EFEKTIFITAS BOKASHI KULIT KACANG TANAH

Download EM4 (Effective Mikroorganisme 4). Menurut. Setiawan (2005) limbah kulit kacang tanah mengandung unsur hara makro yang yakni. N, P dan K yan...

0 downloads 493 Views 487KB Size
EFEKTIFITAS BOKASHI KULIT KACANG TANAH ( Arachis hypogea L.) TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS ( Phaseolus vulgaris L.)

ARTIKEL ILMIAH

IGA NOVIARTI NIM. 11010164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

EFEKTIFITAS BOKASHI KULIT KACANG TANAH ( Arachis hypogea L.) TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) Oleh Iga Noviarti1, Mulyati2, Lince Meriko3. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Email : [email protected] ABSTRACT One source of protein consumed by many people Indonesia is a bean plants (Phaseolus vulgaris L.). In the cultivation of beans currently rely on the use of inorganic fertilizers. The use of organic fertilizers in the long term will eliminate the fertility of the soil. So that can reduce the production of bean plants. Therefore it has been carried out research in Kenagarian Sungai Jambu, Kec. Pariangan, Kab. Tanah Datar from June to August. This research aims to determine the effectiveness of Bokashi peanuts shell (Arachis hypogea L.) to the production of bean pods and to determine the effect of dose bokashi peanuts shell to the production of bean pods. This research is done by using Completely Randomized Design. Consist of the 6 treatment and repeated 4 times. Data were analyzed by ANNAVA then proceed DNMRT Confidence level 5%. the results of this study indicate that the gift of bokashi peanut shell with different doses significant effect with to the number of bean pods, and the effect is not significant to the number of bean pods bokashi dose effective peanuts shell for the production of bean plants was 140 grams / polybag. Keyword: bokashi, peanut shell , bean PENDAHULUAN Salah satu sumber protein yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.). Buncis banyak dimanfaatkan industri pengolahan makanan yang membutuhkan dalam jumlah kecil maupun besar. Selain dikonsumsi di dalam negeri, buncis merupakan produksi ekspor ke Singapura, Hongkong, Malaysia, dan Inggris. Bentuk ekspor bermacam-macam, dalam bentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan ada pula yang berbentuk biji kering (Pitojo, 2004). Sebagai sumber protein nabati yang penting bagi tubuh buncis kaya akan kandungan vitamin A, B, dan C, terutama pada bijinya. Kandungan vitamin tersebut sangat baik untuk membantu mengontrol tekanan darah, serta metabolisme gula dalam darah sehingga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. Selain itu polong kacang buncis memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga membantu proses pencernaan makanan dan mengatasi kesulitan buang air besar (Zulkarnaini, 2013).

Banyaknya manfaat yang diperoleh dari tanaman buncis dan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan akan buncis dari tahun ke tahun semakin meningkat, begitu juga permintaan terhadap impor buncis yang juga meningkat. Sementara produksi yang dicapai belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Holtikulkura 2014 produksi buncis di Sumatera Barat masih rendah yaitu antara 8,0-9,9 ton/ha bila dibandingkan dengan produksi secara nasional yaitu 9,2-10,8 ton/ha. Pada tahun 2013 produksi buncis di Sumatera Barat sedikit menurun yaitu 9,6 ton/ha, sedangkan pada tahun 2012 telah mencapai 9,9 ton/ha. Salah satu penyebab menurunnya produksi buncis adalah masalah pemupukan yang kurang tepat. Dalam budidaya buncis saat ini sangat bergantung pada pemakaian pupuk anorganik. Pemakaian pupuk anorganik dalam jangka waktu panjang akan menghilangkan kesuburan tanah, sehingga dapat menyebabkan menurunnya produksi tanaman buncis. Menurut Dibia, Dana,.

