FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT

Download ekonomi, dukungan suami/keluarga, riwayat preeklampsia/eklampsia, penyakit diabetes, kehamilan ganda, umur, ... faktor risiko kejadian pree...

0 downloads 544 Views 389KB Size
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU RISK FACTORS OF PREECLAMPSIA IN ANUTAPURA GENERAL HOSPITAL IN PALU Sri Yanti Kusika 1, Masni2,Muhammad Syafar³

1

2

Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Bagian Biostatistika, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin 3 Bagian PKIP, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi : Sri Yanti Kusika Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jl. Thalua Konchi No. 19 Mamboro, Palu Utara HP: 085228071706 Email : [email protected]

0

Abstrak Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan dan merupakan salah satu penyebab utama dari kesakitan dan kematian ibu hamil di Indonesia, munculnya preeklamsia disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko dari faktor pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, dukungan suami/keluarga, riwayat preeklampsia/eklampsia, penyakit diabetes, kehamilan ganda, umur, paritas dan pemanfaatan pelayanan ANC terhadap kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu. Penelitian ini adalah penelitian observasional yang menggunakan rancangan case control study dengan jumlah sampel 294 orang yang terdiri dari 147 kasus dan 147 kontrol. Data dianalisis secara bivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR) dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda. Hasil uji Odds Ratio menunjukkan pendidikan (OR=2,52 ; p=0,000), sosial ekonomi (OR=2,68 ; p=0,000), riwayat preeklampsia/eklampsia (OR=5,84 ; p=0,000), umur (OR=2,72 ; p=0,001) dan paritas (OR=2,87 ; p=0,046) merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia. Pekerjaan (OR=1,41 ; p=0,028), dukungan suami/keluarga (OR=1,54 ; p=0,460), penyakit diabetes (OR=2,01 ; p=1,000) dan kehamilan ganda (OR=1,00 ; p=0,000) bukan merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia dan pemanfaatan pelayanan ANC (OR=0,57 ; p=0,000) merupakan faktor proteksi terhadap kejadian preeklampsia. Pada uji regresi logistik berganda menunjukkan variabel yang konsisten merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia yaitu pendidikan (OR=2,11 ; p=0,028), sosial ekonomi (OR=2,31 ; p=0,005) dan riwayat preeklampsia/eklampsia (OR=7,04 ; p=0,000). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan, sosial ekonomi dan riwayat preeklampsia/eklampsia merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia. Faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kejadian preeklampsia adalah riwayat preeklampsia/eklampsia. Sebagai saran perlu motivasi pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dengan standar pelayanan yang lengkap sehingga komplikasi kehamilan, persalinan yang diakibatkan khususnya oleh preeklampsia dapat tertangani dengan cepat. Kata kunci : pendidikan, sosial ekonomi, preeklampsia/eklampsia, ANC.

Abstract Preeclampsia is a complication of pregnancy and is one of the major causes of morbidity and maternal mortality in Indonesia, the emergence of preeclampsia is caused by several factors that are very complex. The aim of the research is to observe the rate of risk factor of education, occupation, sosio-economic, husband/family support, preeclampsia/eclampsia history, diabetic disease, double pregnancy, age, parity and utility of ANC service on the preeclampsia cases in Anutapura Hospital Palu. This research is an observational research with case control study design. Samples of the research were 294 persons, which includes 147 cases and 147 controls. Data were analyzed with odds ratio for bivariate analysis. Multiple logistic regression test for multivariate analysis. The result of odds ratio indicated that education (OR=2,52 ; p=0,000), socio-economic (OR=2,68 ; p=0,000), preeclampsia/eclampsia history (OR=5,84 ; p=0,000), age (OR=2,72 ; p=0,001) and parity (OR=2,87 ; p=0,046) is a risk factor of preeclampsia. Occupation (OR=1,41 ; p=0,028), husband/family support (OR=1,54 ; p=0,460) diabetic desease (OR=2,01 ; p=1,000) and double pregnancy (OR=1,00 ; p=0,000) is a not risk factor of preeclampsia and the utility of ANC service (OR=0,57 ; p=0,000) is preeclampsia protection factor. The analysis with multiple logistic regression test consistently a risk factor of preeclampsia is education (OR=2,11 ; p=0,028), socio-economic (OR=2,31 ; p=0,005) and preeclampsia/eclampsia history (OR=7,04 ; p=0,000). It can be concluded that the education, socio-economic, the history of preeclampsia/eclampsia is a significant risk factor of preeclampsia. Factor with big contribution of preeclampsia is the history of preeclampsia/ eclampsia. For advice on the need to motivate pregnant women to conduct regular prenatal examination with a complete set of service standards so that complications of pregnancy, childbirth, especially caused by preeclampsia can be handled quickly. Keyword : education, socio-economic, preeclampsia/eclampsia, ANC.

