HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN DEPRESI PADA PENYANDANG CACAT PASCA KUSTA DI LIPOSOS DONOROJO BINAAN YASTIMAKIN BANGSRI JEPARA SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh Dame Rizqy Robby 1550408062
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini hasil karya (penelitian dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 1 Maret 2013
Dame Rizqy Robby 1550408062
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi FIP Universitas Negeri Semarang pada hari Jumat, tanggal 1 Maret 2013. Panitia: Ketua
Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd
Liftiah, S.Psi.,M.Si
NIP 19510801 1979903 1 007
NIP 19690415 199703 2 002
Penguji Utama
Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi.,M.Si NIP 19750309 200801 1 008
Penguji I/Pembimbing I
Penguji II/Pembimbing II
Dr. Edy Purwanto, M.Si
Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi
NIP 19630121 198703 1 001
NIP 19771127 200912 2 005
iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN Motto: 1. Jangan pernah meremehkan kemampuanmu. Jika kamu menyadari betapa kuat pikiranmu, kamu tak akan pernah berpikir untuk menyerah 2. Berdo’a dan berusaha.
Peruntukan: Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ayah, Ibu dan keluarga tercinta atas doa, kasih dan perhatiannya. 2. Semua yang telah mendukung saya
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 bidang Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Keberhasilan penulisan skripsi didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan ini kepada: 1. Drs. Hardjono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Edy Purwanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang serta pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, dukungan, nasehat, pengarahan dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 3. Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahan kepada penulis. 4. Moh. Iqbal M, S.Psi.,M.Si selaku penguji utama yang telah memberikan masukan serta kritikan dalam rangka penyempurnaan skripsi. 5. Seluruh dosen Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
v
6. Semua teman-teman penyandang cacat pasca kusta yang berada di Liposos Donorojo khususnya binaanYastimakin Bangsri Jepara. 7. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu tetapi sangat berjasa bagi penulis, terima kasih banyak. 8. Seluruh penghuni kos Bapak Yasin: Ahimsa agung, Dwi Agung N, Frendy Cintamana, dan penghuni kos yang lainnya. 9. Semua mahasiswa Psikologi angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan, semangat dan kebersamaannya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
vi
ABSTRAK Robby, Dame Rizqy. 2013. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang. Dosen pembimbing: Dr. Edy Purwanto, M.Si dan Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi. Kata kunci: kecerdasan spiritual, depresi Penelitian ini dilatarbelakangi hasil observasi dan studi pendahuluan mengenai depresi yang dialami penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Gejalanya dilihat dengan ciri-ciri konsentrasinya sering terganggu, kurang percaya diri menghadapi segala sesuatu yang bersifat sosial, sering merasa hidupnya tidak berarti dan rasa ingin bunuh diri. Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan diri individu agar dapat memaknai suatu peristiwa yang dialami dan berserah diri pada Tuhan YME agar depresi dapat diminimalisir, hal ini berkaitan dengan kecerdasan spiritual yang dimiliki penyandang cacat pasca kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual (X) dengan depresi (Y) pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Populasi dalam penelitian ini adalah 150 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang, teknik sampling digunakan adalah teknik Probability Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel dengan cara melakukan undian pada subjek penelitian sebanyak 100 gulungan kertas, sehingga nomor nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil merupakan nomor yang menjadi subjek penelitian. Data penelitian diambil menggunakan skala depresi dan skala kecerdasan spiritual. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala depresi terdiri dari 24 aitem valid dan 3 item tidak valid dan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya 0,860. Skala kecerdasan spiritual dari 25 aitem valid dan 1 item tidak valid dan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya 0,820. Berdasarkan analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai r = 0,342 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah positif karena p < 0.05. Jadi jika kecerdasan spiritual tinggi maka depresi juga tinggi.
vii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
ABSTRAK ........................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ...............................................................................
8
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................
8
1.4
Manfaat Penelitian .............................................................................
9
BAB 2 LANDASAN TEORI ..........................................................................
11
2.1
Depresi ................................................................................................
11
2.1.1
Pengertian Depresi ..............................................................................
11
2.1.2
Gejala-gejala Depresi ..........................................................................
12
2.1.3
Faktor-Faktor Penyebab Depresi ........................................................
14
2.1.4
Jenis-jenis Depresi ..............................................................................
18
viii
2.2
Kecerdasan Spiritual ...........................................................................
19
2.2.1
Pengertian Kecerdasan Spiritual .........................................................
19
2.2.2
Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual .....................................................
22
2.3
Penyakit Kusta ....................................................................................
26
2.3.1
Pengertian Penyakit Kusta ..................................................................
26
2.4
Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi ..................
29
2.5
Kerangka Berpikir ...............................................................................
32
2.6
Hipotesis..............................................................................................
33
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................
34
3.1
Jenis Penelitian....................................................................................
34
3.2
Variabel Penelitian ..............................................................................
34
3.2.1
Identifikasi Variabel Penelitian...........................................................
34
3.2.2
Definisi Operasional ...........................................................................
35
3.2.3
Hubungan Antar Variabel Penelitian ..................................................
36
3.3
Populasi dan Sampel ...........................................................................
36
3.3.1
Populasi ...............................................................................................
36
3.3.2
Sampel.................................................................................................
37
3.4
Metode Pengumpulan Data .................................................................
38
3.4.1
Penyusunan Intrumen Penelitian.........................................................
38
3.4.1.1 Skala Depresi ......................................................................................
38
3.4.1.2 Skala Kecerdasan Spiritual .................................................................
39
3.5
Validitas dan Reliabilitas ....................................................................
40
3.5.1
Validitas Intrumen Penelitian .............................................................
40
ix
3.5.2
Validitas ..............................................................................................
46
3.5.3
Reliabilitas ..........................................................................................
46
3.6
Pelaksanaan Uji Coba ........................................................................
47
3.7
Metode Analisis Data ..........................................................................
48
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
49
4.1
Persiapan Penelitian ............................................................................
49
4.1.1
Orientasi Kancah Penelitian ................................................................
49
4.1.2
Penentuan Subjek Penelitian ...............................................................
50
4.2
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................
50
4.2.1
Pengumpulan Data ..............................................................................
50
4.2.2
Pelaksanaan Skoring ...........................................................................
51
4.3
Analisis Deskriptif ..............................................................................
51
4.3.1
Gambaran Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ....................................
52
4.3.1.1 Gambaran Umum Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara…………………………… 52 4.3.1.2 Gambaran spesifik Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara…………………………… 55 4.3.1.2.1
Gambaran Umum Depresi berdasarkan Labilitas Perasaan ........
55
4.3.1.2.2 Gambaran Umum Depresi berdasarkan Kecemasan ......................
56
4.3.1.2.3 Gambaran Umum Depresi berdasarkan Perasaan Bersalah .........
58
4.3.1.2.4 Gambaran Depresi berdasarkan Keinginan Bunuh Diri .................
59
x
4.3.1
Gambaran Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ................... ....
61
4.3.2.1 Gambaran Umum Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara..................................................................................................
62
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ...... 4.3.2.2.1
64
Gambaran Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup yang Kuat Sesuai Kehendak Tuhan .........................................................
64
4.3.2.2.2
Gambaran Kemampuan Memaknai Peristiwa Secara Positif ........
67
4.3.2.2.3
Gambaran Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan ........
69
4.3.2.2.4
Gambaran Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan..............
71
4.4
Hasil Uji Asumsi ............................................................................
73
4.4.1
Uji Normalitas.................................................................................. 73
4.4.2
Uji Linieritas...................................................................................
75
4.4.3
Uji Hipotesis...................................................................................
76
4.5
Pembahasan ...................................................................................
77
4.5.1
Pembahasan Hasil Analisis secara Deskriptif Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ..................
77
4.5.1.1
Depresi ...........................................................................................
77
4.5.1.2
Kecerdasan Spiritual ......................................................................
80
xi
4.5.2
Pembahasan Hasil Analisis secara Inferensial Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara ................................
81
4.6
Keterbatasan Penelitian ..................................................................
87
BAB 5
PENUTUP ......................................................................................
88
5.1
Simpulan.........................................................................................
88
5.2
Saran ...............................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
90
LAMPIRAN ......................................................................................................
93
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Gejala-gejala Depresi ................................................................................. 13 3.2 Blue Print Skala Depresi ............................................................................ 39 3.3 Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual ....................................................... 40 3.3 Hasil Perbaikan Uji Coba Kualitatif .......................................................... 42 3.4 Hasil Sebaran Aitem pada Skala Depresi................................................... 43 3.5 Sebaran Baru Item Skala Depresi Penelitian ............................................. 44 3.6 Hasil Sebaran Aitem pada Skala Kecerdasan Spiritual.............................. 45 3.7 Sebaran Baru Item Skala Kecerdasan Spiritual ......................................... 45 3.8 Penggolongan Kriteria Analisis berdasar Mean Hipotetik ........................ 48 4.1 Kriteria Depresi .......................................................................................... 53 4.2 Gambaran Umum Depresi.......................................................................... 54 4.3 Gambaran Labilitas Perasaan ..................................................................... 55 4.4 Gambaran Kecemasan ................................................................................ 57 4.5 Gambaran Perasaan Bersalah ..................................................................... 58 4.6 Gambaran Keinginan Bunuh Diri .............................................................. 59 4.7 Ringkasan Deskriptif Depresi ................................................................... 61 4.8 Kriteria Kecerdasan Spiritual ..................................................................... 63 4.9 Gambaran Kecerdasan Spiritual ................................................................. 63 4.10 Gambaran Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup Yang Kuat Sesuai Dengan Kehendak Tuhan..................................................... 65
xiii
4.11 Gambaran Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Masalah Secara Positif/Hikmah .............................................................................. 68 4.12 Gambaran Kemampuan Mencari Solusi Masalah/kesulitan .................... 70 4.13 Gambaran Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan ........................ 72 4.14 Ringkasan Deskriptif Kecerdasan Spiritual ............................................. 73 4.15 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 74 4.16 Hasil Uji Linieritas ................................................................................... 75 4.17 Hasil Uji Korelasi Variabel ...................................................................... 76
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Berfikir Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta……………………………… 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Skala Kecerdasan Spiritual ................................................................. 95
2.
Skala Depresi ...................................................................................... 99
3.
Tabulasi Try Out Kecerdasan Spiritual ............................................... 105
4.
Tabulasi Try Out Depresi .................................................................... 109
5.
Tabulasi Penelitian .............................................................................. 113
6.
Tabulasi Penelitian Kecerdasan Spiritual ........................................... 114
7.
Tabulasi Penelitian Depresi ................................................................ 122
8.
Validitas & Reliabilitas ...................................................................... 131
9.
Uji Asumsi & Uji Hipotesis ................................................................ 140
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya masalah dari segi medis, tapi juga meluas ke masalah sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan juga ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, kesejahteraaan sosial ekonomi pada masyarakat (Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2006). Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian
petugas
kesehatan.
Hal
ini
disebabkan
masih
kurangnya
pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya (Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2006). Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu eliminasi kusta tahun 2000, sehingga penyakit kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Eliminasi yang dimaksud World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan dimana prevalensi (jumlah penderita yang tercatat) kurang dari 1/10.000 penduduk (Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2006). Menurut WHO Weekly Epidemiological Report mengenai kusta tahun 2010, selama tahun 2009 terdapat 17.260 kasus baru di Indonesia, dengan 14.227 kasus
1
2
teridentifikasi sebagai kasus kusta tipe Multi Basiler (MB) yang merupakan tipe yang menular. Dari data kasus kusta baru tahun 2009 tersebut, 6.887 kasus diantaranya oleh diderita oleh kaum perempuan, sedangkan 2.076 kasus diderita oleh anak-anak. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026 orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah kasus baru tercatat10.706 (Angka Penemuan kasus baru/CDR: 4.6/100.000) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan prevalensi: 0.86 per 10.000 penduduk (http://Kemkes.bps.go.id/ diunduh pada 20 maret 2012 pukul 10.00 wib). Di Sumatera Utara insiden (jumlah kasus baru) kusta 192 kasus pada Januari-Desember 2010, dan 12 % dari kasus tersebut adalah anak berumur kurang 15 tahun. Berdasarkan data, jumlah penderita kusta di Sumut, masingmasing terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 10 penderita, Sibolga 13 penderita, Padang Lawas 10 penderita, Medan 42 penderita, Deli Serdang 15 penderita, Simalungun 17 penderita, Asahan 12 penderita, Labuhan Batu 12 penderita dan Tapanuli Selatan 13 penderita. WHO (1980) membatasi istilah dalam cacat kusta sebagai berikut: impairment, disability, dan handicap. Sedangkan WHO Expert Comittee on Leprosy dalam laporan yang dimuat dalam WHO Technical Report Series No. 607 telah membuat klasifikasi cacat bagi penderita kusta. Klasifikasi tersebut antara lain: Tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2 (Kosasih 2008:34).
3
Bayangan cacat kusta menyebabkan penderita seringkali tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia menderita kusta. Akibatnya akan ada perubahan mendasar pada kepribadian dan tingkah lakunya. Akibatnya ia akan berusaha untuk menyembunyikan keadaannya sebagai penderita kusta. Hal ini tidak menunjang proses pengobatan dan kesembuhan, sebaliknya akan memperbesar resiko timbulnya cacat (Kuniarto 2006:34). Masalah psikososial yang timbul pada penderita kusta lebih menonjol dibandingkan masalah medis itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya stigma yang banyak dipengaruhi oleh berbagai paham dan informasi yang keliru mengenai penyakit kusta. Sikap dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap penderita kusta seringkali menyebabkan penderita kusta merasa tidak mendapat tempat di keluarganya dan lingkungan masyarakat (Kuniarto 2006:38). Akibatnya penderita cacat kusta (PCK) cenderung hidup menyendiri dan mengurangi kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar, tergantung kepada orang lain, merasa tertekan dan malu untuk berobat. Dari segi ekonomi, penderita kusta cenderung mengalami keterbatasan ataupun ketidakmampuan dalam bekerja maupun mendapat diskriminasi untuk mendapatkan hak dan kesempatan untuk mencari nafkah akibat keadaan penyakitnya sehingga kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi, apalagi mayoritas penderita kusta berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, padahal penderita kusta memerlukan perawatan lanjut sehingga memerlukan biaya perawatan. Hal-hal tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup (Kuniarto 2006:56).
4
Suatu pernyataan bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan lemah. Perkembangan penyakit pada diri penderita bila tidak ditangani secara cermat dapat menimbulkan cacat dan keadaan ini menjadi halangan bagi penderita kusta dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara (http://kesehatan.kompas.com/). Kusta dapat disembuhkan dengan obat yang disebut MTD (Multy Drug Terapy). Untuk tipe paucibacillary (PB) perlu waktu 6 bulan, sedangkan tipe multibacillary (MB) lebih lama yaitu sekitar 1 tahun. Penderita kusta yang diobati dini sebelum timbulnya cacat, akan sembuh sempurna (http://kusta.go.id/). Penderita kusta yang sudah sembuh dari sakitnya belum tentu menutup kemungkinan sembuh seutuhnya dari sakitnya, berbagai faktor yang menyebabkan penyandang cacat pasca kusta mengalami suatu tekanan karena belum bisa menerima keadaan dirinya, itu yang menyebabkan penyandang cacat pasca kusta mengalami depresi karena tekanan yang dialami dan dikucilkan menjadikan sakit yang dialaminya tidak kunjung sembuh. Donorojo adalah sebuah pedusunan di Desa Banyuasih Kecamatan Keling Kabupaten Jepara yang telah lama dikenal sebagai pusat perawatan penderita penyakit kusta. Di dusun inilah Rumah Sakit Kusta Donorojo didirikan dan sangat terkenal. Disekeliling Rumah Sakit Kusta Donorojo umumnya penyandang cacat (pasca) kusta mencoba tinggal dan bermasyarakat sampai mereka dinyatakan sembuh bebas dari penyakit tersebut, dan salah satu kawasan pemukiman untuk menampung penyandang cacat (pasca) kusta tersebut adalah Liposos.
