DOWNLOAD THIS PDF FILE - REKAYASA SIPIL

Download kehadiran gipsum, C3S sebagai partikel dimulai berhidrasi selama 1 jam sejak penambahan semen ke dalam air dan akan bekerja pada final sett...

0 downloads 407 Views 626KB Size
PENGARUH PENGGUNAAN AKSELERATOR MEGASET MERAH DI BAWAH DOSIS OPTIMAL TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BERBAGAI VARIASI UMUR BETON Wisnumurti, Ristinah dan Yeanette Andita Puteri Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. Mayjen Haryono 147 Malang ABSTRAK Akselerator adalah suatu jenis aditif tipe C yang bekerja dengan mempercepat waktu pengikatan dan pengerasan beton, sehingga dapat memberikan kuat tekan yang tinggi pada umur awal beton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi penggunaan bahan tambahan akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan variasi umur beton terhadap kuat tekan beton. Sering lemahnya kontrol terhadap penambahan dosis akselerator, yang dapat disebabkan karena pengadukan molen yang tidak rata ataupun karena keperluan untuk menekan biaya konstruksi, menyebabkan penambahan dosis akselerator tersebut tidak sesuai dengan dosis optimal yang ditetapkan oleh pembuat bahan aditif ini. Sehingga apabila akselerator tersebut digunakan di bawah dosis optimal, akan menyebabkan tidak tercapainya kekuatan tekan beton pada umur 7 hari yang diharapkan akan sama kekuatannya dengan umur 28 hari. Akibat tersebut akan dapat menyebabkan keruntuhan pada bagian – bagian struktur yang ada. Dari hasil analisis varian 2 arah dapat dibuktikan adanya interaksi antara penambahan akselerator terhadap silinder beton kurang dari dosis yang optimum dan umur pengujian beton yang berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Dari hasil pembahasan penelitian terdapat pengaruh penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan umur pengujian beton terhadap penurunan kuat tekan beton; pada umur pengujian 7 hari, penambahan akselerator 0,5% akan menyebabkan penurunan kuat tekan beton sebesar 25% dari kuat tekan beton normal. Kata Kunci : akselerator, kuat tekan beton, umur beton PENDAHULUAN Bahan aditif tipe akselerator ini cukup banyak diproduksi oleh pabrik – pabrik aditif dengan disertai tata cara penambahan dosis yang optimal sehingga diperoleh kuat tekan yang optimal. Penggunaan akselerator pada dosis optimal yaitu antara 2% - 5% akan memberikan pengaruh peningkatan kuat tekan beton, terutama pada umur beton awal yang berkisar antara 3 hari hingga 7 hari. Selain itu dengan penggunaan akselerator ini, pelepasan acuan beton dapat menjadi lebih awal. Namun pada kenyataannya di lapangan, karena pengadukan molen yang mungkin tidak rata ataupun karena keperluan untuk menekan biaya konstruksi, menyebabkan

penambahan dosis akselerator tersebut tidak sesuai dengan dosis optimal yang ditetapkan oleh pembuat bahan aditif ini. Sehingga apabila akselerator tersebut digunakan di bawah dosis optimal, akan menyebabkan tidak tercapainya kekuatan tekan beton pada umur 7 hari yang diharapkan akan sama kekuatannya dengan umur 28 hari. Dengan kondisi tersebut di atas, disertai dengan pelepasan acuan yang lebih awal akan mungkin dapat menyebabkan keruntuhan pada bagian – bagian struktur yang ada. Sehingga dari kenyataan di atas, mendorong peneliti untuk meneliti bahwa sejauh mana pengaruh penggunaan akselerator di bawah dosis optimal terhadap kuat tekan beton dan umur beton.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