1

PENDAHULUAN Preeklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi), ditemukannya protein dan albumin dalam urine dan edema (pembengkakan) di tangan, kaki dan wajah. Preeklampsia dapat terjadi pada sekitar 3% sampai 5% dari kehamilan dan merupakan salah satu penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas ibu hamil (Senden., 2011). Munculnya preeklamsia, menurut (Dachlan., 2008), disebabkan oleh multifaktor. Karakteristik demografi penduduk diduga berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiondo et al., 2012) di Rumah Sakit Mulago, Kampala Uganda menemukan bahwa ibu dengan pendidikan rendah berisiko 1,67 kali mengalami kejadian preeklampsia pada kehamilan. Sebuah penelitian kasus kontrol yang dilakukan (Manandhar et al., 2013) di Kathmandu Velley menemukan bahwa ibu yang berprofesi sebagai pekerja kasar/buruh (manual worker) berisiko 13,4 kali mengalami preeklampsia pada kehamilan. Status sosial ekonomi juga berisiko terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil, penelitian oleh (Moselhy et al., 2011) di Mesir, bahwa status sosial ekonomi yang kurang berisiko 2,16 kali terhadap kejadian preeklampsia. Disamping karakteristik demografi diatas, dukungan suami selama kehamilan ibu juga sangat dibutuhkan, meliputi kehadiran suami pada setiap kunjungan Ante Natal Care (ANC) yang secara tidak langsung mendukung kelancaran proses kehamilan dan persalinan dari ibu tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh (Mullany et al., 2007) di Nepal menemukan bahwa kehadiran suami pada setiap kunjungan ANC selama kehamilan memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan ibu. Status kesehatan ibu merupakan faktor penyebab langsung terjadinya preeklampsia, penelitian oleh (Guerrier et al., 2013) menemukan bahwa ibu dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya berisiko 21 kali mengalami preeklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh (Ganesh et al., 2010) juga menyebutkan bahwa ibu dengan riwayat penyakit diabetes berisiko 11 kali mengalami kejadian preeklampsia pada kehamilan. McCarthy and Maine (1992) dalam (Garg et al., 2006) mengemukakan bahwa proses yang paling dekat terhadap kejadian komplikasi kehamilan secara langsung dipengaruhi oleh status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan/penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga. Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura adalah salah satu Rumah Sakit Rujukan Pemerintah yang ada di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah yang menyediakan pelayanan 2

kesehatan umum bagi masyarakat, juga pelayanan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RSU Anutapura Palu, bahwa angka kejadian preeklampsia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 angka kejadian preeklampsia adalah 4,5%, tahun 2012 meningkat menjadi 9,2%, sedangkan pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan menjadi 12,4%. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan kasus kejadian preeklampsia setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko pendidikan, pekerjaan, status sosial ekonomi, dukungan suami/keluarga, riwayat preeklampsia/eklampsia, penyakit diabetes, kehamilan ganda, umur, paritas dan pemanfaatan pelayanan ANC terhadap kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain studi kasus kontrol (case control study). Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua ibu bersalin yang dilayani dan terdaftar di RSU Anutapura Palu periode Januari 2013 sampai Desember 2013. Penarikan sampel kasus dan kontrol dipilih secara random dengan metode systematic random sampling dari total seluruh kasus ibu bersalin dengan preeklampsia dan ibu bersalin tidak dengan preeklampsia yang tercatat di rekam medik RSU Anutapura Palu pada tahun 2013. Jumlah keseluruhan sampel kasus adalah 147 responden dan sampel kontrol adalah 147 responden . Pengumpulan Data Adapun sumber data penelitian yaitu data primer yang merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung melalui wawancara pada responden menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui status yang ada direkam medik RSU Anutapura Palu. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bertujuan melihat gambaran distribusi frekwensi dengan prosentase tunggal untuk masing-masing variabel penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Analisis bivariat, dilakukan untuk melihat besar risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Mengingat rancangan penelitian ini adalah studi kasus kontrol, maka analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan perhitungan Odds Ratio yang dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang antara variabel 3

