ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT

Download Pendokumentasian pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat dapat dilakukan dengan kajian etnobotani. Tujuan penelitian yang dilaku...

4 downloads 1059 Views 4MB Size
ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)

ARYA ARISMAYA METANANDA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)

ARYA ARISMAYA METANANDA

Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

RINGKASAN

ARYA ARISMAYA METANANDA. Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat). Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT. Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat-obatan oleh masyarakat sekitar hutan sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional tersebut belum banyak terdokumentasikan. Pendokumentasian pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat dapat dilakukan dengan kajian etnobotani. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat serta kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak terkait dengan upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis pada bulan Maret-April 2012. Data yang dikumpulkan terutama keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat, kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak serta data penunjang lainnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, survei lapangan, pembuatan herbarium dan kajian pustaka. Hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 215 spesies dari 72 famili yang terdiri dari tumbuhan pangan sebanyak 136 spesies dari 53 famili dan tumbuhan obat sebanyak 156 spesies dari 62 famili. Sebanyak 77 spesies merupakan pangan fungsional yakni tumbuhan yang berfungsi sebagai pangan juga obat. Sebagian besar spesies tumbuhan pangan dan obat tersebut merupakan tumbuhan liar yang juga berasal dari kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Famili yang paling dominan ditemukan pada tumbuhan pangan ialah famili Fabaceae, sementara tumbuhan obat berasal dari famili Asteraceae. Habitus tumbuhan pangan dan obat didominasi oleh habitus herba. Buah merupakan bagian yang paling banyak digunakan pada tumbuhan pangan, sementara itu daun merupakan bagian yang lebih banyak digunakan pada tumbuhan obat. Tumbuhan pangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, bahan minum serta bumbu masakan sedangkan tumbuhan obat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama kelompok penyakit sakit kepala dan demam yang lebih banyak menyerang masyarakat. Padi (Oryza sativa) merupakan sumber karbohidrat utama masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Sebagian besar tumbuhan pangan di desa ini diolah dengan cara direbus sementara tumbuhan obat lebih banyak diolah dengan cara direbus dan ditumbuk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh Suku Sasak di Desa Jeruk Manis cukup beragam, sedangkan kearifan tradisional masyarakat dapat dilihat dari cara memperlakukan padi dan sikap menghargai lingkungan.

Kata Kunci: Etnobotani, kearifan tradisional, Suku Sasak, pangan, obat.

SUMMARY

ARYA ARISMAYA METANANDA. Food and Medicinal Ethnobotany of Communities around Gunung Rinjani National Park (Case Study on Sasak Tribe in Jeruk Manis Village, Sikur Sub-District, East Lombok District, West Nusa Tenggara). Under Supervision of ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT. Traditional utilization of plants to meet the needs of food and medicine in communities around the forests has been going since a long time ago. However, nowadays the knowledge of traditional utilization of plants has not been widely documented. Documentation of plants utilization as food and medicine can be done with the study of ethnobotany. The objective of this research is to identify the diversity of food and medicinal plant species as well as the traditional wisdom of the community related to conservation efforts of food and medicinal plants. This study was conducted in Jeruk Manis Village from March to April 2012. The data collected were the diversity of plant species for food and medicine, the traditional wisdom of Sasak Tribe community and other supporting informations. The method used in the data collection were interview, field observation, herbarium creation and literature review. The study was able to identify 215 species from 72 families consisting of 136 species of food plants from 53 families and 156 species of medicinal plants from 62 families. As many as 77 spesies were identified as functional food, which means that they are functioning as food and also as medicine. Most of food and medicinal plants are wild plants that comes from forest around the Gunung Rinjani National Park (TNGR). The most dominant family found in food plants is the Fabaceae family, while in medicinal plants is the Asteraceae family. Herbs is the most dominant habitus of food and medicinal plants that were found. The fruit is the most used part in food plants, while the foliage is the most used part in medicinal plants. Food plants are utilized to meet the demand for carbohydrate, protein, vitamins and minerals, also for drink ingredients and food seasoning. Medicinal plants are utilized to cure several kind of diseases, such as headache and fever. Rice (Oryza sativa) is the main source of carbohydrate for Sasak Tribe community in Jeruk Manis Village. Most of food plants in this village are processed by boiled, while medicinal plants are processed by boiled and pounded. The conclusion of this research is that food and medicinal plants that have been known and used by Sasak Tribe in Jeruk Manis Village is quite diverse, while the traditional wisdom of the community can be seen from how they treat rice and the attitude of respecting environment.

Keywords: Ethnobotany, traditional wisdom, Sasak Tribe, food, medicine.

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pemimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

Arya Arismaya Metananda NIM E34080002

Judul Skripsi

: Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)

Nama

: Arya Arismaya Metananda

NIM

: E34080002

Menyetujui: Pembimbing I,

Pembimbing I I,

Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F

NIP. 195906 18 198503 1 003

NIP. 196209 18 198903 1 002

Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 195809 15 198403 1 003

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M.

Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus

Hikmat, M.Sc.F. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis sehingga kearifan tradisional dalam hal pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat tidak hanya dapat dilihat pada generasi saat ini namun juga terus membudaya sampai dengan generasi selanjutnya, juga bermanfaat bagi upaya pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.

Bogor, September 2012 Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumbawa Besar, NTB pada tanggal 23 November 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Irawan Syarifuddin dan Ibu Iyam Irawan. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1995 di TK Darmawanita, Taliwang, Kab. Sumbawa Barat dan lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan sekolah di SD Negeri 01 Kec. Alas Kab. Sumbawa. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Sumbawa Besar dan SMA Negeri 1 Sumbawa Besar tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus Himakova dan anggota Kelompok Pemerhati Burung dan Kelompok Pemerhati Mamalia Himakova periode 2009-2011 dan pernah menjadi Ketua Ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat pada tahun 2011. Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat (2011), SURILI di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah (2010) dan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Gunung Sawal dan Taman Wisata Alam Pangandaran (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (2012). Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F.

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil `aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabat serta para pengikutnya. Penulis menyadari bahwa terlaksananya penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F selaku dosen pembimbing, atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehatnya. 2. Ir. Agus Budiono, M.Sc selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, KSBTU, kepala seksi, kepala resort dan seluruh jajaran staff Taman Nasional Gunung Rinjani yang telah memberikan izin, fasilitas dan informasi kepada penulis. 3. Dr. Ir. Muhdin, M.Sc.F selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc selaku ketua sidang yang telah menguji dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu dosen, staff dan pegawai di TPB juga di Fakultas Kehutanan, khususnya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah mengajar, mendidikku dan membantuku selama berkuliah di IPB. 5. Nurhadi Muis, SH selaku Kepala Desa Jeruk Manis dan seluruh jajarannya yang telah memberikan izin dan memberikan informasi tentang profil Desa Jeruk Manis. 6. Kang Wasmat Cakradinata, Bapak Sahibudin, Mas Muhammad Faisyal MY, Ama Mahlin dan semua jajaran Polhut/PEH yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kesediaannya turut serta menemani selama kegiatan penelitian serta mengajarkan arti hidup kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat terbaik Rifki Putra, Putra Wibowo Malau, Setiawan, Febri El Bari, Septiani Dian Arimukti, Rizka Novia Setyaning Rahayu, Erlinda Mutiara, Siti Rayhani, Siti Nurika, Lintang Prada Ken Padma Rinjani, Ajeng Miranti yang selalu ada sebagai teman diskusi dan membantu mengoreksi karya kecil ini. 8. Saudari Meyla Dona Paramita, Lighar Dwinda Prisbitari dan Mega Haditia yang selalu bersedia membantu saya dikala memerlukan bantuan. 9. Keluarga besar KSHE 45 “Edelweiss” atas kebersamaan, kerjasama, kekompakan, kebaikan, canda tawa dan kegilaan selama ini. 10. Teristimewa Ayahanda, ibunda, adikku tersayang Intan Pertiwi Kencana dan seluruh keluarga besarku atas doa, kasih sayang dan segala dukungan yang diberikan hingga skripsi ini selesai. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.

Bogor, September 2012

Arya Arismaya Metananda NIM E34080002

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................

i

DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

vii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................

2

1.3 Manfaat Penelitian ................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani.............................................................................

4

2.2 Kearifan Tradisional ..............................................................

6

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ........................................................

7

2.3.1 Tumbuhan pangan .......................................................

8

2.3.2 Tumbuhan obat ............................................................

13

2.4 Tri-Stimulus Amar Konservasi ..............................................

14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................

16

3.2 Alat, Bahan dan Obyek Penelitian .........................................

16

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ...............................................

17

3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................

19

3.4.1 Wawancara ..................................................................

19

3.4.2 Survei lapangan ...........................................................

20

3.4.3 Pembuatan dan identifikasi contoh herbarium ..............

20

3.4.4 Kajian pustaka .............................................................

21

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................

21

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ...............

25

4.1.1 Letak ...........................................................................

25

4.1.2 Topografi.....................................................................

25

4.1.3 Geologi, tanah dan hidrologi........................................

26

ii

BAB V

4.1.4 Iklim............................................................................

26

4.1.5 Potensi flora dan fauna Resort Kembang Kuning .........

27

4.2 Kondisi Desa Jeruk Manis ....................................................

28

4.2.1 Letak geografis dan luas ..............................................

28

4.2.2 Sosial ekonomi masyarakat ..........................................

28

4.2.3 Budaya masyarakat ......................................................

30

4.2.4 Tata guna lahan ...........................................................

31

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden .......................................................

33

5.1.1 Jenis kelamin ...............................................................

33

5.1.2 Kelompok umur...........................................................

35

5.1.3 Pendidikan...................................................................

36

5.1.4 Pekerjaan .....................................................................

38

5.2 Tumbuhan Pangan .................................................................

40

5.2.1 Keanekaragaman spesies .............................................

40

5.2.2 Keanekaragaman famili ...............................................

42

5.2.3 Keanekaragaman tipe habitat .......................................

45

5.2.4 Bagian yang digunakan................................................

47

5.2.5 Keanekaragaman habitus .............................................

49

5.2.6 Sumber karbohidrat .....................................................

50

5.2.7 Sumber protein ............................................................

52

5.2.8 Sumber vitamin dan mineral ........................................

54

5.2.9 Bahan minum ..............................................................

59

5.2.10 Bahan pelengkap/rempah/perasa ................................

62

5.2.11 Cara pengolahan ........................................................

63

5.2.12 Pola konsumsi pangan masyarakat .............................

66

5.3 Tumbuhan Obat ....................................................................

69

5.3.1 Keanekaragaman spesies .............................................

69

5.3.2 Keanekaragaman famili ...............................................

70

5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat .......................................

72

5.3.4 Kelompok penyakit .....................................................

74

5.3.5 Bagian yang digunakan................................................

78

iii

5.3.6 Keanekaragaman habitus .............................................

79

5.3.7 Bentuk ramuan ...........................................................

80

5.3.8 Cara pengolahan .........................................................

82

5.3.8 Cara pemakaian ..........................................................

85

5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis ....................................................................................

89

5.5 Kearifan Lokal Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis

91

5.4.1 Cara memperlakukan padi ...........................................

92

5.4.2 Sikap menghargai lingkungan ......................................

94

5.6 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Pangan dan Obat Potensial ..............................................................................

96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...........................................................................

101

6.2 Saran .....................................................................................

101

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

102

LAMPIRAN ..............................................................................................

110

iv

DAFTAR TABEL No.

Halaman

1.

Jenis data dan metode pengumpulan data......................................

18

2.

Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya................................................................

22

3.

Tata guna lahan berdasarkan luasnya.............................................

31

4.

Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan........................................................................................

48

Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya.......................................................................................

49

6.

Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi (Oryza sativa)......

50

7.

Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.......

53

8.

Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.......................................................................

54

Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.......................................................................

57

Spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis..................................

59

Bahan pelengkap/perasa yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis....................................................

62

Bahan yang digunakan pada setiap menu masakan Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.......................................................................

64

13.

Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan di Desa Jeruk Manis......

65

14.

Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya......................

75

15.

Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan...............................................................................

78

Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitus.............................................................................................

79

17.

Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya..

81

18.

Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pengolahannya....

82

19.

Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaian...........

86

5.

9. 10. 11. 12.

16.

v

DAFTAR GAMBAR No

Halaman

1.

Peta lokasi penelitian...........................................................................

16

2.

Persentase responden berdasarkan jenis kelamin................................

33

3.

Perempuan turut membantu laki-laki dalam meningkatkan pendapatan keluarga............................................................................ 34

4.

Jumlah responden berdasarkan kelompok umur.................................. 35

5.

Seorang nenek menjual pakis yang diambilnya dari kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR....................................................... 36

6.

Komposisi tingkat pendidikan responden............................................ 37

7.

Komposisi pekerjaan atau mata pencaharian responden.....................

8.

Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan berdasarkan status budidaya............................................................................................... 40

9.

Jumlah tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat tradisional................................................................. 41

10. Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan famili.........................

39

42

11. Sayur yang ditanam di pematang sawah.............................................. 43 12. Sekur (Kaempferia galanga)...............................................................

44

13. Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat.......................

45

14. Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan pangan berdasarkan status budidaya............................................................................................... 46 15. Tumbuhan liar: (a) Bebele (Centella asiatica); (b) umbe atau omba (Piper umbellatum).............................................................................. 47 16. Spesies eksotik TNGR: terep ((Artocarpus elasticus)......................... 47 17. Blincang: (a) Begonia isoptera; (b) Begonia grandis.......................... 48 18. Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya.....

49

19. Pantek bale...........................................................................................

51

20. Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan sistem lolo............................................................................................ 55 21. Warga masyarakat yang mengambil pakis.......................................... 57 22. Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi............................. 58 23. Cara penggunaan tetandan ginantrum (Uncaria gambir)....................

60

24. Kayu sepang (Caesalpinia sappan).....................................................

60

25. Air enau atau air aren (Arenga pinnata)..............................................

61

26. Ceraken: tempat menyimpan bumbu masak........................................ 63

vi

27. Tungku masak di Desa Jeruk Manis....................................................

64

28. Salah satu contoh olahan sayuran: kla pedis........................................ 66 29. Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili.............................. 70 30. Kesembung (Elephantopus scaber).....................................................

71

31. Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae................

72

32. Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat............................

73

33. Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status budidaya............................................................................................... 74 34. Binahong (Anredera cordifolia)..........................................................

76

35. Kuyit (Curcuma domestica) yang diparut..........................................

84

36. Bubus: ramuan obat yang terbuat dari bahan dasar padi (Oryza sativa)................................................................................................... 87 37. Para istri dilibatkan dalam kegiatan mencabut bibit padi (reas).......... 92 38. Diagram alir tri stimulus amar mewujudkan konservasi..................... 100

vii

DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Halaman Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis............................................................

109

Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis................................

118

Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.......................................................................

122

Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.......................................................................

124

Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.................................

127

Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.......................................................................

129

Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit...........................................................................................

139

Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya..

155

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat-obatan oleh masyarakat sekitar hutan sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara tradisional tersebut belum banyak terdokumentasikan. Kenyataan saat ini banyak tumbuhan yang belum diketahui demikian juga pemanfaatan tradisionalnya oleh masyarakat, kemudian hilangnya sumberdaya alam dan pengetahuan tradisional yang begitu cepat sebelum dikaji serta rusak dan berubahnya lingkungan akibat pengaruh budaya modern dan pembangunan yang terus berkembang, menjadi isu penting bagi upaya pengkajian pemanfaatan tumbuhan. Masalah lainnya adalah meningkatnya harga kebutuhan hidup khususnya pangan dan biaya kesehatan, menuntut masyarakat untuk mandiri dalam pemenuhan kebutuhannya. Pemanfaatan tumbuhan lokal sebagai sumber pangan dan obat-obatan merupakan alternatif ke depan yang dapat dikembangkan. Keanekaragaman tumbuhan pangan dapat menjadi solusi program diversifikasi guna mencapai kedaulatan pangan sedangkan keanekaragaman tumbuhan obat dapat menjadi alternatif pilihan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di samping itu efek yang ditimbulkan dari penggunaan obat tradisional (jamu atau herbal), lebih kecil dibandingkan penggunaan obat kimia buatan (modern). Pendokumentasian mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat-obatan ini dapat dilakukan dengan kajian etnobotani. Oleh karena itu kajian etnobotani perlu dilakukan agar segala informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan dapat terhimpun untuk dapat memberi kesadaran banyak pihak agar memelihara, menjaga keutuhan dan keberadaan tumbuhan. Kajian etnobotani pangan dan obat ini dapat menjadi solusi bagi upaya pencapaian kemandirian dan kedaulatan masyarakat khususnya masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan. Salah satu masyarakat desa di sekitar hutan yang menarik untuk dikaji dalam upaya pencapaian kemandirian dan kedaulatan pangan dan obat adalah

2

masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Desa Jeruk Manis ini berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis atau pada umumnya Suku Sasak di Pulau Lombok memandang hutan memiliki fungsi ekologi dan konservasi yang dilihat dari keanekaragaman hayati yang tumbuh dan berkembang di kawasan hutan, fungsi sosial budaya yakni hutan sebagai pusat pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial budaya dan tempat peninggalan sejarah para leluhur serta fungsi ekonomi yaitu hutan dilihat dari potensi non kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti buah kemiri (Aleurites moluccana), buah nangka (Artocarpus heterophyllus), buah kenari (Canarium commune), pohon aren (Arenga pinnata), pakis (Diplazium esculentum), cabe (Capsicum frutescens) dan lain sebagainya (BTNGR 2011). Hal ini menunjukkan bahwa antara hutan dan kehidupan masyarakat Suku Sasak memiliki hubungan yang erat. Masyarakat Suku Sasak khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis dalam memanfaatkan sumberdaya hutan di atas tentu memiliki kearifan tersendiri atau pengetahuan akan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Salah satunya adalah tumbuhan pangan dan tumbuhan obat. Namun demikian, saat ini data dan informasi mengenai pengetahuan akan pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat tersebut belum tersedia. Oleh karena itu penelitian pemanfaatan tumbuhan pangan dan tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis perlu dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi: 1. Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis 2. Kearifan tradisional masyarakat terkait dengan upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat

3

1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi sumber

informasi

(dokumentasi) tentang tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis. Selain itu, data dan informasi ini dapat berguna bagi pengembangan pemanfaatan pangan dan obat berbasis kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobotani Etnobotani berasal dari Bahasa Yunani yang tersusun atas kata ethnos dan botany. Ethnos berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan, sehingga etnobotani dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan dalam pemanfaatan secara tradisional. Istilah etnobotani pada awalnya diusulkan oleh Harsberger pada tahun 1893 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif atau terbelakang (Soekarman & Riswan 1992). Rifai dan Walujo (1992) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan etnobotani adalah ilmu yang mendalami hubungan budaya suatu masyarakat dengan komunitas alam hayati di sekitarnya (khususnya tumbuhan). Dharmono (2007) mendefinisikan etnobotani sebagai ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Etnobotani ini merupakan ilmu yang kompleks karena tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu. Banyak disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan dan pendekatan etnobotani, misalnya linguistik, antropologi, sejarah, pertanian, kedokteran, farmasi dan lingkungan (Suwahyono et al. 1992). Menurut Purwanto (2000) ruang lingkup kajian etnobotani, di antaranya : 1) etnoekologi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang fenologi tumbuhan, adaptasi dan interaksi dengan organisme lainnya, pengaruh pengelolaan tradisional terhadap lingkungan alam; 2) pertanian tradisional, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian, pengaruh alam dan lingkungan pada seleksi tanaman serta sistem pengelolaan sumberdaya tanaman; 3) etnobotani kognitif, studi tentang persepsi tradisional terhadap keanekaragaman sumberdaya alam tumbuhan, melalui analisis simbolik dalam ritual dan mitos serta konsekuensi ekologinya, organisasi dari sistem pengetahuan melalui studi etnoksonomi; 4) budaya materi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan serta

5

produk tumbuhan dalam seni dan teknologi; 5) fitokimia tradisional, studi tentang pengetahuan tradisional mengenai penggunaan berbagai spesies tumbuhan dan kandungan bahan kimianya, contohnya insektisida lokal dan tumbuhan obatobatan; 6) paleobotani, studi tentang interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi. Disiplin ilmu lain yang terkait kajian etnobotani adalah ilmu taksonomi, ekologi dan geografi tumbuhan, pertanian, kehutanan, sejarah, antropologi dan ilmu yang lain (Soekarman & Riswan 1992). Pengkajian etnobotani saat ini menjadi penting di tengah krisis dimensional yang terjadi. Banyak di antara para ilmuan mengkaji aspek ini sebagai upaya pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan nasional juga upaya konservasi mulai dari keanekaragaman flora yang ada, juga kearifan tradisional yang mulai menghilang. Dengan kajian etnobotani diharapkan dapat menggali potensi tumbuhan berguna dan pola pemanfaatannya. Dengan diketahuinya pola pemanfaatan tradisional terhadap tumbuhan oleh masyarakat diharapkan dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang pesat. Bentuk pemanfaatan tumbuhan disetiap daerah di Indonesia sangat beragam. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, potensi tumbuhan dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Misalnya, pada masyarakat Papua, tumbuhan yang banyak dijadikan sumber pangan adalah ubi dan sagu (Somantri 2008). Kemudian masyarakat Etnis Dani yang menempati Lembah Baliem, Jaya Wijaya, di sekitar Wamena dan Karulu. Mereka menganggap bahwa hutan tidak hanya sebagai hal yang magis religius, tetapi juga sebagai sumber yang menguntungkan dan memberi hidup bagi mereka. Mereka menggunakan sumberdaya alam sebagai bahan sandang, pangan, obat tradisional dan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992). Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat juga ditunjukkan oleh masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tidak kurang dari 25 spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit rakyat seperti sakit batuk, diare, luka, cacingan, gatal karena jelateng, demam, gatal, cacar, terkena gigitan kalajengking, malaria, mata merah, goaman, “keloh”, disentri, sesak nafas dan terkena gigitan ular. Hal ini merupakan wujud bentuk

6

kearifan lokal masyarakat Suku Sasak yang berada di Desa Senaru dalam memanfaatkan tumbuhan (Riswan & Andayaningsih 2008). Beragamnya bentuk pemanfaatan tumbuhan dari berbagai daerah dapat menjadi kekayaan bagi kebudayaan Indonesia. Selain perbedaan dalam pola pemanfaatan tumbuhan, juga memungkinkan masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan yang sama dalam manfaat yang berbeda maupun tumbuhan berbeda dengan manfaat yang sama. Terdapat empat usaha utama yang berkaitan erat dengan etnobotani, yaitu: 1) pendokumentasian pengetahuan etnobotani tradisional; 2) penilaian kuantitatif tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber botani; 3) pendugaan tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari tumbuhan, untuk keperluan sendiri maupun untuk tujuan komersial; dan 4) proyek yang bermanfaat untuk memaksimalkan nilai yang dapat diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan ekologi dan sumber-sumber ekologi (Martin 1998). Dokumentasi sebagai salah satu usaha utama dalam etnobotani merupakan pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan. Dokumentasi tersebut dapat berupa dokumen tertulis, rekaman foto, majalah, film dokumenter. Dalam hal botani, dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengumpulan spesimen (herbarium).

2.2 Kearifan Tradisional Kearifan tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf 2002). Pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal secara turun temurun (Soekarman & Riswan 1992). Pengetahuan

merupakan kapasitas

manusia

untuk

memahami dan

menginterpretasikan baik hasil pengamatan langsung maupun pengalaman sehingga dapat digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Bangsa Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku mempunyai kebudayaan dan adat istiadat masing-masing yang berkembang dan diwariskan

7

secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kehidupan sukusuku tersebut terutama yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan lingkungannya secara turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani oleh leluhurnya. Pola hidup tradisional inilah yang kemudian membentuk kearifan tradisional. Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana hubungan di antara semua penghuni komunitas ekologis harus dibangun. Berdasarkan hal tersebut di atas Keraf (2002) menyebutkan bahwa : 1.

Kearifan tradisional adalah milik komunitas bukan individu.

2.

Kearifan tradisional yang juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praktis mencakup bagaimana memperlakukan setiap kehidupan di alam dengan baik.

3.

Kearifan tradisional lebih bersifat holistik karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta.

4.

Berdasarkan kearifan tradisional masyarakat adat juga memahami semua aktivitasnya sebagai aktivitas moral.

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan Pemanfaatan tumbuhan tradisional dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat adat, tradisional maupun masyarakat sekitar kawasan yang masih menurunkan warisan kearifan tradisional leluhurnya. Pemanfaatan ini bukan dipandang sebagai suatu yang misterius, melainkan sebagai sumber yang menguntungkan dan memberi hidup bagi masyarakat. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), baru sekitar 3-4% tumbuhan bermanfaat yang ada di Indonesia sudah dibudidayakan dan ditanam, sementara sisanya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat yang berasal dari hutan digunakan sebagai bahan sandang, bahan noken (anyaman), bahan pewarna, bahan obat tradisional, upacara adat dan kegiatan sosial, bahan pangan, bahan bangunan, bahan tali-temali, kayu bakar,

8

bahan alat (tani, parang atau senjata) dan bahan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992). Menurut Zuhud et al. (2004), tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok kegunaan di antaranya tumbuhan obat, tumbuhan aromatik, tumbuhan pangan, tumbuhan penghasil warna, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan untuk keperluan ritual dan keagamaan, tumbuhan penghasil tali, anyaman, kerajinan, tumbuhan penghasil kayu bakar, tumbuhan penghasil minuman dan tumbuhan penghasil bahan bangunan. Selain beragamnya pemanfaatan (fungsi) tumbuhan di atas, setiap bagian tumbuhan yang dimanfaatkan juga berbeda-beda, misalnya saja bagian yang dimanfaatkan adalah buah, daun, umbi, akar, kulit, bunga, biji, getah, batang dan sebagainya. Berdasarkan habitus tumbuhan yang dimanfaatkan, tumbuhan juga dikelompokkan dalam beberapa habitus. Habitus merupakan penampakan luar dan sifat tumbuh suatu tumbuhan. Adapun habitus berbagai spesies tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut: a)

Pohon merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah.

b) Perdu merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah. c)

Semak merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota yang sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 1 m.

d) Herba merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. e)

Liana merupakan tumbuhan berkayu, yang batangnya menjalar/memanjat pada tumbuhan lain.

f)

Epifit merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya.

2.3.1 Tumbuhan pangan Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Pangan berasal dari bahan hewani dan nabati (tumbuh-tumbuhan). Menurut Kamus Besar

9

Bahasa Indonesia bahan pangan nabati atau lebih dikenal tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi hewan disebut pakan). Produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu, produk tersebut umumnya diolah dari bahan baku lokal menggunakan teknologi lokal dikenal dengan sebutan pangan lokal. Proses pengadaan pangan lokal tersebut berdasarkan pengetahuan lokal dan biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Biasanya produk lokal sering menggunakan nama daerah seperti dodol garut dan talas bogor. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 menjelaskan pengertian pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut Depkes RI (1983) pengertian tanaman pangan yaitu kelompok tanaman yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh manusia, berupa sayuran dan buah-buahan, memiliki kandungan nutrien, vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Tumbuhan pangan ada yang berasal dari tumbuhan rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat tinggi ini dapat diperoleh dari hasil hutan berupa buah-buahan, dedaunan dan biji-bijian. Pada umumnya tumbuhan pangan berasal dari kelompok buah-buahan, sayur-sayuran dan sereal (Sunarti et al. 2007) atau mengandung

karbohidrat,

sayuran,

buah-buahan

dan

kacang-kacangan

(Purwadarminta 1988). Tumbuhan penghasil pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga (Moeljopawiro & Manwan 1992) yaitu: a)

Komoditas utama: padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau (Phaseolus radiatus), ubi kayu (Manihot utilissima) dan ubi jalar (Ipomoea batatas).

10

b) Komoditas potensial: sorgum (Andropogon sorgum), kacang tunggak (Vigna sinensis), kacang gude (Cajanus cajan), wijen (Sesamum orientale), talas (Colocasia esculenta), ubi kelapa (Dioscorea alata) dan sagu (Metroxylon spp.). c)

Komoditas introduksi: ganyong (Canna edulis), jawawut (Panicum viridae), terigu (Triticum sativum) dan kara (Dolichos lablab). Tumbuhan pangan di alam memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh

seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan sebagainya. Kandungan tersebut dapat ditemukan pada spesies tumbuhan seperti kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran dan sereal (sumber karbohidrat) (Kartikawati 2004).

a. Kacang-kacangan Kacang-kacangan merupakan biji-bijian yang dapat diperoleh dari spesies polong-polongan. Polong-polongan adalah anggota suku Fabaceae yang memiliki polong/legum. Kacang-kacangan utama yang dapat dimakan termasuk ke dalam anak suku Papilionoidae (anak suku terbesar dari Fabaceae) yang masih memiliki 450 marga dan 10000 spesies. Kacang-kacangan bermanfaat sebagai bahan pangan yang kaya protein (Koswara 2010).

b. Buah-buahan Buah-buahan merupakan komoditas yang besar dan beraneka ragam (Kartikawati 2004). Buah dapat dimakan dalam keadaan segar, maupun yang telah dikeringkan atau yang telah diolah. Buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah (tidak dimasak, matang dari pohonnya). Buah-buahan mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh (Dhalimarta & Adrian 2011) menyeimbangkan menu makanan, kaya protein, energi dan ada yang mengandung lemak.

c. Sayuran Sayuran merupakan komoditas tumbuhan yang mengandung air. Menurut Kartikawati (2004), beberapa contoh sayuran yang biasanya ditanam di kebun dan merupakan spesies tumbuhan hortikultura di antaranya selada (Lactuca sativa),

11

katuk (Sauropus androgynus), berbagai spesies kobis, kol (Brassica oleraceae), kangkung (Ipomea aqutica) dan spesies lainnya. Adapun sayuran yang digunakan sebagai bumbu, yaitu bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), daun bawang (Allium ampeloprasum), seledri (Apium graveolens). Spesies tumbuhan yang fungsi sekundernya sebagai sayuran adalah daun pepaya (Carica papaya), daun ubi jalar (Ipomea batatas), jagung muda (Zea mays) dan daun singkong (Manihot utillisima).

d. Palem-paleman dan umbi-umbian Palem-paleman dan umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat terpenting (Sunarti et al. 2007). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Beberapa spesies tumbuhan yang merupakan sumber karbohidrat di antaranya adalah sagu (Metroxylon spp.), aren (Arenga pinnata) dan lain-lain yang merupakan jenis palem berkarbohidrat, kemudian ubi jalar (Ipomea batatas), singkong

(Manihot

utillisima)

dan

sebagainya

yang

merupakan

umbi

berkarbohidrat.

2.3.1.1 Ketahanan Pangan Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan menjelaskan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensional, yaitu adanya hubungan keterkaitan antara mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Menurut Hariyadi (2010), aspek utama dalam ketahanan pangan terdiri dari 4 hal yaitu (1) aspek ketersediaan pangan (food availibity), (2) aspek stabilitas ketersediaan/pasokan pangan (stability supplies) (3) aspek keterjangkauan (acces supplies) dan (4) aspek konsumsi (food utilization). Faktor-faktor struktur sosial, budaya, politik dan ekonomi sangat penting dalam menentukan ketahanan pangan. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan faktor determinan dasar (basic determinan) bagi ketahaan pangan.

12

Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan sumberdaya lokal akan menciptakan kemandirian pangan yang selanjutnya akan melahirkan individu yang sehat, aktif dan berdaya saing sebagaimana indikator ketahanan pangan. Di samping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariyadi 2010).

2.3.1.2 Kedaulatan pangan Kedaulatan pangan memiliki peran penting sebagai strategi untuk mencegah krisis pangan. Membangun kedaulatan pangan dapat dilakukan melalui peningkatan produksi pangan dan pengurangan konsumsi yang berlebihan dan tidak perlu, disertai pembangunan pedesaan terpadu. Ketidakberhasilan dalam penerapan strategi ketahanan pangan menjadi inspirasi munculnya strategi alternatif, yaitu kemandirian dan kedaulatan pangan. Kemandirian pangan dapat dilihat dari kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, bermutu baik, dan aman yang berbasis pada pemanfaatan secara optimal sumber daya lokal. Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu ketersediaan yang cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutu/keamanan pangan yang baik, dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan merupakan strategi untuk mencegah krisis pangan dan mengentaskan masyarakat tani dari kemiskinan. Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia diarahkan untuk: (1) mewujudkan kemandirian dan kedaulatan negara dan rakyat dalam menentukan kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi pangan berdasarkan pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa pengaruh pihak luar; (2) mengurangi ketergantungan pada pangan impor; (3) memanfaatkan keragaman sumber daya hayati

untuk

memproduksi

berbagai

komoditas

pangan

non

beras;

(4) menciptakan lapangan kerja pada industri pertanian di perdesaan; (5) membebaskan petani tanaman pangan dari perangkap kemiskinan sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih sejahtera dan bermartabat (Swastika 2011).

