HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh: Eva Soraya F100104042
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh: Eva Soraya F 100104042
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT KEHARMONISAN KELUARGA PADA PASANGAN SUAMI ISTRI Eva Soraya Partini
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Keharmonisan merupakan merupakan dambaan setiap keluarga, sedangkan berdasarkan data diperoleh masih banyak terjadi perceraian dikarenakan ketidakharmonisan keluarga. Permasalahan dalam keharmonisan keluarga merupakan kontribusi dari banyak faktor, salah satu diantaranya adalah religiusitas dari pasangan suami istri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan tingkat keharmonisan keluarga serta mengetahui sumbangan efektif religiusitas terhadap keharmonisan keluarga. Hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara religiusitas dengan keharmonisan keluarga. Subjek penelitian ini adalah warga rw 04 dan rw 07 Kelurahan Bumi, Laweyan, Surakarta yang berjumlah 122 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala religiusitas dan skala keharmonisan keluarga. Metode analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui adanya hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan keharmonisan keluarga, ditunjukan dengan nilai (r) = 0,686; dan p = 0,00; (p<0,01), berdasarkan nilai yang diperoleh variabel religiusitas mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 91,86 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti religiusitas pada subjek tergolong tinggi. Variabel keharmonisan keluarga diketahui rerata empirik (RE) sebesar 111,65 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 85 yang berarti keharmonisan keluarga pada subjek tergolong tinggi. Sumbangan efektif yang diberikan variabel religiusitas terhadap keharmonisan keluarga sebesar 47,1%, ditunjukan oleh koefisien determinasi (r²) = 0,471. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan keharmonisan keluarga. Artinya semakin tinggi (kuat) religiusitas maka akan semakin tinggi pula tingkat keharmonisan keluarga dan sumbangan efektif atau peranan religiusitas terhadap keharmonisan keluarga sebesar 47,1% yang ditunjukan dengan koefisien determinan (r2) sebesar 0,471 ini berarti masih terdapat 52,9% faktor lain yang mempengaruhi keharmonisan keluarga di luar variabel religiusitas Kata Kunci : religiusitas, keharmonisan keluarga
RELATIONS BETWEEN RELIGIOSITY AND LEVEL FAMILY HARMONY TO A COUPLE Eva Soraya Partini
[email protected] Faculty of Psychology, Muhammadiyah University of Surakarta ABSTRACT Harmony is the desire of each family, while based on the data obtained is still a lot going on divorce because of family disharmony. Problems in family harmony is the contribution of many factors, one of which is the religiosity of married couples. The purpose of this study is to determine the relationship between religiosity and degree of family harmony and to know the effective contribution of religiosity to the harmony of the family. The hypothesis of this research that there is a positive relationship between religiosity and family harmony. The subjects were residents of RW 04 and RW 07 Village Earth, Laweyan, Surakarta which amounts to 122 people. The sampling technique in this research is purposive sampling. Measuring tool used is the scale of religiosity and family harmony scale. Methods of data analysis done using product moment correlation technique. Based on the analysis of data, it is known the existence of a significant positive relationship between religiosity and family harmony, indicated by value (r) = 0.686; and p = 0.00; (P <0.01), based on the value obtained religiosity variables having the empirical mean (RE) of 91.86 and the mean hypothetical (RH) of 67.5, which means a relatively high religiosity on the subject. Variables known to the average family harmony empirical (RE) of 111.65 and the average hypothetical (RH) is 85, which means family harmony on the subject is high. Effective contribution given to the harmony of family religiosity variable by 47.1%, indicated by the coefficient of determination (r²) = 0.471. The conclusion of this study is There is a significant positive relationship between religiosity and family harmony. This means that the higher the (strong) religiosity, the higher the level of family harmony and effective contribution or the role of religiosity towards family harmony by 47.1%, which is shown by the determinant coefficient (r2) of 0.471 means there are still other factors that 52.9% affect family harmony outside variables religiosity Keywords: religiosity, family harmony
keluarga itu akan terwujud apabila masingPENDAHULUAN
masing unsur dalam keluarga itu dapat
Perkawinan ialah ikatan lahir batin
berfungsi
dan
berperan
sebagaimana
antara seorang pria dengan seorang wanita
mestinya dan tetap berpegang teguh pada
sebagai
tujuan
nilai-nilai agama kita, maka interaksi sosial
membentuk keluarga (rumah tangga) yang
yang harmonis antar unsur dalam keluarga
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
itu akan dapat diciptakan. Memperoleh
Yang Maha Esa (Undang-undang Nomor 1
keluarga yang harmonis bukanlah hal yang
Tahun 1974, pasal (1)). Perkawinan menurut
mudah,
hukum islam adalah ikatan atau akad yang
sampai menuju kesana. Sehingga dalam
sangat kuat (mitsaqan ghalizhan) dalam
membuat keputusan untuk membina suatu
ketentuan sebagai ikatan lahir-batin antara
rumah tangga bukan tanggung jawab yang
suami dan istri. Dalam arti yang lebih
ringan.
