HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP PIRI NGAGLIK TAHUN AJARAN 2014/2015
E-Journal
Oleh Wahyu Hidayat NIM 10104241033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2015
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 1
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN SOSIAL SISWA KELAS VII SMP PIRI NGAGLIK CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL MATURITY AND SOCIAL ACCEPTANCE ON 7th GRADE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL PIRI NGAGLIK Oleh: Wahyu Hidayat, Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik. Penelitian merupakan penelitian dengan jenis korelasional. Sampel penelitian yaitu siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 65 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala kematangan emosi dan skala penerimaan sosial. Analisis data dengan menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik dengan koefisien korelasi sebesar 0,509 dengan (p<0,05.) Tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kematangan emosi siswa, maka semakin tinggi penerimaan sosialnya, dan semakin rendah kematangan emosi siswa maka semakin rendah penerimaan sosialnya. Berdasarkan perhitungan dapat ditunjukkan bahwa sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penerimaan sosial adalah sebesar 25,9% sedangkan sumbangan sebesar 74,1 % berasal dari faktor lain.
Kata kunci: kematangan emosi, penerimaan sosial Abstract The purpose of the research was to identify the correlation between emotional maturity and social acceptance on 7th grade students of Junior High School PIRI Ngaglik. This research was a correlational research. The subjects of the research were 7h grade students of Junior High School PIRI Ngaglik at 2014/2014 period, they were 65 students. Samples was taken by random sampling technique. This research used two scale of data collection technique, they were emotional maturity scale and social acceptance scale. Data was analyzed by product moment correlation. The result of the research discovered that there was a positive correlation between emotional maturity and social acceptance on 7th grade students of Junior High School PIRI Ngaglik which had correlated coefficient about 0.509 and (p<0,05). It meaned that if emotional maturity increase, social acceptance will be increase too, and if emotional maturity decrease, social acceptance will be decrease too. Based on this result, emotional maturity gave influence to social acceptance about 25,9% while the number of 74,1% gotten from the other factors. Keywords: emotional maturity, social acceptance
wadah bagi siswa untuk mengembangkan segala
PENDAHULUAN Program wajib belajar pendidikan dasar 9
aspek
dan
tugas
perkembangannya
secara
tahun dimulai sejak usia 7-15 tahun. Pada rentang
maksimal. Sekolah menjadi lembaga pendidikan
usia tersebut siswa akan melewati masa transisi
formal yang secara sistematik melaksanakan
dari fase anak-anak menuju fase remaja (Rita Eka
program bimbingan, pengajaran dan latihan
Izatty, dkk, 2008: 124). Masa transisi tersebut
dalam rangka membantu siswa agar mampu
secara umum akan dialami siswa pada Sekolah
mengembangkan
Menengah
waktu
menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
tersebut, sekolah diharapkan mampu menjadi
emosional, maupun sosial (Syamsu Yusuf: 2011).
Pertama.
Dalam
jangka
potensinya,
baik
yang
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015
Transisi memasuki Sekolah Menengah
perasaan,
perbuatan
dan
penyesuaian
diri.
Pertama dari Sekolah Dasar merupakan sebuah
Santrock (2003: 219) menjelaskan bahwa pada
pengalaman normatif yang dialami oleh semua
banyak remaja, bagaimana mereka dipandang
anak. Meskipun demikian, transisi tersebut dapat
oleh teman sebaya merupakan aspek yang
menimbulkan stres karena transisi ini terjadi
terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa
secara stimulan dengan banyak perubahan lain di
remaja melakukan apapun agar dapat dimasukkan
dalam diri individu, keluarga, dan sekolah. Ketika
sebagai anggota. Untuk mereka, dikucilkan
para siswa melalui transisi dari Sekolah Dasar
berarti stres, frustasi, dan kesedihan.
menuju Sekolah Menengah Pertama, mereka mengalami
top-dog
phenomenon,
Berdasarkan
penjelasan
diatas
maka
kondisi
sangat penting bagi remaja untuk diterima oleh
perubahan dari siswa yang paling tua, paling
kelompok sosialnya. Pada usia remaja penolakan
besar, dan paling kuat di Sekolah Dasar menjadi
atau penerimaan dalam pertemanan berpengaruh
siswa yang paling muda, paling kecil, dan paling
besar terhadap perkembangan kehidupan sosial
lemah di Sekolah Menengah Pertama (Santrock,
remaja
2007: 106). Situasi ini merupakan situasi yang
menjelaskan bahwa anak yang diterima dengan
sulit bagi banyak siswa, mereka dituntut untuk
baik memiliki peluang yang lebih banyak untuk
mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman
perubahan yang terjadi agar dapat memenuhi
sebaya, dibandingkan dengan anak yang tidak
segala tugas perkembangan pada masa ini.
