FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSKD IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2011-2012
RISK FACTORS OF PREECLAMPSIA INCIDENT IN SITI FATIMAH MOTHERS AND CHILDREN’S REGIONAL SPECIFIC HOSPITAL (RSH) MAKASSAR CITY YEARS 2011-2012
Wahyuny Langelo1, A. Arsunan Arsin2, Syamsiar Russeng3 1 2
Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 3 Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alamat Korespondensi: Wahyuny Langelo BSN Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, HP: 085256691100 Email:
[email protected]
Abstrak Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi dalam kehamilan yang disertai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian retrospektif dengan rancangan case control study. Besar sampel sebanyak 68 ibu yang menderita preeklampsia dan 78 ibu yang tidak menderita preeklampsia yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Odds ratio (OR) dan regresi logistik dengan menggunakan program komputer SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu (p= 0,000 OR 3,734 95% CI: 1,878-7,423); paritas (p= 0,000 OR 3,425 95% CI: 1,731-6,774), pemeriksaan kehamilan (ANC) (p= 0,003 OR 2,729 95% CI: 1,395-5,339) berisiko secara bermakna sedangkan faktor Obesitas (p= 0,417 OR 2,375 95% CI: 0,421-13,392) dan olahraga (p= 0,705 OR 1,563 95% CI: 0,337-7,242) tidak bermakna. Umur adalah determinan yang paling berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia (OR = 2,492). Penelitian ini menyarankan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilannya secara teratur dan rutin untuk meminimalkan risiko kejadian preeklampsia dan kepada petugas kesehatan agar melaksanakan pelayanan antenatal secara maksimal sesuai standard.
Kata Kunci : preeklampsia, faktor risiko
Abstract Preeclampsia is a hypertensive disorder in pregnancy is accompanied by hypertension, proteinuria, and edema. The research aim at elaborating the risk factors on the preeclampsia incident in Siti Fatimah Mothers and Children’s Regional Specific Hospital Makassar City. This was a retrospective study with case control study design. The samples were 68 mothers who suffered from preeclampsia and 78 mothers who did not suffered from preeclampsia. The samples were taken by using a purposive sampling technique. The data were analyzed by using the test of Odds ratio (OR) statistics and the logistic regression by using the computer program of SPSS. The results of the research indicates that the mothers’ age (p= 0,000 OR 3,734 95% CI: 1,878-7,423), parity (p= 0,000 OR 3,425 95% CI: 1,7316,774), antenatal care (ANC) (p= 0,003 OR 2,729 95% CI: 1,395-5,339) have the significant risk, whereas the factors of obesity (p= 0,417 OR 2,475 95% CI: 0,421-13,392) and exercise (p = 0.705 OR 1,563 95% CI: 0.337 to 7,242) have the insignificant risk. The age is the most influential determinant on the preeclampsia incident (OR = 2,492). This study suggests pregnant women on regular and routine pregnancy checks to minimize the risk incidence of preeclampsia and to health workers to implement the most appropriate antenatal care standard. Keywords : preeclampsia, risk factors.
