FINANCIAL DISTRESS DAN INDIKATOR KEUANGAN YANG RELEVAN PADA INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul Financial Distress dan Indikator Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan Kimia merupakan karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016
Levina Rachma Iskandar Putri NIM H24134063
ABSTRAK LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI. Financial Distress dan Indikator Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan Kimia. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum timbulnya kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan seperti: rasio lancar, rasio modal kerja, rasio hutang, rasio perputaran aset dan rasio pengembalian aset terhadap financial distress. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan industri dasar dan kimia yang dipublikasikan di BEI. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa rasio modal kerja dan perputaran aset memiliki pengaruh terhadap financial distress dengan arah positif, rasio hutang dan pengembalian aset memiliki pengaruh terhadap financial distress dengan arah negatif, sedangkan rasio lancar tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress. Kata kunci: financial distress, indikator keuangan
ABSTRACT LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI. Financial Distress and Financial Indikator are Relevant in the Basic Industry and Chemichal. Supervised by BUDI PURWANTO Financial distress is a phase of decline in financial conditions that occurred the onset of bankruptcy. This study aims to test the effect of financial ratios which are current ratio, debt ratio, return on asset ratio, asset turnover ratio and working capital ratio to predict of financial distress. This study used secondary data such as financial statement that have been published in BEI. The analysis technique used is logistic regression analysis. The result of this research showed that return on asset and working capital ratio had a significant influence to the financial distress with negative direction, total asset turnover and debt ratio had a significant influence to the financial distress with positive direction. While current ratio haven’t significant influence on the financial distress. Keyword: financial distress, financial indicator
FINANCIAL DISTRESS DAN INDIKATOR KEUANGAN YANG RELEVAN PADA INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
LEVINA RACHMA ISKANDAR PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini adalah kebangkrutan, dengan judul Financial Distress dan Indikator Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan Kimia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Purwanto,ME selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan saran, Ibu Farida Ratna Dewi SE,MM dan Ibu Erlin Trisyulianti STP,M.Si selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua beserta teman teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor atas doa dan bantuannya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016 Levina Rachma Iskandar Putri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
vii vii vii 1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Laporan Keuangan
3
Financial Distress
3
Rasio Keuangan
4
Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Financial Distress
6
Penelitian Terdahulu
8
METODE PENELITIAN
10
Kerangka Pemikiran
11
Variabel Penelitian
12
Populasi dan Sampel
13
Jenis dan Sumber Data
14
Metode Pengumpulan Data
14
Teknik Anaisis Data
14
PEMBAHASAN
16
Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia
16
Pengaruh Rasio Lancar (CR) terhadap Financial Distress
18
Pengaruh Rasio Hutang terhadap Financial Distress
18
Pengaruh Return on Asset terhadap Financial Distress
19
Pengaruh Rasio Modal Kerja terhadap Financial Distress
19
Pengaruh Rasio Perputaran Asset terhadap financial distress
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Penelitian terdahulu Proses penentuan sampel Pengujian kelayakan model Matrik klasifikasi Hasil pengujian regresi logistik
9 14 17 17 17
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka penelitian
11
DAFTAR LAMPIRAN 1 Daftar sampel penelitian
25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis finansial global menyebabkan ekonomi di negara maju melemah. Hal ini memiliki efek domino terhadap pasar modal, dan memberikan imbas pada negara berkembang, seperti Indonesia. Sektor Industri di Indonesia juga terkena dampak krisis finansial, seperti kenaikan harga komoditas pokok meyebabkan kenaikan biaya produksi, dan kenaikan harga minyak bumi telah mendorong kenaikan biaya operasi. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor industri memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukkan Produk Domestik Bruto (PDB), bahkan sektor ini dinilai menjadi motor dan pilar pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan adanya krisis financial global, saham di sektor industri dasar dan kimia dicatat mengalami penurunan paling tajam. Indeks saham sektor industri dasar dan kimia menurun sebesar 2.82% atau sebesar -9.605 poin (republika.co.id 2015). Penurunan indeks saham perusahaan industri dasar dan kimia menyebabkan industri tersebut berpotensi financial distress. Financial distress dalam penelitian ini diukur dengan besaran earning per share karena earning per share menggambarkan laba yang dibagikan kepada investor. Penurunan indeks saham dapat disebabkan oleh industri dasar dan kimia memiliki besaran EPS yang negatif (potensi financial distress) sehingga investor mengurangi investasi saham di industri dasar dan kimia. Berbagai indikator dalam memprediksi financial distress salah satunya dengan rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan perhitungan perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya, dengan analisis rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberi gambaran mengenai baik buruknya posisi keuangan suatu perusahaan. Secara umum, rasio keuangan seperti likuiditas, profitabilitas dan leverage, serta efisiensi penggunaan aset berlaku sebagai indikator yang signifikan dalam memprediksi kebangkrutan. Metode penggunaan earning per share (EPS) yang negatif sebagai indikator financial distress, hal ini dikarenakan pada saat suatu perusahaan mengalami EPS yang negatif berarti laba bersih yang dihasilkan suatu perusahaan mengalami kerugian. Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor untuk membeli saham pada perusahaan industri dasar dan kimia, sehingga terjadi penurunan indeks saham pada perusahaan industri dasar dan kimia. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Financial Distress dan Indikator Keuangan yang Relevan pada Industri Dasar dan Kimia”.
