EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUNGA TELANG (CLITORIA TERNATEA L.)

Download Abstrak. Latar belakang: Bunga telang bermanfaat memperlambat penuaan, menghambat penyakit neurologis, inflamasi, diabetes, dan infeksi bak...

0 downloads 379 Views 496KB Size
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) DAN KOMBINASI DENGAN INFUSA DAUN ILER (Coleus atropurpureus L. Benth) DOSIS 140 MG/KGBB PADA UDEMA TELAPAK KAKI MENCIT BETINA TERINDUKSI KARAGENIN

Ipang Djunarko*, Devi Yanthre S. Manurung, dan Novita Sagala Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta *Corresponding author email: [email protected] Abstrak Latar belakang: Bunga telang bermanfaat memperlambat penuaan, menghambat penyakit neurologis, inflamasi, diabetes, dan infeksi bakteri. Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) mengandung senyawa flavonoid, saponin dan polifenol telah terbukti mempunyai daya anti inflamasi. Infusa daun iler memiliki efek antiinflamasi pada dosis 140 mg/KgBB mencit. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antiinflamasi infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) dan kombinasinya dengan infusa daun iler dosis 140 mg/KgBB terhadap udema telapak kaki mencit betina yang terinduksi karagenin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Hewan uji dikelompokkan dalam kelompok terdiri dari kontrol negatif aquadest 25 g/KgBB, kontrol positif Cataflam® D-50 (kalium diklofenak) 9,1 mg/KgBB, dan kelompok infusa bunga telang dosis masing-masing 328; 655 dan 1310 mg/Kg BB ditambah penelitian kombinasi dengan infusa daun iler sebagai kontrol infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB, dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/KgBB dengan infusa bunga telang dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB. mencit, secara per oral dalam dosis tunggal 15 menit sebelum injeksi subplantar dengan larutan karagenin 1%. Kaki mencit diukur dengan jangka sorong selama 6 jam, pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360, kemudian dihitung selisih ukuran kaki kiri yang terinduksi dengan kaki kanan yang tidak terinduksi 0,05 mL karagenin 1%. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk, dilanjutkan analisis KruskalWallis dan uji Mann-Whitney taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian: Hasil persentase penghambatan inflamasi infusa bunga telang dosis 328; 655 dan 1310 mg/kg BB mencit sebesar 23,57%; 44,5% dan 27,95%. Kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/KgBB dan infusa bunga telang memiliki persentase penghambatan inflamasi sebesar 54,13; 54,79; dan 52,63%. Kesimpulan: Kombinasi infusa daun telang dan infusa bunga iler dosis 140 mg/KgBB mencit meningkatkan efek antiinflamasi dibandingkan sediaan tunggal infusa daun telang Kata kunci: Infusa, Coleus atropurpureus L. Benth, Clitoria ternatea L. antiinflamasi

1. PENDAHULUAN Inflamasi merupakan tindakan protektif yang berperan dalam melawan agen penyebab jejas sel. Inflamasi melakukan misi pertahanannya dengan cara melarutkan, menghancurkan, atau menetralkan agen patologis.1 Penduduk sakit di pedesaan Provinsi Jawa Barat melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional. Salah satu koleksi yang menarik di desa tersebut adalah tanaman bunga telang (Clitoria ternatea L.). Masyarakat pada umumnya memanfaatkan bunga telang dengan merendamnya dalam air panas sehingga dapat diminum sebagai teh untuk mengurangkan

sakit akibat sariawan (ulcer) mulut dan perawatan insomnia (susah tidur). Air rendaman bunganya dapat digunakan untuk obat tetes mata pada penderita mata merah atau konjungtivitis.2 Tanaman telang (Clitoria ternatea L.) merupakan tanaman polong termasuk dalam famili Fabaceae, mengandung senyawa bioaktif yang berguna untuk pengobatan. Dari sejumlah senyawa flavonoid yang terdapat pada bunga telang, antosianin adalah yang paling utama yang bertanggung jawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur dan tanaman hias. Menurut Encyclopedia of Herbal Medicinal bahwa tanaman telang dapat bermanfaat sebagai laxative (pencahar), diuretik, 6

