HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI

Download Tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kematangan emosi siswa, maka semakin tinggi penerimaan sosialnya ... Jurnal Bimbingan dan Ko...

0 downloads 547 Views 530KB Size
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP PIRI NGAGLIK TAHUN AJARAN 2014/2015

E-Journal

Oleh Wahyu Hidayat NIM 10104241033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2015

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 1

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN SOSIAL SISWA KELAS VII SMP PIRI NGAGLIK CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL MATURITY AND SOCIAL ACCEPTANCE ON 7th GRADE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL PIRI NGAGLIK Oleh: Wahyu Hidayat, Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik. Penelitian merupakan penelitian dengan jenis korelasional. Sampel penelitian yaitu siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 65 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala kematangan emosi dan skala penerimaan sosial. Analisis data dengan menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik dengan koefisien korelasi sebesar 0,509 dengan (p<0,05.) Tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kematangan emosi siswa, maka semakin tinggi penerimaan sosialnya, dan semakin rendah kematangan emosi siswa maka semakin rendah penerimaan sosialnya. Berdasarkan perhitungan dapat ditunjukkan bahwa sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penerimaan sosial adalah sebesar 25,9% sedangkan sumbangan sebesar 74,1 % berasal dari faktor lain.

Kata kunci: kematangan emosi, penerimaan sosial Abstract The purpose of the research was to identify the correlation between emotional maturity and social acceptance on 7th grade students of Junior High School PIRI Ngaglik. This research was a correlational research. The subjects of the research were 7h grade students of Junior High School PIRI Ngaglik at 2014/2014 period, they were 65 students. Samples was taken by random sampling technique. This research used two scale of data collection technique, they were emotional maturity scale and social acceptance scale. Data was analyzed by product moment correlation. The result of the research discovered that there was a positive correlation between emotional maturity and social acceptance on 7th grade students of Junior High School PIRI Ngaglik which had correlated coefficient about 0.509 and (p<0,05). It meaned that if emotional maturity increase, social acceptance will be increase too, and if emotional maturity decrease, social acceptance will be decrease too. Based on this result, emotional maturity gave influence to social acceptance about 25,9% while the number of 74,1% gotten from the other factors. Keywords: emotional maturity, social acceptance

wadah bagi siswa untuk mengembangkan segala

PENDAHULUAN Program wajib belajar pendidikan dasar 9

aspek

dan

tugas

perkembangannya

secara

tahun dimulai sejak usia 7-15 tahun. Pada rentang

maksimal. Sekolah menjadi lembaga pendidikan

usia tersebut siswa akan melewati masa transisi

formal yang secara sistematik melaksanakan

dari fase anak-anak menuju fase remaja (Rita Eka

program bimbingan, pengajaran dan latihan

Izatty, dkk, 2008: 124). Masa transisi tersebut

dalam rangka membantu siswa agar mampu

secara umum akan dialami siswa pada Sekolah

mengembangkan

Menengah

waktu

menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,

tersebut, sekolah diharapkan mampu menjadi

emosional, maupun sosial (Syamsu Yusuf: 2011).

Pertama.

Dalam

jangka

potensinya,

baik

yang

2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

Transisi memasuki Sekolah Menengah

perasaan,

perbuatan

dan

penyesuaian

diri.

Pertama dari Sekolah Dasar merupakan sebuah

Santrock (2003: 219) menjelaskan bahwa pada

pengalaman normatif yang dialami oleh semua

banyak remaja, bagaimana mereka dipandang

anak. Meskipun demikian, transisi tersebut dapat

oleh teman sebaya merupakan aspek yang

menimbulkan stres karena transisi ini terjadi

terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa

secara stimulan dengan banyak perubahan lain di

remaja melakukan apapun agar dapat dimasukkan

dalam diri individu, keluarga, dan sekolah. Ketika

sebagai anggota. Untuk mereka, dikucilkan

para siswa melalui transisi dari Sekolah Dasar

berarti stres, frustasi, dan kesedihan.

