EVALUASI PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH

EVALUASI PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN SEBELUM DAN SESUDAH ... (PPh) for Land and/or Building Rights Transfer...

9 downloads 610 Views 1MB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

EVALUASI PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN SEBELUM DAN SESUDAH DITERBITKANNYA PER DJP NOMOR 28/PJ/2009 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR

TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Disusun Oleh : Fitri Nurjanah F3409033

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

AN EVALUATION ON THE INCOME TAX FOR LAND AND/OR BUILDING RIGHTS TRANSFER BEFORE AND AFTER THE PASSAGE OF PER DJP NUMBER 28/PJ/2009 IN KARANGANYAR PRATAMA TAX SERVICE OFFICE

Fitri Nurjanah F3409033

The objectives of research are to find out the implementation of Income Tax (PPh) for Land and/or Building Rights Transfer (PHATB) in Karanganyar Pratama Tax Service Office before and after the passage of Per DJP (Tax Directorate General Regulation) Number 28/PJ/2009 and to find out the effect of Per DJP 28/PJ/2009 passage on the tax revenue of Karanganyar Pratama Tax Service Office. The procedure the writer used was to evaluate the implementation of PPh for PHATB through observation and interview with several officers of Karanganyar Pratama Tax Service Office as well to analyze the Income Tax revenue for Land and/or Building Right Transfer in Karanganyar Pratama Tax Service Office. The conclusion of and research was that before the passage of Per DJP Number 28/PJ/2009 the Taxpayers undertaking PHATB and filling the owner name transfer of land deed to the National Land Affairs Agency (BPN) were allowed althougt it was incorrect according to the regulation, while after the passage of Per DJP Number 28/PJ/2009 the Taxpayers should enclose the Tax Payment Document or Income Tax Exempted Recommendation for PHATB during filling the owner name transfer of land deed to the BPN, and income tax revenue after the passage of Per DJP Number 28/PJ/2009 increased 55,38% from 2009 to 2010 Based on the result of research, the writter recommende the KPP to conduct periodically illumination to the society so that the society would understand the PHATB periodically and the tax prayer would report immediately the incorect data.

Keywords : Income Tax for Land and/or Building Right Transfer (PHATB), Per DJP Number 28/PJ/2009 commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak membenani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al Baqorah: 286)

“I dream my painting and I paint my dream” (Vincent Willem van Gogh)

“Aku harus percaya pada diriku sendiri, percaya bahwa aku adalah orang yang mereka percaya.” (Uzumaki Naruto)

“Hidup memang tidak adil, jadi biasakanlah dirimu” (Patrick Star)

“Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.” (Alexander Pope)

Penulis persembahkan kepada: ©

Papa Mama tercinta

©

Kakak dan Adik-adikku tersayang

©

Sahabat-sahabatku

©

Almamaterku commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul EVALUASI PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN SEBELUM DAN SESUDAH DITERBITKANNYA PER DJP NOMOR 28/PJ/2009 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Kesuksesan dan keberhasilan bukan hanya berasal dari kerja keras semata, melainkan kekuatan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu, mengarahkan, memberi dorongan, dan semangat kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.

Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta selalu memberikan perlindungan dan kesehatan kepada penulis.

2.

Papa Mama tercinta, Joned Setyabudi dan Budi Setyorini yang telah merawat, membesarkan dan melimpahi penulis dengan cinta dan kasih sayang, dan selalu memberikan dukungan dan inspirasi sehingga commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

penulis dapat bertahan dalam keadaan apapun. Dengan doa dan ridha kalian penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. 3.

Kakakku Daniel, dan adik-adikku tersayang, Ais, Zulfiqar, Fajri, Hanif, Zahwa, Matto dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu setia mendukung dan menjadi pemicu semangat penulis.

4.

Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5.

Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

6.

Juliati, S.E., Ak., Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah meluangkan waktu beliau dan membimbing penulis.

7.

Bapak Haryoto selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar beserta staf-stafnya yang telah memberi bimbingan dan bantuan bagi penulis.

8.

Bapak Arif Gunawan selaku Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi 1 beserta Ibu Fadlil, Ibu Rini, Ibu Prima, Ibu Yanti, Ibu Rita, Bapak L. Joko, Bapak Sahid, serta Bapak Muji selaku Account Representative waskon 1 yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pencarian data

9.

Seluruh staf dan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pencarian data. commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

10. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 11. Sahabat terbaik ku Trimira Ambarwati si calon bidan, terimakasih untuk dukungan dan doa mu selama ini, sukses untuk mu juga kawan!!!. 12. Teman-teman Pajak angkatan 2009, teman seperjuangan saat susah maupun senang, semoga kelak kita menjadi orang sukses dan bertemu kembali!!!. 13. Sahabat-sahabat ku SORTA : Ery, Desy, Yunda, Elysa, Devi, Dyah, dan Bunda, terimakasih untuk tiga tahun persahabatan kita yang sering diisi dengan selisih paham, gosip, airmata, dan tawa, terimakasih telah menjadi sahabat-sahabat ku yang terSUPER!!!. 14. Teman–teman magang penempatan dari STAN di KPP Pratama Karanganyar, terimakasih atas bimbingan dan bantuan selama penulis magang. 15. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Surakarta,

commit to user

viii

Juni 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i ABSTRACT ..................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I.

PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 20 A. Perumusan Masalah ......................................................................... 23 A. Tujuan Penelitian ............................................................................. 23 A. Manfaat Penelitian ........................................................................... 24

II.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 25 B. Analisis Data dan Pembahasan ........................................................ 46

III.

TEMUAN

commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

A. Kelebihan ......................................................................................... 62 B. Kelemahan ....................................................................................... 63 IV.

PENUTUP A. Simpulan .......................................................................................... 65 B. Rekomendasi ................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

TABEL I.1

Halaman

Jumlah Pegawai KPP Pratama Karanganyar .......................................... 5

II.1 Penerimaan PPh Final dan FLN Tahun 2008 ......................................... 48 II.2 Penerimaan PPh atas PHATB................................................................. 55 II.3 Persentase Penerimaan PPh Atas PHATB.............................................. 56 II.4 Penerimaan PPh atas PHATB dan Penerimaan Pajak Final ................... 58 II.5 Kontribusi Penerimaan PPh Atas PHATB terhadap Pajak Final ........... 59

commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Halaman

I.1

Wilayah Kerja KPP Pratama Karanganyar ............................................. 3

I.2

Struktur Organisasi KPP Pratama Karanganyar ..................................... 6

II.1 Flowchart Penyelesaian SKB PPh Atas PHATB ................................... 51

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Surat Pernyataan Tugas Akhir

2.

Surat Permohonan Ijin Magang

3.

Surat Jawaban dari Instansi Magang

4.

Surat Keterangan Telah Melakukan Kegiatan Magang

5.

Memo Pengumpulan Laporan Magang

6.

Lembar Penilaian Magang

7.

Kegiatan Harian Kuliah Magang Kerja

8.

Tabel MAP / Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setoran

9.

Data PPh Final dan Fiskal Luar Negeri KPP Pratama Karanganyar Dari Tahun 2008-2011

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 11. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-28/PJ/2009 tentang Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

commit to user

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

12. Dokumen

Permohonan

digilib.uns.ac.id

Surat

Keterangan

Bebas

Pembayaran

Pajak

Penghasilan Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 13. Dokumen Daftar Tanah dan/atau Bangunan yang Penghasilan atas Pengalihannya Telah Dilaporkan Dalam Surat Pemberitahunan PPh 14. Surat Keterangan Bebas Pembayaran Pajak Penghasilan Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 15. Surat Penolakan Permohonan Surat Keterangan Bebas Pembayaran Pajak Penghasilan Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1.