2 Perumusan Masalah Financial distress merupakan situasi perusahaan menghadapi masalah keuangan, financial distress ini terjadi sebelum kebangkrutan. Prediksi financial distress perlu dilakukan untuk deteksi kondisi keuangan perusahaan sejak dini dan diharapkan dapat mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan. Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah rasio keuangan dalam penelitian mampu mengindikasikan kondisi financial distress di industri dasar dan kimia?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis indikator keuangan yang mampu menerangkan kondisi financial distress di industri dasar dan kimia periode 2010-2014.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian sebagai kajian ilmiah ini, diharapkan dapat memberikan suatu manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Sebagai bahan kajian dalam mengukur kondisi financial distress dengan rasiorasio keuangan yang relevan 2. Membantu perusahaan untuk mengambil kebijakan dan langkah strategis dalam rangka menjaga stabilitas kinerja keuangan. 3. Hasil penelitian ini bagi Peneliti lain dapat dijadikan sebagai referensi dan dapat memberikan informasi tambahan dalam hal permasalahan yang belum terpecahkan dan tersirat, baik dalam penelitian pada topik yang sama maupun yang berbeda untuk penelitian selanjutnya.
Batasan Masalah Peneliti membatasi penelitian ini agar tidak terjadi penyimpangan sehingga penelitian ini memiliki ruang lingkup dan pembahasan yang jelas. Penelitian ini fokus pada rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar, solvabilitas (leverage) yang diproksikan dengan rasio hutang dan profitabilitas yang diproksikan dengan rasio pengembalian aset, serta Aktivitas yang diproksikan dengan rasio modal kerja, dan rasio perputaran aset. Rasio-rasio tersebut dipilih berdasarkan metode untuk menentukan kondisi financial distress oleh Altman Z score (1968), dan sudah melewati pertimbangan dosen pembimbing yang merupakan pakar keuangan. Variabel dependen nya menggunakan variabel dummy yang dilihat dari angka earning per share (EPS), apabila EPS negatif maka diberikan angka 1 yang berarti mengalami financial distress, apabila EPS positif maka diberikan angka 0 yang berarti tidak mengalami financial distress. Penelitian ini juga membatasi sampel pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI 2010-2014
3
TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Harahap (2010) adalah kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pada jangka waktu tertentu. Laporan Keuangan menurut Munawir (2004) adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data dan atau aktivitas dari perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan No 1 mengemukakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsipprinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu kegiatan mencatat transaksi keuangan yang dapat memberikan informasi bagi para pemakai, dan laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, arus kas, laba rugi, perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan Keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan digunakan oleh seluruh yang memiliki kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan, dan kondisi keuangan suatu perusahaan. Pihak–pihak yang berkepentingan yaitu para kreditur, pihak bank, investor dan pemerintah setempat sesuai domisili perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI 2002) sebagai berikut: a. Neraca Neraca ini menunjukkan keadaan keuangan/posisi keuangan meliputi aset, kewajiban dan modal dari suatu perusahaan, b. Laporan laba rugi Laporan laba rugi menunjukkan informasi mengenai penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. c. Laporan perubahan modal Laporan perubahan modal menunjukkan peningkatan atau penurunan aset bersih / kekayaan perusahaan selama periode tertentu, d. Laporan arus kas Laporan arus kas menunjukkan jumlah arus kas masuk dan jumlah arus kas yang keluar selama periode tertentu, biasanya dalam periode satu tahun e. Catatan atas laporan keuangan
Financial Distress Financial distress menurut Toto (2008) merupakan tahap penurunan kondisi keuangan dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal yang dapat dikenali dengan menganalisis laporan keuangan secara cermat dengan
4 suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakana sebagai indikasi adanya kebangkrutan. Menurut Hanafi et al. (2009) financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrim yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan. Faktor-faktor penyebab financial distress menurut Toto (2008) yaitu: a. Kesulitan arus kas, terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari kegiatan operasional tidak cukup untuk menutupi beban-beban yang timbul dari aktivitas operasi. Selain itu kesulitan arus kas bisa disebabkan oleh kesalahan manajemen dalam mengelola aliran kas perusahaan dalam pembiayaan aktivitas operasi b. Besarnya jumlah hutang, terjadi ketika sudah jatuh tempo hutang, akan tetapi perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk melunasi hutang tersebut, sehingga kreditur dapat melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan milik perusahaan. c. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun, terjadi ketika beban operasional lebih besar dari penerimaan perusahaan, sehingga menyebabkan arus kas rendah atau cenderung negatif Metode Prediksi Financial Distress Peneliti-peneliti terdahulu yang melakukan penelitian tentang financial distress menggunakan salah satu dari beberapa metode yang bisa digunakan untuk memprediksi suatu perusahaan berada dalam kondisi financial distress ataupun tidak. Metode tersebut berupa: a. Laba bersih suatu perusahaan negatif selama dua tahun berturut-turut, hal ini menandakan kinerja perusahaan yang kurang baik karena perusahaan tidak memiliki sumber pembiayaan b. Metode Earning per share (EPS) negatif metode ini digunakan karena perusahaan yang mengalami kondisi tersebut akan sulit mendapatkan sumber pembiayaan. Kesulitan yang dihadapi perusahaan akan menghambat kinerja perusahaan dan dapat memicu financial distress. c. Metode Interest Coverage Ratio yang kurang dari satu, yang mana rasio biaya bunga terhadap biaya operasional Penelitian ini menggunakan metode EPS. EPS digunakan investor untuk melihat prospek laba perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan dapat dikatakan memiliki pertumbuhan yang baik jika memiliki EPS yang positif secara terus-menerus. Jika terjadi sebaliknya, investor enggan menanamkan dana diperusahaan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan financial distress.