13

2.3.2 Tumbuhan obat Tumbuhan obat menurut Depkes RI sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut: a) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu b) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor) c) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat Zuhud et al. (1994) menjelaskan bahwa tidak kurang dari 1260 spesies tumbuhan yang sudah diketahui bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yakni: 1. Tumbuhan obat tradisional: spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern: spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial: spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis. Tumbuhan obat sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat saat ini. Semula, untuk kelangsungan hidupnya, manusia menggantungkan semua keperluan pada alam sekitarnya, termasuk untuk menjaga kesehatan (Pramesthi 2008). Sejalan dengan sejarah perkembangan manusia, pengetahuan tentang penyakit dan pengalaman tentang pengobatan penyakit, semakin lama semakin banyak ragamnya, sesuai dengan budaya, kemampuan bangsa, lingkungan, serta ragam flora dan fauna yang ada. Pengolahan tumbuhan obat sebelum dikonsumsi, dapat berbagai macam cara. Mulai dari daun atau bunga yang direbus, sari yang diperas dari daun dan tapal yang dapat diperoleh dari akar atau kulit kayu atau juga bahan simplisia

14

yakni bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami proses apapun kecuali dikeringkan (Depkes

RI 1980). Pengetahuan tentang

pemanfaatan tumbuhan obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya termasuk generasi saat ini. Rostiana et al. (1992) menambahkan bahwa di antara jenis-jenis simplisia yang dominan penggunaannya, selama kurun waktu lima tahun (1985-1990) terdapat enam spesies yang sudah memasyarakat pembudidayaannya yaitu temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit dari famili zingiberaceae serta ada dari famili umbelliferae. Setiap suku di Indonesia memiliki pengetahuan yang berbeda-beda tentang pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan ramuan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang digunakan

untuk mengobati penyakit tertentu, maka

peluang menyembuhkan suatu penyakit pun menjadi semakin besar. Hal ini karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk semua orang. Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, Aliadi dan Roemantyo (1994) membagi masyarakat pemanfaat tumbuhan obat menjadi tiga kelompok, yaitu: a)

Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional, umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan

b) Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan prasarana kesehatan terbatas c)

Kelompok industriawan obat tradisional

2.4 Tri-Stimulus Amar Pro-Konservasi Konsep Tri-Stimulus Amar Konservasi digunakan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang efektif demi terwujudnya keberlanjutan sumberdaya alam hayati dan kesejahteraan masyarakat (Zuhud 2007). Tiga komponen stimulus yang mendorong terwujudnya konservasi yaitu stimulus

15

“alamiah”, “manfaat” dan “religius-rela” yang merupakan kristalisasi dari nilainilai: “kebenaran”, “kepentingan”, dan “kebaikan”. Stimulus alamiah dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat mengandung nilai-nilai kepentingan untuk manusia di dalamnya, seperti memperoleh manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis atau ekologis dan manfaat lainnya. Stimulus religius-rela mengandung nilai-nilai kebaikan yang di dalamnya mengharap ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Tri-Stimulus Amar Konservasi pada awalnya diharapkan menimbulkan 3 sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman, pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang, cinta, dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap konservasi tersebut, masing-masing diharapkan mengarah pada sikap yang positif dan akhirnya menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi dapat terwujud di dunia nyata karena banyaknya partisipasi dan sikap pro konservasi dari masyarakat ataupun instansi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam hayati.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berbatasan langsung dengan Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Desa Jeruk Manis

Gambar 1 Peta lokasi penelitian.

3.2 Alat, Bahan dan Obyek Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a)

Perlengkapan wawancara: pulpen, tape recorder, buku saku dan tally sheet

b) Perlengkapan untuk pembuatan herbarium (spesimen): alkohol 70%, benang, gunting, kantong plastik (trash bag bening), kertas karton, koran, label dan sprayer

17

c)

Kamera untuk pendokumentasian

d) Dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian e)

Buku identifikasi tumbuhan: Kitab Tumbuhan Obat Nusantara, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Khasiat Buah dan Sayur serta beberapa buku lainnya

Objek penelitian adalah spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat serta kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Data dan informasi yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh langsung dari informan/responden. Data dan informasi tersebut meliputi: a) Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan b) Etnobotani pangan dan obat masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yakni masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Terhadap

tumbuhan

pangan,

variabel

yang

dikaji

meliputi

keanekaragaman spesies tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan, keanekaragaman famili, tipe habitat, status budidaya, bagian yang digunakan, habitus, cara pengolahan dan pola konsumsi pangan oleh masyarakat. Adapun

kajian

tumbuhan

obat,

variabel

yang

dikaji

meliputi

keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan, keanekaragaman famili, tipe habitat, status budidaya, kelompok penyakit, bagian yang digunakan, habitus, bentuk ramuan, cara pengolahan dan cara pemakaian. Kajian etnobotani pangan dan obat ini juga mengambil data tentang kondisi kesehatan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis serta kearifan tradisional mencakup tradisi-tradisi (upacara/ritual tertentu/kearifan lainnya) yang menunjang upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat. c) Data dan informasi lainnya adalah kondisi umum lokasi penelitian. Data ini didapat dari pustaka yang dipelajari dari beberapa dokumen yang mencakup kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan kondisi Desa Jeruk

18

Manis. Adapun jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data No. 1

Jenis data Kondisi umum lokasi penelitian

Aspek yang dikaji (data) 1. Kondisi TNGR a. Letak b. Topografi c. Geologi dan vulkanologi d. Tanah e. Iklim f. Potensi Resort Kembang Kuning 2. Kondisi Desa Jeruk Manis a. Letak geografis dan luas b. Sosial ekonomi masyarakat c. Budaya masyarakat d. Tata guna lahan

Sumber data Balai TNGR, Kantor Desa Jeruk Manis

Metode Kajian pustaka, wawancara

2

Karakteristik responden

1. Jenis kelamin 2. Kelompok umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

Wawancara

3

Etnobotani pangan dan obat

1. Tumbuhan pangan a. Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan b. Famili c. Tipe habitat d. Status budidaya e. Bagian yang digunakan f. Habitus g. Cara pengolahan h. Pola konsumsi pangan 2. Tumbuhan obat a. Keanekaragaman spesies tumbuhan obat b. Famili c. Tipe habitat d. Status budidaya e. Kelompok penyakit f. Bagian yang digunakan g. Habitus h. Bentuk ramuan i. Cara pengolahan j. Cara pemakaian 3. Kondisi kesehatan masyarakat 4. Kearifan tradisional yang mendukung upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat 5. Sintesis pengembangan tumbuhan pangan dan obat potensial

Warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Warga masyarakat Suku Sasakdi Desa Jeruk Manis, Pengelola TNGR, literatur

Wawancara survei lapangan, pembuatan herbarium, kajian pustaka

19

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Wawancara Menurut Salerno et al. (2005) wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan dengan orang atau responden tentang topik penelitian. Wawancara dilakukan terhadap responden terpilih sebanyak minimal 30 orang (Sevilla 1993). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini secara keseluruhan dengan teknik semi terstruktur. Penerapan teknik wawancara ini dengan memberikan pilihan jawaban pada beberapa pertanyaan namun juga ada pertanyaan yang tidak disediakan pilihan jawaban sehingga dapat terlihat keragaman pendapat dalam menjawab setiap pertanyaan atau diharap responden menjawab sesuai pengetahuan mereka (Mardalis 2004). Responden dipilih berdasarkan kombinasi teknik purposive sampling dan snowball. Metode purposive sampling merupakan salah satu teknik dalam penentuan sampel (responden) yang didasarkan atas pertimbangan/kriteria tertentu dari sumber yang dianggap atau diketahui memanfaatkan tumbuhan pangan dan obat. Kriteria yang digunakan dalam penentuan responden adalah 1) responden yang mengetahui dan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat misalnya dukun, petani, tokoh masyarakat dan lainlain, 2) responden yang menggunakan tumbuhan pangan dan tumbuhan obat, 3) responden yang mengoleksi tumbuhan pangan dan obat, serta 4) responden yang menjual atau mengusahakan tumbuhan pangan dan obat. Adapun metode snowball merupakan metode yang penerapannya dimulai dari informen kunci (key informan) yang kemudian dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang adanya individu lain yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan responden dimulai dari tokoh masyarakat seperti kepala desa atau dukun yang dianggap mengetahui banyak informasi tentang tumbuhan (key informan) (Abu & Rabia 2005). Dari keterangan responden tersebut dikumpulkan calon responden lain sesuai kriteria sebagai persyaratan responden (Nasution 2003). Mereka yang memenuhi salah satu kriteria di atas yang kemudian dipilih

20

sebagai responden. Menurut Sugiyono (2006) teknik penentuan sampel (responden) dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan. Data wawancara dari setiap spesies tumbuhan yang digunakan adalah biodata responden, spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang digunakan, nama lokal, kegunaan, tipe habitat, status budidaya, habitus, bagian yang digunakan, cara pengolahan serta cara meramunya. Data lainnya adalah bentuk ramuan tumbuhan obat dan cara pemakaiannya.

3.4.2 Survei lapangan Survei lapangan bertujuan untuk memverifikasi spesies-spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan warga masyarakat serta membuat dokumentasi termasuk sampel (herbarium) (Abu & Rabia 2005).

3.4.3 Pembuatan dan identifikasi contoh herbarium Herbarium merupakan salah satu cara mengawetkan bagian (baik daun, bunga, ranting, kuncup, buah atau bagian lainnya) dari satu spesies tumbuhan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tertentu yang belum dikenali/diketahui atau untuk keperluan pengembangan pengetahuan mengenai spesies tumbuhan tersebut. Adapun tahapan pembuatan herbarium adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan contoh bagian tumbuhan seperti ranting, daun, bunga, biji, buah untuk dijadikan herbarium 2. Spesimen tumbuhan yang dijadikan herbarium dipotong dengan panjang sekitar 40 cm 3. Spesimen herbarium tumbuhan diberi label gantung berukuran 3x5 cm. Label gantung berisi nomor koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen, nama lokal spesimen dan lokasi pengambilan spesimen 4. Spesimen herbarium kemudian dirapikan dan dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran 5. Lipatan kertas koran yang berisi spesimen ditumpuk menjadi satu dan dimasukkan dalam trash bag bening

21

6. Tumpukan spesimen disiram dengan alkohol 70% hingga seluruh bagian tersiram merata, kemudian trash bag ditutup rapat agar alkohol tidak menguap 7. Setelah sampai di tempat koleksi herbarium, tumpukan herbarium dipres dalam sasak, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 700C selama 3 hari 8. Setelah kering, herbarium kemudian diidentifikasi nama ilmiahnya

3.4.4 Kajian pustaka Selain dari data yang dikumpulkan di atas, juga dilakukan kajian pustaka. Pustaka ini bersumber dari buku, jurnal, artikel, laporan atau data lainnya yang sudah ada berhubungan dengan kondisi umum lokasi penelitian di TNGR dan masyarakat sekitar taman nasional.

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dan tabulatif. Berikut rumusan penghitungan persentase famili, status budidaya, bagian yang digunakan dan habitus tumbuhan pangan dan obat: a. Persen famili Persentase famili tertentu=

∑ spesies famili tertentu ×100% ∑ spesies semua famili

b. Persen status budidaya Persentase status budidaya merupakan bentuk analisis terhadap tumbuhan pada saat ditemukan. Artinya spesies tersebut merupakan hasil budidaya, tumbuhan liar atau semi budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada yang liar). Persentase status budidaya=

∑ spesies budidaya ×100% ∑ total spesies

c. Persen bagian yang digunakan Persen bag. yang digunakan =

∑ bagian tertentu yang digunakan × 100% ∑ total spesies

22

d. Persen habitus Persentase habitus tertentu =

∑ spesies habitus tertentu × 100% ∑ total spesies

e. Pembagian penggunaan tumbuhan pangan Pembagian ini didasarkan atas kegunaan atau kandungan yang terdapat di dalam tumbuhan, di antaranya karbohidrat, protein (kacang-kacangan), vitamin dan mineral (buah dan sayur-sayuran), bahan minum, bahan pelengkap (rempahrempah/penyedap rasa).

f. Pembagian penggunaan tumbuhan obat Pengklasifikasian

data

dilakukan

terhadap

keragaman

kelompok

penyakit/penggunaan tumbuhan obat dengan cara melakukan penyaringan (screening) terhadap khasiat masing-masing spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya. Menurut Oktaviana (2008) pembagian berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaannya No. 1

Kelompok Penyakit/Penggunaan Gangguan Peredaran Darah

2

Keluarga Berencana (KB)

3

Penawar Racun

4

Pengobatan Luka

5

Penyakit Diabetes

6

Penyakit Gangguan Urat Syaraf

.7

Penyakit Gigi

penyakit/penggunaan

dan

macam

Macam Penyakit/Penggunaan Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran, menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi

23

Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan penyakit/penggunaannya (lanjutan) No. 8

Kelompok Penyakit/Penggunaan Penyakit Ginjal

9

Penyakit Jantung

10

Penyakit Kanker/Tumor

11

Penyakit Kelamin

12

Penyakit Khusus Wanita

13

Penyakit Kulit

14

Penyakit Kuning

15

Penyakit Malaria

16

Penyakit Mata

17

Penyakit Mulut

18

Penyakit Otot dan Persendian

19

Penyakit telinga

20

Penyakit Tulang

21

Penyakit Saluran Pembuangan

22

Penyakit Saluran Pencernaan

23

Pernafasan/THT

dan

macam

Macam Penyakit/Penggunaan Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung. Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tumor dan kanker. Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit. Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning. Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit malaria. Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mata Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian. Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga. Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang. Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pembuangan. Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak nafas, Sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pernafasan/THT.

24

Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan penyakit/penggunaannya (lanjutan) No. 24

Kelompok Penyakit/Penggunaan Perawatan Kehamilan dan Persalinan

25

Perawatan Organ Tubuh Wanita

26

Perawatan Rambut, Muka, Kulit

27

Sakit Kepala dan Demam

28

Tonikum

29

Lain-lain

Sumber: Oktaviana (2008)

dan

macam

Macam Penyakit/Penggunaan Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan Kegemukan, memperbesar payudara, mengencangkan vagina, pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh wanita. Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka dan kulit. Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada anakanak, demam pada orang dewasa, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam. Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum. Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Buklet tentang Sekilas Taman Nasional Gunung Rinjani 2011 menjelaskan gambaran Taman Nasional Gunung Rinjani berikut ini. 4.1.1 Letak Secara geografis TNGR terletak antara 116°21’30”-116º34’15” bujur timur dan 8°18’18”-8º32’19” lintang selatan. Secara administratif TNGR berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

4.1.2 Topografi Kawasan TNGR merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian beranekaragam antara 500 m dpl sampai 3.726 m dpl sedangkan kelerengannya mulai sedang (0-< 25%), curam (25-40%), dan sangat curam (> 40%). Luas masing-masing kelas lereng tersebut berturut-turut adalah 16.678 Ha, 15.882 Ha dan 7.645 Ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian selatan dan timur laut, terletak pada ketinggian 1.800-2.000 m dpl yaitu kaki Gunung Rinjani. Puncak tertinggi terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl). Gunung-gunung lain yang berdekatan letaknya dengan Gunung Rinjani adalah Gunung Baru (2.376 m dpl), Gunung Sangkareang (2.914 m dpl), Gunung Buang Mangge (2.895 m dpl), Gunung Kondo dan Gunung Manuk. Di antara gunung-gunung tersebut dipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang yang dalam dengan kelerengan yang terjal dan berbatu. Di lembah sebelah barat Gunung Rinjani terdapat Danau Segara Anak (2.100 m dpl) yang airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda satu tempat dengan tempat lainnya, mulai dari dingin, sedang, hangat sampai panas. Gunung Baru mempunyai keistimewaan tersendiri karena gunung tersebut seakan-akan muncul dari tengah-tengah Danau Segara Anak.

26

4.1.3 Geologi, tanah dan hidrologi Dilihat dari sebaran geologi kawasan komplek hutan Gunung Rinjani lebih didominasi oleh bahan vulkanis dengan klasifikasi tanah pembentuk yang dominan yaitu andosol okrik dengan bahan induk abu dan pasir volkan (pada bagian utara dan selatan) kemudian regosol eutrik dan litosol dengan bahan induk abu dan pasir volkan (sekitar Danau Segara Anak dan Gunung Baru), andosol okrik (abu dan pasir volkan sebagai bahan induk) di bagian selatan dan timur laut batas kawasan taman nasional serta tanah litosol dan mediteran morik di bagian barat daya dan tenggara batas kawasan. Berdasarkan peta tanah tinjau tahun 1976 disajikan bahwa jenis tanah yang ada di Pulau Lombok terdiri dari 26 jenis yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu tanah aluvial, tanah regosol, tanah gromosol, tanah mediterant, tanah litosol dan tanah branforest. Secara ekologis komposisi

vegetasi pada

kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan hutan di sekitarnya mempunyai arti yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan tata air di Pulau Lombok, hal ini dimungkinkan karena hutan Gunung Rinjani mencakup wilayah yang sangat luas dan merupakan daerah resapan air bagi wilayah-wilayah di sekitarnya, tercatat lebih dari 85 mata air berasal dari Gunung Rinjani yang ditandai dengan adanya pengelolaan daerah aliran sungai. terdapat 10 lokasi daerah aliran sungai dan 5 lokasi sub daerah aliran sungai. Beberapa lokasi DAS dengan sumber air utama dari Gunung Rinjani yaitu : DAS Lekok Amor-amor, DAS Lekok Perla, DAS Lekok Putih, DAS Jurit, DAS Gerengengan, DAS Lekok Kangan, DAS Terutuk, DAS Lekok Reak, DAS Monongge, serta Sub DAS Kokoq Belek, Sub DAS Segara Anak, Sub DAS Lenek (DAS Dodokan), Sub DAS Jaga dan Sub DAS Teratak (DAS Dodokan).

4.1.4 Iklim Secara umum daerah kawasan TNGR mempunyai iklim tropis. Curah hujan berkisar antara 1.750-2.000 mm di bagian barat laut, utara, timur laut dan tenggara kawasan serta di bagian utara hingga barat daya Danau Segara Anak dengan curah hujan berkisar antara 2.000-2.500 mm dan sebagian kecil dengan curah hujan 1.500-1.750 mm. Curah hujan tersebut bervariasi menurut ketinggian dan letak

27

geografis. Kecenderungannya adalah semakin tinggi letak dari permukaan laut maka semakin besar curah hujannya dan daerah pantai utara serta timur relatif lebih kering dibanding daerah pantai barat dan selatan. Perbedaan curah hujan antara satu tempat dengan tempat lainnya bisa sangat tinggi, yaitu dari 700 mm di daerah timur yang paling kering sampai melebihi 3.500 mm di daerah sekitar Gunung Rinjani. Menurut Schmidt dan Ferguson, TNGR termasuk tipe iklim C dan D di sebelah barat dan tenggara dan tipe iklim E di sebelah timur laut, sedangkan menurut Oldeman TNGR ini termasuk tipe iklim D3 dan D4. D3 dengan 3-4 bulan basah, 4-6 bulan kering untuk di sebelah barat daya, tipe iklim D4 dengan 3-4 bulan basah dan 6 bulan kering terjadi di bagian utara dan timur. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan November sampai Maret (musim muson barat laut). Jika tiap kenaikan 100 m diikuti dengan penurunan suhu terbesar 0,5ºC, maka temperatur di puncak Gunung Rinjani berkisar 1°-11º C terutama jika musim kemarau dan bertiup angin yang kencang.

4.1.5 Potensi flora dan fauna Resort Kembang Kuning Potensi Resort Kembang Kuning, TNGR sangat kaya akan keanekaragaman hayati flora dan fauna. Beberapa spesies flora yang ditemukan di kawasan TNGR Resort Kembang Kuning mulai tingkat semai sampai tingkat pohon yaitu lemokek (Ficus fistulosa),

iluh-iluh (Saurauia pendula), jukut (Eugenia claviflora),

kekosok (Ardisia javanica), rerangkong (Dichroa febrifuga), jelateng (Laporstea stimulans), sesonggak (Melastoma malabaricum), lelopok (Beilshmiedia sp.), dedurenan (Neonauclea calycina), bajur (Pterosperum javanicum), cemara (Casuarina equisetifolia) dan beringin (Ficus benjamina). Adapun fauna yang ditemukan di Resort Kembang Kuning, beberapa di antaranya adalah rusa timur (Rusa timorensis floresiensis), kijang (Muntiacus muntjak), babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung

(Tracyphitecus

auratus

cristatus),

musang

rinjani

(Paradoxurus

hermaphroditus rhindjanicus), leleko/congkok (Felis bengalensis javanensis), landak (Hystrix javanica) serta jenis burung seperti koakiau (Philemon buceroides neglectus) dan kacamata wallacea (Zosterops wallacea).

28

4.2 Kondisi Desa Jeruk Manis Selayang Pandang Desa Jeruk Manis 2011 menjelaskan gambaran Desa Jeruk Manis berikut ini. 4.2.1 Letak geografis dan luas Secara administratif Desa Jeruk Manis berada di Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 256,66 Ha. Desa Jeruk Manis terbagi dalam 4 dusun yaitu Kebun Baru, Barang Panas, Gawah Buak dan Erat Tangge Mayung. Desa Jeruk Manis ditetapkan sebagai desa persiapan sejak 10 November 2010 dan baru definitif sejak tanggal 9 November 2011. Desa Jeruk Manis merupakan pemekaran dari Desa Kembang Kuning. Adapun batas-batas administrasi Desa Jeruk Manis sebagai berikut: Sebelah Utara

: Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani

Sebelah Selatan : Desa Kembang Kuning Sebelah Timur

: Desa Jurit

Sebelah Barat

: Desa Tete Batu

4.2.2 Sosial ekonomi masyarakat Pada bulan Februari tahun 2012 jumlah penduduk secara keseluruhan di Desa Jeruk Manis sekitar 2033 jiwa dengan jumlah laki-laki 991 jiwa dan perempuan 1042 jiwa. Dilihat dari tingkat pendidikan, umumnya masyarakat di desa ini memiliki pendidikan yang relatif rendah. Hanya 7 orang yang mencapai jenjang perguruan tinggi, 2 orang lulusan diploma serta lainnya mengaku pernah mengenyam bangku sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) atau sekolah menengah atas (SMA). Sekalipun demikian dari sekian banyak masyarakat yang ada di desa ini, tingkat pendidikan SD jauh lebih dominan, itupun rata-rata tidak sampai menamatkan jenjang sekolah dasar (SD). Sarana pendidikan di desa ini masih relatif minim. Terdapat hanya dua sekolah dasar (SD) dan satu sekolah menengah pertama (SMP) yang berada di Dusun Gawah Buak. Selain sarana pendidikan yang minim, sarana kesehatan pun belum ada di desa ini. Masyarakat yang sakit setidaknya harus menuju desa induk yakni di Desa

29

Kembang Kuning untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atau di Desa Kota Raja yang memiliki prasarana puskesmas. Berdasarkan pekerjaan atau mata pencaharian, umumnya masyarakat di Desa Jeruk Manis berprofesi sebagai petani dan peternak sapi, ayam dan bebek. Masyarakat mengaku bahwa penghasilan yang diperoleh setiap harinya tidaklah tentu. Hanya saja saat bekerja sebagai buruh tani di sawah, meraka mendapatkan upah senilai Rp. 20.000/hari. Beragam komoditi hasil pertanian warga masyarakat di desa ini. Tidak hanya padi atau jagung namun juga masyarakat menanam tanaman buah di antaranya kelapa, pisang, alpukat, nangka, rambutan, durian, manggis dan buahbuahan lainnya. Apotek hidup seperti jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan lain-lain serta sayur-sayuran seperti kacang tanah, kacang panjang, komak, cabe, tomat dan beberapa sayuran lainnya. Interaksi masyarakat sekitar di Desa Jeruk Manis terhadap kawasan hutan Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani relatif tinggi. Kebanyakan dari warga yang memasuki kawasan hutan merupakan warga yang ingin mengambil pakis, kayu bakar atau mereka yang bekerja sebagai peternak dengan mengambil rumput di dalam kawasan taman nasional. Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah masyarakat yang homogen. Keseluruhan warga di desa ini merupakan penduduk asli Pulau Lombok bahkan asli dari desa tersebut (Suku Sasak). Tidak ditemukan warga pendatang dari suku lainnya yang menetap di desa ini kecuali sesekali mereka yang berjualan dan datang berwisata ke air terjun Jeruk Manis. Walaupun masyarakatnya relatif homogen, masyarakat di Desa Jeruk Manis yang merupakan bagian dari Suku Sasak, saat ini tidak begitu kental menjalankan adat/tradisi Suku Sasak. Berbeda halnya dengan yang berlangsung di Desa Bayan atau Desa Adat Senaru. Hanya tradisi-tradisi tertentu seperti prosesi nikah, bercocok tanam dan panen padi, serta kearifan menghargai alam (hutan) yang saat ini masih ada dan dijalankan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis. Keseluruhan warga masyarakat beragama Islam. Mobilitas warga di desa ini cukup tinggi, walaupun aksesibilitas jalan pada beberapa lokasi masih banyak yang rusak. Bahkan pada beberapa penemuan jalan

30

yang dilewati warga masih berupa tanah liat yang barang tentu akan sangat susah dilewati pada saat musim hujan tiba. Tidak kurang dari 12 km jarak yang harus ditempuh warga setiap harinya bila ingin mencapai ibukota kecamatan yang berada di Sikur. Jarak ini dapat ditempuh sekitar 0,5 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Biasanya masyarakat yang hilir mudik keluar desa adalah masyarakat yang mencari rezeki di luar seperti menjual hasil panen atau sekedar pergi berbelanja ke pasar untuk kebutuhan rumah tangga. 4.2.3 Budaya masyarakat Penduduk asli yang mendiami Pulau Lombok adalah Suku Sasak, tidak terkecuali masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar TNGR, seperti Desa Jeruk Manis yang menjadi lokasi penelitian ini. Kata “Sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris S. berasal dari kata “Sah” yang berarti pergi dan “Shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak (Aloevera 2011). Mayoritas Suku

Sasak

beragama

Islam,

namun demikian dalam

kenyataannya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di Pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat Pulau Lombok saja khususnya di Kota Mataram. Agama Islam yang dianut mayoritas Suku Sasak berdasarkan sejarahnya berasal dari Jawa pada masa kerajaan Islam Demak abad ke 16. Konon agama Islam disebarkan oleh Sunan Prapen, sehingga budaya masyarakat tidak lepas dengan budaya Islam seperti peringatan maulid nabi, lebaran topat, selamatan, dan perkawinan yang melebur menjadi satu dalam suatu akulturasi budaya. Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Rinjani, kehidupan mereka tidak lepas dari hutan. Di hutan mereka mencari buah-buahan, kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, rumput pakan ternak dan berburu satwa liar, khususnya di kawasan TNGR (Pramesthi 2008).

31

4.2.4 Tata guna lahan Penataan

lahan

sangat

penting

untuk

mempercepat

konstruksi

pembangunan. Sebagian besar pemanfaatan lahan di Desa Jeruk Manis adalah untuk area pusat desa, persawahan, pemukiman, perkebunan, pekarangan, kuburan dan prasarana umum lainnya. Dari total luas desa yakni 256,66 Ha, pembagian tersebut terdiri dari kantor desa 0,32 Ha, persawahan 160,67 Ha, pemukiman 9 Ha, perkebunan 75,49 Ha, pekarangan 6 Ha, kuburan 3 Ha dan prasarana umum lainnya seluas 2,18 Ha (Tabel 3). Berikut diuraikan tentang tata guna lahan di Desa Jeruk Manis. Tabel 3 Tata guna lahan berdasarkan luasnya No.

Penggunaan lahan

Luas (Ha)

1.

Sawah

160,67

2. 3.

Kebun Pemukiman

75,49 9

4.

Pekarangan

6

5.

Kuburan

3

6.

Kantor

0,32

7.

Prasarana lain

2,18

a. Area pusat Desa Jeruk Manis Pusat kegiatan desa berada di Dusun Kebun Baru sebagai pusat pelayanan pemerintahan desa. Pada area pusat Desa Jeruk Manis terdapat beberapa fasilitas umum, yaitu: 1. Kantor desa 2. MCK umum 3. Sarana biogas dari kotoran ternak sapi b. Areal persawahan Persawahan berada menyebar merata di desa ini. Umumnya keberdaan sawah berada di pinggir desa yang berbatasan langsung dengan desa lainnya. Sawah juga bertempat pada lokasi-lokasi aliran air seperti sungai dan lain-lain. Keseluruhan lahan persawahan ini digarap dengan sistem irigasi ½ teknis.

32

c. Areal pemukiman Area perumahan dikembangkan dan diprioritaskan pada areal pemukiman lama dan untuk pembangunan rumah baru diarahkan pada areal yang masih kosong. d. Areal perkebunan Areal perkebunan di Desa Jeruk Manis umumnya tidak begitu jauh dari sawah, bahkan kadang berdampingan. Namun beberapa kebun lebih dekat dengan pemukiman bahkan terkadang pada beberapa warga lokasi kebunnya berada di sebelah rumah atau di belakang rumahnya. Sektor perkebunan, di Desa Jeruk Manis dapat dikembangkan kebun seperti coklat, pisang, pinang, kelapa, tembakau atau dapat juga mengembangkan kebun campuran (tumpang sari) pada lokasi yang sama. e. Areal pekarangan Bagian depan halaman atau pekarangan rumah di Desa Jeruk Manis umumya ditanami dengan spesies tumbuhan pangan seperti sayuran dan buah. Terkadang terdapat juga warga yang menempatkan tumbuhan hias. Selain untuk penggunaan di atas, beberapa dari pekarangan warga khususnya dibagian belakang rumah juga sering ditemukan kandang sapi atau ternak lainnya. Masyarakat umumnya memelihara ternak tidak jauh dari rumah bahkan pekarangan juga dijadikan tempat untuk memelihara ternak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemeliharaan serta pengawasan terhadap ternak tersebut. f. Kuburan Kuburan hanya digunakan sebagai tempat pemakaman warga yang meninggal dunia. Kuburan ini bertempat di Dusun Kebun Baru dan berada di pinggir desa. g. Prasarana umum lainnya Prasarana umum lainnya adalah lapangan olahraga dan bangunan sekolah. Lapangan olahraga bertempat pada node yang menghubungkan 3 dusun yakni Kebun Baru, Gawah Buak dan Erat Tangge Mayung. Sementara itu bangunan sekolah berada di Dusun Kebun Baru (SD) dan Gawah Buak (SMP).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Jenis kelamin Hasil wawancara terhadap 32 responden di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 23 orang (72%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 9 orang (28%) (Gambar 2). Jumlah responden laki-laki lebih dominan karena laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam mencari, menyediakan serta meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Dua orang belian (dukun) sebagai responden kunci (key informan) yang mengetahui banyak informasi tentang pemanfaatan tumbuhan juga berjenis kelamin laki-laki. Perempuan 28%

Laki-laki 72%

Gambar 2 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.

Pembagian tugas dan kewajiban pada dasarnya tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Hanya saja konstruksi di dalam kehidupan masyarakat luas sejak dahulu menyatakan bahwa laki-laki identik dengan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik sedangkan pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan ketekunan lebih banyak dikerjakan oleh perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama berperan dalam mengerjakan kegiatan masing-masing. Bahkan dari bukti empiris, perempuan di Desa Jeruk Manis pun turut membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau meningkatkan pendapatan keluarganya. Perempuan turut serta membantu laki-laki dalam

34

memanen padi (Gambar 3a), berladang, atau mencari pakis di hutan (Gambar 3b). Kegiatan ini dilakukan tanpa mengenyampingkan kewajiban perempuan sebagai ibu rumah tangga.

(a) (b) Gambar 3 Perempuan turut membantu laki-laki dalam meningkatkan pendapatan keluarga: (a) membantu memanen padi; (b) mengambil pakis. Kegiatan yang dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga seperti ditunjukkan pada Gambar 3 menjadi rutinitas setiap hari perempuan di Desa Jeruk Manis, tanpa menganggapnya sebagai beban berat. Perempuan juga mencangkul, merumput, menanam, mencari kayu bakar, menjadi buruh tani dan kegiatan bertani lainnya sebagai rasa tanggung jawab pada keluarga. Hal tersebut dijelaskan oleh Sajogyo (1987) bahwa beban kerja bagi perempuan pedesaan seringkali tidak terlalu dipermasalahkan dan tidak dianggap beban melainkan sebagai hobi dan didorong rasa tanggung jawab pada keluarga. Rasa tanggung jawab yang dimaksud adalah perempuan di Desa Jeruk Manis merasa terpanggil untuk membantu ekonomi keluarga. Keberadaan desa yang berada di pinggir hutan dangan penghasilan masyarakat yang masih marjinal, dari kegiatan bertani (mencangkul dan menanam), berladang, mencari kayu bakar, mengambil pakis di hutan untuk lauk atau dijual, serta kegiatan lainnya, perempuan dapat turut meningkatkan pendapatan keluarga mereka atau setidaknya mengurangi biaya ketika memperkerjakan orang lain. Peran serta perempuan dalam berbagai hal juga menandakan bahwa tidak ada batasan bagi setiap masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk beraktivitas atau mengerjakan hal-hal tertentu. Akses perempuan memasuki kawasan hutan yang dianggap keramat dan angker, menjadi pertanda bahwa pemanfaatan sumberdaya

35

hutan tidak hanya dapat dilakukan oleh laki-laki namun juga perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya saling bahu membahu bekerja pada taraf kemampuannya untuk menopang ekonomi keluarga.

5.1.2 Kelompok umur Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan, terutama untuk kebutuhan pangan dan obat-obatan di Desa Jeruk Manis sudah diketahui sejak zaman dahulu yang diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menunjukkan keberagaman umur responden, mulai dari umur 18 tahun hingga yang tertua umur 82 tahun (Gambar 4).

Jumlah (orang)

12

10

9

10 8

6

6

4

5

2

2 0 <30 thn

30-39 thn 40-49 thn 50-59 thn

≥ 60 thn

Kelompok umur (tahun)

Gambar 4 Jumlah responden berdasarkan kelompok umur.

Responden dengan kelompok umur 40-49 tahun lebih banyak dari pada kelompok umur lainnya yakni sebanyak 10 responden. Data ini tidak jauh berbeda dengan kelompok umur 60 tahun ke atas yakni 9 responden (kelompok umur tua). Jumlah yang relatif sama ini menunjukkan bahwa ada transfer ilmu pengetahuan atau kearifan tradisional dari kelompok umur tua (orang tua) kepada anak atau kelompok umur di bawahnya. Beragamnya kelompok umur ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki regenerasi yang diharapkan pun dapat menurunkan kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat kepada generasi selanjutnya. Bukti empiris menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam kelompok umur lebih dari 60 tahun, masih aktif bekerja seperti bertani di sawah ataupun mengerjakan kegiatan lainnya sendiri,

tanpa menyusahkan orang lain.

36

Produktivitas usia tua atau usia jompo, tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup dan kebiasaan pola konsumsi mereka yang tidak mengandung bahan pengawet, lemak dan manis, kebiasaan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran serta rutinitas di pagi hari sebelum beraktivitas mengkonsumsi secangkir kopi bubuk. Minuman kopi mengandung kafein. Menurut Hardinsyah (2008), kafein sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi urin. Dalam dosis yang rendah, kafein dapat berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa sakit. Kandungan kopi inilah yang kemudian menjadi perangsang bagi masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis termasuk kelompok umur tua untuk tetap semangat bekerja sehari-hari. Tidak ada batasan spesifik dalam kebudayaan atau kebiasaan masyarakat Desa Jeruk Manis mengenai usia produktif dan non produktif karena batasanbatasan ekonomis atas usia seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagai ilustrasi, seorang anak berumur 10 tahun di Desa Jeruk Manis ternyata telah bekerja dan secara ekonomis terlibat dalam sistem-sistem produksi seperti mengambil pakis di hutan yang kemudian mereka jual atau seorang nenek berumur lebih dari 70 tahun juga masih terlibat dalam kegiatan yang sama (Gambar 5). Dengan kata lain, nenek tersebut masih menjalankan perilaku ekonomis meski keadaan biologisnya dikatakan non produktif lagi.

