FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

Download Kejadian fraktur ini bisa dialami seseorang ketika mengalami trauma langsung ... Melihat dampak yang berpengaruh pada kehidupan pasien deng...

0 downloads 309 Views 120KB Size
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PASIEN PATAH TULANG BEROBAT KE PENGOBATAN TRADISIONAL AHLI TULANG DI SUMEDANG Susi Hanifah Kurnia1, Cecep Eli Kosasih1, Ayu Prawesti P.1 1

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

ABSTRAK Penggunaan tempat pengobatan tradisional masih menjadi pilihan seseorang yang mengalami patah tulang untuk mengobati sakitnya. Namun, seringkali pemilihan tempat pengobatan tradisional ini merupakan tindakan beresiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang melatarbelakangi pasien patah tulang berobat ke pengobatan tradisional ahli tulang di Sumedang. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan sampel sebanyak 34 responden yang didapat secara accidental sampling. Peneliti menggunakan instrumen yang dibuat berdasarkan indikator yang ada pada teori health belief model. Kuesioner ini berisi 35 item pertanyaan dengan menggunakan perhitungan mean dalam analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan tiga faktor yang paling mempengaruhi seseorang memilih berobat ke pengobatan tradisional yaitu faktor motivasi untuk menyembuhkan sakitnya (64,7%), kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan rintangan (61,76%), dan pelayanan kesehatan dan kepercayaan terhadap penyedia layanan (71,88%). Ketiga faktor ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden memiliki keinginan yang tinggi untuk sembuh, yakni dengan berobat ke tempat pelayanan kesehatan. Institusi kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak pengobatan tradisional, baik itu untuk pelatihan bagi penyedia layanan maupun sebagai tempat rujukan. Kata Kunci : faktor kepercayaan, faktor motivasi, patah tulang, pengobatan tradisional ahli tulang

ABSTRACT There are people who experienced bone fracture have a choice to use the health traditional treatment. But, sometimes this choice has high risk for them. The design of this research used approximation of quantitative description, with 34 samples that used accidental sampling technique. Researcher used instrument that was made by herself, but according to the indicator in health belief model theory.This questionnaire had 35 questions using mean formula in data analysis. The output of this research show three factors that have the most influence someone to take medicine to traditional bone treatment, motivation factor (64,7%), belief can receive benefits and barriers (61,76%), and health service and Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

1

belief in the healer (71,88%). Health institution can makes a training for bone healer or that institution can be used for referral place.

Keywords : belief factor, motivation factor, bone fracture, traditional bone treatment

PENDAHULUAN

Fraktur merupakan suatu kondisi dimana kontinuitas tulang hilang, baik yang bersifat lokal maupun sebagian (Rasjad, 1998 dalam Mutaqin, 2008). Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan menjadi Fraktur tertutup (simple fracture) yaitu fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit dan fraktur terbuka (compound fracture) yaitu fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit serta jaringan lunak (Mutaqin, 2008). Kejadian fraktur ini bisa dialami seseorang ketika mengalami trauma langsung atau trauma tidak langsung. Fraktur mempunyai dampak yang mendalam pada aspek kehidupan pasien yang mengalaminya. Pasien dengan fraktur memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan mobilisasi selama masa penyembuhan frakturnya. Melihat dampak yang berpengaruh pada kehidupan pasien dengan fraktur, penanganan yang tepat sangat diperlukan. Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi (Smeltzer & Bare , 2002). Penanganan fraktur dapat didapatkan dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