57

TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton adalah campuran dari agregat halus dan agregat kasar ( pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain ) dengan semen yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu. Beton juga dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang sifatsifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahanbahan yang dipilih. Untuk menjamin agar beton yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang diinginkan, dianjurkan agar agregat diuji terlebih dahulu, kemudian membuat uji coba beton atau campuran beton setelah mix design dilakukan ( S. Wuryati & R. Candra, 2001 ). Beton menurut pengertian dasarnya juga dapat diartikan campuran dari dua bagian yaitu agregat dan mortar. Mortar terdiri dari semen Portland dan air yang mengikat agregat ( pasir dan kerikil / batu pecah) menjadi suatu massa seperti batuan, ketika pasta tersebut mengeras akibat dari reaksi kimia seperti semen dan air ( P. Nugraha, 1989 ). Waktu Pengikatan Dan Pengerasan Setting time mengindikasikan kesolidan atau perubahan bentuk. Awal dari perubahan bentuk adalah initial setting time, dimana merupakan penanda waktu dimana beton sudah tidak dapat dikerjakan. Sehingga proses penuangan, pemadatan pada tahap ini sangat sulit dikerjakan. Beton tidak dapat mengeras dengan tiba – tiba; beton memerlukan waktu menjadi sepenuhnya rigid atau kaku. Waktu yang diperlukan agar beton menjadi sepenuhnya rigid atau kaku disebut dengan final setting time. Pengukuran dari setting time ini dilakukan oleh Vicat Apparatus. Kegunaan daripada mengetahui setting time ini diantaranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penjadwalan konstruksi beton. Selain itu,

data test juga berguna dalam membandingkan keefektifan relatif dalam kontrol variasi bahan tambah atau admixture ( P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ). Pengikatan juga dapat diartikan sebagai perubahan bentuk dari bentuk cair menjadi bentuk padat, tetapi masih belum memiliki kekuatan. Pengikatan ini terjadi akibat reaksi hidrasi yang terjadi pada permukaan butir semen, terutama pada butir Trikalsium Aluminat, karena itu dengan menambahkan gipsum dapat memodifikasi hidrasi awal ini, sehingga mengatur waktu pengikatan. Sedangkan pengerasan / hardening adalah pada bentuk yang sudah padat yaitu pertumbuhan kekuatannya ( P. Nugraha, 1989 ). Klasifikasi akselerator Akselerator adalah bahan tambahan yang dicampurkan ke dalam beton yang berfungsi untuk mempercepat proses pengikatan dan pengerasan adukan beton. Bahan kimia yang dapat mempercepat pengerasan dalam campuran semen portland dan air yaitu klorida terlarut, karbonat, silika, fluoslika dan hidroksida serta bahan organik seperti triethanolamin. Namun yang banyak digunakan sebagai bahan pengeras beton yaitu garam CaCl2. Jenis akselerator biasanya ada 2 kelompok yaitu ( S. Wuryati & R. Candra, 2001 ): 1. Kelompok yang dapat mempersingkat waktu pengikatan awal. Kelompok ini biasanya berupa benda – benda basa yang mempengaruhi reaksi antara C3A dan gips. 2. Kelompok yang dapat mempercepat pengerasan sehingga kekuatan awal dapat meningkat. Namun ada pula kelompok yang bekerja dua – duanya, yaitu mempercepat pengikatan dan mempercepat pengerasan. Kelompok ini biasanya :

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

58

1. Asam – asam yang mempercepat larutnya kapur 2. Basa yang mempercepat larutnya silika dan alumina 3. Garam dari asam – asam dan basa – basa tadi Spesifikasi Akselerator Pilihan komposisi atau bahan kimia dari akselerator adalah ( A. M Neville, 1981 ): 1. CaCl2 atau kalsium klorida 2. Sodium klorida 3. NaCl atau natrium klorida 4. Barium Klorida Sodium Klorida mempunyai cara kerja yang sama dengan Kalsium Klorida tapi dengan intensitas yang lebih rendah. Sedangkan pada Natrium Klorida mempunyai konsekuensi terjadi penurunan umur kekuatan 7 hari dan kemudian untuk selanjutnya masih diobservasi. ( A. M Neville, 1981 ) Bahan aditif akselerator melarutkan kation (ion kalsium) dan anion dari semen. Sejak beberapa anion dilarutkan, akselerator menaikkan beberapa unsur pokok yang memiliki laju pelarutan terendah pada saat waktu hidrasi awal yaitu silika. Adanya nilai tunggal kation semen dalam larutan yaitu K+ atau Na+ mengurangi daya larut Ca2+ atau akan menaikkan daya larut dari silika dan aluminat tergantung dari konsentrasinya. Adanya nilai tunggal anion semen dalam larutan yaitu Cl-, NO3- atau SO4 2- mengurangi daya larut silika dan aluminat atau menaikkan daya larut dari ion kalsium juga tergantung dari konsentrasi larutan itu. ( P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ). Kelemahan dan Keuntungan pemakaian Accelerator Ada beberapa kelemahan dan keuntungan dari penggunaan CaCl2 yaitu ( A. M. Neville , 1981); Kelemahan dari CaCl2 adalah : 1. Daya tahan semen terhadap sulfat menurun, karena adanya larangan