diterima dengan baik, mereka akan memperoleh
Salah satu tugas perkembangan masa
itu
kesempatan
sendiri.
untuk
Hurlock
(2000:
mempelajari
298)
ketrampilan
remaja yang tersulit adalah yang berhubungan
sosial. Penerimaan sosial untuk remaja akan
dengan penyesuaian sosial. Hurlock (1996: 213)
berpengaruh pada kesempatan remaja dalam
menjelaskan bahwa yang terpenting dan tersulit
belajar berinteraksi dengan teman sebayanya,
adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya
berpartisipasi
pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam
memahami individu lain dalam kehidupan sosial.
perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru,
Di sisi lain, penolakan sosial yang dialami remaja
nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan
akan menyebabkan ruang sosialisasi dan interaksi
sosial,
seleksi
remaja dengan teman sebayanya menjadi sempit
pemimpin. Pada diri remaja hal penolakan oleh
sehingga remaja menjadi pribadi yang tertutup,
kelompok
kurang peka terhadap kondisi sosialnya, dan
dan
nilai-nilai
merupakan
baru
hal
dalam
yang
sangat
mengecewakan. Untuk menghindari kekecewaan itu remaja awal perlu memiliki sikap, perasaan,
dalam
kelompok
dan
juga
susah bekerjasama dengan remaja lainnya. Hurlock
(2000:
217)
mengemukakan
keterampilan-keterampilan perilaku yang dapat
salah satu kondisi yang menyebabkan remaja
menunjang penerimaan kelompok.
mendapatkan penerimaan sosial adalah faktor
Pentingnya penerimaan dan penolakan
kematangan, terutama dalam hal pengendalian
dalam kelompok bagi remaja awal, mempunyai
emosi, serta kemauan untuk mengikuti peraturan-
pengaruh yang kuat terhadap pikiran, sikap dan
peraturan. Remaja awal yang ingin diterima oleh
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 3
suatu kelompok harus menunjukan kesediaan
atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien
untuk berkonformitas dengan norma dan standar
korelasi. Penelitian yang dilakukan mengkaji
tingkah laku kelompok tersebut. Jadi, penerimaan
mengenai hubungan kematangan emosi dan
sosial merupakan perhatian positif dari orang lain
penerimaan sosial.
yang dipengaruhi oleh penerimaan diri dan penerimaan
sosial
individu
yang
ingin
mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok
Variabel Penelitian Dalam
penelitian
ini,
peneliti
dimana konformitas dilakukan terhadap aktivitas,
menggunakan 2 variabel antara lain; variabel
penampilan, syarat sosial dan norma kelompok.
bebas yaitu kematangan emosi dan variabel
Kematangan emosi sebagai bagian dari
terikat yaitu penerimaan sosial. Jadi dalam hal ini
penerimaan sosial, seseorang yang memiliki
kematangan
kematangan emosi tidak meledakkan emosinya di
memiliki pengaruh terhadap penerimaan sosial
hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan
sebagai variabel terikat.
tempat
yang
tepat
untuk
diterima. Syamsu Yusuf (2011) mengungkapkan emosi
merupakan
kemampuan
individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman,
mempunyai
kontrol
diri
sendiri,
perasaan mau menerima dirinya dan orang lain, selain itu mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.
mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP Ngaglik,
dan
variabel
bebas
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP PIRI Ngaglik yang terletak di Jl Kaliurang Km 7.8 Sinduharjo Ngaglik Sleman. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 November 2014 – 16 Februari 2015 Maret 2015. Penelitian dimulai dari observasi dan wawancara dengan guru BK SMP PIRI Ngaglik yang dijadikan sebagai tempat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
PIRI
sebagai
mengungkapkan
emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat
kematangan
emosi
mengetahui
besarnya
sumbangan efektif kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik.
