HU B U N G A N ANT A R A K EC E M A S A N D A L A M M E N G H A D A P I MATA PE L A J A R A N MATE M A T I K A DENG A N PR E S T A S I AKA D E M I K MATE M A T I K A PA D A RE M A J A NAMA : TYA ANGGREINI NPM : 10505235 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABST R A K S I Setiap kali sering ditemui rendahnya prestasi akademik matematika. Rendahnya prestasi akademik matematika dapat dipengaruhi berbagai bermacam hal salah satunya adalah cemas terhadap matematika. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik. Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah para siswa dan siswi kelas XI pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan Bekasi.Sampel yang digunakan pada kelas XI tersebut adalah 84 orang. Di mana pengambilan sampel dari populasi adalah dengan menggunakan Purposive Sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner tertutup dengan memberikan tanda checklist. Untuk mengukur kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika adalah dengan mengunakan skala kecemasan yang diperoleh dari komponenkomponen kecemasan yang di kemukakan oleh Dacey (2000). Sedangkan untuk melihat prestasi akademik matematika digunakan raport kelas X semester 2. Hasil penelitian ini diketahui nilai validitas dari skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika bergerak dari nilai 0,301 sampai dengan 0,538 dan reliabilitas sebesar 0,824. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Pearson (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar r = - 0.221 dengan taraf signifikansi sebesar 0,022 (p < 0,05). Hal ini artinya terdapat hubungan yang negatif antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja, dimana semakin tinggi tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi mata pelajaran matematika maka semakin rendah prestasi akademik matematika pada remaja. Kata Kunci : Kecemasan, Prestasi Akade mik Matematika, S M U N (Sekolah Menen g a h Umu m Negeri).
Matematika merupakan salah
ditemukan banyak hambatan dalam
disiplin
telah
pencapaian usaha tersebut. Hambatan-
berkembang pesat di negara-negara
hambatan itu dapat muncul dari dalam
maju. Kemajuan ini disebabkan oleh
diri individu maupun dari lingkungan
pemfokusan negara maju pada bidang
sekitar
sains
hambatan
satu
dan
penerapan
ilmu
yang
matematika. bidang
Namun
sains
individu.
Bila
tersebut
hambatan-
tidak
segera
dan
ditanggulangi oleh pemerintah di suatu
matematika tidak hanya dilakukan di
negara, terutama di negara Indonesia
negara-negara maju saja. Akhir-akhir
maka
ini negara-negara berkembang mulai
dapat menimbulkan kecemasan pada
berusaha untuk memfokuskan diri pada
bidang matematika.
bidang sains dan matematika, salah satunya
adalah
tersebut
Kecemasan merupakan suatu
Indonesia.
perasaan tidak nyaman yang sering
dalam
terjadi di dalam kehidupan sehari-hari
pengetahuan
manusia. Hurlock (dalam Hartanti,
pada bidang sains dan matematika
1997) berpendapat bahwa kecemasan
dapat di lihat pada pemberian pelajaran
merupakan sebuah ungkapan perasaan
Matematika sejak dini. Hudoyo (dalam
individu terhadap suatu situasi yang
Nawangsari,
2000)
berpendapat
dapat diekspresikan melalui beberapa
pemfokusan
pelajaran
matematika
cara, yaitu: dengan cara yang mudah
disebabkan
matematika
merupakan
dikenali seperti kekhawatiran individu,
Usaha
negara
hambatan-hambatan
Indonesia
mengembangkan
ilmu
dasar untuk mengembangkan ilmu,
individu
sehingga mutlak diperlukan tenaga
Kecemasan terlihat dari kekhawatiran
yang terampil dan pandai dalam
atau ketakutan individu pada hal-hal
matematika. Bila perkembangan ilmu
tertentu, misalnya: kecemasan pada
matematika
sesuai
bidang matematika. Kecemasan pada
dengan yang diharapkan maka akan di
bidang matematika banyak terjadi di
peroleh generasi yang berkualitas di
kalangan masyarakat, salah satunya
masa yang akan datang. Namun usaha
terjadi pada remaja.
tidak
selalu
diharapkan.
dapat
sama
berjalan
dengan
Terkadang
yang sering
menjadi
Menurut
mudah
Papalia
marah.
(2004)
periode remaja adalah periode yang
sudah
mulai
pengalaman
menggabungkan
yang
di
peroleh
ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika
disebabkan
sebelumnya dengan tantangan saat ini
inteligensi
dan memikirkan keadaan di masa yang
matematika,
akan
inteligensi tinggi akan cenderung lebih
datang.
Santrock
(2003)
siswa
oleh
dalam
pelajaran
yang
memiliki
siswa
mengatakan masa remaja disebut juga
tertarik
masa pemantapan identitas diri atau
terhadap
pelajaran
masa masa-masa strom and stress, atau
sedangkan
siswa
masa up and down. Bila pada periode
inteligensi rendah akan kurang tertarik
ini remaja tidak memiliki kemantapan
dan
dalam
akan
pelajaran matematika (Zeidner, 1998).
menimbulkan kecemasan di dalam
Ketertarikan siswa dan siswi dalam
dirinya. Bila ketidakmantapan tersebut
pelajaran matematika berbeda-beda, di
terjadi
mana siswa pria lebih tertarik dalam
dirinya
maka
pada pelajaran
matematika
dan
akan
kurang
lebih
matematika
yang
evaluatif
memiliki terhadap
maka remaja tersebut akan mengalami
pelajaran
kecemasan
dengan siswa wanita sehingga siswa
terhadap
pelajaran
mateamtika.
matematika
evaluatif
dibandingkan
wanita lebih mudah cemas dalam
Kecemasan
remaja
dalam
menghadapi matematika dibandingkan
menghadapi matematika dikarenakan
dengan siswa pria (Yoenanto dalam
adanya beberapa faktor, yaitu faktor
Nawangsari, 2000).
inteligensi, faktor di dalam diri remaja
Sedangkan menurut Hudoyo
dan faktor lingkungan. Ellis (dalam
(dalam Nawangsari, 2000), kecemasan
Alsa,
bahwa
siswa dalam pelajaran matematika
kecemasan pada remaja disebabkan
dipengaruhi oleh pengalaman belajar
oleh adanya tingkat inteligensi yang
matematika yang diterima siswa di
berbeda pada diri remaja. Hal ini
masa lampau. Namun berdasarkan
dijelaskan
(1998)
hasil pengamatan yang dilakukan oleh
terhadap
Nawangsari (2001) terhadap siswa
dikarenakan
kelas 1 Sekolah Menengah Pertama
kurangnya ketertarikan siswa terhadap
Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat
pelajaran
bahwa 81 % kecemasan siswa terhadap
1984)
kecemasan pelajaran
mengatakan
oleh
Zeidner
seseorang matematika matematika.
Kurangnya
pelajaran matematika dipengaruhi oleh
skor matematika siswa internasional
self-efficacy
atau
dan berada pada ranking 34 dari 38
keyakinan diri siswa dan expectancy-
negara dengan skor 403 (Setyono,
value
2005). Setyono (2005) mengatakan
belief
siswa
terhadap
atau
siswa harapan
suatu
siswa
keberhasilan.
bahwa
Negara
yang
menduduki
Keyakinan diri dan harapan terhadap
rangking 1 dari 38 Negara diduduki
keberhasilan dalam mata pelajaran
oleh Negara Singapura (dari Benua
matematika ditunjukkan bahwa 59%
Asia) dengan skor 604 sedangkan
siswa wanita lebih yakin terhadap diri
Negara yang menduduki rangking 38
dan memiliki harapan yang besar
dari 38 negara adalah Negara Afrika
terhadap keberhasilan dalam mata
selatan (dari Benua Afrika) dengan
pelajaran matematika sedangkan 41%
skor 275 sehingga dapat disimpulkan
untuk siswa pria (Nawangsari, 2001).
bahwa Negara Indonesia (dari Benua
Oleh karena itu dapat diartikan bahwa
Asia) termasuk salah satu Negara yang
siswa
jika
prestasi siswanya dalam pelajaran
dibandingkan dengan siswa wanita.
matematika menduduki posisi yang
Bila
pelajaran
rendah. Rendahnya prestasi disebabkan
matematika terus berlanjut dalam satu
oleh faktor siswa yaitu mengatasi
periode atau satu semester maka dapat
masalah secara komprehensif atau
mempengaruhi
secara partial (hanya sebagian) dalam
pria
lebih
kecemasan
cemas pada
prestasi
akademik
matematika pada remaja.
pelajaran matematika.
Prestasi akademik matematika remaja baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1999 melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa
tingkat
delapan
(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP))
Indonesia
(dari
Benua Asia) jauh di bawah rata-rata
Selain itu, belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa terhadap konsep matematika sangat lemah (Arjuna, 1999). Pemahaman terhadap konsep matematika sangat dipengaruhi
oleh
kemampuan
intelegensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sorenson (dalam Alsa, 1984) mengenai kemampuan inteligensi yang
minim pada remaja wanita dalam
rendah
pelajaran-pelajaran
kesuksesan
matematika,
aljabar, geometri, dan sains dapat menyebabkan
rendahnya
remaja wanita. Sebaliknya pada remaja pria kemampuan inteligensi dalam pelajaran-pelajaran
matematika,
aljabar, geometri, dan sains sangat besar
sehingga
prestasi
belajar
matematika remaja pria lebih tinggi dibandingkan dengan remaja wanita. Hal ini sesuai dengan pengetesan inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi sekolah
menengah
umum
yang
dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa, 1984)
di
mana
hasil
pengetesan
inteligensi siswa pria adalah siswa pria memiliki inteligensi yang lebih baik dalam pelajaran matematika, aljabar, geometri, dan sains, sedangkan siswa wanita memiliki inteligensi yang lebih baik dalam bahasa asing, pengertian verbal dan hal-hal ekspresi pada umumnya. Hal senada terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Stipek dan Granlinski (dalam Thompson, 2007) pada keberhasilan remaja wanita dan remaja pria dalam pelajaran matematika, ternyata remaja wanita memiliki urutan keberhasilan yang
berada remaja
di
bawah
pria
dalam
pelajaran matematika.
prestasi
akademik belajar matematika pada
atau
Pelajaran matematika sering menimbulkan kecemasan pada diri remaja dan mempengaruhi prestasi akademik belajar matematika. Hal ini dikarenakan adanya anggapan yang salah pada remaja terhadap pelajaran matematika. bahwa
Remaja
beranggapan
pelajaran
merupakan
matematika
pelajaran
meningkatkan
harga
yang diri
dapat remaja
dihadapan masyarakat. Namun pada kenyataaanya banyak remaja yang tidak terlalu dapat memahami konsep matematika yang telah diberikan di sekolah. Sehingga pada saat remaja mengikuti
tes
matematika
tanpa
persiapan sebelumnya, terlihat bahwa remaja mengalami kecemasan yang berpengaruh pada rendahnya nilai yang dihasilkan
remaja
pada
pelajaran
matematika atau rendahnya prestasi akademik matematika pada remaja. K.T.