2

digunakan oleh anggota masyarakat tersebut terdiri dari rumah sakit, praktek dokter, puskesmas atau pustu, petugas kesehatan, dan dukun atau pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2010). Penggunaan tempat pengobatan tradisional masih menjadi pilihan seseorang yang mengalami patah tulang untuk mengobati sakitnya. Data dari profil kesehatan Indonesia pada tahun 2007 menyebutkan bahwa pengobatan tradisional rata-rata masih 6,23% menjadi pilihan masyarakat pada waktu mereka sakit, yaitu 6,09% merupakan masyarakat perkotaan dan 6,37% adalah masyarakat pedesaan. Perilaku kesehatan masyarakat menentukan pilihan masyarakat terhadap berbagai fasilitas pelayanan kesehatan mana yang digunakan untuk mendapatkan penanganan fraktur. Perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kepercayaan masyakat terhadap kesehatan. Model kepercayaan kesehatan (The Health Belief Model) menjadi dasar dalam perilaku masyarakat ini, dengan variabel-variabel pada kerangka teorinya adalah persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility), persepsi terhadap keseriusan sakit (perceived severity) yang merupakan persepsi terhadap ancaman (perceived threat), persepsi terhadap manfaat dan rintanganrintangan (perceveid benefits and barriers), serta isyarat atau tanda-tanda pendorong (cues to action) (Lewin, 1954; Becker, 1974 dalam Glantz, 2002). Selain itu teori health belief model tersebut memperlihatkan bahwa perilaku kesehatan bergantung pada tiga jenis faktor, yaitu adanya motivasi untuk mengobati sakitnya, belief in health threat, dan kepercayaan akan mendapatkan manfaat maupun rintangan dari tindakan yang dilakukan (Kitko, Lisa., et al, 2008). Faktor-faktor ini memperlihatkan variabel-variabel yang menentukan seseorang dalam memilih tindakan yang akan didapatkan untuk mengobati Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

3

sakitnya. Faktor pelayanan kesehatan dan kepercayaan terhadap penyedia layanan mempengaruhi perilaku individu dalam health seeking. Selain itu, faktor isyarat dan tanda-tanda pendorong juga turut mempengaruhi health seeking behaviour pasien dengan fraktur (Notoatmodjo, 2010). Hasil studi pendahuluan di Sumedang, terdapat setidaknya enam pengobatan tradisional yang merupakan pengobatan ahli tulang. Namun, penyedia layanan di enam pengobatan ahli tulang tersebut mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan khusus untuk memberikan pengobatan tulang tersebut. Rata-rata penanganan yang diberikan di enam pengobatan tradisional ahli tulang tersebut sama, biasanya penyedia layanan akan membebat tulang yang patah dengan kain yang diolesi minyak tertentu. Ada pula yang "mengobati" bagian yang trauma dengan cara menarik bagian tulang. Tindakan yang dilakukan biasanya tergantung dari jenis trauma tulang yang dialami pasien. Memilih metode tradisional seperti bengkel tulang, secara medis sebenarnya masih terbilang aman, selama kasus yang ditangani masih bersifat ringan atau sederhana (Kompas, Februari 2008). Namun, seringkali masyarakat masih mempercayakan pengobatan tradisional ahli tulang, meskipun fraktur yang dialaminya bukan fraktur yang bersifat ringan atau sederhana, seperti fraktur yang mengalami perubahan bentuk atau fraktur terbuka. Hal ini menyebabkan kasus infeksi dari luka fraktur akibat ditangani di pengobatan ahli tulang terus meningkat. Selama periode 1998-2000 terdapat 56 kasus kecacatan anggota gerak dari 1.224 kasus fraktur yang berobat ke poliklinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, sedangkan pada periode 2003-2007, jumlah kasus serupa mengalami peningkatan menjadi 150 penderita. Dari 150 penderita ini, sebanyak 22 pasien mengalami infeksi, 32 pasien mengalami deformitas yang Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

4

bahkan untuk menyelamatkan jiwanya diperlukan tindakan amputasi (Kompas, Februari 2008). Berdasarkan uraian masalah seperti yang telah disebutkan, memunculkan keinginan penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi pasien dengan patah tulang memilih berobat ke pengobatan tradisional ahli tulang di Sumedang.. Pengobatan ahli tulang di Sumedang ini juga memiliki pasien yang tidak hanya berasal dari daerah sekitar Sumedang, namun juga ada pasien yang berasal dari luar kota, seperti Indramayu, Surabaya, dan Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi pasien patah tulang berobat ke pengobatan tradisional ahli tulang di Sumedang. Yaitu, untuk mengetahui gambaran faktor motivasi untuk menyembuhkan sakitnya, faktor belief in health threat, faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat maupun rintangan dari tindakan yang dilakukan, faktor pelayanan kesehatan dan keparcayaan terhadap penyedia layanan, serta faktor isyarat atau tanda-tanda pendorong (cues to action).