Sejarah Berdirinya KPP Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar merupakan pecahan dari KPP Surakarta yang dulunya meliputi kabupaten karanganyar, kabupaten sragen, kotamadya surakarta, dan kabupaten boyolali. KPP Pratama Karanganyar berdiri sendiri dikarenakan adanya reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. KPP Pratama Karanganyar berada dibawah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan bertanggung jawab kepada kepala kantor Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Pada awal berdirinya, KPP Pratama Karanganyar menggunakan ex. Kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan surakarta, sehubungan dengan digunakannya kantor tersebut sebagai kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II sekitar bulan januari 2007 maka untuk sementara waktu kegiatan operasional KPP Pratama Karanganyar dipindahkan ke ex. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (KARIKPA) Surakarta. Pada akhir bulan desember 2007 KPP Pratama commit to user 1

2 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Karanganyar pindah dari ex. KARIKPA Surakarta ke Gedung Megaria Jalan Raya Palur, karena banjir bandang sungai bengawan solo yang mengakibatkan sebagian besar dokumen hanyut terbawa air banjir, kemudian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar dipindah ke Jalan KH. Samanhudi No. 07 Kompleks Perkantoran Cangakan, Karanganyar. Kode wilayah KPP Pratama Karanganyar sebelumnya adalah 526, dan sekarang kode wilayah KPP Pratama Karanganyar menjadi 528. Misalnya, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 02.429.923.1-526.000 yang semula kode wilayah KPP Surakarta berhubung berada di wilayah Karanganyar otomatis menjadi nomor : 02.429.923.1-528.000. 2.

Tempat Kedudukan KPP Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar memiliki tempat yang strategis sehingga mudah ditemukan. Lokasi KPP Pratam Karanganyar berada di Jalan K.H. Samanhudi No. 07 Komplek Perkantoran Cangakan, Karanganyar.

3.

Wilayah Kerja KPP Pratama Karanganyar Wilayah kerja KPP Pratama Karanganyar terdiri atas dua kabupaten yaitu kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Kabupaten Karanganyar terdiri atas 17 kecamatan yaitu Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan

Ngargoyoso,

Kecamatan

commit to user

Karangpandan,

Kecamatan

3 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Jaten, Kecamatan Colomadu,

Kecamatan

Gondangrejo,

Kecamatan

Kebakkramat,

Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo, dan Kecamatan Jenawi. Sedangkan untuk kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan yaitu

Kecamatan

Kalijambe,

Kecamatan

masaran,

Kecamatan

Kedawung, Kecamatan Sambirejo, Kecamatan Gondang, Kecamatan Sambungmacan, Kecamatan Ngrampal, Kecamatan Karangmalang, Kecamatan Sragen, Kecamatan Sidoharjo, Kecamatan Tanon, Kecamatan Gemolong, Kecamatan Miri, Kecamatang Sumberlawang, Kecamatan Mondokan, Kecamtan Sukodono, Kecamatan Gesi, Kecamatan Tangen, dan Kecamatan Jenar. Gambar I.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Karanganyar

commit to user

4 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.

Struktur Organisasi KPP Pratama Karanganyar Struktur organisasi KPP Pratama Karanganyar berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut ; a.

Kepala Kantor

b.

Sub Bagian Umum

c.

Seksi PDI

d.

Seksi Pelayanan

e.

Seksi Penagihan

f.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

g.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

h.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

i.

Seksi Pemeriksaan

j.

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

k.

Kelompok Fungsional Selain itu, di wilayah KPP Pratama Karanganyar juga terdapat

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Sragen yang berkedudukan di Jalan Raya Sukowati No.84 Sragen. Total jumlah pegawai per 1 Maret 2012 adalah 114 orang, dengan rincian : Kepala Kantor

: Haryoto

Penilai PBB Pertama

: Ibrahim Aji

commit to user

5 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel I.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Karanganyar

Seksi

Jumlah

Pelayanan

11

PDI

7

Sub Bagian Umum

7

Penagihan

5

Pemeriksaan

3

Ekstensifikasi

6

Waskon I

9

Waskon II

11

Waskon III

10

Fungsional

12

KP2P

3

Satpam dan Sopir

12

OB dan Cs

11

Honorer

5

TOTAL

112

commit to user

Gambar I.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Karanganyar KEPALA KANTOR

PEGAWAI

KP2P SRAGEN

FUNGSIONAL

HARYOTO

BAGIAN UMUM

SEKSI PDI

H. DONY SETIA

CHRISTINA ASRI WIDYASTUTI

(PJS)

SEKSI PELAYANAN

SEKSI PENAGIHAN

SEKSI PEMERIKSAAN

ESTI HARTARI HUSNUL CHOTIMAH

FEBRUANTO MAHENDRADJAJA

SEKSI WASKON I

SEKSI WASKON II

SEKSI WASKON III

SEKSI EKSTENSIFIKASI

ARIF GUNAWAN

TRISNO HARIYANTO

HENDRIKUS DONY SETIA

ATIM BUKHORI

Sumber : Bagian Umum KPP Pratama Karanganyar

6

7 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5.

Deskripsi Jabatan Berikut ini merupakan deskripsi jabatan di KPP Pratama Karanganyar : a.

Kepala Kantor Kepala Kantor bertugas mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan operasional pelayanan perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

b.

Sub Bagian Umum Sub bagian umum memiliki tugas untuk mengkoordinasikan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha

dan

kepegawaian,

keuangan,

rumah

tangga,

serta

perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas KPP Pratama Karanganyar. Berikut ini uraian jabatan sub bagian umum : 1) Mengkoordinasikan pengurusan surat masuk dan surat keluar. 2) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tata usaha perpajakan. 3) Mengkoordinasikan penyelenggaraan administrasi DP3, LP2P, KGB, dan Daftar Riwayat Hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4) Mengkoordinasikan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) Pejabat Fungsional. 5) Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/ Lembaga (RKA-KL). commit to user

8 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6) Mengkoordinasikan

penerimaan

Daftar

Isian

Pelaksana

Anggaran (DIPA) dari Kantor Wilayah/ Kantor Pusat. 7) Mengkoordinasikan inventarisasi alat perlengkapan kantor/alat tulis kantor 8) Mengkoordinasikan rencana penghapusan inventaris kantor. 9) Mengkoordinasikan penyusunan laporan mutasi barang milik Negara/ kekayaan Negara triwulanan dan laporan inventaris tahunan. 10) Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan dan barang berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). 11) Mengkoordinasikan bahan masukan peyusunan konsep Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kantor Wilayah. 12) Mengkoordinasikan penyusunan tanggapan terhadap Laporan Hasil

Pemeriksaan

(LHP)

dari

Aparatur

Pengawasan

Fungsional. c.

Penagihan Melakukan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak (penagihan aktif) dan membuat usulan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

commit to user

9 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d.

Seksi pengolahan data dan informasi (PDI) Memberikan dukungan secara tehnis (technical Support) di bidang TI (Teknologi dan Informasi) kepada Seksi-Seksi terkait.

e.

Seksi Pelayanan Adapun tugas pokok Seksi Pelayanan adalah sebagai berikut : 1) Mengadministrasikan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu(TPT). 2) Menyelesaikan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak yang masuk ke Seksi Pelayanan. 3) Memberikan jawaban permintaan konfirmasi dan klarifikasi dari KPP lain. 4) Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP). 5) Menatausahakan Surat Pemberitahuan baik SPT masa / SPT Tahunan maupun SPOP PBB. 6) Menerbitkan Surat Teguran sehubungan dengan SPT masa atau SPT Tahunan atau SPOP yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. 7) Menatausahakan berkas yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak meliputi; pengarsipan, pemenuhan peminjaman berkas, sampai dengan pemisahan terhadap berkas Wajib Pajak yang masa pajak telah melampaui 10 tahun (daluwarsa). commit to user

10 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

8) Menerima keputusan keberatan dan banding. 9) Melakukan penyuluhan perpajakan f.

Seksi Pemeriksaan Melakukan penatausahaan di bidang pemeriksaan pajak.

g.

Kelompok Fungsional Melakukan

pemeriksaan

terhadap

Wajib

Pajak

(Unit

Pelaksana Pemeriksaan Pajak) berdasarkan ketentuan yang berlaku. h.

