ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT

Download kajian pustaka. 5. Kearifan lokal masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat. Bentuk-bentuk kearifan dalam pemanfaatan tumbuhan ...

9 downloads 800 Views 2MB Size
1

ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir)

ANTARI DESUCIANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2

RINGKASAN ANTARI DESUCIANI. Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir). Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT. Pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya hubungan timbal balik dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada, khususnya tumbuhan pangan dan obat, yang memiliki kandungan gizi dan bahan obat yang penting bagi kesehatan. Pemanfaatan dilakukan sesuai dengan pengetahuan lokal masyarakat suku tertentu dalam kehidupan keseharian mereka mengarah pada terciptanya kehidupan yang berdaulat dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan dalam kehidupan keseharian masyarakat. Salah satu suku/etnis yang memanfaatkan sumberdaya hutan sesuai dengan pengetahuan lokal, yaitu Suku Lampung Pesisir yang tinggal di sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Namun dokumentasi pengetahuan pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir belum tersedia. Oleh karena itu penting dilakukannya penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat yang berpotensi dan dimanfaatkan serta mengkaji kearifan lokal masyarakat Suku Lampung Pesisir dalam aksi konservasi tumbuhan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2012 di Dusun Margadalom dan Tahura WAR. Obyek penelitian yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat. Metode pengumpulan data melalui beberapa tahapan, yaitu kajian pustaka, observasi/pengamatan lapang, penentuan responden menggunakan purposive sampling, wawancara, dan pembuatan herbarium. Hasil penelitian ini, teridentifikasi tumbuhan pangan sebanyak 45 spesies dari 25 famili, didominasi oleh famili Fabaceae sebanyak 9 spesies, habitus herba dan buah ditemukan masing-masing sebanyak 20 spesies (44%) dan 28 spesies (56%). Tumbuhan pangan fungsional dimanfaatkan, 46 spesies dari 28 famili, Euphorbiaceae dan Zingiberaceae ditemukan masing-masing sebesar 13% (4 spesies), Habitus herba dan buah banyak dimanfaatkan, masing-masing sebesar 37% (17 spesies) dan 37% (28 spesies). Teridentifikasi tumbuhan obat sebanyak 52 spesies dari 31 famili, Fabaceae dan Poaceae serta habitus pohon, masingmasing sebanyak 5 spesies (14%) serta 17 spesies (33%). Bagian daun banyak dimanfaatkan sebesar 55%. Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu pengetahuan pemanfaatan tumbuhan berasal dari pengalaman dan turun temurun. Kearifan tradisional yang ada, yaitu repong, pekhaga, dan pemanfaatan tumbuhan obat sesuai pengetahuan lokal.

Kata kunci: Tumbuhan pangan, tumbuhan obat, konservasi, suku Lampung Pesisir.

3

SUMMARY ANTARI DESUCIANI. Food and Medicine Ethnobotany of Community Around Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Area (Study Case in Lampung Pesisir Tribe). Under Supervision of ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT. Human needs can be fulfilled though the mutual relation and utilization of the existing natural resources, especially food and medicinal plants that contain nutrition and medicinal materials which are important for health. The utilization is based on the local knowledge of a particular community daily life habits leading to the establishment of food sovereign and independency in their daily life. One tribe that utilize the natural resources in accordance with the local perception and knowledge is Lampung Pesisir Tribe who lives adjacent to Wan Abdul Rachman Grand Forest Park (Tahura WAR). However, the utilization of food and medicinal plants have not been documented by the community of Lampung Pesisir Tribe. Therefore, it is important to conduct this research. The aim of this research is to identify the diversity of food and medicinal plants which are utilized and have potential, also to study the local wisdom of Lampung Pesisir Tribe in plants conservation action. This research was conducted on March-April 2012 at Margadalom Hamlet and Tahura WAR. Object of the study species are known and used by the public. The method of this study consisted of some steps, literature review, observation/field observation, determination of respondents used purposive sampling, interview and maked of herbarium. Result of this research, identified 45 species from 25 family of food plants were dominated by Fabaceae family with total of 9 species, herba habitus with 20 species (44%) and fruit 28 species (56%). Functional food plants identified were 46 species from 28 family, Euphorbiaceae and Zingiberaceae was found each 13% (4 species), herba habitus and fruit was much utilized, each of them as much as 37% (17 species) and 37% (28 species). Medicinal plants were identified as much as 52 species from 31 family, Fabaceae and Poaceae, then tree habitus, each of them as much as 5 species (14%) and 17 species (33%). Leaf is mostly used (54%). Conclusion of this research, the knowledge of plants utilization were passed on from heredity based on experience. The existing local wisdom are repong, pekhaga, and used of lokal knowledge of medicinal plants.

Keywords : Food plants, medicinal plants, conservation, Lampung Pesisir tribe.

4

ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir)

ANTARI DESUCIANI

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5

PERNYATAAN

Dengan ini Saya Antari Desuciani menyatakan bahwa skripsi berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir) adalah benarbenar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2012

Antari Desuciani E34080048

6

Judul Skripsi

Nama NIM

: Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir) : Antari Desuciani : E34080048

Menyetujui, Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 19590618198503003

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc NIP. 196209181989031002

Mengetahui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 195809151984031003

Tanggal Lulus:

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat yang berpotensi dan dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir, serta mengkaji kearifan lokal masyarakat suku Lampung Pesisir dalam aksi konservasi tumbuhan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi tumbuhan pangan dan obat yang digunakan, bermanfaat bagi pendokumentasian dan pengembangan pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat berlandaskan pada kearifan lokal masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR), khususnya suku Lampung Pesisir. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait . Terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua pihak.

Bogor, November 2012

Antari Desuciani

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Antari Desuciani dilahirkan di Mulyoasri, Provinsi Lampung pada tanggal 22 Desember 1990, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yaitu Abdi Fajar Imani dan Agassi Al-Afghani dari pasangan Bambang Faryanto dan Yuliani. Pada tahun 1996 penulis lulus dari TK Dharma Wanita Simpang Pematang, tahun 2002 penulis lulus dari SDN 01 Simpang Pematang. Pada tahun 2005 Penulis lulus dari SMPN 01 Tulang Bawang Tengah, tahun 2008 Penulis lulus dari SMAN 03 Bandar Lampung, dan lulus seleksi masuk IPB jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) program Mayor-Minor. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa dengan mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB. Selama menuntut ilmu di IPB, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan

Mahasiswa

Konservasi

Sumberdaya

Hutan

dan

Ekowisata

(HIMAKOVA) sebagai anggota Kelompok Pemerhati Flora dan Organisasi mahasiswa daerah Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA). Penulis melakukan

kegiatan

Praktek

Pengenalan

Ekosistem

Hutan

(PPEH)

di

Pangandaran-Gunung Syawal. Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan gunung Walat dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Studi Kasus Pada Suku Lampung Pesisir)” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M. Sc.F.

9

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana dan meraih gelar Sarjana Kehutanan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS. selaku pembimbing pertama dan Dr.Ir. Agus Hikmat, MSc.F. selaku pembimbing kedua, terimakasih atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada penulis. 2. Seluruh staf pengajar DKSHE atas ilmu dan pengetahuan yang telah diterima penulis selama belajar di KSHE. 3. Kepala UPTD Tahura WAR (Ir. Wiyogo Supriyanto), Tubagus M. Rifki, SP, M.Si, Kepala desa Gebang (Bpk. Toni), Kepala dusun Margadalom (Bpk. Mastur), dan keluarga Bpk Zulkifli, yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian di dusun Margadalom. 4. Keluarga besar Laboratorium KTO atas semangat kebersamaan dalam pengerjaan proposal dan skripsi di ruang KTO tercinta. 5. Keluarga besar KSHE 45 yang telah memberikan pengalaman, semangat, dan motivasi yang luar biasa. 6. Teristimewa kedua orang tua tercinta Ibunda Yuliani dan Ayahanda Bambang Faryanto serta adik-adikku tersayang Abdi Fajar Imani dan Agassi Al-Afghani yang telah memberikan kasih sayang, masukkan dan semangat serta do’a dalam melancarkan perkuliahan di IPB. 7. Keluarga besar kosan ceria “Pink House” 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu atas bantuan, dukungan, dan do’a selama penulis belajar di IPB dan menyelesaikan skripsi.

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................................

i

DAFTAR TABEL ......................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................

1

1.2 Tujuan ..............................................................................................

2

1.3 Manfaat ............................................................................................

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Etnobotani ......................................................................

3

2.2 Ruang Lingkup Etnobotani ..............................................................

4

2.3 Kearifan Lokal Masyarakat ..............................................................

5

2.4 Pengertian Tumbuhan Pangan .........................................................

7

2.5 Pengertian Tumbuhan Obat dan Pengobatan Tradisional ................

11

2.6 Taman Hutan Raya ..........................................................................

13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................

14

3.2 Alat, Bahan, dan Obyek Penelitian ..................................................

15

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan .........................................................

15

3.4 Metode Pengambilan Data ..............................................................

16

3.5 Analisis Data ...................................................................................

17

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Status ...............................................................................................

22

4.2 Kondisi Fisik Kawasan ....................................................................

22

4.3 Kondisi Biologi Kawasan ................................................................

23

4.4 Potensi Obyek Wisata ......................................................................

25

4.5 Aksesibilitas .....................................................................................

25

4.6 Penduduk..........................................................................................

25

ii

4.7 Kondisi Sosial/Budaya/Kepercayaan Masyarakat ...........................

26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Pangan Fungsional 5.1.1 Keanekaragaman spesies ....................................................... 5.1.2 Keanekaragaman habitus ....................................................... 5.1.3 Keanekaragaman bagian yang digunakan .............................. 5.14 Keanekaragaman tipe habitat .................................................

32 32 36 36 37

5.2 Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Obat ...................................... 5.2.1 Keanekaragaman spesies ....................................................... 5.2.2 Keanekaragaman habitus ....................................................... 5.2.3 Keanekaragaman bagian yang digunakan .............................. 5.2.4 Keanekaragaman tipe habitat .................................................

40 40 56 57 58

5.3 Kearifan Lokal Masyarakat .............................................................. 5.3.1 Karakteristik responden ......................................................... 5.3.2 Aksi konservasi masyarakat suku Lampung Pesisir ..............

59 59 68

5.4 Peran Perguruan Tinggi dan Masyarakat .........................................

73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .....................................................................................

76

6.2 Saran ...............................................................................................

76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

78

LAMPIRAN .................................................................................................

97

iii

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

1.

Jenis data yang dikumpulkan…….........…………….............

15

2.

Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaannya………….......

19

3.

Mata pencaharian penduduk……………………………….....

27

4.

Tingkat pendidikan penduduk……………………………......

27

5.

Pola penggunaan tanah…………………………………….....

28

6.

Sarana dan prasarana desa…………………………………....

28

7.

Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan kandungan nutrisi....................................................................................... 8. Persentase jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan habitus...................................................................................... 9. Persentase jumlah spesies tumbuhan pangan fungsional berdasarkan habitus.................................................................. 10. Persentase bagian tumbuhan pangan fungsional yang digunakan................................................................................. 11. Keanekaragaman tipe habitat tumbuhan pangan ……….........

33 36 36 37 38

12. Keanekaragaman tipe habitat tumbuhan pangan fungsional...

40

13. Ramuan obat tradisional..........................................................

43

14. Keanekaragaman spesies tumbuhan obat untuk mengobati berbagai kelompok penyakit.................................................... 15. Persentase jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus....................................................................................... 16. Bagian tumbuhan obat yang digunakan...................................

46 57 57

17. Mata pencaharian responden.....................................................

61

18. Luas kebun responden..............................................................

62

19. Luas lahan sawah garapan responden......................................

63

iv

DAFTAR GAMBAR

No.

Halaman

1.

Lokasi penelitian..................................................................

14

2.

Diagram alir tri-stimulus amar pro-konservasi...................

21

3.

Persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan........

37

4.

Pekarangan...........................................................................

39

5.

Si kudip (Proiphys amboinensis).........................................

55

6.

Dusun berbatasan dengan Kawasan Tahura WAR..............

62

7.

Ikan goreng, sayur pindang, lalaban, dan Cubik..................

66

8.

Cupil....................................................................................

67

9.

Satu timpuy kokosan...........................................................

70

10.

Pecandang...........................................................................

71

11.

Aliran irigasi........................................................................

73

v

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1.

Famili tumbuhan pangan ……...............................................

98

2.

Famili tumbuhan obat……….................................................

99

3.

Famili tumbuhan pangan fungsional.......................................

100

4.

Keanekaragaman tumbuhan pangan oleh masyarakat............

101

5.

Keanekaragaman tumbuhan obat oleh masyarakat.................

104

6. 7.

Keanekaragaman tumbuhan pangan fungsional oleh masyarakat.............................................................................. Potensi tumbuhan pangan di Tahura WAR............................

107 111

8.

Potensi tumbuhan obat di Tahura WAR.................................

112

9.

Potensi tumbuhan pangan fungsional di Tahura WAR..........

114

10. Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional.........

120

11. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat........................

138

12. Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional................. 13. Data responden.......................................................................

144 156

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan banyak manfaat dan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Perananan hutan mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan. Manfaat hutan terkait erat dengan kesejahteraan dalam hal, pengembangan dan keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, peningkatan kehidupan masyarakat serta mudahnya memperoleh sumber penghasil pangan dan obatobatan. Indonesia memiliki keanekaragaman ekosistem hutan dimana di dalamnya hidup flora dan fauna yang sangat beranekaragam. Hutan tropika Indonesia terdiri dari berbagai tipe ekosistem, dengan keanekaragaman hayati kurang lebih sebanyak 800 spesies tumbuhan pangan (BKP 2012) dan lebih 2.039 spesies tumbuhan obat (Zuhud 2009) yang berguna bagi kesehatan dan mengobati berbagai macam penyakit manusia maupun hewan ternak. Selain kaya sumberdaya alam khususnya sumber pangan dan obat, Indonesia juga memiliki keanekaragaman kelompok etnis/suku dengan kehidupan sosial dan budaya yang berbeda yang hidup di dalam maupun di sekitar hutan. Perbedaan tersebut tentunya terkait erat dengan perbedaan cara hidup dan pengetahuan serta pemahaman untuk mempertahankan kehidupan. Pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya hubungan timbal balik dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada, khususnya tumbuhan pangan dan obat. Spesies tumbuhan tersebut memiliki kandungan gizi dan bahan obat yang merupakan unsur penting bagi kesehatan. Dusun Margadalom terletak dekat dan berbatasan langsung dengan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Masyarakat Dusun Margadalom berinteraksi langsung dengan kawasan Tahura WAR dan memanfaatkan sumberdaya hutan pada kawasan sesuai dengan pengetahuan lokal masyarakat. Salah satu suku/etnis yang memanfaatkan sumberdaya hutan sesuai dengan pengetahuan lokalnya, yaitu suku Lampung Pesisir yang tinggal di Dusun Margadalom. Pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat oleh masyarakat erat kaitannya dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan kesehatan dalam

2

kehidupan keseharian masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dilakukan secara mandiri dengan menggali potensi sumberdaya pangan dan obat

lokal. Hal

tersebut di atas sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat agar terwujudnya kemandirian dan ketahanan pangan lokal serta kesehatan yang memiliki pengaruh terhadap

kesejahteraan

hidup

masyarakat

dan tentunya berujung pada

kesejahteraan dan kemandirian Negara. Namun, pendokumentasi mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat sesuai dengan pengetahuan lokal masyarakat suku Lampung Pesisir belum tersedia. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.

Mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan pangan dan obat yang berpotensi dan dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir.

2.

Mengkaji kearifan lokal masyarakat suku Lampung Pesisir dalam aksi konservasi tumbuhan.

1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi tumbuhan pangan dan obat yang digunakan, bermanfaat bagi pendokumentasian dan pengembangan pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat berlandaskan pada kearifan lokal.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etnobotani Etnobotani menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa. Menurut Soekarman dan Riswan (1992) etnobotani berasal dari bahasa Yunani yaitu ethnos berarti bangsa dan botany yang artinya tumbuhtumbuhan. Etno berasal dari kata ethnos yang dapat diartikan memberi ciri pada kelompok dari suatu populasi dengan latar belakang yang sama baik dari adat istiadat, karakteristik, bahasa dan sejarahnya, sedangkan botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan. Dengan demikian etnobotani berarti ilmu yang mempelajari tentang kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan (Martin 1998). Beberapa definisi etnobotani yang lain menurut beberapa ahli, antara lain: 1. Hough (1898) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan dalam hubungannya dengan budaya manusia. 2. Jones (1941) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia yang primitif dengan tumbuh-tumbuhan. 3. Schultes (1967) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan vegetasi di sekitarnya. 4. Ford (1980) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari penempatan tumbuhan secara keseluruhan didalam budaya dan interaksi langsung manusia dengan tumbuhan. 5. Sheng-Ji et al. (1990) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani adalah ilmu yang mempelajari keseluruhan hubungan langsung antara manusia dan tumbuhan untuk apa saja kegunaannya.

4

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan langsung manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional. 2.2 Ruang Lingkup Etnobotani Terdapat empat usaha utama yang berkaitan erat dengan etnobotani, yaitu: 1) pendokumentasian pengetahuan etnobotani tradisional; 2) penilaian yang bersifat kuantitatif tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber botani; 3) penilaian keuntungan yang dapat diperoleh dari tumbuhan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk tujuan komersial; dan 4) proyek yang bermanfaat dan dapat memaksimumkan nilai yang diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan ekologi dan sumber-sumber ekologi (Martin 1998). Lebih lanjut Martin (1998) menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan etnobotani, yaitu : 1. Masyarakat pribumi adalah penduduk suatu kawasan yang telah dikaji dan memperoleh pengetahuan mengenai ekologi secara turun menurun dalam budaya mereka sendiri. 2. Penyelidik/peneliti adalah orang yang terlatih pada sebuah perguruan tinggi, dalam mendokumentasikan pengetahuan tradisional ini dan bekerjasama dengan masyarakat pribumi. 3. Pengetahuan tradisional atau pengetahuan lokal adalah hal-hal yang diketahui oleh masyarakat mengenai alam sekitarnya. Suwahyono et al. (1992) menyebutkan bahwa dalam etnobotani dipelajari pola perilaku kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan anggotanya terhadap tumbuhan di lingkungan sekitarnya, yang digunakan tidak saja untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spiritual dan budaya lainnya. Kajian mengenai etnobotani dibatasi oleh ruang lingkup bahwa etnobotani merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi dan konsepsi masyarakat tentang sumberdaya tumbuhan di alam sekitarnya. Pemanfaatan yang dimaksud di sini yaitu pemanfaatan tumbuhan baik sebagai bahan obat, sumber pangan maupun sumber kebutuhan hidup manusia lainnya. Status etnobotani sebagai ilmu tidak mengalami masalah, akan tetapi status obyek penelitiannya sangat rawan karena cepatnya laju erosi sumber daya alam,

5

terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan dari suku bangsa tertentu. 2.3 Kearifan Lokal Masyarakat Masyarakat lokal telah lama hidup secara berdampingan dengan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Mereka tidak melakukan perusakan besar-besaran terhadap sumberdaya alam, di sebagian besar tempat yang ada di sekitarnya tersebut. Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan memiliki peranan yang penting dalam perkembangan budaya masyarakat. Namun, saat ini masyarakat lokal sedang dihadapkan pada perubahan lingkungan secara besarbesaran akibat meningkatnya interaksi masyarakat dengan dunia luar, sehingga seringkali timbul perbedaan yang mencolok antara generasi tua dengan generasi muda (Primack et al. 1998). Pengetahuan merupakan kapasitas

manusia untuk

memahami

dan

menginterpretasikan baik hasil pengamatan langsung maupun pengalaman sehingga dapat digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Bangsa Indonesia yang mendiami di seluruh pulau-pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi. Kehidupan suku-suku tersebut terutama yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan lingkungannya secara turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani oleh leluhurnya. Masyarakat setempat yang hidup secara tradisional tersebut dikenal dengan istilah-istilah tribal people (masyarakat suku), indigenous people (orang asli), native people (penduduk asli) atau tradisional people (masyarakat tradisional) (Primack et al. 1998). Kearifan tradisional sering diistilahkan dengan sebutan pengetahuan tradisional atau pengetahuan lokal. Kearifan tradisional menurut Keraf (2002) adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan didalam komunitas ekologis. Sementara pengetahuan adalah salah satu unsur kebudayaan yang muncul dari pengalaman-pengalaman individu akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya, kemudian diimplementasikan menjadi

6

konsep-konsep, pendirian-pendirian, dan pedoman-pedoman tingkah laku bermasyarakat. Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang manusia, alam, dan bagaimana hubungan diantara semua penghuni komunitas ekologis harus dibangun. Berdasarkan hal tersebut di atas Keraf (2002) menyebutkan bahwa : 1. Kearifan tradisional adalah milik komunitas bukan individu. 2. Kearifan tradisional yang juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praksis mencakup bagaimana memperlakukan setiap kehidupan di alam dengan baik. 3. Kearifan tradisional

lebih bersifat

holistik karena menyangkut

pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta. 4. Berdasarkan kearifan tradisional masyarakat adat juga memahami semua aktivitasnya sebagai aktivitas moral. Tradisi berarti adat kebiasaan yang turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat tetapi bersifat hukum yang tidak tertulis. Tradisional berarti bersifat adat kebiasaan yang turun temurun, hasil kreatifitas dan uji coba secara terus menerus dengan inovasi internal dan eksternal dalam usaha menyesuaikan dengan kondisi baru. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun di air (UU No.05 tahun 1990 Pasal 1 ayat 4 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.08 tahun 1999 tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar bertujuan agar spesies tumbuhan dan satwa liar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemanfaatan spesies tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan mengendalikan pendayagunaan spesies tumbuhan dan satwaliar atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya dengan tetap menjaga keanekaragaman dan keseimbangan ekosistem. Masyarakat lokal telah lama hidup secara berdampingan dengan keanekaragaman hayati atau sumberdaya alam yang ada di sekelilingnya. Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting

7

dalam perkembangan budaya masyarakat (Afrianti 2007). Pengelompokkan penggunaan tumbuhan oleh Purwanto dan Walujo (1992) meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, pangan, bangunan, alat rumah tangga, dan alat pertanian, tali temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat, obat-obatan dan kosmetika, kegiatan sosial dan kegunaan lain. 2.4 Pengertian Tumbuhan Pangan Tumbuhan pangan adalah kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (1988) disebutkan bahwa tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (Jika dimakan ternak dinamakan pakan). Jenis penghasil pangan yaitu tumbuhan yang mengandung karbohidrat, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Seiring dengan perkembangan jaman, tumbuhan yang hanya semula terdapat pada satu tempat akhirnya menyebar ke berbagai daerah sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia. Tumbuhan pangan di Indonesia ada yang memiliki daerah penyebaran khusus hanya terdapat di daerah tertentu dan ada yang menyeluruh. Penyebaran di daerah tertentu akibat dari pengaruh iklim dan tanah. Demikian pula dengan penggunaannya, selain memenuhi kebutuhan pangan dengan berbagai bentuk, digunakan pula untuk kepentingan lain (Moeljopawiro & Manwan 1992). Tumbuhan penghasil pangan di Indonesia dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Komoditas utama, seperti padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogaea), jagung (Zea mays) dan sebagainya. 2. Komoditas potensial, seperti sorgum (Andropogon sorgum), sagu (Metroxylon sp.), wijen (Sesamum indicum), dan sebagainya. 3. Komoditas introduksi, seperti jawawut (Panicum viridae), ganyong (Canna edulis), kara (Dolichos lablab) dan sebagainya. Menurut Kartikawati (2004), tumbuhan penghasil pangan dapat ditemukan pada jenis tumbuhan seperti kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan sereal. Pengertian mengenai kacang-kacangan diberi batasan sebagai biji kering yang dapat dimakan (edible) dari polong-polongan. Polong-polongan merupakan anggota Suku Leguminosae yang memiliki polong atau legume. Buah-buahan

8

adalah jenis buah-buahan tahunan yang dapat dimakan baik dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan umumnya dikonsumsi dalam kondisi mentah. Buah-buahan mengandung vitamin dan mineral untuk menyeimbangkan menu makan dan beberapa jenis mengandung protein dan energi. Sayuran merupakan tumbuhan yang biasanya mengandung air atau dikonsumsi sebagai makanan yang mengandung zat tepung dan tidak jarang digunakan sedikit pada makanan untuk menambah rasa dan kelezatan. Sereal merupakan jenis tumbuhan yang dihasilkan oleh famili Poaceae dan merupakan jenis yang paling banyak dimanfaatkan dan digunakan adalah dari famili ini, seperti padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), gandum (Triticum spp.), dan lain-lain. 2.4.1 Pengertian pangan Menurut Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumberdaya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar (basic need) manusia. Pertahanan hidup manusia sangat terkait dengan pangan, tanpa pangan manusia tidak akan bisa hidup. Hal tersebut tentunya merupakan faktor utama dalam hal hak asasi manusia yang paling mendasar (Hariyadi 2010a). Pangan lokal didefinisikan sebagai produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu, produk tersebut umumnya diolah dari bahan baku lokal menggunakan teknologi lokal. Proses pengadaan pangan lokal tersebut berdasarkan pengetahuan lokal dan biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Biasanya produk lokal sering menggunakan nama daerah; seperti Dodol Garut, Talas Bogor, Wajik Salaman, dan lain-lain. Pangan lokal tentunya memilki peranan strategis dalam pembangunan ketahanan pangan (Hariyadi 2010b). Makanan tradisional diolah berdasarkan resep secara turun-temurun, bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat, dan makanan yang dihasilkan sesuai

9

dengan selera masyarakat setempat. Menurut Sosrodiningrat (1991) diacu dalam Marwanti (1997), ciri-ciri makanan tradisional, yaitu: 1. Resep makanan yang diperoleh secara turun temurun dari generasi pendahulunya. 2. Penggunaan alat tradisional tertentu di dalam pengolahan masakan tersebut (misalnya: alat dari tanah liat). 3. Teknik olah masakan merupakan cara pengolahan yang harus dilakukan untuk mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari suatu masakan. 2.4.2 Ketahanan dan kedaulatan pangan Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.07 tahun 1996). Menurut Hariyadi (2010), aspek utama dalam ketahanan pangan terdiri dari 4 hal; yaitu (1) aspek ketersediaan pangan (food availibity), (2) aspek stabilitas ketersediaan/ pasokan pangan (stability od supplies) (3) aspek keterjangkauan (acces supplies) dan (4) aspek konsumsi (food utilization). Faktor-faktor struktur sosial, budaya, politik, dan ekonomi sangat penting dalam menentukan ketahana pangan. Faktorfaktor tersebut di atas merupakan faktor determinan dasar (basic determinan) bagi ketahaan pangan. Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan sumberdaya lokal akan menciptakan kemandirian pangan, yang selanjutnya akan melahirkan individu yang sehat, aktif, dan berdaya saing sebagaimana indikator ketahanan pangan. Disamping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariyadi 2010). Karakteristik dan potensi yang dimilki Indonesia, khususnya mengenai keadaan, luas wilayah dan kondisi lingkungannya, maka Indonesia mempunyai peluang besar untuk mewujudkan kemandirian pangannya. Pemerintah daerah perlu secara serius menggali potensi lokalnya dalam hal pangan pokok yang lebih sesuai dengan lingkungan alam dan lingkungan budayanya (Hariyadi et al. 2009). Adanya pemanfaatan terhadap sumberdaya lokal akan mengarah pada ketahanan

10

pangan lokal dan kemandirian masyarakat setempat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kedaulatan pangan memiliki peran penting sebagai strategi untuk mencegah krisis pangan. Membangun kedaulatan pangan dapat dilakukan melalui peningkatan produksi

pangan

disertai pembangunan perdesaan

terpadu.

Ketidakberhasilan dalam penerapan strategi ketahanan pangan menjadi inspirasi munculnya strategi alternatif, yaitu kemandirian dan kedaulatan pangan. Pelaksanaan program ketahanan pangan, pemenuhan kebutuhan pangan masih bergantung pada perdagangan internasional. Dengan berbagai kendala diplomasi internasional dan posisi tawar (bargaining position) yang belum memadai, Indonesia belum mampu secara optimal melindungi petani dari serbuan pangan impor (Swastika 2011). Menurut

BKP

(2012),

kemandirian

pangan

(food

independence)

didefinisikan sebagai kemampuan suatu bangsa dalam memproduksi pangan yang yang beranekaragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu ketersediaan yang cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutu/keamanan pangan yang baik, dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar. Lima komponen tersebut, kemandirian pangan menciptakan daya tahan yang tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi dunia. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan merupakan strategi untuk mencegah krisis pangan dan mengentaskan masyarakat tani dari kemiskinan. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia diarahkan untuk: (1) mewujudkan kemandirian dan kedaulatan negara dan rakyat dalam menentukan kebijakan produksi, distribusi, dan konsumsi pangan berdasarkan pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa pengaruh pihak luar; (2) mengurangi ketergantungan pada pangan impor; (3) memanfaatkan keragaman sumber daya hayati untuk memproduksi berbagai komoditas pangan nonberas; (4) menciptakan lapangan kerja pada industri pertanian di perdesaan; dan (5) membebaskan petani

11

tanaman pangan dari perangkap kemiskinan sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih sejahtera dan bermartabat (Swastika 2011). 2.4.3 Rediversifikasi pangan Strategi pengembangan melalui rediversifikasi pangan lokal di Indonesia adalah suatu usaha yang dilakukan sungguh-sungguh dengan kebijakan pemerintah. Tetapi bukan diversifikasi pangan yang sekarang ini dipahami banyak orang, melainkan rediversifikasi. Penganekaragaman kembali pangan lokal pada masing-masing wilayah (rediversifikasi pangan lokal) mutlak dilakukan dengan menggunakan hasil-hasil penelitian etnobiologi pada masing-masing tempat. Penganekargaman pangan dari sumberdaya lokal yang sudah dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan eko-fisiologi dan budaya masyarakat setempat. Sangat perlu dukungan masyarakat, peran perguruan tinggi, IPTEKS, secara bersama-sama

dalam

upaya

menekan

sekecil

mungkin

ancaman

yang

menyebabkan kerusakan habitat alam, terutama hutan hujan tropika Indonesia. Pengrusakan lahan produktif dan pengrusakan kawasan hutan alam yang masih berlangsung, harus dihentikan sehingga sumber-sumber plasma nutfah untuk rediversifikasi pangan lokal dapat dikembangkan dan dilestarikan (Zuhud 2011). 2.5 Pengertian Tumbuhan Obat dan Pengobatan Tradisional Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah/medis atau penggunaanya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud et al. 1994). Menurut Aliadi dan Roemantyo (1994), tumbuhan obat merupakan salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian

12

pemanfaatan tumbuhan obat. Kaitan tersebut dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam pengobatan tradisional, antara lain pandangan tentang sakit, pengetahuan ramuan obat tradisional, serta aturan adat dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang sering dijumpai pada masyarakat asli/tradisional. Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, masyarakat pemanfaat tumbuhan obat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1) Kelompok masyarakat asli, masyarakat tersebut hanya menggunakan pengobatan tradisional. Umumnya masyarakat tersebut tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan. Cara pengobatan yang dilakukan kelompok ini sangat dipengaruhi oleh adat atau norma dan tradisi setempat. 2) Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga. Masyarakat ini umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan prasarana kesehatan yang terbatas. 3) Kelompok industriawan obat tradisional. Budaya pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku pengobatan tradisional telah menjadi catatan sejarah seperti yang tertulis dalam berbagai kitab daerah, seperti kitab Primbon dan serat Centhini dari Jawa, Tombo dari Sumatera, Usadha Sari atau Lontar Usadha dari Bali, Usadha Bone di Sulawesi Selatan, dan lainlain. Etnis atau suku bangsa memiliki konsep tertentu dalam memanfaatkan kekayaan lingkungan sekitarnya dalam suatu hubungan yang harmonis. Sumber utama tumbuhan obat adalah hutan alam yang terdapat di sekitar pemukiman penduduk, sehingga secara otomatis masyarakat telah ikut menjaga sumber alami tumbuhan obat (Permanasari 2001). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM 2005). Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat,

13

mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern. Undang-undang No.09 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasal 2 ayat 4 yang berbunyi: Usaha-usaha pengobatan tradisional berdasarkan ilmu atau cara lain daripada ilmu kedokteran diawasi oleh pemerintah agar tidak membahayakan masyarakat. 2.6 Taman Hutan Raya (Tahura) Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, spesies asli atau bukan spesies asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya dilakukan oleh Pemerintah (UU No.05 tahun 1990). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.68 tahun 1998, adapun kriteria penunjukan dan penetapan suatu daerah sebagai kawasan Taman Hutan Raya adalah : 1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. 2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam. 3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik spesies asli dan atau bukan asli. Kawasan Taman Hutan Raya dikelola oleh pemerintah daerah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Sesuai dengan fungsinya, taman hutan raya dapat dimanfaatkan untuk : 1. Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut) 2. Ilmu pengetahuan 3. Pendidikan 4. Kegiatan penunjang budidaya 5. Pariwisata alam dan rekreasi.

14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Margadalom, Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR), Provinsi Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012.

Keterangan : Lokasi penelitian Gambar 1 Lokasi Penelitian

15

3.2 Alat, Bahan, dan Obyek Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: alat tulis, kamera, recorder, oven, kertas koran, label, sampel tumbuhan, alkohol 70%, kuisioner, komputer, dokumen terkait, dan buku identifikasi tumbuhan. Obyek penelitian yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir serta kearifan lokal di Dusun Margadalom. 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan No 1.

Jenis data Kondisi umum lokasi penelitian

Aspek yang dikaji 1. Status kawasan 2. Kondisi fisik kawasan (Letak, luas, aksesibilitas, iklim, topografi, ketinggian, geologi, tanah, dan hidrologi 3. Kondisi biologi kawasan (flora dan fauna) 4. Kondisi sosial budaya masyarakat

Sumber data Kantor UPTD Tahura WAR, kantor desa, perpustakaan, dan internet

Metode Kajian pustaka

2.

Karakteristik masyarakat/ responden

1.

Masyarakat suku Lampung Pesisir di Dusun Margadalom

Wawancara

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Nama dan jenis kelamin responden Karakteristik umur (anak, remaja, dewasa, tua) Karakteristik mata pencaharian Karakteristik pendidikan Kondisi kesehatan Luas kepemilikan lahan Interaksi dengan hutan

3.

Kondisi produktivitas masyarkat/ responden

Kondisi kesehatan dan umur responden terkait keaktifan responden/status produktivitas responden

Masyarakat suku Lampung Pesisir di Dusun Margadalom

Wawancara

4.

Potensi tumbuhan pangan dan obat

Spesies tumbuhan pangan dan obat di sekitar Dusun Margadalom dan di Tahura WAR: spesies, nama lokal, nama ilmiah, famili, habitus, tipe habitat, budidaya/liar

Dusun Margadalom dan kantor UPTD Tahura WAR

5.

Kearifan lokal masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat

Bentuk-bentuk kearifan dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat

Masyarakat suku Lampung Pesisir di Dusun Margadalom

Survey lapang/ observasi, pengambilan sampel dan kajian pustaka Wawancara, pengambilan sampel

16

3.4 Metode Pengambilan Data 3.4.1 Kajian pustaka Kegiatan kajian pustaka dilakukan sebelum dan setelah penelitian dilaksanakan. Kegiatan kajian pustaka sebelum penelitian dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi umum lokasi penelitian (kondisi fisik, kondisi biologi, penduduk, dan sosial budaya masyarakat) dan data mengenai spesies tumbuhan pangan dan obat yang ada di lokasi penelitian. Sedangkan kajian pustaka yang dilakukan setelah penelitian dilakukan untuk verifikasi (cek silang) spesies-spesies tumbuhan yang diperoleh di lapangan. 3.4.2 Observasi/pengamatan lapang Observasi dilakukan untuk memperoleh sumber data dan informasi aktual melalui pengamatan di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui potensi tumbuhan pangan dan obat di hutan, sekitar rumah masyarakat seperti di pekarangan, sawah, dan kebun yang ada di desa dan dusun. 3.4.3 Wawancara Wawancara ditujukan pada masyarakat yang mengetahui dan masih menggunakan spesies-spesies tumbuhan pangan dan obat dari alam. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Kriteria responden yang dipilih, yaitu: 1. Para ketua adat, dukun/tabib desa 2. Masyarakat yang mengetahui pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat 3. Masyarakat yang mengkoleksi, menjual atau mengusahakan tumbuhan pangan dan obat. Wawancara dilakukan mendalam dengan pertanyaan sesuai kebutuhan dan secara semi terstruktur dengan menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan. 3.4.4 Pembuatan herbarium Pembuatan herbarium dilakukan memudahkan dalam identifikasi spesies tumbuhan yang belum teridentifikasi. Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan

17

daun, serta bunga dan buah jika ada). Tahapan dalam pembuatan herbarium antara lain: 1. Mengambil bahan sampel untuk herbarium berupa ranting dengan daun (diusahakan daun yang tidak terlalu muda atau terlalu tua) beserta bunga dan buah jika ada. 2. Bahan sampel tersebut digunting dengan menggunakan gunting daun dengan panjang ± 40 cm. 3. Sampel herbarium kemudian dimasukkan ke dalam kertas koran, satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen. Sampel herbarium diberi label gantung berukuran 3x5 cm. label gantung berisi keterangan nomor koleksi, tanggal pengambilan spesimen, nama lokal dan lokasi spesimen, serta nama pengumpul/kolektor. 4. Lipatan kertas koran yang berisi spesimen ditumpuk menjadi satu dalam kantong plastik bening berukuran 40x60 cm. 5. Tumpukan spesimen disiram dengan alkohol 70% hingga seluruh bagian tumpukan tersiram rata, selanjutnya kantong plastik ditutup rata agar cairan alkohol tidak menguap. 6. Tumpukan contoh herbarium dipress dalam sasak , kemudian di keringkan dalam oven. 7. Setelah kering, herbarium diidentifikasi nama ilmiahnya. 3.5 Analisis Data 3.5.1 Analisis data tumbuhan pangan dan obat Data potensi tumbuhan pangan dan obat disusun dan dikelompokkan berdasarkan : (1) kegunaan, (2) jumlah spesies masing-masing kegunaan, (3) famili, (4) klasifikasi berdasarkan kelompok penyakit (tumbuhan obat), (5) klasifikasi berdasarkan bagian yang digunakan, (6) klasifikasi berdasarkan habitus (7) tipe habitat (8) klasifikasi tumbuhan pangan dan obat budidaya/liar. 3.5.2 Keanekaragaman habitus tumbuhan yang dimanfaatkan Tumbuhan yang dimanfaatkan berasal dari beberapa habitus. Habitus merupakan penampakan luar dan sifat tumbuh suatu tumbuhan. Adapun habitus berbagai spesies tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:

18

1) Pohon: merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah. 2) Perdu: merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah. 3) Semak: merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota yang sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 1 m. 4) Herba: merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. 5) Liana:

merupakan

tumbuhan

berkayu,

yang

batangnya

menjalar/memanjat pada tumbuhan lain. 6) Epifit: merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Rumus perhitungan persentase famili, habitus, bagian yang dimanfaatkan, dan status budidaya, yaitu: 1. Persentase famili Tumbuhan pangan dan obat dikelompokkan berdasarkan famili, kemudian dihitung presentasinya menggunakan rumus :

2. Persentase habitus Persentase habitus merupakan besarnya suatu spesies habitus tumbuhan pangan dan obat yang digunakan terhadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi pohon, semak, perdu liana, herba, dan lain-lain. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut :

19

3. Persentase bagian yang dimanfaatkan Persentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke bagian bawah/akar. Untuk menghitung persentase bagian yang digunakan, digunakan rumus:

4. Persentase tumbuhan budidaya/liar Tumbuhan pangan dan obat hasil wawancara dan observasi lapang dikelompokkan berdasarkan status keberadaannya yang tergolong dalam tumbuhan yang sudah dibudidaya atau masih tumbuh liar, kemudian dihitung persentasinya menggunkan rumus :

2.4.3 Analisis penggunaan tumbuhan obat Penentuan jumlah spesies berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya diklasifikasikan sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaannya No. 1. 2. 3. 4.

