ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN REUMATIK (ARTRITIS TREUMATOID) PADA LANSIA ISMAYADI Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982) Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
BAB II KONSEP DASAR MEDIS Defenisi. Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat. ©2004 Digitized by USU digital library
1
Klasifikasi. Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu : 1. Osteoartritis. 2. Artritis rematoid. 3. Polimialgia Reumatik. 4. Artritis Gout (Pirai). 1. Osteoartritis. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. 2. Artritis Rematoid. Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah. 3. Polimialgia Reumatik. Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas. 4. Artritis Gout (Pirai). Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. OSTEOARTRITIS Defenisi Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Etiologi Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah : 1. Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. 2. Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki ©2004 Digitized by USU digital library
2
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. 3. Genetic Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. 4. Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. 5. Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
©2004 Digitized by USU digital library
3
Patofisiologi. UMUR
JENIS KELAMIN
GENETIK
Kerusakan fokal tulang rawan
SUKU
KEGEMUKAN
pembentukan tulang baru pada
sendi yang progresif
tulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolisme tulang Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi Penurunan kadar proteoglikan Berkurangnya kadar proteoglikan Perubahan sifat sifat kolagen Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan Timbul laserasi OSTEOARTRITIS
©2004 Digitized by USU digital library
4
Menifestasi klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Penatalaksanaan Obat obatan Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan. Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular ©2004 Digitized by USU digital library
5
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit. BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan Tanda: Malaise Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot KARDIOVASKULER Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun INTEGRITAS EGO Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain MAKANAN ATAU CAIRAN Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual. Anoreksia Kesulitan untuk mengunyah Tanda: Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa HIGIENE Gejala:
berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.
NEUROSENSORI Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan Tanda: Pembengkakan sendi NYERI / KENYAMANAN Gejala: fase akut dari nyeri ©2004 Digitized by USU digital library
6
Terasa nyeri kronis dan kekakuan KEAMANAN Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Kekeringan pada mata dan membran mukosa INTERAKSI SOSIAL Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol INTERVENSI RASIONAL mandiri - kaji keluhan nyeri, catat - membantu dalam menentukan lokasi dan intensitas (skala 0 kebutuhan managemen nyeri dan – 10). Catat factor-faktor keefektifan program yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal - matras yang lembut/empuk, bantal - berikan matras atau kasur yang besar akan mencegah keras, bantal kecil. Tinggikan pemeliharaan kesejajaran tubuh linen tempat tidur sesuai yang tepat, menempatkan setres kebutuhan pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri - biarkan pasien mengambil - pada penyakit berat, tirah baring posisi yang nyaman pada mungkin diperlukan untuk waktu tidur atau duduk di membatasi nyeri atau cedera sendi. kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi - dorong untuk sering - Mencegah terjadinya kelelahan mengubah posisi. Bantu umum dan kekakuan sendi. pasien untuk bergerak di Menstabilkan sendi, mengurangi tempat tidur, sokong sendi gerakan/rasa sakit pada sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak - Panas meningkatkan relaksasi otot - anjurkan pasien untuk mandi dan mobilitas, menurunkan rasa air hangat atau mandi sakit dan melepaskan kekakuan di pancuran pada waktu pagi hari. Sensitifitas pada panas bangun. Sediakan waslap dapat dihilangkan dan luka dermal hangat untuk mengompres dapat disembuhkan sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi - Meningkatkan elaksasi/mengurangi - berikan masase yang lembut tegangan otot kolaborasi ©2004 Digitized by USU digital library
-
Meningkatkan relaksasi, mengurangi
7
-
beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin)
tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot. Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan. INTERVENSI RASIONAL • Perahankan istirahat tirah • Untuk mencegah kelelahan dan baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan. • Bantu bergerak dengan bantuan • Meningkatkan fungsi sendi, seminimal mungkin. kekuatan otot dan stamina umum. • Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, • Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas. berdiri dan berjalan. • Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk • Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh. menggunakan alat bantu. • Berikan obat-obatan sesuai • inflamasi Untuk menekan indikasi seperti steroid. sistemik akut. DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang. Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik. INTERVENSI RASIONAL • Kendalikan lingkungan dengan : • Lingkungan yang bebas bahaya Menyingkirkan bahaya yang akan mengurangi resiko cedera tampak jelas, mengurangi dan membebaskan keluaraga potensial cedera akibat jatuh dari kekhawatiran yang konstan. ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam hari, siapkan lampu panggil Hal ini akan memberikan pasien • Memantau regimen medikasi • merasa otonomi, restrain dapat kemandirian dan • Izinkan meningkatkan agitasi, kebebasan maksimum dengan mengegetkan pasien akan memberikan kebebasan dalam meningkatkan ansietas. lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
©2004 Digitized by USU digital library
8
DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur. INTERVENSI RASIONAL Mandiri kebiasaan tidur oerlunya dan • Mengkaji • Tentukan biasanya dan perubahan yang mengidentifikasi intervensi yang terjadi tepat. • Meningkatkan kenyamaan tidur • Berikan tempat tidur yang serta dukunmgan nyaman fisiologis/psikologis • Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, • Buat rutinitas tidur baru yang stress dan ansietas yang dimasukkan dalam pola lama berhubungan dapat berkurang. dan lingkungan baru Membantu menginduksi tidur • Meningkatkan efek relaksasi • Dapat merasakan takut jatuh • Instruksikan tindakan relaksasi karena perubahan ukuran dan • Tingkatkan regimen kenyamanan tinggi tempat tidur, pagar waktu tidur, misalnya mandi tempat tidur memberi keamanan hangat dan massage. untuk membantu mengubah posisi • Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar, dan • Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahklan pasien mungkin tidak mampu tempat tidur bila mungkin. kembali tidur bila terbangun.
•
Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi. Kolaborasi • Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
•
Mungkin membantu istirahat.
diberikan untuk pasien tidur atau
DIAGNOSA 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secaea mandiri. INTERVENSI RASIONAL • Kaji tingkat fungsi fisik • Mengidentifikasi tingkat bantuan /dukungan yang diperlukan • Pertahankan mkobilitas, kontrol • Mendukung kemandirian terhadap nyeri dan progran latihan fisik/emosional • Kaji hambatan terhadap partisipasi • Menyiapkan untuk dalam perawatan diri, identifikasi meningkatkan kemandirian untuk modifikasi lingkungan yang akan meningkatkan harga diri • Identifikasi untuk perawatan yang • Memberikan kesempatan diperlukan, misalnya;lift, untuk dapat melakukan peninggiandudukan toilet, kursi aktivitas seccara mandiri ©2004 Digitized by USU digital library 9
roda. DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum. Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan Untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidep dan kemungkinan keterbatasan. INTERVENSI RASIONAl Mandiri o Dorong pengungkapan mengenai • Beri kesempatan untuk masalah mengenai proses penyakit, mengidentifikasi rasa harapan masa depan. takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung. arti dari o Diskusikan bagaimana • Mengidentifikasi kehilangan/perubahan pada penyakit mempengaruhi pasien/orang terdekat. Memastikan persepsi diri dan interaksi bagaiamna pandangan pribadi psien dengan orang lain akan dalam memfungsikan gaya hidup menentukan kebutuhan sehari-hari termasuk aspek-aspek terhadap intervensi atau seksual. konseling lebih lanjut. o Diskusikan pasien persepsi • Isyarat verbal/nonverbal mengenai bagaiman orang terdekat orang terdekat dapat menerima keterbatasan mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. o Akui dan terima perasaan berduka, konstan akan • Nyeri bermusuhan, ketergantungan. melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum o Perhatikan perilaku menarik diri, terjadi. penguanan menyangkal atau terlalu • Dapat menunjukkan emosional memperhatikan tubuh/perubahan. koping atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau o Susun batasan pada prilaku dukungan psikologis. maladaptive. Bantu pasien untuk pasien • Membantu untuk me ngidentifikasi perilaku positif mempertahankan kontrol diri yang dapat membantu koping. yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. o dalam Ikut sertakan pasien merencanakan perawatan dan • Meningkatkan perasaan membuat jadwal aktivitas. kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan Kolaborasi terapi. • Rujuk pada konseling psikiatri
• •
Berikan obat-obat sesuai petunjuk
©2004 Digitized by USU digital library
Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungann selama berhadapan dengan proses jangka
10
•
panjang/ketidakmampuan. Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif.