menuju Sekolah Menengah Pertama, mereka mengalami

top-dog

phenomenon,

Berdasarkan

penjelasan

diatas

maka

kondisi

sangat penting bagi remaja untuk diterima oleh

perubahan dari siswa yang paling tua, paling

kelompok sosialnya. Pada usia remaja penolakan

besar, dan paling kuat di Sekolah Dasar menjadi

atau penerimaan dalam pertemanan berpengaruh

siswa yang paling muda, paling kecil, dan paling

besar terhadap perkembangan kehidupan sosial

lemah di Sekolah Menengah Pertama (Santrock,

remaja

2007: 106). Situasi ini merupakan situasi yang

menjelaskan bahwa anak yang diterima dengan

sulit bagi banyak siswa, mereka dituntut untuk

baik memiliki peluang yang lebih banyak untuk

mampu menyesuaikan diri dengan berbagai

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman

perubahan yang terjadi agar dapat memenuhi

sebaya, dibandingkan dengan anak yang tidak

segala tugas perkembangan pada masa ini.

diterima dengan baik, mereka akan memperoleh

Salah satu tugas perkembangan masa

itu

kesempatan

sendiri.

untuk

Hurlock

(2000:

mempelajari

298)

ketrampilan

remaja yang tersulit adalah yang berhubungan

sosial. Penerimaan sosial untuk remaja akan

dengan penyesuaian sosial. Hurlock (1996: 213)

berpengaruh pada kesempatan remaja dalam

menjelaskan bahwa yang terpenting dan tersulit

belajar berinteraksi dengan teman sebayanya,

adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya

berpartisipasi

pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam

memahami individu lain dalam kehidupan sosial.

perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru,

Di sisi lain, penolakan sosial yang dialami remaja

nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan

akan menyebabkan ruang sosialisasi dan interaksi

sosial,

seleksi

remaja dengan teman sebayanya menjadi sempit

pemimpin. Pada diri remaja hal penolakan oleh

sehingga remaja menjadi pribadi yang tertutup,

kelompok

kurang peka terhadap kondisi sosialnya, dan

dan

nilai-nilai

merupakan

baru

hal

dalam

yang

sangat

mengecewakan. Untuk menghindari kekecewaan itu remaja awal perlu memiliki sikap, perasaan,

dalam

kelompok

dan

juga

susah bekerjasama dengan remaja lainnya. Hurlock

(2000:

217)

mengemukakan

keterampilan-keterampilan perilaku yang dapat

salah satu kondisi yang menyebabkan remaja

menunjang penerimaan kelompok.

mendapatkan penerimaan sosial adalah faktor

Pentingnya penerimaan dan penolakan

kematangan, terutama dalam hal pengendalian

dalam kelompok bagi remaja awal, mempunyai

emosi, serta kemauan untuk mengikuti peraturan-

pengaruh yang kuat terhadap pikiran, sikap dan

peraturan. Remaja awal yang ingin diterima oleh

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 3

suatu kelompok harus menunjukan kesediaan

atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien

untuk berkonformitas dengan norma dan standar

korelasi. Penelitian yang dilakukan mengkaji

tingkah laku kelompok tersebut. Jadi, penerimaan

mengenai hubungan kematangan emosi dan

sosial merupakan perhatian positif dari orang lain

penerimaan sosial.

yang dipengaruhi oleh penerimaan diri dan penerimaan

sosial

individu

yang

ingin

mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok

Variabel Penelitian Dalam

penelitian

ini,

peneliti

dimana konformitas dilakukan terhadap aktivitas,

menggunakan 2 variabel antara lain; variabel

penampilan, syarat sosial dan norma kelompok.

bebas yaitu kematangan emosi dan variabel

Kematangan emosi sebagai bagian dari

terikat yaitu penerimaan sosial. Jadi dalam hal ini

penerimaan sosial, seseorang yang memiliki

kematangan

kematangan emosi tidak meledakkan emosinya di

memiliki pengaruh terhadap penerimaan sosial

hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan

sebagai variabel terikat.

tempat

yang

tepat

untuk

diterima. Syamsu Yusuf (2011) mengungkapkan emosi

merupakan

kemampuan

individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman,

mempunyai

kontrol

diri

sendiri,

perasaan mau menerima dirinya dan orang lain, selain itu mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.

mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP Ngaglik,

dan

variabel

bebas

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP PIRI Ngaglik yang terletak di Jl Kaliurang Km 7.8 Sinduharjo Ngaglik Sleman. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 November 2014 – 16 Februari 2015 Maret 2015. Penelitian dimulai dari observasi dan wawancara dengan guru BK SMP PIRI Ngaglik yang dijadikan sebagai tempat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

PIRI

sebagai

mengungkapkan

emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat

kematangan

emosi

mengetahui

besarnya

sumbangan efektif kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik.