Kelompok Penyakit/ Penggunaan Penyakit saluran pencernaan Penyakit kepala dan demam Penyakit saluran pernafasan Penyakit kulit

Penyakit mulut Penyakit gigi 3 Pengobatan luka 6 Penyakit ginjal 7 Penyakit jantung dan pembuluh darah 10. Gangguan peredaran darah 5. 6. 7. 8. 9.

11. 8 Penyakit kelamin

Khasiat/ Macam Penggunaan Gangguan pada pencernaan Sakit kepala, pusing, demam pada anak-anak, demam pada orang dewasa. Batuk, TBC, pilek, asma, tenggorokan sakit. Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, borok, cacar, campak, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan lain-lain. Sariawan, bau mulut, dan mengelupas. Gusi bengkak, gigi berlubang, dan infeksi Luka, luka bakar, luka baru dan luka-luka lainnya. Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu. Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi, dan yang berhubungan dengan jantung. Kurang darah, darah kotor, kanker darah, pembersih darah, pemasok darah, kurang darah pada ibu hamil, dan yang berhubungan dengan kurang darah Gangguan pada kelamin, sypilis, raja singa, gonorhoe (kencing nanah).

20

Lanjutan tabel 2 Kelompok Penyakit/ Penggunaan 12. 9 Penyakit khusus wanita

No.

13. 14. 15. 16.

Penyakit kuning Penyakit malaria Penyakit mata Penyakit Otot dan persendian

17. 1 Penyakit 7 saluran pembuangan 18. 2 Perawatan 0 Rambut dan wajah 19. 2 Tonikum 2 20. Perawatan kehamilan dan persalinan 21. Keluarga berencana (KB) 22. Patah tulang 23. Penawar racun 24. 2 Lain-lain 3 Sumber: Zuhud (2009)

Khasiat/ Macam Penggunaan Keputihan, terlambat haid, darah haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan yang berhubungan dengan penyakit wanita. Lever, sakit kuning, penyakit hati, hati bengkak. Malaria, demam malaria. Mata merah, infeksi. Kejang, perut kejang-kejang, nyeri otot, rematik, sakit pinggang, sakit otot, keseleo, dan yang berhubungan dengan penyakit otot. Susah kencing, wasir, saluran kemih, susah buang air besar, kencing darah, keringat malam. Cuci rambut, perawatan rambut, bedak wajah. Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan. Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan, nipas, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI dll. Pencegah kehamilan KB, membatasi kehamilan, mandul, penjarangan kehamilan Patah tulang, terkilir. Penawar racun binatang, digigit serangga, keracunan makanan. Limpa, bengkak, beri-beri, sakit kuku, obat tidur, obat gosok penenang, dan yang tidak tercantum di atas.

3.5.4 Analisis data masyarakat Data hasil wawancara dengan masyarakat tentang tumbuhan pangan dan obat diolah dan dikelompokkan kedalam : (1) karakteristik masyarakat, (2) jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat, (3) spesies tumbuhan obat yang diketahui dan dimanfaatkan untuk mengobati penyakit, (4) bagian tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit, (5) cara penggunaan tumbuhan obat, (6) spesies tanaman pangan yang diketahui dan pernah digunakan oleh masyarakat, (7) bentuk kearifan lokal masyarakat. Data tersebut kemudian dianalisis secara tabulatif dan deskriptif kualitatif. 3.5.5 Analisis aksi konservasi masyarakat Penggunaan tumbuhan dalam kehidupan masyarakat dapat terlihat tri-stimulus yaitu alamiah, manfaat, dan religius (AMAR) (Zuhud et al. 2007). Spesies-spesies

tumbuhan

pangan

dan

obat

yang

telah

dikelompokkan

berdasarkan

penggunaannya kemudian ditelaah dengan menggunakan stimulus trilogi AMAR (alamiah, manfaat, dan religius) yang kemudian dapat diketahui tindakan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan. Stimulus alamiah yaitu berupa pengetahuan alami masyarakat terhadap tumbuhan, stimulus manfaat berkaitan dengan manfaat atau kepentingan masyarakat terhadap

21

tumbuhan, dan stimulus religius/spiritual merupakan sikap rela dan akhlak masyarakat untuk melakukan tindakan konservasi.

Tri-stimulus amar prokonservasi Stimulus Alamiah Nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya

Sikap Konservasi

Cognitive Konservasi

Persepsi, pengetahuan,

Perilaku

Terwujud

pengalaman,

Pro

di Dunia

pandangan,

Konservasi

Nyata

keyakinan Stimulus Manfaat Nilai-nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis/ekologis dan lainnya Stimulus Religius-Rela Nilai-nilai religious, kebaikan, terutama ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagian, kearifan budaya/tradisional , kepuasan batin dan lainnya

Affective Emosi, senang, benci, dendam, sayang, cinta, dll

Over actions Kecenderungan bertindak

Gambar 2 Diagram alir tri-stimulus amar pro-konservasi (Zuhud et al. 2007).

22

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Status Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rahman sebelumnya merupakan kawasan hutan lindung Register 19 (Besluit Residen Lampung Distrik No. 307 Tahun 1941). Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 408/KptsII/1992 tanggal 10 Agustus 1993, kawasan tersebut dirubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya (UPTD Tahura WAR 2008). 4.2 Kondisi Fisik Kawasan 4.2.1 Letak, luas dan aksesibilitas Secara administrasi pemerintahan wilayah Tahura WAR terletak di lintas Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran (pemekaran Kabupaten Lampung Selatan), terdiri dari 7 wilayah kecamatan yaitu : Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kemiling (Kota Bandar Lampung) serta Kecamatan Kedondong, Gedong Tataan, Way Lima dan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran). Luas areal Tahura ini 22249,31 Ha dan secara geografis terletak diantara 5023’-5033’ LS dan 105002’ - 105013’ BT (UPTD Tahura WAR 2008). 4.2.2 Iklim Iklim pada kawasan ini adalah iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 2422 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 240 C- 260 C (UPTD Tahura WAR 2008). 4.2.3 Topografi Topografi di Tahura WAR bervariasi mulai landai, curam, dan sangat curam. Kawasan ini dibentuk oleh daerah perbukitan dan pegunungan. Dataran landai dengan luasan ± 675 Ha, bergelombang hingga agak curam ± 3650 Ha dan curam ± 17924,31 Ha (UPTD Tahura WAR 2008). 4.2.4 Ketinggian Kawasan Tahura WAR memiliki ketinggian mulai ± 50 meter s/d 1661 meter dari permukaan air laut (mdpl). Daerah tertinggi terdapat di puncak

23

pegunungan Gunung Pesawaran (1661 meter), Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1660 meter) dan Gunung Betung (1240 meter) (UPTD Tahura WAR 2008). 4.2.5 Geologi dan tanah Sebagian besar terbentuk dari bahan basalt andesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan platobasalt dan sebagian kecil merupakan batu endapan kwarter dan sedimen tufa asam. Spesies tanah andosol coklat kekuningan terdapat disekitar Gunung Ratai yang terbentuk dari bahan induk tufa intemedier. Spesies tanah andosol coklat kekuningan dengan bahan induk komplituda dan batuan kukuh intermedier terdapat di sekitar gunung Betung. Sebagian kawasan lain memiliki spesies latosol coklat tua kemerahan dengan bahan induk tufa intermedier (UPTD Tahura WAR 2008). 4.2.6 Hidrologi Kawasan Tahura WAR merupakan wilayah Catchment Area (tangkapan air) dari beberapa sungai/anak sungai di Kawasan ini, di bagian selatan mengalir sungai Way Sabu, merupakan aliran sungai yang cukup panjang dan bermuara di Teluk Ratai. Sungai Way Ngeluk, Way Langka dan Way Berenung bermuara di sungai Way Sekampung terdapat di bagian utara kawasan. Sungai Way Harong, Way Semah, Way Padang Ratu, Way Kedondong, dan Way Awi terdapat di bagian barat kawasan. Di bagian timur Tahura terdapat sungai Way Simpang Kanan, Simpang Kiri, Way Jernih, Way Balak dan Way Betung, dll (UPTD Tahura WAR 2008). 4.3

Kondisi Biologi Kawasan

4.3.1 Flora Spesies flora yang ada di kawasan ini terutama pada hutan primer antara lain adalah

rasamala

(Altingia

excelsa),

medang

(Litsea

firmahoa),

bayur

(Pterospermum javanicum), pulai (Alstonia scholaris), merawan (Hopea mangarawan), ,jabon (Anthocepalus cadamba), cempaka (Michelia champaca), kenanga (Cananga odorata) dan lain-lain serta spesies paku-pakuan dan anggrek hutan. Pada hutan sekunder terdapat spesies durian (Durio zibethinus) makaranga

24

(Macaranga gigantean), vitex (Vitexs sp.), kenanga (Cananga odorata), dan lainlain. Terdapat pula hutan hasil reboisasi dengan tanaman sonokeling (Dalbergia latifolia), dan kaliandra (Caliandra sp.) (UPTD Tahura WAR 2008). Spesies tumbuhan tahura WAR sebanyak 73 jenis (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008). Balem (Palaquium hexandrum) dan gowok (Syzygium polycephala) merupakan tumbuhan pangan yang terdapat di Tahura WAR (Lampiran 7). Bagian buah merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak dapat dimanfaatkan dari tumbuhan tersebut. Buah balem (Palaquium hexandrum) yang asam dapat dikonsumsi dan bijinya merupakan sumber lemak yang digunakan untuk makanan (FAO 1995). Menurut Jansen et al. (1992) buah gowok (Syzygium polycephala) memiliki rasa asam, dapat dikonsumsi dalam kondisi segar, sering kali buahnya juga dibuat jeli atau dibuat rujak. Pucuk-pucuk mudanya pun dapat dikonsumi sebagai sayuran. Selain tumbuhan pangan, adapula tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat, diantaranya, yaitu bayur (Pterospermum javanicum), bungur (Lagerstroemia speciosa), jaha kembang (Terminalia belerica), ki hiyang (Albizzia procera), nangi (Adina polycepala), suren (Toona sureni), pulai (Alstonia scholaris) dan lain-lain (Lampiran 8). Kulit batang kayu merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk bahan obat tradisional. Diare, disentri, sakit perut, dan gangguan lambung merupakn kelompok penyakit pencernaan, yang dominan dapat diobati oleh spesies-spesies tumbuhan obat tersebut. Kondisi kesehatan masyarakat Suku Lampung Pesisir rentan terhadap penyakit malaria. Menurut Teo (2002), rebusan kulit batang pulai (Alstonia scholaris) dapat mengobati penyakit tersebut. Cempedak (Artocarpus integra), bendo (Entada phaseoloides), gondang (Ficus variegata), ki bawang (Dysoxylum alliaceum), paku hata (Lygodium circinatum), rasamala (Altingia excelsa), dan lain-lain, merupakan spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan pangan fungsional (Lampiran 9). Tumbuhan ki bawang (Dysoxylum alliaceum), semua bagiannya memiliki aroma seperti bawang dan dapat dimanfaatkan untuk pangan. Selain sebagai pangan, dapat dimanfaatkan sebagai pencahar perut (Aggarwal & Sosef 1998b). Terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat Suku Lampung Pesisir, tumbuhan

25

cempedak (Artocarpus integra) merupakan salah satu tumbuhan anti malaria. Menurut Jansen (1992), cempedak (Artocarpus integra) selain buahnya dapat dikonsumsi, bagian akar dapat mengobati demam, daun muda baik untuk wanita menyusui, dan kulit batangnya sebagai anti malaria. 4.3.2 Fauna Spesies mamalia antara lain adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang madu (Helarcotus malayanus), tapir (Tapirus indicus), rusa sambar (Cervus unicolor), siamang (Hylobates syndactylus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina). Spesies-spesies burung yang ada seperti elang brontok (Spizaetus cirrhatus), ayam hutan (Gallus gallus), rangkong (Buceros sp.), punai (Treron vernans), kepodang (Oriolus chinensis), dll (UPTD Tahura WAR 2008). 4.4 Potensi Obyek Wisata Kawasan Tahura WAR yang mempunyai keunikan alam yang berpotensi sebagai obyek wisata alam, diantaranya yaitu beberapa air terjun dan pemandangan dan keindahan alam: Air Terjun Patris, Air Terjun Fajar Bulan, Air Terjun Talang Mulya, pesona Teluk Ratai, pesona Gunung Pesawaran, dan lainlain (UPTD Tahura WAR 2008). 4.5 Aksesibilitas Kawasan Tahura ini berada di tepi kota Bandar Lampung. Bila dari pusat kota dapat ditempuh dengan mobil atau motor, Kota Bandar Lampung ke Padang Cermin (kota kecamatan) sepanjang ± 40 Kilometer. Dusun Margadalom berada di tepi kota Bandar Lampung. Bila dari pusat kota dapat ditempuh dengan mobil atau motor. Jarak kota Bandar Lampung ke Padang Cermin sepanjang ± 40 Km. Sedangkan kota Bandar Lampung ke dusun Margadalom sepanjang ± 27 Km (UPTD Tahura WAR 2008). 4.6 Penduduk Tahura WAR terletak di Kabupaten Pesawaran dengan tujuh wilayah kecamatan: Gedong Tataan, Kedondong, Padang Cermin, Way Lima, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara dan Kemiling. Jumlah penduduk di tujuh

26

kecamatan pada tahun 2010 sebanyak 397294 jiwa yang terdiri dari 204934 lakilaki dan 192360 perempuan (BPS Pesawaran 2010). 4.7

Kondisi Sosial/Budaya/Kepercayaan Masyarakat

4.7.1 Dusun Margadalom di Desa Gebang Asal muasal dusun Margadalom, pada awalnya merupakan hutan belantara dengan status tanah Marga yang termasuk salah satu desa tertua di Kecamatan Padang Cermin. Pada tahun 1982 karena adanya Program Pemerintah membuat Pangkalan Angkatan Laut di Desa Margodadi, Batu Menyan, Sabu dan Kebon Pisang maka masyarakatnya berpindah ke Desa dengan membuka lahan untuk pertanian. Maka dari itu sebagian besar suku terdiri dari Suku Lampung, Jawa dan Sunda. Masyarakat Suku Lampung Pesisir mayoritas memeluk agama islam. Secara umum kondisi fisik dan potensi biotik di Dusun Margadalom tidak jauh berbeda dengan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) karena letak Dusun tersebut letaknya berdekatan dengan Tahura WAR. Dusun Margadalom termasuk salah satu bagian dari Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Peswaran, Provinsi Lampung. Dusun Margadalom merupakan salah satu Dusun yang berbatasan langsung dengan Tahura WAR. Secara administrasi Dusun Margadalom berbatasan dengan: Utara

: Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR)

Timur

: Dusun Ketapang

Barat

: Desa Padang Cermin

Selatan : Wilayah Angkatan Laut (Markas Komando Batalyon Infanteri 9 Marinir, Beruang Hitam) Dusun Margadalom merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Gebang, dusun lainnya, yaitu Dusun Ketapang, Dusun seribu, Dusun Suka Agung, Dusun Gebang Induk, Dusun Sinar Harapan, Dusun Gebang Hilir, dan Dusun Tanjung Jaya. Luas wilayah Desa Gebang yaitu sebesar ± 2500 Ha. Jumlah penduduk Desa Gebang sebanyak 2316 KK dengan 7285 jiwa yang berada di delapan dusun tersebut di atas. Dusun Margadalom adalah dusun yang paling dekat dan berbatasan langsung dengan Tahura WAR, terdiri dari enam Rukun Tetangga

27

(RT) dan dua Rukun Warga (RW). Jumlah penduduk Dusun Margadalom sebanyak 452 KK dengan 1902 jiwa, mayoritas beragama Islam dengan mata pencaharian sebagai petani. 4.7.2 Mata pencaharian Desa Gebang merupakan desa pertanian,

maka sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan mata pencaharian sebagai pengrajin merupakan mata pencaharian yang paling sedikit ditekuni oleh masyarakat. Data mata pencaharian tersaji pada Tabel 3 (Peraturan Desa 2010). Tabel 3 Mata pencaharian penduduk No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pekerjaan Petani Pedagang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Buruh tani Pengrajin Nelayan Montir Peternak Buruh/swasta Total

Jumlah 896 521 101 1030 8 619 38 28 583 3824

4.7.3 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Gebang didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama hanya sedikit jumlahnya, seperti tersaji pada Tabel 4 (Peraturan Desa 2010). Tabel 4 Tingkat pendidikan penduduk No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tingkat Pendidikan Belum sekolah Tidak pernah sekolah Pernah sekolah SD tapi tidak tamat SD SMP SLTA D-3 S-1 Total

Jumlah 896 521 101 1030 8 619 38 28 3241

4.7.4 Pola penggunaan tanah Penggunaan tanah di Desa Gebang sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian/perkebunan, seperti perkebunan kakao, kopi, kelapa, dan hanya

28

sebagian kecil saja yang dipergunakan sebagai lahan persawahan dan palawija (Tabel 5) (Peraturan Desa 2010). Tabel 5 Pola penggunaan tanah oleh masyarakat No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Spesies Lahan/ Tanah Tanah perkebunan rakyat Tanah tegalan/ladang Tanah persawahan Tanah pemukiman penduduk Tanah lahan perkantoran Tanah hutan lindung Tanah pemakaman Lainnya Total

Jumlah (Ha) 400 5 8.2 1813 0.0375 68 4 201 2500

4.7.5 Sarana dan prasarana desa Kondisi sarana dan prasana umum Desa Gebang secara garis besar adalah sebagaimana tersaji pada Tabel 6 (Peraturan Desa 2010). Tabel 6 Sarana dan prasarana desa No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Prasarana Desa Jalan desa Balai desa Sekolah SD Sekolah MI Puskesmas pembantu Masjid Musholla Air bersih

Jumlah 67 Km 1 Unit 3 Unit 3 Unit 1 Unit 8 Unit 5 Unit 1 Unit

4.7.6 Hubungan masyarakat dengan Taman Hutan Raya Hubungan masyarakat suku Lampung Pesisir dengan Taman Hutan Raya Wan Abdul achman (WAR) merupakan hubungan antara sistem sosial dan sistem alam, keduanya terdapat hubungan interaksi dalam hal pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitarnya. Hubungan pemanfaatan ini sudah lama berlangsung secara alami semenjak masyarakat berada di sekitar kawasan sebagai alam lingkungannya. Interaksi antara masyarakat dengan hutan tidak mungkin dapat dipisahkan. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan harus memperhatikan keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat sekitar hutan. Sumberdaya hutan merupakan potensi lokal yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat tentunya dengan pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut secara lestari. Menurut Supriyatno (2008), masyarakat yang tinggal

29

di sekitar hutan, sesungguhnya, dapat menjadi pilar bagi terciptanya pengelolaan hutan secara lestari. Perilaku mereka merupakan komponen yang paling krusial dalam mengelola dan melestarikan hutan. Perilaku masyarakat yang positif dalam berinteraksi dengan hutan akan mengarah pada terciptanya kondisi hutan yang lestari. Sedangkan, bentuk perilaku yang negatif akan mengarah pada terciptanya pengeksploitasian dan pemanfaatan hutan secara tidak bertanggung jawab yang berujung pada kerusakan hutan yang pada akhirnya juga akan berdampak buruk terhadap kehidupan mereka sendiri. Pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan pangan dan obat sesuai dengan penegtahuan lokal yang dimiliki, dapat menjadi sarana penghubung mengenai perbedaan nilai kepentingan terhadap upaya melestarikan nilai-nilai alam yang ada di sekitar dan di dalam Tahura WAR dengan kepentingan peningkatan taraf hidup masyarakat lokal. Nilai-nilai keselarasan dan pengetahuan tradisional merupakan potensi yang harus dihargai. Tahura WAR juga mengalami permasalahan-permasalahan sehubungan dengan menurunnya keanekaragaman hayati. Interaksi masyarakat dengan Tahura WAR semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan penduduk terkait dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat sebagai petani secara tidak langsung penduduk membutuhkan lahan untuk pengembangan dan menambah hasil produksi dan dengan kondisi lahan yang terbatas, maka sangat mungkin adanya pembukaan lahan dan perambahan kawasan Tahura WAR baik yang dilakukan oleh masyarakat lokal maupun pendatang, kegiatan ini tentunya akan mengancam kelestarian. Hal ini menjadikan masyarakat sekitar sebagai pemegang peran sosial yang selalu berinteraksi dengan sumberdaya alam yang ada baik di dalam maupun di sekitar Tahura WAR, harus memiliki peran yang besar dalam tiap kegiatan yang behubungan dengan pelestarian pemanfaatan sumberdaya alam yang ada. Masyarakat Dusun Margadalom bekerjasama dengan Dinas Kehutanan membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam kegiatan usaha tani yang dilakukan. Terdapat 10 kelompok tani yang dibentuk, yaitu Pematang Kalam, Pematang Mangsa, Sodong, Pelinsian, Perintis, Khago Mufakat, Bakti Lestari, Gunung Batu, Seganti Setumbuan, dan Cinta Damai. Gapoktan tersebut di

30

atas dibentuk sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi, penerapan pengetahuan sebagai sarana pembelajaran, dan pengembangan kemampuan bertani tiap-tiap anggota yang terlibat. Selain itu diadakannya Gapoktan dapat menjadikan kegiatan usaha tani yang ada lebih terstruktur dalam pengelolaan dan pelaksanaannya. Menurut Syahyuti (2007), pengembangan Gapoktan dilatar belakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsifungsi lainnya. Pengembangan Gapoktan merupakan salah satu komponen kelembagaan pedesaan, saling terkait secara fungsional dengan konsep otonomi daerah, pemberdayaan, dan kemandirian lokal, yaitu menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya, dan mengupayakan pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan ruang yang tercipta. Penyuluhan yang pernah diberikan dari pihak kawasan kepada masyarakat, yaitu penyuluhan mengenai pengelolaan spesies-spesies tanaman keras untuk di tanam di kebun, konservasi tajuk rendah atau tajuk tinggi, bahaya kebakaran hutan, bahaya penebangan pohon, pembukaan lahan di kawasan, dan lain-lain. Selain penyuluhan adanya bantuan yang diterima oleh masyarakat, diantaranya yaitu bantuan bibit melinjo (Gnetum gnemon), durian (Durio zibethinus), dan lainlain untuk ditanam di kebun yang berada di wilayah kawasan. Bentuk larangan dari pihak Tahura WAR yang berada baik di dalam maupun sekitar kawasan, yaitu adanya larangan dalam bentuk papan larangan dan teguran langsung dari pihak Polisi Hutan terhadap masyarakat yang melanggar aturan. Bentuk larangan tersebut, diantaranya yaitu dilarang membakar hutan, membuka lahan, penebangan pohon sembarangan, dilarang masuk tanpa izin, serta dilarang melakukan penelitian, menebang, menduduki, mengambil hasil hutan, satwa liar tanpa izin. Harapan dari masyarakat, diantaranya

yaitu dipermudahnya

akses

masyarakat untuk masuk, mengolah, dan menggarap lahan kebun mereka di

31

kawasan. Masyarakat-masyarakat yang tetap taat peraturan baik dari Pemerintah Daerah, Desa maupun Dusun, dan dari pihak Tahura WAR dan kepedulian terkait kelestarian kawasan dan lingkungan sekitar. Masyarakat berharap hutan lestari bermanfaat bagi masyarakat secara turun-temurun, sesuai dengan semboyan masyarakat Dusun Margadalom “Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera”.

32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Pangan Fungsional 5.1.1 Keanekaragaman spesies Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara dengan responden, ditemukan jumlah spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan sebanyak 45 spesies dari 25 famili dan jumlah terbanyak dari famili Fabaceae sebanyak 9 spesies. Famili Solanaceae dan Poaceae banyak pula dimanfaatkan, masing-masing sebanyak 4 spesies dan 3 spesies. Daftar famili selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan daftar spesies selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa famili Fabaceae memiliki keanekaragaman spesies tertinggi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dibandingkan famili lainnya. Menurut Bennet (2006), Fabaceae terdiri dari kacang-kacangan dan merupakan sumber makanan penting. Teridentifikasi jumlah spesies tumbuhan yang memiliki kegunaan lain sebagai pangan, yaitu kegunaan sebagai obat, sering disebut dengan pangan fungsional. Pemanfaatan tumbuhan pangan fungsional sebanyak 46 spesies dari 28 famili. Jumlah famili yang paling mendominasi yaitu famili Euphorbiaceae dan Zingiberaceae, masing-masing sebanyak 4 spesies. Selanjutnya famili Arecacea dan Solanaceae masing-masing sebanyak 3 spesies. Daftar famili selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan daftar spesies selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan identifikasi tumbuhan dan wawancara dengan responden, tumbuhan pangan yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat sebanyak 5 spesies, vitamin dan mineral sebanyak 66 spesies, protein dan bahan minuman masing-masing

sebanyak

4

spesies

dan

6

spesies,

serta

bahan

pelengkap/rempah/penyedap (bumbu dan rempah) sebanyak 15 spesies (Tabel 7). Menurut Suhardjo (1989), zat-zat gizi dapat ditemukan dalam bentuk makanan pokok (sumber karbohidrat), sayur-sayuran dan buah-buahan (sumber vitamin dan mineral), kacang-kacangan (sumber protein), dan lain-lain. Keterangan lengkap

33

berdasarkan informasi dari masyarakat dan pustaka mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel 7 Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan kandungan nutrisi 1.

Keanekaragaman Kandungan Nutrisi Sumber karbohidrat

2.

Sumber vitamin dan mineral

No.

3.

Sumber protein

4.

Bahan minuman

5.

Bahan pelengkap/penyedap

Contoh Spesies Padi (Oryza sativa); jagung (Zea mays); singkong (Manihot utilissima); dan lain-lain Sayur-sayuran: adas (Foeniculum vulgare); bakung (Crynum asiaticum); cantik manis (Portulaca grandiflora); jengkol (Pithecollobium lobatum); pegaga (Centella asiatica); santigi (Pemphis acidula); sintrong (Crassocephalum crepidioides); dan lain-lain Buah-buahan: duku (Lansium domesticum); durian (Durio zibethinus); kakao (Theobroma cacao); kokosan (Lansium var. aqueum ); lansat (Lansium var. pubescens); tupa (Baccaurea dulcis); dan lain-lain Kacang hijau (Vigna radiata); kacang panjang (Vigna sinensis); kacang tanah (Arachis Hypogaea); dan lainlain Asam jawa (Tamarindus indica); jeruk nipis (Citrus aurantifolia); kunyit (Curcuma domestica); dan lain-lain Bumbu: bawang merah (Allium cepa); bawang putih (Allium sativum); cabai merah (Capsicum annum); cabai rawit (Capsicum frutescens); luba-lubi (Flacourtia inermis) dan lain-lain Rempah: (Aleurites moluccana); lada (Piper nigrum); dan lain-lain

1) Sumber karbohidrat Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, yaitu padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), singkong (Manihot utilissima), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan kentang (Solanum tuberosum). Beras merupakan makanan pokok yang dijadikan kebutuhan pokok oleh masyarakat suku Lampung Pesisir. Mayoritas masyarakat memperoleh beras dari hasil panen lahan garapan sawah. Menurut Khumaidi (1989), bahan pangan biji-bijian atau serelia (beras, jagung, gandum, sorgum) apabila dalam pola pangan dipergunakan sebagai bahan pangan pokok, maka selain sebagai sumber karbohidrat juga sebagai sumber protein bagi tubuh. Belum dominannya keanekaragaman pangan pada masyarakat, masyarakat fokus memanfaatkan beras sebagai pangan pokok atau kurang menganekaragamkan pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Zuhud (2011), penganekaragaman kembali pangan lokal pada masing-masing wilayah (rediversifikasi pangan lokal) mutlak dilakukan dengan menggunakan hasil-hasil penelitian etnobiologi pada

34

masing-masing tempat. Penganekaragaman pangan dari sumberdaya lokal yang sudah dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan eko-fisiologi dan budaya masyrakat setempat. Sangat perlu dukungan masyarakat, peran perguruan tinggi, IPTEKS, secara bersama-sama dalam upaya menekan sekecil mungkin ancaman yang menyebabkan kerusakan habitat alam, terutama hutan hujan tropika Indonesia. Pengrusakan lahan produktif dan pengrusakan kawasan hutan alam yang masih berlangsung, harus dihentikan sehingga sumber-sumber plasma nutfah untuk rediversifikasi pangan lokal dapat dikembangkan dan dilestarikan. Upaya menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari baik jumlah maupun kualitas penting untuk diterapkan, mengingat banyaknya sumberdaya alam yang tersedia di Dusun Margadalom. Pemenuhan karbohidrat tidak saja harus terpaku pada beras, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terdapat spesies tumbuhan pangan lainnya yang mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap sumber energi. Pemenuhan kebutuhan ini tentunya terkait dengan produktivitas kehidupan masyarakat yang berpengaruh erat dengan keberlangsungan kehidupan masyarakat itu sendiri. 2) Sumber vitamin dan mineral Masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan sebagai sumber vitamin dan mineral dalam bentuk sayur-sayuran dan buah-buahan. Pemanfaatan sayursayuran untuk menu makanan, seperti gulai pekhos asin (sayur bening), sayur asam, sayur santan, dan tumisan. Spesies tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan menu-menu tersebut kurang lebih sama, diantaranya yaitu, bakung (Crynum asiaticum), pegaga (Centella asiatica), sintrong (Crassocephalum crepidioides), bayam (Amaranthus tricolor), katuk (Sauropus androgynus), pakis sayur (Diplazium esculentum), takokak (Solanum torvum), melinjo (Gnetum gnemon), dan lain-lain. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan terdapat tanaman budidaya yang ditanam pada lahan pekarangan. Selain sayur-sayuran, masyarakat memanfaatkan buah-buahan, seperti kakao (Theobroma cacao), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum), dan lain-lain.

35

3) Sumber protein Menurut Almatsier (2009), protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan sebagai sumber protein dalam bentuk kacang-kacangan, diantaranya yaitu kacang panjang (Vigna sinensis), kacang tanah (Arachis Hypogaea), dan lain-lain. Spesies-spesies tersebut merupakan bahan pangan yang sering pula dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pembuatan menu makanan dalam pemenuhan kebutuhan keseharian. 4) Bahan minuman Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara yang dilakukan, aren (Arenga pinnata), asam jawa (Tamarindus indica), jahe (Zingiber officinale), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan kopi (Coffea arabica), merupakan spesies tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai bahan minuman. Bagian yang dimanfaatkan masyarakat untuk bahan minuman, masing-masing dari spesies tumbuhan tersebut di atas, yaitu air nira, buah, rimpang, buah, dan biji. Selain sebagai bahan minuman, spesies-spesies tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu contohnya, yaitu aren (Arenga pinnata), menurut Endeswari (2004) selain umbut, biji, air nira dapat dikonsumsi, dapat mengobati demam, menambah nafsu makan, dan sebagai diuretik. 5) Bahan pelengkap/penyedap Selain ditemukannya tumbuhan pangan sebagai penghasil minuman, Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan sebagai bumbu, yaitu bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), cabai merah (Capsicum annum), cabai rawit (Capsicum frutescens), dan lain-lain. Menurut Nurani (2010), bumbu adalah bahan-bahan sebagai penyedap makanan yang berfungsi untuk membangkitkan selera makan, yang digunakan dalam keadaan segar atau basah. Bumbu ini berasal dari bahan makanan hewani maupun dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan rempah adalah bahan aromatik yang digunakan untuk memasak berasal dari tumbuhan dan pada umumnya dalam keadaan kering. Masyarakat memanfaatkan pula tumbuhan pangan sebagai rempah dalam pelengkap

36

pembuatan menu makanan yang mereka olah, yaitu kemiri (Aleurites moluccana), lada (Piper nigrum), dan lain-lain. 5.1.2 Keanekaragaman habitus Klasifikasi tumbuhan pangan menurut habitusnya dapat dibagi menjadi enam habitus yaitu paku-pakuan, liana, herba, perdu, semak, dan pohon. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada kelompok habitus herba yaitu sebesar 44% (20 spesies), sedangkan jumlah spesies terendah terdapat pada habitus paku-pakuan sebesar 2% (1 spesies) (Tabel 8). Tabel 8 Persentase jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan habitus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Habitus Paku-pakuan Liana Herba Perdu Semak Pohon Total

Jumlah Spesies 1 2 20 6 2 14 45

Persentase (%) 2 5 44 13 5 31 100

Berdasarkan observasi lapang yang dilakukan, tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan jika ditinjau dari habitusnya dikategorikan ke dalam tujuh kategori, yaitu rumpun, palem, liana, herba, semak, perdu, dan pohon. Habitus yang paling banyak digunakan adalah habitus herba sebanyak 17 spesies (37%). Sedangkan habitus yang paling sedikit digunakan adalah rumpun sebanyak 1 spesies (2%) (Tabel 9). Tabel 9 Persentase jumlah spesies tumbuhan pangan fungsional berdasarkan habitus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Habitus Rumpun Palem Liana Herba Semak Perdu Pohon Total

Jumlah Spesies 1 3 2 17 2 6 15 46

Persentase (%) 2 7 4 37 4 13 33 100

5.1.3 Keanekaragaman bagian yang digunakan Berdasarkan

bagian

tumbuhan

pangan

yang

dimanfaatkan

maka

dikelompokkan menjadi lima kelompok bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu buah sebanyak 28 spesies (56%), bagian tumbuhan

37

lainnya yaitu daun dimanfaatkan sebanyak 11 spesies (22%). Sedangkan yang dimanfaatkan paling sedikit yaitu umbi dan umbut masing-masing sebanyak 1 spesies (2%) (Gambar 3). 2% 2% 18% 22%

Biji

Buah

Umbi

Umbut

Daun

56%

Gambar 3 Persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan. Spesies-spesies tumbuhan yang digunakan buahnya sebagai pangan, antara lain kakao (Theobroma cacao), tupa (Baccaurea dulcis), asam jawa (Tamarindus indica), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum), dan lain-lain. Bagian tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu buah sebanyak 28 spesies (37%), bagian tumbuhan lainnya yaitu daun dimanfaatkan pula sebanyak 20 spesies (27%). Sedangkan yang dimanfaatkan paling sedikit yaitu getah dan rebung masing-masing sebanyak 1 spesies (2%) (Tabel 10). Tabel 10 Persentase bagian tumbuhan pangan fungsional yang digunakan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Bagian yang Digunakan Akar Daun Buah Biji Batang Kulit batang Getah Rebung Rimpang Umbi Total

Jumlah Spesies 4 20 28 5 2 5 1 1 4 5 75

Persentase (%) 5 27 37 7 3 7 1 1 5 7 100

38

5.1.4 Keanekaragaman tipe habitat Sebagian besar tumbuhan dapat hidup pada beberapa habitat dan hanya sebagian kecil yang hidup pada satu habitat, hal tersebut terkait dengan lingkungan tempat tumbuh dimana tumbuhan dapat hidup dan berkembang secara alami. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat berasal dari pekarangan sebesar 53%, selanjutnya sebanyak 2% merupakan spesies tumbuhan dari hutan (Tabel 11). Keterangan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Spesies tumbuhan yang dapat ditemukan di hutan yaitu julang-jaling (Archidendron microcarpum) dan pakis sayur (Pteredium aqualium). Menurut Sosef et al. (1998), penyebaran Archidendron microcarpum diketahui terbatas di Indonesia hanya ditemukan di Sumatra. Jenis ini belum banyak dibudidayakan seperti kerabatnya, yaitu jengkol (Pithecellobium

lobatum).

Masyarakat

mengkonsumsi

biji

julang-jaling

(Archidendron microcarpum) sebagai penambah nafsu makan, namun Menurut Burkill (1935) diacu dalam Rahayu et al. (2007) jika berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan organ ginjal. Selain bijinya yang dimakan, menurut Perry dan Metzger (1980) diacu dalam Rahayu et al. (2007) menyatakan bahwa kulit kayu julang-jaling (Archidendron microcarpum) berkhasiat mengobati sakit panas/obat demam. Julang-jaling (Archidendron microcarpum) yang ada di lokasi penelitian jarang sekali ditemukan, pada suatu kebun biasanya belum tentu ada. Menurut keterangan masyarakat, belum tentu dalam 10 Ha ditemukan satu atau dua batang pohon. Tabel 11 Keanekaragaman tipe habitat tumbuhan pangan No. 1. 2. 3. 4. 5.