BAB IV TINJAUAN KASUS I. Biodata Tgl. Pengkajian : Nama : Usia : Agama : Pekerjaan : Tgl masuk : Diagnosa medis
20 Februari 2004 Ny. S Jenis Kelamin 67 tahun Status Perkawinan Islam Pendidikan Alamat Tidak ada Tahun 200 Wisma / kamar : Rematik (Artritis Reumatoid)
: : : : :
Perempuan Janda SPG Petisah Anggrek 1
Penanggung jawab : Nama : Tn. P Hubungan dengan Klien : Anak abang Klien (keponakan) Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Binjai II. Keluhan Utama Nenek S. mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu pernah bengkak dari lutut ke bawah. III. Riwayat Kesehatan Sekarang Provocative / Palliative Apa Penyebabnya Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya itu asam urat. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi, pala, jahe, kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak dan katanya, dan juga terlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu kambuh. Quantity / Quality A. Bagaimana dirasakan Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan skala : 4 – 6. B. Bagaimana dilihat Nenek S. memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis. Region A. Dimana Reaksinya ©2004 Digitized by USU digital library
11
Pada bagian kedua kakinya yaitu kanan dan kiri. B. Apakah menyebar Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha. Severity (Mengganggu Aktivitas) Nenek S. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena pernah membuat klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit ini klien tidak mempunyai aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang tidak bisa dibawa berjalan jauh. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) Klien mengatakan sakitnya sejak 4 tahun ½ terakhir ini, dan pernah kedua kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan pada tahun 2002. IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Penyakit Yang Pernah Dialami Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena tidak pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu demam, flu, batuk ringan. Pengobatan / Tindakan Yang Dilakukan Klien mengatakan paling hanya dengan obat-obat warung dan kebetulan cocok (2 sampai 3 hari sembuh). Pernah Dirawat / Dioperasi Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi, biasanya hanya menggunakan obat-obat warung. Alergi Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun, tetapi sekarang punya pantangan karena penyakitnya yang sekarang, seperti jeroan, bayam. Imunisasi Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi. V. Riwayat Kesehatan Keluarga Orang tua : - Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit reumatik seperti klien saudara kandung. - Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki penyakit seperti klien yaitu abang ke-2 dan kini meninggal dunia. Penyakit keturunan tidak ada Anggota keluarga yang meninggal Klien mengatakan suami, 2 orang tua, dan 6 saudaranya telah meninggal dunia. Penyebab meninggal Klien mengatakan orang tua meniggal karena usianya yang sudah tua, suami karena kecelakaan, dan 6 saudaranya, klien tidak mengingatnya.