penggunaan High Alumina Cement bersama –sama dengan CaCl2, dimana alumina berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap sulfat dengan menghilangkan Ca(OH)2 dalam reaksi hidrasi 2. Resiko dari reaksi antara alkali dan agregat meningkat, jika agregat bersifat reaktif, karena adanya reaksi kimia antara alkali (Na2OH dan K2O) dan silika yang terdapat pada agregat yang menyebabkan reaksi hidrasi meningkat, sehingga proses pengerasan beton yang terlalu cepat akan meningkatkan kemungkinan retak dan susut pada beton. 3. Jika nomor 2 di atas dikontrol dengan penggunaan low alkali cement dan penambahan pozzolan, maka pengaruh CaCl2 sangat kecil 4. CaCl2 meningkatkan retak dan susut sebesar kurang lebih 10% – 15%, karena meningkatkan temperatur seiring dengan peningkatan panas yang terjadi pada proses hidrasi semen di dalam campuran beton. Sedangkan keuntungan dari CaCl2 adalah : 1. CaCl2 dapat meningkatkan daya tahan beton terhadap erosi dan abrasi dan ketentuan ini berlaku bagi semua umur beton. 2. Ketika beton dalam perawatan uap, CaCl2 meningkatkan kekuatan dari beton dan mengijinkan penggunaan suhu tinggi yang terus meningkat selama waktu perawatan. 3. Peningkatan yang kecil terhadap workability dari beton basah. 4. Mengurangi bleeding. Umur beton Kuat desak beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton. Kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain fas dan suhu perawatan, semakin tinggi fas semakin lambat kenaikan kekuatan betonnya, dan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

59

semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan betonnya. Pada Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971) disebutkan perbandingan

kekuatan tekan beton pada berbagai umur beton, seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur beton Umur beton 3 7 14 21 28 90 (hari) Semen Portland biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 Semen Portland dg kekuatan awal 0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 tinggi Sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971 Kuat tekan beton Kuat tekan beton yang disyaratkan f’c adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan MegaPascal (Mpa). Kekuatan tekan beton dipengaruhi beberapa faktor: 1. Faktor air semen 2. Susunan dan gradasi agregat 3. Jenis dan mutu semen 4. Mutu bahan batuan 5. Pelaksanaan pembuatan beton 6. Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton untuk mencapai kekuatan yang diinginkan. Mekanisme Cara Kerja Akselerator Komposisi dari Semen Portland terdiri dari produk – produk yang tidak seimbang dengan menghasilkan reaksi dengan temperature tinggi dan energi yang tinggi. Ketika semen berhidrasi, reaksi dari produk + air akan menghasilkan tingkat energi yang stabil dan untuk mencapainya terdapat sejumlah pembebasan energi dalam bentuk panas. Sejumlah besar pembebasan panas dan tingkat pembebasan panas dapat mengindikasikan kereaktifannya. Data dari panas hidrasi dapat digunakan untuk menentukan karakteristik setting time dan hardening dan dapat digunakan untuk