Habitus Hutan Pekarangan Pekarangan, kebun Sawah Sekitar jalan, pekarangan Total

Jumlah Spesies 2 24 7 2 10 45

Persentase (%) 4 53 16 5 22 100

Pekarangan memegang peranan yang cukup besar di pedesaan dalam kegiatan pemanfaatan lahan untuk menghasilkan bahan pangan, Masyarakat memelihara berbagai tanaman yang dianggap berguna untuk hidupnya di pekarangan. Oleh sebab itu tidak jarang pekarangan dianggap sebagai warung hidup atau lumbung hidup (Sastrapradja et al. 1980). Spesies tumbuhan yang ada

39

di kebun ataupun di pekarangan sebagian besar merupakan tumbuhan yang sering dimanfaatkan dan adanya campur tangan masyarakat, serta adanya nilai ekonomi dari tumbuhan-tumbuhan tersebut (Gambar 4).

Gambar 4 Pekarangan. Sebanyak 91% tumbuhan pangan dibudidayakan dan sebanyak 9% tumbuhan pangan tersebut tumbuh liar. Spesies tumbuhan yang hidup secara liar, yaitu kekara (Phaseolus lunatus), pakis sayur (Diplazium esculentum), petai cina (Leucaena glauca), dan sintrong/jinakh (Crassocephalum crepidioides). Menurut Wijaya et al. (2011), Crassocephalum crepidioides digunakan sebagai antioksidan, anti inflamasi, sitotoksisitas dan memilik sifat sitoprotektif dari ekstrak heksana, etil asetat, etanol dan air. Ekstrak etanol mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Daun sintrong dapat digunakan sebagai lalaban. Selain sebagai pangan, daun dan batangnya berkhasiat mengobati gangguan perut, sakit kepala, dan luka (Heyne 1987). Selain memiliki khasiat seperti tersebut di atas, menurut Kongsaeree (2002) daun sintrong/jinakh (Crassocephalum crepidioides) merupakan salah satu obat anti malaria. Tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari pekarangan sebanyak 56%, adapula tumbuhan yang dapat ditemukan di sekitar jalan yaitu sebesar 7% (Tabel 12). Tumbuhan pangan fungsional telah banyak dibudidayakan yaitu sebesar 93%. Sedangkan untuk tumbuhan yang ditemukan secara liar sebesar 7%. Tumbuhan pangan fungsional yang hidup

40

secara liar, yaitu ciplukan (Physalis angulata), rampai (Solanum nigrum), dan lain-lain. Keterangan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 12 Keanekaragaman tipe habitat tumbuhan pangan fungsional No. 1. 2. 3. 4.

Habitus Kebun, pekarangan Pekarangan Sekitar jalan, pekarangan Sekitar jalan Total

Jumlah Spesies 7 26 10 3 46

Persentase (%) 15 56 22 7 100

5.2 Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Obat 5.2.1 Keanekaragaman spesies Berdasarkan

hasil

identifikasi

dan

wawancara

dengan

responden,

keanekaragaman spesies dan famili yang digunakan sebagai tumbuhan obat sebanyak 52 spesies dari 31 famili dengan spesies tumbuhan terbanyak adalah Fabaceae dan Poaceaea masing-masing sebanyak 5 spesies. Daftar famili selengkapnya secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan daftar spesies selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Spesies tumbuhan obat yang ditemukan memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit, seperti malaria, demam, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan lain-lain. Bagian yang digunakan dan banyaknya pemakaian dari spesies tumbuhan tersebut adalah bagian ataupun cara pemakaian tertentu yang seharusnya memang digunakan. Hal tersebut terkait dengan ketepatan penggunaan agar sakit yang diderita dapat diobati. Poaceae merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar setelah Fabaceaea, pemanfaatan spesies berguna mayoritas budaya bergantung secara substansial pada spesies Poaceae (keluarga rumput) dan Fabaceae (Leguminoceae) merupakan tanaman penting, hal ini erat kaitannya dengan kemampuan adaptasi tumbuhan yang dapat tumbuh dan hidup hampir di seluruh daerah terbuka atau terlindung baik di daerah tropis maupun sub tropis (Bennet 2006). Menurut Solikin (2004) spesies tanaman dari Famili ini banyak dibudidayakan atau tumbuh liar pada berbagai macam jenis tanah dan besarnya intersepsi cahaya mulai dari tempat terbuka hingga teduh, dan dari kondisi tanah lembab hingga kering. Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir dilakukan secara turun temurun. Pengetahuan yang dimiliki oleh

41

para orang tua biasanya diwariskan kepada anak-anak mereka. Tidak semua anak yang memperoleh pengetahuan tersebut dapat dengan baik memahami dan menerapkan pengetahuan tentang tumbuhan obat tersebut. hal-hal tersebut tentunya terkait dengan kepentingan individu, seberapa besar kebutuhan dan keinginannya untuk berhubungan dengan tumbuhan obat dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Purwanto et al. (1992), sudah sejak lama nenek moyang kita mengenal berbagai spesies tumbuhan yang mereka gunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Cara pengobatan ini kemudian dipraktekkan secara turun temurun dan menjadi tradisi yang khas di setiap daerah dan suku di Indonesia. Tradisi khas ini selain disebabkan perbedaan kondisi alam terutama vegetasi di masing-masing wilayah juga disebabkan perbedaan falsafah budaya yang melatarbelakanginya. Kaitannya dengan pengetahuan tentang obat-obatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Suku Lampung Pesisir sampai saat ini masih memanfaatkan aneka ragam spesies tumbuhan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka yang diperoleh dari pekarangan, kebun, tepi hutan, tepi jalan, dan sawah sebagai bahan pengobatan. Spesies tumbuhan obat yang digunakan, banyak spesies yang memiliki khasiat dan berpotensi sebagai obat tradisional yang keberadaannya tetap harus diusahakan kearah pelestarian pemanfaatan spesiesspesies yang ada. Spesies-spesies tersebut sebagian besar berasal dari pekarangan. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat secara turun-temurun dan minat mengenai tumbuhan obat yang mengarah pada pelestarian masih tetap ada. Masyarakat suku Lampung Pesisir hingga saat ini masih menggunakan dan menjaga pengetahuan pengobatan tradisional yang menggunakan bahan dari tumbuhan yang ada di sekitar mereka. Walaupun terjadinya pergeseran pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan sebagai alternatif penyembuhan, akan tetapi masyarakat belum sepenuhnya meninggalkan pengobatan tradisional. Pergeseran pengetahuan ini erat kaitannya dengan fasilitas kesehatan yang tersedia, memperoleh kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan obat-obatan siap pakai yang bebas diperoleh di warung-warung, serta kuatnya perkembangan arus komunikasi dan informasi. Adanya puskesmas membuat masyarakat mulai meninggalkan cara-cara pengobatan tradisional. Mereka memilih untuk berobat ke

42

puskesmas dengan menggunakan obat-obatan dari bahan kimia yang dikemas dalam bentuk tablet, pil, kapsul ataupun cairan yang mudah diperoleh. Masyarakat pada umumnya mengkonsumsi tumbuhan obat sebagai pertolongan pertama ketika menderita sakit sebelum dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Sarana kesehatan yang jaraknya dapat dijangkau oleh masyarakat, yaitu Puskesmas Hanura dan Rawat Inap Padang Cermin. Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat hubungannya dengan mata pencaharian sebagai dukun yang lebih sering berhubungan dengan tumbuhan obat ataupun obat tradisional, berdasarkan hasil wawancara dukun pijat dan tabib memiliki pengetahuan yang lebih tentang tumbuhan obat dan khasiatnya. Hal ini disebabkan, dukun beranak biasanya memiliki pengetahuan tentang persalinan dan perawatan bayi, namun sejak adanya kemitraan atau kerjasama antara dukun beranak dan bidan, lambat laun pengetahuan yang mereka miliki mulai terdegradasi. Kerjasama tersebut menghasilkan suatu saran lebih banyaknya penggunaan obat-obat modern sebagai pengganti obat tradisional. Penyakit yang sering diderita oleh masyarakat, yaitu malaria, sakit panas, maag, rematik, sakit kepala, mencret, dan sakit mata. Penderita malaria dan sakit mata mengalami sakit ini kurang lebih selama tujuh hari dan dapat kambuh sewaktu-waktu. Untuk sakit kepala, sakit panas, maag, dan mencret, lama menderita penyakit ini berkisar selama dua hari. Waktu kambuh penyakitpenyakit tersebut diatas berkisar dua hingga tiga bulan, kecuali penyakit maag dapat kambuh sewaktu-waktu. Dilakukan identifikasi spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat dan identifikasi berdasarkan pustaka, diperoleh hasil selain sebagai tumbuhan obat adapula yang berpotensi sebagai tumbuhan pangan fungsional. Spesies-spesies tersebut, diantaranya yaitu gadung (Dioscorea hispida), jarak pagar (Jatropha curcas), kelor (Moringa oleifera), khakhebing (Ficus fistulosa), dan lain-lain (Lampiran 11). Beberapa spesies tumbuhan tersebut yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat, spesies tumbuhan ini sering digunakan karena tumbuhan ini umum digunakan dan mudah diperoleh oleh masyarakat. Spesies tumbuhan ini dapat dijumpai di pekarangan atau sekitar jalan, yaitu alang-alang (Imperata cylindrical), bangle (Zingiber purpureum), capa (Blumea balsamifera), jarak

43

pagar (Jatropha curcas), jeringau (Acorus calamus), katang (Ipomea pes-caprae), ketepeng (Cassia alata), khadang suluh (Stachytarpheta indica), kumbang pogoh (Lantana camara), kumis kucing (Orthosipon grandifolus), lagun (Vitex trifolia), puding (Graptophylum pictum), rayutan (Derris scandens), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput jarum (Andropogon aciculatus), sambiloto (Andrographis paniculata), dan sirih (piper betle). Keterangan lengkap mengenai spesies-spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakitpenyakit tersebut di atas dan cara pemakaian pengobatannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Secara umum masyarakat Suku Lampung Pesisir mengenal ramuan obat, ramuan yang dikenal oleh masyarakat diantaranya yaitu untuk mengobati penyakit malaria, ginjal, menurunkan darah tinggi, sperma encer, sakit kepala, menurunkan panas, dan lain-lain. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM 2005). Tatacara dan aturan membuat obat yang terkait dengan bahan ramuan, takaran, dan cara meramu tumbuan obat menjadi obat tradisional dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Ramuan obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit No. 1.

Penyakit Sakit kepala, demam, menurunkan panas

2.

Obat ginjal

3.

5.

Penghancur batu ginjal Menurunkan darah tinggi Sperma encer

6.

Nyeri haid

4.

Cara meramu Buah asam kandis ditumbuk campur bawang merah dan bawang putih, kompreskan. Daun katang ditumbuk atau remas campur daun lagun dan sedikit air, kompreskan airnya di kepala 3 kali sehari. Daun randu campur daun jarak direbus, minum 3 kali sehari. Rimpang kunyit ditumbuk campur akar bangle, kompreskan. Akar alang-alang campur daun alpukat dan daun kumis kucing, rebus dari 3 gelas air menjadi 1 gelas air, minum 3 kali sehari Daun pecah beling direbus campur dengan kumis kucing, minum 2 kali sehari selama 3 hari Daun kumis kucing direbus campur daun alpukat, minum 3 kali sehari Tumbuk halus 49 biji tambahkan 1 telor, minum saat akan tidur Rimpang kencur dan kunyit diparut halus tambahkan gilingan beras, rebus, minum 3 kali sehari Buah jeruk nipis dicampur rimpang kunyit yang sudah dihaluskan, dan telur ayam kampung, kocok, minum 3 kali sehari

44

Lanjutan tabel 13 No. 7.

Penyakit Liver

8.

Malaria

9.

Obat liur pahit

10.

12.

Pelancar buang air kecil Mengobati kencing batu Diabetes

13.

Mencret

14.

Tifus

15.

Sakit paru-paru

16.

Persalinan

17.

Melancarkan ASI

18.

Penambah nafsu makan

19.

Obat mimisan

20.

Obat sawan bayi

21.

Cikunguya

11.

Cara meramu Buah jeruk nipis diperes tambahkan kunyit yang sudah ditumbuk terlebih dahulu dan air bekicot secukupnya, disaring, minum 2 kali sehari Rebus daun katang campur daun lagun, peras, minum 3 kali sehari. Daging buah kelapa dicampur telur ayam kampung, menjadi ½ gelas, minum 3 kali sehari. Tumbuk kulit lansat campur dengan kulit kapelom, tambahkan air, saring, minum 3 kali sehari Daun lagun campur daun katang, peras, minum 3 kali sehari Daun alpukat direbus campur daun kumis kucing, minum 2 kali sehari pagi dan sore Daun alpukat direbus campur daun kumis kucing, minum 3 kali sehari Daun ciplukan campur daun kumis kucing, rebus, minum 3 kali sehari Rimpang kunyit ditumbuk halus campur daun atau buah jambu biji, tambahkan air secukupnya, minum 3 kali sehari Tumbuk kulit kapelom campur dengan kulit lansat, tambahkan air, saring, minum 3 kali sehari Tumbuk rimpang kunyit dicampur buah jeruk purut tambahkan gula jawa dan air bekicot secukupnya, minum 3 kali sehari Rimpang kunyit yang sudah dihaluskan campur jeruk nipis, dan telur ayam kampung, kocok, minum 3 kali sehari Akar ditumbuk campur akar jeringau tempelkan, 2 kali pada pagi dan menjelang maghrib. Rimpang kunyit yang sudah dihaluskan campur dengan gilingan beras dan rimpang kencur, rebus, minum 3 kali sehari (pemulihan setelah melahirkan) Batang temulawak diparut, tambahkan akar alangalang yang sudah dihaluskan dan air hangat, saring, minum 3 kali sehari Dua buah belimbing hutan campur daun jarak pagar tumbuk halus tempelkan di kepala Daun jarak pagar campur 2 buah belimbing hutan tumbuk halus tempelkan di kepala Daun kumbang pogoh campur pucuk daun sagu, rebus, minum 2 kali sehari pagi dan sore Daging buah dicampur telur ayam kampung, menjadi ½ gelas, minum 3 kali sehari

Cara penggunaan tumbuhan sebagai obat masih sangat sederhana. Penggunaannya dapat langsung atau melalui proses pengolahan seperti direbus, diparut, ditumbuk, diseduh, dan dibakar. Direbus merupakan cara pengolahan yang paling banyak, yaitu sebesar 46%, sedangkan dibakar merupakan cara pengolahan yang paling jarang dilakukan, yaitu sebesar 3%. Berdasarkan cara pemakaian tumbuhan obat oleh masyarakat, dikelompokkan ke dalam enam macam, yaitu: diminum, ditempel/dibubuhkan, dioles, ditetes, dimakan, dan

45

digosokkan. Diminum merupakan cara penggunaan yang paling banyak, yaitu sebesar 46%, sedangkan ditetes sebesar 2%. Berdasarkan keterangan yang diperoleh mengenai efek samping dalam penggunaan obat tradisional, masyarakat tidak mengalami efek samping dalam penggunaan tumbuhan-tumbuhan obat tersebut. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan kepraktisan kebutuhan obat-obatan tradisional, yaitu dengan disimpannya beberapa simplisia basah dan simplisia kering. Untuk simplisia basah, masyarakat sering memanfaatkan spesies pinang (Areca catechu), nuna belanda (Annona reticulate), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), dan lain-lain. Sedangkan untuk simplisia kering, biasanya masyarakat menyimpan jeringau (Acorus calamus), bangle (Zingiber purpureum), dan paku semalang (Angiopteris evecta). Belum adanya kegiatan jual-beli tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir disebabkan karena kegiatan budidaya yang dilakukan belum mengarah pada kebutuhan pemasaran hanya sebatas kebutuhan pribadi. Sedangkan menurut Aliadi dan Roemantyo (1994), tumbuhan obat merupakan salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat. Kaitan tersebut dapat dilihat dari nilainilai yang terkandung dalam pengobatan tradisional, antara lain pandangan tentang sakit, pengetahuan ramuan obat tradisional, serta aturan adat dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang sering dijumpai pada masyarakat asli/tradisional. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat belum menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Namun untuk pengembangannya, aspek pelestarian merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan agar tercapainya keseimbangan antara sumberdaya alam yang ada dengan pelaku pemenuh kebutuhan kehidupan yang dijalani. Penggunaan jenis tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakitnya, dapat digolongkan ke dalam 24 macam, seperti yang tersaji pada tabel 14. Jumlah jenis tumbuhan obat yang paling banyak adalah untuk kelompok penyakit kepala dan demam, yaitu sebanyak 17 spesies tumbuhan. Sedangkan penyakit lainnya jarang atau kurang dalam menggunakan tumbuhan sebagai obat. Keterangan lengkap

46

mengenai bagian yang digunakan dan cara pemakaian spesies tumbuhan obat tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 14 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat untuk mengobati berbagai kelompok penyakit No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Kelompok Penyakit/ Penggunaan Penyakit saluran pencernaan Penyakit kepala dan demam Penyakit saluran pernafasan Penyakit kulit Penyakit mulut Penyakit gigi Penyakit ginjal Penyakit jantung dan pembuluh darah Penyakit kelamin Penyakit khusus wanita Penyakit kuning Penyakit malaria Penyakit mata Penyakit telinga Penyakit otot dan persendian Penyakit saluran pembuangan Pengobatan luka Gangguan peredaran darah Perawatan rambut dan wajah Tonikum Perawatan kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi Keluarga berencana (KB) Penyakit tulang Penawar racun Total

Jumlah Spesies 10 17 6 12 5 6 4 5 2 6 3 11 6 1 12 5 5 3 2 3 9 1 1 3 138

1) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pencernaan Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan sebanyak sepuluh jenis, yaitu aren (Arenga pinnata) pepaya (Carica papaya), jambu biji (Psidium guajava), kunyit (Curcuma domestica), sawo (Manilkara kauki), melinjo (Gnetum gnemon), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kapelom (Mangifera parvifolia), kelapa (Cocos nucifera), dan lansat (Lansium domesticum var. pubescens). Tumbuhan sawo (Manilkara kauki) digunakan untuk mengobati mencret, bagian buah muda diparut lalu dimakan. Menurut Tantra et al. (1994), buah sawo (Manilkara kauki) dimanfaatkan untuk mengobati penyakit mencret dan disentri. 2) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kepala dan demam Asam kandis (Garcinia pavifolia), bawang merah (Allium cepa), capa khahuy (Allophylus cobbe), dadap (Erythrina lithosperma), jarak pagar (Jatropha

47

curcas), katang (Canavalia maritima), kelor (Moringa oleifera), khadang suluh (Stachytarpheta indica), kopi (Coffea arabica), lagun (Vitex trifolia), nuna belanda (Annona reticulata), pacing (Costus speciosus), dan randu (Ceiba pentandra), sasenung (Justicia gendarussa), ki teja (Cinnamomum iners), dan kunyit (Curcuma domestica) merupakan spesies tumbuhan yang dapat mengobati kelompok penyakit kepala dan demam sebanyak 17 jenis. Pemanfaatan dadap serep (Erythina lithosperma) sebagai obat penurun panas, yaitu dengan cara tambahkan daun dengan tiga gelas air lalu rebus hingga menjadi satu gelas, minum tiga kali dalam sehari pada waktu pagi, siang dan malam hari. Selain direbus, daun tumbuhan tersebut dapat juga dihaluskan ataupun diremas lalu kompreskan ke kepala. Menurut Depkes (2009), cairan dari kulit dadap serep dapat mengobati demam, sakit mata, dan baik untuk wanita bersalin. Pemanfaatan jarak pagar (Jatropha curcas) dapat juga digunakan untuk mengobati sakit kepala/demam, menggunakan pucuk daun campur dengan daun dadap serep (Erythina lithosperma) lalu kompreskan di kepala. Selain itu dapat juga dicampur dengan buah belimbing hutan (Aceratium oppositifolium). Sedangkan untuk menurunkan panas campur dengan daun randu (Ceiba pentandra), rebus, lalu minum tiga kali sehari. Menurut Susiarti et al. (1999), biji jarak pagar dapat digunakan untuk mengobati asam urat, sakit gigi, sakit telinga, sakit kulit, dan sebagai obat cacing. Daun dan kulit kayunya dapat mengobati rematik, daunnya mengobati diare, batuk, dan sebagai antiparasitik. Sedangkan menurut Muhammad & Amusa (2005), daun jarak pagar mengobati demam dan sifilis dan akarnya mengobati kencing nanah.

3) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pernafasan Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernafasan sebanyak lima jenis, yaitu bambu apus (Gigantochloa apus), jahe (Zingiber officinale), belimbing wuluh (Averrhoa blimbi), kunyit (Curcuma domestica.), dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Akar bambu apus (Gigantochloa apus) dapat digunakan untuk mengobati kencing manis, kencing batu, maag, sakit kuning, ginjal, kanker payudara, limpa, kanker darah, batuk, dan menurunkan darah tinggi. Batang (buluh): meremajakan

48

kulit bekas luka, memperlancar persalinan, dan mengobati panas dalam (Husain et al. 2008). 4) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit penyakit kulit Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit sebanyak 12 jenis, yaitu bawang putih (Allium sativum), tembaka (Ficus septica), durian (Durio zibethinus), mada (Macaranga tanarius), pelawi (Alstonia scholaris), ubi jalar (Ipomoea batatas), pule pandak (Rauvolfia serpentina), ketepeng (Cassia alata), brotowali (Tinospora crispa), gadung (Dioscorea hispida), lada (Piper nigrum), dan khakhebing (Ficus fistulosa). Dari 12 jenis tumbuhan yang ditemukan, 1 jenis diantaranya secara umum sudah dipergunakan sebagai obat penyakit kulit, yaitu ketepeng (Cassia alata). Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak daun ketepeng dapat menghambat pertumbuhan

berbagai

bakteri

penyebab

penyakit

kulit,

diantaranya

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa (Soedibyo 1998). Zat kimia yang terkandung dalam daun ketepeng yang bekerja sebagai bakteriostatik, yaitu resin, asam krisofanat, zat samak dan aloe egrodin. 5) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit mulut Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit mulut sebanyak lima jenis, yaitu Jarak pagar (Jatropha curcas), selasih (Ocimum basilicum), lagun (Vitex trifolia), katang (Canavalia maritima), dan santigi (Pemphis acidula.) Santigi (Pemphis acidula) dapat digunakan untuk mengobati gusi bengkak. Cara pengoilahan tumbuan obat tersebut, yaitu batang santigi dibakar hingga keluar minyak, lalu oleskan pada gusi yang bengkak. 6) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gigi Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit gigi sebanyak enam jenis, yaitu Angsana (Pterocarpus indicus), kamboja (Plumeria acuminata), salak (Salacca zalacca), ceremai (Phyllanthus acidus), jeruk bali (Citrus maxima), dan kelor (Moringa oleifera). Pemanfaatan kelor sebagai obat sakit gigi, yaitu kulit batang atau batang kelor ditumbuk lalu tempelkan pada pipi dekat gigi yang menderita sakit. Akar

49

kelor berkhasiat mengobati kejang, gusi berdarah, sakit gigi, haid tidak teratur, dan pusing. Sedangkan daunnya mengobati sesak nafas dan encok

(Depkes

2009). 7) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit ginjal Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit ginjal sebanyak empat jenis, yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), alpukat (Persea americana), pecah beling (Storbilanthes crispus), dan manggis (Garcinia mangostana). Manggis (Garcinia mangostana) berkhasiat sebagai penghancur batu ginjal. Biji manggis dihaluskan, tambahkan air hangat secukupnya, lalu minum 1 hari sekali. Manggis (Garcinia mangostana) biasanya oleh masyarakat dikonsumsi sebagai buah, mempunyai manfaat yang beragam. Iptek (2000) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis yang larut dalam petroleum eter ditemukan dua senyawa alkaloid. Kulit kayu, kulit buah dan lateks kering manggis mengandung sejumlah zat. Warna kuning yang berasal dari dua metabolit yaitu mangostin dan ß-mangostin yang berhasil diisolasi. Mangostin merupakan komponen utama sedangkan ß-mangostin merupakan konstituen minor. Ditemukan metabolit baru yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di(3-metil-2butenil) xanton yang diberi nama amangostanin dari kulit buah Garcinia mangostana. Buah manggis digunakan untuk mengobati diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, dan borok. 8) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit jantung dan pembuluh darah Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak lima jenis, yaitu sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), kumis kucing (Orthosiphon grandifolus), bawang putih (Allium sativum), dan mentimun (Cucumis sativus). Alpukat (Persea americana), kumis kucing (Orthosiphon grandifolus), bawang putih (Allium sativum), dan mentimun (Cucumis sativus) berkhasiat menurunkan darah tinggi. Sedangkan sirsak (Annona muricata) berkhasiat mengobati penyakit jantung. Daun sirsak rebus sebanyak satu gelas air menjadi ½ gelas air, lalu minum secara rutin tiga kali sehari. Menurut Hamizah (2012), daun

50

sirsak berkhasiat mengobati bisul, kejang, peluruh keringat, digunakan sebagai anti tumor dan anti kanker. 9) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kelamin Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kelamin sebanyak dua jenis, yaitu lada (Piper nigrum) dan pinang (Areca catechu). Lada (Piper nigrum) digunakan untuk mengobati sperma encer, sedangkan pinang (Areca catechu) sebagai obat impoten dan sperma bocor. Cara pengolahan masing-masing spesies tersebut, yaitu tumbuk halus 49 biji lada tambahkan satu telor, lalu minum saat akan tidur selama lima malam berturut-turut. Pengolahan pinang (Areca catechu) sebagai obat impoten, yaitu rebus tujuh akar pinang, air rebusan digunakan untuk memijat, pemijatan dilakukan sendiri atau istri. Mengobati sperma bocor, buah pinang muda diparut halus, direbus, tambakan air satu gelas rebus hingga menjadi ¼ gelas, lalu minum tiga kali sehari. Bagian biji, kulit batang, daun, dan tunas muda pinang sebagai astringent, tonik, mengobati diare, gangguan kemih, edema, sakit pinggang, dan baik untuk pencernaan. Biji pinang sebagai stimulan, tunggal ataupun dicampur sirih (Piper betle). Akarnya mengobati penyakit perut. Umbut pinang dapat digunakan sebagai pengurang rasa nyeri. Sedangkan bijinya berkhasiat menguatkan dan memutihkan gigi, selain itu buahnya dapat digunakan untuk mengobati buang air besar darah (Brotonegoro 2000). 10) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit khusus wanita Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit khusus wanita sebanyak tiga jenis, yaitu sere (Andropogon nardus), kheda (Erythrina variegata), dan pepaya (Carica papaya). Penyakit khusus wanita, seperti keputihan, awet muda, menghilangkan bau badan, dan pelangsing. Kheda (Erythrina variegata) berkhasiat mengurangi nyeri haid. Daun kheda ditumbuk halus, tempelkan pada perut yang nyeri, lalu gunakan selama masih sakit. Menurut Na-Songkhla (1997), kulit batang kheda dapat mengobati asma, batuk, rematik, sebagai antipiretik, dan mengobati sakit pada hati. Kulit batang

51

dan daunnya mengobati disentri, mastitis, serta sebagai ekspektoran. Sedangkan bijinya sebagai obat kanker. 11) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kuning Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kuning sebanyak tiga jenis, yaitu bambu kuning (Bambusa vulgaris), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Bambu kuning (Bambusa vulgaris) berkhasiat sebagai obat sakit kuning, melauli pengolahan rebung bambu yang telah direbus lalu dikonsumsi secara rutin. Menurut Dransfield dan Widjaja (1995), air dari batang bambu direbus digunakan sebagai obat hepatitis. Rebung bambu mengobati sakit kuning dan bengkak (Depkes 2009). 12) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit malaria Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit malaria sebanyak 11 jenis, yaitu brotowali (Tinospora crispa), capa (Blumea balsamifera), duku (Lansium domesticum), katang (Canavalia maritima), kelapa (Cocos nucifera), lagun (Vitex trifolia), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), oyong (Luffa acutangula), pepaya (Carica papaya), singkong (Manihot utilissima), dan sirsak (Annona muricata). Duku (Lansium domesticum) merupakan salah satu spesies tumbuhan yang khas di lokasi penelitian, memiliki khasiat sebagai obat malaria. Bagian yang dimanfaatkan, yaitu akar, kulit batang, dan batang, rebus salah satu bagian-bagian tersebut dan rebus dari dua gelas air hingga menjadi satu gelas, lalu minum tiga kali sehari. Menurut Yacoob dan Bamroongrugsa (1992), kulit buahnya dapat digunakan untuk mengusir nyamuk dengan cara dibakar. Selain itu dapat digunakan untuk mengobati disentri, sengatan kalajengking dan malaria. Sedangkan bijinya berkhasiat sebagai obat demam dan obat cacing, jika dicampur dengan angsana (Pterocarpus indica) sebagai obat disentri. 13) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit mata Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata sebanyak enam jenis, yaitu berenuk (Crescentia cujete), kecipir

52

(Psophocarpus tetragonolobus), bunga katarak (Isotoma longiflora), sirih (Piper betle), pegaga (Centella asiatica), dan takokak (Solanum torvum). Berenuk (Crescentia cujete) dimanfaatkan sebagai obat sakit mata, daunnya ditumbuk lalu air yang keluar dari daun tersebut teteskan pada mata yang sakit. Menurut Dibiyantoro (2002), daun dan buah berenuk digunakan sebagai obat yang memiliki sifat diuretik. 14) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit telinga Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit tekinga sebanyak satu jenis, yaitu tebu (Saccharum officinarum). Batang tebu berkhasiat mengobati batuk, pegal linu, dan sebagai obat kuat (Flach & Rumawas 1996). 15) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit otot dan persendian sebanyak 12 jenis, yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), bambu kuning (Bambusa vulgaris), capa (Blumea balsamifera), kelapa (Cocos nucifera), lada (Piper nigrum), mengkudu (Morinda citrifolia), paku semalang (Angiopteris evecta), sirsak (Annona muricata), sirih (Piper betle), tanjung (Mimusops elengi), tebu (Saccharum officinarum),

dan temulawak

(Curcuma xanthorrhiza). Tanjung (Mimusops elengi) berkhasiat mengobati rematik. Akar tanjung direbus lalu air rebusan diminum 3 kali sehari. Selain sebagai obat rematik, daun tanjung berkhasiat sebagai obat demam, sesak nafas, pusing, radang tenggorokan, sariawan, dan radang hidung. Sedangkan bunga tanjung berkhasiat sebagai obat kudis, eksim, dan kencing nanah (Depkes 2009). 16) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pembuangan Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati saluran pembuangan (pelancar buang air kencing, obat ginjal, penyakit jengkolan, dan lain-lain) sebanyak lima jenis, yaitu alpukat (Persea americana), kumis kucing (Orthosiphon grandifolus), puding (Graptophyllum pictum), kelapa (Cocos nucifera), dan ciplukan (Physalis angulata).

53

Puding (Graptophyllum pictum) sebagai obat pelancar buang air kecil. Pengolahan spesies tumbuan tersebut, yaitu rebus daun dan minum 3 kali sehari. Daun digunakan untuk mengobati ambeien, rematik/encok, bisul, melancarkan buang air seni dan haid (Iptek 2000). 17) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit luka Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati luka sebanyak lima jenis, yaitu bandotan (Ageratum conyzoides), laos (Alpinia galanga), rayutan (Derris scandens), rumput gajah (Pennisetum purpureum), dan rumput jarum (Andropogon aciculatus). Laos (Alpinia galanga) selain sebagai baan pangan dapat digunakan sebagai obat luka. Daun ditumbuk halus lalu bubuhkan pada luka. Selain sebagai obat luka, rimpang laos berkhasiat sebagai obat panu dan pelancar haid (Depkes 2009). 18) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gangguan peredaran darah Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit gangguan peredaran darah (mimisan dan kanker) sebanyak tiga jenis, yaitu

belimbing

hutan

(Elaeocarpus

oppositifolia),

cengol/ki

koneng

(Arcangelisia flava), dan jarak pagar (Jatropha curcas). Belimbing hutan (Elaeocarpus oppositifolia) dan jarak pagar (Jatropha curcas), bagian yang digunakan dari masing-masing tumbuhan tersebut adalah buah dan daun sebagai obat mimisan. Tumbuk halus campuran

belimbing hutan (Elaeocarpus

oppositifolia) dan jarak pagar (Jatropha curcas) lalu tempelkan pada kepala/kening. Cengol/ki koneng (Arcangelisia flava) berkhasiat sebagai obat kanker. Rebus akar dari lima gelas menjadi dua gelas, lalu minum dua kali sehari selama 2 hari. Menurut Mandia et al. (1999), batang cengol mengobati penyakit kuning, cacingan, panas, gangguan pencernaan, keluhan usus, penurun panas perut, ekspektoran, tonik, obat sariawan dan abortivum. Kulit batangnya berkhasiat sebagai obat luka, borok dan iritasi kulit. Kikisan kulit kayu untuk mengobati cacar, mengobati sakit kuning dicampur lemon dan sere.

54

19) Jenis tumbuhan obat untuk perawatan rambut Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk perawatan rambut dan wajah sebanyak dua jenis, yaitu kelapa (Cocos nucifera) dan rampai (Cardiospermum halicacabum). Kedua spesies tersebut digunakan sebagai penyubur rambut. Kelapa (Cocos nucifera) digunakan sebagai sampo, terlebih dahulu buahnya diparut dan air perasannya digunakan untuk keramas. Selain sebagai penyubur rambut, kelapa memiliki bermacam-macam khasiat. Menurut Ohler dan Magat (2002), akar kelapa sebagai antipiretik., diuretik, dan mengobati penyakit kelamin. Buahnya berkhasiat sebagai laksatif, anti-diare dan penetral racun. Minyak kelapa dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit dan gigi. Sedangkan biji dari buah muda diusapkan pada perut untuk mengobati diare, bisul dan membran cairan hidung. 20) Jenis tumbuhan obat untuk tonikum Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk tonikum sebanyak tiga jenis, yaitu capa (Blumea balsamifera), nanas (Ananas comosus), dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Ketiga spesies tersebut di atas digunakan sebagai penambah nafsu makan. Cara pengolahan masing-masing tumbuhan tersebut, yaitu cuci daun capa, digulung, dipepes, dan diperes lalu minum 3 kali sehari. Selain itu daun capa dapat direbus dan makan secara langsung. Sedangkan untuk pengolahan pada buah nanas yaitu diparut, diperas tambahkan garam, lalu minum 2 kali sehari. Batang temulawak ditumbuk, peras, tambahkan air menjadi ¼ gelas, lalu minum 2 kali sehari. Menurut Sirait (2009), daun capa digunakan untuk mengobati rematik, nyeri haid, influenza, demam, batuk, diare, sariawan, penambah nafsu makan, dan kencing manis. 21) Jenis tumbuhan obat untuk perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk perawatan kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi sebanyak sembilan jenis, yaitu jeringau (Acorus calamus), kunyit (Curcuma domestica), katuk (Sauropus androgynus),

55

kemiri (Aleurites moluccana), kopi (Coffea arabica), nuna belanda (Annona reticulata), kumbang pogoh (Lantana camara), dan sagu (Metroxylon sagu). Kunyit (Curcuma domestica) merupakan spesies yang sering digunakan dalam perawatan persalinan maupun kesehatan wanita. Tumbuk rimpang kunyit lalu rebus atau rimpang kunyit yang sudah dihaluskan dicampur dengan gilingan beras dan rimpang kencur lalu rebus, lalu minum 3 kali sehari. Rimpang kunyit berkhasiat sebagai stimulant, mengobati sakit perut, tipes, sakit kuning, memperlancar menstruasi, infeksi kemih, sakit dada, sakit punggung, katarak, dan penyakit pada hati (Wardini & Prakoso 1999). Sedangkan menurut Muhammad & Amusa (2005), rimpang kunyit berkhasiat sebagai obat penyakit kuning, sakit mata, dan sakit kulit. 22) Jenis tumbuhan obat untuk keluarga berencana (KB) Kelompok penyakit/penggunaan keluarga berencana dapat memanfaatkan umbi tumbuhan si kudip (Proiphys amboinensis) sebagai bahan obat tradisional (Gambar 5). Umbi si kudip (Proiphys amboinensis) direbus, dari tiga gelas air menjadi satu gelas air, lalu minum tiga kali sehari. Sebaiknya rebusan obat tersebut diminum oleh pasangan suami istri. Menurut Ong (2006), daun si kudip (Proiphys amboinensis) dapat mengobati rematik dan umbinya dapat mengobati muntah dan sebagai penawar racun.

Gambar 5 Si kudip (Proiphys amboinensis).

56

23) Jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit tulang Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit tulang sebanyak satu jenis, yaitu pegaga (Centella asiatica). Daun pegaga dikonsumsi secara langsung dapat berkhasiat sebagai obat flu tulang. Selain berkhasiat mengobati flu tulang, menurut Husain et al. (2008), daun pegaga berkhasiat sebagai tonik rambut, stimulant otak, diuretik, mengobati luka, dan maag. 24) Jenis tumbuhan obat untuk penawar racun Jumlah jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk penawar racun sebanyak tiga jenis, yaitu asam jawa (Tamarindus indica), kelapa (Cocos nucifera), dan bambu apus (Gigantochloa apus). Ketiga spesies tersebut merupakan spesies yang berkhasiat sebagai penawar keracunan makanan. Sedangkan bambu apus (Gigantochloa apus) selain sebagai penawar racun dapat berkhasiat sebagai penawar racun ular. Cara pengolahan tumbuhan tersebut di atas, yaitu rebung atau pucuk daun bambu apus secara langsung dikonsumsi atau direbus terlebih dahulu, lalu dikonsumsi 3 hari sekali. Air buah kelapa atau seduh buah asam jawa dengan air panas, minum 3 kali sehari. Menurut Coronel (1992), selain sebagai penawar keracunan makanan buah asam jawa berkhasiat mengobati batuk, sariawan, jerawat, bisul, borok, dan eksim. 5.2.2 Keanekaragaman habitus Berdasarkan observasi lapang yang dilakukan, tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat jika ditinjau dari habitusnya dikategorikan ke dalam sembilan kategori, yaitu epifit, rumpun, liana, paku-pakuan, herba, palem, semak, perdu, dan pohon. Habitus yang paling banyak digunakan adalah habitus pohon sebanyak 17 spesies (33%). Sedangkan habitus yang paling sedikit digunakan adalah epifit, rumpun, dan paku-pakuan masing-masing sebanyak 1 spesies (2%) (Tabel 15).