suami
istri
dengan
diperlukan
serangkaian
proses
transcendental, perkawinan diyakini sebagai
Pendidikan agama dalam keluarga
langkah ibadah sesuai dengan firman Allah
menempati posisi yang strategis di tengah-
Swt, QS Al-Nisa {4}:21 (Dlori, 2005).
tengah kehidupan keluarga yang “rindu
Dapat diartikan bahwa perkawinan
sakinah”,
karena
keluarga
merupakan
adalah hubungan yang melibatkan dua orang
lingkungan di mana beberapa orang yang
yang memiliki tujuan yang sama. Tujuan ini
masih memiliki hubungan darah bersatu. Ia
adalah semata-mata mencapai kebahagiaan.
pun merupakan lembaga terkecil dalam
Kebahagiaan dalam rumah tangga sering
masyarakat
diartikan
mengubah bangsa besar di kemudian hari.
dengan
keharmonisan
rumah
yang pada gilirannya bisa
tangga. Untuk itu maka keluarga yang
Pendidikan
bahagia adalah keluarga yang memiliki
terencana
tingkat keharmonisan yang tinggi.
mengembangkan potensi dirinya ke arah
Keharmonisan
usaha
sadar
dan
suapaya
anak
didik
bisa
tidak
yang lebih baik. Untuk menuju ke arah
mungkin muncul secara sendirinya, pastilah
tersebut, agama merupakan salah satu faktor
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
yang perlu mendapatkan perhatian. Agama
faktor pendukungnya adalah religiustitas.
perlu dikenalkan kepada seluruh anggota
Menurut
keluarga, terutama kepada anak sejak masih
Hawari
keluarga
adalah
(1997)
keharmonisan
dini bahkan ketika masih dalam kandungan.
Akan terasa indah dan nikmat hidup
Pendidikan
keluarga
bersama keluarga, bagaikan hidup di surga,
dicontokan oleh Nabi Muhammad saw.
bila dihiasi dengan ajaran agama. (Hawari,
Sebagai pendidik dan pembawa risalah,
1997)
agama
dalam
beliau mengajak dan mendidik keluarganya,
Dilihat dari angka perceraian tiap
maka muncul lah kaum muslimin yang
tahunnya, makin banyak pasangan yang
pertama kali menerima pendidikan darinya,
menempuh perceraian sebagai akhir dari
yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid
pernikahan Pada tahun 2009, berdasarkan
bin Harits, Abu Bakar al-Shiddik, dan lain-
data perceraian departemen agama, tercatat
lain. Selanjutnya beliau mendidik kepada
250.000
keluarga dekat dan anggota masyarakat
diajukan pasangan suami istri ke pengadilan
lainnya yang diawali dengan firman Allah
agama dan sebanyak 223.371 perkara telah
SWT.
diputuskan oleh pengadilan agama. Angka Di
dalam
kasus
perceraian
telah
bahagia,
tersebut setara dengan hampir 10% jumlah
pendidikan dan pengamalan agama mutlak
pernikahan selama tahun 2009 yaitu sekitar
diperlukan karena dengan agama, pikiran
2,5
menjadi tenang, hati merasa tenteram, dan
pertahun, angka perceraian ini mengalami
keluarga pun menjadi bahagia. Sebaliknya
kenaikan sekitar 20% dibandingkan pada
bila tidak disertai dengan agama, hidup
tahun 2008 yang mencapai 200.000 kasus
terasa hampa dan gersang bagaikan hutan
perceraian (Badan Peradilan Agama online,
yang habis dilalap api. Allah swt. berfirman
2014). Perceraian yang terjadi tentunya
“Wahai
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
orang-orang
keluarga
lebih
yang
beriman,
juta.