PENDAHULUAN Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas (Amiruddin, 2007). Badan Kesehatan dunia atau (WHO,2004) merperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun diperkirakan karena perdarahan (25%), penyebab tidak langsung (20%), infeksi (15%), aborsi yang tidak aman (13%), preeklampsia/eklampsia (12%), persalinan yang kurang baik (8%) dan penyebab langsung lainnya (8%). Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. (Sudhaberta, 2001).Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Penyebab terjadinya preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia (multiple causation). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2007). Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab kedua setelah perdarahan sebagai penyebab langsung yang spesifik terhadap kematian maternal (Kelly, 2007). Pada sisi lain insiden dari eklampsia pada negara berkembang sekitar 1 kasus per 100 kehamilan sampai 1 kasus per 1700 kehamilan. Pada negara Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir, Tanzania dam Etiopia bervariasi sekitar 1.8% sampai dengan 7.1%. Di Nigeria prevalensinya sekitar 2% sampai dengan 16.7% (Osungbade, 2011). Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, Medan pada tanggal 1 Maret 2001-31 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat (Wati, 2009). Berdasarkan data di RSUD Kota Semarang angka kejadian ibu hamil dengan Pre-Eklampsia sebesar 14 orang (24,6%) dari total kehamilan sebanyak 569 orang selama periode Desember 2009- Februari 2010. Perkiraan jumlah kematian Ibu menurut penyebabnya di Indonesia tahun 2010 adalah perdarahan sebanyak 3.114
(27%), pre-eklampsia dan eklampsia sebanyak 2.653 (23%) dan infeksi sebanyak 1.268 (11%) (Hernawati, 2011). Untuk memenuhi target MDG’s mengenai penurunan Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 maka diperlukan kerja keras sehingga perlu adanya antisipasi terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian preeklampsia pada ibu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko umur, paritas, pemeriksaan kehamilan (ANC), obesitas dan olahraga terhadap kejadian preeklampsia di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011- 2012. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian retrospektif dengan rancangan kasus kontrol (case control study). Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Kota Makassar yang tercatat di rekam medik. Sampel sebanyak 146 orang, dimana jumlah kasus adalah 68 sampel dan kontrol adalah 78 sampel yang dipilih secara random sampling melalui teknik purposive sampling, yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu melahirkan dengan diagnosa preeklampsia yang tercatat di rekam medik di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah , ibu yang masih hidup, berdomisili di wilayah Makassar dan bersedia mengikuti penelitian ini. Kasus adalah semua ibu melahirkan dengan diagnosa preeklampsia berdasarkan hasil pemeriksaan dokter/bidan dan kontrol adalah ibu yang tidak terdiagnosa preeklampsia berdasarkan hasil pemeriksaan dokter/bidan. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia berdasarkan daftar variabel penelitian yang telah disusun. Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah dimana data yang dibutuhkan berasal dari buku partus dan buku status pada bagian rekam medik.
Analisis Data Data diolah dengan menggunakan SPSS for windows 16.0. Dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui besar risiko terhadap kejadian preeklampsia dengan menggunakan analisis Odds Ratio (OR). Analisis multivariat untuk mengetahui faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia dengan menggunakan uji Regresi Logistik. HASIL Karakteristik Responden Tabel 1 menunjukkan karakteristik ibu melahirkan yang menjadi sampel pada penelitian ini. Berdasarkan distribusi umur yang paling banyak terdapat pada ibu dengan umur 20–35 tahun yaitu sebanyak 49,3% dan paling sedikit adalah ibu dengan umur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 24,7%. Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan ibu pada kelompok kasus paling banyak terdapat pada ibu dengan tingkat pendidikan SD yaitu 39,7% dan paling sedikit pada ibu dengan tingkat pendidikan Diploma yaitu 1,5%. Sedangkan pada ibu pada kelompok kontrol paling banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 39,7% dan paling sedikit pada ibu dengan tingkat pendidikan Diploma yaitu 6,4%. Distribusi berdasarkan pekerjaan ibu pada kelompok kasus paling banyak terdapat pada ibu yang tidak bekerja yaitu 92,6% dan paling sedikit pada ibu yang memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 2,9%. Sedangkan pada ibu pada kelompok kontrol paling banyak pada ibu yang tidak bekerja yaitu 80,8% dan paling sedikit pada ibu yang memiliki pekerjaan sebagai PNS yaitu 4,1%. Analisis Bivariat Pada tabel 2 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki umur pada kategori risiko tinggi lebih banyak terjadi pada kelompok kasus (67,6%) dibandingkan pada kelompok kontrol (35,9%), nilai OR 3,73 (1,87-7,42) dengan p value 0,00 (p<0,05). Secara statistik, terdapat hubungan antara umur dengan kejadian preeklampsia. Responden yang mempunyai paritas dalam kategori risiko tinggi lebih banyak terjadi pada kelompok kasus (61,8%) dibandingkan pada kelompok kontrol (32,1%),
nilai OR 3,42 (1,73-6,77) dengan p value 0,00 (p<0,05). Secara statistik, tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian preeklampsia. Responden yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) pada kategori risiko tinggi lebih banyak pada kelompok kasus (61,8%) dibandingkan pada kelompok kontrol (37,2%), dengan nilai OR 2,72 (1,39-5,33) dengan nilai p value 0,03 (p<0,05). Secara statistik,