5
Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) adalah komplek hunian tempat tinggal sederhana yang didirikan oleh Yayasan Yatim Piatu dan Fakir Miskin (Yastimakin) Bangsri Jepara yang dalam penyediaan lalunya bekerjasama dengan Pemda Tingkat II. Liposos sengaja didirikan mengingat banyak penderita kusta kesulitan tinggal setelah mereka dinyatakan sembuh (karena penolakan masyarakat awam terhadap persoalan mereka), sedangkan kawasan di Rumah Sakit Kusta Donorojo sudah tidak memungkinkan untuk menampung mereka yang sudah sembuh dari sakit dan masih hidup. Secara keseluruhan penghuni pondok disamping mendapat sumbangan dari berbagai pihak dan dengan segala keterbatasan yang dimiliki mereka menjadikan kondisi penghidupan masih jauh dalam arti yang layak dan tekanan yang membuat mereka dapat timbul depresi. Di daerah Donorojo kabupaten Jepara tepatnya di Liposos Donorojo ada lebih dari 700 orang penyandang cacat (pasca) kusta berasal dari berbagai daerah dan kebanyakan dari masyarakat kurang mampu. Setelah mereka dinyatakan sembuh dan terbebas dari penyakit tersebut, mereka ditampung ditempat penampungan di Liposos Donorojo dan diasingkan dari keluarga dan masyarakat karena keluarga dan masyarakat masih berfikir akan tertular meskipun penderita sudah dinyatakan sembuh. Di Liposos Donorojo tersebut juga banyak lembaga sosial yang membantu menangani penyandang cacat (pasca) kusta tersebut, satu diantaranya yaitu Yastimakin (yayasan anak yatim dan fakir miskin).Yastimakin sudah lama berdiri yang bertempat di jalan Jerukwangi RT 03/RW 07 Bangsri Jepara.Yastimakin
6
menangani kurang lebih 150 orang penyandang cacat ( pasca ) kusta yang berada di Liposos Donorojo. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, saat ini penderita kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara yang masih sakit dan menjalani pengobatan ada 9 orang, yang sudah sembuh kurang lebih ada 150 orang dan diantaranya yang terlihat mengalami depresi. Setelah dilakukan observasi dan wawancara awal pada 10 orang penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara, depresinya semakin terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut konsentrasinya sering terganggu, kurang percaya diri menghadapi segala sesuatu yang bersifat sosial, sering merasa hidupnya tidak berarti dan rasa ingin bunuh diri. Depresi
merupakan
suatu
kesedihan
dan
perasaan
duka
yang
berkepanjangan atau abnormal. Depresi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Faktor genetika merupakan faktor yang penting dalam perkembangan timbulnya depresi (Kurnia, dkk 2011: 2). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ariani (2009) menemukan bahwa ada hubungan antara harga diri dengan depresi yaitu, semakin tinggi tingkat harga diri semakin tinggi tingkat depresi yang dialami oleh individu yang menderita diabetes melitus. Pernyataan tersebut cenderung bisa terjadi pada penderita hipertensi karena diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakit kronis dan memerlukan proses pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Satu hal yang paling penting dalam mencegah depresi adalah dengan mengembangkan kehidupan spiritual. Memberi makna hidup adalah sebuah proses
7
pembentukan kualias hidup, sedangkan tujuan hidup merupakan akhlak, rujukan, dasar pijakan, dan sekaligus hasil yang ingin diraih (Tasmara 2001: 4). Individu pada saat mangalami stres akan mencari makna hidup melalui kecerdasan spiritualnya. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stres ini tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak pada bidang kejiwaan (psikologik / psikiatrik) yaitu depresi (Hamid 1999: 103). Hal ini didukung oleh pernyataan (Aziz 2011: 202) bahwa penggunaan agama sebagai perilaku koping berkaitan dengan harga diri yang lebih tinggi dan depresi yang lebih rendah, terutama di kalangan orang-orang yang cacat fisik, agama juga dapat meramalkan siapa yang akan atau tidak akan mengalami
depresi.
Unsur
penting
yang
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan kejiwaan adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran agama. Seringkali musibah yang sangat serius dapat mengguncangkan seseorang, dan kegoncangan tersebut seringkali memunculkan kesadaran, khususnya kesadaran keberagamaan. Penelitian Saefullah (2008) mengungkapkan bahwa penghayatan spiritual ternyata besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik dan mental lansia, lansia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres dari pada yang kurang atau non religius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil. Komitmen agama yang taat (terutama mengenai spiritual) berkaitan dengan tingkat depresi yang lebih rendah. Penyembuhan dari depresi yang lebih cepat, kesejahteraan, dan moril yang tinggi, harga diri yang lebih baik, locus control yang internal (Aziz 2011: 203). Orang yang kadar imannya atau ketakwaannya rendah, cenderung
8
lebih mungkin menderita depresi karena kurangnya pegangan hidup. Tanpa pegangan hidup yang berupa kaidah-kaidah keagamaan, kehidupan seseorang akan terombang ambing tak menentu, dan dapat mengakibatkan kekurangmampuan dalam menghadapi tantangan, sehingga dapat menimbulkan depresi. Sebab-sebab yang dikemukakan di atas saling berkaitan satu dengan lainnya. (Sivalintar,sivalintar.tripod.com/sebab_depresi.html). Seseorang yang mempunyai pegangan hidup sesuai kaidah keagamaan pastilah mempunyai kecerdasan spiritual yang baik. Beberapa ahli psikologi mendefinisikan kebahagiaan sebagai hasil penilaian terhadap diri dan kehidupan yang didalamnya memuat aspek emosi positif seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap atau aktivitas positif yang tidak memenuhi aspek emosi apapun. Lain halnya dengan definisi kebahagiaan dalam perspektif agama Islam yang memandang arti kebahagiaan dengan sesuatu yang sifatnya spiritual seperti adanya perasaan tenang dan damai, ridlo dan puas terhadap ketentuan Allah apapun bentuknya, dan lain sebagainya (Aziz 2011: 11). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis bermaksud mengadakan
penelitian
dengan
mengambil
judul
“Hubungan
antara
Kecerdasan Spiritual dengan Depresi pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara.”
9
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat (pasca) kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujun untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat (pasca) kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin bangsri Jepara. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini mencakup dua hal, yaitu : 1.4. 1 Manfaat Praktis 1. Bagi yayasan Bagi yayasan dan penyumbang dana untuk memberikan konsultasi dan menyusun
program
dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan bagi
penyandang cacat pasca kusta sehingga depresi yang terjadi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara dapat diatasi.
10
2. Bagi penyandang cacat pasca kusta Sebagai bahan pengetahuan agar lebih mengetahui seberapa pentingnya kecerdasan spiritual bagi penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara dalam mengurangi atau mencegah depresi. 1.4. 2 Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan untuk pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi Klinis. Hasil penelitian yang akan dilakukan dapat menjadi tambahan refrensi untuk penelitian lebih lanjut.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Depresi 2.1.1 Pengertian Depresi Kaplan dkk, (1997: 778) menyebutkan bahwa depresi adalah “salah satu bagian dari gangguan mood dan perasaan dengan mengalami rasa sedih, kehilangan
energi,
tidak
berharga,
kecemasan,
merasa
bersalah,
sulit
berkonsentrasi, dan menarik diri”. Menurut PPDGJ – III (Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa - III) (2003: 64), menyebutkan depresi adalah: “gangguan suasana yang mempunyai gejala utama afek yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Ditambah dengan gejala lainnya, yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan suram dan pesimis, gagasan perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang”. Chaplin (2002: 130) mengatakan depresi merupakan “keadaan psikologi yang berhubungan dengan keadaan emosi pada manusia”. Pada orang normal merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Selain itu depresi adalah ketidak berdayaan yang berlebih-lebihan dan tidak mampu mengambil keputusan pada saat ingin melakukan kegiatan atau tidak mampu untuk memusatkan perhatian, mengalami keadaan yang tiba-tiba ingin menangis dan kadang mencoba untuk bunuh diri
11
12
serta selalu memikirkan tentang kekurangannya dan selalu merasa tidak percaya diri (Atkinson dkk, 1999: 259). Depresi sering kali diabaikan oleh banyak orang, jika melihat dan memahami tentang depresi maka sebenarnya masalah depresi perlu mendapatkan perhatian khusus, karena jika depresi tidak mendapatkan perhatian bisa mengarah ke kondisi yang lebih parah dan bisa meningkat menjadi penyakit jiwa yang sangat membahayakan. Berdasarkan DSM IV (1994: 155) depresi dapat mempengaruhi berbagai macam fungsi yang ada dalam diri individu, dimana fungsi-fungsi yang ada dalam diri individu akan bekerja lebih giat atau lebih lemah. Semua penderita depresi akan memperlihatkan beberapa atau semua simtom dengan keparahan yang berbeda, dan lagi pula beberapa penderita depresi menunjukkan simpom psikotis yang jelas dalam delusi dan halusinasi. Kadangkadang simtom-simtom digambarkan sebagai delusi terpadu dalam arti dapat dipahami sesuai dengan suasana hati. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan perasaan (mood), berupa keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat), kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya nafsu makan. 2.1.2 Gejala-gejala Depresi Depresi merupakan gangguan yang benar-benar harus dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti: Labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
13
bersalah kelelahan, sukar konsentrasi, hingga keinginan mau bunuh diri. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III (1993: 64) di Indonesia, gejala yang lazim pada depresi meliputi : a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri kurang c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode ringan sekalipun) d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis e. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri f.
Gangguan tidur
g. Gangguan nafsu makan Gejala-gejala lain pada penyakit depresi menurut Davidson (1990: 5) adalah sebagai berikut:
Suasana Hati
Tabel 2.1 Gejala-Gejala Depresi Kesedihan, kecemasan, mudah marah
Berpikir
Kehilangan, konsentrasi lambat dan kacau dalam berpikir, penyalahan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah
Motivasi
Kurang minat bekerja dan hobi, menghindari kegiatan kerja sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi
Perilaku
Lamban, mondar-mandir, mudah menangis, mengeluh
Simtom-simtom Biologis
Hilang nafsu makan/ nafsu makan brtambah, hilang nafsu birahi/sex, lambat/gelisah, mudah pingsan.
14
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala depresi meliputi konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, kehilangan minat dan kegembiraan, merasa bersalah, keinginan untuk bunuh diri, adanya gangguan pola tidur, gangguan sexsualitas dan adanya gangguan nafsu makan. 2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Depresi Kaplan dkk, (1997: 780-789), mengatakan depresi yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Faktor Biologis Penderita gangguan depresi menunjukkan berbagai macam abnormalitas metabolisme biogenikamin pada darah, urin dan cairan serebromunal. Keadaan tersebut mendukung bahwa gangguan depresi berhubungan dengan disregulasiamin yang heterogen. b. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan faktor yang sangat bermakna sebagai penyebab timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga generasi pertama mempunyai resiko delapan sampai 18 kali lebih banyak dibandingkan kontrol subyek normal oleh penderita deprsi.pada kembar homozigot untuk dapat terkena depresi sekitar 50% sedangkan untuk kembar dizigot 10-25%.
15
c.
Faktor Psikososial 1) Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan Stres dalam kehidupan dapat menimbulkan episode depresi pertama kali dan mempengaruhi neurotrarumiter dan sistem intra neuron untuk jangka lama dan menetap. Dengan dampak stres dalam kehidupan memegang peran penting dalam hubungannya dengan onset depresi. 2) Faktor Kepribadian Pramorbid Semua orang dengan berbagai pola kepribadian yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita depresi adalah kepribadian dependen, histerionok dan obsesif-kompulsif. 3) Faktor Psikoanalisis dan Psikodinamika Freud mengatakan bahwa pasien depresi meluapkan kemarahan langsung ditujukkan kedalam diri sendiri sebagai identifikasi dengan obyek. Kaplan dkk, (1997: 780-789) menganggap depresi adalah emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara aspirasi dan realita. Pada saat menyadari segala sesutau tidak sesuai yang diharapkan maka akan merasa tidak berdaya dan tidak berguna. Menurut Mardya (2009: 2) Setidaknya ada lima faktor yang dapat
diketahui sebagai faktor penyebab depresi, yaitu: 1) Faktor Psikologis Menurut teori Psikoanalitik (Freud, 1917) dan Psikodinamik (Abraham, 1927) depresi disebabkan karena kehilangan obyek cinta, kemudian
16
individu mengadakan introyeksi yang ambivalen dari obyek cinta tersebut atau rasa marah diarahkan pada diri sendiri. Sementara Beck (1974) dengan model cognitive-behavioral nya menyatakan bahwa depresi terjadi karena pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interpretasi yang negatif terhadap pengalaman hidup dan harapan yang negatif terhadap diri sendiri dan masa depan. Ketiga pandangan ini menyebabkan timbulnya depresi, rasa tidak berdaya dan putus asa. Penyebab depresi pada seseorang, biasanya karena triad cognitive yaitu: perasaan tidak berharga (worthlessness), tidak ada yang menolong dirinya sendiri (helplessness), dan tidak ada harapan (hopelessness). Sedangkan menurut teori belajar “merasa tidak berdaya” (learned helplessness model) dari Seligman (1975) depresi terjadi bila seorang individu mengalami suatu peristiwa yang tidak dapat dikendalikannya, kemudian merasa tidak mampu pula menguasai masa depan. 2) Faktor Biologis Faktor ini terdiri atas faktor neuro-kimia dan neuro-endokrin. Faktor neurokimia, yaitu mono-amine neurotransmitters, kekurangan zat ini bisa menyebabkan timbulnya depresi. Faktor neuro-endokrin bisa berasal dari terjadinya disfungsi dalam sistem penyaluran rangsang dari hipotalamus ke hipofise dan target organ lain, gangguan ritme biologis, meningkatnya kardar hormon pertumbuhan secara berlebihan serta gangguan tiroid.
17
3) Faktor neuro-imunologis Pada orang dewasa sering ditemukan gangguan dalam bidang imunologis sehingga lebih mudah terjadi infeksi pada susunan syaraf pusat. Kemungkinan lain adalah bahwa zat-zat imunologis tersebut terlalu aktif sehingga menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat. 4) Faktor Genetik Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Resiko untuk terjadinya depresi meningkat antara 20 – 40 % untuk keluarga keturunan pertama. Dapat dikatakan bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi psikotik dan depresi non-psikotik terdapat insiden yang tinggi dari gejala depresi ini. Memiliki satu orangtua yang mengalami depresi, meningkatkan resiko dua kali pada keturunannya. Resiko itu meningkat menjadi empat kali bila kedua orangtuanya sama-sama mengalami depresi. 5) Faktor Psikososial Seseorang dalam lingkungan keluarga yang broken home, jumlah saudara banyak, status ekonomi orangtua rendah, pemisahan orangtua dengan karena meningggal atau perceraian serta buruknya fungsi keluarga, merupakan faktor psikososial yang dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya depresi yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor neuroimunologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.
18
2.1.4 Jenis-jenis Depresi Jenis-jenis depresi berdasarkan DSM IV (1994: 153) dibagi menjadi tiga, yaitu depresi ringan, depresi sedang, depresi berat. Adapun gejala utama atau yang paling khas atau sering disebut dengan depresi mayor adalah sebagai berikut: gangguan perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta mudah lelah dalam melakukan kegiatan. Adapun jenis-jenis depresi adalah sebagai berikut : a. Depresi Ringan Pada depresi ringan ini harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala depresi yang khas, selain itu juga ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala depresi yang lainnya dan tidak boleh ada gejala yang berat dalam depresi, biasanya lamanya berlangsung adalah kurang lebih sekitar dua minggu. Pada umumnya orang yang mengalami depresi ringan akan mengalami keadaan resah, serta sukar untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sosial, namun pada depresi ringan ini seseorang atau individu masih mampu untuk melakukan kegiatan. b. Depresi Sedang Harus ada sekurang-kurangnya dua dari gejala yang khas dari depresi, kemudian ditambah sekurang-kurangnya tiga dari gejala depresi lainnya. Beberapa dari gejala depresi sedang ini tampa terlihat atau menyolok. Lamanya dari depresi sedang ini adalah minimal dua minggu. Pada
19
penderita depresi sedang biasanya individu sulit untuk melakukan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. c. Depresi Berat Pada depresi berat ini biasanya individu mengalami ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tidak berguna sangat nyata terlihat, dan bunuh diri merupakan hal yang sangat nyata dialami oleh penderita depresi berat ini. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian-uraian diatas adalah pada tingkatan depresi harus ada gejala yang khas yaitu gangguan perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, serta mudah menjadi lelah dalam melakukan kegiatan. Kemudian pada depresi ringan ditambah sekurangkurangnya dua gejala lainnya, depresi sedang sekurang-kurangna tiga dan pada depresi berat adanya keinginan untuk bunuh diri. 2.2 Kecerdasan Spiritual 2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual Menurut Zohar dan Marshall (dalam Agustian 2001:57), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Menurut Zohar dan Marshall (dalam Nggermanto 2001:115), orang yang pertama kali mengeluarkan ide tentang konsep kecerdasan spiritual, Zohar dan Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu
20
pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Kecerdasan yang digunakan tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Menurut Sinetar (dalam Nggermanto 2001:117), Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas yang terinspirasi, thesisness atau penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua menjadi bagian. Menurut Zuhri (dalam Zohar&Marshall 2000:xxvii) mendefinisikan “kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya”. Zuhri (dalam Nggermanto 2001:136) mengatakan bahwa kenikmatankenikmatan duniawi, seperti makanan, mendukung dimensi fisik manusia berkembang. Makanan bergizi, suplai oksigen yang memadai membuat otak fisik manusia, terutama IQ bekerja optimal. Sedangkan kesulitan adalah yang menumbuhkembangkan dimensi spiritual manusia. Dengan kesulitan kecerdasan spiritual lebih tajam dan matang. Menurut
Nggermanto
(2001:136),
mentrasformasikan kesulitan menjadi
kecerdasan
spiritual
mampu
suatu medan penyempurnaan dan
pendidikan spiritual yang bermakna. Semakin banyak kesulitan semakin mematangkan kecerdasan spiritual. Dengan demikian kecerdasan spiritual justru memicu seseorang maju, ketika yang lainnya mungkin mundur.
