

panggilkan romo dulu gak ?”. kebetulan kan dipanti rini dulu waktu itu

56

masih romo Tata terus dipanggilkan romo Tata terus perminyakan. Udah,

57

saya disuruh tanda tangan proses di rumah sakit termasuk, dimandiin,

58

termasuk diperlengkapi saya tanda tangan. Saya masih koordinir

59

keluarga saya, maksudnya saya hubungin kakak saya di muntilan, adik

60

saya di Wonogiri. Adik istri saya bel semua terus kakak saya di Muntilan

61

terus saya masih kontak Pak Doni ketua lingkungan sebetulnya saya

62

ketua lingkungan tapi posisi habis PHK itu, eh bukan PHK maaf ya

63

posisi saya masih ketua lingkungan tapi, pak Doni yang saya anggap jadi

64

saya telpon kalo istri saya meninggal. Terus hubungin warga sini nyiapin

65

tempat. Saya koordinasi saudara-saudara saya, saya tu gak ada kata

66

tangis, gak ada. Tuhan ini yang terbaik terus saya tegar gak ada nangis-

67 68

nangisnya gak ada bleng-blengnya. Habis ngurusin rumah sakit, masih Ps1

nemuin teman-teman terus pamit kantor “bos, istri saya kecelakaan,

69

ninggal”. Harusnya istirahat kan langsung balik kerja ini kan jadi gak

70

bisa. Kebetulan kan keluarga jadi pada tetangis gitu, diantara bingung,

71

bingung nenangin kan di rumah sakit takut ganggu to ya. Terus ngurus

72

kantor udah selesai, rumah sakit, dibawa pulang kesini tapi kan saya atas

73

nama keluarga minta dimakamkan di Wonogiri jadi istilahnya cuma

Istri meninggal merupakan keadaan yang terbaik dari Tuhan.

Menerima keputusan yang Tuhan berikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195

74

mampir. Pemberkatan sama aku Pronijo, prodiakonnya mau ngundang

75

romo baru ada keperluan gak bisa. Gak ada pemberkatan romo

76

pemberkatan pak Pronijo terus malamnya jam 7, warga pada datang yang

77

koordinir warga sini itu pak Wandi termasuk ijin tenda-tenda itu. Di sini

78

ada pemberkatan jam 7 langsung ke Wonogiri terus paginya baru

797

dimakamkan jadi masih nginep semalam.

80

Jadi waktu itu di Wonogiri dari keluarga Ibu ya ?

81

Iya, dari Ibu.

82

Pada waktu itu anaknya langsung dari sana aja ?

83

Iya posisi masih disana, saya kan ikut ambulan, jam sembilan akan udah

84

tidur terus dibangunin. Saya gendong tak liatin, dia itu termasuk anak

85

yang tegar juga, jadi bunda udah gini juga gak nangis.

86 87

Jadi waktu itu bapak tenang ya ? Mn3

Saya hadapi dengan gak panik.

88

Jadi pikirannya tenang ya pak, lalu apa yang dirasakan bapak ?

89

Kalau perasaan ya sama aja, orang yang ditinggal tapi beda sama emosi

90 91 92

Eq2

Melihat ibunya meninggal Istri meninggal sebagai anak tetap tegar dan tidak sarana mengapresiasi menangis. anak dalam menghadapi keadaan berat. Istri meninggal dihadapi Pilihan perilaku pribadi. dengan tidak panik

bisa mengimbangi. Emosinya gak menggebu-gebu, kalau sedih iya, namanya orang kehilangan.

Emosi tidak menggebu- Ungkapan Apakah bapak menerima kondisi saat itu, apakah bapak merasakan gebu tapi merasa sedih kehilangan.

perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196

93

Eq3

karena kehilangan.

perasaan tidak menerima kondisi saat itu ?

94

Ya, ada. Kan posisi gak terimanya gini, saya punya anak, terus ini saya

95

hutang dan hutang atas nama gaji saya, angsurannya sebesar gaji saya.

96

Nah kalau untuk makan, gaji bundanya, saya masih gak terimanya itu.