Rasio Keuangan Rasio keuangan menurut Toto (2008) adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Harahap (2010) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos keuangan dengan pos keuangan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
5 Rasio-rasio keuangan umumnya merupakan gabungan angka-angka yang terdapat di laporan keuangan. Rasio menggambarkan hubungan matematis antara jumlah suatu pos keuangan dengan jumlah pos keuangan yang lain. Analisis Rasio keuangan ini memberi gambaran kepada pengamat mengenai baik buruknya kinerja keuanga perusahaan Munawir (2004). Beberapa Rasio Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Toto 2008) Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas merupakan hal yang mendasar bagi perusahaan, dalam rutinitas sehari-hari, likuiditas akan tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditur tepat waktu atau membayar gaji karyawan tepat waktu Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup dari penelitian ini rasio likuiditas yang dipakai yaitu rasio lancar. Current ratio (rasio lancar) adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh aset lancar dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya. Aset lancar yang ssemakin tinggi akan semakin aman bagi para kreditur Toto (2008). Adapun rumus rasio lancar sebagai berikut: Aset lancar CR = Kewajiban lancar.......................................................................................(1) Rasio Leverage Rasio Leverage atau rasio solvabilitas menurut Toto (2008) merupakan rasio yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi seluruh kewajiban finansialnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang dianggap solvable apabila perusahaan tersebut memiliki kekayaan yang cukup untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki kekayaan untuk melunasi seluruh kewajibannya maka dikategorikan perusahaan insolvable. Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan menggunakan rasio hutang (debt to asset ratio) Rasio hutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah keseluruhan kewajiban dengan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan, yang mampu menunjukkan sejauh mana kewajiban perusahaan dapat tertutup oleh besarnya aktiva yang dimiliki. Adapun rumus rasio hutang sebagai berikut: Total Hutang DR = ................................................................................................(2) Total Asset Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba pada periode tertentu dan menggambarkan tingkat efektivitas manajemen dalam melaksanakan aktivitas operasinya. Efektivitas manajemen dapat terlihat dari besarnya perolehan laba dari hasil penjualan dan investasi. Laba yang diperoleh perusahaan seringkali dibandingkan dengan penjualan, aktiva dan ekuitas yang disebut rasio profitabilitas. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas di proksikan dengan rasio pengembalian aset/return on asset (ROA) Return on Asset (ROA) menurut Toto (2008) merupakan rasio yang menilai besarnya tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba
6 tersebut. Tinggi rendahnya rasio ini mampu menunjukkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen. Selain itu rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan kepemilikan aktivanya agar dapat memperoleh laba. Adapun rumus dari ROA sebagai berikut: EBIT ROA = Total Aset.................................................................................(3) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan ukuran seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada di perusahaan. Rasio aktivitas menganggap sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aset. Dalam penelitian ini rasio aktivitas di proksikan dengan rasio perputaran aset dan rasio modal kerja (Toto 2008) Rasio perputaran aset merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Jadi semakin besar rasio ini, semakin baik, berarti aktiva dapat cepat berputar menghasilkan laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Adapun rumus rasio perputaran aset sebagai berikut: Penjualan Rasio perputaran aset = Total Aset.............................................................(4) Rasio modal kerja merupakan rasio yang mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan yang didapat perusahaan. Rasio modal kerja merupakan kemampuan modal kerja berputar dalam satu periode siklus kas dari perusahaan. Adapun rumus Rasio modal kerja sebagai berikut: Aset lancar – Kewajiban lancar ...................................(5) Rasio modal kerja = Total Aset
Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Financial Distress Pengaruh Rasio lancar terhadap financial distress Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Beberapa komponen aset lancar yaitu kas, piutang dan persediaan, sedangkan kewajiban lancar itu sendiri merupakan kewajiban keuangan yang harus dilunasi dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan (Toto 2008) Rasio lancar bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar. Rasio lancar untuk perusahaan normal berkisar pada angka 1,5 lebih aman untuk batas bawah (Toto 2008). Perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar 1,5 atau setidaknya angka 1, maka bisa dikatakan perusahaan dalam kondisi yang likuid untuk membayar kewajiban jangka pendeknya sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi financial distress. Namun, jika nilai rasio lancar kurang dari angka 1 atau negatif maka tidak akan cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya, akibatnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan dalam pembayaran kewajiban lancar, dan dapat memicu untuk melakukan pinjaman yang lebih banyak. Brigham, EF dan
7 Houston (2009) mengatakan jika kewajiban lancar meningkat cepat dibanding aset lancar, maka rasio lancar akan turun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara rasio lancar dengan financial distress adalah negatif Berdasarkan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) menganalisis rasio keuangan untuk memprediksi financial distress. Penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress H11: Rasio lancar berpengaruh negatif terhadap financial distress. Pengaruh Rasio Hutang terhadap Financial Distress Rasio hutang yaitu menunjukkan proporsi seluruh aset yang didanai oleh hutang. Biasanya pihak pemberi pinjaman berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar hutang, sebab semakin banyak hutang perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban kepada kreditur. Rasio hutang yang semakin tinggi akan mengakibatkan resiko keuangan yang tinggi, ketika terjadi peningkatan resiko keuangan akan membahayakan perusahaan karena terlalu banyak melakukan pendanaan aset. Toto (2008) Berdasarkan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa semakin besar rasio hutang maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. H12: Rasio Hutang berpengaruh positif terhadap financial distress. Pengaruh Rasio Return on Asset terhadap Financial Distress Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Profit margin merupakan ukuran efisiensi perusahaan. ROA yang positif menunjukkan keseluruhan aset yang digunakan untuk operasi menghasilkan laba bagi perusahaan dan sebaliknya, jika ROA negatif, menunjukkan aset yang digunakan untuk operasi tidak mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ROA, maka semakin tinggi nilai profitabilitasnya, sehingga semakin rendah kemungkinan terjadi financial distress pada perusahaan. Sebaliknya semakin rendah rasio ROA menunjukkan kinerja keuangan tidak baik, sehingga profitabilitasnya menurun yang akan mengakibatkan potensi terjadinya financial distress semakin besar. Berdasarkan penelitian Salehi (2009) menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap financial distress. H13: Rasio Return on Asset berpengaruh positif terhadap financial distress. Pengaruh Rasio Modal Kerja terhadap Financial Distress Rasio modal kerja menunjukkan perbandingan modal kerja bersih dengan total aset. Modal kerja yang dimaksudkan adalah modal kerja bersih yang merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas nya membutuhkan modal kerja. Semakin besar aset lancar terhadap kewajiban lancar berarti mempunyai modal kerja positif. Hal ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang hutangnya (Toto 2008)