Gambar 5 Seorang nenek menjual pakis yang diambilnya dari kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. 5.1.3 Pendidikan Tingkat pendidikan responden di Desa Jeruk Manis umumnya rendah. Sebagian besar responden tidak pernah mengenyam pendidikan formal atau hanya

37

sampai pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD), itu pun tidak sampai selesai. Teridentifikasi masing-masing 37% (12 orang) responden tidak pernah sekolah dan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar SD, sedangkan sisanya sebanyak 4 orang (13%) lulus sekolah menengah atas (SMA) dan masing-masing sebanyak 2 orang (6%) yang pernah mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) dan mencapai jenjang perguruan tinggi (Sarjana). Rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan oleh minimnya sarana pendidikan dan lokasi pemukiman di Desa Jeruk Manis yang berada jauh dari pusat kota. Jarak tempuh desa ini dengan pusat kecamatan mencapai 12 km dengan kondisi jalan yang sebagian rusak parah. Kondisi ini menyebabkan masyarakat khususnya anak-anak kesulitan untuk mengikuti proses pendidikan. Pada saat responden mengenyam pendidikan dasar, sekolah dasar inpres hanya terdapat di Desa Kembang Kuning dan Desa Kota Raja dengan jarak tempuh mencapai ± 8 km, sehingga tidaklah mudah untuk dijangkau dengan hanya berjalan kaki. Sampai saat ini sarana pendidikan yang telah dibangun di Desa Jeruk Manis adalah dua bangunan SD dan satu bangunan SMP di Dusun Gawah Buak. Komposisi tingkat pendidikan responden berikut tersaji pada

Jumlah responden

Gambar 6. 14 12 10 8 6 4 2 0

12

12

4 2

Sarjana

2

SD

SMA

SMP/MTS

Tidak Sekolah

Tingkat pendidikan

Gambar 6 Komposisi tingkat pendidikan responden.

Keberadaan ekonomi keluarga juga menjadi faktor pembatas responden di Desa Jeruk Manis untuk dapat terus melanjutkan pendidikannya. Hanya mereka yang memiliki perekonomian mapan yang mampu menyekolahkan anaknya

38

sampai pada jenjang perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan juga disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Budaya berladang masyarakat yang lokasinya jauh dari pemukiman juga menyulitkan proses peningkatan pendidikan bagi anak-anaknya karena anakanak tersebut sejak kecil sudah dilibatkan dalam kegiatan berladang. Setidaknya inilah beberapa faktor yang memperkuat kondisi tingkat pendidikan di desa ini yang masih rendah. Kondisi pendidikan responden di Desa Jeruk Manis, tidak berpengaruh besar terhadap pengetahuan dan penggunaan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat tradisional. Hal ini karena dasar utama dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan dan obat-obatan tersebut didasarkan pada kebiasaan atau kearifan tradisional masyarakat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

5.1.4 Pekerjaan Mata pencaharian utama responden di Desa Jeruk Manis adalah bertani dan berternak. Kegiatan bertani merupakan kebutuhan hidup bagi masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mereka memenuhi kebutuhan akan beras yang merupakan makanan pokok masyarakat, bukan dari hasil membeli melainkan mengusahakannya sendiri dengan cara bertani. Warisan nenek moyang berupa lahan dipergunakan secara turun temurun untuk bertani. Beberapa di antaranya juga dijadikan sebagai ladang atau kebun yang ditanami tumbuhan pangan seperti kopi, kelapa, mangga, manggis dan tumbuhan lainnya. Adapun kebiasaan berternak juga tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Masyarakat di desa ini biasa memelihara ternak seperti sapi, ayam dan bebek. Kegiatan berternak dianggap tidak menyusahkan dan dapat berjalan beriringan dengan kegiatan bertani. Ternak sapi yang dipelihara dipergunakan untuk membantu membajak sawah juga limbah (kotorannya) dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Setiap pagi hari umumnya responden berangkat menyabit rumput untuk pakan ternak. Rumput-rumput tersebut ada yang berasal dari dalam kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), ada juga yang berasal dari pinggiran hutan, pinggir kebun atau di sekitar sawah masyarakat. Sepulang menyabit

39

rumput, responden yang berprofesi sebagai petani pergi ke sawah atau berladang sampai dengan sore hari. Alasan lainnya yang menyebabkan responden di Desa Jeruk Manis memelihara ternak khususnya sapi karena kesadaran mereka bahwa hasil panen tidak dapat selalu diandalkan dan tidak dapat dipanen setiap saat, sementara itu kebutuhan ekonomi terkadang tidak bisa diduga-duga. Terkadang mereka dihadapkan pada keadaan atau persoalan yang membuat mereka harus mengeluarkan uang tunai pada saat itu juga, seperti anak yang sakit atau hal tak terduga lainnya. Ternak yang dipelihara ini, menjadi aset yang dapat dijual kapan pun untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut. Terhitung satu ekor sapi dewasa dapat laku terjual berkisar Rp. 3.000.000,- – Rp. 5.000.000,- tergantung pada kondisi sapi saat dijual. Selain bertani dan berternak, mata pencaharian lain responden adalah sebagai PNS (pegawai kantor desa), wiraswasta (pedagang), penjaga rumah, pekasih (petugas pengatur air sawah penduduk) dan menjadi belian (dukun). Penghasilan yang diperoleh dari beberapa profesi ini juga beragam dan cenderung tidak tentu. Responden yang bekerja sebagai pekasih dan belian mengaku hanya diupah dengan barang, hasil kebun atau hasil panen berupa gabah dan itu tergantung pada keikhlasan pemberi. Gambar 7 berikut ini menunjukkan

Pekerjaan atau mata pencaharian

komposisi pekerjaan responden.

PNS

2

Wiraswasta

3

Tani, Penjaga Rumah (Vila)

1

Tani, Pekasih (Pengatur Air)

1

Tani dan Tenak

16

Belian (Dukun)

2

Ibu Rumah Tangga

8

Buru Tani

3 0

5

10

15

20

Jumlah responden

Gambar 7 Komposisi pekerjaan atau mata pencaharian responden.

40

5.2 Tumbuhan Pangan 5.2.1 Keanekaragaman spesies Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis mencapai 215 spesies dari 72 famili. Spesies tumbuhan tersebut meliputi spesies liar, spesies semi budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada yang liar) dan tanaman budidaya. Tumbuhan yang digunakan untuk bahan pangan teridentifikasi sebanyak 136 spesies dari 53 famili (Lampiran 1). Sebagian besar spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat untuk pangan dan obat masih berupa tumbuhan liar. Beberapa spesies yang biasa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun dan di sekitar pemukiman atau pekarangan rumah. Tumbuhan semi budidaya merupakan tumbuhan yang oleh sebagian warga masyarakat dianggap penting untuk menunjang kesehatan atau sebagai sumber pangan tambahan sehingga ada yang dibudidayakan namun juga beberapa ditemukan tumbuh liar di berbagai tempat. Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan berdasarkan status budidaya (liar, semi budidaya dan budidaya) tersaji pada Gambar 8.

6% 42%

Budidaya

Liar 52%

Gambar 8

Pengetahuan budidaya.

Semi Budidaya

dan

penggunaan

tumbuhan

berdasarkan

status

Selain berfungsi sebagai pangan, ternyata beberapa tumbuhan pangan yang yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, juga berkhasiat

41

obat. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan pangan fungsional. Artinya bahan pangan yang dikonsumsi bukan saja mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampilan dan cita rasanya menarik, tetapi juga memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh seperti mengobati penyakit-penyakit tertentu. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI No. HK 00.05.52.0685 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional, yang dimaksud dengan pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Terdapat sebanyak 77 spesies tumbuhan pangan fungsional yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (Gambar 9). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di desa ini, selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, juga berkhasiat obat yang dapat mengobati berbagai macam penyakit. Daftar rinci tumbuhan pangan fungsional tersaji pada Lampiran 2.

Tumbuhan Pangan

59 spesies

Tumbuhan Obat

77 spesies

79 spesies

Tumbuhan Pangan Fungsional

Gambar 9

Jumlah tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat tradisional.

42

5.2.2 Keanekaragaman famili Keanekaragaman tumbuhan pangan berdasarkan familinya dikelompokkan ke dalam 53 famili. Gambar 10 menunjukkan bahwa urutan teratas jumlah spesies berdasarkan famili adalah famili Fabaceae dengan jumlah 11 spesies.

9

Zingiberaceae 6

Solanaceae 5

Rutaceae 4

Rubiaceae

5

Famili

Poaceae

6

Myrtaceae 5

Moraceae

11

Fabaceae 6

Euphorbiaceae

7

Cucurbitaceae 5

Arecaceae 4

Araceae

0

2

4

6

8

10

12

Jumlah spesies

Gambar 10 Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan famili.

Beberapa spesies dari famili Fabaceae seperti antap (Vigna sinensis), bage (Tamarindus indica), botor (Psophocarpus tetragonolobus), buncis (Phaseolus vulgaris), kacang tana` (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), ketujur (Sesbania grandiflora) dan komak (Lablab purpureus) merupakan bahan pangan yang digunakan sebagai sayur dan ditemukan cukup melimpah. Spesies dari famili Fabaceae ini khususnya antap, botor, buncis dan komak merupakan spesies yang telah dibudidayakan oleh masyarakat. Masyarakat di Desa Jeruk Manis membudidayakan sayur-sayuran untuk pemenuhan kebutuhan hidup atau kebutuhan rumah tangga sendiri. Warga masyarakat menanam sayur-sayuran tersebut di pekarangan rumah, kebun atau ladang. Bahkan sisa pematang sawah pun sering digunakan sebagai lahan menanam sayuran (Gambar 11).

43

(a) (b) Gambar 11 Sayur yang ditanam di pematang sawah: (a) antap (Vigna sinensis); (b) botor (Psophocarpus tetragonolobus). Dominasi

spesies

dari

famili

Fabaceae

(polong-polongan)

yang

dikembangkan dan ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis karena kondisi lingkungan wilayah ini. Menurut Wisnu et al. (2004), wilayah Desa Jeruk Manis yang dulunya berada pada administrasi Desa Kembang Kuning masuk dalam kategori agroekosistem lahan kering, terletak di daerah pinggiran hutan dengan sistem pertanian berbasis perkebunan. Soil Survey Staffs (1998), mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Hal ini juga dipertegas oleh Suwardji dan Tejowulan (2002) yang mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi. Dengan kata lain struktur tanah, siklus air, karbon dan hara, kurang menunjang bagi kualitas tanah yang baik (tingkat kesuburan tanah rendah). Penanaman spesies polong-polongan (famili Fabaceae) yang dapat bersimbiosis dengan bakteri nitrogen yakni Rhizobium leguminosarum, maka akan terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah. Bakteri ini hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong

44

hidup. Senyawa nitrogen inilah yang dapat menambah kesuburan tanah (Simanungkalit et al. 2006). Kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam hal pemilihan spesies polong-polongan, menunjukkan bahwa sekalipun hal yang mereka kerjakan tidaklah berlandas pada ilmu pengetahuan yang ilmiah, namun kearifan tradisional tersebut telah membuktikan bahwa apa yang dikerjakan dapat berhasil dan menjadi pekerjaan sampai dengan saat ini. Kebiasaan masyarakat di Desa Jeruk Manis dengan menanam spesies polong-polongan ternyata telah meningkatkan kesuburan tanah setempat. Spesies lain yang banyak ditanam dan dipelihara oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis adalah spesies dari famili Zingiberaceae. Beberapa spesies dari famili ini adalah jahe (Zingiber officinale), kunci (Gastrochilus panduratum), kunyit (Curcuma domestica), kunyit asa (Curcuma xanthorrhiza), lengkuas/laos (Alpinia galanga) dan sekur (Kaempferia galanga). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rostiana et al. (1992) bahwa temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit merupakan spesies yang telah memasyarakat pembudidayaannya dan banyak digunakan. Spesies dari famili ini oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis digunakan sebagai bahan penyedap, perasa atau bumbu masak juga obat tradisional. Spesies-spesies dari famili Zingiberaceae ini sering menjadi campuran ramuan pada beberapa jenis penyakit. Salah satu spesies tersebut adalah sekur (Kaempferia galanga) (Gambar 12). Sekur atau kencur ini digunakan sebagai campuran (komplementer)

untuk mengobati penyakit seperti sariawan, sakit

perut, batuk, panas bahkan kanker.

Gambar 12 Sekur (Kaempferia galanga).

45

Famili terbanyak ketiga yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah famili Cucurbitaceae. Beberapa spesies dari famili yang dikenal sebagai suku labu-labuan ini di antaranya adalah bokar/sondak

(Lagenaria

leucantha),

jebet/jepan

(Sechium

edule),

pria

(Momordica charantia) dan wolu (Cucurbita moschata). Spesies-spesies ini lebih banyak digunakan sebagai sayur mayur.

5.2.3 Keanekaragaman tipe habitat Tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis berasal dari berbagai tipe habitat, seperti hutan, kebun, kolam ikan, lapangan bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di sawah. Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat tersaji dalam

Tipe habitat

Gambar 13 berikut ini.

25

Sawah Pinggir kali Pinggir jalan Pekarangan Lapangan bola Kolam ikan Kebun Hutan

9 10 59 1 2 91 64 0

20

40

60

80

100

Jumlah spesies

Gambar 13 Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat.

Penemuan tipe habitat atau lokasi tempat tumbuh paling banyak terdapat di kebun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagian besar spesies yang diketahui dan digunakan tersebut adalah spesies yang sebenarnya telah dibudidayakan di kebun. Seperti data status budidaya spesies tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang menunjukkan bahwa spesies budidaya lebih banyak dari pada spesies liar ataupun spesies semi

46

budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada yang liar) (Gambar 14).

8% 35% Budidaya Liar Semi Budidaya 57%

Gambar 14 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan pangan berdasarkan status budidaya. Pada beberapa spesies tertentu, lokasi tempat tumbuh/tipe habitat yang ditemukan tidak hanya berada pada satu tipe, tetapi bisa jadi pada beberapa tipe. Salah satu spesies yang dapat ditemukan melimpah, bahkan tumbuh hampir di seluruh tipe habitat adalah bebele (Centella asiatica) (Gambar 15a). Kondisi ini seperti yang diungkapkan Dharmono (2007) bahwa Centella asiatica merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun kebun. Oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, spesies ini digunakan sebagai tumbuhan pangan dan juga obat tradisional. Bebele (Centella asiatica) sebagai tumbuhan pangan lebih banyak digunakan sebagai sayuran. Penggunaan paling sederhana dari tumbuhan ini adalah menjadi lalapan atau diolah dengan cara direbus dan dijadikan urap. Biasanya bebele tumbuh dan berkembang dengan cara merayap di tanah dengan daerah sebaran dekat dengan sumber air. Spesies yang ditemukan di kebun, selain merupakan hasil budidaya, ternyata terdapat spesies liar. Spesies tersebut adalah umbe atau omba (Piper umbellatum) (Gambar 15b). Umbe atau omba merupakan tumbuhan liar hutan yang kadang juga tumbuh di kebun. Warga masyarakat menjadikan spesies ini sebagai sayur. Biasanya umbe atau omba dapat tumbuh pada tempat-tempat yang lembab atau dekat dengan sumber air.

47

(a) (b) Gambar 15 Tumbuhan liar: (a) bebele (Centella asiatica); (b) umbe atau omba (Piper umbellatum).

5.2.4 Bagian yang digunakan Bagian tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis terbagi dalam 10 bagian. Bagian tumbuhan pangan yang paling banyak digunakan adalah buah (54%). Salah satu

spesies liar hutan yang

digunakan buahnya adalah terep (Artocarpus elasticus). Buah terep serupa dengan buah nangka kecil, dengan bau wangi yang kuat. Biasanya buah terep dimakan dalam keadaan segar atau diolah sebagai kue. Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memasukkan terep sebagai spesies eksotik taman nasional (Gambar 16). Artinya bahwa spesies ini bukan merupakan spesies asli kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), melainkan hasil introduksi dari tempat lainnya.

Gambar 16 Spesies eksotik TNGR: terep ((Artocarpus elasticus).

48

Bagian lainnya dari tumbuhan pangan yang juga digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah daun (17%), umbi (8%), rimpang/rhizoma (6%), seluruh bagian tumbuhan/herba (5%), batang (4%), umbut (3%) dan sisanya masing-masing 1% yakni bunga, kulit batang dan tunas. Selengkapnya jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan bagian yang digunakan ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 4 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan No.

Bagian Tumbuhan Pangan yang Digunakan

Jumlah (spesies)

Persentase (%)

1

Batang

6

4

2

Buah

80

54

3

Bunga

2

1

4

Daun

25

17

5

Kulit Batang

2

1

6

Rimpang/Rhizoma

8

6

7

Seluruh Bagian Tumbuhan (herba)

8

5

8

Tunas

1

1

9

Umbi

11

8

10

Umbut Jumlah

4 147

3 100

Spesies lainnya yang juga berasal dari hutan dan digunakan buahnya adalah blincang (Begonia sp.) (Gambar 17). Karena rasanya yang asam, tumbuhan ini sering digunakan sebagai bumbu masak pengganti bage (asam). Tidak hanya buahnya, blincang ini juga digunakan bagian batangnya.

(a) (b) Gambar 17 Blincang: (a) Begonia isoptera; (b) Begonia grandis.

49

Beberapa spesies tumbuhan pangan yang digunakan bagian daunnya oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis, umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur. Dominasi terbanyak dari spesies yang digunakan daunnya ini merupakan spesies liar yang salah satunya tumbuh dan berasal dari kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Beberapa spesies tersebut di antaranya adalah jaong (Rorippa indica), jukut hutan (Syzygium sp.), kayu pelina (Ardisia lanceolata) (Gambar 18a), ketepu (Ophiorrhiza neglecta) (Gambar 18b) dan banyut (Tricalysia singularis).

(a) (b) Gambar 18 Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya: (a) kayu pelina (Ardisia lanceolata); (b) ketepu (Ophiorrhiza neglecta).

5.2.5 Keanekaragaman habitus Spesies tumbuhan pangan dibagi dalam 7 kelompok habitus yaitu epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya No.

Habitus Tumbuhan Pangan

Jumlah (spesies)

Persentase (%)

1

Efipit/benalu

2

2

2

Herba

40

29

3

Liana

20

15

4

Pakis-pakisan

1

1

5

Perdu

25

18

6

Pohon

40

29

7

Semak

8

6

Jumlah

136

100

50

Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah pohon dan herba yakni sama-sama 40 spesies atau 29% dari total tumbuhan pangan yakni 136 spesies. Beberapa spesies tumbuhan pangan yang berhabitus pohon adalah gumitri (Elaeocarpus sp.), kayu manis (Cinnamomum burmannii), cengkeh (Syzygium aromaticum), nangka (Artocarpus heterophyllus), pokat (Persea americana), durian (Durio zibethinus), randu (Ceiba Pentandra) dan lekong (Aleurites moluccana). Spesies-spesies berhabitus pohon di atas merupakan spesies yang berada di hutan. Bahkan oleh Taman Nasional Gunung Rinjani memasukkan nangka (Artocarpus heterophyllus), pokat (Persea americana), durian (Durio zibethinus), randu (Ceiba Pentandra) dan lokong (Aleurites moluccana) sebagai spesiesspesies eksotik kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Habitus yang memiliki jumlah spesies paling sedikit adalah pakis-pakisan (1 spesies). Spesies tersebut adalah pakis/paku bele atau paku manis (Diplazium esculentum).

5.2.6 Sumber karbohidrat Padi merupakan makanan pokok dan sumber karbohidrat utama masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang diperoleh dari mata pencaharian mereka yaitu bertani. Pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat lainnya selain padi (Oryza sativa) terdapat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi (Oryza sativa) No.

Spesies

Tipe habitat

1.

Ambon gula (Ipomoea batatas)

hutan, Kebun, Pinggir jalan (semi budidaya)

2.

Ambon jawa (Manihot utilisima)

kebun, pekarangan (budidaya)

3.

Biraq (Alocasia 'Portora')

hutan, kebun, pekarangan (semi budidaya)

4.

Gadung (Dioscorea hispida)

hutan, kebun (semi budidaya)

5.

Jagung (Zea mays)

kebun (budidaya)

6.

Loma` (Xanthosoma violaceum)

kebun, pekarangan, pinggir kali (semi budidaya)

7.

Marus (Maranta arundinacea)

pinggir kali (liar)

8.

Tongei (Schismatoglottis rupestris)

hutan, kebun (liar)

51

Padi yang sering ditanam oleh masyarakat di desa ini terbagi dalam empat varietas. Keempat varietas tersebut biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama padi bulu, padi gama, padi merah dan padi kombo. Hasil panen padi biasanya tidak dijual oleh masyarakat melainkan disimpan untuk memenuhi kebutuhan beras sampai dengan tiba masa panen selanjutnya. Hasil panen yang disimpan tersebut tidak dalam bentuk beras langsung melainkan gabah kering. Hal ini dilakukan agar beras yang dimakan tetap bagus dan tidak rusak. Biasanya masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis menyimpan gabah di suatu tempat semacam lumbung padi yang diberi nama “pantek bale” (Gambar 19). Struktur bangunan yang menyerupai saung ini berbahan dasar kayu. Bagian yang digunakan sebagai tempat menyimpan gabah adalah bagian atas. Sementara bagian bawahnya menjadi tempat peristirahatan atau sekedar untuk duduk dan bercengkerama dengan keluarga.

Gambar 19 Pantek bale.

Proses pengolahan ambon gula, ambon jawa, biraq, gadung, jagung, loma`, marus dan tongei dilakukan dengan cara direbus, dikukus atau dibakar. Dalam pengolahan biraq ada sedikit perbedaan dengan sumber karbohidrat lainnya. Umbi dari tumbuhan ini tidak sembarangan dapat langsung diolah karena bila salah akan menimbulkan rasa gatal bagi orang yang memakannya. Kearifan tradisional atau kebiasaan orang tua terdahulu dalam mengolah tumbuhan ini, menjadi pengalaman berharga yang tidak ternilai harganya.

52

Biraq yang digunakan umbinya, saat akan diambil atau dipotong menggunakan parang harus mengikuti arah bawah ke atas. Artinya ayunan parang yang digunakan harus mengarah ke atas, bukan ke bawah. Kepercayaan ini ada kaitannya dengan mitos bahwa arahan parang dari bawah ke atas, dapat menghilangkan rasa gatal tumbuhan ini. Mereka mempercayai seiring dengan tebasan parang tersebut yang diarahkan ke atas, maka rasa gatal pada tumbuhan pun ikut pergi atau hilang. Umbi biraq yang telah diambil juga dikupas lebih tebal dan direndam beberapa saat agar rasa gatal tersebut semakin hilang. Kebiasaan seperti ini sudah menjadi cerita dan sering

dilakukan oleh beberapa

masyarakat

yang

mempercayainya ketika akan mengambil atau mengkonsumsi biraq. Selain biraq, gadung yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis ini tidak serta merta langsung dapat direbus. Diperlukan perlakuan khusus terlebih dahulu karena bila salah pengolahannya dapat membuat orang yang memakannya menjadi pusing atau keracunan. Menurut Kardinan (2002), kandungan yang terdapat dalam umbi gadung adalah kandungan alkaloid yang dapat menimbulkan rasa pusing, mual, bahkan dapat menyebabkan kematian. Cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk menghilangkan efek tersebut dengan cara umbi gadung yang telah dikupas, diiris kecil-kecil kemudian direndam dalam air yang telah dibuburi garam. Dalam masa perendaman tersebut, gadung diinjak menggunakan lutut kaki. Hal ini berlangsung selama satu hari. Setelah melewati semua proses tersebut, keesokan harinya barulah gadung dicuci kembali (bilas) dengan air bersih dan direbus. Tujuan perendaman adalah untuk menghilangkan zat beracun dalam gadung.

5.2.7 Sumber protein Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis umumnya berasal dari tumbuhan polong-polongan seperti antap (Vigna sinensis), bage (Tamarindus indica), botor (Psophocarpus tetragonolobus), buncis (Phaseolus vulgaris), kacang tana` (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), ketujur (Sesbania grandiflora) dan komak (Lablab purpureus). Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tersaji pada Tabel 7 berikut ini.

53

Tabel 7 Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis No.

Spesies

Tipe habitat

1.

Antap (Vigna sinensis)

kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

2.

Bage (Tamarindus indica)

kebun (budidaya)

3.

Botor (Psophocarpus tetragonolobus)

kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

4.

Buncis (Phaseolus vulgaris)

kebun, sawah (budidaya)

5.

Kacang tana` (Arachis hypogea)

kebun (budidaya)

6.

Kedelai (Glycine max)

kebun (budidaya)

7.

Ketujur (Sesbania grandiflora)

kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

8.

Komak (Lablab purpureus)

kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

Protein berfungsi sebagai zat gizi/nutrien yang mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan. Asupan protein baik hewani maupun nabati sehari-hari dapat digunakan untuk menyusun jaringan baru guna mengganti jaringan yang telah rusak dan mati serta untuk menyusun enzim dan hormon yang dibutuhkan. Hal ini seperti yang dikemukakan McGregor (2003), “When your body breaks down damaged cells, the nutrients are reused within the body. This protein is available for cells being rebuilt. Only small amounts of protein are needed for formations of hormones, enzymes and antibodies”, bahwa ketika sel dalam tubuh dalam keadaan rusak, protein memiliki kemampuan untuk membangun jaringan sel yang rusak tersebut juga untuk formasi hormon, enzim dan antibodi. Menurut Koswara (2010) kacang-kacangan (polong-polongan) mempunyai keistimewaan yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemak pada umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah yang

cukup

banyak.

Menurutnya

kacang-kacangan

(polong-polongan)

memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika mengkonsumsi kacang-kacangan (polong-polongan) sebanyak 100 gram (1 ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari. Tumbuhan pangan lainnya yang memiliki kandungan protein nabati di antaranya adalah jamur-jamuran, rotan dan beberapa varietas talas atau keladi. Spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan liar yang dominasinya ditemukan di hutan khususnya di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.

54

5.2.8 Sumber vitamin dan mineral Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kebutuhan akan vitamin dan mineral oleh warga masyarakat yang tinggal di Desa Jeruk Manis berasal buah-buahan dan sayur-sayuran. Melimpahnya buah dan sayur, baik liar maupun hasil budidaya membuat masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran setiap harinya. Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) asupan vitamin dan mineral dapat terpenuhi dari konsumsi buah dan sayur. Vitamin dan mineral kadang-kadang disebut bahan gizi mikro. Vitamin dan mineral dibutuhkan untuk mendukung kinerja sistem metabolisme tubuh (Putri 2012). Tubuh manusia hanya membutuhkan bahan gizi mikro dalam jumlah sedikit, untuk mendukung reaksi kimia yang diperlukan oleh sel agar dapat hidup. Manusia memperoleh vitamin dan mineral ini dari makanan atau suplemen, karena tubuh manusia tidak mampu membuatnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang tumbuhan penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.

5.2.8.1 Penghasil buah-buahan Tumbuhan di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR banyak menyimpan hasil hutan non kayu berupa buah-buahan. Beberapa buah-buahan liar di kawasan hutan tersebut pun menjadi konsumsi masyarakat di Desa Jeruk Manis. Beberapa buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tersaji pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis* No.

Spesies

Tipe habitat

1.

Durian (Durio zibethinus)

hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

2.

Gumitri (Elaeocarpus sp.)

hutan (liar)

3.

Klekes udang (Syzygium sp.)

hutan (liar)

4.

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

5.

Nyambu batu (Psidium guajava)

hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

6.

Pokat (Persea americana)

hutan, kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

*Catatan: Buah selengkapnya tersaji pada Lampiran 3

55

Buah durian (Durio zibethinus), nangka (Artocarpus heterophyllus), nyambu batu (Psidium guajava) dan pokat (Persea americana) cukup dominan ditemukan. Dominannya buah-buahan ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu yakni krisis multi dimensi yang terjadi pada tahun 1998. Krisis ini dirasakan oleh masyarakat pinggiran hutan sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani. Salah satunya masyarakat di Desa Jeruk Manis. Berawal dari permasalahan inilah kemudian Departemen Kehutanan memberikan kebijaksanaan kepada masyarakat di sekitar kawasan TNGR dalam membantu menangani krisis ekonominya, masyarakat diperbolehkan mengelola jalur hijau selebar 20 m dari batas luar kawasan dengan menanam tanaman buah-buahan seperti mangga, durian, alpukat, nangka, jambu dan kepundung. Buah-buahan yang disebut di atas selain berada di hutan juga di kebun. Pada saat musim panen tiba, beberapa warga memperoleh untung besar dari penjualan durian dan manggis yang mereka tanam. Sepanjang jalan menuju kantor Resort Kembang Kuning, TNGR durian dan manggis melimpah ditemukan. Kebanyakan dari pemilik kebun menjual durian dan manggisnya pada saat masih di pohon. Sistem ini dikenal oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis dengan sebutan “lolo”. Artinya total buah yang ada dalam satu pohon tersebut dinilai satu lolo. Satu lolo pohon durian (Gambar 20) atau manggis dapat laku terjual jutaan rupiah, tergantung pada produktifitas buah dan hasil negosiasi dengan pembeli.

Gambar 20 Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan sistem lolo.

56

Sebelum masa panen tiba, pohon durian dan manggis di Desa Jeruk Manis ini biasanya telah laku terjual, atau dengan kata lain dipesan lebih dulu oleh para tengkulak. Tengkulak ini berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya dari sekitar Lombok Timur namun ada juga yang berasal dari Kota Mataram. Biasanya warga masyarakat di desa ini memiliki langganan setiap musim panennya, sehingga mereka tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku. Buah lainnya yang banyak dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis adalah pisang (Musa spp.). Masyarakat di Desa ini gemar mengkonsumsi buah pisang. Hal ini terlihat dari beragamnya varietas pisang yang ditanam oleh warga. Setidaknya ada 9 spesies pisang atau dalam bahasa lokalnya punti yang ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari punti tembaga, punti ketip, punti kredi, punti lumut, punti gedang, punti mas, punti raja, punti birah dan punti susu. Serupa dengan buah durian dan manggis, selain untuk dikonsumsi sendiri, hasil dari panen pisang ini pun dijual ke tengkulak atau ke pasar. Beberapa dari buah-buahan yang dikonsumsi warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis mempunyai fungsi sekunder sebagai sayur-sayuran, di antaranya adalah buah dan pucuk daun gedang (Carica papaya), jantung pisang “kosong” (Musa spp.) dan nangka muda (Artocarpus heterophyllus). Sayursayuran tersebut dapat diolah secara langsung menjadi masakan, terutama disantan (kla santan).

5.2.8.2 Penghasil sayur-sayuran Sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis pada umumnya telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun atau di pekarangan rumah. Selain itu, di antara sayur-sayuran tersebut terdapat juga yang masih tumbuh liar terutama di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Beberapa spesies sayur-sayuran yang digunakan oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tersaji pada Tabel 9 berikut ini.

57

Tabel 9 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis* No.

Spesies

Tipe habitat

1.

Bilong (Solanum retroflexum)

pekarangan, pinggir jalan, sawah (liar)

2.

Emat (Daemonorops sp.)

hutan (liar)

3.

Jamur ekor (Pleurotus ostreatus)

hutan (liar)

4.

Jamur kuping (Auricularia auricula-judae)

hutan, kebun (liar)

5.

Pakis (Diplazium esculentum)

hutan, pinggir kali (liar)

6.

Pepao (Emilia sonchifolia)

hutan, kebun, pinggir jalan, sawah (liar)

*Catatan: Sayuran selengkapnya tersaji pada Lampiran 4

Pakis/paku bele (Diplazium esculentum) merupakan tumbuhan pangan potensial yang dapat dikembangkan. Spesies ini cukup melimpah dan setiap harinya diburu oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki ataupun perempuan sering terlihat hiruk pikuk memasuki kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR hanya untuk mencari pakis (Gambar 21).

Gambar 21 Warga masyarakat yang mengambil pakis.

Tingginya antusiasme masyarakat Desa Jeruk Manis, memasuki kawasan hutan untuk mencari pakis, bukan tanpa alasan. Pola konsumsi warga yang terbiasa mengkonsumsi pakis merupakan alasan utamanya. Mereka menganggap

58

bahwa pakis merupakan sayur yang manis. Hal ini pula kemudian yang menjadi penyebab pakis ini juga dinamai pakis manis oleh masyarakat setempat. Menurut Cakradinata (2006), pakis merupakan salah satu potensi hasil hutan non kayu yang cukup besar dan sampai saat ini belum tersentuh oleh teknologi seperti dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena tumbuhan ini tidak tahan disimpan lama, maksimal hanya 24 jam. Pakis merupakan salah satu bahan pokok makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Pulau Lombok bahkan sampai ke Pulau Sumbawa. Tingginya tingkat permintaan akan pakis juga membuat beberapa warga menjadikan komoditi ini sebagai sumber pendapatan finansial. Dari hasil wawancara,

beberapa

warga

masyarakat

menjual

pakis

dengan

harga

Rp. 1.000/ikat. Harga ini dikenakan untuk jumlah sekitar 20-25 batang pakis dalam satu ikatan. Masyarakat pun menuturukan bahwa dalam satu hari mereka dapat mendapatkan penghasilan sebesar rata-rata Rp. 20.000,- dari hasil mencari pakis. Dalam perhitungan kasar, bila pengambilan pakis tersebut rutin dilakukan setiap harinya selama satu bulan penuh maka terhitung setidaknya terdapat Rp. 600.000,- uang yang diperoleh dari hutan untuk satu komoditi yakni pakis. Adapun sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, di antaranya juga terdapat sayuran yang jarang dikonsumsi yaitu jamur dan rotan atau emat (Gambar 22).

(a) (b) Gambar 22 Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi: (a) jamur ekor (Pleurotus ostreatus); (b) rotan atau emat (Daemonorops sp.).

