ELASTISITAS PERMINTAAN UPAYA KESEHATAN BI KABUPATEN PONOROGO 4
Wasis Budiarto* .*
ABSTRAK The objective ofhealth services planning is to provide the best access to health services within the constraints of availability of resources. The accomplishment o f this abjective requires identification of those factors most influential in determining a persons utilization of, or demand for health services. The objectives of this study are to measure utilization o f health services expressed in demand for health center services, especially to determine the demand coefficient.'^ elasticity as well as the quality in connection with private services. A household survey was conducted in this study with the household as unit .of analysis, The sample was 346 households, were taken from urban and rural areas. A multistage cluster random sample was executed. Demand variable is represented by the frequency o f visits t o health centers six months before investigation. Independent variables in this study are income, expenditure, education, distance, "tme and chargelcost of health services. The multiple linier regression was conducted in this study. Regression technique also enabled us to estimate the elasticity o f demand coefficient by transforming the data into logarithm scale, The results o f this study show that the regression equation explains 41,36% o f variations in the demand for health centers in urban areas and 16,82% in rural areas. The coefficient of elasticity explained 32,33% in urban and 4,59% in rural condition, The equation in the urban areizs show that higher education levels and,higher charges would lower the demand for health centers ( E = - 0,1489 and - 0,2108). In the rural areas, longer distances would lower health center demands ( E = - 0,1343). In urban areas, the quality connection o f health center with private services is substitutables, but for rural areas this is very small. Insurance will influence the demand for health services. To increase total amount o f health services demanded by families, the availability of health insurance is thus urgently needed. PENDAHULUAN Puskesmas yang merupakan pusat pembangunan kesehatan, berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan. Puskesmas
berupaya menyelenggarakan upaya kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau dengan peran serta masyarakat secara aktif, sehingga tercapai kemampuan hidup sehat dan tiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
*) Pusat Penelitian d~pengembaeganPelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI., di Surabaya
Bul. Peneljt. Kzsehat. 18 (1) 1990
39
Elastisitaspermintaan
.........
Peningkatan upaya kesehatan akan memberikan konsekuensi logis terhadap peningkatan kebutuhan sumberdaya kesehatan, terutama sumberdaya biaya, baik yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta. Sumberdaya yang berasal dari masyarakat dan swasta mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan sumber lain. Ternyata bahwa 60% dana berasal dari masyarakat dan swasta, sedang 34% dari pemerintah. Sisanya berasal dari bantuan luar negeri dan asuransi kesehatanB1 Dalam rangka pendayagunaan sumberdaya yang semakin terbatas, upaya kesehatan hams lebih diarahkan kepada upaya yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan yang diekspresikan tersebut merupakan 'demand' atau permintaan yang efektifB2Joe Newhouse (1 978) memberikan batasan 'demand' sebagai jumlah upaya kesehatan yang diminta individu untuk dibelia3 Sedang apabila dikaitkan dengan jumlah pelayanan yang mampu disediakan (supply), maka jumlah yang diminta tersebut menentukan penggunaan (ultilization) pelayanan kesehatan. Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan di Indonesia relatif masih rendah. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 menunjukkan bahwa 63,2% penderita yang ditemukan sakit sudah berobat. Dari mereka 24,2% berobat ke Puskesmas, 8,976 ke praktek dokter, 8'1% ke praktek paramedis dan 13,9% berusaha mengobati sendiri. Di pihak lain, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yang terbukti dengan terus dibangunnya
fasilitas kesehatan, Sampai dengan tahun 198711988 telah tersedia 5.642 Puskesmas, 17.372 Puskesmas Pembantu, 3.52 1 Puskesmas Keliling dan 1.024 Puskesmas dengan Tempat Perawatane4 Dari uraian di atas terlihat bahwa terclapat kesenjangan antara penyediaan unit pelayanan pemanfaatannya. Oleh karena itu kajian tentang kebutuhan masyarakat terhadap upaya kesehatan Puskesmas yang diekspresikan dalam permintaan, sangat diperlukan demi pengembangan kesehatan di masa mendatang.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis permintaan masyarakat terhadap upaya kesehatan Puskesmas, khususnya dalam rangka menentukan besarnya koefisien elastisitas permintaan terhadap pelayanan Puskesmas, serta sifat hubungan antara pelayanan Puskesmas dengan pelayanan praktek paramedis priva t
.