57

Tabel 15 Persentase jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Habitus Epifit Rumpun Liana Paku-pakuan Herba Palem Semak Perdu Pohon Total

Jumlah Spesies 1 1 2 1 13 2 8 7 17 52

Persentase (%) 2 2 4 2 25 4 15 13 33 100

5.2.3 Keanekaragaman bagian yang digunakan Spesies-spesies yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya lebih dari satu bagian yang dimanfaatkan. Bagian-bagian yang digunakan, yaitu akar, buah, daun, kulit batang, batang, getah, rebung, dan umbi. Bagian yang paling banyak digunakan dalam potensinya untuk berbagai kegunaan, yaitu daun sebesar 55%. Pemanfaatan daun tidak merusak tumbuhan karena dalam proses pemanenannya tidak mengakibatkan spesies tersebut mati. Sedangkan rebung merupakan bagian yang digunakan paling sedikit digunakan, yaitu sebesar 2% (Tabel 16). Pada umumnya daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Penelitian Wirdateti dan Roemantyo (1992) menyatakan hal yang sama, yaitu daun paling banyak digunakan oleh masyarakat di Dumoga-Bone, Sulawesi Utara hampir 50% dari 99 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat. Menurut Zuhud et al. (1994), penggunaan daun, buah, cabang, dan ranting sebagai bahan mentah dalam pengobatan tradisional tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Tetapi bila akar, kulit kayu atau seluruh bagian tumbuhan yang digunakan, maka hal itu sudah merupakan ancaman bagi keberadaan spesies tersebut. Tabel 16 Bagian tumbuhan obat yang digunakan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Habitus Akar Batang Buah Daun Getah Kulit batang Rebung Umbi Total

Jumlah Spesies 10 5 5 34 3 2 1 2 62

Persentase (%) 16 8 8 55 5 3 2 3 100

58

Beberapa tumbuhan yang digunakan daunnya sebagai obat adalah capa (Blumea balsamifera), katang (Canavalia maritima), lagun (Vitex trifolia), dan lain-lain. Tumbuhan-tumbuhan tersebut, digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Campuran antara tumbuhan katang (Canavalia maritima) dan lagun (Vitex trifolia) paling sering digunakan. Cara pemanfaatannya adalah merebus daun katang dan daun lagun dengan takaran air dua gelas menjadi satu gelas setelah matang, lalu minum tiga kali sehari yaitu pagi saat bangun tidur, siang hari, dan malam hari sebelum tidur. 5.2.4 Keanekaragaman tipe habitat Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir berasal dari pekarangan sebesar 30% dan hutan sebesar 17%. Selain habitat tersebut, ditemukan juga spesies tumbuhan obat di sekitar jalan dan pekarangan sebear 24%, sekitar jalan sebesar 20%, sekitar sungai sebesar 5%, serta sekitar jalan dan hutan sebesar 4%. Spesies tumbuhan obat yang dapat ditemukan di hutan, yaitu angsana (Pterocarpus indicus), capa khakhuy (Allophylus cobbe), cempaka (Michelia campaca), cengol (Arcangelisia flava), khakhebing (Ficus fistulosa), ki teja (Cinnamomum iners), mada (Macaranga tanarius), paku semalang (Angiopteris evecta), pulus (Laportea stimulans), dan gadung (Dioscorea hispida). Spesies-spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat biasanya diambil di sekitar pekarangan rumah ataupun di ekosistem liar di sekitarnya, yang memang hidup sendiri tanpa adanya campur tangan masyarakat. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, tumbuhan obat yang ada dimanfaatkan oleh masyarakat yang telah dibudidayakan yaitu 48%. Sedangkan untuk tumbuhan obat yang ditemukan secara liar, yaitu sebanyak 52%. Keterangan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Spesies tumbuhan obat yang hidup secara liar, diantaranya yaitu cengol (Arcangelesia flava), gadung (Dioscorea hispida), khakhebing (Ficus fistulosa), mada (Macaranga tanarius), tembaka (Ficus septica), dan lain-lain. Menurut Heyne (1987) dan Priyadi et al. (2010), gadung (Dioscorea hispida) berkhasiat mengobati kusta (lepra), ubi gadung dipotong kecil-kecil dan direbus dengan cabe jawa (piper retrofractum), lada putih (Capsicum frutescens), gula kelapa, dan kelapa parutan. Air rebusannya

59

diminumkan kepada si penderita serta gadung rebusan dimamahkan dan dibalurkan pada tubuh yang sakit. Gadung (Dioscorea hispida) dicampur gadung cina (Smilax china), dapat pula mengobati borok sifilis, tetapi syarat yang harus dilakukan untuk kesembuhan yaitu dianjurkannya selama pengobatan penderita hidup vegetarian, menghindari minuman keras, dan makanan pedas. Selain penyakit-penyakit tersebut, dapat pula berkhasiat sebagai obat kapalan dan mengobati kencing manis. Selain sebagai obat dapat pula dijadikan sebagai bahan pangan, dikarenakan ubinya merupakan bahan pangan yang lezat. Tetapi dalam proses pemanfaatannya, diperlukan pengolahan khusus terhadap ubi gadung, karena dapat mengakibatkan keracunan, pusing, mual, dan gatal-gatal. Dilakukan perendaman kurang lebih tiga hingga empat hari dengan air tawar atau air laut atau ubi gadung segar dilumasi abu kayu lalu disimpan di dalam tanah. Setelah perlakuan tersebut, diiris tipis-tipis sehingga dapat dimanfaatkan. Spesies-spesies tumbuhan obat tersebut banyak ditemukan di pekarangan ataupun di sekitar rumah, sesuai dengan pernyataan Sastrapradja et al. (1980), tidak jarang pekarangan dikenal pula dengan nama apotik hijau. Pada kenyataanya fungsi demikian memang ada di pedesaan. Obat-obat modern dalam bentuk pil terutama, tidak asing lagi bagi masyarakat desa. Meskipun demikian obat-obat tradisional untuk menanggulangi keluhan yang ringan atau serangan penyakit mendadak masih tidak ditinggalkan dan ditanam di sekitar rumah, seperti kunyit (Curcuma

domestica),

lempuyang

(Zingiber

zerumbet),

kumis

kucing

(Orthosiphon grandifolus), bangle (Zingiber purpureum). 5.3

Kearifan Lokal Masyarakat

5.3.1 Karakteristik responden a. Umur Umur responden berkisar antara 29-90 tahun. Empat orang responden (13%) berumur 20-40 tahun, lebih dari separuh responden atau 21 orang (70%) berumur 41-65 tahun, dan responden yang memiliki umur >65 tahun sebanyak 5 orang (17%) Teori Papalia dan Olds (1981) diacu dalam Puspitawati et al. (2008) membagi kategori umur manusia dewasa menjadi tiga, yaitu dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun) dan dewasa lanjut (>65 tahun). Mayoritas

60

responden memiliki potensi sebagai tenaga kerja produktif, sesuai dengan pernyataan Sriyana (2008), umumnya kategori usia produktif pada manusia berkisar pada umur 15-60 tahun. Umur responden dalam kategori dewasa madya lebih banyak mengetahui dan memahami mengenai tumbuhan pangan dan obat. Hal tersebut dikarenakan pengalaman dan masih diterapkannya penggunaan tumbuhan pangan dan obat yang ada di sekitar mereka. Sedangkan untuk dewasa lanjut, banyaknya pengalaman mereka terkait tumbuhan pangan dan obat sering terhalang karena mulai menurunnya ingatan sejalan dengan usia lanjut. b. Jenis kelamin Jenis

kelamin

laki-laki

mendominasi

sebanyak

24

orang

(80%)

dibandingkan perempuan sebanyak 6 orang (20%). Laki-laki lebih dominan dalam kegiatan berkebun atau sesuai dengan mata pencahariannya sebagai petani. Sedangkan untuk perempuan lebih banyak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan rumah, namun perempuan ikut pula membantu dalam kegiatan usaha tani. Diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan perempuan bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis, melainkan lebih disebabkan oleh faktor sosial budaya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan (Puspitawati 2010). c. Pendidikan Tingkat pendidikan responden bervariasi tetapi relatif rendah, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sebanyak 20 responden (67%), berturut-turut hingga terendah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 5 responden (17%), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sarjana masing-masing sebanyak 4 responden (13%) dan 1 responden (3%). Sesuai dengan pernyataan Guhardja et al. (1992) bahwa situasi keluarga yang hidup di pedesaan cenderung dicirikan oleh adanya sumberdaya manusia yang memiliki tingkat pendidikan tergolong rendah. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh besar terhadap banyaknya pengetahuan mengenai tumbuhan pangan dan obat serta usaha tani yang dilakukan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari orang tua terdahulu atau turun temurun dan

61

berdasarkan pengalaman. Sebagian besar petani mendapat pengalaman usaha tani dari orang tua ataupun tetangga. d. Mata pencaharian Mata pencaharian responden dapat dikatakan cukup beragam. Mayoritas bekerja sebagai petani sebanyak 19 responden (64%), mata pencaharian lainnya yang ditekuni, yaitu sebagai buruh tani, pegawai honorer SD, karyawan, wiraswasta, polisi hutan, PNS, dukun bayi, dan dukun pijat (Tabel 17). Walaupun adanya variasi mata pencaharian lain yang ditekuni, tetapi kegiatan usaha tani dijalani pula sebagai pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Irawan dan Romdiati (2000), menyatakan bahwa hampir 72 persen dari seluruh rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah yang hidup di pedesaan dicirikan oleh penduduk yang tergantung pada sektor pertanian untuk sumber penghasilan utamanya. Tabel 17 Mata pencaharian responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mata Pencaharian Buruh tani Karyawan Pegawai honorer SD Petani Petani, dukun bayi Petani, dukun pijat tulang Petani, PNS Petani, polisi hutan Wiraswasta Total

Jumlah Responden 2 1 1 19 1 2 1 1 2 30

Persentase (%) 7 3 3 64 3 7 3 3 7 100

Mata pencaharian petani sangat terkait dengan letak dusun mereka yang dekat atau berbatasan langsung dengan kawasan Tahura WAR (Gambar 9). Selain berbatasan langsung dengan kawasan Tahura WAR, Dusun Margadalom berbatasan langsung dengan wilayah Angkatan Laut, yaitu wilayah Markas Komando Batalyon Infanteri 9 Marinir Beruang Hitam. Ada kerjasama antara pihak Angkatan Laut dengan masyarakat Suku Lampung Pesisir dibidang pertanian atau lahan garapan yang dimiliki pihak Angkatan Laut. Bentuk kerjasama yang dilakukan, yaitu pembagian hasil garapan sawah dengan aturan pembagian hasil, dua untuk masyarakat dan satu untuk pihak Angkatan Laut (2:1).

62

Gambar 6 Dusun berbatasan dengan Kawasan Tahura WAR (Tanda). e. Luas Kepemilikan lahan Luas kepemilikan lahan responden berkisar antara 0.25 - 6 Ha (Tabel 18). Terdapat responden yang tidak memiliki kebun dan adapula responden yang memiliki luas kebun hingga 6 Ha. Kebun yang digarap oleh masyarakat terletak di kawasan Tahura WAR dan di tanah Marga. Tabel 18 Luas kebun responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Luas Kebun (Ha) 0 0.25 0.5 0.75 1 2 3 4 5 6 Total

Jumlah Responden 3 3 4 1 8 6 4 0 0 1 30

Masyarakat yang memiliki kebun di wilayah kawasan tidak memiliki hak dalam kepemilikan lahan, masyarakat diperbolehkan menggarap dengan syaratsyarat yang telah ditentukan oleh pihak Tahura WAR. Syarat-syarat tersebut diantaranya, yaitu penanaman tanaman hanya diperbolehkan tanaman keras dan dilarang adanya penanaman palawija. Tanaman keras yang ditanam merupakan tanaman tajuk tinggi, seperti petai (Parkia speciosa), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium domesticum), dan melinjo (Gnetum gnemon), dan lain-lain. Sedangkan untuk tanaman tajuk sedang, yaitu kopi (Coffea arabica), kakao (Theobroma cacao), dan lain-lain. Perihal lahan di tanah Marga tidak ada sistem

63

dan peraturan khusus mengenai penanaman tanaman karena lahan yang ada di tanah Marga merupakan lahan milik masyarakat secara pribadi. Sedangkan untuk lahan sawah, mayarakat tidak memiliki wewenang dalam kepemilikan lahan, masyarakat hanya berhak menggarap. Lahan sawah yang digarap merupakan milik pihak Angkatan Laut (Markas Komando Batalyon Infanteri 9 Marinir Beruang Hitam) dengan adanya sistem bagi hasil. Sawah yang digarap masyarakat Dusun Margadalom berkisar antara ≤3200 hingga ≤10000 m2 (Tabel 19). Tabel 19 Luas lahan sawah garapan responden No. 1. 2. 3.

Luas Sawah (m2)

Jumlah Responden

0 ≤3200 ≤10000 Total

14 14 2 30

Pada umumnya masyarakat Suku Lampung Pesisir di lokasi penelitian memiliki pekarangan di sekitar rumah dan terkadang sekaligus digunakan sebagai kebun. Spesies tanaman yang biasa ditanam di pekarangan, diantaranya yaitu palawija, sayuran, dan tumbuhan obat, diantaranya yaitu katuk (Sauropus androgynus), kangkung (Ipomoea aquatica), bayam (Amaranthus tricolor), pepaya (Carica papaya), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), adas (Foeniculum vulgare), cantik manis (Portulaca grandiflora), brotowali (Tinospora crispa), jambu biji (Psidium guajava), asam jawa (Tamarindus indica), mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), durian (Durio zibethinus), kakao (Theobroma cacao), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum), kelapa (Cocos nucifera), jambu mete (Anacardium occidentale), dan juga ada tanaman pagar seperti pecah beling (Strobilanthes crispus), dan lain-lain. Pengadaan pekarangan dengan berbagai spesies tanaman sebagai pemenuhan kehidupan mayarakat sehari-hari mengarah pada keinginan dan kebutuhan penanaman untuk dikonsumsi sendiri atau subsisten. f. Kondisi kesehatan Kondisi kesehatan responden cukup baik. Namun ada beberapa jenis penyakit yang menjadi masalah-masalah kesehatan yang paling sering muncul,

64

yaitu malaria (31%), sakit kepala (19%), maag (14%), rematik (12%), sakit panas (10%), mencret (8%), dan sakit mata (6%). Pernyataan yang diberikan oleh responden, Makhing bebohan merupakan sebutan yang diberikan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir saat menderita malaria, yang artinya kondisi tubuh lemas, keinginan untuk bermalas-malasan tinggi sehingga lebih banyak tidur. Penyakit malaria erat kaitannya dengan lingkungan hidup yang kurang sehat dan daya tahan tubuh rendah. Daya tahan tubuh yang rendah dapat terjadi karena ketidakseimbangan pemenuhan gizi dan kebutuhannya. Masyarakat rata-rata menderita penyakit malaria kurang lebih selama tujuh hari dan dapat kambuh ataupun menyerang sewaktu-waktu. Selama menderita penyakit ini produktivitas kerja menurun dan terganggunya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Umumnya penderita malaria ditemukan di daerah-daerah terpencil, daerah pedesaan, daerah transmigrasi, daerah pengungsian penduduk dan sebagian besar dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Malaria mudah menyebar di daerah rawa-rawa, persawahan, pantai, pegunungan, dan lain-lain. Salah satu faktor penyebab penularan malaria adalah cuaca, iklim, penggalian pasir, tambak tidak terurus, dan penebangan hutan. Keadaan lingkungan yang saling berinteraksi akan dapat berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah Rumbiak (2006). g. Pola penggunaan pangan Mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani sehingga pada pagi hari masyarakat sudah memulai aktivitasnya untuk pergi ke kebun. Pagi hari sarapan di rumah sebelum berangkat ke kebun, lama di kebun biasanya siang hingga sore hari, terkadang untuk makan siang hari mereka membawa bekal dari rumah yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Malam hari masyarakat pulang dari kebun, makan di rumah bersama keluarga. Sedangkan untuk masyarakat yang menginap di kebun yang sedang menunggu hasil panennya ataupun beristirahat karena jarak yang ditempuh untuk kembali ke rumah jauh untuk dijangkau, sudah terlebih dahulu mempersiapkan bekal lebih sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Pemanfaatan tumbuhan pangan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir tergolong cukup baik. Cara pemanfaatan tumbuhan sebagai makanan dibagi dalam

65

bentuk pemanfaatan langsung dikonsumsi dan melalui pengolahan dengan cara dimasak. Makanan dimasak dalam berbagai cara antara lain dibakar, direbus, digoreng, ditumis, dan disantan. Bagian tumbuhan yang langsung dikonsumsi sebagian besar dalam bentuk buah yang telah masak. Selain bagian buah, bagian daun sering juga dimanfaatkan baik langsung dikonsumsi ataupun diolah terlebih dahulu. Pemanfaatan daun secara langsung sering disebut dengan lalaban. Daun terlebih dahulu dimasak dan dijadikan sayur yang dikonsumsi bersama nasi. Kebiasaan makan masyarakat sebanyak tiga kali sehari. Jenis pangan yang sering dikonsumsi, yaitu pada pagi hari lebih kepada masakan yang praktis terkait kepentingan masyarakat untuk beraktivitas, misalnya pergi ke kebun ataupun pekerjaan lainnya. Masakan yang diolah seperti gulai pekhos asin (sayur bening), sayur asam, goreng tempe, tahu, telor, dan lain-lain. Pada umumnya menu makan untuk siang hari sama dengan menu pagi hari, hal ini terkait dengan kecukupan ekonomi dan kesibukkan melakukan aktivitas berkebun. Sedangkan untuk malam hari masyarakat biasa memasak pepes ikan, sayur pindang, sayur tumis, sayur santan, gulai pekhos asin, sayur asam, dan lain-lain. Tidak jarang kebutuhan pangan untuk malam hari merupakan jenis pangan yang telah dimasak sebelumnya, baik pada pagi ataupun siang hari. Macam menu makan yang diolah tentunya terkait erat dengan kemampuan ekonomi masing-masing keluarga. Selain jenis masakan tersebut di atas, masyarakat Suku Lampung Pesisir terbiasa mengkonsumsi lalaban, seperti adas (Foeniculum vulgare), cantik manis (Portulaca grandiflora), kemangi (Ocimum sanctum),

pucuk

jambu

mete

(Anacardium

occidentale),

julang-jaling

(Archidendron microcarpum), petai (Parkia speciosa), dan lain-lain. Ikan merupakan jenis makanan yang sangat digemari oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir, jenis makanan ini sering diolah untuk dihidangkan baik pada pagi, siang, maupun malam hari tentunya dengan berbagai macam olahan, seperti sayur pindang, dibakar, dipepes, dan lain-lain. Menurut Khomsan (2004), ikan memiliki kandungan gizi yang bekerja preventif terhadap penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke, dan kanker. Protein ikan memiliki komposisi dan kadar asam amino esensial yang cukup. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu protein

66

ikan setingkat dengan mutu protein daging, sedikit di bawah mutu protein telur, dan di atas protein serelia dan kacang-kacangan. Ikan mengandung protein sekitar 17%. Selain itu, ikan, khususnya ikan laut, juga kaya akan yodium. Kandungan yodium ikan mencapai 830 ug/kg, sedangkan daging dan telur, masing-masing sebesar 50 ug dan 93 ug. Itulah sebabnya banyak mengkonsumsi ikan laut dapat mencegah penyakit gondok. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa tidak ditemukannya masyarakat yang menderita penyakit gondok, terkait dengan kebiasan makan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Kue-kue atau jajanan khas suku Lampung Pesisir, diantaranya yaitu jalabia, keraras, lambang sari, wajik, dan dodol. Selain makanan adat dan kue-kue, adanya makanan tradisional, berupa sambal khas Suku Lampung Pesisir, biasa disebut Cubik adalah jenis makanan pelengkap dalam penyajian makanan dikehidupan keseharian masyarakat Suku Lampung Pesisir. Cubik dibuat dari campuran ikan dan sambal, ikan yang telah dibakar atau digoreng diambil dagingnya, campurkan ikan dengan sambal yang sebelumnya telah dibuat. Spesies tumbuhan yang digunakan dalam pembutan sambal, yaitu cabai merah (Capsicum annum), cabai rawit (Capsicum frutescens), bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum). Selain bahan-bahan tersebut di atas dapat dicampurkan pula belimbing wuluh (Averrhoa blimbi), rampai (Cardiospermum halicacabum), tomat (Solanum lycopersicum), dan luba-lubi (Flacourtia inermis). Selain itu dapat dihidangkan juga bersamaan dengan lauk pauk, lalaban, dan ikan (Gambar 7).

Gambar 7 Dari kiri atas: ikan goreng, sayur pindang, lalaban, dan Cubik.

67

Tumbuhan pangan yang dijadikan bahan baku pangan tradisional dan sekaligus digunakan untuk kegiatan adat, diantaranya yaitu ketan (Oryza glutinosa) dan aren (Arenga pinnata). Spesies-spesies tersebut merupakan komposisi utama dalam pembuatan makanan adat masyarakat Suku Lampung Pesisir, yaitu sering disebut dengan Cupil (Gambar 8) merupakan makanan yang terbuat dari ketan, dibungkus daun aren dan dikukus. Tidak adanya campuran penyedap rasa dalam pengolahannya. Jenis makanan ini hanya ada pada acaraacara besar, seperti pernikahan, acara adat, hari raya, dan lain-lain.

Gambar 8 Cupil. Menurut Hariyadi (2010b), pangan lokal didefinisikan sebagai produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu, produk tersebut umumnya diolah dari bahan baku lokal menggunakan teknologi lokal. Proses pengadaan pangan lokal tersebut berdasarkan pengetahuan lokal dan biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Pangan lokal tentunya memilki peranan strategis dalam pembangunan ketahanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.07 tahun 1996). Terdapat yaitu

aturan

aturan dalam mengkonsumsi tumbuhan pangan, salah satunya mengenai

kegiatan

konsumsi

tumbuhan

seperti

jengkol

(Pithecellobium lobatum), petai (Parkia speciosa), dan melinjo (Gnetum gnemon) bagi penderita rematik dan asam urat. Sebaiknya tidak mengkonsumsi terlalu banyak tumbuhan pangan tersebut, karena akan mengakibatkan linunya bagian tertentu dari tubuh. Khusus untuk jengkol (Pithecellobium lobatum) akan

68

berdampak pada pencernaan, yaitu susahnya buang air kecil atau sering disebut dengan jengkolan. Menurut Heyne (1987), memakan biji jengkol terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan, yaitu hyperaemia ginjal dan pendarahan ginjal. Selain itu dapat juga mengurangi atau menghentikan keluarnya urin serta kejang kandung kemih. Jengkolan dapat diobati dengan abu jerami ketan hitam, setelah dicampur dengan air dapat diminum. Tetapi, jengkol (Pithecellobium lobatum) apabila tidak dikonsumsi secara tidak berlebihan selain sebagai pangan, spesies tersebut dapat berkhasiat obat. Jengkol (Pithecellobium lobatum) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat indonesia sebagai obat tradisional. Arang daunnya ditaburkan pada luka yang terkena irisan, misalnya luka sunatan, luka menjadi kering tanpa bernanah. Selain itu, abu daun muda dicampur dengan minyak kelapa dapat mengobati kudis. Selain daun, kulit buahnya dapat pula sebagai bahan obat tradisional, kulit buahnya ditumbuk digunakan sebagai sabun atau seperti abu merang untuk mencuci rambut. Menurut Wiriadinata (1994), kulit polong jengkol (Pithecellobium lobatum) ditumbuk halus dapat digunakan untuk mencuci rambut. 5.3.2 Aksi konservasi masyarakat suku Lampung Pesisir Pengetahuan terkait dengan kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir dilakukan secara turuntemurun. Interaksi masyarakat dengan sumberdaya alam yang ada mengharuskan masyarakat untuk tetap mempertahankan pengetahuan lokal untuk hidup selaras dengan alam. Pengetahuan tradisional masyarakat atau kearifan lokal berbeda satu sama lain tergantung budaya dan wilayah setempat. Melakukan konservasi tumbuhan tentunya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan konservasi sumber daya alam hayati secara keseluruhan. Konservasi sumber daya alam hayati adalah sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa memperhitungkan kelangsungan persediannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuan

dilakukannya

konservasi

tersebut

adalah

untuk

mengusahakan

terwujudnya kelestarian sumber daya alam dan keseimbangan ekosistemnya,

69

sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia (UU No.05 tahun 1990). a. Kegiatan budidaya tumbuhan Permasalahan dalam konservasi tumbuhan secara umum, dan tumbuhan obat khususnya adalah masalah budidaya tumbuhannya. Hingga saat ini belum menggairahkan petani, disebabkan kurangnya informasi dan publikasi hasil penelitian mengenai teknik budidaya serta belum adanya sistem pemasaran hasil yang mantap. Selain itu penelitian sebagai upaya memperoleh data dasar yang diperlukan bagi pelestarian pemanfaatan tumbuhan potensial mulai dari penelitian bioekologi hingga teknik budidayanya dan eksplorasi bahan aktif yang berguna belum dilakukan secara intensif (Zuhud & Haryanto 1991). Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu di lahan-lahan pekarangan, kebun, dan sawah. Penanaman spesies tanaman di pekarangan disesuaikan dengan fungsinya, yaitu sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, tanaman obat, dan lain-lain. Minat masyarakat terhadap budidaya tumbuhan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu masih tersedianya tumbuhan yang dibutuhkan di sekitar mereka (pekarangan, tepi jalan, kebun, hutan, dan lain-lain), adanya pengetahuan mengenai tumbuhan tersebut, kebutuhan hidup sehari-sehari, pemenuhan kebutuhan terkait ekonomi, dan adanya informasi mengenai tumbuhan-tumbuhan tersebut. Budidaya tumbuhan obat dalam skala ekonomi belum menjadi bagian kebudayaan dan kelembagaan para petani, khususnya di Indonesia (Afrianti 2007). Kegiatan budidaya yang dilakukan di kebun oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir biasa disebut dengan repong, repong terdiri dari berbagai macam tanaman keras yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomi seperti kakao (Theobroma cacao), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum),

durian

(Durio

zibethinus),

petai

(Parkia

speciosa),

jengkol

(Pithecellobium lobatum), dan lain-lain. Diutamakannya penanaman tanaman keras, terkait dengan kelestarian kawasan melalui ditanamanya tumbuhan yang memiliki tajuk tinggi ataupun tajuk sedang dan tidak dilakukannya penebangan menghindari terjadinya erosi dan hal-

70

hal

yang

dapat

mengancam

kelestarian

kawasan.

Lahan

di

kawasan

kepemilikannya berdasarkan turun temurun dari generasi sebelumnya dan tidak diperbolehkannya pindah kepemilikan pada anggota selain keluarga. Hal ini selain merupakan kearifan lokal masyarakat Suku Lampung Pesisir, menjadi salah satu peraturan dari Tahura WAR terkait kelestarian kawasan. Dari berbagai bentuk pemanfaatan tumbuhan pangan oleh masyarakat terdapat spesies-spesies tumbuhan yang dipasarkan oleh masyarakat. Sebagian besar merupakan spesies tanaman pertanian yang telah dibudidayakan di kebun dan pekarangan. Pada umumnya diperdagangkan dalam bentuk utuh. Spesiesspesies yang diperdagangkan, diantaranya yaitu petai (Parkia speciosa), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum), kakao (Theobroma cacao), dan lain-lain. Harga petai yang biasa dipasarkan masyarakat, yaitu sekitar Rp 60000,- sebanyak 100 papan petai (satu empong). Masing-masing harga per Kg duku dan lansat, yaitu rata-rata Rp 4000,- dan Rp 500,-. Harga satu gandeng durian rata-rata sebesar Rp 15000,-. Satu gandeng berisi dua buah durian. Kokosan merupakan tumbuhan yang musim berbuahnya paling akhir setelah duku dan lansat, harga buah ini satu timpuy sebesar Rp 500,- (Gambar 9). Selain tumbuhan di atas, masyarakat banyak pula menjual biji coklat. Penjualan biji coklat dilakukan di Dusun Margadalom sendiri karena di Dusun sudah ada penampung biji coklat yang masyarakat jual. Harga biji coklat sekitar Rp 15000,-/ Kg. Selain penampung penjualan biji coklat, terdapat pula industri rumah tangga untuk pengepakkan pisang yang akan dikirim ke luar kota.

Gambar 9 Satu timpuy kokosan (Lansium domesticum var. aqueum).

71

Pengambilan atau pemanenan tumbuhan yang ada di lahan repong, dilakukan saat masa waktu panen atau buah siap dipanen. Pemanenan durian dilakukan dengan menunggu durian yang matang jatuh dengan sendirinya, kirakira sebanyak 75%, setelah terpenuhi sekitar 75% pemanenan dilakukan dengan unduhan. Selain durian, pemanenan yang dilakukan masyarakat terkait dengan kelestarian adalah pemanenan duku, yaitu ditunggu hingga duku matang setelah itu baru diunduh. Kegiatan pemanenan ini dilakukan tanpa penebangan. Pengambilan atau pemanenan tumbuhan-tumbuhan pangan, selain menggunakan karung, beberapa masyarakat menggunakan wadah dari anyaman bambu sering disebut dengan pecandang (Gambar 10). Sedangkan pengambilan spesies-spesies tumbuhan obat disesuaikan dengan kebutuhan pengobatan atau saat masyarakat sedang menderita suatu penyakit. Selama ini biasanya masyarakat mengambil tumbuhan obat hanya pada saat membutuhkan saja, hanya spesies-spesies tertentu yang mempunyai fungsi sekunder sebagai tumbuhan obat seperti papaya (carica papaya), pinang (Areca catechu), cabe (Capsicum frutescens), laos (Languas galanga) dan kelapa hijau (Cocos nucifera) yang sudah ditanam (Kartikawati 2004).

Gambar 10 Pecandang. Kegiatan penanaman yang dilakukan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir, yaitu diperolehnya biji dan bibit tumbuhan pangan dan obat dari pemungutan di bawah pohon dan di kebun, pekarangan, dan sawah, baik milik sendiri ataupun tetangga serta di sekitar jalan dan hutan.

72

Penggunaan tumbuhan dalam kehidupan masyarakat dapat terlihat tristimulus yaitu alamiah, manfaat, dan religius (AMAR) (Zuhud et al. 2007). Stimulus alamiah yaitu berupa pengetahuan alami masyarakat terhadap tumbuhan, stimulus manfaat berkaitan dengan manfaat atau kepentingan masyarakat terhadap tumbuhan, dan stimulus religius/spiritual merupakan sikap rela dan akhlak masyarakat untuk melakukan aksi konservasi. Masyarakat suku Lampung Pesisir memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar, khususnya terkait tumbuhan pangan dan obat. Hubungan pemanfaatan yang dilakukan dengan masyarakat terkait dengan peran stimulus mengarah pada kepentingan pemanfaatan secara lestari. Aksi konservasi yang dilakukan oleh masyarakat yang mengarah pada stimulus alamiah yaitu budidaya tumbuhan pangan dan obat. Masyarakat melakukan budidaya terbatas pada tumbuhan yang memang benar-benar mereka butuhkan sebagai pemenuh kebutuhan kehidupan keseharian mereka. Pembudidayaan dilakukan pada lahan pekarangan dan kebun sekitar. Stimulus manfaat yang telah diterapkan dan dirasakan oleh masyarakat, diantaranya yaitu adanya pemanfaatan kakao (Theobroma cacao), duku (Lansium domesticum), durian (Durio zibethinus), lansat (Lansium domesticum

var.

pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum) yang merupakan tumbuhan yang memiliki nilai manfaat ekonomi tinggi. Selain tumbuhan pangan, tumbuhan obat juga memilki nilai manfaat tinggi dengan adanya spesies-spesies yang sering digunakan untuk mengobati lebih dari satu macam penyakit. Untuk stimulus religius dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari, yaitu sikap rela berkorban untuk mewujudkan praktek konservasi sumberdaya alam sekitar.

b. Budaya gotong royong Suatu budaya kerja yang dilakukan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir. Gotong royong dilakukan pada jalanan menuju kawasan Tahura WAR dan lingkungan Dusun. Gotong royong pada jalan menuju kawasan dilakukan tiap seminggu sekali, sedangkan gotong royong di lingkungan Dusun dilakukan lima hingga enam bulan sekali. Selain di lingkungan Dusun, gotong royong dilakukan

73

untuk membersihkan aliran irigasi untuk pemenuhan kebutuhan lahan sawah yang digarap (Gambar 11). Kegiatan gotong royong yang dilakukan sering disebut dengan Pekhaga.

Gambar 11 Aliran irigasi. 5.4

Peran perguruan tinggi dan masyarakat Peran Perguruan Tinggi sangat penting dan memiliki andil besar dalam

kesuksesan suatu Negara. Menghadapi tantangan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya yang dimiliki sehingga mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas, mampu menjawab permasalahan, dan tantangan pembangunan. Selain kualitas sumberdaya, kualitas pengabdian kepada masyarakat pun harus ditingkatkan. Pengabdian tersebut tentunya dilakukan oleh sumberdaya yang berkualitas dan tepat guna. Perguruan tinggi tidak hanya berperan sebagai pencetak sumberdaya manusia yang berkualitas tanpa adanya keberlanjutan kepedulian yang ditanamkan pada pola pikir sumberdaya yang dihasilkan. Kepedulian

yang

keberlanjutan

terkait

pengabdian

kepada

masyarakat,

melestariakan secara berkelanjutan apa-apa yang telah diperoleh di Perguruan Tinggi untuk senantiasa diterapkan kepada masyarakat. Penting adanya timbal balik dalam menjalankan hubungan antar Perguruan Tinggi dengan masyarakat ataupun mitra yang lain. Mitra-mitra yang terkait dengan keberhasilan pencapaian tujuan kelestarian, diantaranya yaitu Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan perusahaanperusahaan milik negara maupun swasta. Timbal balik yang ada diharapkan mampu menjadikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai tetap melalui jalurnya dengan tanpa merugikan berbagai pihak. Kegiatan-kegiatan yang dapat disumbangkan ataupun kegiatan yang dijalankan masing-masing mitra tentunya

74

kegiatan yang sesuai dengan bidang masing-masing tanpa adanya pengurangan esensi tujuan dan sesuai dengan keahlian tiap bidang. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pihak Perguruan Tinggi sudah sewajarnya memiliki mutu dan kualitas yang baik, untuk dapat diterapkan ataupun dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dalam hal mempertahankan ataupun mencapai kehidupan yang sejahtera. Pernyataan pada pasal 45 Undang-undang No.12 tahun 2012, menyatakan bahwa penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Salah satu kesejahteraan hidup yang penting untuk dicapai, yaitu kesejahteraan hidup berbasiskan keseimbangan alam. Sikap yang diterapkan untuk selalu selaras dan seimbang dengan alam sebagai bentuk pertahanan dalam kehidupan dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati yang ada secara lestari. Pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilakukan khususnya tumbuhan pangan dan obat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir, merupakan bentuk hubungan keseimbangan yang akan, sedang, dan ingin dicapai. Tindakan penting dan bermanfaat apabila sumberdaya yang berkualitas mendampingi ataupun ikut berkecimpung dalam perwujudan keseimbangan yang akan, sedang, dan ingin dicapai oleh masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh Pergurun Tinggi untuk mendukung keberhasilan kesejahteraan kehidupan masyarakat dilakukan seiring sejalan dengan program yang sudah ada ataupun mengadakan program-rogram pendukung dan program inovasi terkait keberhasilan kehidupan bermasyarakat. Terkait dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, pentingnya diadakan program mengenai peningkatan kualitas tumbuhan pangan yang berperan sebagai sumber ekonomi masyarakat. Peningkatan kualitas pembudidayaan tumbuhan pangan yang ada dan merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan pangan. Peningkatan kualitas sumberdaya dapat dilakukan melalui program penyuluhan, kegiatan rutin, dan adanya monitoring dan evaluasi terhadap program-program yang telah dilakukan. Rutinnya kegiatan monitoring dan evaluasi program yang dilaksanakan dapat mempertahankan keberlanjutan program yang berjalan. Hal tersebut di atas, selain diterapakan untuk tumbuhan

75

pangan, baik pula diterapkan pada perkembangan potensi tumbuhan obat yang ada. Khusus untuk tumbuhan obat alangkah baiknya apabila penguatan pola pikir masyarakat terkait pentingnya penggunaan secara lestari dan peran penting tumbuhan obat yang ada di sekitar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan terwujud dengan baik apabila adanya kolaborasi dari berbagai pihak. Khusus untuk Perguruan Tinggi sebagai pencetak sumberdaya yang berkualitas tentunya memiliki peran yang penting pula sebagai pendamping berjalannya program yang mengarah pada kesejahteraan kehidupan yang seimbang dengan alam. Selain Perguruan Tinggi, masyarakat pula memiliki peran yang sangat penting dalam hal keberhasilan terwujudnya kehidupan yang seimbang antara alam dan sesama, khususnya masyarakat yang tinggal di dalam ataupun di sekitar hutan. Terkait dengan hal tersebut di atas, sesuai dengan pernyataan pada pasal 69 dan 70 Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa masyarakat berkewajiban ikut serta dalam menjaga hutan dari gangguan perusakan, berperan aktif dala rehabilitasi, turut berperan serta dalam pembangunan kehutanan dan pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat yang terkait langsung dengan berbagai upaya dalam rangka penyelamatan maupun pemanfaatan hutan dan lahan, sehingga lestari dan berkesinambungan.

76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan

1.