59

Penyebab jamur jarang dikonsumsi warga adalah keberadaan jamur yang tidak dapat diperoleh setiap saat. Pada musim-musim tertentu jamur tidak dapat tumbuh. Biasanya pada musim-musim kering atau kemarau produksi jamur relatif kecil dan bahkan tidak tumbuh. Hal ini seperti yang disampaikan Istuti dan Nurbana (2006) bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang menjadi faktor utama dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur ekor (jamur tiram). Salah satunya adalah suhu untuk pertumbuhan miselium berkisar antara 20 0C-300C dan kelembapan 80%-85% (tidak terkena pancaran sinar matahari langsung). Faktor yang menyebabkan rotan atau emat jarang dikonsusmi karena ketersediaannya di alam. Keberadaan rotan di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR banyak ditemukan pada tanah yang miring sehingga menyusahkan warga untuk mengambilnya. Menurut Kalima (2008), secara ekologis rotan tumbuh dengan subur di berbagai tempat, terutama di daerah yang lembab seperti pinggiran sungai. Selain itu penyebab rotan sehingga jarang dikonsumsi ialah cara pengolahannya yang sulit. Rotan yang oleh masyarakat digunakan bagian umbutnya (batang muda), tentu tidak mudah diambil karena batang rotan berduri.

5.2.9 Bahan minum Beberapa spesies tumbuhan juga digunakan untuk bahan minuman. Adapun spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, tersaji pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis No.

Spesies

Tipe habitat

1.

Aren (Arenga pinnata)

kebun, pekarangan (budidaya)

2.

Kayu sepang (Caesalpinia sappan)

hutan (liar)

3.

Kedelai (Glycine max)

kebun (budidaya)

4.

Kopi (Coffea robusta)

hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

5.

Tetandan ginantrum (Uncaria gambir)

hutan (liar)

Tetandan ginantrum (Uncaria gambir) biasa digunakan sebagai pengganti sumber air saat berada di hutan. Dalam kawasan TNGR sumber mata air tidak dapat ditemukan di setiap tempat, ataupun ada kadang lokasinya sangat sulit

60

dijangkau. Cara penggunaan tetandan ginantrum adalah batang liana tumbuhan ini yang masih terlihat basah dipotong menyilang (diagonal) pada kedua sisi, setelah itu batang yang telah terpotong, diarahkan secara vertikal tepat berada di atas mulut (Gambar 23).

Gambar 23 Cara penggunaan tetandan ginantrum (Uncaria gambir).

Spesies lainnya yang digunakan sebagai bahan minum adalah kayu sepang (Gambar 24). Spesies ini biasa digunakan oleh masyarakat Desa Jeruk Manis, sebagai sirup karena kulit batangnya dapat memberikan warna merah pekat ketika direbus dengan air putih. Tingkat kepekatan warna tersebut tergantung pada jumlah kulit batang yang dimasukkan ke dalam rebusan air. Bila semakin pekat warna yang diinginkan, maka jumlah kulit batang kayu sepang yang dimasukkan juga harus semakin banyak.

(a) (b) Gambar 24 Kayu sepang (Caesalpinia sappan): (a) kulit batang; (b) hasil olahan berupa sirup.

61

Bahan minuman lainnya adalah kopi dan kedelai. Kedua spesies ini telah dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis. Biasanya kopi dan kedelai diolah terlebih dahulu dengan cara disangrai menggunakan wajan. Setelah itu ditumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Keduanya diminum dengan cara diseduh dengan air panas. Kopi merupakan minuman wajib bagi setiap keluarga di Desa Jeruk Manis. Hampir di setiap rumah menyiapkan minuman ini sebagai suguhan utama mereka kepada tamu yang datang. Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga terbentuk dari sugesti mereka bahwa kopi sebagai penyemangat

kerja.

Sehari tidak

mengkonsumsi kopi maka mulut terasa sepet dan kepala bisa pusing. Oleh karenanya sebelum beraktivitas seperti pergi ke sawah atau dalam keadaan santai, warga masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi kopi terlebih dahulu. Bahan minuman lainnya adalah air enau atau air aren (Gambar 25). Air enau atau air aren ini diperoleh dari pelepah pohon enau. Biasanya masyarakat di Desa Jeruk Manis mengkonsumsi air enau atau air aren dengan membelinya dari Desa Tete Batu yang memproduksi air enau. Masyarakat percaya bahwa tidak semua enau atau aren dapat menghasilkan air yang baik. Setiap pohon enau atau aren yang ingin diambil airnya terlebih dahulu didoakan oleh belian (dukun) agar pohon enau atau aren tersebut dapat mengeluarkan air setiap saat.

Gambar 25 Air enau atau air aren (Arenga pinnata).

62

Biasanya air enau diambil dua kali sehari yakni di pagi hari dan sore hari menjelang magrib. Selama rentang waktu tersebut, bambu yang telah disiapkan di pohon enau atau aren digunakan untuk menampung airnya. Air enau dalam satu bungkus plastik setengah kilogram, dihargai Rp. 2.500,-.

5.2.10 Bahan pelengkap/rempah/perasa Tumbuhan pangan sebagai bahan pelengkap/rempah/perasa merupakan bahan pangan tambahan untuk melengkapi bahan pangan pokok pada saat akan diolah atau dimasak. Bahan pangan pelengkap ini dimaksudkan untuk memberikan cita rasa lain yang khas dari suatu menu masakan yang dibuat. Terdapat sebanyak 29 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bumbu masak (rempah) oleh warga masyarakat Desa Jeruk Manis. Beberapa spesies tersebut di antaranya terdapat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Bahan pelengkap/perasa yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis* No.

Spesies

Tipe habitat

1.

Bawang mira (Allium cepa)

kebun, pekarangan (budidaya)

2.

Bawang putih (Allium sativum)

kebun (budidaya)

3.

Cengkeh (Syzygium aromaticum)

hutan, kebun, pekarangan (budidaya)

4.

Lekong (Aleurites moluccana)

hutan, kebun (semi budidaya)

5.

Sebek (Canna edulis)

hutan, pinggir kali (liar)

6.

Sebia (Capsicum frutescens)

kebun, pekarangan, sawah (budidaya)

*Catatan: Bahan pelengkap/perasa selengkapnya tersaji pada Lampiran 5

Bawang mira (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum) dan sebia (Capsicum frutescens) merupakan spesies yang hampir selalu ada dalam setiap menu masakan. Bisa dikatakan bahwa bumbu masak ini merupakan bumbu masak dasar (pokok) pada setiap masakannya. Selain dari bumbu masak tersebut, terdapat bumbu masak lain yang juga selalu ada dalam setiap menu masakan yakni terasi. Bumbu masak ini terbuat dari olahan udang dan ikan kecil yang ditumbuk dan diolah sehingga menjadi terasi. Terasi ini berbeda dengan yang digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah yang terasinya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti payang aka (Trichosanthes sp.), payang kure` (Aleuritas

63

moluccana), payang kayu (Pangium adule), payang lengu (Ricinus communis) dan salap (Sumbaviopsis albicans) (Ayu 2012). Bumbu masak yang digunakan oleh warga masyarakat di desa ini disimpan di dalam wadah yang diberi nama ceraken (Gambar 26). Ceraken terbuat dari anyaman lontar yang dibentuk dengan model persegi dengan banyak sekat-sekat persegi kecil di dalamnya. Penempatan bumbu masak di dalam ceraken ini dimaksudkan agar bumbu masak tersebut dapat lebih awet dan tidak diserang oleh serangga seperti kecoa.

Gambar 26 Ceraken: tempat menyimpan bumbu masak.

5.2.11 Cara pengolahan Sebagian besar tumbuhan pangan diolah oleh Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dilakukan dengan cara direbus. Masak atau dalam bahasa sasak “kla” menjadi kata kunci utama bagi setiap nama menu masakan di desa ini. Mulai dari nama kla bro (sayur bening), kla pedis, kla santan (sayur santan), kla siak dan kla siak sebia. Pada dasarnya tidak ada perbedaan spesifik di antara setiap menu masakan tersebut. Semua menu masakan ini diolah dengan campuran utama bawang mira, bawang putih, sebia, terasi dan garam. Hanya bahan baku utama yag digunakan umumnya berbeda-beda, tergantung pada selera yang membuatnya. Berikut akan disajikan bahan yang digunakan pada setiap menu masakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, seperti tersaji pada Tabel 12 berikut ini.

64

Tabel 12 Bahan yang digunakan pada setiap menu masakan Suku Sasak di Desa Jeruk Manis No. 1.

Menu Masakan Kla bro

Bahan yang digunakan kangkung, terong, lomaq (keladi), bawang merah, bawang putih, sebia (cabe), terasi, pitsin, sedikit minyak dan tomat

2.

Kla pedis

terasi, sebia (cabe), bawang merah, bawang putih, pitsin, bage (asam), kunyit, laos, minyak, pakis atau gedeng ambon (daun singkong)

3.

Kla santan

hampir sama dengan kla pedis, hanya saja tidak pakai asam melainkan pakai santan. Utama biasa pakai kosong “jantung pisang” serta ditambahkan juga merica, sang dan ketumbar

4.

Kla siak

sebia (cabe), terasi, pitsin, garam dan sayur (Jebet “labu siam”, gegaok, pepaya, bayam, lembayin baqe “bayam hutan”, buncis “antap ijo”, botor “kecipir”, kelor, sagar, ketujur “turi”). Sayur tersebut hanya dipilih beberapa saja

5.

Kla siak sebia

Sebia (cabe), garam, bawang putih, bawang merah, sayur (biji antap “biji kacang panjang” dan pakis)

Tumbuhan pangan yang akan diolah menjadi menu masakan tertentu lebih banyak dimasak menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat (Gambar 27). Bukan berarti warga tidak memiliki kompor melainkan mereka lebih percaya bahwa hasil yang diperoleh dari memasak menggunakan tungku jauh lebih nikmat di lidah. Memasak menggunakan tungku tidak memerlukan waktu lama dan lebih ekonomis dari segi biaya karena keberadaan kayu bakar cukup melimpah.

Gambar 27 Tungku masak di Desa Jeruk Manis.

Menu masakan di desa ini selain direbus,

juga ada yang diulak atau

ditumbuk (semacam karedok di Sunda). Menu tersebut bernama lelasuk. Bahan dasar yang digunakan biasanya adalah antap (kacang panjang), bawang mira

65

(bawang merah), bawang putih, sebia (cabe) dan sedikit terasi. Mula-mula antap dipotong kecil-kecil, setelah itu semua bahan-bahan tersebut diulak setengah halus. Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan tersaji pada Tabel 13. Tabel 13 Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan di Desa Jeruk Manis No.

Olahan Pangan

Nama Makanan Olahan Nasi, bubur dan kolak

1.

Berkarbohidrat

2.

Sayuran

Kla bro (seperti sayur bening), kla pedis, kla santan (sayur santan), kla siak dan kla siak sebia

3.

pelengkap/ perasa

Keripik, gorengan

4.

Minuman

Sirup dan kopi

Spesies Tumbuhan yang digunakan Pade (Oryza sativa), ambon jawa (Manihot utilisima) Kangkung (Ipomoea aquatica ), terong (Solanum melongena), loma` (Xanthosoma violaceum), jebet/jepan (Sechium edule), pepao (Emilia sonchifolia) dan lain-lain Punti (Musa spp.), sukun (Artocarpus altilis), kulur (Artocarpus camansi), ambon gula (Ipomoea batatas) dan lainlain Tetandan ginantrum (Uncaria gambir), kopi (Coffea robusta), kedelai (Glycine max), aren (Arenga pinnata) dan kayu sepang (Caesalpinia sappan)

Cara mengolah/membuat Ditanak seperti layaknya memasak nasi biasa Umumnya seluruh bahan (bumbu) dihaluskan terlebih dahulu dengan diulak, lalu ditumis menggunakan minyak goreng. Setelah itu masukkan air dan sayur. Cara lain , sayur direbus lalu bahan (bumbu) yang telah dihaluskan dimasukkan dalam rebusan sayur tersebut Bahan dipotong sesuai selera lalu dengan tepung terigun digoreng menggunakan minyak

Kayu direbus terlebih dahulu sampai mendidih dan berubah warna, lalu tambahkan gula. Cara lain bila dalam bentuk serbuk maka tinggal diseduh dengan air panas

Berbeda dengan olahan pangan lainnya, minuman kopi dan kedelai diolah tidak dengan cara direbus melainkan disangrai. Hasil panen kopi dan kedelai terlebih dahulu dijemur lalu disangrai. Spesies lainnya yakni aren juga tidak mengalami pengolahan karena air enau atau aren ini dapat langsung dikonsumsi.

66

Gambar 28 Salah satu contoh olahan sayuran: kla pedis.

5.2.12 Pola konsumsi pangan masyarakat Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, umumnya memiliki pola konsumsi yang teratur. Setiap harinya mereka memenuhi kebutahan pangan dengan makan tiga kali sehari yakni pagi, siang dan malam. Hampir tidak ada perbedaan menu yang dimakan oleh warga masyarakat di desa ini. Artinya baik pagi, siang, maupun malam mereka sama mengkonsumsi nasi. Menurut Hardinsyah (2008) makanan yang baik adalah menu lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, buah, sayur dan minuman. Kebiasaan sarapan pagi warga masyarakat di desa ini karena pada umumnya mereka sebagai pekerja kasar seperti bertani dan berternak. Oleh karenanya asupan energi yang diperoleh dari sarapan tersebut diharapkan dapat menjadi cadangan tenaga untuk bekerja. Menurut Silalahi (2011) pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan. Menu sarapan pagi tidak tentu, namun biasanya adalah sisa dari menu makan malam sebelumnya. Biasanya juga sebelum berangkat bekerja (sekitar pukul 07.00 WITA), warga masyarakat di desa ini terlebih dahulu meminum secangkir kopi dan menghisap rokok. Mereka percaya bahwa rutinitas pola konsumsi ini menjadi tambahan energi mereka saat bekerja. Pada waktu makan siang yakni sekitar jam 13.00-15.00 WITA, warga yang sibuk bekerja di sawah, kebun atau ladang sehingga tidak bisa pulang ke rumah, biasanya selalu membawa bekal makan siang dari rumahnya. Ataupun tidak,

67

biasanya istri atau sanak saudara lainnya yang menyempatkan diri mengantarkan menu makan siang tersebut. Sementara itu untuk makan malam biasa dilakukan sekitar pukul 19.00 WITA, di antara waktu sholat magrib dan isya. Pola konsumsi yang teratur ini juga ditunjang dari menu masakan dan asupan nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Setiap menu masakan yang disajikan hampir memenuhi asupan gizi empat sehat dari komposisi gizi empat sehat lima sempurna yakni makanan pokok, laukpauk, sayur mayur, buah dan susu. Pola konsumsi pangan masyarakat juga dapat diukur berdasarkan kebutuhan energi dan sumber perolehan energi pada tingkat mikro/rumah tangga dan individu, serta di tingkat makro/nasional. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih di bawah kecukupan energi minimal yaitu 2.000 kilokalori/hari dan protein sebesar 52 gr/hari per kapita (Dephut 2009). Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH (pola pangan harapan). Konsumsi dari kelompok padi-padian (beras, jagung, terigu) masih dominan baik di kota maupun di desa. Pangsa konsumsi energi seharusnya dari kelompok pangan padipadian hanya 50%, namun kenyataannya masih 60,7% di kota dan 63,9% di desa (Ariani 2005). Menu masakan yang selalu ada ditemukan pada masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah sayur. Hal ini menunjukkan bahwa selain karena keberadaan sayur yang melimpah di desa ini, masyarakatnya ternyata gemar mengkonsumsi sayur, apapun sayurnya. Selain gemar mengkonsumsi sayur, warga masyarakat di Desa Jeruk Manis juga gemar mengkonsumsi buah-buahan, di antaranya adalah punti (Musa spp.), pao (Mangifera indica), buluan (Nephelium lappaceum), manggis (Garcinia mangostana), durian (Durio zibethinus) serta buah-buahan lainnya. Buah-buahan ini diperoleh bukan dari hasil membeli melainkan dari hasil budidaya warga di pekarangan rumah atau di kebun masing-masing. Pola konsumsi seperti ini dilaksanakan tidak hanya oleh orang dewasa yang bekerja di sawah, kebun atau ladang, melainkan seluruh kalangan umur kecuali

68

bayi. Bahkan anak berumur dua tahun pun terkadang mengkonsumsi menu yang sama dengan menu orang tua mereka. Menurut Hardinsyah (2008) setidaknya terdapat 10 syarat tentang pola makan yang sehat. Syarat tersebut di antaranya selalu diawali dengan sarapan, makan pada waktunya, memperhatikan ragam jenis dan jumlah pangan, cukup karbohidrat dan lauk pauk, batasi gula (manis), lemak (gorengan) dan garam (asin), banyak mengkonsumsi buah dan sayur, berhenti sebelum kenyang, sesuai dengan kemampuan, nikmati dan pilih yang aman. Berdasarkan pada pemahaman syarat pola makan sehat di atas, untuk mencapai hidup sehat ternyata tidaklah sulit dilaksanakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis karena pada umumnya masyarakat telah melaksanakan pola konsumsi tersebut. Hanya saja tentu pola konsumsi yang dilaksanakan oleh masyarakat sampai dengan saat ini tidak didasarkan pada landasan saintifik gaya ilmu farmasi barat, melainkan sepenuhnya atas dasar empiris yang teruji melalui trial and error secara turun temurun. Melihat pola konsumsi yang ada, terbukti setiap bahan pangan yang dikonsumsi telah memberikan kesehatan bagi warga masyarakat tanpa tahu kandungan gizi dari setiap pangan yang dikonsumsinya. Hal ini diperkuat oleh Zuhud (2011) bahwa bukti empiris bukan suatu hal yang aib atau selalu keliru, seperti halnya metodologi ilmiah farmasi barat yang belum tentu selalu baik dan benar. Berdasarkan pemenuhan kebutuhan pangan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis serta ketersediaan bahan pangan yang melimpah menunjukkan bahwa masyarakat di desa ini tidak perlu bergantung terhadap pangan luar. Tumbuhan pangan lokal yang ada sejak dahulu memainkan peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Cukup dengan ketersedian tumbuhan pangan lokal yang tumbuh melimpah di desa ini masyarakat dapat mencapai kesejahteraannya di bidang pangan seperti yang disampaikan Mulvany (2010) bahwa sesungguhnya masyarakat tradisional sudah sejak lama berdaulat di bidang pangan (pangan tidak hanya terpenuhi dari segi jumlah dan gizinya melainkan masyarakat setempat mampu memproduksi sendiri bahan pangan tanpa bergantung pada sumber luar).

69

5.3 Tumbuhan Obat 5.3.1 Keanekaragaman spesies Keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis sebanyak 156 spesies dari 62 famili (Lampiran 6). Jumlah ini lebih banyak dari tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Montong Betok, Resort Joben TNGR yakni 77 spesies dari total potensi kawasan TNGR yakni 239 spesies (Pramesthi 2008). Jumlah spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis juga lebih banyak dari pada potensi tumbuhan obat di Resort Santong, TNGR karena hasil inventarisasi tumbuhan obat di resort ini hanya menemukan 62 spesies tumbuhan (BTNGR 2005). Beberapa spesies tumbuhan obat di Desa Jeruk Manis tidak hanya digunakan untuk mengobati warga masyarakat yang sakit, namun juga hewan ternak yang mereka pelihara. Dominannya warga masyarakat di desa ini yang berprofesi sebagai peternak sejak dahulu hingga sekarang ternyata juga turut membangun kearifan tradisional masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat bagi ternak peliharaan. Spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat ternak adalah jejengas (Lantana camara), ketujur (Sesbania grandiflora), klayu (Syzygium cumini), lekong (Aleurites moluccana) dan srikaya belanda (Annona muricata). Tumbuhan-tumbuhan ini digunakan untuk penambah tenaga sapi agar kuat membajak sawah, untuk menambah nafsu makan sapi agar cepat gemuk serta beberapa fungsi lainnya. Daun jejengas sering digunakan sebagai pakan sapi yang mengalami berak darah, kemudian rebusan daun ketujur sering digunakan sebagai minuman sapi agar produksi susunya meningkat. Sementara itu, kulit batang klayu dan lekong sama-sama digunakan untuk meningkatkan nafsu makan sapi dan meningkatkan tenaga sapi agar kuat membajak sawah. Biasanya kulit batang yang telah ditumbuk halus direndam dengan air selama sehari, baru kemudian diberikan sebagai minuman sapi. Sementara itu srikaya belanda digunakan buahnya yang telah diparut dengan tambahan air dan garam sebagai pakan sapi agar cepat gemuk.

70

5.3.2 Keanekaragaman famili Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan familinya dikelompokkan ke dalam 62 famili. Gambar 29 menunjukkan jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan familinya. Berdasarkan jumlah spesies, famil Asteraceae lebih dominan dibandingkan dengan famili lainnya dengan jumlah 12 spesies. Selanjutnya secara berturut terbanyak kedua dan ketiga adalah famili Euphorbiaceae dan Zingiberaceae dengan jumlah masing-masing 10 dan 8 spesies. Sementara itu, famili lainnya memiliki jumlah spesies antara 1 sampai 7 spesies tumbuhan dengan total jumlah yaitu 126 spesies dari 59 famili.

8

Zingiberaceae Verbanaceae

5

Urticaceae

5 7

Famili

Rubiaceae 6

Poaceae

7

Fabaceae

10

Euphorbiaceae

5

Cucurbitaceae

12

Asteraceae 6

Apiaceae 0

2

4

6

8

10

12

Jumlah Spesies

Gambar 29 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili. Menurut Pujowati (2006) spesies dari famili Asteraceae adalah spesies yang tumbuh liar, tersebar di mana-mana. Kebanyakan tumbuh secara liar di halaman, ladang, kebun dan tepi-tepi jalan. Asteraceae merupakan famili tumbuhan dengan keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Menurut Cronquist (1980) tumbuhan famili Asteraceae merupakan kelompok tumbuhan yang terdiri dari 1.100 marga yang meliputi 20.000 spesies. Lawrence dan George (1951) menyebutkan bahwa famili ini merupakan famili yang memiliki anggota terbesar kedua dalam kingdom plantae.

71

Salah satu spesies tumbuhan obat penting dan strategis bagi pembangunan kesehatan masyarakat yang termasuk famili Asteraceae adalah kesembung (Elephantopus scaber) (Gambar 30). Kesembung dapat tumbuh liar di berbagai tempat, tidak hanya di hutan tetapi juga di perkampungan warga. Daun dan akar tumbuhan ini oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis digunakan untuk memelihara kesehatan pencernaan masyarakat dan berarti sekaligus dapat membantu mencegah agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit lainnya, karena awal dari semua penyakit adalah bermula dari proses pencernaan yang terganggu. Pernyataan ini diperkuat oleh Zuhud (2009) bahwa semua penyakit bermula dari proses pencernaan yang terganggu.

Gambar 30 Kesembung (Elephantopus scaber).

Menurut Balai IPTEKnet (2005) kesembung atau lebih dikenal tapak liman (Elephantopus scaber) stiqmasterol,

memiliki kandungan kimia epifriedelinol, lupeol,

triacontan-1-ol,

dotria-contan-1-ol,

lupeol

acetate,

deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin pada daun, kemudian luteolin-7glucoside pada bunga. Spesies ini dapat mengobati berbagai macam penyakit di antaranya adalah influenza, demam, amandel, radang tenggorokan, radang mata, disentri, diare, gigitan ular, batuk, sakit kuning, busung air, radang ginjal, bisul, kurang darah, radang rahim dan keputihan. Masyarakat di Desa Jeruk Manis menggunakan tumbuhan ini dengan cara dikunyah lalu ditelan daunnya. Cara lainnya, akar tumbuhan ini ditumbuk bersama sekur (Kaempferia galanga) sampai halus lalu dicampur dengan air matang. Setelah itu disaring sampai setengah gelas dan diminum

72

Spesies lainnya yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis adalah spesies dari famili Euphorbiaceae. Tidak kurang dari 151 spesies dari famili Euphorbiaceae yang tercakup dalam 44 marga berpotensi sebagai obat tradisional (Djarwaningsih 2007). Bahkan menurut Zuhud (2009) famili Euphorbiaceae merupakan suku terbanyak kedua spesies tumbuhan obat di hutan tropika Indonesia dengan jumlah mencapai 94 spesies. Spesies yang ditemukan di hutan dari famili Euphorbiaceae adalah ketumbi (Phylanthus urinaria) (Gambar 31a) dan lekong (Aleurites moluccana) (Gambar 31b). Kedua spesies ini digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit malaria, luka dan luka bakar, gatal-gatal serta menghaluskan kulit. Menurut Djarwaningsih (2007), spesies Phylanthus urinaria dan Aleurites moluccana telah dilakukan penelitian secara farmakologi dan hasilnya cukup signifikan dengan pemanfaatannya secara empirik yakni sebagai penyubur rambut, diuretik dan peluruh batu kandung kemih.

(a) (b) Gambar 31 Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae: (a) ketumbi (Phylanthus urinaria); (b) lekong (Aleurites moluccana). 5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat Tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk mengobati berbagai macam penyakit berasal dari berbagai tipe habitat. Ada yang tumbuh di hutan, kebun, kolam ikan, lapangan bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di sawah, seperti tersaji dalam Gambar 32.

73

Pekarangan 19%

Kolam ikan 1%

Hutan 27%

Sawah 10%

Pinggir kali 3% Pinggir jalan 9%

Lapangan bola 1%

Kebun 30%

Gambar 32 Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat.

Tipe habitat paling banyak adalah di kebun. Jumlah spesiesnya mencapai 30%. Tipe habitat terbanyak kedua adalah di hutan mencapai 27%. Ada juga yang tumbuh dan berkembang di pekarangan warga sebanyak 19%, sawah 10% dan pinggir jalan 9%. Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di desa ini, baik itu di kebun, pekarangan atau lokasi lainnya yang diindikasikan sebagai hasil budidaya masyarakat, sebagian besar merupakan spesies liar yang tumbuh dan berkembang di lokasi-lokasi tersebut. Artinya sekalipun berada di kebun atau di pekarangan, spesies tumbuhan obat yang tumbuh tidak semua merupakan hasil budidaya melainkan ada beberapa spesies liar yang tumbuh di tempat itu. Adapun spesies tumbuhan obat yang berada di kebun dan dibudidayakan oleh masyarakat adalah tumbuhan obat yang juga berfungsi sebagai pangan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan rempah-rempah atau juga tumbuhan obat yang kayunya bernilai komersil. Beberapa spesies tersebut di antaranya bengkoang (Pachyrhizus erosus) yang digunakan untuk mencerahkan muka, bokar/sondak (Lagenaria leucantha) yang digunakan untuk panas dalam dan tipus, kunyit (Curcuma domestica) untuk mengobati berbagai jenis penyakit termasuk pengobatan ibu pasca melahirkan serta mahoni (Swietenia macrophylla) yang bijinya digunakan sebagai anti nyamuk dan malaria.

74

Dominannya spesies liar terutama yang berasal dari hutan dibuktikan dari data status budidaya spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat seperti tersaji pada Gambar 33 berikut ini. Semi budidaya 7%

Budidaya 36%

Liar 57%

Gambar 33 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status budidaya. Indikasi dominannya spesies liar yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa intensitas warga masyarakat untuk memasuki kawasan hutan TNGR kaitannya dengan pengambilan tumbuhan yang dipercaya berkhasiat obat tersebut juga cukup tinggi. Dari hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat pinggiran hutan seperti di Desa Jeruk Manis memiliki ketergantungan yang besar terhadap hutan beserta isinya untuk memenuhi kebutuhan akan obat-obatan tradisional yang berlangsung sejak dahulu dari nenek moyang mereka hingga saat ini. Bahkan menurut Zuhud (2011) hutan telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia sejak berabad-abad.

5.3.4 Kelompok penyakit Penggunaan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis dapat dikelompokkan ke dalam 27 kelompok penyakit. Dilihat dari jumlah spesies tumbuhan obatnya, kelompok penyakit/penggunaan tertinggi adalah sakit kepala dan demam (52 spesies tumbuhan obat) dan yang terendah adalah pada kelompok penyakit/penggunaan perawatan organ tubuh wanita (1 spesies tumbuhan obat). Adapun kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya tersaji pada Tabel 14 berikut ini.

75

Tabel 14 Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya* No. 1.

Kelompok Penyakit Gangguan Peredaran Darah

2.

Keluarga Berencana (KB)

3.

Penawar Racun

4.

Penyakit Diabetes

5.

Penyakit Gigi

6.

Penyakit Ginjal

7.

Penyakit Kanker/Tumor

8.

Penyakit Kelamin

9.

Penyakit Kuning

Spesies Kayu sepang (Caesalpinia sappan), imba (Azadirachta indica), jati (Tectona grandis) Kayu banten (Lannea coromandelica), pace (Morinda citrifolia), memunti (Costus speciosus), punti lumut (Musa acuminata) Memunti (Costus speciosus), nyambu batu (Psidium guajava), nyiur (Cocos nucifera) Binahong (Anredera cordifolia), kecepok atau klampokan (Physalis angulata), lembayin jogang (Amaranthus spinosus), sabo (Manilkara zapota), semet meyong (Orthosiphon aristatus) Bebembe kuning (Synedrella nodiflora), blungadang (Euphorbia puicherrima), jarak (Jatropha curcas), kumbi (Tabernaemontana macrocarpa), lemaq (Ficus septica), rengga/jarak (Jatropha multifida), tetandan gritik (Alsomitra macrocarpa) Belimbing bolo (Averrhoa bilimbi), Kelempui` (Amomum subulatum), rampang siso (Drymaria cordata), rumput gegarem (Sporobolus diander) Eceng gondok (Eichhornia crassipes), kemutung (Rubus rosaefolius), lemaq (Ficus septica), srikaya belanda (Annona muricata) Re (Imperata cylindrica)

Bage (Tamarindus indica), bambu kuning (Bambusa vulgaris), kelor (Moringa pterygosperma) 10. Penyakit Tulang Adas (Foeniculum vulgare), boro sapa (Erythrina variegata), jahe (Zingiber officinale), kenderat (Mirabilis jalapa), ketujur (Sesbania grandiflora), rengga/jarak (Jatropha multifida), tetandan gritik (Alsomitra macrocarpa) *Catatan: Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obat selengkapnya tersaji pada Lampiran 7

Berdasarkan spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh warga masyarakat, menunjukkan bahwa penyakit yang banyak diidap adalah penyakit panas. Salah satu spesies tumbuhan obat untuk sakit kepala dan demam yang berpotensi dikembangkan adalah binahong (Anredera cordifolia) (Gambar 34). Pada beberapa negara spesies ini sudah lama dikenal sebagai tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Bahkan di Vietnam tumbuhan ini merupakan makanan wajib bagi masyarakat. Menurut Manoi (2009) tumbuhan binahong mempunyai manfaat sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit berat.

76

Tumbuhan binahong mengandung beberapa senyawa aktif

seperti

flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Kemampuan binahong untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid. Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus (Manoi 2009).

Gambar 34 Binahong (Anredera cordifolia). Kelompok penyakit terbanyak kedua adalah penyakit saluran pencernaan. Warga masyarakat di Desa Jeruk Manis mengaku sering mengidap penyakit seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare, cacingan, berak darah dan beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya. Dalam pengobatannya warga masyarakat di desa ini menggunakan tumbuhan atau ramuan yang bermacammacam. Terdapat tidak kurang dari 32 spesies tumbuhan yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk mengobati penyakit yang berawal dari gangguan saluran pencernaan. Beberapa spesies tumbuhan obat tersebut di antaranya bayam (Amaranthus caudatus), blandengan (Leucaena leucocephala), sabo (Manilkara zapota), nyambu batu (Psidium guajava) dan jejengas (Lantana camara). Nyambu batu merupakan spesies yang lebih sering dan umum digunakan oleh masyarakat di desa ini untuk mengatasi persoalan yang diakibatkan oleh gangguan saluran pencernaan. Nyambu batu dianggap ampuh mengobati sakit

77

perut, mules atau mencret. Warga biasa menggunakan nyambu batu dengan cara dikunyah daun mudanya atau memakan langsung buah mudanya. Bukti empiris khasiat nyambu batu diperkuat oleh Adina (2012) bahwa daun nyambu seringkali digunakan untuk pengobatan diare, gastroenteritis dan keluhankeluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan. Menurutnya daun nyambu batu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang memiliki aktivitas antibakteri dan berkontribusi terhadap efek antidiare. Ekstrak dari tanaman ini secara in vitro bersifat toksik terhadap beberapa bakteri penyebab diare seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli, Clostridium dan Pseudomonas. Sementara itu polifenol yang ditemukan pada daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Nyambu batu banyak tumbuh di kawasan hutan Resort Kembang Kuning TNGR, sisa dari program jalur hijau selebar 20 m dari batas luar kawasan pada tahun 1998. Sebagai tanaman yang potensial untuk lebih dikembangkan, nyambu batu memiliki banyak manfaat di antaranya merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang mampu mencegah penyakit degeneratif seperti kanker usus besar (kanker kolon), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, Diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu ginjal. Selain itu tanaman ini memiliki kandungan vitamin C yang tinggi yang berfungsi bagi sistem kerja tubuh manusia (Balitbu 2008). Kelompok penyakit/penggunaan terendah adalah untuk perawatan organ tubuh wanita. Penyakit yang dimaksud adalah melangsingkan badan. Dari hal ini dapat dijelaskan bahwa sebenarnya pola makan atau konsumsi yang terbentuk di Desa Jeruk Manis membuat masyarakat khususnya wanita tidak mengidap penyakit seperti obesitas atau kegemukan. Maka wajar bila penggunaan atau pengetahuan mereka terhadap ramuan atau tumbuhan yang digunakan untuk perawatan organ tubuh seperti melangsingkan badan, lebih rendah dibandingkan dengan kelompok penyakit/penggunaan lainnya. Beberapa di antaranya spesies tumbuhan obat dapat saling menggantikan satu sama lain untuk mengobati jenis penyakit yang sama (mempunyai nilai subtitusi). Misalnya untuk pengobatan tunggal, seperti obat panas dapat menggunakan buluan (Nephelium lappaceum), bunga jepun (Plumeria alba),

78

bluntas (Pluchea indica), adas (Foeniculum vulgare) serta beberapa spesiesspesies lainnya. Berdasarkan penemuan yang ada, tidak ada satu pun di antara spesies tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis yang spesifik berdiri sendiri mengobati penyakit tertentu atau dengan kata lain tidak mempunyai tumbuhan penggantinya (subtitusi). Justru yang ada ialah beberapa spesies dapat mengobati berbagai macam penyakit bahkan digunakan sebagai campuran berbagai ramuan pengobatan untuk berbagai jenis penyakit (komplementer) seperti sekur (Kaempferia galanga).