97

Ps1

Saya posisi tidak pandai cari uang, kalau istri almarhum itu kan

98

pedagang pinter cari uang. Terus terang, jujur saja ekonominya yang

99

lebih gede istri karena sambilannya okeh.

100

setelah kejadian “Tuhan, kok istri saya yang diambil, kok gak saya

101

duluan”. Saya mikirnya anak, pikir saya itu yang mampu menghidupi

102

dalam arti uang itu buat saya itu hanya orang yang bekerja, orang kerja

103

Eq1

Posisinya gini waktu itu

kok bukan saya duluan kenapa istri duluan.

105

Berapa lama memiliki perasaan tidak terima kepada Tuhan ?

106

Gak lama kok, itu mau jalan ke tempat tujuan, terus sana tenang lagi.

107

Pasti Tuhan beri yang terbaik. Ya kadang masih suka angotan, masih

108

kelingan kalo lha itu sulit, kadang kalo sekarang masih suka inget, tapi

109

gak sampe membebani.

111

Eq2

terima

istri Ungkapan perasan tidak

meninggal karena punya terima pada keadaan anak merasa

dan

hutang tidak

serta karena merasa memiliki pandai keterbatasan.

mencari uang.

itu ya gajinya berapa sih. Protesnya sama Tuhan itu, kok jadi mikirnya

104

110

Tidak

Bagaimana dengan anak yang menerima keadaan ibu yang sudah meninggal pak ?

Teringat istri tidak merasa Ada ingatan istri. terbebani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197

112

Kan sejak istri saya meninggal, anak diasuh karena saya merasa gak

113

mampu masih kerja kantor kan. Anak saya masih kecil, kan wira-wiri

114

dalam arti kan antar jemput. Terus saya kan masih hutang, saya gak

115

sanggup jadi selama 6 tahun di Wonogiri, tapi setiap 1 minggu sekali

116

saya pasti pulang, saya ajak nyekar ke makam ibunya. Kalau sedih gak,

117

nangis, kalau kangen iya, kangennya itu suka muring. Ungkapannya

118

muring, nesu mudah emosi, misalkan kalau saya telat dijelasin kayak apa

119 200

aja gak nyampe ke dia. Tapi kalo sakit, atau kalau mau ujian pasti Nangis kalau kangen, dan Rasa rindu dingukapkan mudah emosi. dengan mudah emosi. ditemui. Kalau sakit, kadang disentuh kakinya, terus sembuh kalau

201

masuk angin, kalau mau ujian itu kalau sekarng pikirannya udah dewasa

202

waktu kelas 3 kebawa kebetulan nilainya 100, 90, kan ditanya sama

203

keluarga “le, kok kamu pinter”. Dia ya jawabnya “sing garap bukan aku,

204

sing garap bunda, bunda bantu jawab”.

205

Perubahan apa saja yang dirasakan bapak saat ini ?

206

Perasan kangen masih ada, saya menganggap dia masih ada. Contoh,

207

saya menganggap dia masih hidup. Contohnya, saya kalau mau jualan

208

setelah doa minta pendampingan Tuhan, saya selalu dulu kan kalo suami

209 210

Merasa tidak mampu

Perasaan akan

mengasuh anak karena

ketidakmampuan.

kerja dan punya hutang.

Kangen masih ada, Rasa rindu yang istri tidur kan ada dua bantal. Nah, sampe saat ini masih ada 2 bantal. menganggap masih hidup. termanifestasi dalam emosi yang labil. Kalau aku mau berangkat jualan, saya pasti cium bantal, habis doa minta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198

211

pendampingan Tuhan karena apa, 1 hari sebelum bunda meninggal itu

212

kan kebetulan Centro di kantornya, ada acara ulang tahun kantornya atau

213

apa ya, bunda seneng masak. Dia masak bikin nasi kuning rombongan

214

sama temennya lembur di rumah sampe malam untuk besok paginya.