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Melakukan kegiatan ektensifikasi pajak (sebagai Unit Pelaksana Kegiatan

Ektensifikasi ) berdasarkan ketentuan yang

berlaku. i.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Uraian pekerjaan dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi antara lain: 1) Membuat konsep rencana kerja Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 2) Menyusun Estimasi Penerimaan Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan. commit to user

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak. 4) Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya. 5) Memberikan

bimbingan/himbauan

mengenai

ketentuan

perpajakan kepada Wajib Pajak. 6) Memberikan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak. 7) Membuat/memutakhirkan Profil Wajib Pajak. 8) Menentukan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) khusus untuk Wajib Pajak Badan Umum Milik Negara (BUMN). 9) Membuat

uraian

penelitian

pembebasan/pengurangan

pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25. 10) Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak dalam rangka pengawasan dan pemutakhiran data. 11) Membuat Nota Perhitungan dalam rangka penerbitan Surat Tagihan Pajak (tidak termasuk Surat Tagihan Pajak Bunga Penagihan) Pasal 7, Pasal 8 ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 14. 12) Membuat konsep Nota Perhitungan dalam rangka penerbitan SKPKB/SKPKBT tanpa prosedur pemeriksaan.

commit to user

12 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

13) Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. 14) Membuat konsep usulan Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak Fiktif. 15) Membuat konsep Perhitungan Lebih Bayar (PLB). 16) Melaksanakan penelitian dalam rangka penerbitan Bukti Pemindahbukuan berdasarkan permohonan Wajib Pajak. 17) Membuat konsep Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP). 18) Membuat konsep Surat keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP). 19) Membuat konsep Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). 20) Membuat Konsep Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB). 21) Membuat konsep Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB). 22) Membuat konsep usulan Wajib Pajak patuh. 23) Membuat uraian penelitian dalam rangka penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan dan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai. 24) Membuat konsep Surat Keterangan Fiskal Non-Bursa. commit to user

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

25) Membuat konsep Surat Keterangan Fiskal Bursa. 26) Membuat

konsep

Surat

Keterangan

Pembayaran

Pajak

Sementara (SKPPS). 27) Melakukan penelitian dalam rangka penerbitan Surat Ijin Penggunaan Mesin Teraan Meterai, Surat Ijin Pembubuhan tanda bea materai lunas dengan teknologi pencetakan dan Surat ijin Pembubuhan tanda bea materai lunas dengan Sistem Komputerisasi. 28) Memproses pencabutan ijin penggunaan mesin teraan materai, pembubuhan tanda bea materai lunas dengan teknologi pencetakan dan pembubuan tanda bea materai lunas dengan sistem komputerisasi. 29) Membuka segel mesin teraan dan membuat Berita Acara oembukaan segel mesin teraan. 30) Melaksanakan pengalihan saldo bea materai dengan mesin teraan ,pengalihan saldo bea materai dengan teknologi pencetakan dan pengalihan saldo bea materai dengan system komputerisasi. 31) Merekonsiliasi data Wajib Pajak (Data Maching) 32) Mengusulkan pemeriksaan dan atau penyidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 33) Menyusun

konsep

uraian

Banding/Peninjauan Kembali. commit to user

pelaksanaan

Putusan

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

34) Membuat konsep evaluasi hasil putusan banding atau peninjauan kembali Mahkamah Agung. 35) Membuat konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat yang berkaitan dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 36) Menyusun konsep surat tanggapan atas permasalahan yang berkaitan dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 37) Membuat konsep laporan berkala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 38) Menyelesaiakan Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. 39) Menyelesaikan Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. 40) Menyelesaikan Permohonan Pengurangan Bea Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Terhutang. 41) Menyelesaikan

Permohonan

Kelebihan

Pembayaran

Bea

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. 42) Menyelesaikan Permohonan kompensasi (pemindahbukuan) Pajak Bumi dan Bangunan. 43) Menyelesaikan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. 44) Menyelesaikan Permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan. commit to user

15 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

45) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. 46) Menjawab konfirmasi potongan/pungutan. 47) Menjawab konfirmasi Pajak Pertambahan Nilai. Seksi Pengawasan dan Konsultasi dibagi menjadi 3 Seksi Pengawasan dan Konsultasi yaitu Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III. Setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi masingmasing membawahi beberapa daerah atau kecamatan. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tanggung jawab pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak dengan wilayah kerja : 1) Kecamatan Karanganyar, 2) Kecamatan Karangpandan, 3) Kecamatan Tangen, 4) Kecamatan Mondokan, 5) Kecamatan Gemolong, 6) Kecamatan Mojogedang, 7) Kecamatan Jenawi, 8) Kecamatan Kalijambe, 9) Kecamatan Sumberlawang, 10) Kecamatan Tasikmadu, 11) Kecamatan Tanon, 12) Kecamatan Sidoharjo commit to user

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

13) Kecamatan Masaran Seksi Pengawasan dan Konsultasi II mempunyai tanggung jawab pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak dengan wilayah kerja : 1) Kecamatan Jaten 2) Kecamatan Jatipuro 3) Kecamatan Matesih 4) Kecamatan Tawangmangu 5) Kecamatan Kerjo 6) Kecamatan Sragen 7) Kecamatan Sambungmacan 8) Kecamatan Kedawung 9) Kecamatan Jenar 10) Kecamatan Sukodono 11) Kecamatan Gondang Seksi Pengawasan dan Konsultasi III mempunyai tanggung jawab pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak dengan wilayah kerja : 1) Kecamatan Miri 2) Kecamatan Plupuh 3) Kecamatan Gesi 4) Kecamatan Ngrampal 5) Kecamatan Karangmalang commit to user

17 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6) Kecamatan Sambirejo 7) Kecamatan Gondangrejo 8) Kecamatan Kebakkramat 9) Kecamatan Jumantoro 10) Kecamatan Jumapolo 11) Kecamatan Jatiyoso 12) Kecamatan Ngargoyoso j.

KP2KP Sragen Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

:

55/PMK.01/2007 Tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan adalah melakukan penyuluhan perpajakan, melaksanakan pelayanan konsultasi perpajakan, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini uraian jabatan KP2KP Sragen : 1) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja tahunan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar dan terpadu. 2) Mengawasi dan mengkoordinasikan pengurusan surat masuk dan surat keluar serta mengarahkan sesuai dengan unit organisasi pengolah atau alamat yang dituju agar surat tersebut commit to user

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dapat dikendalikan dengan lancar, menindak lanjuti/merespon dengan cepat dan tepat. 3) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tata usaha kepegawaian agar pegawai menerima hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4) Mengawasi dan mengkoordinasikan penataan berkas arsip umum (non Wajib Pajak) serta penyusutan arsip yang tidak mempunyai nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip di lingkungan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan agar tidak terjadi penumpukan atau akumulasi arsip. 5) Mengawasi dan mengkoordinasikan pengetikan dan reproduksi surat-surat dinas yang berhubungan dengan kesekretariatan dan dokumen lainnya guna menunjang kelancaran tugas. 6) Mengawasi dan mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan, pelaksanaan penyalurannya, perlengkapan

kantor/alat

serta penginventarisan alat tulis

kantor/

formulir

untuk

mengetahui keadaan dan kebutuhannya guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. 7) Mengawasi dan mengkoordinasikan rencana dan pelaksanaan pemeliharaan atau perbaikan alat perlengkapan kantor/gedung kantor/rumah dinas serta pemeliharaan kebersihan seluruh ruangan dan halaman kantor.

commit to user

19 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

8) Mengkoordinasikan penyuluhan di bidang PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai, PBB melalui tatap muka. 9) Mengkoordinasikan pembuatan buletin perpajakan. 10) Mengkoordinasikan pelayanan konsultasi secara tertulis / tatap muka / telepon di bidang PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai dan PBB 11) Mengkoordinasikan pelayanan formulir-formulir perpajakan kepada masyarakat. 12) Mengkoordinasikan

pembuatan

laporan

rencana

analisis

penyuluhan semesteran. 13) Mengkoordinasikan Penyuluhan Pajak dengan pemberian penataran melalui diklat. 14) Mengkoordinasikan Penyuluhan pajak dalam rangka pemberian informasi kepada pelajar/mahasiswa. 15) Mengkoordinasikan penyuluhan perpajakan melalui media masa elektronik, media cetak, konperensi pers, information desk, sarasehan/simulasi. 16) Mengkoordinasikan penyuluhan perpajakan melalui penerbitan brosur/leaflet. 17) Melakukan pengamatan potensi pajak dan pencarian informasi secara langsung maupun tidak langsung.

commit to user

20 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

18) Mengkoordinasikan dengan seksi Ektensifikasi KPP Pratama Karanganyar dalam menyelenggarakan ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan data Wajib Pajak yang tidak dikenal. 19) Meningkatkan

pengetahuan

perpajakan

untuk

kelancaran

pelaksanaan tugas. 20) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bulanan dan tahunan.

B. Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia berbanding terbalik dengan peningkatan perekonomian Indonesia yang selalu mengalami pasang surut menyebabkan tidak semua penduduk Indonesia memiliki pekerjaan tetap bahkan sebagian besar dari mereka menganggur dan hidup dibawah garis kemiskinan, kenyataan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan penduduk Indonesia karena mungkin saat ini mereka memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang cukup bahkan lebih tiba tiba harus dihadapkan kenyataan bahwa mereka dipecat secara sepihak oleh perusahaan tempat mereka bekerja dikarenakan perekonomian Indonesia yang sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam memperlakukan pendapatan yang mereka terima, tidak hanya sekedar menabungnya di bank mereka lebih memilih untuk menginvestasikannya dalam bentuk yang pasti misal rumah, emas, tanah, saham dan lain-lain. Tanah sendiri dari tahun ke tahun semakin dibutuhkan karena luas tanah commit to user

21 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

semakin sempit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya, selain itu tanah memiliki harga yang relatif meningkat tiap tahunnya terutama tanah yang berada diwilayah perkotaan dan mempunyai letak yang strategis. Sedangkan untuk tanah yang letaknya dipedesaan biasanya memiliki harga jual yang tidak terlalu tinggi, dikarenakan letaknya yang jauh dari pusat kota dan kurang strategis, walaupun letaknya yang kurang strategis penjualan tanah dipedesaan masih tinggi dikarenakan suasana pedesaan yang lebih sedikit polusi dibandingkan perkotaan. Penjualan tanah merupakan salah satu bentuk dari pengalihan hak atas tanah, selain dijual pengalihan hak atas tanah bisa terjadi ketika pemilik tanah memberikan tanah tersebut sebagai warisan, hibah, lelang atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah sehingga memerlukan proses balik nama. Saat terjadi pengalihan hak atas tanah ini maka akan timbul pajak penghasilan yang akan dikenakan terhadap penghasilan yang diterima pemilik tanah dan akhirnya diberi ketetapan pasti terhadap pajak ini dengan diterbitkannya peraturan pemerintah nomor 48 tahun 1994 yang diubah ke peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1996 dan perubahan kedua nomor 79 tahun 1999 dan diperbaharui kembali atau perubahan ketiga nomor 71 tahun 2008. Selain itu Direktur Jenderal Pajak juga menerbitkan peraturan nomor 28/PJ/2009 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2008.

commit to user

22 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk KPP Pratama karanganyar yang baru terbentuk bulan November 2007 (sebelumnya masih menjadi wilayah KPP Pratama Surakarta) pelaksanaan pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak tanah dan atau bangunan masih harus disosialisasikan kepada para wajib pajak ini dikarenakan sebelumnya banyak wajib pajak yang mengajukan balik nama tanah kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) tanpa menyertakan Surat Setoran Pajak(SSP), padahal sesuai aturan yang berlaku wajib pajak yang ingin mengajukan balik nama ke BPN wajib menyertakan SSP atau Surat Keterangan Bebas PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan. Untuk Surat Keterangan Bebas (SKB) telah diatur pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 28/PJ/2009 dan ditegaskan pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 30/PJ/2009, SKB ini digunakan sebagai bukti tidak dikenai pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh karena itu BPN dan KPP Pratama Karanganyar melakukan sosialisasi dalam hal SKB sehingga masyarakat yang melakukan pengalihan dapat mengajukan SKB PPh asalkan memenuhi persyaratan yang telah diatur. Diterbitkannya Peraturan DJP nomor Per-28/PJ/2009 ini yang membuat penulis ingin mengetahui apa yang terjadi sebelum dan sesudah diterbitkannya Peraturan DJP tersebut beserta pengaruh PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan terhadap Penerimaan KPP Pratama Karanganyar, sehingga penulis mengambil judul : commit to user

23 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

“EVALUASI PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN SEBELUM DAN SESUDAH DITERBITKANNYA PER DJP NOMOR 28/PJ/2009 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR”

C.

Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini digunakan sebagai pedoman penulis untuk untuk melakukan penelitian dengan cermat dan tepat. Dengan melihat latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum diterbitkannya Per-28/PJ/2009 ? 2. Bagaimana pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan setelah diterbitkannya Per-28/PJ/2009 ? 3. Bagaimana pengaruh diterbitkannya Per-28/PJ/2009 terhadap penerimaan pajak KPP Pratama Karanganyar ?

D. Tujuan Penelitian Tujuan atas evaluasi Pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan / atau bangunan adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelumnya diterbitkannya Per-28/PJ/2009.

commit to user

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Untuk mengetahui pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan setelah diterbitkannya Per-28/PJ/2009. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh adanya Per-28/PJ/2009 terhadap penerimaan pajak KPP Pratama Karanganyar.

E. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan kegunaan bagi pihak-pihak tertentu seperti : 1. Penulis Menambah pengalaman dan memperluas wawasan mengenai peraturan dan pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. 2. Objek Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bermanfaat bagi pihak pengelola untuk menganalisa pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan apakah telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3. Pihak – pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bermanfaat bagi pihak-pihak lain untuk menambah pengetahuan sebagai dasar acuan penelitian selanjutnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka 1.

Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (R. Santoso Brotodiharjo dalam Waluyo, 2011:2). Dalam definisi diatas lebih menfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur. Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya adalah sebagai berikut : a.

Pajak berdasarkan “Asas Gotong Royong” menyatakan : “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum” (Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam Waluyo, 2011:3).

commit to user 25

26 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S.H. dalam Waluyo, 2011:3)

c.

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Prof. Dr. MJH. Smeets dalam Waluyo, 2011:2) Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut : a.

Pajak

dipungut

berdasarkan

undang-undang

serta

aturan

pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. b.

Pajak dipunggut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

c.

Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

d.

Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

commit to user

27 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2.

Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut : a.

Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh : dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b.

Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak

berfungsi

sebagai

alat

untuk

mengatur

atau

melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh : dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, demikian pula terhadap barang mewah. 3.

Pengelompokan Pajak Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan pemungutannya. a.

Menurut Golongan. 1) Pajak Langsung Adalah

pajak

yang

pembebanannya

tidak

dapat

dilimpahkan ke pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak

yang bersangkutan.

Penghasilan (PPh). commit to user

Sebagai

contoh Pajak

28 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Pajak Tidak Langsung Adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN). b.

Menurut Sifat. 1) Pajak Subyektif Adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat obyektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh) yang pengenaan PPh untuk orang pribadi memperhatikan status perkawinan, banyaknya anak dan tanggungan lainnya sehingga keadaan Wajib Pajak tersebut digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak. 2)

Pajak Obyektif Adalah pajak yang berpangkat atau berdasarkan pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

commit to user

29 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c.

Menurut Pemungut 1) Pajak Pusat Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Sebagai contoh Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2) Pajak Daerah Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Sebagai contoh Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan.

4.

Sistem Pemungutan Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi berikut ini : a.

Sistem Official Assesment Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Ciri-ciri official assesment adalah sebagai berikut : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus; 2) Wajib pajak bersifat pasif; commit to user

30 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b.

Sistem Self Assesment Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ciri-ciri self assesment adalah sebagai berikut : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri; 2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri yang terutang; 3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c.

Sistem Withholding Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri withholding adalah sebagai berikut : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada pihak ketiga, selain fiskus dan Wajib Pajak; 2) Penunjukan pihak ketiga dilakukan sesuai peraturan perundangundangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya; commit to user

31 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. 5.

Pengertian Pajak Penghasilan dan PPh Final a.