Trigunasih, dan Kumawati (2010) penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dalam waktu lama dan volume besar bisa merusak kestabilan, tekstur, serta sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sehingga ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan akan berkurang. Menurut Lingga (2010) jika ada unsur hara yang kurang pada tanah maka tanaman memperlihatkan gejala tertentu seperti tanaman tumbuh kurus, daun menjadi hijau muda lalu berubah menjadi kuning, mengerut, mengeriting dan akan tumbuh bercak-bercak berwarna merah cokelat, jika tanaman berbuah, buah tersebut tumbuh tidak sempurna, kerdil, hal inilah yang terjadi di lapangan. Salah satu pupuk organik yang bisa digunakan adalah pupuk bokashi, yaitu pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan menggunakan teknologi EM4 (Effective Mikroorganisme 4). Menurut Setiawan (2005) limbah kulit kacang tanah mengandung unsur hara makro yang yakni N, P dan K yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Pengolahan kulit kacang tanah menjadi pupuk bokashi tentu akan meningkatkan kandungan unsur hara dalam kulit kacang tanah yang berperan besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta bahan-bahan organik mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas bokashi kulit kacang tanah (Arachis hypogea L.) terhadap produksi polong buncis dan untuk mengetahui pengaruh penambahan takaran pupuk bokashi kulit kacang tanah terhadap produksi polong buncis. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di Kenagarian Sungai Jambu Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Jenis penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan DNMRT dengan taraf kepercayaan α 5 %. Dengan perlakuan sebagai berikut: perlakuan A: NPK 10 g / polybag (Kontrol), perlakuan B: 80 g bokashi kulit kacang tanah / polybag , perlakuan C: 100 g bokashi kulit kacang tanah / polybag, perlakuan D: 120 g bokashi

kulit kacang tanah / polybag, perlakuan E : 140 g bokashi kulit kacang tanah / polybag, perlakuan F : 160 g bokashi kulit kacang tanah / polybag. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk pengaruh bokashi kulit kacang tanah terhadap jumlah polong dan berat buncis didapatkan data seperti table 1. Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam terhadap parameter jumlah polong buncis terlihat bahwa F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf kepercayaan α 5%, ini berarti pemberian bokashi kulit kacang tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah polong buncis (ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibandingkan kontrol atau perlakuan lainnya), hal ini diduga karena telah ada dosis perlakuan yang mengandung ketersedian unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor dan kalium dalam jumlah memadai atau cukup yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam memicu produksi jumlah polong buncis. Namun untuk pengamatan dan hasil analisis sidik ragam terhadap berat polong buncis terlihat bahwa F hitung < F tabel baik pada taraf α 5% maupun α 1%. Ini berarti pemberian bokashi kulit kacang tanah terhadap parameter berat polong buncis berpengaruh tidak nyata (tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibandingkan kontrol/perlakuan lainnya). Menurut Dahlan dan Dharmansyah (2011) berdasarkan hasil analisis Laboratorium Tanah Unhas Kulit kacang tanah mengandung beberapa unsur hara makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu N 2,64%, P2O5 3,56%, K2O 1,67% dan C organik 4,93. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menjamin ketersediaan hara bagi tanaman. Bokashi juga bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisika tanah, kimia dan biologis tanah selain itu keberadaan bahan organik dapat merangsang aktifitas berbagai jasad renik yang berfungsi untuk mendaur ulang beragam sisa makhluk hidup yang berada dalam tanah. Menurut Susetya (2010) keberadaan bahan organik dalam tanah memiliki peranan cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan dan bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah akan berperan

Tabel 1. Rata-Rata, Analisis Sidik Ragam, Hasil Uji Lanjut Jumlah dan Berat Polong Buncis (Phaseolus vulgaris L.). Parame Perlak ter uan

