Document not found! Please try again

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN SUBJECTIVE WELL-BEING

Download HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN. SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA. SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat ... Penyusunan skri...

0 downloads 839 Views 1MB Size
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh Orissa Septiana 1511412053

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

i

ii

iii

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik Untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. -QS. AL Isra : 7 –

Kalau anda ingin seseorang tertawa, anda harus memberinya alasan untuk tertawa, ... anda tidak bisa memicu tawa yang asli dengan mendesak orang itu agar tertawa, atau meminta dia mendesak dirinya agar tertawa. -Viktor E. Frankl-

Peruntukan Karya ini penulis persembahkan untuk: Mama Tercinta

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan kebaikanNya yang selalu tercurah. Sungguh menjadi karunia yang luar biasa di mana penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Antara Sense of Humor dan Subjective Well-Being pada Mahasiswa”. Ucapan syukur yang selalu terucap atas terselesaikannya tugas ini. Penyusunan skripsi ini merupakan hasil karya dari sebuah perjuangan dan dukugan semangat, bantuan, serta motivasi yang penulis terima dari pihak-pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena hal itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih atas terselesaikannya skripsi ini kepada: 1.

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta jajaran pimpinan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

2.

Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi, M.S., selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang atas segala kebijakannya selama menjabat.

3.

Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si., selaku pembimbing dan penguji 2, terima kasih atas dukungan, pengarahan dan masukan yang diberikan selama mengerjakan skripsi.

4.

Andromeda, S.Psi., M.Psi., selaku pembimbing dan penguji 3 yang telah dengan lapang dada membantu dalam proses pengerjaan skripsi.

5.

Binta Mu’tiya Rizki, S.Psi., M.A, selaku penguji 1 pada ujian skripsi yang telah memberikan pengarahan dan masukan terhadap skripsi penulis.

v

6.

Siti Nuzulia, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama menempuh studi.

7.

Dosen-dosen Jurusan Psikologi yang telah bersedia memberikan ilmu dan bimbingan selama proses perkuliahan berlangsung.

8.

Mama, sebagai orang tua yang luar biasa yang selalu mendukung dalam doa serta tidak berhenti memberikan semangat melalui nasehat-nasehat yang meneguhkan.

9.

Dita, Insaroh, Nurma, Bella, Windari, Nika, Dek Chayun, Dek Ayun, Dek Choe Terima kasih atas kebersamaanya.

10. Teman-teman angkatan 2012 terutama untuk Rombel 2 Jurusan Psikologi Universias Negeri Semarang terima kasih atas segala kisah kasih, canda tawadan persahabatan terindah bersama dengan kalian semua. 11. Semua subjek dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa/i psikologi angkatan 2010 sampai dengan angkatan 2016 yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian guna kelancaran penyusunan skripsi ini. 12. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah inspirasi dan motivasi para pembaca untuk mengembangkan ilmu yang telah dimiliki. Terima kasih. Semarang, 20 Juni 2017 Penulis

vi

ABSTRAK

Septiana, Orissa. 2017. Hubungan Antara Sense of Humor dan Subjective WellBeing Pada Mahasiswa. Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Pembimbing II: Andromeda, S.Psi., M.Psi. Kata Kunci: Sense of humor, Subjective well-being, Mahasiswa

Setiap individu menginginkan kesejahteraan dalam hidupnya tak terkecuali mahasiswa. Kesejahteran atau kepuasaan hidup merupakan keinginan mahasiswa untuk dapat hidup secara damai. Keinginan tersebut dapat terpenuhi jika mahasiswa mampu untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya, merasa mampu meraih prestasi akademik yang lebih baik, merasakan kebahagiaan yang lebih sering. Kegembiraan lebih sering bisa dilakukan dengan cara peka terhadap humor. Sense of humor adalah humor yang difungsikan dalam kegiatan seharihari. Sense of humor terdiri dari humor production, uses of humor for coping, sosial uses of humor, dan attitudes toward humor and humorous people. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Sampel penelitian ini berjumlah 492 responden dengan teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh atau sensus. Data penelitian sense of humor diambil menggunakan skala Multidimensional sense of humor scale (MSHS) yang dimodifikasi terdiri dari 31 aitem, mempunyai koefisien validitas antara 0,274 sampai dengan 0,625 dan koefisien realibilitaas sebesar 0,890. Skala subjective well-being merupakanka skala yang terdiri dari 38 aitem, mempunyai koefisien validitas 0,187 sampai dengan 0,632 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,888. Metode analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment yang dikerjakan dengan menggunakan sofware statistik. Penelitian ini menghasilkan koefisien korelasi atau r = 0,474 dengan signifikansi atau p =0,000, sehingga hipotesis dierima yaitu bahwa ada hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being.

vii

ABSTRAK Septiana, Orissa. 2017. Hubungan Antara Sense of Humor dan Subjective WellBeing Pada Mahasiswa. Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. Pembimbing II: Andromeda, S.Psi., M.Psi. Keywords: Sense of humor, Subjective well-being, College Student

Every individual wants welfare in his life is no exception college students. Welfare or satisfaction of life is the desire of students to be able to live peacefully. The desire can be fulfilled if the student is able to feel the satisfaction in his life, feel able to achieve better academic achievement, feel the happiness more often One of the ways to achieve subjective well-being is that college student has to experience life complacency and experience enjoyment more often, and by not frequently experiencing unpleasant emotion. Enjoyment oftentimes can be done by being keen toward humor. Sense of humor is humor that is functioned in daily activities. Sense of humor consist of humor production, uses of humor for coping, sosial uses of humor, and attitudes toward humor and humorous people. This research aims to know the relation between sense of humor to subjective wellbeing. This research is a quantitative correlational research. The samples of this research are 492 respondents using saturated sampling or census used in the sampling technique. Research data from sense of humor is taken using Multidimensional sense of humor scale (MSHS) that is modified, consisting of 31 items, having a validity coefficient between 0,274 to 0,625 and a reliability coefficient of 0,890. The subjective well-being scale is a scale proposed by Diener that consist of 38 items, having a validity coefficient between 0,187 to 0,632 and a reliability coefficient of 0,888. The analysis method used is Product Moment correlation that is processed using statistics sofware. This research produce a relation coefficient or r = 0,474 with a significance or p = 0,000. So, the hypothesis that there is a relationship between a sense of humor and subjective well-being is accepted.

viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i

PERNYATAAN ............................................................................................

ii

PENGESAHAN ............................................................................................

iii

MOTO DAN PERUNTUKAN .....................................................................

iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................

v

ABSTRAK ....................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .........................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

ix

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................

10

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................

11

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................

11

2. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA ...................................

12

2.1 Subjective Well-Being .............................................................................

12

2.1.1 Pengertian Subjective Well-Being ........................................................

12

2.1.2 Komponen Subjective Well-Being .......................................................

13

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengeruhi Subjective Well-Being ..................

15

2.2 Sense of Humor .......................................................................................

18

2.2.1 Pengertian Sense of Humor ..................................................................

18

ix

2.2.2 Perkembangan Alat Ukur Sense of Humor ..........................................

19

2.2.3 Aspek-aspek Sense of Humor ...............................................................

24

2.3 Hubungan antara Sense of Humor dengan Subjective Well-Being ..........

27

2.4 Kerangka Berpikir ...................................................................................

29

2.5 Hipotesis ..................................................................................................

30

3. METODE PENELITIAN ..........................................................................

31

3.1 Jenis dan Desain Penelitian .....................................................................

31

3.1.1 Jenis Penelitian .....................................................................................

31

3.1.2 Desain Penelitian ..................................................................................

31

3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................

32

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................

32

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ..............................................................

32

3.2.3 Hubungan Antara Variabel ..................................................................

33

3.3 Populasi dan Sampel ...............................................................................

34

3.3.1 Populasi ................................................................................................

34

3.3.2 Sampel ..................................................................................................

34

3.4 Metode dan Pengumpulan Data ..............................................................

35

3.5 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................

