1
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS GIZI PENDUDUK LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KECAMATAN BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR Putu Dewi Ari Wulandari1, Gede Wirata1, Citra Wulan Sucipta Putri2 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana1 Bagian Ilmu kedokteran Komunitas- Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana2 ABSTRAK Perubahan yang terjadi pada orang lanjut usia (lansia) mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis. Status gizi lansia dipengaruhi oleh pola konsumsi energi dan protein, status kesehatan, pengetahuan, ekonomi dan lingkungan.Data dari UPT Kesmas Blahbatuh II tahun 2013 jumlah penduduk lansia di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II sebanyak 2438 jiwa.Sebanyak 50% lansia beraktivitas di bawah terik matahari.Informasi rata-rata kunjungan lansia berumur 60 tahun ke atas ke posyandu lansia pada bulan Juli hingga Oktober 2013 sekitar 651 jiwa lansia (26.7%). Lansia yang datang tersebut tidak dilakukan pengukuran antropometri sehingga tidak diketahui status gizinya.Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi lansia dan hubungan antara asupan enegi, asupan protein dan aktivitas fisik terhadap status gizi lansia di wilayah kerja UPT KESMAS Blahbatuh II.Penelitian ini menggunakan teknik penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang berumur ≥ 60 tahun di wilayah kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II. Cara pengambilan sampel dengan teknik stratified samplingdan besar sampel adalah 80 orang. Analisis data dilakukan secara analitik observasional.Hasil penelitian terdapat 61.2% subjek berisiko mengalami malnutrisi, 20.0% subjek dengan status gizi baik dan 18.8% mengalami malnutrisi. Korelasi antara presentase angka kecukupan energi dengan besar MNA sangat signifikan (p=0.000) dengan arah korelasi positif (r=0.394). Korelasi antara presentase angka kecukupan protein dengan besar MNA sangat signifikan (p=0.002). dengan arah korelasi positif (r=0.347) sedangkan korelasi antara besar aktivitas fisik dengan besar MNA tidak signifikan (p=0.291). Kata Kunci: Status gizi lansia, asupan energi, asupan protein, aktivitas fisik
1
2
THE RELATIONSHIP BETWEEN ENERGY INTAKE, PROTEIN INTAKE AND PHYSICAL ACTIVITY WITH NUTRITIONAL STATUS OF ELDERLY IN BLAHBATUH II PUBLIC HEALTH UNIT, BLAHBATUH, GIANYAR DISTRICT ABSTRACT Nutritional status of the elderly can be affected by the pattern of protein and energy consumption, health status, knowledge, econom and environment. Data from the Public Health Unit Blahbatuh II in 2013 the elderly population has 2438 inhabitants. Which is 50% of elderly workbeyond the sun.From data we got an information that average visit of the elderly aged ≥ 60 years to Posyandu from July to October 2013 approximately 651 elderly (26.7%). Elderly who came were not conducted anthropometric measurements that why nutritional status is unknown. The aims of this research to describe the nutritional status of the elderly and the relationship between the energy intake, protein intake and physical activity with nutritional status of the elderly in the region of Public Health Unit Blahbatuh II. This study use an observational analytic research techniques with cross sectional approach. The sample in this study were elderly aged ≥ 60 years in the working area of Puskesmas Blahbatuh Unit II. Sampling technic by stratified sampling and sample size is 80 people. The data were analyzed by observational analytic. The results of the study there were 61.2% of the subjects at risk of malnutrition, 20.0% of subjects with good nutritional status and 18.8% are malnourished. The correlation between the percentage of energy sufficiency with a large number of MNA highly significant (p = 0.000) with the direction of the positive correlation (r = 0.394). The correlation between the percentage of protein adequacy with large numbers of MNA highly significant (p = 0.002) with the direction of the positive correlation (r = 0.347), while the correlation between physical activity with a great big MNA was not significant (p=0.291). Keywords: Elderly nutritional status, energy intake, protein intake, physical activity
3
PENDAHULUAN
menurun
Peningkatan jumlah penduduk lanjut
penyakit. Penyakit yang muncul sering
usia (lansia) dari tahun ke tahun
melibatkan sistem kekebalan tubuh
semakin
yang
bertambah.