Hill
dan
Sarason
(dalam
Nawangsari, 2000) melaporkan hasil studi longitudinal yang intensif pada 700 siswa Sekolah Dasar di mana siswa
akan
memperoleh
nilai
matematika
yang
rendah
ketika
matematika siswa. Hal ini sesuai
diberikan tes matematika tanpa ada
dengan Nawangsari (2000) laporan
pemberitahuan
yang
dari hasil pengamatannya pada seluruh
membuat siswa menjadi tidak siap, hal
siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat
ini
dan
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya,
suasana tes yang membuat mereka
kecemasan siswa dalam menghadapi
cemas. Sebaliknya, para siswa ini
matematika akan berpengaruh dengan
memperlihatkan nilai yang lebih baik
prestasi akademiknya. Di mana 53 %
jika berada pada kondisi yang lebih
dipengaruhi oleh materi pelajaran yang
optimal, dalam arti unsur-unsur yang
di anggap sulit, kemudian di susul 26
membuat
dibawah
% dipengaruhi oleh fasilitas yang
tekanan dikurangi atau dihilangkan
kurang memadai dan 23 % dipengaruhi
sama sekali. Ini menunjukkan bahwa
oleh cara mengajar yang sulit dipahami
sebenarnya
tersebut
(Nawangsari, 2000).
menguasai materi matematika yang
Berdasarkan
sebelumnya
dikarenakan
oleh
siswa
situasi
berada
para
siswa
Latar
belakang
diujikan tapi gagal memperlihatkan
masalah yang telah diuraikan di atas
kemampuan mereka yang sebenarnya
dihasilkan sebuah rumusan masalah
karena kecemasan yang melanda siswa
penelitian sebagai berikut : Apakah
saat mengerjakan soal-soal. Sehingga
ada hubungan antara kecemasan dalam
kecemasan pada saat mengikuti tes
menghadapi
matematika
matematika dengan prestasi akademik
akan
mempengaruhi
prestasi akademik matematikanya. Kecemasan pelajaran
tidak
pelajaran
matematika pada remaja?
menghadapi
matematika
mata
hanya
Tujuan Penelitian Penulis
ingin
menguji
disebabkan oleh situasi dan suasana
hubungan antara kecemasan dalam
tes. Namun kecemasan pada pelajaran
menghadapi
matematika
matematika dengan prestasi akademik
disebabkan
pula
oleh
faktor lain, salah satunya adalah guru di
mana
faktor
mempengaruhi
tersebut
prestasi
dapat
akademik
mata
matematika pada remaja.
pelajaran
Manfaat Penelitian
lain yang berminat di bidang yang
1. Manfaat Teoritis
sama.
Berdasarkan
hasil
data
dalam penelitian ini terlihat bahwa
2. Manfaat Praktis
terdapat hubungan negatif antara kecemasan
menghadapi
diketahui bahwa terdapat hubungan
mata pelajaran matematika dengan
negatif antara kecemasan dalam
prestasi akademik matematika pada
menghadapi
mata
remaja. Penelitian ini diharapkan
matematika
dengan
dapat memberikan masukan dan
akademik matematika pada remaja.
sumbangan
perkembangan
Pada penelitian ini kecemasan
khususnya
siswa dan siswi dalam menghadapi
terutama
mata pelajaran matematika berada
yang berkaitan prestasi akademik
pada taraf sedang ini berarti bahwa
matematika pada remaja. Penelitian
siswa dan siswi rata-rata memiliki
ini diharapkan dapat memberikan
kecemasan
tambahan data empiris yang telah
mata
teruji secara ilmiah mengenai rata-
sehingga diharapkan siswa dan
rata terdapat kecemasan dalam
siswi dapat mengurangi kecemasan
menghadapi
dalam menghadapi mata pelajaran
ilmu
dalam
Dari hasil penlitian ini
bagi
psikologi,
psikologi
pendidikan
mata
pelajaran
dalam
pelajaran prestasi
menghadapi
pelajaran
matematika
matematika pada siswa dan siswi
matematika.
kelas XI di Sekolah Menengah
kecemasan itu dapat dilakukan
Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan
dengan
Bekasi berada pada taraf sedang,
mengerjakan
dimana
tersebut
matematika, memperdalam materi-
mempengaruhi prestasi akademik
materi yang telah diberikan oleh
matematika siswa dan siswi. Hasil
guru matematika, dan hal-hal lain
penelitian ini diharapkan dapat
yang
memberikan
yang
pelajaran matematika. Selain itu
bermanfaat bagi peneliti-peneliti
hasil penelitian ini juga diharapkan
kecemasan
informasi
dapat
Cara
mengurangi
memperbanyak
berkaitan
membantu
latihan-latihan
dengan
mata
memberikan
informasi khususnya kepada para
buang-buang air, palpitasi (debaran
orang tua, konselor sekolah, guru
atau berdebar-debar).
dan seluruh masyarakat agar dapat memberikan
Menurut
stimulus-stimulus
Nawangsari,
yang berkaitan dengan matematika
didefinisikan
dan
psikologis
menyediakan
sarana
dan
prasarana
yang
menunjang
adanya
efektifitas
belajar
matematika
kegalauan
sehingga
menumbuhkan
rasa
Rathus
2001)
kecemasan
sebagai
yang
keadaan
ditandai
tekanan, dan
(dalam
oleh
ketakutan,
ancaman
yang
berasal dari lingkungan. Sementara
senang didalam diri siswa saat
itu
belajar
Bila
(dalam Hartanti, 1997) kecemasan
menghadapi
adalah manifestasi dari berbagai
matematika
proses
matematika.
kecemasan mata
dalam
pelajaran
menurut
Zakiyah
emosi
yang
Derajat
bercampur
berkurang diharapkan akan dapat
aduk, yang terjadi ketika individu
meningkatkan prestasi akademik
sedang
matematika.
perasaan
Crow dan Crow (dalam 1997)
mengemukakan
bahwa kecemasan adalah sesuatu kondisi
kurang
menyenangkan
yang di alami oleh individu yang dapat fisiknya.
mempengaruhi Senada
keadaan
dengan
yang
dikemukakan oleh Crow dan Crow, menurut
Soehardjono
(1988)
kecemasan adalah manifestasi dari gejala-gejala
atau
atau
tekanan
frustasi
dan
pertentangan batin atau konflik.
Kecemasan Hartanti,
mengalami
gangguan
fisiologik seperti : gemetar, banyak keringat, mual, sakit kepala, sering
Sedangkan menurut Nawangsari (2000) kecemasan adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan meliputi rasa takut, rasa tegang, khawatir, bingung, tidak suka yang sifatnya
subjektif
dan
timbul
karena adanya perasaan tidak aman terhadap bahaya yang diduga akan terjadi. Dari berbagai definisi di atas, bahwa
maka
dapat
disimpulkan
kecemasan
merupakan
kumpulan dari berbagai kondisi fisiologis dan psikologis sehingga
menimbulkan
berbagai
macam
menghambat
dorongan
yang
reaksi di dalam diri individu,
muncul. Sementara itu Calvin S.
seperti : gemetar, banyak keringat,
Hall dari Ahli Kultural mengatakan
mual, sakit kepala, palpitasi, rasa
bahwa
takut,
sebagai ekspresi langsung dari
rasa
tegang,
khawatir,
binggung, dan lain sebagainya.
kecemasan
di
pandang
pengaruh sosio-kultural. Mowrer dari Ahli Teori Belajar mengatakan
Faktor
yang
Mempengaruhi
Kecemasan
kecemasan dipengaruhi oleh pola belajar
Freud
(dalam
“Conditioning”
adaptasi
yang
salah
serta
Soehardjono,1988) mengutarakan
didasarkan
kecemasan dapat terjadi karena
“Conditioned Reflex”. Jersild dari
keadaan seperti berikut :
Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti
a. Kehilangan
orang
yang
dicintai, seperti : kehilangan seorang guru yang di cintai. b. Konflik
yang
tidak
terselesaikan antara kebutuhan untuk pemuasan instinktual dan keadaan lingkungan melarang pemuasan tersebut. Jersild dari Ahli Konstitusi mengatakan
bahwa
kecemasan
dipengaruhi oleh faktor konstitusi individu. Menurut Freud dari Ahli Psikoanalisis,
kecemasan
merupakan akibat dari hasil konflik antara dorongan instingtual yang ingin mencari kepuasan dengan kekuatan
represi
untuk
pada
dengan
pembentukkan
tentang sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap individu), Freud dari Ahli Psikoanalisis, Calvin S. Hall dari Ahli Kultural dan Mowrer dari Ahli
Teori
Belajar
bersepakat
untuk menggabungkan pendapat masing-masing, menjadi dua faktor yang mempengaruhi kecemasan (dalam Soeharjono, 1988), yaitu: a. Mikrokosmos
(keadaan
diri
individu) 1) Sifat
dasar
konstitusi
individu sejak lahir yang meliputi : emosi, tingkah laku dan proses berfikir individu. 2) Keadaan biologi individu seperti : jenis kelamin.
3) Perkembangan
individu
dicintai misalnya: guru, orang tua,
yang dapat dilihat dari usia
teman dan lain sebagainya, selain
individu.
itu dipengaruhi pula oleh keadaan
b. Makrokosmos
(keadaan
didalam
diri
individu
seperti
lingkungan)
keadaan biologi individu seperti :
1) Orang tua atau keluarga
jenis kelamin, dan dapat pula dipengaruhi oleh perkembangan
dirumah. 2) Sekolah (kelas), tetangga,
usia individu, selain itu dapat pula
teman-teman. 3) Masyarakat, keadaan
meliputi
sosial,
lingkungan
individu yang dapat dilihat dari
:
budaya,
agama,
dan
sebagainya. Berdasarkan
kedua
disebabkan oleh konflik yang tidak dapat
terselesaikan
kebutuhan
untuk
instinktual
individu
keadaan
antara pemuasan
lingkungan
dengan melarang
pendapat yang dikemukakan oleh
pemuasan yang dinginkan oleh
Freud (dalam Soehardjono,1988)
individu.
dan penggabungan pendapat dari Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti tentang sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap individu), Freud
dari
Ahli
Psikoanalisis,
Calvin S. Hall dari Ahli Kultural dan
Mowrer
dari
Ahli
Teori
Belajar (dalam Soeharjono, 1988) dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
yang
kecemasan
mempengaruhi adalah
keadaan
lingkungan di mana keadaan itu dapat
dilihat
pada
lingkungan
sekolah terutama di dalam kelas, atau karena kehilangan orang yang
Komponen-Komponen Kecemasan Menurut
Dacey
(2000)
dalam mengenali gejala kecemasan dapat
di
tinjau
melalui
tiga
komponen, yaitu : a. Komponen Psikologis : berupa kegelisahan,
gugup,
tegang,
cemas, rasa tidak aman, takut, cepat terkejut. b. Komponen Fisiologis : berupa
jantung
berdebar,
keringat
dingin pada telapak tangan, tekanan
darah
meninggi
(mudah emosi), respon kulit
individu
terhadap
galvanis
ketakutan yang tak berbahaya,
(sentuhan dari luar) berkurang,
membesar-besarkan bahaya atau
gerakan
(gerakan
risiko sehingga dapat menghambat
berulang-ulang tanpa disadari)
kegiatan individu dalam menjalani
bertambah, gejala somatik atau
kehidupannya.
fisik (otot), gejala somatik atau
menurut
fisik
gejala
Soeharjono, 1988), individu yang
Respiratori (pernafasan), gejala
mengalami kecemasan akan terus-
Gastrointertinal (pencernaan),
menerus
gejala Urogenital (perkemihan
(pertahanan)
dan kelamin).