BAHAN DAN CARA 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan 'cross sectional study' tentang permintaan masyarakat terhadap upaya kesehatan Puskesmas. Permin taan digam barkan sebagai frekuensi kunjungan anggota rumah tangga selama 6 (enarn) bulan terakhir. Variabe1 tergantungnya adalah permintaan terhadap pelayanan Puskesmas, sedang variabel bebasnya adalah pendapatan keluarga, pengeluaran, pendidikan kepala keluarga, jarak ke Puskesmas, lama pela-
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (1) 1990
Elastisitas permmtaan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Wasis Budiarto . . .
yanan di Puskesmas dan biaya untuk mendapatkan pelayanan Puskesmas. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Penelitian dilakukan di 3 (tiga) kecamatan di Ponorogo, yang dipilih secara 'cluster random sampling', terdiri atas dua kecamatan pedesaan (Kauman dan Slahung) dan satu kecamatan perkotaan (Ponorogo Kota). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 346 rumah tangga. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kepala keluarga. Pengolahan data dilakukan dengan komputer yang menggunakan paket program SPSS. Analisis data yang digunakan adalah regresi dan log linier.
Beberapa variabel dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional sebagai berikut :
a.
Permintaan adalah frekuensi anggota mmah tangga ke Puskesmas atau paramedis dalam kurun waktu 6 bulan.
b. Pendapatan keluarga adalah selumh penghasilan keluarga (family income) dalam kumn waktu 1 bulan baik yang berasal dari gajilupah, hasil pertanian, perdagangan dan lain-lain yang diukur dalam satuan rupiah. c. Pengeluaran keluarga ada1,ah seluruh pengeluaran mmah tangga (family expenditure) secara rata-rata tiap bulan, dalam setahun rupiah. d. Pendidikan adalah pendidikan formal
kepala keluarga yang dihitung dalam Bul. Penelit. Kesehat. 18 (1) 1990
tahun suksesnya. e. Jarak adalah jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas/Paramedis), yang diukur dalam kilometer. f.
Lama adalah. ,jumlah waktu yang dikorbankan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas/ Paramedis yang meliputi waktu perjalanan, pelayanan, menunggu untuk satu kali kunjungan, yang dihitung dalam satuan jam.
g. Biaya atau harga adalah jumlah pengorbanan untuk mendapatkan pelayanan Puskesmas/Paramedis yang merupakan penjumlahan biaya perjalanan, biaya pelayanan yang meliputi biaya pemeriksaan, tindakari, obat-obatan, yang dihitung dalarn satuan rupiah.
FORMULA MODEL Formula yang dipakai dalam rangka menentukan besaran marginal atau koefisien regresi adalah : Qd = a + b l x l + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 Yang dipakai untuk menentukan besaran elastisitas adalah : 1nQd = a + El (In x 1) + E2 (lnx2) + E 3 (lnx3) + E4 (lnx4) + E5 (lnx5) + E6 (lnx6).
...
di sini Qd = kuantitas permintaan, b 1 b6 = besaran marginal atau koefisien regresi dan E l ... E6 = besaran elastisitas, X1 = variabel bebas.
...X6
41
Elastisitas permintaan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Wasis Budtarto
Di samping itu, untuk melihat hubungan antara unit pelayanan puskesmas dengan pelayanan praktek paramedis privat, digunakan elastisitas harga silang (cross price elasticity) dengan formula: Qd = a + b l x l + b2x2 b8x8 + b9x9
+ b3x3 + b7x7 +
1nQd = a + El (lnxl) + (E2 (lnx2) + E3 (lnx3) + E7 (lnx7) + E8(lnx8) + E9(lnx9)
di sini X1 = pendapatan, X2 = pe~~geluaran, X3 = pendidikan, X4 = jarak ke puskesmas, X5 = lama ke puskesmas, X6 = biaya ke puskesmas, X7 = jarak t,e praktek paramedis privat, X8 = lama ke praktek paramedis privat, X9 = biaya ke praktek paramedis privat.