Pajak Penghasilan Undang-Undang

Pajak

Penghasilan

menganut

prinsip

pemajakan atas penghasilan dalam pengertian luas (Atep Adya Barata, 2011:21). Pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Pengertian

penghasilan

dalam

Undang-Undang

Pajak

Penghasilan tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi : 1) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya; 2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan; 3) Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha; dan commit to user

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4) Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah. Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak. Karena Undang-Undang Pajak Penghasilan ini menganut pengertian penghasilan yang luas maka semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Namun demikian, apabila suatu jenis penghasilan dikenai pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak, penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghsilan lain yang dikenai tarif umum. b. PPh Final Billy Ivan Tansuria (2011: 1) mengartikan PPh Final sebagai jenis PPh dengan perlakuan tersendiri dimana pengenaan pajaknya telah dianggap selesai pada saat dipotong dari penghasilan atau disetor sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan ke kas Negara. PPh yang bersifat final bukan merupakan pembayaran pajak di muka, dengan demikian PPh yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain maupun yang telah dibayar atau disetor sendiri tidak dapat diperhitungkan atau dikreditkan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan ketika melaporkan pajaknya yang terutang pada akhir tahun dalam SPT Tahunan untuk dikenakan tarif umum bersama commit to user

33 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

penghasilan lainnya. Perlakuan atas pajak ini tercermin pada tiga karakteristik yang melekat padanya : 1) Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final tidak boleh digabung dengan penghasilan lainnya ketika Wajib Pajak menghitung Penghasilan Kena Pajak dalam SPT Tahunan; 2) Biaya yang dikeluarkan untuk mendapat, menagih, dan memelihara penghasilan yang telah dikenakan PPh final tidak boleh menjadi pengurang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak di SPT Tahunan Wajib Pajak. 3) Pajak terutang yang telah dibayar sendiri atau dipotong/dipungut oleh pihak lain atas penghasilan yang telah dikenakan PPh bersifat final, tidak dapat dikreditkan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan pada saat perhitungan pajak dalam SPT Tahunan. Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikannya perlakuan khusus ini adalah demi kesederhanaan dalam pemungutan pajak, keadilan, serta pemerataan dalam pengenaan pajaknya agar tidak menambah beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Pemotongan PPh yang bersifat final tidak berlaku pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP. Hal ini berbeda dengan pemotongan PPh lainnya yang bersifat tidak final, sebagai contoh pemotongan PPh pasal 21 commit to user

34 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang bersifat tidak final dikenakan tarif pemotongan sebesar 20% lebih tinggi bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP. Di dalam UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, jenisjenis penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final diatur dalam beberapa pasal yaitu : Pasal 4 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (2d), Pasal 19, Pasal 21, dan Pasal 22. Dengan mengacu pada Pasal 4 ayat (2) sebagai penghasilan tertentu yang pengenaan pajaknya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah, maka jenis penghasilan yang dapat dikenai pajak bersifat final : 1) Bunga deposito, tabungan atau jasa giro, dan diskonto SBI; 2) Bunga atau diskonto obligasi yang diperdagangkan di bursa efek; 3) Diskonto surat perbendaharaan Negara; 4) Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; 5) Hadiah undian; 6) Transaksi penjualan saham di bursa efek; 7) Transaksi

derivatif

berupa

kontrak

berjangka

yang

diperdagangkan di bursa; 8) Transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; commit to user

35 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

9) Transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; 10) Transaksi persewaan tanah dan/atau bangunan; 11) Penghasilan usaha jasa kontruksi. 6.

Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Dasar hukum pelaksanaan pengenaan Pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan adalah sebagai berikut : a.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

b.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994.

c.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 1999 tentang perubahan kedua Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994.

d.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang perubahan ketiga Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 1994.

e.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan ketentuan peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994.

f.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 30 Tahun 2009 tentang tata cara pemberian pengecualian dari kewajiban pembayaran atau commit to user

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pemungutan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Sesuai Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994, pihak yang dikenai Pajak Penghasilan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Termasuk dalam pengertian pengalihan hak atas tanh dan/atau bangunan adalah : a.

Penjualan, tukar-menukar termasuk ruilslag, perjanjian pemindahan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati oleh kedua belah pihak yang bukan pemerintah.

b.

Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain

yang

disepakati

dengan

pemerintah

guna

pelaksanaan

pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus, misalnya penjualan atau pelepasan hak tanah kepada pemerintah untuk Proyek Rumah Sakit Umum atau untuk Proyek kampus Universitas. c.

Penjualan,

tukar-menukar termasuk

ruilslag,

pelepasan

hak,

penyerahan hak, atau cara lain kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan

untuk

kepentingan

umum

yang

memerlukan

persyaratan khusus, yaitu pembebasan tanah oleh pemerintah untuk proyek-proyek jalan umum, saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya, saluran irigasi, pelabuhan laut, bandar udara, fasilitas keselamatan umum seperti commit to user

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya, dan fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Bentuk pengalihan hak dengan cara lain dimaksud, antara lain : a.

Warisan;

b.

Sewa dengan hak opsi;

c.

Sale dan lease back;

d.

Penyetoran modal saham dalam bentuk tanah dan/atau bangunan;

e.

Pengalihan hak sehubungan dengan bangun guna serah;

f.

Penggabungan,

peleburan,

pemekaran,

pemecahan,

dan

pengambilalihan usaha; g.

Pembubaran badan hukum;

h.

Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Penghasilan yang diterima orang pribadi atau badan dari transaksi

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh yang bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut : a.

Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dikenakan PPh sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan.

b.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengalihkan hak atas tanah dan atau bangunan yang jumlah bruto nilai pengalihannya kurang dari Rp. 60.000.000, namun penghasilan lainnya dalam setahun melebihi PTKP dikenakan PPh sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan.

commit to user

38 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c.

Pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan dikenakan PPh sebebsar 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan. Besarnya nilai pengalihan hak sebagai dasar pengenaan pajak

adalah nilai tertinggi antara nilai berdasarkan Akta pengalihan Hak dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tanah dan/atau bangunan untuk penghitungan PBB dalam tahun pajak terjadinya penagihan. Sesuai pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2008 yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh sebagai berikut : a.

Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah PTKP yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp. 60.000.000, dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

b.

Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah dengan pembayaran ganti rugi yang akan digunakan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.

c.

Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan commit to user

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah (termasuk wakaf) tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. d.

Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah (termasuk wakaf) kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan, antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e. 7.

Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.

Perubahan Dasar Hukum Pelaksanaan Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Dasar hukum pelaksanaan pengenaan Pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan telah diubah hingga tiga kali, perubahan ini dilakukan untuk menyempurnakan setiap peraturan pemerintah yang telah dikeluarkan pemerintah dari tahun 1994. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 pertama kali diubah ke Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1996, perubahan ini untuk memberikan kepastian hukum dalam pemenuhan kewajiban pelunasan pajak penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, pasal-pasal yang diubah dari Peraturan Pemerintah 48 Tahun 1994 adalah

commit to user

40 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pasal 4 ayat (1), Pasal 6, Pasal 8, dan menambah ketentuan baru diantara Pasal 11 dan Pasal 12 yang dijadikan Pasal 11A. Pokok-pokok perubahan atau penyempurnaan tersebut antara lain : a.

Pasal 4 ayat (1) : Besarnya pajak penghasilan adalah 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan diubah menjadi besar pajak penghasilan adalah 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, kecuali pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah sangat sederhana dikenakan pajak penghasilan sebesar 2% (dua persen).

b.

Pasal 6 : Ketentuan tentang pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi penjualan sehubungan dengan usaha pokoknya dibidang penjualan diubah menjadi tata cara pembayaran atas penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

c.

Pasal 8 : Diubah menjadi tiga ayat yang isinya adalah bagi orang pribadi, yayasan atau organisasi, dan Wajib Pajak badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan pembayaran pajak penghasilannya bersifat final, bagi Wajib Pajak badan yang melakukan pengalihan diluar usaha pokok merupakan PPh 25, dan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan jumlah bruto nilai pengalihannya kurang dari Rp. 60.000.000,- tidak wajib commit to user

41 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

melunasi Pajak Penghasilan terutang sebelum penandatanganan akta pengalihan dilakukan, tetapi apabila

penghasilannya melebihi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) maka terutang PPh final sebesar 5% (lima persen). d.

Pasal 11A : Orang pribadi, yayasan atau organisasi, Wajib Pajak badan yang melakukan pengalihan sebelum tanggal 1 Januari 1995 dan

belum

melaporkan

penghasilan

tersebut

dalam

Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 1994 dan sebelumnya diwajibkan membayar PPh terutang sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto pengalihan, atau sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto pengalihan bagi yang telah membayar Pajak Penghasilan dan pelunasan tersebut bersifat final. Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan dunia usaha khususnya industri realestat maka dipandang perlu mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 dan perubahan ini menjadi perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994. Beberapa ketentuan yang diubah adalah Pasal 4 ayat (1), Pasal 6, Pasal 8, dan mencabut ketentuan Pasal 11A. Pokok-pokok perubahan atau penyempurnaan tersebut antara lain : a.