215

Terus dia tidur, kan saya waktu masih ngantor, dia masih tidur. “Tidur

216

kok kayak mayit”, saya bilang gitu tidur kok kayak mayit, gene anteng,

217

terus tenang. Itu awal-awal saya kalo mau berangkat kerja jualan, saya

218

cium keningnya. Ya itu, tidur kok kayak mayit, saya gak bangunkan

219

terus berangkat kantor. Nah sampe sekarang masih suka begitu, suka

220

cium bantal kalo mau berangkat kantor,walaupun kantornya udah pindah

221

tetep saya lakukan itu.

222

Selain itu ada perubahan apa lagi pak ?

223

Ya perubahan peran, kalo peran, jujur aja iya. Karena saya ada anak 1.

224

Saya harus bisa menjadi ayah, bisa jadi ibu bisa jadi temennya anak saya

225

ya kadang-kadang berantem juga.

226

Bisa diceritakan pengalaman bapak menjadi ayah tunggal ?

227 228 229

Ps2

Tuntutan perubahan Perubahan peran harus bisa peran ganda. Tunggal itu, ya semua harus dikerjakan sendiri kayak cari uang menjadi ayah, ibu dan teman untuk anak. bagaimana menciptakan anak itu betah dirumah kecuali masak, kalau masak ada ibu. Jadi, apa ya kalau saya marah sama anak cuma verbal,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199

230

gak pernah bentak atau apa jadi gak pernah dalam arti kasar. Jadi orang

231

tua tunggal harus pinter-pinter jadi pendamping anak.

232

Sr1

233 234

Sedekat apa hubungan bapak dengan anak ? Deket, ya kadang main bareng, rebutan tv bareng.

Eq3

Tunggal berarti semua Tuntutan peran orang harus dikerjakan sendiri tua tunggal. dan harus pintar jadi pendamping anak.

Selama jadi ayah tunggal, pernah mendapatkan masalah apa saja ?

235

Kalau uang pasti, tapi uang itu pasti tapi masih bisa dicari. Dulu ekonomi

236

dipegang dua orang sekarang satu orang jadi ya sekarang harus

237

dimepetin. Anak itu masih ada ibunya, kalo pendidikan memang

238

dipegang saya. TK sebelum TK bisa baca udah saya ajarin baca kalau

239

ekonomi, jajakne itu ibunya. Kalo main ke timezone itu. Ya itu, saya

242

Mendapat masalah uang, Merasakan tekanan masih suka mikir ibunya kalo seandainya masih ada ibunya bisa main dulu ekonomi dipegang ekonomi. dua orang sekarang satu kesana kesini kalo sekarang saya jualan saya dulu waktu kerja kan dunia orang. hiburannya itu terbatas. Kalau masalah rumah tangga, biasanya saya bagi

243

tugas sama anak. Anak saya nyapu, tugasnya sebelum berangkat sekolah

244

itu nyapu. Kalo ibu saya nyuci, kalau saya nyapu cuma sore kalau beres-

245

beres rumah saya masih sanggup, cuma kalo saya nyuci saya gak pernah,

246

soalnya ada mesin cuci.

247

Berarti kalau sama anak gak pernah ada masalah ya pak ?

248

Ya paling kalau anaknya dikasih suka ngeyel, suruh mandi gak langsung Sanggup

240 241

Ps1

menyelesaikan Percaya

diri

akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200

249 250

mandi. Sr2

Pernah sampai marah gak pak ?

251

Gak begitu, anak saya kebetulan cepet dewasa, jadi saya ya gak marah.

252

Marah orang tua biasa disuruh gak cepet. Kan tipe saya tipeya gak cepet,

253

termasuk tipe orang tua yang segera kalau lelet saya marah, tapi saya

254

marah verbal gak mukul. Saya itu tipe orang tua yang suka segera, ya itu

255

kelemahan saya kalo saya minta apa gak sesuai dengan keinginan saya

256

terus anak lelet biasanya saya marah.

