FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM

Download faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi petani dalam pelaksanaan kegiatan. P2BN yaitu karakteristik internal yang berkorelasi nyat...

1 downloads 433 Views 178KB Size
Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN P2BN DI KECAMATAN BARRU, KABUPATEN BARRU Factors affecting motivation of farmers in activities P2BN in Barru District, Barru Regency

Hermaya Rukka* dan Arman Wahab Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa * email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini betujuan mengkaji motivasi petani dalam pelaksanaan kegiatan P2BN, mengidentifikasi perbedaan perilaku petani setelah pelaksanaan kegiatan P2BN, dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pelaksanaan Kegiatan P2BN Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Penelitian ini dilaksanakani Bulan Mei sampai dengan Juli 2012 bertempat di Kecamatan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian yang dilaksanakan termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode survei. Data dikumpulkan dari dua sumber yaitu data primer dan sekunder. Pengambilan sampel dari 15 Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Barru dipilih secara purposive, yaitu: Kelurahan Tuwung sebagi lokasi penelitian dan dipilih 2 (dua) Kelompok Tani yang telah mengikuti kegiatan P2BN yaitu Kelompok Tani Nawaru I dan Kelompok Tani Nawaru II. Setiap Kelompok Tani diambil sebanyak 25 orang petani secara acak yang akan menjadi responden, sehingga jumlah responden sebanyak 50 orang. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji Tau-b Kendall's. Hasil analisis terlihat bahwa tingkat motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN sebagian besar petani (74%) dari kelompok tani Nawaru I termasuk dalam kategori tinggi, motivasi petani tersebut berasal dari dalam diri petani (intrinsik) sedangkan pada kelompok Tani Nawaru II (68%) termasuk kategori sedang. Berdasarkan perilaku petani diketahu bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata sebelum kegiatan P2BN maupun setelah pelaksanaan P2BN baik pada kelompok Tani Nawaru I maupun pada Kelompok Tani Nawaru II. Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi petani dalam pelaksanaan kegiatan P2BN yaitu karakteristik internal yang berkorelasi nyata positif dengan motivasi petani yaitu, pengalaman berusahatani dan luas garapan sedangkan umur, tidak berkorelasi nyata. Karakteristik eksternal yang berkorelasi nyata positif dengan tingkat motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN adalah insentif/honor dan ketersediaan sarana prasarana sedangkan kebutuhan teknologi tidak berkorelasi nyata. Kata kunci: Kegiatan P2BN, kelompok tani dan motivasi petani

46

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

ABSTRACT This study aims to assess the motivation of farmers P2BN activities, identifies differences in behavior after the implementation P2BN farmers, and analyzes the factors related to the motivation of farmers in the implementation of activities P2BN Sub District Barru District Barru. This study in May to July 2012 at the District Barru, Barru Regency South Sulawesi. Research conducted including descriptive research with a survey method. Data were collected from two sources, namely primary and secondary data. Sampling of 15 Village in the District Barru selected purposively, namely: Village Tuwung selected as a research site and two (2) Farmers who have been following the activities P2BN I Nawaru Farmers and farmer groups Nawaru II. Every Farmers Group taken as many as 25 people at random farmers who will be responders, so the number of respondents by 50 people. Data were analyzed using analysis test Kendall's Tau-b. Result analysis shows that the level of motivation of farmers in participating in activities P2BN most farmers (74%) of the farmers' group I belong to the category Nawaru high, the farmer motivation comes from within the peasant (intrinsic), while in group II Nawaru Farmer (68%) included category of being. Based on farmer behavior diketahu that there is no significant correlation before and after the implementation of the activities P2BN P2BN Nawaru both farmer groups I and II at Farmers Group Nawaru. Results of analysis of the factors that affect the motivation of farmers in the implementation of the internal characteristics that P2BN significantly correlated positively with the farmer motivation, experience and extensive arable farming, while age, is not significantly correlated. External characteristics are significantly correlated positively with the level of motivation of farmers in the following activities are P2BN incentive/honorarium and availability of technology infrastructure needs while not significantly correlated Keywords: Activities P2BN, farmer groups, and motivation