Pasal 4 ayat (1) : Diubah menjadi besarnya Pajak Penghasilan adalah 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan.

b.

Pasal 6 : Wajib Pajak badan termasuk koperasi yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan commit to user

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pengenaan Pajak Penghasilannya berdasarkan ketentuan umum Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-undang Nomor 10 tahun 1994. c.

Pasal 8 : Sebelumnya terdiri dari tiga ayat, kemudian diubah menjadi dua ayat yaitu pembayaran Pajak Penghasilan bersifat final ditetapkan bagi Wajib Pajak orang pribadi dan yayasan atau organisasi yang kegiatan pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan jumlah bruto nilai pengalihannya kurang dari Rp. 60.000.000,- tidak wajib melunasi Pajak Penghasilan terutang sebelum penandatanganan akta pengalihan dilakukan, tetapi apabila penghasilannya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) maka terutang PPh final sebesar 5% (lima persen).

d.

Pasal 11A : Ketentuan Pasal 11A seluruhnya dicabut. Program pengadaan rumah sederhana dan rumah susun sederhana

menjadi pertimbangan selanjutnya bagi pemerintah untuk mengatur kembali ketentuan mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 dan perubahan ini menjadi perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994. Beberapa ketentuan yang diubah adalah Pasal 4 ayat (1), Pasal 5, Pasal 6, Pasal 8

commit to user

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ayat (1) dan (2), dan Pasal II selain itu terdapat penambahan dua ayat di Pasal 4 yaitu ayat (5) dan ayat (6) Pokok-pokok perubahan atau penyempurnaan tersebut antara lain : a.

Pasal 4 ayat (1) : Besar Pajak Penghasilan adalah sebesar 5% (lima persen), kecuali atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana dikenai Pajak Penghasilan sebesar 1%.

b.

Pasal 4 ayat (5) : Pengertian dari rumah sederhana adalah rumah sederhana sehat dan rumah inti tumbuh, yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

c.

Pasal 4 ayat (6) : Pengertian dari rumah susun sederhana adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur, yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

d.

Pasal 5 : Pada dasarnya semua pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenai Pajak Penghasilan, namun untuk keadilan diberikan pengecualian dari pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan.

e.

Pasal 6 : Dihapus.

f.

Pasal 8 ayat (1) : Diubah menjadi Wajib Pajak yang melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) bersifat final. commit to user

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

g.

Pasal 8 ayat (2) : Dihapus

h.

Pasal II : Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, Wajib Pajak badan termasuk koperasi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum tanggal 1 Januari 2009 dan belum dibuatkan akta, keputusan, perjanjian dan lain-lain oleh pejabat yang berwenang namun telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak bersangkutan dan telah dilunasi, pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 selain itu peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

8.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 28 Tahun 2009 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. 28 tahun 2009 ini dibuat dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak mengenai pelaksanaan ketentuan peralihan peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2008 tentang perubahan ketiga atas peraturan pemerintah Nomor 48 tahun 1994 tentang pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan. Peraturan DJP Nomor 28 tahun 2009 ini menjelaskan bahwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum tanggal 1 Januari 2009 belum dibuatkan akta atau surat keputusan oleh pejabat berwenang namun telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dan pajak atas penghasilan tersebut telah dilunasi, pajaknya dihitung dengan PP Nomor 79 Tahun 1999, selain itu Peraturan DJP commit to user

45 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Nomor 28 Tahun 2009 ini mengatur tentang permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak dan tanggapann dari Kepala Kantor tentang permohonan SKB dari Wajib Pajak. 9.

Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Dasar pengenaan pajak yang digunakan dalam perhitungan ini adalah nilai pengalihan hak. Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan. Nilai Jual Objek Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan tahun yang bersangkutan atau dalam hal Surat Pemberitahuan Pajak terutang dimaksud belum terbit, maka Nilai Jual Objek Pajak adalah menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang tahun pajak sebelumnya. Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut belum terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama, maka Nilai Jual Objek Pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek pajak menurut surat keterangan yang diterbitkan Kepala kantor yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan berada. Contoh : a.

PT. Solvabilita menjual tanah dan bangunan dengan harga Rp. 500.000.000,- dalam SPPT PBB NJOP-nya Rp.400.000.000,commit to user

46 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh penjual adalah sebesar 5% x Rp. 500.000.000,- = Rp. 25.000.000,b.

PT. Sosiadana menjual tanah dan bangunan dengan harga Rp. 680.000.000,- dalam SPPT PBB NJOP-nya Rp. 700.000.000,Pajak Penghasilan yang harus disetor sendiri oleh penjual adalah sebesar 5% x Rp. 700.000.000,- = Rp. 35.000.000,Dua contoh diatas menggunakan dua dasar pengenaan pajak yang

berbeda di karenakan dasar pengenaan pajak diambil dari nilai tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak, seperti pada contoh pertama dasar pengenaan pajak yang digunakan adalah nilai dari penjualan tanah karena lebih tinggi Rp. 100.000.000,- dibandingkan dengan nilai NJOP-nya sedangkan untuk contoh yang kedua digunakan nilai NJOP-nya karena lebih tinggi Rp. 20.000.000,- dibandingkan nilai penjualannya.

B. Analisis Data dan Pembahasan Pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan termasuk pajak final dan cukup memiliki peranan dalam penerimaan pajak di KPP dikarenakan semakin tahun semakin banyak pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehingga akan semakin banyak pajak yang diterima KPP. 1.

Pelaksanaan PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan Sebelum Diterbitkannya Per-28/PJ/2009 commit to user

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pelaksanaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar sebelum diterbitkannya Per-28/PJ/2009 tidak berjalan dengan lancar, hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu : a) Kebanyakan Wajib Pajak yang memiliki penghasilan melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan nilai bruto pengalihan kurang dari Rp. 60.000.000,00 menganggap bahwa penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima Wajib Pajak tersebut tidak dikenakan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. b) Kurang ketatnya pengawasan jalannya peraturan PP Nomor 71 Tahun 2008 menyebabkan Wajib Pajak dengan mudah mengajukan balik nama akta tanah ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) tanpa menyertakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Final dan disetujui oleh BPN. c) Belum adanya kerjasama antara KPP dan BPN terkait pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Dilihat dari faktor di atas kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan masih rendah, sehingga dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu perlu adanya kerjasama antara BPN dan commit to user

48 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

KPP Pratama untuk mengawasi dan memperketat peraturan yang telah diterbitkan. Tabel II.I Penerimaan PPh Final dan FLN Tahun 2008 Jenis Pajak

Jumlah Pajak yang Diterima

Fiskal Luar Negeri

727.675.303

SKPKB PPh Final Pasal 4 ayat 2

2.830.957

Ps. 4 (2) Diskonto/bunga obligasi

193.290.059

Ps. 4 (2) Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Ps. 4 (2) Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Ps. 4 (2) Bunga Depositi, Jasa Giro, dan Diskonto SBI

7.002.325.570 733.050.360 5.374.422.345

Ps. 4 (2) Hadiah Undian

345.744.116

Ps. 4 (2) Jasa Kontruksi

1.645.528.304 Total

16.024.867.014

Sumber : Bagian Pengawasan dan Konsultasi

Dari tabel II.I terlihat bahwa penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan cukup tinggi diantara jenis pajak lainnya, hal ini terjadi karena para Account Representative (AR) melakukan himbauan dan teguran kepada Wajib Pajak yang diketahui melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan atas penghasilan tersebut dikenai PPh Final. Cara para AR mengetahui siapa saja Wajib Pajak yang melakukan pengalihan dan wajib membayar pajak adalah dengan melihat laporan bulanan yang diserahkan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kepada KPP Pratama Karanganyar. Adanya himbauan dan teguran ini menunjukkan bahwa commit to user

49 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

masih rendahnya pengetahuan pajak dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. 2.