257

Dalam menghadapi masalah, perasaan apa saja yang sering muncul

258

Mn3

kemampuan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

? Oh gak, kebetulan kalo segi anak minta apa saya ya kadang mudah Kelemahan saya akan Mengakui marah jika permintaan diri. ditunda juga kadang gak mau ditunda juga. Misalkan mbok ngerti wong tidak sesuai tua bisanya ini. Marah ya cuma itu kadang di titik dimana anak dikasih

259 260 261 262

pekerjaan rumah tangga.

Sr1

tau gak mau tau. Kadang saya gini, ini keinginan atau kebutuhan, kalo

263

dia menjawabnya kebutuhan saya segerakan tapi kalau keinginan saya

264

tunda. Jadi, saya poin keinginan atau kebutuhan, kalo memang

265

kebutuhan memang berat berapapun saya carikan. Butuh e hape opo ?

266

komunikasi. Uangnya sekian tak carikan, tapi kalo “kancane ini, ini, ini”

267

oh itu keinginan. Oh ingin mu ini, yo sok nek ayah punya rejeki tak

kelemahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201

268

tukokne. Kalo sekolah kan dipanti rini smp kanisius, itu kan tak suruh Mendahulukan kebutuhan Punya prioritas.

269

nyepeda ontel meskipun ada motor tak belike motor sama tak belike dari pada keinginan.

270

sepeda tapi tak suruh sepeda ontel. Motor gak boleh dipake kalo sekolah,

271

kalo kegiatan gereja boleh dipake jadi biar anak itu ada prihatine, ada

272

olahragane. Kalo olahraga kan ada kecerdasane, ya itu keinginan atau

273

kebutuhan gitu aja. Saya tu bukan orang kaya, tapi tidak kekurangan jadi

274

pengen ini bisa, pengen itu bisa.

275

Apakah bapak selalu menyelesaikan masalah ?

276

Ya, gak nunda-nunda soalnya saya juga disiplin waktu. Kalo ke gereja

277

jam 7, jam 6 harus mandi. Setengah 7 harus sampe gereja. Kalo sekolah Biar anak memiliki rasa

278

jam 7, jam 6 harus keluar dari rumah. Masuknya kan jam 7, jam 6 itu prihatin.

279

harus keluar dari rumah kalo belum keluar dari rumah, saya marahin.

280 281

Itu berlaku buat semua kegiatan bapak ? Sr2

Iya, disiplin harus diajarkan ke anak, segala sesuatu harus di planning.

282

Saya gak suka nunda-nunda istilahnya mepet gak suka, kalau grusa-

283

grusu saya gak, tapi saya panik.

284

Selama bapak menghadapi masalah, ada yang ikut membantu buat

285

menangani masalah ?

286

Kalo keuangan yang membantu pasti ada, Tuhan memberi rejeki lewat

Tidak merasa kekurangan.

Peduli akan masa depan anak. Mampu memenuhi kebutuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202

288

siapa saja. Contoh, anak dari kelas 1 sd sampai kelas 2 smp beasiswa Mengajarkan disiplin pada Menjadi anak. anak. terus itu rejeki Tuhan, saya gak menyombongkan. Jadi, uang buat

289

sekolah bisa saya alokasikan buat yang lain misalnya saya belikan

290

sesuatu, harus nomor 1. Sepeda, jadi kalau belikan apa, harus yang baik.

291

Sepatu harus yang baik. Kalau saya belikan yang biasa pasti gampang

292

rusak, udah buang uang gampang rusak. Untuk biaya sekolah, terus

287

293 294

terang saya gak masalah, untuk jajan gak ada masalah cuma ya pas aja. Ea2

Anak diajarin, keinginan atau kebutuhan, ya bisa disetel aja. Terus terang

295

saja, ujian saya beruntun. Tahun 2008 istri meninggal, 2009 saya

296

kecelakaan itu keuangan juga gak masalah. Saya dipen 3, skrups 17,

297

kelemahan saya juga disini saya gak bisa nekuk kakinya. Itu keuangan

298

juga gak masalah, 2008-2009 kan saya wira-wiri terus mungkin saya

299

kecapekan, kecelakan ini habis 58 juta untuk ukuran saya kerja, gak

300

mungkin tapi karena ada jamsostek kasih 12 juta, jasa raharja 6 juta,

301

kuasa Tuhan, saya dari kantor dapaat 6 juta. Saya di rumah sakit 3 bulan

302

kira-kira, sepeserpun saya istilahnya gak kebeban karena apa Tuhan beri

303

rejeki beri dari orang-orang. Saya bukan gak marah-marah, marahnya

304

kalau semuanya gak konsisten tadi. Saya orangnya pemarah jangan salah.