Masyarakat sekitar Tahura banyak memanfaatkan tumbuhan pangan dan obat lokal, untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat dalam kehidupan sehari-hari. Teridentifikasi 143 spesies tumbuhan dari 53 famili yang terbagi ke dalam tumbuhan pangan, obat, dan pangan fungsional. Tumbuhan pangan teridentifikasi sebanyak 45 spesies dari 25 famili, sedangkan tumbuhan pangan fungsional teridentifikasi sebanyak 46 spesies dari 28 famili. Tumbuhan obat teridentifikasi sebanyak 52 spesies dari 31 famili.

2.

Kearifan lokal yang masih dilakukan oleh masyarakat, yaitu adanya kegiatan budidaya tumbuhan pangan dan obat di pekarangan. Budidaya tumbuhan pangan yang dilakukan di kebun sering disebut dengan repong. Budidaya yang dilakukan terkait dengan aspek kelestarian, dengan diperolehnya bibit dari pemungutan dan pemanenan yang dilakukan dengan tidak menebang pohon dan merusak tumbuhan. Pemanfaatan tumbuhan obat sesuai dengan pengetahuan lokal masyarakat Suku Lampung Pesisir. Selain itu, adanya kegiatan gotong royong yang sering disebut dengan Pekhaga.

6.2 Saran 1.

Dilakukannya tindakan pelestarian tumbuhan obat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, dapat dilakukan melalui pembangunan kampung konservasi. Adanya kegiatan penyuluhan budidaya tumbuhan obat dan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA). Hal tersebut dilakukan pula dengan disertai pendampingan rutin dari Perguruan Tinggi.

2.

Perguruan Tinggi mendampingi melalui penelitian dan perkembangan secara berkelanjutan, dalam hal pengembangan sumberdaya lokal dengan potensi yang dimiliki.

3.

Pemanfaatan tumbuhan pangan potensial, terkait pentingnya diversifikasi pangan dan kemandirian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan gadung (Dioscorea hispida), tidak hanya dijadikan

77

tumbuhan obat tetapi juga untuk dijadikan bahan pangan. Dilakukannya budidaya terhadap julang-jaling (Archidendron microcarpum), dikarenakan spesiesnya semakin sulit ditemukan. Adanya kegiatan budidaya tumbuhan pangan, seperti balem (Palaquium hexandrum) dan gowok (Syzygium polycephala). Pembudidayaan tumbuhan pangan fungsional, seperti bendo (Entada phaseoloides), gondang (Ficus variegata), ketapang (Terminalia cattapa), ki bawang (Dysoxylum alliaceum), paku hata (Lygodium circinatum), dan lain-lain.

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M, Mustikaningtyas D, Widiatningrum T. 2010. Inventarisasi JenisJenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Hujan Dataran Rendah Desa Nyamplung Pulau Karimunjawa (Inventaritation of Medicinal Plant Species at Lowland Rain Forest of Nyamplung Village of Karimunjawa Island). Journal of Biosaintifika (2)2 : 75-81. Afrianti UR. 2007. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi Sangkubak (Pycnarrhena cauliflora Miers. Diels.) di Kabupaten Sintang KalimantanBarat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Aggarawal S, Sosef MSM. 1998a. Dysoxylum accutangulum Miq. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia.197-200 pp. ___________. 1998b. Dysoxylum alliaceum Blume. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. BogorIndonesia.200-203 pp. Aliadi A, HS Roemantyo. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Zuhud,E.A.M. dan Haryanto (Eds.). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Alonzo DS. 1998. Lagerstroemia speciosa Pers. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 322-325 pp. ____________. 1999. Blumea balsamifera L. dalam De Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. and Lemmens, R.H.M.J. (Editors). Plant Resources of south-East Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, The Netherlands. 158-160 pp. Andersen J, Nilsson C, de Richelieu T. 2003. ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC). http://www.arbec.com.my/pdf/art2janmar03.pdf [5 November 2012].

79

Badan Ketahanan Pangan [BKP]. 2012. Upaya Strategis Dalam Menuju Ketahanan Pangan. Seminar Nasional Kemandirian Pangan “Meningkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk Pertanian Berbasis Sumberdaya Lokal”. Kampus Universitas Padjajaran Jatinangor, 12 Juli 2012. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran Tahun 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010. Http://www.bappeda.pesawarankab.go.id. [01 Oktober 2011]. Balai Pangan Obat dan Makanan [BPOM] RI Nomor: HK.00.05.41.1384. 2005. Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka. Baudoin JP. 1992. Phaseolus lunatus L. dalam Van der Maesen LJG, Somaatmadja S. Plant Resources of South-East Asia No.1. Pulses. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 57-60 pp. Bennet BC. 2006. Twenty-Five Economically Important Plant Families. Economyc Botani. Encyclopedia of Life Support Systems (EOLSS). Http://www.eolss.net/Eolss-sampleAllChapter.aspx [10 Juli 2012]. Boer E, Lemmens RHMJ. 1998. Pterospermum javanicum Jungh. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 479-482 pp. Boonkerd T, Na-songkhla, Thephuttee W. 1994. Solanum torvum Swartz. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 258-260 pp. Brotonegoro S, Wessel M. Brink M. 2000. Areca catechu L. dalam Van der Vossen HAM, Wessel M (Eds.). 2000. Plant Resources of south-East Asia No. 16. Stimulants. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 51-55 pp. Candra KP. 2011. Peranan Diversifikasi Pangan dan Pola Konsumsinya Dalam Mendukung ketahanan Pangan. Simposium Nasional Mitigasi, Adaptasi dan Pendanaan Perubahan Iklim. Fakultas pertanian, Universitas Mulawarman. Capareda EP. 1999. Vitex trifolia L. dalam De Padua, L.S. Bunyapraphatsara, N. and Lemmens, R.H.M.J. (Eds). Plant Resources of south-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 502 pp. Choo WK, Ketsa S. 1992. Euphoria longana Lamk. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 146-151 pp.

80

Coronel RE. 1992. Tamarindus indica L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 298-301 pp. Dasuki UA. 1998. Michelia champacha L. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 376-378 pp. De Guzman CC, Siemonsma JS. 1999. Aleurites molucana Willd. dalam De Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.13. Spices. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 63-65 pp. ____________. 1999. Cinnamoum burmanii Bl. dalam De Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.13. Spices. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 94-99 pp. ____________. 1999. Cinnamomum iners Bl. dalam De Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.13. Spices. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 94-99 pp. De Waard PWF, Anunciado. 1999. Piper nigrum L. dalam De Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.13. Spices. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 189-194 pp. De Winter WP, Jansen PCM. 2003. Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm. dalam De Winter WP, Amoroso VB. Plant Resources of South-East Asia No. 15(2). Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 58-60 pp. Departemen Kesehatan RI-Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. 2009. Herbal Tanaman Obat Indonesia. Http:// www.litbang. depkes. go. id [11 Oktober 2012] Dibiyantoro ALH. 2002. Crescentia cujete L. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N. Plant Resources of south-East Asia No. 12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 318 pp. Dibiyantoro ALH, Schmelzer GH. 2002. Ipomoea aquatic Forsk. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 317 pp. ____________. 2002. Ipomoea batatas Poir., Ipomoea pes-caprae Roth. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of South-

81

East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 314-316 pp. Dransfield S, Widjaja EA. 1995. Bambusa vulgaris Schrad. dalam Dransfield S, Widjaja EA (Eds). Plant resources of South-east Asia No.7, Bamboos. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 74-78 pp. Dzu NV. 1999. Acorus calamus L. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 81-85 pp. Dzulkarnain B, widowati L, Isnawati A, Thijssen HJC. 1999. Orthosiphon grandifolus Bold. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens, RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 368-371 pp. Eijnatten CLM 1992. Anacardium occidentale L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 60-64 pp. Endeswari S. 2003. Arenga pinnata Merr. dalam Lemmens RHMJ and Bunyapraphatsara N. Plant Resources of south-East Asia No.12(3). Medicinal and Poisonous Plants 3. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia 8182 pp. Engels JMM, Jeffrey C. 1994. Sechium edule Sw. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 246-248 pp. Faqih M. 1996. Gender Sebagai Alat Analisis Sosial. Jurnal Analisis Sosial (Analisis Gender Dalam Memahami Persoalan Perempuan) Edisi 4, November 1996. Hlm: 7-20. Flach M, Rumawas F. 1996. Cyperus rotundus Retz. Plant Resources of SouthEast Asia No 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. ____________. 1996. Saccharum officinarum L. Plant Resources of South-East Asia No 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 143-148 pp. ___________. 1996. Solanum tuberosum L. Plant Resources of South-East Asia No 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 148-154 pp.

82

Food and Agriculture Organization of the United Nations [FAO]. 1995. Edible Nuts, Non-Wood Forest Products. Forestry Paper. George AP, Nissen RJ. 1992. Luffa acutangula Roxb. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 71-75 pp. Gildemacher BH, Jansen GJ. 1994. Cucumis sativus L. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 157-161 pp. Groenendijk JJ. 1992. Morinda citrifolia L. dalam Oyen LPA, Dung NX (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.19. Essential-oil plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 94-96 pp. Grubben GJH. 1994. Amaranthus tricolor L. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 82-86 pp. ____________.1994. Vigna sinensis Endl. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 274-277 pp. Guhardja S, Herien P, Hartoyo, D Hastuti. 1992. Diktat Manajemen sumberdaya Keluarga. Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan sumberdaya Keluarga. Hamid A. 1999. Derris scandens (Roxb.) Benth. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 241 pp. Hamizah S, Roslida AH, Fezah O, Tan KL, Tor YS, Tan CI. 2012. Chemopreventive Potential of Annona Muricata Leaves on ChemicallyInduced Skin Papillomagenesis in Mice. Asian Pacific J Cancer Prev, Vol 13. 2533-2539 pp. Hanum F. 1998. Archedendron microcarpum (Benth.) Nielsen. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 86 pp. Hargono D, Lastari P, Astuti Y, Van den Bergh. Centella asiatica (L.) Urban. dalam Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds.). 1999. Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 190-194 pp. Hariyadi P. 2010a. Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk Unggulan Daerah. Prosiding Seminar Nasional 2010. "Peran Keamanan Pangan

83

Produk Unggulan Daerah dalam Menunjang Ketahanan Pangan dan Menekan Laju Inflasi", 8-9 Oktober 2010. Purwokerto. ___________. 2010b. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan). Jurnal Pangan, Vol. 19 No. 4, Desember 2010. Hlm: 295-301. Hariyadi P, Sukarno, Purnomo EH, Koswara S, Sumarto, Putri VB. 2009. Ketahanan Pangan Sebagai Fondasi Ketahanan Nasional. Prosiding Seminar” Menuju Ketahanan Pangan yang Kokoh : Sebagai Buffer Krisis dan Fondasi Ketahanan Nasional” dalam rangka Persiapan Sidang Tahunan Asian Development Bank, Tahun 2009. Southeast Asian Food and Agriculture Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor. Heriyanto NM, Subiyandono E. 2007. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Obat oleh Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur (The Useof traditional Medicine by local People at Meru Betiri National Park, East Java). Jurnal Info Hutaj 4(4). Hlm: 511-521. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV (Terjemahan): de Nuttige Planten van Indonesie). Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Hovenkamp PH, Kalsom YU. 2003. Diplazium esculentum Swartz. dalam De Winter WP, Amoroso VB (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.11. Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 96-99 pp. Husain SZ, Malik RN, Javaid M, Bibi S. 2008. Ethonobotanical Properties and Uses of Medicinal Plants of Morgah Biodiversity Park, Rawalpindi. Pak. J. Bot. 40(5). Department of Plant Sciences, Quaid-i-Azam University Islamabad, Pakistan. 1897-1911 pp. Ibrahim H. 1999. Kaempferia galanga L. dalam Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 334-335 pp. Ikram Md, Babar ZM, Taufiqual Islam AM, Uddin Chowdhury MA, Uddin ME, Rafikul I, Islam MS. 2011. Antidiabetic and Hypolipidemic Effects of The Different Fractions of Methanolic Extracts of Entada Phaseoloides (L.) Merr. in Alloxan Induced Diabetic Mice. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research (2)12. Department of Pharmacy, International Islamic University Chittagong, Banglades.

84

Indriati G, Soraya C. 2009. Tanaman Asam Kandis (Garcinia Xanthochymus) dan Manfaatnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 15(1). Hlm: 14-17. Irawan P dan Romdiati H. 2000. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan beberapa Implikasinya Untuk Strategi Pembangunan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Irwanto RRP. 1998. Allophylus cobbe (L.) Raeusch. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 62-63 pp. Jansen PCM. 1992. Artocapus integra Merr. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 91-94 pp. Jansen PCM, Jukena J, Oven LPA, Lingen TG. 1992. Syzigium polycephala Miq. Dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of south-East Asia No. 2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 361 pp. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3. 2005. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pengunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai tengah [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Kartikawati SM, Akbar AA. 2009. Identifikasi Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Adat Desa Saham, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (Identification of Used to Plant Medicine by Tradisional People of Saham Village, Landak Regency, West Kalimantan Province). Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura 14(2). Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Keraf AS. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas. Khan TN. 1994. Psophocarpus tetragonolobus Dc. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 229-233 pp. Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

85

Kongsaeree P, Prabpai S, Sriubolmas N, Vongvein C, Wiyakrutta S. 2002. Antimalarial Dihydroisocoumarins Produced by Geotrichum sp., an Endophytic Fungus of Crassocephalum crepidioides. Journal of American Chemical Society and American Society of Pharmacognosy. Koopmans A, Have HT, Subandi. 1996. Zea mays L. dalam Grubben GJH, Soetjipto P (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.10. Cereals. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 143-148 pp. Kresnady B. 2003. Khasiat dan Manfaat Brotowali, Si Pahit yang Menyembuhkan. PT Agro Media Pustaka: Jakarta. Lemmens RHMJ, Soetjipto W. 1992. Terminalia cattapa L. Plant Resources of South-East Asia No.3. Dye and Tannin-Producing Plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 120-122 pp. Lim SC. 1998. Macaranga tanarius Mull. Arg. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 340-343 pp. Lingen TG. 1992. Eugenia aquea Burm. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of south-East Asia No. 2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 296-298 pp. Mandia EH, Ridsdale CE, Horsten SFA, Aguinaldo AM. 1999. Arcangelisia flava Merr. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. Mariyappan M, Bharathidasan R, Mahalingan R, Madhanraj P, Panneerselvam A, Ambikapathy V. 2011. Antibacterial Activity of Cardiospermum halicacabum and Melothria Heterophylla. Asian J. Pharm. Res. 1(4): 111113 pp. Martin GI. 1998. Etnobotani. M. Mohamed (Eds.). Gland Switzerland: Kerjasama Natural History Publication (Borneo), Kota Kinabalu danWorld Wild Life Fund for Nature. Marwanti. 1997. Menanamkan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Tradisional Sebagai Aset Budaya dan Wisata Boga. Jurnal Cakrawala Pendidikan, No.02 Tahun XVI, Juni 1997. Hlm: 95-101. Moeljopawiro S dan Manwan I. 1992. Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Pangan di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen

86

Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan Nasional RI. Hlm: 288-299. Muhammad S, Amusa NA. 2005. The Important Food Crops and Medicinal Plants of North-western Nigeria. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences 1(3). Institute of Agricultural Research and Training/Obafemi Awolowo University, Moor Plantation, Ibadan, Nigeria. 254-260 pp. Na-songkhla B. 1997. Erythrina variegata L. dalam Faridah Hanum I, Van Der Maesen LJG (Eds). Plant Resources of South-East Asia No.11. Auxiliary Plants. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 130-132 pp. Niyomdham C. 1992. Citrus maxima Merr. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 128-131 pp. Nurani AS. 2010. Bumbu. Jakarta: Program Studi Pendidikan Tata Boga, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KEL UARGA/196002251988032ATAT_SITI_NURANI/Bumbu_nusantara_1.pdf [10 Juli 2012]. Ohler JG, Magat SS. 2002. Cocos nucifera L. dalam van der Vossen HAM, Umali BE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.14. Vegetable oils and fats. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 76-84 pp. Oktalia DA. 2009. Isolasi Streptomyces dari Rizosfer Familia Poaceae yang Berpotensi Menghasilkan Antibiotik Terhadap Staphylococcus aureus [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Farmasi, Surakarta. Ong HC. 2006. Tanaman Hiasan: Khasiat Makanan dan Ubatan. Yeohprinco SDN. BHD: Kuala Lumpur. http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article& id=86192:proiphys-amboinensis&catid=708:f&Itemid=150. [01 November 2012]. Ong HC, Ahmad N, Milow P. 2011. Traditional Medicinal Plants Used by the Temuan Villagers in Kampung Tering, Negeri Sembilan, Malaysia. Journal of Ethno Med 5(3): 169-173. Permadi A. 2008. Membuat kebun tanaman obat. Pustaka Bunda: Jakarta. Permanasari T. 2001. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Berbagai Etnis di Indonesia [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowistata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

87

Peraturan Desa No.01 tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM-Desa). Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.68 tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwaliar.

No.08

tahun

1999

Tentang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Poulus JM. 1994. Capsicum annum L. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 136-140 pp. ___________. 1994. Capsicum frutescens L. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 136-140 pp. Prawirohatmadjo S, Suranto J, Keating WG, Sulaiman A, Sosef MSM. 1994. Swetenia mahagoni Jacq. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: Major commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 447 pp. Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Priyadi H, Takao G, Rahmawati I, Supriyanto B, Nursal WI, Rahman I. 2010. Five Hundred Plant Species in Gunung Halimun Salak National Park, West Java. Center for International Forestry Research (CIFOR). Purwaningsih. 2011. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di Hutan Rawa Gambut Riam Durian-Kalimantan Tengah. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus Vol.4D. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI . Hlm: 31–37. Purwanto YEB dan Waluyo. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem Irian Jaya: Suatu Telaah tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tumbuhan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan Nasional RI. Hlm: 132-142. Puspitawati H. 2010. Persepsi Peran Gender Terhadap Pekerjaan Domestik dan Publik Pada Mahasiswa IPB. Jurnal studi Gender dan Anak 5(1), JanuariJuni 2010. Hlm: 17-34.

88

Puspitawati H dan Fahmi SA. 2008. Analisis Pembagian Peran gender Pada Keluarga Petani (Gender Role Analysis on Farmer Families). Publikasi Artikel Ilmiah Vol. 1 No.2, Agustus 2008. Rahayu M, Susiarti S, Purwanto Y. 2007. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Non Kayu oleh Masyarakat Lokal di Kawasan Konservasi PT. Wira Sakti Sungai Tapa-Jambi (Study of the utilization of non-timber vegetation by local society at PT. Wira Karya Sakti Sungai conservation area -Jambi). Jurnal Biodiversitas (8)1: 73-78.

Hutan Karya forest Tapa

Rifai SMA, Martawijaya A, Ilic J. 1998. Altingia excels Noronha. dalam Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). Plant Resources of South-East asia No.5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. 90-94 pp. Rifki TM. 2007. Konsep Penataan Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Roemantyo HS. 1999. Justicia gendarussa Burm. F. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 330 pp. Roemantyo, Zuhud EAM. 2002. Pangium edule Reinw. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 400-402 pp. Rumbiak H. 2006. Analisis Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Malaria di Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak-Numfor Papua [Tesis]. Semarang: Program Pasca Sarjana, Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro. Sabu MC, Kuttan R. 2009. Antidiabetic and Antioxidant Activity of Terminalia belerica Roxb. Indian Journal of Experiment Biology Vol.47. Amala Cancer Research Centre, Amala Nagar, Thrissur, India. 270-275 pp. Samidurai K, Saravanakumar A. 2009. Antibacterial Activity of Pemphis acidula Forst. Global Journal of Pharmacology 3 (2): 113-115. Samson JA. 1992. Averrhoa bilimbi L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 96-98 pp. Samson JA. 1992. Averrhoa carambola L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 96-98 pp.

89

____________. 1992. Citrus sinensis (L.) Osbeck. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 138-141 pp. Sangat HM, Zuhud EAM, Damayanti EK. 2001. Kamus Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika 1). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sastrapradja S, Mien AR. 1992. Lansium domesticum var. aqueum Corr., Lansium domesticum var. Pubescens Koord. dalam Verheij EWM, and Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation. Bogor, Indonesia. 186-190 pp. Sastrapradja S, Naiola BP, Rasmadi ER, Roemantyo, Soepardijono EK, Waluyo EB. 1980. Tanaman Pekarangan. Lembaga Biologi Nasional (LIPI). Bogor. Schulling DL, Mogea JP. 1992. Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 281-284 pp. Sethpakdee. 1992. Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 126-128 pp. Setyawati T. 2010. Pemanfaatan Pohon Berkhasiat Obat di Cagar Alam Gunung Picis dan Gunung Sigogor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (The Utilization of Medicinal Trees in Mount Picis and Mount Sigogor Nature Reserves, District of Ponorogo, East Java Province). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 7(2): 177-192. Shorter R, Patanothai A. 1992. Arachis Hypogaea L. dalam Van der Maesen LJG, Somaatmadja S. Plant Resources of South-East Asia No.1. Pulses. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 35-39 pp. Siemonsma JS, Na Lampang A. 1994. Phaseolus radiatus L. Plant Resources of south-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 7174 pp. Sirait N. 2009. Sembung (Blumea Balsamifera) Berkhasiat Sebagai Obat Rematik. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 15(1): 9-10. Sjamsuhidajat SS, Wiryowidagdo S, Sasanti R, Wien. 1999. Andrographis paniculata Nees. dalam De Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. and Lemmens, R.H.M.J. (Editors). Plant Resources of south-East Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 119-123 pp.

90

Smartt J. 1992. Phaseolus vulgaris L. dalam Van der Maesen LJG, Somaatmadja S. Plant Resources of South-East Asia No.1. Pulses. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 60-62 pp. Soedibyo BRAM. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Manfaat dan Kegunaan. Balai Pustaka. Cetakan Pertama. 1998. Soejono. 2000. Upaya Peningkatan Mutu Bahan Baku Jamu: Studi Kasus di Desa Parang, Kec. Grogol. Kab. Kediri, Jawa Timur. Seminar Sehari HUT BPTO Tawangmangu. Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan. Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia.Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hlm: 1-7. Soepadmo E. 1992. Artocarpus heterophyllus Lam. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 86-90 pp. Soerjanegara, Lemmens RHMJ. 1994. Albizia falcataria Backer. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: Major commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 65-67 pp. ____________. 1994. Hopea mengarawan Miq. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: Major commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 117-119 pp. Soetopo L. 1992. Psidium guajava L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 266-270 pp. Sosef MSM, Hong LT, Prawirohatmodjo S (Eds.). 1998. Macaranga gigantea Muell. Plant Resources of South-East asia No. 5(3) Timber Tree:Lesser Known Timbers. Prosea Foundation. Bogor-Indonesia. Solikin. 2004. Spesies-Spesies Tumbuhan Suku Poaceae di Kebun Raya Purwodadi (Plant species of Family Poaceae in the Purwodadi Botanic Garden). Jurnal Biodiversitas 5(1): 23-27. Sriyana J. 2008. Dampak Transisi Demografi Terhadap Defisit Fiskal di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan 13(3): 175-189. Subhadrabandhu S, Schneemann JMP, Verheij EMW. 1992. Durio zibethinus Murr. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of SouthEast Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 157-161 pp.

91

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Sukonthasing S, Wongrakpanich M, Verheij EWM. 1992. Mangifera indica L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 211-216 pp. Sunarjono HH. 1992. Flacourtia inermis Roxb. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 168-169 pp. Sunarno B, Martawijaya A, Wheeler E. 1995. Bischofia javanica Bl. dalam Lemmens RHMJ, Soerjanegara I, Wong (Eds.). Plant Resources of SouthEast Asia No.5(2). Timber trees: Minor commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 84-88 pp. Sunarto AT. 1994. Ocimum sanctum L. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 218-220 pp. Supriyatno AR. 2008. Pelbatan Masyrakat Lokal: Upaya Memberdayakan Masyarakat Menuju Hutan Lestari. Jurnal Penyuluhan 4(2). Hlm: 135-138. Susiarti S. 1994. Portulaca grandiflora Hook. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 227-229 pp. Susiarti S, Munawaroh E, Horsten SFAJ. 1999. Jatropha curcas L. dalam De Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. and Lemmens, R.H.M.J. (Editors). Plant Resources of south-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 325-326 pp. Sutanti S, Rahayu B. 2002. Physalis angulata L. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia 425-426 pp. Sutarno H, Danimihardja S, Grubben GJH. 1994. Solanum melongena L. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 255-258 pp. Sutarno H, Hadad EA, Brink M. 1999. Zingiber officinale Rosc. dalam De Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.13. Spices. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 238-244 pp.

92

Suwahyono N, Sudarsono NSB, Waluyo EB. 1992. Pengelolaan Data Etnobotani Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hlm: 8-15. Swastika DKS. 2011. Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Untuk Mengentaskan Petani Dari Kemiskinan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 4(2): 103-117. Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 5(1): 15-35. Tantra IGM, Lemmens RHMJ, Klassen R. 1994. Manilkara kauki Dubard. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees : Major commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 298-299 pp. Teo

SP. 2002. Alstonia scholaris L. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of south-East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 61-68 pp.

Teo SP, Banka RA. 2000. Piper betle L. dalam Van der Vossen HAM, Wessel M (Eds.). Plant Resources of south-East Asia No.16. Stimulants. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 102-106 pp. Thomas T. 2011. Antibacterial Evaluation of Angiopteris Evecta (G. Forst.) Hoffm. Towards Bacteria Involved In Cutis Diseases. International Journal of Universal Pharmacy and Life Sciences 1(3). Tjitrosoepomo G. 1988. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Uji T. 1992. Baccaurea dulcis Muell. Arg. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 98-100 pp. Undang-undang No.09 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Kesehatan. Undang-undang No.05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang No.07 Tahun 1996 Tentang Pangan. Undang-undang No.41 Tahun 1999. Tentang Kehutanan. Undang-undang No.12 Tahun 2012. Tentang Pendidikan Tinggi.

93

UPTD Tahura WAR. 2008. Buku Informasi Pembangunan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Bandar Lampung: UPTD Tahura WAR. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Van den Bergh MH. 1994. Sauropus androgynus L. Merr. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 244-246 pp. Van der Meer QP, Leong AC. 1994. Allium cepa L. dalam Siemonsma js, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 64-71 pp. Van der Meer QP, Permadi AH.. 1994. Allium sativum L. dalam Siemonsma js, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 77-80 pp. Van der Vossen HAM. 1994. Brassica oleracea var. capitata. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 117-121 pp. Van der Vossen HAM, Soenaryo, Mawardi S. 2000. Coffea Arabica L. dalam van der Vossen HAM, Wessel M (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No. 16. Stimulants. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 66-74 pp. Van Holthoon FL. 1999. Phyllanthus acidus L. dalam Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, The Netherlands. 386-387 pp. Van Valkenburg JLCH, Bunyapraphatsara N. 2002. Crynum asiaticum L. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of SouthEast Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 196-197 pp. ___________. 2002. Laportea stimulans Miq. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 136-138 pp. Van Welzen PC, Verheij EWM. 1992. Nephelium lappaceum L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 235-240 pp. Veltkamp HJ, Brujin GH. 1996. Manihot utilissima Pohl. Plant Resources of South-East Asia No 9: Plants yielding non-seed carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 107-113 pp.

94

Vergara BS, De Datta SK. 1996. Oryza sativa L. dalam Grubben GJH, Soetjipto P (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.10. Cereals. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 106-115 pp. Verheij EWM. 1992. Garcinia mangostana L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 177-181 pp. Verheij EWM, Coronel RE. 1992. Musa paradisiaca L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 225-233 pp. Verheij EWM, Sniders CHA. 1999. Eugenia aromatic O.K. dalam De Guzman CC, Siemonsma JS (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.13. Spices. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 211 pp. Verheij EWM, Sukendar. 1992. Gnetum gnemon L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of south-East Asia No. 2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 182-184 pp. Verma V, Jalalpure, Sahu A, Bhardwaj LK, Prakesh Y. 2011. Bombax ceiba L.: Pharmacognostical, Phytochemistry, Ethnobotany, and Pharmacology studies. Journal of Internationale Pharamaceutica Scienca 1(1): 62-68. Villegas VN. 1992. Carica papaya L. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 108-112 pp. Wardini TH, Prakoso B. 1999. Curcuma domestica Val. dalam Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 215-217 pp. ____________. 1999. Curcuma xanthorrhiza Roxb. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of SouthEast Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 217-219 pp. Wee YC, Thongtham MLC. 1992. Ananas comosus Merr. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 66-71 pp. Wessel M, Toxopeus H. 2000. Theobroma cacao L. dalam Van der Vossen HAM, Wessel M (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No. 16. Stimulants. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 113-121 pp.

95

Whiley AW. 1992. Persea Americana Mill. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 249-254 pp. Wijaya S, Kang NT, Teng JK, Din WM, Wiart C. 2011. Antioxidant, AntiInflammatory, Cytotoxicity and Cytoprotection Activities of Crassocephalum Crepidioides (Benth.) S. Moore. Extracts and Its Phytochemical Composition. European Journal of Scientific Research 67(1). pp. 157-165. Windadri FI, Van Valkenburg JLCH.1999. Lantana camara L. dalam De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ (Eds). Plant Resources of SouthEast Asia No. 12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 341-342 pp. Wirdateti, Roemantyo HS. 1992. Pemanfaatan Tumbuhan untuk Pengobatan Tradisional, Penyakit Rakyat di Dumoga Bone, Sulawesi Utara. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Wiriadinata H. 1994. Pithecollobium lobatum Benth. dalam Siemonsma JS, Piluek K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.8. Vegetables. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 89-90 pp. Yaacob O, Bamroongrugsa N. 1992. Lansium domesticum Corr. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 186-190 pp. Yusuf UK, Horsten SFAJ, Lemmens RHMJ. 1999. Tinospora crispa (L.) Miers. dalam De Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. and Lemmens, R.H.M.J. (Editors). Plant Resources of South-East Asia No.12(1). Medicinal and Poisonous Plants 1. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. 483-484 pp. Yusuf UK, Sinohin VO. 1992. Cananga odorata Hook. dalam Oyen LPA, Dung NX (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.19). Essential-oil plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 120-122 pp. Yusuf UK, Zuhud EAM. 2002. Parkia speciosa Hassk. dalam Van Valkenburg and Bunyapraphataara N (Eds.). Plant Resources of South-East Asia No.12(2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. 404-408 pp. Zuhud EAM, Haryanto. 1991. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia (Prosiding). Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor.

96

Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat dalam Zuhud EAM, dan Haryanto. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor. Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Hikmat A, Adhiyanto E. Oemiyati, Ira DS, Soediro (Eds). 2003. Buku Acuan tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dan Yayasan Sarana wana Jaya Jilid I-XI. Jakarta: Yayasan Sarana wana Jaya. Zuhud EAM, Sofyan K, Prasetyo LB, Kartodihardjo H. 2007. Sikap Masyarakat dan Konservasi: Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai Stimulus Tumbuhan Obat bagi Masyarakat, Kasus di Taman Nasional Meru Betiri (Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park). Jurnal Media Konservasi Vol. XII, No. April 2007. Hlm: 22-32. Zuhud EAM. 2009. Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Jurnal Bahan Alam Indonesia 6(6). Hal : 227-232. Zuhud EAM. 2011. Pengembangan Desa Konservasi Hutan Keanekargaman Hayati untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Obat Keluarga (POGA) Indonesia dalam Mengadapi Ancaman Krisis Baru Ekonomi Dunia di Era Globalisasi. Orasi Ilmiah Guru Besar Dalam Rangka Dies Natalis IPB Ke48. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan. Auditorium Sumardi Sastrakusumah FPIK-Institut Pertanian Bogor, 19 November 2011.

97

LAMPIRAN

98

Lampiran 1 Famili tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No.

Famili

Spesies

1. 2. 3. 4. 5.

Amaranthaceae Amaryllidaceae Anacardiaceae Apiaceae Asteraceae

6.

Brassicaceae

7. 8. 9. 10. 11.

Clusiaceae Convolvulaceae Cucurbitaceae Euphorbiaceae Fabaceae

12. 13. 14. 15.

Lamiaceae Meliaceae Moraceae Musaceae

16. 17.

Oxalidaceae Poaceae

18. 19. 20. 21.

Polypodiaceae Portulacaceae Rosaceae Rutaceae

22. 23.

Salicaceae Sapindaceae

24.

Solanaceae

25.

Sterculiaceae Total

Amaranthus tricolor L. Crynum asiaticum L. Mangifera indica L. Foeniculum vulgare Mill.; Daucus carota L. Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moor. Brassica oleracea var. capitata L.; Brassica rugosa Prain. Garcinia mangostana L. Ipomoea aquatica Forsk. Sechium edule Sw.; Citrullus vulgaris Schrad. Baccaurea dulcis Muell. Arg. Phaseolus vulgaris L.; Pithecollobium lobatum Benth.; Archidendron microcarpum Benth.; Phaseolus radiatus L.; Vigna sinensis Endl.; Arachis Hypogaea L.; Phaseolus lunatus L.; Parkia speciosa Hassk.; Leucaena glauca Benth. Ocimum sanctum L.; Lansium domesticum var. aqueum Corr. Artocarpus heterophyllus Lam. Musa paradisiaca L.; Musa paradisiacal sapientum L. Averrhoa blimbi L.; Averrhoa carambola L. Zea mays L.; Oryza glutinosa Lour.; Oryza sativa L. Diplazium esculentum Swartz. Portulaca grandiflora Hook. Pyrus malus L. Citrus sinensis (L.) Osbeck.; Citrus hystrix Dc. Flacourtia inermis Roxb. Euphoria longana Lamk.; Nephelium lappaceum L.; Capsicum annum L.; Capsicum frutescens L.; Solanum melongena L.; Solanum lycopersicum L. Theobroma cacao L.

Jumlah Spesies 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 9

1 1 1 2 2 3 1 1 1 2 1 2 4

1 45

99

Lampiran 2 Famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No. 1.

Famili Acanthaceae

2. 3. 4. 5.

Acoraceae Amaryllidaceae Apocynaceae Arecaceae

6.

Asteraceae

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Bignoniaceae Bombacaceae Campanulaceae Convovulaceae Clusiaceae Crypteroniaceae Dioscoreaceae Euphorbiaceae

15.

Fabaceae

16. 17.

Lamiaceae Lauraceae

18. 19. 20.

Magnoliaceae Marattiaceae Menispermaceae

21.

Moraceae

22. 23. 24.

Moringaceae Piperaceae Poaceae

25. 26. 27. 28. 29.

Rubiaceae Sapindaceae Sapotaceae Thymelaeaceae Urticaceae

30.

Verbenaceae

31.

Zingiberaceae

Total

Spesies Storbilanthes crispus Bl.; Graptophyllum pictum (L.) Griff.; Andrographis paniculata Nees.; Justicia gendarussa Burm. F. Acorus calamus L. Proiphys amboinensis (L.) Herb. Plumeria acuminata Ait. Areca catechu L.; Metroxylon sagu Roxb. Ageratum conyzoides L.; Blumea balsamifera L. Crescentia cujete L. Ceiba pentandra L. Isotoma longiflora (Wild.) Presl. Ipomoea pes-caprae Roth. Garcinia pavifolia Miq. Henslowia frustescens Champ. Dioscorea hispida Dennst. Jatropha curcas L.; Macaranga tanarius Mull. Arg. Erythrina lithosperma Miq.; Cassia alata L.; Pterocarpus indicus Willd.; Erythrina variegata L.; Derris scandens (Roxb.) Benth. Orthosiphon grandifolus Bold. Cinnamomum iners Reinw. Ex Blume. Michelia champaca L. Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm. Tinospora crispa (L.) Miers.; Arcangelisia flava Merr. Ficus fistulosa Reinw. Ex Blume.; Ficus septica Burm. F. Moringa oleifera Lamk. Piper betle L. Imperata cylindrica L.; Bambusa vulgaris Schrad.; Pennisetum purpureum Schumacher.; Andropogon aciculatus Retz.; Andropogon nardus L. Morinda citrifolia L. Allophylus cobbe (L.) Raeusch. Mimusops elengi L. Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. Alstonia scholaris L.; Laportea stimulans Miq. Stachytarpheta indica L.; Lantana camara L.; Vitex trifolia L. Zingiber cassumunar Roxb.; Costus speciosus (Koenig) Sm.; Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Jumlah Spesies 4

1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 5

1 1 1 1 2 2 1 1 5

1 1 1 1 2 3 3

52

100

Lampiran 3 Famili tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No.

Famili

Spesies

1.

Anacardiaceae

2. 3. 4.

Annonaceae Apiaceae Arecaceae

5. 6. 7. 8. 9.

Bombacaceae Bromeliaceae Caricaceae Convolvulaceae Cucurbitaceae

10. 11.

Elaeocarpaceae Euphorbiaceae

12.

Fabaceae

13. 14. 15. 16. 17. 18.

Gnetaceae Lamiaceae Lauraceae Liliaceae Lythraceae Meliaceae

19. 20. 21. 22.

Musaceae Myrtaceae Piperaceae Poaceae

23. 24.

Rubiaceae Rutaceae

25. 26. 27.

Sapindaceae Sapotaceae Solanaceae

28.

Zingiberaceae

Anacardium occidentale L.; Mangifera parvifolia Boerl. & Koord. Annona reticulata L.; Annona muricata L. Centella asiatica (L.) Urban. Arenga pinnata Merr.; Cocos nucifera L. Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. Durio zibethinus Murr. Ananas comosus Merr. Carica papaya L. Ipomoea batatas Poir. Cucumis sativus L.; Luffa acutangula Roxb. Elaeocarpus oppositifolia Miq. Phyllanthus acidus L.; Sauropus androgynus L. Merr.; Aleurites moluccana Willd.; Manihot utilissima Pohl. Tamarindus indica L.; Psophocarpus tetragonolobus Dc. Gnetum gnemon L. Ocimum basilicum L. Persea americana Mill. Allium cepa L.; Allium sativum L. Pemphis acidula Forst. Lansium domesticum Corr.; Lansium domesticum var. pubescens Corr. Musa brachycarpa Backer. Psidium guajava L. Piper nigrum L. Gigantochloa apus Kurz.; Saccharum officinarum L. Coffea arabica L. Citrus maxima Merr.; Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle. Cardiospermum halicacabum L. Manilkara kauki Dubard. Physalis angulata L.; Solanum tuberosum L.; Solanum torvum Swartz. Zingiber officinale Rosc.; Kaempferia galanga L.; Curcuma domestica Val.; Alpinia galanga (L.) Sw.