21
Menurut Khavari (dalam Nggermanto 2000:117), kecerdasan spiritual adalah fakultas dari dimensi nonmaterial kita, roh manusia. Inilah intan yang belum terasah yang kita semua memilikinya. Kita harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk kebahagiaan lainnya, kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan dapat juga diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk ditingkatkan tampaknya tidak terbatas”. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Menurut Efendi (2005:207), kecerdasan spiritual adalah jenis kecerdasan untuk bermain dengan batasan, memainkan “permainan tak terbatas”. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang memberi kita kemampuan membedakan, rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta. Kecerdasan spiritual adalah juga kecerdasan yang memberi kita kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya; kemampuan yang digunakan untuk bergulat dengan ikhwal baik dan jahat, untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud-untuk bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri kita dari kerendahan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah suatu bentuk dimensi non material dan merupakan kemampuan untuk memaknai kehidupan yang dapat menghasilkan karya kreatif dalam berbagai bidang kehidupan dan merupakan kemampuan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.
22
2.2.2
Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual Menurut Zohar dan Marshall (2000:14), tanda- tanda dari kecerdasan
spiritual yang telah berkembang dengan baik adalah sebagai berikut. a. Kemampuan bersikap fleksibel Kemampuan seseorang untuk bersikap adaptif secara spontan dan aktif, memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan di saat mengalami dilematis. b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi Kemampuan seseorang yang mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk dirinya, yang mendorong seseorang untuk merenungkan apa yang dipercayai dan apa yang dianggap bernilai, berusaha untuk memperhatikan segala macam kejadian dan peristiwa dengan berpegang pada agama yang diyakininya. c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan Kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan dan menjadikan penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit Kemampuan seseorang dimana di saat dia mengalami sakit, individu akan menyadari keterbatasan dirinya, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan dan yakin bahwa hanya Tuhan yang akan memberikan kesembuhan.
23
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai Kualitas hidup seseorang yang didasarkan pada tujuan hidup yang pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan tersebut. f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu Seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi mengetahui bahwa ketika individu merugikan orang lain, maka berarti individu tersebut merugikan dirinya sendiri sehingga enggan untuk melakukan kerugian yang tidak perlu. g. Berpikir secara holistik Kemampuan seseorang untuk melihat dan memahami hikmah dari keterkaitan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada individu. h. Kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar Kemampuan seseorang untuk menanyakan pada diri sendiri mengenai peristiwa-peristiwa dasar dalam kelanjutan kehidupan manusia. i. Menjadi pribadi mandiri Kemampuan seseorang yang memilki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan tidak tergantung dengan orang lain. Biasanya orang yang kecerdasan spiritualnya tinggi juga cenderung menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan memberi
24
petunjuk penggunaannya. Atau dengan kata lain, ia mampu memberi inspirasi kepada orang lain. Menurut Zohar (dalam Efendi 2005:237), ada pula tujuh langkah praktis mendapatkan kecerdasan spiritual yang lebih baik antara lain: 1. Menyadari dimana saya sekarang 2. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam 3. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan 4. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah 5. Menemukan dan mengatasi rintangan 6. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju 7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan Mahayana dalam Nggermanto (2000:123-136) menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan spiritual antara lain : 1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman prilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana. 2. Kesatuan dan keragaman Seorang dengan spiritual yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari kecerdasan spiritual, sebagaimana
25
Buzan (2003) mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat”. 3. Memaknai Makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Sesorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari_Nya. Ia juga merupakan manisfestasi kasih sayang dari_Nya. Ujiannya hanyalah pendewasaan spiritual manusia. 4. Kesulitan dan penderitaan Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari subtsansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan mengukuhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual manusia. Kecerdasan spiritual mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. Kecerdasan spiritual mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.
26
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa aspekaspek kecerdasan spiritual yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas yaitu memiliki prinsip dan visi yang kuat, memaknai suatu peristiwa, kemampuan mencari solusi dari setiap kejadian atau peristiwa dan kemampuan menghadapi kesulitan dan penderitaan. 2.3 Penyakit Kusta 2.3.1 Pengertian Penyakit Kusta Penyakit Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae yang menyerang kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, penyakit yang bersifat asimtomatrik, sebagian kecil yang terlambat di diagnosa dan terlambat diobati, memperlihatkan gejala klinis dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat. Gejala awal biasanya penderita tidak merasa terganggu hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan, kelainan kulit ini kurang rasa atau hilang rasa (Pediatri, 2009). Menurut (Sjamsoe 2003: 2) kusta dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Kusta pausibasilar (PB) atau kusta tipe kering, Pada kusta pausibasilar (PB), tanda-tandanya meliputi bercak putih seperti panu yang mati rasa, permukaan bercak kering, kasar, dan tidak berkeringat, sera batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering tersebut kurang/tidak menular, tetapi apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. b. Kusta multibasilar (MB) atau kusta tipe basah, kusta multibasilar (MB) dapat diketahui dengan beberapa tandanya adalah bercak putih kemerahan yang
27
tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, pada permukaan bercak sering terdapat rasa bila disentuh dengan kapas, pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta tipe basah dapat menular melalui kontak secara langsung dan lama. Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan berbagai masalah yang kompleks dan luas, dimana masalah yang ditimbulkan bukan hanya dilihat dari segi medis, tetapi bisa meluas sampai kepada masalah ekonomi, sosial budaya, keamanan dan ketahanan sosial serta masalah psikologis. Penyakit kusta juga menimbulkan dampak atau masalah baik pada penderita sendiri, keluarga dan masyarakat serta pada Negara (Depkes RI, 2000). Masalah pada penderita penyakit kusta pada umumnya merasa rendah diri, merasa tertekan batin, takut terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya, sehingga penderita cenderung untuk hidup sendiri, apatis (masa bodo), bersikap ketergantungan pada orang lain, kehilangan peran dimasyarakat (dikucilkan), kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, segan berobat karena malu pada masyarakat sekitarnya. Selain menimbulkan masalah bagi penderita, penyakit kusta juga menimbulkan masalah bagi kelurga dan masyarakat sekitar. Adanya perilaku
keluarga
dan
masyarakat
yang
cenderung
mengucilkan
atau
menyingkirkan penderita kusta sehingga menyebabkan stres (stressor) pada penderita kusta tersebut (Depkes RI, 2000).
28
Menurut Zulkifli (2003:5), seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut : a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan. b. Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya menderita penyakit kusta. c. Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya. d. Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya. Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara lain: 1. Masalah terhadap diri penderita kusta Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb). 2.
Masalah Terhadap Keluarga. Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar tidak
29
diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takut ketularan. 3. Masalah Terhadap Masyarakat. Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-tengah masyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan. 2.4 Hubungan
Antara Kecerdasan
Spiritual
dengan
Depresi
Pada
Penyandang Cacat Pasca Kusta Manusia sebagai makhluk sosial, mereka tidak dapat hidup tanpa bergantung pada orang lain. Penderita kusta yang sudah sembuh dari sakit memiliki harapan mereka bisa diterima di lingkungan masyarakat lagi dan diberi kesempatan untuk bersosialisasi layaknya orang normal pada umumnya. Selama ini bayangan cacat pasca kusta seringkali menyebabkan penderita cacat pasca kusta tidak dapat menerima kenyataan bahwa mereka pernah menderita kusta. Keinginan untuk tetap menjalani hidup normal setelah menderita kusta menjadi faktor utama masalah yang mereka alami. Akibatnya akan ada perubahan mendasar pada kepribadian dan tingkah lakunya.
30
Masalah psikososial yang timbul pada penyandang cacat pasca kusta lebih menonjol dibandingkan masalah medis itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya stigma yang banyak dipengaruhi oleh berbagai paham dan informasi yang keliru mengenai penyakit kusta. Sikap dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap penyandang cacat pasca kusta seringkali menyebabkan penyandang cacat pasca kusta merasa tidak mendapat tempat di keluarganya dan lingkungan masyarakat. Akibatnya penyandang cacat pasca kusta cenderung hidup menyendiri dan mengurangi kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar, tergantung kepada orang lain, merasa tertekan dan malu untuk berobat. Hal-hal tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup mereka dan cenderung mengalami depresi (Kuniarto, 2006:56). Rahayu (2012:137) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penderita kusta di Kabupaten Pekalongan mengalami depresi, diperoleh hasil bahwa faktor psikososial paling mempengaruhi penderita kusta mengalami depresi dibanding faktor lain. Menurut Sivalintar (2004:24) seseorang yang kecerdasan spiritualnya rendah, cenderung lebih mungkin menderita depresi karena kurangnya pegangan hidup dan tidak mempunyai kemampuan untuk manghadapi masalahnya. Tanpa pegangan hidup yang berupa kaidah-kaidah keagamaan, kehidupan seseorang akan terombang ambing tak menentu, dan dapat mengakibatkan kekurangmampuan dalam menghadapi tantangan, sehingga dapat menimbulkan depresi. Penelitian Saefullah (2008:126) mengungkapkan bahwa penghayatan keagamaan ternyata besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik dan mental
31
lansia, lansia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres dari pada yang kurang atau non religius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil. Komitmen agama yang taat (terutama keberagaman intrinsik) berkaitan dengan tingkat depresi yang lebih rendah. Agustian (2001:58) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan suatu kemampuan yang menguntungkan bagi individu untuk dapat mengatasi tekanan-tekanan dalam hidupnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, mereka akan lebih bisa menempatkan dirinya pada kondisi yang lebih baik sesuai keyakinannya pada Tuhan Yang Maha Esa, begitupun sebaliknya ketika kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang rendah, mereka akan cenderung memikirkan hidupnya tidak berarti lagi karena keyakinan akan kebesaran Tuhan sudah tidak ada, hal ini yang menyebabkan seseorang cenderung mengalami depresi. Aziz dan Mangestuti (2006: 1) meneliti pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EI), dan kecerdasan spiritual (SI) terhadap agresivitas pada mahasiswa UIN Malang diperoleh hasil korelasi sebesar = -,548 dengan p=.000. Hasil ini menarik untuk dikaji lebih jauh karena diantara ketiga jenis kecerdasan yang paling besar pengaruhnya terhadap agresivitas adalah kecerdasan spiritual. Oleh karena itu penyandang cacat pasca kusta diharapkan mampu menggali lebih dalam lagi kecerdasan spiritual yang mereka miliki agar masalah yang mereka alami yang dapat menyebabkan depresi dapat diminimalisir. jadi antara kecerdasan spiritual dengan depresi memiliki hubungan negatif, seseorang
32
yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi maka akan semakin terhindar dari depresi, begitu pula sebaliknya apabila seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang rendah maka akan semakin terlihat jelas seseorang tersebut mengalami depresi. Harapan penyandang cacat pasca kusta : 1.
Dapat bersosialisasi dengan masyarakat
2.
Diterima lagi dilingkungan tempat tinggal
3.
Tidak dikucilkan
Kenyataan Bayangan cacat kusta menyebabkan penderita pasca kusta tidak dapat menerima kenyataan bahwa mereka pernah menderita kusta
Masalah yang timbul : Masalah psikososial : stigma negatif dari masyarakat berakibat penyandang cacat pasca kusta cenderung menyendiri, merasa tertekan dan lebih tergantung pada orang lain
Kecerdasan spiritual Tinggi
Kecerdasan spiritual rendah
Depresi rendah
1.
Memiliki prinsip dan visi yang kuat
2.
Memaknai suatu peristiwa
3.
Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan
4.
Kemampuan menghadapi masalah/kesulitan
Depresi tinggi
1.
Labilitas perasaan
2.
Kecemasan
3.
Perasaan bersalah kelelahan,
4.
Sukar konsentrasi
5.
Keinginan mau bunuh diri
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta.
33
2.7 Hipotesis Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara”. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin rendah depresinya, begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritualnya maka semakin tinggi depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah sesuatu yang penting dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Untuk mendapatkan hasil yang optimal metode yang digunakan dalam penelitian harus tepat serta dapat
dipertanggungjawabkan
secara
ilmiah.
Penelitian
yang
bertujuan
mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi menggunakan metode sebagai berikut : 3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunkan pendekatan kuantitatif korelasional karena
dalam pelaksanaannya mencari data sebanyak-banyaknya dan kemudian berusaha untuk mendeskripsikan sejelas-jelasnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar 2012: 5). Beberapa hal tersebut di atas peneliti memutuskan menggunakan penelitian kuantitatif korelasional karena dengan adanya situasi tersebut penelitian dengan metode ini akan lebih tepat digunakan. 3.2
Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yang itu angkanya dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari satu objek ke
34
35
objek yang lain (Azwar 2012: 28) .Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Dependen Variabel Dependen adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Arikunto 2006: 119). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah depresi. b. Variabel Independen Variabel Independen adalah variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel independen adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui (Arikunto, 2006: 119). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan spiritual. 3.2.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik karakteristik variabel tersebut yang dipahami (Azwar 2012: 74). Definisi operasional juga merupakan penjelasan atau konsep atau variabel penelitian yang ada dalam judul penelitian. Konsep atau variabel
penelitian
merupakan
dasar
pemikiran
peneliti
dikomunikasikan kepada para pembaca atau orang lain. definisi operasional dari variabel penelitian :
yang
akan
Berikut ini adalah
36
a. Depresi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri. Depresi dalam penelitian ini diukur melalui skala psikologi yang diadaptasi dari skala Beck Depressions Inventory (BDI). b. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat, memaknai, mencari solusi masalah dan menghadapi masalah atau kesulitan sesuai dengan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa. 3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk dilihat dalam suatu penelitian. Didalam hubungan variabel ini kita akan melihat satu variabel dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel penelitian ini adalah depresi sebagai variabel tergantung sedangkan kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas. Kerangka hubungan antar variabel dapat dilihat sebagai berikut : Hubungan Antar Variabel Penelitian Kecerdasan spiritual (X)
3.3
Populasi Dan Sampel
3.3.1
Populasi
Depresi (Y)
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006: 130). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat pasca kusta yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
37
a. Penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara b. Sudah benar-benar sembuh dari sakit kusta 3.3.2
Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability
Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono 2009: 82). Karena analisis penelitian didasarkan pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi maka sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya (Azwar 2012: 79-80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri sejumlah 150 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel dengan cara melakukan undian. Undian dilakukan pada subjek penelitian sebanyak 150 orang dan sampelnya dipilih sebanyak 100 orang. Seluruh subjek diberi nomor , yaitu dari 1 sampai dengan 150, sampel random dilakukan dengan cara undian. Subjek disuruh mengambil undian tersebut sesuai yang disediakan sebanyak 100 gulungan kertas, sehingga nomor nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil merupakan nomor yang menjadi subjek penelitian.