305

Misakan anak waktunya tidur kok gak tidur haru ada peraturan dan

Tuhan

memberi

lewat siapa saja.

rejeki

contoh

bagi

Tuhan memberi rejeki melalui banyak cara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203

306

hiburan.

307

Selama bapak sakit, istri sudah meninggal lalu bagaimana bapak

308

mengurus diri ?

309

Kekuatan saya Tuhan, kalau Tuhan kasih ujian pasti Tuhan kasih Mudah marah pada hal

310

jawaban kalau lewat doa. Makanya, saya gak kebeban, ibu nemenin, juga yang tidak konsisten.

311

bantu masak.

312 313

Ibu disini sejak kapan ? Sr2

Sejak bunda masih ada, tahun 2003an.

314

Bapak sudah berapa lama menikah ?

315

Saya menikah tahun 2001, anak saya lahir 2001.

316

Menurut bapak hal apa saja yang mendorong dan memotivasi bapak

317

samapi saat ini ?

318

Kurangnya kemampuan mengontrol emosi.

Eq2

Pertama anak, saya tipe orang tua yang gak mau buat anak kecewa.

319

Kalau anak kecewa sama orang tua, imbasnya panjang. Kecewa itu

320

maksudnya gak konsisten, jadi kalau sudah berumah tangga itu gak

321

berdiri sendiri harus memposisikan menjadi tiga, ayah, laki-laki, dan

322

suami buat istrinya. Ketiga-tiganya harus jadi satu. Kalau laki-laki itu

323

kan masih apa, saya memposisikan jadi ayah karena saya masih

324

memikirkan anak. Saya masih sesuai walaupun sudah berbeda tempat

Kekuatan saya Tuhan, Tuhan kasih ujian dan Tuhan sumber ujian dan jawaban lewat doa. kekuatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204

325

walaupun di KTP cerai mati saya masih cinta.

Tidak mau membuat anak Mengontrol perilaku

326

Jadi bapak merasa masih terikat dengan ibu ya ?

kecewa karena imbasnya untuk manfaat diri

Iya

panjang.

sendiri dan kebahagiaan

Menurut bapak, apa sih arti sebagai ayah tunggal ?

Rumah tangga itu adalah

orang lain.

327

Mn1

328 329

Mn2

Saya menjadi contoh yang baik bagi anak, saya gak boleh meski saya ayah, laki-laki, dan suami

-

330

orang tua terus saya bebas, saya memperhatikan masa depan dia, untuk istrinya.

331 332

menanamkan nilai-nilai yang saya harapkan. Saya harus istilahnya sesuai Walau cerai mati, tetap Tidak adanya masih cinta. dalam mencintai. keinginan saya, dan saya sesuai keinginan saya.

333

Apa contohnya biar anak gak kecewa sama bapak ?

334

Harus menanamkan bahwa ayah itu seperti, kalau soal saya seneng sama

335

wanita, itu liat pribadi anak. Orang itu kan harus liat anak, harus

336

memikirkan ego anak harus seimbang.

337

Apakah bapak ada rencana untuk menikah lagi ?