HASIL PENELITIAN 1. Elastisitas Permintaan Puskesmas Yang dimaksud dengan elastisitas permintaan Puskesmas adalah persentase perubahan jumlah pelayanan Puskesmas yang diminta (dibutuhkan) akibat adanya persentase perubahan variabel bebasnya. Semua tabel dalam penelitian ini mernberikan gambaran tentang besaran marginal dan besaran elastisitas serta nilai beta dari masingmasing besaran. Nilai beta tersebut merupakan nilai tiap besaran, yang telah dibakukan berdasarkan 'standard of error' yang bersangkutan, sehingga dlmungkinkan untuk membandingkan peranan nisbi antara berbagai variabel bcbas. Elastisitas permintaan terhadap pelayanan Puskesmas secara keseluruhan dari masyarakat kota dan desa di Kabupaten Ponorogo terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Besaran marjinal dan besaran eltsridtas prmintaan terhadap pehyanan Puskesmas menuru: tipe daerah (kotaldesa) di Kabupaten Ponoiogo Variabel bebas
Besaran maiinal
Bcsaran elastisitar
Kota
Desa
Kota
Desa
(-0,1385) -0,0108 (-0,0400)
(-0,0142) 0,0708 (0,1041)
(-0,0830)
(0;0124)
-0,0005 (-0.0533) 0,0002 (0,0200) -0,0006 (-0,5939) 6,9887
-0,0010 (-0,0642) -0,0035 (-0.21 88) -0,0002 (-0,1085) 5.6070
0,4136 0.0000
0,1682 0.0000
Pendapatan Frng-luaran Ptzdidikan
Ja-2 Lana Birya Koritanta
R2 Si-dficancy F Kcr-rznpn : an$.
42
-0,1489 0.1 951 (--0,13833) (0,1546) 0,0223 -0,1343 (0,0303) (-0.1 181) 0,0291 -0,0139 (0,0264) (-9010S) -0.21 08 -0,0035 (-0,5357) (-0,0349) 2,5186
1,2356
0,3233 0.1370
0,0459 0.3764
dalam Lurung adalah nilai beta (beta ma jinal dan beta dastk~tas).
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (1) 1990
Elastisitas permintaan
. . . .' . . . . . . . . . . . . . . . . Wasis Budiarto
Dari tabel tersebut tampak bahwa pada besaran marginal, permintaan masyarakat desa terhadap pelayanan Puskesmas dapat diterangkan oleh variabel bebas sebesar 41,3670 dan di kota sebesar 16,8276. Pada besaran elastisitas, perrnintaan atau dalam penelitian ini penggunaan pelayanan Puskesmas dapat diterangkan oleh variabel bebas sebesar 32,3376, pada masyarakat desa variabel bebas dapat menerangkan elastisitas perpermin taan Puskesmas sebesar 4,s 9% saja sedang sisanya diterangkan oleh faktor luar lainnya. Variabel yang mempunyai pengaruh terhadap besaran elastisitas maupun besaran marginal adalah biaya, jarak dan pendidikan. Bertambahnya biaya sebesar 100% akan dapat menumnkan penggunaan Puskesmas di kota-sebesar 7 176, sedang di desa akan terdapat penurunan sebesar 0,370 saja. Keadaan tersebut nampaknya dapat diterima karena kondisi di kota berbeda dengan di desa dalam ha1 pilihan pencarian pelayanan kesehatan. Penduduk kota mempunyai pilihan lain dalam pencarian pelayanan kesehatan, misalnya kepada dokter umum, paramedis, rumah sakit dan sebagainya, sedangkan penduduk desa pilihan tersebut tidak ada. Dari variabel pendidikan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan permintamasyarakat terhadap pelayanan Puskesmas di kota maupun di desa. Dengan naiknya tingkat pendidikan kepala keluarga sebesar 100% maka penggunaan Puskesmas justru turun sebesar 14,89% di kota, sedangkan di desa penggunaan Puskesmas naik sebesar 19,s 1%. Peningkatan pendidikan yang makin tinggi di Bul. Penelit. Kesehat. 18 ( 1 ) 1990
kota akan meningkatkan permintaan terhadap pelayanan yang lebih canggih, seperti pelayanan spesialis baik privat maupun di rumah sakit, sehingga permintaan Puskesmas akan tumn. Di desa, pendidikan yang tinggi juga akan meningkatkan permintaan terhadap pelayanan yang lebih canggih. Karena Puskesmas di desa relatif d i a n g a p lebih canggih dibandingkan dengan pelayanan lain yang tersedia di desa (dukun, posyandu) maka permintaan terhadap Puskesmas akan naik. Bertambahnya jarak ke Puskesmas, penggunaan Puskesmas oleh masyarakat kota justru naik sebesar 2,23%. Di desa kondisi tersebut akan menurunkan penggunaan Puskesmas sebesar 13,4370. Dari tabel 1 dapat dikatakan bahwa faktor biaya mempengaruhi penggunaan Puskesmas di kota, sedang di desa yang mempengaruhi adalah faktor jarak. Pendidikan yang meningkat akan mempengaruhi penggunaan Puskesmas di desa, sedang di desa justru terjadi sebaliknya.