Dari
peningkatannya
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
mempengaruhi
neraka” (Q.S; al-Tahrim;6). Memelihara
pernikahan. Di Indonesia, pada tahun 2009
keluarga berarti mendidik dan mengajar
yang
mereka untuk taat kepada Allah Swt.
pasangan suami istri mengakhiri ikatan
Ketaatan ini antara lain membaca al-Qur’an
pernikahan
bersama, sekali-kali shalat berjamaah di
ketidakharmonisan rumah tangga, dengan
rumah,
do’a
jumlah kasus perceraian sebanyak 72.274
sebelum dan sesudahnya, dan sebagainya.
perkara. Kemudian alasan cerai karena
makan
bersama
dengan
menjadi
turunnya
secara
alasan
utama
mereka
kepuasan
mengapa
adalah
kurang tanggung jawab sebanyak 61.128
pernikahannya daripada mereka
perkara, masalah ekonomi sebanyak 43.309
kurang
perkara, gangguan pihak ketiga sebanyak
pasangan dengan religiusitas yang tinggi
16.077 perkara, dan cemburu sebanyak
akan lebih mempertahankan kelangsungan
8.284 perkara (Badan Peradilan Agama
pernikahannya dibanding pasangan yang
online, 2014).
kurang religius.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa
keharmonisan
religius.
Hal
yang
tersebut
berarti,
Individu yang religius dinilai akan
rumah
lebih bahagia daripada mereka yang tidak.
tangga sangat mempengaruhi kelangsungan
Sesuai dengan pernyataan yang dikutip dari
pernikahan, terlihat dari tingginya angka
Selligman (dalam Williams et.al, 2006)
perceraian
oleh
yaitu “Married people are happier than any
ketidakharmonisan pasangan suami istri.
other configuration of people. And religious
Pasangan
people
yang
suami
keharmonisan
disebabkan
istri
dapat
menjaga
pernikahan
untuk
are
usually
nonreligious
happier
than
Hal
ini
people”.
meningkatkan kepuasan pernikahan mereka
dikarenakan, dalam ajaran agama manusia
melalui berbagai macam cara, salah satunya
diajarkan
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
mensyukuri apa yang telah ditakdirkan
berhubungan
oleh
dengan
keagamaan
atau
untuk
Tuhan,
religiusitas. Kegiatan yang berhubungan
menghindarkan
dengan religiusitas bisa dilakukan secara
batiniah
bersama-sama
bagaimanapun
antara
suami
dan
istri,
selalu
sehingga manusia
(Zakiyah, pada
dapat
dari konflik
1996).
Walau
hakikatnya
agama
misalnya dalam umat islam dianjurkan
adalah
untuk
mendatangi
sehingga individu yang memegang teguh
pengajian bersama dan lain sebagainya.
agama sebagai pedoman kehidupan akan
Diharapkan dengan melakukan kegiatan
merasakan ketenangan lahir batin.
sholat
berjamaah,
pedoman
berusaha
kehidupan
manusia,
tersebut, keharmonisan dalam pernikahan
Sesuai dengan pernyataan Walter
akan meningkat. Sesuai dengan pernyataan
Houston clark (dalam Spilka et.al 2003) yaitu
Mahoney et. al (dalam Paloutzian & Park,
“Religion more than any other human
2005) bahwa individu yang lebih religius
function satisfies the need for meaning in
dinilai
life”. Agama Islam adalah agama yang
lebih
berkomitmen
terhadap
dipilih
peneliti
dalam mengukur tingkat
Hipotesis
religiusitas
dikarenakan penelitian yang
adalah
mengkaji
tingkat religiusitas penganut
Religiusitas
agama islam khususnya yang dikaitkan dengan
kepuasan
pernikahan
Ada
dalam
Hubungan dengan
penelitian positif
ini
antara
Keharmonisan
Keluarga.