jumlah
lansia
Peningkatan
mudah
seharusnya
terserang
memadai.Sistem
disebabkan
kekebalan sendiri membutuhkan protein
peningkatan harapan hidup sebagai
sebagai bahan pokok pembentuk barrier
dampak
adaptif di dalam tubuh lansia.2,3
dari
ini
lebih
peningkatan
kualitas
kesehatan.1
Aktivitas
Pertumbuhan penduduk lansia yang
cepat,
menyebabkan
fisik
didefinisikan
sebagai gerakan anggota tubuh yang
rasio
diproduksi oleh kontraksi otot sehingga
ketergantungan lansia semakin besar
menghasilkan tenaga yang berfungsi
dan cenderung naik setiap tahun.2Pada
untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan
umumnya perubahanyang terjadi pada
mental serta mempertahankan kualitas
lansiamengarah
kemunduran
hidup agar tetap sehat dan bugar
kesehatan fisik dan psikis.1Perubahan-
sepanjang hari.3,4 Aktivitas fisik yang
perubahan
kurang
pada
tersebut
berpengaruh
akan
sangat
terhadap
aktivitas
kehidupan sehari-hari. Status
gizi
juga
menyebabkan
lansia
mengalami kelebihan berat badan. Berat badan berlebih disebabkan peningkatan
lansia
dapat
timbunan energi dalam bentuk jaringan
dipengaruhi oleh pola konsumsi energi
lemak, biasanya pada rongga perut atau
dan protein, faktor status kesehatan,
pinggul, akibat penurunan penggunaan
pengetahuan, ekonomi, lingkungan dan
energi.
budaya.Faktor
pencetus
dengan hasil penelitian pada lansia
masalah
gizi
dapat
wilayah
ataupun
berbeda
antar
masyarakat.3,4Namun
munculnya antar
Pernyataan
anggota
senam
tersebut
jantung
sesuai
sehat
di
kelompok
Semarang pada tahun 2004 bahwa
terdapat
lansia dengan status gizi lebih memiliki
penelitian yang menerangkan bahwa
aktivitas fisik yang rendah.4,5
tidak terdapat hubungan yang bermakna
Berdasarkan
data
dari
UPT
antara asupan energi dan protein dengan
Kesmas Blahbatuh II tahun 2013 jumlah
status gizi dari nilai p= 0.653 (p>0.05).3
penduduk lansia di wilayah kerja UPT
Padahal pola asupan protein dan energi
Kesmas Blahbatuh II sebanyak 2438
dari makanan yang dimakan seharusnya
jiwa. Desa Saba menempati jumlah
berpengaruh
penduduk lansia terbanyak sebanyak
terhadap
status
gizi
seseorang. Lansia yang status gizinya
656
jiwa.Peneliti
menemukan
4
informasi bahwa rata-rata kunjungan
empat banjar, diantaranya: Banjar Celuk
lansia berumur 60 tahun ke atas ke
(Desa Buruan), Banjar Tegallinggah
posyandu lansia pada bulan Juli hingga
(Desa Bedulu), Banjar Pinda dan Banjar
Oktober 2013 masih sangat sedikit,
Sema
yakni sekitar 651 jiwa lansia (26.7%).
dilaksanakan selama empat minggu dari
Lansia
akhir bulan Oktober sampai
yang
(Desa
Saba).
Penelitian
datang
tersebut
pelayanan
kesehatan
November tahun 2013.Populasi dalam
berupa pengukuran tekanan darah dan
penelitian ini adalah seluruh lansia yang
timbang
berjumlah 2438 jiwa di wilayah kerja
mendapatkan
berat
badan,
sehingga
pengukuran antropometri lansia belum
UPT Puskesmas Blahbatuh II.
terdata lengkap. Begitu pula lansia yang belum
pernah datang ke posyandu
akhir
Sampel
pada
penelitian
ini
adalah lansia yang berumur ≥ 60 tahun
lansia, sebanyak 73.3%. Observasi di
di
wilayah
Blahbatuh II.Besar sampel dihitung
Banjar
Celuk
juga
wilayah kerja
UPT Puskesmas
memperlihatkan bahwa 50% lansia
dengan
bekerja atau beraktivitas di bawah
hipotesis k-populasi independen. Dari
teriknya sinar matahari. Kenyataan
hasil
seperti itu tentu saja akan ada kaitan
mempertimbangkan faktor drop out
dengan status gizi lansia yang belum
10%,
pernah digali selama ini.