penelitian. Instrumen penelitian dibagikan kepada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik dan diisi pada tanggal 2-4 Februari 2015. Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik yang terdiri dari 4 kelas, masing-masing

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

kelas bejumlah sekitar 32 siswa dengan total keseluruhan 130 siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan

Menurut Saifuddin Azwar (2013: 79)

kuantitatif dengan jenis korelasional. Menurut

Sampel adalah sebagian dari populasi yang

Saifuddin Azwar (2013: 8), penelitian korelasi

diteliti. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 65

bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada

siswa yang ditentukan dengan menggunakan

satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

rumus Slovin dengan menggunakan teknik random sampling.

mengukur atribut yang dirancang (Saifuddin Azwar, 2013:7). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak dengan melakukan uji coba terhadap 32 responden,

Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan instrumen

setelah

diujicobakan

intrumen

akan

dihitung

pengumpulan data berupa skala. Skala yang

validitasnya dengan menggunakan program SPSS

digunakan merupakan skala dengan 4 pilihan

versi 16.0. Validitas skala kematangan emosi

jawaban. Penelitian ini menggunakan dua skala

berada pada menghasilkan item valid sebanyak

yaitu

29, sedangkan validitas skala penerimaan sosial

skala

kematangan

emosi

dan

skala

penerimaan sosial dengan pilihan jawaban Sangat

dan menghasilkan item valid sebanyak 27.

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan 2. Uji Reliabilitas

Sangat Tidak Sesuai (STS).

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila Instrumen Pengumpulan Data

yaitu

dalam beberapa kali pengukuran pada obyek yang

Penelitian ini menggunakan dua skala

sama akan menghasilkan hasil yang relatif sama.

skala

Menurut Wells dan Wollack (dalam Saifuddin

kematangan

emosi

dan

skala

penerimaan sosial. Skala kematangan emosi

Azwar, 2013: 98)

digunakan untuk mengungkap kematangan emosi

taruhannya

siswa.

memperlihatkan konsistensi internal setidaknya

Tingkat

kematangan

emosi

diukur

tidak

tes yang standar yang terlalu

tinggi

minimal

menggunakan skala yang disusun berdasarkan

0,80

aspek-aspek kematangan emosi, sedangkan akala

menggunakan Alpha Cronbach dengan koefisien

penerimaan sosial digunakan untuk mengungkap

sebesar 0,754 untuk variabel kematangan emosi

tentang penerimaan sosial siswa. Instrumen yang

dan pada variabel penerimaan sosial sebesar

digunakan untuk mengetahui kematangan emosi

0,839.

atau

0,85.

Reliabilitas

skala

diuji

dan penerimaan sosial disusun berdasarkan indikator-indikator yang terkandung di dalam definisi operasional variabel kematangan emosi dan penerimaan sosial.

Analisis Data Berdasarkan

hipotesis

yang

diajukan

dalam penelitian ini teknik analisis data yang akan diajukan yaitu product moment dari Pearson.

Uji Instrumen

Product moment digunakan untuk menentukan

Untuk melihat kesahihan instrumen yang disusun oleh peneliti, maka dibutuhkan beberapa langkah sebagai berikut:

hubungan antara dua variable kematangan emosi dan penerimaan sosial. Perhitungan penelitian ini menggunakan SPSS For Windows Seri 16.0.

1. Uji Validitas Validitas

adalah

ketepatan

dan

kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya,

sejauh

mana

skala

itu

mampu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 5

Pengujian

hipotesis

penelitian

ini

variabel yang positif, yaitu semakin tinggi

menggunakan teknik analisis product moment.

kematangan

Berdasarkan hasil korelasi, dapat diketahui

penerimaan sosial siswa. Hasil penelitian ini

hubungan

sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti,

antara

kematangan

emosi

dan

emosi

terdapat

maka

semakin

hubungan

positif

tinggi

penerimaan sosial koefisien korelasinya sebesar

yaitu

antara

0.509 (p= 0,000). Dengan demikian, hipotesis

kematangan emosi dengan penerimaan sosial

yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara

siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik. Sumbangan

kematangan emosi dan penerimaan sosial siswa

variabel kematangan emosi terhadap penerimaan

kelas VII SMP PIRI Ngaglik” diterima.

sosial adalah sebesar 25,9%, dengan demikian

Berdasarkan data empirik sebagai hasil

masih ada 74,1% faktor lain yang mempengaruhi

pengujian di lapangan atau pada kelompok

penerimaan sosial siswa kelas VII SMP PIRI

populasi yang bersangkutan, terbukti bahwa ada

Ngaglik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

hubungan positif antara kematangan emosi dan

salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan

penerimaan sosial pada siswa kelas VII SMP

sosial siswa adalah kematangan emosi.