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

perangsang muntah, pembersih darah, mempercepat pematangan bisul, obat cacing dan radang mata. Senyawa kimia yang berhasil diteliti pada mahkota bunga telang mengandung 14 jenis flavonol glikosida dan 19 jenis antosianin.3 Senyawa fenol dan delfinidin pada bunga telang efektif terhadap Staphylococcus aureus penyebab radang mata.4 Selain sebagai antioksidan yang berfungsi menangkap radikal bebas, antosianin juga berperan dalam pemeliharaan jaringan mata, antidiabetes, antiinflamasi, menjaga sistem imun dan mencegah agregasi trombosit.5 Antosianin dapat menjadi inhibitor enzim siklooksigenase (COX) dan mencegah sintesis prostaglandin (salah satu mediator inflamasi).6 Secara tradisional digunakan pula daun tumbuhan iler (Coleus atropurpureus L. Benth) atau yang biasa disebut jawer kotok atau mayana digunakan untuk membantu menghilangkan rasa nyeri, sembelit, sakit perut, mempercepat pematangan bisul, pembunuh cacing, mengatasi ambeien, diabetes mellitus, wasir, demam dan radang telinga.7 Telah diuji ekstrak yang mempunyai daya antiinflamasi terbaik adalah infusa daun iler yang memiliki persen inhibisi radang pada dosis 100; 200; dan 400 mg/kgBB tikus sebesar 59,81; 67,49; dan 79,10%. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin dan polifenol pada daun dan infusa daun iler.8 Masyarakat lebih mempercayai pengobatan tradisional dengan bahan-bahan alam seperti tumbuhan karena dianggap lebih aman, efek samping yang lebih sedikit atau bahkan tidak ada dan memiliki potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan obat modern. Tanaman yang digunakan bukan hanya satu jenis saja tetapi mencampur beberapa tanaman sekaligus dengan keyakinan bahwa semakin banyak jenis tanaman yang digunakan maka semakin poten bahan tersebut untuk mengobati penyakit dan semakin banyak jenis penyakit yang bisa disembuhkan. Bahan-bahan tersebut dicampur dan digunakan sekaligus untuk pengobatan, misalnya dengan merebus beberapa bahan sekaligus dan langsung digunakan. Contoh tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan obat dan telah terbukti mempunyai efek antiinflamasi adalah daun iler dan bunga telang. Oleh karena itu, dari kedua jenis tanaman tersebut perlu dibuktikan penggunaan bentuk sediaan infusa bunga telang sebagai antiinflamasi pada mencit betina, dengan persen penghambatan antiinflamasinya, serta kombinasi dengan infusa daun iler dosis 140 mg/KgBB

(setara 100 mg/kgBB tikus) berikut daya antiinflamasi terhadap control positif. Diharapkan peneliti mengetahui apakah daun iler berpengaruh terhadap peningkatan efek antiinflamasi bunga telang dan seberapa besar pengaruhnya dan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif yang aman dan dapat mengatasi gangguan inflamasi. 2. BAHAN DAN METODE 2.1.Bahan Subyek uji mencit betina usia 2-3 bulan, berat 20-30 g, galur Swiss yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Bunga telang dan daun iler segar dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Karagenin, aquadest sebagai kontrol negatif yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tablet Cataflam® D-50 (Novartis Indonesia) mengandung kalium diklofenak 50 mg diperoleh dari Apotek Condong Catur, Sleman. NaCl fisiologis 0,9 % dari Apotek Kimia Farma, Seturan, Sleman. 2.2. Alat Penelitian Neraca analitik, syringe dan spuit injeksi per oral, stopwatch, jangka sorong Digital Caliper “Wipro”, alat-alat gelas (beaker glass, pengaduk, gelas ukur dan labu ukur merk Pyrex), alat-alat pembuat infusa (heater, panci lapis alumunium, pengaduk, termometer, corong, kain flanel). 2.3.Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. 2.3.1.Variabel Penelitian Variabel utama : Variabel bebas : dosis infusa bunga telang dan kombinasinya dengan infusa daun iler dosis 140 mg/KgBB mencit . Variabel tergantung: penurunan udema dilihat dari perbandingan kaki mencit yang normal dengan kaki yang terinduksi karagenin 1% untuk dihitung persen penghambatan antiinflamasinya. Variabel pengacau : Variabel yang dikendalikan: hewan uji adalah mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram, cara pemberian bahan uji secara per oral. Variabel yang tidak dikendalikan: kondisi patologis mencit. 2.3.2.Tata Cara Penelitian 2.3.2.1.Efek antiinflamasi infusa bunga telang terhadap udema telapak kaki mencit betina yang 7