penelitian. Instrumen penelitian dibagikan kepada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik dan diisi pada tanggal 2-4 Februari 2015. Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik yang terdiri dari 4 kelas, masing-masing
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
kelas bejumlah sekitar 32 siswa dengan total keseluruhan 130 siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Menurut Saifuddin Azwar (2013: 79)
kuantitatif dengan jenis korelasional. Menurut
Sampel adalah sebagian dari populasi yang
Saifuddin Azwar (2013: 8), penelitian korelasi
diteliti. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 65
bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada
siswa yang ditentukan dengan menggunakan
satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015
rumus Slovin dengan menggunakan teknik random sampling.
mengukur atribut yang dirancang (Saifuddin Azwar, 2013:7). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak dengan melakukan uji coba terhadap 32 responden,
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan instrumen
setelah
diujicobakan
intrumen
akan
dihitung
pengumpulan data berupa skala. Skala yang
validitasnya dengan menggunakan program SPSS
digunakan merupakan skala dengan 4 pilihan
versi 16.0. Validitas skala kematangan emosi
jawaban. Penelitian ini menggunakan dua skala
berada pada menghasilkan item valid sebanyak
yaitu
29, sedangkan validitas skala penerimaan sosial
skala
kematangan
emosi
dan
skala
penerimaan sosial dengan pilihan jawaban Sangat
dan menghasilkan item valid sebanyak 27.
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan 2. Uji Reliabilitas
Sangat Tidak Sesuai (STS).
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila Instrumen Pengumpulan Data
yaitu
dalam beberapa kali pengukuran pada obyek yang
Penelitian ini menggunakan dua skala
sama akan menghasilkan hasil yang relatif sama.
skala
Menurut Wells dan Wollack (dalam Saifuddin
kematangan
emosi
dan
skala
penerimaan sosial. Skala kematangan emosi
Azwar, 2013: 98)
digunakan untuk mengungkap kematangan emosi
taruhannya
siswa.
memperlihatkan konsistensi internal setidaknya
Tingkat
kematangan
emosi
diukur
tidak
tes yang standar yang terlalu
tinggi
minimal
menggunakan skala yang disusun berdasarkan
0,80
aspek-aspek kematangan emosi, sedangkan akala
menggunakan Alpha Cronbach dengan koefisien
penerimaan sosial digunakan untuk mengungkap
sebesar 0,754 untuk variabel kematangan emosi
tentang penerimaan sosial siswa. Instrumen yang
dan pada variabel penerimaan sosial sebesar
digunakan untuk mengetahui kematangan emosi
0,839.
atau
0,85.
Reliabilitas
skala
diuji
dan penerimaan sosial disusun berdasarkan indikator-indikator yang terkandung di dalam definisi operasional variabel kematangan emosi dan penerimaan sosial.
Analisis Data Berdasarkan
hipotesis
yang
diajukan
dalam penelitian ini teknik analisis data yang akan diajukan yaitu product moment dari Pearson.
Uji Instrumen
Product moment digunakan untuk menentukan
Untuk melihat kesahihan instrumen yang disusun oleh peneliti, maka dibutuhkan beberapa langkah sebagai berikut:
hubungan antara dua variable kematangan emosi dan penerimaan sosial. Perhitungan penelitian ini menggunakan SPSS For Windows Seri 16.0.
1. Uji Validitas Validitas
adalah
ketepatan
dan
kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya,
sejauh
mana
skala
itu
mampu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 5
Pengujian
hipotesis
penelitian
ini
variabel yang positif, yaitu semakin tinggi
menggunakan teknik analisis product moment.
kematangan
Berdasarkan hasil korelasi, dapat diketahui
penerimaan sosial siswa. Hasil penelitian ini
hubungan
sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti,
antara
kematangan
emosi
dan
emosi
terdapat
maka
semakin
hubungan
positif
tinggi
penerimaan sosial koefisien korelasinya sebesar
yaitu
antara
0.509 (p= 0,000). Dengan demikian, hipotesis
kematangan emosi dengan penerimaan sosial
yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara
siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik. Sumbangan
kematangan emosi dan penerimaan sosial siswa
variabel kematangan emosi terhadap penerimaan
kelas VII SMP PIRI Ngaglik” diterima.
sosial adalah sebesar 25,9%, dengan demikian
Berdasarkan data empirik sebagai hasil
masih ada 74,1% faktor lain yang mempengaruhi
pengujian di lapangan atau pada kelompok
penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI
populasi yang bersangkutan, terbukti bahwa ada
Ngaglik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hubungan positif antara kematangan emosi dan
salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan
penerimaan sosial pada siswa kelas VII SMP
sosial siswa adalah kematangan emosi.