PIRI Ngaglik. Tabel 1. Distribusi Kematangan emosi No

Kriteria

Frekuensi

Frekuensi

Kategorisasi

Pembahasan Berdasarkan

Persentase (%)

Kategori

hasil

penelitian,

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan

1

> 87

46

70,77%

Tinggi

2

58-87

19

29,23%

Sedang

3

< 58

0

0%

Rendah

65

100%

sosial pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik, walaupun

ditemukan

hubungan

antara

kematangan emosi dengan penerimaan sosial pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik namun

Total

Tabel 2. Distribusi Penerimaan Sosial

Frekuensi

Kategorisasi

sumbangan

kematangan

emosi

terhadap

penerimaan sosial tidak begitu besar. Hurlock No.

Kriteria

Frekuensi

Persentase (%)

Kategori

(2000: 217) mengemukakan salah satu kondisi yang

menyebabkan

remaja

mendapatkan

1

> 81

42

64,62%

Tinggi

penerimaan sosial adalah faktor kematangan,

2

54-81

23

35,38%

Sedang

terutama dalam hal pengendalian emosi, serta

3

< 54

0

0%

Rendah

kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.

65

100%

Total

Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat

bahwa angka koefisien korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial. Koefisien korelasi antara kematangan emosi

dan penerimaan sosial

adalah sebesar

0,509. Nilai rxy positif menunjukkan arah kedua

dengan pendapat Hurluck di atas. Kematangan emosi merupakan salah satu bagian dari penerimaan sosial. Seseorang yang memiliki kematangan emosi tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk

6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

mengungkapkan emosinya dengan cara-cara

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

yang lebih dapat diterima. Syamsu Yusuf (2011)

dilakukan, dapat diketahui bahwa sebagian besar

mengungkapkan kematangan emosi merupakan

siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik memiliki

kemampuan

kematangan emosi pada kategori tinggi. Kategori

individu

untuk

dapat

bersikap

toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri

tinggi

sendiri, perasaan mau menerima dirinya dan

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah

orang lain, selain itu mampu menyatakan

memiliki

emosinya secara konstruktif dan kreatif. Sejalan

ekspresi emosi, pengendalian emosi, aspek sosial

dengan

dan interes yang tinggi.

bertambahnya

kematangan

emosi

pada

variabel

stabilitas

kematangan

emosi,

emosi

identifikasi

dan

seseorang maka akan berkuranglah emosi negatif.

Pada variabel kematangan emosi, aspek

Bentuk-bentuk emosi positif seperti rasa sayang,

yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi dari

suka, dan cinta akan berkembang menjadi lebih

kelima aspek kematangan emosi adalah aspek

baik. Perkembangan bentuk emosi yang positif

sosial dengan skor rata-rata sebesar 3,46 dan

tersebut

termasuk

memungkinkan

individu

untuk

dalam

kategori

tinggi.

Hal

ini

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan

menunjukkan bahwa indikator yang terdapat di

menerima dan membagikan kasih sayang untuk

dalamnya seperti dapat menjalin keakraban,

diri sendiri maupun orang lain. Penyesuaian diri

bersikap realistis terhadap diri sendiri, dapat

yang

selanjutnya

melestarikan hubungan dalam pergaulan, dan

memberikan peluang yang lebih banyak bagi

tidak mengalami kesulitan bila memulai suatu

remaja untuk mendapatkan penerimaan dari

penyesuaian diri dengan lingkungan atau teman

lingkungan sosialnya.

baru memiliki pengaruh terhadap kematangan

baik

dengan

lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan

emosi siswa.

kematangan emosi dengan penerimaan sosial

Tingginya skor rata-rata pada aspek sosial

bersifat positif, maka dapat dikatakan bahwa

menunjukkan bahwa kematangan emosi sangat

siswa yang memiliki kematangan emosi akan

dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam

diterima dengan baik di lingkungan sosialnya.

mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan

Siswa yang memiliki kematangan emosi akan

lingkungan sosial. Hal ini sejalan dengan

mampu

pendapat

mengendalikan

emosi

dan

Smith

(A.