8 Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi se ekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan yang timbul karena adanya krisis keuangan. Modal kerja yang tinggi membuat probabilitas terjadinya kesulitan keuangan semakin kecil Apabila modal kerja bersih semakin rendah (negatif) berarti perusahaan tersebut berpotensi mengalami kesulitan keuangan (financial distress) semakin besar (Munawir 2004) Berdasarkan penelitian Salehi (2009) menyatakan bahwa rasio modal kerja berpengaruh negatif terhadap financial distress. H14: Rasio Modal Kerja berpengaruh negatif terhadap financial distress Pengaruh Rasio Perputaran Aset terhadap financial distress Rasio perputaran total aset yang dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Besar kecilnya penjualan dan total aset akan mempengaruhi rasio perputaran aset. Rasio ini menunjukkan perputaran total aset diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aset menciptakan penjualan, semakin besar rasio ini semakin baik (Toto 2008) Rasio perputaran total aset yang tinggi menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam penggunaan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Semakin efektif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan diharapkan dapat memberikan keuntungan semakin besar bagi perusahaan. Semakin besar rasio perputaran aset diharapkan semakin besar keuntungan perusahaan sehingga kemungkinan terjadi financial distress semakin kecil. Berdasarkan penelitian Salehi (2009) menunjukkan bahwa rasio perputaran aset berpengaruh positif terhadap financial distress. H15: Rasio perputaran aset berpengaruh positif terhadap financial distress
Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti financial distress diantaranya Platt dan Platt (2002) berusaha menentukan rasio yang paling dominan dengan menggunakan model logit untuk memprediksi adanya financial distress. Hasil penelitiannya yaitu EBITDA/Sales, current asset/current liabilities, dan cash flow growth rate memiliki hubungan negative terhadap financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil mengalami financial distress. Variabel net fixed asset/total asset, longterm deb/ equity, dan notes payable/total asset memiliki hubungan positif terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress Penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) yang menggunakan rasio keuangan berdasarkan penelitian Platt dan Platt (2002) mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 1998-2001. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa variabel yang paling dominan dalam menentukan financial distress adalah NI/S, CL/TA, CA/CL yang berpengaruh negative dan signifikan terhadap financial distress, serta Growth NI/TA berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress
9 Tabel 1 Penelitian terdahulu No
Nama Peneliti Iramani Subagyo (2007)
Judul Penelitian Model Prediksi Financial Distress di Indonesia Era Globalisasi
Variabel Penelitian
2
Pasaribu Rowland (2008)
Penggunaan Binary Logit untuk prediksi Financial distress emiten di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus Emiten Industri Perdagangan)
Dependen: Financial distress Independen: Likuiditas, solvabilitas, leverage, efiseinsi, profitabilitas dan arus kas serta kinerja saham diukur dengan nilai beta saham
3
Salehi Mahedi Financial Dependen: (2009) distress Financial distress prediction in Independen: Emerging WC/TA, CA/CL, Market PBIT/TA, TE/TA, Emperical S/TA Evidences from Iran
1
Dependen: Financial distress Independen: Financial ratios, industry relative, sensitivitas
Hasil Financial ratios, Industry relative dan sensitivitas dapat digunakan sebagai predictor financial distress perusahaan di Indonesia Model ketiga (indicator current ratio) dan keempat (indicator asset turn over) memiliki tingkat klasifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan 4 model lainnya.Aspek kinerja likuiditas dan solvabilitas perusahaan berpengaruh signifikan dalam memprediksi financial distress PBIT/TA, TE/TA, S/TA berpengaruh positif terhadap financial distress, sedangkan WC/TA mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap financial distress
10 Lanjutan Tabel 1 No 4
Nama Judul Penelitian Penulis Doddy S dan Pengaruh Rasio Wahyu Keuangan (2009) terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif
Variabel Penelitian
Hasil
Dependen: Financial Distress Independen: Current ratio, quick ratio, cash ratio, profitabilitas, debt to total asset, current liabilities to total asset
Current Ratio, cash ratio, total liabilities to total asset, current liabilities to total asset dan sales growth tidak berpengaruh terhadap financial distress. Sedangkan quick ratio, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress Perusahaan yang tidak mengalami financial distress memiliki current ratio, gross profit margin dan inventory turnover yang tinggi sedangkan pad perusahaan yang mengalami financial distress memiliki ROE dan leverage yang tinggi. Debt asset ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress sedangkan Inventory Turnover berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress
5
Kamaludin Prediksi Financial dan Karina A Distress Kasus (2011) Industri Manufaktur Pendekatan Model Regresi Logistik
Dependen: Altman Z-Score Independen: Current ratio. leverage ratio, gross profit margin, inventory turnover, return on equity
6
Jiming, Wei An Emperical Wei (2011) Study on the Corporate Financial Distress Prediction Based on Logistic Model Evidence from China’s Manufacturing Industry
Dependen: Financial distress Independen: -Financial Indicator (Cash to current liability ratio, debt equity ratio, debt asset ratio, inventory turnover, total asset turnover
7
Arif Hidayat Prediksi Financial (2013) Distress Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Dependen: Interest coverage ratio Independen: Rasio lancar, perputaran total aset, dan return on asset
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio lancar dan perputaran aset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial distress sedangkan return on asset tidak berpengaruh terhadap financial distress
11
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan metode earning per share dimana metode ini melihat nilai EPS perusahaan periode keuangan 2010-2014, untuk memberikan suatu gambaran yang jelas dan sistematis terhadap indikator-dikator keuangan, seperti: rasio-rasio keuangan yang terdapat di metode prediksi kebangkrutan. Financial distress
Besaran Nilai
Earning per share
Indikator Keuangan yang relevan
Rasio Keuangan: CR, DAR, ROA, WCR, STA