PENDAHULUAN Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian nasional, terutama perekonomian rakyat. Padi merupakan komoditas strategis dan menjadi prioritas utama bangsa Indonesia dalam menunjang ketahanan pangan nasional sehingga sebagian besar penduduk Indonesia bergantung hidup pada komoditas ini. Beras merupakan produk utama yang dihasilkan oleh tanaman padi, dimana beras sebagai bahan pangan utama penduduk Indonesia dari 90 persen jumlah penduduk yang ada. Kebutuhan beras tiap tahunnya akan terus bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan ketahanan pangan

merupakan unsur penting dalam upaya mencapai kemandirian pangan. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan produksi beras secara berkelanjutan. Kementerian Pertanian telah menetapkan fokus kegiatan dalam rangka menjaga keberlangsungan swasembada beras. Untuk komoditas padi telah ditargetkan surplus produksi sebesar 10 juta ton pada tahun 2014. Untuk mencapai sasaran tersebut mulai tahun 2011 dilakukan upaya khusus, diantaranya melalui kegiatan pengawalan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Kabupaten Barru memiliki luas wilayah 566,51 km2, dan salah satu komoditi unggulan sektor pertanian adalah padi, dari 23,478 ha luas lahan persawahannya, 73% merupakan lahan sawah 47

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

berpengairan selebihnya merupakan lahan sawah tadah hujan. Potensi produksi ratarata lahan persawahan 4-5 ton hektar-1. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motivasi petani dalam pelaksanaan Kegiatan P2BN, mengidentifikasi perbedaan perilaku petani setelah pelaksanaan kegiatan P2BN dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pelaksanaan Kegiatan P2BN di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi selatan.

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2012 bertempat di Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru, Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah metode survei yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini, adalah anggota kelompok tani padi sawah yang telah mengikuti kegiatan P2BN di Kelurahan Mangempang, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Tata cara pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut: dari 15 Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Barru dipilih secara purposive, yaitu : Kelurahan Tuwung sebagi lokasi penelitian dan dipilih 2 (dua) Kelompok Tani yang telah mengikuti kegiatan P2BN yaitu Kelompok Tani Nawaru I dan Kelompok Tani Nawaru II.

48

ISSN 2089-0036

Setiap Kelompok Tani diambil sebanyak 25 orang petani secara acak sederhana, yang akan menjadi responden dalam penelitian ini, sehingga jumlah seluruh responden sebanyak 50 orang. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder: a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dan atau observasi. b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi seperti studi pustaka, papan informasi pada instansi terkait, publikasi ilmiah, website (Internet), dan laporan yang disusun oleh instansi pemerintah maupun swasta. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data terdiri dari: a. Angket (kuisioner), teknik ini merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan dan atau pernyataan kepada responden dengan tujuan agar responden dapat memberikan respon terhadap pertanyaan dan atau pernyataan yang telah disusun untuk mendukung penelitian. b. Dokumentasi, data yang dikumpulkan diperoleh melalui bahan dokumentasi pada instansi pemerintah tertentu yang relevan dengan penelitian. Analisa Data Data yang telah yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif (qualitative descriptive analysis) dan analisis kuantitatif (Arikunto, 1997).

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

K

b n n n 2 Keterangan :

b K D n Tx Ty

Tx

D n n n 2

Ty

= nilai korelasi = konkordan = diskordan = banyaknya pasangan data = banyaknya pasangan seri pada variabel X = banyaknya pasangan seri pada variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Internal Petani Karakteristik internal petani dalam penelitian ini yang diduga berhubungan dengan motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN: umur, pengalaman berusaha tani, luas lahan garapan. Umur Umur merupakan suatu aspek yang berpengaruh terhadap kemampuan fisik, psikologis dan biologis seseorang. Petani yang berumur lebih muda biasanya akan lebih bersemangat dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Distribusi petani responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani berkisar antara 25 – 30 tahun. Sebagian besar petani berusia 31 – 50 tahun. Bila dilihat dari usia produktif, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar petani relatif masih tergolong usia muda dan produktif ini terlihat dari kelompok Tani Nawaru I sekitar (80%) yang berusia produktif dan kelompok Tani Nawaru II (76%). Menurut Bakir dan Manning (1984) umur produktif untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15 – 55 tahun. Kemampuan kerja seseorang petani juga sangat dipengaruhi oleh tingkat umur petani tersebut, karena kemampuan kerja