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

terinduksi karagenin. Dua puluh lima ekor mencit diukur ketebalan kaki kirinya menggunakan jangka sorong. Mencit dibagi acak dalam 5 kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol negatif (aquadest 25 g/Kg BB mencit), kelompok kontrol positif (kalium diklofenak 9,1 mg/Kg BB mencit), kelompok infusa bunga telang dosis I (328 mg/Kg BB mencit), kelompok infusa bunga telang dosis II (655 mg/Kg BB mencit) dan kelompok infusa bunga telang dosis III (1310 mg/Kg BB mencit). Kelima kelompok tersebut diberi senyawa uji infusa bunga telang secara per oral. Lima belas menit kemudian masing-masing kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 1% secara subplantar dan kaki kanan disuntik dengan spuit tanpa larutan karagenin. Udema diukur menggunakan jangka sorong selama 6 jam dan diukur pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360. Kemudian dihitung selisih udema kaki kiri yang terinduksi karagenin dengan kaki kanan yang tidak terinduksi karagenin 2.3.2.2.Efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan bunga telang pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin. Tiga puluh lima ekor mencit dibagi secara acak menjadi tujuh kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi aquadest dosis 25 g/kgBB mencit, kelompok II sebagai kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB, kelompok III sebagai kontrol infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB, kelompok IV sebagai kontrol infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB, kelompok V, VI dan VII diberi kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kbBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB. Mencit diberikan senyawa uji beserta kontrol secara per oral dan 15 menit kemudian kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 1% secara subplantar dan kaki kanan diinjeksi dengan spuit tanpa larutan karagenin. Tebal kedua kaki diukur dengan menggunakan jangka sorong selama enam jam dan diukur pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330,dan 360. Kemudian dihitung selisih tebal kedua kaki. 2.3.2.3.Penentuan persen (%) penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi Metode penentuan persen penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung luas area dibawah kurva (AUC-Area Under Curve) untuk setiap mencit dengan metode trapezoid :

Keterangan : (AUC0-x)0 = AUC0-x rata-rata kelompok kontrol negatif (AUC0-x)n = AUC0-x masing-masing hewan uji yang diberi senyawa uji dengan dosis sebesar n.9 2.3.2.4.Tata Cara Analisis Hasil Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Jika data terdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan analisis Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis dilanjutkan dengan uji Mann-Whytney untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok perlakuan. Data kuantitatif % penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi disajikan dalam nilai rata-rata ± standard error (X±SE).10

3. HASIL 3.1.Efek antiinflamasi infusa bunga telang terhadap udema telapak kaki mencit betina yang terinduksi karagenin. Dari hasil perhitungan rata-rata AUC masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol, untuk menentukan persen penghambatan inflamasi untuk setiap kelompok perlakuan. Hasil pengujian pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif (aquadest) menghasilkan rata-rata AUC udema yang paling besar di antara kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar 302,16 mm.menit. Hal ini menunjukkan bahwa aquadest tidak memiliki efek penghambatan inflamasi. Data persen penghambatan terhadap inflamasi dapat dilihat pada tabel I. 8

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

Tabel 1. Rata-rata persen penghambatan inflamasi pada setiap kelompok perlakuan dan hasil uji Mann Whitney masing-masing kelompok Kelompok I. II. III. IV. V.