untuk melawan lingkungan yang di
aliran peristaltik
(sensorik),
c. Komponen Sosial sebuah
:
anggap
perilaku
mengantisipasi
situasi
Sementara Horney
(dalam
membentuk
tidak
di
defens
dalam
adil
itu
dirinya
dan
kejam
yang
terhadap dirinya. Perlawanan yang
ditunjukkan oleh individu di
dilakukan oleh individu terhadap
lingkungannya.
lingkungannya
Perilaku
itu
akan
membuat
dapat berupa: tingkah laku
individu semakin tidak mempunyai
(sikap) dan gangguan tidur.
kekuatan untuk mengubahnya, dan
Berdasarkan yang Dacey
telah
penjelasan
dikemukakan
(2000)
bahwa
oleh dalam
dapat melemahkan kemampuannya dalam menumbuhkan kepercayaan pada dirinya.
mengenali gejala kecemasan dapat
Dari
pendapat
yang
di lihat dari tiga komponen. Di
dikemukakan oleh Hartanti (1997)
mana ke tiga komponen tersebut
dan Horney (dalam Soeharjono,
adalah
1988)
komponen
komponen
psikologis,
fisiologis
dan
komponen sosial. Dampak Kecemasan Menurut Hartanti (1997) kecemasan
akan
membawa
mengenai
dampak
kecemasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa
dampak
kecemasan
adalah
sebuah
perlawanan yang dilakukan oleh individu terhadap sesuatu yang dapat membuat individu cemas, di
mana bila individu terus-menerus
yang
melakukan
pada
belajar. Menurut Poerwodarminto
kondisi ini maka kegiatan individu
(dalam Wahyuningsih, 2004), yang
akan terganggu, individu akan
dimaksud dengan prestasi adalah
merasa
hasil yang telah dicapai, dilakukan
perlawanan
tidak
berdaya
untuk
telah
dicapainya
merubah kondisi tersebut, dan
atau
individu menjadi kurang percaya
Sedangkan prestasi akademik itu
pada
sendiri diartikan sebagai prestasi
kemampuan
yang
dimilikinya.
dikerjakan
oleh
dalam
individu.
yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan di
Prestasi Akademik Penilaian
catat dalam buku rapor sekolah.
terhadap
hasil
Berdasarkan
beberapa
belajar siswa untuk mengetahui
pendapat yang telah dikemukakan
sejauhmana siswa telah mencapai
oleh Winkel (dalam Christantie,
sasaran belajar, inilah yang disebut
2007) dan Poerwodarminto (dalam
sebagai prestasi akademik. Winkel
Wahyuningsih, 2004) maka dapat
(dalam
di
Christantie,
2007)
tarik
kesimpulan
mengenai
mengatakan bahwa proses belajar
pengertian prestasi akademik yaitu
yang
suatu cara yang dilakukan untuk
dialami
oleh
menghasilkan
siswa
perubahan-
perubahan
dalam
pengetahuan
dan
bidang
memberikan hasil-hasil
penilaian belajar
terhadap
siswa
yang
pemahaman,
dilakukan dalam jangka waktu
dalam bidang nilai, sikap dan
tertentu dan di catat dalam buku
keterampilan. Adanya perubahan
prestasi siswa atau buku rapor
tersebut tampak dalam prestasi
siswa di sekolah.
akademik yang dihasilkan oleh siswa
terhadap
persoalan diberikan
atau oleh
pertanyaan, tugas guru.
yang Melalui
Faktor-Faktor Mempengaruhi
kemajuan-kemajuan
Prestasi
Akademik
prestasi akademik siswa dapat mengetahui
yang
Menurut Suryabrata (1998) ;
Riyanti,
Prabowo
dan
Puspitawati (1996) faktor-faktor
studinya. Dalam upaya
yang
memelihara
mempengaruhi
akademik
dapat
prestasi
digolongkan
fisiknya,
kesehatan
siswa
perlu
menjadi dua bagian, yaitu faktor
memperhatikan
internal dan faktor eksternal:
makan dan pola tidur, untuk
b. Faktor Internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat
mempengaruhi
prestasi akademik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : Dalam faktor
hal
ini,
fisiologis
yang
adalah
faktor
dimaksud
memperlancar
metabolisme tubuhnya.
dalam
Selain
itu,
juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan
ketangkasan
fisik
dibutuhkan
1) Faktor fisiologis
pola
olahraga
yang teratur. b) Pancaindera Berfungsinya
yang berhubungan dengan
pancaindera merupakan
kesehatan dan pancaindera,
syarat
yaitu:
belajar
a) Kesehatan badan
Dalam
berlangsungnya yang
baik. sistem
dapat
pendidikan dewasa ini
menempuh studi yang
di antara pancaindera
baik,
itu
Untuk siswa
perlu
memperhatikan
dan
memelihara
kesehatan
yang
paling
memegang dalam
peranan
belajar
adalah
tubuhnya. Keadaan fisik
mata dan telinga. Hal
yang
ini
menjadi bagi
lemah
dapat
penghalang siswa
dalam
menyelesaikan program
penting,
karena
sebagian besar hal-hal yang
dipelajari
manusia
oleh
dipelajari
melalui penglihatan dan
siswa, di mana siswa
pendengaran.
yang
Dengan
memiliki
demikian, seorang anak
inteligensi
yang
mempunyai
memiliki
cacat
fisik atau bahkan cacat
lebih
mental
mencapai
akan
taraf tinggi
peluang
besar
untuk prestasi
menghambat dirinya di
akademik yang lebih
dalam
tinggi.
menangkap
pelajaran, pada
sehingga
akhirnya
akan
siswa yang rendah
akademiknya
juga
sekolah.
akan
memiliki
rendah.
Ada banyak faktor yang
mempengaruhi
dapat prestasi
akademik siswa, antara lain adalah :
Namun
bukanlah
suatu
yang
tidak
mungkin
jika
siswa
dengan
taraf
inteligensi
rendah
memiliki
prestasi
akademik yang tinggi
a) Inteligensi Pada umumnya, prestasi akademik yang ditampilkan
siswa
dan
dengan
kecerdasan
tingkat yang
begitu
pula
sebaliknya. b) Sikap
mempunyai kaitan yang erat
diperkirakan
prestasi akademik yang
2) Faktor psikologis psikologis
memiliki
taraf inteligensi yang
mempengaruhi prestasi di
Sebaliknya,
Sikap
yang
pasif, rendah diri dan kurang
percaya
diri
dimiliki siswa. Taraf
dapat merupakan faktor
inteligensi
sangat
yang
menghambat
mempengaruhi prestasi
siswa
dalam
akademik
ini
seorang
menampilkan
prestasi
akademiknya.
mulai dari buku, alat
Motivasi belajar merupakan faktor psikis bersifat
non
intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal
fasilitas
belajar yang lebih baik,
c) Motivasi
yang
mendapatkan
gairah
atau
semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan
mempunyai
banyak
energi
melakukan
untuk
kegiatan
belajar.
sekolah. b) Pendidikan orang tua Orang tua yang telah
menempuh
jenjang
pendidikan
tinggi cenderung lebih memperhatikan
dan
memahami pentingnya pendidikan bagi anakanaknya, dibandingkan dengan
yang
mempunyai
c. Faktor Eksternal
Selain
tulis hingga pemilihan
faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di luar diri yang
jenjang
pendidikan yang lebih rendah. c) Perhatian orang tua dan
dapat mempengaruhi prestasi
suasana
akademik yang akan diraih,
antara anggota keluarga Dukungan
antara lain adalah: 1) Faktor lingkungan keluarga a) Sosial
ekonomi
keluarga Sosial ekonomi keluarga yang memadai akan
membuat
seseorang lebih banyak kesempatan
hubungan
keluarga
dari
merupakan
suatu pemacu semangat berpretasi
bagi
seseorang.
Dukungan
dalam
hal
ini
bisa
secara langsung, berupa pujian maupun
atau
nasihat;
secara
tidak
langsung,
seperti
kebutuhannya
untuk
hubugan keluarga yang
berprestasi dengan baik
harmonis.
di sekolah terpenuhi,
2) Faktor lingkungan sekolah a) Sarana dan prasarana Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti : papan tulis, kapur atau spidol
yang
membantu
dapat
kelancaran
proses belajar mengajar di sekolah; selain itu bentuk
ruangan,
sirkulasi
udara
lingkungan sekolah
dan sekitar
juga
dapat
mempengaruhi
proses
belajar mengajar.
siswa dan
siswa
guru sangat
penting dalam meraih prestasi,
kelengkapan
sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan siasia belaka. Bila seorang siswa
dengan
tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat menimbulkan
rasa
keingintahuan
yang
besar, hubungan dengan guru
dan
temannya
teman-
berlangsung
harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar
yang
menyenangkan. Dengan demikian, siswa akan terdorong untuk terusmenerus meningkatkan
b) Kompetensi guru dan Kualitas
misalnya
merasa
prestasi akademiknya. c) Kurikulum dan metode mengajar Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode yang (terjadi
pembelajaran
lebih
interaktif
melalui
dua
arah) sangat diperlukan
untuk
menumbuhkan
anggaran) sampai pada
minat dan peran serta
masyarakat
siswa dalam kegiatan
setiap orang akan lebih
pembelajaran.
menghargai
3) Faktor
berusaha
lingkungan
Pandangan masyarakat
tentang
pentingnya pendidikan mempengaruhi
kesungguhan
pendidik
peserta
didik.
Masyarakat yang masih memandang
rendah
pendidikan akan enggan mengirimkan ke
anaknya
sekolah
dan
cenderung memandang rendah
pekerjaan
guru/pengajar. b) Partisipasi
pihak berpartisipasi mendukung
dan
ilmu
Pengukuran Prestasi Akademik Menurut Suryabrata (1998) rapor
merupakan
perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar
murid-muridnya
selama
masa tertentu. Azwar (1996) menyebutkan bahwa
ada
beberapa
fungsi
penilaian dalam pendidikan, yaitu : a. Penilaian
berfungsi
selektif
(Fungsi Sumatif) Fungsi
penilaian
ini
merupakan pengukuran akhir terhadap
pendidikan Bila
memajukan
pengetahuan.
a) Sosial budaya
dan
dan
pendidikan
masyarakat
akan
bawah,
dalam
suatu
hasilnya semua telah dan
program
dipakai
menentukan
apakah
dan untuk siswa
dapat dinyatakan lulus atau tidak
dalam
program
kegiatan
pendidikan tersebut. Dengan
pendidikan, mulai dari
kata lain penilaian berfungsi
pemerintah
untuk
kebijakan
(berupa dan
membantu
guru
mengadakan seleksi terhadap
belajar yang telah dicapainya.
beberapa siswa, misalnya :
Sebagai
1) Memilih siswa yang akan
nilai
diterima di sekolah.
contoh
rapor
naik kelas. siswa
yang
seharusnya dapat beasiswa.
I
penilaian
ini
berfungsi
Formatif) Penilaian suatu
yang
diterapkan.
juga
berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana
selain untuk mengetahui hasil siswa
sebagai
pengukur keberhasilan (Fungsi
b. Penilaian berfungsi diagnostik
dicapai
kelas
kelas II dan III. d. Penilaian
Fungsi
SMU
menentukan jurusan studi di
2) Memilih siswa untuk dapat 3) Memilih
penggunaan
program
dapat
Sebagai
contoh
mengetahui kelemahan siswa
adalah raport di setiap semester
sehingga
di
dengan
adanya
sekolah-sekolah
tingkat
penilaian, maka guru dapat
dasar
mengetahui
dan
dipakai
untuk
mengetahui
masing-masing
apakah
program
pendidikan
kelemahan
kelebihan siswa.