produktif akan terus menurun dengan semakin lanjutnya usia petani. Pengalaman Berusahatani Pengalaman petani dalam berusahatani berpengaruh terhadap cara mengadopsi suatu inovasi. Semakin lama pengalaman berusahatani maka tingkat mengadopsi suatu teknologi akan semakin tinggi. Sebaran petani berdasarkan pengalaman berusahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil penelitian diperoleh data pengalaman petani sebagian besar petani telah memiliki pengalaman berusahatani padi sawah lebih dari 10 tahun yaitu sekitar (72%) dari kelompok Tani Nawaru I dan (68%) dari kelompok Tani Nawaru II Persentase jumlah kelompok Tani Nawaru I memiliki pengalaman berusahatani diatas 10 tahun cenderung lebih banyak dibanding kelompok Tani Nawaru II. Pengalaman petani dalam berusahatani yang relatif lama cukup banyak memiliki pengetahuan dan keterampilan. Dengan bekal pengalaman usahatani tersebut maka segala inovasi dan hal baru yang berkaitan dengan usahataninya selalu dibandingkan dengan pengalaman usahatani yang dialaminya selama ini. Petani yang berpengalaman relatif lama dalam usahataninya cenderung bersifat kritis.

49

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

Tabel 1. Sebaran umur responden di Kelurahan Tuwung Kelompok Tani Nawaru I Nawaru II ∑ responden ∑ responden % % (orang) (orang)

No

Umur (Tahun)

Kategori

1

< 30

Muda

3

12

2

8

2

31 – 50

Sedang

20

80

19

76

3

> 50

Tua

2

8

4

16

25

100

25

100

Total Sumber: Analisa data primer, 2012.

Tabel 2. Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani padi sawah

No 1 2 3

Pengalaman Berusahatani (Tahun) < 10 10 – 32 > 32 Total

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Kelompok Tani Nawaru I Nawaru II ∑ responden ∑ responden % (orang) (orang) 2 8 4 18 72 17 5 20 4 25 100 25

% 16 68 16 100

Sumber: Analisa data primer, 2012.

Tabel 3. Sebaran petani responden berdasarkan luas pemilikan lahan

No 1 2 3

Luas lahan (ha) < 0,13 0,13 – 1 >1 Total

Kategori Sempit Sedang Luas

Sumber: Analisa data primer, 2012.

50

Kelompok Tani Nawaru I Nawaru II ∑ responden ∑ responden % (orang) (orang) 7 28 5 10 40 12 8 32 8 25 100 25

% 20 48 32 100

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

Luas Lahan Garapan Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi petani. Umumnya petani memiliki lahan usahatani baik untuk tanaman pokok maupun tanaman lainnya. Sebaran petani responden berdasarkan luas pemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata petani responden mengusahakan sawah dalam kategori sedang yaitu kelompok Tani Nawaru I (40%) dan kelompok Tani Nawaru II (48%) selebihnya petani mengusahakan lahan yang luas yaitu sekitar (32%) dari kelompok Tani Nawaru I dan (32%) dari kelompok Tani Nawaru II sedangkan yang mengusahkan lahan sempit yaitu sekitar (28%) dari kelompok Tani Nawaru I dan (20%) Nawaru II. Rata-rata luas sawah yang diusahakan petani responden untuk tanaman padi sawah adalah 0,13 - 1 ha.

dalam pengelolaan usahataninya. Dalam penelitian ini beberapa karakteristik faktor eksternal tersebut dianalisis melalui tiga variabel, yaitu: (1) ketersediaan sarana dan prasarana, (2) modal, dan (3) kebutuhan teknologi. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Ketersediaan sarana dan prasarana adalah sarana yang dibutuhkan dalam mengikuti kegiatan P2BN serta kemudahan petani memperoleh bahan dan alat yang dibutuhkan, Sebaran penilaian responden tentang ketersediaan sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pada Tabel 4, terlihat bahwa tidak jauh perbedaan antara kelompok Tani Nawaru I dan kelompok Tani Laleng Tedong, pada umumnya petani diberikan sarana dan prasarana yang cukup dalam pelaksanaan kegiatan P2BN.