37

3.5.1 Validitas ...............................................................................................

38

3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Skala Sense of Humor ........................................

39

3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Skala Subjective Well-Being ..............................

40

3.5.2 Reliabilitas ...........................................................................................

42

3.5.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Sense of Humor ..............................................

42

x

3.5.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Skala Subjective Well-Beeing ........................

43

3.6 Metode Analisis Data ..............................................................................

43

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................

44

4.1 Persiapan Penelitian ................................................................................

44

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian .................................................................

44

4.2 Penyusunan Instrumen ............................................................................

44

4.3 Uji Coba Instrumen (Try Out) .................................................................

46

4.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................

46

4.4.1 Pengumpulan Data ...............................................................................

46

4.4.2 Pelaksanaan Skoring ............................................................................

47

4.5 Gambaran Subjek Penelitian ...................................................................

47

4.5.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...................

48

4.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian .......................

48

4.6.1 Hasil Uji Validitas ................................................................................

49

4.6.1.1 Hasil Uji Validitas Skala Sense of Humor ........................................

49

4.6.1.2 Hasil Uji Validitas Skala Subjective Well-Being ..............................

49

4.6.2 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................

49

4.6.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Skala Sense of Humor ....................................

49

4.6.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Skala Subjective Well-Being ..........................

50

4.7 Analisis Deskriptif ..................................................................................

50

4.7.1 Gambaran Sense of Humor ...................................................................

51

4.7.1.1 Gambaran Umum Sense of Humor ...................................................

51

4.7.1.2 Gambaran Spesifik Sense of Humor .................................................

54

xi

4.7.1.2.1 Gambaran Spesifik Berdasarkan Aspek Humor Production .........

54

4.7.1.2.2 Gambaran Spesifik Berdasarkan Aspek Use of Humor Coping .....

56

4.7.1.2.3 Gambaran Spesifik Berdasrkan Aspek Social Use of Humor .........

58

4.7.1.2.4 Gambaran Spesifik Berdasarkan Aspek Attitude Humor and Humorous peopel ...........................................................................

60

4.7.2 Gambaran Subjective Well-Being .........................................................

65

4.7.2.1 Gambaran Umum Subjective Well-Being ..........................................

65

4.7.2.1.1 Gambaran Spesifik Subjective Well-Being berdasrkan Komponen Kepuasan Hidup .............................................................................

68

4.7.2.1.2 Gambaran Spesifik Subjective Well-Being berdasrkan Komponen Afeksi .............................................................................................

70

4.8 Analisis Data ...........................................................................................

74

4.8.1 Hasil Uji Asumsi ..................................................................................

74

4.8.1.1 Uji Normalitas ...................................................................................

74

4.8.1.2 Uji Linearitas .....................................................................................

75

4.8.2 Uji Hipotesis ........................................................................................

76

4.9 Pembahasan .............................................................................................

77

4.9.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Sense of Humor dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa ................................................................

77

4.9.1.1 Analisis Deskriptif Sense of Humor pada Mahasiswa ......................

77

4.9.1.2 Analisis Deskriptif Subjective Well-Being pada Mahasiswa ............

78

4.9.1.3 Analisis Inferensial Sense of Humor dan Subjective Well-Being Pada Mahasiswa .....................................................................

78

5. PENUTUP .................................................................................................

80

5.1 Simpulan .................................................................................................

80

5.2 Saran ........................................................................................................

81

xii

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

82

LAMPIRAN ..................................................................................................

84

xiii

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel

3.1 Blue Print Skala Sense of Humor ............................................................

36

3.2 Blue Print Skala Subjective well-being ...................................................

37

3.3 Interpretasi Koefisien Validitas ...............................................................

39

3.4 Hasil Uji Coba Skala Sense of Humor ....................................................

39

3.5 Sebaran Baru Aitem Skala Sense of Humor ............................................

40

3.6 Hasil Uji Coba Skala Subjective well-being ............................................

41

3.7 Sebaran Baru Aitem Skala Subjective well-being ...................................

41

3.8 Interpretasi Reliabilitas ...........................................................................

42

4.1 Gambaran Subjek Bersadarkan Jenis Kelamin .......................................

48

4.2 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritik ..................

50

4.3 Distribusi Frekuensi Sense of Humor ......................................................

52

4.4 Hasil Analisis Sense of Humor ................................................................

53

4.5 Distribusi Frekuensi Sense of Humor berdasarkan Aspek Humor production ........................................................................

55

4.6 Statistik Sense of Humor berdasarkan Aspek Humor Production ..........

56

4.7 Distribusi Frekuensi Sense of Humor berdasarkan Aspek Use of humor Coping .....................................................................................................

57

4.8 Statistik Sense of Humor berdasarkan Aspek Use of humor Coping .....

58

4.9 Distribusi Frekuensi Sense of Humor berdasarkan Aspek Social Use of humor .....................................................................

59

4.10 Statistik Sense of Humor berdasarkan Aspek Social Use of humor ...................................................................

60

4.11 Distribusi Frekuensi Sense of Humor berdasarkan Aspek Attitudes humor and humorous people .....................................

61

xiv

4.12 Statistik Sense of Humor berdasrkan Aspek Attitudes humor and humorous people ......................................

62

4.13 Ringkasan Deskriptif Sense of Humor Berdasarkan Tiap Aspek ..........

63

4.14 Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Sense of Humor ...................

64

4.15 Distribusi Frekuensi Subjective well-being ...........................................

66

4.16 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Subjective well-being .....................

67

4.17 Distribusi Frekuensi Subjective well-being berdasarkan Komponen Kepuasan Hidup .................................................................

69

4.18 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Komponen Kepuasan Hidup ..........

70

4.19 Distribusi Frekuensi Subjective well-being berdasarkan Komponen Afeksi ................................................................................

71

4.20 Statistik Deskriptif Subjective well-being berdasarkan Komponen Afeksi ................................................................................

72

4.21 Perbandingan Mean Empiris Tiap Komponen Subjective well-being ............................................................................

73

4.22 Hasil Uji Normalitas ............................................................................

74

4.23 Hasil Uji Linearitas ...............................................................................

75

4.24 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................

76

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................................

29

3.1 Hubungan Antar Variabel .......................................................................

33

4.1 Diagram Gambaran Sense of Humor .......................................................

53

4.2 Diagram Ringkasan Deskriptif Sense of Humor .....................................

63

4.3 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Sense of Humor ............................................................................

64

4.4 Diagram Gambaran Umum Subjective well-being ..................................

67

4.5 Diagram Gambaran Subjective well-being berdasarkan Aspek Kepuasan Hidup ...........................................................................

70

4.6 Gambaran Perbandingan Mean Empiris Subjective well-being Tiap Komponen ......................................................................................