Amas,

2006)

yang

mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang

menyatakan bahwa individu yang memiliki

lebih dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.

kematangan emosi dapat menjalin keakraban

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

yaitu adanya kematangan dalam pergaulan sosial

semakin tinggi tingkat kematangan emosi yang

atau merasakan kehangatan dalam melakukan

dimiliki siswa, maka semakin tinggi juga tingkat

hubungan

penerimaan sosial siswa. Sebaliknya jika semakin

terhadap diri sendiri maupun dalam menilai

rendah tingkat kematangan emosi yang dimiliki

keberadaan orang lain dengan apa adanya, dapat

siswa, maka semakin rendah juga tingkat

melestarikan hubungan dalam pergaulan, dan

penerimaan sosialnya.

tidak mengalami kesulitan bila memulai suatu

interpersonal,

bersikap

realistik

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 7

penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru

memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan

atau menjalin persahabatan dengan orang yang

bersosialisasi dengan lingkungan sosial akan

baru saja dikenal. Hal ini berarti bahwa individu

lebih

yang memiliki kemampuan mengendalikan diri

lingkungan sosial yang ditemui, sehingga mau

dan berinteraksi dengan lingkungan sosial dengan

tidak mau individu tersebut harus menyesuaikan

baik akan memiliki emosi yang lebih matang

diri dengan keadaan tersebut. Individu yang

daripada

mampu

semakin banyak berinteraksi dengan lingkungan

mengendalikan diri dan berinteraksi dengan

sosial akan lebih mudah memahami karakter

lingkungan sosial.

lingkungan sosial, sehingga secara tidak langsung

individu

yang

kurang

peka

dengan

perbedaan

ciri

watak

Aspek terendah dalam skala kematangan

stabilitas emosi individu tersebut akan terbentuk.

emosi berada pada aspek pengendalian emosi.

Menurut Hurlock (1996: 213), remaja yang

Berdasarkan jawaban siswa yang menjadi sampel

emosinya matang mampu memberikan reaksi

dalam penelitian ini, aspek pengendalian emosi

emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari

merupakan aspek yang paling sedikit memiliki

satu emosi atau situasi hati ke suasana hati yang

pengaruh terhadap kematangan emosi. Hal ini

lain, seperti dalam periode sebelumnya. Dengan

disebabkan karena siswa SMP merupakan siswa

demikian emosi seseorang akan semakin matang

yang berada pada rentang usia 12-15 tahun dan

seiring dengan

termasuk dalam kategori remaja. Pada usia

dalam meningkatkan aspek sosial dan stabilitas

remaja, ledakan emosi sangat rentan terjadi

emosi.

bertambahnya kemampuannya

sehingga pengendalian emosi masih dirasa sulit.

Indikator tidak terobsesi dengan perasaan

Hal ini mendukung pendapat Biehler (Sunarto

bersalah, cemas maupun kesepian serta bersikap

dan Hartono, 2006: 155-156) yang menyatakan

realistik terhadap diri sendiri merupakan dua

bahwa ciri emosional remaja usia 12 -15 tahun

indikator tertinggi yang memiliki skor rata-rata

diantaranya adalah cenderung banyak murung

yang sama, yaitu 3,80 dan berada pada kategori

dan tidak dapat diterka, bertingkah laku kasar

tinggi. Kedua indikator tersebut merupakan

untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa

indikator yang memberikan kontribusi terbesar

percaya

terhadap variabel kematangan emosi dalam

diri,

ledakan-ledakan

kemarahan

mungkin bisa terjadi, seorang remaja cenderung tidak

toleran

membenarkan

terhadap

orang

pendapatnya

lain

sendiri

penelitian ini.

dan

Indikator tidak terobsesi dengan perasaan

yang

bersalah, cemas maupun kesepian pada penelitian

disebabkan kurangnya rasa percaya diri.

ini

Dalam penelitian ini, aspek sosial dan

menunjukkan

menunjukkan

kategori

bahwa

siswa

tinggi. telah

Hal

ini

mampu

aspek stabilitas emosi merupakan dua aspek yang

mengendalikan emosinya dengan cukup baik,

memiliki pengaruh terbesar dalam kematangan

sehingga perasaan bersalah, kecemasan maupun

emosi

saling

kesepian tidak berlarut-larut ditunjukkan oleh

berhubungan dan saling berpengaruh dalam

siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

perkembangan kematangan emosi. Individu yang

siswa telah memiliki stabilitas emosi yang tinggi.

seseorang.

