FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ANAK DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN

Download 26 Jun 2015 ... Saat ini kecenderungan untuk konsumsi makanan cepat saji di .... tanpa disadari, orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan...

0 downloads 353 Views 87KB Size
FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ANAK DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DI TK ISLAM KLAKAH LUMAJANG LUTFIANA DWI SETYARINI 1211010023 SUBJECT: Konsumsi, Makanan Cepat Saji, Anak DESCRIPTION: Saat ini kecenderungan untuk konsumsi makanan cepat saji di Indonesia semakin meningkat. Konsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan kegemukan pada usia anakanak sampai memasuki usia prasekolah. Kasus obesitas yang terjadi di Indonesia pada anak sebesar 21,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Variabel penelitian adalah faktor yang melatarbelakangi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji. Populasinya yaitu orang tua yang mempunyai anak di TK Islam Klakah Kabupaten Lumajang sebanyak 186 orang dengan sampel sebanyak 65 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Klakah Kabupaten Lumajang pada tanggal 11-18 April 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SMA yaitu sebanyak 40 responden (61,5%), hampir seluruh keluarga memiliki penghasilan > UMR (Rp 1.288.000,-) yaitu sebanyak 53 orang (81,5%), sebagian besar pengetahuan mempunyai pengetahuan cukup tentang makan cepat saji yaitu sebanyak 33 responden (50,8%) Status ekonomi keluarga merupakan faktor yang paling dominan melatarbelakangi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji. Tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan konseling dan masukan informasi pada tenaga pengajar di sekolah untuk mengajarkan anak tentang pemenuhan nutrisi yang sehat dan memasang poster tentang pola pemenuhan nutrisi pada anak dan bahaya konsumsi makanan cepat saji. Orang tua hendaknya tidak terlalu sering memberikan makanan cepat saji kepada anak, mengingat dampak dari makanan cepat saji yang dapat memperburuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

ABSTRACT Currently the tendency to get a variety of diseases caused by fast food. Fast food consumption can increase the risk of obesity in children. Obesity cases that occurred in Indonesia in children by 21.7%. The purpose of this study was to determine the factors behind child in consuming fast food. This research was a descriptive study with survey approach. The research variable was factors that affect children in consuming fast food. The population was parents who have children in TK Islam Klakah Lumajang as many as 186 people with a sample of 65 respondents. The sampling technique used simple random sampling. This study was

conducted in TK Islam Klakah Lumajang on 11 to 18 April 2015. The data was collected using a questionnaire. The results showed that most children consumed fast food as many as 40 respondents (61.5%), the majority of high school educated mother as many as 40 respondents (61.5%), almost all families had incomes> UMR (Rp 1.288.000,-) as many as 53 people (81.5%), most of respondents had sufficient knowledge about eating fast food as many as 33 respondents (50.8%) Children in TK Islam Klakah tended to prefer fast food to eat, because they did not yet know about the impact of excessive fast food consumption. Health workers are expected to provide counseling and information on teachers in schools to teach children about healthy nutrition and putting up posters about the pattern of nutrition in children and the dangers of fast food consumption. Parents should not be too often give fast food to children, because the impact of fast food that can aggravate the growth and development of children. Keywords: Consumption, fast food, children Contributor

: 1. Dian Irawati, M.Kes. 2. Dhonna Anggreni, SKM.

Date

: 26 Juni 2015

Type Material : Laporan Penelitian Edentifier

:-

Right

: Open Document

SUMMARY

:

Latar Belakang Pola pangan di dunia berubah sesuai dengan perkembangan ekonomi dan industrialisasi. Pengaruh industrialisasi membawa banyak perubahan pada pola pangan berbagai penduduk (Arisman, 2010). Saat ini kecenderungan untuk mendapatkan berbagai macam penyakit yang diakibatkan oleh makanan cepat saji seperti menjadi gemuk atau menderita kelebihan berat badan sudah dimulai dari sejak anak-anak, memasuki pubertas atau mulai usia 10 tahun ke atas, anak-anak zaman sekarang cenderung mengalami kenaikan berat badan tidak terkendali. Tentunya hal ini menjadi masalah yang harus dihadapi orang tua pada anak mereka yang memiliki kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji yang memang cenderung kini menjadi pilihan favorit makanan anak (Aditya, 2013). Promosi makanan junk food berpotensi meningkatkan konsumsi makanan tidak sehat ini bagi anak, yang secara tidak langsung meningkatkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak (Ginanjar, 2009). Berikut ini adalah beberapa jenis makanan yang ada di restoran siap saji yang dapat memicu terjadinya pembentukan kanker dan penyakit berbahaya lainnya, antara lain: kentang goreng, hot dog, donat, es krim, stick keju, burger, nugget ikan, pizza. Makanan fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol. Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari seperti risiko penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, diabetes mellitus, gangguan ortopedik (Aditya, 2013). Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa tahun 2014 di seluruh dunia terdapat sekitar 22 juta anak di bawah usia lima tahun yang kelebihan berat badan. Kasus