38
3.4 Metode Pengumpul Data 3.4.1
Penyusunan Instrumen Penelitian Metode pengumpulan data merupakan suatu yang sangat penting yang
digunakan untuk mengungkap fakta yang berhubungan dengan variabel yang akan diteliti (Azwar 2012: 91). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi. Skala merupakan alat pengukur psikologi yang biasa digunakan untuk mengukur aspek yang antara lain memiliki ciri stimulusnya bersifat ambigu serta tidak terdapat jawaban benar dan salah (Azwar 2012: 99). Skala yang digunakan menggunakan model skala likert. Penskalaan model likert ini merupakan penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala tiap pernyataan tidak akan ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing, akan tetapi ditentukan oleh distribusi respon, setuju atau tidak setuju dari kelompok responden (Azwar 2012: 97). 3.4.1.1 Skala Depresi Skala psikologi ini disusun untuk mengungkap seberapa besar kecerdasan spiritual dan depresi. Indikator-indikator yang diungkap dalam skala depresi pada penyandang cacat pasca kusta ini adalah 1) Labilitas perasaan; 2) Kecemasan; 3) Perasaan bersalah; 4) Keinginan bunuh diri. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala depresi penyandang cacat pasca kusta yang diadaptasi dari skala Beck Depressions Inventory (BDI) dan disusun dari dua pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Setiap pernyataan mempunyai empat alternatif
39
jawaban dengan nilai yang bergerak dari satu sampai empat. Favorable artinya untuk jawaban SS diberi skor 4, jawaban S diberi skor 3, jawaban TS diberi skor 2, dan jawaban STS diberi skor 1. Pernyataan unfavorable jawaban STS diberi skor 4, jawaban TS diberi skor 3, jawaban S diberi skor 2 dan jawaban SS diberi skor 1. Tabel 3.1 Blue Print Skala Depresi NO.
Indikator
Favorable
Unfavorable
1.
Labilitas perasaan
2. 3.
Kecemasan Perasaan bersalah
3,11,19 5,13,21
4,12,20 6,14,22
6 6
4.
Keinginan bunuh diri Jumlah
7,15,23
8,16,24
6
16
16
32
1,9,17,25,27,29,31 2,10,18,26,28,30,32
Jumlah 14
3.4.1.2 Skala Kecerdasan Spiritual Skala psikologi ini disusun untuk mengungkap seberapa besar kecerdasan spiritual dan depresi. Indikator-indikator yang diungkap dalam skala kecerdasan spiritual ini adalah 1) Kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan; 2) Kemampuan memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara positif/hikmah; 3) Kemampuan mencari
solusi
masalah/kesulitan; 4) Kemampuan menghadapi masalah/Kesulitan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan spiritual yang disusun dari dua pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Setiap pernyataan mempunyai empat alternatif jawaban dengan nilai yang bergerak dari satu sampai empat. Favorable artinya untuk jawaban STS diberi skor 1, jawaban TS diberi skor 2,
40
jawaban S diberi skor 3 dan jawaban SS diberi skor 4. Pernyataan unfavorable jawaban STS diberi skor 4, jawaban TS diberi skor 3, jawaban S diberi skor 2 dan jawaban SS diberi skor 1. Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual NO.
Indikator
1.
Memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan Kemampuan memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara positif/hikmah Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan Kemampuan menghadapi masalah/Kesulitan Jumlah
2.
3.
4.
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1,9,17,25,33
2,10,18,26,34
10
3,11,19,27,35
4,12,20,28,36
10
5,13,21,29,37
6,14,22,30,38
10
7,15,23,31,39
8,16,24,32,40
10
20
20
40
3.5
Validitas Dan Reliabilitas
3.5.1
Validasi Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengukur kecerdasan
spiritual dan depresi pada penyandang cacat pasca kusta. Penelitian ini menggunakan skala dengan jumlah total 72 item. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, skala ini telah mengalami banyak pengembangan. Dengan profesional judgement yang sudah dilakukan, skala awal diujicobakan pada kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang kemudian peneliti mencoba
41
melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam skala. Berdasarkan uji coba kualitatif yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan beberapa kata dan kalimat yang sulit dipahami oleh subjek, seperti : Pernyataan lain yang sulit dipahami oleh subjek adalah Menyadari bahwa asap rokok yang saya hirup dapat merusak kesehatan orang lain disekitar. Pernyataan ini subjek tidak menyetujui karena subjek merasa tidak melakukan hal tersebut, untuk itu peneliti membuang dan mengganti penyataan tersebut menjadi Menyadari bahwa penyakit yang saya alami menjadikan saya pribadi yang kuat dalam menjalani hidup. Selanjutnya pernyataan yang sulit dipahami subjek yaitu Saya memiliki prinsip hidup yang tidak mudah digoyangkan orang lain dan Mampu menyadari jika tubuh saya menunjukkan tanda-tanda butuh istirahat. Pernyataan ini subjek juga tidak menyetujui karena subjek merasa pernyataan tersebut sulit dipahami, untuk itu peneliti membuang dan mengganti pernyataan tersebut menjadi Saya lebih memilih untuk bekerja dalam kondisi apapun daripada diminta berdiam diri dirumah dan Penderitaan yang saya alami menjadikan saya kuat dalam menjalani hidup karena pernyataan tersebut lebih cocok untuk subjek. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
42
Tabel 3.3 Perbaikan Item Uji Coba Kualitatif No 1
2
3
Item Lama Item Baru Menyadari bahwa asap rokok yang Menyadari bahwa penyakit yang saya hirup dapat merusak kesehatan saya alami menjadikan saya orang lain disekitar. pribadi yang kuat dalam menjalani hidup. Saya memiliki prinsip hidup yang Saya lebih memilih untik bekerja tidak mudah digoyangkan orang lain. dalam kondisi apapun daripada diminta berdiam diri dirumah. Mampu menyadari jika tubuh saya Penderitaan yang saya alami menunjukkan tanda-tanda butuh menjadikan saya kuat dalam istirahat. menjalani hidup. Pernyataan lain yang sulit dipahami oleh subjek adalah “ Saya suka
mempercepat laju kendaraan walaupun kondisi jalan raya sangat padat”. Pernyataan ini hampir semua subjek tidak menyetujui karena mereka melihat kondisi fisiknya tidak memungkinkan melakukan itu, sehingga peneliti memilih untuk membuang pernyataan tersebut. Sedangkan untuk skala depresi peneliti memilih untuk membuang pernyataan yang bersifat opini. Skala kemudian direvisi kembali dengan tetap mempertahankan format 72 item dengan perubahan pada item-item yang dianggap menyulitkan subjek. Kemudian skala disusun dalam bentuk booklet dan diujicobakan kepada 40 orang subjek. Pelaksanaan uji coba skala dimaksudkan untuk mengujicobakan skala kecerdasan spiritual dan skala depresi pada penyandang cacat pasca kusta disebarkan langsung kepada subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian ini dilakukan uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu kepada subjek uji coba yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek penelitian.
43
Analisis validitas data uji coba kecerdasan spiritual dan skala depresi menggunakan teknik uji coba Product Moment dari Pearson, sedangkan analisis reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan software komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows. Hasil try out yang menggunakan software komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows adalah sebagai berikut: 3.1 Skala Depresi Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 32 item terdapat 8 item yang tidak valid, yaitu 1, 2, 6, 11, 13, 22, 25, 31 dan sisanya 24 item dinyatakan valid. Hasil try out dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Item yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan item yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala depresi yang baru terdapat 24 item pernyataan. Item item yang gugur dan yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4 Sebaran Item Uji Coba Skala Depresi Setelah Uji Coba NO. 1. 2. 3. 4.
Indikator Favorable Labilitas perasaan 1*,9,17,25*,27 ,29,31* Kecemasan 3,11*,19 Perasaan bersalah 5,13*,21 Keinginan bunuh 7,15,23 diri Jumlah 16
Unfavorable 2*,10,18,26,28,30,32
Jumlah 14
4,12,20 6*,14,22* 8,16,24
6 6 6
16
32
44
Penyebaran butir-butir item penelitian variable depresi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.5 Sebaran Baru Item Skala Depresi Penelitian NO. 1. 2. 3. 4.
Indikator Labilitas perasaan Kecemasan Perasaan bersalah Keinginan bunuh diri Jumlah
Favorable 1,9,16,21 3,11 5,13 7,14,19
Unfavorable 2,10,17,22,23,24 4,12,18 6 8,15,20
Jumlah 10 5 3 6
11
13
24
3.2 Skala Kecerdasan Spiritual Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 40 item terdapat 15 item yang tidak valid, yaitu 2, 4, 6, 9, 11, 16, 18, 20, 24, 27, 29, 32, 33, 34, 37 dan sisanya 25 item dinyatakan valid. Hasil try out dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Item yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan item yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala kecerdasan spiritual yang baru terdapat 25 item pernyataan. Item item yang gugur dan yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
45
Tabel 3.6 Sebaran Item Uji Coba Skala Kecerdasan Spiritual Setelah Uji Coba NO.
Indikator
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1.
Memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan Kemampuan memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara positif/hikmah Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan Kemampuan menghadapi masalah/Kesulitan Jumlah
1,9*,17,25,33*
2*,10,18*,26,34*
10
3,11*,19,27*,35
4*,12,20*,28,36
10
5,13,21,29*,37*
6*,14,22,30,38
10
7,15,23,31,39
8,16*,24*,32*,40
10
20
20
40
2.
3.
4.
Tanda (*) : nomor item yang tidak valid
Tabel 3.7 Sebaran Baru Item Skala Kecerdasan Spiritual Penelitian NO.
Indikator
Favorable
Unfavorable
Jumlah
1.
Memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan Kemampuan memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara positif/hikmah Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan Kemampuan menghadapi masalah/Kesulitan Jumlah
1,9,17
2,10
5
3,11,18
4,12,19
6
5,13,20
6,14,21,23
7
7,15,22,24,25
8,16
7
14
11
25
2.
3.
4.
46
3.5.2
Validitas “Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (test) dalam melakukan fungsi ukurnya” (Azwar 2011: 5). Jadi jika alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu alat ukur tersebut dapat mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi. Validitas skala kecerdasan spiritual dan skala depresi dalam penelitian ini akan diukur menggunakan pendekatan validitas konstrak karena mengukur sejauh mana kecerdasan spiritual dan skala depresi penyandang cacat pasca kusta mengungkap konsep teoritik yang ingin diukur. Allen & Yen (dalam Azwar 2011: 48) mengatakan bahwa validitas konstrak adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau kontrak teoritik yang hendak diukurnya. Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika. Adapun cara pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment, karena item yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan korelasi antara skor item dan skor total item. 3.5.3
Reliabilitas Azwar (2011: 4) mengatakan bahwa ide pokok yang terkandung dalam
konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas memiliki banyak nama, seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebaginya.
47
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena alat tersebut sudah baik (Arikunto 2006: 178). Reliabilitas skala kecerdasan spiritual dan skala depresi penyandang cacat pasca kusta dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal karena hanya melakukan perhitungan berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar (2011: 42) pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat konsistensi antaritem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien alpha cronbach. Berdasarkan hasil pengujian melalui software komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows diperoleh hasil untuk reliabilitas skala depresi penyandang cacat pasca kusta diperoleh koefisien alpha cronbach reliabilitas sebesar 0,860, sedangkan skala kecerdasan spiritual diperoleh koefisien alpha cronbach reliabilitas sebesar 0,820. Untuk kedua reliabilitas ini termasuk tinggi dan layak untuk digunakan dalam penelitian. 3.6
Pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan uji coba dilakukan tanggal 27 Desember 2013 diberikan pada
subjek sebanyak 40 orang dengan mengambil penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara ini menggunakan skala dengan jumlah total 72 item. Skala tersebut diisi dan dikembalikan dua hari setelah skala disebar, kemudian diolah untuk mengetahui item yang valid. Skala awal diujicobakan pada kelompok subjek yang kemudian peneliti mencoba melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan kata-kata, bahasa atau
48
pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam skala. Setelah item diperbaiki kemudian dapat digunakan sebagai instrument untuk mengumpulkan data penelitian. 3.7
Metode Analisis Data Metode analisis data adalah suatu cara menguraikan data menurut unsur-
unsur yang adal di dalamnya, sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenarannya, sehingga diperoleh hasil penelitian yang meyakinkan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan product moment dari Pearson menggunakan software komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows. Data dari skala kecerdasan spiritual dan skala depresi penyandang cacat pasca kusta kemudian dibandingkan dengan cara pemberian kriteria yang sesuai dalam Azwar (2012: 126-127), sehingga diperoleh sebagai berikut: Tabel 3.8 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik Interval skor
Keterangan: µ : mean teoritis σ : mean deviasi
Kriteria
(µ + 1 σ) ≤ X
Tinggi
(µ - 1 σ) ≤ X < (µ + 1 σ)
Sedang
X < (µ - 1 σ)
Rendah
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil analisis data dan pembahasan mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan mengenai analisis data tersebut secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis menggunakan metode yang telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut. 4.1 4.1.1
Persiapan Penelitian Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di Liposos Donorojo. Subjek penelitian adalah penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Subjek penelitian ini berjumlah 150 penyandang cacat pasca kusta yang diambil sampel sebanyak 100 penyandang cacat pasca kusta. Penelitian yang bertempat di Liposos Donorojo Jepara ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi.
49
50
Pertimbangan melakukan penelitian pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara adalah sebagai berikut: a. Ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian. b. Fenomena yang terjadi peneliti melihat kondisi penyandang cacat pasca kusta setelah sembuh dari sakit akibat kusta. 4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah seluruh penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. namun ada beberapa penyandang cacat yang tidak dijadikan sampel karena sudah tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan masih dibawah umur, sehingga peneliti tidak bisa mengikut sertakan mereka. Maka peneliti menetapkan jumlah subyek adalah 100 penyandang cacat pasca kusta dari total 150 orang penyandang cacat pasca kusta. 4.2
Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Pengumpulan Data Pelaksanaan penelitian dilakukan tanggal 18 Januari 2013 sampai dengan 20 Januari 2013. Pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan spiritual dan skala depresi kepada 100 orang penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Setelah melalui pertimbangan, item-item yang tidak valid dibuang dengan alasan karena setiap indikator masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-item yang valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan analisis hasil penelitian kepada
51
subjek yang sebenarnya, maka ditetapkan skala kecerdasan spiritual berjumlah 25 item, dan skala depresi berjumlah 24 item dengan jumlah total item untuk penelitian sebanyak 49 item. 4.2.2. Pelaksanaan Skoring Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi responden kemudian dilakukan penyekoran. Langkah langkah penyekoran dilakukan dengan memberikan skor pada masing masing jawaban yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai empat pada skala kecerdasan spiritual dan skala depresi pada penyandang cacat pasca kusta yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah melakukan olah data yang meliputi uji normalitas, uji linieritas dan uji hipotesis. 4.3
Analisis Deskripsi
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean teoritik, dan standard deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah item, dan skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal (Azwar, 2007: 108). Deskripsi data dilakukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab 1, permasalahan yang ingin diungkap adalah bagaimanakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan
52
depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
4.3.1
Gambaran Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos
Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala depresi, dimana skala tersebut disusun berdasarkan indikator-indikator yang menyusunnya. Oleh karena itu, gambaran depresi penyandang cacat pasca kusta dapat ditinjau baik secara umum maupun spesifik (ditinjau dari tiap indikator). Berikut merupakan gambaran depresi penyandang cacat pasca kusta yang ditinjau secara umum dan spesifik. 4.3.1.1 Gambaran Umum Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala depresi, dimana skala tersebut disusun berdasarkan indikator-indikator yang menyusunnya. Oleh karenanya, gambaran depresi, dapat ditinjau baik secara umum maupun secara spesifik (ditinjau dari tiap indikator). Berikut merupakan gambaran depresi, yang ditinjau secara umum dan spesifik. Depresi dipandang sebagai suatu perilaku dimana seseorang mengalami suatu keadaaan yang membuat dia terpuruk dan merasa tidak berarti lagi hidup di dunia. Depresi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri.