Total

Jumlah Spesies 2 2 1 3 1 1 1 1 2 1 4

2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 3 4

46

Lampiran 4 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom Sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No.

Spesies

Habitus

Status budidaya

Tipe Habitat

Manfaat

Bagian yang Digunakan

1.

Adas (Foeniculum vulgare Mill.)

Hr

Bd

Sp

Sayuran

Daun

2.

Apel (Pyrus malus L.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

3.

Bakung (Crynum asiaticum L.)

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Umbut

4.

Bayam (Amaranthus tricolor Miq.)

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Daun

5.

Belimbing manis (Averrhoa carambola L.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

6.

Belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

7.

Buncis (Phaseolus vulgaris L.)

Hr

Bd

Pk

Kacang-kacangan

Buah, biji

8.

Cabai merah (Capsicum annum L.)

Pr

Bd

Pk

Bumbu

Buah

9.

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

Pr

Bd

Pk

Bumbu

Buah

10. Cantik manis (Portulaca grandiflora Hook.)

Hr

Bd

Sp

Sayuran

Daun

11. Jagung (Zea mays L.)

Hr

Bd

Pk

Makanan pokok

Biji

12. Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)

Po

Bd

Pb

Sayuran

Biji

13. Jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck.)

Pr

Bd

Pk

Buah, minuman

Buah

14. Jeruk purut (Citrus hystrix Dc.)

Pr

Bd

Pk

Bumbu

Buah, daun

15. Julang-jaling (Archidendron microcarpum Benth.)

Po

Bd

Ht

Sayuran

Biji

16. Kacang hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek.)

Hr

Bd

Pk

Kacang-kacangan

Biji

Keterangan: Pk: Paku-pakuan Li: Liana Sm: Semak Hr: Herba Pr: Perdu Pb: Pekarangan, kebun Sw: Sawah Sp: Sekitar jalan, pekarangan

Po: Pohon Ht: Hutan Pk: Pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

101

Lampiran 4 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom Sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) Manfaat

Bagian yang Digunakan

Pk

Kacang-kacangan

Buah, biji

Bd

Pk

Kacang-kacangan

Buah, biji

Pr

Bd

Pb

Buah

Buah

20. Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Daun

21. Kekara (Phaseolus lunatus L.)

Hr

Lr

Sp

Sayuran

Buah, daun

22. Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Hr

Bd

Sp

Sayuran, bumbu

Daun

23. Ketan (Oryza glutinosa Lour.)

Sm

Bd

Sw

Makanan pokok

Biji

24. Kokosan (Lansium domesticum var. aqueum (Jack) Miq.) 25. Kol (Brassica oleracea var. capitata L.)

Po

Bd

Pb

Buah

Buah

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Daun

26. Labu siam (Sechium edule Sw.)

Li

Bd

Pk

Sayuran

Buah

27. Lengkeng (Euphoria longana Lamk.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

28. Lubi-lubi (Flacourtia inermis Roxb.)

Po

Bd

Pk

Bumbu

Buah

29. Mangga (Mangifera indica L.)

Po

Bd

Sp

Buah

Buah

30. Manggis (Garcinia mangostana L.)

Po

Bd

Pb

Buah

Buah

31. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)

Po

Bd

Sp

Buah

Buah

No.

Spesies

Habitus

Status budidaya

Tipe Habitat

17. Kacang panjang (Vigna sinensis Endl.)

Li

Bd

18. Kacang tanah (Arachis Hypogaea L.)

Hr

19. Kakao (Theobroma cacao L.)

Keterangan: Pk: Paku-pakuan Li: Liana Sm: Semak Hr: Herba Pr: Perdu Pb: Pekarangan, kebun Sw: Sawah Sp: Sekitar jalan, pekarangan

Po: Pohon Ht: Hutan Pk: Pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

102

Lampiran 4 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom Sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) Manfaat

Bagian yang Digunakan

Sw

Makanan pokok

Biji

Lr

Ht

Sayuran

Daun

Po

Bd

Sp

Sayuran

Buah

35. Petai cina (Leucaena glauca Benth.)

Pr

Lr

Sp

Sayuran

Buah

36. Pisang (Musa paradisiaca L.)

Hr

Bd

Pb

Buah

Buah

37. Pisang ambon (Musa paradisiaca sapientum L.)

Hr

Bd

Pb

Buah

Buah

38. Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

39. Sawi (Brassica rugosa Prain.)

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Daun

40. Semangka (Citrullus vulgaris Schrad.)

Hr

Bd

Pk

Buah

Buah

41. Sintrong (Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moor.) 42. Terong (Solanum melongena L.)

Hr

Lr

Sp

Sayuran

Daun

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Buah

43. Tomat (Solanum lycopersicum L.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu, buah

Buah

44. Tupa (Baccaurea dulcis Muell. Arg.)

Po

Bd

Pb

Buah

Buah

45. Wortel (Daucus carota L.)

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Umbi

No.

Spesies

Habitus

Status budidaya

Tipe Habitat

32. Padi (Oryza sativa L.)

Sm

Bd

33. Pakis sayur (Diplazium esculentum Swartz.)

Pk

34. Petai (Parkia speciosa Hassk.)

Keterangan: Pk: Paku-pakuan Li: Liana Sm: Semak Hr: Herba Pr: Perdu Po: Pohon Ht: Hutan Pk: Pekarangan Pb: Pekarangan, kebun Sw: Sawah Sp: Sekitar jalan, pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

103

Lampiran 5 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No. Spesies Habitus Status Budidaya Tipe Habitat 1. Alang-alang (Imperata cylindrica L.) Sm Lr Sj 2. Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) Po Bd Ht 3. Asam kandis (Garcinia pavifolia Miq.) Po Bd Pk 4. Bambu kuning (Bambusa vulgaris Schrad.) Rm Lr Sj 5. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Hr Lr Sj 6. Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) Sm Bd Pk 7. Benalu (Henslowia frustescens Champ.) Ep Lr Sh 8. Berenuk (Crescentia cujete L.) Po Bd Sp 9. Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.) Pr Bd Pk 10. Bunga katarak (Isotoma longiflora (Wild.) Presl.) Hr Bd Pk 11. Capa (Blumea balsamifera L.) Pr Bd Pk 12. Capa khahuy (Allophylus cobbe (L.) Raeusch.) Pr Lr Ht 13. Cempaka (Michelia champaca L.) Po Bd Ht 14. Cengol (Arcangelisia flava Merr.) Li Lr Ht 15. Dadap serep (Erythrina lithosperma Miq.) Po Bd Sp 16. Gadung (Dioscorea hispida Dennst.) Hr Lr Sh 17. Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Pr Bd Pk 18. Jeringau (Acorus calamus L.) Hr Bd Sp 19. Kamboja (Plumeria acuminate Ait.) Po Bd Pk 20. Katang (Ipomoea pes-caprae Roth.) Hr Lr Ss Keterangan: Pk: Paku-pakuan Rm: rumpun Ep: Epifit Pl: Palem Hr: Herba Li: Liana Pr: Perdu Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sh: Sekitar jalan, hutan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Ss: Sekitar sungai

Bagian yang Digunakan Akar Getah Buah Rebung Daun Akar, daun, umbi Akar Daun Batang, daun Daun Daun Daun Daun Akar Daun Daun Daun, getah Akar Getah Daun Ht: Hutan

Pk: Pekarangan

104

Lampiran 5 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

Spesies Habitus Status Budidaya Tipe Habitat Kelor (Moringa oleifera Lamk.) Po Bd Sp Ketepeng (Cassia alata L.) Pr Lr Sj Khadang suluh (Stachytarpheta indica L.) Hr Lr Ss Khakhebing (Ficus fistulosa Reinw. Ex Blume.) Po Lr Ht Kheda (Erythrina variegata L.) Po Bd Sp Ki teja (Cinnamomum iners Reinw. Ex Blume.) Po Lr Ht Kumbang pogoh (Lantana camara L.) Pr Lr Sj Kumis kucing (Orthosiphon grandifolus Bold.) Hr Bd Sp Lagun (Vitex trifolia L.) Sm Lr Ss Mada (Macaranga tanarius Mull. Arg.) Po Lr Ht Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Pr Bd Pk Boerl.) 32. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Po Bd Sp 33. Pacing (Costus speciosus (Koenig) Sm.) Hr Bd Sp 34. Paku semalang (Angiopteris evecta (G. Forst.) Pk Lr Ht Hoffm.) 35. Pecah beling (Storbilanthes crispus Bl.) Sm Bd Pk 36. Pelawi (Alstonia scholaris L.) Po Lr Sj 37. Pinang (Areca catechu L.) Pl Bd Pk 38. Puding (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) Hr Bd Pk 39. Pulus (Laportea stimulans Miq.) Po Lr Ht 40. Randu (Ceiba pentandra L.) Po Bd Sp Keterangan: Pk: Paku-pakuan Rm: rumpun Ep: Epifit Pl: Palem Hr: Herba Li: Liana Pr: Perdu Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sh: Sekitar jalan, hutan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Ss: Sekitar sungai

Bagian yang Digunakan Kulit batang, batang, daun Daun Daun Buah Daun Kulit batang Daun Daun Daun Daun Buah Buah Akar, daun Daun, batang, akar Daun Getah Akar, buah Daun Batang, akar Daun Ht: Hutan

Pk: Pekarangan

105

Lampiran 5 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. Spesies Habitus Status Budidaya Tipe Habitat 41. Rayutan (Derris scandens (Roxb.) Benth.) Hr Lr Sj 42. Rumput gajah (Pennisetum purpureum Sm Lr Sj Schumacher.) 43. Rumput jarum (Andropogon aciculatus Retz.) Sm Lr Sj 44. Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) Pl Bd Sp 45. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Hr Bd Pk 46. Sasenung (Justicia gendarussa Burm. F.) Sm Bd Pk 47. Sere (Andropogon nardus L.) Sm Bd Pk 48. Si kudip (Proiphys amboinensis (L.) Herb.) Hr Bd Pk 49. Sirih (Piper betle L.) Li Bd Sp 50. Tanjung (Mimusops elengi L.) Po Lr Sj 51. Tembaka (Ficus septica Burm. F.) Po Lr Sj 52. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Hr Bd Pk Keterangan: Pk: Paku-pakuan Rm: rumpun Ep: Epifit Pl: Palem Hr: Herba Li: Liana Pr: Perdu Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sh: Sekitar jalan, hutan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Ss: Sekitar sungai

Bagian yang Digunakan Daun Daun Daun Daun Daun Daun Daun Umbi Daun Akar Daun Batang Ht: Hutan

Pk: Pekarangan

106

Lampiran 6 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. No.

Nama Lokal

Habitus

Status Budidaya

Tipe Habitat

Manfaat

Bagian yang Digunakan

1. 2.

Alpukat (Persea americana Mill.) Aren (Arenga pinnata Merr)

Po Pl

Bd Bd

Pk Sp

Buah Sayuran, minuman

Buah, daun Buah

3.

Asam jawa (Tamarindus indica L.)

Po

Bd

Sp

Bumbu, minuman

Buah

4.

Rm

Lr

Sj

Sayuran

Rebung

5.

Bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.) Bawang merah (Allium cepa L.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu

Umbi

6.

Bawang putih (Allium sativum L.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu

Umbi

7.

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

Po

Bd

Pk

Buah

Buah, akar

9.

Belimbing hutan (Aceratium oppositifolium Dc.) Ceremai (Phyllanthus acidus Skeells.) Ciplukan (Physalis angulata L.)

Hr

Lr

Sj

Buah

Buah, daun

10.

Duku (Lansium domesticum Corr.)

Po

Bd

Kp

Buah

Buah, akar, kulit

11.

Durian (Durio zibethinus Murr.)

Po

Bd

Kp

Buah

Buah, daun, buah

12.

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu, minuman

Rimpang

13.

Jambu biji (Psidium guajava L.)

Pr

Bd

Sp

Buah

Buah, daun

Sp

Buah

Buah, daun

8.

14.

Jambu mete (Anacardium Po Bd occidentale L.) Keterangan: Rm: Rumpun Pl: Palem Li: Liana Hr: Herba Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

Kp: Kebun, pekarangan

Pk: Pekarangan

107

Lampiran 6 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

Nama Lokal

Habitus

Status Budidaya

Tipe Habitat

Manfaat

Bagian yang Digunakan

15.

Jeruk bali (Citrus maxima Merr.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah, daun

16.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.) Kapelom (Mangifera parvifolia Boerl. & Koord.) Katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus Dc.) Kelapa (Cocos nucifera L.)

Pr

Bd

Pk

Bumbu, minuman

Buah, daun

Po

Bd

Sp

Buah

Buah, Kulit batang

Hr

Bd

Sp

Sayuran

Daun

Hr

Bd

Sp

Sayuran

Daun, buah

Pl

Bd

Sp

Buah, sayuran

Buah

17. 18. 19. 20. 21.

Pr

Bd

Pk

Rempah

Biji, Kulit batang

22.

Kemiri (Aleurites moluccana Willd.) Kencur (Kaempferia galanga L.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu

Rimpang

23.

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Hr

Bd

Pk

Makanan pokok

Umbi

24.

Kopi (Coffea Arabica L.)

Pr

Bd

Kp

Buah

Biji, Daun

25.

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu, minuman

Rimpang

26.

Lada (Piper nigrum L.)

Li

Bd

Pk

Rempah

Biji

Keterangan: Rm: Rumpun Pl: Palem Li: Liana Hr: Herba Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

Kp: Kebun, pekarangan

Pk: Pekarangan

108

Lampiran 6 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 27.

Nama Lokal

Habitus

Status Budidaya

Tipe Habitat

Manfaat

Bagian yang Digunakan

Po

Bd

Kp

Buah

Buah, akar, kulit batang

28.

Lansat (Lansium domesticum var. pubescens Koord.) Laos (Alpinia galanga (L.) Sw.)

Hr

Bd

Pk

Bumbu

Rimpang, daun

29.

Melinjo (Gnetum gnemon L.)

Po

Bd

Kp

Sayuran

Buah, daun

30.

Mentimun (Cucumis sativus L.)

Hr

Bd

Pk

Sayuran

Buah

31.

Nanas (Ananas comosus Merr.)

Hr

Bd

Pk

Buah

Buah

32.

Nuna belanda (Annona reticulata L.) Oyong (Luffa acutangula Roxb.) Pegaga (Centella asiatica (L.) Urban.) Pepaya (Carica papaya L.) Pisang kepok (Musa x paradisiaca L.) Rampai (Cardiospermum halicacabum L.) Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) Santigi (Pemphis acidula Forst.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah, daun

Hr Li

Bd Bd

Pk Pk

Sayuran Sayuran

Buah, biji Daun

Hr Hr

Bd Bd

Pk Pk

Buah, Sayuran Buah

Buah, daun, akar Buah, kulit batang

Hr

Lr

Sj

Bumbu

Buah, daun

Pl

Bd

Pk

Buah

Buah, getah

Po

Bd

Sp

Sayuran

Daun, batang

33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

Keterangan: Rm: Rumpun Pl: Palem Li: Liana Hr: Herba Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

Kp: Kebun, pekarangan

Pk: Pekarangan

109

Lampiran 6 Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

Nama Lokal

Habitus

Status Budidaya

Tipe Habitat

Manfaat

Bagian yang Digunakan

40.

Sawo (Manilkara kauki Dubard.)

Po

Bd

Pk

Buah

Buah

41.

Selasih (Ocimum basilicum L.)

Sm

Bd

Sp

Buah

Biji

42.

Singkong (Manihot utilissima Pohl.) Sirsak (Annona muricata L)

Pr

Bd

Pk

Makanan pokok

Umbi

Po

Bd

Pk

Buah

Buah, daun

43. 44.

Pr

Bd

Pk

Sayuran

Buah

45.

Takokak (Solanum torvum Swartz.) Tebu (Saccharum officinarum L.)

Sm

Bd

Pk

Buah

Batang

46.

Ubi jalar (Ipomoea batatas Poir.)

Hr

Bd

Pk

Makanan pokok

Umbi, daun

Keterangan: Rm: Rumpun Pl: Palem Li: Liana Hr: Herba Sm: Semak Po: Pohon Sj: Sekitar jalan Sp: Sekitar jalan, pekarangan Bd: Budidaya Lr: Liar

Kp: Kebun, pekarangan

Pk: Pekarangan

110

Lampiran 7 Potensi tumbuhan pangan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No. 1.

Spesies*

Habitus

Balem (Palaquium hexandrum Engler.)

Pohon

Keterangan Manfaat Dari Pustaka

Buah asam dikonsumsi, biji sumber lemak yang digunakan untuk makanan (FAO 1995). 2. Gowok (Syzygium polycephala Miq.) Pohon Buah dapat dimakan segar atau dibuat rujak, rasanya asam. Sering kali buahnya juga dibuat jeli. Daun: Pucuk-pucuk mudanya dikonsumsi sebagai sayuran (Jansen et al. 1992). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008)

111

Lampiran 8 Potensi tumbuhan obat di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No. 1.

Spesies* Angsana (Pterocarpus indicus Willd.)

Habitus Pohon

2.

Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.)

Pohon

3.

Berenuk (Crecentia cujete L.)

Perdu

4.

Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)

Pohon

5.

Cempaka (Michellia campacha L.)

Pohon

6.

Cengol (Arcangelisia flava Merr.)

Liana

7.

Jabon (Anthocepalus cadamba L.)

Pohon

Biji: minyak biji sebagai antibakteri. Kulit batang dan daun: Rebusan kulit atau daun baik digunakan setelah melahirkan. Kulit batang: obat penurun panas. Bunga: mengobati kusta. Daun: mengobati kolik (Dasuki 1998). Batang: Mengobati penyakit kuning, cacingan, panas, gangguan pencernaan, keluhan usus, penurun panas perut, ekspektoran, tonik, obat sariawan dan abortivum. Kulit batang: Mengobati luka, borok dan iritasi kulit. Kikisan kulit kayu untuk mengobati cacar, mengobati sakit kuning dicampur lemon (Citrus limon) dan sere (Andropogon nardus) (Mandia et al. 1999). Akar: mengobati maag dan sebagai penguat lambung (Heriyanto & Subiyandono 2007).

8.

Jaha kembang (Terminalia belerica Roxb.)

Pohon

Buah dan daun: sebagai anti diabetes dan anti oksidan (Sabu & Kutan 2009).

9.

Jaha tanduk (Terminalia sumatrana Miq.)

Pohon

10.

Kenanga (Cananga odorata Hook.)

Pohon

Kulit batang: digunakan sebagai obat yang dapat menangkal pacet dan sejenisnya (Purwaningsih 2011). Bunga: menghilangkan bau badan (Yusuf & Sinohin 1999).

11.

Ki hiyang (Albizzia procera Benth.)

Pohon

Keterangan:

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Kulit: mengobati sariawan. Batang: cairan merah dari batang mengobati diare. Daun: mengobati bisul, penyakit buta, kudis, dan menyuburkan rambut (Heyne 1987). Daun: mengobati diabetes mellitus dan menurunkan kadar gula darah (Priyadi et al. et al. 2010). Daun dan kulit batang: mengobati gatal-gatal dan disentri (Boer & Lemmens 1998). Daun dan buah: digunakan sebagai obat yang memiliki sifat diuretik. Kulit: membersihkan luka/ borok (Dibiyantoro 2002). Kulit kayu: menghentikan diare dan mengobati sakit perut (Alonzo 1998).

Kulit kayu: Mengobati sakit perut dan baik untuk wanita nifas (Heyne 1987 & Depkes 2009). *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008)

112

Lampiran 8 Potensi tumbuhan obat di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 12.

Spesies* Ki teja (Cinnamomum iners Bl.)

Habitus Pohon

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Kulit kayu: mengobati kolera dan sembelit (deGuzman & Siemonsma 1999).

13.

Laban (Vitex pubescens Vahl.)

Perdu

Daun: mengobati sakit pinggang dan sakit perut (Kartikawati & Akbar 2009).

14.

Mada (Macaranga tanarius Mull. Arg.)

Pohon

Akar: rebusan akarnya mengobati diare, disentri, demam, dan baik digunakan setelah melahirkan (Lim 1998). 15. Makaranga (Macaranga gigantea Muell.) Pohon Akar dan kulit batang: mengobati disentri, diare, dan demam (Sosef & Prawirohatmodjo1998). 16. Medang (Litsea firmahoa L.) Pohon Kulit kayu: mengobati tetanus dan luka (Priyadi et al. 2010). 17. Merambung putih (Vernonia arborea Ham.) Pohon Akar: mengobati demam. Kulit kayu: mengobati infeksi pada mulut, gangguan mulut, dan kanker mulut (Priyadi et al. 2010). 18. Nangi (Adina polycepala Benth.) Pohon Kulit kayu: digunakan sebagai tonik (Priyadi et al. 2010). 19. Pulai (Alstonia scholaris L.) Pohon Kulit batang: rebusan kulit digunakan sebagai obat penurun panas, tonik, mengobati bisul, rematik, anti disentri, astringentt, bronkitis, nyeri perut, haid tidak teratur, diare, dan menguatkan lambung, campur dengan cuka mengobati limfa bengkak, demam, obat wanita setelah melahirkan, obat cacing, malaria, luka-luka, dan radang sendi. Akar: menghilangkan perih pada dada dan badan. Daun: mengobati beri-beri (Teo 2002). 20. Randu (Ceiba pentandra Gaertn.) Pohon Bunga: mengobati sembelit. Kulit batang: sebagai astringent, stimulan, pencuci mulut, dan mengobati disentri (Muhammad & Amusa 2005) 21. Randu alas (Gossampinus heptaphylla Bakh.) Pohon Kulit kayu dan biji: sebagai astringentt, diuretik stimulan, aphorodisiak, tonik, mengobati disentri, asma, keputihan, anemia, dan tbc (Verma et al. 2011). 22. Suren (Toona sureni Merr.) Pohon Kulit batang: sebagai astringent, mengobati diare, disentri, demam, ginjal, dan bengkak (Setyawati 2010). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008)

113

Lampiran 9 Potensi tumbuhan pangan fungsional di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No. 1.

Spesies* Alpukat (Persea americana Mill.)

Habitus Pohon

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Daging buah dikonsumsi (Whiley 1992). Ob: Buah: mengobati sariawan, kencing batu, darah tinggi, dan kencing manis (Heyne 1987). 2. Asam kandis (Garcinia parvifolia Miq.) Pohon Pg: Buah: dikonsumsi segar atau bentuk olahan dan sebagai rempah. Ob: Buah: buah kering mengobati empedu dan pelangsing. Kulit batang jantan: sebagai anti kanker (Indriati & Soraya 2009). 3. Bendo (Entada phaseoloides Merr.) Liana Pg: Daun: dapat dimakan mentah atau direbus terlebih dahulu. Ob: Akar: mengobati diare darah, panas perut, pencuci rambut, pityriasis (kudis pada bagian berambut terutama kepala). Batang: mengobati kejang perut, digunakan sebagai sabun, sabun cuci pakaian, dan rambut kepala (Heyne 1987). Ob: daun: berfungsi sebagai antidiabetes (Ikram et al. 2011). 4. Cempedak (Artocarpus integra Merr.) Pohon Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Akar: Mengobati demam. Daun: daun muda baik untuk wanita menyusui. Kulit batang: sebagai anti malaria (Jansen 1992). 5. Cengkeh (Eugenia aromatica O.K.) Pohon Pg: Rempah. Ob: Bunga : pelega perut, batuk dan mengobati sakit gigi berlubang. Bunga: obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh juga bermanfaat untuk memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah darah putih (Verheij & Snijders 1999). 6. Duku (Lansium domesticum Corr.) Pohon Pg: Buah segar dimakan. Ob: kulit buah: dibakar untuk mengusir nyamuk pergi, disentri, sengatan kalajengking dan malaria. Biji mengobati demam, cacing dan demam. Campur dengan angsana (Pterocarpus indica Willd.) sebagai obat disentri (Yacoob & Bamroongrugsa 1992). 7. Durian (Durio zibethinus Murr.) Pohon Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah sebagai penambah stamina tubuh dan beberapa bagian pohon digunkan sebagai obat tradisional (Subhadrabandhu et al. 1992). 8. Gintung (Bischofia javanica Bl.) Pohon Pg: Buahnya yang asam dikonsumsi (Heyne 1987). Ob: Kulit kayu: mengobati sakit lambung dan radang usus. Daun: mengobati jerawat dan iritasi mata (Sunarno et al. 1995). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008) Pg: Pangan Ob: Obat

114

Lampiran 9 Potensi tumbuhan pangan fungsional di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 9.

Spesies* Gondang (Ficus variegata Bl.)

Habitus Pohon

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Daun dan buah dikonsumsi. Ob: Akar: penawar racun setalah makan ikan beracun. Kulit: menghentikan buang air besar darah. Daun: mengobati disentri (Heyne 1987). Buah : obat mencret dan eksim (Depkes 2009). 10. Jambu air (Eugenia aquea Burm.) Pohon Pg: Buah dikonsumsi segar. Ob: Kulit batang:mengobati sariawan. (Lingen 1992). 11. Jambu biji (Psidium guajava L.) Pohon Pg: Buah dan daun segar. Ob: Daun: mengobati disentri (Soetopo 1992). Ob: Daun: mengobati kencing manis, maag, diare, sakit perut, masuk angin, beser, sariawan, sakit kulit, dan luka baru (Iptek 2000). 12. Jambu mete (Anacardium occidentale L.) Pohon Pg: Bijinya dikonsumsi “kacang mete/mede”. Ob: Semua bagian: mengobati sakit kulit dan obat kumur (Eijnatten 1992.) 13. Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Perdu Pg: Bahan permen karet. Ob: Daun dan getah: mengobati diare (Heyne 1987). Ob: Biji: Obat cacing, asam urat, sakit telinga, sakit gigi, eksim, kudis, sorea, dan bisul. Daun: mengobati diare, batuk, rematik, dan sebagai antiparasitik. Kulit kayu: mengobati memar, dikunyah sebagai obat untuk bias ular atau binatang lainnya. Akar kulit kayu: mengobati rematik (Susiarti et al. 1999). Ob: daun: mengobati demam dan sipilis. Akar: mengobati kencing nanah (Muhammad & Amusa 2005). 14. Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth.) Pohon Pg: Biji dan daun untuk lalap atau disayur. Ob: Daun: mengobati luka terkena irisan, luka sunatan, luka menjadi kering tanpa bernanah, dan mengobati kudis. Buah: sebagai pencuci rambut (Heyne 1987). Ob: Kulit polong: ditumbuk halus dapat dipakai untuk mencuci rambut (Wiriadinata 1994). 15. Julang-jaling (Archidendron microcarpum Pohon Pg: Biji dikonsumsi sebagai lalap. Ob: Akar dan tunas: mengobati gatal. Daun: (Benth.) Nielsen) mengobati sakit cacar (Hanum 1998). 16. Kakao (Theobroma cacao L.) Pohon Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah. Ob: Daun dan buah: sebagai antioksidan, wasir, pusing, dan mengobati tekanan darah rendah (Wessel & Toxopeus 2000). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008) Pg: Pangan Ob: Obat

115

Lampiran 9 Potensi tumbuhan pangan fungsional di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 17. 18.

Spesies* Karet (Ficus elastica Roxb.)

Habitus Pohon

Kayu manis (Cinnamoum burmanii Bl.)

Pohon

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: bahan pembuatan permen karet. Ob: Getah batang : mengobati bisul (Depkes 2009).

Pg: Kulit kayu: sebagai rempah penyedap makanan. Ob: Kulit kayu: mengobati kembung, mual, dan diare, batuk, malaria, kolik, menambah nafsu makan dan sesak (deGuzman & Siemonsma1999). 19. Kedondong alas (Spondias pinnata Kurz.) Pohon Pg: Buah dimakan segar atau kegunaan lain. Ob: Buah, daun, kulit batang: mengobati borok, kulit perih, dan luka bakar (Heyne 1987). Kulit kayu : mengobati disentri. Daun: mengobati batuk (Depkes 2009). 20. Kelapa (Cocos nucifera L.) Palem Pg: Buah, nira, dan umbut. Ob: Akar: sebagai anti-piretik dan diuretik. Rebusannya digunakan untuk penyakit kelamin. Buah: air kelapa muda merupakan diuretik, laksatif, anti-diare dan penetral racun. Minyak: mengobati penyakit kulit dan gigi. Biji: dari buah muda diusapkan pada perut mengobati diare, mengobati bisul dan membran cairan hidung (Ohler & Magat 2002). 21. Kemiri (Aleurites molucana Willd.) Pohon Pg: Biji: sebagai rempah. Ob: Biji: obat pencahar, minyak dari biji mengobati linu panggul, mengatasi kerontokan rambut, sakit kepala, demam, bisul, sendi bengkak, dan sembelit. Daun: mengobati kencing nanah dan sakit kepala (deGuzman & Siemonsma 1999). 22. Ketapang (Terminalia cattapa L.) Pohon Pg: Biji: biji dikonsumsi. Buah: dapat dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Ob: Biji dan daun: minyak biji campur daun mengobati penyakit kulit (lepra, kudis, dll). Daun: mengobati rematik, sebagai vermifuge. Kulit kayu: sebagai astringent disentri sariawan, diuretik dan kardiotonik (Lemmens & Soetjipto 1992). 23. Khakhebing (Ficus fistulosa Reinw.) Pohon Pg: Pucuk muda dan buah dikonsumsi. Ob: Daun: pengganti candu dan obat bius (Heyne 1987). Ob: Akar: mengobati sariawan (Sangat et al. 2001). 24. Ki bawang (Dysoxylum alliaceum Pohon Pg: Semua bagian memiliki aroma seperti bawang. Ob: Biji: pencahar perut (Aggarwal Blume.) & Sosef 1998). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008) Pg: Pangan Ob: Obat

116

Lampiran 9 Potensi tumbuhan pangan fungsional di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 25. 26.

Spesies* Kokosan (Lansium domesticum aqueum (Jack.) Miq.) Kondang (Ficus variegata Bl.)

27.

Kopi (Coffea arabica L.)

Perdu

28.

Lada (Piper nigrum L.)

Liana

29.

Lamtorogung (Leucaena glauca Benth.)

Pohon

var.

Habitus Pohon Pohon

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah segar dikonsumsi. Ob: Biji: mengobati diare, gangguan usus, dan malaria. Kulit kayu: mengobati sengatan kalajengking (Sastrapradja & Mien 1992). Pg: Buah: ,makan mentah atau bahan olahan, buah setengah matang dikonsumsi Ob: Kulit kayu: mengobati buang air besar berdarah (Heyne 1987). Ob: Buah: mengobati mencret dan eksim (Abdullah et al. 2010). Pg: Biji dikonsumsi diolah terlebih dahulu. Ob: Sebagai stimulan, diuretik, obat batuk, dan peluruh air seni (Van der Vosen et al. 2000). Pg: Buah sebagai rempah. Ob: Daun: mengobati sakit gigi (Waard & Anunciado 1999).

Pg: Daun, buah, dan biji dikonsumsi. Ob: Biji: Mengobati cacingan dan peluruh air seni (Heyne 1987; Depkes 2009). 30. Lansat (Lansium domesticun var. Liana Pg: Buah segar. Ob: Kulit buah dan biji: obat anti diare dan menurunkan demam. Kulit pubescens Koord.) kayu: mengobati gigitan serangga berbisa, mengusir nyamuk dengan cara dibakar, dan obat disentri. Biji: mengobati malaria (Heyne 1987; Sastrapradja & Mien 1992). 31. Mangga (Mangiefera indica L.) Pohon Pg: Daun muda dan coklat dikonsumsi mentah dan acar (Heyne 1987). Ob: Bunga dan kulit berfungsi sebagai astringentt. Ekstrak buah mentah, kulit batang, dan daun mengandung antibiotik (Sukonthasing et al. 1992). Kulit batang dan buah: sebagai astringent, mengobati sakit gigi, sakit tenggorokan, dan penyakit kulit. Akar dan kulit batang: mengobati diare, dan disentri (Muhamammad & Amusa 2005). 32. Manggis (Garcinia mangostana L.) Pohon Pg: Buah dikonsumsi segar. Ob: Kulit kayu: anti kanker, mengobati gondok, wasir, penyakit kulit, dan menyembuhkan luka (Heyne 1987). Ob: Kulit buah dan kulit kayu: sebagai anti kanker dan anti bakteri (Verheij 1992). 33. Melinjo (Gnetum gnemon L.) Pohon Pg: Daun muda, bunga, buah sebagai sayur. Biji dikonsumsi sebagai makanan kecil (emping). Ob: Daun: baik untuk ibu hamil agar mudah melahirkan dan mengobati sakit mata. Kulit: peluruh air seni (Verheij & Sukendar 1992). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008) Pg: Pangan Ob: Obat

117

Lampiran 9 Potensi tumbuhan pangan fungsional di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 34.

Spesies* Paku hata (Lygodium circinatum Swartz.)

Habitus Pakupakuan

35.

Petai (Parkia speciosa Hassk.)

Pohon

36.

Picung (Pangium edule Reinw.)

Pohon

37.

Pinang (Areca catechu L.)

Palem

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Daun merupakan sayuran yang manis.Ob: Akar: sebagai obat pada bagian badan yang digigit laba-laba hitam. Daun: mengobati luka terkena ikan lele (Heyne 1987). Ob: akar: mengobati dan mengurangi rasa sakit dan nyeri (Soejono 2000). Pg: Daun, bunga, dan biji. Ob: Biji : mengobati penyakit hati, edema (sembap), radang ginjal (nefritis), diabetes, anthelmintik. Daun mengobati ikterus (sakit kuning) (Yusuf & Zuhud 2002). Ob: Akar: mengobati diabetes dan hipertensi (Ong et al. 2011). Pg: Biji matang dijual sebagai "kluwak" untuk bumbu rawon. Ob: Daun: sebagai antiseptik, mengobati luka, dan ketombe (Roemantyo & Zuhud 2002). Ob: Biji: sebagai antiseptik dan antibakteri, mengobati dermatosis (Priyadi et al. 2010).

Pg: Buah: sebagai appetizer dan sirup, daun: sebagai lalab. Bunga: digunakan untuk salad. Ob: biji, kulit batang, daun, tunas muda: mengobati diare, gangguan kemih, edema, sakit pinggang, astringentt, tonik, dan baik untuk pencernaan. Biji: sebagai stimulant, tunggal ataupun dicampur sirih. Akar: mengobati penyakit perut. Umbut: Pengurang rasa nyeri. Biji: menguatkan dan memutihkan gigi. Buah: mengobati buang air besar darah (Brotonegoro 2000). 38. Pulus (Laportea stimulans Miq.) Pohon Pg: Tangkai buah kecil yang menggelembung rasanya manis. Ob: Batang: cairan tumbuhan sebagai obat batuk dan rambut (Heyne 1987). Ob: batang: mengobati nyeri badan, sakit perut, sakit kepala, dan demam (Valkenburg & Bunyapraphatsa 2002). 39. Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Pohon Pg: Buah dikonsumsi segar dan direbus. Ob: Buah: sebagai astringentt, anthelmintik, dan mengobati sakit perut. Akar: mengobati demam. Kulit batang: obat penyakit lidah. Daun: mengobati sakit kepala. Buah: mengobati keracunan (Van Welzen & Verheij 1992). 40. Rasamala (Altingia excelsa Noronha.) Pohon Pg: Daun muda sebagai lalab. Ob: Daun dan kulit kayu: mengobati batuk (Rifai & Martawijaya 1998 ). Keterangan: *: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008) Pg: Pangan Ob: Obat

118

Lampiran 9 Potensi tumbuhan pangan fungsional di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 41.

Spesies* Salam (Eugenia polyantha Wight.)

Habitus Pohon

42.

Sengon (Albizia falcataria Backer.)

Pohon

43.

Sirsak (Annona muricata L.)

Pohon

44.

Tupa (Baccaurea dulcis Muell.)

Pohon

Keterangan:

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Daun dan buah dikonsumsi. Ob: Kulit dan daun: obat sakit perut (Heyne 1987). Daun: mengobati mencret, gangguan pencernaan, dan lemah lambung (Depkes 2009). Pg: Buah segar dikonsumsi. Ob: Daun sebagai obat bisul dan anti kanker (Soerianegara & Lemmens 1994 ). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Daun: sebagai obat bisul dan obat kanker (Heyne 1987). Ob: Daun: mengobati bisul, kejang, peluruh keringat, sebagai anti tumor, dan anti kanker (Hamizah 2012). Pg: Buah segar dikonsumsi. Ob: Buah dan daun: meredakan radang mata (Uji 1992).

*: Sumber Pustaka (Rifki 2007 & Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008)

Pg: Pangan

Ob: Obat

119

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka No.

Informasi Dari Masyarakat

Manfaat

Cara Memperoleh

Informasi Dari Pustaka

Pg

Mp

Pb

Fg

Kentang (Solanum tuberosum L.) Padi (Oryza sativa L.)

Fg

Mp

Pb

Fg

Pg

Mp

Pn

Fg

Singkong (Manihot utilissima Pohl.) Ubi jalar (Ipomoea batatas Poir.)

Fg

Mp

Pn

Fg

Fg

Mp

Pn

Fg

Spesies

1.

2. 3.

4. 5.

Sumber Karbohidrat Jagung (Zea mays L.)

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka

Ob: Biji dan bonggol: mengobati kencing batu ginjal, batu empedu, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan ngompol (Heyne 1987). Pg: Biji dikonsumsi diolah terlebih dahulu (Koopmans et al. 1996). Pg: Umbi dikonsumsi. Ob: Umbi: mengobati luka bakar, kencing manis, dan kurang darah. (Flach & Rumawas 1996). Ob: Biji: mengobati diare, rematik, keseleo, gondongan, dan radang kulit (Heyne 1987). Pg: Biji dikonsumsi diolah terlebih dahulu (Vergara & de Datta 1996). Pg: Umbi dikonsumsi. Umbi: mengobati borok, beri-beri, dan penurun panas. (Veltkamp & Bruijn 1999). Pg: Umbi dikonsumsi dioalah terlebih dahulu (Dibiyantoro & Schmelzer 2002). Ob: Daun: daun muda mengobati demam dan sakit kuning. Biji: mengobati sipilis. Akar: mengobati kencing nanah, disentri, dan sebagai pencahar. Minyaknya mengobati sakit kulit dan rematik (Muhammad & Amusa 2005).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

120

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

6.