5.3.5 Bagian yang digunakan Berdasarkan bagian yang digunakan, spesies tumbuhan obat dapat dikelompokkan ke dalam 13 macam yaitu akar, batang, biji, buah, bunga, daun, getah, kulit batang, lendir pada pakis, rimpang/rhizoma, seluruh bagian tumbuhan (herba), tunas dan umbi. Secara keseluruhan dilihat dari bagian tumbuhan yang digunakan tersebut, daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan yaitu sebanyak 89 spesies (38%). Jumlah dan persentase bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu jenis penyakit tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan No.

Bagian tumbuhan obat yang digunakan

Jumlah (spesies)

Persentase (%)

1

Akar

22

10

2

Batang

18

8

3

Biji

13

6

4

Buah

22

10

5

Bunga

17

7

6

Daun

89

38

7

Getah

8

3

8

Kulit batang

9

4

9

Lendir pada pakis

1

1

10

Rimpang/Rhizoma

9

4

11

Seluruh bagian tumbuhan (herba)

12

5

12

Tunas

2

1

13

Umbi Jumlah

6 228

3 100

79

Dominasi bagian daun yang digunakan, menjadi pertanda bahwa kearifan tradisional dari nenek moyang masyarakat di Desa Jeruk Manis telah menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi. Hal ini karena dilihat dari aspek kelestarian pemanfaatan spesies tumbuhan obat pada bagian daun tidak begitu berdampak terhadap regenerasi tumbuhan. Berbeda halnya bila pemanfaatan spesies tumbuhan obat tersebut pada bagian akar dan batang yang dilakukan secara berlebihan dikhawatirkan akan berdampak terhadap regenerasi tumbuhan berikutnya, khususnya yang berhabitus pohon. Pemanfaatan bagian daun ini menjadi bukti bahwa kearifan tradisional dapat dijelaskan secara ilmiah karena daun mengandung berbagai macam zat mineral. Daun merupakan organ tumbuhan yang penting, karena pada daun terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi (Santoso & Hariyadi 2008).

5.3.6 Keanekaragaman habitus Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dikelompokkan juga berdasarkan habitusnya. Berdasarkan habitusnya tersebut, spesies tumbuhan obat dibagi dalam 7 kelompok habitus yaitu epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitusnya terdapat pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitus No

Habitus

Jumlah (spesies)

Persentase (%)

1

Epifit/benalu

2

1

2

Herba

60

39

3

Liana

19

12

4

Pakis-pakisan

2

1

5

Perdu

29

19

6

Pohon

35

22

7

Semak

9

6

Jumlah

156

100

Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah herba yakni sebanyak 60 spesies (39%). Beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang berhabitus herba

80

adalah blincang 1 (Begonia grandis), blincang 2 (Begonia isoptera), punti (Musa spp.), ketepu (Ophiorrhiza neglecta), jahe (Zingiber officinale) dan sempol (Hedychium coronarium). Spesies-spesies ini merupakan tumbuhan dari famili Begoniaceae, Musaceae, Rubiaceae dan Zingiberaceae. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mackinnon et al. (2000) bahwa banyak suku tumbuhan yang memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti jahe-jahean, pisang liar, begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae, berbagai spesies paku dan anggrek. Spesies berhabitus herba memiliki daya adaptasi yang tinggi. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hutasuhut (2011) bahwa spesies herba memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan di sekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong. Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi. Menurut Soeriaadmadja (1997), herba berfungsi sebagai penutup tanah yang berperan penting dalam mencegah rintikan air hujan dengan tekanan keras yang langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah hilangnya humus oleh air. Habitus lainnya yang juga dominan digunakan adalah pohon. Banyaknya pohon yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis, mengungkapkan bahwa upaya konservasi tumbuhan obat juga harus didukung dengan upaya konservasi ekosistem hutan yang tersusun atas berbagai struktur vegetasi terutama pohon. Hal ini seperti yang dijelaskan Zuhud (2009) bahwa konservasi keanekaragaman tumbuhan obat Indonesia mutlak memerlukan ekosistem hutan yang alami dengan struktur vegetasi pohon dari berbagai spesies dengan konstruksi strata tajuk yang berlapis-lapis.

5.3.7 Bentuk ramuan Berdasarkan bentuk ramuannya, setidaknya ada 48 jenis penyakit dengan 86 bentuk ramuan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis baik itu yang tumbuh liar, semi budidaya, maupun hasil budidaya. Ramuan-ramuan tersebut berasal dari 75 spesies tumbuhan. Hal ini

81

menunjukkan dari total tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh warga masyarakat yakni 156 spesies tumbuhan, maka terdapat 81 spesies tumbuhan dalam bentuk obat tunggal. Beberapa bentuk ramuan tersaji pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya* No.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jenis Penyakit atau Penggunaan Cacar Sihir atau Guna-guna Kedinginan Membatasi Kehamilan Gatal-Gatal Kencing Manis Keputihan

Ramuan

Cara Pengolahan

Cara Pemakaian

Daun Beberas + Rimpang Sekur Daun dan Batang Muda Kelor + Kapur

Dikuyah Dikuyah

Disemprotin Disemprotin

Rimpang Bujak + Rimpang Jahe Kulit Kayu Banten + Buah Nanas + Tape + Gula Merah Daun Buaq + Daun Sirih Umbi Binahong + 7-11 Daun Sirih

Diparut Diparut

Diminum Diminum

Direbus Direbus

Air Mandi Diminum

1 Lembar Daun Pepaya + Akar AlangDirebus Diminum alang +Adas 8 Keracunan 7 Lembar Daun Nyambu + Bebembe Putih Direbus Diminum 9. Letih dan Daun Cengkeh + Daun Laos + Daun Jarak Direbus Air Mandi Lesu Pagar + Daun Pisang + Daun Merica *Catatan: Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya, selengkapnya tersaji pada Lampiran 8

Sebagian besar ramuan obat untuk mengobati penyakit menggunakan campuran sekur (Kaempferia galanga). Beberapa juga ada yang menggunakan bawang mira (Allium cepa), adas (Foeniculum vulgare) serta spesies-spesies lainnya. Terkadang pada beberapa ramuan ditambahkan kapur, madu atau garam untuk mempercepat proses penyembuhan. Dominannya penggunaan sekur di berbagai ramuan obat, menjadi pertanda bahwa khasiat dari tumbuhan ini sangat besar. Menurut Balai IPTEKnet (2005), dalam rimpang kencur mengandung pati (4,14%), mineral (13,73%) dan minyak atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Sekur dapat mengobati berbagai macam penyakit. Menurut Wirapati (2008) dalam kencur terdapat beberapa senyawa aktif saponin, flavonoid, polifenoid dan alkaloid yang dalam jumlah sedikit mempunyai peranan pada proses metabolisme.

82

Artinya perananan tumbuhan sekur bagi pencernaan yang mengatur metabolisme manusia sangatlah penting. Saluran pencernaan merupakan sumber awal dari berbagai jenis penyakit. Seperti yang disebutkan oleh Zuhud (2009) bahwa awal dari semua penyakit adalah bermula dari proses pencernaan yang terganggu. Hal ini menunjukkan akan peranan penting sekur sebagai komplementer ramuan yang dapat mengobati berbagai macam penyakit.

5.3.8 Cara pengolahan Terdapat sebanyak 21 cara pengolahan tumbuhan obat baik pada penggunaan bentuk ramuan maupun obat tunggal. Pengolahan yang paling banyak adalah dengan cara ditumbuk dan direbus seperti tersaji pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pengolahannya No.

Cara Pengolahan

1

Jumlah Spesies Tunggal

Ramuan

Dibakar lalu diparut

1

-

2

Dikeringkan

1

-

3

Dikunyah

2

2

4

Dipanaskan

3

-

5

Diparut lalu disaring

17

2

6

Diparut lalu direbus

2

-

7

Diremas lalu diseduh

1

-

8

Direbus

54

16

9

Direbus lalu ditumbuk

1

-

10

Diremas

12

14

11

Direndam

2

-

12

Disangrai lalu ditumbuk

2

-

13

Diseduh

2

-

14

Diteteskan dalam air

2

-

16

Ditumbuk

49

35

17

Ditumbuk lalu dijemur

-

1

18

Ditumbuk lalu direbus

-

2

19

Ditumbuk lalu direndam

1

1

20

Ditumbuk lalu diseduh

2

-

21

Langsung digunakan

33

2

Jumlah

187

75

83

Pengolahan tumbuhan obat dengan cara ditumbuk dapat dilihat saat pengobatan luka dan patah tulang. Dalam mengobati luka dan patah tulang tersebut, masyarakat Desa Jeruk Manis biasa menggunakan adas (Foeniculum vulgare) dan sekur (Kaempferia galanga) yang ditumbuk lalu ditempelkan pada bagian yang sakit. Pengolahan lainnya yang dilakukan dengan cara ditumbuk adalah untuk mengobati sakit pada bagian sendi lutut yang menggunakan daun re (Imperata cylindrica). Adapun spesies yang pengolahannya dengan cara direbus adalah kecepok (Physalis angulata). Rebusan herba tumbuhan ini dapat mengobati kencing manis, panas dalam dan malaria. Selain itu mengkudu (Morinda citrifolia) yang digunakan untuk mencegah kehamilan juga pengolahannya dilakukan dengan cara direbus yakni satu buah mengkudu dan rimpang memunti (Costus speciosus) secukupnya. Biasanya obat yang ditumbuk digunakan untuk pemakaian obat luar yaitu dengan cara ditempel atau dioles. Sementara itu tumbuhan yang diolah dengan cara direbus, digunakan sebagai obat dalam dengan cara diminum. Dalam mengolah tumbuhan obat, umumnya takaran yang digunakan untuk bahan yang ditumbuk dan direbus adalah bagian tumbuhan yang berjumlah ganjil seperti tujuh lembar daun. Hal ini karena masyarakat di Desa Jeruk Manis mempercayai bahwa angka ganjil tersebut merupakan angka yang baik untuk pengobatan dan mereka mempercayai bahwa Sang Khalik menyukai angka ganjil. Adapun takaran yang digunakan saat merebus air umumnya adalah dari tiga gelas air sampai bersisa kira-kira tinggal satu gelas. Tumbuhan obat yang direbus ini bisa digunakan dua sampai tiga kali sehari yakni pagi dan sore atau pagi, siang dan malam hari. Selain cara pengolahan tumbuhan obat di atas, terdapat pula tumbuhan obat yang tidak mengalami proses pengolahan atau dengan kata lain langsung digunakan. Jumlah tumbuhan obat yang langsung digunakan adalah 33 spesies untuk penggunaan tunggal dan 2 spesies tumbuhan berupa ramuan. Misalnya, untuk obat malaria dapat menggunakan biji buah mahoni (Swietenia macrophylla) dengan cara dimakan atau langsung ditelan. Daun nyambu batu (Psidium guajava) yang masih muda ± 3-5 lembar dapat dimakan langsung untuk mengobati sakit

84

perut

atau

mencret.

Sakit

gigi

dapat

menggunakan

getah

kumbi

(Tabernaemontana macrocarpa) dengan cara diteteskan langsung pada gigi yang sakit. Sedangkan untuk menghaluskan kulit dapat langsung menggunakan daun lekong (Aleurites moluccana) yang telah gugur atau menguning dengan digosokkan pada bagian kulit. Spesies tumbuhan dalam bentuk ramuan yang langsung digunakan (tanpa pengolahan) adalah lemaq (Ficus Septica) dan nyiur (Cocos nucifera). Dengan campuran kapur, lemaq dioleskan pada bagian kulit yang terkena kutil. Sebelumnya bagian kulit yang terkena kutil tersebut dilukai terlebih dahulu. Sementara itu nyiur digunakan sebagai obat kuat dengan cara meminum airnya yang telah dicampur dengan bubuk lada/merica (Piper nigrum). Selain cara pengolahan direbus dan ditumbuk, tumbuhan obat juga ada yang diparut lalu disaring. Biasanya spesies-spesies yang diolah dengan cara diparut ini adalah spesies yang memiliki umbi atau rimpang seperti famili Zingiberaceae. Misalnya, kunyit (Curcuma domestica) dengan cara diparut digunakan untuk sakit pada bagian payudara ibu yang baru melahirkan (Gambar 35).

Gambar 35 Kunyit (Curcuma domestica) yang diparut.

Pengolahan tumbuhan obat dengan cara diparut di desa ini, relatif berbeda dengan desa atau tempat lainnya. Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam hal pengobatan lebih menggunakan “elong pari” (ekor pari) untuk memarut tumbuhan obat. Mereka mempercayai bahwa penggunaan “elong pari” akan membawa khasiat lebih baik untuk penyembuhan dibandingkan dengan menggunakan alat parut biasa.

85

Cara pengolahan tumbuhan obat lainnya adalah ditumbuk lalu direbus atau sebaliknya direbus baru ditumbuk. Masing-masing dapat dicontohkan dengan spesies yang berbeda. Cara pengolahan ditumbuk lalu direbus adalah ketumbi (Phylanthus urinaria) untuk mengobati luka bakar. 3-7 batang ketumbi lengkap (akar, batang, daun dan bunga) dicampur dengan 1 rimpang sekur (Kaempferia galanga), 3 buah cengkeh kering (Syzygium aromaticum) dan 1 potong kayu manis (Cinnamomum burmannii). Ketumbi ditumbuk halus dan sekur diiris tipistipis. Setelah itu semua bahan direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih. Saring dan setelah hangat diminum. Pengolahan yang dilakukan dengan cara direbus lalu ditumbuk adalah taruna semalam (Arthrophyllum javanicum). Buah dari tumbuhan ini direbus lalu ditumbuk. Buat menyerupai pil dan diminum. Penggunaan tumbuhan ini untuk obat kuat.

5.3.9 Cara pemakaian Terdapat sebanyak 21 cara pemakaian tumbuhan obat baik pada penggunaan bentuk ramuan maupun obat tunggal. Cara pemakaian yang paling banyak digunakan adalah dengan diminum, yaitu 80 spesies obat tunggal dan 36 spesies ramuan. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaiannya terdapat pada Tabel 19. Obat yang diminum ini diperoleh dari proses perebusan, peremasan, ditumbuk, diseduh, diparut maupun kombinasi dari beberapa cara pengolahan. Tumbuhan yang direbus contohnya adalah putri malu (Mimosa pudica). Semua olahan tumbuhan ini dilakukan dengan cara direbus lalu diminum baik itu untuk mengobati batuk berdahak, sulit tidur, menurunkan tekanan darah maupun rematik. Tumbuhan obat yang diremas contohnya adalah empet-empet (Ophiorrhiza japonica). Untuk mengobati sakit panas dan anak bayi yang terus menerus menangis dapat menggunakan daun empet-empet yang diremas dalam air lalu airnya diminum. Ada pula tumbuhan yang digunakan merupakan kombinasi dua cara pemakaian seperti diminum dan dioleskan atau diusapkan pada seluruh badan.

86

Masyarakat Desa Jeruk Manis mempercayai bahwa penggunaan cara dalam dengan diminum juga cara luar seperti dioleskan atau diusapkan ke badan dapat mempercepat kesembuhan penyakit yang diidap. Tabel 19 Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaian No. 1

Cara Pemakaian

Jumlah Spesies Tunggal

Ramuan

Air Mandi

3

2

2

Berkumur

2

-

3

Dibakar

1

-

4

Digantungkan

1

-

5

Digosok

2

-

6

Diinjak

1

-

7

Dikompres

2

-

8

Dikucek

2

1

9

Dimakan/Dikunyah

19

1

10

Diminum

80

36

11 12

Diminum dan Dioleskan Diminum dan Disiram

3 1

12 -

13

Dioleskan/Lumuri/Diusapkan

13

7

14

Disemprotkan

1

2

15

Disiram

1

-

16

Ditelan

3

-

17

Ditempel

29

6

18

Diteteskan

10

1

19

Hisap Seperti Rokok

1

-

20

Kaki Direndam

1

1

21

Keramas Rambut Jumlah

11

6

187

75

Punti (Musa spp.) merupakan salah satu spesies yang digunakan dengan memadukan dua cara pemakaian. Punti digunakan untuk mengobati sakit panas dan mencret. Dengan tunas punti bersama dengan bawang mira (Allium cepa), keduanya diremas dalam piring yang telah berisi air. Air tersebut lalu diminum, sisanya diusapkan pada seluruh bagian badan. Selain punti, spesies yang diminum dan dioleskan adalah pade (Oryza sativa). Tidak hanya berfungsi sebagai sumber karbohidrat, tanaman ini berfungsi sebagai obat panas, badan yang tidak bisa gemuk serta batuk pada anak kecil. Dengan ramuan berupa campuran sekur (Kaempferia galanga), adas (Foeniculum

87

vulgare),

empet-empet

(Ophiorrhiza

japonica),

iyu-iyu

(Ophioglossum

reticulatum) dan rampang siso (Drymaria cordata), tumbuhan ini ditumbuk halus, lalu dibentuk menyerupai pil kecil-kecil. Pil tersebut lalu dijemur agar kering dan mengeras. Pil yang sudah mengering dan keras tersebut dikenal dengan nama bubus (Gambar 36). Cara pemakaiannya adalah meminum bubus yang telah dilarutkan dalam satu gelas air. Air tersebut tidak semuanya diminum melainkan ¼ nya digunakan untuk dioleskan atau diusapakan di badan.

Gambar 36 Bubus: ramuan obat yang terbuat dari bahan dasar padi (Oryza sativa) Kombinasi lainnya adalah diminum dan disiram. Spesies yang diminum dan disiram ini salah satunya adalah kayu putih (Melaleuca leucadendra) yang digunakan untuk mengatasi masalah gatal-gatal pada kulit. Cara pemakaiannya adalah hasil rebusan daun kayu putih sebanyak 1 panci (±3 genggam daun segar kayu putih) diminum segelas. Sisanya disiram pada seluruh permukaan kulit. Pemakaian dengan cara keramas, merupakan cara pemakaian khusus bagi tumbuhan yang digunakan untuk kesehatan rambut seperti menghitamkan rambut, mengilangkan ketombe, bau rambut, kutu rambut serta beberapa permasalahan lainnya yang berkaitan dengan rambut. Beberapa contoh tumbuhan yang digunakan untuk kesehatan rambut adalah pepait (Tagetes erecta), pakis lendir (Pteris tripartita), nyiur (Cocos nucifera), lidah buaya (Aloe vera) serta spesiesspesies lainnya.

88

Pemakaian tumbuhan obat dengan cara diteteskan, misalnya untuk mengobati luka, sakit gigi atau sakit mata. Umumnya tumbuhan obat yang digunakan ini diambil bagian getahnya atau air yang terdapat dalam tumbuhan tersebut dan langsung diteteskan pada bagian yang sakit. Adapun pemakaian tumbuhan obat dengan cara mengunyah, misalnya untuk sakit perut dan diare, cukup dengan mengunyah daun nyambu batu (Psidium guajava) 3-5 lembar. Pemakaian dengan cara dikunyah atau dimakan, umumnya merupakan spesies tumbuhan obat yang juga digunakan sebagai bahan pangan sehingga aman untuk dikonsumsi langsung (tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu). Pemakaian tumbuhan obat dengan cara ditelan, umumnya berbentuk biji yang terasa pahit bila dikunyah. Misalnya, biji buah mahoni (Swietenia macrophylla) yang digunakan untuk obat malaria dan anti nyamuk. Selanjutnya, pemakaian tumbuhan obat dengan cara dikucek adalah tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit mata seperti mata merah atau terdapat kerikil di dalam mata, seperti jamplung (Calophyllum inophyllum). Adapun yang dipakai sebagai air mandi adalah tumbuhan obat yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa pegal di badan sehabis kerja atau juga untuk mengatasi permasalah kulit atau penyakit kulit seperti gatal-gatal (genit), kulit kemerah-merahan (tiwang) dan borok (selamaq). Salah satu spesies tumbuhan obat untuk mengatasi permasalahan kulit tersebut adalah dengan rebusan air daun sirih monyet (Piper betle). Pemakaian tumbuhan obat dengan cara merendam kaki umumnya digunakan untuk mengobati penyakit rematik. Tumbuhan yang digunakan adalah ketujur (Sesbania grandiflora) dan pace (Morinda citrifolia). Rebusan dari daun tumbuhan ini, digunakan untuk merendam kaki yang terkena penyakit rematik. Cara pemakaian dengan dihisap seperti rokok adalah spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat penenang. Tumbuhan tersebut adalah kecubung (Datura suaveolens). Bunga tumbuhan ini yang telah diiris layaknya tembakau, dikeringkan lalu pintir menjadi batang rokok dan dihisap. Sedangkan tumbuhan yang dipakai dengan hanya digantungkan adalah lombos (Amorphophallus variabilis). Warga masyarakat Desa Jeruk Manis mempercayai dengan

89

menggantungkan batang dan daun tumbuhan ini di sekitar rumah, maka nyamuk tidak akan datang. Serupa dengan lombos yang digunakan untuk mengusir nyamuk, terep (Artocarpus elasticus) juga memiliki fungsi yang sama, hanya saja cara pemakaiannya yang berbeda. Cara pemakaian terep adalah dengan membakar bunga yang telah kering dari tumbuhan ini di sekitar rumah. Bau yang dihasilkan dari pembakaran bunga terep, diyakini oleh masyarakat menjadi racun yang dapat mematikan nyamuk ketika menghirup baunya.

5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memandang arti sehat apabila badan terasa segar, makan terasa enak, kerja penuh semangat, tidak sakit atau mengidap penyakit yang menjadi penghalang untuk beraktivitas (badan terasa sakit, panas atau makan terasa pahit). Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Berdasarkan definisi yakni keadaan sejahtera dari badan dan tidak mengidap penyakit maka dapat dijelaskan bahwa pada umumnya masyarakat Desa Jeruk Manis tidak memiliki riwayat penyakit yang berat. Penyakit yang umum diidap masyarakat adalah penyakit ringan. Kelompok penyakit yang sering diidap warga masyarakat adalah sakit kepala dan demam seperti panas dan demam atau penyakit saluran pencernaan seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare, cacingan, berak darah dan beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya. Kajian etnobotani tumbuhan obat yang dilakukan pun menunjukkan hal yang sama. Dari 156 spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis, menunjukkan hasil bahwa sebagian besar penggunaan tumbuhan adalah untuk mengobati penyakit panas, demam atau kelompok penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan. Penyakit yang banyak diidap oleh masyarakat ini tidak bisa dilepaskan dari pekerjaan atau aktivitas warga masyarakat setiap harinya yakni didominasi oleh pekerjaan bertani dan berternak. Profesi ini bukanlah pekerjaan yang mudah.

90

Diperlukan fisik yang kuat dan tenaga ekstra untuk menjadi seorang petani atau peternak. Aktivitas yang tidak mengenal waktu, mulai pagi sampai sore atau bekerja di terik matahari merupakan awal penyebab warga masyarakat mudah terserang penyakit. Menurut Supardi dan Notosiswoyo (2005) penyebab sakit demam atau panas adalah udara kotor, menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan lemah, kehujanan, kepanasan cukup lama dan keletihan. Semua indikasi penyebab ini, sangat mungkin dialami oleh warga yang bekerja sebagai petani dan peternak. Oleh karenanya wajar bila warga masyarakat banyak yang terserang penyakit panas dan demam. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan Soejoeti (2008) bahwa lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Selain dari aktivitas, pola konsumsi atau asupan nutrisi makanan juga dapat menjadi faktor penting terhadap kondisi kesehatan seseorang. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Soejoeti (2008) bahwa secara naturalistik seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga masuk angin dan penyakit bawaan. Sekalipun warga masyarakat di Desa Jeruk Manis memiliki pola konsumsi yang teratur juga asupan nutrisi yang cukup baik, namun bila tidak diimbangi dengan aktivitas atau kalori yang keluar maka juga dapat menjadi awal penyebab munculnya penyakit. Pendidikan juga dapat menjadi indikator penting dalam menilai tingkat kesehatan

masyarakat

karena

dengan

pendidikan

yang

rendah

maka

kemampuannya dalam menangkap informasi untuk meningkatkan kualitas gizi keluarga pun akan lemah. Hal ini diperkuat dangan pernyataan Hanani (2009) bahwa buta huruf menjadi indikator penting bagi rendahnya kualitas gizi keluarga. Kondisi ini berbeda jauh dengan yang terjadi di Desa Jeruk Manis. Tidak ada relevansi yang nyata antara tingkat pendidikan dengan kondisi kesehatan masyarakat di Desa Jeruk Manis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengobatan terhadap penyakit yang sering menyerang warga masyarakat merupakan hasil dari fakta empiris nenek moyang yang teruji melalui trial and error mampu mengobati suatu penyakit tertentu.

91

5.5 Kearifan tradisional Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Kearifan tradisional yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, terbungkus oleh aturan-aturan yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama awig-awig. Menurut Sartini (2004) kearifan tradisional merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan. Kearifan tradisional ini erat kaitannya dengan upaya mendukung konservasi khususnya kelestarian kawasan karena sebagian besar kearifan tradisional tersebut tumbuh dan berkembang pada masyarakat pelosok, pinggiran hutan yang jauh dari pengaruh luar atau global. Menurut Suhartini (2009) dalam perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat dan nilai budaya. Keberagaman bentuk adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam satu komunitas masyarakat merupakan warisan secara turun temurun yang kemudian menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungannya. Bentuk adaptasi inilah yang kemudian dikenal sebagai kearifan tradisional. Pentingnya mempelajari kearifan tradisional merupakan wujud penghormatan pada leluhur terdahulu juga menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Khusus untuk masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tradisi/kearifan tradisional tersebut tidaklah tertulis dan penerapannya pun tidak sekental masyarakat yang masih memegang teguh ritual tradisi adat seperti yang berlangsung di Desa Adat Senaru atau Desa Bayan. Masyarakat di desa ini memahami awig-awig sebagai sebuah kepercayaan atau kebiasaan sosial yang baik

untuk

diikuti

namun

tidak

harus

semua

dilaksanakan.

Adapun

kebiasaan/kearifan tradisional tersebut di antaranya adalah cara memperlakukan padi dengan mengadakan upacara atau syukuran sebelum dan sesudah panen dan sikap menghargai lingkungan.

92

5.5.1 Cara memperlakukan padi Masyarakat Suku Sasak khususnya yang tinggal di wilayah Lombok Timur seperti di Desa Jeruk Manis dalam hidupnya terkait sistem ketahanan pangan, melakukan pola tanam pada waktu-waktu tertentu, biasanya pada waktu ton (musim hujan). Tumbuhan yang ditanam tersebut seperti padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays) dan tanaman lain sebagai bahan makanan utama. Salah satu tradisi Suku Sasak yang kini mungkin nyaris punah adalah prosesi tanam (bercocok tanam) dan panen padi yang sarat dengan pesan dan makna serta kearifan kearifan tradisional yang ada di dalamnya. Biasanya padi yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah jenis padi bulu (Javonica). Masyarakat di desa ini juga mengenal beberapa nama padi lainnya seperti padi gama, padi merah dan padi kombo. Para petani di Desa Jeruk Manis masih percaya dengan adanya rezeki yang berlimpah asalkan mau bekerja. Tuhan akan selalu merestui dan memberkati umat-Nya kalau mau bekerja keras. Berdasarkan dalil dan kepercayaan ini, para petani di Desa Jeruk Manis tidak mau berdiam diri. Mereka sadar bahwa rezeki yang diberikan Tuhan harus dicari. Berdasarkan dalil dan kepercayaan ini juga para petani tidak membiarkan istri-istri mereka berdiam diri. Saat menanam padi, para istri turut dilibatkan (Gambar 37). Selanjutnya pada saat panen dan syukuran atau selamatan, para ibuibu memegang peranan yang sangat vital. Biasanya, mereka memasak makanan untuk disuguhkan kepada para toaq lokaq (orang yang dituakan) dan juga para keluarga.

Gambar 37 Para istri dilibatkan dalam kegiatan mencabut bibit padi (reas).

93

5.5.1.1 Upacara bercocok tanam Masyarakat Lombok Timur khususnya di Desa Jeruk Manis sejak dahulu kala bermata pencaharian dari bercocok tanam (bertani). Dalam budaya Sasak sebelum menanam padi di sawah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan: a. Mempersiapkan bibit yang terbaik dari hasil panen tahun lalu yang ditempatkan pada bagian atas lumbung (pantek bale), hal ini dimaksudkan supaya bibit tetap terpelihara dengan baik dan tidak dimakan hama. b. Jika musim hujan diperkirakan akan tiba para petani mempersiapkan diri menurunkan bibit dengan menyiapkan daun bikan, sejenis rumput, daun jeringo yang akan digunakan sebagai bubus, selanjutnya air rendaman empit (kerak nasi). c. Acara penanaman bibit dengan do'a dan harapan agar padi yang ditanam putih seperti air beras. Baru kemudian bibit siap untuk ditanam. d. Setelah tiba waktunya, bibit dicabut untuk ditanam secara bergotong royong, tua muda, laki dan perempuan. Acara gotong royong sesuai jadwal yang ditetapkan oleh pekasih (petugas pengatur air sawah penduduk). Disetiap sudut petakan sawah juga ditempatkan tanaman bage (Tamarindus indica) sebagai tanda gedeng nao (agar hama tidak masuk menyerang padi yang baru ditanam).

5.5.1.2 Upacara tong-tong suit (panen padi) Upacara ini dilakukan apabila tanaman di sawah sudah waktunya dipanen. Pemilik sawah kemudian mencari toaq lokaq (orang yang dituakan), ahli agama (ustadz, ulama atau tuan guru), juga para tetangga untuk mengadakan upacara syukuran atau selamatan. Prosesinya adalah: a. Menyiapkan ancak yaitu anyaman dari bambu yang berbentuk segi empat yang digunakan sebagai pengganti nare (dulang). b. Ancak diisi dengan nasi sebatok (seperiuk kecil) dengan dialasi dengan dedaunan. Selain dari tradisi ini, ada pula yang menggunakan seserahan ketupat saat syukuran atau selamatan. c. Di atas nasi atau ketupat diletakkan lekoq lekes yang terdiri dari daun sirih, buah pinang, tembakau dan rokok.

94

d. Setelah selesai barulah tuan guru (ulama) memberikan do'a (memutah). Hal ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik karena masih diberikan rezeki memanen padi. Selanjutnya, perlengkapan dibawah ke sawah untuk dipasang atau digantung di tempat saluran air pertama yang masuk ke sawah. Pamong desa mulai panen dengan membuat inaq pade (induk padi) yang diletakkan di atas ancak. Setelah itu panen bisa dilaksanakan. Lumbung penyimpan beras (pantek bale) dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh dalam keadaan kosong. Padi/gabah

diambil dari lumbung pada saat

persedian beras yang ada sudah hampir habis atau bila ada upacara tertentu atau keadaan darurat. Begitulah cara masyarakat di Desa Jeruk Manis memperlakukan padi sebagai sumber pangan dan mengelola ketahanan pangan secara tradisional. Jika kearifan tradisional ini tetap dipertahankan, maka ketersediaan pangan yang tersimpan dalam lumbung padi (pantek bale) dan kelestarian varietas padi yang digunakan akan selalu terjaga. Hal ini menjadi ketahanan pangan tersendiri bagi masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam menghadapi isu permasalahan pangan saat ini. 5.4.2 Sikap menghargai lingkungan Sebelum memasuki kawasan hutan, terdapat kebiasaan-kebiasaan yang sering dilaksanakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Mereka mempercayai bahwa kawasan hutan TNGR merupakan rumah bagi makhluk lainnya yang kasat mata. Bukan berarti syirik melainkan saling mengormati sesama ciptaan Tuhan. Hal ini pula yang kemudian menentukan sikap dan tingkah laku warga masyarakat di Desa Jeruk Manis sejak dahulu hingga sekarang yang sangat menghargai lingkungan alam (hutan). Saat ingin masuk hutan dengan tujuan tertentu seperti berburu atau mencari ramuan tumbuhan obat biasanya warga masyarakat menempatkan daun muda yang telah diiris lalu ditempatkan pada pohon yang besar. Biasanya pohon yang dituju adalah pohon yang berada di sekitar mata air di dalam kawasan hutan TNGR. Penempatan daun muda di pohon besar tersebut dimaksudkan sebagai penyawiq atau pemberitahuan bahwa mereka ingin masuk hutan.

95

Selain itu, masyarakat di Desa Jeruk Manis juga terbiasa tidak menebang pohon di dalam hutan. Bahkan di lahan milik pribadi, satu pohon yang ditebang harus digantikan oleh sepuluh bibit pohon yang sama. Kebiasaan ini juga terlihat saat masyarakat di Desa Jeruk Manis mengambil bahan dari hutan untuk dijadikan ramuan obat. Tumbuhan obat yang diambil dari hutan hanya digunakan untuk keperluan pada saat sakit itu saja (pemanfaatan lestari). Beberapa tumbuhan obat yang bernilai fungsional juga telah dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk mengurangi pengambilan langsung dari hutan. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga kelestarian hutan tersebut. Menjaga kelestarian hutan merupakan wujud kesadaran warga di Desa Jeruk Manis akan arti pentingnya hutan. Masyarakat di desa ini meyakini bahwa kelestarian hutan akan sangat menentukan ketersedian mata air bagi desa mereka. Air sangatlah penting bagi masyarakat di desa ini karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan keberdaan air sangat penting bagi pengairan sawah mereka. Masyarakat juga dilarang membuang sampah dan membakar di dalam hutan, termasuk membuang sampah atau limbah rumah tangga di sungai, got atau selokan. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hutan dan kebersihan ini tanpaknya karena ada rasa kebersamaan dan senasib sepenanggungan antara warga. Selain kepedulian warga terhadap lingkungan fisik, warga Desa Jeruk Manis juga sangat peduli terhadap lingkungan sosialnya. Budaya gotong royong atau saling tolong menolong (siru balas) masih kental terlihat di desa ini. Saat menghadapi warga yang terkena musibah kematian atau saat mengadakan hajatan tertentu, seperti pembangunan rumah, pesta perkawinan, sunatan, aqiqah dan lain sebagainya, warga masyarakat turut berpartisipasi, baik dengan tenaga, barang atau dengan uang. Setiap yang membantu biasanya diberi makan sebagai bentuk ucapan terima kasih. Hal ini sudah biasa berlangsung di Desa Jeruk Manis. Bahkan pada warga yang tertimpah musibah atau terlihat kurang mampu setiap warga yang membantu tersebut justru tidak ingin merepotkan dan cukup makan di rumah masing-masing.