Gambar 1 Kerangka penelitian Hipotesis: H01: Rasio lancar tidak berpengaruh terhadap financial distress H11: Rasio lancar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress H02: Rasio hutang tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress H12: Rasio hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial distress H03: Rasio Return on Asset tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress H13: Rasio Return on Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress H04: Rasio Modal kerja tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress H14: Rasio modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress H05: Rasio perputaran aset tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress H15: Rasio perputaran aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress
12
Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel merupakan abstraksi dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress. Financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi. Dalam penelitian ini, perusahaan yang mengalami financial distress yaitu perusahaan yang memiliki earning per share negatif, dimana hal tersebut menandakan kinerja keuangan yang kurang baik dan apabila hal ini tidak menjadi perhatian perusahaan maka bisa terjadi kondisi yang lebih buruk lagi yaitu kebangkrutan. Perusahaanperusahaan dalam penelitian ini dikelompokkan dengan ukuran 0 untuk EPS positif atau non financial distress, 1 untuk perusahaan yang memiliki EPS negatif atau mengalami financial distress. Variabel Independen Variabel Independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel independen dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Rasio Lancar Rasio lancar bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancarnya. Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Data yang digunakan yaitu data tahunan dari laporan tahunan perusahaan. 2. Rasio hutang Rasio hutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah keseluruhan kewajiban dengan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan. Rasio ini mampu menunjukkan sejauh mana kewajiban perusahaan dapat tertutup oleh besarnya aset yang dimiliki. Dengan kata lain rasio ini diperoleh dengan membagi total kewajiban dengan total aset. Data yang digunakan yaitu data tahunan dari laporan tahunan perusahaan. 3. Rasio Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menilai besarnya tingkat pengembalian terhadap keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Tinggi rendahnya rasio ini mampu menunjukkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen. Selain itu rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan kepemilikan asetnya agar dapat memperoleh laba. ROA diperoleh dengan membagi laba sebelum beban bunga dan pajak dengan total aset. Data yang digunakan yaitu data tahunan dari laporan tahunan perusahaan. 4. Rasio modal kerja Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan aset yang dimiliki. Rasio ini dihitung
13 dengan modal kerja bersih dibagi total aset. Modal kerja bersih didapat dari pengurangan aset lancar dengan kewajiban lancarnya. Data yang digunakan yaitu data tahunan dari laporan keuangan tahunan perusahaan. 5. Rasio perputaran aset Rasio ini merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh aset. Rasio ini cukup sering digunakan yang cakupannya luas. Rasio ini dapat menggambarkan seberapa baik dukungan aset untuk memperoleh penjualan. Rasio ini dihitung dengan penjualan dibagi dengan total aset. Data yang digunakan yaitu data tahunan dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
Populasi dan Sampel Populasi menurut Sugiyono (2014) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Besarnya populasi yang digunakan dalam suatu penelitian tergantung pada jangkauan kesimpulan yang akan dibuat, sedangkan dalam penelitian ini populasinya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah porposive sampling. Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara porposive ini antara lain sebagai berikut: Peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Sugiyono 2014) Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel penelitian sebagai berikut: 1. Perusahaan yang tercatat sebagai emiten yang masih terdaftar sejak tahun 2010-2014 2. Perusahaan sektor manufaktur subsektor industri dasar dan kimia yang melaporkan laporan keuangannya secara berturut-turut dari tahun 2010-2014 3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah dan tidak menggunakan mata uang dolar atau yang lainnya 4. Perusahaan harus memiliki laporan keuangan yang lengkap, terutama itemitem yang menjadi variabel penelitian 5. Perusahaan tidak melakukan merger, akuisisi maupun perubahan usaha lainnya.
14 Tabel 2 Proses penentuan sampel No Keterangan 1 Perusahaan Manufaktur Industri dasar dan kimia yag terdaftar di BEI, dan memiliki laporan keuangan 2010-2014 2 Perusahan manufaktur industri dasar dan kimia yang tidak memenuhi kriteria 1 sampai 5 Jumlah sampel yang digunakan
Jumlah 60 Perusahan
(16 perusahaan) 44 Perusahaan
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder menurut Ulber Silalahi (2009) merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan untuk sumber data yang ingin diolah dalam analisis penelitian adalah www.idx.co.id situs web resmi BEI. Metode Pengumpulan Data Data ini diperoleh dari data historis perusahaan industri dasar dan kimia, studi literatur, laporan penelitian, dan laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan maupun internet yang telah diaudit selama lima tahun 2010-2014. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan membuka Website dari objek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran umum perusahaan serta perkembangannya yang kemudian digunakan penelitian. Situs yang digunakan adalah www.idx.co.id. Selain itu, dilakukan juga studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami bukubuku yang mempunyai hubungan dengan analisis prediksi kebangkrutan seperti dari literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari perpustakaan maupun sumber lain. Teknik Anaisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik, karena memiliki satu variabel dependen yang non metrik (nominal), dan memiliki variabel independen lebih dari satu. Ghozali (2005) menjelaskan bahwa regresi logistik mirip dengan analisis diskriminan, yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun, dalam hal ini analisis dengan regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data variabel beabsnya. Model yang digunakan yaitu Ln
= βo + β1 CR + β2 DR + β3 ROA + β4 WCR + β5 STA..............................(6)
15 Keterangan: P/1-p = Financial distress (1) dan Non Financial distress (0) βo = Konstanta β1 CR = Rasio lancar β2 DR = Rasio hutang β3 ROA = Return on asset β4 WCR = Rasio modal kerja β5 STA = Rasio perputaran aset Analisis pengujian model regresi logistik sebagai berikut: a. Menilai kelayakan model (Hosmer and Lemeshow) Menurut Ghozali (2005) menilai kelayakan model dapat dilakukan dengan memperhatikkan output dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test dengan hipotesis: H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya b. Uji kelayakan keseluruhan model (Overall fit model test) Dalam menilai overall fit model test dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: 1. Chi Square (X2) Tes statistik Chi Square digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood pada estimasi model regresi. Likelihood(L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. L ditransformasikan menjadi -2logL untuk menguji hipotesis nol dan alternatif. Penggunaan nilai x2 untuk keseluruhan model terhadap data dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood awal (hasil block number 0)dengan nilai -2 log likelihood hasil block number 1. Dengan kata lain nilai Chi Square didapat dari nilai -2logLi-2logLo. Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan regresi yang baik. 2. Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square Nilai Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square menunjukkan seberapa besar variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (Ghozali 2005). Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R Square pada multiple regression, maka digunakan Nagelkerke’s R Square. 3. Tabel klasifikasi 2x2 Tabel klasifikasi 2x2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini financial distress (1) dan non financial distress (0). Pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen. Pada model sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan ketepatan peramalan 100% (Ghozali 2005)