Jika
guru
dapat
dan
menegah
yang telah diterapkan berhasil
mendeteksi kelemahan siswa,
diterapkan
maka kelemahan tersebut dapat
siswa tersebut.
segera diperbaiki. c. Penilaian
atau
Raport
berfungsi
sebagai
penempatan (Placement)
dapat
tidak
pada
biasanya
menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10, terutama
Setiap siswa memiliki
pada siswa SD sampai SMU,
kemampuan berbeda satu sama
tetapi dalam kenyataan nilai
lain. Penilaian dilakukan untuk
terendah dalam rapor yaitu 4
mengetahui
di
mana
dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai
seharusnya
siswa
tersebut
di bawah 5 berarti tidak baik
ditempatkan
sesuai
dengan
atau buruk, sedangkan nilai-
telah
nilai di atas 5, seperti: nilai 6
kemampuannya
yang
diperlihatkannya pada prestasi
dikategorikan
cukup,
untuk
nilai 7 dikategorikan lebih dari
matematika
cukup,
8
sebagai salah satu ilmu dasar yang
dikategorikan baik, dan untuk
dewasa ini telah berkembang amat
nilai 9 dikategorikan sangat
pesat
baik.
kegunaannya.
untuk
nilai
adalah
baik Dari
Mata Pelajaran Matematika Hudoyo (dalam Yoenanto, 2002)
materi
maupun
beberapa
pendapat
yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
mata
mata pelajaran matematika adalah
adalah
sebuah bidang ilmu yang paling
yang
mendasar dari kehidupan sehari-
berkenaan dengan ide-ide, struktur-
hari manusia di mana ilmu tersebut
struktur dan hubungan-hubungan
berkenaan
yang di atur secara logis, sehingga
hubungan-hubungan dan struktur-
pelajaran
struktur berkaitan dengan konsep-
pelajaran sebagai
dengan
mendefinisikan
matematika
matematika bidang
ilmu
matematika
berkaitan
konsep-konsep
abstrak
konsep
dengan
abstrak
ide-ide,
yang
tersusun
yang tersusun secara hirarkis dan
secara hirarkis dan telah diatur
dengan
secara logis.
penalaran
deduktif.
Nawangsari (2000) mendefinisikan mata pelajaran matematika sebagai
Dimensi
suatu bidang ilmu yang membahas
Matematika
ide-ide,
hubungan-hubungan,
struktur-struktur
yang
berkaitan
Mata
Pelajaran
Dalam Garis-Garis Besar Program
Pengajaran
Sekolah
dengan konsep secara abstrak dan
Lanjut Tingkat Pertama atau di
berguna dalam kehidupan sehari-
singkat
hari. Menurut Garis-Garis Besar
(dalam
Program
Sekolah
mengatakan bahwa didalam mata
Lanjutan Tingkat Pertama atau di
pelajaran matematika terdapat 4
singkat
dimensi, yaitu:
Pengajaran dengan
GBPP
SLTP
(dalam Nawangsari, 2001) yang di maksud dengan mata pelajaran
a. Mata
dengan
GBPP
Nawangsari,
pelajaran
meliputi
SLTP 2001)
matematika
terjadinya
proses
belajar mengajar yaitu berupa sebuah
kegiatan
terintegrasi
yang
(utuh
terpadu)
d. Mata
pelajaran
memerlukan
matematika penggunaan
metode instruksional.
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan
Remaja
guru sebagai pengajar yang sedang
mengajar,
dalam
suasana
yang
bersifat
pengajaran. b. Mata pelajaran matematika di sekolah terdiri atas bagianbagian matematika yang di pilih
guna
menumbuh
kembangkan
kemampuan-
kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu dan teknologi. c. Mata
pelajaran
matematika
berkenaan dengan materi yang memerlukan kegiatan berfikir yang
berhubungan
dengan
struktur lebih tinggi di mana hal itu telah terbentuk dari apa yang
sudah
sebelumnya. pelajaran
dipelajari
Artinya
bahan
matematika
harus
bermakna agar sesuai dengan kemampuan
dan
struktur
kognitif yang dimiliki peserta didik.
Secara
umum,
periode
remaja merupakan klimaks dari periode-periode
perkembangan
sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya, di uji dan dibuktikan sehingga
dalam
selanjutnya
periode
individu
telah
mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap. Periode remaja adalah masa transisi dalam periode anak-anak ke periode dewasa awal, periode
remaja
dikelompokkan
menjadi dua fase yaitu: fase remaja awal
dan
fase
remaja
akhir
(Riyanti, Prabowo dan Puspitawati, 1996). Masa remaja adalah masa dimulainya perkembangan kognitif yang mengarah pada pemikiran operasional
formal
yang
lebih
abstrak daripada pemikiran seorang anak. Pemikiran remaja tidak lagi berupa pengalaman konkret saja namun
remaja
membangkitkan
sudah
dapat
situasi-situasi
khayalan,
kemungkinan-
khususnya
dalam
pembentukan
kemungkinan hipotesis atau dalil-
kepribadian. Masa remaja dibagi
dalil dan penalaran yang benar-
dua bagian yaitu (1) periode remaja
benar abstrak (Santrock, 2003).
awal (early adolescence), yaitu
Menurut Papalia (2004) periode
berkisar antara umur 13-17 tahun,
remaja adalah periode yang sudah
dan periode remaja akhir, yaitu
mulai mengabungkan pengalaman
umur 17 tahun sampai dengan 18
yang
tahun (Puspitawati, 1996).
di
peroleh
sebelumnya
dengan tantangan saat ini dan
Bedasarkan
memikirkan keadaan di masa yang
perkembangan
akan datang.
(dalam
Dari
beberapa
teori
kognitif
Santrock,
Piaget
2003)
masa
definisi
remaja dimulai pada usia 11 tahun
remaja yang diberikan oleh para
sampai dengan 15 tahun, dalam
ahli dapat di tarik kesimpulan
usia ini remaja sudah dapat berfikir
bahwa masa remaja adalah masa
secara operasional formal. Masa
peralihan dari masa anak-anak ke
remaja atau pubertas adalah proses
masa dewasa. Pada masa remaja
menuju kedewasaan seksual atau
merupakan
kesuburan
masa
pembentukan
dari
(kemampuan
untuk
pemikiran
reproduksi), pada periode ini selain
operasional yang lebih abstrak.
perkembangan fisik diikuti pula
Sehingga pada masa ini, remaja
dengan
sudah
membandingkan
sosial, otonomi, harga diri, dan
antara pengalaman di masa lalu
keintiman dalam hubungan seksual
dengan keadaan di masa sekarang
(Papalia, 2004). Menurut Papalia
dan mulai memikirkan masa yang
(2004)
datang.
dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
mulai
proses
awal
Batasan Usia Periode remaja dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan individu
perkembangan
masa
remaja
kognitif,
dapat
remaja awal dimulai dari usia 1113 tahun, remaja madya dimulai dari usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun dan remaja akhir dimulai
dari usia 18 tahun sampai dengan
tersinggung atau frustasi. Selain
21 tahun.
itu, oleh keluarga dan masyarakat
Dari
uraian
yang
remaja di anggap sudah menginjak
dikemukakan di atas, maka dapat
dewasa sehingga remaja diberi
disimpulkan bahwa usia remaja
tanggung jawab yang sama dengan
adalah dimulai dari 11 tahun
seorang
yang
sampai dengan 21 tahun.
Remaja
mulai
Karakteristik Remaja
prestasi dalam segala hal, karena
Periode
dewasa.
memperhatikan
adalah
ini memberinya nilai tambah untuk
periode pemantapan identitas diri.
kedudukan sosialnya di antara
Pengertiannya akan “siapa aku”
teman sebaya maupun orang-orang
yang dipengaruhi oleh pandangan
dewasa.
orang-orang
remaja
sudah
sekitarnya
serta
Hubungan antara
pengalaman-pengalaman
Kecemasan Menghadapi
pribadinya akan menentukan pola
Mata Pelajaran
perilakunya sebagai orang dewasa.
Matematika dengan
Pemantapan identitas diri ini tidak
Prestasi Akademik
selalu mulus, tetapi sering melalui
Matematika pada Remaja
proses
yang
panjang
dan
Masa remaja dapat dikatakan
bergejolak. Oleh karena itu, banyak
sebuah masa peralihan antara masa
ahli
menamakan
sebagai
masa-masa
periode
ini
anak-anak menuju ke masa dewasa.
strom
and
Menurut Santrock (2003) Masa remaja
stress, atau masa up and down
merupakan
(Santrock, 2003).
perkembangan kognitif yang mengarah
Remaja idealis, dunianya
adalah
remaja seperti
seorang
memandang apa
yang
diinginkannya, bukan sebagaimana adanya. Remaja suka mimpi-mimpi yang membuatnya marah, cepat
masa
dimulainya
pada pemikiran operasional formal yang lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Pemikiran remaja tidak lagi berupa pengalaman konkret saja namun
remaja
membangkitkan
sudah
dapat
situasi-situasi
khayalan, kemungkinan-kemungkinan
hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran
sekolah
yang benar-benar abstrak. Selain itu
Menurut
masa remaja disebut pula sebagai masa
mengenali gejala kecemasan dapat
strom and stress, atau masa up and
ditinjau melalui tiga komponen, yaitu :
down (Santrock, 2003). Bila pada masa
komponen psikologis (afektif atau
ini remaja menemui hambatan dalam
perasaan) yang dapat menimbulkan
bidang tertentu maka hambatan tersbut
kecemasan adalah kegelisahan, gugup,
akan membuat remaja menjadi cemas.
tegang, cemas, rasa tidak aman, takut,
Menurut
Crow
dan
Crow
(dalam Hartanti, 1997) kecemasan adalah sebuah kondisi yang kurang menyenangkan yang di alami oleh individu yang dapat mempengaruhi keadaan
fisiknya.
Berdasarkan
gabungan dari pendapat Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti tentang sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap individu), Freud dari Ahli Psikoanalisis, Calvin S. Hall dari Ahli Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori Belajar (dalam Soeharjono,
1988)
faktor yang mempengaruhi remaja menjadi
cemas
yaitu
faktor
Mikrokosmos (keadaan diri individu) seperti keadaan biologi individu seperti : jenis kelamin, dan dapat pula dipengaruhi
oleh
perkembangan
individu yang dapat dilihat dari usia individu (keadaan
dan
faktor
lingkungan)
Makrokosmos lingkungan
atau
lingkungan
kelas.
(2000)
dalam
Dacey
cepat terkejut), komponen fisiologis (jantung berdebar, keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, respon kulit terhadap aliran galvanis berkurang, gerakan peristaltik bertambah, gejala somatik atau fisik (otot),
gejala
somatik
(sensorik),
gejala
atau
fisik
Respiratori
(pernafasan), gejala Gastrointertinal (pencernaan), (perkemihan
gejala dan
Urogenital
kelamin))
dan
komponen sosial (tingkah laku (sikap) dan
gangguan
tidur).