53
Depresi ini dapat dilihat dari empat indikator yang mendukung. Keempat indikator tersebut diungkap melalui skala dengan jumlah item sebanyak 24 buah dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1 masing-masing per item. Rentang minimumnya adalah 24 dan maksimumnya 96 dengan mean teoritis 60. Skor tertinggi Skor terendah Mean teoritis (µ)
= 24 x 4 = 96 = 24 x 1 = 24 = 24 x 2,5 = 60
Standar deviasi (σ)
=
=
= 12 Tabel 4.1 Kriteria Depresi
Interval Skor µ + 1σ ≤ X µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ X < µ - 1σ
Interval 72 ≤ X 48 ≤ X < 72 X < 48
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Sesuai dengan kriteria depresi di atas, maka penyandang cacat pasca kusta yang memiliki skor 72 ≤ X berarti depresinya tinggi, dengan skor 48 ≤ X < 72 berarti depresinya sedang, dan penyandang cacat pasca kusta yang memiliki skor X< 48 berarti depresinya rendah.
54
Tabel 4.2 Gambaran Depresi Interval Skor
Kriteria
72 ≤ X 48 ≤ X < 72 X < 48 Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Depresi F 18 66 16 100
% 18 % 66 % 16 % 100 %
Berdasarkan ketegori di atas, maka dari tabel dapat diketahui depresi penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori tinggi sebanyak 18 % (18 orang), berada dalam ketegori sedang sebanyak 66 % (66 orang), sedangkan berada dalam ketegori rendah 16 % (16 orang). Dari uraian menunjukkan bahwa depresi penyandang cacat pasca kusta berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 66 %. Gambaran depresi penyandang cacat pasca kusta dapat di lihat pada diagram di bawah ini.
Diagram 4.1 Gambaran Umum Depresi
55
4.3.1.2 Gambaran Spesifik Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Berdasarkan Tiap Indikator Depresi ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri. 4.3.1.2.1.
Gambaran Umum Depresi berdasarkan labilitas perasaan.
Gambaran Depresi berdasarkan indikator labilitas perasaan dijelaskan sebagai berikut: Skor tertinggi Skor terendah Mean teoritis (µ)
= 10 x 4 = 40 = 10 x 1 = 10 = 10 x 2,5 = 25
Standar deviasi (σ)
=
=
=5 Tabel 4.3 Gambaran Labilitas Perasaan
Interval Skor
Kriteria
30 ≤ X 20 ≤ X < 30 X < 20 Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Labilitas perasaan F % 19 19 % 61 61 % 20 20 % 100 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami depresi berdasarkan indikator labilitas perasaan yang tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi
56
berjumlah 19 %, sedangkan 61 %, tergolong sedang, dan sisanya sebesar 20 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram 4.2 Gambaran Depresi berdasarkan indikator labilitas perasaan
4.3.1.2.2.
Gambaran Umum Depresi berdasarkan Kecemasan
Gambaran Depresi berdasarkan indikator kecemasan dijelaskan sebagai berikut: Skor tertinggi Skor terendah Mean teoritis (µ)
= 5 x 4 = 20 =5x1=5 = 5 x 2,5 = 12,5
Standar deviasi (σ)
=
=
= 2,5
57
Tabel 4.4 Gambaran Kecemasan Interval Skor 15 ≤ X 10 ≤ X < 15 X < 10 Jumlah
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Kecemasan F 22 65 13 100
% 22 % 65 % 13 % 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami depresi berdasarkan indikator kecemasan yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 22 % sedangkan 65 % tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 13 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.3 Gambaran Depresi berdasarkan indikator Kecemasan
58
4.3.1.2.3.
Gambaran Umum Depresi berdasarkan Perasaan Bersalah.
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Perasaan Bersalah dijelaskan sebagai berikut Skor tertinggi Skor terendah Mean teoritis (µ)
= 3 x 4 = 12 =3x1=3 = 3 x 2,5 = 7,5
Standar deviasi (σ)
=
=
= 1,5 Tabel 4.5 Gambaran Perasaan Bersalah
Interval Skor 9≤X 6≤X<9 X<6 Jumlah
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
Perasaan Bersalah F % 23 23 % 73 73 % 4 4% 100 100 %
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami depresi berdasarkan indikator perasaan bersalah yang tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 23 % sedangkan 73 % tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 4 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
59
Diagram 4.4 Gambaran Depresi berdasarkan indikator Perasaan Bersalah
4.3.1.2.4.
Gambaran Umum Depresi berdasarkan Keinginan Bunuh Diri
Gambaran Depresi berdasarkan indikator Keinginan Bunuh Diri dijelaskan sebagai berikut: Skor tertinggi
= 6 x 4 = 24
Skor terendah Mean teoritis (µ)
=6x1=6 = 6 x 2,5 = 15
Standar deviasi (σ)
=
=
=3 Tabel 4.6 Gambaran Keinginan Bunuh Diri
Interval Skor
Kriteria
18 ≤ X 12 ≤ X < 18 X < 12 Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Keinginan Bunuh Diri F % 22 22 % 59 59 % 19 19 % 100 100 %
60
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami depresi berdasarkan indikator keinginan bunuh diri yang tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 22 % sedangkan 59 % tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 19 % masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.5 Gambaran Depresi berdasarkan indikator Keinginan Bunuh Diri Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami depresi berdasarkan indikator keinginan bunuh diri yang tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 22 % sedangkan 59 % tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 19 % masuk dalam kriteria rendah.
61
Penjelasan secara deskriptif mengenai depresi penyandang cacat pasca kusta sebagai mana yang telah dipaparkan di atas dapat disajikan secara ringkas pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Ringkasan Deskriptif Depresi Penyandang Cacat Pasca Kusta Depresi Labilitas perasaan Kecemasan Perasaan bersalah Keinginan bunuh diri
Tinggi 19 % 22 % 65 % 13 %
Kategorisasi Sedang 61 % 65 % 73 % 59 %
Rendah 20 % 13 % 4% 19 %
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas depresi penyandang cacat pasca kusta berada dalam kategori sedang. 4.3.2 Gambaran Kecerdasan Spiritual Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan spiritual, dimana skala tersebut disusun berdasarkan indikator – indikator yang menyusunnya. Oleh karena itu, gambaran kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta dapat ditinjau baik secara umum maupun spesifik (ditinjau dari tiap indikator). Berikut merupakan gambaran kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta yang ditinjau secara umum dan spesifik.
62
4.3.2.1 Gambaran Umum Kecerdasan Spiritual Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat, memaknai, mencari solusi masalah dan menghadapi masalah atau kesulitan sesuai dengan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa. Kecerdasan spiritual ini menjadi penting bagi penyandang cacat pasca kusta karena untuk mengetahui seberapa tinggi kecerdasan spiritual yang mereka miliki agar bisa terhindar dari kecenderungan depresi yang akan menimpa mereka setelah sembuh dari sakitnya. Kecerdasan Spiritual ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat, kemampuan memaknai suatu pristiwa secara positif, kemampuan mencari solusi masalah dan kemampuan menghadapi masalah atau kesulitan. Keempat indikator tersebut diungkap melalui skala dengan jumlah item sebanyak 25 buah dengan skor tertinggi 4 dan skor terendah 1 masingmasing per item. Rentang minimumnya adalah 25 dan maksimumnya 100 dengan mean teoritis 62,5. Skor tertinggi
= 25 x 4 = 100
Skor terendah
= 25 x 1 = 25
Mean teoritis (µ)
= 25 x 2,5 = 62,5
Standar deviasi (σ)
=
=
= 12,5 Tabel 4.8
63
Kriteria Kecerdasan Spiritual Interval Skor µ + 1σ ≤ X µ - 1σ ≤ X < µ + 1σ X < µ - 1σ
Interval
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
75 ≤ X 50 ≤ X < 75 X < 50
Sesuai dengan kriteria kecerdasan spiritual di atas, maka penyandang cacat pasca kusta yang memiliki skor 75 ≤ X berarti memiliki kecerdasan spiritual tinggi, dengan skor 50 ≤ X < 75 berarti memiliki kecerdasan spiritual sedang, dan penyandang cacat pasca kusta yang memiliki skor X< 50 berarti memiliki kecerdasan spiritual rendah. Tabel 4.9 Gambaran Kecerdasan Spiritual Interval Skor
Kriteria
75 ≤ X 50 ≤ X < 75 X < 50 Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Kecerdasan Spiritual F % 40 40 % 60 60 % 0 0% 100 100 %
Berdasarkan ketegori di atas, maka dari tabel dapat diketahui kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori tinggi sebanyak 40 % (40 orang), berada dalam ketegori sedang sebanyak 60 % (60 orang), sedangkan berada dalam ketegori rendah 0 % (- orang). Dari uraian menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 60 % . Gambaran umum kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta dapat di lihat pada diagram di bawah ini.
64
Diagram 4.6 Gambaran Umum Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta
4.3.2.2 Gambaran Spesifik Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Kecerdasan spiritual terdiri dari 4 indikator. Gambaran setiap indikator kecerdasan spiritual akan dijelaskan secara rinci di bawah ini. 4.3.2.2.1
Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup Yang Kuat dan
Sejalan Dengan Kehendak Tuhan Kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan mencakup kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memiliki dan mempertahankan prinsip dan tujuan hidup yang kuat yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Guna melihat gambaran memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan pada penyandang cacat pasca kusta digunakan 5 item yang menggambarkan kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan
65
sejalan dengan kehendak Tuhan dari skala kecerdasan spiritual. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Skor tertinggi
= 5 x 4 = 20
Skor terendah
=5x1=5
Mean teoritis (µ)
= 5 x 2,5 = 12,5
Standar deviasi (σ)
=
=
= 2,5
Tabel 4.10 Gambaran Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup Yang Kuat dan Sejalan Dengan Kehendak Tuhan Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Interval Skor Kriteria Hidup Yang Kuat dan Sejalan Dengan Kehendak Tuhan F % 15 ≤ X Tinggi 36 36 % 10 ≤ X < 15 Sedang 61 61 % X < 10 Rendah 3 3% Jumlah 100 100 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan akan usaha penyandang cacat pasca kusta untuk memiliki prinsip yang tidak mudah digoyahkan orang lain dan mencapai tujuan hidup serta mencari cara untuk mengembangkan rencana untuk mencapai tujuannya mereka berada pada ketegori tinggi 36 % (36
66
orang), ketegori sedang 61 % (61 orang), dan kategori rendah 3 % (3 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.7 Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Memiliki Prinsip dan Tujuan Hidup yang Kuat dan Sejalan Dengan Kehendak Tuhan
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha penyandang cacat pasca kusta untuk memiliki prinsip yang tidak mudah digoyahkan orang lain dan mencapai tujuan hidup berada dalam ketegori sedang yaitu 61 % (61 orang). Hal ini berarti mereka dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat sesuai kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
67
4.3.2.2.2
Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Kejadian Secara Positif
Kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara positif merupakan suatu kemampuan untuk memaknai sesuatu hal yang terjadi pada diri penyandang cacat pasca kusta secara positif. Mereka menyadari bahwa memaknai sesuatu hal yang terjadi pada diri mereka secara positif dapat mempengaruhi kehidupan mereka menjadi lebih baik dan bermakna. Guna melihat gambaran kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara positif pada penyandang cacat pasca kusta digunakan 6 item yang menggambarkan kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara positif pada penyandang cacat pasca kusta dari skala kecerdasan spiritual. Gambaran kecerdasan
spiritual
berdasarkan
indikator
kemampuan
peristiwa/kejadian secara positif dijelaskan sebagai berikut. Skor tertinggi
= 6 x 4 = 24
Skor terendah
=6x1=6
Mean teoritis (µ)
= 6 x 2,5 = 15
Standar deviasi (σ)
=
=
=3
memaknai
suatu
68
Tabel 4.11 Gambaran Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Kejadian Secara Positif Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Kemampuan Memaknai Interval Skor Kriteria Suatu Peristiwa/Kejadian Secara Positif F % 18 ≤ X Tinggi 38 38 % 12 ≤ X < 18 Sedang 61 61 % X < 12 Rendah 1 1% 100 100 %
Berdasarkan hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara positif pada penyandang cacat pasca kusta berada pada ketegori tinggi 38 % (38 orang), ketegori sedang 61 % (61 orang), ketegori rendah 1 % (1 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.8 Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Memaknai Suatu Peristiwa/Kejadian Secara Positif
69
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memaknai suatu peristiwa/kejadian secara positif pada penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori sedang 61 % (61 orang). Ini berarti mereka dapat memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara positif. 4.3.2.2.3
Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan
Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan adalah kemampuan dimana seseorang dapat mencari solusi ketika mereka mendapatkan masalah atau kesulitan. Mereka akan berusaha mencari solusi dengan cara yang baik agar dapat menyelesaikan
masalah yang sedang mereka alami. Guna melihat gambaran
kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan penyandang cacat pasca kusta digunakan
7
item
yang
menggambarkan
kemampuan
mencari
solusi
masalah/kesulitan penyandang cacat pasca kusta dari skala kecerdasan spiritual. Gambaran kecerdasan spiritual berdasarkan indikator kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan dijelaskan sebagai berikut. Skor tertinggi
= 7 x 4 = 28
Skor terendah
=7x1=7
Mean teoritis (µ)
= 7 x 2,5 = 17,5
Standar deviasi (σ)
=
=
= 3,5
70
Tabel 4.12 Gambaran Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan
Interval Skor
Kriteria
21 ≤ X 14 ≤ X < 21 X < 14 Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kesulitan F % 29 29 % 68 68 % 3 3 % 100 100 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori tinggi 29 % (29 orang), ketegori sedang 68 % (68 orang), dan ketegori rendah 3 % (3 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.9 Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Mencari Solusi Masalah/Kejadian
71
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan pada penyandang cacat pasca kusta berada dalam ketegori sedang 68 % (68 orang). Ini berarti mereka dapat mencari solusi masalah/kesulitan. 4.3.2.2.4
Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan
Kemampuan menghadapi masalah/kesulitan adalah suatu kemampuan seseorang untuk menghadapi suatu masalah yang sedang mereka alami dengan cara yang baik dan dapat menyelesaikannya. Guna melihat gambaran kemampuan menghadapi masalah/kesulitan pada penyandang cacat pasca kusta digunakan 7 item yang menggambarkan kemampuan menghadapi masalah/kesulitan pada penyandang cacat pasca kusta dari skala kecerdasan spiritual. Gambaran kecerdasan spiritual berdasarkan indikator kemampuan menghadapi masalah/kesulitan dijelaskan sebagai berikut. Skor tertinggi
= 7 x 4 = 28
Skor terendah
=7x1=7
Mean teoritis (µ)
= 7 x 2,5 = 17,5
Standar deviasi (σ)
=
=
= 3,5
72
Tabel 4.13 Gambaran Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan Interval Skor
Kriteria
21 ≤ X 14 ≤ X < 21 X < 14 Jumlah
Tinggi Sedang Rendah
Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan F % 30 30 % 69 69 % 1 1 % 100 100 %
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghadapi masalah/kesulitan pada penyandang cacat pasca kusta akan usaha penyandang cacat pasca kusta untuk menghadapi maslah dan kesulitanyang sedang mereka alami berada pada ketegori tinggi 30 % (30 orang), ketegori sedang 69 % (69 orang), dan kategori rendah 1 % (1 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:
Diagram 4.10 Gambaran Kecerdasan Spiritual berdasarkan indikator Kemampuan Menghadapi Masalah/Kesulitan
73
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha penyandang cacat pasca kusta untuk menghadapi masalah berada dalam ketegori sedang yaitu 69 % (69 orang). Hal ini berarti penyandang cacat pasca kusta dapat menghadapi masalah/kesulitan yang dialami. Tabel 4.14 Ringkasan Deskriptif Kecerdasan Spiritual Penyandang Cacat Pasca Kusta Kecerdasan Spiritual Memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat dan sejalan dengan kehendak Tuhan Kemampuan memaknai suatu peristiwa atau kejadian secara positif/hikmah Kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan Kemampuan menghadapi masalah/kesulitan
Tinggi
Kategorisasi Sedang
Rendah
36%
61 %
3%
38%
61 %
1%
29 %
68 %
3 %
30 %
69 %
1 %
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas kecerdasan spiritual penyandang cacat pasca kusta berada dalam kategori sedang. 4.4
Hasil Uji Asumsi
4.4.1 Uji Normalitas Maksud dari uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Arikunto, 2006: 301). Uji normalitas terhadap data yang
74
diperoleh, dilakukan sebelum analisis data, yaitu untuk memenuhi asumsi dasar analisis korelasi product moment dari Pearson. Uji normalitas data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KS N 100 ab Mean 73.1600 Normal Parameters Std. Deviation 6.97574 Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sign (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
.078 .063 -.078 .780 .576
D 100 62.4500 11.97082 .177 .097 -.177 1.766 .004
Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal dan jika p < 0,05 maka dinyatakan tidak normal. Pada uji normalitas terhadap skala kecerdasan spiritual, diperoleh koefisien K-SZ sebesar 0,780, dengan nilai signifikansi sebesar 0,576 (p > 0,05 signifikan). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data berdistribusi normal. Pada uji normalitas terhadap skala depresi, diperoleh koefisien K-SZ sebesar 1,766, dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 (p > 0,01 signifikan). Hasil tersebut menunjukkan sebaran data berdistribusi normal.