74

xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan kesejahteraan di dalam hidupnya, dan kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi hidup manusia. Setiap individu juga memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai dalam pemenuhan kepuasan di dalam kehidupannya. Kesejahteraan dan kepuasan hidup merupakan bagian konsep dari subjective well-being yang mana mencakup aspek afektif dan kognitif manusia (Rohmad, 2014:2). Subjective well-being didefinisikan sebagai suatu fenomena yang meliputi evaluasi kognitif dan emosional individu terhadap kehidupan mereka. Seperti apa yang disebut orang awam sebagai kebahagian, ketentraman, berfungsi penuh, dan kepuasan hidup (Diener dkk, 2003:403-425). Secara relatif kesejahteraan merupakan atribut yang dapat merefleksikan seberapa tinggi individu mengalami afek positif terhadap kehidupannya yang menyenangkan. Individu dikatakan memiliki kesejahteran subjektif yang tinggi jika dia mengalami kepuasan hidup dan mengalami kegembiraan lebih sering, serta tidak terlalu sering mengalami emosi yang tidak menyenangkan, seperti sedih dan kemarahan. Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki kesejahteraan subjektif yang rendah jika dia tidak puas dengan hidupnya, mengalami sedikit afeksi dan kegembiraan, dan sering mengalami emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan (Utami, 2009:145). Lebih secara umum kepuasan hidup dibedakan

1

2

dalam bebagai domain kehidupan seperti, rekreasi, cinta, pernikahan, dan persahabatan. Komponen kognitif dan afektif kesejahteraan subjektif memiliki keterkaitan yang tinggi (Diener, 1997: 24). Merupakan faktor yang dapat mereduksi keberadaan tekanan mental kesejahteraan subjektif merupakan salah satu indikator kualitas hidup individu masyarakat yang baik (Eid & Diener, 2004: 245-277). Kesejahteraan subjektif atau disebut juga dengan konsep kesejahteraan (well-being) mempunyai arti yang hampir sama dengan konsep kebahagiaan (happiness). Menurut Veenhoven (1988: 333-354) kebahagiaan bagian dari kesejahteraan subjektif dapat memfasilitasi kontak sosial. Lebih lanjut Veenhoven (dalam Utami,2009:145) mengutip pendapat Flugel & Johnson yang menyatakan bahwa afek positif dapat menimbulkan perasaan aktif dan energik, sehingga membuat lebih produktif. Selain itu, mereka yang kebahagiaannya tinggi juga memiliki stres yang sedikit (Veenhoven,1998: 333-354). Oleh karena itu memahami faktor-faktor yang mengarah kepada kebahagiaan dan kepuasan hidup akan membantu dalam mencapai kesehatan mental individu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 26 September 2016 dari 9 mahasiswa mereka lebih merasa kurang bahagia karena berbagai masalah yang dihadapi. Seperti halnya kurang komunikasi dengan teman atau pun keluarga karena sibuk organisasi, setumpuk kegiatan, tugas kuliah yang terlalu banyak dari dosen, bingung mengatur pengeluaran karena tak sebanding dengan pemasukan, kurang produktif sehingga merasa bosan. Dari masalah-masalah yang

3

dialami timbul berbagai macam perasaan juga seperti mahasiswa merasa capek, malas, merasa tidak bahagia, timbulnya perasaan ingin makan banyak, dan mengalami stres. Penelitian yang membahas tentang (subjective well-being) akan tetapi belum banyak yang membahas tentang kesejahteraan subjektif pada mahasiswa, yang tentunya mempunyai prediktor kesejahteraan subjektif yang berbeda dari orang dewasa maupun tingkat usia lainnya. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Utami, menunjukan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler memiliki kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi. Hasil yang senada juga didapat oleh Mangeloja & Hirvonen (tanpa tahun), hal yang paling berpengaruh terhadap tingkat kepuasan hidup mahasiswa adalah hubungan sosial, lingkungan pendidikan, pencapaian tujuan personal dan kegiatan ekstrakulikuler. Berdasarkan wawancara pada tanggal 26 Mei 2016 yang di lakukan kepada beberapa mahasiswa, diperoleh bahwa mahasiswa menganggap hidupnya biasa-biasa saja, kurang puas terhadap dirinya, memiliki kehidupan yang membosankan, merasa khawatir tentang masa depan, merasa jenuh, diliputi perasaan cemas, rutinitas yang membuat jenuh, merasa sedih, kurang puas dengan kehidupan yang dijalani, dan kurang mampu dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar. Perasaan-perasan di atas menunjukan kurangnya kepuasa hidup yang dimiliki sehingga bisa dikatakan bahwa Individu yang memiliki kesejahteran subjektif yang tinggi, merasa lebih bahagian dan senang bersama dengan teman

4

dekat dan keluarga. Individu juga kreatif, optimis, kerja keras, tidak mudah putus asa, dan tersenyum lebih banyak dari pada individu yang menyebut dirinya tidak bahagia Argyle (dalam Nurhidayah &Rini 2012:12). Individu ini akan lebih mampu untuk dapat mengontrol emosinya dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan baik. Sedangkan individu dengan subjective well-being yang rendah, memandang rendah hidupnya dan menganggap peristiwa yang tidak menyenangkan dan oleh sebab itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti kemarahan, depresi, kecemasan Myers & Diener (dalam Nisfiannor, 2004:12). Penelitian yang dilakukan (Rohmad, 2014:3) tentang subjective well-being yang mana pengambilan data awal sudah dilakukan pada 129 mahasiswa yang terdiri dari 36 laki-laki dan 93 perempuan yang berusia 19-25 tahun. Dengan menggunakan angket terbuka mengenai subjective well-being diperoleh jawaban bahwa subjek merasa sejahtera ketika keinginan subjek terpenuhi sebanyak 30.2 %, kebutuhan subjek terpenuhi sebanyak 26.3 %, hidup damai, nyaman, tentram sebanyak 16.3 %, dapat mensyukuri dengan yang subjek miliki sebesar 8.6%, hidup mandiri sebesar 6.2%, dekat dengan keluarga sebesar 6.2%, ketika kaya (punya uang) sebesar 4.6%, dan dapat berguna bagi orang lain atau kebermaknaan hidup sebesar 1.6 %. Kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan keorganisasian merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang dapat menimbulkan perasaan berharga dan berarti, karena dapat membantu orang lain sehingga merasa lebih percaya diri. Dan juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan profit seperti hal nya bekerja atau

5

melakukan pekerjaan sebagai salah satu faktor kesejahteraan subjektif yang dikemukakan oleh Argyle (Utami, 2009:147). Kepuasan dalam bekerja memiliiki korelasi yang kuat dalam kepuasan hidup, berbeda dengan mahasiswa yang pengangguran merasa kurang bahagia karena hanya melakukan kegiatan kuliah tanpa ada kegiatan sampingan itu menyebabkan mahasiswa merasa jenuh, depresi, harga diri rendah, serta penyakit fisik yang kesemuannya merupakan aspek dari rendahnya kepuasan hidup dan kebahagian. Gershunny (dalam Madjar & Hofstetter, 2004) mengemukakan bahwa kebahagiaan yang cukup tinggi bersumber dari pekerjaan yang dibayar, sedangkan kebahagiaan yang paling tinggi bersumber pada kegiatan yang bersenang-senang menghabiskan waktu luang, kebahagiaan yang paling rendah ketikan mahasiswa mendapatkan pekerjaan rumah dari dosen, misalnya tugas kuliah yang setiap minggunya. Sedangkan penelitian lain yang di lakukan oleh (Prasetiyo 2011: P-22), tentang hubungan antara kecemasan emosi dengan subjective wel-being pada mahasiswa tingkat pertama menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan dengan arah positif antara kecerdasan emosi dengan kepuasan hidup, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi, semakin tinggi kepuasan hidup. Ada hubungan yang sangat signifikan dengan arah positif antara kecerdasan emosi dengan perasaan menyenangkan, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi, semakin tinggi perasaan menyenangkan dan ada hubungan arah negatif antara kecerdasan emosi dengan perasaan menyenangkan.