sulit
Diperoleh
data
observasi
serta
ditemukan. Subjek yang dipilih adalah
wawancara dari Kantor Urusan Agama
para pasangan
Kemudian
Laweyan bahwa terdapat kenaikan tingkat
peneliti memberikan batasan terhadap usia
perceraian tiap tahunya mulai tahun 2010
lamanya pernikahan, yaitu minimal 2 tahun
hingga
dan maksimal 15 tahun pernikahan. Sesuai
disebabkan
dengan grafik kepuasan pernikahan yang
keluarga yang kemudian diikuti dengan
cenderung berbentuk huruf “U”,
yaitu
masalah ekonomi, tidak adanya tanggung
kepuasan berada pada level tinggi di awal
jawab, dan adanya pihak ketiga. berdasarkan
2
data
tahun
suami
pernikahan
istri.
kemudian
akan
2015
yang
dan
penyebab
oleh
tertinggi
ketidakharmonisan
diperoleh,
peneliti
memilih
menurun. Bradbury et al., (dalam Pinsof
kelurahan bumi sebagai lokasi penelitian
& Lebow 2005:35) menyatakan bahwa
karena lokasi tersebut berada disekitar dua
seiringnya
kepuasan
pondok yaitu Al-Muayad dan Takmirul
pernikahan mengalami kenaikan kembali
Islam yang asumsinya religiusitas nya
ketika melewati usia pernikahan 25 tahun.
tergolong bagus atau tinggi.
Dengan
waktu
berjalan,
penetapan
usia
pernikahan,
diharapkan sampel yang digunakan dalam
METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah pasangan yang sedang
Teknik pengambilan sampel dalam
mengalami masa-masa penyesuaian dalam
penelitian ini adalah purposive sampling.
pernikahannya.
Alat ukur yang digunakan adalah skala
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menguji hubungan antara religiusitas dengan tingkat
keharmonisan
keluarga
serta
mengetahui sumbangan efektif religiusitas terhadap keharmonisan keluarga.
religiusitas
dan
skala
keharmonisan
keluarga. Subjek penelitian ini adalah warga rw 04 yaitu rt 3 dan 4 ;dan rw 07 yaitu rt 1,2, dan 3 Kelurahan Bumi, Laweyan, Surakarta yang berjumlah 122 orang.
Pengukuran keharmonisan keluarga
product
moment
karena
penelitian
ini
dalam penelitian ini menggunakan skala
menguji dua variabel dan apakah ada
keharmonisan keluarga menurut suami dan
hubungan antara 2 variabel yang diujikan
istri yang yang disusun oleh Erlina M.O
tersebut (Hadi, 2000).
(2012) yang berdasarkan 6 aspek menurut Hawari (1997) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti, yaitu: kehidupan beragama dalam keluarga,
waktu
bersama
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Berdasarkan perhitungan dengan
keluarga,
kebersamaan, komunikasi, dan berjalan
teknik
sesuai fungsi, menghargai antara sesama
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,686;
anggota keluarga, kesatuan dan keutuhan
dan p = 0,00; (p<0,01), artinya diketahui
keluarga, dan penyelesaian krisis keluarga
adanya hubungan positif yang signifikan
secara positif,
antara religiusitas dengan keharmonisan
Pengukuran religiusitas dalam penelitian ini
menggunakan
skala
religiusitas
berdasarkan aspek religiusitas yang yang disusun
oleh
berdasarkan
Fauziyah aspek
.M
religiusitas
(2013)
product
moment
dari
Pearson
keluarga. Semakin tinggi religiusitas maka semakin keluarga,
tinggi
tingkat
sebaliknya
keharmonisan
semakin
rendah
religiusitas maka semakin rendah pula tingkat keharmonisan keluarga.