Jumlah Polong Buncis

A B C D E

25 15,5 24,5 21 26,5

35 19,5 23,5 21,5 35

29 25,5 26 23 25,5

23 25 18 21,5 36

112,0 85,5 92,0 87,0 123,0

Rata- F hitung Rata Produ ksi 28,00 3, 42* 21,38 23,00 21,75 30,75

F

34,5

42

25,5

26

128,0

32,00

627,5

26,15

509,26 508,25 481,42 469,56 683,35 719,25 3371,06

127,31 127,06 120,35 117,39 170,84 179,81 140,46

1

Ulangan 2 3

Total 4

Total Berat Polong Buncis

F Tabel

2,77 4,25

Notasi Ratarata a a b a b c b c c c

A B C D E F Total

120,25 64,90 137,55 126,20 117,35 221,62

191,85 126,65 126,85 105,19 186,25 252,36

95,80 163,90 140,66 126,02 168,10 121,40

101,35 152,80 76,35 112,15 211,65 123,85

1,64ns

2,77 4,25

Keterangan : * = berpengaruh nyata (F hitung > F tabel ) ns = berpengaruh tidak nyata (F hit < F tabel ) notasi = rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf . sebagai sumber energi dan makanan Sutedjo (2010) menambahkan bahwa mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan pertumbuhan tanaman untuk pembentukan hara. atau pertumbuhan dan bagian-bagian Ketiga unsur hara yang tersedia pada vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan kulit kacang tanah yang seperti N, P dan K akar. Posfor merupakan unsur hara yang tersebut diduga sangat dibutuhkan untuk berperan dalam perkembangan bagianpertumbuhan dan perkembangan tanaman bagian generatif tanaman seperti bunga, buncis. Menurut Lingga (2013) unsur N, P tangkai sari, kepala sari, daun, buah dan dan K merupakan unsur hara yang mutlak bakal biji atau mendorong pembentukan harus tersedia untuk pertumbuhan dan bunga atau buah. Kemudian menurut Lingga perkembangan tanaman. Pupuk bokashi (2013) unsur Kalium membantu kulit kacang tanah yang mengandung unsur pembentukan protein dan karohidrat, hara makro N, P dan K akan mempengaruhi memperkuat tubuh tanaman serta sumber. produksi/jumlah polong buncis, karena Berdasarkan uji lanjut dengan unsur unsur N befungsi merangsang menggunakan uji DNMRT terlihat bahwa pertumbuhan tanaman buncis secara perlakuan F (160g bokashi / polybag) keseluruhan. Menurut Hakim, (1986) unsur berbeda tidak nyata terhadap perlakuan E N terutama berfungsi untuk merangsang (140g bokashi / polybag), A (NPK 10g / pertumbuhan tanaman kacang secara polybag), namun berbeda nyata terhadap keseluruhan, terutama batang cabang dan perlakuan C (100g bokashi / polybag), D daun. unsur P berfungsi untuk merangsang (120g bokashi / polybag), dan B (80gr pertumbuhan akar, beberapa jenis protein bokashi /polybag). Kemudian perlakuan E tertentu sebagai bahan mentahnya, sekaligus (140gr bokashi/polybag) berbeda tidak nyata untuk membantu pembungaan, pemasakan terhadap perlakuan A (NPK 10gr / polybag) biji dan buah, dalam hal ini polong buncis, dan C (100gr bokashi / polybag), namun kemudian unsur K untuk pembentuan berbeda nyata dengan perlakuan D (120g protein dan karbohidrat yang akan bokashi / polybag), dan B (80g bokashi / memperkuat daun, bunga dan buah, polybag). Kemudian perlakuan A (NPK sehingga tidak mudah gugur. 10gr/polybag) berbeda tidak nyata terhadap

-

perlakuan C (100g bokashi / polybag), D (120g bokashi / polybag) dan B (80g bokashi / polybag), Kemudian perlakuan C (100g bokashi / polybag) berbeda tidak nyata terhadap perlakuan D (120g bokashi / polybag) dan B (80g bokashi /polybag ), Kemudian perlakuan D (120g bokashi / polybag) berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B (80 gr bokashi / polybag). Sesuai uji lanjut tersebut perlakuan A dengan pemberian pupuk NPK sebagai kontrol berbeda tidak nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena unsur hara terpenting yang terkandung dalam pupuk NPK yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor dan kalium didalam pupuk bokashi kulit kacang tanah telah tersedia dalam jumlah yang memadai atau menyetarai perlakuan A sebagai kontrol oleh perlakuan yang lainnya. Sesuai uji lanjut tersebut perlakuan A dengan pemberian pupuk NPK sebagai kontrol berbeda tidak nyata terhadap perlakuan lainnya yang menggunakan pupuk bokashi. Hal ini diduga karena unsur hara terpenting yang terkandung dalam pupuk NPK dan dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor dan kalium telah tersedia dalam jumlah yang memadai didalam pupuk bokashi kulit kacang tanah. Menurut Dwidjoseputro (1990) dalam Wenita (2014) bahwa suatu tanaman akan tumbuh dengan baik bila unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup dan berada dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanah dan pupuk optimal bagi tanaman. Oleh karena itu pemberian pupuk kulit kacang tanah yang telah diolah menjadi bokashi akan memberikan hasil yang baik untuk pertumbuhan dan produksi buncis. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa rata-rata perlakuan yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan A (sebagai kontrol) dengan rata-rata 28,00 adalah perlakuan E dan F dengan rata-rata 30,75 dan 23,00. Hal ini berarti, dosis pemberian bokashi pada perlakuan F (160g / polybag) dan E (140g / polybag) telah bisa menggantikan pemakain pupuk NPK, sehingga dengan perlakuan A (sebagai kontrol) dengan pemberian pupuk NPK 10g / polybag. didapatkan rata-rata jumlah polong buncis yang lebih tinggi dibandingkan Namun secara ekonomis pemberian bokashi dengan dosis 140g /