sebesar 80 sampel.Cara pengambilan
Oleh karena itu, peneliti tertarik untukmelaksanakan mengenai
penelitian
hubungan
antara
asupan
menggunakan
rumus
perhitungan maka
sampel
besar
dengan
uji
dengan
sampel
terpilih stratified
teknik
sampling. Responden diwawancarai di rumahnya
menggunakan
kuesioner.
aktivitas
Kuesioner satu kali 24 jam recall
fisik lansia terhadap status gizi lansia di
aktivitas fisik, tabel nilai Physical
wilayah
Activity Ratio (PAR) untuk menghitung
energi, asupan protein dan kerja
UPT
Puskesmas
Blahbatuh II.
tingkat
aktivitas
Semiquantitative
Food
kuesioner Frequency
Questionnaire untuk mengukur jumlah
METODE Penelitian
fisik,
ini
teknik
asupan energi dan protein selama satu
penelitian analitik observasional dengan
bulan terakhir.Kuesioner MNA terdiri
pendekatan cross sectional.Penelitian
atas 18 pertanyaan yang terbagi dalam
dilakukan
empat
di
menggunakan
wilayah
kerja
UPT
Puskesmas Blahbatuh II yang meliputi
komponen
antropometri,
yaitu
penilaian
penilaian 3
asupan
5
makanan,
penilaian
secara
umum
mengenai gaya hidup dan penilaian
terikat diuji dengan Pearson Product Moment.
secara subjektif. Skor MNA bersifat reliabel dan dapat diandalkan untuk
HASIL
mendeteksi risiko terjadinya malnutrisi
Lokasi yang terpilih sebagai tempat
yang kemudian dihubungkan ke dalam
penelitian adalah Banjar Celuk, Banjar
penilaian kualitas hidup dari lansia.2
Tegallinggah, Banjar Pinda dan Banjar
Variabel bebas dalam penelitian
Sema. Banjar Celuk berada di wilayah
ini adalah asupan energi, asupan protein
Desa
dan
berada
aktivitas
fisik.Variabel
terikat
Buruan. di
Banjar
wilayah
Tegallinggah Desa
Bedulu.
dalam penelitian ini adalah status gizi
Sedangkan, Banjar Pinda dan Banjar
lansia.Data
telah
Sema keduanya berada di wilayah Desa
dikumpulkan akan diproses melalui
Saba. Tiga desa tersebut merupakan
tahap editing, coding dan entry. Analisis
wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh
data
analitik
II, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
observasional yaituanalisis univariat ini
Gianyar dengan jumlah lansia sebanyak
digunakan untuk memperoleh gambaran
2438 jiwa. Jumlah lansia di Desa Saba
masing-masing variabel penelitian yang
adalah 656 jiwa, 655 jiwa lansia di Desa
ditampilkan
tabel
Blahbatuh, 548 jiwa lansia di Desa
bivariat
Buruan dan 579 jiwa lansia di Desa
penelitian
dilakukan
distribusi
yang
secara
dalam
bentuk
frekuensi.Analisis
digunakan untuk melihat hubungan
Bedulu.
antara variabel bebas dan variabel
Subjek penelitian berjumlah 132
terikat. Untuk menguji kenormalan data
orang yang terdiri dari 71 orang
yang diperoleh peneliti menggunakan
perempuan
dan
61
orang
uji One-sample Kolmogorov Smirnov
perempuan.Terdapat
50%
subjek
Test dan homogenitas varians diuji
penelitian berjeniskelamin laki-laki dan
Homogeneityof
sisanya perempuan. Subjek penelitian
dengan
Uji
Variancesserta Robust Test of Equality
tersebut
of
ANOVA
tamatan SD, disusul oleh subjek yang
menganalisis
tidak pernah sekolah. Selain itu, hanya
perbedaan rerata aktivitas fisik, asupan
3.8% yang pernah masuk perguruan
energi
protein.Korelasi
tinggi. Pekerjaan subjek didominasi
antara variabel bebas dan variable
oleh mereka yang bekerja sebagai
Menas.
digunakan dan
Uji
One-way
untuk asupan
paling
banyak
merupakan
petani (52.3%) dan yang tidak bekerja
6
(36.2%). Lansia yang menjadi subjek
lagi
penelitian tersebut, sebanyak 26.2%
meninggal dunia. Data tersebut seperti
sudah tidak mempunyai pasangan hidup
yang terdapat pada tabel 1.