2. Sifat hubungan pelayanan Puskesmas dengan praktek paranledis Pelayanan kesehatan pada praktek paramedis adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan di tempat praktek atau di rumah. Sifat hubungan antara pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dan praktek paramedis dapat terlihat pada besaran elastisitas silangnya (cross elasticity coefficient) apakah merupakan hubungan substitusi atau komplementer. Disebut mempunyai hubungan substitusi bila besaran elastisitas silangnya positif dan dan komplementer jika besaran elastisitas silangnya negatif.= Keadaan tersebut ierlihat pada tabel 2.
Elastisitas permintaan .
................ ...
Wasis Budiarto
,
Tabel 2, Besaran elastisitas permintaan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas dan praktek paramedis privat di Kabupaten Ponorogo --
Variabel bebas
Kota Puskesmas Paramedis
-
-- --
- --
---
-
Desa Puskesmas Paramedis
Pendapatan Pengeluaran Pendidikan Jarak ke praktek paramedis Lama ke praktek paramedis Biaya ke praktek paramedis Konstanta
R* Significancy F
0,1749 0,571 1
0,9785 0,0000
0,0489 0,333 1
0,9278 0,0000
Keterangan : angka dalam tanda kurang adalah beta elastisitas.
Dari tabel di atas tampak sifat hubungan praktek paramedis privat sebesar 1% akan meningkatkan jumlah kunjungan ke puskesmas kota sebesar 0,18% saja, berarti bahwa hubungan tersebut bersifat substitusi lemah (Es=positif). Demikian pula yang terjadi di Puskesmas pedesaan dengan elastisitas permintaan yang relatif kecil, yakni sebesar 0,08. Bertambahnya jarak tersebut nampaknya tidak merobah masyarakat untuk tetap menggunakan pelayanan praktek paramedis privat. Hubungan tersebut jika ditinjau dari lama 44
pelayanan termasuk untuk perjalanan, rnerlulljukkan hubungan yang komplementer (Es=negatif). Menurunnya kunjungan ke Puskesmas pedesaan akibat bertambahnya lama pelayanan di praktek paramedis juga terjadi di kota. Dari faktor biaya, hubungan kedua pelayanan tersebut bersi fat substitusi, artinya bahwa pertambahan biaya ke praktek paramedis sebesar 1% akan meningkatkan kunjungan Puskesmas 0,27% di kota dan 0,07% di Puskesmas pedesaan. Menambahkan pendapatan masyaraBul. Penelit. Kesehat. 18 ( 1 ) 1990
Elastisitas permintaan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Wasis Budiarto
kat justru aka11 menurunkan permjntaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Puskesmas kota sebesar 0,967c sedang di pedesaan masalali pendapatan tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan. Perubahan pendapatan sebesar 1% di desa lianya meningkatkan permintaan Puskesmas sebesar 0,07% dan pelayanan praktek paramedis sebesar 0,156. Dari tabel tersebut dapatlali digarisbawahi baliwa di Kabupaten Ponorogo perubalian jarak, lama dan biaya ke pelayanan praktek paramedis tidak terlalu mempengarulli permintaan niasyarakat terhadap pelayanan Puskesmas. Walaupun mempunyai sifat liubungan yang substitusi, penambalian kunjungan ke I-'~!skesmasjuga diikuti oleli bertambahnya kunjungan ke praktek parameclis privat. Jika dilihat secara terpisall, maka tampak baliwa faktor jarak dan biaya ke praktek paraniedis menipengaruhi permintail11 masyarakat tcrhadap pelayanan pararnedis tli pedesaun. Di perkotaan faktor yang paling berpengarul~ adalah biaya. Baik di kota maupun di desa, bertambalinya biaya ke praktek paramedis justru akan meningkatkan jumlah kunjungan yang cukup bcsar. Meningkatnya 1% biaya pelayanan ke praktek paramedis akan meningkatkan kunjungan sebesar 0,68% di kota dan 0,35% di pedesaan.