16 c. Pengujian signifikansi dari koefisien regresi Pada regresi logistik digunakan uji wald untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen yang masuk ke dalam model. Oleh karena itu, apabila uji wald terlihat angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. Dengan uji wald, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap kemungkinan perusahaan berada pada kondisi financial distress
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia Perusahaan sektor industri dasar dan kimia merupakan salah satu sektor cabang industri manufaktur yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi. Jumlah perusahaan sektor industri dasar dan kimia sebanyak 60 perusahaan yang terbagi menjadi 8 sub sektor yaitu, semen, keramik&porselen, logam, plastik, pakan ternak, kayu&pengolahan, pulp&kertas, serta kimia. Dalam penelitian ini hanya meneliti 44 perusahaan dengan masa 5 tahun. Sektor industri dasar dan kimia merupakan sektor yang paling banyak emiten dibanding sektor lainnya pada perusahaan manufaktur. Sektor industri dasar dan kimia menurut Vibiznews.com (2014) pada rentang waktu penelitian dilakukan menjadi salah satu pemberat indeks saham. Hal ini dikarenakan sektor industri dasar dan kimia terdapat beberapa perusahaan yang menggunakan bahan impor yang harga jual produknya dipengaruhi faktor global. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dan penyajian hasil perhitungan sejumlah variabel, lalu dianalisis. Analisis data merupakan suatu proses dalam memecahkan masalah agar tujuan suau penelitian dapat tercapai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang dipublikasi di Bursa Efek Indonesia periode 20102014. Berdasarkan kriteria-kriteria yang ada diperoleh 44 perusahaan selama 5 tahun. Setelah data terkumpul, maka dihitunglah indikator keuangan yang dianggap mampu mempengaruhi financial distress seperti rasio lancar, rasio hutang, return on asset, rasio modal kerja serta rasio perputaran aset yang merupakan rasio yang digunakan Altman dalam menetapkan metode prediksi Altman Z-Score. Dalam pengujian financial distress penguji melihat nilai dari earning per share, apabila EPS bernilai negatif, maka perusahaan tersebut diprediksi mengalami kesulitan keuangan, apabila EPS positif, kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan baik. Sebagaimana telah diuraikan dari pada bab sebelumnya, penelitian ini bertujuam umtuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress. Rasio-rasio keuangan tersebut terbatas hanya menggunakan rasio keuangan seperti rasio lancar, rasio hutang, rasio return on asset, rasio modal kerja dan rasio perputaran aset
17 Tabel 3 Pengujian kelayakan model Step
Chi-square
Df
Sig.
12,237
8
,141
-2 Log likelihood
Cox &
Nagelkerke
Snell R Square
R Square
.241
,821
1 Step
1
155,799a
Tabel 3 menunjukkan Nilai statistik hasil pengujian kelayakan model sebesar 12,237 probabilitas dan signifikansi 0,141 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi diatas 0,05. Dengan tingkat keyakinan 95% dapat diyakini bahwa model regresi logistik yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan data. Pada Tabel 3 menunjukkan nilai bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel dependen sebesar 82,1% dan sisanya 17,9% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 4 Matrik klasifikasi Prediksi Kesulitan Keuangan
Observasi
Step 1
EPS
EPS
Positif
Negatif
Persentasi
Kesulitan
EPS Positif
171
4
97,7
Keuangan
EPS Negatif
13
32
71,1
Persentasi Keseluruhan
92,3
Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil keseluruhan klasifikasi sebesar 92,3%. Persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan yang EPS positif 97,7%, dimana terdapat kebenaran observasi 171 kategori EPS positif, dan 13 benar dalam kategori masuk dalam kategori EPS Negatif. Persentase untuk kebenaran EPS negatif sebesar 71,1% dimana terdapat kesalahan 32 observasi, dan 4 diprediksi secara benar berada di EPS negatif. Tabel 5 Hasil pengujian regresi logistik Variabel
B
Wald
α
Sig
Keterangan
CR
-,005
,026
,05
,872
Tidak dapat digunakan
DR
1,314
3,913
,05
,048
Dapat digunakan
ROA
-31,028
19,541
,05
,000
Dapat digunakan
WCR
- 6,564
16,569
,05
,000
Dapat digunakan
STA
,564
4,287
,05
,038
Dapat digunakan
8,729
,05
,003
Step 1
Constant -1,768 Sumber: data diolah dengan spss
18 Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik ditunjukkan dalam Tabel 5 pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) menghasilkan model sebagai berikut: FD = -1,768 + 1,314 DR – 31,028ROA – 6,564WCR + 0,564STA.....................(7) Pengaruh Rasio Lancar (CR) terhadap Financial Distress Pengujian pengaruh variabel CR terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil parameter koefisien bertanda negatif sebesar 0,005. Variabel CR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,872 yang lebih besar dari tingkat α = 5% (0,872>0,05). Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis H11 yang menyatakan bahwa CR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap financial distress pada perusahaan industri dasar dan kimia ditolak. Dalam penelitian ini kemungkinan tidak dapat terdeteksi pengaruh rasio lancar dalam memprediksi financial distress. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi pendanaan aset tidak lancar dan banyak nya hutang jangka panjang yang belum terkoordinir dengan baik. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Kamaludin dan Karina Ayu (2011) yang mengemukakan bahwa rasio lancar kurang mampu menunjukkan kemampuan prediksi financial distress, kemungkinan adanya karakteristik perusahaan industri yang mengandalkan aset lancar guna pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan. Sedangkan berbeda dengan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) yang mengemukakan bahwa rasio lancar berpengaruh negatif terhadap financial distress
Pengaruh Rasio Hutang terhadap Financial Distress Pengujian pengaruh variabel DR terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil parameter koefisien bertanda positif 1,314. Variabel DR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,048 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0,048<0,05). Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis H12 yang menyatakan bahwa DR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima. Rasio hutang yang semakin tinggi akan mengakibatkan resiko keuangan yang tinggi, ketika terjadi peningkatan resiko keuangan akan membahayakan perusahaan karena terlalu banyak melakukan pendanaan aset. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan Jiming dan Wei Wei (2011) yang menyatakan bahwa rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap financial distress dengan arah positif. Berbeda dengan penelitian Almilia dan Kristijadi yang menyatakan bahwa rasio hutang tidak berpengaruh terhadap financial distress.