Tabel 1.
karena
pasangannya
sudah
Distribusi karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan status perkawinan. Variabel
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
40
50
Perempuan
40
50
SD
42
52.5
SMP
7
8.8
SMA
4
5.0
Perguruan Tinggi
3
3.8
Tidak sekolah
24
30.0
Petani
42
52.5
Pedagang
6
7.5
PNS/ABRI
3
3.8
Tidak bekerja
29
36.2
Ya
57
71.2
Ditinggal mati/cerai
21
26.2
Tidak pernah menikah
2
2.5
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Pada Tabel 2 terdapat 61.2%
Tingkat kecukupan energi yang
subjek berisiko mengalami malnutrisi
normal
hanya
berdasarkan
dari
dengan
%AKG–protein
menggunakan
MNA.Sisanya
penghitungan
7.5%.Penghitungan didapatkan
20.0%
46.2% subjek yang tingkat kecukupan
subjek dengan status gizi baik dan
proteinnya kurang, 26.2% normal dan
18.8%
27.5%
malnutrisi.Berdasarkan
mengalami hasil
di
Berdasarkan
atas
angka
kebutuhan.
penghitungan 86.2%
subjek
PAL
penghitungan menggunakan program
didapatkan
memiliki
Nutrisurvey 2005 didapatkan 92.5%
tingkat aktivitas fisik yang ringan,
subjek penelitian berada pada kisaran
11.2% memiliki tingkat aktivitas fisik
defisit % AKG-energi.
sedang, dan sisanya dengan tingkat
7
akitivitas
berat.
setiap
Depkes RI tahun 2004. mendapatkan
subjek
dilakukanrecall24
jam
tingkat kecukupan gizi dari subjek
untuk
tersebut. Energi dari asupan gizi sebagai
mengetahui asupan gizi sejak 24 jam
pembilang dan angka kecukupan gizi
sebelum dilakukan pengambilan data
sebagai penyebut lalu dikali dengan 100
pada penelitian ini.
persen. Status gizi menurut MNA
danwawancara
Selanjutnya SQ-FFQ
Kemudian dari data hasil recall
dianalogikan sebagai perlakuan yang
24 jam dan SQ-FFQ tersebut data
terjadi dengan sendirinya, sehingga data
dikonversi dalam bentuk energi yang
tersebut dapat diuji dengan metode
dihasilkan oleh asupan gizi dengan
Oneway-ANOVA dan korelasi pada
NutriSurvey
derajat kepercayaan 95% (α = 0.05).
2005.Sehingga estimasi energi dari
Sebelum data hasil penelitian dianalisis
asupan gizi tersebut akan keluar besar
menggunakan uji statistik One-way
energinya
kilokalori
ANOVA,dilakukan uji One Sample
(Kcal).Sedangkan data asupan protein
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui
muncul dalam bentuk gram. Data yang
kenormalan distribusi data dan uji
diperoleh
Homogeneity
of
mengetahui
tingkat
menggunakan
program
dalam
satuan
selanjutnya
dibandingkan
dengan AKG yang diterbitkan oleh
Variances
untuk
keseragaman.
Tabel2.Distribusi karakteristik subjek berdasarkan status gizi, tingkat aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein. Variabel
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
16
20
Berisiko malnutrisi
49
61.2
Malnutrisi
15
18.8
Ringan
69
86.2
Sedang
9
11.2
Berat
2
2,5
Kurang (< 90%)
74
92.5
Normal (90% - 120%)
6
7.5
Di atas angka kebutuhan (>120%)
0
0
Kurang (< 90%)
37
46.2
Normal (90% - 120%)
21
26.2
Di atas angka kebutuhan (>120%)
22
27.5
Status Gizi (Mini Nutritional Assesment)
Tingkat aktivitas fisik
Tingkat kecukupan energi
Tingkat kecukupan protein
8
Berdasarkan hasil analisis uji One-Sample
Kolmogorov–Smirnov
normal dan homogen pada variabel asupan energi, protein dan aktivitas
didapatkan taraf signifikansi untuk nilai
fisik,
means yang mewakili presentase angka
penggunaan
kecukupan energi lansia didapatkan
ANOVAsebagai
angka 0.221.Taraf signifikansi untuk
Berdasarkan
nilai means yang mewakili aktivitas
metode One-way ANOVAdidapatkan
fisik lansia didapatkan angka 0.426.