PIRI Ngaglik. Tabel 1. Distribusi Kematangan emosi No
Kriteria
Frekuensi
Frekuensi
Kategorisasi
Pembahasan Berdasarkan
Persentase (%)
Kategori
hasil
penelitian,
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan
1
> 87
46
70,77%
Tinggi
2
58-87
19
29,23%
Sedang
3
< 58
0
0%
Rendah
65
100%
sosial pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik, walaupun
ditemukan
hubungan
antara
kematangan emosi dengan penerimaan sosial pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik namun
Total
Tabel 2. Distribusi Penerimaan Sosial
Frekuensi
Kategorisasi
sumbangan
kematangan
emosi
terhadap
penerimaan sosial tidak begitu besar. Hurlock No.
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori
(2000: 217) mengemukakan salah satu kondisi yang
menyebabkan
remaja
mendapatkan
1
> 81
42
64,62%
Tinggi
penerimaan sosial adalah faktor kematangan,
2
54-81
23
35,38%
Sedang
terutama dalam hal pengendalian emosi, serta
3
< 54
0
0%
Rendah
kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.
65
100%
Total
Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat
bahwa angka koefisien korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial. Koefisien korelasi antara kematangan emosi
dan penerimaan sosial
adalah sebesar
0,509. Nilai rxy positif menunjukkan arah kedua
dengan pendapat Hurluck di atas. Kematangan emosi merupakan salah satu bagian dari penerimaan sosial. Seseorang yang memiliki kematangan emosi tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang lebih dapat diterima. Syamsu Yusuf (2011)
dilakukan, dapat diketahui bahwa sebagian besar
mengungkapkan kematangan emosi merupakan
siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik memiliki
kemampuan
kematangan emosi pada kategori tinggi. Kategori
individu
untuk
dapat
bersikap
toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri
tinggi
sendiri, perasaan mau menerima dirinya dan
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah
orang lain, selain itu mampu menyatakan
memiliki
emosinya secara konstruktif dan kreatif. Sejalan
ekspresi emosi, pengendalian emosi, aspek sosial
dengan
dan interes yang tinggi.
bertambahnya
kematangan
emosi
pada
variabel
stabilitas
kematangan
emosi,
emosi
identifikasi
dan
seseorang maka akan berkuranglah emosi negatif.
Pada variabel kematangan emosi, aspek
Bentuk-bentuk emosi positif seperti rasa sayang,
yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi dari
suka, dan cinta akan berkembang menjadi lebih
kelima aspek kematangan emosi adalah aspek
baik. Perkembangan bentuk emosi yang positif
sosial dengan skor rata-rata sebesar 3,46 dan
tersebut
termasuk
memungkinkan
individu
untuk
dalam
kategori
tinggi.
Hal
ini
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
menunjukkan bahwa indikator yang terdapat di
menerima dan membagikan kasih sayang untuk
dalamnya seperti dapat menjalin keakraban,
diri sendiri maupun orang lain. Penyesuaian diri
bersikap realistis terhadap diri sendiri, dapat
yang
selanjutnya
melestarikan hubungan dalam pergaulan, dan
memberikan peluang yang lebih banyak bagi
tidak mengalami kesulitan bila memulai suatu
remaja untuk mendapatkan penerimaan dari
penyesuaian diri dengan lingkungan atau teman
lingkungan sosialnya.
baru memiliki pengaruh terhadap kematangan
baik
dengan
lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan
emosi siswa.
kematangan emosi dengan penerimaan sosial
Tingginya skor rata-rata pada aspek sosial
bersifat positif, maka dapat dikatakan bahwa
menunjukkan bahwa kematangan emosi sangat
siswa yang memiliki kematangan emosi akan
dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam
diterima dengan baik di lingkungan sosialnya.
mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan
Siswa yang memiliki kematangan emosi akan
lingkungan sosial. Hal ini sejalan dengan
mampu
pendapat
mengendalikan
emosi
dan
Smith
(A.