75
4.4.2 Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variable X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Untuk menguji linearitas tersebut, digunakan software komputer yaitu SPSS Versi 17.0 For Windows. kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya sebaran adalah jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan linier, dan jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak linier. Hasil perhitungan diperoleh F sebesar 13,835 dengan p = 0,000. Dikarenakan p < 0,05 maka pola hubungan antar variabel kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta adalah linier. Hasil uji coba linieritas disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.16 Hasil Uji Linieritas ANOVA Table KS*D
(Combined)
Between Groups Deviation from Linearity Linearity
Within Groups
Total
Sum of Squares
Df Mean Square F Sig.
5776.180
1662.246
4113.934
8410.570
14186.750
29
1
28
70
99
199.179
1662.246
146.926
120.151
1.685
13.835
1.223
.044
.000
.246
76
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimaskin Bangsri Jepara yang perhitungannya menggunakan bantuan software komputer yaitu program SPSS Versi 17.0 For Windows. Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi Variabel Kecerdasan Spiritual dan Depresi Correlations KS KS
Pearson Correlation
1
.342 **
Sig. (2-tailed)
.
.000
100
100
.342**
1
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
100
100
N D
D
Pearson Correlation
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa koefisien korelasi (r) kecerdasan spiritual dengan depresi sebesar 0,342 dengan taraf signifikansi p = 0,000 dimana p <0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara” ditolak. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan lurus, dimana hubungan yang terjadi adalah hubungan positif. Kenaikan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel lain. Artinya jika kecerdasan spiritual tinggi maka depresi juga tinggi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
77
4.5
Pembahasan
4.5.1. Pembahasan Analisis Deskriptif Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara 4.5.1.1 Depresi Depresi dipandang sebagai suatu perilaku yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan kontrol pada dirinya. Depresi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah dan keinginan bunuh diri. Secara umum depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara berada pada kategori sedang yaitu dengan presentasi tinggi yaitu sebesar 18 %, sedangkan kategori sedang yaitu sebesar 66 %, dan sisanya pada kategori rendah yaitu sebesar 16 %. Artinya bahwa penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara masih mengalami depresi yang ditandai dengan gejala-gejala perasaan yang labil, kecemasan, rasa bersalah pada sesuatu dan keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Depresi yang terjadi pada responden penelitian sangat beragam. Depresi dapat dilihat ketika responden mengalami masalah psikososial ketika sudah sembuh dari sakitnya. Mereka akan merasa dijauhi oleh orang-orang terdekat maupun masyarakat. Karena itu mereka merasa sudah tidak ada lagi harapan untuk melanjutkan hidup yang biasanya ditandai dengan gejala keinginan untuk bunuh diri,
kecemasan yang
melanda, perasaan bersalah serta perasaan yang labil. Kaplan, dkk (1997: 780-789),
78
mengatakan depresi yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor psikososial dimana perisitwa yang terjadi pada kehidupan seseorang diakibatkan karena lingkungan keluarga dan masyarakat, hal ini yang menimbulkan terjadinya depresi pada seseorang. Depresi secara umum yang terjadi pada subjek penelitian berada pada kriteria tinggi. Hal ini dapat diketahui berdasarkan mean subjek penelitian berada pada kategori tinggi dalam depresi. Meskipun mean responden berada dalam kategori tinggi, namun dari distribusi frekuensi terlihat bahwa sebanyak 66 % subjek penelitian yang berada dalam kriteria sedang yang sedang mengalami depresi. Data yang diperoleh mengungkapkan hasil yang lebih rinci mengenai depresi dibagi dalam gejala gejala yang berbeda maka ditemukan bagaimana responden penelitian mengalami depresi. Gejala depresi yang paling banyak terlihat dari subjek penelitian adalah perasaan bersalah. Hal ini dapat terlihat saat subjek mengalami perasaan bersalah ketika mereka sudah sembuh dari sakitnya. Sebanyak 73 % responden mengalami perasaan bersalah dalam kategori sedang. Berdasarkan data ini maka dapat disimpulkan bahwa mengalami perasaan bersalah merupakan gejala yang paling terlihat dalam depresi pada subjek penelitian. Gejala kedua yang terjadi dalam depresi adalah kecemasan. Berdasarkan temuan penelitian tampak bahwa sebanyak 65 % subjek mengaku mengalami kecemasan saat mereka baru sembuh dari sakityang dialaminya. Depresi ketiga yang terlihat pada subjek penelitian adalah labilitas perasaan. Hal ini terlihat pada subjek saat mereka mengalami masalah yang berkaitan dengan kondisi
79
fisiknya dan masalah psikososial. Sebanyak 61 % subjek mengalami labilitas perasaan pada kategori sedang. Depresi keempat terlihat pada subjek penelitian adalah keinginan bunuh diri. Hal ini terlihat ketika subjek sudah dalam kondisi yang sangat terpuruk sehingga timbul keinginan bunuh diri. Sebanyak 59 % subjek penelitian mengalami keinginan bunuh diri pada kategori sedang. Depresi yang banyak dialami oleh penyandang cacat pasca kusta ketika mereka masih terbawa bayang-bayang penyakitnya yang membuat masyarakat tidak bisa menerima. Subjek penelitian cukup banyak mengalami depresi yang ditandai dengan perasaan bersalah ketika mereka merasa tidak dapat lagi berguna bagi banyak orang dan keluarganya sendiri. Oleh karena itu penyandang cacat pasca kusta lebih cenderung menyendiri daripada bersosialisasi. Awalnya peneliti menduga bahwa depresi tinggi disebabkan kecerdasan spiritual yang dimiliki penyandang cacat pasca kusta rendah. Dengan kata lain fenomena yang terjadi pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa depresi yang dialami penyandang cacat pasca kusta tergolong tinggi dan kecerdasan spiritual tergolong rendah, akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata diketahui bahwa depresi dan kecerdasan spiritual tergolong sedang. Setelah peneliti mengamati lebih jauh selama penelitian, hal tersebut terjadi karena pada studi pendahuluan subjek yang diambil hanya sebagian kecil dari jumlah penyandang cacat yaitu hanya 10 penyandang cacat pasca kusta dari jumlah 150 orang penyandang cacat pasca kusta.
80
Berdasarkan penjelasan tersebut depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara tergolong sedang yaitu dengan presentasi tinggi yaitu sebesar 18 %, sedangkan kategori sedang yaitu sebesar 66 %, dan sisanya pada kategori rendah yaitu sebesar 16 %. 4.5.1.2 Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat, memaknai, mencari solusi masalah dan menghadapi masalah atau kesulitan sesuai dengan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa indikator kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat sesuai kehendak Tuhan YME berada pada kategori sedang dengan prosentase 61%. Hasil ini menunjukkan bahwa penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara mampu untuk memegang prinsip dan memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Indikator kedua adalah kemampuan memaknai suatu peristiwa atau masalah secara positif. Hasil analisis deskriptif indikator ini berada pada kategori sedang dengan prosentase 61%. Hasil ini berarti bahwa penyandang cacat pasca kusta mudah memaknai segala sesuatu yang sedang dialaminya. Indikator ketiga adalah kemampuan mencari solusi masalah atau kesulitan. Hasil analisis deskriptif indikator kemampuan mencari solusi masalah berada pada kategori sedang dengan prosentase 68%. Hasil ini menunjukkan bahwa penyandang cacat
81
pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara mampu untuk mencari solusi masalah ketika mereka mendapat masalah. Indikator terakhir yaitu kemampuan menghadapi masalah atau kesulitan hasil analisis deskriptifnya berada pada kategori sedang dengan prosentase 69%. Hasil ini menunjukkan bahwa penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara memiliki kemampuan untuk menghadapi masalahnya ketika mereka mendapat masalah. 4.5.2. Pembahasan Analisis Inferensial Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara Berdasarkan hasil uji korelasi penelitian, diperoleh bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara” ditolak. Hasil korelasi antara kecerdasan spiritual dengan depresi menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya adalah positif. Artinya adalah hubungan antara kedua variabel linier atau searah, jadi jika variabel X tinggi maka variabel Y tinggi yang dalam hal ini jika kecerdasan spiritual tinggi maka depresi akan tinggi. Depresi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor psikososial. Setelah dilakukan obesrvasi dan wawancara dengan subjek penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa depresi yang terjadi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara lebih dominan
82
disebabkan karena faktor psikososial. Faktor psikososial merupakan kondisi dimana seseorang dalam lingkungan keluarga yang broken home, jumlah saudara banyak, status ekonomi orangtua rendah, pemisahan orangtua dengan karena meningggal atau perceraian serta buruknya fungsi keluarga (Mardya 2009: 2). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012:137) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penderita kusta di Kabupaten Pekalongan terhadap depresi, diperoleh hasil bahwa faktor psikososial paling banyak mempengaruhi penderita kusta mengalami depresi dibanding faktor penyebab depresi yang lain. Salah satu kemampuan yang dapat menghindarkan individu mengalami depresi akibat faktor psikososial adalah kecerdasan spiritual. Sesuai dengan pendapat Zohar dan Marshall dalam Agustian (2001:57), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Indikator penyusun kecerdasan spiritual yaitu kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat sesuai dengan kehendak Tuhan YME, kemampuan memaknai suatu peristiwa/masalah secara positif, kemampuan mencari solusi masalah/kesulitan
dan
kemampuan menghadapi
masalah/kesulitan.
Indikator
penyusun kecerdasan spiritual memiliki hubungan positif dengan depresi. Hal ini sejalan dengan penelitian Aziz dan Mangestuti (2006:1) meneliti tentang pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EI) dan kecerdasan spiritual (SI)
83
terhadap agresivitas pada mahasiswa UIN Malang, diperoleh hasil korelasi sebesar 0,548 dengan nilai P=.000. Hasil ini berarti bahwa ada pengaruh positif karena diantara ketiga kecerdasan yang paling besar pengaruhnya terhadap agresivitas adalah kecerdasan spiritual. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara berada pada kategori sedang. Hasil ini berarti meskipun penyandang cacat pasca kusta memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi tetapi mereka juga masih mengalami depresi, hal ini dikarenakan kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup sesuai kehendak Tuhan rendah. Sebagaimana pendapat Zohar dan Marshall (2000:14) kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup yang sesuai kehendak Tuhan adalah kemampuan hidup seseorang yang didasarkan pada prinsip dan tujuan hidup yang pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk mencapai tujuan tersebut. Maksud dari pernyataan tersebut adalah penyandang cacat pasca kusta yang memiliki kemampuan memiliki prinsip dan tujuan hidup sesuai kehendak Tuhan adalah individu yang dapat memiliki prinsip dan tujuan hidup yang dapat menghindarkan mereka dari stigma negatif agar tidak mengalami depresi. Seiring dengan pendapat Mahayana dalam Nggermanto (2000:123-136) memiliki prinsip dan tujuan hidup sesuai kehendak Tuhan adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman prilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai
84
prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana. Ketika penyandang cacat pasca kusta memiliki prinsip dan tujuan hidup yang kuat sesuai kehendak Tuhan yang tinggi maka ia tidak akan mengalami depresi, hal ini dikarenakan pegangan hidup serta tujuan hidup yang mereka miliki menjadikan mereka individu yang kuat dalam menjalani hidup. Kemampuan memaknai suatu masalah atau peristiwa secara positif juga dapat menjadi pengaruh terjadinya depresi. Penyandang cacat pasca kusta yang memiliki kemampuan memaknai suatu masalah secara positif yang tinggi maka ia akan berusaha untuk memaknai suatu masalah yang dialaminya dan tidak mudah menyerah karena keadaan. Sesuai dengan pendapat Mahayana dalam Nggermanto (2000:123136) kemampuan memaknai suatu masalah secara positif adalah makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Sesorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari_Nya. Ia juga merupakan manisfestasi kasih sayang dari_Nya. Ujiannya hanyalah pendewasaan spiritual manusia. Depresi juga dipengaruhi oleh kemampuan dimana individu dapat mencari solusi dan menghadapi masalahnya. Penyandang cacat pasca kusta yang memiliki kemampuan mencari solusi dan kemampuan menghadapi masalah atau kesulitan yang tinggi tentu memiliki keinginan yang tinggi untuk dapat bisa terbebas dari masalah ataupun kesulitan. Penyandang cacat pasca kusta yang memiliki kemampuan mencari solusi
85
dan menghadapi masalah yang tinggi akan berusaha untuk tidak merugikan orang lain. Sesuai dengan pendapat dalam Nggermanto (2000:123-136) kemampuan mencari solusi dan kemampuan menghadapi masalah adalah kemampuan yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari subtsansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan mengukuhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kemampuan mencari solusi serta kemampuan menghadapi masalah/kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual manusia. Kecerdasan spiritual mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. Kecerdasan spiritual mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya. Hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,342. Angka tersebut mengandung arti bahwa dalam penelitian ini, kecerdasan spiritual memberikan sumbangan efektif sebesar 68% terhadap depresi. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa tingkat konsistensi variabel depresi sebesar 68% dapat diprediksi oleh variabel kecerdasan spiritual, sedangkan sisanya sebesar 32% ditentukan oleh faktor psikososial seperti stigma negatif yang terjadi dimasyarakat dan lingkungannya bahwa cacat akibat penyakit kusta masih dapat menular meskipun
86
sudah dinyatakan sembuh sehingga penyandang cacat pasca kusta dijauhi dan dikucilkan masyarakat dan lingkungan sekitar. Nilai signifikansi pada penelitian ini adalah 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan lurus, dimana hubungan yang terjadi adalah hubungan positif, yaitu ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan depresi. Kenaikan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel lain, sedangkan penurunan suatu variabel akan menyebabkan penurunan variabel lain, dengan kata lain semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara, begitupun sebaliknya. Meskipun hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak, dan ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara, dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi depresi. Hal ini juga dikarenakan faktor psikososial dimana stigma yang terjadi dimasyarakat masih banyak menganggap penyakit kusta tidak dapat disembuhkan dan masih gampang menular, akibatnya penyandang cacat pasca kusta dijauhi dan dikucilkan dari masyarakat atau orang-orang sekitar, oleh karena itu penyandang cacat pasca kusta masih dapat mengalami depresi meskipun mereka juga memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.
87
4.6
Keterbatasan Penelitian
a.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu pada saat pengisian instrument responden mayoritas tidak mengerjakan sendiri tetapi saling bergerombol dan bertukar jawaban itu disebabkan karena peneliti sulit untuk mengkondisikan responden yang akan mengisi instrumen.
b.
Skala depresi yang digunakan hanya memodifikasi dari skala Beck Depressions Inventory (BDI), tidak secara langsung menggunakan skala BDI sehingga hasilnya kurang maksimal.
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Hasil uji hipotesis “Ada Hubungan Negatif Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin” “Tidak Terbukti” (r 0,342; dengan sig < 0,05) antara variabel kecerdasan spiritual dengan variable depresi penyandang cacat pasca kusta yaitu 0,000 dan nilai signifikansinya Sig. (2-tailed) adalah dibawah atau lebih kecil dari 0,05 atau 0,01 (nilainya adalah 0,000). 2. Berdasarkan analisis deskriptif ditemukan bahwa kecerdasan spiritual dan depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara sama-sama berada dalam kategori sedang. 3. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa hal yang penting bahwa faktor psikososial yang lebih dominan mempengaruhi depresi pada penyandang cacat pasca kusta di Liposos Donorojo binaan Yastimakin Bangsri Jepara.