Kecemasan
tersebut dapat pula terjadi pada remaja yang mendapatkan materi pelajaran matematika. Menurut
Garis-Garis
Besar
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama
dengan
GBPP
atau
di
SLTP
singkat (dalam
Nawangsari, 2001) yang di maksud dengan mata pelajaran matematika adalah matematika sebagai salah satu
ilmu dasar yang dewasa ini telah
pelajaran
berkembang amat pesat baik materi
materi
maupun
(Nawangsari, 2000). Bila kesulitan-
kegunaannya.
Nawangsari
(2000)
Sedangkan
mendefinisikan
matematika pelajaran
kesulitan
merupakan yang
tersebut
tidak
sulit dapat
mata pelajaran matematika sebagai
diselesaikan oleh siswa dengan baik
suatu bidang ilmu yang membahas ide-
maka akan menimbulkan kecemasan di
ide,
dalam diri siswa saat menghadapi
hubungan-hubungan,
struktur-
struktur yang berkaitan dengan konsep
pelajaran matematika.
secara abstrak dan berguna dalam
Berdasarkan hasil penelitian
kehidupan sehari-hari. Dari kedua
dengan menggunakan Math Anxiety
pendapat
Quesstionairre
dari
Garis-Garis
Besar
(MAQ)
yang
Program Pengajaran Sekolah Lanjutan
dikembangkan oleh Wigfield (dalam
Tingkat
Pertama
singkat
Nawangsari, 2000) pada seluruh siswa
dengan
GBPP
(dalam
siswi
atau
di
SLTP
Sekolah
Lanjutan
Tingkat
Nawangsari, 2001) dan Nawangsari
Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya
(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat reaksi negatif dalam diri
matematika merupakan suatu bidang
remaja saat menghadapi pelajaran
ilmu yang di dalamnya membahas
matematika, reaksi yang ditunjukkan
mengenai
oleh
hubungan, berkaitan
ide-ide,
hubungan-
struktur-struktur dengan
konsep
remaja
ketika
menghadapi
yang
pelajaran matematika adalah rasa tidak
secara
suka, kurang percaya diri, gelisah,
abstrak dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, di mana bidang ilmu tersebut saat ini sudah berkembang pesat. Berkembangnya bidang ilmu matematika merupakan sebuah kabar yang baik untuk kemajuan Negara. Di mana siswa-siswinya akan menjadi lebih pandai lagi dalam pelajaran matematika. Namun bagi siswa materi
khawatir, takut dan frustasi. Kecemasan saat menghadapi mata pelajaran matematika dapat pula terjadi pada siswa dan siswi yang duduk dibangku Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), hal ini dapat dipengaruhi
oleh
semakin
kompleksnya perhitungan matematika di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Hal ini sebagaimana yang
Suryabrata (1998) dan Puspitawati
telah dikatakan oleh Loughin ( dalam
(1996)
Nawangsari, 2000) dimana semakin
mempengaruhi
tinggi tingkat kelas maka semakin
siswa adalah faktor internal seperti
kompleks perhitungan matematikanya
kesehatan badan dan faktor eksternal
dan
seperti sarana dan prasarana sekolah.
bila
siswa
tidak
mampu
hal-hal
yang
dapat
prestasi
akademik
memahami perhitungan yang lebih
Pelajaran-pelajaran
dasar maka siswa akan cemas pada
diberikan
pelajaran matematika di tingkatan
adalah prestasi akademik matematika.
kelas berikutnya. Bila keadaan cemas sering
muncul
dalam
pelajaran
matematika dalam satu kurun waktu atau dalam satu semester maka akan dapat
mempengaruhi
prestasi
akademik matematika siswa. Winkel
penilaian
biasanya
salah
satunya
Prestasi akademik matematika siswa di Indonesia saat ini sangat menurun
hal
ini
sesuai
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Third International
Mathematics
and
Science Study (TIMSS) pada tahun
Christantie,
1999 terhadap siswa tingkat delapan
2007) mengatakan bahwa prestasi
tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat
akademik adalah proses belajar yang
Pertama (SLTP), di mana Negara
dialami
Indonesia (dari Benua Asia) termasuk
oleh
(dalam
yang
siswa
menghasilkan
perubahan-perubahan dalam bidang
salah
pengetahuan dan pemahaman, dalam
matematika
bidang nilai, sikap dan keterampilan.
posisi yang rendah (Setyono, 2005).
Adanya perubahan tersebut tampak
Rendahnya
dalam
dikarenakan
prestasi
dihasilkan
oleh
akademik siswa
yang
terhadap
satu
Negara
yang
siswanya prestasi oleh
prestasi
menduduki tersebut kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep
pertanyaan, persoalan atau tugas yang
matematika
diberikan oleh guru. Melalui prestasi
kondisi tersebut terus berlanjut maka
akademik siswa dapat mengetahui
akan menimbulkan kecemasan siswa
kemajuan-kemajuan
dalam
yang
telah
dicapainya dalam belajar. Menurut
(Arjuna,
menghadapi
1999).
Bila
pelajaran
matematika di mana secara tidak
langsung dapat juga mempengaruhi
menghadapi
prestasi akademik matematika siswa.
maka dapat mempengaruhi prestasi
Melihat adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi
kecemasan,
sebagaimana yang telah diungkapkan di atas maka dapat dilihat bahwa kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran
matematika
mempengaruhi
prestasi
dapat akademik
matematika siswa. Hal ini terlihat dari dua
faktor
yang
menyebabkan
kecemasan yaitu keadaan diri individu dan keadaan lingkungan, di mana bila faktor-faktor tersebut sering muncul pada saat siswa menghadapi pelajaran matematika
maka
hal
mengangu
kegiatan
ini
siswa
dapat dalam
belajar matematika, siswa pun akan merasa
kurang
kemampuannya
percaya dalam
pada
pelajaran
matematika. Bila hal ini terjadi dalam satu
semester
berpengaruh
maka
akan
terhadap
dapat prestasi
akademik matematika siswa. Faktorfaktor
yang
dapat
mempengaruhi
prestasi akademik yaitu faktor internal seperti kesehatan badan dan faktor eksternal seperti sarana dan prasarana sekolah. Bila faktor-faktor tersebut sering muncul pada siswa dalam
pelajaran
matematika
akademik matematika siswa, di mana semakin tingginya kecemasan dalam menghadapi maka
pelajaran
semakin
matematika
rendah
prestasi
akademik matematika siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Nawangsari
(2000) di mana siswa yang mengalami kecemasan pada pelajaran matematika akan mempengaruhi prestasi akademik matematika siswa, hal ini dipengaruhi oleh materi pelajaran yang dianggap sulit, kemudian disusul oleh fasilitas kelas yang kurang memadai dan cara mengajar guru yang sulit dipahami oleh
siswa.
menghadapi
Sehingga
saat
siswa
pelajaran
matematika,
siswa akan mengalami kecemasan dan bila hal ini terjadi dalam satu kurun waktu
maka
akan
mempengaruhi
prestasi akademik matematika siswa. Senada
dengan
penelitian
Nawangsari (2000), penelitian yang dilakukan Nawangsari,
oleh
Sarason
2000)
(dalam
terhadap
700
siswa-siswi SLTP di Amerika pada tahun 1996 didapatkan korelasi yang negatif antara skor kecemasan pada pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika siswa, di mana
Variabel Kriterium:Prestasi Akademik
korelasi tersebut menunjukkan bahwa
Matematika
semakin rendah tingkat kecemasan
B. Definisi Operasional Vari-
siswa SLTP pada pelajaran matematika akan semakin tinggi prestasi akademik matematika atau semakin tinggi tingkat
abel Penelitian 1. Kecemasan
akan
semakin
bentuk ungkapan perasaan cemas
rendah
yang
prestasi akademik matematika.
individu dalam kehidupan sehari-
telah dikemukakan oleh para ahli di
hari dalam hal-hal yang berkaitan
atas, maka terlihat jelas bahwa terdapat negatif
dengan konsep-konsep abstrak,
antara
struktur-struktur
kecemasan dalam menghadapi mata
tinggi
Alat
tingkat
pelajaran
matematika
maka
semakin rendah prestasi akademik
matematika
adalah
dalam pelajaran Skala
kecemasan
yang
gejala-gejala kecemasan tersebut di bagi menjadi 3 komponen yaitu : komponen psikologis, komponen
A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian
Matematika
mata
untuk
dikemukakan oleh Dacey di mana
METODOLOGI PENELITIAN
Kecemasan Mata
kecemasan
menghadapi
gejala-gejala
BAB III
Menghadapi
digunakan
Kecemasan yang didapatkan dari
matematika pada remaja.
VariabelPrediktor:
yang
mengukur
kecemasan remaja dalam menghadapi mata
segala
pembahasan tentang matematika.
akademik matematika pada remaja, semakin
atau
sesuatu yang berhubungan dengan
pelajaran matematika dengan prestasi dimana
faktor
yang sering dialami oleh setiap
Dari beberapa penjelasan yang
yang
dipengaruhi
psikologis dan faktor fisiologis,
Hipotesis
hubungan
Mata
Pelajaran Matematika : Suatu
kecemasan siswa SLTP pada pelajaran matematika
Menghadapi
Pelajaran
fisiologis dan komponen sosial. 2.
Prestasi Akademik Matematika: Suatu pengukuran yang bertujuan untuk menilai sebuah hasil dari
proses belajar matematika yang
dan
dilakukan oleh remaja dalam satu
mendapatkan perhitungan matematika
kurun waktu tertentu untuk melihat
yang
pemahaman
mengenai
berikutnya. Hal ini seperti yang telah
simbol-
dikemukakan oleh Loughin ( dalam
simbol yang telah diberikan oleh
Nawangsari, 2000) dimana semakin
para
yang
tinggi tingkat kelas maka semakin
untuk
mengukur
kompleks perhitungan matematikanya
akademik
matematika
remaja
konsep-konsep
abstrak,
pendidik.
digunakan prestasi
Alat
dan
siswi
kelas
terlalu
bila
XI
kompleks
siswa
tidak
sebelum dikelas
mampu
remaja adalah dengan melihat nilai
memahami perhitungan yang lebih
rapor remaja yang dihasilkan pada
dasar maka siswa akan cemas pada
akhir semester.
pelajaran matematika ditingkatan kelas
C. Populasi dan Sampel Popolasi
dan
sampel
berikutnya. Sampel yang digunakan yang
digunakan dalam pengambilan data adalah
dengan
menggunakan
Purposive Sampling, di mana teknik Purposive Sampling ini adalah teknik penentuan sampling yang digunakan peneliti
jika
peneliti
mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sample untuk tujuan tertentu (Riduwan,
2008).
Populasi
yang
digunakan dalam peneltian ini adalah para siswa dan siswi kelas XI pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN)
1
Babelan
Bekasi.
Pengambilan populasi siswa dan siswi kelas
XI
dilakukan
karena ingin
melihat tingkat kecemasan pada siswa
pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam mengukur tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika adalah dengan
menggunakan
metode
kuesioner tertutup dengan memberikan tanda checklist. Kuesioner tertutup dengan tanda checklist ini adalah suatu daftar yang berisi tentang aspek-aspek yang akan diukur (Riduwan, 2008). Pengukuran
prestasi
akademik
matematika dilakukan dengan melihat nilai rapor siswa dan siswi pada pelajaran matematika.