Genogram ©2004 Digitized by USU digital library
12
Ny.S 67 thn Reumatik Keterangan :
: Laki-laki
: Klien
: Perempuan : Meninggal Nenek S. anak ke-6 dari 7 bersaudara, 6 saudara klien sudah meninggal semua, suami klien juga telah meninggal. Klien tidak memiliki anak dari pernikahannya. VI. Riwayat / Keadaan Psikososial A. Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. B. Persepsi klien tentang penyakitnya Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak mungkin sembuh dan membuat berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah berobat dimana-mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau lambat dan memakai tongkat dari lumpuhnya. C. Konsep diri 1. Body image Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang makin cepat lelah 2. Ideal diri Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak terlalu mengharap 3. Harga diri Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan bebas melakukan apa saja yang diinginkan. 4. Peran diri Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya karena meninggal kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya klien tidak memiliki anak. 5. personal identity Klien merupakan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai. Klien merupakan janda tanpa anak. D. Keadaan emosi Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil. E. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara ©2004 Digitized by USU digital library
13
Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang di berikan kepadanya. F. Hubungan dengan keluarga Harmonis dengan keluarga yang ada (keponakan-keponakannya) dan masuk ke panti karena keinginan klien sendiri / tidak mau menyusahkan keluarga. G. Hubungan dengan orang lain Baik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti teruatama dengan sesama anggota satu wisma. H. Kegemaran = menonoton tv dan duduk,duduk di ruang tamu wisma. I. Daya Adaptasi. Klien dapat beradaptasi dengan warga di pantai walaupun warga kurang mengikuti kegiatan yang ada di pantai seperti pengajian, gotong royang dan senam pagi karena keterbatasan grakakibat penyakitnya. J. .Mekanisme Pertahanan diri. Klien memiliki pertahanan diri yang efektif. VII. Pemeriksaan Fisik. A. Keadaan Umum. = Klien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan dan berat badan ,klien masih terlihat overweight sehingga memperberat beban kaki saat berjalan. B. Tanda – Tanda Vital. R = 24 kali /menit. TD = 150 / 90 mmhg TB = 159 cm. HR = 80 kali ? menit BB = tidak dilakukan karena kurangnya fasilitas di Panti. C. Pemeriksaan Head to Toe. 1. Kepala dan Rambut. 1. Kepala. • Bentuk = Simetris • Kulit Kepala = bentuk kepala tampak bersih dan 2. Rambut. • Penyebaran dan keadaan rambut= rambut sudah banyak uban. • Bau = rambut seperti bau keringat. 3. Wajah. • Warna kulit = hitam. 2. Mata. • Bentuk = simetris terhadap wajah. • Ketajaman penglihatan = kurang baik sehingga menggunakan alat bantu penglihatan. • Konjungtiva. = tidak anemia. • Sklera. = tidak ikterus. = isokor (kanan dan kiri). • Pupil • Pemakaian alat bantu. = memakai kacamata baik membaca ataupun tidak membaca. 3. Hidung. = simetris • Bentuk • Fungsi penciuman = baik,dapat membedakan bau. • Pendarahan = tidank megalami pendarahan. 4.Telinga. • Bentuk telinga = simetris antara kanan dan kiri. = terdapat serumen tapi dalam batas normal. • Lubang telinga • Ketajaman pendengaran = kurang mendengar karena sudah tua. ©2004 Digitized by USU digital library
14
5. Mulut dan Faring. • Keadaan bibir • Keadaan gusi dan gigi •
= bibir klien kering = tidak ada pendarahan gusi dan gigi. Gigi terlihat bersih dan tidak lengkap. = tidak ada tanda pendaarahan.
Keadaan lidah
6. Leher. • Tyroid • Suara • Denyut nadi karotis • Vena jugularis
= = = =
tidak terdapat pembesaran KGB Klien mengeluarka dengan kata kata jelas. teraba. teraba.
D. Pemeriksaan integumen. • Kebersihan klien = klien tampak bersih. • Warn = kulit hitam • Turgor = turgor kulit baik (kulit cepat kembali). • Kelembaban = kulit tampak sedang (tidak kering ) agak Keriput. E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak. Klien tidak bersedia karena merasa malu. F. Pemeriksan Tharax / Dada. 1. Inspeksi. • Bentuk Thorax. • Pernafasan •
= simetris antara kanan dan kiri. = frekuensi 24 kali / menit. Irama teratur dan tidak ada suara tambahan. Tidak ada tanda kesulitan bernafas.
G. Pemeriksaan Paru. • Palpasi getaran suara • Rerkusi • Auskultasi
= terdengar dan teratur. = bunyi resonan. = suara nafas teratur.
H. Pemeriksaan Abdomen. 1. Inspeksi. • Bentuk Abdomen • Benjolan
= simetris antara kanan dan kiri. = tidak ada benjolan.
2. Palpasi. • Tanda nyeri tekan • Benjolan • Tanda ascites • Hepar
= tidak ada nyeri. = tidak ada. = tidak ada. = tidak ada pembengkakan.
I. Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya. Klien tidak bersedia melakukannya karena merasa malu. J. Pemeriksaan Mulkusskletal / Ekstremitas. • Kesimetrian otot = simetris kanan dan kiri. • Pemeriksaan edema = tidak ada edema • Kekuatan otot = kekuatan otot telah berkurang. ©2004 Digitized by USU digital library
15
•
Dimana klien lebih banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ),bila berjalan menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.Klien berjalan lambat dan berhati hati karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi berjalan jauh. Kelainan pada Ekstremitas dan kuku.
K. Pemeriksaan Neurologis 1. Tingkat kesadaran E = 6, M=4, V=5 GCS = 15 : 2. Status Mental • Kondisi Emosi / Perasaan Dalam keadaan stabil • Orientasi Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik waktu, tempat dan orang • Proses Berfikir Ingatan klienmasih kuat, klien masih ingat masa lalunya Perhitungan = klien dapat berhitung agar cepat sembuh • Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh • Persepsi : Klien menganggap / kurang yakin penyakit dapat sembuh total • Bahasa : Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa 3. Fungsi Motorik • Cara berjalan : Klien sulit berjalan • Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung • Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan tangan • Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan. 4. Fungsi Sensori Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas dan dingin Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua titik Identifikasi sentuhan ringan Reflek Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat. III. Pola Kebiasaan sehari-hari a. Pola tidur dan kebiasaan • Waktu tidur : siang ± ½ jam dan malam ± 6 -7 jam • Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib • Masalah tidur : tidak ada masalah • Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan mudah bila tidak tidur siang • Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker b. Pola Eliminasi a. Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan tidak encer/sedang b. BAK : • Pola BAK : ± 6 – 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia • Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin • Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK • Tidak ada penggunaan diuretik • Tidak ada riwayat penyakit ginjal ©2004 Digitized by USU digital library
16
c.
Pola makan dan minum 1. Gejala (subjektif) • Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per hari 3 piring dalam per hari. • Nyeri ulu hati tidak ada • Kehilangan selera makan : kadang-kadang dan lausea, vomite (mual, muntah tidak ada • Alergi terhadap makanan tidak ada. Tapi semenjak mengalami penyakir tematik klien mempunyai makanan pantang, antara lain Jeroan, kerangkerangan, sayur bayam • Berat badan klien jarang menimbangnya sehingga tidak mengetahuinya, sedangkan alat tidak tersedia 2. Tanda Obyektif TB = 156 cm, bentuk tubuh : Over wight 3. Waktu pemberian makanan yaitu : pagi, siang dan sore 4. Jumlah dan jenis makanan : 1 piring sekali makan dan jenis makanan adalah makanan biasa 5. Waktu pemberian minuman : Pengambilan air putih terserah/sukahati, dan bila the manis atau susu 2x/hari pagi dan sore hari c. Kebersihan / Personal hygiene • Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari • Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari • Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang c. Pola Kegiatan / Aktivitas • Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, paling hanya jalanjalan sebentar dan kadang-kadang menyiram bunga. ANALISA DATA DATA Data Subjektif: Klien mengatakan
ETIOLOGI Penaikan metabolisme
MASALAH Nyeri.
tulang
bahwa kaki kanan dan kirinya sakit
Penaikan enzim yang
apalagi dibantu
merusak tulang rawan
berjalan
sandi
Data Objektif:
Penurunan kadar
- Klien memijat-mijat
proteologlikan
kakinya saat pengkajian - Wajahnya terlihat
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
meringis - Skala nyeri 4-
Penurunan fungsi
©2004 Digitized by USU digital library
17
6,sedang
tulang nyeri nyeri
Data Subjektif:
Usia yang lanjut
Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan tidak sanggup
Penurunan fungsi
berjalan jauh.
tulang
Data Objektif:
Kekuatan otot
- Klien berjalan
melemah
menggunakan alat bantu tongkat.
Meningkatnya nyeri
- Klien lebih banyak
saat berjalan
duduk. - Klien berjalan
Intoleransi aktivitas.
lambat. Data Subjektif:
Lansia
Resti cedera fisik.
