EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM

Download Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual ...

0 downloads 524 Views 217KB Size
SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN SAINS Firdaus Jl. Kalibeber KM 3 Wonosobo, Jawa Tengah [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan pretestposttest group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN Yogyakarta II. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Nonprobability Purposive Sampling. Teknik pengujian prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas, sedangkan teknik pengujian hipotesis menggunakan uji Two Independent Sample Kolmogrov-smirnov Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak, yaitu peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual lebih baik daripada media cetak. Kata kunci: media audio-visual, media cetak, hasil belajar siswa

PENDAHULUAN Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, karena di sanalah tenaga kerja dididik dan dilatih. Apabila ingin memperbaiki sumber daya manusia (SDM) maka harus dilakukan pengembangan dan perbaikan dalam pendidikan. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional seperti melalui ceramah dengan bantuan media buku pelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang umum digunakan oleh para guru. Media cetak seperti buku memberikan banyak informasi tentang materi pelajaran, tetapi media cetak dianggap kurang memberikan penjelasan yang konkret sehingga materi sulit untuk diterima dan kurang dapat menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa. Dale (Arsyad, 2009: 10-11) mengemukakan bahwa metode ceramah dikelompokkan sebagai pengalaman

belajar yang paling abstrak dibanding pengalaman belajar lainnya. Lebih lanjut lagi Dale mengklasifikasi pengalaman belajar dari bentuk paling abstrak hingga yang paling kongkret yang dikenal dengan Dale's cone of experience. Pengalaman yang paling abstrak ialah pengalaman yang didapat siswa melalui lambang kata (verbal), diikuti dengan pengalaman melalui simbol visual, pengalaman melalui radio, slide, gambar bergerak, pameran dan museum, karya wisata, demonstrasi, partisipasi drama, observasi, dan pengalaman langsung pada tingkat yang paling konkret. Namun tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk memberikan siswa pengalaman langsung. Kunjungan ke pameran atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan media yang dapat menampilkan gambar bergerak untuk menyiasati agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni pengalaman melalui

---( 46 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

simbol verbal. Hal ini memberikan pengalaman yang lebih konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio. Salah satu media yang dapat menampilkan gambar bergerak adalah media video. Menurut Leshin, et al. (Arsyad, 2009: 24) video yang dapat menghasilkan tayangan gambar bergerak sekaligus menghasilkan suara, diklasifikasikan sebagai media audiovisual. Tayangan video dapat menampilkan format pembesaran gambar atau zoom, sehingga dapat mengendalikan penayangan seperti mempercepat, memperlambat, memperbesar, menghentikan tayangan, atau mengulang-ulang tayangan yang dianggap perlu. Hal ini menjadikan media video sebagai pilihan alat bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat dipergunakan setiap hari. Dale (Arsyad, 2009: 24) mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar karena melibatkan imajinasi dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sejalan dengan itu Sudjana & Rivai (2010: 3) menyatakan bahwa pembelajaran dengan media dan tanpa media memberikan hasil yang berbeda dalam hal proses dan hasil belajar siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Salah satu pelajaran yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah pelajaran fisika. Objek kajian fisika sangat luas, yakni segala hal yang berkaitan dengan gejala-gejala alam. Akan tetapi, secara umum proses pembelajaran fisika masih disampaikan dengan metode konvensional. Hal ini mempengaruhi prestasi siswa masih rendah dan sebagian siswa merasa kurang berminat mempelajarinya. Melalui penggunaan media pembelajaran audio-visual berupa video,