6

Mahasiswa menurut kamus besar indoneisa (Purwandaminto, 1993:146) yaitu maha berarti besar sedangkan siswa berarti pelajar. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah pelajar yang memiliki tugas dan tanggung jawab lebih besar dari pada seorang siswa. Mahasiswa dituntut untuk lebih inisiatif, aktif, dan mandiri dalam dunia pendidikan. Dunia perkuliahan memberikan banyak pengalaman dan kesempatan bagi mereka untuk dapat mengembangkan potensi diri. Mahasiswa yang tidak dapat menghadapi hambatan dan menyerah pada keadaan akan merasa tertekan dan mengalami stress yang mengganggu dan biasanya juga disebut distress. Stres merupakan kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh tertekan atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang dihadapinya (Martks dkk, dalam Alfiani, 2010:2). Menurut Artkinson (Alfiani, 2010:2), reaksi stres dapat muncul dalam perubahan psikologis dan fisik. Mahasiswa yang tidak dapat menghadapi stresor yang ada dan merasa tertekan akan tugas-tugas kuliah, mengalami stres yang menggangu dan biasannya disebut juga dengan distress. Stres merupakan kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh tertekan atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang dihadapinya Marks dkk (Alfiani, 2010:2). Mahasiswa yang mengalami hal seperti ini bisa di kategorikan memiliki tingkat sense of humor yang rendah. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 Agustus 2016 kepada beberapa mahasiswa yang diperoleh bahwa membuat orang lain tertawa hanyalah pekerjaan yang sia-sia, tidak akan dihormati, tertawa hanyalah buang-bungan waktu, merasa malu jika perkataan

7

yang dilontarkan dijadikan bahan lelucon, penyelesaian masalah yang buruk dan lelucon menjadikan kondisi kurang kondusif. Padahal humor adalah salah satu peran yang penting dalam kehidupan mahasiswa, karena humor merupakan kekuatan untuk membebaskan diri dari banyak rintangan dan pembatasan diri dalam kehidupan sehari-hari. Humor juga dapat melepaskan individu dari berbagai tuntutan yang dialami. Salah satu cara yang dipakai untuk melawan dampak psikis yang dialami mahasiswa adalah dengan mengembangkan humor. Menurut Gomes (dalam Zulkarnain, 2009:49) dengan humor dapat menimbulkan refleks tertawa, dan tertawa merupakan obat terbaik untuk melawan dampak psikis yang dialami mahasiswa. Untuk dapat mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan kepekaan terhadap humor (sense of humor). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, humor adalah keadaan (cerita dan sebagainya) yang menggelikan di hati, kejenakaan, lelucon. Hasanat dan Subandi (dalam Nabila, 2011:5) menyatakan untuk dapat mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor seseorang memerlukan kepekaan terhadap humor (sense of humor). Definisi mengenai sense of humor dikemukakan oleh Martin (dalam Ruch, 1998 dalam Nabila, 2011:6) sebagai kemampuan individu untuk tidak terlalu serius dalam mengungkap suatu hal dan kemampuan untuk menertawakan kelemahan dan kekurangan diri sendiri, akan tetapi para humoris (Kartono, 2005 dalam, Nabila, 2011:5), individu yang mampu

8

mengungkapkan dan mengeluarkan humor, tetap memiliki perasaan yang mendalam terhadap nilai-nilai etis. Martin (dalam nabila, 2011:38) menyatakan bahwa sense of humor adalah karakteristik yang merujuk pada perbedaan respon emosional individu dalam konteks kegembiraan sosial, yang ditunjukan melalui persepsi mengenai kagaanjilan yang lucu dan diekspresikan melalui senyuman dan tawa. Drever (dalam Roeckelein, dalam nabila, 2011:38) juga menjelaskan bahwa sense of humor merupakan sensasi psikologis melalui rasa simpati (secara langsung) dan empati (secara tidak langsung) mengenai karakter dalam situasi kompleks yang membangkitkan kegembiraan dan tawa. Bahkan Ruch (dalam Raskin, 2008) (dalam nabila, 2011:38) menyatakan bahwa sense of humor merupakan kontributor yang potenesial, yang dimiliki individu, dalam mencapai kebahgiaan hidup (good life). Menurut Nabila (2011:38) menyimpulkan bahwa sense of humor adalah karakteristik penting yang dimiliki oleh setiap individu dalam mempersepsikan dan merespon hal lucu yang mampu untuk membangkitkan kegembiraan dan tawa, sehingga individu dapat mencapai keutuhan dan kebahagiaan hidup. Selain kebahagian hidup sense of humor juga mengandung banyak keuntungan. Diantarannya Individu dengan sense of humor yang lebih tinggi, lebih termotivasi, lebih ceria, dapat dipercaya mempunyai self esteem yang lebih tinggi. salah satu keuntungan yang terbesar dengan memiliki kepekaan terhadap humor (sense of humor) adalah pengaruhnya pada kesehatan. Pertama, humor bisa mengantarai hubungan sosial, yang mana ini bisa menciptakan healthenhancing effects (efek meningkatkan kesehatan). Kedua, humor mempunyai efek

9

secara tidak langsung pada tingkatan stres. Seseorang yang peka tehadap humor dalam kehidupan, pengalaman stressful individu sering diminimalkan. Ketiga, proses fisiologi yang dipengaruhi oleh humor. Sebagai contoh, tertawa bisa mengurangi ketegangan saraf. Menurut Zulkarnain dkk, (2009:50) Penelitian menemukan bahwa tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan sampai 40 persen. Tertawa merangsang peredaran darah, menstabilkan tekanan darah, meningkatkan pemberian oksigen pada darah, mempelancar pencernaan, dan dan memijat organ-organ tubuh yang penting. Menurut Bennett, bukti ini akan menjadi penting secara klinis. Pemakaian humor untuk merangsang tertawa dapat menjadi terapi efektif menurunkan stres dan rasa cemas. Sense of humor berhubungan dengan subjective well-being karena mahasiswa yang dikatakan mempunyai kepekaan terhadap humor (sense of humor) bisa dikatakan dia mencapai kepuasan hidup (subjective well-being). Menurut Veenhoven (dalam Eid dan Larsen, 2008) ( dalam nabila, 2011:66), subjective well-being adalah istilah yang paling cocok untuk menggambarkan kebahagaian manusia secara utuh (overall happiness). Menurut (Sibarani, 2015:12) humor juga dapat membantu individu untuk meningkatkan well-being lewat tertawa dan atau meningkatkan dukungan dari lingkungan sosial dengan segera karena humor mendatangkan dukungan sosial dari orang lain. Mahasiswa sendiri memiliki masalah perkembangan dalam hidup mereka, terutama beberapa stresor yang spesifik tentang bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari dan kegiatan belajar diperguruan tinggi. Beberapa permasalahn yang

10

dihadapi oleh mahasiswa seperti permasalahan akadmeik, apakah nilai atau performa akademik mereka baik atau buru, bagaimana sikap orang tua mereka jika mereka tau nilai akademik mereka tidak sesuai dengan harapan orang tua mereka, khususnya pada mahasiswa angkatan atas atau senior kecemasan dalam mencapai kelulusan dan akhirnya prokrastinasi yang mereka lakukan. Stresor lain yang dihadapai mahasiswa dalam kehidupan sosial

mereka dan banyaknya

dinamika perubahan yang harus mereka hadapi, dimana lingkungan kampus yang dihadapi mahasiswa tidak akan berlangsung lama, semisal mahasiswa mengalami perubahan pada lingkungan kost, teman sekamar, kemudian perubahan pada teman-teman di dalam kelas, perubahan pada dosen pengajar, bahkan perubahan kekasih, semisal mengalami putus hubungan. Individu yang tertawa lepas dan melalakukan humor bisa dikatakan mempunyai atau merasa puas akan semua pencapaiannya, maka pemaknaan mengenai hidupnya akan baik pula. Sesuai dengan apa yang pernah di teliti oleh Nabila dalam skripsi yang berjudul Hubungan antara sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being pada karyawan dewasa madya di PT. Telkom Disel yang menunjukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara sense of humor dengan subjective well-being. Letak perbedaan penelitian ini terdapat pada subjek yang digunakan, peneliti lebih tertarik untuk menggunakan mahasiswa sebagai subjek.

Karena subjective well-being

mahasiswa jelas berbeda dengan subjective well-being para lansia ataupun orang –orang dewasa. Mahasiswa berada tahap perkembangan dewasa awal, dimana masa tersebut merupakan masa dimana mahasiswa dihadapkan banyak

11

permasalahan – permasalahan dalam hidupnya. Oleh sebab itu melihat dari berbagai kondisi dan penelitian yang telah dilakukan bayak ahli, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being pada mahasiswa jurusan psikologi universitas negeri semarang.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran sense of humor pada mahasiswa ? 2. Bagaimana gambaran subjective well-being pada mahasiswa ? 3. Apakah ada hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being pada mahasiswa ?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian akan menjawab rumusan masalah yang menjadi penelitian. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran sense of humor pada mahasiswa 2. Untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada mahasiswa? 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being pada mahasiswa?