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi pasien dengan patah tulang berobat ke pengobatan tradisional ahli tulang. Penelitian ini mengambil tempat di enam tempat Pengobatan Tradisional Ahli Tulang di Sumedang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012. Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

5

Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien patah tulang dan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien patah tulang yang berobat di enam pengobatan tradisional ahli tulang di Sumedang, dengan rata-rata jumlah pasien adalah 33 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling, dimana pengambilan sampel diambil pada responden yang secara kebetulan ditemui penulis di tempat penelitian dan cocok dengan ketentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini (Nawawi, 2005). Adapun untuk jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang responden. Penulis menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis, dengan kriteria indikator yang diambil berdasarkan teori Health Belief Model (Becker, 1974 dalam Glantz, 2002). Instrumen sebelumnya diuji validitas dan reabilitasnya, sehingga dapat diketahui apakah instrumen tersebut memenuhi syarat untuk menjawab permasalahan penelitian atau tidak. Kuisioner tersebut diisi langsung oleh responden yang sebelumnya penulis menginformasikan cara pengisiannya terlebih dahulu pada pasien fraktur rawat inap maupun pasien rawat jalan yang berobat di pengobatan ahli tulang tersebut. Kuesioner yang diberikan pada responden diisi dan dikumpulkan pada hari yang sama dan selanjutnya data diolah. Data yang telah terkumpul dari pernyaataan pada kuesioner skala likert dianalisis dengan menggunakan rumus mean. Pengkategorian dari masing-masing responden dilakukan berdasarkan kriteria : - Faktor dikatakan mendukung jika nilai ≥ mean - Faktor dikatakan tidak mendukung jika nilai < mean

Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

6

Pada tahap akhir analisa data, penulis kemudian menghitung persentase tiap kategori dari semua responden. Hasil presentase kemudian diintrepertasikan ke dalam kata-kata atau kalimat.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Fraktur (n = 34) No 1

2

3

4

5

6

7

Karakteristik Usia 0-5 tahun 6-11 tahun 12-17 tahun 18-40 tahun 41-65 tahun > 65 tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP/SLTP SMA/SLTA PT Agama Islam Kristen Status Perkawinan Menikah Blm menikah Janda/Duda Pekerjaan Karyawan Swasta Wiraswasta Mahasiswa Pelajar Buruh Ibu Rumah Tangga Pensiunan Pengangguran Suku Bangsa Sunda Jawa

Frekuensi (f)

Presentase (%)

0 5 7 15 5 2

0 14,7 20,6 44,1 14,7 5,9

22 12

64,7 35,3

1 10 11 9 2

2,99 31,71 32,35 26,97 5,98

32 2

94,12 5,88

10 22 2

29,41 64,7 5,89

3 7 2 12 2 4 1 3

8,82 20,59 5,88 35,29 5,88 11,76 2,94 8,84

27 7

79,41 20,59

Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

7

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Faktor Motivasi untuk Menyembuhkan Sakitnya Faktor Motivasi Untuk Menyembuhkan Sakitnya Individu memiliki nilainilai, kepedulian, pandangan, dan minat mengenai kesehatan

Faktor yang Mendukung Frekuensi 22 orang

Persentase 64,7%

Faktor yang Tidak Mendukung Frekuensi Persentase 12 orang 35,3%

Faktor motivasi ini terkait dengan seberapa pentingnyakah suatu keadaan sakit bagi seseorang sehingga dia perlu untuk memilih menggunakan pelayanan kesehatan tertentu. Motivasi ini terwujud dalam nilai-nilai, minat, dan kepedulian akan kesehatan yang dimiliki seseorang (Kitko, L.,et al.,2008). Tingginya presentase

responden

yang

dipengaruhi

oleh

faktor

motivasi

untuk

menyembuhkan sakitnya memperlihatkan bahwa respon responden terhadap sakitnya tinggi, berarti responden memiliki keinginan yang tinggi untuk berobat dan keinginan responden untuk sembuh tinggi. Faktor ini juga dipengaruhi oleh data demografi. Ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur dan jenis kelamin) dan siklus hidup (status perkawinan) menunjukkan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan data demografi tersebut (Notoatmodjo, 2010), yakni dalam kaitannya untuk mengambil keputusan mengenai penggunaan pelayanan kesehatan.

Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

8

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Faktor Belief in Health Threat Faktor Belief in Health Threat · Individu meyakini bahwa ada penyakit tertentu yang cukup berbahaya · Individu menyadari bahwa mungkin akan berdampak komplikasi jika penanganan salah

Faktor yang Mendukung Frekuensi 17 orang

Persentase 50%

Faktor yang Tidak Mendukung Frekuensi Persentase 17 orang 50%

Faktor belief in health threat ini menunjukkan bagaimana individu menilai sakitnya dan bagaimana individu menilai perlu atau tidaknya menggunakan pelayanan kesehatan untuk mengobati sakitnya. Serta menunjukkan bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial (masyarakat) yang menilai, baik positif atau negatif, terhadap tindakan untuk melawan atau mengobati penyakitnya (Notoatmodjo, 2010 dan K. Glanz et al., 2008). Tingginya angka presentase responden yang dipengaruhi faktor ini memperlihatkan bahwa responden berada pada tahap dimana mereka mempercayai bahwa sakit yang mereka alami akan menimbulkan bahaya jika tidak segera diobati karena itu responden berobat ke suatu pengobatan di pelayanan kesehatan tertentu. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Faktor Kepercayaan akan Mendapatkan Manfaat dan Rintangan Faktor Kepercayaan akan Mendapatkan Manfaat dan Rintangan Individu memiliki keyakinan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan hasil yang sebanding atau sepadan

Faktor yang Mendukung Frekuensi 21 orang

Persentase 61,76%

Faktor yang Tidak Mendukung Frekuensi Persentase 13 orang 38,24%

Apabila individu merasa dirinya berada pada tahap dimana ia merasakan keseriusan pada penyakitnya, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, termasuk Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

9

tindakan memilih tempat pengobatan ahli tulang untuk mengobati fraktur yang dilaminya. Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintanganrintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan dalam tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadi, semakin besar manfaat yang dirasakan seseorang terhadap suatu tindakan tertentu maka ia akan memilih melakukan tindakan tersebut. Data demografi tersebut

memperlihatkan penggunaan pelayanan

kesehatan merupakan salah satu aspek dari gaya hidup yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Individu-individu yang berbeda pekerjaan atau tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti

dan

bereaksi

terhadap

kesehatan

mereka.

. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Faktor Pelayanan Kesehatan dan Kepercayaan terhadap Penyedia Layanan Faktor Pelayanan Kesehatan dan Kepercayaan terhadap Penyedia Layanan Kenyamanan ketika berobat ke pengobatan ahli tulang, kepuasan terhadap tindakan yang didapatkan, tindakan penyedia layanan, perlakuan penyedia layanan, dan fasilitas yang menunjang.

Faktor yang Mendukung Frekuensi

Persentase

23 orang

71,88%

Faktor yang Tidak Mendukung Frekuensi Persentase 11 orang

28,12%

Faktor ini merupakan pencerminan dari perbedaan dari bentuk-bentuk pelayanan kesehatan, terkait dengan praktek seperti apa yang digunakan, sifat dari pelayanan yang digunakan, kepuasan terhadap tindakan yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan tersebut, dan petugas kesehatan yang pertama kali kontak Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

10

dengan pasien yang melakukan pengobatan di tempat pelayanan kesehatan itu (Shaikh et al., 2007). Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa cocok untuk berobat di pengobatan tradisional ahli tulang untuk mengobati patah tulang yang dialaminya. Pencarian tempat pelayanan kesehatan pun berorientasi pada sosial-budaya masyarakat daripada hal-hal yang masih dianggap asing (Notoatmodjo, 2010). Lingkungan budaya tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam

segala

hal

(Kresno,

2003

dalam

Notoatmodjo,

2003).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Faktor Isyarat atau Tanda-Tanda Pendorong (Cues to Action) Faktor Isyarat atau Tanda-Tanda Pendorong (Cues to Action) Pengaruh media massa dan pengaruh teman/keluarga terhadap pemilihan pengobatan ahli tulang sebagai tempat berobat.