Pelaksanaan PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan Setelah Diterbitkannya Per-28/PJ/2009 Setelah diterbitkannya Per-28/PJ/2009 yang mengatur tentang pelaksanaan ketentuan peralihan PP 71 Tahun 2008 atas PP 48 Tahun 1994, KPP Pratama Karanganyar mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa setiap pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan masyarakat akan dikenai pajak final sebesar 5% dan apabila masyarakat melakukan balik nama akta tanah ke BPN harus menyertakan SSP atau SKB Pajak Final, selain itu KPP Pratama Karanganyar juga bekerja sama dengan BPN agar lebih mengetatkan pengawasan peraturan yang telah diterbitkan oleh pemerintah maupun Direktorat Jenderal Pajak. Kerjasama antara KPP Pratama dengan BPN ini dimulai dari adanya MOU antara KPP Pratama pusat dengan BPN pusat, dengan adanya MOU ini maka setiap KPP Pratama daerah lebih mudah bekerja sama dengan BPN daerah. Inti dari kerja sama ini adalah untuk memberitahukan kepada BPN bahwa apabila ada masyarakat yang akan melakukan balik nama akta tanah wajib menyertakan Surat Setoran Pajak atau Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan. Dalam Per-28/PJ/2009 telah diatur tentang

commit to user

50 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

proses permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan yang bersifat final (SKB PPh Final). Permohonan pengajuan SKB sendiri harus diajukan oleh Orang Pribadi yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, permohonan tersebut juga harus dilampiri (Per-30/PJ/2009) : a) Surat Pernyataan Berpenghasilan di Bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak dan Jumlah Bruto Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan kurang dari Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) b) Fotokopi Kartu Keluarga c) Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan tahun yang bersangkutan d) Surat Pernyataan Hibah (bagi Orang Pribadi maupun Badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan cara Hibah) e) Surat Pernyataan Pembagian Waris (bagi Orang Pribadi yang menjadi ahli waris) Walaupun Per-28/PJ/2009 diterbitkan bulan April 2009 dan telah disosialisasikan kepada masyarakat Karanganyar, peraturan ini belum bisa berjalan lancar terutama peraturan yang berkaitan dengan SKB PPh Final, baru pada tahun 2010 peraturan tentang SKB PPh Final ini mulai berjalan lancar.

commit to user

51 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar II.1 Flowchart Penyelesaian SKB PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

Berdasarkan Gambar II.1 dapat diketahui prosedur kerja SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah sebagai berikut :

commit to user

52 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

a) Wajib Pajak mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu. b) Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan

dengan

meneruskan

surat

permohonan

beserta

kelengkapannya ke Account Representative. c) Account Representative membuat dan menandatangani Uraian Penelitian

Permohonan

Surat

Keterangan

Bebas

(SKB)

Pemotongan/Pemungutan PPh, kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan tersebut kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. d) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani uraian penelitian permohonan SKB, dan memberikan persetujuan (approve)

atas

penerbitan

Surat

Keterangan

Bebas

(SKB)

Pemotongan/Pemungutan PPh kemudian menyampaikan uraian penelitian permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. e) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menelaah, menandatangani uraian penelitian permohonan, dan memberikan persetujuan (approve) atas penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan/Pemungutan PPh.

commit to user

53 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f)

Kepala Seksi Pelayanan menerima uraian penelitian permohonan SKB dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.

g) Surat Keterangan Bebas (SKB) diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga), yaitu: 1) Lembar ke-1

: untuk Wajib Pajak;

2) Lembar ke-2

: untuk Pemotong/Pemungut pajak;

3) Lembar ke-3

: untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak.

h) Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan atau Surat Penolakan Permohonan Pembebasan Pemungutan PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. i)

Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf dokumen hasil persetujuan dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

j)

Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani dokumen hasil persetujuan.

k) Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan atau Surat Penolakan

Permohonan

Pembebasan

Pemungutan

PPh

atas

Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke pihak-pihak terkait melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). l)

Proses selesai. Mulai tahun 2010 banyak Wajib Pajak yang mengajukan

permohonan SKB Pajak Final, ini menunjukkan bahwa kesadaran commit to user

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

masyarakat tentang pentingnya SSP dan SKB dalam proses balik nama akta tanah semakin meningkat selain itu hal ini juga menunjukkan bahwa kerjasama BPN dan KPP dalam mensosialisasikan peraturan pemerintah kepada para Wajib Pajak berjalan sukses. Banyaknya Wajib Pajak yang mengajukan permohonan SKB Pajak Final juga membantu para AR dalam melakukan pengawasan terhadap jumlah Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan serta jumlah pajak terutangnya. Namun, tidak semua permohonan pengajuan SKB dari Wajib Pajak disetujui oleh KPP dikarenakan berkas permohonan pengajuan SKB dari Wajib Pajak yang tidak lengkap, selain itu permohonan pengajuan SKB sering ditolak oleh KPP Pratama karena data yang diterima oleh KPP Pratama tidak memenuhi persyaratan Wajib Pajak yang dikecualikan dari pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, seperti nilai bruto pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kurang dari Rp. 60.000.000,00 namun Wajib Pajak memiliki penghasilan diatas PTKP. Saat AR melakukan penelitian dan menemukan hal tersebut maka SKB yang diajukan akan ditolak. 3. Pengaruh Diterbitkannya Per-28/PJ/2009 Terhadap Penerimaan Pajak KPP Pratama Karanganyar Dengan adanya Per-28/Pj/2009 mengenai ketentuan pelaksanaan dari PP 71 Tahun 2008, pelaksanaan pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di KPP commit to user

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pratama Karanganyar semakin ketat. Bagi masyarakat yang melakukan balik nama akta tanah ke BPN harus menyerahkan SSP atau SKB, dengan adanya peraturan ini masyarakat akan secara mandiri melaporkan pajak terhutangnya. Jumlah penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di KPP Pratama Karanganyar dari tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah sebagai berikut : Tabel II.2 Penerimaan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (dalam ribuan rupiah) Tahun Pajak

2008

2009

2010

2011

7.002.325.570

5.695.761.768

8.850.517.101

20.735.856.070

Jumlah Penerimaan Pajak Sumber : Bagian Pengawasan dan Konsultasi

Dari Tabel II.2 dapat dilihat kenaikan dan penurunan penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan secara nominal, untuk mengetahui persentase kenaikan dan penurunan penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan untuk tahun 2008 sampai dengan 2011 dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Berikut ini adalah perhitungan persentase kenaikan dan penurunan

commit to user

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 :

Tabel II.3 Persentase Kenaikan dan Penurunan Penerimaan PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan Tahun Pajak

Penerimaan PPh PHATB

Persentase

2008

7.002.325.570

-

2009

5.695.761.768

18,66%

2010

8.850.517.101

55,38%

2011

20.735.856.070

134,29%

Sumber : Bagian Pengawasan dan Konsultasi (data diolah)

Dari Tabel II.3 diketahui bahwa penerimaan pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di KPP Pratama Karanganyar tahun 2008 sebesar Rp. 7.002.325.570,00 menurun sebesar 18,66% menjadi Rp. 5.695.761.768,00 dari penurunan tersebut terlihat bahwa jumlah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang commit to user

57 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dilakukan Wajib Pajak di wilayah kerja KPP Pratama Karanganyar menurun, penerimaan pajak untuk tahun 2009 bahkan masih harus ditagih dengan surat himbauan dan teguran. Mulai tahun 2010 dan 2011 masyarakat yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan secara mandiri melaporkan pajaknya dan mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, kesadaran diri masyarakat ini membawa pengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, seperti di tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan yang cukup signifikan sebagai contoh penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditahun 2011 meningkat 134,29% dari penerimaan pajak di tahun 2010, peningkatan ini menunjukkan bahwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditahun tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat selain itu peningkatan ini terjadi karena semakin meningkatnya permohonan pengajuan SKB dari wajib pajak, dari pengajuan ini akan terlihat jumlah pajak terutang dari setiap Wajib Pajak sehingga AR akan terbantu dalam melakukan pengawasan dari setiap Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan jika permohonan pengajuan SKB dari Wajib Pajak ditolak maka Wajib Pajak harus membayar pajak terutang nya dan tidak bisa menghindar karena data-data Wajib Pajak terkait telah ada di arsip AR. commit to user

58 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengaruh penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan terhadap penerimaan pajak final dan fiskal luar negeri di KPP Pratama Karanganyar adalah sebagai berikut : Tabel II.4 Penerimaan PPh Atas PHATB dan Penerimaan Pajak Final dan Fiskal Luar Negeri Penerimaan Pajak Final dan Tahun