365 1.35 1.2

mengukur tingkat suhu. ( P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ). Alumina dikenal melakukan hidrasi terlebih dahulu daripada silika. Hidrasi pada Alumina yaitu reaksi yang terjadi antara C3A dengan air sangat cepat. Kristal hidrat seperti C3AH6, C4AH19, dan C2AH8, dibentuk dengan sangat cepat, dengan pembebasan panas dalam jumlah besar terjadi pada hidrasi tersebut dengan dikontrol oleh gipsum. Ettringite adalah yang pertama berhidrasi menjadi kristal karena kadar sulfat yang tinggi dalam pelarutan selama 1 jam pertama proses hidrasi.Pada kondisi normal penundaan yang dilakukan oleh 5% - 6% gipsum, maka percepatan yang dilakukan oleh Ettringite meliputi stiffening, setting dan pada awal hardening. Selanjutnya setelah penghabisan dari sulfat pada pelarutan, pada waktu konsentrasi pada Alumina bertambah disebabkan karena pembaruan hidrasi dari C3A dan C4AF, Ettringite menjadi tidak stabil dan biasanya akan berubah menjadi Monosulfat, dimana merupakan produk akhir dari hidrasi Alumina. ( P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ). Pada hidrasi Silika yaitu C3S dan C2S pada semen Portland menghasilkan Kalsium Silikat Hidrat ( CSH ) dan Kalsium Hidroksida ( CA(OH)2 ). Dari sifat materialnya bentuk CSH ini sangat buruk untuk menjadi kristal dan membentuk semacam lubang pada bentuk gel keras. Gel ini dapat disebut

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

60

sebagai Tobermorite Gel. C3S berhidrasi terlebih dahulu daripada C2S. Dengan kehadiran gipsum, C3S sebagai partikel dimulai berhidrasi selama 1 jam sejak penambahan semen ke dalam air dan akan bekerja pada final setting time dan hardening dari pasta semen. Reaksi daripada C2S dan C3S akan dipercepat dengan kehadiran sulfat pada pelarutan. Reaksi pada hidrasi C3S ini berlangsung cepat pada beberapa minggu / proses hardening. Proses perkembangan mengisi rongga dalam pasta dengan hasil produk hidrasi akan menurunkan porositas dan permeabilitas dan meningkatkan kekuatan beton. ( P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ). Berdasarkan reaksi hidrasi di atas, maka fenomena daripada stiffening, setting dan hardening adalah berdasarkan perkembangan dari pembentukkan kristal pada produk hidrasi. Sehingga berdasarkan alasan tersebut , maka dapat diasumsikan dengan menambahkan larutan kimia tertentu pada sistem hidrasi,maka satu dari larutan tersebut akan dapat mempengaruhi tingkat kecepatan pengionisasian dari komposisi semen yang ada dan tingkat kecepatan pembentukan kristal dari produk hidrasi, sehingga mempengaruhi karakteristik dari setting dan hardening dari pasta semen. ( P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 ). Berdasarkan pada P. Nugraha, bahan yang paling efektif untuk Akselerator adalah Kalsium Klorida .Garam – garam anorganik yang dapat larut seperti Klorida, Bromida, Fluorida, Karbonat, Nitrat, Thiosulfat, Silikat, Aluminat, Alkali Hidroksida. Susunan organik yang dapat larut seperti Triethanolamine, Kalsium format, Kalsium acetat, dan bahan yang sejenis. Berdasarkan pada A. Joisel, untuk memahami mekanisme daripada Akselerator adalah dengan pertama kali mempertimbangkan bahwa komposisi semen Portland yang terdiri dari sejumlah