Amas,
2006)
yang
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang
menyatakan bahwa individu yang memiliki
lebih dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.
kematangan emosi dapat menjalin keakraban
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
yaitu adanya kematangan dalam pergaulan sosial
semakin tinggi tingkat kematangan emosi yang
atau merasakan kehangatan dalam melakukan
dimiliki siswa, maka semakin tinggi juga tingkat
hubungan
penerimaan sosial siswa. Sebaliknya jika semakin
terhadap diri sendiri maupun dalam menilai
rendah tingkat kematangan emosi yang dimiliki
keberadaan orang lain dengan apa adanya, dapat
siswa, maka semakin rendah juga tingkat
melestarikan hubungan dalam pergaulan, dan
penerimaan sosialnya.
tidak mengalami kesulitan bila memulai suatu
interpersonal,
bersikap
realistik
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 7
penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru
memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan
atau menjalin persahabatan dengan orang yang
bersosialisasi dengan lingkungan sosial akan
baru saja dikenal. Hal ini berarti bahwa individu
lebih
yang memiliki kemampuan mengendalikan diri
lingkungan sosial yang ditemui, sehingga mau
dan berinteraksi dengan lingkungan sosial dengan
tidak mau individu tersebut harus menyesuaikan
baik akan memiliki emosi yang lebih matang
diri dengan keadaan tersebut. Individu yang
daripada
mampu
semakin banyak berinteraksi dengan lingkungan
mengendalikan diri dan berinteraksi dengan
sosial akan lebih mudah memahami karakter
lingkungan sosial.
lingkungan sosial, sehingga secara tidak langsung
individu
yang
kurang
peka
dengan
perbedaan
ciri
watak
Aspek terendah dalam skala kematangan
stabilitas emosi individu tersebut akan terbentuk.
emosi berada pada aspek pengendalian emosi.
Menurut Hurlock (1996: 213), remaja yang
Berdasarkan jawaban siswa yang menjadi sampel
emosinya matang mampu memberikan reaksi
dalam penelitian ini, aspek pengendalian emosi
emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari
merupakan aspek yang paling sedikit memiliki
satu emosi atau situasi hati ke suasana hati yang
pengaruh terhadap kematangan emosi. Hal ini
lain, seperti dalam periode sebelumnya. Dengan
disebabkan karena siswa SMP merupakan siswa
demikian emosi seseorang akan semakin matang
yang berada pada rentang usia 12-15 tahun dan
seiring dengan
termasuk dalam kategori remaja. Pada usia
dalam meningkatkan aspek sosial dan stabilitas
remaja, ledakan emosi sangat rentan terjadi
emosi.
bertambahnya kemampuannya
sehingga pengendalian emosi masih dirasa sulit.
Indikator tidak terobsesi dengan perasaan
Hal ini mendukung pendapat Biehler (Sunarto
bersalah, cemas maupun kesepian serta bersikap
dan Hartono, 2006: 155-156) yang menyatakan
realistik terhadap diri sendiri merupakan dua
bahwa ciri emosional remaja usia 12 -15 tahun
indikator tertinggi yang memiliki skor rata-rata
diantaranya adalah cenderung banyak murung
yang sama, yaitu 3,80 dan berada pada kategori
dan tidak dapat diterka, bertingkah laku kasar
tinggi. Kedua indikator tersebut merupakan
untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa
indikator yang memberikan kontribusi terbesar
percaya
terhadap variabel kematangan emosi dalam
diri,
ledakan-ledakan
kemarahan
mungkin bisa terjadi, seorang remaja cenderung tidak
toleran
membenarkan
terhadap
orang
pendapatnya
lain
sendiri
penelitian ini.
dan
Indikator tidak terobsesi dengan perasaan
yang
bersalah, cemas maupun kesepian pada penelitian
disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
ini
Dalam penelitian ini, aspek sosial dan
menunjukkan
menunjukkan
kategori
bahwa
siswa
tinggi. telah
Hal
ini
mampu
aspek stabilitas emosi merupakan dua aspek yang
mengendalikan emosinya dengan cukup baik,
memiliki pengaruh terbesar dalam kematangan
sehingga perasaan bersalah, kecemasan maupun
emosi
saling
kesepian tidak berlarut-larut ditunjukkan oleh
berhubungan dan saling berpengaruh dalam
siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perkembangan kematangan emosi. Individu yang
siswa telah memiliki stabilitas emosi yang tinggi.
seseorang.
