Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA Ns. Edy Mulyadi, M.Kep1 1 Dosen STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ABSTRAK Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Selain itu, dukungan keluarga yang kuat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga akan merasa disayangi, diperhatikan, merasa berharga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan agar dapat mengurangi stress dan berbagi beban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit umum Daerah Langsa. Metode penelitian ini adalah kuantitatif bersifat analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, teknik pengambilan sampel dengan cara Total Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 72 responden. Hasil penelitian terhadap 72 responden mayoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 40 responden (55,6%) dan minoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori tinggi sebanyak 13 responden (18,1%), hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan nilai p-value (Pearson Chi-Square) 0,000 (p<0,05). Peneliti menyarankan kepada perawat pelaksana di Ruang Hemodialisa RSUD Kota Langsa agar meningkatkan wawasan dan sebagai bahan masukan bagi perawat untuk melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan yang mendukung kualitas hidup pasien terutama segi sosial dan psikologis. Kata Kunci
: Kualitas Hidup + Gagal Ginjal Kronik + Hemodialisa
PENDAHULUAN Menurut WHO jumlah penderita gagal ginjal 500 juta penduduk mengalami gagal ginjal kronis dan sekitar 1,5 juta penduduk mengalami terapi hemodilisa sepanjang hidupnya. Berdasarkan data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFI) diperkirakan pada tahun 2014 hingga 2019, pasien gagal ginjal diperkirakan mencapai 100 ribu orang. ISSN : 2460-4356
Terdata pada tahun 2012, sebesar 78% pasien gagal ginjal mendapat terapi hemodialisa. Menurut data Riskesdas (2013) prevalensi gagal ginjal di Aceh sebesar 0,5 %. Ginjal merupakan salah satu organ penting didalam tubuh kita, dengan fungsi utama untuk menyaring (filtrasi) dan mengelurkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam darah melalui urine. Selain itu ginjal 57
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… juga berperan dalam mengatur keasaman darah dan keseimbangan ion yang sangat penting agar berbagai fungsi dalam tubuh dapat berjalan normal. Pada keadaan gagal ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara gradual dan permanen, sehingga ginjal mengalami gangguan dalam mengeliminasi zat-zat sisa hasil metabolisme (Sundara, 2013). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal tahap akhir (Sukandar, 2006). Pasien dengan gagal ginjal kronik memerlukan terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai ke tahun, salah satu terapi tersebut adalah dengan cara hemodialisa. Hemodialisa (HD) adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dyalisis waktu singkat ( Nurs, 2006 dalam Nuliss, 2013). Hemodialisis merupakan salah satu tindakan pada manajemen pasien gagal ginjal (Sukandar, 2006). Tindakan ini dilakukan pada penderita gagal ginjal akut (GGA), acute on chronic renal failure, intoksikasi obat atau bahan kimia (dialyzable drugs) dan penyakit ginjal kronik tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Frekuensi tindakan hemodialisa bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata penderita menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Brunner dan Suddath, 2002 dalam Supriadi, dkk, 2010). Dengan waktu yang begitu panjang umumnya akan menimbulkan stress fisik, pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun (Gallieni et al, 2008, dalam Supriyadi, dkk, 2010). Terapi hemodialisa juga akan ISSN : 2460-4356
mempengaruhi keadaan psikologis pasien, pasien akan mengalami gangguan proses berfikir dan konsentrasi serta gangguan dalam hubungan sosial. Semua hal tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/ intervensi atau terapi. Menurut Land (2012) kualitas hidup pasien yang bisa dilakukan dalam bidang medis adalah evalusi yang dilakukan terhadap status kesehatan yang berhubungan dengan umur pasien, harapan-harapan, serta kemampuan fisik dan mental. Permasalahan psikologis yang dialami pasien yang baru menjalani hemodialisis sebenarnya sudah ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik. Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustrasi juga turut berperan dalam reaksi emosional pasien. Penyakit GGK membuat pasien merasa tidak berdaya, menyadari akan terjadinya kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali dan merasa hidupnya tidak berarti lagi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup pada pasien (Mariyanti, 2013). Kualitas hidup menurut WHO (2004) adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dan standar hidup, harapan kesenangan, dan perhatian mereka. Kualitas hidup adalah kondisi dimana kendati pasien menderita penyakit tetapi tetap dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosio maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan dirinya maupun orang lain. Hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Selain itu, dukungan 58