Kedua

aspek

ini

8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

Bersikap realistik terhadap diri sendiri juga merupakan indikator tertinggi dalam variabel

dan tidak menentu sehingga dapat dikatakan emosi siswa belum stabil.

kematangan emosi dan berada pada kategori

Hasil menunjukkan bahwa siswa kelas VII

tinggi. Indikator bersikap realistis terhadap diri

SMP PIRI Ngaglik memiliki penerimaan sosial

sendiri termasuk dalam aspek sosial. Kategori

tinggi yang ditandai dengan skor pada aspek

tinggi menunjukkan bahwa siswa telah mampu

penampilan dan perbuatan, kemampuan berpikir,

bersikap realistik terhadap diri sendiri maupun

sikap, sifat, dan perasaan, serta aspek pribadi

dalam menilai keberadaan orang lain dengan apa

berada pada kategori tinggi.

adanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan

Pada skala penerimaan sosial, aspek

pendapat Bimo Walgito (2004: 45), orang yang

tertinggi dalam skala penerimaan sosial terdapat

telah matang emosinya dapat menerima baik

pada aspek pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa

keadaan dirinya maupun keadaan orang lain

indikator yang terdapat di dalamnya seperti jujur,

seperti apa adanya, sesuai dengan keadaan

bertanggung jawab, dan dapat dipercaya memiliki

obyektifnya.

pengaruh terhadap penerimaan sosial. Hal ini

Indikator

variabel

berarti bahwa seseorang yang menunjukkan diri

kematangan emosi dalam penelitian ini adalah

apa adanya akan lebih diterima di lingkungan

tidak ada perubahan yang cepat dan tidak

sosialnya sehingga dapat dikatakan memiliki

menentu yang termasuk dalam aspek stabilitas

penerimaan sosial yang tinggi. Hasil ini sejalan

emosi dengan skor rata-rata sebesar 2,62 dan

dengan pendapat Hurlock (1996: 217), salah satu

berada pada kategori sedang. Kategori sedang

faktor yang menyebabkan remaja diterima atau

menunjukkan bahwa siswa masih menunjukkan

ditolak

perubahan yang cepat dan tidak menentu ketika

kepribadian

mengalami emosi, sehingga indikator ini dapat

sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak

dikatakan belum memberikan kontribusi yang

mementingkan diri sendiri dan ekstraversi.

besar

terhadap

terendah

kematangan

pada

emosi

dalam

penelitian ini. Perubahan yang cepat dan tidak menentu

oleh

teman

sebaya

adalah

sifat

yang menimbulkan penyesuaian

Aspek kedua yang memiliki skor tertinggi adalah aspek kemampuan berfikir. Aspek ini meliputi

punya

inisiatif,

mendahulukan

menunjukkan bahwa emosi siswa masih belum

kepentingan kelompok dan cepat mengambil

begitu stabil. Hasil ini memperkuat pendapat

keputusan.

Biehler (Sunarto dan Hartono, 2006: 155-156)

kemampuan berfikir memiliki pengaruh yang

yang membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi

cukup besar terhadap penerimaan diri seseorang.

dua, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

Seseorang

Adapun ciri-ciri emosional remaja usia 12-15

kelompok dan selalu memiliki inisitiatif serta

tahun salah satunya adalah ledakan-ledakan

cepat mengambil keputusan akan dinilai oleh

kemarahan mungkin bisa terjadi. Dengan adanya

kelompok

ledakan kemarahan yang terjadi menunjukkan

penting dan memiliki pengaruh yang cukup besar

bahwa masih menunjukkan perubahan yang cepat

dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan karena

Hal

yang

sebagai

ini

menunjukkan

mementingkan

individu

bahwa

kepentingan

yang

dianggap

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 9

adanya sikap loyal yang ingin ditunjukkan dalam kelompok

sosial

dalam

rata tertinggi pada variabel penerimaan sosial

kelompok. Hal ini sesuai dengan penjabaran

adalah indikator sopan yang termasuk dalam

Santrock (2003: 219) yang menjelaskan bahwa

aspek sikap, sifat, dan perasaan. Indikator ini

pada

mereka

memperoleh skor rata-rata 3,39 dan berada pada

dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek

kategori tinggi. Kategori tinggi menunjukkan

yang

mereka

bahwa sikap sopan memberikan kontribusi

mungkin

terbesar pada variabel penerimaan sosial pada

banyak

remaja,

terpenting

sehingga

agar

remaja

diterima

di

Indikator yang memperoleh nilai rata-

bagaimana

dalam

kehidupan

berusaha

sebaik

menampilkan kemampuannya yang berguna bagi

penelitian ini.