Kedua
aspek
ini
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015
Bersikap realistik terhadap diri sendiri juga merupakan indikator tertinggi dalam variabel
dan tidak menentu sehingga dapat dikatakan emosi siswa belum stabil.
kematangan emosi dan berada pada kategori
Hasil menunjukkan bahwa siswa kelas VII
tinggi. Indikator bersikap realistis terhadap diri
SMP PIRI Ngaglik memiliki penerimaan sosial
sendiri termasuk dalam aspek sosial. Kategori
tinggi yang ditandai dengan skor pada aspek
tinggi menunjukkan bahwa siswa telah mampu
penampilan dan perbuatan, kemampuan berpikir,
bersikap realistik terhadap diri sendiri maupun
sikap, sifat, dan perasaan, serta aspek pribadi
dalam menilai keberadaan orang lain dengan apa
berada pada kategori tinggi.
adanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Pada skala penerimaan sosial, aspek
pendapat Bimo Walgito (2004: 45), orang yang
tertinggi dalam skala penerimaan sosial terdapat
telah matang emosinya dapat menerima baik
pada aspek pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa
keadaan dirinya maupun keadaan orang lain
indikator yang terdapat di dalamnya seperti jujur,
seperti apa adanya, sesuai dengan keadaan
bertanggung jawab, dan dapat dipercaya memiliki
obyektifnya.
pengaruh terhadap penerimaan sosial. Hal ini
Indikator
variabel
berarti bahwa seseorang yang menunjukkan diri
kematangan emosi dalam penelitian ini adalah
apa adanya akan lebih diterima di lingkungan
tidak ada perubahan yang cepat dan tidak
sosialnya sehingga dapat dikatakan memiliki
menentu yang termasuk dalam aspek stabilitas
penerimaan sosial yang tinggi. Hasil ini sejalan
emosi dengan skor rata-rata sebesar 2,62 dan
dengan pendapat Hurlock (1996: 217), salah satu
berada pada kategori sedang. Kategori sedang
faktor yang menyebabkan remaja diterima atau
menunjukkan bahwa siswa masih menunjukkan
ditolak
perubahan yang cepat dan tidak menentu ketika
kepribadian
mengalami emosi, sehingga indikator ini dapat
sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak
dikatakan belum memberikan kontribusi yang
mementingkan diri sendiri dan ekstraversi.
besar
terhadap
terendah
kematangan
pada
emosi
dalam
penelitian ini. Perubahan yang cepat dan tidak menentu
oleh
teman
sebaya
adalah
sifat
yang menimbulkan penyesuaian
Aspek kedua yang memiliki skor tertinggi adalah aspek kemampuan berfikir. Aspek ini meliputi
punya
inisiatif,
mendahulukan
menunjukkan bahwa emosi siswa masih belum
kepentingan kelompok dan cepat mengambil
begitu stabil. Hasil ini memperkuat pendapat
keputusan.
Biehler (Sunarto dan Hartono, 2006: 155-156)
kemampuan berfikir memiliki pengaruh yang
yang membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi
cukup besar terhadap penerimaan diri seseorang.
dua, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Seseorang
Adapun ciri-ciri emosional remaja usia 12-15
kelompok dan selalu memiliki inisitiatif serta
tahun salah satunya adalah ledakan-ledakan
cepat mengambil keputusan akan dinilai oleh
kemarahan mungkin bisa terjadi. Dengan adanya
kelompok
ledakan kemarahan yang terjadi menunjukkan
penting dan memiliki pengaruh yang cukup besar
bahwa masih menunjukkan perubahan yang cepat
dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan karena
Hal
yang
sebagai
ini
menunjukkan
mementingkan
individu
bahwa
kepentingan
yang
dianggap
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 9
adanya sikap loyal yang ingin ditunjukkan dalam kelompok
sosial
dalam
rata tertinggi pada variabel penerimaan sosial
kelompok. Hal ini sesuai dengan penjabaran
adalah indikator sopan yang termasuk dalam
Santrock (2003: 219) yang menjelaskan bahwa
aspek sikap, sifat, dan perasaan. Indikator ini
pada
mereka
memperoleh skor rata-rata 3,39 dan berada pada
dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek
kategori tinggi. Kategori tinggi menunjukkan
yang
mereka
bahwa sikap sopan memberikan kontribusi
mungkin
terbesar pada variabel penerimaan sosial pada
banyak
remaja,
terpenting
sehingga
agar
remaja
diterima
di
Indikator yang memperoleh nilai rata-
bagaimana
dalam
kehidupan
berusaha
sebaik
menampilkan kemampuannya yang berguna bagi
penelitian ini.