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… keluarga yang kuat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga akan merasa disayangi, diperhatikan, merasa berharga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan agar dapat mengurangi stress dan berbagi beban (Bondan, 2006 dalam Parwanti, dkk, 2014). Dukungan keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas hidup seseorang. Pasien hemodialisa yang mendapat dukungan keluarga seperti menemani pasien ketika menjalani terapi hemodialisa dan turut serta mendukung kesehatan dengan membantu pasien GGK mentaati diet dan aturan lain mempunyai kualitas hidup lebih baik. Hal ini di kemukakan oleh Zurmeli, dkk (2015) yang melakukan penelitian terhadap 105 pasien hemodialisa di RS Arifin Achmad Pekanbaru mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup, memperoleh hasil bahwa sebesar 64,2% (34 orang) yang dukungan keluarganya positif memiliki kualitas hidup yang baik dan 35,8% (19 orang) yang memiliki kualitas hidup kurang baik. Sedangkan pada dukungan keluarga negatif terdapat 32,7% (17 orang) memiliki kualitas hidup baik dan 67,3% (35 orang) memiliki kualitas hidup kurang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai ρ value = 0,002 < α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialysis. Jumlah pasien gagal ginjal terminal yang diawali diabetes sebagai pemicu awal terbanyak diketahui sejumlah 153 penderita persatu juta populasi diikuti hipertensi sebanyak 99 penderita persatu juta populasi sedangkan sisanya tercatat disebabkan glomerulonephritis sebanyak 23,7 penderita per satu juta populasi. Menurut Pernefri (2014) prevalensi penderita gagal ginjal kronik di Indonesia di perkirakan 0,2% dan yang melakukan ISSN : 2460-4356
terapi hemodialisis dengan tahun 2013 berdasarkan laporan dari 244 unit renal yang ada dari 11 Provinsi diketahui terdapat 9.161 orang pasien hemodialisa aktif dan 19.621 pasien baru yang menjalankan terapi hemodialisis. Penyebab gagal ginjal kronik di Indonesia lebih tinggi disebabkan oleh penyakit hipertensi yaitu 34% dibandingkan oleh diabetes (nefropati diabetika) yaitu sebesar 14%. Prevalensi gagal ginjal kronik di provinsi Aceh menurut Riset Kesehatan dasar 2013 diketahui sebesar 0,4% namun jumlah yang melakukan hemodialisa tidak diketahui dengan pasti (Balitbang Kemenkes RI, 2014). Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada bulan Januari sampai Desember tahun 2015 berjumlah 6.760 tindakan hemodialisa dan sebanyak 72 pasien reguler yang menjalani terapi hemodialisa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan terhadap 10 orang mengenai kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisa ditemukan bahwa sebanyak 2 (20%) pasien memiliki kualitas hidup tinggi, 6 (60%) pasien memiliki kualitas hidup sedang dan 2 (20%) pasien memiliki kualitas hidup rendah, sedangkan pada aspek dukungan keluarga diperoleh 6 orang (60%) pasien mengatakan mendapat dukungan keluarga karena merupakan tanggung jawab keluarga untuk mendampingi pasien menjalani hemodialisa, 1 orang (10%) mengatakan tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk menjalani terapi hemodialisa yang merupakan rutinitas yang membosankan, dan 3 orang (30%) mengatakan antara mendukung dan tidak karena rutinitas anggota keluarga. Berdasarkan uraian dari fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. . 59