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritik maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

12

1. Manfaat teoritis Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah agar dapat memberikan sumbangan pengetahuan, ide dan saran bagi perkembangan dan wawasan ilmu psikologi khususnya Psikologi Klinis. 2. Manfaat praktis Sedangkan secara praktis penelitian ini di harapkan dapat dijadikan lahan masukan bagi peneliti dan peneliti selanjutnya untuk dijadikan suatu informasi dan pemahaman kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai hubungan antara sense of humor yang dimiliki dengan subjective well-being .

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1

Subjective Well-Being

2.1.1 Pengertian Subjective well-being Menurut Diener (2009:12) definisi subjective well-being dapat dibuat menjadi tiga kategori. Pertama, subjective well-being bukanlah sebuah pernyataan subjektif tetapi merupakan beberapa keinginan berkualitas yang ingin dimiliki seseorang. Kedua, subjective well-being merupakan sebuah penilaian secara menyeluruh dari kehidupan seseorang yang menunjuk pada berbagai macam kriteria. Ketiga, subjective well-being jika digunakan dalam percakapan sehari– hari yaitu dimana perasaan positif lebih besar dari pada perasaan negatif. Veenhoven (dalam Eid & Larsen, 2008:3) mengatakan bahwa Diener mendifinisikan subjective well-being sebagai penilaian secara positif dan baik terhadap kehidupan. Seseorang dikatakan memiliki subjective well-being yang tinggi apabila mengalami kepuasan hidup dan sering bersuka cita, serta jarang mengalami emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan dan kemarahan (Diener,2009:25). Diener & Suh (dalam Rachel Dodge dkk 2012:223) mengatakan bahwa subjective well-being terdiri dari dua komponen yang saling berhubungan: Kepuasan hidup, dan perasaan menyenangkan. Perasaan menyenangkan ini menunjuk pada mood dan emosi, sedangkan kepuasan hidup menunjuk pada

13

14

penilaian kognitif pada kepuasan dalam hidup.Venhouven (Diener, 2009:29) menjelaskan bahwa subjective well-being merupakan tingkat di mana seseorang menilai kualitas kehidupannya sebagai sesuatu yang diharapkan dan merasakan emosi-emosi yang menyenangkan.

Berdasarkan dari definisi para ahli

sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa subjective well-being merupakan evaluasi subyektif seseorang mengenai kehidupannya, yang mencakup kepuasan hidup dan perasaan yang positif terhadap hidup. 2.1.2 Komponen Subjective well-being Menurut Diener (dalam Eid & Larsen, 2008:97) subjective well-being terbagi dalam dua komponen utama, yaitu : a. Komponen Kognitif (Kepuasan Hidup) Komponen kognitif adalah evaluasi terhadap kepuasan hidup. Kepuasan hidup adalah kondisi subyektif dari keadaan pribadi seseorang sehubungan rasa senang atau tidak senang sebagai akibat dari adanya dorongan atau kebutuhan yang ada dari dalam dirinya dan dihubungkan dengan kenyataan yang dirasakan (Caplin, 1999). Seorang individu yang dapat menerima diri dan lingkungan secara positif akan merasa puas dengan hidupnya (Hurlock, 2000). Komponen kognitif subjective well-being ini juga mencakup area kepuasan /domain satisfaction individu di berbagai bidang kehidupannya seperti bidang yang berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, kelompok teman sebaya, kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan waktu luang. Dan hal ini sangat bergantung pada budaya dan bagaimana kehidupan seseorang itu terbentuk (Ulrich tt:3). Andrew dan Withey (dalam Ulrich tt:5) juga menyatakan bahwa domain yang paling dekat dan mendesak

15

dalam kehidupan individu merupakan domain yang paling mempengaruhi subjective well-being individu tersebut. b. Komponen Afektif Komponen dasar dari subjective well-being adalah afek, dimana termasuk mood dan emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Orang bereaksi dengan emosi yang menyenangkan ketika mereka menganggap sesuatu yang baik terjadi pada diri mereka, dan bereaksi dengan emosi yang tidak menyenangkan ketika menganggap sesuatu yang buruk terjadi pada mereka, karenanya mood dan emosi bukan hanya menyenangkan dan tidak menyenangkan tetapi juga mengindikasikan apakah kejadian itu diharapkan atau tidak (Diener, 2003:406). Afek negatif merepresentasikan mood dan emosi yang tidak menyenangkan, dan merefleksikan respon negatif yang dialami seseorang sebagai reaksinya terhadap kehidupan, kesehatan, keadaan, dan peristiwa yang mereka alami (Diener, 2005:69). Diener & Lucas (2003:405) mengatakan dimensi afektif ini merupakan hal yang sentral untuk subjective well-being.Komponen afektif memiliki peranan dalam

mengevaluasi

well-being

karena

memberi

kontribusi

perasaan

menyenangkan dan perasaan tidak menyenangkan. Kedua afek berkaitan dengan evaluasi seseorang karena emosi muncul dari evaluasi yang dibuat oleh orang tersebut. Afek positif meliputi simptom-simptom optimisme, kebahagiaan atau keceriaan dan aktif dalam segala bidang kehidupan. Sedangkan afek negatif merupakan

kehadiran

simptom

yang

menyatakan

bahwa

hidup

tidak

menyenangkan ditandai dengan emosi-emosi spesifik seperti sedih, susah, kecewa, gelisah dan khawatir. Komponen afektif ini menekankan pada

16

pengalaman emosi menyenangkan baik yang pada saat ini sering dialami oleh seseorang ataupun hanya berdasarkan penilaiannya. Keseimbangan tingkat afek merujuk kepada banyaknya perasaan positif yang dialami dibandingkan dengan perasaan negatif. Diener (2000:277) kepuasan hidup dan banyaknya afek positif dapat saling berkaitan, hal ini disebabkan oleh penilaian seseorang terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, masalah, dan kejadian-kejadian dalam hidupnya. Sekalipun kedua hal ini berkaitan, namun keduannya berbeda, kepuasan hidup merupakan penilaian mengenai hidup seseorang secara menyeluruh, sedangkan afek positif terdiri dari reaksi-reaksi berkelanjutan terhadap kejadian-kejadian yang dialami. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Subjective well – being Menurut Argyle, Myers, dan Diener (dalam Compton, 2000:48) terdapat enam variabel yang dihubungkan dengan kebahagiaan dan kepuasan hidup, yaitu: a.

Harga diri positif Harga diri yang tinggi akan menyebabkan seseorang memiliki kontrol

yang baik terhadap rasa marah, mempunyai hubungan yang intim dan baik dengan orang lain, serta kapasitas produktif dalam pekerjaan. Hal ini akan menolong individu untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yang baik dan menciptakan kepribadian yang sehat. b.

Kontrol diri Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa ia akan mampu

berperilaku dalam cara yang tepat ketika menghadapi suatu peristiwa. Kontrol diri

17

ini akan mengaktifkan proses emosi, motivasi, perilaku dan aktifitas fisik. Dengan kata lain, kontrol diri akan melibatkan proses pengambilan keputusan, mampu mengerti, memahami serta mengatasi konsekuensi dari keputusan yang telah diambil serta mencari pemaknaan atas peristiwa tersebut. c. Self-compassion Self-compassion diartikan sebagai sikap belas kasih terhadap diri sendiri ketika menghadapi kesulitan. Self-compassion membuat seseorang lebih menyikapi segala kesulitan dan perasaan-perasaan negatif yang dirasakan secara lebih baik tanpa melibatkan reaksi yang berlebihan. Neff (2010:5) menjelaskan bahwa tingginya selfcompassion

pada diri seseorang akan berkorelasi positif

dengan kepuasan hidup, kecerdasan emosional, interaksi sosial yang baik, kebijaksanaan, inisiatif diri, keingintahuan, kebahagiaan (well-being), optimisme, dan perasaan positif. Individu yang memiliki self-compassion cenderung mengalami lebih banyak kebahagiaan, optimisme, rasa ingin tahu, dan memberikan pengaruh positif dari pada mereka yang tidak memiliki selfcompassion. Dengan meredam emosi negatif seseorang dalam self-compassion, perasaan positif yang dihasilkan tersebut membantu menyeimbangkan perasaan yang negatif. Hal-hal tersebut menggambarkan bagaimana keadaan seharusnya yang bisa dicapai seseorang untuk mewujudkan subjective well-being. e. Ekstraversi Individu dengan kepribadian ekstravert akan tertarik pada hal-hal yang terjadi di luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya. Penelitian Diener dkk (1999) mendapatkan bahwa kepribadian ekstavert secara signifikan akan

18

memprediksi kepribadian

terjadinya

kesejahteraan

individual.