96

5.6 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Pangan dan Obat Potensial Salah

satu

yang

menjadi

akar

permasalahan

konservasi

adalah

ketidakberlanjutan pengetahuan lokal atau estafet local and tradisional knowledge. Proses konservasi menjadi sulit ketika proses dari masa lalu tidak bersambung ke masa kini. Pengalaman-pengalaman atau kearifan tradisional yang diterapkan oleh nenek moyang terdahulu, kini banyak ditinggalkan dan dianggap kuno. Budaya lokal nenek moyang kini telah banyak berganti dengan budaya modern. Kondisi umum budaya bangsa Indonesia juga diperparah dengan dimanjanya bangsa Indoensia akan keanekaragaman hayati hutan tropika Indonesia yang tinggi atau melimpah. Banyaknya pilihan yang dapat dimanfaatkan dari hutan menjadi faktor yang mempengaruhi dan melonggarkan daya juang serta semangat masyarakat untuk menggali, mengembangkan dan memelihara pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati tersebut. Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang juga memiliki potensi

keanekaragaman

hayati

yang

tinggi

juga

seharusnya

mampu

dimaksimalkan pemanfaatannya guna menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar. Salah satu masyarakat desa sekitar hutan yang masih memiliki kearifan tradisional dalam hal pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan dari kawasan TNGR adalah masyarakat Suku Sasak yang tinggal di Desa Jeruk Manis. Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat. Hanya saja, saat ini pengetahuan akan pemanfaatan tersebut belum menyebar merata di antara warga masyarakat serta cenderung mulai ditinggalkan. Beberapa spesies potensial yang banyak digunakan oleh industri jamu atau telah diteliti memiliki banyak kandungan dan manfaat, belum banyak diketahui oleh masyarakat di desa ini. Beberapa spesies tumbuhan yang potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis di antaranya pakis (Diplazium esculentum), bebele (Centella asiatica), kayu sepang (Caesalpinia sappan) dan terong totok (Solonum torvum). Dengan pengembangan spesies-spesies ini selain dapat

97

menjadi alternatif bagi terwujudnya kemandirian masyarakat lokal setempat juga meningkatnya kesejahteraan mereka. Pakis merupakan salah satu bahan makanan yang banyak di konsumsi masyarakat di Pulau Lombok bahkan sampai ke Pulau Sumbawa. Permintaan (demand) akan pakis pun begitu besar. Pakis ini banyak tumbuh di dalam kawasan TNGR. Saat ini masyarakat di Desa Jeruk Manis hanya memanen pakis dari dalam kawasan hutan TNGR. Tidak hanya untuk dikonsumsi, pakis oleh masyarakat di desa ini juga diperjualbelikan. Terhitung masyarakat dapat memperoleh penghasilan tidak kurang Rp. 20.000,-/hari dari hasil mengambil pakis. Tantangannya adalah sampai saat ini pakis belum tersentuh oleh teknologi seperti dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena spesies ini tidak tahan disimpan lama maksimal hanya 24 jam. Bebele merupakan tumbuhan liar yang melimpah tumbuh di Desa Jeruk Manis. Selain berfungsi sebagai bahan pangan, secara empiris maupun ilmiah tumbuhan ini dengan kandungannya terbukti mampu mengatasi berbagai macam penyakit di antaranya kandungan triterpenoid saponin yaitu asiatic acid berfungsi untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Triterpenoids merupakan antioksidan sebagai penangkap radikal bebas dan merevitalisasi pembuluh darah. Asiaticoside dan senyawa sejenis juga berperan sebagai anti lepra (kusta). Secara umum, bebele berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya. Bebele juga mengandung beberapa macam vitamin yaitu A, B, E, G dan K, serta mengandung nilai nutrisi yang membantu vitalitas tubuh dan berfungsi sedatif (Adina 2012). Kayu sepang memiliki sebaran yang relatif kecil di kawasan sekitar TNGR. Spesies ini dapat digunakan sebagai bahan minuman berupa sirup. Selain itu dari bukti empiris tumbuhan ini telah lama digunakan oleh bangsawan Jawa untuk mengobati berbagai macam penyakit khususnya penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Bahkan kayu sepang telah digunakan oleh beberapa industri jamu ternama seperti PT. Bintang Toedjoe. Terong totok selain berfungsi sebagai pemenuhan pangan berupa lalapan, tumbuhan ini juga ternyata berfungsi sebagai antikanker, pengobatan penyakit

98

lambung, pinggang kaku dan bengkak terpukul, batuk kronis, bisul atau koreng, jantung berdebar maupun nyeri jantung dan menurunkan tekanan darah tinggi. Buah dan daun tumbuhan ini mengandung alkaloid steroid yaitu jenis solasodin 0,84%, sedangkan kandungan buah kuning mengandung solasonin 0,1%, buah mentah mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin, vitamin A dan mengandung neo-chlorogenine, panicolugenine dan akarnya mengandung jurubine. Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman obat ini mampu bertindak sebagai antioksidan dan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Terong totok memiliki aktivitas pembersih superoksida yang tinggi yakni di atas 70% (Sirait 2009). Spesies-spesies yang dijelaskan di atas dengan potensi yang ada perlu didomestikasi dan dikembangkan lebih lanjut. Dengan konsep agro-forestry serta pendekatan agro-industri skala rumah tangga yang tentunya dengan dukungan IPTEK maka akan menjadikan komoditi di atas dapat langsung berimplikasi lebih besar terhadap kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tentunya hal ini juga dapat tercapai bila ada pendampingan yang bertahap dan berkelanjutan dari pihak pengelola taman nasional serta perguruan tinggi sebagai sumber ilmu dalam hal merancang serta memberikan pencerahan kepada masyarakat akan pengembangan spesies-spesies potensial tersebut sehingga manfaat atau dampak positif dapat dioptimalkan serta dampak negatif menjadi minimal, height output internal and low input external. Penerapan konkrit yang dapat diberikan sebagai upaya pengembangan tumbuhan pangan dan obat antara lain: 1. Bentuk pengolahan atau pengemasan pakis yang ditunjang dengan teknologi sehingga nilai jual pakis dapat lebih meningkat. Kemudian pengolahan lebih lanjut dari komoditi bebele, kayu sepang dan terong totok sehingga menjadi komoditi yang siap di jual seperti teh jamu bebele, sirup kayu sepang, simplisia obat terong totok serta bentuk produk lainnya. Upaya domestikasi di kebun terhadap spesies-spesies potensial merupakan wujud budidaya tumbuhan menggunakan konsep agro-ferestry, juga perlu dilakukan khususnya tanaman kayu sepang yang saat ini sebarannya relatif kecil di sekitar kawasan TNGR.

99

2. Pemanfaatan kembali kotoran sapi yang melimpah di Desa Jeruk Manis juga perlu dilakukan. Fakta bahwa sebagian besar masyarakat di desa ini sebagai petani dan peternak dengan produktifitas hasil pertanian yang masih kecil karena tingkat kesuburan tanah yang rendah dan pengelolaan lahan pertanian belum maksimal, dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik dan sumber energi. Dengan sistem pertanian terpadu atau terintegrasi (Integrated Farming System) pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi sangat potensial. Oleh karenanya perlu didirikan pabrik olahan limbah ternak serta dibuatkan aturan atau regulasi sebagai upaya pengoptimalan pemanfaatan limbah ternak tersebut. 3. Pengembangan kapasitas SDM juga perlu dilakukan. Desain perencanaan pengembangan tumbuhan pangan dan obat menggunakan teknologi untuk meningkatkan nilai jual komoditi, mutlak ditunjang dengan SDM yang mempuni. Pemberdayaan masyarakat Desa Jeruk Manis khususnya mereka yang tergabung dalam kelompok masyarakat peduli hutan (KMPH) Kembang Kuning perlu dilanjutkan karena rencana taman nasional dalam pengolahan hutan bersama masyarakat seluas 2 Ha untuk menyabit rumput di sebelah barat Resort Kembang Kuning, dikemudian hari menjadi lahan yang sangat potensial untuk dijadikan tempat budidaya atau pengembangan spesies penting di atas. 4. Membangun program kampung konservasi pangan dan obat keluarga (POGA) sebagai wadah yang mengorganisir masyarakat desa dalam pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya hutan setempat serta pengembangan kapasitas SDM. Dari program ini juga dengan sendirinya akan terwujud konservasi hutan Taman Nasional Gunung Rinjani. 5. Sistem pendidikan yang dijalankan bagi anak-anak di desa ini seharusnya tidak hanya menitikberatkan pada kurikulum umum tapi juga merancang kurikulum yang terintegrasi dengan kompetensi dan karakteristik sumberdaya alam serta budaya masyarakat Desa Jeruk Manis. Fakta bahwa masyarakat Desa Jeruk Manis sudah lama berinteraksi dan bergantung hidupnya dengan sumberdaya hutan, tidak boleh dipisahkan dengan kurikulum saat ini yang cendrung sekuler. Memadukan karakteristik sumberdaya alam dan budaya masyarakat Desa Jeruk Manis dengan pendidikan yang dikembangkan dengan memberikan

100

materi seperti pendidikan tentang konservasi tumbuhan, pendidikan peramuan tumbuhan

obat

atau

aspek-aspek

kajian

lainnya

yang

mendukung

pengembangan pelestarian pemanfaatan tumbuhan bagi kesejahteraan dan perekonomian masyarakat Desa Jeruk Manis. Program peningkatan kapasitas SDM dan sistem pendidikan yang ditawarkan di atas pada akhirnya diharapkan akan membentuk pilar Tri- Stimulus Amar Konservasi yakni stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus relegiusrela. Menurut Zuhud (2007) stimulus amar konservasi diharapkan menimbulkan 3 sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman, pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang, cinta dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap konservasi tersebut diharapkan mengarah pada sikap yang positif dan akhirnya menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi dapat terwujud di dunia nyata (Gambar 38). Tri stimulus amar  Stimulus

alamiah:

kekayaan

sumber daya alam  Stimulus manfaat: nilai ekonomi

Konservasi Sikap dan perilaku pro konservasi

terwujud di dunia nyata

 Stimulus relegius-rela

Gambar 38 Diagram alir tri stimulus amar mewujudkan konservasi.

Ketika kekayaan sumber daya alam yang ada telah dimanfaatkan secara maksimal dan menimbulkan kesadaran bahwa ternyata alam tersebut memiliki nilai manfaat khususnya ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat, maka stimulus rela akan dengan sendirinya mengikuti. Warga masyarakat akan menjaga kelestarian sumber daya alam yang mereka miliki demi keberlangsungan pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Sikap dan perilaku pro konservasi secara tidak langsung akan terbentuk karena masyarakat sadar akan nilai manfaat kekayaan sumber daya alam yang ada. Pada akhirnya sikap dan perilaku ini menjadi jalan bagi terwujudnya konservasi di dunia nyata.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 1. Teridentifikasi sebanyak 215 spesies dari 72 famili spesies tumbuhan pangan dan obat yaitu sebanyak 136 spesies tumbuhan pangan dan 156 spesies tumbuhan obat. Sebanyak 77 spesies di antara tumbuhan pangan dan obat berfungsi ganda yakni sebagai tumbuhan pangan juga tumbuhan obat. Spesies tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk kebutuhan pangan dan obat-obatan cukup beragam dan relatif tinggi. Beragamnya spesies ini menjadi tanda bahwa kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki aset yang besar bagi pemenuhan kehidupan dan pembangunan kesehatan khususnya masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani. 2. Kearifan tradisional masyarakat di Desa Jeruk Manis cenderung hidup menyesuaikan

dengan

potensi

alam

sekitarnya

yaitu

memanfaatkan

sumberdaya alam yang tersedia dan melakukan tindakan-tindakan konservasi. Kearifan tradisional masyarakat dapat dilihat dari cara memperlakukan padi dan sikap menghargai lingkungan. Tindakan konservasi yang dilakukan ini merupakan wujud kearifan tradisional yang harus dipertahankan dan terus dibudayakan demi kelangsungan sumberdaya alam yang dapat menjamin keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia.

6.2 Saran 1. Pengembangan program kampung konservasi pangan dan obat keluarga (POGA) untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Desa Jeruk Manis yang sehat dan mandiri yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan dan kemakmuran mereka. 2. Pengembangan beberapa spesies tumbuhan pangan dan obat yang berpotensi seperti pakis (Diplazium esculentum), bebele (Centella asiatica), kayu sepang (Caesalpinia sappan) dan terong totok (Solonum torvum).

DAFTAR PUSTAKA Abu A, Rabia. 2005. Urinary Diseases and Ethnobotany Among Pastoral Nomads in The Middle East. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 1 (4). Adina. 2012. Daun Kaki Kuda atau http://blog.unsri.ac.id/download1/33561.pdf [ 4 Juni 2012]

Pegagan.

Adina. 2012. Multimanfaat Jambu Biji. Palembang: Universitas Sriwijaya. Aliadi A, Roemantyo HS. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Zuhud EAM dan Haryanto (editor). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB - (LATIN). Aloevera N. 2011. Sejarah Lombok. http://nellyaloevera.student.umm.ac.id [1 Juli 2012]. Ariani M. 2005. Diversifikasi Pangan di Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Ayu FAP. 2012. Etnobotani Pangan Masyarakat Sekitar Suku Dayak Kenyah di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. [Balai IPTEKnet] Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005. Tanaman Obat Indonesia: Kencur (Kaempferia galanga, L.). www.iptek.net.id/. [4 Juni 2012]. [Balai IPTEKnet] Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2005. Tanaman Obat Indonesia: Tapak Liman (Elephantopus scaber L.). www.iptek.net.id/. [4 Juni 2012]. [Balitbu] Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. 2008. Tanaman yang Berkhasiat Mengatasi Deman Berdarah Dengue. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30 (6): hlm. 17-18. [BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. [BTNGR] Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Resort Santong SKW I Lombok Barat. Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. [BTNGR] Balain Taman Nasional Gunung Rinjani. 2011. Masyarakat Adat. http://rinjaninationalpark.org/obyek-wisata/masyarakat-adat. [4 Juni 2012). [BTNGR] Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. 2011. Sekilas Taman Nasional Gunung Rinjani. Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Cakradinata Wasmat. 2006. Analisis Pemanfaatan Hutan Non Kayu Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Penyangga, TNGR. Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

103

Cronquist Arthur. 1980. Vascular Flora of The Southeastern United States Volume 1: Asteraceae. USA: the University of North Corolina Press. Desa Jeruk Manis. 2011. Selayang Pandang Desa Jeruk Manis 2011 (laporan). Jeruk Manis, Lombok Timur. [Dephut RI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2009. Pangan Dari Hutan (Kontribusi Sektor Kehutanan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional). Jakarta: Seminar Nasional “Hari Pangan Sedunia”. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. 1980. Materi Medika Indonesia. Jilid ke-4, cetakan ke-1. Jakarta: Depkes RI. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. 1983. Peran Tumbuhan Obat. http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunalamitanaman.pdf. [20 Januari 2012]. Dhalimarta S, Adrian F. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae 4( 2): hlm. 71-78. Djarwaningsih T. 2007. Jenis-Jenis Euphorbiaceae (Jarak-Jarakan) yang Berpotensi Sebagai Obat Tradisional. Bogor: Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi - LIPI. Hanani NAR. 2009. Monitoring dan http://www.askep.net. [4 Juni 2012].

Evaluasi

Ketahanan

Pangan.

Hardinsyah. 2008. Pola Makan & Minum Sehat Optimalkan Stamina. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fema IPB. Hariyadi P. 2010. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan). Jurnal Pangan 19 (4): hlm. 295-301. Hutasuhut MA. 2011. Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak 1 [tesis]. Medan: Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Istuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Info Teknologi Pertanian No. 88. Jawa Timur: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalima T. 2008. Keragaman Spesies Rotan yang Belum Dimanfaatkan di Hutan Tumbang Hiran, Katingan, Kalimantan Tengah. Info Hutan 5(2): hlm.161175. Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

104

Keraf AS. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas. Koswara S. 2010. Kacang-Kacangan, Sumber Serat yang Kaya Gizi. Dalam www.ebookpangan.com. [20 Juni 2012]. Lawrence, George HM. 1951. Taxonomy of Vascular Plants. Third Edition. New York: the Macmillan Company. Mackinnon K, Hatta G, Halim H, Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan. Alih Bahasa Gembong Tjitrosoepomo. Jakarta: Penerbit Prenhallindo. Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan 15 (1): hlm. 3-6. Mardalis. 2004. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Martin GJ. 1998. Etnobotani: Sebuah Manual Pemeliharaan Manusia dan Tumbuhan. Mohamed M, Penerjemah: Kinabalu: World Life Fund for Nature. Terjemahan dari. Natural History Publication (Borneo). McGregor Tom. 2003. Perfect Diet for Weight Loss, Vitality and Health (Formerly North American Diet). North American: www.freedom-you.com. [20 Juni 2012]. Moeljopawiro S, Manwan I. 1992. Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Pangan di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 288-299. Mulvany Patrick. 2010. Agroecology Is The Answer for Rural Economics in Developing Countries. Bogor: Stadium General Agroecology sebagai Jawaban Ekonomi Negara-negara Berkembang di Kampus IPB Dramaga Bogor. Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Oktaviana LM. 2008. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Tilu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Pramesthi AY. 2008. Kajian Etnofitomedika dan Potensi Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus di Desa Montong Betok, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Pujowati Penny. 2006. Pengenalan Ragam Tanaman Laskap Asteraceae (Compositae) [laporan]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. Purwadarminta WJS. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

105

Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem-Irian Jaya: Suatu Telaah Tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Tumbuhan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 132-148. Purwanto Y. 2000. Etnobotani dan Konservasi Plasma Nutfah Holtikultura: Peran Sistem Pengetahuan Lokal Pada Pengembangan dan Pengelolaannya. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Bogor: Laboratorium Etnobotani, Puslitbang Biologi-LIPI dan Lembaga Etnobotani Indonesia. hlm. 308-322. Putri GM. 2012. Vitamin-Vitamin Penting Untuk Tubuh (II). Majalah Health. Rifai MA, Walujo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia: Ulasan Suatu Pengamatan di Madura. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm. 119126. Riswan S, Andayaningsih D. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Obat yang Digunakan dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat. Farmasi Indonesia 4 (2): hlm. 96 -103. Rostiana O, Hadipoentyanti E, Abdullah A. 1992. Potensi Bahan Pewarna Alam di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 127-131. Sajogyo P. 1987. Peranan Wanita dalam Pembangunan Suatu Tinjauan Sosiologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Salerno G, Guarrera PM, Caneva G. 2005. Agricultural, Domestic and Handicraft Folk Uses of Plants in The Tyrrhenian Sector of Basilicata (Italy). Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine (1): 2. Santoso BB, Hariyadi. 2008. Metode Pengukuran Luas Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Magrobis 8 (1): hlm. 17-22. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat 37 (2): hlm. 111-120. Sevilla CG. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia. Silalahi RGH. 2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan [skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Simanungkalit R, Suriadikarta D, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

106

Sirait Nursalam. 2009. Terong Cepoka (Solanum torvum) Herba yang Berkhasiat Sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan 15 (3): hlm. 10-11. Soejoeti SZ. 2008. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya. Jakarta: Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 1-7. Soeriaadmadja RE. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB. Soil Survey Staff. 1998. Keys To Soil Taxonomy, 8 th Edition 1998. Nasional Resources Conservation Service, USA. Somantri L. 2008. Mengenal Suku Bangsa di Pegunungan Tengah Papua. Seminar dengan Tema “Papua Sudah”; Gedung PKM UPI, 19 November 2008. Papua: UPI. hlm. 1-14. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009. hlm. 206-218. Sunarti S, Rugayah, Djarwaningsih T. 2007. Tumbuhan Berpotensi Bahan Pangan di Cagar Alam Tangale. Biodiversitas 8(2): hlm. 88-91. Supardi S, Notosiswoyo M. 2005. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek Pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian 2 (3): hlm. 134–144. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 pada tanggal 28 April 1978. Suwahyono N, Sudarsono B, Waluyo EB. 1992. Pengelolaan Data Etnobotani Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 8-15. Suwardji, Tejowulan. 2002. Pengembangan Wilayah Lahan Kering di Provinsi NTB Untuk Mendukung Otonomi Daerah. Mataram: Pusat Pengkajian Lahan Kering dan Rehabilitasi Lahan Fakultas Pertanian Unram. Swastika DKS. 2011. Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Untuk Mengentaskan Petani Dari Kemiskinan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 4(2): hlm. 103-117. Tjitrosoepomo G. 1988. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

107

Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Wirapati RD. 2008. Efektivitas Pemberian Tepung Kencur (Kaempferia galanga Linn) Pada Ransum Ayam Broiler Rendah Energi dan Protein Terhadap Performan Ayam Broiler, Kadar Kolestrol, Persentase Berat Hati, dan Bursa Fabrisius [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB. Wisnu IMW, Prisdiminggo, Surachman A. 2004. Sistem Usahatani Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Pada Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Lombok Timur. Narmada: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Dalam Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Soekmadi R, Adhiyanto E. 2004. Penyusunan Rancangan dan Pengembangan Sumberdaya Alam Hayati Berupa Tumbuhan di Kabupaten Sintang. Bogor: Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Bappeda Kabupaten Sintang. Zuhud EAM. 2007. Sikap Masyarakat dan Konservasi: Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus di Taman Nasional Meru Betiri [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. ___________. 2009. Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Jurnal Bahan Alam Indonesia 6 (6): hlm. 227-232. ___________. 2011. Pengembangan Desa Konservasi Hutan Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Obat Keluarga (POGA) Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Krisis Baru Ekonomi Dunia di Era Globalisasi. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. Bogor: IPB Press.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Amaranthaceae

1

Bayam

Amaranthus caudatus Rumph.

Semak

2

Cyathula prostrata (L.) Blume

3

Bayam Hutan/Lembayin Baqe Jambu Monyet

4

Anacardiaceae

Annonaceae

Apiaceae/ Umbelliferae

Araceae

Araliaceae

Kegunaan

Tipe Habitat

Sayur

Kebun

Herba

Status Budidaya Semi budidaya Liar

Sayur

Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah

Anacardium occidentale L.

Pohon

Budidaya

Buah

Pao

Mangifera indica L.

Pohon

Budidaya

Buah

Hutan, Kebun, Pekarangan Kebun, Pekarangan

5

Srikaya Belanda

Annona muricata L.

Pohon

Budidaya

Buah

6

Annona squamosa L.

Pohon

Budidaya

Buah

7

Srikaya Tai Bembe Saladri

Apium graveolens L.

Herba

Budidaya

Pekarangan

8

Wortel

Daucus carota L.

Herba

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Sayur

9

Bebele

Centella asiatica, (L.), Urb.

Herba

Liar

Sayur

10

Biraq

Alocasia portora Bloom

Herba

Karbohidrat

11

Loma`

Xanthosoma violaceum Schott

Herba

12

Tojang

Herba

13

Tongei

Herba

Liar

Karbohidrat

14

Pengeng

Colocasia esculenta (L.) Schott Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll. Trevesia burckii Boerl.

Semi budidaya Semi budidaya Liar

Hutan, Kebun, Lapangan bola, Pinggir jalan, Pinggir kali, Sawah Hutan, Kebun, Pekarangan Kebun, Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah Hutan, Pinggir jalan, Pinggir kali Hutan, Kebun

Perdu

Liar

Sayur

Hutan, Kebun

Karbohidrat Sayur

Hutan, Kebun, Pekarangan Pekarangan

Kebun

109

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Status Budidaya Budidaya

Kegunaan

Tipe Habitat

Arecaceae

15

Aren/ Enau

Pohon

16

Buaq

Arenga pinnata (Wurmb) Merr. Areca catechu L.

Minuman, buah

Kebun, Pekarangan

Buah

Hutan, Kebun

Pohon

Semi budidaya Liar

17

Klempejing

Areca sp.

Sayur

Hutan

18

Nyiur

Cocos nucifera L.

Pohon

Budidaya

Buah

Rotan

Daemonorops sp.

Liana

Liar

Sayur

Kebun, Pekarangan, Sawah Hutan

19 20

Bluntas

Pluchea indica (L.) Less.

Perdu

Liar

Sayur

Kebun

21

Pepao

Emilia sonchifolia (L.) DC.

Herba

Liar

Sayur

22

Gegaok

Herba

Liar

Sayur

Auriculariaceae

23

Jamur Kuping

Sayur

Hutan, Kebun

24

Blincang 1

Efipit/ benalu Herba

Liar

Begoniaceae

Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC. Auricularia auricula-judae Schrot Begonia grandis Dryand.

Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah Hutan, Kebun, Sawah

Liar

Hutan

25

Blincang 2

Herba

Liar

Bombacaceae

26

Randu

Begonia isoptera Dryand. ex Sm. Ceiba Pentandra (L.) Gaertn

Pohon

Brassicaceae

27

Jaong

Rorippa indica (L.) Hiern

Herba

Semi budidaya Liar

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Buah Sayur

Hutan, Kebun, Sawah

Cactaceae

28

Buah Naga

Liana

Budidaya

Buah

Pekarangan

Cannaceae

29

Sebek

Hylocereus undatus (Haw.) Britt.Et R Canna edulis Ker.

Herba

Liar

Penyedap atau bumbu masak

Hutan, Pinggir kali

Asteraceae

Pohon

Hutan Hutan, Kebun

110

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Kegunaan

Tipe Habitat

Pohon

Status Budidaya Budidaya

Caricaceae

30

Gedang

Carica papaya L.

Buah

Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino Garcinia mangostana L.

Perdu

Liar

Buah

Kebun, Pekarangan, Sawah Hutan, Kebun

Chloranthaceae

31

Clusiaceae

32

Beberas/Nenasi Hutan Manggis

Pohon

Budidaya

Buah

Ambon Gula

Ipomoea batatas Poir

Liana

Karbohidrat

34

Kangkung

Ipomoea aquatica Forsk

Liana

Semi budidaya Budidaya

Sayur

Kolam ikan, Pinggir kali Hutan, Kebun, Pinggir jalan Kebun, Kolam ikan

Convolvulaceae

33

35

Bokar/Sondak

Liana

Budidaya

Sayur

Kebun

36

Jebet/Jepan

Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby Sechium edule (Jacq.) Swartz,

Liana

Budidaya

Sayur

Kebun, Pekarangan

37

Pria

Momordica charantia L.

Liana

Budidaya

Sayur

38

Semangka

Liana

Budidaya

Buah

39

Teruok Gagak

Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai Luffa acutangula L. Roxb.

Kebun, Pekarangan, Sawah Kebun

Liana

Budidaya

Sayur

Kebun

40

Timun Bolo

Coccinia grandis (L.) Voigt

Liana

Liar

Buah

Hutan, Kebun, Sawah

41

Wolu

Cucurbita moschata Durch

Liana

Budidaya

Sayur

Kebun

Dioscoreaceae

42

Gadung

Dioscorea hispida Dennust

Liana

Buah

Hutan, Kebun

Elaocarpaceae

43

Gumitri

Elaeocarpus sp.

Pohon

Semi budidaya Liar

Buah

Hutan

Euphorbiaceae

44

Ambon Jawa

Manihot utilisima Pohl

Perdu

Budidaya

Karbohidrat, Sayur

Kebun, Pekarangan

45

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

Pohon

Budidaya

Buah

Pekarangan

Cucurbitaceae

111

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Status Budidaya Budidaya

Kegunaan

Tipe Habitat

Euphorbiaceae

46

Kepundung

Pohon

47

Lekong

Baccaurea recemosa Muell. Arg. Aleurites moluccana (L.) Will

Buah

Kebun, Pekarangan

Perdu

Semi budidaya Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Sayur

Hutan, Kebun, Pekarangan Kebun, Pekarangan

48

Sager

Sauropus adrogynus (L.) Merr

49

Buni

Antidesma bunius (L.) Spreng

Pohon

Liar

Buah

Hutan

50

Antap

Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has Tamarindus indica L.

Semak

Budidaya

Sayur

Pohon

Budidaya

Pachyrhizus erosus (L.) Urban Erythrina variegata L.

Liana

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Buah

Kebun, Pekarangan, Sawah Kebun

51

Bage

52

Bengkoang

53

Boro Sapa

Herba

Liar

Sayur

Kebun, Pinggir kali

54

Botor

Liana

Budidaya

Sayur

Buncis

Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C. Phaseolus vulgaris L.

Semak

Budidaya

Sayur

Kebun, Pekarangan, Sawah Kebun, Sawah

55 56

Kacang Tanah

Arachis hypogea L.

Semak

Budidaya

Kebun

57

Kayu Sepang

Caesalpinia sappan L.

Perdu

Liar

Sumber Vitamin dan Mineral Minuman

58

Kedelai

Glycine max (L.) Merr.

Herba

Budidaya

Minuman, Sayur

Kebun

59

Ketujur

Perdu

Budidaya

Sayur

60

Komak

Sesbania grandiflora (L.) Pers. Lablab purpureus (L.) Sweet

Liana

Budidaya

Sayur

Lamiaceae

61

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Herba

Budidaya

Lauraceae

62

Kayu Manis

Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees)

Pohon

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak

Kebun, Pekarangan, Sawah Kebun, Pekarangan, Sawah Pekarangan

Fabaceae

Pohon

Kebun, Pekarangan

Hutan

Hutan, Kebun

112

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Kegunaan

Tipe Habitat

Pohon

Status Budidaya Budidaya

Lauraceae

63

Pokat

Persea americana Mill.

Buah, Sayur

Allium fistulosum L.

Herba

Budidaya

Bawang Mira

Allium cepa L.

Herba

Budidaya

66

Bawang Putih

Allium sativum L.

Herba

Budidaya

Limnocharitaceae

67

Mareng

Herba

Liar

Linderniaceae

68

Belimbing Bake

Herba

Liar

Buah

Malvaceae/ (Sterculiaceae)

69

Durian

Pohon

Budidaya

Buah

70

Jamia

Perdu

Budidaya

Sayur

Hutan, Kebun, Pekarangan, Sawah Hutan, Kebun, Pekarangan Kebun, Pekarangan

71

Coklat

Limnocharis flava (L.) Buchenau Torenia fournieri Linden ex E. Fourn. Durio zibethinus Rumph. ex Murray Abelmoschus esculentus (L.) Moench Teobroma cacao L.

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Sayur

Hutan, Kebun, Pekarangan, Sawah Kebun, Pekarangan

Liliaceae

64

Bawang Daun

65

Pohon

Budidaya

Buah

Kebun, Pekarangan

Marantaceae

72

Marus

Maranta arundinacea L.

Herba

Liar

Karbohidrat

Hutan, Kebun

Melastomataceae

73

Mas-mas

Melastoma malabathricum L.

Perdu

Liar

Buah

Hutan

74

Srijate

Perdu

Liar

Sayur

Hutan

75

Cururung

Medinilla speciosa (Reinw. ex Blume) Blume Lansium domesticum Corrêa

Pohon

Budidaya

Buah

Kebun

76

Sentul

Pohon

Budidaya

Buah

Kebun

77

Goak

Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Ficus fistulosa Reinw. ex Blume

Pohon

Liar

Buah

Hutan

Meliaceae

Moraceae

Kebun, Pekarangan Kebun Pinggir kali

113

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Moraceae

78

Nangka

79

Sukun

80

Terep

81

Kulur

Moringacaea

82

Kelor

Muntingiaceae

83

Kersen

Artocarpus heterophyllus Lamk. Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume Artocarpus camansi (Park.) Fsb Moringa pterygosperma, Gaertn. Muntingia calabura L.

Musaceae

84

Punti

Musa spp.

85

Punti Lumut

Myrsinaceae

86

Myrtaceae

Oxalidaceae

Kegunaan

Tipe Habitat

Pohon

Status Budidaya Budidaya

Buah

Pohon

Budidaya

Sayur

Hutan, Kebun, Pekarangan Kebun

Pohon

Buah

Hutan

Pohon

Semi budidaya Budidaya

Sayur

Hutan, Kebun

Perdu

Budidaya

Sayur

Kebun, Pekarangan

Pohon

Buah

Kebun, Pekarangan

Herba

Semi budidaya Budidaya

Buah, Sayur

Kebun, Pekarangan

Musa acuminata Colla

Herba

Budidaya

Buah, Sayur

Kebun, Pekarangan

Kayu Pelina

Ardisia lanceolata Roxb.

Perdu

Liar

Sayur

Hutan

87

Cengkeh

Pohon

Budidaya

88

Jukut Hutan

Syzygium aromaticum (L.) Merr. Syzygium sp.

Pohon

Liar

Penyedap atau bumbu masak Sayur

Hutan, Kebun, Pekarangan Hutan

89

Klayu

Syzygium cumini (L.) Skeels

Pohon

Budidaya

Buah

Hutan, Kebun, Sawah

90

Klekes Udang

Syzygium sp.

Pohon

Liar

Buah

Hutan

91

Nyambu Batu

Psidium guajava L.

Perdu

Budidaya

Buah

92

Salam

Pohon

Budidaya

93

Belimbing Ble

Syzygium polyanthum (Wight.) Walp Averrhoa carambola L.

Pohon

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Buah

Hutan, Kebun, Pekarangan Kebun Kebun, Pekarangan

114

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Oxalidaceae

94

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Pohon

Status Budidaya Budidaya

Pandanaceae

95

Pandan

Herba

Budidaya

Piperaceae

96

Lada

Pandanus amaryllifolius Roxb. Piper nigrum L.

Liana

Liar

97

Piper retrofractum Vahl Hab.

Liana

Liar

98

Leko Kajol/Sirih Monyet Umbe/Omba

Piper umbellatum L.

Perdu

Liar

99

Bambu

Bambusa spp.

Semak

100

Jagung

Zea mays L.

101

Pade

102

Sereh

103 Polypodiaceae

104

Rosaceae

Poaceae

Rubiaceae

Kegunaan

Tipe Habitat

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Buah, Sayur

Pekarangan

Sayur

Kebun

Perdu

Semi budidaya Budidaya

Buah

Kebun

Oryza sativa L.