taraf signifikansi untuk nilai means
Taraf signifikansi untuk nilai means
yang mewakili angka kecukupan energi
yang
angka
lansia didapatkan angka 0.017. Taraf
kecukupan protein lansia didapatkan
signifikansi untuk nilai means yang
angka 0.095. Ketiga variabel tersebut
mewakili angka kecukupan protein
menghasilkan nilai p>0.05 yang berarti
lansia
data
Sedangkantaraf signifikansi untuk nilai
mewakili
hasil
presentase
penelitian
terdistribusi
berarti
memenuhi
syarat One-way
metode alat
analisis
didapatkan
analisa.
menggunakan
angka
0.042.
means yang mewakili aktivitas fisik
normal. Selanjutnya dengan analisis uji
lansia didapatkan angka 0.363yang
Homogeneity of Variances didapatkan
berarti
taraf signifikansi untuk nilai means
mempengaruhi perbedaan status gizi
yang mewakili angka kecukupan energi
yang
lansia
(p>0.01).
didapatkan
angka
0.006
aktivitas bermakna
fisik antar
tidak kelompok
(p<0.01)taraf signifikansi untuk nilai
Hasil analisis metode One-way
means yang mewakili aktivitas fisik
ANOVAtersebut dilanjutkan dengan uji
lansia didapatkan angka 0.091dan taraf
Post Hoc Test agar dapat diketahui
signifikansi untuk nilai means yang
kelompok mana saja yang memiliki
mewakili angka kecukupan protein
perbedaan bermakna. Hasil uji statistika
didapatkan
mendapatkan perbedaan rerata asupan
angka
0.109.
Variabel
asupan energi kemudian diuji dengan
energi
Robust
of
kelompok status gizi baik dengan
0.046.
kelompok malnutrisi yang bermakna
energi,
(p<0.05).Tabel 3 menerangkan bahwa
aktivitas fisik
asupan energi lansia yang status gizinya
Tests
of
Meansdidapatkan Sehingga,
variabel
asupan protein dan
Equality angka asupan
dan
asupan
protein
antara
memiliki data yang homogen (p>0.01).
baikadalah 56.48 ± 12.79 %,
Data
yang berisiko malnutrisi adalah 63.82 ±
hasil
penelitian
terdistribusi
lansia
9
12.79%, dan lansia yang mengalami
lansia yang berisiko malnutrisi 105.10 ±
malnutrisi 69.41 ± 12.79%. Sedangkan
39.53 %, dan lansia yang mengalami
asupan
malnutrisi 111.89 ± 39.53%.
protein
lansia
yang status
gizinya baik adalah 79.32 ± 39.53 %, Tabel 3.Rerata asupan energi, asupan protein, aktivitas fisik dan MNA subjek penelitian. Status Gizi (MNA)
Variabel
Min
Max
Baik
Berisiko
Malnutrisi
Malnutrisi
P
%AKG Energi
28.70
99.40
56.48 ± 12.79 63.82 ± 12.79
69.41 ± 12.79
0.017*
%AKG Protein
20.60
215.30
79.32 ± 39.53 105.10 ± 39.53
111.89 ± 39.53
0.042*
Aktivitas Fisik
0.67
2.30
1.32 ± 0.29
1.45 ± 0.29
0.363*
1.41 ± 0.29
* : dianalisis dengan Oneway ANOVA, signifikan p<0.01.
dengan Kemudian dilakukan uji korelasi
arah
korelasi
positif
(r=0.347).
menggunakan Pearson ProductMoment untuk
melihat
apakah
terdapat
3. Korelasi antara besar aktivitas fisik
hubungan yang signifikan antara nilai
dengan besar MNA tidak signifikan
presentase angka kecukupan energi,
(p=0.291).
presentase angka kecukupan protein dan besar aktivitas fisik dengan besar MNA.
