E:TITADTITAFEB 15NO 4 DES

Download Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge Planning. Hubungan antara ... pengaru...

0 downloads 524 Views 69KB Size
Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge Planning

Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge Planning di RSUD Gambiran Kota Kediri JAM 12, 4 Diterima, Juni 2014 Direvisi, September 2014 Desember 2014 Disetujui, Desember 2014

Nazvia Natasia Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Sri Andarini Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Mulyatim Koeswo Dinas Kesehatan Kabupaten Malang

Abstract: The aim of this study is to find the corelation between motivation and supervision by looking at nurses’ working performance in documentation discharge planning. This study is a quantitative study of correlative quantitative type with cross sectional approach. Motivation and supervision was measured by using questionnaire, all questionnaires used five scales of likert. Discharge planning documentation was measured by using checklist observation. Univariant, bi-variant, and multivariate analyses are used to analyze the relevant data. Bi-variant analysis test indicates that there is a correlation between motivation and supervision with performance at work of nurse in documentation discharge planning. Supervision is corelation more than motivation. Keywords: motivation, supervision, discharge planning Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor motivasi dan supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Penelitian ini merupakan penelitian observasional jenis kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross sectional study. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan skala likert dan observasi menggunakan checklist. Analisa data menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara faktor motivasi dan supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Faktor supervisi lebih berpengaruh terhadap pendokumentasian discharge planning dibandingkan dengan faktor motivasi. Kata Kunci: motivasi, supervisi, discharge planning Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 12 No 4, 2014 Terindeks dalam Google Scholar

Alamat Korespondensi: Nazvia Natasia, Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Perawat menjalankan fungsi dengan berbagai peran antara lain sebagai pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, councelor, komunikator dan pendidik (Rumanti

2009). Menurut Orem (2001) dalam Rondhianto (2012) peran perawat sebagai educator dan councelor selama pasien dirawat di rumah sakit dapat dilakukan dengan memberikan discharge planning. Discharge planning adalah pengembangan perencanaan yang dilakukan untuk pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan optimal,

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 723

ISSN: 1693-5241

723

Nazvia Natasia, Sri Andarini, Mulyatim Koeswo

mengurangi efek samping, dan mengurangi biaya rumah sakit. Perawat adalah salah satu anggota tim discharge planner, sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan cara dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal, dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran adalah Rumah Sakit tipe B yang dikelola oleh Pemerintah Kota Kediri. Beberapa data mengenai efisiensi pelayanan di RSUD Gambiran Kota Kediri adalah BOR 73,67%, BTO 62,36 kali, TOI 1,36 hari, ALOS 4,21 hari, GDR 76,85%, dan NDR 38,09%, dan memiliki kapasitas 293 tempat tidur. Sepuluh besar penyakit terbanyak pada instalasi rawat inap RSUD Gambiran diantaranya adalah pasien dengan penyakit Diabetes Mellitus (DM), Gastro Enteritis Akut (GEA), gagal ginjal kronis (GGK), Hipertensi, bronchopneumoni, Decomp Cordis (DC), Demam Berdarah, Cedera Otak Berat (COB), CVA dan CVA infark (Laporan Tahunan RSUD Gambiran, 2013). Sebagian besar penyakit tersebut membutuhkan perawatan dalam waktu cukup lama, penyakit yang sering mengalami kekambuhan dan membutuhkan keterampilan atau pengetahuan khusus untuk perawatan dan pengobatannya. Perencanaan pasien pulang (discharge planning) yang berisi tentang nasehat-nasehat waktu Keluar Rumah Sakit (KRS) terdapat pada lembar Resume Keperawatan, pada status pasien diberi kode DMK 14f. Pelaksanaan discharge planning di RSUD Gambiran belum berjalan dengan baik. Hasil wawancara peneliti dengan salah satu kepala ruang rawat inap di RSUD Gambiran, peneliti mendapatkan informasi bahwa pendidikan kesehatan atau konseling yang diberikan oleh perawat saat pasien akan pulang, masih ada yang belum terdokumentasi dengan lengkap. Peneliti melakukan telaah pada status pasien pulang, dari 37 status yang di telaah, peneliti melakukan penilaian pada lembar resume keperawatan, pada item nasehatnasehat yang diberikan oleh perawat pada pasien saat Keluar Rumah Sakit. Hasil telaah peneliti menemukan sebanyak 51,3% status resume keperawatan tidak terdokumentasi dengan lengkap. Lebih dari 50% 724