kelompok. Remaja awal yang ingin diterima oleh

Hasil tersebut didukung oleh pendapat

suatu kelompok harus menunjukan kesediaan

Hurlock (1996: 217) yang menyatakan bahwa

untuk berkonformitas dengan norma dan standar

salah satu faktor yang menyebabkan remaja

tingkah laku kelompok tersebut. Jadi, penerimaan

diterima oleh kelompok sebaya adalah Perilaku

sosial merupakan perhatian positif dari orang lain

sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung

yang dipengaruhi oleh penerimaan diri dan

jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang-

penerimaan

orang

sosial

individu

yang

ingin

lain,

bijaksana

dan

sopan.

Dengan

mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok

demikian, dapat terlihat bahwa faktor kesopanan

dimana konformitas dilakukan terhadap aktivitas,

memberikan kontibusi yang besar terhadap

penampilan, syarat sosial dan norma kelompok.

penerimaan seseorang dalam kelompok sosial.

Aspek

penampilan

dan

perbuatan

Aktif dan mudah bergaul merupakan

merupakan aspek terendah yang mempengaruhi

indikator terendah dalam variabel penerimaan

penerimaan sosial dalam penelitian ini. Hal ini

sosial pada penelitian ini. Skor rata-rata yang

menunjukkan bahwa penampilan dan perbuatan

diperoleh adalah sebesar 2,65 dan berada pada

yang ditunjukkan masih memiliki pengaruh

kategori sedang. Indikator aktif dan mudah

terhadap penerimaan sosial meskipun tidak

bergaul memberikan kontribusi terhadap variabel

setinggi aspek yang lain. Penampilan yang rapi,

penerimaan sosial, tetapi tidak setinggi indikator

cekatan dalam bekerja, serta aktif dan mudah

lain pada variabel penerimaan sosial dalam

bergaul tidak menjamin seseorang akan mudah

penelitian ini.

diterima dalam kelompok. Dengan kata lain,

Rita Eka Izzaty (2008: 126) dalam

penampilan dan perbuatan bukanlah faktor utama

bukunya juga menjelaskan bahwa penerimaan

yang mempengaruhi penerimaan sosial seseorang.

sosial (social acceptance) dalam kelompok

Meskipun demikian, Rita Eka Izzaty (2008: 126)

remaja sangat bergantung pada: a. kesan pertama,

menjelaskan bahwa penerimaan sosial (social

b. penampilan yang menarik, c. partisipasi sosial,

acceptance) dalam kelompok remaja sangat

d. perasaan humor yang dimiliki, e. keterampilan

bergantung pada kesan pertama dan penampilan

berbicara dan f. kecerdasan. Penampilan yang

yang menarik.

menarik

merupakan

faktor

kedua

yang

mempengaruhi penerimaan sosial. Penampilan

10Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

dan perbuatan meliputi tampang atau rupa

kepribadian

yang menimbulkan penyesuaian

menyenangkan atau paling tidak rapi, cekatan

sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak

dalam bekerja, mahir bergaul, dan aktif dalam

mementingkan diri sendiri dan ekstraversi; dan

kegiatan-kegiatan kelompok. Denga demikian,

status ekonomi yang sama atau sedikit diatas

aktif dan mudah bergaul yang termasuk dalam

anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan

penampilan dan perbuatan yang ditunjukkan

hubungan yang baik dengan anggota-anggota

masih

keluarga.

memberikankontribusi

terhadap

penerimaan sosial, tetapi tidak setinggi indikator yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan variabel kematangan emosi terhadap penerimaan sosial

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

sebesar 25,9%, dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

demikian masih ada 74,1% faktor lain yang

diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil

mempengaruhi penerimaan sosial pada siswa

kesimpulan bahwa :

kelas VII SMP PIRI Ngaglik. Dengan demikian,

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

kematangan

satu-

antara kematangan emosi dengan penerimaan

satunya faktor mutlak yang mempengaruhi

sosial pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik

penerimaan sosial.