Orang-orang

dengan

ekstravert biasanya memiliki teman dan relasi sosial yang lebih

banyak, merekapun memiliki sensitivitas yang lebih besar mengenai penghargaan positif pada orang lain. f. Optimis Secara umum, orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi dirinya dalam cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiiki impian dan harapan yang positif tentnag masa depan. Scheneider (dalam Campton, 2000:50) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis akan tercipta bila sikap optimis yang dimiliki oleh individu bersifat realistis. g. Relasi sosial yang positif Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial dan keintiman emosional. Hubungan yang didalamnya ada dukungan dan keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis, kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik. h. Memiliki arti dan tujuan dalam hidup Dalam beberapa kajian, arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan konsep religiusitas. Penelitian melaporkan bahwa individu yang memiliki kepercayaan religi yang besar, memiliki kesejahteraan psikologis yang besar.

19

2.2 Sense of Humor 2.2.1 Pengertian sense of humor Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan menciptakan humor, kemampuan

menghargai

atau

menanggapi

humor

(Hartanti,

2002:110).

Baughman (dalam Komaryantun dan Hannah, 2008:47) mengemukakan bahawa sense of humor merupakan kualitas manusia yang sangat berharga untuk membantu dalam memahami ketidaksesuaian. Menurut O’Connell (Martin dan Lefcourt, 1983) sense of humor adalah kemampuan untuk mengubah perseptual kognitif secara cepat pada kerangka berpikir. Sense of humor dapat mengubah sudut pandang seseorang dari negatif menjadi lebih positif. Menurut Hurlock (1993:22) melalui sense of humor yang dimilik, individu dapat memperoleh persepektif yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang memiliki sense of humor dapat mengembangkan pemahaman diri dan memandang dirinya secara realistik. Meskipun tidak menyukai apa yang dilihatnya, dengan sense of humor yang dimiliki individu dapat melakukan pengembangan, penerimaan diri dan menambah kematangan psikisnya. Sense of humor yang baik dapat dikatakan hanya dimiliki oleh individu yang berkepribadian matang (Kartono, 1979:134). Hal ini dikarenakan individu yng berkepribadian matang mengerti kapan saat tepat untuk menganggap sesuatu itu lucu atau tidak lucu, perlu untuk ditertawakan atau perlu tidak ditertawakan. Menurut Sarwono (1996:6) kesan lucu menuntut persyaratan tertentu, yaitu terdapat sense of humor atau kepekaan terhadap humor pada individu yang

20

melihat kejadian humor. Jika individu tidak cukup peka, maka kejadian seperti apapun tidak akan menimbulkan kesan lucu. Sense of humor berbeda pada setiap orang dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan, latar belakang, sosial budaya, sehingga tidak tergantung stimulus luar saja. Sense of humor juga merupakan faktor internal untuk menciptakan atau menghargai suatu humor tanpa stimulus dari luar. Akan tetapi faktor internal ini lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal (Hartanti, 2002:113). Maslow beranggapan bahwa humor merupakan salah satu karakteristik dari individu yang dapat mengaktualisasikan diri. Individu ini pada umumnya tidak terawa pada lelucon yang mengundang permusuhan superioritas, seksual yang dapat menyakiti individu lain. Indvidu hanya menertawakan keberuntungan orang lain. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sense of humor merupakan rasa kepekaan individu untuk merasakan humor serta kemampuan untuk mengapresiasikan dan mengekspresikan humor sehingga memudahkan dalam menghadapi segala bentuk permasalahan dalam hidup. 2.2.2

Perkembangan Penggunaan Skala Ukur Sense of Humor sehingga

menjadi Multimendisional Sense of Humor Scale (MSHS) Sejumlah instrumen yang berfungsi mengukur rasa humor telah berkembang sejak dahulu. Svebak’s Sense of Humor Qustionnaire adalah alat pengukuran rasa humor yang pertama kali dibuat (Latifa, 2002). Alat ukur ini memiliki 2 sub skala yaitu (1) mengukur kemampuan responden dalam mempersepsikan humor dan (2) merating kesukaan subyek pada humor. Namun alat ukur ini memiliki tingkat validitas dan

21

reliabilitas sangat rendah, dimana reliabilitasnnya adalah 0,512 berdasarkan hasil penelitian Thorson dan Powell pada tahun 1991, yang berarti ini juga memiliki validitas rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak dapat diterjemahkannya secara baik dari bahasa aslinya Norwegia (Thorson & Powell, 1993). Kemudian alat ukur lainnya yang juga digunakan yaitu The Coping Humor Scale oleh Martin dan Lefcourt yang mengukur penggunaan humor pada individu dalam menghadapi situasi penuh tertekan (stressful life events), serta Situational Humor Response Questionnarie (SHRQ) yang dibuat oleh Martin dan Lefcourt pada tahun 1984 yang mengukur reaksi subjek terhadap peristiwa-peristiwa lucu termasuk juga berkaitan dengan tersenyum dan tertawa (Thorson & Powell, 1993). Skala-skala tersebut ternyata memiliki kelemahan juga yakni memiliki indikator yang reliabel untuk mengukur rasa humor, akan tetapi hanya mengukur kencenderungan untuk tertawa atau menertawakan suatu hal. Menurut Thorson dan Powell (1993) ketika humor hanya dikaitkan saja dengan “tertawa” saja, maka dengan sendirinya dapat dikatakan sebagai “pengukuran rasa humor” yang persona. Sebab tertawa dapat terjadi tanpa adanya rasa humor, dan humor tidak juga selalu diiringi dengan tertawa (Lefcourt & Martin dalam Thorson & Powell, 1993).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa pada dasarnya tidak ada

hubungan yang signifikan antara rasa senang dengan frekuensi tertawa dan tersenyum (Ricelli dalam Thorson & Powell, 1993), serta tidak ada hubungan antara tertawa dengan tingginya rasa humor yang dimiliki individu (Chapman & Foot, 1976). Berdasarkan hal ini maka tidak bisa dikatakan bahwa rasa humor sebagai sebuah kontruk yang menyeluruh dapat diwakilkan dengan frekuensi atau

22

kecenderungan tertawa pada seseorang (Thorson & Powell, 1993). Ada pula alat tes jenis ‘Pengukuran apresiasi terhadap humor’, seperti misalnya menilai cerita lucu (Adelson dalam Thorson & Powell, 1993), esai-esai humoris (Thorson & Powell,1993), Kartun (Preost, Reidlich, et al., dalam Thorson & Powell, 1993), atau meranting tingkat kelucuan film-film komedi (Corgan dalamThorson & Powell, 1993). Ruch dan Hehl mengkombinasikan cerita-cerita lucu dan gambar kartun yang disediakan untuk kemudian diranting tinggkat kelucuannya oleh responden (Latifa, 2002). Lagi-lagi alat ukur jenis ‘apresiasi terhadap humor’ ini dianggap sebagai alat ukur yang memiliki tingkat reliabilitasnnya serta menyulitkan dalam hal pengadministrasiannya (Thorson & Powell, 1993). Dari keterbatasa-keterbatasan yang ditentukan pada beberapa alat ukur yang sudah ada, maka para peneliti mengemukakan pentingnya pengukuran humor ke dalam multi dimensi. Hingga kemudian hadirlah Multidimensional Sense of Humor Scale (MSHS) yang ditawarkan oleh Thorson & Powell tahun 1993 (dalam Latifa, 2002). Kedua tokoh ini berpendapat bahwa humor adalah sebuah konstruk yang multidimensional, dan alat ukur humor yang selama ini sudah ada masih bersifat unidimensional. Sementara konsep “ personal sense of humor” itu sendiri adalah bukan konstruk yang unidimensioanal, namun terdiri dari berbagai elemen (Thorson & Powell,1993). Menghadapai masalah (coping) dengan menggunakan humor, bisa jadi merupakan salah satu dari elemen tersebut, namun nyatannya ada hal lainnya yang merupakan indikasi dari elemen rasa humor ini seperti misalnya respon perilaku yang terjadi saat mendengar atau melihat hal lucu dan lain-lain.