88
89
5.2 Saran Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, analisis data dan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Yayasan Bagi yayasan sebaiknya lebih spesifik dalam menyusun program untuk penyandang cacat pasca kusta dengan cara menyediakan konsultasi psikologis kepada mereka yang memerlukannya, memberi pelatihan ketrampilan dengan bekerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membantu mendukung program tersebut agar penyandang cacat pasca kusta dapat memiliki keahlian dan berguna bagi kehidupan mereka. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti maupun mengembangkan penelitian serupa mengenai kecerdasan spiritual pada penyandang cacat pasca kusta,
peneliti
sarankan
agar
peneliti
selanjutnya
lebih
kondusif
mengkondisikan responden pada saat pengisian instrument dan menggunakan skala depresi yang sudah terstandar seperti Beck Depressions Inventory (BDI) agar hasilnya dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Penerbit Arga. American Psychiatri Association. 1994. Diagnostik And Manual of Mental Disorder (DSM IV). Fourt Edition. Wasingthon DC: American Psychiatri Association. Ariani. 2009. Hubungan Harga Diri Dengan Depresi pada Penderita Diabetes Militus. . Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. . Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Atkinson, Richard, L. Rita, Ernest Hilgard. 1999. Pengantar Psikologi jilid II. Jakarta: Erlangga. Aziz, Rahmat, Mangestuti Retno. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EI) dan Kecerdasan Spiritual (SI) Terhadap Agresifitas Pada Mahasiswa UIN Malang. Jurnal Penelitian dan Pengembangan. Vol. 1, nomor 1. Aziz, Rahmat. 2011. Pengalaman Spiritual dan Kebahagiaan Pada Guru Agama Sekolah Dasar. Proyeksi. Vol. 6 (2), 1-11. Azwar, Saefudin. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Pelajar. Davidson, Blackburn, Marie, M. Kate. 1990. Cognitive Therapy For Depression and Axienty. Boston Melbourne: Oxford London Edinburgh. Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21 (Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful Intelligence Atas IQ). Bandung: Alfabeta (Anggota IKAPI). Hamid. 1999. Dampak Stres pada Kejiwaan. Kesehatan Kejiwaan.com. Desember. http://kesehatan .kejiwaan.com /read /2012 /12/9.
90
91
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa oleh Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. Kosasih. 2008. Klasifikasi Penderita Kusta. Metronews.com. Februari 2008 diunduh dari http:// Kemkes.bps.go.id/ berita/82972/19/ index.php. Klasifikasi Penderita Kusta pada tanggal 20 Maret 2012. Kurnia, Saputri. 2011. Perbedaaan Kejadian Depresi Pada Narapidana Usia Muda dan Usia Tua Beserta Gambaran Sidik Jari Di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto. Mandala of Health. Vol. 5, nomor 2. Kurniarto. 2006. Penderita Cacat Kusta. Kesehatan Kompas.com. Februari. http://kesehatan .kompas.com /read /2012 /04/11/ penderita cacat kusta. Lestari, Eka. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Agama Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mardya. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Depresi. Jurnal Klinis Vol. 4 No. 1; hal 2. Nggermanto, Agus. 2001. Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) Cara Cepat Melejitkan IQ,EQ, dan SQ Secara Harmonis. Bandung: Nuansa. Pediatri. 2009. Penyakit Kusta. (www.pediatri.com/kusta.html) diunduh pada tanggal 13, Januari, 2013. Pedoman Penggolongan Diagnostik dan Gangguan Jiwa di Indonesia, III. PPDGJ-III. Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktoral Jendral Pelayanan Medik. 1993. Rahayu, Desi Aryana. 2012. Dukungan Psikososial Keluarga Penderita Kusta di Kabupaten Pekalongan. Seminar Hasil Penelitian. LPPM UNIMUS. Saefullah, Aris. 2008. Peran Agama Sebagai Sarana Mengatasi Frustasi Depresi dan Depresi: Sebuah Telaah Psikologis. Komunika Vol. 2, 161-177. Sivalintar. Online Available (www.sivalintar.tripod.com/sebab_depresi.html) diunduh 22, November, 2011. Sjamsoe. 2003. Klasifikasi Kusta. Depkes RI. Februari. http://Departemen Kesehatan Republik Indonesia.com. Maret /read /2012 /03/15/ Klasifikasi kusta. Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
92
Tasmara. 2001. Pembentukan Kualitas Hidup Melalui Kecerdasan Spiritual. Jakarta. Arga. Zohar, Danah dan Marshall. 2000. SQ (Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Penerbit Mizan. Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN
93
94
INSTRUMEN PENELITIAN
95
1. Skala Kecerdasan Spiritual
Identitas Nama Lengkap
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Lama Sakit
:
tahun
Informasi ini akan dirahasiakan. Oleh karena itu, mohon diisi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Terima kasih. Petunjuk Pengisian Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari. Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap pernyataan tersebut sebelum menjawab, kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan yang paling sesuai degan keadaan Anda. Tidak ada jawaban benar maupun salah. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah: 1
: bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Tidak Pernah terjadi
2
: bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Jarang terjadi
3
: bila pernyataan Sesuai dengan kondisi Anda atau Sering terjadi
4
: bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi Anda atau Sangat Sering terjadi
96
No
Pernyataan Bagi
1
saya,
SS
membahagiakan
keluarga dan memberi manfaat untuk masyarakat itu penting.
2
Saya memilih percaya pada orang lain dari pada diri sendiri. Saya suka meluangkan waktu
3
untuk
merenungkan
kembali
kesalahan saya yang masih dapat diperbaiki di masa mendatang. Saat masalah datang mendera,
4
saya rasa Tuhan berbuat tidak adil pada saya. Saya memiliki kemampuan untuk
5
menyelesaikan masalah apa pun yang terjadi dalam hidup saya. Saya lebih memilih menyerah
6
pada
keadaan
menguntung
yang hidup
kurang daripada
menyelesaikannya. Saya menyadari jika kesulitan 7
dalam hidup saya ini adalah hal yang dapat dialami siapa pun. Saya merasa Tuhan memberikan
8
penderitaan yang sangat berat sehingga saya merasakan sakit yang parah. Saya lebih memilih untuk bekerja
9
dalam kondisi apapun daripada diminta berdiam diri dirumah.
S
TS
STS
97
Tujuan hidup yang sudah saya 10
rencanakan tidak dapat merubah kualitas hidup saya. Menyadari bahwa penyakit saya
11
alami menjadikan saya pribadi yang kuat dalam menjalani hidup. Melihat kondisi saya saat ini, saya
12
berpikir hidup saya sudah tidak ada artinya lagi.
13
Saya bersedia membantu orang lain yang terkena musibah. Masalah yang sedang saya alami
14
tidak
dapat
saya
selesaikan
dengan baik. 15
Saya termasuk orang yang kuat saat menghadapi cobaan. Saya cenderung terpuruk ketika
16
tidak dapat menghadapi masalah yang berat. Prinsip hidup yang saya miliki
17
menjadikan saya lebih tenang dalam menjalani hidup. Saya
18
berusaha
menemukan
hikmah di setiap kejadian yang saya alami. Penyakit yang saya alami ini
19
menjadi
penyebab
ketidakberuntungan hidup saya selama ini.
20
Saya lebih memilih alternatif lain
98
apabila tidak bisa menyelesaikan masalah. Saya memerlukan bantuan kurang 21
bisa menyelesaikan masalah saya sendiri. Tidak lari dari masalah yang
22
sedang menimpa saya adalah hal terpenting dalam hidup. Masalah yang saya alami bisa
23
diselesaikan karena usaha saya sendiri. Saat
24
mendapat
masalah
saya
selalu meminta bantuan orang lain untuk
menyelesaikan
masalah
saya.
25
Penderitaan
yang
saya
alami
menjadikan
saya
kuat
dalam
menjalani hidup. Terima kasih atas bantuan Anda dalam penelitian ini.
99
2. Skala Depresi
Identitas Nama Lengkap
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Lama Sakit
:
tahun
Informasi ini akan dirahasiakan. Oleh karena itu, mohon diisi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Terima kasih. Petunjuk Pengisian Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari. Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap pernyataan tersebut sebelum menjawab, kemudian pilihlah salah satu dari empat pilihan yang paling sesuai degan keadaan Anda. Tidak ada jawaban benar maupun salah. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah: 1
: bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Tidak Pernah terjadi
2
: bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Jarang terjadi
3
: bila pernyataan Sesuai dengan kondisi Anda atau Sering terjadi
4
: bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi Anda atau Sangat Sering terjadi
100
No
Pernyataan
SS
Saya mudah marah tanpa alasan 1
jelas saat mengerjakan suatu pekerjaan.
2
3
Senang melihat orang disekitar saya tertawa. Saya khawatir tanpa alasan yang jelas setiap hari saat beraktivitas. Saya merasa tenang sehingga
4
aktivitas sehari-hari saya berjalan lancar. Menyalahkan diri sendiri apabila
5
terjadi
kesalahan
dalam
mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah saya mendapat musibah, 6
keluarga
saya
yang
selalu
membantu saya 7
Terlintas pikiran-pikiran untuk melukai diri sendiri. Secara teratur, saya merawat luka
8
pada tubuh saya sesuai anjuran medis/ dokter. Cepat
9
bosan
aktivitas saat
saat
sehari-hari
awal
melakukan meskipun
beraktivitas
saya
bersemangat. 10
11
Saya melakukan aktivitas seharihari dengan perasaan senang. Khawatir dengan perubahan yang terjadi pada diri saya saat saya
S
TS
STS
101
sembuh dari sakit. Perasaan saya tenang menjalani 12
kondisi hidup saya sampai saat ini. Saya bersalah apabila orang lain
13
mendapat
masalah
karena
tindakan yang saya lakukan. Kondisi yang saya alami saat ini 14
menjadikan
ingin
mengakhiri hidup.
Dengan 15
saya
melihat
perbaikan
kondisi tubuh saya, hidup saya menjadi lebih menyenangkan. Perasaan saya dapat berubah dari
16
senang
menjadi
sedih
saat
mengerjakan pekerjaan rumah. 17
18
19
Dalam
sehari-hari
saya melewatinya dengan santai. Keluarga saya menerima kondisi saya apa adanya. Saya akan mengakhiri hidup jika ada kesempatan. Saya
20
beraktivitas
tidak
sedikitpun
punya untuk
pikiran
mengakhiri
hidup. Sulit mengontrol perasaan senang 21
dan sedih saat berkumpul dengan keluarga saya.
22
Saya bersemangat setiap hari
102
untuk
mengerjakan
pekerjaan
rumah. 23
24
Menangis apabila perasaan saya sedang sedih. Saya dapat mengontrol perasaan saya saat sedih maupun senang. Terima kasih atas bantuan Anda dalam penelitian ini.
103
TABULASI
104
TABULASI TRY OUT
105
1. Tabulasi Try Out Skala Kecerdasan Spiritual SUBJEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3
2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3
5 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4 2
6 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 4 3 2 1 2 4 3 2
7 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 1 1 2 2 3 4 4 4 3 3
AITEM 8 9 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 4 2 2 3 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 2 2 4 2 2 3
10 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 1 3 3 3 3 2 2 4 3 2
11 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3
12 2 3 3 3 3 3 3 4 4 1 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 4 4
13 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 3
14 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3
15 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 4 4 3
16 3 2 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
17 4 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3
18 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 4 4 3 3 4 2 4 4 4
19 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 4 3 4 3
20 2 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 2 3 4 4 3 3 2 2 2 4 2 2
106
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Total
3 3 4 2 3 3 4 3 1 1 4 3 4 2 3 2 3 4 3 1 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 1 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 4 2 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 3 4 2 1 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2 4 2 3 2 4 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 3 3 3 2 3 2 4 2 4 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 138 132 132 115 120 116 119 107 119 111 129 119 126 122 119 120 126 118 118 113
107
21 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 2 4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3
22 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3
23 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 4 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3
24 2 2 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 4 2
25 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 4 2 2 2 3 4 3 3 4 3 2
26 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 4 3 4 4 4 3
27 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3
28 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 1 1 3 3 4 2 4 3 1 3
29 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 4 3
30 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 3 2
31 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 1 3 3 3 4 4 2 4 3
32 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3
33 2 4 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3
34 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 4 2 4 3 3 3 3 2 3 3 4
35 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 2 3 3 2
36 2 2 3 4 2 4 2 2 3 3 3 2 2 1 3 1 2 3 2 1 3 3 3
37 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3
38 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3
39 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 1 4 3 3 4 3 3 3 3
40 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 1
TOTAL 109 120 124 126 125 128 122 120 114 104 124 107 124 97 114 127 113 128 115 119 128 131 112
108
3 4 3 3 3 3 4 2 2 3 4 4 1 3 2 3 2 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 1 2 3 3 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 1 3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 1 3 3 2 4 2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 4 1 2 4 3 3 2 4 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 4 2 2 4 4 2 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 2 1 4 2 4 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 4 3 4 4 3 2 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 2 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 120 121 118 117 122 112 126 112 115 118 109 115 119 118 121 98 111 115 126 115
113 128 100 108 92 120 96 128 112 127 130 121 134 122 126 126 133 4747
109
2. Tabulasi Try Out Skala Depresi SUBJEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3
2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3
3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 4 4 3
4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 4 4
5 3 3 3 1 1 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 4 2 2 4 3 4
6 2 3 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3
7 2 1 1 2 2 1 2 2 3 4 4 2 3 1 4 1 2 1 3 2 4 3 4
AITEM 8 9 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 3 4 1 3 1 3 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4
10 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 1 1 3 3 1 2 4 4 3 3 3
11 3 3 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2
12 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2
13 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3
14 15 16 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 2 2 4 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 2 3 3
2
3
4
3
4
2
4 2 3
4 3 3
4 4 1
3 3 3
3 3 2
3 2 3
110
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Total
4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 3 4 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 2 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2 1 2 3 1 1 2 2 3 3 4 2 1 2 131 107 101 108 101 102 100 94 111 101 120 106 114 94 93 94
111
17 18 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 1 3 2 1 1 2 3 3 2 4 3
19 4 3 1 2 2 3 1 3 4 3 1 3 2 2 2 2 2 3 1
20 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 3 2 1
21 4 4 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 1 2 2 2 3 4
22 2 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 2 2 2 4 3
23 24 2 2 1 2 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 3 1 2 3 2 3 1 3 1 1 3 2 3 3 4 2
25 2 3 3 1 3 3 2 3 2 3 1 3 2 2 3 1 3 3 3
26 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 4 3 1 2 3 2
27 3 2 1 2 2 2 2 4 2 3 3 1 3 1 3 2 2 3 3
28 1 2 2 2 2 2 1 4 1 3 1 4 3 1 2 1 2 4 4
29 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3
30 2 2 1 3 2 2 3 3 2 4 2 3 1 1 4 1 3 2 2
31 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 4 4 3 4 4 1 3 3 3
32 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 1 2 1 4 2 2 3 4
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
4
4
4
3
2 4 2
2 3 3
4 4 2
3 3 2
3 3 2
3 4 3
3 3 3
2 1 1
2 2 3
2 2 3
3 4 2
3 2 2
3 3 2
3 4 3
3 2 2
3 3 3
Total 76 68 64 70 68 76 68 87 85 87 74 81 79 65 83 58 79 90 93 96 99 98 87
112
2 3 4 3 3 2 3 1 3 1 2 2 2 3 2 1 3 3 1 1 3 3 3 3 4 2 3 2 2 2 4 3 3 2 2 3 2 4 3 2 2 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 96 95 108
2 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 99
4 4 3 3 2 4 3 4 1 2 1 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 2 1 3 3 3 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 2 1 117 113 95 95 106
3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 4 2 92
4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 3 1 2 4 1 3 3 3 2 4 4 1 1 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 2 2 4 2 2 3 3 3 2 1 99 100 103 99 117 101
98 92 78 85 69 80 78 89 92 81 97 80 90 97 100 100 75 3312
113
TABULASI PENELITIAN
114
1. Tabulasi Penelitian Skala Kecerdasan Spiritual SUBJEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 1 3 3 3 3 3 2 4
2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 2 4
3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4
4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 1
5 2 4 3 4 3 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4