yang
dikemukakan oleh Glock dan Stark
Hasil tersebut sesuai dengan hasil
(dalam dalam Ancok & Suroso, 2005)
data di Indonesia, pada tahun 2009 yang
kemudian dimodifikasi oleh peneliti,
menjadi alasan utama mengapa pasangan
yang
Keyakinan
suami istri mengakhiri ikatan pernikahan
(Aqidah Islam), Dimensi Peribadatan
mereka adalah ketidakharmonisan rumah
(Praktek Agama), Dimensi Pengamalan
tangga, dengan jumlah kasus perceraian
atau Akhlak, Dimensi Pengetahuan atau
sebanyak 72.274 perkara (Badan Peradilan
Ilmu,
Agama online, 2014). Berdasarkan data
meliputi:
Dimensi
Dimensi
Pengalaman
atau
tersebut
Penghayatan. Teknik
analisis
data
yang
dapat
keharmonisan
diketahui
rumah
tangga
bahwa sangat
digunakan dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi kelangsungan pernikahan,
dengan
terlihat dari tingginya angka perceraian yang
menggunakan
teknik
analisis
disebabkan
oleh
ketidakharmonisan
people
are
usually
happier
than
Hal
ini
pasangan suami istri. Pasangan suami istri
nonreligious
dapat menjaga keharmonisan pernikahan
dikarenakan, dalam ajaran agama manusia
untuk meningkatkan kepuasan pernikahan
diajarkan
mereka melalui berbagai macam cara, salah
mensyukuri apa yang telah ditakdirkan
satunya
dengan
melakukan
oleh
kegiatan
yang
berhubungan
kegiatandengan
keagamaan atau religiusitas. Kegiatan yang berhubungan
dengan
religiusitas
people”.
untuk
selalu
Tuhan,
menghindarkan
berusaha
sehingga manusia
dapat
dari konflik
batiniah (Zakiyah, 1996).
bisa
Adapun
sumbangan
efektif
dilakukan secara bersama-sama antara suami
religiusitas terhadap keharmonisan keluarga
dan istri, misalnya dalam umat islam
melalui
dianjurkan
berjamaah,
diperoleh angka sebesar 47,1%. Hal ini
mendatangi pengajian bersama dan lain
menunjukkan masih terdapat 52,9% faktor
sebagainya. Diharapkan dengan melakukan
lain yang mempengaruhi keharmonisan
kegiatan
dalam
keluarga selain religiusitas. Hal ini sesuai
pernikahan akan meningkat. Sesuai dengan
dengan teori yang dikemukakan oleh Basri
pernyataan Mahoney et. al (Paloutzian &
(2002) bahwa masih terdapat faktor lain
Park, 2005) bahwa individu yang lebih
selain
religius dinilai lebih berkomitmen terhadap
keharmonisan keluarga, yaitu faktor saling
pernikahannya daripada mereka
mencintai, fisik kedua belah pihak, material,
kurang
untuk
tersebut,
religius.
sholat
keharmonisan
Hal
tersebut
yang berarti,
pasangan dengan religiusitas yang tinggi
perhitungan
religiusitas
product
yang
moment
mempengaruhi
pendidikan, dan kedewasaan diri. Hasil
analisis
kategorisasi
pada
akan lebih mempertahankan kelangsungan
variabel religiusitas diketahui rerata empirik
pernikahannya dibanding pasangan yang
sebesar 91,86 dan rerata hipotetik sebesar
kurang religius. Individu yang religius
67,5 yang berarti bahwa religiusitas pada
dinilai akan lebih bahagia daripada mereka
subjek adalah tergolong tinggi. Yaitu tidak
yang tidak. Sesuai dengan pernyataan yang
ada subjek yang memiliki kategori sangat
dikutip dari Selligman (Williams et.al, 2006)
rendah dan kategori rendah, 5 orang subjek
yaitu “Married people are happier than any
dengan kategori sedang, 56 orang subjek
other configuration of people. And religious
dengan kategori tinggi dan 61 orang subjek
Keharmonisan Keluarga di luar variabel
dengan kategori sangat tinggi.
Religiusitas.