(mm.menit) 302,16 ± 16,6 143,61 ± 2,24 230,94 ± 6,18 167,82 ± 2,82 217,71 ± 3,16

% PI ± SE 52,47 % ± 2,24 23.57 % ± 6,18 44,50 % ± 2,82 27,95 % ± 3,16

I B B B B

II B B B B

III B B B TB

IV B B B B

V B B TB B -

Keterangan: Kel. I : kelompok yang diberi aquadest dosis 25 g/kg BB mencit Kel. II : kelompok yang diberi kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB mencit Kel III : kelompok yang diberi infusa bunga telang dosis 328 mg/kgBB mencit Kel. IV : kelompok yang diberi infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB mencit Kel. V : kelompok yang diberi infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB mencit X ± SE : rata-rata ± standard error %PI : persentase penghambatan inflamasi B : Berbeda bermakna p<0,05 TB : Berbeda tidak bermakna p>0,05

Dari tabel 1. terlihat bahwa masingmasing dosis infusa bunga telang memiliki efek antiinflamasi yang dinilai dari persen penghambatan inflamasi yang diperoleh dengan membandingkan AUC rata-rata tiap kelompok perlakuan dengan AUC rata-rata kelompok kontrol negatif (aquadest 25 g/kgBB mencit). Dari hasil perhitungan diperoleh data persen penghambatan inflamasi Cataflam® D-50 (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kg BB sebesar 52,47%. sedangkan untuk kelompok perlakuan infusa bunga telang dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB mencit masing-masing menunjukkan persen penghambatan inflamasi sebesar 23,57; 44,5 dan 27,95%. Dari persen penghambatan inflamasi ketiga dosis tersebut didapat hasil bahwa infusa bunga telang dosis 655 mg/kg BB mencit memiliki persen penghambatan inflamasi yang paling besar dibandingkan dosis 328 dan 1310 mg/kg BB mencit yaitu 44,5%. Hal ini berarti bahwa dosis 655 mg/kg BB mencit memiliki efek antiinflamasi yang paling baik meskipun belum mencapai 50% (ED50) dan belum sebanding dengan efek antiinflamasi dari Cataflam® D-50 (kalium diklofenak). Pada infusa bunga telang dosis 1310 mg/kg BB mencit terjadi penurunan persen penghambatan inflamasi yang menunjukkan bahwa semakin besarnya dosis infusa bunga telang tidak semakin besar pula efek penghambatan inflamasinya. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena adanya senyawa dari infusa bunga telang yang bersifat sebagai prooksidan. Beberapa penelitian mengatakan

bahwa senyawa bioaktif seperti fenol dapat bertindak sebagai prooksidan, dalam kondisi tertentu, seperti dosis yang tinggi atau adanya ion logam.11 Prooksidan merupakan sifat senyawa yang dapat mendorong oksidasi pada komponen sel yang melibatkan senyawa radikal bebas dan berujung terjadinya reaksi rantai sedangkan antioksidan merupakan sifat senyawa yang dapat melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif.12 Kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan hasil analisis menunjukkan bahwa data antar kelompok perlakuan memberikan hasil yang signifikan (p < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan bermakna atau tidak bermakna, dilakukan uji Mann Whitney. Analisis statistik ini digunakan karena distribusi data pada penelitian tidak normal sehingga tidak dapat dilakukan uji ANOVA. Analisis Kruskal Wallis serta uji Mann Whitney yang dilakukan menunjukkan bahwa efek penghambatan inflamasi infusa bunga telang dosis 328; 655; dan 1310 mg/kg BB berbeda bermakna (p <0,05) terhadap kontrol positif, yaitu Cataflam® D-50 yang berisi kalium diklofenak. Hal ini berarti bahwa ketiga dosis tersebut belum dapat bekerja sebagai antiinflamasi dengan persen penghambatan inflamasi yang sebanding dengan kerja kalium diklofenak dalam Cataflam® D-50 sebagai senyawa yang diketahui secara pasti sebagai agen antiinflamasi. Pada kelompok perlakuan dengan infusa bunga telang, perbedaan yang bermakna terletak pada kelompok dosis 655 mg/kgBB terhadap kedua kelompok dosis 328 9