1. Skala Kecemasan Skala
kecemasan
yang
2. Kom
11,12,13,
41,42,
pone
14,15,16,
43,44
17,18,19,
45,46,
20
47,48
digunakan dalam penelitian ini di
n
peroleh dari komponen-komponen
Fisiol
kecemasan yang di kemukakan
ogis
oleh
Dacey
(2000),
yaitu
49,50
:
komponen psikologis, komponen
3. Kom
fisiologis dan komponen sosial.
pone
Komponen-komponen inilah yang
n
akan dijadikan acuan atau dasar
Sosia
pengukuran dalam penelitian ini
l
yang
selanjutnya
yang
akan
responden
diberikan untuk
kepada
dijawab
oleh
responden.
24,25,
53,54
26,27,28,
55,56,
29,30
57,58
20
59,60 Total
30
30
60
2. Prestasi Akademik Prestasi akademik di peroleh terakhir
Distribusi item Skala kecemasan
pada
pelajaran
matematika. E. Validitas dan Reliabilitas
Komponen
Alat Pengumpulan Data
Kom
o.
51,52,
dengan menggunakan nilai raport
Tabel 1.
N
21,22,23,
akan
dikembangkan menjadi item-item
20
pone
Favorabe
Unfav
n
l
orabel
1,2,3,4,5,
31,32,
6,7,
33,34
8,9,10
35,36,
To
Pada penelitian ini digunakan
tal
validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk menilai keakuratan dari alat-alat pengumpulan data.
1. Kom pone n Psiko logis
37,38, 39,40
20
1. Validitas Menurut validitas
adalah
Azwar sejauh
(1997), mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrument
pengukur
Pada penelitian ini, batas
(alat tes)
koefisien realibilitas yang akan
dalam melakukan fungsi ukurnya.
digunakan yaitu sebesar ≥ 0,7, hal
Sebuah tes dikatakan valid apabila
ini
tes tersebut menjalankan fungsi
dikemukakan oleh Azwar (2008)
ukurnya atau memberikan hasil
dalam
tes
tersebut.
mendapatkan
Cara
validitas
dengan
menggunakan teknik total korelasi item (korelasi product-moment). Untuk batasan validitas item yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan oleh peneliti dengan koefisien validitas sebesar ≥ 0,3 (Azwar, 2008).
reliabilitas
Azwar
adalah
(1997),
pengukuran
terhadap suatu alat tes di mana
Pada
penelitian
sehingga bila alat tes tersebut digunakan dalam beberapa kali pengukuran
akan
nilai yang
relatif
menghasilkan sama.
Cara
mendapatkan reliabilitas dengan Cronbach.
ini
teknik
analisis data yang digunakan adalah Product Moment Correlation Coeffient Pearson, di mana data yang akan di analisis adalah data yang di peroleh dari
skala
kecemasan
menghadapi
mata
dalam pelajaran
matematika dikorelasikan dengan data nilai raport siswa dalam mata pelajaran matematika.
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian
hasil ukurnya dapat terpercaya
menggunakan
yang
BAB IV
2. Reliabilitas Menurut
dengan
F. Teknik Analisa Data
ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud yang dikenakan
sesuai
teknik
Alpha
Sebelum penelitian ini dimulai,
awalnya
melakukan administrasi
peneliti persiapan
yang
berupa
surat keterangan permohonan izin
dari
(Universitas
pihak
kampus
Gunadarma)
untuk melakukan penelitian ke SMUN 1 Babelan Bekasi,
setelah
itu
menggandakan
peneliti
bagian kesiswaan dan guru-
kuesioner
guru BP yang menangani ke
tertutup dari skala kecemasan sebanyak
100
kuesioner
kuesioner.
atau
skala
tiga kelas tersebut. B. Pelaksanaan Penelitian Pada
kecemasan ini berjumlah 60
penelitian
ini,
item yang terdiri dari 30 item
peneliti melaksanakan try out
favorable
terpakai, yaitu data diperoleh
dan
30
item
dengan
unfavorable. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMU yang berada di kelas XI atau kelas 2 SMUN 1 Babelan Bekasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 3 kelas dan jumlah sampel sebanyak 100 siswa-siswi, di mana 1 kelas berasal dari kelas unggulan atau kelas XI IPA 1 dan dua kelas lagi berasal dari kelas yang tidak diunggulkan
atau
kelas
reguler yaitu kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3. Untuk mendapatkan
subjek
ini
peneliti bekerjasama dengan segenap pihak sekolah dari
try
out
sekaligus
digunakan sebagai data dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 Oktober
2009
untuk
penyebaran kuesioner atau skala
kecemasan
yang
berjumlah 100 angket yang terdiri dari 60 item. Pada 1419
Oktober
2009
untuk
mengambil fotocopy raport yang masih berada di siswa dan
siswi.
fotocopy
Pengambilan
raport
dilakukan
dalam rentang waktu 5 hari disebabkan
peneliti
mengalami kesulitan dalam meminta kepada
fotocopy siswa
dan
raport siswi
SMUN 1 Babelan Bekasi.
SMUN 1 Babelan Bekasi,
Proses pengambilan data
yang berhubungan dengan
pada tanggal 13 Oktober
2009 dilakukan pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 12.00. Proses pengambilan data pertama dilakukan di kelas XI IPA 1, kemudian
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Penelitian a. Jenis Kelamin
dilanjutkan di kelas XI IPS 3 dan setelah itu dilanjutkan di kelas XI IPS 2. Jumlah
Subjek
Subjek
dalam
penelitian ini terdiri dari 46 subjek pria
keseluruhan
dengan
presentase
subjek dalam penelitian ini
54,76% dan 38 subjek
adalah berjumlah 100 siswa-
wanita
siswi. 30 siswa-siswi berasal
presentase
dari kelas XI IPA 1, 40
Dapat
siswa-siswi berasal dari kelas
rinciannya pada tabel
XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi
berikut ini :
berasal dari kelas XI IPS 2.
hambatan
dimaksud
adalah
yang
peneliti
menyebarkan yang
dapat
peneliti
Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jenis
yang lain tidak dapat diolah
Jumlah
Presentase
Kelamin
olah
hanya 84 data dan 16 data
dilihat
Distribusi Subjek
angket
sebanyak 100, namun data
45,24%.
Tabel 2.
Penelitian ini mengalami hambatan,
dengan
(%)
1.
Pria
46
54,76
2.
Wanita
38
45,24
karena subjek tidak mengisi angket yang telah peneliti berikan. Sehingga penelitian ini hanya terdiri dari 84 subjek.
b. Usia Subjek
dalam
penelitian ini terdiri dari 14 subjek yang
berusia
15
dengan
tahun
presentase
16,66%,
64
subjek
kelas XI IPS dengan presentase
64,29%.
Dapat
dilihat
yang berusia 16 tahun
rinciannya pada tabel
dengan
berikut ini :
presentase
76,19% dan 6 subjek
Tabel 4.
yang berusia 17 tahun presentase
Distribusi Subjek
7,15%. Dapat dilihat
Berdasarkan Kelas
dengan
rinciannya pada tabel
No.
berikut ini :
Kelas
Jumlah
Presentase (%)
Tabel 3.
1.
2.
Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
15
14
16,66
64
76,19
6
7,15
tahun 2.
16 tahun
3.
17 tahun
c. Kelas Subjek
XI
54
64,29
IPS
2. Hasil Pengukuran Mean
Skala Kecemasan dengan Jenis Kelamin, Usia dan Kelas. a. Hasil
Pengukuran
Mean
Skala
Kecemasan dalam
penelitian ini terdiri dari 30 subjek dari kelas XI IPA dengan presentase
35,71
Presentase (%)
1.
30
IPA
Distribusi Subjek
No.
XI
35,71%
dan 54 subjek untuk
dengan
Jenis Kelamin Tabel 5. Hasil pengukuran Mean Skala
Kecemasan dengan
Kecemasan dengan
Jenis Kelamin
Usia
No. No.
Usia
Jenis
Kelamin Jumlah Mean
di Kecemasan
Skala 1. 1.
15
Pria Kecemasan 46
2. 14 Wanita85,43 38
16
diketahui
bahwa
mean
kecemasan
yang
usia 17 tahun dengan 64
81,44
6
85,67
skor 85,67, kemudian
tahun 3.
atas,
data
tertinggi terletak pada
tahun 2.
Berdasarkan
Jumlah
di susul oleh usia 15
17 tahun
Berdasarkan
tahun
dengan
skor
85,43
dan
yang
terendah terletak pada
data di atas, diketahui
usia 16 tahun dengan
bahwa
skor 81,44
mean
kecemasan pada pria lebih tinggi dari pada wanita,
hal
ditunjukkan
ini
c. Hasil
Pengukuran
dengan
Mean
Skala
skor76,63 untuk pria
Kecemasan
dan
Kelas
75,55
untuk
dengan
wanita. b. Hasil
Pengukuran
Mean
Skala
Kecemasan
dengan
Tabel 7. Hasil pengukuran Mean Skala
Usia Tabel 6. Hasil pengukuran Mean Skala
Kecemasan dengan Kelas No.
Kelas
Jumlah
Mean Skala
Kecemasan 1.
XI
30
IPA 2.
XI
atas,
item
dihasilkan
36
item
item dalam penelitian
IPS
di
60
yang valid. Validitas 54
Berdasarkan
berjumlah
ini data
untuk
kecemasan
diketahui
dari
0,301
skala bergerak sampai
bahwa
mean
dengan
kecemasan
yang
Distribusi item yang
tertinggi berada pada
valid dapat di lihat
kelas XI IPS dengan
dari tabel berikut ini :
0,538.
skor 77,96 dan yang terendah berada pada kelas XI IPA dengan skor 72,87.
Tabel 8. Distribusi item
3. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
valid Skala
Skala
Kecemasan
Kecemasan
Nomo
a. Uji Validitas
No.
Menurut
Komponen
Favorabel
Azwar
(2008) validitas item dapat
dianggap
memuaskan
1.
Komponen Psikologis
apabila
1,2,3,4,5,6,7, 8,9,10
koefisien validitasnya sebesar
≥
0,3.
Berdasarkan hasil uji coba
pada
kecemasan
skala yang
2.
Komponen Fisiologis
11,12,13,14*,15*,16, 17*,18*,19,20*
3.
21*,22,23,24,25*,
kecemasan, di peroleh
26*,27*,28,29*,30*
nilai realibitas sebesar
Komponen Sosial
0,824. Hal ini terlihat pada tabel di bawah Total
ini:
Keterangan : Tabel 9.
*item yang tidak valid
Realibilitas Skala Kecemasan b. Uji Realibilitas Uji
realibilitas
dilakukan
bertujuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .824
N of Items 60
untuk
mengetahui
konsistensi alat ukur. Teknik
yang
digunakan
untuk
mendapatkan konsistensi dari alat ukur
Linearitas / Uji Asumsi a. Uji Normalitas Untuk
melihat
teknik
sebaran skor dalam uji
Cronbach.
normalitas dari skala
yaitu
Alpha
4. Hasil Uji Normalitas dan
Dalam penelitian ini,
kecemasan
batas
dilihat
koefisien
dapat
pada
uji
yang
Kolmogorov-Smirnov.
digunakan adalah ≥
Berdasarkan hasil uji
0,7. Hal ini sesuai
normalitas pada skala
dengan pendapat dari
kecemasan diketahui
Azwar (2008)
nilai
reliabilitas
Hasil uji realibiltas untuk
skala
statistiknya
sebesar 0,91 dengan signifikansi
sebesar
0,084 (p > 0,05). Hal ini
Hasil Uji
menunjukkan
Normalitas Skala
distribusi skor skala kecemasan subjek
Kecemasan
pada penelitian T
adalah normal. tetapi prestasi matematika
nilai
statistiknya
0,198
dengan
ests of Normality
akademik
signifikansi Prestasi Akademik
Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic .091
df
.198
sebesar 0,000 (p < 0,05)
yang
tidak
.084
84
.000
a Lilliefors Significance Correction
berarti normal.