siswa dimungkinkan untuk melihat suatu objek dalam keadaan bergerak dan bersuara. Pengukuran yang merupakan salah satu materi pada kelas X SMA biasanya hanya disampaikan dengan ceramah. Apabila materi disajikan melalui tayangan video, siswa dapat melihat langsung alat-alat yang digunakan dan proses penggunaan alat. Video dapat menayangkan sebuah intisari objek dan memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti di MAN Yogyakarta II. Sekolah ini telah memiliki LCD yang diletakkan di ruang laboratorium dan LCD cadangan yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran dengan menggunaakan media video. Akan tetapi pada kenyataannya, penggunaan media video tersebut belum optimal. Para guru tetap mengajar secara verbal tanpa menggunakan media pembelajaran tersebut. Menurut pengakuan salah seorang guru fisika, sejak disediakannya LCD di setiap laboratorium, beliau belum pernah mengajar dengan bantuan media video tersebut dan tetap mengajar dengan metode konvensional. Beliau menambahkan bahwa penggunaan media video menimbulkan masalah kerepotan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koesnandar (2006), beberapa alasan guru tidak menggunakan media adalah karena mereka beranggapan menggunakan media itu repot, canggih, dan mahal, serta memerlukan persiapan. Hal ini menjadi masalah bagi guru yang tidak bisa mengoperasikan dengan lancar atau “gagap teknologi” dan takut menggunakan peralatan elektronik. Oleh karena itu, guru ingin memilih beban seminimal mungkin. Hal ini diperkuat adanya kecenderungan bagi guru untuk melakukan hal yang sederhana dalam

---( 47 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

pelaksanaan tugas mengajar. Pernyataan ini terbukti dengan penggunaan metode ceramah monoton yang paling populer di kalangan guru dan memilih menggunakan papan tulis daripada menggunakan media video. Berdasarkan alasan-alasan tersebut media audiovisual yang telah disediakan tidak dipergunakan. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak. Audio-visual adalah media yang “audible” artinya dapat didengar dan media yang ”visible” artinya dapat dilihat. Audio-visual digunakan untuk membuat cara berkomunikasi dalam pengajaran, penerangan atau penyuluhan menjadi efektif. Jenis dari media audiovisual antara lain: gambar, foto, slide, model, pita kaset, tape recorder, film bersuara, dan televisi (Suleiman, 1988: 11). Sedangkan menurut Rinanto (1982: 21) Media audio-visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio-visual merupakan media yang didalamnya terdapat unsur visual dan audio yang efektif digunakan dalam pembelajaran. Suleiman (1988: 17-18) menjelaskan manfaat media audio-visual sebagai berikut. (1) Media audio-visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian. Perhatian yang semakin meluas dalam penggunaan media audiovisual telah mendorong bagi diadakannya banyak penyelidikan ilmiah mengenai tempat dan nilai media audio-visual tersebut dalam pendidikan. Penyelidikan itu telah membuktikan

bahwa media audio-visual jelas mempunyai nilai yang berharga dalam bidang pendidikan. Kata yang diucapkan, ditulis atau dicetak penuh dengan bahasa verbalisme, sehingga jika terdapat kata yang tidak jelas akan menimbulkan keragu-raguan. Siswa yang menerima pelajaran dapat lebih mudah menerima dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan melihat dan sekaligus mendengar. Keragu-raguan akan dapat dihindari secara efektif. (2) Media audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak. Dorongan adalah dasar bagi pemindahan suatu ide dari pemikiran seorang kepada orang lain. Media audio-visual memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki, yang akhirnya menjurus kepada pengertian yang lebih baik. (3) Media audio-visual mengekalkan pengertian yang didapat. Media audio-visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, akan tetapi apa yang diterima melalui media audio-visual lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan. Media audio-visual merupakan media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan. Sedangkan media yang hanya melibatkan indera penglihatan saja disebut media visual (salah satunya media cetak). Media cetak merupakan media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan, printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Susilana & Riyan (2008: 14) membagi jenis-jenis media cetak sebagai berikut. (1) Buku teks merupakan buku tentang bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun

---( 48 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. (2) Modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didisain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. (3) Bahan pengajaran terprogram merupakan paket pengajaran program individual, hampir sama dengan modul. Perbedaan bahan pengajaran terprogram dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disesuaikan dalam topik-topik kecil untuk setiap halamannya. Kemp, et al. (1985: 3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitiannya bahwa penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai bagian cara utama pembelajaran secara langsung menunjukkan dampak positif, antara lain: penyampaian pelajaran lebih baku, pembelajaran lebih menarik dan interaktif, mempersingkat waktu pembelajaran, peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, dan meningkatkan kualitas hasil belajar dan sikap positif siswa. Dari hasil penelitian tersebut, hasil belajar yang merupakan salah satu tujuan utama dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan pembelajaran menggunakan media. Syah (2010: 139-140) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan taraf keberhasilan proses belajar mengajar. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau program pengajaran disebut tes hasil belajar. Lebih lanjut lagi, Syah (2010: 129-136) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa sebagai berikut. (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis. Kondisi fisik siswa dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Aspek psikologis

yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa adalah: tingkat kecerdasan (intelegensi siswa), sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Lingkungan sosial seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekolah. Lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. (3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN Yogyakarta II. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan penyampaian materi pengukuran besaran panjang kelas X pada semester I tahun pelajaran 2011/2012. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN Yogyakarta II tahun pelajaran 2011/2012. Populasi terdiri dari 6 kelas, yaitu XA, XB, XC, XD, XE, dan XF dengan total 218 siswa. Penentuan sampel kelas dilakukan dengan teknik nonprobability purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 32 siswa untuk masing-masing kelas eksperimen-1 dan kelas eksperimen-2.

Variabel Penelitian Variabel bebas adalah penerapan media pembelajaran (media audio-visual dan media cetak). Variabel terikat adalah peningkatan hasil belajar.

---( 49 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

Variabel kontrol adalah guru yang mengajar, pokok bahasan yang diajarkan, evaluasi yang digunakan, kemampuan awal siswa, dan lama waktu penyampaian pelajaran. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest group design, seperti disajikan dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Desain penelitian metode eksperimen Kelompok

Pretest

Eksperimen-1 Eksperimen-2

O1 O1

Perlakuan (Treatment) X1 X2

dengan Posttest O2 O2

Keterangan: O1 = Tes kemampuan awal (pretest) siswa sebelum diberi perlakuan. O2 = Tes hasil belajar (posttest) siswa sesudah diberi perlakuan. X1 = Proses pembelajaran fisika dengan media audio-visual. X2 = Proses pembelajaran fisika dengan media cetak. Instrumen Penelitian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perangkat ini terdiri atas dua macam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu RPP penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual yang digunakan pada kelas eksperimen-1 dan RPP penerapan pembelajaran dengan menggunakan media cetak yang digunakan pada kelas eksperimen-2. Tes Hasil Belajar Penyusunan soal tes hasil belajar siswa didahului dengan pembentukan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal tes hasil belajar dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom ranah kognitif yang sudah mengalami perbaikan oleh Anderson yaitu C1

(mengingat), C2 (mengerti), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (berkreasi). Jumlah soal masing-masing sebanyak 20 soal. Pretest dan posttest dalam penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda yang telah disusun dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta dikonsultasikan dengan ahli dan guru mata pelajaran fisika di sekolah. Media Audio-visual dan Media Cetak Media Audio-visual disusun menggunakan program Ulead 11 dan macromedia flash 8. Media cetak disusun menggunakan Microsoft office publisher 2007. Kedua media tersebut divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Uji Instrumen Kelas XI merupakan kelas yang dipilih untuk melakukan uji instrumen, dengan asumsi kelas XI sudah pernah memperoleh materi pengukuran besaran panjang. Analisis yang diakukan pada instrumen antara lain validitas, reliabilitas, indeks kesukaran soal, dan alternatif jawaban. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan beberapa tahapan, seperti digambarkan pada bagan 1 berikut. Penentuan Sampel Kelas eksperimen-1

Kelas eksperimen-2

Pretest Pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual

Pembelajaran dengan menggunakan media cetak Posttest

Gambar 1. Diagram alur pengumpulan data

---( 50 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

Tabel 2. Data kemampuan awal siswa

Teknik Analisis Data Uji Prasyarat Dalam uji prasyarat, terdapat uji normalitas dan homogenitas yang diterapkan terhadap nilai pretest, posttest, dan peningkatan hasil belajar (standard gain). Uji normalitas dan homogentias menggunakan bantuan program SPSS 17.0. Uji Hipotesis Uji Hipotesis dilakukan dengan cara uji two independent sample kolmogrov-smirnov test satu pihak melalui program SPSS 17.0. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada taraf signifikansi 5% berdasarkan uji two independent sample kolmogrovsmirnov test dilihat dari taraf signifikansi p (Sig). Jika p < 0,05 maka H0 ditolak, demikian sebaliknya jika p > 0,05 maka H0 diterima. Ho: Kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang sama baik dengan kelas yang menggunakan media cetak pada pokok bahasan pengukuran besaran panjang. Hi : Kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada kelas yang menggunakan media cetak pada pokok bahasan pengukuran besaran panjang. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data kemampuan awal fisika siswa (pretest), data hasil belajar fisika siswa (posttest), dan data peningkatan hasil belajar fisika siswa. Hasil kemampuan awal kogitif siswa (pretest) disajikan pada tabel 2 berikut.