19 Pengaruh Return on Asset terhadap Financial Distress Pengujian pengaruh variabel ROA terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil parameter koefisien bertanda negatif 31,028. Variabel ROA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0.000>0.05). Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis H13 yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima. Return on Asset yang semakin tinggi, maka semakin tinggi nilai profitabilitasnya, sehingga semakin rendah kemungkinan terjadi financial distress pada perusahaan. Sebaliknya semakin rendah rasio ROA menunjukkan kinerja keuangan tidak baik, sehingga profitabilitasnya menurun yang akan mengakibatkan potensi terjadinya financial distress semakin besar. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Salehi (2009) yang menunjukkan return on asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress perusahaan industri dasar dan kimia. Bebeda hal nya dengan penelitian yang dilakukan Arif Hidayat (2013) yang menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap financial distress Pengaruh Rasio Modal Kerja terhadap Financial Distress Pengujian pengaruh variabel WCR terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil parameter koefisien bertanda negatif 6,564. Variabel WCR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0,000<0,05). Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis H14 yang menyatakan bahwa WCR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima, Modal kerja yang tinggi membuat probabilitas terjadinya kesulitan keuangan semakin kecil. Apabila modal kerja bersih semakin rendah (negatif) berarti perusahaan tersebut berpotensi mengalami kesulitan keuangan (financial distress) semakin besar. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Salehi (2009) yang menyatakan bahwa rasio modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress.
Pengaruh Rasio Perputaran Asset terhadap financial distress Pengujian pengaruh variabel STA terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang ditunjukkan pada Tabel 5 dengan hasil parameter koefisien bertanda positif 0,564 Variabel STA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,038 yang lebih kecil dari tingkat α = 5% (0,038<0,05). Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis H15 yang menyatakan bahwa STA berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia diterima, Rasio perputaran total aset yang tinggi menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam penggunaan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Semakin efektif perusahaan
20 menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan diharapkan dapat memberikan keuntungan semakin besar bagi perusahaan. Semakin besar rasio perputaran aset diharapkan semakin besar keuntungan perusahaan sehingga kemungkinan terjadi financial distress semakin kecil. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Salehi (2009) dan Jiming Wei Wei (2011) yang menyatakan bahwa rasio perputaran total aset berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress.
Implikasi Manajerial Financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan perusahaan, sebelum perusahaan mengalami kondisi kebangkrutan. Rasio keuangan merupakan salah satu indikator yang relevan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan, sehingga dengan hasil yang ada perusahaan dapat menghindari gejala-gejala timbulnya kebangkrutan, dan perusahaan dapat mengetahui kebijakan-kebijakan untuk menghindari financial distress. Rasio hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress sehingga perusahaan yang ingin terhindar dari kondisi tersebut harus mampu mengelola seluruh asetnya untuk menutupi seluruh hutangnya. Rasio Modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Perusahaan yang ingin terhindar dari prediksi financial distress harus mengelola modal kerja bersih nya dengan baik, ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Perusahaan yang ingin melindungi perusahaan nya dari potensi financial distress harus menggunakan dengan baik total aset untuk meningkatkan penjualan, sehingga dapat memperbesar keuntungan perusahaan. Rasio perputaran aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Perusahaan jika ingin menghindari financial distress harus mampu menggunakan aset dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan penjualan yang besar
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk pengaruh likuiditas, solvabilitas dan profitabiltas terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Berdasarkan pendahuluan, tinjauan pustaka, dan pengolahan data serta pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Rasio lancar tidak berpengaruh dalam memprediksi financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014
21 2. Rasio hutang berpengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 3. Return on Asset berpengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 4. Rasio modal kerja berpengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 5. Rasio perputaran aset berpengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan manufaktur industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2010-2014
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan: 1. Pada penelitian selanjutnya dapat menguji financial distress dengan menggunakan rasio keuangan yang lebih banyak sehingga dapat terlihat rasio keuangan yang mampu mempengaruhi financial distress 2. Pada penelitian selanjutnya bisa menggunakan indicator yang relevan lain selain indicator keuangan, seperti Firm Size, Stock Volatility, Instituonal Ownership dan lainnya 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan model analisis lain yang lebih structural, sehingga peneliti dapat memperoleh hasil pengaruh antar variabel yang lebih signifikan secara menyeluruh