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

dan 1310 mg/kgBB, sedangkan infusa bunga telang dengan dosis 328 mg/kgBB berbeda tidak bermakna terhadap infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang berarti kedua dosis tersebut memiliki efek yang sebanding di mana pada kedua dosis tersebut belum menimbulkan adanya penghambatan inflamasi. 3.2.Efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan bunga telang pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin.

Efek antiinflamasi ditandai dengan penurunan udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1% secara subplantar akibat pemberian infusa daun iler dan infusa bunga telang secara peroral. Dalam penelitian ini, tebal edema diukur selama enam jam yang dimulai pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300 dan 360. Setelah itu dihitung nilai AUC tiap menit yang ditentukan kemudian dirata-rata, maka didapat profil seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Kurva rata-rata edema kaki mencit yang diinduksi karagenin 1% selama 6 jam pengamatan Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII

: Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB : Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB : Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB : Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB : Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB : Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB : Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kg

Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kelompok aquades 25 mg/kgBB tidak terjadi penurunan udema yang signifikan sampai pada menit ke 360. Hal ini dapat dikatakan bahwa aquades tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat inflamasi. Pada kelompok II (kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB) terlihat penurunan udema yang signifikan dan tidak terjadi peningkatan udema sampai jam keenam. Hal ini menunjukkan bahwa kalium diklofenak yang merupakan OAINS memang memiliki aktivitas antiinflamasi.

Grafik kelompok III dan IV tepat berada di bawah grafik kontrol negatif yang mempunyai aktivitas antiinflamasi yang sangat kecil. Grafik kelompok V dan VII hampir berhimpitan dengan kelompok II yang dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi dari kelompok V dan VII hampir sama dengan kontrol positif kalium diklofenak dalam menurunkan tebal edema kaki mencit. Hal ini semakin diperkuat lagi dengan melihat hasil perhitungan statistiknya pada tabel I dan diagram batang yang menunjukkan perbedaan AUC antar kelompok perlakuan disajikan dalam 10

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

gambar 2.

Gambar 2. Diagram batang rata-rata AUC dan % penghambatan inflamasi tiap kelompok perlakuan Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Kelompok VII X SE % PI

: Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB : Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB : Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB : Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB : Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB denganinfusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB : Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB : Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB : Mean (Rata-rata) : Standard Error (SD/√n) : Persen penghambatan inflamasi

Dari hasil statistik dengan uji MannWhitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok II dengan kelompok V dan VII. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kelompok kalium diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328 mg/kgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang hampir sama dengan kalium diklofenak dalam menurunkan edema kaki mencit. Rata-rata AUC kelompok VI sebesar 136,61 mm.menit, dari uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok II. Hal ini dapat dikatakan bahwa kombinai infusa

daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang tidak sebanding dengan kalium diklofenak. Rata-rata AUC kelompok I lebih besar daripada semua kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar 302,16 mm.menit. Hal ini menunjukkan bahwa aquades tidak mempunyai aktivitas antiinflamasi. Kalium diklofenak mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menurunkan tebal udema kaki mencit dengan rata-rata AUC sebesar 143,61 mm,menit. Masing-masing kelompok kontrol infusa daun iler dan infusa bunga telang mempunyai AUC yang besar jika dibandingkan dengan kontrol kalium diklofenak, yaitu 234,35 dan 217,71 mm.menit. Dari hasil statistik 11