polybag (perlakuan E) lebih efektif dibandingkan dengan pemberian bokashi 160 g / polybag (perlakuan F) karena akan lebih meringankan biaya produksi. Untuk pengamatan terhadap berat polong buncis, terlihat bahwa pemberian bokashi berpengaruh tidak nyata, diduga karena belum memadai atau belum cukup atau unsur hara N, P dan K dari pupuk bokashi kulit kacang tanah yang dapat memacu berat basah polong buncis sehingga memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini terjadi karena unsur N dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, terutama pada batang, cabang dan daun, kemudian unsur P merangsang pertumbuhan akar, pembentukan beberapa jenis protein sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Dalam hal ini unsur P telah dapat merangsang pertumbuhan (jumlah) polong, namun belum bisa merangsang berat buah/ polong tanaman buncis. Selain unsur hara, faktor lingkungan juga mempengaruhi dalam pembentukan dan hasil tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Menurut Winarso (2005) berat tanaman merupakan hasil perpaduan antara faktorgenetis dan lingkungannya. Berat tanaman juga dipengaruhi oleh adanya senyawa organik dan anorganik yang terdapat didalam organ tumbuhan terutama air dan karbondioksida (CO2). Selain itu, unsur fosfor dan kalium berperan secara tidak langsung dalam sintesa senyawasenyawa organik seperti gula dan disakarida. Pengendalian faktor lingkungan hingga mencapai ideal bagi pertumbuhan tanaman akan memungkinkan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai dengan genetisnya. Sebaliknya, apabila faktor-faktor lingkungan ada yang menghambat atau membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman, maka pertumbuhan dan produksinya akan dibawah kondisi maksimal genetisnya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :Pemberian bokashi kulit kacang tanah dapat meningkatkan produksi buncis yaitu pada jumlah polong buncis. Kemudian takaran pemberian bokashi kulit kacang yang paling

efektif adalah 140g per 8 kg tanah telah dapat menigkatkan produksi buncis . Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar petani buncis menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik dalam budidaya buncis yaitu salah satunya pupuk bokashi kulit kacang tanah. DAFTAR PUSTAKA Dahlan & Dharmansyah. 2011. Pemanfaatan kulit kacang tanah sebagai pupuk organik pada kacang tanah. Jurnal Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP Gowa. Vol. 7. No. 2. Dibia, I N ,. Dana,. Trigunasih MD,. & Kumawati, T,. 2010. Pembuatan Kompos Bokashi dari Limbah Pertanian dengan Menggunakan Aktivator EM4 Di Desa Megati Tabanan.Jurnal Fakultas Pertanian Unversitas Udayana. Vol. 9. No. 1. Lingga, P. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Pitojo, S. 2004. Benih Buncis. Yogyakarta: Kasinius. Prasojo, S. 2012. Memupuk Uang Dari Sampah Cara Kaya Kompos. Jakarta: Bestari. Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.PS Susetya, D. 2010. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Wenita, M. 2014. Pengaruh Bokashi Pupuk Kandang Saoi Terhadap Produksi Wortel (Daucus carota L.) Skripsi Pendidikan Biologi. STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.

Winarso,

S.

2005. Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kasinius.

Winarso,

S.

2005. Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kasinius.

Zulkarnaini.

2013. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta: PT Bumi Aksara.