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik yang mana penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, serta terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional study yaitu rancangan yang bertujuan mencari hubungan antar variabel, dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat yang bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit (Arikunto, 2010). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Populasi adalah keseluruhan sunyek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo dalam setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Langsa saat penelitian berlangsung yaitu sebanyak 72 orang. Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa maka jumlah sampel 72 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat 1.1. Kualitas Hidup Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa No Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (f) (%) 1 Tinggi 13 18,1 2 Cukup 40 55,6 3 Rendah 19 26,4 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat minoritas memiliki kualitas hidup dengan bahwa dari 72 responden mayoritas kategori tinggi sebanyak 13 responden memiliki kualitas hidup dengan kategori (18,1%). cukup sebanyak 40 responden (55,6%) dan 1.2. Dukungan Keluarga Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Tentang Diet Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (f) (%) 1 Positif 42 58,3 2 Negatif 30 41,7 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat memiliki dukungan keluarga positif bahwa dari 72 responden mayoritas sebanyak 42 responden (58,3%). ISSN : 2460-4356
60
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga…
2. Analisa Bivariat
Tabel 3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Kualitas Hidup Jumlah Dukungan PNo Tinggi Cukup Rendah Keluarga Value F % F % F % 1 Positif 13 30.9 26 61,9 3 7,2 42 100 0,000 2 Negatif 0 0 14 46,7 16 53,3 30 100 13 40 19 72 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 42 responden yang mendapatkan dukungan keluarga positif mayoritas memiliki kualitas hidup cukup sebanyak 26 responden (61,9%), sedangkan dari 30 responden yang mendapatkan dukungan keluarga negatif mayoritas memiliki kualitas hidup rendah sebanyak 16 responden (53,3%). Hasil uji statistic Chi– Square menggunakan uji Pearson ChiSquare pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 40 responden (55,6%) dan minoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori tinggi sebanyak 13 responden (18,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desitasari (2012), tentang hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki ISSN : 2460-4356
kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 27 responden (75,0%). Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/ intervensi atau terapi. Menurut Land (2012) kualitas hidup pasien yang bisa dilakukan dalam bidang medis adalah evalusi yang dilakukan terhadap status kesehatan yang berhubungan dengan umur pasien, harapan-harapan, serta kemampuan fisik dan mental. Permasalahan psikologis yang dialami pasien yang baru menjalani hemodialisis sebenarnya sudah ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik. Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustrasi juga turut berperan dalam reaksi emosional pasien. Penyakit GGK membuat pasien merasa tidak berdaya, menyadari akan terjadinya kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali dan merasa hidupnya tidak berarti lagi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup pada pasien (Mariyanti, 2013). Kualitas hidup menurut WHO (2004) adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dan standar hidup, harapan kesenangan, dan perhatian mereka. Kualitas hidup adalah kondisi dimana kendati pasien menderita penyakit tetapi tetap dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosio maupun spiritual serta secara optimal 61
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan dirinya maupun orang lain. Hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dari keluarga. Asumsi peneliti adalah bahwa sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan terapi hemodialisa memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup dikarenakan tingkat keparahan penyakit gagal ginjal kronik yang mengakibatkan pasien ketergantungan terhadap terapi hemodialisa sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kuliatas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan hasil penelitian dari 42 responden yang mendapatkan dukungan keluarga positif mayoritas memiliki kualitas hidup cukup sebanyak 26 responden (61,9%), sedangkan dari 30 responden yang mendapatkan dukungan keluarga negatif mayoritas memiliki kualitas hidup rendah sebanyak 16 responden (53,3%). Hasil uji statistic Chi– Square menggunakan uji Pearson ChiSquare pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desitasari (2012), tentang hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa dengan p-value 0,012. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zurmeli, dkk (2015) yang melakukan penelitian terhadap 105 pasien hemodialisa di RS ISSN : 2460-4356