anions ( Silikat dan Aluminat ) dan sejumlah kations ( Kalsium ), tingkat kelarutannya tergantung pada tipe dan konsentrasi kehadiran ion asam dan basa dalam pelarutan. Sehingga berdasarkan Joisel dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bahan tambah Akselerator membantu kelarutan dari Kation ( ion Kalsium ) dan anion dari semen. Sejak beberapa anion larut, Akselerator akan membantu kelarutan dari konstituent yang memiliki daya larut yang paling rendah pada periode awal dari hidrasi ( ion silikat ). 2. Kehadiran dari kation tunggal pada pelarutan ( K+, Ca2+ atau Na+ ) akan menaikkan daya larut daripada ion Silikat dan Alumina. 3. Kehadiran anion tunggal ( Cl-, NO-3, SO42-) akan menaikkan daya larut daripada ion Kalsium. Dari uraian di atas, bahan tambah Akselerator hanya sebagai katalisator dengan mempercepat waktu hidrasi saja tanpa meningkatkan kuat tekan beton. Pada setting time, Kalsium klorida akan membantu mempercepat daya larut ion Kalsium dan Alumina. Sedangkan pada hardening atau peningkatan kekuatan beton , Kalsium Klorida akan membantu mempercepat ion Silika. Pengaruh Penggunaan Akselerator Terhadap Kuat Tekan Beton Dan Umur Beton. Akselerator jenis Kalsium Klorida dapat meningkatkan kuat tekan beton pada umur beton awal dengan sangat cepat. Misalnya dengan penggunaan 2% Kalsium Klorida, dapat meningkatkan kuat tekan beton hingga 170% pada umur beton 1 hari. Sedangkan pada umur beton 7 hari terjadi peningkatan kuat tekan beton sebesar 30%. Dan pada umur 28 hari terjadi peningkatan kuat tekan beton sebesar 10%. ( Jai Krishna & O. P. Jain, 1980 ) Kalsium Klorida ( CaCl2 ) biasanya ditambahkan dengan Rapid

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

61

Hardening Portland Cement, Cement dimana biasanya peningkatan kekuatan dapat mencapai 7 MPa dalam 1 hari. Hal ini jika dibandingkan dengan campuran CaCl2 dengan Ordinary Portland Cement ( tipe 1) peningkatan kekuatan 7 Mpa dapat dicapai dalam waktu 3 – 7 hari. ( A. M. Neville,1981 ). Tetapi kelemahan

CaCl2 jika digunakan bersama – sama dengan Rapid Hardening Cement adalah pada waktu umur 28 hari, kekuatan yang dimiliki sama dengan jika tidak menggunakan CaCl2. Berbeda dengan Ordinary Portland Cement tetap terdapat peningkatan kekuatan kuatan pada umur 28 hari (Gbr. 1.). ). ( A. M. Neville, 1981 )

Gambar 1. Pengaruh penggunaan akselerator dengan dosis 2% terhadap kuat tekan beton dan umur beton untuk berbagai tipe semen ( sumber : A. M. Neville, Neville 1981 ) Sedangkan dari hasil laporan uji kokoh tekan hancur beton yang diuji pada laboratorium UK Petra, disebutkan bahwa penggunaan akselerator Megaset Merah 5% dengan pengujian pada umur beton 7 hari akan meningkatkan kuat

tekan beton sebesar 74,830 kg/cm2, dimana beton dengan engan penggunaan Megaset Merah 5% kuat tekannya mencapai 367.350 kg/cm2 dibandingkan terhadap beton normal yang mencapai kuat tekan 292,520 kg/cm2 ( Gbr.2. ) .

Gambar 2.. Pengaruh penggunaan akselerator dengan dosis 5% terhadap kuat tekan beton dan umur beton ( sumber : Hasil Penelitian Laboratorium Beton Dan Konstruksi UK Petra, 2004 ). Cara kerja untuk CaCl2 sendiri mengacu kepada kecepatan setting time, tetapi pemberian CaCl2 yang berlebihan

menyebabkan Flash Set. Set Karakteristik CaCl2 yang mempercepat setting time diberikan pada Gbr.3. Misalnya

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

62

berdasarkan referensi V.S Ramachandran, penambahan 2% CaCl2 dapat mempercepat initial setting time sebesar 120 menit, dimana pada initial setting time normal ormal lamanya 180 menit akan menjadi 58 menit. Sedangkan pada

final setting time dapat dipercepat hingga 260 menit, dimana pada final setting normal lamanya dapat mencapai 360 menit dapat dipercepat menjadi 100 menit. (P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993 )

Gambar 3. Pengaruh Penggunaan Kalsium Klorida pada setting time ( Sumber : P. Kumar M. dan P. J. M. Monteiro, 1993). Hipotesis Penelitian Diduga dengan adanya interaksi antara penambahan akselerator terhadap silinder

beton kurang dari dosis yang optimum dan umur pengujian beton akan berpengaruh terhadap kuat tekan beton.