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

menunjukkan kelompok III dan IV berbeda bermakna dengan kalium diklofenak. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kontrol infusa daun iler dan infusa bunga telang tidak sama dengan kalium diklofenak. Penghambatan inflamasi ditunjukkan dengan penurunan udema kaki mencit setelah

pemberian suspensi karagenin 1%. Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang, maka dihitung persen penghambatan inflamasi dari AUC total yang sebelumnya telah dihitung. Data persen penghambatan inflamasi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok perlakuan dan nilai % penghambatan inflamasi serta uji Mann-Whitney taraf kepercayaan 95% Kel. Rata-rata AUC % PI (mm.menit) (X ± SE) (X ± SE) I. 302,16 ± 16,55 0,00 ± 5,47 II. 143,61 ± 2,23 52,47 ± 0,74 III. 234,35 ± 7, 95 22,44 ± 2,63 IV. 217,71 ± 3,16 27,95 ± 1,04 V. 138,62 ± 21,74 54,13 ± 7,19 VI. 136,61 ± 0,68 54,79 ± 0,22 VII. 143,13 ± 3,46 52,63 ± 1,14

I

II

B B B B B B

B B B TB B TB

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa infusa daun iler, infusa bunga telang maupun kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang memiliki efek anti inflamasi yang dinilai dari % penghambatan inflamasi yang diperoleh dengan membandingkan AUC total tiap kelompok perlakuan dengan AUC rata-rata kelompok kontrol negatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), bahwa infusa daun iler dosis 100 mg/kgBB tikus memiliki persentase penghambatan inflamasi sebesar 59,81%. Sementara dalam penelitian ini, nilai persen penghambatan inflamasi infusa daun iler dosis 100 mg/kgBB tikus yang dikonfersikan ke mencit tidak mencapai persen penghambatan inflamasi sebesar 59,81%, tetapi yang diperoleh hanya sebesar 22,44%. Adanya perbedaan persen penghambatan inflamasi yang dihasilkan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya kemungkinan karena metode yang digunakan untuk mengukur udema berbeda. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa data persen penghambatan inflamasi kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB sebesar 52,47%, sedangkan untuk kelompok perlakuan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB masing-masing menunjukkan persen penghambatan inflamasi sebesar 54,13; 54,79; dan 52,63%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kelompok II dan VI (p<0,05). Jika dilihat dari % penghambatan inflamasi

III

B B B TB B B

IV

V

B B B TB B B

B TB TB TB TB TB

VI

B B B B TB TB

VII

B TB B B TB TB -

masing-masing perlakuan yang paling tinggi adalah kelompok VI sebesar 54,79%. Nilai % penghambatan inflamasi ini lebih tinggi daripada nilai % penghambatan inflamasi kalium diklofenak yang menunjukkan bahwa kombinasi infusa daun iler dosis dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih bagus daripada kontrol kalium diklofenak. Antara kelompok II dengan kelompok V dan VII menunjukkan bahwa ada perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa efek antiinflamasi kelompok kalium diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328 mg/kgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang hampir sama dengan kalium diklofenak. Bila dilihat dari hasil statistik bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ketiga kelompok kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang. Hal ini menunjukkan bahwa efek antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328; 655 dan 1310 mg/kgBB adalah sama besar. 4. PEMBAHASAN Dari hasil uji statistik dapat dilihat bahwa kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328 dan 1310 mg/kg BB terdapat perbedaan yang 12