dependen dan independent. Kemudian analisis multivariat, dilakukan untuk melihat risiko dan besarnya risiko variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik berganda HASIL Analisis Univariat Tabel 1 menunjukkan distribusi responden umur < 20 tahun, 25-29 tahun dan ≥ 40 tahun memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan antara kelompok kasus dan kontrol,

dimana kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan kelompok umur lainnya menunjukkan perbandingan yang hampir sama antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Tabel 2 menunjukkan distribusi responden dengan tingkat pendidikan terakhir tidak tamat SD, tamat SD dan SMP memperlihatkan kelompok kasus lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan akademi/PT memperlihatkan kelompok kontrol lebih tinggi dibanding kelompok kasus. Tabel 3 menunjukkan distribusi responden yang bekerja sebagai URT memperlihatkan kelompok kasus lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Sedangkan responden yang bekerja sebagai PNS, pegawai swasta dan wiraswasta memperlihatkan kelompok kontrol lebih tinggi dari kelompok kasus. Analisis Bivariat Tabel 4 menunjukkan hasil analisis faktor risiko kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu. Risiko ibu dengan pendidikan yang kurang lebih tinggi pada kelompok kasus yaitu 42,2% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 22,4%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 2,52. Hal ini berarti ibu yang berpendidikan kurang mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan cukup. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 1,5-4,2. Risiko ibu dengan pekerjaan berat pada kelompok kasus yaitu sebesar 12,9% dan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 9,5%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 1,41. Hal ini berarti ibu dengan pekerjaan berat mempunyai risiko mengalami preeklampsia 1,4 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan pekerjaan ringan. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 0,7-2,9. Risiko ibu dengan status sosial ekonomi yang kurang lebih tinggi pada kelompok kasus yaitu 55,8% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 32,0%. Berdasarkan hasil 4

analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 2,68. Hal ini berarti ibu dengan status sosial ekonomi yang kurang mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,6 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status sosial ekonomi yang cukup. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 1,7-4,3. Risiko ibu dengan dukungan suami/keluarga yang kurang pada kelompok kasus yaitu sebesar 29,3% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 21,1%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 1,54. Hal ini berarti ibu dengan dukungan suami/keluarga yang kurang mempunyai risiko mengalami preeklampsia 1,5 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan dukungan suami/keluarga yang cukup. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 0,9-2,6. Risiko ibu dengan riwayat preeklampsia/eklampsia lebih tinggi pada kelompok kasus yaitu 25,2% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 5,4%. Berdasarkan hasil analisis Odds

Ratio

didapatkan

nilai

OR=

5,84.

Hal

ini

berarti

ibu

dengan

riwayat

preeklampsia/eklampsia mempunyai risiko mengalami preeklampsia 5,8 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 2,6-13,1. Risiko ibu dengan penyakit diabetes pada kelompok kasus yaitu 1,4% dan kelompok kontrol 0,7%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 2,01. Hal ini berarti ibu dengan penyakit diabetes mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mempunyai penyakit diabetes. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 0,2-22,4. Risiko ibu dengan kehamilan ganda pada kelompok kasus yaitu 0,7% dan kelompok kontrol 0,7%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 1,00. Hal ini berarti ibu dengan kehamilan ganda mempunyai risiko mengalami preeklampsia 1 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak dengan kehamilan ganda. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 0,1-16,1. Risiko ibu dengan umur < 20 tahun dan > 35 tahun lebih tinggi pada kelompok kasus yaitu 34,7% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 16,3%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 2,72. Hal ini berarti ibu dengan umur < 20 tahun dan > 35 tahun mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,7 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan umur 20 tahun sampai 35 tahun. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 1,6-4,7. Risiko ibu dengan paritas ≥ 5 pada kelompok kasus yaitu 10,9% dan pada kelompok kontrol yaitu 3,4%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 2,87. Hal ini 5