Semak

Budidaya

Makanan pokok

Sawah

Semak

Budidaya

Herba

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Minuman

Pekarangan

Tebu

Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Saccharum sp. Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Rubus rosaefolius Smith

Pakispakisan Semak

Liar

Sayur

Hutan, Pinggir kali

105

Pakis/Paku Bele, Paku Manis Kemutung

Liar

Buah

Hutan, Kebun

106

Rerendem

Rubus moluccanus L.

Liana

Liar

Buah

Hutan

107

Stroberi

Fragaria ananassa Duchesne

Herba

Budidaya

Buah

Pekarangan

108

Ketepu

Herba

Liar

Sayur

Hutan

109

Kopi Hutan/Banyut

Ophiorrhiza neglecta Blume ex Dc Tricalysia singularis K. Sch.

Pohon

Liar

Sayur

Hutan

Pekarangan Hutan, Kebun Hutan, Kebun Hutan, Kebun

Pekarangan

115

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Kegunaan

Tipe Habitat

Liana

Status Budidaya Liar

Rubiaceae

110 111

Tetandan Ginantrum Kopi

112

Jeruk Bele

Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Coffea robusta Lindl.Ex De Will Citrus maxima (Burm.) Merr.

Minuman

Hutan

Perdu

Budidaya

Minuman

Pohon

Budidaya

Buah

Hutan, Kebun, Pekarangan Pekarangan

113

Jeruk Lemon

Citrus limon (L.) Burm.f.

Perdu

Budidaya

Pekarangan

Perdu

Budidaya

Ketimis

Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle Clausena excavata Burm.f.

Perdu

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Sayur

114

Jeruk Nipis

115 116

Munte

Citrus hystrix Dc

Perdu

Budidaya

Kebun, Pekarangan

Sapindaceae

117

Buluan

Nephelium lappaceum L.

Pohon

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Buah

Sapotaceae

118

Sabo

Pohon

Budidaya

Buah

Solanaceae

119

Bilong

Manilkara zapota (L.) Van Royen Solanum retroflexum Dunal

Herba

Liar

Sayur

120

Physalis angulata L.

Herba

Liar

Sayur

121

Kecepok/ Klampokan Sebia

Kebun, Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah Pinggir jalan

Capsicum frutescens L.

Perdu

Budidaya

122

Terong

Solanum melongena L.

Perdu

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Sayur

Kebun, Pekarangan, Sawah Kebun, Pekarangan

123

Terong ace

Solanum lycopersicum L.

Perdu

Budidaya

Sayur

Kebun, Pekarangan

124

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Perdu

Budidaya

Sayur

Pekarangan

125

Jamur Ekor

Pleurotus ostreatus Champ. Jura. Vosg.

Efipit/ benalu

Liar

Sayur

Hutan

Rutaceae

Tricholomataceae

Pekarangan Kebun

Kebun, Pekarangan

116

Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Kegunaan

Tipe Habitat

Perdu

Status Budidaya Liar

Verbenaceae

126

Jejengas

Lantana camara L.

Buah

Liana

Liar

Sayur (Lalap)

Bujak

Cissus verticillata(L.) Nicolson & C.E. Jarvis Zingiber sp.

Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Pinggir kali, Sawah Hutan

Vitaceae

127

Gegula

Zingiberaceae

128

Herba

Liar

Hutan, Kebun, Sawah

129

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Herba

Budidaya

130

Kelempanas

Amomum maximum Roxb.

Herba

Liar

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak, Minuman Buah

131

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Herba

Liar

Buah

Hutan

132

Kunci

Herba

Budidaya

Kunyit

Herba

Budidaya

134

Kunyit Asa

Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Herba

Budidaya

135

Lengkuas/Laos

Alpinia galanga (L.) Willd.

Herba

Budidaya

136

Sekur

Kaempferia galanga L.

Herba

Budidaya

Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak Penyedap atau bumbu masak, Minuman

Hutan, Kebun

133

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult Curcuma domestica Val.

Hutan, Kebun, Pekarangan Hutan

Kebun, Pekarangan, Sawah Hutan, Kebun Kebun, Pekarangan, Pinggir kali Hutan, Pekarangan

117

Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Famili Amaranthaceae

No. 1

Nama Lokal Bayam

Nama Ilmiah Amaranthus caudatus Rumph.

Habitus Semak

Bag. yang digunakan Daun

2

Cyathula prostrata (L.) Blume

Herba

Daun

3

Bayam hutan/lembayin Baqe Srikaya Belanda

Annona muricata L.

Pohon

Daunnya, Buah

4

Srikaya Tai Bembe

Annona squamosa L.

Pohon

Daun

5

Saladri

Apium graveolens L.

Herba

Batang, Daun.

6

Bebele

Centella asiatica (L.), Urb.

Herba

Seluruh bagian

7

Biraq

Alocasia 'Portora' Bloom

Herba

Batang pelepah

8

Tongei

Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll.

Herba

Umbi

9

Buaq

Areca catechu L.

Pohon

Daun, Biji

10

Nyiur

Cocos nucifera L.

Pohon

Buah

11

Rotan

Daemonorops sp

Liana

Air rotan

12

Bluntas

Pluchea indica (L.) Less.

Perdu

Daun

13

Pepao

Emilia sonchifolia (L.) DC.

Herba

Daun

14

Gegaok

Herba

Akar, Daun

15

Blincang 1

Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC. Begonia grandis Dryand.

Herba

Seluruh bagian

16

Blincang 2

Begonia isoptera Dryand. ex Sm.

Herba

Seluruh bagian

Bombacaceae

17

Randu

Ceiba Pentanda (L.) Gaertn.

Pohon

Daun

Brassicaceae

18

Jaong

Rorippa indica (L.) Hiern.

Herba

Daun

Caricaceae

19

Gedang

Carica papaya L.

Pohon

Daun

Chloranthaceae

20

Beberas/Nenasi Hutan

Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino

Perdu

Daun, Akar

Annonaceae Apiaceae/Umbelliferae Araceae Arecaceae

Asteraceae

Begoniaceae

118

Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Bag. yang digunakan

Clusiaceae

21

Manggis

Garcinia mangostana L.

Pohon

Getah

Convolvulaceae

22

Ambon Gula

Ipomoea batatas Poir

Liana

Daun, Umbi

23

Kangkung

Ipomoea aquatica Forsk.

Liana

Daun

24

Bokar/Sondak

Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby

Liana

Buah

25

Semangka

Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai

Liana

Buah

26

Teruok Gagak

Luffa acutangula (L.) Roxb.

Liana

Daun

27

Timun Bolo

Coccinia grandis (L.) Voigt

Liana

Daun

28

Ambon Jawa

Manihot utilisima Pohl.

Perdu

Batang

29

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

Pohon

Daun, Batang

30

Kepundung

Baccaurea recemosa Muell. Arg.

Pohon

Daun

31

Lekong

Aleurites moluccana (L.) Will.

Pohon

Buah, Daun

32

Sager

Sauropus adrogynus (L.) Merr

Perdu

Daun

33

Bage

Tamarindus indica L.

Pohon

Buah

34

Bengkoang

Pachyrhizus erosus (L.) Urban

Liana

Umbi

35

Boro Sapa

Erythrina variegata L.

Herba

Kulit batang

36

Botor

Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.

Liana

Biji

37

Kayu Sepang

Caesalpinia sappan L.

Perdu

Kulit batang

38

Ketujur

Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Perdu

Daun

Lamiaceae

39

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Herba

Daun, Biji, Akar

Lauraceae

40

Pokat

Persea americana Mill.

Pohon

Daun, Biji

Liliaceae

41

Bawang Mira

Allium cepa L.

Herba

Umbi

Linderniaceae

42

Belimbing bake

Torenia fournieri Linden ex E. Fourn.

Herba

Daun, Bunga

Cucurbitaceae

Euphorbiaceae

Fabaceae

119

Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Bag. yang digunakan

Malvaceae

43

Jamia

Abelmoschus esculentus (L.) Moench

Perdu

Biji

Moraceae

44

Nangka

Artocarpus heterophyllus Lamk.

Pohon

Daun

45

Terep

Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume

Pohon

Bunga

Moringacaea

46

Kelor

Moringa pterygosperma Gaertn.

Perdu

Daun, Batang

Musaceae

47

Punti

Musa spp.

Herba

Buah, Tunas

48

Punti Lumut

Musa acuminata Colla.

Herba

Akar

Myrsinaceae

49

Kayu Pelina

Ardisia lanceolata Roxb.

Perdu

Daun, Bunga

Myrtaceae

50

Cengkeh

Syzygium aromaticum, (Linn.) Merr.

Pohon

Daun, Buah

51

Klayu

Syzygium cumini (L.) Skeels

Pohon

Kulit batang

52

Nyambu Batu

Psidium guajava L.

Perdu

Daun, Buah

53

Belimbing Ble

Averrhoa carambola L.

Pohon

Daun, Bunga

54

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Pohon

Daun, Bunga, Buah

Pandanaceae

55

Pandan

Pandanus amaryllifolius Roxb.

Herba

Daun

Piperaceae

56

Leko Kajol/Sirih Monyet

Piper retrofractum Vahl Hab.

Liana

Seluruh bagian

57

Umbe/Omba

Piper umbellatum L.

Perdu

Buah, Akar

58

Pade

Oryza sativa L.

Semak

Selaput biji, biji

Oxalidaceae

Poaceae

59

Sereh

Cymbopogon nardus (L.) Rendle.

Semak

Akar

Rosaceae

60

Kemutung

Rubus rosaefolius Smith

Semak

Bunga

Rubiaceae

61

Ketepu

Ophiorrhiza neglecta Blume ex Dc

Herba

Daun, Bunga

62

Kopi

Coffea robusta Lindl.Ex De Will

Perdu

Biji

120

Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Habitus

Bag. yang digunakan

Rutaceae

63

Jeruk Bele (jeruk Besar)

Citrus maxima (Burm.) Merr.

Pohon

Kulit batang

64

Munte

Citrus hystrix Dc

Perdu

Buah

Sapindaceae

65

Buluan

Nephelium lappaceum L.

Pohon

Daun

Sapotaceae

66

Sabo

Manilkara zapota (L.) Van Royen

Pohon

Getah, Buah

Solanaceae

67

Kecepok atau klampokan

Physalis angulata L.

Herba

Seluruh Bagian

68

Sebia

Capsicum frutescens L.

Perdu

Akar

69

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Perdu

Daun, Akar

Verbenaceae

70

Jejengas

Lantana camara L.

Perdu

Daun, Bunga, Akar

Zingiberaceae

71

Bujak

Zingiber sp.

Herba

Rimpang

72

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Herba

Rimpang

73

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Herba

74

Kunci

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult

Herba

Batang, Daun, Rimpang Rimpang

75

Kunyit

Curcuma domestica Val.

Herba

Rimpang

76

Lengkuas/Laos

Alpinia galanga (L.) Willd.

Herba

Rimpang

77

Sekur

Kaempferia galanga L.

Herba

Daun, Rimpang

121

Lampiran 3 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Tipe Habitat

1

Beberas/ Nenasi Hutan

Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino

Hutan, Kebun

Status Budidaya Liar

2

Belimbing Ble

Averrhoa carambola L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

3

Bengkoang

Pachyrhizus erosus (L.) Urban

Kebun, Pekarangan

Budidaya

4

Buah Naga

Hylocereus undatus (Haw.)Britt.Et R

Pekarangan

Budidaya

5

Buaq

Areca catechu L.

Hutan, Kebun

Semi Budidaya

6

Buluan

Nephelium lappaceum L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

7

Buni

Antidesma bunius (L.) Spreng

Hutan

Liar

8

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

Pekarangan

Budidaya

9

Coklat

Teobroma cacao L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

10

Cururung

Lansium domesticum Corrêa (1807)

Kebun

Budidaya

11

Durian

Durio zibethinus Rumph. ex Murray

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

12

Gedang

Carica papaya L.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

13

Goak

Ficus fistulosa Reinw. ex Blume

Hutan

Liar

14

Gumitri

Elaeocarpus sp.

Hutan

Liar

15

Jambu Monyet

Anacardium occidentale L.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

16

Jejengas

Lantana camara L.

Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Pinggir kali, Sawah

Liar

17

Jeruk Bele

Citrus maxima (Burm.) Merr.

Pekarangan

Budidaya

18

Kelempanas

Amomum maximum Roxb.

Hutan

Liar

19

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Hutan

Liar

20

Kemutung

Rubus rosaefolius Smith

Hutan, Kebun

Liar

21

Kepundung

Baccaurea recemosa Muell. Arg.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

122

Lampiran 3 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan) No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Tipe Habitat

22

Kersen

Muntingia calabura L.

Kebun, Pekarangan

Status Budidaya Semi Budidaya

23

Klayu

Syzygium cumini (L.) Skeels

Hutan, Kebun, Sawah

Budidaya

24

Klekes Udang

Syzygium sp.

Hutan

Liar

25

Manggis

Garcinia mangostana L.

Kebun, Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah

Budidaya

26

Mas-mas

Melastoma malabathricum L.

Hutan, Kebun

Liar

27

Nangka

Artocarpus heterophyllus Lamk.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

28

Nyambu Batu

Psidium guajava L.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

29

Nyiur

Cocos nucifera L.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

30

Pao

Mangifera indica L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

31

Pokat

Persea americana Mill.

Hutan, Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

32

Punti

Musa spp.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

33

Punti Lumut

Musa acuminata Colla

Kebun, Pekarangan

Budidaya

34

Randu

Ceiba Pentandra (L.) Gaertn.

Hutan, Kebun

Semi Budidaya

35

Rerendem

Rubus moluccanus L.

Hutan

Liar

36

Sabo

Manilkara zapota (L.) Van Royen

Kebun, Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah

Budidaya

37

Semangka

Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai

Kebun

Budidaya

38

Sentul

Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.

Kebun

Budidaya

39

Srikaya Belanda

Annona muricata L.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

40

Srikaya Tai Bembe

Annona squamosa L.

Pekarangan

Budidaya

41

Stroberi

Fragaria ananassa Duchesne

Pekarangan

Budidaya

42

Terep

Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume

Hutan

Semi Budidaya

43

Timun Bolo

Coccinia grandis (L.) Voigt

Hutan, Kebun, Sawah

Liar

123

Lampiran 4 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Tipe Habitat

Status Budidaya

1

Ambon Jawa

Manihot utilisima Pohl.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

2

Antap

Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

3

Bambu

Bambusa spp.

Kebun

Semi Budidaya

4

Bayam

Amaranthus caudatus Rumph.

Kebun

Semi Budidaya

5

Bayam Hutan/Lembayin Baqe

Cyathula prostrata (L.) Blume

Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah

Liar

6

Bebele

Centella asiatica, (L.), Urb.

Liar

7

Bilong

Solanum retroflexum Dunal

Hutan, Kebun, Lapangan bola, Pinggir jalan, Pinggir kali, Sawah Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah

8

Bluntas

Pluchea indica (L.) Less.

Kebun

Liar

9

Bokar/Sondak

Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby

Kebun

Budidaya

10

Boro Sapa

Erythrina variegata L.

Kebun, Pinggir kali

Liar

11

Botor

Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

12

Buncis

Phaseolus vulgaris L.

Kebun, Sawah

Budidaya

13

Gegaok

Hutan, Kebun, Sawah

Liar

14

Gegula

Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC. Cissus verticillata(L.) Nicolson & C.E. Jarvis

Hutan

Liar

15

Jamia

Abelmoschus esculentus (L.) Moench

Kebun, Pekarangan

Budidaya

16

Jamur Ekor

Pleurotus ostreatus Champ. Jura. Vosg.

Hutan

Liar

17

Jamur Kuping

Auricularia auricula-judae Schrot

Hutan, Kebun

Liar

18

Jaong

Rorippa indica (L.) Hiern

Hutan, Kebun, Sawah

Liar

19

Jebet/Jepan

Sechium edule (Jacq.) Swartz,

Kebun, Pekarangan

Budidaya

20

Jukut Hutan

Syzygium sp.

Hutan

Liar

Liar

124

Lampiran 4 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan) No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Tipe Habitat

Status Budidaya

21

Kacang Tanah

Arachis hypogea L.

Kebun

Budidaya

22

Kangkung

Ipomoea aquatica Forsk.

Kebun, Kolam ikan

Budidaya

23

Kayu Pelina

Ardisia lanceolata Roxb.

Hutan

Liar

24

Kecepok/Klampokan

Physalis angulata L.

Pinggir jalan

Liar

25

Kedelai

Glycine max (L.) Merr.

Kebun

Budidaya

26

Kelor

Moringa pterygosperma, Gaertn.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

27

Ketepu

Ophiorrhiza neglecta Blume ex Dc

Hutan

Liar

28

Ketimis

Clausena excavata Burm.f.

Kebun

Budidaya

29

Ketujur

Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

30

Klempejing

Areca sp.

Hutan

Liar

31

Komak

Lablab purpureus (L.) Sweet

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

32

Kopi Hutan/Banyut

Tricalysia singularis K. Sch.

Hutan

Liar

33

Kulur

Artocarpus camansi (Park.) Fsb

Hutan, Kebun

Budidaya

34

Mareng

Limnocharis flava (L.) Buchenau

Kolam ikan, Pinggir kali

Liar

35

Pakis/Paku Bele, Paku Manis

Diplazium esculentum (Retz.) Sw.

Hutan, Pinggir kali

Liar

36

Pengeng

Trevesia burckii Boerl.

Hutan, Kebun

Liar

37

Pepao

Emilia sonchifolia (L.) DC.

Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah

Liar

38

Pokat

Persea americana Mill.

Hutan, Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

39

Pria

Momordica charantia L.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

40

Punti

Musa spp.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

41

Punti Lumut

Musa acuminata Colla

Kebun, Pekarangan

Budidaya

125

Lampiran 4 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan) No.

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Tipe Habitat

Status Budidaya

42

Rotan

Daemonorops sp.

Hutan

Liar

43

Sager

Sauropus adrogynus (L.) Merr

Kebun, Pekarangan

Budidaya

44

Srijate

Medinilla speciosa (Reinw. ex Blume) Blume

Hutan

Liar

45

Sukun

Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

Kebun

Budidaya

46

Terong

Solanum melongena L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

47

Terong ace

Solanum lycopersicum L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

48

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Pekarangan

Budidaya

49

Teruok Gagak

Luffa acutangula L. Roxb.

Kebun

Budidaya

50

Tojang

Colocasia esculenta (L.) Schott

Hutan, Pinggir jalan, Pinggir kali

Liar

51

Umbe/Omba

Piper umbellatum L.

Hutan, Kebun

Liar

52

Wolu

Cucurbita moschata Durch

Kebun

Budidaya

53

Wortel

Daucus carota L.

Kebun

Budidaya

126

Lampiran 5 Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis No. 1

Nama Lokal Bage

Nama Ilmiah Tamarindus indica L.

Tipe Habitat Kebun

Status Budidaya Budidaya

2

Bawang Daun

Allium fistulosum L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

3

Bawang Mira

Allium cepa L.

Kebun, Pekarangan

Budidaya

4

Bawang Putih

Allium sativum L.

Kebun

Budidaya

5

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Pekarangan

Budidaya

6

Blincang 1

Begonia grandis Dryand.

Hutan

Liar

7

Blincang 2

Begonia isoptera Dryand. ex Sm.

Hutan

Liar

8

Bujak

Zingiber sp.

Hutan, Kebun, Sawah

Liar

9

Cengkeh

Syzygium aromaticum (L.) Merr.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

10

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

11

Jeruk Lemon

Citrus limon (L.) Burm.f.

Pekarangan

Budidaya

12

Jeruk Nipis

Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle

Pekarangan

Budidaya

13

Kayu Manis

Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees)

Hutan, Kebun

Budidaya

14

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Pekarangan

Budidaya

15

Kunci

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult

Hutan, Kebun

Budidaya

16

Kunyit

Curcuma domestica Val.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

17

Kunyit Asa

Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Hutan, Kebun

Budidaya

18

Leko Kajol/Sirih Monyet

Piper retrofractum Vahl Hab.

Hutan, Kebun

Liar

19

Lekong

Aleurites moluccana (L.) Will.

Hutan, Kebun

Semi Budidaya

20

Lengkuas/Laos

Alpinia galanga (L.) Willd.

Hutan, Kebun, Pekarangan

Budidaya

21

Merica

Piper nigrum L.

Hutan

Liar

22

Munte

Citrus hystrix DC

Kebun, Pekarangan

Budidaya

23

Pandan

Pandanus amaryllifolius Roxb.

Pekarangan

Budidaya

127

Lampiran 5 Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan) No. 24

Nama Lokal Saladri

Nama Ilmiah Apium graveolens L.

Tipe Habitat Pekarangan

Status Budidaya Budidaya

25

Salam

Syzygium polyanthum (Wight.) Walp

Kebun

Budidaya

26

Sebek

Canna edulis Ker.

Hutan, Pinggir kali

Liar

27

Sebia

Capsicum frutescens L.

Kebun, Pekarangan, Sawah

Budidaya

28

Sekur

Kaempferia galanga L.

Hutan, Pekarangan

Budidaya

29

Sereh

Cymbopogon nardus (L.) Rendle.

Pekarangan

Budidaya

128

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Amaranthaceae

1

Bayam

2

3

Bayam Hutan/Lembayin Baqe Lembayin Jogang

Amaranthus caudatus Rumph. Cyathula prostrata (L.) Blume

Anacardiaceae

4

Kayu Banten

Annonaceae

5

Apiaceae/ Umbelliferae

Apocynaceae

Araceae

Penyakit yang dapat diobati

Semak

Bag. yang digunakan Daun

Herba

Daun

Malaria

Amaranthus spinosus L.

Semak

Akar, Daun

Kencing Manis dan Panas

Perdu

Srikaya Belanda

Lannea coromandelica (Houtt) Merr. Annona muricata L.

Pohon

Daun, Kambium Kulit Batang Buah, Daun

6

Srikaya Tai Bembe

Annona squamosa L.

Pohon

Daun

Mata yang bengkak atau terdapat krikil, membatasi kehamilan dan Panas Kutu rambut, Panas, Kanker, menggemukan sapi Kutu Rambut, panas

7

Paku Prapa

Herba

8

Saladri

Oenanthe javanica (Blume) DC. Apium graveolens L.

Herba

Buah, Bunga, Daun, Batang, Daun

keputihan akibat ASI ibu pada anak bayi Batuk, Penyubur Rambut dan Rematik.

9

Semanggi 2

Semak

Batang, Daun

Tidak nafsu makan

10

Adas

Hydrocotyle sibthorpioides Lamk Foeniculum vulgare Mill

Herba

Buah, Bunga, Daun

11

Bebele

Centella asiatica (L.) Urb.

Herba

12

Kesumbang Bawi

Foetidum eryngium L.

Herba

Seluruh bagian tumbuhan Akar

13

Bunga Jepun

Plumeria alba L.

Pohon

Bunga

Panas, Luka, Patah Tulang, Sakit Perut (Mules) dan Diare Panas Dalam dan Batuk, Letih dan Lesu Sesak Nafas, Panas, Batuk, Obat Kuat, Maag, Sakit Perut Panas

14

Kumbi

Pohon

Getah

sakit gigi, gigi yang mau copot.

15

Biraq

Tabernaemontana macrocarpa Jack Alocasia 'Portora' Bloom

Herba

Batang pelepah

kaki nyilu

16

Lombos

Amorphophallus variabilis Bl.

Herba

Batang, Daun, Umbi

Bisul, anti nyamuk

Memperbaiki Pencernaan

129

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Liana

Bag. yang digunakan Kulit Batang

Araceae

17

Memelong

18

Tongei

Araliaceae

19

Taruna Semalam

Arecaceae

20

Buaq

Epipremnum pinnatum (L.) Engl. Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll. Arthrophyllum javanicum Bl. Areca catechu L.

Herba

Umbi

Tidak nafsu makan, perut mulas

Perdu

Buah, Bunga

Pil kuat, obat pelet

Pohon

Biji, Daun

Cocos nucifera L.

Pohon

Buah

Rotan

Daemonorops sp.

Liana

Air Batang rotan

Gatal (merah-merah), luka, kudis dan sakit pinggang Penghitam rambut, penyakit kulit kepala pada bayi (krek), keracunan, sakit panas, Tambah tenaga pria dewasa, nafsu makan dan melancarkan kencing Menyuburkan rambut

21

Nyiur

22 Asphodelaceae

23

Lidah buaya

Aloe vera (L.) Burm.f.

Herba

Menyuburkan Rambut

Aspleniaceae

24

Kadaka/Sesak

Asplenium nidus L.

Epifit

Seluruh bagian tumbuhan Daun

Asteraceae

25

Ander Nyawa

Perdu

Bunga

Batuk, Tipes, Panas, Demam

26

Apur-Apur

Liana

Daun

Luka-luka

27

Bebembe Putih

Anaphalis longifolia (Bl.) DC. Mikania cordata (Burm.f.) B.L.Rob. Ageratum conyzoides L.

Herba

Akar, Daun

Panas, bau badan, luka dan penyakit sihir

28

Bebutir

Sigesbeckia orientalis L.

Herba

Daun

Kutu Air

29

Bluntas

Pluchea indica (L.) Less.

Perdu

Daun

Panas dan bau badan

30

Dedilem

Herba

Daun

Luka

31

Kesembung

Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. Elephantopus scaber L.

Herba

Akar, Daun

Mual, Mules, Panas dan Batuk

32

Kesumbang Putih

Elephantopus spicatus B.Juss. ex Aubl.

Herba

Akar, Daun

Pasca melahirkan, sesak nafas

Koreng, Kudis, Kurap

Darah tinggi

130

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Herba

Bag. yang digunakan Daun

Asteraceae

33

Pepait/Jempring

Tagetes erecta L.

34

Pepao

Emilia sonchifolia (L.) DC.

Herba

Daun

Mata, Panas

35

Bebembe Kuning

Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis Begonia grandis Dryand.

Herba

Akar, Bunga

Sakit Gigi, Penyakit Kuning

36

Gegaok

Herba

Akar, Daun

Panas, luka, penumbuh rambut

Basellaceae

37

Binahong

Liana

Daun, Umbi

Panas, sakit perut, kencing manis

Begoniaceae

38

Blincang 1

Herba

Menurunkan panas dan sakit haid

Herba Pohon

Jaong

Begonia isoptera Dryand. ex Sm. Ceiba Pentandra (L.) Gaertn. Rorippa indica (L.) Hiern

Seluruh bagian tumbuhan Seluruh bagian tumbuhan Daun

39

Blincang 2

Bombacaceae

40

Randu

Brassicaceae

41

Herba

Daun

Mencret

Caricaceae

42

Gedang

Carica papaya L.

Pohon

Akar, Daun

Panas, Cape/ letih, malaria, sesak nafas dan Sakit Keputihan

Caryophyllaceae

43

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

Herba

Seluruh bagian tumbuhan

Chloranthaceae

44

Akar, Daun

45

Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino Calophyllum inophyllum L

Perdu

Clusiaceae

Beberas/Nenasi Hutan Jamplung

Panas, sakit mata, mual, perut tidak nyaman, tidak ada nafsu makan, kencing batu (susah keluar air kencing), keseleo. Cacar

Pohon

Daun

Sakit mata

46

Manggis

Garcinia mangostana L.

Pohon

Getah

Sakit perut dan mencret

47

Ambon Gula

Ipomoea batatas Poir.

Liana

Daun, Umbi

Bisul, Berak darah dan Maag

48

Kangkung

Ipomoea aquatica Forsk.

Liana

Daun

Obat supaya cepat ngantuk

Convolvulaceae

Matikan kutu, panas dalam

Menurunkan panas dan sakit haid Panas dalam, penyubur rambut

131

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Herba

Bag. yang digunakan Batang, Rimpang/ Rhizoma Daun

Costaceae

49

Memunti

Herba

Crassulaceae

50

Cocor Bebek

Cucurbitaceae

51

Bokar/Sondak

52

Semangka

53

Teruok Gagak

Costus speciosus (Koenig) J.E. Smith. Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers. Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai Luffa acutangula L. Roxb.

Liana

Buah

Panas dalam, tipus

Liana

Buah

Darah tinggi

Liana

Biji, Buah, Daun

Liana

Akar, Batang, Daun

Timun Bolo

Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem. Coccinia grandis (L.) Voigt

Liana

Daun

Menyuburkan rambut serta menghitamkan rambut, kutu rambut, Panas dalam, Malaria. Patah Tulang, Sakit Pinggang, Lesu dan Letih, sakit gigi Panas

54

Tetandan Gritik

55 Cyperaceae

56

Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. Manihot utilisima Pohl.

Herba Perdu

Seluruh bagian tumbuhan Batang, Daun

Luka, jantung

57

Rumput Kupak Kau/ Rebu kekitir Ambon Jawa

Euphorbiaceae

58

Blungadang

Perdu

Getah

Sakit perut, sakit gigi

59

Cermen

Euphorbia puicherrima Willd. Et Klotzsch Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

Pohon

Batang, Daun

Melangsingkan Badan, batuk, panas dan Racun Manusia

60

Jarak

Jatropha curcas L.

Perdu

Daun, Getah

Panas, Berak Darah, Mencret (sakit perut), Sakit Gigi, Sariawan.

61

Kepundung

Pohon

Daun

Keseleo, Mencret dan Peluruh Haid

62

Ketumbi

Baccaurea recemosa Muell. Arg. Phylanthus urinaria L.

Semak

Malaria dan luka bakar

63

Klepeng/Lebui

Euphorbia hirta L.

Herba

Seluruh bagian tumbuhan Daun

Mencegah kehamilan, digigit ular, bengkak dan gatal-gatal krikil di mata, sakit kepala

Luka, panas

Diare dan Kencing darah

132

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Euphorbiaceae

64

Lekong

Pohon

65

Rengga/Jarak

Aleurites moluccana (L.) Will. Jatropha multifida L.

Bag. yang digunakan Buah, Daun

Perdu

Biji, Daun, Getah

66

Sager

Perdu

Daun

67

Bage

Sauropus adrogynus (L.) Merr Tamarindus indica L.

Pohon

Biji, Buah

68

Bengkoang

Liana

Umbi

69

Blandengan

Pohon

Buah

Cacingan

70

Boro Sapa

Pachyrhizus erosus (L.) Urban Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Erythrina variegata L.

Luka dan Gatal-Gatal, Menghaluskan Kulit Bekak (lembam), Terkilir, Luka Berdarah, Memar, Tulang Patah, dan mampu Mecegah Kerusakan Gigi Menyembuhkan bisul, borok, luka (cepat rapat) dan Panas Penambah Nafsu Makan, Sakit Panas dan Penyakit kuning Mencerahkan muka

Herba

Kulit Batang

Patah Tulang, Berak Dara

71

Botor

Liana

Biji

Asam urat

72

Kayu Sepang

Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C. Caesalpinia sappan L.

Perdu

Kulit Batang

Melancarkan Darah, darah kotor

73

Ketujur

Perdu

Batang, Daun

74

Jati

Sesbania grandiflora (L.) Pers. Tectona grandis L.

Pohon

Daun

Patah Tulang, pemutih wajar wanita, rematik Darah beku

75

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Herba

Akar, Biji, Daun

Bau Badan atau Bau Keringat, Badan Lesu dan Bau Mulut, panas, Ari-ari susah keluar

76

Rerupa

Herba

Daun

Sakit mata

77

Semet Meyong

Herba

Akar, Bunga, Daun

Batuk, Kencing manis, Sesak nafas

78

Pokat

Coleus scutellarioides L. ex Benth Orthosiphon aristatus (B1) Miq. Persea americana Mill.

Pohon

Biji, Daun

Darah tinggi

Fabaceae

Lamiaceae/ Labiatae

Lauraceae

Penyakit yang dapat diobati

133

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Perdu

Bag. yang digunakan Akar, Daun

Liliaceae

79

Andong Merah

80

Bawang Mira

Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval Allium cepa L.

Herba

Umbi

Panas, lesu

Linderniaceae

81

Belimbing Bake

Herba

Bunga, Daun

panas, mecret

Perdu

Biji

Meriang, panas, malaria

Kroton

Torenia fournieri Linden ex E. Fourn. Abelmoschus esculentus (L.) Moench Hibiscus rosa-sinensis L.

Malvaceae

82

Jamia

83

Perdu

Daun

84

Semanggi 1

Marsilea crenata Presl

Semak

Batang, Daun

Kutu rambut, menghaluskan rambut dan susah BAB Tidak nafsu makan

Marsileaceae Meliaceae

85

Imba

Azadirachta indica A. Juss.

Pohon

Daun, Getah

Kurang darah, Malaria, Berak Darah

86

Mahoni

Swietenia macrophylla King

Pohon

Biji

Nyamuk dan Malaria

87

Pleser Ular

Liana

Daun

88

Tetandan Gegiran

Liana

Daun

Mimosaceae

89

Putri Malu

Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers Pericampylus glaucus (Lam.) Merr. Mimosa pudica L.

Herba

Moraceae

90

Lemaq

Ficus Septica Burm. L

Pohon

Seluruh bagian tumbuhan Daun, Getah

Bisul, Gatal-gatal pada bagian pinggir luka (selama`) Obat rambut (menumbuhin/menyuburkan rambut) Sulit tidur, batuk berdahak, turunkan tekanan darah dan rematik Bisul, Sakit Gigi, Kutil

91

Nangka

Pohon

Daun

Pemutih kulit

92

Terep

Pohon

Bunga

Anti nyamuk

Moringaceae

93

Kelor

Perdu

Batang, Daun

Musaceae

94

Punti

Artocarpus heterophyllus Lamk. Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume Moringa pterygosperma Gaertn. Musa spp.

Herba

Buah, Tunas

Sakit Kuning, Sakit Mata, Luka Bernanah dan Penyakit Guna-Guna Panas, luka, mencret

Menispermaceae

Kencing Berdarah

134

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Herba

Bag. yang digunakan Akar

Musaceae

95

Punti Lumut

Musa acuminata Colla.

Myrsinaceae

96

Kayu Pelina

Ardisia lanceolata Roxb.

Perdu

Bunga, Daun

Sakit perut, Cacar

Myrtaceae

97

Cengkeh

Pohon

Buah, Daun

Pegalinu, Letih

Kayu Putih

Syzygium aromaticum (L.) Merr. Melaleuca leucadendra L.