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

tidak bermakna dengan kelompok kontrol kalium diklofenak (p>0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328 dan 1310 mg/kgBB sebagai anti-inflamasi hampir sama dengan obat modern kalium diklofenak (OAINS) walaupun besarnya daya antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang sangat kecil. Dari hasil kelompok kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ketiga kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa daya antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang untuk ketiga peringkat dosis adalah sama besar. Dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya dosis tidak semakin memperbesar atau tidak mempengaruhi besarnya kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang untuk ketiga peringkat dosis menjadi lebih baik. Untuk pengobatan tradisional sebagai antiinflamasi sudah dapat dipilih dosis terkecil dari kombinasi dosis infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa buga telang dosis 328 mg/kgBB yang sebanding dengan kalium diklofenak. Cataflam® D-50 merupakan OAINS dengan mekanisme utama menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) sehingga asam arakidonat tidak dapat diubah menjadi prostaglandin. Demikian juga pada inflamasi yang diinduksi oleh karagenin, Cataflam® D-50 lebih efektif dalam menghambat fase kedua dari proses inflamasi. Mekanisme kerja Cataflam® D50 terjadi dengan menghambat produksi radikal bebas yang berperan pada pembentukan lipid peroksida reaktif yang menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid, sehingga tidak terbentuk asam arakhidonat.13 Peradangan disebabkan oleh peruraian asam arakidonat menjadi prostaglandin, suatu mediator inflamasi yang diperantarai oleh enzim siklooksigenasi (COX).14 Dalam proses inflamasi juga terjadi pembentukan oksigen reaktif akibat proses oksidasi asam arakidonat.15 Antosianin yang berperan dalam penghambatan inflamasi pada bunga telang memiliki mekanisme yang sama dengan kalium diklofenak sebagai OAINS. Antosianin yang merupakan bagian flavonoid dapat menjadi inhibitor enzim siklooksigenase (COX). Antosianin akan mencegah sintesis prostaglandin (salah satu mediator inflamasi) dan menekan pengeluaran sel T. Sel imun yang berkomunikasi dengan sinyal kimia yang disebut sitokin akan

dikendalikan oleh antosianin.6 Kandungan kimia yang terdapat pada daun iler adalah flavonoid, saponin dan polifenol yang dapat memberikan efek antiinflamasi.8 Keberadaan flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase pada kaskade inflamasi, sehingga produksi prostaglandin dan leukotrien dapat berkurang. Keberadaan saponin dan polifenol sebagai antioksidan juga membantu menghambat pembentukan prostaglandin dengan menangkap radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi. Saponin merupakan kelompok steroid yang membantu proses penyembuhan luka. Senyawa kimia yang terkandung dalam kedua tanaman ini akan menimbulkan interaksi yang akan mempengaruhi efek farmakologinya. Interaksi obat yang mungkin terjadi adalah interaksi homoergi-homodinami dimana kedua tanaman ini mempunyai efek yang sama dan mekanisme kerja yang sama, yaitu sama-sama mempunyai efek antiinflamasi dengan mekanisme menghambat enzim siklooksigenasi sehingga metabolisme asam arakidonat dapat dihambat dan proses inflamasi tidak terjadi. Kombinasi kedua tanaman ini semakin menambah aktivitas antiinflamasi dan jika dilihat dari persen penghambatan inflamasi yang dihasilkan maka dapat dikatakan bahwa penambahan yang terjadi adalah penambahan secara supra (lebih dari penjumlahan sederhana). Semakin besarnya aktivitas antiinflamasi disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah kandungan senyawa kimia terlarut dalam sediaan infusa daun iler dan bunga telang khususnya senyawa flavonoid. Semakin banyak senyawa flavonoid sebagai antioksidan yang mampu menangkap radikal penginduksi inflamasi maka kemampuannya untuk menghambat inflamasi juga semakin besar. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan. Antioksidan dapat berperan sebagai antiinflamasi dengan berbagai cara, yaitu: (1) menghambat produksi oksidan (O2) oleh neutrofil, monosit dan makrofag. Penghambatan produksi oksidan (O2) akan mengurangi pembentukan H2O2 yang mengakibatkan produksi HOC1 dan juga OH ikut terhambat. (2) menghambat langsung oksidan reaktif seperti radikal hidroksil (OH) dan asam hipoklorid (HOC1)16 dengan dihambatnya oksidasi dari asam arakidonat dan penangkapan radikal bebas yang berperan, maka proses pembentukan prostaglandin akan terhambat. Akibat terhambatnya prostaglandin, inflamasi pada jaringan menjadi berkurang. 13