Kelas Eksperimen-1 Eksperimen-2

Nilai Simpangan Terend Baku Tertinggi ah 37,03 10,99 20 60 37,19 10,77 20 55

Rerata

Hasil kemampuan akhir kogitif siswa (posttest) disajikan pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Data kemampuan akhir siswa Kelas

Rerata

Eksperimen-1 Eksperimen-2

83,12 74,69

Nilai Simpangan Baku Terendah Tertinggi 11,27 55 100 10,16 60 95

Berdasarkan data kemampuan awal siswa dan data kemampuan akhir siswa diperoleh data peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dinyatakan dengan standard gain yang disajikan pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa Kelas Eksperimen-1 Eksperimen-2

nilai

Standard Gain 0,738 0,599

Perhitungan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Jika semua uji persyaratan analisis tersebut terpenuhi, maka analisis untuk pengujian hipotesis penelitian dengan two independent sample kolmogrov-smirnov test dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan pada nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain. Analisis yang digunakan untuk uji normalitas adalah uji Satu Sampel Kolmogorov Smirnov (One Sample Kolmogorov Smirnov) dengan menggunakan SPSS 17.0. Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 5 berikut. Tabel 5. normalitas No 1

---( 51 )---

Hasil

Uji Normalitas Nilai UAN

perhitungan

uji

Asymp. Sig. (p)

Keterangan

0,732

Distribusi normal

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

2

Pretest

0,163

3

Postest

0,162

4

Standard Gain

0,883

Tabel 7. Hasil uji hipotesis standard gain

Distribusi normal Distribusi normal Distribusi normal

Standard_ gain Most Extreme Differences

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. untuk nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain masingmasing > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa semua data berdistrbusi dengan normal. Uji homogenitas dilakukan pada nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain. Analisis statistik yang digunakan adalah uji-F dengan menggunakan SPSS 17.0. Hasil uji homogenitas disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel No 1

6. Hasil perhitungan homogenitas Uji Homogenitas Nilai UAN

Asymp. Sig. (p) 0.866

2

Pretest

0.925

3

Postest

0.622

4

Standard Gain

0.880

uji

Keterangan varian homogen varian homogen varian homogen varian homogen

Dari Tabel 6 di atas, nilai signifikansi atau probabilitas dari uji-F masing-masing data memiliki nilai > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain yang diuji memiliki varian yang homogen. Pengujian hipotesis dilakukan pada nilai standard Gain (peningkatan hasil belajar). Hasil perhitungan two independent sample kolmogrov-smirnov test untuk kedua kelompok secara ringkas disajikan pada tabel 7 berikut.

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig.

Absolute

.406

Positive

.031

Negative

-.406 1.625 .010

Berdasarkan hasil perhitungan two independent sample kolmogrovsmirnov test pada tabel 7 dapat dilihat harga Asymp. Sig. untuk varian yang sama adalah 0,01. Karena taraf signifikansi p < 0,05 (0,01 < 0,05) yang berarti Ho ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada kelas yang menggunakan media cetak pada pokok bahasan pengukuran besaran panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, dengan menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen-1 dan kelas eksperimen-2. Perbedaan antara dua kelas ini terletak pada media pembelajaran yang digunakan. Kelas eksperimen-1 dengan menggunakan media audio-visual, sedangkan kelas eksperimen-2 menggunakan media cetak. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan sama yaitu metode oral. Pembagian kelompok terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya. Kegiatan pembelajaran untuk kelas eksperimen-1 adalah menyaksikan video dengan durasi 18 menit, kemudian bersama temen kelompoknya melakukan diskusi yaitu membuat pertanyaan