perawat tidak melakukan dokumentasi tentang perencanaan pasien pulang dengan lengkap, dari data diatas peneliti menilai bahwa perawat tidak memberikan edukasi tentang bagaimana perawatan pasien di rumah. Dokumentasi proses asuhan keperawatan merupakan tampilan perilaku atau kinerja perawat pelaksana dalam memberikan proses asuhan keperawatan kepada pasien selama pasien dirawat di rumah sakit. Dokumentasi proses asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas haruslah akurat, lengkap dan sesuai standar. Apabila kegiatan keperawatan tidak didokumentasikan dengan akurat dan lengkap maka sulit untuk membuktikan bahwa tindakan keperawatan telah dilakukan dengan benar (Hidayat 2004). Pengawasan (supervisi) terhadap kinerja perawat secara berjenjang di RSUD Gambiran belum dilakukan secara optimal. Hasil wawancara peneliti dengan salah satu kepala ruang di instalasi rawat inap menyatakan bahwa jika ada status pasien yang tidak terisi, maka kepala ruangan yang akan melengkapi status tersebut, selain itu kepala ruangan tidak memberikan sanksi ataupun teguran pada bawahannya. Supervisi di RSUD Gambiran yang telah ada dan berjalan selama ini berupa supervisi harian yang dilakukan oleh kepala ruangan atau tim secara begantian setiap harinya. Kegiatan supervisi ini antara lain masih sebatas mencatat jumlah pasien di tiap-tiap ruangan dan jumlah perawat yang berdinas pada hari tersebut. Supervisor mencatat masalah atau kejadian yang terjadi pada saat itu, kemudian masalah-masalah tersebut dibahas dan dicari solusinya dalam rapat komite keperawatan. Supervisi merupakan salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian/controlling (Swansburg, 2000). Selain faktor supervisi kepala ruang, masalah lain yang berkaitan dengan kinerja perawat dalam melakukan pendokumentasian dapat juga disebabkan oleh faktor dari perawat itu sendiri. Hasil observasi selama magang yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2013 di RSUD Gambiran tentang kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan Standard Operational Prosedure (SOP) didapatkan hasil bahwa 52,6% perawat memiliki motivasi rendah. Dari hasil pengamatan pada status pasien, masih ditemukan perawat yang tidak mendokumentasikan tindakan perawatan dan evaluasi keperawatan pada setiap shift jaga.

JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 4 | DESEMBER 2014

Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge Planning

Berdasarkan fenomena dan fakta diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor supervisi dan motivasi perawat dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap RSUD Gambiran Kota Kediri. Kerangka konsep penelitian disajikan dalam gambar 1.

sectional study. Hubungan yang ingin diteliti adalah hubungan antara faktor motivasi dan supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor motivasi dan supervisi. Variabel dependen yaitu pendokumentasian discharge planning.

Pelaksanaan discharge planning:

Faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor Internal : Umur Jenis kelamin Masa kerja Persepsi Motivasi -

1.

P engkajian

2.

Diagnosa

3.

P erencanaan. Rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien: - Medication (obat) - Environment (lingkungan) - Treatment (pengobatan)

Faktor eksternal: Kepemimpinan Imbalan Pengembangan karir

- Health Teaching (pengajaran kesehatan) - Outpatient referral

Supervisi

- Diet

Herzberg (1966) dalam Gibson, Ivancevich and Donnelly (2002); Suyanto (2009)

4.

Implementasi

5.

Evaluasi

Sumber: Perry and Potter P.A (2005), Medical Mutual of Ohio (2008); PPNI (2012)

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Hipotesis pada penelitain ini adalah: H1 : Ada hubungan positif antara faktor motivasi perawat dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning di RSUD Gambiran Kota Kediri. H2 : Ada hubungan positif antara faktor supervisi perawat dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning di RSUD Gambiran Kota Kediri.

METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional jenis kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross

Penelitian ini dilaksanakan di tujuh ruang rawat inap di RSUD Gambiran Kota Kediri selama 12 hari pada bulan April. Sampel dari penelitian ini adalah perawat yang bekerja di tujuh ruang rawat inap sebanyak 132 orang, kriteria inklusi sampel penelitian adalah perawat pelaksana pada ruangan tersebut yang melaksanakan discharge planning, dan perawat pelaksana yang menjadi responden tidak sedang sakit, tidak sedang cuti, tidak sedang tugas belajar pada saat dilakukan penelitian, tidak sedang libur. Teknik pengambilan data menggunakan total sampling.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

725

Nazvia Natasia, Sri Andarini, Mulyatim Koeswo

Pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur yang diberikan pada responden, selain itu dilakukan observasi terhadap hasil dokumen pemeriksaan pasien pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat pada lembar asuhan keperawatan dan resume keperawatan. Teknik pengolahan data melalui tahapan editing, coding, tabulasi data, dan skoring di mana setiap jawaban dinilai menggunakan sistem skor. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan observasi. Alat pengumpulan data kuesioner menggunakan skala likert. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner berisi pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan faktor motivasi dan supervisi.