Spesies Sumber Vitamin dan Mineral Adas (Foeniculum vulgare Mill.)

Informasi Dari Masyarakat

Manfaat

Cara Memperoleh

Informasi Dari Pustaka

Pg

Sy

Pn

Fg

7.

Alpukat (Persea americana Mill.)

Fg

Bu

Pn

Fg

8.

Apel (Pyrus malus L.)

Pg

Bu

Pb

Fg

9.

Aren (Arenga pinnata Merr.)

Fg

Sy

Pn

Fg

10.

Bakung (Crynum asiaticum L.)

Pg

Sy

Pn

Fg

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka

Pg: Buah dan daun dikonsumsi. Ob: Daun, biji, dan buah: sebagai diuretik, aromatik, stimulan dan mengobati sakit perut. Akar: mengobati liver, kolik, dan hernia (Husain et al. 2008). Ob: Buah: mengobati sariawan, kencing batu, darah tinggi, dan kencing manis (Heyne 1987). Pg: Daging buah dikonsumsi (Whiley 1992). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: Melancarkan pencernaan, mengobati anemia, mengurangi gigi berlubang, baik untuk gusi, dan bermanfaat untuk jantung (Heyne 1987). Ob: Buah: mengobati kencing manis dan diare (Iptek 2000). Pg: Umbut, biji, dan nira dikonsumsi. Ob: Akar: menghancurkan batu kandung kemih. Nira dapat mengobati diare, tbc, disentri, dan wasir (Heyne 1987). Ob: Umbut: mengobati demam, menambah nafsu makan, dan sebagai diuretik. Akar: mengobati sakit dada (Endeswari 2004). Pg: Umbut dikonsumsi. Ob: Mengobati serangan binatang berbisa. Daun: mengobati kaki dan lengan bengkak. Buah dan biji: mencegah penularan sakit cacar dengan campuran tepung beras (Heyne 1987). Ob: Daun: mengobati bengkak. Akar: mempermudah proses kelahiran. Batang: Benang-benang seperti rambut dari batang mengobati luka (van Valkenburg & Bunyapraphatsara 2002).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

121

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies 11.

Bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.)

12.

Bayam (Amaranthus tricolor L.)

13.

Informasi Dari Masyarakat Fg

Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

Sy

Pn

Fg

Belimbing hutan Fg Bu Pn (Elaeocarpus oppositifolia Miq.) 14. Belimbing manis Pg Bu Pn (Averrhoa carambola L.) 15. Belimbing wuluh Pg Bu Pn (Averrhoa blimbi L.) Keterangan: Pg : Pangan Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bu : Buah Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Fg

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Rebung direndam dahulu 3 hingga 4 hari. Ob: Rebung: melancarkan pencernaan (Heyne 1987). Ob: Akar: mengobati kencing manis, kencing batu, maag, sakit kuning, ginjal, kanker payudara, limpa, kanker darah, batuk, dan menurunkan darah tinggi. Batang (buluh): meremajakan kulit bekas luka, memperlancar persalinan, dan mengobati panas dalam (Husain et al. 2008). Pg: Daun dikonsumsi sebagai sayuran. Ob: baik untuk anak-anak, ibu menyusui, mengobati demam, pendarahan, anemia, keluhan ginjal, dan bisul (Grubben 1994). Pg: Buah dikonsumsi segar. Ob: Akar, kulit kayu, dan daun: mengobati diabetes dan hipertensi (Ong 2011).

Fg

Pg: Buah dikonsumsi segar. Ob: Buah: mengobati gangguan kulit dan demam (Samson 1992).

Fg

Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah. Ob: mengobati panas dalam dan demam (Samson 1992).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

122

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

16.

Cantik manis (Portulaca grandiflora Hook.)

17.

Ceremai (Phyllanthus acidus L.)

Fg

Bu

Pn

Fg

18.

Ciplukan (Physalis angulata L.)

Fg

Bu

Pn

Fg

19.

Duku (Lansium domesticum Corr.)

Fg

Bu

Pn

Fg

20.

Durian (Durio zibethinus Murr.)

Fg

Bu

Pn

Fg

21.

Jambu biji (Psidium guajava L.)

Fg

Bu

Pn

Fg

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Daun dan tunas muda dapat dimakan mentah. Ob: Daun: sebagai diuretik, sedatif, analgesik, kardiotonik, mengobati rematik, demam, gangguan saluran kemih, cacingan, tonik, disentri, dan dermatitis (Susiarti 1994). Pg: Buah dikonsumsi langsung, campuran sayur, atau manisan (Heyne 1987). Ob: Daun: Mengobati kanker, melangsingkan tubuh, mengobati asma dan sembelit. Akarnya beracun (Van Holthoon 1999). Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah. Ob: Buah dan daun: mengobati diabetes, penyakit kulit, dan pernafasan (Sutanti & Rahayu 2002). Pg: Buah segar dimakan. Ob: Kulit buah: dibakar untuk mengusir nyamuk pergi, disentri, sengatan kalajengking dan malaria. Biji mengobati demam, dan obat cacing. Campur dengan angsana (Pterocarpus indica Willd.) sebagai obat disentri (Yacoob & Bamroongrugsa 1992). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: sebagai penambah stamina tubuh dan beberapa bagian pohon digunakan sebagai obat tradisional (Subhadrabandhu et al. 1992). Pg: Buah dan daun dikonsumsi segar. Ob: Daun: mengobati disentri (Soetopo 1992). Ob: daun: mengobati kencing manis, maag, diare (sakit perut), masuk angin, beser, sariawan, sakit kulit, dan luka baru (Iptek 2000).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

123

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies 22.

23.

Jambu mete (Anacardium occidentale L.) Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.)

Informasi Dari Masyarakat Fg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bu, Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

Pg

Sy

Pn

Fg

24.

Jeruk bali (Citrus maxima Merr.)

Fg

Bu

Pn

Fg

25.

Jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck.)

Pg

Bu

Pb

Fg

26.

Julang-jaling (Archidendron microcarpum Benth.) Kakao (Theobroma cacao L.)

Pg

Sy

Pn

Fg

Pg

Bu

Pn

Fg

27.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Bijinya dikonsumsi “kacang mete/mede”. Ob: semua bagian: mengobati sakit kulit dan obat kumur (Eijnatten 1992.) Pg: Biji dan daun untuk lalap atau disayur. Ob: Daun: mengobati luka terkena irisan, luka sunatan, luka menjadi kering tanpa bernanah, dan mengobati kudis. Buah: sebagai pencuci rambut (Heyne 1987). Ob: Kulit polong: ditumbuk halus dapat dipakai untuk mencuci rambut (Wiriadinata 1994). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: baik untuk kulit dan pencernaan (Heyne 1987). Ob: Daun, bunga, buah, biji: mengobati batuk, demam, dan gangguan lambung (Niyomdham 1992). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: mencegah kedinginan dan menurunkan gula darah (Heyne 1987). Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah (Samson 1992). Pg: Biji dikonsumsi sebagai lalap. Ob: Akar dan tunas: mengobati gatal. Daun: mengobati sakit cacar (Hanum 1998). Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah. Ob: sebagai antioksidan, mengobati wasir, pusing, dan tekanan darah rendah (Wessel & Toxopeus 2000).

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

124

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

28.

Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.)

29.

Kapelom (Mangifera parvifolia Boerl. & Koord.) Katuk (Sauropus androgynus L. Merr.)

Fg

Bu

Pn

Fg

Fg

Sy

Pn

Fg

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus Dc.) Kekara (Phaseolus lunatus L.) Kelapa (Cocos nucifera L.)

Fg

Sy

Pn

Fg

Pg

Sy

Pn

Fg

Fg

Sy

Pn

Fg

30.

31.

32. 33.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Tangkai dan daun. Ob: Daun: mengobati disentri dan sebagai tonik. Akar: dikonsumsi sebagai pencahar, memiliki efek menenangkan saraf seperti susah tidur dan stres, mengobati sakit kepala, batuk, kurap dan keputihan (Dibiyantoro & Schmelzer 2002). Pg: Buah dikonsumsi segar. Ob: Biji: mengobati gatal-gatal (Priyadi et al. 2010). Pg: Tangkai dan daun dikonsumsi. Ob: Tangkai dan daun mengobati demam, gangguan kemih, dan baik untuk ibu menyusui (Van den Bergh 1994). Pg: Daun, buah, bunga, biji, dan umbi. Ob: Daun: mengobati mata bengkak dan telinga berlendir (Heyne 1987). Pg: Polong, daun, dan bunga dikonsumsi. (Khan 1994). Pg: biji dan daun: dikonsumsi segar atau bahan olahan. Ob: Biji dan daun: sebagai obat pelangsing (Baudoin 1992). Pg: Buah, nira, dan umbut. Akar: sebagai antipiretik. Diuretik, dan mengobati penyakit kelamin. Buah: air kelapa muda merupakan diuretik, laksatif, anti-diare dan penetral racun. Minyak: mengobati penyakit kulit dan gigi. Biji: Biji dari buah muda diusapkan pada perut mengobati diare, bisul dan membran cairan hidung (Ohler & Magat 2002).

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

125

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

34.

Kemangi (Ocimum sanctum L.)

35.

Kokosan (Lansium domesticum var. aqueum (Jack) Miq.) Kol (Brassica oleracea var. capitata L.) Kopi (Coffea arabica L.)

Pg

Bu

Pn

Pg

Pg

Sy

Pb

Pg

Fg

Bu

Pn

Fg

Labu siam (Sechium edule Sw.) Lansat (Lansium domesticum var. pubescens Koord.)

Pg

Sy

Pb

Pg

Fg

Bu

Pn

Fg

Lengkeng (Euphoria longana Lamk.)

Pg

Bu

Pb

Fg

36.

37.

38. 39.

40.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Daun dikonsumsi. Ob: Daun: sebagai obat tetes telinga yang bernanah, mengobati sariawan, encok, dan kaki bengkak (Heyne 1987). Ob: Daun, tangkai, bunga: mengobati batuk, daun ditumbuk tempelkan pada pelipis mata mengobati katarak, rematik, dan berpotensi mengobati kanker (Sunarto 1994). Pg: Buah segar dikonsumsi. Ob: Biji: mengobati diare, disentri, gangguan usus, dan malaria. Kulit kayu: mengobati sengatan kalajengking (S Sastrapradja & Mien 1992). Pg: Daun segar dikonsumsi (Van der Vossen 1994).

Pg: Biji dikonsumsi diolah terlebih dahulu. Ob: Sebagai stimulan, diuretik, obat batuk, dan peluruh air seni (Van der Vosen et al. 2000). Pg: Buah, daun muda, dan tunas dikonsumsi (Engels & Jeffrey 1994). Pg: Buah segar dikonsumsi. Ob: Kulit buah dan biji: obat anti diare dan menurunkan demam. Kulit kayu: mengobati gigitan serangga berbisa, mengusir nyamuk dengan cara dibakar, dan obat disentri. Biji: mengobati malaria (Heyne 1987; Sastrapradja & Mien 1992). Pg: Buah segar dikonsumsi. Biji : obat sakit borok. Daging buah: obat penenang. Pg: Buah: dikonsumsi segar (Choo & Saichol 1992).

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

126

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bu

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

41.

Mangga (Mangifera indica L.)

42.

Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pg

Bu

Pn

Fg

43.

Melinjo (Gnetum gnemon L.)

Fg

Sy

Pn

Fg

44.

Mentimun (Cucumis sativus L.)

Fg

Sy

Pn

Fg

45.

Nanas (Ananas comosus Merr.)

Fg

Bu

Pn

Fg

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah, daun muda dan coklat dikonsumsi. Ob: bunga dan kulit berfungsi sebagai astringent. Ekstrak buah mentah, kulit batang, dan daun mengandung antibiotik (Sukonthasing et al. 1992). Kulit batang dan buah: sebagai astringen, mengobati sakit gigi, sakit gusi, sakit tenggorokan, dan penyakit kulit. Akar dan kulit batang: mengobati diare, dan disentri (Muhamammad & Amusa 2005). Pg: Buah dikonsumsi segar. Ob: Kulit: anti kanker, mengobati gondok, wasir, penayakit kulit, dan menyembuhkan luka (Heyne 1987). Ob: Kulit buah dan kulit kayu sebagai obat tradisional (Verheij 1992). Pg: Daun muda, bunga, buah sebagai sayur. Biji: dikonsumsi sebagai makanan kecil (emping). Ob: Daun: baik untuk ibu hamil agar mudah melahirkan dan mengobati sakit mata. Kulit: peluruh air seni (Verheij & Sukendar 1992). Pg: Buah dan daun dikonsumsi langsung. Ob: Buah: mencegah dehidrasi, anti kanker, melancarkan pencernaan, dan menstabilkan tekanan darah (Heyne 1987). Pg: Buah dikonsumsi sebagai sayur (Gildemacher & Jansen 1994). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: Diuretik (peluruh kemih), obat cacing, dan obat keguguran (Heyne 1987). Pg: Buah dikonsumsi segar (Wee & Thongtham 1992).

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

127

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bu

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

46.

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)

47.

Nuna belanda (Annona reticulata L.)

Fg

Bu

Pn

Fg

48.

Oyong (Luffa acutangula Roxb.)

Fg

Sy

Pn

Fg

49.

Pakis sayur (Diplazium esculentum Swartz.)

Pg

Sy

Pn

Fg

50.

Pegaga (Centella asiatica (L.) Urban.)

Fg

Sy

Pn

Fg

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah dan daun muda dikonsumsi. Ob: Biji: sebagai pendingin, tonik, mengatasi efek alkohol, dan aprodisiak. Kulit: memiliki sifat obat penenang dan empulur digunakan untuk aborsi. Akar: mengobati sakit kulit, asma, batuk, dan diare (Soepadmo 1992). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Kulit: mengobati demam, penyakit diare, pembesaran limfa, dan disentri (Heyne 1987). Daun: obat bisul, encok, sakit kulit. Biji dan kulit batang: mengobati mencret (Depkes 2009). Pg: Daun: sebagai lalaban. Buah: sebagai lalaban atau sayur, terlebih dahulu direbus. Ob: Daun: mengobati demam (Heyne 1987). Pg: Buah dan daun dikonsumsi (George & Nissen 1992). Pg: Tangkai dan daun dikonsumsi sebagai sayur. Ob: Daun: sebagai tonik, baik digunakan setelah melahirkan, mengobati dahak berdarah, batuk, demam. Rimpang: mengobati diare dan disentri (Hovenkamp & Kalsom 2003). Pg: Buah dan biji dikonsumsi (Hargono et al. 1999). Ob: Daun: sebagai tonik rambut, stimulant otak, diuretik, mengobati luka, dan maag. (Husain et al. 2008).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

128

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Fg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bu, Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

51.

Pepaya (Carica papaya L.)

52.

Petai (Parkia speciosa Hassk.)

Pg

Sy

Pn

Fg

53.

Petai cina (Leucaena glauca Benth.)

Pg

Sy

Pn

Fg

54.

Pisang (Musa paradisiaca L.)

Pg

Bu

Pn

Fg

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah, bunga, dan daun dikonsumsi segar atau diolah. Ob: Biji: digunakan sebagai vermifuge, diuretik, untuk aborsi dan mengobati jantung (Villegas 1992). Ob: Akar dan kulit batang: kencing nanah dan sipilis. Getah: mengobati demam, beri-beri, sakit perut dan sebagai anthelmintik (Muhammad & Amusa 2005). Pg: Daun, bunga, dan biji. Ob: Biji : mengobati penyakit hati, edema (sembap), radang ginjal (nefritis), diabetes, dan anthelmintik. Daun mengobati ikterus (sakit kuning) (Yusuf & Zuhud 2002). Ob: akar: mengobati diabetes dan hipertensi (Ong 2011). Pg: Daun, buah, dan biji. Ob: Biji: sebagai peluruh air seni dan obat cacing. Ob: daun dan biji: mengobati kencing manis, cacingan, gairah seks, luka segar dan bengkak (Heyne 1987; Iptek 2000). Pg: Buah: dikonsumsi segar atau bentuk olahan. Bunga jantan: dikonsumsi sebagai sayur. Ob: Buah: mengobati haemoptisi dan diabetes. Daun: daun muda mengobati sakit dada. Batang: cairannya mengobati infeksi saluran kencing, disentri, diare, dan kebotakan. Dalam bentuk bubuk mengobati anemia dan kekurangan gizi (Verheij & Coronel 1992).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

129

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bu

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

55.

Pisang ambon (Musa paradisiaca sapientum L.)

56.

Pisang kapok (Musa brachycarpa Backer.)

Fg

Bu

Pn

Fg

57.

Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

Pg

Bu

Pn

Fg

58.

Salak (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) Santigi (Pemphis acidula Forst.)

Fg

Bu

Pb

Fg

Fg

Sy

Pn

Sawi (Brassica rugosa Prain.)

Pg

Sy

Pb

59.

60.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Fg

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: baik untuk pencernaan (Heyne 1987). Ob: Buah: mengobati ambeien dan cacar air. Bonggol: mengobati disentri. Tunas: mengobati pendarahan usus besar. Buah: mengobati diare (Iptek 2000). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah: mengobati diare, pendarahan, selaput usus berlendir, rasa pedih pada tenggorokan, penyubur rambut, dan amandel (Iptek 2000). Pg: Buah dikonsumsi segar dan direbus. Ob: Buah: sebagai astringent, anthelmintik, dan mengobati sakit perut. Akar: mengobati demam. Kulit batang: obat penyakit lidah. Daun: mengobati sakit kepala. Buah: mengobati keracunan (Van Welzen & Verheij 1992). Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah (Schuiling & Mogea 1992). Pg: Daun dikonsumsi. Ob: Daun: sebagai antibakteri, mengobati luka, dan mengurangi rasa sakit (Samidurai & Saravanakumar 2009). Pg: Daun dikonsumsi. Ob: Akar: mengobati gatal pada tenggorokan saat batuk. Biji: melancarkan haid, mengobat sipilis, mengobati batu empedu, dan bahan jamu untuk nifas (Heyne 1987). Ob: Seluruh bagian: mengobati batuk, panas, reumatik, dan sakit tenggorokan (Iptek 2000).

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

130

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies 61. 62.

Sawo (Manilkara kauki Dubard.) Selasih (Ocimum basilicum L.)

Informasi Dari Masyarakat Fg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bu

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

Fg

Bu

Pb

Fg

63.

Semangka (Citrullus vulgaris Schrad.)

Pg

Bu

Pb

Fg

64.

Sintrong (Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moor.) Sirsak (Annona muricata L.)

Pg

Sy

Pn

Fg

Fg

Bu

Pn

Fg

65.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah: dikonsumsi segar. Ob: Buah: mengobati mencret dan disentri (Tantra et al. 1994). Pg: Biji dikonsumsi. Ob: daun: sebagai antiseptik, stimulan, diuretik, aromatik, ekspektoran, tonik, menurunkan tekanan darah, mengobati panas dalam, mengobati bronkitis, maag dan infeksi pada mulut. Biji: mengobati kencing nanah. Akar: mengobati malaria, batuk, demam, diare, dan sakit perut (Husain et al. 2008) Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Kulit kayu: mengobati darah tinggi, radang ginjal, sulit buang air kecil, dan melancarkan buang air besar (Heyne 1987). Biji: sebagai obat cacing. Buah: obat penurun panas pada anak (Depkes 2009). Pg: Daun dikonsumsi. Ob: Daun dan batang: mengobati gangguan perut, sakit kepala, dan luka (Heyne 1987). Ob: Daun: sebagai anti malaria dan demam (Kongsaeree 2002; Wijaya et al. 2011). Pg: Buah dikonsumsi segar atau diolah. Ob: Daun: sebagai obat bisul dan obat kanker (Heyne 1987). Daun: obat bisul, kejang, dan peluruh keringat. Ob: Daun: digunakan sebagai anti tumor dan anti kanker (Hamizah 2012).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

131

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Fg

Manfaat

Cara Memperoleh

Sy

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

66.

Takokak (Solanum torvum Swartz.)

67.

Tebu (Saccharum officinarum L.) Terong (Solanum melongena L.)

Fg

Bu

Pn

Fg

Pg

Sy

Pb

Fg

69.

Tomat (Solanum lycopersicum L.)

Pg

Bb, Bu

Pb

Fg

70.

Tupa (Baccaurea dulcis Muell. Arg.) Wortel (Daucus carota L.)

Pg

Bu

Pn

Fg

Pg

Sy

Pb

Fg

68.

71.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah dan biji: dikonsumsi mentah atau sebagai sayuran. Akar: mengobati kulit kaki pecah-pecah, mengobati sakit gigi, sebagai penangkal terhadap sengatan gigitan ular dan serangga. Buah: megurangi sakit pada perut (Boonkerd et al. 1994). Pg: Batang: air dari batang tebu dikonsumsi segar. Ob: Batang : batuk, pegal linu, obat kuat. (Flach & Rumawas 1996). Pg: Buah muda dikonsumsi. Ob: Buah: abu buah mengobati wasir. Akar: digunakan pada ulserasi, mengobati diabetes, asma, kolera, dan bronkitis. Buah segar dan daun: mengurangi kolesterol darah (Sutarno et al. 1994). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Buah dan daun: baik untuk gusi, pencernaan, mengobati luka, dan baik untuk wajah (Heyne 1987). Daun: mengobati sakit telinga, dan sebagai antibiotik. Buah: baik untuk kemih (Muhammad & Amusa 2005). Pg: Buah segar dikonsumsi. Ob: Daun: meredakan radang mata (Uji 1992). Pg: Umbi dikonsumsi. Ob: Umbi: mengobati batuk, hipertensi, demam pada anak, dan luka bakar (Heyne 1987). Umbi: mengobati tekanan darah tinggi dan menjaga kesehatan mata (Depkes 2009).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

132

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat

Manfaat

Cara Memperoleh

Informasi Dari Pustaka

Keterangan Manfaat Dari Pustaka

Sumber Protein 72.

Buncis (Phaseolus vulgaris L.)

Pg

Kc

Pb

Fg

73.

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) Kacang panjang (Vigna sinensis Endl.) Kacang tanah (Arachis Hypogaea L.)

Pg

Kc

Pb

Fg

Pg

Kc

Pb

Fg

Pg

Kc

Pb

Fg

Fg

Bm

Pn

Fg

74. 75.

Pg: Buah dan biji dikonsumsi. Ob: Buah dan biji: mengobati kencing manis dan pelancar asi (Heyne 1987). Pg: Daun dan biji: dikonsumsi sebagai sayur-sayuran (Smartt 1992). Pg: Biji dikonsumsi. Ob: Biji: mengobati beri-beri (Heyne 1987). Pg: Biji dikonsumsi diolah terlebih dahulu (Siemonsma & Na Lampang 1992). Pg: Biji dan buah: dikonsumsi sebagai sayuran. Ob: Daun : peluruh air seni. (Grubben 1994). Pg: Biji dikonsumsi. Ob: Daun, buah, dan biji: menstabilkan gula darah, kolesterol, menurunkan berat badar, dan anti kanker (Heyne 1987). Pg: Biji dikonsumsi segar atau bahan olahan (Shorter & Patanothai 1992).

Bahan Minuman 76.

77.

Aren (Arenga pinnata Merr.)

Asam jawa Fg Bm Pn (Tamarindus indica L.) Keterangan: Pg : Pangan Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bu : Buah Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Fg

Pg: Umbut, biji, dan nira dikonsumsi. Ob: Tunas muda: mengobati demam, menambah nafsu makan, dan sebagai diuretik. Akar: mengobati sakit perut dan sakit dada (Endeswari 2004). Ob: Akar: sebagai penambah dara. Air nira: sebagai penambah stamina (Kartikawati & Akbar 2009). Pg: Biji: dikonsumsi segar atau bahan olahan. Ob: Buah: mengobati batuk, sariawan, jerawat, bisul, borok, dan eksim. (Coronel 1992)

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

133

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Fg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bm

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

78.

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

79.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.)

Fg

Bm

Pn

Fg

80.

Kopi (Coffea arabica L.)

Fg

Bm

Pn

Fg

Fg

Bb

Pn

Fg

Fg

Bb

Pb

Fg

Fg

Bb

Pb

Fg

81.

82.

83.

Bahan Pelengkap/ Penyedap Asam jawa (Tamarindus indica L.) Bawang merah (Allium cepa L.)

Bawang putih (Allium sativum L.)

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Rimpang dikonsumsi sebagai bumbu. Ob: Rimpang: Mengobati pembengkakan, rematik, sakit kepala, luka, dan bisul (Sutarno et al. 1999). Pg: Buah dan daun dikonsumsi. Ob: Buah: cairannya untuk membersihkan kulit kepala, mata, badan, batuk, dan mencret (Heyne 1987). Pg: Buah dan daun dikonsumsi (Sethpakdee 1992). Pg: Biji.dikonsumsi diolah terlebih dahulu. Ob: Biji: sebagai stimulan, diuretik, obat batuk, dan peluruh air seni (Van der Vosen et al. 2000).

Pg: Buah dan biji dikonsusmsi. Buah: mengobati batuk, sariawan, jerawat, dan penyakit kulit. Pg: biji: dikonsumsi segar atau bahan olahan (Coronel 1992) Pg: Umbi: dikonsumsi sebagai bumbu. Ob: Umbi: digunakan sebagai diuretik, menekan tingkat gula darah, sakit kepala, obat penurun panas, mengobati luka, sakit telinga, dan merangsang nafsu makan (Van der Meer & Leong 1994). Pg: Umbi dikonsumsi sebagai bumbu. Ob: Umbi: mengobati sakit kepala, gigitan serangga, rematik, sakit gigi, dan obat penurun panas (Van der Meer & Permadi 1994).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

134

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bb

Pb

Informasi Dari Pustaka Fg

84.

Cabai merah (Capsicum annum L.)

85.

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

Pg

Bb

Pb

Fg

86.

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Fg

Bb

Pn

Fg

87.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.) Jeruk purut (Citrus hystrix Dc.)

Fg

Bb

Pn

Fg

Pg

Bb

Pb

Fg

Kemangi (Ocimum sanctum L.)

Pg

Bb

Pn

Fg

88.

89.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Ob: Daun: obat luar pada bisul batu dan penyakit perut bagian bawah (Heyne 1987). Pg: Biji: dikonsumsi kering, segar, atau diolah sebagai bumbu (Heyne 1987; Poulus 1994). Ob: Buah dan biji: menghangatkan, mengobati sakit perut, rematik, sakit tenggorokkan, dan saluran pencernaan (Heyne 1987). Pg: Biji: dikonsumsi kering, segar, atau diolah sebagai bumbu (Heyne 1987; Poulus 1994). Pg: Rimpang dikonsumsi sebagai bumbu. Ob: Rimpang: Mengobati pembengkakan, rematik, sakit kepala, luka, dan bisul (Sutarno et al. 1999). Ob: Buah: cairannya untuk membersihkan kulit kepala, mata, badan, batuk, dan mencret (Heyne 1987). Pg: Buah dan daun dikonsumsi (Heyne 1987; Sethpakdee 1992). Pg: Kulit buah dan daun dikonsumsi. Ob: Buah: untuk membersihkan rambut, dan campuran godogan obat-obatan (Heyne 1987). Ob: buah: sebagai obat batuk. Kulit buah dan daun: sebagai penyedap masakan, antiseptik, dan. Daun: sebagai stimulan dan penyegar (Iptek 2000). Pg: Daun dikonsumsi. Ob: Daun, tangkai, dan bunga: mengobati batuk, daun ditumbuk tempelkan pada pelipis mata mengobati katarak, rematik, dan berpotensi mengobati kanker (Sunarto 1994).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

135

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Fg

Manfaat

Cara Memperoleh

Rp

Pn

Informasi Dari Pustaka Fg

90.

Kemiri (Aleurites moluccana Willd.)

91.

Kencur (Kaempferia galanga L.)

Fg

Bb

Pn

Fg

92.

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Fg

Bb

Pn

Fg

93.

Lada (Piper nigrum L.) Laos (Alpinia galanga (L.) Sw.)

Fg

Rp

Pb

Fg

Fg

Bb

Pn

Fg

94.

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Biji sebagai rempah. Ob: Biji: obat pencahar, minyak dari biji mengobati linu panggul, mengatasi kerontokan rambut, sakit kepala, demam, bisul, sendi bengkak, dan sembelit. Daun: mengobati kencing nanah dan sakit kepala (deGuzman & Siemonsma 1999). Pg: Daun dan rimpang: dikonsumsi segar atau diolah sebagai bumbu. Ob: Rimpang: mengobati rematik, sakit kepala, malaria, menurunkan darah tinggi, bengkak, maag, keseleo, dan asma. Daun atau rimpang dikunyah untuk mengobati batuk dan sakit tenggorokan (Ibrahim 1999). Pg: Rimpang dikonsumsi. Ob: Rimpang: sebagai stimulant, mengobati sakit perut, tipes, sakit kuning, menstruasi, infeksi kemih, sakit dada, sakit punggung, katarak, dan penyakit pada hati (Wardini & Prakoso 1999). Ob: Rimpang: mengobati penyakit kuning, sakit mata, dan sakit kulit (Muhammad & Amusa 2005). Pg: Buah sebagai rempah. Ob: Daun: mengobati sakit gigi (Waard & Anunciado 1999). Pg: Rimpang: dikonsumsi sebagai bumbu. Bunga dikonsumsi mentah atau diawetkan dengan sayuran lain menjadi acar. Ob: Rimpang: baik untuk wanita nifas, mengobati sakit kulit, dan demam (Heyne 1987). Rimpang: obat panu, pelancar haid (Depkes 2009).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

136

Lampiran 10 Pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No.

Spesies

Informasi Dari Masyarakat Pg

Manfaat

Cara Memperoleh

Bb

Pn

Informasi Dari Pustaka Pg

95.

Lubi-lubi (Flacourtia inermis Roxb.)

96.

Rampai (Cardiospermum halicacabum L.)

Fg

Bb

Pn

Fg

97.

Tomat (Solanum lycopersicum L.)

Pg

Bb, Bu

Pn

Fg

Keterangan: Pg : Pangan Bu : Buah

Ob: Obat Fg : Fungsional Mp: Makanan pokok Bm: Bahan minuman Bb: Bumbu Rp : Rempah

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah: buah masak dapat dimakan mentah. Ob: Buah: mengobati diare dan disentri. Daun: mengobati kelopak mata yang meradang. Akar: baik untuk wanita setelah melahirkan (Sunarjono 1992). Pg: Buah dikonsumsi. Ob: Akar: memiliki daya diuretik dan sedikit pencahar, mengobati sakit saluran kencing. Daun: mengobati sakit kepala. Getah: mengobati kulit. (Heyne 1987). Buah dan daun: digunakan sebagai antibakteri (Mariyappan 2011). Pg: buah: dikonsumsi segar atau bahan olahan. Ob: Buah: mengobati demam, jerawat, wasir, sembelit, lambung, sembelit, radang usus buntu, radang gusi, gusi berdarah, sariawan, demam, dan rematik (Iptek 2000).

Kc: Kacang-kacangan Sy: Sayur-sayuran Pb: Pembelian Pn: Pengambilan

137

Lampiran 11 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan RayaWan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka No. 1.

Spesies Alang-alang (Imperata cylindrica L.)

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Ob: Akar: memiliki daya diuretik, peluruh air seni (Heyne 1987; Depkes 2009).

2.

Angsana (Pterocarpus indicus Willd.)

3.

Asam kandis (Garcinia pavifolia Miq)

4.

Bambu kuning Schrad.)

Ob: Kulit: mengobati sariawan. Batang: mengobati buang air besar berdarah. Daun: mengobati bisul, mengobati penyakit buta, kudis, dan menyuburkan rambut (Heyne 1987). Ob: Daun: mengobati kencing manis dan menurunkan kadar gula darah (Priyadi et al. 2010). Pg: Buah digunakan sebagai sedapan atau hidangan sambal dengan nasi. Ob: Buah: mengobati rematik, sakit telinga, dan mengurangi nafsu makan (Heyne 1987). Pg: Buah: dikonsumsi segar atau bentuk olahan dan sebagai rempah. Ob: Buah: buah kering mengobati empedu dan pelangsing. Kulit batang jantan: sebagai anti kanker (Indriati & Soraya 2009). Pg: Rebung: Rebung dikonsumsi tetapi jarang dijual sebagai sayuran. Ob: Batang: air dari batang direbus digunakan sebagai obat hepatitis (Dransfield & Widjaja 1995). Ob: Rebung : mengobati sakit kuning dan bengkak (Depkes 2009).

5.

Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

6.

Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)

7.

Benalu (Henslowia frustescens Champ.)

Ob: Akar: mengobati demam. Daun: mengobati sakit dada, dan akit mata (Heyne 1987). Daun mengobati luka segar, wasir, dan sakit perut (Heyne 1987; Depkes 2009). Ob: Rimpang: mengobati masuk angin, sakit perut, penyakit kuning, sakit kepala, melangsingkan tubuh dan mengecilkan perut wanita setelah melahirkan (Heyne 1987; Permadi 2008). Ob: Rimpang: mengobati nyeri sendi, cacingan, radang selaput mata, lemah jantung, gangguan saraf (Permadi 2008). Ob: Anti-inflamasi, anti-bakteri, anti-pembengkakan (Depkes 2009).

8.

Berenuk (Crescentia cujete L.)

Ob: Daun dan buah: Digunakan sebagai obat yang memiliki sifat diuretik (Dibiyantoro 2002).

9.

Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.)

Ob: Daun dan batang: mengobati rematik, malaria, dan anti bakteri. Batang: mengobati sakit kulit, luka, gatal-gatal, demam malaria, cacar, penyakit kuning, dan borok (Yusuf et al. 1999). Daun dan batang: mengobati kencing manis, demam, sakit perut, sakit kuning, sakit punggung dan pinggang. Batang: mengobati gatal-gatal (Kresnady 2003). Ob: Daun: obat tetes mata dan membersihkan mata (Heyne 1987). Daun: sebagai obat luka (Depkes 2009).

10.

Bunga katarak (Wild.) Presl.) Keterangan: Pg: Pangan

(Bambusa

(Isotoma

vulgaris

longiflora

Ob: Obat

138

Lampiran 11 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No. 11.

12.

Spesies Capa (Blumea balsamifera L.)

13.

Capa khahuy (Allophylus cobbe (L.) Raeusch.) Cempaka (Michelia champaca L.)

14.

Cengol (Arcangelisia flava Merr.)

15. 16.

Dadap serep (Erythrina lithosperma Miq.) Gadung (Dioscorea hispida Dennst.)

17.

Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

18.

Jeringau (Acorus calamus L.)

19.

Kamboja (Plumeria acuminata Ait.)

Keterangan:

Pg: Pangan

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Ob: Daun dan bunga: mengobati asma dan bronkitis. Daun: mengobati luka, bisul, sakit mata, sebagai stimulan, diuretik, dan baik untuk wanita yang baru melahirkan (Alonzo 1999 & Sirait 2009). Daun: mengobati rematik, nyeri haid, influenza, demam, batuk, diare, sariawan, penambah nafsu makan, dan kencing manis (Sirait 2009). Pg: Buah dimasak dahulu sebelum dikonsumsi. Ob: Daun: obat kulit, seperti jerawat dan mencegah kanker (Irwanto 1998). Ob: Biji: minyak biji sebagai antibakteri. Kulit batang dan daun: Rebusan kulit atau daun baik digunakan setelah melahirkan. Kulit batang: obat penurun panas. Bunga: mengobati kusta. Daun: mengobati kolik (Dasuki 1998). Ob: Batang: Mengobati penyakit kuning, cacingan, panas, gangguan pencernaan, keluhan usus, penurun panas perut, ekspektoran, tonik, obat sariawan dan abortivum. Kulit batang: Mengobati luka, borok dan iritasi kulit. Kikisan kulit kayu untuk mengobati cacar, mengobati sakit kuning dicampur lemon dan sere (Mandia et al. 1999). Ob: Kulit: cairan dari kulit mengobati demam, mengobati sakit mata, digunakan oleh wanita bersalin, cairan dari daun baik untuk ibu menyusui (Heyne 1987; Depkes 2009). Pg: Umbi dikonsumi. Ob: Umbi: mengobati dermatosis (kusta, borok, dan kapalan), sipilis, rematik, dan diabetes (Heyne 1987; Priyadi et al. 2010). Pg: Bahan permen karet. Ob: Daun dan getah: mengobati diare (Heyne 1987). Ob: Biji: Obat cacing, asam urat, sakit telinga, sakit gigi, eksim, kudis, dan bisul. Daun: mengobati diare, batuk, rematik, dan sebagai antiparasitik. Kulit kayu: mengobati memar, dikunyah sebagai obat untuk bisa ular atau binatang lainnya. Akar kulit kayu: mengobati rematik (Susiarti et al. 1999). Ob: Daun: mengobati demam dan sipilis. Akar: mengobati kencing nanah (Muhammad & Amusa 2005). Ob: Rimpang: mengobati diare, disentri, rematik, demam, gangguan perut, kolik, dan pencernaan (Dzu 1999). Rimpang : obat penenang, lambung, dan limpa (Depkes 2009). Ob: Kulit batang: mengobati sakit bengkak dan kencing nanah. Getah: mengobati gusi bengkak, sakit gigi, dan pencahar. Daun: mengobati bengkak (Heyne 1987). Ob: Akar: mengobati kencing nanah. Kulit: mengobati frambusia, bengkak. Daun: mengobati bisul (Iptek 2000).

Ob: Obat

139

Lampiran 11 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No. 20.

Spesies Katang (Ipomoea pes-caprae Roth.)

21.

Kelor (Moringa oleifera Lamk.)

22.

Ketepeng (Cassia alata L.)

23.

Khadang suluh (Stachytarpheta indica L.)

24.

Khakhebing (Ficus fistulosa Reinw. Ex Blume.) Kheda (Erythrina variegata L.)