DAFTAR PUSTAKA Almilia LS, Kristijadi. 2003. Analisis Laporann Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia [Jurnal]. Yogyakarta (ID): UII Altman EI. 1968. Financial Ratios Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. The Journal of Finance [Internet] [diunduh 2016 Januari 15] Tersedia pada: www.jstor.org/stable/2978933/ Brigham EF, Houston. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Ed ke-10. Jakarta (ID): Salemba Empat. [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2015. Annual Report Perusahaan Real Estate 20102014. [Internet]. [diunduh pada 2015 Maret 13]. Tersedia pada: www.idx.co.id Ghozali I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Ed ke-3. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Hanafi, M Mamduh, Halim A. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): UPP STIM YKPN. Harahap. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuanngan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
22 [IAI] Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta (ID): Salemba Empat. Irmani S. 2007. Analisis Stuktur Kepemilikan dan Rasio Relatif Industri sebagai Prediktor dalam Model Kesulitan Keuangan [Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 1, No. 1]. Jiming, Wei Wei. 2011. An Emperical Study on the Corporate Financial Distress based on Logistic Model: Evidence from China’s Manufacturing Industry. The Journal of Banking and Finance [Internet] [diunduh 2016 Januari 15] Tersedia pada: http;//docslide.us/documents/44jdcta-june-48.html/ Kamaludin, Karina AP. 2011. Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur Pendekatan Model Regresi [Jurnal]. Palembang (ID): STEI MDP Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Liberty. Salehi M. 2009. Financial Distress Prediction in Emerging Market Emperical Evidence from Iran. The Journal of Bussiness Inteligence Vol. 2 No. 2 [Internet] [diunduh 2016 Januari 15]. Tersedia pada: www.researchgate.net/publication/26844799_Financial_distress_Prediction _in_Emerging_Market_Emperical_Evidences_from_Iran/. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan dan Kombinasi. Bandung (ID): Alfabeta Toto P.2008. 7 Deteksi Cepat Kondisi Laporan Keuangan: Analisis Laporan Keuangan. Ed ke-1. Jakarta (ID): PPM. Pasaribu R. 2008. Penggunaan Binary Logit untuk Memprediksi Financial Distress Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta [Jurnal]. Jakarta (ID): Perbanas Platt H, Platt MB. 2002. Predicting Financial Distress [Journal of Economic and Finance Vol. 21 No. 26 hal. 491-510] Republika. 2015. Saham Sektor Properti dan Industri Dasar Paling Anjlok [Internet]. [diunduh 2015 desember 18]. Tersedia pada: www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/15/08/21/ntf3g7368-sesisaham-sektor-properti-dan-industri-dasar-paling-anjlok Ulber S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung (ID): PT Rafika Aditama Vibiznews. 2016. Denyut Sektoral IHSG: Sektor Industri Dasar Pemberat, dan Saham DPNS Turun Tertinggi [Internet] [diunduh pada 2016 Maret 13]. Tersedia pada: http://vibiznews.com/2016/01/07/denyut-sektoral-ihsgsektor-industri-dasar-pemberat-dan-saham-dpns-turun-tertinggi/ Wahyu W, Doddy S. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif [Jurnal]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
23
LAMPIRAN
24
25 Lampiran 1 Daftar sampel penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Perusahaan PT Arwana Citramulia, Tbk PT Asahimas Flat Glass, Tbk PT Intikeramik Alamasri Industri, Tbk PT Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk PT Mulia Industrindo, Tbk PT Surya Toto, Tbk PT Sumalindo Lestari Jaya, Tbk PT Tirta Mahakam Resources, Tbk PT Charoen Pokphand, Tbk PT Japfa Comfeed, Tbk PT Malindo Feedmill, Tbk PT Sierad Produce, Tbk PT Holcim Indonesia, Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT Semen Indonesia, Tbk PT Alkindo Naratama, Tbk PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia, Tbk PT Fajar Surya Wisesa, Tbk PT Suparma, Tbk PT Aneka Kemasindo Utama, Tbk PT Argha Karya Prima Industri, Tbk PT Asiaplast Industries, Tbk PT Berlina, Tbk PT Champion Pacific Indonesia, Tbk PT Sekawan Intipratama, Tbk PT Siwani Makmur, Tbk PT Trias Sentosa Tbk PT Yanaprima Hastapersada Tbk PT Budi Acid Jaya, Tbk PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk PT Duta Pertiwi Nusantara, Tbk PT Ekadharma International, Tbk PT Etereindo Wahanatama, Tbk PT Indo Acidatama, Tbk PT Intanwijaya International, Tbk PT Alakasa Industrindo, Tbk PT Alumindo Light Metal Industry Tbk
26 Lanjutan lampiran 1 No 38 39 40 41 42 43 44
Nama Perusahaan PT Beton Jaya Manunggal, Tbk PT Gunawan Dianjaya Stell, Tbk PT Indal Aluminium Industry, Tbk PT Jakarta Kyoei Stell Works, Tbk PT Jayapari Stell, Tbk PT Lionmesh Prima, Tbk PT Pelangi Indah, Tbk
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 13 Maret 1992 dari keluarga Bapak Dadang Iskandar dan Ibu Rinchie Rusmi. Penulis adalah anak tunggal dari keluarga Bapak Dadang Iskandar. Tahun 2004 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN Cipinang Cempedak 04 pagi dan tahun 2007 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMPN 62 Jakarta. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 31 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis di terima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program keahlian Akuntansi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan jenjang Sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen. Sejak di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi, penulis aktif dalam berbagai organisasi. Adapun organisasi terakhir yang diikuti penulis adalah Executive of Management (EXOM) sebagai Manajer Keuangan.