berarti ibu dengan paritas ≥ 5 mempunyai risiko mengalami preeklampsia 2,8 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan paritas < 5. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 1,1-7,6. Risiko ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC lebih tinggi pada kelompok kontrol yaitu 24,5% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu 15,6%. Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio didapatkan nilai OR= 0,57. Hal ini berarti ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC bukan merupakan faktor risiko untuk mengalami preeklampsia melainkan menjadi proteksi terhadap kejadian preeklampsia. Nilai tersebut bermakna dalam batas-batas Lower Limit (LL) dan Upper Limit (UL) 0,3-1,0. Analisis Multivariat Dari 10 variabel yang diteliti, terdapat 7 variabel yang dapat diikutkan pada uji multivariat (regresi logistik berganda) dengan nilai p< 0,25 adalah variabel pendidikan, status sosial ekonomi, dukungan suami/keluarga, riwayat preeklampsia/eklampsia, umur, paritas dan pemanfaatan pelayanan ANC. Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 3 variabel yang memberikan risiko secara bersama-sama terhadap kejadian preeklampsia yaitu riwayat preeklampsia/eklampsia (OR= 7,04 ; p= 0,000), status sosial ekonomi (OR= 2,31 ; p= 0,005) dan pendidikan (OR= 2,11 ; p= 0,028), sedangkan variabel pemanfaatan pelayanan ANC (OR= 0,19 ; p= 0,000) sebagai faktor proteksi terhadap kejadian preeklampsia. Adapun variabel dukungan suami/keluarga (p= 0,270), umur (p= 0,053) dan paritas (p= 0,464) tidak memberikan risiko secara bersama-sama terhadap kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 variabel yang memberikan risiko murni terhadap kejadian preeklampsia yaitu pendidikan, status sosial ekonomi dan riwayat preeklampsia/eklampsia. Pendidikan merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia melalui uji Odds Ratio dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nuryani dkk., 2013) bahwa pendidikan kurang berisiko 2,1 kali lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan ibu dengan pendidikan cukup, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiondo et al., 2012) di Rumah Sakit Mulago, Kampala Uganda menemukan bahwa ibu dengan pendidikan rendah berisiko 1,67 kali mengalami kejadian preeklampsia pada kehamilannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

6

kedewasaannya semakin matang dan dengan mudah untuk menerima dan memahami suatu informasi atau hal-hal baru yang positif guna pemeliharaan kesehatan (Depkes., 2008). Pekerjaan berat memberikan risiko terhadap kejadian preeklampsia namun secara statistik tidak bermakna (p > 0,05). Pekerjaan berat yang dirasakan ibu merupakan ungkapan yang murni dirasakan ibu pada saat kehamilannya berlangsung. Bahwa pekerjaan berat tidak semata-mata dilakukan diluar rumah untuk mencari nafkah, namun pekerjaan yang dilakukan dirumah sebagai ibu rumah tangga juga merupakan suatu pekerjaan yang dianggap berat oleh ibu. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (79,6%) lebih banyak mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang bekerja sebagai PNS, pegawai swasta dan wiraswasta. Penelitian yang dilakukan oleh (Tebeu et al., 2011), mendapatkan hasil bahwa ibu rumah tangga berisiko 2,8 kali mengalami kejadian preeklampsia pada kehamilan. Status sosial ekonomi yang kurang memberikan risiko terhadap kejadian preeklampsia melalui uji Odds Ratio dan uji regresi logistik berganda. Seorang ibu hamil dengan status sosial ekonomi yang kurang, tidak akan dapat memenuhi kebutuhan akan akses ke tempat pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan komplikasi yang terjadi dalam kehamilannya tidak terdeteksi secara cepat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Moselhy et al., 2011) di Mesir, bahwa status sosial ekonomi yang kurang berisiko 2,16 kali lebih besar terhadap kejadian preeklampsia dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang cukup. Penelitian yang sama dilakukan oleh (Nanjundan et al., 2011) di India juga mendapatkan bahwa sosial ekonomi yang kurang berisiko 3 kali mengalami preeklampsia. Kurangnya