PEMBAHASAN
Dari hasil uji korelasi menggunakan
Penelitian
Pearson Correlation Test didapat data
mengetahi hubungan variabel asupan
sebagai berikut:
energi, protein dan variabel aktivitas
1. Korelasi antara presentase angka
fisik terhadap status gizi pasien lansia
kecukupan energi dengan besar
yang berada di wilayah kerja UPT
MNA
signifikan
Kesmas Blahbatuh II Gianyar. Status
korelasi
gizi sangat erat kaitannya dengan
sangat
(p=0.000)dengan
arah
positif (r=0.394). 2. Korelasi antara presentase angka
ini
dilakukan
untuk
asupan protein, asupan energi dan aktivitas fisik lansia.
kecukupan protein dengan besar
Dari hasil penelitian yang telah
MNA sangat signifikan (p=0.002).
dilakukan, dapat dilihat pada tabel 2
10
bahwa lansia yang berisiko malnutrisi (berdasarkan
perhitungan
Berdasarkan hasil Widyakarya
MNA)
Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun
memiliki prevalensi terbanyak diantara
2004 angka kecukupan energi dan
kelompok dengan status gizi baik dan
protein berdasarkan rata-rata kebutuhan
malnutrisi masing-masing sekitar 18.2%
orang dewasa yang ditentukan oleh usia,
dan 16.7%.
jenis kelamin dan berat badan seseorang
Menurut teori yang ada, bila
adalah 1600 kkal energi untuk wanita di
seseorang mengalami penuaan maka
atas 60 tahun dan 2050 kkal untuk laki-
terjadi
beberapa
laki diatas 60 tahun, sedangkan angka
komposisi kimia dalam tubuh manusia
kecukupan protein untuk wanita dan
serta beberapa struktur makroskopis
laki-laki diatas 60 tahun adalah 50 gram
dalam tubuh, sehingga orang yang
dan
mengalami penuaan selalu dalam resiko
tersebut bila dibandingkan dengan hasil
malnutrisi karena penurunan asupan
penelitian ini belum sesuai dengan
makanan sebagai
perubahan
kebutuhan lansia.
fungsi usus, metabolisme tidak efektif,
Penelitian
ini
asupan
protein
dan
perubahan
defek
pada
akibat
gram.8
60
Perhitungan
AKG
menunjukkan
utilisasi
nutrien.
bahwa
gizi
kurang
(presentase angka kecukupan protein
adekuat bisa menjadi alasan mengapa
dan energi) berbeda antara lansia yang
indeks masa tubuh menjadi turun saat
status gizinya baik, berisiko malnutrisi
Sehingga,asupan
yang
orang yang mengalami penuaan.
6
dan
energi
dan yang mengalami malnutrisi secara
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa
signifikan. Rerata asupan energi dan
para lansia ini kebanyakan memiliki
rerata asupan protein lansia masih di
tingkat kecukupan energi yang kurang.
bawah AKG. AKG yang normal untuk
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kecukupan energi dan protein berada
pernah dilakukan Diah Ayu Susanti
pada kisaran 90%-120%.2
yang pernah meneliti tingkat kecukupan
Hasil korelasi variabel penelitian
energi di pondok pesantren, ditemukan
menyatakan
bahwa sekitar 94.9% dari populasi
presentase angka kecukupan energi,
tersebut memiliki tingkat kecukupan
semakin
energi yang kurang.7 Begitu pula lansia
seseorang,
dalam
presentase angka kecukupan energi,
penelitian
ini
bahwa
kecil atau besar
semakin
pula
kecil
skor
MNA
semakin
besar
kebanyakanmemiliki tingkat kecukupan
semakin
pula
skor
MNA
protein yang rendah.
seseorang. Semakin kecil presentase
11
angka kecukupan protein, semakin kecil
sebaliknya, makin berat aktivitas lansia,
pula skor MNA seseorang, atau semakin
makin kecil nilai status gizinya.3
besar
presentase
angka
Hasil penelitian ini tidak terlepas
kecukupanprotein, semakin besar pula
dari faktor-faktor yang mempengaruhi
skor MNA seseorang.Rerata aktivitas
asupan makanan lansia, seperti: bahan
fisik lansia tidak berbeda antara lansia
makanan
yang
dimakan,
yang status gizi baik, berisiko malnutrisi
makanan
yang
dikonsumsi,
dan mengalami malnutrisiyakni 1.41 ±
frekuensi
0.29. Aktivitas fisik merupakan salah
diikutkan dalam penelitian ini sebagian
satu faktor yang mempengaruhi status
besar memiliki tingkat aktivitas fisik
gizi secara langsung.4 Pada lansia akan
yang ringan. Namun, pola asupan
terjadi
fisik
makanan mereka masih di bawah rata-
sebanyak 10% per dekade sehingga
rata AKG normal. Sehingga, sebesar
berpengaruh pada status gizinya.6 Teori
apa pun aktivitas fisik mereka, jika pola
ini berbanding terbalik dengan hasil
asupan
penelitian ini, yaitu semua tingkat
kisaran AKG normal, maka status gizi
aktivitas fisik, baik ringan, sedang
mereka tidak ikut terpengaruh.