Arifin Achmad Pekanbaru mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup. Hasil uji statistik didapatkan nilai ρ value = 0,002<α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment baik pada keluarga (Ingela, 2009). Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Selain itu, dukungan keluarga yang kuat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga akan merasa disayangi, diperhatikan, merasa berharga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan agar dapat mengurangi stress dan berbagi beban (Bondan, 2006 dalam Parwanti, dkk, 2014). Peneliti mengasumsikan bahwa pasien yang mendapatkan dukungan keluarga akan lebih mudah untuk menerima kondisi fisik dan penyakit yang diderita pasien dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan dukungan keluarga oleh karena itu pasien yang mendapatkan dukungan keluarga positif cenderung memiliki kualitas hidup tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Ingela (2009) yang mengatakan bahwa dukungan keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas hidup seseorang. Pasien hemodialisa yang mendapat dukungan keluarga seperti menemani pasien ketika menjalani terapi hemodialisa dan turut serta mendukung kesehatan dengan 62
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… membantu pasien GGK mentaati diet dan aturan lain mempunyai kualitas hidup lebih baik, hal ini juga disebabkan karena kualitas hidup adalah kondisi dimana kendati pasien menderita penyakit tetapi tetap dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosio maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan dirinya maupun orang lain yang dapat diwujudkan melalui dukungan dari keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian responden yang mendapatkan dukungan keluarga namun memiliki kualitas hidup yang rendah hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan keluarga belum efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.. KESIMPULAN Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan nilai p-value (Pearson Chi-Square) 0,000 (p<0,05). SARAN Agar meningkatkan wawasan dan sebagai bahan masukan bagi perawat untuk melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan yang mendukung untuk meningkatkan kualitas hidup pasien terutama segi sosial dan psikologis, serta diharapkan kepada bidang keperawatan untuk menentukan standar operasional prosedur (SOP) teknik memberikan keperawatan bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.. Agar meningkatkan informasi tambahan yang akan menambah wawasan bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan membuat pelatihan atau work shop tentang asuhan keperawatan bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. DAFTAR PUSTAKA Butar-Butar Aguswina, Siregar Cholina Trisa, 2013. Karakteristik Pasien Dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani ISSN : 2460-4356
Terapi Hemodialisa.http://agusnaldys86.bl ogspot.co.id. Akses Tanggal 05 April 2016 Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta. Desitasari, 2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Mengalami Hemodialisa di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Nekada Cornelia Dede Yoshima. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Hemodialisa di RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten. NERS,
Hemodilisa. http://b11nk.wordpress.com. Akses Tanggal 05 April 2016
Nursaelah. 2012. Konsep Dukungan Keluarga. http://nursaelah.blogspot.co.id. Akses Tanggal 05 April 2016. Parwanti, dkk. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Opac.say.ac.id. Akses Tanggal 04 April 2016. Pendidikan Kesehatan, 2015. Gagal Ginjal Kronik. http://pendidikankesehataninfo.blo gspot.co.id. Akses Tanggal 5 April 2016. Setiadi, 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Supriyadi, dkk. 2011. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik 63
Edy Mulyadi, Hubungan Dukungan Keluarga… Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://journal.unnes.ac.id/index.php /kemas. Akses Tanggal 04 April 2016. Sukandar Enday, 2006. Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin : Bandung. Team Pengajar Pelatihan Teknik Dialisis. 2012. Program Pelatihan Teknik Dialisis. RS. Khusus Ginjal Ny. RA. Habibie : Bandung.
ISSN : 2460-4356
Watton-Nuliss, 2013. Pengertian, Indikasi, Proses Tentang Hemodialisa. http://waton-nuliss.blogspot.co.id. Wikipedia Bahasa Indonesia. Gagal Ginjal Kronik. http://id.wikipedia.org. Akses Tanggal 05 April 2015. Zurmeli, dkk, 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru.
64