dukungan

suami/keluarga

memberikan

risiko

preeklampsia, namun secara statistik tidak bermakna (p > 0,05).

terhadap

kejadian

Zweifel (1992) dalam

Manuaba (2010) mengemukakan bahwa gejala preeklampsia tidak dapat diterangkan dengan satu faktor atau teori, tetapi merupakan multifaktor yang menggambarkan berbagai manifestasi klinik yang komplek. Dalam hal ini dukungan suami/keluarga merupakan determinan jauh dan bukan menjadi penyebab langsung terhadap kejadian preeklampsia. Sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan oleh (Anisa dkk., 2010) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto memberikan hasil bahwa ibu hamil yang mengalami sectio caesarea atas indikasi preeklampsia berat mendapatkan sumber dukungan sosial dari suami/keluarga dan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ibu dengan riwayat preeklampsia/eklampsia memberikan risiko terhadap kejadian preeklampsia melalui uji Odds Ratio dan uji regresi logistik berganda.. Status kesehatan 7

wanita sebelum dan selama kehamilan adalah faktor penting yang mempengaruhi timbulnya suatu komplikasi kehamilan. Adanya riwayat preeklampsia/eklampsia pada kehamilan sebelumnya dapat menjadi pencetus terjadinya preeklampsia pada kehamilan selanjutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Guerrier et al., 2013) di Jahun Nigeria menemukan bahwa ibu dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya berisiko 21 kali mengalami preeklampsia. Penelitian yang sama dilakukan oleh (Rozikhan., 2007) di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal, bahwa riwayat preeklampsia berisiko 15,5 kali terjadi preeklampsia dan penelitian oleh (Ganesh et al., 2010) di Rumah Sakit yang terdapat di India Selatan menemukan hasil bahwa ibu dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya berisiko 9,6 kali mengalami kejadian preeklampsia. Penyakit diabetes pada ibu merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia, namun secara statistik tidak bermakna (p > 0,05). Hal ini karena penyakit diabetes pada ibu hamil dengan preeklampsia pada penelitian ini sangat kurang, dimana pada kelompok kasus hanya terdapat 1,4% dengan penyakit diabetes type 2 yaitu ibu telah mengidap penyakit diabetes sebelumnya dan diperparah dengan adanya kehamilan. Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh (Ganesh et al., 2010) bahwa ibu dengan penyakit diabetes berisiko 11 kali mengalami kejadian preeklampsia pada kehamilan, sedangkan penelitian oleh (Moselhy et al., 2011) di Mesir, menyebutkan bahwa ibu hamil dengan penyakit diabetes berisiko 3,3 kali terjadi preeklampsia. Kehamilan ganda merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia, namun secara statistik tidak bermakna (p > 0,05). Hal ini karena ibu dengan kehamilan ganda pada kelompok kasus hanya terdapat 0,7 %. Umumnya ibu-ibu dengan kehamilan ganda pada saat proses persalinan dilakukan dengan tindakan operatif bukan dengan proses persalinan yang normal, untuk menghindari terjadinya kesakitan dan kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh (Ganesh et al., 2010) di Rumah Sakit yang terdapat di India Selatan, dimana ibu dengan kehamilan ganda berisiko 4,8 kali mengalami preeklampsia. Umur berisiko terhadap kejadian preeklampsia pada uji Odds Ratio. Sebagaimana diketahui bahwa usia kurang dari 20 tahun merupakan usia terlalu muda untuk hamil yang secara psikologis belum matang dalam menjalani kehidupan berkeluarga, hal inilah yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai risiko antara lain preeklampsia dalam kehamilan. Kehamilan pada usia > 35 tahun dikaitkan dengan penurunan dan kemunduran fisiologi