Karakterisitik Eksternal Petani Pelaksanaan usahatani baik secara langsung maupun tidak langsung akan dipengaruhi oleh berbagai faktor luar (eksternal) baik alam, fisik, lingkungan sosialnya, termasuk berbagai kebijakan dan program-program dari pemerintah. Faktor eksternal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap diri individu petani

Ketersedian Modal Kegiatan P2BN ketersediaan modal (Tabel 5), merupakan salah satu pendorong dalam mengikuti kegiatan P2BN, oleh karena modal memegang peranan penting dalam mengembangkan usahataninya.

Tabel 4. Sebaran penilaian responden tentang ketersediaan sarana dan prasarana Ketersediaan Sarana dan No Prasarana (Skor) 1 2 3

<4 4–9 >9 Total

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Kelompok Tani Nawaru I Nawaru II ∑ responden % ∑ responden % (orang) (orang) 3 12 5 20 5 20 5 20 17 68 15 60 25 100 25 100

Sumber: Analisa data primer, 2012. 51

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

Tabel 5. Sebaran petani responden berdasarkan ketersediaan modal mengikuti kegiatan P2BN No

1 2 3

Ketersediaan Modal (Skor) <5 5 – 10 > 10 Total

Kategori

Rendah Sedang Tinggi

Kelompok Tani Nawaru I Nawaru II ∑ responden % ∑ responden (orang) (orang) 3 12 2 3 12 5 19 76 17 25 100 25

% 12 20 68 100

Sumber: Analisa data primer, 2012.

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa antara kelompok Tani Nawaru I dan Nawaru II persentasenya tidak jauh berbeda pada umumnya petani berada dalam kategori tinggi yaitu (76 %), kategori sedang dan rendah (12 %) sedangkan kelompok tani Nawaru II kategori tinggi yaitu (68%), kategori sedang (20%) dan kategori rendah (12%). Hal ini disebabkan bahwa pada umumnya petani responden ingin mengikuti kegiatan P2BN karena para peserta diberi modal dan dari kelompok yang mengikuti kegitan tersebut, modal yang diberikan dikelola oleh kelompok untuk membiayai kebutuhan anggota kelompok taninya, dengan membeli sarana prasarana yang dibutuhkan kelompok tani. Kebutuhan Teknologi Untuk menciptakan petani yang tangguh perlu dilaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian secara terencana, terarah dan berkesinambungan yang disesuaikan dengan kebutuhan petani. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan yang intensif kepada para petani berdampak positif, sehingga adanya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dapat mempengaruhi petani dalam merespon suatu teknologi baru. Disamping itu intensitas petani dalam mengikuti penyuluhan pertanian 52

juga mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusahatani. Semakin intensif petani mengikuti penyuluhan maka akan semakin respon terhadap suatu teknologi. Intensitas penyuluhan dalam penelitian ini merupakan kegiatan penyuluhan yang diterima atau diikuti yang berkaitan dengan kegiatan usahatani, baik melalui kelompok tani maupun kepada perorangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis pada Tabel 6, terlihat bahwa penilaian petani terhadap kesesuaian materi rata-rata pada kategori sedang yaitu (66%) dari kelompok Tani Nawaru I dan (64%) dari kelompok Tani Nawaru II sedangkan kategori rendah (16%) dari Nawaru I dan (20%) dari kelompok Tani Nawaru II, serta (18%) dalam kategori tinggi pada kelompok Tani Nawaru I dan (16%) pada kelompok Tani Laleng Tedong. Kesesuaian materi dengan kebutuhan petani responden dalam kegiatan belajar kelompok tani sering tidak sesuai dengan kebutuhan petani, menunjukkan adanya kecendrungan keterbatasan kemampuan penyuluh dalam memenuhi kebutuhan petani. Menurut sebagian petani responden materi yang disampaikan oleh penyuluh bukanlah merupakan hal yang baru.

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

ISSN 2089-0036

Tabel 6. Sebaran petani responden berdasarkan kebutuhan teknologi

No 1 2 3

Kebutuhan Teknologi (Skor) <5 5 – 10 > 10 Total

Kelompok Tani Nawaru I Nawaru II ∑ responden ∑ responden % % (orang) (orang) 15 60 17 68 6 24 5 20 4 16 3 12 25 100 25 100

Kategori Rendah Sedang Tinggi

Sumber: Analisa data primer, 2012.