Sig. 84
b. Uji Linieritas
Distribusi skor skala kecemasan
Tabel 11.
terlihat
pada tabel berikut ini :
Hasil Uji Linieritas Skala Kecemasan dan Prestasi Akademik Matematika ANOVAb Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 96.932 1890.628 1987.560
df 1 82 83
Mean Square 96.932 23.056
F 4.204
a. Predictors: (Constant), Skala Kecemasan b. Dependent Variable: Prestasi Akademik Matematika
Berdasarkan Tabel 10.
hasil
uji linieritas diperoleh signifikansi
sebesar
Sig. .044a
0,044 (p < 0,05). Hal
koefisien korelasi sebesar
ini
menunjukkan
r = - 0,221 dengan taraf
bahwa
hubungan
signifikansi sebesar 0,022
antara
skala
(p < 0,05). Hal ini dapat
dengan
dilihat pada tabel berikut
kecemasan prestasi
akademik
ini :
yaitu linier.
Tabel 12. Uji Hipotesis
5. Analisis
Data
/
Uji Correlations
Hipotesis Berdasarkan hasil uji normalitas dan linieritas diketahui bahwa bahwa skala kecemasan normal tetapi prestasi akademik matematika tidak normal, sedangkan
Skala Kecemasan Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Prestasi Akademik Pearson Correlation Matematika Sig. (1-tailed) N
Prestasi Skala Akademik Kecemasan Matematika 1 -.221* .022 84 84 -.221* 1 .022 84 84
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
linieritasnya
adalah linier. Oleh karena
Hasil
tersebut
itu, untuk analisis korelasi
menunjukkan
bahwa
dapat
menggunakan
hipotesis penelitian ini
statistik
diterima, artinya terdapat
parametrik dengan teknik
hubungan negatif yang
korelasi product moment
signifikan
antara
Pearson.
kecemasan
dalam
menghadapi
mata
analisis
Berdasarkan data
pelajaran
matematika
dilakukan
dengan prestasi akademik
menggunakan
matematika pada remaja,
teknik korelasi Pearson
dimana semakin tinggi
(1-tailed) diketahui nilai
tingkat kecemasan remaja
dengan
yang
analisis
dalam menghadapi mata pelajaran maka
matematika
semakin
prestasi
rendah
akademik
matematika pada remaja.
6. Hasil Perhitungan Mean Empirik
dan
Mean Tabel 13.
Hipotetik
Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan dari perbandingan
antara
Mean Empirik dan
mean
empirik
dengan
Mean Hipotetik Skala
mean
hipotetik
antara
Kecemasan
kecemasan
dalam
menghadapi
mata
Variabel
Mean
Standar
Empirik Hipotetik Deviasi
pelajaran matematika dan prestasi
Mean
akademik
matematika
terlihat
Skala
76.14
90
18
bahwa kecemasan siswa Kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran berada
matematika pada
kategori
Dibawah
ini
sedang. Hal ini dapat
merupakan
dilihat pada tabel berikut
untuk lebih mengetahui
ini:
gambaran
deskripsi kecemasan
dalam menghadapi mata pelajaran
matematika
dengan klasifikasi sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi
membagi
yang
diketahui
sebaran dengan 6 atau
dengan cara perhitungan
nilai jarak sebaran : 6 =
sebagai berikut:
(108 : 6 = 18), nilai 6 ini
dapat
Jumlah aitem yang valid
pada
skala
kecemasan sebanyak 36 item
dengan
menggunakan nilai
dari
kategori 1
sampai
dengan 4. Ini berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan
yang
terbesar
berjumlah
4.
Jarak
minimum
adalah
nilai
terkecil dikalikan dengan jumlah item yang valid (1 x 36 = 36) dan jarak maksimum adalah nilai terbesar dikalikan dengan jumlah item yang valid (4 x 36 = 144). Untuk mendapatkan nilai jarak sebaran yaitu dengan cara mengurangi
jarak
nilai
didapat
dari
distribusi
normal
jarak
kurva yang
terbagi atas 6 wilayah, 3 daerah positif (+) dan 3 daerah negatif (-). Setelah mendapatkan nilai standar deviasi
(δ)
kemudian
langsung mencari nilai Mean
Hipotetik
(µ)
dengan cara mengalihkan nilai tengah skala dengan cara
mengalikan
tengah
skala
nilai dengan
jumlah item yang valid (2.5 x 36 = 90). Nilai 2.5 didapatkan
dari
nilai
tengah dari kategori nilai minimum dengan
(1)
sampai
kategori
nilai
maksimum (4). Berikut ini adalah
maksimum dengan jarak
pengelompokkan
skala
minimum (144 – 36 =
kecemasan
yang
108).
diperoleh
Standar Deviasi (δ) didapatkan dengan cara
dengan
menghitung :
cara
Sangat Rendah
=
ME < MH – 2SD
Sangat Tinggi = ME ≥ MH + 2SD
= ME < 90 -2 (18)
= ME ≥ 90 + 36
= ME < 54
= ME ≥ 126
Rendah
=
MH – 2SD ≤ ME < MH -
Tabel 14.
1SD = 90 – 36 ≤ ME < 90 – 18
Pengelompokkan Skala Kecemasan (Azwar, 2008) :
= ME < MH – 2SD = ME < 54 54 ≤ ME < 72 Rata-rata
(Sangat Rendah)
MH – 2SD=≤ ME < MH - 1SD = 54 ≤ ME < 72
MH – 1SD ≤MH ME– <1SD MH≤+ME < MH + 1SD = 72 ≤ ME < 108 1SD
(Rendah) (Rata-rata)
MH + 1SD ≤ ME < MH + 2SD = 108 ≤ ME < 126 (Tinggi) ME ≥ MH =+ 2SD = ME ≥ 126
(Sangat Tinggi)
90 – 18 ≤ ME < 90 + 18 = 72 ≤ ME < 108 Tinggi
= MH +
1SD ≤ ME < MH + 2SD = 90 + 18 ≤ ME < 90 + 36 = 108 ≤ ME < 126
Keterangan : 1. ME
:
Empirik
Mean
2. MH
:
Mean
:
Standar
Deviasi
diketahui bahwa rata-rata kecemasan remaja dalam menghadapi
mata
pelajaran Dibawah
ini
merupakan penggolongan subjek
kurva
distribusi normal diatas
Hipotetik 3. SD
Berdasarkan
penelitian
yang
digambarkan pada kurva
matematika
berada pada taraf sedang atau rata-rata. D. Pembahasan Penelitian
berikut :
ini
bertujuan untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang Gambar 1.
negatif antara kecemasan
Kurva Distribusi
dalam menghadapi mata
Normal Kecemasan
pelajaran
dalam menghadapi
dengan prestasi akademik
Mata Pelajaran
matematika pada remaja.
Matematika.
matematika
Berdasarkan
hasil
pengujian hipotesis pada 76,1 4
penelitian tersebut
ini,
hasil
menunjukkan
bahwa hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan negatif yang
-2S D 54
-1S D 72
Sangat Renda Rendah h
M H 90
+1 +2 SD 10 SD 12 8 6 Sedan Tingg Sangat g i Tinggi
signifikan
antara
kecemasan
dalam
menghadapi
mata
pelajaran
matematika
dengan prestasi akademik
matematika pada remaja,
mata
dimana semakin tinggi
matematika.
tingkat kecemasan remaja
pelajaran
Hal ini terlihat dalam
dalam menghadapi mata
penelitian
pelajaran
hasil mean empirik skala
maka
matematika
semakin
prestasi
rendah
akademik
matematika pada remaja. Menurut Nawangsari
ini,
dimana
kcemasan
dalam
penelitian ini yaitu 76,14 berada pada posisi ratarata.
Hasil
ini
(2000) kecemasan adalah
menunjukkan
suatu kondisi yang tidak
terdapat kecemasan yang
menyenangkan
meliputi
dialami oleh siswa dan
rasa takut, rasa tegang,
siswi kelas XI di Sekolah
khawatir, bingung, tidak
Menengah Umum Negeri
suka
(SMUN)
yang
subjektif
sifatnya
dan
timbul
1
mata
tidak
matematika.
terhadap
bahaya yang diduga akan
pelajaran
Kecemasan
terjadi. Kecemasan bisa
dan
terjadi
dalam
menghadapi
macam
kondisi,
kecemasan
berbagai
ini
pelajaran
terjadi
dipengaruhi beberapa
menghadapi
Berdasarkan
matematika
dalam mata matematika
pada saat individu sedang pelajaran
siswa
siswi
ketika
mata
Babelan
Bekasi saat menghadapi
karena adanya perasaan aman
bahwa
oleh faktor. gabungan
dari pendapat Jersild dari
maka
secara
jelas
Ahli Konstitusi (ahli yang
individu
tersebut
akan
meneliti
tentang
memiliki perasaan tidak
alamiah
yang
aman saat menghadapi
oleh Freud
setiap dari
sifat
dimiliki individu), Ahli
Psikoanalisis, Calvin S.
dan
Hall dari Ahli Kultural
mempelajari matematika,
dan Mowrer dari Ahli
serta
Teori
percaya
Belajar
(dalam
Soeharjono, 1988) faktor yang remaja
cemas
dalam
sikap
ulet
diri
dan dalam
pemecahan masalah.
mempengaruhi menjadi
minat
Menurut
Tapia
(1996)
kecemasan
yaitu faktor Mikrokosmos
terhadap
(keadaan diri individu)
matematika berhubungan
seperti keadaan biologi
dengan
individu seperti : jenis
dimana
kelamin, dan dapat pula
mempengaruhi
dipengaruhi
kecemasan adalah rasa
oleh
perkembangan
individu
pelajaran jenis
kelamin,
faktor
percaya
yang
diri,
minat
yang dapat dilihat dari
terhadap
usia individu dan faktor
matematika dan motivasi.