kelompok. Remaja awal yang ingin diterima oleh
Hasil tersebut didukung oleh pendapat
suatu kelompok harus menunjukan kesediaan
Hurlock (1996: 217) yang menyatakan bahwa
untuk berkonformitas dengan norma dan standar
salah satu faktor yang menyebabkan remaja
tingkah laku kelompok tersebut. Jadi, penerimaan
diterima oleh kelompok sebaya adalah Perilaku
sosial merupakan perhatian positif dari orang lain
sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung
yang dipengaruhi oleh penerimaan diri dan
jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang-
penerimaan
orang
sosial
individu
yang
ingin
lain,
bijaksana
dan
sopan.
Dengan
mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok
demikian, dapat terlihat bahwa faktor kesopanan
dimana konformitas dilakukan terhadap aktivitas,
memberikan kontibusi yang besar terhadap
penampilan, syarat sosial dan norma kelompok.
penerimaan seseorang dalam kelompok sosial.
Aspek
penampilan
dan
perbuatan
Aktif dan mudah bergaul merupakan
merupakan aspek terendah yang mempengaruhi
indikator terendah dalam variabel penerimaan
penerimaan sosial dalam penelitian ini. Hal ini
sosial pada penelitian ini. Skor rata-rata yang
menunjukkan bahwa penampilan dan perbuatan
diperoleh adalah sebesar 2,65 dan berada pada
yang ditunjukkan masih memiliki pengaruh
kategori sedang. Indikator aktif dan mudah
terhadap penerimaan sosial meskipun tidak
bergaul memberikan kontribusi terhadap variabel
setinggi aspek yang lain. Penampilan yang rapi,
penerimaan sosial, tetapi tidak setinggi indikator
cekatan dalam bekerja, serta aktif dan mudah
lain pada variabel penerimaan sosial dalam
bergaul tidak menjamin seseorang akan mudah
penelitian ini.
diterima dalam kelompok. Dengan kata lain,
Rita Eka Izzaty (2008: 126) dalam
penampilan dan perbuatan bukanlah faktor utama
bukunya juga menjelaskan bahwa penerimaan
yang mempengaruhi penerimaan sosial seseorang.
sosial (social acceptance) dalam kelompok
Meskipun demikian, Rita Eka Izzaty (2008: 126)
remaja sangat bergantung pada: a. kesan pertama,
menjelaskan bahwa penerimaan sosial (social
b. penampilan yang menarik, c. partisipasi sosial,
acceptance) dalam kelompok remaja sangat
d. perasaan humor yang dimiliki, e. keterampilan
bergantung pada kesan pertama dan penampilan
berbicara dan f. kecerdasan. Penampilan yang
yang menarik.
menarik
merupakan
faktor
kedua
yang
mempengaruhi penerimaan sosial. Penampilan
10Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015
dan perbuatan meliputi tampang atau rupa
kepribadian
yang menimbulkan penyesuaian
menyenangkan atau paling tidak rapi, cekatan
sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak
dalam bekerja, mahir bergaul, dan aktif dalam
mementingkan diri sendiri dan ekstraversi; dan
kegiatan-kegiatan kelompok. Denga demikian,
status ekonomi yang sama atau sedikit diatas
aktif dan mudah bergaul yang termasuk dalam
anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan
penampilan dan perbuatan yang ditunjukkan
hubungan yang baik dengan anggota-anggota
masih
keluarga.
memberikankontribusi
terhadap
penerimaan sosial, tetapi tidak setinggi indikator yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan variabel kematangan emosi terhadap penerimaan sosial
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
sebesar 25,9%, dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
demikian masih ada 74,1% faktor lain yang
diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil
mempengaruhi penerimaan sosial pada siswa
kesimpulan bahwa :
kelas VII SMP PIRI Ngaglik. Dengan demikian,
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan
kematangan
satu-
antara kematangan emosi dengan penerimaan
satunya faktor mutlak yang mempengaruhi
sosial pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik
penerimaan sosial.