Hubungan Karakteristik Petani Dengan Motivasi

Internal

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman berusahatani, luas lahan garapan. Untuk mengetahui variabelvariabel tersebut terhadap motivasi petani dalam kegiatan P2BN dapat dilihat pada Tabel 7. Hubungan Antara Motivasi Petani

Umur

Dengan

Hasil analisis pada Tabel 7 menunjukkan bahwa umur berhubungan tidak nyata dengan tingkat motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN dimana nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Hal ini disebabkan bahwa umur tidak menjamin akan menumbuhkan motivasi petani, walaupun umur petani masih muda tetapi mempunyai pandangan yang positif terhadap suatu usahatani maka mempunyai motivasi yang tinggi, demikian juga sebaliknya walaupun petani berumur sudah tua (diatas 50 tahun) tetapi pandangannya terhadap usahatani padi negatif dan petani hanya mau melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan selama ini .

seseorang. Pembentukan motivasi dalam diri seseorang lebih ditentukan oleh tingkat kebutuhan yang dirasakan individu tersebut. Rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan sektor pertanian di pedesaan karena pendidikan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menerapkan inovasi baru. Hubungan Pengalaman Berusahatani Dengan Motivasi Petani Hasil uji statistik secara parsial diperoleh nilai korelasi 0,250 dengan nilai probabilitas 0,008 yang berarti lebih kecil dari 0,01, sehingga dapat disimpulkan pengalaman berusahatani berpengaruh sangat nyata terhadap motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN , hal ini dapat memberikan gambaran para petani telah memiliki pengalaman dalam berusahatani padi sehingga akan menjamin memotivasi mereka dalam berusahatani padi yang telah diperkenalkan oleh para penyuluh ataupun pihak lain. Tabel 7 dapat diartikan makin tinggi pengalaman petani dalam berusahatani maka akan tinggi pula motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN.

Umur tidak berpengaruh langsung terhadap pembentukan motivasi dalam diri 53

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

Hubungan Luas Lahan Dengan Motivasi Petani

Garapan

Hasil analisis pada Tabel 7, menunjukkan bahwa nila korelasi antara luas garapan dengan motivasi yaitu 0,128 dengan nilai probabilitas 0,191 dimana lebih besar dari 0,05 artinya tidak mempunyai hubungan yang nyata. Hal ini disebabkan luas garapan yang luas tidak menjamin tingkat motivasi petani menjadi tinggi dalam mengikuti kegiatan P2BN, menurut wawancara dengan petani sebagian petani yang mempunyai lahan yang luas merasa ragu-ragu dalam menerapkan suatu teknologi mereka takut mengambil resiko.

ISSN 2089-0036

Hubungan Karakteristik Dengan Motivasi Petani

Eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam kegiatan P2BN yang berasal dari luar diri responden dalam penelitian ini meliputi ketersediaan sarana prasarana, Modal, dan kebutuhan teknologi. Untuk mengetahui variabelvariabel tersebut yang berhubungan dengan motivasi petani dalam kegiatan P2BN dapat dilihat pda Tabel 8

Tabel 7. Hubungan motivasi petani dalam kegiatan P2BN dengan karakteristik internal Tingkat Motivasi No

Faktor Internal Nilai Korelasi

Nilai Probabilitas

1

Umur

0,016

0.906

2

Pengalaman Berusahatani

0,250 **

0,008

3

Luas Lahan Garapan

0,128

0,191

Keterangan: **) signifikasi pada taraf 0,01

Tabel 8. Hubungan karakteristik eksternal dengan motivasi petani dalam kegiatan P2BN Tingkat Motivasi No

Faktor Internal Nilai Probabilitas

1

Ketersediaan Sarana Prasarana

0,242 **

0,009

2

Ketersediaan Modal

0,183 **

0,003

3

Kebutuhan Teknologi

0,062

0,490

Keterangan: **) signifikasi pada taraf 0,01

54

Nilai Korelasi

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

Hubungan Antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Tingkat Motivasi Petani Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai suatu faktor penunjang kemajuan usahatani berhubungan nyata positif pada taraf kepercayaan 0,01 dengan tingkat motivasi petani dalam mengikuti kegatan P2BN. Tingkat motivasi petani sangat ditentukan oleh ketersediaan berbagai sarana produksi pertanian yang sesuai dan tepat waktu pada saat diperlukan untuk menerapkan suatu inovasi dalam usahataninya. Ketersediaan sarana dan prasarana tidak hanya mengenai kualitas dan kuantitas saja, akan tetapi juga memperhatikan saat dibutuhkan dan harga yang terjangkau oleh petani. Pada kegiatan P2BN petani termotivasi mengikuti seluruh aktivitas mulai bagaimana cara menanam, memupuk, sampai dengan mengikuti kegiatan penyuluhan. Tabel 8 diatas bermakna bahwa dengan tersedianya sarana prasarana makin tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan oleh petani dalam berusahatani padi sawah maka makin tinggi pula tingkat motivasi petani mengikuti kegiatan P2BN. Hubungan Modal Motivasi Petani