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

Selain senyawa flavonoid, kemungkinan masih terdapat senyawa-senyawa lain yang berperan dalam proses penyembuhan jaringan dari radang dan inflamasi seperti alkaloid yang memiliki aktivitas antioksidan. Akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam efek antiinflamasi tersebut. Hal ini dikarenakan belum adanya informasi yang mencantumkan tentang senyawa aktif yang bertanggungjawab atas efek antiinflamasi dari daun iler dan bunga telang. 5. KESIMPULAN 5.1.Persentase penghambatan inflamasi yang ditimbulkan oleh infusa bunga telang yang diberikan secara oral pada udema kaki mencit betina galur Swiss yang diinduksi dengan karagenin 1% dengan dosis 328; 655; 1310 mg/kg BB mencit berturut-turut sebesar 23,57; 44,5 dan 27,95%. 5.2.Kombinasi infusa daun iler dan bunga telang dapat meningkatkan efek antiinflamasi yang diinduksi karagenin pada mencit betina galur Swiss UCAPAN TERIMA KASIH 1. Ministry of Education and Culture Faculty of MMedicine GGadjah Mada University Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC) atas persetujuan etika penelitian. 2. Yohanes Dwiatmana, M.Si atas bantuan determinasi bunga telang dan daun iler di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Politeknik ATMI Surakarta atas sertifikat kalibrasi jangka sorong untuk pengukuran tebal udem kaki mencit. DAFTAR PUSTAKA 1. Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., dan Mitchell R.N., 2007, Robbins Basic Pathology, Philadelpia, Saunders Elsevier, 29, 37-41, 53-54. 2. Herman, 2005, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengguna Tanaman Obat di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari di Kabupaten Bogor dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Skripsi, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 3. Kazuma, K., Naonobu, N., Masahiko, S., 2003, Malonylated Flavonol Glycosides From the Petals of Clitoria ternatea,

Phytochemistry, 62, 229-237. 4. Hutajulu, T. F., Rahma, S., Djumarman, 2008, Identifikasi Senyawa Fenol dan Delfinidin pada Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) serta Uji Efektivitasnya Terhadap Staphylococcus aureus Penyebab Radang Mata, Journal of Agro-Based Industry, 25 (2): 3544. 5. Mukherjee, P.K., Kumar, V., Kumar, N.S., Heinrich, M., 2008, The Ayurvedic Medicine Clitoria ternatea-From Traditional Use to Scientific Assessment. J. Ethnopharm., 120 (3): 291-301. 6. Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Salhandan Sharma, 2011, A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids, Internationale Pharmaceutica Sciencia, Lovely Professional University, Punjab, India. 7. Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 5, cetakan I, Pustaka Bunda, Jakarta, pp. 86-88. 8. Amitjitraresmu, 1995, Uji Efek Anti Inflamasi Berbagai Ekstrak Daun Iler (Coleus atropurpureus, L. Benth) dan Penelusuran Senyawa Aktifnya, dalam DepKes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, BPPK DepKes RI, Jakarta, pp. 131. 9. Ikawati, Z., Suparjan, A. M., dan Asmara, L. S., 2007, Pengaruh Senyawa Heksagamavunon-1 (HGV-1) Terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif Pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi Ovalbumin, Kemajuan Terkini Riset Universitas Gajah Mada, 36-46. 10. Dahlan, S. M., 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, dan Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, edisi 5, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 47-50, 75-80. 11. Decker, E., 1997, Phenolics: Prooxidants or Antioxidants, Nutrition Review, Vol. 55, 396398. 12. Mandal, A., 2012, Antioxidant: Pro-Oxidant Activities, www.newsmedical.net/health/Antioxidant-Pro-OxidantActivities.aspx, diakses tanggal 7 juli 2013. 13. Ari, P. S., 2001, Daya Anti-Inflamasi Fraksi Heksana dan Fraksi Etanol Jahe merah 14

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

(Zingiber officinale Roxb. Var Rubrum) pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 14. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., dan Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th ed., Churchill Livingstone, London, pp. 231-237, 244-250, 562-567. 15. Evan, S. P., 2008, Antioksidan Alami di

Sekitar Kita, http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_pangan/antioksid an-alami-di-sekitar-kita/, diakses tanggal 23 April 2013. 16. Halliwell, B., Hoult, J. R., and Blake, D. R., 1988, Oksidant, Inflamation, and Antiinflamatory Drugs, FASEB J.,2(13), 28672873

15