23

Berdasarkan hal itu, Thorson & Powell (1993) menganalisa kembali ketiga alat ukur rasa humor yang sudah ada yaitu Svebak’s Sense of Humor Questionnarie, The Coping Humor Scale dan Stiuational Humor Response Qestionnarie untuk mengetahui faktor-faktor apa saja sebenarnya yang lebih personal yang dapat mewakili sebuah konstruk tentang ‘rasa humor’. Mereka menggunakan prinsipprinsip komponen ‘factor analysis’ dan ‘varimax rotation’ dalam mengolah pernyataan-pernyataan yang ada pada ketiga alat ukur tersebut, sehingga dihasilkan 24 pernyataan yang dianggap dapat mewakili sebuah konsep tentang rasa humor. Sense of Humor itu sifatnya multidimensional, sehingga harus terdiri dari elemen-elemen berikut (Thorson & Powell, 1993): 1) Humor production, berupa kemampuan keatif menjadi humoris, membuat lelucon, mengidntifikasikann hal yang lucu dalam sebuah situasi serta menghreasikan dan menghubungkan situasi tersebut dengan cara-cara dapat menyenangkan orang lain 2) Sense of playfulness, yakni kemampuan berada dalam kondisi yang senantiasa baik, menyennagkan, in a good mood 3) Kemampuan menggunakan Social Uses of Humor. Meredakan situasi sosial yang tergang atau kaku, meningkatkan solidaritas dalam kelompok 4) Personal Recognittion of Humor, berupa penggunaan humor dalam memandang hidup dan melihat diri sendiri sebagai orangg-orang yang humoris dan situasi yang penuh humor

24

5) Appreciation of Humor, berupa apresiasi terhadap orang-orang yang humoris dan situasi yang penuh humor 6) Penggunaan humor sebagai mekanisme dalam beradaptasi, yakni kemampuan ‘menertawakan sitausi’ atau mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor. Multidimensional sense of humor scale (MSHS) terdiri dari 24 item pernyatan yang harus dijawab oleh responden dalam 4 point Likert Scale. Semakin tinggi nilai total yang di dapat, maka semakin tinggi pulalah rasa humor yang dimiliki. Thorson & Powell (1993) melaporkan reliabilitas alpha cronbachnya adalah sebesar 0,92; serta cenderung stabil dan netral secara gender dan tingkat usia. Meskipun alat ini baru dikembangkan, namun telah diakui dapat digunakan secara memuaskan dalam kepentingan publikasi penelitian-penelitian (Hampse, Kohler, dan Ruch dalam Thorson & Powell, 1993). Selain itu pula, skala pengukuran rasa humor’ multidimensional sense of humor scale’ (Thorson & Powell, 1993) mampu menghasilkan penyebaran nilai yang hampir normal. 2.2.3 Aspek-aspek Sense of Humor Menurut Martin Sense of humor merupakan multidimensional yang terdiri dari enam elemen yaitu: 1. Humor Production (penciptaan humor), adalah kemampuan kreatif untuk menjadi humoris, membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam situasi tertentu serta mengkreasikan dan menghubungkan situasi dengan cara yang bisa membuat orang lain senang.

25

2. Humor appreciation (penghargaan terhadap humor), adalah berupa apresiasi atau merepon orang-orang humoris dengan situasi yang penuh humor. Respon yang diberikan dapat berupa tawa atau tersenyum jika ada orang yang melucu. 3. Sense of playfulness, adalah kemampuan yang berada dalam kondisi yang selalu baik, senang, dan in a good mood. 4. Personal recognition of humor, aadalah berupa penggunaan humor dalam memandang diri sendiri sebagai orang yang humoris. 5. Penggunaan humor sebagai mekanisme beradaptasi, adalah kemampuan ‘menertawakan situasi’ atau mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor. 6. Kemampuan menggunakan humor dalam hubungan sosial, adalah kemampuan yang bisa meredakan situasi sosial yang tegang atau kaku, meningkatkan solidaritas dalam kelompok. Thorson & Powell (seperti dikutip Latifa,2006)) menggolongkan dimensi yang ada menjadi 4 (empat) dimensi sebagai berikut: 1. Humor production : Bagaimana seseorang dapat menghasilkan, memproduksi, atau melontarkan humor. 2. Social uses of humor ( penggunaan humor untuk tujuan sosial), dan 3. Attitudes toward humor and humorous people (sikap-sikap terhadap humor dan orang-orang yang humoris). 4. Uses of humor for coping: penggunaan humor dalam menghadapi masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor. Jika keempat dimensi tersebut dimiliki oleh individu, maka dapat dipastikan individu tersebut memiliki rasa humor (sense of humor) yang cukup baik dan

26

cenderung lebih mudah untuk beradaptasi dengan situasi sulit di lingkungan kehidupannya. . 2.3 Hubungan antara Sense of Humor dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Sense of humor merupakan karakter individu yang paling penting, yang dirancang untuk membuat individu tak gentar dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat meraih keutuhan hidup, karena sense of humor yang dimiliki individu merupakan bahan bakar yang dapat mengaktifkan hasrat dalam bermain, sehingga individu mampu untuk menikmati permainan-permainan atau tantangantantangan yang disuguhkan oleh kehidupan. Melalui sense of humor pula individu dapat mengambil makana positif atas pengalaman pahit dan negatif yang dihadapinnya ( Ruocco dalam Nabila, 2011: 69). Sependapat dengan pernyataan Ruocco, Ruch (dalam Raskin, dalam Nabila, 2011:69) menyatakan bahwa senseof humor merupakan kontributor yang sangat pontesnsial, yang dimiliki individu, dalam mecapai kebahagiaan hidup (good life). Bagi Veenhoven (dalam Nabila,2011:70), istilah yang cocok untuk menggambakan kebahagiaan manusia secara utuh (overall happiness) adalah subjective well-being. Diener (2009) (dalam Nabila, 2011:70) menyatakan bahwa subjective well –being akan terpenuhi bila afek positif muncul dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada frekuensi kemunculan afek negatif, sehingga keadaan ini dapat memberikan perasaan nyaman dan riang (joyful). Selain ini subjective well-being