terdapat hubungan antara
pemeriksaan
kehamilan dengan
kejadian
preeklampsia. Responden yang mengalami obesitas dalam kategori berisiko tinggi lebih banyak pada kelompok kasus (5,9%) dibandingkan pada kelompok kontrol (2,6%), nilai OR 2,37 (0,42-13,39) dengan nilai p value 0,417 (p>0,05). Secara statistik, tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian preeklampsia. Responden yang melakukan olahraga pada saat hamil dalam kategori risiko tinggi pada kelompok kasus (5,9%) dibandingkan pada kelompok kontrol (3,8%), nilai OR 1,56 (0,33-7,24) dengan nilai p value 0,705 (p>0,05). Secara statistik, tidak terdapat hubungan antara olahraga dengan kejadian preeklampsia. Analisis Multivariat Pada tabel 3 menunjukkan variabel yang diikutkan dalam analisis multivariate yaitu umur, paritas dan pemeriksaan kehamilan (ANC). Setelah dilakukan analisis hanya variabel umur yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR 2,49 dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% (1,12-5,53). PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang signifikan mempengaruhi kejadian preeklampsia yaitu umur, paritas dan pemeriksaan kehamilan (ANC). Pendidikan bagi kaum wanita sangatlah penting terlebih bagi ibu hamil. Dengan pendidikan yang baik maka sangat membantu ibu hamil dalam mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya dan janinnya sehingga kehamilan akan lebih aman. Sikap dan tingkah laku dapat berubah seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dimana ini merupakan salah satu indikator sosial dalam suatu masyarakat. Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
memiliki risiko tinggi terhadap kejadian
preeklampsia. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji odds ratio diperoleh nilai OR 3,73 dengan tingkat kepercayaan (95%) yaitu 1,87-7,42. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,00 (0,00 <0,05), maka secara statistik dikatakan bermakna sehingga penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu pada waktu hamil sangat mempengaruhi kehamilannya dalam hal ini pengetahuannya mengenai tanda-tanda dan gejala terjadinya preeklampsia tidak diketahui dengan cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Rozanna (2009) menunjukkan bahwa ibu yang berusia ≥35 tahun merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR 2.75. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Utama (2008) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu melahirkan dengan kejadian preeklampsia. Risiko kejadian preeklampsia ibu melahirkan dengan umur <20 tahun dan >35 tahun adalah 3,67 kali lebih besar. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji odds ratio diperoleh nilai OR 3,42 dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% yaitu 1,73-6,77. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,00 (0,00< 0,05), maka secara statistik dikatakan bermakna sehingga penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dimungkinkan bahwa ibu yang memiliki jumlah anak yang banyak disebabkan oleh faktor kehamilan yang tidak diinginkan dikarenakan ketidakpatuhan terhadap program KB seperti lupa meminum pil KB, lupa melakukan suntik. Pengetahuan yang kurang akan jarak kehamilan membuat para ibu tidak menyadari akan bahaya bagi kehamilan dan janinnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR 2.67. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Rozikhan (2007)
menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risko terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR 4,751 dengan nilai p (0,031). Pemeriksaan kehamilan adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan mulai pertama masa kehamilan sampai saat proses persalinan pemeriksaan ini dilakukan untuk mengawasi dan memonitor kesehatan ibu dan bayi sehingga semuanya berjalan lancar seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai OR 2,72 dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% yaitu 1.39-5,33 Karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,03 (0,03 < 0,05), maka secara statistik dikatakan bermakna sehingga penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemeriksaan kehamilan dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dimungkinkan karena Ibu yang menderita preeklampsia juga sebagian besar tidak memiliki pekerjaan dalam hal ini sebagai ibu rumah tangga. Peran ganda yang dimiliki oleh seorang ibu rumah tangga membuat seorang ibu tidak memiliki waktu dan merasa capek untuk melakukan pemeriksaan yang rutin terlebih bagi ibu yang memiliki jumlah anak yang >2. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozanna (2009) menunjukkan bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR 2.66. Obesitas memiliki banyak dampak buruk bagi kesehatan dan risikonya akan menjadi dua kali lipat jika obesitas terjadi pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan American College of Obstetrics and Gynecology, obesitas selama kehamilan dapat membahayakan untuk sang ibu dan bayi. Ibu hamil yang obesitas akan mudah terkena komplikasi, termasuk kejadian preeklampsia. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai OR 2,37 dengan tingkat kepercayaan (CI) 95% yaitu 0,42-13,39. Karena nilai lower limit dan upper limit mencakup nilai 1 dengan tingkat kepercayaan 95% dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,417 (0,417 > 0,05), maka secara statistik dikatakan tidak bermakna sehingga pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara olahraga dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga mereka tidak mampu untuk membeli makanan yang memiliki konsumsi gizi yang berlebihan.
Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Merviel (2008), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR = 2,50. Penelitian yang berbeda juga dilakukan oleh Bodnar (2005) bahwa ibu hamil yang memiliki IMT >30 memiliki risiko tiga kali lebih besar (OR =2.9 [CI 95%:1.6, 5.3]) dibandingkan mereka yang memiliki IMT normal. Wanita yang memiliki IMT 17 dan memiliki 57% penurunan terhadap risiko kejadian preeklampsia dan wanita yang memiliki IMT 19 dihubungkan dengan 33% penurunan terhadap risiko kejadian preeklampsia. Olahraga merupakan cara yang baik untuk memelihara stamina tubuh dan menjaga agar tubuh tetap sehat terlebih bagi ibu hamil karena sangat membantu dalam menguatkan jantung sang ibu dan juga bayi yang dikandungnya. Penelitian terbaru menyatakan bahwa ibu yang melakukan olahraga yang berlebihan pada awal kehamilannya akan berisiko terhadap kejadian preeklampsia. Aktivitas fisik intens akan menginduksi stres oksidatif pada ibu dan ini pada akhirnya akan memberikan kontribusi untuk pengembangan terjadinya preeklampsia. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai OR 1,56 dengan tingkan kepercayaan (CI) 95% 0,33-7,24. Karena nilai lower limit dan upper limit mencakup nilai 1 dengan tingkat kepercayaan 95% dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,705 (0,705 > 0,05), maka secara statistik dikatakan tidak bermakna sehingga pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian preeklampsia. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh Audrey (2004) menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan aktifitas fisik pada waktu luang secara teratur tanpa melihat banyaknya kalori yang dikeluarakan, tidak bekerja dan memiliki pekerjaan yang tidak duduk secara terus menerus menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kejadian preeklampsia dengan nilai OR 0,71. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Penelitian yang dilakukan oleh Østerdal (2008) menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan olahraga sebanyak 270 menit / minggu - 419 menit / minggu memiliki nilai OR 1.65 dan wanita dengan tingkat aktifitas fisik sebanyak 420 menit per minggu atau lebih memiliki nilai OR sebesar 1.78 memilki peningkatan risiko pre-eklampsia.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa umur, paritas dan peemriksaan kehamilan (ANC) merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia sedangkan obesitas dan olahraga bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia. Pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara rutin dan tidak terbatas pada 4 kali pemeriksaan kehamilan sampai melahirkan. Pemeriksaan kehamilan yang teratur pada petugas kesehatan yang terlatih dan pada fasilitas kesehatan yang baik dapat mendeteksi secara sedini tanda-tanda dan gejala serta faktor risiko gangguan kehamilan dan persalinan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi komplikasi sedini mungkin.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Variabel Umur < 20 21 – 35 > 40 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma Strata Pekerjaan PNS Swasta Tidak Bekerja
Kasus
Kontrol
Jumlah
n
%
n
%
n
%
21 22 25
30,90 32,40 36,80
17 50 11
21,80 64,10 14,10
38 72 36
26,0 49,30 24,70
27 14 23 1 3
39,70 20,60 33,80 01,50 04,40
30 6 31 5 6
38,50 7,70 39,70 6,40 7,70
57 20 54 6 9
39,0 13,70 37,0 4,10 6,20
2 3 63
2,90 4,40 92,60
4 11 63
5,10 14,10 80,8
6 14 126
4,10 9,60 86,30
Tabel 2. Besar Risiko Kejadian Preeklampsia di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Kejadian Preeklampsia Variabel Kasus Kontrol OR 95% CI n % n % Umur Risiko Tinggi 46 67,60 28 35,90 3,73 1,87-7,42 Risiko Rendah 22 32,40 50 64,10 Paritas Risiko Tinggi 42 61,80 25 32,10 3,42 1,73-6,77 Risiko Rendah 26 38,20 53 67,90 Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Risiko Tinggi 42 61,80 29 37,20 2,72 1,39-5,33 Risiko Rendah 26 38,20 49 62,80 Obesitas Risiko Tinggi 4 5,90 2 2,60 2,37 0,42-13,39 Risiko Rendah 64 94,10 76 97,40 Olahraga Risiko Tinggi 4 5,90 3 3,80 1,56 0,33-7,24 Risiko Rendah 64 94,10 75 92,60