Faktor yang Mendukung Frekuensi 19 orang

Persentase 55,88%

Faktor yang Tidak Mendukung Frekuensi Persentase 15 orang 44,12%

Faktor ini merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi individu dalam memilih pelayanan kesehatan yang akan digunakan, seperti pengaruh dari media massa ataupun pengaruh keluarga/teman (Notoatmodjo, 2010 dan K. Glanz et al., 2008). Seseorang yang mengalami penyakit tertentu untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kegawatan dan keuntungan tindakan yang dilakukan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor eksternal. Misalnya, pesan-pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya. Yang pada

Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

11

akhirnya faktor eksternal ini mempengaruhi keputusan orang yang sakit ini untuk memilih

tempat

pelayanan

kesehatan

mana

yang

akan

digunakan.

. SIMPULAN Hasil penelitian didapatkan tiga faktor yang paling berpengaruh untuk responden dalam menentukan kepetusannya untuk memilih tempat pelayanan kesehatan seperti apa yang akan digunakan, yaitu faktor motivasi untuk menyembuhkan sakitnya, faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan rintangan dari tindakan yang dilakukan, serta faktor pelayanan kesehatan dan kepercayaan terhadap penyedia layanan. Ketiga faktor ini didasari oleh teori health belief model. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden memiliki keinginan yang tinggi untuk sembuh, yakni dengan berobat ke tempat pelayanan kesehatan. Untuk menentukan jenis pelayanan kesehatan seperti apa yang dipilihnya, responden juga mempertimbangkan manfaat maupun rintangan yang akan didapat dari pelayanan kesehatan tersebut. Responden juga memperhatikan bentuk pelayanan kesehatannya serta memperhatikan penyedia layanan di tempat pelayanan kesehatan tersebut. Yang pada akhirnya, responden memilih tempat pengobatan tradisional ahli tulang untuk mengobati patah tulang yang dialaminya daripada ke tempat pelayanan kesehatan formal lain seperti rumah sakit atau puskesmas.

. SARAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap tindakan keperawatan. Sehingga perawat perlu meningkatkan mutu dan Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

12

kualitas pelayanan kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan pasien yang dilatarbelakangi oleh keanekaragaman budaya. Yang pada akhirnya, petugas kesehatan dapat menetukan starategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat dengan resiko tinggi menuju perilaku sehat dan perbaikan status kesehatan masyarakat. Selain itu, petugas kesehatan dari institusi kesehatan terkait perlu memperhatikan kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan ketika ada tindakan yang salah yang dilakukan oleh penyedia layanan di tempat pengobatan tradisional tersebut untuk mengobati sakit masyarakat. Yaitu, dengan melakukan program preventif terhadap komplikasi yang mungkin terjadi. Serta institusi kesehatan terkait jugga sebaiknya bekerjasama dengan pihak pengobatan tradisional ahli tulang, baik itu dengan mengadakan pelatihan bagi penyedia layanan pengobatan tradisional, maupun dengan menjadikan institusi kesehatan tersebut sebagai tempat rujukan.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta. Departemen Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia. 2007. Data Persentase Perilaku Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat Jalan. Jakarta : Profil Kesehatan Indonesia. Glanz, K., Rimer, B. K., and Viswanath, K. 2008. Health Behavior and Health Education : Theory, Research, and Practice. San Francisco : Jossey-Bass. Kitko, L. and Hupcey, J. E. 2008. Factors that Influence Health-Seeking Behaviors of Patients Experiencing Acute Stroke. Journal of Neuroscience Nursing : 333-340. Kompas News. 2008. Korban “Bengkel Tulang Meningkat”. Available at http://kesehatan.kompas.com/read/2008/07/21/18392665/Korban..quot.Bengk el.Tulang.quot..Meningkat diakses 16 September 2011. _______ . 2008. Patah Tulang, Tak Perlu Disambung. Available at http://nasional.kompas.com/read/2008/01/24/17160290 diakses 16 September 2011.

Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

13

McKenzie, J.F., Pinger, R.R., dan Kotecki, J.E. 2007. Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar Edisi 4. Alih Bahasa Utami, A., Nurlinawati, I., Hippy, N.S. Jakarta : EGC. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Noorkasiani., Heryati., dan Ismail, R. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _______ . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _______ . 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Shaikh, B. T., Haran, D., Hatcher, J., and Azam, S. I. 2007. Studying Health Seeking Behaviours : Collecting Reliable Data, Conducting Comprehensive Analysis. Cambridge University Press : 53-68. Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Volume 3. Alih Bahasa Waluyo, A. Jakarta : EGC.

Susi Hanifah Kurnia Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang) Email : [email protected]

14