Hasil analisis kategorisasi variabel
3. Berdasarkan
hasil
analisis
diketahui
keharmonisan keluarga menunjukkan bahwa
variabel religiusitas mempunyai rerata
hasil rerata emprik sebesar 111,65 dan rerata
empirik (RE) sebesar 91,86 dan rerata
hipotetik sebesar 85, hal ini menunjukkan
hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti
bahwa tingkat keharmonisan keluarga pada
religiusitas pada subjek tergolong tinggi.
subjek tergolong tinggi. Yaitu tidak ada
Variabel
subjek yang memiliki efikasi diri sangat
diketahui rerata empirik (RE) sebesar
rendah dan kategori rendah, 10 orang
111,65 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
memiliki
85 yang berarti keharmonisan keluarga
kategori
sedang,
68
orang
memiliki kategori tinggi dan 44 orang
keharmonisan
keluarga
pada subjek tergolong tinggi.
memiliki kategori sangat tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka
dapat
disimpulkan
bermanfaat, yaitu: 1.
Diharapkan
bahwa: 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara Religiusitas dengan Keharmonisan
Religiusitas
terhadap
0,471 ini berarti masih terdapat 52,9% faktor
lain
yang
mempengaruhi
religiusitas
nya
dengan
memahami
dan
terus
dapat
pula
meningkatkan
tingkat keharmonisan dalam rumah
Keharmonisan
dengan koefisien determinan (r2) sebesar
mempertahankan
otomatis
peranan
Keluarga sebesar 47,1% yang ditunjukan
dapat
selain dapat meningkatkan religiusitas
pula tingkat Keharmonisan Keluarga, atau
agar
meningkatkan religiusitas, hal tersebut
Religiusitas maka akan semakin tinggi
efektif
subjek
mempraktikan faktor-faktor yang dapat
Keluarga. Artinya semakin tinggi (kuat)
2. Sumbangan
Subjek
tangga pasangan suami istri. 2.
Pihak kelurahan, rw dan rt Pihak pemerintah terkait baik dari tingkat kota maupun daerah hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai
tambahan
membuat
acuan
program
atau
dalam
Problem-Problem
kegiatan-
kegiatan untuk warganya, khususnya program atau kegiatan yang bersifat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan peradilan agama. (2014). “Data Perkara”
religius untuk pasangan suami istri yang
(online).
(http://www.badilag.net/jenis-
diharapkan dapat meningkatkan serta
perkara diunduh pada tanggal 15
mempertahankan tingkat keharmonisan
Januari 2015 pukul 17.00).
keluarga bagi warganya. 3.
Psikologi.
Basri, H. (2002) . Keluarga Sakinah
Peneliti lain Diharapkan untuk peneliti lain agar
Tinjauan Psikologi dan Agama.
dapat menjadikan hasil penelitian ini
(edisi
sebagai kajian dalam pengembangan
Pustaka Pelajar.
ilmu pengetahuan di bidang psikologi
Suami
khususnya mengenai hubungan antara dengan
meningkatkan
kualitas
berkaitan
dengan
religiusitas dan keharmonisan keluarga. Juga dapat memperdalam penelitian yang
berkaitan
dengan
Yayasan
DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. & Suroso, F. N. 2005. Psikologi Solusi
Islam
Penerbit
Fakultas
Psikologi UGM Hawari,
D.
(1997)
.
Alquran
Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa.
metode
penelitian kualitatif.
Islami:
Mati.
Hadi, S. 2000. Statistika II. Yogyakarta:
serta
segi variabel, subjek maupun tempat yang
Sampai
Jogjakarta: Katahati
memperluas kancah penelitian baik dari
penelitian
(Istri)
keharmonisan
keluarga. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
Yogyakarta:
Dlori, M, Muhammad. (2005). Dicinta
dan memberikan kontribusi teoritis
religiusitas
empat).
Atas
Raymond F. Paloutzian, Crystal L. Park. 2005. Handbook of the Psychology of Religion and Spirituality. London: Guilford Press. W.hood, ralph, Bernard spilka. 2003. The Psychology of religion. Boston: the Guilford press.
Williams, B.K., Wahlstrim C.M . 2006. Marriages families and intimate relations. Boston: Pearson William M. Pinsof and Jay L. Lebow. 2005. Family Psychology : The Art of
the Science. London: University Press
Oxford
Zakiyah, D. 1996. Ilmu Jiwa dan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.