8

reproduksi dan timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif yang dapat memicu terjadinya preeklampsia dalam kehamilan (Depkes., 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Attahir et al., 2010) yang dilakukan di pedesaan bagian utara Nigeria memberikan hasil bahwa ibu yang berumur kurang dari 20 tahun berhubungan secara signifikan dengan kejadian preeklampsia, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Langelo dkk., 2011) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar menemukan bahwa umur ibu ≥ 35 tahun berisiko 3,7 kali mengalami preeklampsia. Pada uji regresi logistik berganda umur tidak memberikan risiko yang konsisten terhadap kejadian preeklampsia (p > 0,05), bahwa faktor pencetus terjadinya preeklampsia bukan karena faktor umur saja namun terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan (Manuaba, 2010). Paritas memberikan risiko terhadap kejadian preeklampsia pada uji Odds Ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh (Kiondo et al., 2012) di Rumah Sakit Mulago, Kampala Uganda menemukan bahwa ibu dengan paritas ≥ 5 berisiko 3,71 kali mengalami preeklampsia. Penelitian yang sama dilakukan oleh (Adam et al., 2013) di Rumah Sakit Bersalin Medani Sudan, bahwa ibu dengan paritas > 5 berisiko 3,1 kali mengalami preeklampsia. Sebagaimana diketahui bahwa kehamilan yang terjadi berulang-ulang menyebabkan tidak adanya kesiapan dari ibu baik fisik maupun psikis sehingga dapat memberikan risiko pada ibu maupun pada janinnya. Kehamilan pada kelompok grandemultiparitas sering disertai penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan ante partum dan post partum, juga preeklampsia dan eklampsia (Martaadisoebrata., 2005). Pada uji regresi logistik berganda paritas tidak memberikan risiko yang konsisten terhadap kejadian preeklampsia (p > 0,05), bahwa gejala preeklampsia tidak dapat diterangkan dengan satu faktor atau teori, tetapi merupakan multifaktor yang menggambarkan berbagai manifestasi klinik yang komplek (Manuaba, 2010). Hal ini memberikan arti bahwa kejadian preeklampsia bukan hanya disebabkan oleh faktor paritas saja, melainkan terdapat faktor lain yang mempengaruhi dan saling berkaitan dalam memberikan risiko terhadap kejadian preeklampsia. Pemanfaatan pelayanan ANC yang kurang lebih tinggi pada kelompok kontrol yaitu 24,5% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu 15,6%. Hasil uji Odds Ratio didapatkan bahwa variabel pemanfaatan pelayanan ANC bukan merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia melainkan menjadi faktor proteksi terhadap kejadian preeklampsia hasil ini konsisten dengan hasil pada uji regresi logistik berganda. Hal ini memberikan arti bahwa pemanfaatan pelayanan ANC yang cukup tidak dapat menjamin kejadian preeklampsia dapat 9

dihilangkan. Namun dengan pemanfaatan pelayanan ANC, tanda-tanda preeklampsia dapat diketahui sehingga dapat dilakukan penanganan untuk mencegah preeklampsia menjadi eklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh (Nuryani dkk., 2013) mendapatkan hasil bahwa ibu yang kurang melakukan pelayanan ANC berhubungan signifikan dengan kejadian preeklampsia. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan, sosial ekonomi dan riwayat preeklampsia/eklampsia merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia dan signifikan pada uji Odds Ratio dan regresi logistik berganda. Pekerjaan, dukungan suami/keluarga, penyakit diabetes, kehamilan ganda, umur dan paritas merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia, namun tidak signifikan. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor proteksi terhadap kejadian preeklampsia. Faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu adalah riwayat preeklampsia/eklampsia. Untuk itu perlu peningkatan kualitas penanganan khususnya pada ibu dengan riwayat preeklampsia/eklampsia karena merupakan faktor risiko terbesar terhadap peningkatan kejadian preeklampsia. Perlu motivasi pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dengan standar pelayanan yang lengkap sehingga komplikasi kehamilan dan persalinan yang diakibatkan khususnya oleh preeklampsia dapat diketahui dengan cepat.