Dengan

Tingkat

Modal merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan produksi pertanian. Tanpa modal yang memadai sulit bagi petani untuk mengembangkan usahataninya hingga mencapai produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal. Modal diartikan sebagai persediaan (stock) barang-barang dan jasa-jasa yang tidak segera digunakan untuk konsumsi, namun digunakan untuk meningkatkan volume konsumsi di masa mendatang melalui proses produksi. Pembentukan modal diartikan sebagai suatu proses beberapa bagian pendapatan yang ada disisihkan

ISSN 2089-0036

atau diinvestasi untuk output di kemudian hari.

memperbesar

Penciptaan modal oleh petani biasanya dilakukan dengan menyisihkan sebagian hasil pertanian musim lalu (menabung) untuk tujuan yang produktif. Modal usaha yang digunakan patani dalam berusahatani dapat berasal dari dirinya sendiri maupun dari pinjaman pada pihak lain, seperti pada pedagang dan lembaga keuangan baik Koperasi maupun Bank yang berada ditingkat desa atau kecamatan. Tabel 8, menunjukkan hubungan yang nyata positif pada taraf 0,01 dengan nilai probabilitas 0,003 dimana kecil dari 0,01, hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata positif antara ketersediaan modal dengan tingkat motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN. Hal ini bermakna makin tinggi modal yang dimiliki oleh petani responden maka ada kecendrungan tingkat motivasi petani akan lebih meningkat. Hubungan Kebutuhan Teknologi Dengan Tingkat Motivasi Petani Mengikuti Kegiatan P2BN Kebutuhan teknologi dalaam menerapkan suatu inovasi sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari inovasi itu sendiri. Mardikanto (1993) menyatakan dalam mengadopsi suatu inovasi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum petani menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan lainnya itu tidak selalu sama tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik maupun sosial), Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah: tahap sadar, tumbuhnya minat, penilaian baik/buruk inovasi yang telah diterima, tahap mencoba, dan tahap menerapkan. Hasil analisis (Tabel 8), terlihat bahwa kebutuhan teknologi tidak mempunyai hubungan nyata. Hasil wawancara di 55

Jurnal Agrisistem, Juni 2013, Vol. 9 No.1

lapangan diperoleh, bahwa petani akan cepat menerima suatu inovasi apabila unsur-unsur dari karakterisitik inovasi tersebut cenderung bernilai positif. Namun kalau unsur-unsur saling kontradiktif, maka inovasi tersebut akan menyulitkan petani dalam mengadopsinya. Inovasi yang mempunyai keuntungan relatif, tidak rumit, mudah dicoba dan dapat diamati belum tentu bisa diadopsi oleh petani apabila inovasi tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat tersebut. Inovasi yang mempunyai nilai dan tepat guna dalam pembangunan pertanian adalah inovasi yang memiliki karakteristik synergys.

KESIMPULAN 1. Tingkat motivasi petani dalam mengikuti kegiatan P2BN sebagian besar petani (74%) dari kelompok tani Nawaru I termasuk dalam kategori .

56

ISSN 2089-0036

tinggi, dimana motivasi petani tersebut berasal dari dalam diri petani (intrinsik) sedangkan pada kelompok Tani Nawaru II (68%) termasuk kategori sedang. 2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata perilaku petani sebelum kegiatan P2BN maupun setelah Pelaksanaan P2BN baik pada kelompok Tani Nawaru I maupun pada Kelompok Tani Nawaru II.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1997. Prodesur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Bakir dan Manning. 1984. Angkatan Kerja di Indonesia. CV. Rajawali Press. Jakarta. Mardikanto T, 2003. Redifinisi dan revitalisasi penyuluhan pembangunan. IPB Press. Bogor