Penerimaan PPh PHATB FLN

2008

7.002.325.570

16.024.867.014

2009

5.695.761.768

20.137.380.969

2010

8.850.517.101

28.357.172.953

2011

20.735.856.070

46.657.564.180

Sumber : Bagian Pengawasan dan Konsultasi

commit to user

59 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel II.5 Kontribusi Penerimaan PPh Atas PHATB terhadap Penerimaan Pajak Final dan Fiskal Luar Negeri Penerimaan PPh atas

Penerimaan Pajak Final

Kontribusi PPh

PHATB

dan FLN

atas PHATB

2008

7.002.325.570

16.024.867.014

43,69 %

2009

5.695.761.768

20.137.380.969

28,28 %

2010

8.850.517.101

28.357.172.953

31,21 %

2011

20.735.856.070

46.657.564.180

43,67 %

Tahun

Sumber : Bagian Pengawasan dan Konsultasi (data diolah)

Berdasarkan Tabel II.4 penerimaan pajak penhasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan setelah diterbitkan Per-28/PJ/2009 meningkat cukup signifikan dan berpengaruh terhadap kontribusi penerimaan pajak final dan fiskal luar negeri. Pada tahun 2010, penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di KPP Pratama Karanganyar sebesar Rp. 8.850.517.101,00 sedangkan penerimaan pajak penghasilan final dan fiskal luar negeri yang diterima sebesar Rp.

commit to user

60 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

28.357.172.953,00 sehingga kotribusi pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan sebesar 31,21%. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar Rp. 11.885.338.969,00 peningkatan pajak ini berpengaruh terhadap kontribusi penerimaan pajak penghasilan final dan fiskal luar negeri sebesar 43,67%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa peranan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan terhadap penerimaan pajak penghasilan final dan fiskal luar negeri cukup besar dengan rata-rata kontribusi sebesar 36,71%. Dengan perhitungan sebagai berikut :

Meningkatnya penerimaan pajak terutama pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan selain menunjukkan keberhasilan KPP Pratama Karanganyar dan BPN dalam menjalankan Per-28/PJ/2009, juga menunjukkan bahwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dari tahun ke tahun semakin tinggi dikarenakan kebutuhan terhadap tanah semakin meningkat. Dengan diterbitkannya Per-28/PJ/2009 menjadi dasar hukum yang kuat bagi KPP commit to user

61 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pratama Karanganyar untuk menjalankan peraturan-peraturan yang terkait dengan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang selama ini telah diterbitkan pemerintah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III TEMUAN

A. Kelebihan 1. Dalam proses penyelesaian SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tidak melalui sub bagian umum dalam menyerahkan dokumen hasil penelitian, namun melalui Account Representative yang menangani penelitian permohonan pengajuan SKB PPh tersebut sehingga saat Wajib Pajak yang mengajukan permohonan SKB PPh membutuhkan penjelasan terkait hasil penelitian akan langsung dijelaskan oleh Account Representative terkait. 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar menjadikan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagai salah satu layanan unggulan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar

sehingga

proses

pengajuan

permohonan

SKB

PPh

penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sering diselesaikan oleh para Account Representative dalam waktu 1 (satu) atau 2 (dua) hari. 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar meneliti ulang laporan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk memastikan bahwa tidak ada Wajib Pajak yang belum menyampaikan penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau commit to user 62

63 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanaah dan/ataun bangunan. 5. Wilayah kerja seksi pengawasan dan konsultasi dibagi untuk setiap Account Representative sehingga setiap Account Representative memiliki wilayah kerja masing-masing, Wajib Pajak PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang memerlukan bantuan ataupun penjelasan akan dibantu oleh Account Representative yang menangani daerahnya sehingga mempermudah pengawasan dari pihak KPP Pratama Karanganyar. 6. Permohonan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang ditolak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar hanya boleh diambil oleh Wajib Pajak yang mengajukan permohonan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sendiri, hal ini dilakukan agar para Account Representative dapat menjelaskan alasan penolakan langsung kepada Wajib Pajak terkait.

B. Kelemahan 1. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan nilai bruto pengalihan dibawah Rp. 60.000.000,namun memiliki penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak menganggap bahwa penghasilan yang diterima atas pengalihan hak atas

commit to user

64 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tanah dan/atau bangunan tersebut tidak dikenal pajak PPh Final sehingga harus dihimbau oleh para Account Representative. 2. Setelah terjadi proses pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, seharusnya dalam SPPT/STTS PBB juga telah mengalami perubahan identitas kepemilikan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut, tetapi dalam kenyataan di lapangan masih tertera nama pemilik tanah dan/atau bangunan yang lama sehingga wajib pajak harus mengajukan permohonan pengubahan kepemilikan tanah dan/atau bangunan yang baru karena jika tidak dilakukan maka dapat menyebabkan data pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama tidak valid.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar mengenai pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum dan sesudah diterbitkannya Per DJP Nomor 28/PJ/2009, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum diterbitkan Per-28/PJ/2009 pada bulan april 2009 masyarakat di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan mengajukan balik nama akta tanah ke Badan Pertanahan Nasional diterima oleh Badan Pertanahan Nasional padahal menurut peraturan yang berlaku hal tersebut tidak dibenarkan, hal ini terjadi karena kurang ketatnya pengawasan jalannya peraturan tentang pengalihan hak atas tanah dan bangunan (PP 71 Tahun 2008) selain itu karena belum adanya kesepakatan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan Badan Pertanahan Nasional sehingga menyebabkan kekurangpahaman Badan Pertanahan Nasional tentang proses pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditahun 2008 sampai commit to user 65

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. dengan tahun 2009 diperoleh dari mengeluarkan surat himbauan dan teguran kepada Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehingga Wajib Pajak membayar pajak terutangnya, hal ini dilakukan karena masih banyak Wajib Pajak yang belum melaporkan pajak terutang nya karena berasumsi bahwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukannya tidak kena pajak. 3. Setelah diterbitkan Per-28/PJ/2009 pada bulan april 2009 masyarakat di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar mulai memahami peraturan tentang pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, bahwa apabila ada masyarakat yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib menyertakan Surat Setoran Pajak atau Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagai salah satu syarat balik nama akta tanah. Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dapat diperoleh Wajib Pajak dengan cara mengajukan permohonan tertulis sesuai lampiran I Per-28/PJ/2009 atau lampiran I Per-30/PJ/2009, Surat Keterangan Bebas Pajak PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ini digunakan sebagai bukti bahwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan tidak dikenai PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sekaligus sebagai pelengkap dokumen balik nama akta tanah. commit to user

67 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. Penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah

dan/atau

bangunan

setelah

diterbitkannya

Per-28/PJ/2009

meningkat cukup signifikan, terbukti pada tahun 2010 meningkat sebesar 55,38% dari tahun 2009 dan 134,29% di tahun 2011, peningkatan ini terjadi karena banyaknya pengalihan hak atas tanah dan/bangunan yang terjadi di tahun 2010 dan 2011 selain itu karena Per-28/PJ/2009 telah disosialisasikan kepada masyarakat sehingga apabila masyarakat melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan mereka akan melaporkan dan membayar pajak terutangnya secara mandiri atau mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan atas PHATB. Penerimaan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang meningkat juga berpengaruh terhadap penerimaan pajak final dan fiskal luar negeri, kontribusi pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditahun 2010 sebesar 31,21% dari Rp. 28.357.172.953,00 sedangkan untuk tahun 2011 sebesar 43,67% dari Rp. 46.657.564.180,00. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penerimaan pajak final dan fiskal luar negeri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar.

commit to user

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. Rekomendasi Berdasarkan hasil pengamatan yang menjelaskan tentang pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum dan sesudah diterbitkannya Per DJP Nomor 38/PJ/2009, maka penulis memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar dalam menjalankan Per DJP Nomor 28/PJ/2009. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat tentang peraturan-peraturan terkait pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterbitkan pemerintah dan Direktorat Jenderal Pajak secara berkala, sehingga masyarakat mengetahui tentang proses pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan secara berkala. 2. Bagi Wajib Pajak yang telah melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan apabila dalam SPPT/STTS PBB masih tercantum nama pemilik lama, sebagai Wajib Pajak yang baru sebaiknya melakukan pengajuan pembetulan SPPT/STTS PBB supaya dalam penyampaian dan pembayaran

PBB

tidak

ditemukan

kesalahan

data

yang

menyebabkan kesulitan bagi fiskus maupun Wajib Pajak yang lama.

commit to user

akan