METODOLOGI Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji kuat tekan beton pada hari ke 3,7,14,28 dan 32 dengan berbagai prosentase penambahan zat aditif akselerator di bawah dosis optimum. Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut:

-

Perbandingan campuran menggunakan mix desain Ukuran agregat maksimum 20 mm Jumlah benda uji untuk setiap variasi adalah 3 buah Menggunakan variasi 2 arah

Tabel 2. Rancangan Benda uji Silinder 15 / 30 Prosentase Bahan Aditif ( % ) Umur ( hari ) 3 7 14 28 32

0

0.5

1

1.5

3.5

3 3 3 3 3

3 3 3 3 3

3 3 3 3 3

3 3 3 3 3

3 3 3 3 3

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

63

Variabel Penelitian Variabel bebas adalah variabel yang bebas ditentukan oleh peneliti, mengikuti aturan yang sering digunakan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembacaan data pada umur beton tertentu dan prosentase

penambahan aditif akselerator di bawah dosis optimum. Variabel tak bebas adalah variabel yang nilainya tergantung dari variabel bebas. Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah kuat tekan beton.

PEMBAHASAN Pengujian Beton Keras Untuk pengujian beton keras dibuat benda uji berupa silinder yang berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Setelah mencapai umur yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu pada umur 3, 7, 14, 28, dan 32 hari, dan dengan variabel penambahan Akselerator di bawah dosis optimum yang telah ditentukan dalam

Metodologi Penelitian, benda uji tersebut dites dengan menggunakan alat yang disebut Universal Testing Machine ( UTM ). Selanjutnya pengujian kuat tekan dengan alat UTM ini dilakukan dengan meletakkan benda uji berdiri tegak lurus dan memberi tekanan sampai benda uji tersebut hancur. Adapun hasil pengujian kuat tekan ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 3. Gaya Tekan Hancur Beton ( KN ) Prosentase Penambahan Akselerator Di Bawah Dosis Optimum (%) Umur Beton 0 0,5 % 0.01 1,5 % 3,5 % 262 174 232 273 376 200 190 210 220 316 3 240 180 185 263 362 234 181.333 209 252 351.333 Rata - rata 298 195 286 320 400 305 260 311 314 394 7 235 174 266 316 366 279.333 209.667 287.667 316.667 386.667 Rata - rata 349 303 264 298 428 275 310 283 320 413 14 310 323 323 382 360 311.333 312 290 333.333 400.333 Rata - rata 400 330 391 372 451 398 324 345 385 397 28 371 313 350 380 457 389.667 322.328 362 379 435 Rata - rata 408 330 403 423 492 367 395 363 436 420 32 396 400 376 434 415 390.333 375 380.667 431 442.333 Rata - rata Sumber : Hasil Penelitian JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

51

Dari hasil pengujian di atas selanjutnya dicari kuat tekan hancur beton dengan rumus : P f’c = A

dengan : f’c = Tegangan hancur beton ( MPa ) P = Gaya Tekan ( KN ) A = Luas Silinder ( mm2 )