PEMBAHASAN Mengingat sumbcr dana y a n r ada terbatas, maka alokasi dana untuk berbagai program kesehatan harus didasarkan pada skala prioritas. Alternatif pemilihan alokasi yang rasional adalah dengan mcmberikan prioritas yang tinggi pada program Bul. Penclit. Keschut 18 ( 1 ) 1990
dengan elastisitas yang tinggi pula. Artinya, dengan sejunilali intervensi yang sama akan memberikan akibat yang lebih besar. Terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya elastisitas permintaan dari suatu komoditi, yaitu 1) ke beradaan barang subsitusi; 2) jumlah alternatif penggunaan dari komoditi, dan 3) harga relatif dari komoditi terhadap pendapatan k ~ n s u m e n .Dalam ~ pelayanan kesehatan kebutulian kesehatan tergantung pada 'medical assessment' yang diberikan kepada penderita berdasarkan standar kedokteran yang berlaku.' Jenis perawatan yang diberikan sangat bers a n t ~ u l g pada diagnosa dan kondisi penderita sehingga dokter bebas memutuskan jenis teknologi kedokteran yang diterapkan dalam rangka pengobatan tersebut. Roemer dan Shain8 mengemukakan bahwa 'the supply of beds creates a demand for those beds' artinya baliwa dengan menamball fasilitas kesehatan, maka akan menciptakan permintaan terliadap pelayanan keseliatan tersebut. Pendapat tersebut sebenarnya tidak selalu benar, karena dengan penambahan fasilitas kesehatan di satu pihak, kurang diikuti ole11 penianfaatannya, sehingga tidak jarang ditemui fasilitas kesehatan yang 'menganggur'. Dari hasil penelitian di atas tampak bahwa walaupun besaran elastisitasnya kurang dari satu (inelastis), tetapi harus kita perhatikan khususnya yang mempunyai besaran yang paling besar. Untuk masyarakat kota, permintaan terhadap pelayanan Puskesmas sedikit elastis dengan adanya perubahan biaya dan pendidikan. Meningkatnya pendidikan dan
Elastisitas permintaan . . . . .
.. ..
biaya akan menurunkan jumlah kunjungan ke Puskesmas (Elastisitas permint a a n : E = -0,15 dan -0,21). Untuk masyarakat desa, permintaan pelayanan Puskesmas dipenuhi oleh pendidikan dan jarak. Tingginya pendidikan masyarakat desa akan meningkatkan kunjungan ke Puskesmas, dan bertambahnya jarak ke Puskesmas akan menurunkan kunjungan ke Puskesmas (Ed pendidikan = - 0,20 dan Ed jarak = - 0,13). Dengan memperhatikan hasil penelitian di atas, tampaknya untuk meningkatkan cakupan Puskesmas di pedesaan, maka strategi yang dipilih adalah meningkatkan pendidikan masyarakat dan mendekatkan pelayanan Puskesmas ke masyarakat. Memang sudah disadari oleh pelaksana program bahwa masalah pelayanan kesehatan dewasa ini adalah masalah .~ accessibilitas, kualitas dan b i a ~ a Dengan demikian maka pada Repelita V masalah yang harus dipecahkan adalah masalah pembiayaan pelayanan kesehatan. Untuk itu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat desa tidak boleh disamakan dengan masyarakat kota, karena kebutuhan dua masyarakat tersebut berbeda keadaannya. Tuntutan pelayanan kesehatan masyarakat kota jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, khususnya yang berkaitan dengan mutu, teknologi dan pola pelayanannya. Sifat hubungan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan praktek paramedis privat di kota adalah substitusi, artinya nleningkatnya biaya kunjungan ke praktek paramedis akan meningkatkan kunjungan ke Puskesmas. Dernikian pula dengan bertambahnya jarak, maka kun-
. . . . . . . .Wasis Budiarto
jungan ke Puskesmas pun cenderung naik. Sebenarnya dalam pelayanan kesehatan, naiknya kunjungan Puskesmas tersebut belum tentu disebabkan karena masyarakat berobah pilihannya, tetapi kemungkinan memang masyarakat butuh pe!ayanan Puskesmas tersebut. Di pedesaan, tampaknya hubungan keduanya adalah komplementer. Hal tersebut sesuai dengan amanat pemerintah, bahwa pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta mempunyai tanggungjawab yang sama dalam upaya menyehatkan masyarakat. Di sini tampak bahwa hubungan antara Puskesmas dengan praktek paramedis di desa bersifat saling melengkapi, sehingga anggapan sementara orang selama ini bahwa adanya praktek privat oleh paramedis Puskesmas akan menurunkan penggunaan Puskesmas