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik yang Paling Berpengaruh Terhadap Kejadian Preeklampsia di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah 95% CI Variabel B S.E Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Umur 0,913 0,389 5,033 1 0,025 2,492 1,122 5,533 Paritas 0,766 0,337 3,472 1 0,062 2,151 0,961 4,813 ANC 0,216 0,539 0,254 1 0,614 1,241 0,536 2,877 Constant -2,715 0,389 14,883 1 0,000 0,066 y = 1,802 P = 0,858
p
0,000
0,000
0,003
0,417
0,705
DAFTAR PUSTAKA Audrey F. S., Nyla L., Wenquan W., Robert W., and Michael B., B. (2004). Work, Leisure-Time Physical Activity, and Risk of Preeclampsia and Gestational Hypertension. American Journal of Epidemiology 55(6): 14-18 Amiruddin, R., Kandi, E.P., Ayani, W., Chaerunnisa,A., Ambas, W.A., Afifah, A. (2007). Current Issue Pre Eklampsie Dan Eklamsi Di Indonesia; Bagian Epidemiologi FKM UNHAS Makassar, (Online) diunduh 25 Januari 2012. Available from URL: HYPERLINK http://www.scribd.com/doc/90168316/Current-Baru-Preeklamsi Bodnar L.,M., Ness R.,B., Markovic N, Roberts J.,M.(2005). The risk of preeclampsia rises with increasing prepregnancy body mass index. Journal Annual of Epidemiology 15(7):475-82. Hernawati, I. (2011). Analisis Kematian Ibu Di Indonesia Tahun 2010 Berdasarkan Data SDKI, Riskesdas Dan Laporan Rutin KIA, (Online) diunduh 28 Januari 2012. Available from URL: HYPERLINK http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/08 Kelly O., Kim. T., Tell. K., Langer. A. (2007).. Balancing The Scales (Expanding Treatment for Pregnant Women With Life-Threatening Hypertensive Conditions in Developing Countries. Engerderhealth. (30): 5-8 Merviel, P., Touzart, L., Deslandes, V., Delmas, M., Coicaud, M., & Gondry, J. (2008). Risk factors of preeclampsia in single pregnancy, Journal Gynecology Obstetric Biology 37(5):477-82. Østerdal, M.L., Strøm, M., Klemmensen, Å.K., et al. (2008). Does leisure time physical activity in early pregnancy protect against pre-eclampsia? Prospective cohort in Danish women, British Journal of Obstetrics and Gynaecology 10(6.)14-17 Osungbade K., O. & Ige O., K. (2011). Public Health Perspectives of Preeclampsia in Developing Countries: Implication for Health System Strengthening. International Journal of Pregnancy, 20(10):1-3 Rozanna. F., R., Dawson, A., Lohsoonthorn, V., & Williams, M.A. (2009). Risk Factors of Early and Late Onset Preeclampsia among Thai Women, Journal Medical Assocciation, 3(5): 477486 Rozikhan. (2007). Faktor–faktor risiko terjadinya preeklampsia berat di Rumah Sakit dr. H. Soewondo Kendal, Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro Semarang 10(3):4-5 Sudhaberta, K. (2001). Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. (Online) diunduh 28 Januari 2012. (Online) diunduh 28 Januari 2012. Available from URL: HYPERLINK www.kalbe.co.id/files/cdk/.../cdk_133_obstetri_dan_ginekologi. Trijatmo Rachimhadhi.(2007), Preeklamsia dan Eklamsia,Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Utama, Y.S. (2008). Faktor Risiko Yang Rerhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil Di RSD Raden Mataher Jambi, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 8(2):2-4 Wati, Risthiana, D. (2009). Hubungan Antara Preeklampsia Berat dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD Ponogoro per 1 Januari 2008-31 Desember 2008, (Tesis). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
World Health Organization. (2004). Beyond the numbers : reviewing maternal deaths and complications to make pregnancy safer . Geneva: World Health Organization