Klien mengatakan takut untuk berjalan
Penurunan
jauh.
tulang
Data Objektif:
fungsi
Resiko tinggi cedera.
- Klien tampak berhati hati saat berjalan.
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN. 1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah meringis dan skala nyeri 4-6. 2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan klien mengunakan alat bantu. 3. Resti cedera fisik berhubungan dengan mobilitas menurun ditandai dengan klien tampak berhati hati saat berjalan. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NAMA PASIEN
: Ny.S
©2004 Digitized by USU digital library
UMUR
: 67 tahun
18
TGL PENGKAJIAN : 20 Februari 2004 WISMA / KAMAR Teratai / 4 DX. MEDIS : Reumatik (Artritis Reumatoid) NO
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri sendi b/d penurunan fungsi tulang d/d nyeri sendi (skala nyeri=6), wajah meringis, kaki sakit jika berjalan.
TUJUAN/ KRITERIA HASIL Nyeri terkontrol
hilang/
Kriteri hasil : Pasien dapat istirahat/ tidur dengan tenang, pasien tampak rileks.
RENCANA PERAWATAN INTERVENSI nyeri, 1. 1. Kaji lokasi, catat karakteristik, derajat (skala 0-10)
RASIONAL Membantu dalam menentukan managemen nyeri.
2. Anjurkan klien 2. mandi untuk air panas / hangat.
Panas meningkatkan letak sisi otak dan mobilitas, menurunkan rasa sakit.
3.
Tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri / cedera sendi.
4. 4. Berikan masase yang 5. lembut. 5. Berikan obat sesuai indikasi.
Menaikkan relaksasi atau regangan otot. Menaikkan relaksasi dan sebagai terapi pengobatan.
3. Berikan klien yang posisi nyaman pada waktu tidur / duduk di kursi.
NO
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/ KRITERIA HASIL
Intoleran aktivitas b/d usia lanjut dan perubahan otot d/d tidak sanggup berjalan jauh, lebih banyak duduk.
Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
RENCANA PERAWATAN INTERVENSI 1. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan.
RASIONAL 1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
2. Menaikkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3. Dorong klien mempertahank an postur tegak, duduk tinggi, dan ©2004 Digitized by USU digital library
:
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas. 4.
Menghindari
19
berjalan. 4. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
3. Resti cedera fisik b/d penurunan fungsi tulang lansia d/d hati-hati saat berjalan, menggunakan alat bantu tongkat.
Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
5. Berikan obat – obat sesuai dengan indikasi. 1 .Kendalikan lingkungan dengan menyingkirkan bahaya yang tampak jelas seperti pencahayaan pada malam hari. 2. Membantu regimen medikasi. 3. Anjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan-lahan.
cedera kecelakaan.