pengurangan
maupun berat
tidak
aktivitas
mempengaruhi
status gizi lansia (p=0.363).
makannnya.
makanan
jumlah
Lansia
masih
di
dan yang
bawah
Kelemahan program analisis zat gizi biasanya berupa kesalahan pada
Pengambilan data aktivitas fisik
database program tersebut, dimana
dengan menggunakan kuesioner satu
mungkin
kali 24 jam recall aktivitas fisik pada
antara kandungan gizi dalam bahan
penelitian ini dilakukan selama 2 hari
makanan
secara
databaseprogram
tidak
berurutan.
Hal
ini
terdapat
ketidak
yang
cocokan
ada
pada dengan
memungkinkan terjadi bias ingatan
kenyataansesungguhnya.Pengambilan
subjek penelitian.
data asupan energi dan protein dengan
Recall tersebut juga bersifat
menggunakan kuesioner SQ-FFQ yang
umum dengan mengklasifikasikan jenis
telah
aktivitas fisik menjadi tingkat ringan,
subjektif.
sedang dan berat sehingga pengambilan data
aktivitas
spesifik.Padahal
fisik teori
tidak
bersifat
distandarisasi
masih
bersifat
Adanya bias dalam pengambilan data
tersebut
memungkinkan
hasil
menyebutkan
penelitian kurang signifikan. Bias dari
bahwa makin ringan aktivitas lansia,
responden dapat berupa underreporting
makin besar nilai status gizinya. Begitu
dan
overreporting.
Bias
dari
12
pewawancara kesalahan
biasanya
penafsiran
berupa
URT
yang
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara; 2009. p. 1-131.
digunakan oleh responden dapat berupa
2. Departemen
overestimate atau understimate terhadap
Pedoman
asupan yang dikonsumsi responden
Usia
dankesalahan dalam teknis memancing
Kesehatan.
jawaban.
Kesehatan RI. 2005.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II Gianyar dapat disimpulkan lansia
berisiko
malnutrisi
memiliki prevalensi terbesar di antara lansia yang memiliki status gizi baik dan malnutrisi.Rerata asupan energi dan asupan protein lansia berada di bawah kisaran
normal
hubungan
yang
AKG.Terdapat bermakana
antara
asupan energi dan asupan protein dengan status gizi lansia di wilayah kerja
UPT
Pembinaan
Lanjut
Kesehatan
Bagi
Jakarta:
RI. Petugas
Departemen
3. Akmal, Hilda F. Perbedaan Asupan
SIMPULAN
bahwa
Kesehatan
Kesmas
Blahbatuh
II
Gianyar.Tidak terdapat hubungan yang bermakana antara aktivitas fisik dengan status gizi lansia di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II Gianyar.
Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan Status Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. Semarang: FK UNDIP; 2012. p. 1-91. 4. Kementerian Sosial RI. Penduduk Lanjut
Usia
diIndonesia
dan
MasalahKesejahteraannya.Jakarta:K ementerian
Sosial
RepublikIndonesia. 2007. 5. YaniA.Faktor-Faktor
yang
Berhubungan dengan Status Gizi Lansia di Klub Jantung Sehat Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro. 2004. 6. Ambartana. Hubungan Status Gizi terhadap Kekuatan Otot Lanjut Usia di Kabupaten Gianyar. Denpasar: FK Universitas Udayana;2010.
DAFTAR PUSTAKA
7. Susanti, Diah A. Perbedaan Asupan
1. Kuswardani, Irvinda H. Gambaran
Energi, Asupan Protein dan Status
Peranan Keluarga terhadap Perilaku
Gizi pada Remaja Panti Asuhan dan
Hidup Sehat Lanjut Usia di Wilayah
Pondok
Kerja
Semarang:FKUniversitas
Puskesmas
Darussalam
Kecamatan Medan Petisah Tahun 2009. Medan: Fakultas Kesehatan
Diponegoro; 2012.
Pesantren.
13
8. Hardinsyah, Tambunan. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan.Jakarta:
LIPI,
Deptan,
Bappenas, BPOM, BPS, Menristek, PERGIZI PANGAN, PERSAGI dan PDGMI; 2004.