ternyata dari penelitian ini 'tidak benar'. Tampaknya masyarakat pedesaan mempunyai cita rasa atau 'taste' tersendiri dalam memilih pelayanan kesehatannya. Yang perlu mendapat perhatian lagi adalah bahwa dengan meningkatnya pek~tlapatanmasyarakat kota, maka penggunaan pelayanan Puskesmas cenderung aka11 tumn sedang pelayanan paramedis a'.. t i meningkat, Untuk masyarakat pedesrran, peningkatan pendapatan akan rneningkatkan penggunaan Puskesmas dan praktek paramedis. Kiranya dapat dimaklumi, bahwa dengan meningkatnya status ekonomi masyarakat atau keluarga, maka mereka akan cenderung mencari pelayanan yang 'lebih baik' sedang di desa mereka tidak terlalu memperdulikan masalah tersebut. Kenyamanan pelayanan kiranya banyak dicari oleh masyarakat kota, sedang yang dicari oleh masyarakat
Bul. Penelit. Kesehat. 18 (1) 1990
Elastisitas permintaan . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . Wasis Budiarto
desa adalah kete jangkauannya. Kiranya strategi yang diterapkan ole11 pemerintah dewasa ini sangatlah tepat yakni dengan lebih mengutamakan pelayanan bagi masyarakat pedesaan dan yang berpenghasilan rendah. Implikasi hasil penelitian irli adalah bahwa realitas konsumen dalam memilill pelayanan kesehatan nanipaknya cukup dominan. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan akan meningkat jika kendala yang ada telah dapat diatasi dengan baik, misalnya kendala biaya telah diatasi dengan upaya dana sehat. Tetapi perlu pula disadari, hahwa peningkatan permintaan dan atau kebutuhan rnasyarakat terhadap pelayanan kesehatan, pada akhirnya juga aka11 meningkatkan biaya kesehatan itu sendiri.lO.
KESIMPULAN Dari penelitian clintas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Elastisitas permintaan terhadap pelayanan kesehatan ruskesmas secara keseluruhan m e m p ~ m y a i sifat 'inelastis' (Ed < 1). Besaran elastisitas yan? terbesar adalah biaya untuk masyarakat kota, sedang di desa yang terbesar adalah pendidikan. Meningkatnya pendidikan masyarakat kota akan menurunkan penggunaan Puskesmas sedang di desa justru akan meningkatkan kunjungan Puskesmas. 2. Sifat hubungan pclayanan kesehatan Puskesmas dengan praktek paramedis privat adalah substitusi untuk jarak-dan biaya di daerali perkotaan, sedang di pedesaan sifat liubungan tersebut tidak terlalu narnpak (Es kecil). Untuk di kota, rneningkatnya biaya kc prak tek pararnedis Uul. Pcnelit I
'justru akan meningkatkan kunjungan (Ed = 0,68). IJntuk itu program pembangunan keschatan di desa harus tidak bole11 disamakan dengan pembangunan kesehatan di kota, karena kebutuhan terhadap pelayanan kesehatannya juga berbeda.
DAFTAR RUJUKAN 1. Brotowasisto dan Ridwan Malik., (1 988). Pembiayaan kesehatan di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat Inclo~lesia, tahun VII, No. 9. Oktober. 2. Lee Kenneth dan Anne Mills, (1983). The Economics of Health in Developing Countries, Oxford New York, Toronto, Oxford University Press, p. I 0 0 10 1. 3 . Newhouse Joe, (1 978). Tl~eEconomics of Medical Care, A Policy perspective, Reading MA: Addison Wisley. 4. Leimena SL. (1 988). Arali dan Kebijaksanaan Pembinaan Kesehatan Masyarakat dalam Pelita V, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XVIII, No. 9, Oktober. 5 . Leftwich Richard A. ( 1 960). The Price Systenl and Resource Allocation, New York, Rinehart and Winston, p. 27. 6. Sorkin Alan L, (1 983). Health Economics: An Introduction, Second and Revised Edition, Toronto, Lexington Books, p. 25-44. 7. Williams, (1 974). Need as a demand concept, in: Culyer AJ (ed), Economics and Social Goals : Aspect of Public Choise, Martin Rcbertson, London.
Elastisitas permintaan
... . ............ . ...
8. Feldstein PJ., (1979). Health Care Economics, New York, A Willey Med. Public, John Willey & Sons. 9. Noor I Gusti Rizali, (1986). Gagasan
DUKM: Pengertian dan Pengembangan, Seminar Pengembangan
Wasis Budiarto
Penyelenggaraan Sistem DUKM bagi Tenaga Ke rja, Jakarta, 1 1- 12 Agustus. 10. Gani Ascobat, ( 1 987). Ekonomi Kesehatan di Indonesia, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Th. XVI, No. 10, April.
~ u l Penelit. . Kesehat. 18 (1) 1990