27

juga diiringi dengan pemaknaan positif individu akan hidupnya, yaitu apabila individu dapat mencapai tujuannya dan merasa puas maka pemaknaan mengenai hidupnya akan baik pula sehingga subjective well-being akan terpenuhi. Keadaan puas yang dikemukakan oleh Diener seolah memiliki keterkaitan dengan karakter dari sense of humor. Kartono (dalam Nabila, 2011: 70) menjelaskan mengenai pentingnya seseorang untuk memiliki kesadaran akan humor. Keasadaran akan humor merupakan kemampuan untuk mengerti sifat-sifat yang bertentangan dan menerima keterbatasan dari diri sendiri dan manusia lain, disertai oleh perasaan-perasaan lembut. Apabila individu dapat menerima dirinya sendiri dan lingkungannya beserta kekurangan-kekurangannya dengan tangan terbuka, kepuasan hidup atau bahkan subjective well-being pun sangat mungkin untuk dicapai. Berdasarkan uraian diatas terlihat pentingnya karakter sense of humor yang dimiliki individu untuk menghargai tantangan-tantangan dan permasalahnpermasalahan hidup, namun tetap dalam suasana yang menyengakan. Selain itu sense of humor merupakan kempuan yang sangat berguna, yang dimiliki oelh individu, untuk dapat menyadarkan dan menerima dengan lapang dada mengenai kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri individu sendiri atau lingkungannya. Hal tersebut penting untuk mengembangkan kepuasan hidup akan hidupnya dan menaikan level afek positif melalui kegembiraan yang dihasilkan, sehingga individu dapat meraih keadaan subjective well-being nya. Berdasarkan uraian diatas, pada umumnya individu terutama pada mahasiwa, selain meraih kepuasan hidup melalui kesuksesan dalam pencapian

28

prestasi akademik, nilai yang memuaskan, kesuksesannya dalam bersoasialisasi dengan komunitasnnya. Adapun sense of humor yang dapat mendukung dan memudahkan dalam meraih prestasi akademik, pencapaian nilai yang memuaskan, kesuksesan dalam bersoasialisasi dengan komunitasnya, atau pun lingkungannya sehingga memungkinkan mahasiswa dalam meraih kepuasan hidupnya dan bahkan subjective well-beingnya. 2.4 Kerangka Berpikir a. Kebosanan hidup b. Kurang puas c. Marasa Khawatir dengan masa depan

Subjective well-being

Aspek/ komponen :

Sense of humor

Aspek-aspek:

1. Kepuasan hidup 2. Afeksi

1. Humor production 2. Social uses of humor 3. Attitudes towad humor and humorous people 4. Uses of humor for coping

Gambar 2.1 Kerangka berpikir 1.

29

2.5 Hipotesis Berkaitan dengan latar belakang masalah dan uraian teori diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being. Semakin tinggi sense of humor maka semakin tinggi subjective wellbeing, dan semakin rendah sense of humor maka semakin rendah subjective wellbeing .

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran umum Subjective well-being pada mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang angkatan 2016 sampai dengan angkatan 2010 tergolong dalam kategori sangat tinggi yang artinya bahwa rata-rata mahasiswa Psikologi UNNES merasa puas dalam hidupnya, seperi halnya puas dalam menjalani proses akademiknya, merasa puas dalam berhubungan sosial dengan orang lain, dan merasa puas menjadi mahasiswa psikologi. 2. Gambaran umum Sense of humor pada mahasiswa Jurusan Psikologi UNNES tergolong dalam kategori tinggi yang artinya bahwa mahasiswa Psikologi UNNES sense of humor (kepekaan humor) yang baik. Terlihat dari mahasiswa yang cukup trampil dalam membuat lelucon sehingga membuat orang lain tertawa, menjadikan mahasiswa lebih akrab dalam bergaul, membuat situasi lebih bersahabat. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara sense of humor dengan subjective well-being pada mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang.

85

86

5.2 Saran 1. Bagi mahasiswa Bagi mahasiswa penggunaan sense of humor dalam menghadapi masalah sudah cukup baik, akan tetapi sense of humor juga dapat digunakan untuk meningkatkan kegiatan sosialisasi secara positif dengan lingkungannya, sehingga

akan

mendukung

tercapainya

subjective

well-being

dalam

kehidupannya. Hal ini dapat dilakukan secara terbuka dengan humor yang dicetuskan oleh teman, menerima dan mencoba melontarkan humor untuk mengurangi ketegangan. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian serupa diharapkan dapat melakukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap skala sense of humor yang kususnya pada dimensi sosial use of humor.

87

DAFTAR PUSTAKA Alfiani, V. 2010. Pengaruh Humor Terhadap Stres Mahasiswa Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi Di Universitas Brawijaya Malang. Skripsi. UB Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakek. Jakarta: Rieneka Ciptta Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Prakek. Jakarta: Rieneka Ciptta Creswell, J. W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Compton, W.C. (2001). Toward A Tripartite Factor Structure Of Mental Health: Subjective Well‐Being, Personal Growth, And Religiosity. The Journal of Psychology 135 (5), 486 – 500 Diener, E. ; Oishi, S. & Lucas, R. E. 2003. Personality Culture, And Subjective Well Being: Emotional And Cognitive Evaluation Of Life.Annual Review of Psychology,54, 403-425. Diener, E. 2003.Personality, Culture, And Subjective Well-Being: Emotional And Cognitive Evaluation Of Life. Journal Of Pshychology vol 54: 403-419 Diener, E, Suh, E, & Oishi, S. 1997. Recent Findings On Subjective Well-Being. http://.www.psych.uiuc.edu/-ediener/hottopic/paper1.html, diakses 29 Oktober 2016 Pukul 09.05 WIB Diener, E. 2009. The Science of Well-Being The Collected Works of Ed Diener. USA: Springer Eid, M & Larsen, R. J. (2008). Ed Diener and the Science of Subjective Well Being. Guilford Publication Grayson, P. A. 2006. Overview. Collage Mantal Health Practice. New York : Routledge Taylor & Francis Group Martin, R.A. (2003). Sense of humor. dalam S.J.Loperz & C.R. Snyder, Positive psychological assessment: A handbook of models and measures (halaman. 313- 326). Washington, DC:American Psychological Association.

87

Nurhidayah, S& Rini A. 2012. Kebahagiaan Lansia Di Tinjau Dari Dukungan Sosial Dan Spriritualitas. Jurnal soul, vol. 5., no 2 ,september 2012. Nasfiannor, M.R &Triana, P. 2004. Hubungan Antara Komitmen Beragama Dan Subjective Well-Being Pada Remaja Akhir Di Universitas Taumanegara. Universitas tarumanegara. Jurnal psikologi vol. 2, No 1. Juni 2004. Nabila, A. M. 2011. Hubungan Antara Sense Of Humor Dan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dengan Subjective Well-Being Pada Karyawan Dewasa Madya di PT Telkom Disel Yogyakarta. Skripsi. UNS Prasetiyo, A & Andriani, I. 2011. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Proceeding PESAT.Universitas Gunadarma. Vol. 4 : P22-P26 Purwandanimto, W.J.S., 1996. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Purwanto, E. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan (UNNES) Rohmad. 2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.Skripsi. UMS Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Supranto, J. 2008. Statisik : Teori Dan Aplikasi Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga. Sibarani, B. F. M. 2015. Hubungan Antara Gaya Humor Dengan Kesehatan Skripsi. UNNES. Mental. Suhail, K., & Chaudhry, HR. (2004). Predictors Of Subjective Well Being In Aneastern Muslim Culture. Journal of Social and Clinical Psychology, 23 (3), 359‐376. Thorson, J.Aa. & Powell, F.C. (1993). Sense of humor and dimensions of personality. Journal of Clinical Psychology, 49 (6), 799-809. Thorson, J.A., Powell, F.C, Schuller, I.S, & Hampes, W.P. (1997). Psychologcal health and sense of humor. Journal of Clinical Psychology, 53 (6), 605619.

88

Utami, M.S. 2009. Keterlibatan Daam Kegiatan Dan Kesejahteraan Subjektif Mahasiswa. Jurnal Psikologi. Vol. 36, No 2 : 144-163

Wardani, I.R.K. 2012. Hubungan Cita Rasa Humor (Sense of humor) dengan Kebermaknaan hidup pada Remaja Akhir (Mahasiswa. Jurnal Sosiohumaniora. Vol.3, No 3:78-87 Zulkarnain, & Ferry Novliadi. 2009. Sense Of Humor Dan Kecemasan Menghadapi Ujian Di Kalangan Mahasiswa. Majalah kedokteran nusantara. Vol 42. No 1.Universitas Sumatera Utara

89