338

Mn3

339 340 341 342 343

batas

Menjadi contoh bagi anak Memperhatikan dan memperhatikan masa depan anak. depan

masa

Menyeimbangkan ego diri Tidak dan anak pada saat senang mengecewakan Ya anak kan berkembang, anak tu waktu tinggal di Wonogiri tau harus dengan wanita. lain. dapet masukan keluarga wonogiri kalau apa ya anak tu berkembang dan

ingin orang

Saya hamba Tuhan, saya gak menutup diri saya tetep membuka semua kesempatan yang Tuhan berikan ada kata tidak. Jadi dalam arti monggo

Ea1

kerso gusti. Tapi saya tidak mencari. Bagaimana tanggapan anak terhadap keputusan bapak ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205

344 345

saya mengikuti perkembangannya gak tau nanti seperti apa. Tapi nek itu, Ps1

Tidak menutup diri, dan kesempatan Keinginan untuk menghendaki, tapi kalau itu sulit berarti Tuhan tidak menghendaki gitu membuka untuk menikah kembali. melanjutkan hidup. aja. Saya bukan tipe yang gak marah-marah, kalau marah kalau gak

346 347 348

kalau Tuhan menghendaki. Kalau semuanya mudah berarti Tuhan

Ea1

konsisten itu tadi. Tapi nek konsisten saya lebih tenang, tapi saya orang

349

yang pemarah ya tadi anak waktunya tidur tapi gak tidur, ya itu saya

350

marah. Saya kalau gak marah terus dibiarin ya gak mungkin jadi harus

351

ada peraturan dan harus ada hiburan.

Apabila semua yang Keputusan berada pada dikerjakan terasa mudah Tuhan. berarti Tuhan menghendaki, kalau sulit, maka Tuhan tidak menghendaki apa yang sedang dikerjakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TEMA UTAMA INFORMAN 3 Label Analitis

Tema

Berdoa sebagai wujud kepasrahan.

Cara menangani masalah

Tidak percaya pada keadaaan.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Menerima keputusan yang Tuhan berikan

Penerimaan diri istri yang meninggal

Istri meninggal sebagai sarana

Penerimaan diri istri yang meninggal

mengapresiasi anak dalam menghadapi keadaan berat. Pilihan perilaku pribadi

Perasaan dukacita atas kehilangan

Ungkapan perasaan kehilangan.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Ungkapan perasan tidak terima pada

Perasaan dukacita atas kehilangan.

keadaan karena merasa memiliki keterbatasan. Ada ingatan istri.

Perasaan dukacita atas kehilangan.

Perasaan akan ketidakmampuan.

Masalah yang dihadap sebagai orang tua tunggal

Rasa rindu dingukapkan dengan mudah

Perasaan dukacita atas kehilangan

emosi. Rasa rindu yang termanifestasi dalam

Perasaan dukacita atas kehilangan

emosi yang labil. Tuntutan perubahan peran ganda.

Perubahan yang dialami sebagai orang tua tunggal

Tuntutan peran orang tua tunggal.

Perubahan yang dialami sebagai orang tua tunggal

Merasakan tekanan ekonomi.

Masalah yang dialami sebagai orang tua tunggal

Percaya diri akan kemampuan

Cara menangani masalah

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Mengakui kelemahan diri.

Masalah yang dialmi sebagai orang

206

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207

tua tunggal Punya prioritas.

Cara menangani masalah

Peduli akan masa depan anak.

Cara menangani masalah

Mampu memenuhi kebutuhan.

Cara menangani masalah

Menjadi contoh bagi anak.

Cara menangani masalah

Tuhan memberi rejeki melalui banyak cara. Cara menangani masalah Kurangnya kemampuan mengontrol emosi.

Masalah yang dialami sebagai orang tua tunggal

Tuhan sumber ujian dan kekuatan.

Cara menangani masalah

Mengontrol perilaku untuk manfaat diri

Cara menangani masalah

sendiri dan kebahagiaan orang lain. Tidak adanya batas dalam mencintai.

Perasaan dukacita atas kehilangan

Memperhatikan masa depan anak.

Makna pengalaman terkait menjalani peran

Tidak ingin mengecewakan orang lain.

Makna pengalaman terkait menjalani peran

Tidak ingin mengecewakan orang lain.

Makna pengalaman terkait menjalani peran

Keinginan untuk melanjutkan hidup.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya

Keputusan berada pada Tuhan.

Rencana untuk kehidupan selanjutnya