Makrokosmos
(keadaan
Tapia menerangkan lebih
seperti
lanjut bahwa rasa percaya
lingkungan) lingkungan kelas.
diri,
pelajaran
minat
terhadap
Hal ini terlihat dari
pelajaran matematika dan
hasil data yang diperoleh
motivasi pada pria lebih
dalam
rendah
penelitian
ini,
dibandingkan
berdasarkan
hasil
data
dengan wanita sehingga
yang
didapatkan
pria lebih cemas dalam
kecemasan dipengaruhi
dapat oleh
jenis
pelajaran matematika. Hal
ini
dijelaskan
kelamin, usia, dan kelas.
lebih lanjut dari hasil
Andi (2007) mengatakan
penelitian
bahwa
(2001),
dalam
matematika
belajar
diperlukan
rasa ingin tahu, perhatian,
Nawangsari diperoleh
data
bahwa siswa pria lebih cemas
terhadap
matematika dibandingkan
materi
siswa wanita.
diberikan di kelas IPS
Hal
di
terlihat
atas
pada
yang
juga
adalah
hasil
menggunakan
banyak
materi
yang metode
penelitian ini di mana
menghafal. Hal ini lah
jenis kelamin subjek pria
yang menyebabkan kelas
lebih
IPS
tinggi
tingkat
kecemasannya
lebih
cemas
dibandingkan
dibandingkan
bila
dengan
dengan
kelas IPA. Hal ini sesuai
subjek wanita ini terlihat
dengan hasil penelitian ini
dari
mean
terhadap
skor
kecemasan
76,63
pada
pengelompokkan kelas di
pria
75,55
pada
mana
diperoleh
hasil
mean
kecemasan
yang
dan
wanita. Berdasarkan pengamatan
tertinggi
berada
pada
yang
kelas XI IPS dengan skor
dilakukan oleh Riyanto
77,96, yang berarti bahwa
(2009), di mana kelas IPS
dalam menghadapi mata
lebih banyak mengalami
pelajaran
kesulitan
dalam
siswa kelas XI IPS lebih
mata
cemas jika dibandingkan
menghadapi
pelajaran matematika jika dibandingkan
matematika
dengan siswa XI IPA.
dengan
Selanjutnya
kelas IPA karena untuk
berdasarkan
memahami
pengelompokkan
usia, hasil
mata
pelajaran
matematika
terlihat
dibutuhkan
pemahaman
penelitian yang dilakukan
yang
mendalam
dan
oleh
dari Pearson
(dalam
latihan yang berulang kali
Soeharjono, 1988) pada
untuk memperoleh hasil
100 orang anak yang
yang
berusia 5 – 18 tahun,
baik,
sedangkan
ternyata
anak
yang
subjek skor mean 81,44.
berusia diatas 12 tahun
hasil
lebih menunjukkan rasa
menunjukkan
cemas akan di caci maki
kecemasan subjek dalam
atau dibuat malu karena
menghadapi
tidak dapat melakukan
pelajaran
sesuatu dengan baik dan
dapat
benar
itu
banyaknya jumlah subjek.
pula
oleh
Di mana semakin banyak
terkecil
dari
subjek yang berada dalam
disamping
dipengaruhi jumlah
penelitian
ini bahwa mata
matematika terlihat
dari
subjek yang menduduki
suatu
suatu kelompok usia atau
semakin rendah tingkat
jumlah
kecemasannya.
terkecil
dari
keberadaan subjek yang menduduki
kelompok
usia tertentu.
populasi
Bila
maka
kecemasan
dalam
menghadapi
matematika terjadi dalam
Hasil
penelitian
satu kurun waktu tertentu
diatas terlihat pula dalam
atau satu semester secara
penelitian ini di mana
tidak
diperoleh
mempengaruhi
hasil
mean
langsung
akan prestasi
kecemasan yang tertinggi
akademik
terletak
siswa dan siswi tersebut.
pada
usia
17
tahun dengan jumlah 6 subjek
diperoleh
skor
matematika
Hal ini terlihat pada data
yang
dihasilkan
mean 85,67, kemudian di
dalam
susul oleh usia 15 tahun
dimana
dengan jumlah 14 subjek
negatif antara kecemasan
diperoleh
dalam menghadapi mata
skor
mean
penelitian ada
ini,
korelasi
85,43 dan yang terendah
pelajaran
terletak
16
dengan prestasi akademik
tahun dengan jumlah 64
matematika pada remaja
pada
usia
matematika
dengan
nilai
koefisien
menunjukkan
bahwa
korelasi sebesar r = -
semakin
tingkat
0.221 dengan signifikansi
kecemasan
sebesar 0,022 (p < 0,05),
terghadap
yang
matematika
artinya
semakin
tinggi
siswa pelajaran maka
tinggi tingkat kecemasan
semakin rendah prestasi
siswa dalam menghadapi
akademik yang dihasilkan
mata
oleh siswa. begitu pula
pelajaran
matematika
maka
sebaliknya
semakin
semakin rendah prestasi
rendah tingkat kecemasan
akademik
siswa terhadap pelajaran
siswa
matematika
dan
sebaliknya
matematika
maka
semakin rendah tingkat
semakin tinggi prestasi
kecemasan siswa dalam
akademik yang dihasilkan
menghadapi pelajaran
mata
BAB V
matematika
PENUTUP
maka akan semakin tinggi prestasi
akademik
matematika
yang
dihasilkan oleh siswa. Hasil penelitian ini ternyata
sama
dengan
penelitian
yang
dikemukakan
oleh
Nawangsari
(2000),
di
mana ada korelasi negatif antara skor kecemasan terhadap
matematika
dengan prestasi akademik pada
siswa
Surabaya.
Kesimpulan
SLTP Hal
di ini
Berdasarkan
hasil
pengumpulan data dan hasil analisis data yang telah dilakukan
maka
dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis dalam penelitian ini
diterima,
hal
ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
yang
kecemasan
negatif dalam
menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi
akademik matematika pada
berjumlah 14 subjek dan
siswa dan siswi kelas XI di
pada
Sekolah Menengah Umum
sejumlah 64 subjek. Bukan
Negeri (SMUN) 1 Babelan
hanya usia namun kelas pun
Bekasi.
menunjukkan data bahwa
Berdasarkan
data
tambahan diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi
lebih
dalam
menghadapi
pealajaran
mata
matematika
dibandingkan dengan siswa wanita. Selain itu diperoleh pula data bahwa usia 17
tahun
cemas
dalam
menghadapi mata pelajaran matematika
dibandingkan
dengan kelas XI IPA. Saran
adalah jenis kelamin, usia pria cenderung lebih cemas
16
kelas XI IPS cenderung
mata pelajaran matematika dan kelas. Di mana siswa
usia
Berdasarkan penelitian
hasil
yang
dilakukan
telah peneliti
mempunyai beberapa saran yang
dapat
diberikan
sebagai berikut : d. Berdasarkan
hasil
tahun jauh lebih cemas
data yang diperoleh
dibandingkan,
terlihat
selanjutnya
bahwa
disusul usia 15 tahun dan
kecemasan siswa dan
16 tahun. hal ini terlihat
siswi
dari jumlah subjek pada
menghadapi
usia
mana
pelajaran matematika
yang
berada pada kategori
menduduki usia 17 tahun
rata-rata atau sedang.
lebih sedikit atau berjumlah
Hal ini menunjukkan
6 subjek, kemudian di susul
bahwa rata-rata siswa
oleh usia 15 tahun yang
dan siswi di Sekolah
tertentu,
jumlah
di
subjek
dalam mata
Menengah Negeri
Umum
(SMUN)
Babelan
menghadapi
mata
1
pelajaran matematika.
Bekasi
Bila kecemasan itu
mengalami
berkurang
kecemasan cemas saat
secara tidak langsung
menghadapi
prestasi
mata
maka akademik
pelajaran matematika.
matematika siswa dan
Untuk
siswi akan meningkat.
mengurangi
kecemasan
dalam
menghadapi
mata
pelajaran matematika peneliti menyarankan kepada
siswa
siswi
dan
sebelum
menghadapi
mata
pelajaran matematika diharapkan siswa dan siswi dapat lebih giat lagi
untuk
berlatih
mengerjakan
tugas-
tugas
matematika,
soal-soal matematika dan
memperdalam
kembali materi yang telah diajarkan oleh guru matematika. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dan siswi
agar
mengurangi kecemasan
dalam
Sehubungan penelitian
ini,
peneliti
menyarankan kepada para peneliti selanjutnya agar dapat
menggunakan
populasi yang lebih luas lagi bukan hanya siswa dan siswi dari SMUN (Sekolah
Menengah
Umum Negeri) mungkin dengan
mengambil
sampel dari siswa yang berasal
dari
(Sekolah Umum
SMUS Menengah
Swasta)
untuk
melihat apakah siswa dari SMUS Menengah
(Sekolah Umum
Swasta) juga mengalami kecemasan
dalam
menghadapi
mata
pelajaran
matematika
yang
secara
akan
langsung
mempengaruhi
prestasi
akademik
matematikanya. Selain itu untuk
pengembangan
teori psikologi pendidikan diharapkan
untuk
penelitian
selanjutnya
dapat melihat kecemasankecemasan
lain
yang
terjadi
luar
mata
di
pelajaran matematika, di mana
mata
tersebut
pelajaran
sering
pula
dialami oleh siswa dan siswi selain kecemasan menghadapi pelajaran
mata matematika.
Misalnya: menghadapi kimia,
cemas pelajaran
bahasa
inggris
ataupun pelajaran lainnya. DAFTAR PUSTAKA Andi. (2007). Program akademik matematika. Diperoleh dari: http://smpacot.stbellarminus=jkt.net/i ndex.php?option=com_content&task= view&id=20&Itemid=34 Alsa, A. (1984). Usia mental, jenis kelamin dan prestasi belajar matematika. Jurnal Psikologi Pendidikan, 12, 1, 22-29.
Arjuna. (1999). Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa. Diperoleh dari http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/ma ths/actar01.htm. Azwar, S. (1996). Tes prestasi : Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Christantie, J.I & Hartanti. (1997). Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1, A-2, A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar. Jurnal Psikologi Pendidikan : Anima. 12, 47, 1997. Dacey, J.S. (2000). Your anxious child : How parents and teachers can relieve anxiety in children. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Hartanti & Judith E.D. (1997). Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura. Jurnal Psikologi Pendidikan : Anima. 12, 46, 2007. Nawangsari, N. A. F. (2000). Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga). Surabaya : Universitas Airlangga. Nawangsari, N. A. F. (2001). Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value
terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Jurnal Psikologi Pendidikan: Insan media psikologi, 3,2, 2001, 75-88. Papalia, Olds & Fielman. (2004). Human development. New York: Mc Graw Hill Inc. Riyanti, B.P.Dwi, Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati. (1996). Psikologi umum 1. Depok: Universitas Gunadarma. Riduwan. (2008). Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung : Alfabeta Bandung. Riyanto, G. (2009). Aku IPA maka Aku Ada. Diperoleh dari : http://www.kompas.co.id/kompascetak/0705/12/ humaniora/3526503. Htm. Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (6th.ed). Jakarta: Erlangga. Setyono, A. (2005). Mathemagics : cara jenius belajar matematika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Soehardjono, L & Endang W.G. (1988). Kecemasan pada anak dan remaja. Majalah anima : Media Psikologi Indonesia. Suryabrata, S. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Thompson, T & Dale L. D. (2007). Poor performance in mathematics: is there a basis for a self-worth explanation for women. Journal Educational Psychology. 27, 3, 2007. Tapia. M. (1996). The relationship of math anxiety and gender of math. Diperoleh dari:http://translate.google.co.id/tran slate?hl=id&langpair=en| id&u=http://www.rapidintellect.com/ AEQweb/5may2690l4.htm Wahyuningsih, A.S. (2004). Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi; Tidak diterbitkan). Jakarta : Universitas Persada Indonesia Y.A.I. Yoeanto, N.H. (2002). “Hubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umum”. Jurnal Psikologi Pendidikan : Insan. 4,2, 2002, 63-72. Zeidner, M. (1998). Test anxiety: The state of the art. New York : Kluwer Academic Publishers.