98

Pohon

Daun

99

Klayu

Syzygium cumini (L.) Skeels

Pohon

Kulit Batang

Rematik, sakit perut, gatal-gatal (tiwang), diare Pemulihan Pasca Melahirkan

100

Nyambu Batu

Psidium guajava L.

Perdu

Buah, Daun

Sakit perut,mencret penyakit dalam (keracunan)

Nyctaginaceae

101

Kenderat

Mirabilis jalapa L.

Herba

Akar, Biji

Berak Darah, Jerawat dan patah tulang

Ophioglossaceae

102

Iyu-iyu

Panas, susah gemuk. Anak nangis terus

103

Belimbing Ble

Pakispakisan Pohon

Daun

Oxalidaceae

Ophioglossum reticulatum L. Averrhoa carambola L.

Panas, Meriang dan Malaria

104

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Pohon

Bunga, Daun, Kulit Batang Buah, Bunga, Daun

105

Pandan

Herba

Daun

Darah tinggi

106

Pandan Rangkang

Perdu

Daun

Sakit mata

107

Leko Kajol

Liana

Sirih Moyet

109

Umbe/ Omba

Piper umbellatum L.

Perdu

Seluruh bagian tumbuhan Semua bagian tumbuhan Akar, Buah

Gatal-gatal, borok dan pegalinu

108

Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanus tectorius Soland. Ex Park Piper retrofractum Vahl Hab. Piper betle L.

110

Bambu Kuning

Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl.

Semak

Tunas muda (rebung)

Penyakit kuning

Pandanaceae

Piperaceae

Poaceae

Liana

Mencegah kehamilan

Sariawan, Kencing Batu, Obat Panas, Penurun Darah dan Batuk

Gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, borok, pegal-pagal. Gatal-gatal

135

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Herba

Bag. yang digunakan Buah

Poaceae

111

Betem

112

Pade

Setaria italica (L.) P. Beauvois Oryza sativa L.

Semak

Biji, Selaput Biji

Imperata cylindrica (L.) Beauv. Sporobolus diander (Retz.) Beauv. Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Persicaria orientalis (L.) Spach Drymoglossum piloselloides (L.) Presl. Eichhornia crassipes (Mart.) Solms Portulaca oleracea L.

Herba

Akar, Daun

Herba

Akar

Semak

Akar

Panas, tidak bisa gemuk, batuk pada anak kecil Kaki silu terasa seperti jarum nusuk, peluruh air seni, sakit di bagian sendi lutut Kencing batu (Susuh keluar air kencing), Pengobatan pasca melahirkan Penghangat badan, bau badan

113

Re

114

Rumput Gegarem

115

Sereh

Polygonaceae

116

Tetapis

Herba

Daun

Menyuburkan rambut

Polypodiaceae

117

Ketepeng

Epifit

Daun

Herba

Batang, Daun

Obat Panas, Obat Batuk, Sesak Napas dan Sariawan Bengkak seperti gondok

Pontederiaceae

118

Eceng Gondok

Portulacaceae

119

Renggerang

Herba

Badan sakit dan pegal, borok

Pteris tripartita Sw.

Pakispakisan Pohon

Seluruh bagian tumbuhan Lendir pada pakis

Pteridaceae

120

Rhamnaceae

121

Pakis Lendir/Pakis Ilur-Ilur Kayu Pria

Rosaceae

122

Kemutung

Rhamnus nepalensis (Wall.) Laws. Rubus rosaefolius Smith

Daun

Kutu rambut

Rubiaceae

123

Empet-Empet

Ophiorrhiza japonica Blume

Semak

Bunga

Sariawan dan Kanker

Herba

Daun

Herba

Daun

Anak bayi terus menangis, Panas dan Badan tidak bisa gemuk Menyuburkan rambut

124

Gegagak

125

Ilu-ilu

Borreria laevis (Lam.) Griseb. Ixoura sp.

Pohon

Buah, Kambium Kulit Batang

Tipes

Kesehatan rambut

Luka dan Sakit Perut

136

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Herba

Bag. yang digunakan Bunga, Daun

Rubiaceae

126

Ketepu

127

Pace

Ophiorrhiza neglecta Blume ex Dc Morinda citrifolia L.

Pohon

Buah, Daun

Tidak enak perut, makan dan tidak enak badan, mencegah kehamilan, rematik, panas

128

Pepesu

Paederia foetida L.

Liana

Daun

Meriang (panas dingin), lesu, Maag dan menambah nafsu makan

129

Kopi

Coffea robusta Lindl.Ex De Will

Perdu

Biji

Sakit Kepala, Tekanan darah tinggi, melancarkan air kencing, panas

130

Jeruk Bele

Pohon

Biji, Kulit Batang

Berak darah, panas

131

Munte

Citrus maxima (Burm.) Merr. Citrus hystrix Dc

Perdu

Buah

Influenza dan rambut bau dan berketombe

Sapindaceae

132

Buluan

Nephelium lappaceum L.

Pohon

Daun

Panas

Sapotaceae

133

Sabo

Pohon

Buah, Getah

Sakit perut, mencret, kencing manis.

Solanaceae

134

Kecepok/Klampokan

Manilkara zapota (L.) Van Royen Physalis angulata L.

Herba

Kencing Manis, Panas dalam, Malaria

135

Datura suaveolens Humb.

Perdu

136

Kecubung/ Bunga Terompet Sebia

Seluruh bagian tumbuhan Bunga

Capsicum frutescens L.

Perdu

Akar, Daun

Badan bengkak, panas

137

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Perdu

Akar, Daun

138

Glunak 1

Herba

Batang

139

Glunak 2

Herba

Batang

Menyuburkan rambut

140

Glunak 3

Elatostema obtusidentatum W.T.Wang Elatostema platyphylloides B.L.Shih & Yuen P.Yang Elatostema sessile J.R.Forst. & G.Forst.

Bisul dan koreng, Batuk dan Pinggang Kaku atau Bengkak Menyuburkan rambut

Herba

Batang

Menyuburkan rambut

Rutaceae

Urticaceae

Sariawan

Obat penenang

137

Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan) Famili

No.

Nama lokal

Nama ilmiah

Habitus

Penyakit yang dapat diobati

Herba

Bag. yang digunakan Batang

Urticaceae

141

Glunak 4

Pilea elegans Gay

142

Jelateng Kebo

Laportea decumana Wedd.

Pohon

Kulit Batang

Gatal-gatal

143

Glundih

Vitex trifolia L.

Pohon

Buah, Daun

bisul, ambeyen, patah tulang

144

Api-Api

Perdu

Daun

Kutu Rambut

145

Jejengas

Clerodendrum japonicum (Thunb.) Sweet. Lantana camara L.

Perdu

Akar, Bunga, Daun

Berak Darah, Rematik dan Batuk Darah

146

Rarante

Perdu

Bunga, Daun

147

Rumput Ketangi

Perdu

Daun

Sakit mata (air bunga) dan kutu rambut (Daun) Luka

Vitaceae

148

Sembala Kati

Clerodendrum speciosissimum Drapiez Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Cissus discolor Blume

Liana

Daun

Bengkak dibadan

Zingiberaceae

149

Bujak

Zingiber sp.

Herba

Rimpang/Rhizoma

150

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Herba

Rimpang/Rhizoma

151

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Herba

Batang, Daun, Rimpang/ Rhizoma

152

Kunci

Herba

Rimpang/Rhizoma

153

Kunyit

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult Curcuma domestica Val.

Pengganti minyak telon dan wanita baru melahirkan Patah tulang, Keseleo, Penyegar rasa badan (Kecapean), Mules Ginjal, maag, Menambah nafsu makan, obat tambah tenaga (pil kita), tidak enak badan. Sakit perut Penambah nafsu makan, batuk, jamu

Herba

Rimpang/ hizoma

sakit payudara

154

Lengkuas/Laos

Alpinia galanga (L.) Willd.

Herba

Rimpang/Rhizoma

Rematik, menambah nafsu makan

155

Sekur

Kaempferia galanga L.

Herba

Berbagai macam penyakit

156

Sempol

Hedychium coronarium J. Koenig

Herba

Daun, Rimpang/Rhizoma Rimpang/ hizoma

Verbanaceae

Menyuburkan rambut

Penghangat badan

138

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit No. 1.

2.

3.

4.

Kelompok Penyakit Gangguan Peredaran Darah

Keluarga Berencana (KB)

Penawar Racun

Pengobatan Luka

Nama Lokal Imba

Nama Ilmiah Azadirachta indica A. Juss.

Jati

Tectona grandis L.

Kayu Sepang

Caesalpinia sappan L.

Kayu Banten

Lannea coromandelica (Houtt) Merr.

Memunti

Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.

Pace

Morinda citrifolia L.

Punti Lumut

Musa acuminata Colla

Memunti

Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.

Nyambu Batu

Psidium guajava L.

Nyiur

Cocos nucifera L.

Adas

Foeniculum vulgare Mill

Ambon Jawa

Manihot utilisima Pohl.

Apur-Apur

Mikania cordata (Burm.f.) B.L.Rob.

Bebembe Putih

Ageratum conyzoides L.

Buaq

Areca catechu L.

Dedilem

Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob.

Gegaok

Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.

Ilu-ilu

Ixoura sp.

Kelor

Moringa pterygosperma Gaertn.

Ketumbi

Phylanthus urinaria L.

Lekong

Aleurites moluccana (L.) Will.

139

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 4.

5.

6.

7.

Kelompok Penyakit Pengobatan Luka

Penyakit Diabetes

Penyakit Gigi

Penyakit Ginjal

Nama Lokal Pleser Ular

Nama Ilmiah Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers

Punti

Musa spp.

Rengga/jarak

Jatropha multifida L.

Rumput Ketangi

Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.

Rumput Kupak Kau/ Rebu kekitir

Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.

Sager

Sauropus adrogynus (L.) Merr

Binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Kecepok atau klampokan

Physalis angulata L.

Lembayin jogang

Amaranthus spinosus L.

Sabo

Manilkara zapota (L.) Van Royen

Semet Meyong

Orthosiphon aristatus (B1) Miq.

Bebembe Kuning

Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.

Blungadang

Euphorbia puicherrima Willd. Et Klotzsch

Jarak

Jatropha curcas L.

Kumbi

Tabernaemontana macrocarpa Jack

Lemaq

Ficus septica Burm. L

Rengga/jarak

Jatropha multifida L.

Tetandan Gritik

Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

140

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 7.

Kelompok Penyakit Penyakit Ginjal

Nama Lokal Rumput Gegarem

Nama Ilmiah Sporobolus diander (Retz.) Beauv.

8.

Penyakit Jantung

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Kadaka/sesak

Asplenium nidus L.

Kopi

Coffea robusta Lindl.Ex De Will

Pandan

Pandanus amaryllifolius Roxb.

Pokat

Persea americana Mill.

Putri Malu

Mimosa pudica L.

Rumput Kupak Kau/ Rebu kekitir

Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.

Semangka

Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai

Eceng gondok

Eichhornia crassipes (Mart.) Solms

Kemutung

Rubus rosaefolius Smith

Lemaq

Ficus septica Burm. L.

Srikaya Belanda

Annona muricata Linn.

9.

Penyakit Kanker/Tumor

10.

Penyakit Kelamin

Re

Imperata cylindrica (L.) Beauv.

11.

Penyakit Khusus Wanita

Blincang

Begonia isoptera Dryand. ex Sm.

Blincang

Begonia grandis Dryand.

Gedang

Carica papaya L.

Kepundung

Baccaurea recemosa Muell. Arg.

Kunyit

Curcuma domestica Val.

Ambon Gula

Ipomoea batatas Poir

Beberas/ Nenasi Hutan

Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino

12.

Penyakit Kulit

141

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 12.

13.

Kelompok Penyakit Penyakit Kulit

Penyakit Kuning

Nama Lokal Bebutir

Nama Ilmiah Sigesbeckia orientalis L.

Buaq

Areca catechu L.

Glundih

Vitex trifolia L.

Jelateng kebo

Laportea decumana Wedd.

Kayu Pelina

Ardisia lanceolata Roxb.

Kayu putih

Meialeuca leucadendra L.

Leko Kajol

Piper retrofractum Vahl Hab.

Lekong

Aleurites moluccana (L.) Will.

Lemaq

Ficus Septica Burm. L.

Lombos

Amorphophallus variabilis Bl.

Memelong

Epipremnum pinnatum (L.) Engl.

Memunti

Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.

Munte

Citrus hystrix DC

Pleser Ular

Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers

Renggerang

Portulaca oleracea L.

Sager

Sauropus adrogynus (L.) Merr

Sekur

Kaempferia galanga L.

Sirih Moyet

Piper betle L.

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Umbe/ Omba

Piper umbellatum L.

Bage

Tamarindus indica L.

142

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 13. 14.

15.

16.

Kelompok Penyakit Penyakit Kuning Penyakit Malaria

Penyakit Mata

Penyakit Mulut

Nama Lokal Bambu kuning

Nama Ilmiah Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl.

Kelor

Moringa pterygosperma Gaertn.

Bayam hutan/lembayin Baqe

Cyathula prostrata (L.) Blume

Belimbing Bele

Averrhoa carambola L.

Gedang

Carica papaya L.

Jamia

Abelmoschus esculentus (L.) Moench

Kayu Sepang

Caesalpinia sappan L.

Kecepok atau klampokan

Physalis angulata L.

Ketumbi

Phylanthus urinaria L.

Mahoni Daun Besar

Swietenia macrophylla King

Teruok Gagak

Luffa acutangula L. Roxb.

Cocor bebek

Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.

Jamplung

Calophyllum inophyllum L

Kayu Banten

Lannea coromandelica (Houtt) Merr.

Kelor

Moringa pterygosperma Gaertn.

Pandan Rangkang

Pandanus tectorius Soland.Ex Park

Pepao

Emilia sonchifolia (L.) DC.

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

Rarante

Clerodendrum speciosissimum Drapiez

Rerupa

Coleus scutellarioides L. ex Benth

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

143

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 16.

`17.

Kelompok Penyakit Penyakit Mulut

Penyakit Otot dan Persedian

Nama Lokal Jarak

Nama Ilmiah Jatropha curcas L.

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Kemutung

Rubus rosaefolius Smith

Ketepeng

Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.

Ketepu

Ophiorrhiza neglecta Blume ex DC

Biraq

Alocasia 'Portora'

Botor

Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC

Buaq

Areca catechu L.

Cengkeh

Syzygium aromaticum (L.) Merr.

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Jejengas

Lantana camara L.

Kayu putih

Meialeuca leucadendra L.

Kepundung

Baccaurea recemosa Muell. Arg.

Ketujur

Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Leko Kajol

Piper retrofractum Vahl Hab.

Lengkuas/Laos

Alpinia galanga (L.) Willd.

Memunti

Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.

Pace

Morinda citrifolia L.

Putri Malu

Mimosa pudica L.

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

Re

Imperata cylindrica (L.) Beauv.

144

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. `17.

18.

19.

Kelompok Penyakit Penyakit Otot dan Persedian

Penyakit Saluran Pembuangan

Penyakit Saluran Pencernaan

Nama Lokal Rengga/jarak

Nama Ilmiah Jatropha multifida L.

Renggerang

Portulaca oleracea L.

Saladri

Apium graveolens L.

Sebia

Capsicum frutescens L.

Sekur

Kaempferia galanga L.

Sembala Kati

Cissus discolor Blume

Sirih Moyet

Piper betle L.

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Tetandan Gritik

Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.

Andong Merah

Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval

Glundih

Vitex trifolia L.

Klepeng atau lebui

Euphorbia hirta L.

Kopi

Coffea robusta Lindl.Ex De Will

Kroton

Hibiscus rosa-sinensis L.

Nyiur

Cocos nucifera L.

Sekur

Kaempferia galanga L.

Adas

Foeniculum vulgare Mill

Ambon Gula

Ipomoea batatas Poir

Bayam

Amaranthus caudatus Rumph.

Belimbing bake

Torenia fournieri Linden ex E. Fourn.

Binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

145

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 19.

Kelompok Penyakit Penyakit Saluran Pencernaan

Nama Lokal Blandengan

Nama Ilmiah Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit

Blungadang

Euphorbia puicherrima Willd. Et Klotzsch

Boro Sapa

Erythrina variegata L.

Ilu-ilu

Ixoura sp.

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Jaong

Rorippa indica (L.) Hiern

Jarak

Jatropha curcas L.

Jejengas

Lantana camara Linn.

Jeruk Bele (jeruk Besar)

Citrus maxima (Burm.) Merr.

Kayu Pelina

Ardisia lanceolata Roxb.

Kayu putih

Meialeuca leucadendra L.

Kayu Sepang

Caesalpinia sappan L.

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Kenderat

Mirabilis jalapa L.

Kepundung

Baccaurea recemosa Muell. Arg.

Kesembung

Elephantopus scaber L.

Kesumbang Bawi

Foetidum eryngium L.

Klepeng atau lebui

Euphorbia hirta L.

Manggis

Garcinia mangostana L.

Nyambu Batu

Psidium guajava L.

Pace

Morinda citrifolia L.

146

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 19.

20.

21.

Kelompok Penyakit Penyakit Saluran Pencernaan

Penyakit Tulang

Perawatan Kehamilan dan Persalinan

Nama Lokal Pepesu

Nama Ilmiah Paederia foetida L.

Punti

Musa spp.

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

Sabo

Manilkara zapota (L.) Van Royen

Sekur

Kaempferia galanga L.

Tongei

Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll.

Adas

Foeniculum vulgare Mill

Boro Sapa

Erythrina variegata L.

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Kenderat

Mirabilis jalapa L.

Ketujur

Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Rengga/jarak

Jatropha multifida L.

Tetandan Gritik

Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.

Bujak

Zingiber sp.

Kemangi

Ocimum basilicum L..

Kesumbang Putih

Elephantopus spicatus B.Juss. ex Aubl.

Klayu

Syzygium cumini (L.) Skeels

Rumput Gegarem

Sporobolus diander (Retz.) Beauv.

22.

Perawatan Organ Tubuh Wanita

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

23.

Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Api-Api

Clerodendrum japonicum (Thunb.) Sweet.

Bengkoang

Pachyrhizus erosus (L.) Urban

147

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 23.

Kelompok Penyakit Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Nama Lokal Gegagak

Nama Ilmiah Borreria laevis (Lam.) Griseb.

Gegaok

Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.

Glunak

Elatostema obtusidentatum W.T.Wang

Glunak

Elatostema platyphylloides B.L.Shih & Yuen P.Yang

Glunak

Elatostema sessile J.R.Forst. & G.Forst.

Glunak

Pilea elegans Gay

Kayu Pria

Rhamnus nepalensis (Wall.) Laws.

Kenderat

Mirabilis jalapa L.

Ketujur

Sesbania grandiflora (L.) Pers.

Kroton

Hibiscus rosa-sinensis L.

Lekong

Aleurites moluccana (L.) Will.

Munte

Citrus hystrix DC

Nangka

Artocarpus heterophyllus Lamk.

Nyiur

Cocos nucifera, Linn

Pakis Lendir/ Pakis Ilur-Ilur

Pteris tripartita Sw.

Pepait/ Jempring

Tagetes erecta L

Randu

Ceiba Pentanda (L.) Gaertn.

Rarante

Clerodendrum speciosissimum Drapiez

Rotan

Daemonorops melanochaetes L.

Saladri

Apium graveolens L.

Sekur

Kaempferia galanga L.

148

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 23.

24.

Kelompok Penyakit Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Pernafasan/THT

Nama Lokal Srikaya Belanda

Nama Ilmiah Annona muricata L.

Srikaya Tai Bembe

Annona squamosa L.

Teruok Gagak

Luffa acutangula L. Roxb.

Tetandan Gegiran

Pericampylus glaucus (Lam.) Merr.

Tetapis

Persicaria orientalis (L.) Spach

Ander Nyawa

Anaphalis longifolia (Bl.) DC.

Bebele

Centella asiatica (L.), Urb.

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

Gedang

Carica papaya L.

Jejengas

Lantana camara L.

Kesembung

Elephantopus scaber L.

Kesumbang Bawi

Foetidum eryngium L.

Kesumbang Putih

Elephantopus spicatus B.Juss. ex Aubl.

Ketepeng

Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.

Kunci

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult

Munte

Citrus hystrix DC

Pade

Oryza sativa L.

Putri Malu

Mimosa pudica L.

Saladri

Apium graveolens L.

Sekur

Kaempferia galanga L.

149

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 24. 25.

Kelompok Penyakit Pernafasan/THT Sakit Kepala dan Demam

Nama Lokal Semet Meyong

Nama Ilmiah Orthosiphon aristatus (B1) Miq.

Terong Totok

Solonum torvum Swartz

Adas

Foeniculum vulgare Mill

Ambon Jawa

Manihot utilisima Pohl.

Ander Nyawa

Anaphalis longifolia (Bl.) DC

Bage

Tamarindus indica L.

Bawang Mira

Allium cepa L.

Bebele

Centella asiatica (L.), Urb.

Bebembe Putih

Ageratum conyzoides L.

Belimbing bake

Torenia fournieri Linden ex E. Fourn.

Belimbing Bele

Averrhoa carambola L.

Belimbing Bolo

Averrhoa bilimbi L.

Betem

Setaria geniculata (Lam) Beauv.

Binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Blincang

Begonia grandis Dryand.

Blincang

Begonia isoptera Dryand. ex Sm.

Bluntas

Pluchea indica (L.) Less.

Bokar/sondak

Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby

Buluan

Nephelium lappaceum L.

Bunga Jepun

Plumeria alba L.

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

150

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 25.

Kelompok Penyakit Sakit Kepala dan Demam

Nama Lokal Cocor bebek

Nama Ilmiah Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.

Empet-Empet

Ophiorrhiza japonica Blume

Gedang

Carica papaya L.

Gegaok

Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.

Iyu-iyu

Ophioglossum reticulatum L.

Jamia

Abelmoschus esculentus (L.) Moench

Jarak

Jatropha curcas L.

Jeruk Bele (jeruk Besar)

Citrus maxima (Burm.) Merr.

Kangkung

Ipomoea aquatica Forsk.

Kayu Banten

Lannea coromandelica (Houtt) Merr.

Kecepok atau klampokan

Physalis angulata L.

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Kesembung

Elephantopus scaber L.

Kesumbang Bawi

Foetidum eryngium L.

Ketepeng

Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.

Kopi

Coffea robusta Lindl.Ex De Will

Lembayin jogang

Amaranthus spinosus L.

Nyiur

Cocos nucifera L.

Pace

Morinda citrifolia L.

Pade

Oryza sativa L.

Pepait/ Jempring

Tagetes erecta L.

151

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 25.

26.

Kelompok Penyakit Sakit Kepala dan Demam

Tonikum

Nama Lokal Pepao

Nama Ilmiah Emilia sonchifolia (L.) DC.

Pepesu

Paederia foetida L.

Punti

Musa spp.

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

Randu

Ceiba Pentanda (L.) Gaertn.

Sager

Sauropus adrogynus (L.) Merr

Sebia

Capsicum frutescens L.

Sekur

Kaempferia galanga L.

Srikaya Belanda

Annona muricata L.

Srikaya Tai Bembe

Annona squamosa L.

Teruok Gagak

Luffa acutangula (L.) Roxb.

Timun Bolo

Coccinia grandis (L.) Voigt

Bage

Tamarindus indica L.

Bawang Mira

Allium cepa L.

Bebele

Centella asiatica (L.), Urb.

Cengkeh

Syzygium aromaticum (L.) Merr.

Empet-Empet

Ophiorrhiza japonica Blume

Gedang

Carica papaya L.

Iyu-iyu

Ophioglossum reticulatum L.

Jahe

Zingiber officinale Roxb.

Kangkung

Ipomoea aquatica Forsk.

152

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 26.

27.

Kelompok Penyakit Tonikum

Lain-Lain

Nama Lokal Kelempui`

Nama Ilmiah Amomum subulatum Roxb.

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Kesumbang Bawi

Foetidum eryngium L.

Kunci

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult

Lengkuas/Laos

Alpinia galanga (L.), Willd.

Nyiur

Cocos nucifera L.

Pace

Morinda citrifolia L.

Pade

Oryza sativa L.

Pepesu

Paederia foetida L.

Rampang Siso

Drymaria cordata (L.) Willd. ex J

Semanggi

Marsilea crenata Presl

Semanggi

Hydrocotyle sibthorpioides Lamk

Taruna Semalam

Arthrophyllum javanicum Bl.

Tetandan Gritik

Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.

Tongei

Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll.

Bebembe Putih

Ageratum conyzoides L.

Bluntas

Pluchea indica (L.) Less.

Bujak

Zingiber sp.

Cermen

Phyllanthus acidus (L.) Skeels.

Empet-Empet

Ophiorrhiza japonica Blume

Iyu-iyu

Ophioglossum reticulatum L.

153

Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan) No. 27.

Kelompok Penyakit Lain-Lain

Nama Lokal Kecubung atau bunga terompet

Nama Ilmiah Datura suaveolens Humb.

Kelempui`

Amomum subulatum Roxb.

Kelor

Moringa pterygosperma Gaertn.

Kemangi

Ocimum basilicum L.

Kunci

Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult

Lombos

Amorphophallus variabilis Bl.

Mahoni Daun Besar

Swietenia macrophylla King

Pace

Morinda citrifolia L.

Paku Prapa

Oenanthe javanica (Blume) DC.

Putri Malu

Mimosa pudica L.

Sekur

Kaempferia galanga L.

Sempol

Hedychium coronarium J. Koenig

Sereh

Cymbopogon nardus (L.) Rendle.

Taruna Semalam

Arthrophyllum javanicum Bl.

Terep

Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume

154

Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya No. 1 2 3

Jenis Penyakit atau Penggunaan Anak Bayi Menangis Tak Henti Badan Bengkak Batuk

4

Batuk Pada Anak Kecil

7 8

Bengkak Seperti Gondok Berak Darah

9

Cacar

10 11

Darah Beku Gatal-Gatal

12 13 14 15 16

Kaki Silu Kanker Kedinginan Kencing Batu Kencing Manis

Ramuan Daun Iyu-iyu + Beras Akar Sebia + Daun Sembala Kati + Merica Bebele + Rimpang Sekur Akar Kesembung + Rimpang Sekur

Cara Pengolahan Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk

Cara Pemakaian Diminum Dioleskan Diminum Diminum

Daun Ketepeng + Rimpang Sekur Beras + Rimpang Sekur + Adas + Empet-empet + Iyu-iyu + Rampang Siso Daun dan Batang Eceng Gondok + Rimpang Sekur Biji Kenderat + Rimpang Sekur

Ditumbuk Ditumbuk dan Dijemur

Kulit Batang Boro Sapa + Rimpang Sekur Kulit Jeruk Bele + Rimpang Sekur + Sedikit Garam Dapur Daun Beberas + Rimpang Sekur Daun dan Bunga Kayu Pelina + Rimpang Sekur

Ditumbuk Ditumbuk Dikuyah Ditumbuk

Daun Jati Muda + Rimpang Jahe + Gula Mira Daun Buaq + Daun Sirih Akar Umbe + Rimpang Sekur 7 Daun Re + Rimpang Sekur Bunga Kemutung + Rimpang Sekur Rimpang Bujak + Rimpang Jahe Akar Rebu Gegarem + Nanas Muda + Rimpang Jahe + Gula Mira Umbi Binahong + 7-11 Daun Sirih

Direbus Direbus Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Diparut Direbus Direbus

Diminum Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Ditempel Diminum Airnya & Dioles Ampasnya di Perut Diminum Diminum Disemprotin Diminum Airnya & Disemprot Ampasnya Diminum Air Mandi Diminum Dioleskan Diminum Diminum Diminum Diminum

Ditumbuk Diremas

155

Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan) No. 16 17 18 19

Jenis Penyakit atau Penggunaan Kencing Manis Keputihan Keracunan Keseleo

Ramuan Akar dan Daun Lembayin Jogang + Rimpang Sekur 1 Lembar Daun Gedang + Akar Re + Adas 7 Lembar Daun Nyambu + Bebembe Putih Rampang Siso + Rimpang Sekur

Cara Pengolahan Ditumbuk Direbus Direbus Ditumbuk

Cara Pemakaian Diminum Diminum Diminum Dioleskan

20

Koreng

Kulit Memelong + Kelapa Tua yang Dibakar

Ditempel

21

Kudis

Biji Buaq + Air Kapur Kulit Memelong + Kelapa Tua yang Dibakar

22

Kurap

Kulit Memelong + Kelapa Tua yang Dibakar

23 24

Kutil Kutu Air

Getah Lemaq + Kapur Daun Bebutir + Kapur

Disangrai Lalu Ditumbuk Ditumbuk Disangrai Lalu Ditumbuk Disangrai Lalu Ditumbuk Langsung Digunakan Ditumbuk

25 26

Kutu Rambut Letih dan Lesu

Diremas Direbus

Keramas Air Mandi

Direbus Ditumbuk Ditumbuk Lalu Direbus

Dimakan Ditempel Diminum

Diremas Ditumbuk Lalu Direbus

Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Diminum

Ditumbuk Diremas

Diminum Mencuci Mata

27 28

Luka Luka Bakar

29

Malaria

Daun api-api + Santan Kelapa Bakar Daun Cengkeh + Daun Laos + Daun Jarak Pagar + Daun Pisang + Daun Merica Daun Gedang + Daun Nyambu Batu Adas secukupnya + Rimpang Sekur Seluruh Bagian Ketumbi + 1 Rimpang Sekur + 5 Buah Cengkeh + 1 Potong Kayu Manis Daun Lembayin Baqe + Daun Sekur

Mata Bengkak

Seluruh Bagian Ketumbi + 5 Buah Cengkeh + 1 Potong Kayu Manis 1 Lembar Daun Gedang + Sedikit Tempe Busuk Kambium Kayu Banten + Rimpang Sekur

30

Dioles Ditempel Ditempel Dioleskan Ditempel

156

Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan) No. 31 32

Jenis Penyakit atau Penggunaan Membatasi Kehamilan Menambah Nafsu Makan

33

Mencegah Kehamilan

34

Mencret

35

Menyuburkan Rambut

Ramuan Kulit Kayu Banten + Buah Nanas + Tape + Gula Merah 1 Rimpang Lengkuas + 1 Rimpang Sekur + Seluruh Bagian Ketumbi + Sedikit Adas 2 polong buah bage + 1 Umbi Bawang Mira + Gula Mira Batang dan Daun Semanggi + Umbi Bawang Mira Akar Punti Lumut + Rimpang Jahe Akar Pacing + 1 Buah Mengkudu Tunas Punti + Umbi Bawang Mira Daun Jaong + Rimpang Sekur Daun dan Bunga Belimbing Bake + Rimpang Sekur Daun Tentandan Gegiran + Daun Tetapis + Paku Belabar + Glunak

Cara Pengolahan Diparut Direbus

Cara Pemakaian Diminum Diminum

Diremas Diremas Direbus Direbus Diremas Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk

Diminum Diminum Diminum Diminum Dioleskan Diminum Diminum Keramas

Batang Glunak + Paku Blabar

Ditumbuk

Keramas Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Diminum Dioleskan

36

Meriang

Daun Belimbing Bele + Umbi Bawang Mira + Rimpang Sekur

Ditumbuk

37 38

Mual Muka Bayi Yang Putih Karena ASI Ibu Mules Obat Kuat Panas

Akar Kesembung + Rimpang Sekur Bunga , Buah dan Daun Paku Prapa + Rimpang Sekur

Ditumbuk Ditumbuk

Akar Kesembung + Rimpang Sekur Air Kelapa + Bubuk Merica Daun Timon Bolo + Daun Sekur Daun Bebembe Putih + 1 Buah Bawang Mira

Ditumbuk Langsung Digunakan Diremas Diremas

Daun Srikaya Belanda + Umbi Bawang Mira Tunas Punti + Umbi Bawang Mira

Diremas Diremas

39 40 41

Diminum Diminum Diminum Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Dioleskan Dioleskan

157

Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan) No. 41

42 43

Jenis Penyakit atau Penggunaan Panas

Panas Dalam Patah Tulang

Ramuan Daun Srikaya Tai Bembe + Umbi Bawang Mira Adas secukupnya + Rimpang Sekur Daun Papao + Rimpang Sekur Daun dan kulit batang Belimbing Bele + Umbi Bawang Mira + Rimpang Sekur Akar dan Daun Lembayin Jogang + Rimpang Sekur Akar Kesembung + Rimpang Sekur Daun Iyu-iyu + Beras Daun dan Bunga Belimbing Bake + Rimpang Sekur Daun Sagar + Rimpang Sekur Akar Gegaok + Rimpang Sekur Beras + Rimpang Sekur + Adas + Empet-empet + Iyu-iyu + Rampang Siso Daun Ketepeng + Rimpang Sekur Bebele + Rimpang Sekur Daun Ketujur + Rimpang Jahe Adas secukupnya + Rimpang Sekur

Cara Pengolahan Diremas Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk

Kulit Batang Boro Sapa + Rimpang Sekur

Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk

Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Ditempel Dioleskan

Direbus Ditumbuk Ditumbuk

Direndam Kaki Diminum Ditempel

44

Pemutih Kulit

Akar Kenderat + Rimpang Jahe Daun Nangka Muda + Rimpang Kunyit + Minyak Kelapa

45 46 47

Rematik Sakit Kuning Sariawan

Daun Mengkudu + Rimpang Jahe Daun Kelor + Air Kelapa Muda + 1 Sendok Madu Daun dan Bunga Ketepu + Rimpang Sekur

Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk dan Dijemur Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk Ditumbuk

Cara Pemakaian Diminum Ditempel Diminum Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Diminum Diminum Diminum Diminum Diminum Dioleskan Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Diminum Diminum Ditempel Ditempel

158

Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan) No. 48

Jenis Penyakit atau Penggunaan Sesak Nafas

49

Sihir atau Guna-guna

50

Tidak Bisa Gemuk

Ramuan Akar Kesumbang Putih + Rumput Gegarem + Buah Nanas Muda + Rimpang Jahe + Gula Merah Daun Ketepeng + Rimpang Sekur Daun dan Batang Muda Kelor + Kapur Akar Bebembe Putih + Daun Nyambu Batu Daun Empet-empet + Daun Iyu-iyu + Rimpang Sekur

Cara Pengolahan Direbus

Cara Pemakaian Diminum

Ditumbuk Dikuyah Direbus Ditumbuk

Beras + Rimpang Sekur + Adas + Empet-empet + Iyu-iyu + Rampang Siso

Ditumbuk dan Dijemur

Diminum Disemprotin Diminum Diminum Airnya & Dioles Ampasnya Diminum Airnya & Dioles Ampasnya

159