25.

26. 27.

Keterangan:

Ki teja (Cinnamomum iners Reinw. Ex Blume.) Kumbang pogoh (Lantana camara L.)

Pg: Pangan

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Ob: Daun: sebagai tonik, memiliki sifat diuretik dan pencahar, dan mengobati sakit kulit. Akar: rebusan akar mengurangi iritasi yang disebabkan oleh infeksi kandung kemih (Dibiyantoro 2002). Pg: Buah sebagai sayur dan buah setengah matang dari rebusan dikonsumsi langsung. Ob: Akar: campur dengan akar pepaya mengobati bengkak. Kulit: mengobati demam, campur dengan kapur mengobati penyakit gemetaran pada kepala dan tangan. Getah: mengobati masuk angin. Daun: mengobati kurap pada anak-anak (Heyne 1987). Akar: mengobati kejang, gusi berdarah, sakit gigi, haid tidak teratur, dan pusing. Daun: mengobati sesak nafas dan encok (Depkes 2009). Biji: mengobati muntah dan beri-beri (Heyne 1987; Depkes 2009). Pg: Daun: sebagai lalapan. Polong: mentah ataupun direbus sebagai lauk pauk (Heyne 1987). Ob: Daun: mengobati herpes, kudis, dicampur dengan jeruk nipis mengobati sakit kurap, cacingan dan diare (Heyne 1987; Iptek 2000). Ob: Daun dan akar: sebagai tonik, emetik, ekspektoran, stimulan, pencahar, mengobati sakit kepala, sakit telinga, malaria, sakit kuning, sipilis, dan disentri. Daun: mengobati malaria dan gangguan atau luka hidung. Akar: mengobati kencing nananh (Iptek 2000). Pg: Pucuk muda dan buah dikonsumsi. Ob: Daun: pengganti candu dan obat bius (Heyne 1987). Ob: Akar: mengobati sariawan (Sangat et al. 2001). Pg: Daun tua dan biji dikonsumsi. Ob: Kulit kayu: campur dengan pinang (Areca catechu) mengobati buang air besar darah. Daun: sebagai obat tidur nyenyak pada anak dan pelancar air susu. Daun dan bunga: melancarkan haid. Biji: mengobati gigitan ular berbisa (Heyne 1987). Ob: Kulit batang: mengobati asma, batuk, rematik, sebagai antipiretik, dan mengobati sakit pada hati. Kulit batang dan daun: mengobati disentri, mastitis, dan sebagai ekspektoran. Biji: mengobati kanker (Na-Songkhla 1997). Ob: Kulit kayu: mengobati kolera dan sembelit (deGuzman & Siemonsma 1999). Ob: Daun: mengobati rematik, sembelit, obat penurun panas, meredakan selaput lendir di hidung, stimulan, dan bronkitis. Akar: mengobati sakit gigi, sakit kepala, kencing nanah, dan keputihan (Windadri & Valkenburg 1999).

Ob: Obat

140

Lampiran 11 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No. 28.

Spesies Kumis kucing (Orthosiphon grandifolus Bold.)

29.

Lagun (Vitex trifolia L.)

30.

Mada (Macaranga tanarius Mull. Arg.)

31. 32.

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

33.

Pacing (Costus speciosus (Koenig) Sm.)

34.

Paku semalang (Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm.)

35.

Pecah beling (Storbilanthes crispus Bl.)

36.

Pelawi (Alstonia scholaris L.)

Keterangan:

Pg: Pangan

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Ob: Daun: mengobati batu ginjal, radang selaput lendir pada kandung kemih, ginjal, batu empedu, diabetes, infeksi bakteri, dan diuretik (Dzulkarnain et al. 1999). Ob: mengobati sakit pinggang dan susah kencing (Kartikawati & Akbar 2009). Ob: Kulit batang, daun, buah, dan akar: sebagai diuretik, mengobati gangguan usus, rematik, dan inflamasi. Daun: mengobati dermatitis dan eksim (Capareda 1999). Ob: Daun: mengobati cacingan, demam nifas, tipus, haid tidak teratur, peluruh air seni, dan peluruh keringat (Depkes 2009). Ob: Akar: mengobati diare, disentri, demam, dan baik digunakan setelah melahirkan (Lim 1998). Ob: Kulit buah dan buah: menghilangkan gatal, anti kanker, disentri, dan jerawat. Daun dan biji: mengobati penyakit kulit (Heyne 1987). Daun: obat eksim. Kulit buah: obat disentri (Depkes 2009). Ob: Kulit kayu: sebagai tonik, antiseptik kulit, mengobati bisul, dan luka. Daun: mengobati disentri, diare, kolik, mual, kejang-kejang, dan sebagai tonik dan antiseptik. Buah: sebagai diuretik, mengobati encok, asma, dan gangguan pernapasan (Groenendijk 1992). Pg: Daun muda dan tunas lunak direbus dengan santan. Ob: Rimpang: baik untuk wanita setelah melahirkan. Kulit batang: mengobati panas, mata, penyakit cacar, danmenyuburkan rambut (Heyne 1987). Rimpang: mengobati urus-urus, kencing nanah, sipilis, infeksi mata, dan sebagai kontrasepsi. Daun: mengobati disentri, luka gigitan serangga (Depkes 2009). Pg: Tepung rimpangnya dan daun muda dikonsumsi. Ob: Rimpang: menghentikan keluarnya darah setelah keguguran dan dicampur kacang hijau mengobati beriberi. Daun: rebusan daunnya diberikan pada wanita hamil, mengobati sakit punggung, muntah darah karena racun, demam tinggi, dan sakit perut. Batang: mengobati batuk dan sakit perut (Winter & Jansen 2003). Ob: Rimpang: mengobati sakit kulit dan infeksi kulit (Thomas 2011). Ob: daun: mengobati tumor, kencing manis, sakit kuning, ambeien (wasir); kolesterol, dan maag (Iptek 2000). Ob: Kulit batang: sebagai obat penurun panas, tonik, astringent, mengobati bisul, rematik, anti disentri, bronkitis, nyeri perut, demam, haid tidak teratur, diare, dan menguatkan lambung, campur dengan cuka mengobati limfa bengkak, obat wanita setelah melahirkan, obat cacing, malaria, luka-luka, dan radang sendi. Akar: menghilangkan perih pada dada dan badan. Daun: mengobati beri-beri (Teo 2002).

Ob: Obat

141

Lampiran 11 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No. 37.

Spesies Pinang (Areca catechu L.)

38.

Puding Griff.)

39.

Pulus (Laportea stimulans Miq.)

40.

Randu (Ceiba pentandra L.)

41.

43.

Rayutan (Derris scandens (Roxb.) Benth.) Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumacher.) Rumput jarum (Cyperus rotundus Retz.)

44.

Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)

45.

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Sasenung (Justicia gendarussa Burm. F.)

42.

46.

Keterangan:

(Graptophyllum

Pg: Pangan

pictum

(L.)

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: Buah: Sebagai appetizer. Daun: sebagai lalab. Bunga: digunakan untuk salad. Ob: Biji, kulit batang, daun, tunas muda: sebagai astringent, tonik, mengobati diare, gangguan kemih, edema, sakit pinggang, dan baik untuk pencernaan. Biji: sebagai stimulan, tunggal ataupun dicampur sirih (Piper betle). Akar: mengobati penyakit perut. Umbut: Pengurang rasa nyeri. Biji: menguatkan dan memutihkan gigi. Buah: mengobati buang air besar darah (Brotonegoro 2000). Ob: Kulit: mengobati bengkak. Daun: mengobati nyeri dan bisul. Bunga: melancarkan menstruasi (Heyne 1987). Ob: Daun: mengobati ambeien, rematik/encok, bisul, melancarkan buang air seni dan haid (Iptek 2000). Pg: Tangkai buah kecil yang menggelembung rasanya manis. Ob: Batang: cairan tumbuhan sebagai obat batuk dan rambut (Heyne 1987). Ob: Batang: mengobati nyeri badan, sakit perut, sakit kepala, dan demam (Valkenburg & Bunyapraphatsa 2002). Ob: Bunga: mengobati sembelit. Kulit batang: sebagai astringent, stimulan, pencuci mulut, dan mengobati disentri (Muhammad & Amusa 2005) Ob: Batang: diuretik, pencahar, ekspektoran, mengobati pilek, dan sakit punggung (Hamid 1999). Ob: Seluruh bagian: sebagai antibiotik dan anti bakteri (Oktalia 2009). Pg: Batang: sebagai sayuran. Umbi: dikonsumsi segar atau bentuk olahan. Ob: Seluruh bagian: pengurang rasa nyeri (Flach & Rumawas 1996). Pg: Palem diolah menjadi sumber karbohidrat. Ob: Air sagu: mengobati gangguan perut (Heyne 1987). Ob: Akar: mengobati sakit pinggang dan menurunkan panas/demam (Kartikawati & Akbar 2009). Ob: Akar dan daun: mengobati diabetes, gigitan serangga dan ular. Getah: mengobati disentri, sakit perut, tipus, kolera, dan penyakit kulit (Sjamsuhidajat et al. 1999). Ob: Daun: mengobati batuk, asma, beri-beri, rematik, sakit kepala, kencing nanah, malaria, dan pembengkakan. Akar: mengobati sariawan, rematik, demam, sakit kuning, kolik, nyeri kepala, sakit telinga, kulit, dan batuk (Roemantyo 1999).

Ob: Obat

142

Lampiran 11 Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dan berdasarkan informasi dari pustaka (Lanjutan) No. 47.

48.

Spesies Sere (Andropogon nardus L.)

49.

Si kudip (Proiphys amboinensis (L.) Herb.) Sirih (Piper betle L.)

50.

Tanjung (Mimusops elengi L.)

51.

Tembaka (Ficus septica Burm. F.)

52.

Temulawak Roxb.)

Keterangan:

Pg: Pangan

(Curcuma

xanthorrhiza

Keterangan Manfaat Dari Pustaka Pg: daun dikonsumsi. Ob: Daun: sebagai obat gosok, encok, nyeri, dan terkilir (Heyne 1987). Daun dan akar : penghangat badan, peluruh keringat, obat kumur. Akar: sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak/obat batuk, bahan untuk kumur, dan penghangat badan. Daun: sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kejang. (Iptek 2000). Ob: Daun: mengobati rematik. Umbi: penawar racun dan obat muntah (Ong 2006). Ob: Daun, akar, biji: sebagai stimulan, ekspektoran, tonikum, astringen, mengobati sakit perut, pencahar, cacingan, dan aprodisiak. Daun: mengobati batuk, asma, sakit mata dan mimisan (Teo & Banka 2000). Ob: Daun: mengobati sakit kepala dan demam (Heyne 1987; Depkes 2009). Kulit batang, daun, dan bunga: mengobati sakit gigi dan nafas bau (Heyne 1987). Daun: mengobati demam, sesak nafas, pening, radang tenggorokan, sariawan, radang hidung. Bunga: mengobati kudis, eksim, dan kencing nanah (Depkes 2009). Ob: Akar dan daun: baik untuk wanita setelah melahirkan, mengobati batuk, demam, penyakit jamur dan bakteri, disentri, diare, rematik, sakit kepala, herpes, dan luka karena racun ikan (Andersen et al. 2003). Pg: Batang muda, rimpang. Perbungaan dikonsumsi sebagai sayuran mentah atau dimasak serta perbungaanya. Ob: Rimpang: mengobati keluhan perut, gangguan hati, demam, sembelit, penyakit kulit, anoreksia, dan jerawat (Wardini & Prakoso 1999).

Ob: Obat

143

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No.

1.

Spesies

Alang-alang (Imperata cylindrica L.)

Bagian yang Digunakan

Akar

Kegunaan

Cara Pemakaian

Sakit pinggang

Akar direbus, minum 3 kali sehari

Penambah nafsu makan

Obat sakit ginjal Pelancar buang air kecil Obat kencing batu 2.

Alpukat (Persea americana Mill.)

Daun

Obat ginjal Menurunkan darah tinggi

3.

Angsana (Pterocarpus indicus Willd.)

Getah

Sakit gigi

4.

Aren (Arenga pinnata Merr.)

Buah

Kolera

5.

Asam jawa (Tamarindus indica L.)

Buah

Penawar keracunan makanan

Batang diparut, tambahkan akar ilalang yang sudah dihaluskan dan air hangat, saring, minum 3 kali sehari Akar alang-alang campur daun alpukat dan daun kumis kucing, rebus dari 3 gelas air menjadi 1 gelas air, minum 3 kali sehari Daun direbus campur daun kumis kucing, minum 2 kali sehari pagi dan sore Daun direbus campur daun kumis kucing, minum 3 kali sehari Daun alpukat campur daun kumis kucing dan akar alang-alang, rebus dari 3 gelas air menjadi 1 gelas air, minum 3 kali sehari Daun direbus campur daun kumis kucing, minum 2 kali sehari pagi dan sore Getah dioleskan pada gigi selama 3 hari berturutturut, tidak boleh terlalu lama dapat menimbulkan efek rapuh pada gigi Buah aren diambil sarinya tambahkan dengan minyak tanah, minum 3 kali sehari Buah asam jawa seduh air panas, minum 3 kali sehari

144

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

Spesies

6.

Asam kandis (Garcinia pavifolia Miq.)

7.

Bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.)

8. 9.

10.

Bambu kuning (Bambusa vulgaris Schrad.) Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)

11.

Bawang merah (Allium cepa L.)

12.

Bawang putih (Allium sativum L.)

Bagian yang Digunakan

Kegunaan

Cara Pemakaian

Buah

Menurunkan panas Sakit kepala, menurunkan panas

Buah direndam air hangat, peras, kompres. Buah asam kandis ditumbuk campur bawang merah dan bawang putih, kompreskan. Asam kandis tambahkan air hangat, oleskan 2 kali sehari pagi dan sore

Batang

Penawar racun ular, penawar keracunan makanan Batuk, pilek

Rebung

Sakit kuning

Rebung bambu rebus, makan

Daun

Menghentikan darah kotor/ luka (pertolongan pertama)

Daun ditumbuk atau remas, peras ambil airnya, bubuhkan pada luka Akar ditumbuk campur akar jeringau tempelkan pada ubun-ubun bayi, 2 kali pada pagi dan menjelang maghrib Akar ditumbuk campur rimpang kunyit, kompreskan Daun ditumbuk, balurkan pada bagian Kulit batang yang gatal Bawang merah ditumbuk campur buah asam kandis dan bawang putih, kompreskan Bawang putih ditumbuk campur bawang merah dan buah asam kandis, kompreskan Kunyah atau makan bawang putih secukupnya 1 kali sehari Oleskan pada bisul

Rebung, daun

Akar

Obat bayi

Daun

Penurun panas Obat gatal-gatal

Umbi

Sakit kepala, menurunkan panas

Umbi

Sakit kepala, menurunkan panas Menurunkan darah tinggi Bisul

Rebung atau pucuk daun langsung makan atau rebus, minum 3 hari sekali Air dalam batang atau akar diminum 3 kali sehari

145

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) Spesies

Bagian yang Digunakan

Kegunaan

13.

Belimbing hutan (Elaeocarpus oppositifolia Miq.)

Buah

Mimisan

14.

Belimbing wuluh

No.

15. 16. 17. 18.

19.

20. 21. 22. 23.

Benalu (Henslowia frustescens Champ.) Berenuk (Crescentia cujete L.) Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.) Bunga katarak (Isotoma longiflora (Wild.) Presl.)

Capa (Blumea balsamifera L.)

Capa khahuy (Allophylus cobbe (L.) Raeusch.) Cempaka (Michelia champaca L.) Cengol/ ki koneng (Arcangelisia flava Merr.) Ceremai (Phyllanthus acidus L.)

Flu

Cara Pemakaian Dua buah belimbing hutan campur daun jarak pagar tumbuk halus tempelkan di kepala Buah langsung dimakan dengan garam secukupnya 1 kali sehari selama 3 hari Akar direbus, air rebusan 3 gelas menjadi 1 gelas, minum 3 kali sehari Daun ditumbuk, airnya teteskan Tambahkan 2 gelas air, rebus hingga menjadi 1 gelas, minum 3 kali sehari

Akar

Kanker

Daun

Obat sakit mata

Batang, daun

Malaria, gatal-gatal

Daun

Obat sakit mata

Daun celupkan ke air, teteskan airnya 3 kali sehari

Penambah nafsu makan Demam, malaria, rematik

Cuci daun, digulung, dipepes, diperes, minum 3 kali sehari. Daun direbus, makan secara langsung Daun direbus, 1 gelas menjadi ½ gelas, minum 2 kali sehari pagi dan sore. Daun dipepes, tumbuk atau remas balurkan pada tubuh

Daun

Daun

Penurun panas, batuk, paru-paru

Daun direbus, minum 3 kali sehari

Daun

Penurun panas

Daun tua ditumbuk, kompreskan

Akar

Kanker

Akar

Sakit gigi (obat luar)

Akar direbus 5 gelas menjadi 2 gelas, diminum 2 kali sehari selama 2 hari Akar ditumbuk oleskan pada gigi, obat luar karena mengandung racun

24.

146

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.

33.

Spesies Ciplukan (Physalis angulata L.) Dadap serep (Erythrina lithosperma Miq.) Duku (Lansium domesticum Corr.) Durian (Durio zibethinus Murr.) Gadung (Dioscorea hispida Dennst.) Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Jambu biji (Psidium guajava L.) Jambu mete (Anacardium occidentale L.)

Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Bagian yang Digunakan

Kegunaan

Daun

Diabetes

Daun

Penurun panas

Akar, kulit batang, batang

Malaria

Daun

Obat bisul

Umbi

Alergi

Rimpang

Batuk

Daun, buah

Mencret

Daun Buah

Sakit kulit Pencernaan kurang lancar Sakit kepala/ pusing, demam

Daun Obat mimisan Menurunkan panas Sariawan

34.

Jeringau (Acorus calamus L.)

Akar

Persalinan

Cara Pemakaian Daun ciplukan campur daun kumis kucing, rebus, minum 3kali sehari Rebus dau, minum 3 kali sehari. Haluskan daun, tempelkan ke kepala. Tambahkan 2 gelas air, rebus hingga menjadi 1 gelas, minum 3 kali sehari Tumbuk atau remas, tempelkan di bisul Diiris-iris, keringkan, tumbuk hingga halus, gunakan sebagai bedak Rimpang ditumbuk, rebus, saring, minum 3 kali sehari Daun atau buah dimakan secara langsung. Daun dan kunyit dibakar setengah mateng, makan 3 kali sehari Daun ditumbuk tempelkan pada kulit yang sakit Buah dikonsumsi secara langsung. Pucuk daun ditumbuk, bubuhkan di kepala 3 hari sekali. Tumbuk atau remas daun jarak campur daun dadap, kompreskan Daun jarak pagar campur 2 buah belimbing hutan tumbuk halus tempelkan di kepala Daun ditumbuk atau remas, tambahkan air, balurkan ke tubuh. Daun jarak campur daun randu, rebus, minum 3 kali sehari Getah ditempelkan pada sariawan Akar ditumbuk campur akar bangle tempelkan, 2 kali pada pagi dan menjelang maghrib

147

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 35.

Spesies

Bagian yang Digunakan

Kegunaan

Jeruk bali (Citrus maxima Merr.)

Daun

Obat sakit gigi

Liver 36.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.)

Buah Sakit paru-paru

37. 38.

39.

Kamboja (Plumeria acuminata Ait.) Kapelom (Mangifera parvifolia Boerl. & Koord.)

Katang (Ipomoea pes-caprae Roth.)

Getah

Obat sakit gigi

Kulit batang

Tifus

Daun

Malaria Obat penurun panas, sakit kepala Obat liur pahit

40. 41.

Katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus Dc.)

Cara Pemakaian Daun direbus tambahkan garam sedikit, air untuk kumur Buah diperes tambahkan kunyit yang sudah ditumbuk terlebih dahulu dan air bekicot secukupnya, disaring, minum 2 kali sehari Buah dicampur rimpang kunyit yang sudah dihaluskan, dan telur ayam kampung, kocok, minum 3 kali sehari Buah jeruk purut dicampur rimpang kunyit yang sudah dihaluskan tambahkan gula jawa dan air bekicot secukupnya, minum 3 kali sehari Getahnya tempelkan di gigi Tumbuk Kulit batang campur dengan Kulit batang langsat, tambahkan air, saring, minum 3 kali sehari Daun direbus campur daun lagun, minum 3 kali sehari Daun ditumbuk atau remas campur daun lagun dan sedikit air, kompreskan airnya di kepala 3 kali sehari. Tumbuk dan kompreskan di kepala atau dada Daun katang campur daun lagun, peras, minum 3 kali sehari

Daun

Melancarkan ASI

Daun katuk direbus, makan

Daun

Obat sakit mata

Daun kecipir dihaluskan, tambah air susu ibu yang pertama, teteskan airnya di mata

148

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

42.

Spesies

Kelapa (Cocos nucifera L.)

Bagian yang Digunakan

Buah

Kegunaan

Cara Pemakaian

Penyakit jengkolan Penawar racun makanan Cikunguya, malaria

Air buah kelapa diminum 3 kali sehari Air buah kelapa diminum 3 kali sehari Daging buah dicampur telur ayam kampung, menjadi ½ gelas, Buah kelapa diparut,digunakan sebagai sampo Kulit batang atau batang, tumbuk, tempelkan di pipi dekat gigi yang sakit Haluskan daun, kompreskan dan tempelkan di kepala Tumbuk daun kelor dan daun rampai, oleskan pada perut dan bawah dada 2 kali sehari Kulit batang batang dikerok, airnya diteteskan, 1 hingga 2 tetes, campur air secukupnya, minum Rimpang ditumbuk tambahkan telur ayam diminum 3 kali sehari. Rimpang kunyit yang sudah dihaluskan campur dengan gilingan beras, rebus, minum 3 kali sehari (pemulihan setelah melahirkan)

Penyubur rambut Sakit gigi 43.

Kelor (Moringa oleifera Lamk.)

Kulit batang, batang Daun

44.

Kemiri (Aleurites moluccana Willd.)

Kulit batang

Obat untuk lidah bayi yang memutih

45.

Kencur (Kaempferia galanga L.)

Rimpang

Persalinan

46.

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Buah

Maag

Buah diparut, saring, minum 3 kali sehari

47.

Ketepeng (Cassia alata L.)

Daun

Sakit kulit (kadas, kurap, panu)

Daun tua ditumbuk atau diremas-remas, bubuhkan. Daun tua direbus, minum 3 hari sekali

Daun

Sakit kepala

Tumbuk daun dan kompreskan

Buah

Bengkak

Buah dibelah dua, oleskan pada bengkak 3 kali sehari

Daun

Mengurangi nyeri haid

Daun ditumbuk halus, tempelkan diperut yang nyeri, gunakan selama masih sakit

Kulit batang

Sakit kepala, panas

Kulit batang kayu bagian dalam tempelkan ke kepala

48. 49. 50. 51.

Khadang suluh (Stachytarpheta indica L.) Khakhebing (Ficus fistulosa Reinw. Ex Blume.) Kheda (Erythrina variegata L.) Ki teja (Cinnamomum iners Reinw. Ex Blume.)

Sakit kepala Maag

149

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

Spesies

52.

Kopi (Coffea arabica L.)

53.

Kumbang pogoh (Lantana camara L.)

Bagian yang Digunakan Daun Biji Daun

Kegunaan

Cara Pemakaian

Sakit kepala Mengeringkan udel bayi

Pucuk daun seduh dengan air panas Biji ditumbuk, oleskan 3 kali sehari Daun kumbang pogoh campur pucuk daun sagu, rebus, minum 2 kali sehari pagi dan sore Daun direbus campur dengan pecah beling, minum 2 kali sehari selama 3 hari. Daun direbus campur daun alpukat dan akar alang-alang, rebus dari 3 gelas air menjadi 1 gelas air. Daun direbus campur daun alpukat, minum 3 kali sehari Daun kumis kucing campur daun ciplukan, rebus, minum 3 kali sehari Daun direbus campur daun kumis kucing, minum 2 kali sehari pagi dan sore Rimpang kunyit ditumbuk campur akar bangle, kompreskan. Kunyit ditumbuk, oleskan dan kompreskan Tumbuk rimpang kunyit dicampur buah jeruk purut tambahkan gula jawa dan air bekicot secukupnya, minum 3 kali sehari. Rimpang kunyit yang sudah dihaluskan campur jeruk nipis, dan telur ayam kampong, kocok, minum 3 kali sehari Tumbuk rimpang, rebus, minum 3 kali sehari (luka dalam). Rimpang kunyit yang sudah dihaluskan ampur dengan gilingan beras dan rimpang kencur, rebus.

Obat sawan pada bayi Obat ginjal, Pelancar buang air kecil

54.

Kumis kucing (Orthosiphon grandifolus Bold.)

Daun

Kencing batu Diabetes Menurunkan darah tinggi

Penurun panas

55.

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Rimpang

Obat sakit paru-paru

Persalinan

150

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

56.

Spesies

Lada (Piper nigrum L.)

Bagian yang Digunakan

Biji

Kegunaan

Cara Pemakaian

Sperma encer

Tumbuk halus 49 biji tambahkan 1 telor, minum saat akan tidur selama 5 malam berturut-turut Tumbuk halus lada, tambahkan minyak tanah secukupnya, gosokkan Daun ditumbuk atau remas campur daun katang dan sedikit air, kompres di kepala 3 kali sehari Campur daun katang, peras Daun direbus campur daun katang, minum 3 kali sehari. Daun ditumbuk atau remas campur daun katang dan sedikit air, kompreskan airnya di kepala 3 kali sehari Tumbuk, peras, ambil santannya, minum Tumbuk Kulit batang campur dengan Kulit batang kapelom, tambahkan air, saring, minum 3 kali sehari. 3 kali sehari

Keseleo, rematik, alergi dingin Obat penurun panas Obat liur pahit

57.

Lagun (Vitex trifolia L.)

58.

Lansat (Lansium domesticum var. Pubescens Koord.)

59. 60. 61.

Laos (Alpinia galanga (L.) Sw.) Mada (Macaranga tanarius Mull. Arg.) Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.)

Daun Akar, Kulit batang

Malaria, Obat penurun panas

Malaria Tifus, malaria

Daun

Obat luka

Daun tumbuk halus, bubuhkan pada luka

Daun

Bisul

Daun ditumbuk, dioleskan di sekitar mata bisul

Buah

Rematik

Buah diiris-iris, dijemur dikeringkan, seduh, minum 3 kali sehari

62.

Manggis

Biji

Penghancur batu ginjal

Biji dihaluskan, ditambahkan air secukupnya, diminum 1 hari sekali

hangat

63.

Melinjo

Daun

Radang usus

Daun muda atau pucuk melinjo, dipepes, tambahkan garam secukupnya, makan

151

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

64.

65. 66.

67.

Spesies

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Mentimun (Cucumis sativus L.) Nanas (Ananas comosus Merr.)

Nuna belanda (Annona reticulata L.)

Bagian yang Digunakan

Kegunaan

Buah

Maag Ambein Keseleo

Buah

Menurunkan darah tinggi

Buah

Penambah nafsu makan

Daun

Mengeraskan ubun-ubun pada bayi Malaria Panas dalam, sakit kepala Maag

68.

Oyong (Luffa acutangula Roxb.)

Biji

Malaria

69.

Pacing (Costus speciosus (Koenig) Sm.)

Akar Daun

Asam urat Penurun panas

Paku semalang (Angiopteris evecta (G. Forst.) Hoffm.)

Daun, batang

Asam urat

70.

Akar

Rematik

71.

Pecah beling (Storbilanthes crispus Bl.)

Daun

Obat sakit ginjal

Cara Pemakaian Buah dihaluskan, ditambahkan air hangat secukupnya, diminum 2 kali sehari tiap bangun dan akan tidur Buah dibakar, lapisi kain, duduki. Buah muda dibakar ½ matang, tumbuk atau remas, urut Buah direbus, minum 2 kali sehari setiap bangun dan akan tidur Buah diparut, diperas, garam,, minum 2 kali sehari Daun ditumbuk atau haluskan, tempelkan pada ubunubun 3 kali sehari Daun direbus, minum 3 kali sehari Daun direbus, diminum 1 kali sehari. Daun direbus 3 gelas air menjadi 1 gelas air, minum 3 kali sehari Tumbuk atau remas daun, tambahkan air hangat, saring, minum 2 kalai atau 3 kali sehari Bijinya yang sudah dikeringkan, dimakan secara langsung atau ditumbuk Akar diparut, dipepes, makan 2 kali sehari selama 3 hari Daun tua ditumbuk, diperes, airnya dikompreskan 2 kali sehari Batang yang dikeringkan dan daun diseduh air panas, minum 3 kali sehari. Akar ditumbuk/ diparut, dibalurkan Daun direbus campur dengan kumis kucing, minum 2 kali sehari selama 3 hari

152

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No. 72. 73.

74.

Spesies

Bagian yang Digunakan

Pegaga (Centella asiatica (L.) Urban.)

Daun

Pelawi (Alstonia scholaris L.)

Getah

Pepaya (Carica papaya L.)

Akar, daun Buah

Kegunaan

Cara Pemakaian

Menjernihkan mata

Daun ditumbuk atau remas, tambahkan air, teteskan air ke mata 1 kali sehari Daun pegaga dimakan secara langsung Getah dioleskan pada gigi Oleskan pada bisul

Flu tulang Gigi berlubang Bisul Malaria Pelangsing Melancarkan buang air besar Impoten

Akar 75.

Pinang (Areca catechu L.)

Sperma bocor Buah Diabetes

76. 77. 78. 79.

80.

Pisang kapok (Musa brachycarpa Backer.) Puding (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) Pulus (Laportea stimulans Miq.) Rampai (Cardiospermum halicacabum L.) Randu (Ceiba pentandra L.)

Akar pepaya jantan direbus, dimakan 3 kali sehari Daun papaya langsung dimakan. Daun ditumbuk, rebus, minum 3 kali sehari Buah dimakan secara langsung Rebus 7 akar pinang, air rebusan digunakan untuk urut, diurut sendiri atau istri Buah pinang muda diparut halus, direbus, dari 1 gelas air menjadi ¼ gelas Buah ditumbuk atau dihaluskan, rebus dari 1 gelas air menjadi ½ gelas, minum 1 kali sehari pada sore hari

Buah, kulit

Maag

Kulit dikerik, dimakan langsung 3 kali sehari

Daun

Pelancar buang air kecil

Rebus daun, minum 3 kali sehari

Batang, akar

Batuk, pilek

Air dalam batang atau akar diminum 3 kali sehari

Daun

Penyubur rambut

Daun

Migrain Penurun panas, demam

Tumbuk daun kelor dan daun rampai, oleskan pada perut dan bawah dada 2 kali sehari Pucuk daun ditumbuk, bubuhkan di kepala 3 hari sekali Daun randu campur daun jarak direbus, minum 3 kali sehari

153

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) Spesies

Bagian yang Digunakan

81.

Rayutan (Derris scandens (Roxb.) Benth.)

Daun

82.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumacher.)

Daun

83.

Rumput jarum (Andropogon aciculatus Retz.)

Daun

84.

Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)

Daun

Obat sawan pada bayi

Getah

Sakit gigi

Getah tempelkan pada gigi yang sakit

Daun

Obat panas dalam, sariawan

Rebusa daun, minum 3 kali sehari

Batang

Gusi bengkak

Batang dibakar hingga keluar minyak, oleskan

Daun

Menurunkan panas

Daun ditumbuk atau remas, tambahkan air, balurkan ke tubuh

Buah

Mencret

Buah sawo muda diparut, makan

Obat panas dalam, sariawan Batuk, pilek

No.

85. 86. 87. 88. 89.

Salak(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Santigi (Pemphis acidula Forst.) Sasenung (Justicia gendarussa Burm. F.) Sawo (Manilkara kauki Dubard.)

Kegunaan

Cara Pemakaian

Menghentikan darah kotor/ luka (pertolongan pertama) Menghentikan darah kotor/ luka (pertolongan pertama) Maag Menghentikan darah kotor/ luka

Daun ditumbuk atau diremas, bubuhkan di luka Daun ditumbuk atau remas, peras ambil bubuhkan pada luka Makan langsung Daun ditumbuk atau remas, peras ambil bubuhkan pada luka Pucuk daun sagu campur daun kumbang rebus, minum 2 kali sehari pagi dan sore

sekitar airnya,

airnya, pogoh,

90.

Selasih (Ocimum basilicum L.)

Biji

91.

Sere (Andropogon nardus L.)

Daun

Awet muda, menghilangkan bau badan, keputihan

Makan secara langsung, sebelumnya direndam dahulu dengan air dingin Daun ditumbuk atau remes, tambahkan air hangat secukupnya, minum 3 kali sehari Rebus 11 daun, tambahkan air sebanyak 4 gelas, rebus hingga menjadi 1 gelas, gunakan untuk cebok selama 9 hari berturut-turut

92.

Si kudip (Proiphys amboinensis (L.) Herb.)

Umbi

Susah memiliki anak

Umbi direbus, diminum 3 kali sehari oleh pasutri

154

Lampiran 12 Spesies, bagian yang digunakan, kegunaan, dan cara pemakaian tumbuhan obat dan pangan fungsional oleh masyarakat suku Lampung Pesisir di dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

Spesies

93.

Singkong (Manihot utilissima Pohl.) Sirih (Piper betle L.)

Bagian yang Digunakan

Kegunaan

Umbi

Malaria

Daun

Sakit pinggang Sakit mata

Akar

Maag Rabun Rematik

Singkong yang sudah diolah menjadi tape, tambahkan bumbu pecel, makan secara langsung Daun ditumbuk tambahkan minyak tanah secukupnya, oleskan Daun direndem air panas, tunggu dingin, kedipkan mata di air sirih atau teteskan air sirih ke mata Tambahkan 2 gelas air, rebus hingga menjadi 1 gelas, minum 3 kali sehari Daun sirsak direbus 1 gelas air menjadi ½ gelas air, minum Daun sirsak tua sebanyak 9 atau 7 lembar, rebus dari 1 gelas menjadi ½ gelas, minum 3 kali sehari Daun direbus, minum 3 kali sehari Dimakan langsung 3 kali sehari Dimakan langsung Akar direbus, minum 3 kali sehari

Batang

Sakit telinga, bengkak

Batang ditumbuk, oleskan

Daun

Bisul

Malaria 94.

Sirsak (Annona muricata L.)

Daun

Jantung Kanker Rematik

95. 96. 97. 98.

Takokak (Solanum torvum Swartz.) Tanjung (Mimusops elengi L.) Tebu (Saccharum officinarum L.) Tembaka (Ficus septica Burm. F.)

Cara Pemakaian

Buah

99.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Batang

Tbc, ambien,beri-beri, sakit kuning Penambah nafsu makan

100.

Ubi jalar (Ipomoea batatas Poir.)

Daun

Bisul

Daun ditumbuk halus, tempelkan pada bisul 3 kali sehari Batang ditumbuk, peras, tambah air menjadi ¼ gelas, minum 2 kali sehari Batang diparut, tambahkan akar alang-alang yang sudah dihaluskan dan air hangat, saring, minum 3 kali sehari Daun muda ditumbuk, dioleskan di sekitar mata bisul

155

Lampiran 13 Data responden masyarakat suku Lampung Pesisir di Dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman No.

Nama Responden

Jenis Kelamin

Usia (Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Alamat

1.

Abdul Arrahman

Laki-laki

73

SMP

Petani

Islam

RT 06

2.

Abud Rosyid

Laki-laki

43

SD

Buruh tani

Islam

RT 06

3.

Arifin

Laki-laki

60

SD

Petani

Islam

RT 02

4.

Asma

Perempuan

42

SD

Petani

Islam

RT 01

5.

Aumi

Laki-laki

43

Sarjana

Petani, PNS

Islam

RT 01

6.

Azroi

Laki-laki

50

SD

Wiraswasta

Islam

RT 06

7.

Badri

Laki-laki

58

SD

Petani

Islam

RT 02

8.

Bahrozi

Laki-laki

42

SD

Petani

Islam

RT 01

9.

Bekri Hamid

Laki-laki

70

SD

Petani

Islam

RT 06

10.

Bustami

Laki-laki

64

SD

Petani

Islam

RT 02

11.

Choirin

Laki-laki

71

SD

Petani

Islam

RT 02

12.

Fatimah

Perempuan

52

SD

Petani

Islam

RT 02

13.

Henri

Laki-laki

29

SMP

Petani

Islam

RT 02

14.

Hermansyah

Laki-laki

47

SD

Petani

Islam

RT 02

15.

Ibu Agus

Perempuan

42

SD

Petani

Islam

RT 01

16.

Jamrak

Laki-laki

45

SD

Petani

Islam

RT 02

17.

M Shihabudin

Laki-laki

59

SMP

Petani

Islam

RT 02

18.

Mastur

Laki-laki

43

SMA

Petani

Islam

RT 01

156

Lampiran 13 Data responden masyarakat suku Lampung Pesisir di Dusun Margadalom sekitar Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Lanjutan) No.

Nama Responden

Jenis Kelamin

Usia (Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Alamat

19.

Muhammad Isa

Laki-laki

90

SD

Petani

Islam

RT 06

20.

Musleh Dahlan

Laki-laki

53

SD

Islam

RT 01

21.

Nursyifah

Perempuan

40

SD

Petani, dukun pijat tulang Buruh tani

Islam

RT 02

22.

Raja Parhan

Laki-laki

68

SD

Petani

Islam

RT 02

23.

Ridwan

Laki-laki

48

SD

Petani

Islam

RT 01

24. 25.

Rohman Rumaini

Laki-laki Perempuan

35 44

SMA SMA

Karyawan Pegawai honorer SD

Islam Islam

RT 01 RT 06

26.

Sahiri

Laki-laki

52

SMP

Islam

RT 06

27.

Subkey

Laki-laki

59

SMA

Petani, dukun pijat tulang Petani

Islam

RT 02

28.

Tsanawiyah

Perempuan

45

SD

Petani, dukun bayi

Islam

RT 02

29.

Zulaena

Laki-laki

33

SD

Wiraswasta

Islam

RT 02

30.

Zulkifli

Laki-laki

41

SMP

Petani, polisi hutan

Islam

RT 06

157