yang dapat dijabarkan dengan nilai koefisien

Faktor

emosi

lain

bukan

merupakan

yang

mempengaruhi

korelasinya

sebesar

0,509

dengan

taraf

penerimaan sosial dikemukakan oleh beberapa

signifikansi p = 0.000 (p < 0.05). Artinya,

ahli, diantaranya menurut W.A. Gerungan (1996:

semakin tinggi tingkat kematangan emosi

39), beberapa faktor yang mendasari seseorang

maka semakin tinggi pula penerimaan sosial

diterima oleh orang lain yaitu faktor sugesti, dan faktor simpati. Selain itu, Hurlock (1996: 217) juga

berpendapat

mengenai

faktor

yang

pada siswa kelas VII SMP PIRI Ngaglik, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan emosi maka semakin

menyebabkan remaja diterima atau ditolak oleh

rendah pula penerimaan sosial pada siswa

teman sebaya, diantaranya kesan pertama yang

kelas VII SMP PIRI Ngaglik.

menyenangkan sebagai akibat dari penampilan

2. Sumbangan

efektif

kematangan

emosi

yang menarik, perhatian, sikap yang tenang, dan

terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas

gembira; reputasi sebagai seorang yang sportif

VII SMP PIRI Ngaglik sebesar 25,9 %,

dan menyenangkan, penampilan diri yang sesuai

sedangkan sumbangan sebesar 74,1% berasal

dengan penampilan teman-teman sebaya; perilaku

dari faktor lain yang tidak diukur dalam

sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung

penelitian ini.

jawab, panjang akal, kesenangan bersama orangorang lain, bijaksana dan sopan; matang, terutama dalam hal pengendalian emosiserta kemampuan untuk

mengikuti

peraturan-peraturan;

sifat

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat) 11

diterima

Saran

dalam

kelompok,

seperti

lebih

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian

berinteraksi dengan kelompok lain dan berusaha

yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan

menyesuaikan diri dalam kelompok, menyadari

beberapa saran sebagai berikut:

kelebihan dan kekurangan diri serta menunjukkan loyalitas dalam kelompok sehingga penerimaan sosial oleh kelompok akan semakin tinggi.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru

Bimbingan

diharapkan

mampu

dan

Konseling

mengoptimalkan

3.

Bagi Peneliti Selanjutnya

peran

Peneliti

selanjutnya

diharapkan

dengan cara memaksimalkan layanan informasi

memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi

di bidang pribadi dengan cara memberikan

kematangan emosi dan penerimaan sosial seperti

materi yang berhubungan dengan kematangan

sugesti, dan faktor simpati, kesan pertama yang

emosi dan penyesuaian diri pada remaja terutama

menyenangkan, reputasi sebagai seorang yang

mengenai pengendalian emosi di usia remaja

sportif dan menyenangkan, konformitas, perilaku

serta menyelenggarakan diskusi dalam kelompok

sosial

untuk membahas hal yang sebaiknya dilakukan

menimbulkan penyesuaian sosial yang baik, dan

dalam keadaan emosi tertentu sehingga emosi

status ekonomi.

matang,

sifat

kepribadian

yang

siswa dapat tersalur pada hal hal positif. Selain itu,

guru

BK

juga

diharapkan

mampu

DAFTAR PUSTAKA

meningkatkan simpati dan empati siswa agar lebih memahami kondisi lingkongan sosial di sekitar. Guru BK juga diharapkan memberikan layanan di bidang sosial seperti penerapan games yang dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa sehingga siswa lebih berbaur dalam kelompok, agar lebih mengenal karakter siswa, sehingga

penerimaan

sosial

siswa

dapat

ditingkatkan. 2. Bagi Siswa Siswa diharapkan menyadari pentingnya pengendalian emosi dalam berinteraksi dengan teman sebaya, serta

menerapkannya dalam

kehidupan, sehingga emosi yang dirasakan dapat disalurkan dengan cara positif agar emosi siswa semakin matang. Siswa juga diharapkan agar lebih memahami kesan orang lain terhadap diri sendiri sehingga dapat mempertimbangkan halhal yang seharusnya dilakukan agar lebih

A. Amas. (2006). Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Kematangan Emosi. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi-Universitas Gajah Mada. Bimo Walgito. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Hurlock, Elizabeth. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. _________________. (2000). Perkembangan Anak. Terjemahan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press. Saifuddin Azwar. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, John W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan Shinto B. Adeler. Jakarta: Erlangga.

12Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 5 Tahun ke-4 2015

________________. (2007). Remaja (Tenth Edition). New York: McGraw Hill. Sunarto dan Hartono. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Syamsu Yusuf. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hubungan Antara Kematangan .... (Wahyu Hidayat)xiii