5. Untuk inflamasi akut.
akibat
menekan sistemik
1. Lingkaran yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera.
2. Mengetahui tahapan pengobatan. 3. Mengurangi resiko cedera.
CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx 1
Hari / Tanggal
Implementasi
Selasa / 24 Februari 04
Pukul 15.00 WIB • Mengkaji keluhan nyeri dan catat lokasi skala nyeri. Skala nyeri = 6 • Menganjurkan klien untuk mandi air panas/hangat • Memberikan klien posisi yang nyaman pada waktu duduk di kursi • Memberikan massage yang lembut pada kaki/lutut
Evaluasi S
: Klien menyatakan bahwa kaki kanan dan masih sakit kirinya apalagi di bawa berjalan. O: Klien memijat-mijat kaki-nya - Wajah klien terlihat me-ringis - Nyeri = 6 A : Masalah belum teratasi P : R/T dilanjutkan
2
Pukul 15.15 WIB • Mempertahankan istirahat duduk jika diperlukan • Membantu bergerak dengan ©2004 Digitized by USU digital library
S : Klien menyatakan masih tidak sanggup berjalan lama O: Klien berjalan
20
3
bantuan seminimal mungkin • Mendorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan
mengguna-kan tongkat - Klien lebih banyak duduk - Klien berjalan lambat A : Masalah belum teratasi
Pukul 15.25 WIB • Mengendalikan lingkungan dengan menyarankan untuk menggunakan penyangga tempat tidur. • Menganjurkan untuk berjalan atau bangkit dari duduk dan tidur dengan perlahan-lahan
P : R/T dilanjutkan S : Klien menyatakan masih takut untuk berjalan jauh O : Klien tampak berhatihati saat berjalan, klien meng-gunakan tongkat saat berjalan A : Masalah belum teratasi P : R/T dilanjutkan
No. Dx 1
Hari / Tanggal
Implementasi
Evaluasi
Rabu / 25 Februari 04
Pukul 16.00 WIB • Menganjurkan klien untuk mandi air panas/hangat • Menganjurkan klien untuk meminum obat sesuai intruksi/indikasi • Memberikan masage yang lembut
S : Klien menyatakan kaki kanannya sakitnya sudah berkurang, tetapi kaki kirinya masih sakit. O : Klien masih memijat kaki kirinya - Wajah sedikit meringis Masalah teratasi A: sebagian
2
Pukul 16.10 WIB • Menganjurkan untuk memindahkan benda yang mengganggu saat berjalan bergerak dengan • Membantu bantuan seminimal mungkin untuk • Menyarankan mempertahankan istirahat duduk atau tirah baring jika diperlukan
3
Pukul 16.20 WIB • Menyingkirkan bahaya yang dapat menyebabkan cedera (usahakan kursi selalu berada di tempatnya jangan dipindah-pindahkan) • Mendorong klien untuk tetap latihan berjalan • Menjelaskan pada klien untuk tetap menggerakan sendi untuk meminimalkan kekakuan
©2004 Digitized by USU digital library
P : R/T dilanjutkan S : Klien menyatakan dapat berjalan tapi tidak sanggup lama-lama O : Klien masih menggunakan tongkat untuk berjalan - Klien berjalan lambat A : Masalah teratasi sebagian P : R/T dilanjutkan S : Klien menyatakan masih takut untuk berjalan O : Klien tampak berhatihati -Klien menggunakan tongkat A: Masalah teratasi sebagian P : R/T dilanjutkan
21
No. Dx 1
2
3
Hari / Tanggal Kamis / 26 Februari 04
Implementasi
Evaluasi
Pukul 11.00 WIB • Memberikan injeksi Neuropiton 1 cc • Menganjurkan minimal obat setelah makan 3x / hari • Memberikan posisi yang nyaman yaitu posisi duduk bersandar • Menganjurkan untuk memijat bagian sendi yang sakit dengan obat gosok Pukul 11.15 WIB • Menjelaskan untuk tidak berjalan di tempat yang licin • Membantu klien bangkit dari duduk saat akan pulang • Menganjurkan klien untuk banyak istirahat
S : Klien menyatakan kaki kirinya masih sakit O: Klien memijat kaki kirinya - Wajah sedikit meringis A : Masalah teratasi seba-gian
Pukul 15.30 WIB • Membantu klien bergerak dengan cara menuntunnya • Menganjurkan klien untuk mengsendinya walaupun gerakkan dalam keadaan duduk • Menganjurkan klien tetap menggunakan tongkatnya saatnya berjalan
©2004 Digitized by USU digital library
P : R/T dilanjutkan S : Klien menyatakan masih takut untuk berjalan O: Klien datang ke poliklinik bersama teman satu wis-manya A : Masalah belum teratasi P : R/T dilanjutkan S : Klien menyatakan dapat berjalan, dari tidak sang-gup berjalan jauh O : Klien berjalan lambat dan tetap menggunakan tong-kat A: Masalah teratasi sebagian P : R/T dilanjutkan
22
BAB V KESIMPULAN A.
Kesimpulan. Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah. Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
DAFTAR PUSTAKA Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta. Prince,
Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
©2004 Digitized by USU digital library
Konsep
Klinis
Proses-Proses
23