10

DAFTAR PUSTAKA Adam, I., Haggaz, A.E., Mirghani, O, A. & Elhassan, M. (2013). Placenta Previa and Preeclampsia: Analyses of 1645 Cases at Medani Maternity Hospital, Sudan. Frontier in Physiologi, Volume 4 (32). Anisah, U., Mursiyam. & Anggraeni, M, D. (2010). Pengalaman Perempuan yang Mengalami Sectio Caesarea Atas Indikasi Preeklampsia Berat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 5, No.1. Attahir, A., Dikko, A.A., Sufiyan, M.B., Salihu, A. & Rabiu, A.M. (2010). Association between Maternal Socio–economic Status, Polygamy and Risk of Preeclampsia in Rural Areas of Northern Nigeria. Journal of Family and Reproductive Health, Volume 4, No.1. Dachlan. E.G., (2008). Waspadai Pre-eklampsia Selama Kehamilan. Warta Universitas Airlangga, Surabaya. Diakses 4 Pebruari 2014. Available from: http://unair.ac.id/unair_v1/gurubesar.unair.php?id=48. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat DEPKES RI: Jakarta. Garg, B, S., Chhabra, S. & Zothanzami, S, M. (2006). Safe Motherhood: Social, Economic and Medical Determinants of Maternal Mortality. Women and Health Learning Package Developed by The Network: TUFH Women and Health Taskforce Second edition, September 2006. Ganesh, K, S., Unnikrishnan, B., Jayaram, S. & Nagaraj, K. (2010). Determinants of Preeclampsia: A Case–control Study in a District Hospital in South India. Indian Journal of Medicine Community: 35 (4) : 502-505. Guerrier, G., Oluyide, B., Keramarou, M. & Grais, R. (2013). Factors associated with severe pre-eclampsia and eclampsia in Jahun, Nigeria. International Journal of Women’s Health: 5 509–513. Kiondo, P., Maina, G, W., Bimenya, G. S., Tumwesigye, N, A. & Wandabwa, J. (2012). Risk Factors for Pre-eclampsia in Mulago Hospital, Kampala,Uganda. Tropical Medicine and International Health, Volume 17 no 4 pp 480–487. Langelo, W., Arsin, A, A. & Syamsiar, R. (2013). Faktor Risiko Kejadian Pre-eklampsia di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Jurnal FKM Unhas: Makassar. Manandhar, B. L., Chongstuvivatwong, V. & Geater, A. (2013). Antenatal Care and Severe Preeclampsia in Kathmandu Valley. Journal of Chitwan Medical College; 3(6): 43-47. Manuaba. I.A., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC: Jakarta. Martaadisoebrata, (2005). Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Moselhy, E, A., Khalifa, H, O., Amer, S., Mohammad, K, I. & Hani, A, E. (2011). Risk Factors and Impacts of Pre-Eclampsia: An Epidemiological Study among Pregnant Mothers in Cairo, Egypt. Journal of American Science; 7(5). Mullany, B., Becker, S. & Hindinet, M, J. (2007). The Impact of Including Husbands in Antenatal Health Education Services on Maternal Health Practices in Urban Nepal: Results from A Randomized Controlled Trial. Health Education Research: Vol. 22 No. 2 Pages 166–176. Nanjundan, P., Baggai, R., Kalra, J, K., Thakur, J, S. & Raveendran, A. (2011). Risk Factors for Early Onset Severe Pre-eclampsia and Eclampsia Among North Indian Women. Journal of Obstetrics & Gynaecology: Vol. 31, No. 5 , Pages 384-389. 11

Nuryani., Maghfirah, A., Citrakesumasari., & Alharini, S. (2013). Hubungan Pola Makan, Sosial Ekonomi, Antenatal Care dan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kasus Preeklampsia di Kota Makassar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia: Vol. 2 No. 2: 104-112. Rozikhan, (2007). Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Senden. I.G., (2011). Severe Early Onset Preeclampsia, Thesis the Erasmus Medical Center Rotterdam, the Netherlands: Department of Obstetrics and Gynaecology, Division of Obstetrics and Prenatal Medicine. Tebeu. M.P., Foumane, P. Robinson, M., Fosso, G., Biyaga, P. T. & Nelson, J. (2011). Risk Factors for Hypertensive Disorders in Pregnancy: A Report from the Maroua Regional Hospital Cameroon. Journal Reproductive Infertil: 12(3):227-234.