HASIL Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi pada variabel independen dan dependen. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Motivasi, Supervisi dan Pendokumentasasian Discharge Planning, 2014 (n=125) Variabel Motivasi Tinggi Rendah Supervisi Baik Kurang Dokumentasi Lengkap Tidak Lengkap

f

%

53 72

42,4 57,6

54 72

43,2 56,8

50 75

40 60

Sumber: Data kuesioner diolah 2014

Hasil analisis pada tabel 1 didapatkan bahwa perawat pelaksana yang menunjukkan motivasi kerja tinggi sebanyak 42,4% dan perawat yang memiliki motivasi kerja rendah sebesar 57,6%. Hasil analisis faktor supervisi didapatkan bahwa sebanyak 56,8% perawat pelaksana menilai supervisi yang dilakukan oleh kepala ruang masih kurang. Sedangkan dari hasil pendokumentasian didapatkan bahwa sebagian besar 60% dokumentasi discharge planning yang dilakukan oleh perawat pelaksana masih tidak lengkap.

Hasil Analisis Bivariat Sebesar 85% dokumentasi discharge planning yang tidak lengkap dilakukan oleh perawat dengan motivasi rendah dan hanya 15% yang didokumentasikan dengan lengkap. Sebesar 74% dokumentasi discharge planning yang lengkap dilkukan oleh perawat dengan motivasi tinggi dan hanya 26% dokumentasi tidak lengkap. Hasil analisis hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning diperoleh nilai p value < 0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara faktor motivasi perawat dengan pendokumentasian discharge planning. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan adanya hubungan antara faktor motivasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning dapat diterima. Semakin tinggi motivasi perawat pelaksana di RSUD gambiran maka semakin tinggi kinerja perawat dalam melakukan pendokumentasian discharge planning. Motivasi dapat menjadi pendorong bagi seseorang untuk menjalankan tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Tabel 2. Hubungan antara Motivasi dan Supervisi dengan Pendokumentasian Discharge Planning, 2014 (n=125) Variabel

Dokumentasi Discharge Planning Tidak Lengkap Lengkap Total N % N % N %

Motivasi : Rendah Tinggi Supervisi : Kurang Baik

61 14

85 26

11 39

15 74

72 53

100 100

0.000

65 10

91,6 18,5

6 44

8,4 81,5

71 54

100 100

0.000

Sumber: Data kuesioner diolah 2014

726

P ChiSquare

JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 4 | DESEMBER 2014

Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge Planning

Sebesar 91,6% dokumentasi discharge planning yang tidak lengkap dilakukan oleh perawat dengan supervisi kurang dan hanya 8,4% yang terdokumentasi dengan lengkap. Sebesar 81,5% dokumentasi discharge planning lengkap dilakukan oleh perawat dengan supervisi baik dan hanya 18,5% yang tidak didokumentasikan dengan lengkap. Hasil analisis hubungan antara supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning diperoleh nilai p value < 0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara faktor supervisi perawat dengan pendokumentasian discharge planning. Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan adanya hubungan antara faktor supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning dapat diterima. Semakin baik supervisi yang dilakukan oleh kepala ruang maka semakin lengkap pendokumentasian discharge planning yang dilakukan oleh perawat. Supervisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan staf dalam memberikan pelayanan, pengawasan dan pembinaan dari atasan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Hasil uji regresi logistik pada variabel motivasi didapatkan nilai Odd Ratio sebesar 15,448 yang artinya perawat yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan pendokumentasian discharge planning dengan lengkap sebesar 15 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi rendah. Pada variabel supervisi didapatkan nilai Odd Ratio sebesar 46,667 yang artinya perawat yang di supervisi dengan baik akan melakukan pendokumentasian discharge planning dengan lengkap sebanyak 46 kali dibandingkan dengan perawat yang kurang mendapatkan supervisi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh supervisi 3 kali lebih besar dibandingkan dengan pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning (Tabel 3).