Tabel 4. Kuat Tekan Hancur Beton ( MPa ) Prosentase Penambahan Akselerator Di Bawah Dosis Optimum (%) Umur Beton 0 0,5 % 0.01 1,5 % 3,5 % 14.83 9.85 13.13 15.45 21.28 11.32 10.75 11.88 12.45 17.88 3 13.58 10.19 10.47 14.88 20.48 13.24 10.26 11.83 14.26 19.88 Rata - rata 16.86 11.03 16.18 18.11 22.64 17.26 14.71 17.60 17.77 22.30 7 13.30 9.85 15.05 17.88 20.71 15.81 11.86 16.28 17.92 21.88 Rata - rata 19.75 17.15 14.94 16.86 24.22 15.56 17.54 16.01 18.11 23.37 14 17.54 18.28 18.28 21.62 20.37 17.62 17.66 16.41 18.86 22.65 Rata - rata 22.64 18.67 22.13 21.05 25.52 22.52 18.33 19.52 21.79 22.47 28 20.99 17.71 19.81 21.50 25.86 22.05 18.24 20.48 21.45 24.62 Rata - rata 23.09 18.67 22.81 23.94 27.84 20.77 22.35 20.54 24.67 23.77 32 22.41 22.64 21.28 24.56 23.48 22.09 21.22 21.54 24.39 25.03 Rata - rata Sumber : Hasil Penelitian dan Perhitungan Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan Hubungan Pengaruh Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah Di Bawah Dosis Optimum Dan Variasi Umur Pengujian Beton Terhadap Kuat Tekan Beton. Tabel 5. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Regression Statistics Korelasi R 0.975 R Square 0.951 Adjusted R Square 0.916 Standard Error 1.260 Observations 20 Probabilitas 3.762E-06 Sumber : Hasil Perhitungan JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

65

Berdasarkan pada tabel 5., dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Untuk pengaruh variabel prosentase penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan variabel umur pengujian beton terhadap nilai kuat tekan beton, nilai koefisien korelasi adalah sebesar 0,975. Sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara variabel prosentase penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan variabel umur pengujian beton terhadap nilai kuat tekan beton. 2. Untuk pengaruh variabel prosentase penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan variabel umur pengujian beton

terhadap nilai kuat tekan beton, nilai koefisien determinasi disesuaikan adalah sebesar 0,916. Sehingga dapat diartikan bahwa sebesar 91% perubahan nilai kuat tekan beton dapat dijelaskan oleh variabel prosentase penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan variabel umur pengujian beton. 3. Dengan nilai probabilitas sebesar 3,7E-06 dimana kurang dari 0,05; maka variabel prosentase penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimum dan variabel umur pengujian beton signifikan dalam memprediksi perubahan pada kuat tekan beton.

25.00

20.00

20.00-25.00

15.00

15.00-20.00

Kuat Tekan ( MPa )

10.00-15.00 5.00-10.00 0.00-5.00

10.00

5.00

32 28 14

0.00 0.5

7 1

Penambahan akselerator (%)

1.5

3

Umur Pengujian ( Hari )

3.5

Gambar 4. Hubungan Regresi Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah Di Bawah Dosis Optimum Dan Variasi Umur Pengujian Beton Terhadap Kuat Tekan Beton.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

66

Pembahasan Pengaruh Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah Di Bawah Dosis Optimum Terhadap Penurunan Kuat Tekan Beton Dengan Masing – Masing Umur Pengujian Beton. Dalam perhitungan analisis Regresi satu arah dengan model persamaan polinomial berderajat dua, didapatkan hasil sebagai berikut: : 30

y = 5.0467x 2 - 6.9233x + 23.42

25

y = -2.58x 2 + 8.37x + 14.697

3

Kuat Tekan Beton

20

7 14 28

y = -5.54x 2 + 17.137x + 4.68

32

15

Poly. (3) Poly. (7) y=

1.74x 2

+ 0.5167x + 9.57

Poly. (28)

10

Poly. (32)

5

0 0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

% Penambahan Di bawah Optimal

Gambar 5. Hubungan Regresi Variasi Prosentase Penambahan Akselerator Megaset Merah Di Bawah Dosis Optimum Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Masing – Masing Variasi Umur Pengujian Beton.