---( 52 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

terkait materi yang mereka belum pahami yang ditampilkan dalam video. Kelas eksperimen-2 adalah membaca handout selama 18 menit, kemudian bersama temen kelompoknya melakukan diskusi yaitu membuat pertanyaan terkait materi yang belum mereka pahami yang terdapat dalam handout tersebut. Dalam diskusi kelas, semua kelompok mencari solusi atau jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh setiap kelompok. Setiap kelompok saling bersaing menjawab pertanyaan yang ada, hal ini membuat siswa bertambah semangat dalam belajar. Setelah akhir pembelajaran, kedua kelas sama-sama diberi evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang dipelajari. Dari data hasil penelitian, ratarata nilai standard gain untuk kelas eksperimen-1 0,738 dan kelas eksperimen-2 0,599. Sesuai dengan kriteria standard gain (g) menurut Hake (2002: 3), peningkatan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen-1 termasuk kategori tinggi, karena g > 0,70, sedangkan untuk kelas eksperimen-2 termasuk dalam kategori sedang, karena g terletak pada rentang antara 0,30 dan 0,70. Berdasarkan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat bahwa kelas eksperimen-1 lebih baik dari pada kelas eksperimen-2. Untuk memastikan adanya perbedaan antara kedua kelas maka dilakukan uji perbedaan atau uji two independent sample kolmogrovsmirnov test. Dari hasil uji two independent sample kolmogrov-smirnov test yang telah dilakukan tampak bahwa hipotesis alternatif diterima atau dengan kata lain terdapat perbedaaan antara kelas eksperimen-1 dengan kelas eksperimen2 pada peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif. Kelas yang

mengikuti pembelajaran dengan media audio-visual lebih baik secara signifikan daripada kelas yang menggunakan media cetak. Penerapan media audio-visual dalam kelas eksperimen-1 menyebabkan penyampaian pelajaran lebih baku, setiap siswa dapat melihat langsung jenis-jenis alat ukur panjang dan mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tersebut dengan visualisasi gerak. Beda halnya dengan media cetak dalam kelas eksperimen-2, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami apa yang disampaikan, karena dalam media cetak sulit menampilkan gambar bergerak. Pada pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual, siswa dapat mengamati gambar-gambar bergerak dengan dilengkapi suara sebagai penjelas dan memberikan pengalaman lebih yang nyata serta lebih banyak panca indera yang bekerja dibanding dengan media cetak, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dale (Arsyad, 2009: 24), mengemukakan bahwa dampak positif dari penggunaan media ialah keberadaan media pembelajaran khususnya media audio-visual dalam proses belajar mengajar dianggap dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik dari pada kelas yang menggunakan media cetak pokok bahasan pengukuran besaran panjang. Ini berarti, media audio-visual dapat

---( 53 )---

SPEKTRA

Jurnal Kajian Pendidikan Sains

digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Berdasarkan keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual dapat dijadikan referensi Guru mata pelajaran fisika untuk memilih alat bantu mengajar dalam upaya peningkatan hasil belajar. (2) Media audio-visual dapat dijadikan alternatif alat bantu mengajar dan penerapannya perlu dikembanghkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan. (3) Program yang digunakan untuk membuat media audio-visual lebih bervariasi sehingga media lebih menarik dan dapat memvisualisasikan gejala alam yang terkait dengan materi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2009). Pembelajaran. RajaGrafindo Persada.

Media Jakarta:

Hake, R. R. (2002, Agustus). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, HighSchool Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Makalah disajikan dalam Physics Education Research Conference, di Boise, Idaho.

Kemp, J. E. et al. (1985). Planning and Producing Instructional Media 5th. New York: Harper and Row. Koesnandar, A. (2006). Guru Dan Media Pembelajaran.http://abdullahalaussi e.multiply.com/journal/item/604. Diakses 16-04-2011 pukul 20.00

WIB. Rinanto, A. (1982). Peranan Media Audio Visual Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Sudjana, N. & Rivai, A. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suleiman, A. H. (1988). Media Audio-Visual. Jakarta: PT. Gramedia. Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: PT. RajaGrafindo Persada. Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

---( 54 )---