PEMBAHASAN Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge planning Pada penelitian ini didapatkan sebesar 57,6% perawat memiliki motivasi kerja rendah. Motivasi perawat berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning (p=0,000).

Hasil Analisis Multivariat Tabel 3. Hasil Regresi Logistik antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Pendokumentasian Discharge Planning, 2014 (n=125) Variabel Motivasi Supervisi

B

SE

Odd Ratio

p

Negelkerke R 2

2,737 3,864

0,452 0,552

15,448 47,667

0,000 0,000

0,4 12 0,6 12

Sumber: Data kuesioner diolah 2014

Pada tabel 3 hasil uji regresi logistik antara variabel motivasi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning didapatkan nilai Negelkerke R2=0,412 dan nilai p=0,000. Hal ini berarti bahwa pengaruh motivasi mampu menjelaskan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning sebesar 41,2% dan pengaruh tersebut signifikan. Hasil uji regresi logistik antara variabel supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning didapatkan nilai Negelkerke R2= 0,612 dan nilai p=0,000. Hal ini berarti bahwa pengaruh supervisi mampu menjelaskan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning sebesar 61,2% dan pengaruh tersebut signifikan.

Semakin tinggi motivasi perawat maka pendokumentasian discharge planning yang dihasilkan semakin lengkap. Hasil regresi logistik didapatkan ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning (p=0,000), hasil regresi tersebut didapatkan bahwa motivasi memberikan kontribusi 41,2% terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Nilai Odd Ratio pada regresi logistik didapatkan bahwa perawat yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan pendokumentasian discharge planning dengan lengkap sebesar 15 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi rendah.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

727

Nazvia Natasia, Sri Andarini, Mulyatim Koeswo

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Badi’ah, et al. (2009), didapatkan hasil bahwa secara umum faktor motivasi mempunyai hubungan yang kuat, bila motivasi meningkat maka kinerja perawat akan meningkat. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Herisman (2006), menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan, dimana motivasi dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Peran serta perawat dalam memberikan discharge planning berpengaruh besar terhadap keberhasilan perawatan pasien dirumah. Segala bentuk tindakan yang diberikan oleh perawat harus didokumentasikan sebagai bukti bahwa perawat telah melakukan tindakan dengan benar. Tidak terdokumentasiya tindakan discharge planning dalam status rekam medik pasien dapat menimbulkan sangkaan bahwa perawat tidak memberikan discharge planning pada pasien selama dilakukan perawatan di rumah sakit. Adanya motivasi dari atasan atau pihak manajerial dapat meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning.

Hubungan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge planning Pada penelitian ini didapatkan sebesar 56,8% perawat menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruang kepada perawat pelaksana masih kurang. Supervisi perawat berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning (p=0,000). Semakin baik supervisi yang dilakukan maka pendokumentasian discharge planning yang dihasilkan semakin lengkap. Hasil regresi logistik didapatkan ada pengaruh supervisi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning (p=0,000), hasil regresi tersebut didapatkan bahwa motivasi memberikan kontribusi 61,2% terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Nilai Odd Ratio pada regresi logistik didapatkan perawat yang di supervisi dengan baik akan melakukan pendokumentasian discharge planning dengan lengkap sebanyak 46 kali dibandingkan dengan perawat yang kurang mendapatkan supervisi.

728

Sitorus and Panjaitan (2011) mengatakan bahwa tujuan supervisi antara lain adalah untuk mengorientasikan, melatih, membimbing staf sesuai kebutuhan dan mengarahkan untuk menggunakan kemampuan dan mengembangkan keterampilan baru, memfasilitasi staf untuk mengembangkan dirinya, menolong dan mengarahkan staf untuk meningkatkan minat, sikap dan kebiasaan yang baik dalam bekerja, memberikan bimbingan langsung kepada staf dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mendorong dan meningkatkan perkembangan profesional secara terus menerus dan menjamin standar asuhan keperawatan. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Hasil pendokumentasi belum dapat mencapai angka yang optimal, karena belum adanya upaya evaluasi kinerja dalam pendokumentasian yang dilakukan oleh kepala ruang. Atasan belum secara maksimal menjadi role model bagi perawat, penjelasan tindak lanjut dan pemberian umpan balik positif juga belum dilakukan secara optimal (Wirawan, et al., 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saripawan and Hasanbasri (2007) mengatakan bahwa supervisi lapangan bisa menjadi pengganti pelatihan dimana petugas supervisi bisa secara langsung memperbaiki kesalahpahaman dan praktik-praktik dibawah standar ketika petugas kesehatan berada dilapangan. Menurut Ratna Yulia Sitorus (2005), pelaksanaan supervisi sendiri dapat dilakukan setiap harinya sesuai dengan susunan jadwal kegiatan yang telah disusun oleh atasan. Seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam: memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan, memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan, memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksana keperawatan, mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok), memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan, melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat, mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik (Suyanto, 2009).

JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 4 | DESEMBER 2014

Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Discharge Planning

Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nomiko (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel supervisi dengan kinerja perawat di mana perawat yang disupervisi dengan baik akan berpeluang 6 kali lebih baik untuk memiliki kinerja baik dibandingkan dengan perawat yang tidak disupervisi. Semakin baik supervisi yang dilakukan oleh kepala ruag terhadap perawat pelaksana maka semakin baik kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh supervisi 3 kali lebih besar dibandingkan dengan pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sebesar 57,6% perawat memiliki motivasi kerja rendah. Motivasi perawat berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Hasil regresi logistik didapatkan ada pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning, hasil regresi tersebut didapatkan bahwa motivasi memberikan kontribusi 41,2% terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Perawat yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan pendokumentasian discharge planning dengan lengkap sebesar 15 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi rendah. Sebesar 56,8% perawat menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruang kepada perawat pelaksana masih kurang. Supervisi perawat berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Hasil regresi logistik didapatkan ada pengaruh supervisi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning, hasil regresi tersebut didapatkan bahwa motivasi memberikan kontribusi 61,2% terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning. Perawat yang disupervisi dengan baik akan melakukan pendokumentasian discharge planning dengan lengkap sebanyak 46 kali dibandingkan dengan perawat yang kurang mendapatkan supervisi.

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh supervisi 3 kali lebih besar dibandingkan dengan pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian discharge planning.

Saran Berdasarkan kesimpulan, berikut ini saran yang direkomendasikan antara lain rumah sakit dapat menerapkan kebijakan supervisi secara rutin, kepala ruangan dapat memberikan dukungan dan motivasi pada bawahan untuk meningkatkan kinerjanya. Bagi perawat pelaksana diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja dan meningkatkan kinerja dalam pendokumentasian discharge planning.

DAFTAR RUJUKAN Badi’ah, A., Mendri, N.K., Ratna, W., & Hendarsih, S. 2009. ’Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati Bantul Tahun 2008’, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, vol. 12 No. 02 Juni. Caliskan, Y.M., & Ozsoy, S.A. 2010. ’Effectiveness of a Discharge-planning Program and Home Visits For Meeting The Physical Care Needs of Children With Cancer’, Support Care Cancer, vol. 18, no. 2, pp. 243– 53. Controlled Clinical Trial. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. 2002. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1, Tangerang: Binarupa Aksara. Herisman. 2006. ’Hubungan Persepsi dan Motivasi Kerja Pegawai Administrasi dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pada Pengadilan Negeri Bengkulu’. Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba. Nomiko, D. 2007. ’Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi’, in Tesis Program Pasca Sarjana FIK-UI. Perry, A.G., & Potter, P.A. 2005. ’Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4’, in, vol. 2. PPNI 2012. ’Standar Kompetensi Perawat Indonesia’. Rondhianto. 2012. ’Pengaruh Diabetes Self Management Education dalam Discharge Planning terhadap Self Care Behavior Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2’, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), vol. 7, No. 3, November 2012.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

729

Nazvia Natasia, Sri Andarini, Mulyatim Koeswo

Rumanti, E. 2009. ’Analisis Pengaruh Pengetahuan Perawat Tentang Indikator Kolaborasi Terhadap Praktek Kolaborasi Perawat Dokter Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino Gondohutomo Semarang’, in Tesis Pascasarjana Universitas Diponegooro. Saripawan, Y., & Hasanbasri, M. 2007. ’Implementasi Posyandu dan Supervisi Oleh Puskesmas di Pontianak’, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, vol. Vol. 10 No. 02, pp. 90–7. Sitorus, R., & Panjaitan, R. 2011, Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.

730

Sitorus, R.Y. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Panduan Implementasi. Jakarta: EGC, Suyanto, S. 2009. Mengenal Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Yogyakarta: Mitra Cendekia. Swansburg, R.C. 2000. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC. Wirawan, E.A., Novitasari, D., & Wijayanti, F. 2013. ’Hubungan antara Supervisi Kepala Ruang dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa’, Jurnal Managemen Keperawatan, vol. 1, No. 1, Mei 2013.

JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 4 | DESEMBER 2014