Tabel 6. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 3 Hari Regression Statistics Korelasi R 0.854 R Square 0.729 Adjusted R Square 0.639 Standard Error 1.227 Observations 9 Probabilitas 0.02 Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 7. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 7 Hari Regression Statistics Korelasi R 0.886 R Square 0.784 Adjusted R Square 0.713 Standard Error 1.642 Observations 9 Probabilitas 0.01 Sumber : Hasil Perhitungan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

67

Tabel 8. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 28 Hari Regression Statistics Korelasi R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations Probabilitas

0.878 0.771 0.694 0.899 9 0.012

Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 9. Hasil Analisa Regresi Untuk Nilai Kuat Tekan Beton Pada Umur 32 Hari Regression Statistics Korelasi R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations Probabilitas

0.767 0.588 0.451 1.460 9 0.048

Sumber : Hasil Perhitungan Dari gambar di atas didapat sejumlah penurunan kuat tekan beton dengan penambahan akselerator di bawah dosis optimum terhadap kuat tekan beton tanpa penambahan akselerator. Adapun hasil penurunan kuat tekan beton di bawah dosis optimum adalah sebagai berikut : 1. Pada umur pengujian 3 hari, penurunan kuat tekan beton terjadi pada dosis 0,5% yaitu sebesar 22,5% dan dosis 1% yaitu sebesar 10,65%. 2. Pada umur pengujian 7 hari, penurunan kuat tekan beton terjadi pada dosis 0,5% yaitu sebesar 25% dan dosis 1% yaitu sebesar 3%. 3. Pada umur pengujian 28 hari, penurunan kuat tekan beton terjadi pada dosis 0,5% yaitu sebesar

17,28% ; dosis 1% yaitu sebesar 7,12%; dan pada dosis 1,5% yaitu sebesar 2,72%. 4. Pada umur pengujian 32 hari, penurunan kuat tekan beton terjadi pada dosis 0,5% yaitu sebesar 4% dan dosis 1% yaitu sebesar 2,5%. Namun pada kenyataannya, pada grafik yang menghubungkan antara umur pengujian beton terhadap kuat tekan beton mempunyai kecenderungan bahwa semakin lama umur pengujian beton maka nilai kuat tekan beton akan naik dan mendekati nilai tertentu yang konstan. Sehingga hendaknya dicoba pendekatan untuk menggunakan persamaan – persamaan selain persamaan regresi kuadrat di atas yang sesuai dengan logika pada kenyataannya.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, seperti yang diuraikan pada bab di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penambahan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimal dan umur pengujian beton

terhadap penurunan kuat tekan beton. Bahwa penggunaan Akselerator Megaset Merah di bawah dosis optimal tidak bisa dijadikan acuan bahwa pada umur 7 hari akan memperoleh kekuatan tekan yang akan sebanding.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

68

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang sebagai tempat

pelaksanaan penelitian serta semua pihak atas dukungan dan partisipasinya selama penelitian

DAFTAR PUSTAKA Anonim.1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971. Jakarta : Ditjen Cipta Karya. Anonim. 1989. Standart Nasional Indonesia ( SK SNI M-08-1989 ) Pengujian Gradasi Untuk Agregat. Boediono Dan Wayan K. 2001. Teori dan Aplikasi Statistika Dan Probabilitas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Kushartomo, Widodo. 1999. “ Hidrasi Kimia Pada Semen Portland, “ Jurnal Teknik Sipil Universitas Tarumanegara. No. 1, Tahun V. Maret, 1999. Krishna, Jai And O.P. Jain. 1980. Plain And Reinforced Concrete Vol. I. India : Roorkee Press. Megamix Beton Indonesia. Brosur Tentang Accelerator Megaset Merah. Mehta, P. Kumar And P. J. M Monteiro. 1993. CONCRETE : Structure,

Properties And Materials. New Jersey : Prentice Hall. Neville, A. M. 1981. Properties Of Concrete. London : Pittman Publishing Ltd. Nugraha, P. 1989. Teknologi Beton : dengan antisipasi terhadap Pedoman Beton 1989. Surabaya : Universitas Kristen Petra. PT. Semen Gresik Persero (Tbk). Brosur Tentang Semen Portland Samekto, Wuryati Dan Candra R. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : Kanisius. Spiegel. R, Murray.1972. SCHAUM’S OUTLINE SERIES : Theory And Problems Of Statistics ( S1 Metric Edition ), London : McGraw – Hill Book Company. Tjokrodimulyo K. 1995. Buku Ajar Bahan Bangunan. Yogyakarta : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658

69