6 3 4 4 2 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 2 4 3 2 1 2 4 3
7 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3
AITEM 8 9 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 2 1 2 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 4 2 2 3 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 2 2 4 2
10 4 3 3 4 4 2 1 3 3 3 2 3 4 1 3 3 3 3 2 2 4 3
11 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3
12 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 4
13 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4
14 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4
15 3 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 4 3 4 4 4
16 3 4 4 3 3 4 1 2 4 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2 3
115
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
3 2 2 4 2 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 1 3 4 4 4 3 2 4
3 2 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4
3 2 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4
1 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 2 2 3 2
2 3 4 3 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4
2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 4 4 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 2 4
3 4 3 2 4 2 2 3 3 4 4 3 3 2 4 2 4 3 2 3 4 4 4 4 3 3
2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 2 2 4 3 2 4
3 1 3 4 4 2 4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 3 4 3 2 3 1 3 3 3 2
2 1 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 3 2 1 3 3 2
3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 4
4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4
3 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3
3 2 3 2 1 1 3 1 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4
3 3 3 2 2 3 2 2 4 3 3 3 2 4 2 2 4 3 1 4 3 4 4 3 3 2
3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 3 3 4
116
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3
4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3
3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3
3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 4 1 3 4 4 2 3 2 3
3 4 2 2 3 4 4 3 3 2 4 2 2 4 3 3 2 4 2 4 3 3 3 2 4 2
4 4 3 2 4 4 3 1 2 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3
2 4 3 2 3 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 4 4 2 3 3 4 2 3 3 3
2 2 3 2 3 4 4 4 4 1 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 3
4 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2
3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 1 3 2 3 2 3 3
3 3 3 2 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3
4 2 3 2 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3
4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 2
4 2 3 2 2 4 3 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 2 2 4 4 4 2 4 3 3
4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3
117
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 100 Total
4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 4 1 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 4 2 3 4 4 1 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 1 1 4 3 4 2 3 2 2 4 4 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 2 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 4 4 3 2 4 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 275 283 276 261 279 265 282 262 268 240 283 286 270 270 274 277
118
17 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 2 1 4 3 4 3 4 3 3 3
18 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 4 4 3 3 4 2 4 4 4
19 20 21 22 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3 4 3 4 4 2 4 3 3 2 3 3
23 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3
24 25 TOTAL 2 3 69 3 3 82 2 3 80 4 3 80 3 2 83 3 3 78 3 4 76 3 3 74 3 2 70 3 3 65 3 3 78 3 2 66 2 4 74 2 2 60 3 2 67 3 2 78 3 3 71 3 4 80 2 3 69 4 3 74 3 4 78 4 3 85 2 2 68
119
3 3 3 4 2 4 2 4 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3
4 2 3 2 2 3 2 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 4 4 2
3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4
2 4 3 4 3 3 4 2 2 3 4 4 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4
3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 4 4 1 2 3 4
4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3
3 3 2 3 2 3 1 4 3 4 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 3 4 3
3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 4
3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
69 77 71 71 61 76 63 82 71 78 77 82 80 76 74 79 77 59 72 82 70 73 78 77
120
2 4 2 4 3 3 4 3 4 3 2 4 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2
2 3 4 3 2 2 2 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 3 2 3 3 2
1 2 2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2
4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3
1 2 2 4 2 4 3 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 2 3 2 4 2 1 2
3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 4 2 3 3 4 2 2 4 4 3 4 3 3
2 2 2 3 2 2 4 4 3 4 2 3 1 4 3 3 4 4 3 4 2 3 2 3
1 2 2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 2 4 3 4 2 2
4 4 4 3 2 3 4 4 4 2 4 3 2 4 4 3 3 2 4 3 2 2 2 2
74 78 76 79 52 75 84 86 86 82 76 89 68 71 79 78 81 77 81 68 72 81 69 62
121
3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2
3 3 2 3 3 3 4 2 4 2 4 4 2 3 3 3 4 3 3 2
3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2
3 3 3 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2
3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2
3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2
3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1
3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2
4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
73 72 72 71 82 74 68 73 74 78 67 67 68 78 76 70 73 78 68 55
122
2. Tabulasi Penelitian Depresi SUBJEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 3 3 1 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4
2 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 4
3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 4 4
4 3 3 2 3 4 4 2 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 4 4 3 4 4
5 3 3 3 4 3 3 3 1 1 2 1 2 2 2 2 3 1 4 2 2 4 3
6 3 4 3 2 4 3 4 1 1 2 2 3 1 1 2 2 1 2 4 2 2 3
7 3 3 2 3 4 4 4 2 1 3 3 2 3 1 4 1 2 1 3 2 4 3
AITEM 8 9 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 1 4 3 1 1 1 2 3 2 3 2 3 1 2 2 1 3 1 3 1 2 1 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
10 3 2 2 1 2 2 1 2 3 1 3 3 1 1 3 3 1 2 4 4 3 3
11 3 3 2 3 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2
12 3 2 3 4 2 4 4 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2
13 2 3 2 3 1 3 2 2 1 1 1 3 3 2 2 3 1 3 2
14 3 2 2 3 4 3 2 3 1 1 1 2 3 1 2 3 1 1 2
15 3 2 1 4 3 4 4 3 2 1 1 4 3 3 2 1 1 2 3
16 3 3 4 3 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3
3
3
3
3
4
2
3 2
4 3
2 3
3 3
3 3
3 2
123
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
3 2 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4
4 3 4 2 1 1 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 4
3 2 4 2 1 2 1 2 2 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4
4 3 3 1 3 2 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 4
4 3 4 2 1 2 1 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 1 2 3 4
3 4 4 1 2 1 1 1 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
4 2 4 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
3 3 3 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 3
4 3 3 2 3 2 1 2 4 4 2 4 2 3 4 2 3 4 2 3 2 4 3 2 4 4
3 4 4 2 1 2 1 1 3 3 2 2 2 2 1 2 3 4 2 3 3 4 4 2 4 3
3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 2 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4
3 4 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3
1 3 3 2 1 1 1 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2
3 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 1 3 4
2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 4 3 3 2 2 3 2
3 3 3 1 2 2 1 3 2 2 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 2 4 2 2 3 4
124
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
2 3 2 2 3 3 2 4 3 2 2 4 1 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3
2 3 1 2 3 3 2 4 3 2 2 4 2 3 3 3 4 3 1 2 3 3 2 1 4 1
2 3 1 1 3 3 2 4 3 2 2 4 3 3 3 2 2 2 3 1 4 3 1 2 2 2
2 1 1 1 2 2 3 1 1 2 4 4 3 3 4 2 3 2 1 1 1 1 1 2 3 1
3 2 2 2 4 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 4 4 2 2 2 2 2
2 2 1 2 1 2 4 3 2 3 2 2 3 2 1 3 3 4 1 3 3 2 1 3 2 1
2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 2 3 1 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2
2 2 1 2 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 1 4 4 2 1 2 2 1
4 3 1 2 4 2 2 2 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 1
1 2 1 1 2 2 4 3 2 1 2 3 1 1 3 2 2 1 1 3 3 2 1 2 3 1
4 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 2 3
3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 1 2 4 4 1 1 4 4 1 2 1 2
4 3 1 2 2 3 3 4 3 4 2 1 2 3 2 3 3 2 1 1 4 3 4 2 3 1
2 3 1 1 3 3 2 4 3 2 2 4 2 3 2 3 2 2 3 1 3 3 3 1 3 1
1 3 1 2 3 4 4 4 3 3 4 3 1 4 3 4 2 4 2 2 4 3 3 1 1 2
2 3 1 1 3 3 2 4 3 2 2 4 4 3 2 3 3 1 2 1 3 3 4 1 2 2
125
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 100 Total
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 4 3 4 2 1 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 3 4 2 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 1 1 2 2 1 4 3 4 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 1 4 1 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 268 247 217 221 245 227 250 236 247 206 288 242 242 215 226 226
126
17 4 3 2 3 3 2 3 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 4
18 3 3 2 2 3 3 4 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 3
19 3 3 2 3 4 2 3 2 1 1 1 3 2 2 2 2 1 3 1
20 4 3 2 2 3 3 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
21 4 3 3 4 4 1 2 1 1 1 1 3 4 1 2 2 1 3 4
22 3 3 4 3 4 3 2 1 1 1 1 3 3 1 2 2 1 4 3
23 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 3 2 2 1 1 1 3 4
24 2 3 2 3 3 2 3 4 2 4 1 1 3 3 3 1 2 3 2
3
2
3
3
3
4
3
3
2 4 2 2 3
2 3 3 3 3
4 4 2 4 2
3 3 2 2 2
3 3 2 4 4
3 3 3 3 3
3 3 3 3 4
2 1 1 3 1
Total 72 70 58 69 74 67 70 42 35 40 38 57 55 42 54 43 32 65 66 68 76 76 68 72 74
127
1 1 2 1 1 3 4 2 4 2 2 2 1 4 4 4 3 3 2 4 2 3 2 1 3 2
1 1 1 1 1 3 2 2 3 2 4 2 3 4 3 1 3 3 2 3 2 4 3 3 4 1
1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 1 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 1
1 2 1 1 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 2 2 1
1 1 1 1 1 3 2 2 3 2 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 2 2 3 3 1
1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 2 3 4 3 1
1 1 2 1 1 2 3 2 3 1 2 1 4 3 2 1 3 3 2 4 1 3 1 3 3 1
1 4 3 1 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 2 2 2 2 2 3
38 44 42 34 50 68 68 58 73 61 68 68 66 70 77 60 72 67 78 72 61 74 72 59 66 36
128
1 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 1 3 3 2 1 4 3 2 2 2 1 2 3 4
1 4 2 4 4 4 4 3 2 2 2 2 1 2 4 3 3 3 4 3 1 2 1 3 3 2
2 2 4 3 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2 3 3
1 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 4 3 4 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 4
1 2 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 4 2 2 1 2 4 3 1 2 3 2 3 3 2
1 2 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 2 2 2 1 3 3 3 1 1 2 1 3 3 3
1 3 4 4 4 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 1 1 4 3 1 2 3 2 3 2 3
2 2 4 3 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 4 2 4 2 3 3 4 3 3 3 3
40 66 71 74 84 66 66 63 74 57 69 64 63 68 70 46 52 79 66 51 47 58 40 57 68 68
129
2 4 2 3 2 1 3 2 2 4 1 2 2 3 223
2 3 2 4 3 3 4 2 2 3 1 4 2 3 223
2 3 3 2 2 3 3 4 1 2 1 3 4 3 235
3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 238
2 3 2 2 2 3 3 4 1 2 1 3 4 3 232
3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 236
2 3 1 3 2 2 3 3 2 2 1 2 1 3 211
3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 236
58 73 61 74 73 58 74 67 71 74 48 67 68 64 5701
130
VALIDITAS & RELIABILITAS
131 Validitas Depresi Correlations total VAR00001
Pearson Correlation
.067
Sig. (2-tailed)
.680
N VAR00002
Pearson Correlation
.299
Sig. (2-tailed)
.060
N VAR00003
Sig. (2-tailed)
.039
Pearson Correlation
N
40 *
40
Pearson Correlation
.245
Sig. (2-tailed)
.128
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00010
.004
.026
N
VAR00009
**
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
VAR00008
.442
.352
N VAR00007
40
Pearson Correlation
N VAR00006
*
.328
Sig. (2-tailed)
VAR00005
40
Pearson Correlation
N VAR00004
40
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
40 .509
**
.001 40 .640
**
.000 40 .552
**
.000 40 .450
**
.004 40
132
VAR00011
Pearson Correlation
.161
Sig. (2-tailed)
.320
N VAR00012
.399
Sig. (2-tailed)
.011
.131
Sig. (2-tailed)
.421
Sig. (2-tailed)
.042
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00017
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00018
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00019
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00020
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00021
*
.324
Sig. (2-tailed)
VAR00016
40
Pearson Correlation
N VAR00015
40
Pearson Correlation
N VAR00014
*
Pearson Correlation
N VAR00013
40
40 .562
**
.000 40 .592
**
.000 40 .542
**
.000 40 .538
**
.000 40 .506
**
.001 40 .444
**
.004 40 *
Pearson Correlation
.400
Sig. (2-tailed)
.011
133
N VAR00022
Pearson Correlation
.229
Sig. (2-tailed)
.155
N VAR00023
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00024
.190
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
40 .414
**
.008 40 .612
**
.000 40 .596
**
.000 40 .540
**
.000 40 .538
**
.000 40
Pearson Correlation
.115
Sig. (2-tailed)
.479
N VAR00032
40
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
VAR00031
*
.211
N
VAR00030
40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00029
.000
.040
N
VAR00028
**
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
VAR00027
.533
.326
N VAR00026
40
Pearson Correlation
N VAR00025
40
Pearson Correlation
40 .424
**
134
Sig. (2-tailed)
.006
N total
40
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
Reliability Depresi Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .860
24
135 Validitas Kecerdasan Spiritual
Correlations total VAR00001
.354
Sig. (2-tailed)
.025
N VAR00002
.179
Sig. (2-tailed)
.270
Sig. (2-tailed)
.033
.311
Sig. (2-tailed)
.051
Pearson Correlation
N
**
.009 40
Sig. (2-tailed)
.086 40 *
Pearson Correlation
.339
Sig. (2-tailed)
.032 40 *
Pearson Correlation
.398
Sig. (2-tailed)
.011
N VAR00009
.406
.275
N VAR00008
40
Pearson Correlation
N VAR00007
40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00006
*
.338
N VAR00005
40
Pearson Correlation
N VAR00004
40
Pearson Correlation
N VAR00003
*
Pearson Correlation
40
Pearson Correlation
.132
Sig. (2-tailed)
.417
136
N VAR00010
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00011
Sig. (2-tailed)
.015
Sig. (2-tailed)
.039
Pearson Correlation
Pearson Correlation
40 .432
**
.005 40 .405
**
.010 40
Pearson Correlation
.282
Sig. (2-tailed)
.078 40 *
Pearson Correlation
.324
Sig. (2-tailed)
.041
N
40
Pearson Correlation
.289
Sig. (2-tailed)
.071
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00020
*
.328
N
VAR00019
40
Pearson Correlation
N
VAR00018
*
.383
Sig. (2-tailed)
VAR00017
40
Pearson Correlation
N
VAR00016
40
.125
Sig. (2-tailed)
VAR00015
.002
Sig. (2-tailed)
N VAR00014
**
.247
N VAR00013
.465
Pearson Correlation
N VAR00012
40
Pearson Correlation
40 .447
**
.004 40 .298
137
Sig. (2-tailed) N VAR00021
Sig. (2-tailed)
.014
Sig. (2-tailed)
.045
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N
40
40 .569
**
.000 40 .604
**
.000 40
Pearson Correlation
.308
Sig. (2-tailed)
.053
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
40 .434
**
.005 40
Pearson Correlation
.263
Sig. (2-tailed)
.101
N VAR00030
.002
.092
Sig. (2-tailed)
VAR00029
**
Sig. (2-tailed)
N
VAR00028
.467
.270
Sig. (2-tailed)
VAR00027
40
Pearson Correlation
N
VAR00026
*
.318
N
VAR00025
40
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VAR00024
*
.387
N VAR00023
40
Pearson Correlation
N VAR00022
.062
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
40 .595
**
.000 40
138
VAR00031
.359
Sig. (2-tailed)
.023
N VAR00032
.307
Sig. (2-tailed)
.054
.265
Sig. (2-tailed)
.099
.286
Sig. (2-tailed)
.073
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00036
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00037
.004 40 .513
**
.001 40
.061 40 *
Pearson Correlation
.332
Sig. (2-tailed)
.036 40 *
Pearson Correlation
.394
Sig. (2-tailed)
.012 40 *
Pearson Correlation
.351
Sig. (2-tailed)
.026
N total
**
Sig. (2-tailed)
N VAR00040
.446
.299
N VAR00039
40
Pearson Correlation
N VAR00038
40
Pearson Correlation
N VAR00035
40
Pearson Correlation
N VAR00034
40
Pearson Correlation
N VAR00033
*
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
40 1
139
N
40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Kecerdasan Spiritual Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .820
25
140
UJI ASUMSI & UJI HIPOTESIS
141 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kecerdasan Spiritual N
Depresi 100
100
Mean
73.1600
62.4500
Std. Deviation
6.97574
11.97082
Absolute
.078
.177
Positive
.063
.097
Negative
-.078
-.177
Kolmogorov-Smirnov Z
.780
1.766
Asymp. Sig. (2-tailed)
.576
.004
Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table Depresi * Kecerdasan Spiritual Between Groups Deviation from (Combined) Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Linearity
Linearity
Within Groups
Total
5776.180
1662.246
4113.934
8410.570
14186.750
29
1
28
70
99
199.179
1662.246
146.926
120.151
1.658
13.835
1.223
.044
.000
.246
142 Correlations
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Kecerdasan Spiritual
73.1600
6.97574
100
Depresi
62.4500
11.97082
100
Correlations Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Spiritual
Pearson
Depresi 1
.342
**
Correlation Sig. (2-tailed) N Depresi
Pearson
.000 100
100
**
1
.342
Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
100