obesitas juga banyak terjadi di Indonesia pada anak sebesar 21,7 persen dan kasus ini meningkat sebesar 5-10 persen per tahun (Kemenkes RI, 2015). Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memiliki kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) mendapatkan hasil PSG tahun 2012, Jawa Timur sudah berhasil mencapai angka di bawah target MDGs (15,5%) dan Renstra (15,1%) yakni sebesar 12,6% (Berat Badan Kurang 10,3% dan Berat Badan Sangat Kurang 2,3%) (Dinkes Jatim, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di TK Islam Klakah Lumajang dengan wawancara pada 5 orang tua, didapatkan 3 anak (60%) mempunyai perilaku sering mengkonsumsi makanan cepat saji (seperti: kentang goreng, ayam goreng, sosis/kornet, es krim dan donat) dan 2 anak (40%) jarang mengkonsumsi makanan cepat saji. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa masih banyak anak yang memilih makan makanan cepat saji untuk dikonsumsinya setiap hari. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan, diantaranya adalah kondisi ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, pengetahuan, lingkungan dan keberadaan promosi makanan/iklan. Faktor ekonomi cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan. Meningkatnya uang yang dimiliki akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kuatitas maupun kuantitas. Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Pengetahuan akan kebutuhan nutrisi yang seimbang juga berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2010). Pada masa kanak-kanak biasanya anak mengkonsumsi makanan yang dimakan oleh keluarganya. Kualitas diet mereka bergantung pada luasnya rentang pola makan keluarga. Mudahnya ketersediaan makanan tinggi kalori, dikombinasikan dengan kecenderungan aktivitas yang kurang melibatkan gerak tubuh, menjadi faktor yang berperan dalam peningkatan prevalensi obesitas pada masa kanak-kanak (Wong, 2009). Pendidikan nutrisi dapat dan sebaiknya diintegrasikan dalam pelajaran di kelas seperti pelajaran lainnya selama masa sekolah anak di sekolah. Pedoman Piramida Makanan dan elemen-elemen makanan sehat dipelajari begitu pula dengan cara produk makanan dikembangkan, diproses, dan diolah. Guru sekolah dapat berperan aktif dalam pendidikan nutrisi bekerja sama dengan guru sekolah untuk merencanakan dan mengimplementasikan unit-unit pada pengajaran nutrisi dan bekerja sama dengan orang tua dan anak-anak untuk memberikan pedoman nutrisi (Wong, 2009). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang melatarbelakangi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji di TK islam Klakah Lumajang. Metodologi Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan survey. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua dan status ekonomi yang mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang mempunyai anak di TK Islam Klakah Kabupaten Lumajang sebanyak 186 orang dengan sampel sebanyak 65 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengambilan data dilakukan di TK Islam Klakah Kabupaten Lumajang pada tanggal 11-18 April 2015. Pengumpulan data dengan kuesioner untuk mengukur pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua dan status ekonomi yang mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji. Analisa data menggunakan analisa deskripti distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SMA yaitu sebanyak 40 responden (61,5%). Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya adalah yang penting mengenyangkan', sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Sulistyoningsih, 2011). Setengah responden berpendidikan SMA, ibu yang mempunyai pendidikan yang menengah (SMA) akan mempengaruhi pola berfikir ibu sehingga ibu dapat menentukan makanan atau nutrisi yang sesuai untuk dikonsumsi anak serta ibu dapat menentukan makanan yang harus dikonsumsi dan makanan yang dihindari. Pendidikan juga akan menentukan tingkat pengetahuan ibu tentang pemenuhan nutrisi pada anak, paling tidak kemampuan berpikir ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih luas. Hasil temuan dari penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan SMA tetapi anak mengkonsumsi makanan cepat saji, hal ini dikarenakan walaupun orang tua telah membatasi konsumsi makanan cepat saji pada anak di rumah tetapi anak masih mengkonsumsi makanan cepat saji ketika disekolah atau pada saat main tanpa sepengetahuan orang tua. Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh keluarga memiliki penghasilan > UMR (Rp 1.288.000,-) yaitu sebanyak 53 orang (81,5%). Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan monurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Frekuensi jajan di sekolah ini juga dipengaruhi oleh pemberian uang saku. Uang saku yang diterima anak setiap harinya digunakan untuk jajan di sekolah, sebagaimana hasil penelitian menunjuk-kan 64,8% responden menggunakan ≥ 50% uang sakunya untuk jajan. Sebagian besar anak pra sekolah menerima uang saku setiap harinya Rp 1000,00 sampai Rp 2000,00 (Suci, 2009). Pemberian uang saku terhadap anak juga bisa menjadi pemicu mereka untuk membeli makanan cepat saji, karena semakin besar uang saku yang mereka peroleh maka semakin besar kemungkinan mereka untuk membeli atau mengonsumsi makanan cepat saji, karena harga makanan cepat saji dipasaran cenderung tinggi. Sebenarnya tanpa disadari, orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan seorang siswa dalam mengkonsumsi makanan cepat saji tersebut, dengan jalan memberikan uang saku dan membiarkan anaknya jajan Akibatnya anak menjadi lebih sering dan terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji (Nuraini, 2005). Keluaga yang berpenghasilan tinggi atau lebih dari upah minimum regional ratarata anak mengkonsumsi makanan cepat saji, hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki penghasilan yang lebih banyak cenderung memberikan uang saku kepada anak, dari uang saku inilah yang menyebabkan anak membeli makanan cepat saji yang dijual dipinggir sekolah. Namun ada juga orang tua yang sengaja memberikan makanan seperti burger, fried chiken, martabak, terang bulan, mie instan kepada anak dengan alasan agar tubuh anak menjadi gemuk dan ingin menyenangkan anak dengan menuruti apapun yang anak inginkan. Dengan penghasilan yang lebih, maka daya beli pangan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada keluarga lebih terjamin. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan mempunyai pengetahuan cukup tentang makan cepat saji yaitu sebanyak 33 responden (50,8%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Apabila penerimaan perilaku baru atau adobsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, sikap yang positif, maka perilaku tersebut bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Suci, 2009). Setengah ibu mempunyai pengetahuan cukup tentang makanan cepat saji, hal ini dikarenakan pendidikan ibu yang rata-rata berpendidikan menengah (SMA) yang tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi pengetahuan ibu tentang makanan cepat saji. Ibu yang mempunyai pendidikan yang menengah akan mempengaruhi pola berfikir, ibu dapat lebih mudah memahami dan menentukan mana yang benar dan mana informasi yang salah. Tetapi masih ada responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang makanan cepat saji, hal ini dikarenakan ibu yang masih berpendidikan dasar, sehingga akan mempengaruhi pola pikir dalam menerima informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan untuk menambah pengetahuan khususnya tentang makanan cepat saji dan menyebabkan ibu kurang mengerti tentang dampak makanan cepat saji pada anak. Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi anak dalam mengkonsumsi makanan cepat saji adalah: sebagian besar ibu berpendidikan SMA yaitu sebanyak 40 responden (61,5%), hampir seluruh keluarga memiliki penghasilan > UMR (Rp 1.288.000,-) yaitu sebanyak 53 orang (81,5%) dan sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan cukup tentang makan cepat saji yaitu sebanyak 33 responden (50,8%). Rekomendasi Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang dampak konsumsi makanan cepat saji pada anak dari segi kesehatan dan perkembangan anak. Hendaknya institusi pendidikan dapat menambah sumber kepustakaan, literatur kebidanan dan bacaan khususnya tentang makanan cepat saji dan kebutuhan nutrisi pada anak. Orang Tua hendaknya tidak memberikan makanan cepat saji kepada anak, mengingat dampak dari makanan cepat saji yang dapat memperburuk pertumbuhan dan perkembangan anak serta dapat mencari/menambah informasi tentang bagaimana kebutuhan nutrisi pada anak yang baik agar ibu dapat termotivasi untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang guna memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak. Hendaknya petugas kesehatan atau bidan dapat memberikan konseling atau health education dengan memasang poster tentang pola pemenuhan nutrisi pada anak dan bahaya konsumsi makanan cepat saji serta memberi fasilitas kepada ibu dan anak dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan kesehatan anak dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart. Alamat Correspondensi : - Alamat : Jl. Raya Klakah Desa Mlawang Kec. Klakah Kab. Lumajang - Email : [email protected] - No. HP : 085850744413