12

Lampiran : Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di RSU Anutapura Palu Tahun 2014 Kelompok Umur (Tahun) < 20 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 ≥ 40 Total

Jenis Responden Kasus n 15 28 25 39 23 17 147

Kontrol % 10,2 19,0 17,0 26,5 15,6 11,6 100

n 7 32 48 39 15 6 147

% 4,8 21,8 32,7 26,5 10,2 4,1 100

n

%

22 60 73 78 38 23 294

7,5 20,4 24,8 26,5 12,9 7,8 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di RSU Anutapura Palu Tahun 2014 Jenis Responden Pendidikan Responden Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi/PT Total

Kasus n 1 29 32 59 26 147

Kontrol % 0,7 19,7 21,8 40,1 17,7 100

n 0 8 25 70 44 147

% 0,0 5,4 17,0 47,6 29,9 100

n

%

1 37 57 129 70 294

0,3 12,6 19,4 43,9 23,8 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di RSU Anutapura Palu Tahun 2014 Jenis Responden Pekerjaan Responden URT PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Total

Kasus

n

%

n 117 21 5 4 0

% 79,6 14,3 3,4 2,7 0,0

n 101 25 12 8 1

Kontrol % 68,7 17,0 8,2 5,4 0,7

218 46 17 12 1

74,1 15,6 5,8 4,1 0,3

147

100

147

100

294

100

Sumber : Data Primer, 2014

13

Tabel 4. Hasil uji bivariat analisis faktor risiko kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu Tahun 2014 Variabel

Kategori

Pendidikan

Kurang Cukup Berat Ringan Kurang Cukup Kurang Cukup Ada riwayat Tidak ada Diabetes Tidak Diabetes Ada Tidak < 20 dan > 35 20-35 ≥5 <5 Kurang Cukup

Pekerjaan Sosial ekonomi Dukungan suami/keluarga Riwayat preeklampsia /eklampsia Penyakit diabetes Kehamilan ganda Umur (Tahun) Paritas Pemanfaatan pelayanan ANC

Jenis Responden Kasus Kontrol n % n % 62 42,2 33 22,4 85 57,8 114 77,6 19 12,9 14 9,5 128 87,1 133 90,5 82 55,8 47 32,0 65 44,2 100 68,0 43 29,3 31 21,1 104 70,7 116 78,9 37 25,2 8 5,4 110 74,8 139 94,6 2 1,4 1 0,7 145 98,6 146 99,3 1 0,7 1 0,7 146 99,3 146 99,3 51 34,7 24 16,3 96 65,3 123 83,7 16 10,9 6 4,1 131 89,1 141 95.9 23 15,6 36 24,5 124 84,4 111 75,5

p OR (95% CI) 2,52 (1,5-4,2)

0,000

1,41 (0,7-2,9)

0,460

2,68 (1,7-4,3)

0,000

1,54 (0,9-2,6)

0,139

5,84 (2,6-13,1)

0,000

2,01 (0,2-22,4)

1,000

1,00 (0,1-16,1)

1,000

2,72 (1,6-4,7)

0,001

2,87 (1,1-7,6)

0,046

0,57 (0,3-1,0)

0,081

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 5. Hasil uji multivariat faktor risiko kejadian preeklampsia di RSU Anutapura Palu Tahun 2014 Wald

OR

95% CI

p

Pendidikan

4,826

2,11

1,1-4,1

0,028

Status sosial ekonomi

7,828

2,31

1,3-4,2

0,005

Riwayat preeklampsia/eklampsia

19,018

7,04

2,9-16,9

0,000

Variabel

Sumber : Data Primer, 2014

14