yang dapat dijabarkan dengan nilai koefisien
Faktor
emosi
lain
bukan
merupakan
yang
mempengaruhi
korelasinya
sebesar
0,509
dengan
taraf
penerimaan sosial dikemukakan oleh beberapa
signifikansi p = 0.000 (p < 0.05). Artinya,
ahli, diantaranya menurut W.A. Gerungan (1996:
semakin tinggi tingkat kematangan emosi
39), beberapa faktor yang mendasari seseorang
maka semakin tinggi pula penerimaan sosial
diterima oleh orang lain yaitu faktor sugesti, dan faktor simpati. Selain itu, Hurlock (1996: 217) juga
berpendapat
mengenai
faktor
yang
pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan emosi maka semakin
menyebabkan remaja diterima atau ditolak oleh
rendah pula penerimaan sosial pada siswa
teman sebaya, diantaranya kesan pertama yang
kelas VII SMP PIRI Ngaglik.
menyenangkan sebagai akibat dari penampilan
2. Sumbangan
efektif
kematangan
emosi
yang menarik, perhatian, sikap yang tenang, dan
terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas
gembira; reputasi sebagai seorang yang sportif
VII SMP PIRI Ngaglik sebesar 25,9 %,
dan menyenangkan, penampilan diri yang sesuai
sedangkan sumbangan sebesar 74,1% berasal
dengan penampilan teman-teman sebaya; perilaku
dari faktor lain yang tidak diukur dalam
sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung
penelitian ini.
jawab, panjang akal, kesenangan bersama orangorang lain, bijaksana dan sopan; matang, terutama dalam hal pengendalian emosiserta kemampuan untuk
mengikuti
peraturan-peraturan;
sifat
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 11
diterima
Saran
dalam
kelompok,
seperti
lebih
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
berinteraksi dengan kelompok lain dan berusaha
yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan
menyesuaikan diri dalam kelompok, menyadari
beberapa saran sebagai berikut:
kelebihan dan kekurangan diri serta menunjukkan loyalitas dalam kelompok sehingga penerimaan sosial oleh kelompok akan semakin tinggi.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru
Bimbingan
diharapkan
mampu
dan
Konseling
mengoptimalkan
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
peran
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
dengan cara memaksimalkan layanan informasi
memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi
di bidang pribadi dengan cara memberikan
kematangan emosi dan penerimaan sosial seperti
materi yang berhubungan dengan kematangan
sugesti, dan faktor simpati, kesan pertama yang
emosi dan penyesuaian diri pada remaja terutama
menyenangkan, reputasi sebagai seorang yang
mengenai pengendalian emosi di usia remaja
sportif dan menyenangkan, konformitas, perilaku
serta menyelenggarakan diskusi dalam kelompok
sosial
untuk membahas hal yang sebaiknya dilakukan
menimbulkan penyesuaian sosial yang baik, dan
dalam keadaan emosi tertentu sehingga emosi
status ekonomi.
matang,
sifat
kepribadian
yang
siswa dapat tersalur pada hal hal positif. Selain itu,
guru
BK
juga
diharapkan
mampu
DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan simpati dan empati siswa agar lebih memahami kondisi lingkongan sosial di sekitar. Guru BK juga diharapkan memberikan layanan di bidang sosial seperti penerapan games yang dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa sehingga siswa lebih berbaur dalam kelompok, agar lebih mengenal karakter siswa, sehingga
penerimaan
sosial
siswa
dapat
ditingkatkan. 2. Bagi Siswa Siswa diharapkan menyadari pentingnya pengendalian emosi dalam berinteraksi dengan teman sebaya, serta
menerapkannya dalam
kehidupan, sehingga emosi yang dirasakan dapat disalurkan dengan cara positif agar emosi siswa semakin matang. Siswa juga diharapkan agar lebih memahami kesan orang lain terhadap diri sendiri sehingga dapat mempertimbangkan halhal yang seharusnya dilakukan agar lebih
A. Amas. (2006). Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Kematangan Emosi. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi-Universitas Gajah Mada. Bimo Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Hurlock, Elizabeth. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. _________________. (2000). Perkembangan Anak. Terjemahan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press. Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, John W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan Shinto B. Adeler. Jakarta: Erlangga.
12Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015
________________. (2007). Remaja (Tenth Edition). New York: McGraw Hill. Sunarto dan Hartono. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Syamsu Yusuf. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat)xiii