HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE

Download Menurut Hammond (2008), status gizi adalah pengukuran sejauh mana ..... dan menopause dikuti dengan keluarnya cairan yang berdarah dari vag...

1 downloads 481 Views 248KB Size
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan tenaga (Supariasa dkk, 2002). Menurut kamus kedokteran Dorland (2009), nutrisi

ialah proses

pengambilan dan metabolisme nutrien (makanan) oleh organisme agar tetap hidup dan

pertumbuhan

dapat

berlaku.

Nutrisi

adalah proses

sains

di

mana tubuh menggunakan makanan untuk pemeliharaan energi, dan pertumbuhan (Peckenpaugh,2007). Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral (Wardlaw, 2004).

2.2 Status Gizi

2.2.1 Definisi Status Gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi juga merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa dkk, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Hammond (2008), status gizi adalah pengukuran sejauh mana kebutuhan fisiologi seseorang terhadap nutrien terpenuhi.

2.2.2 Macam-macam Status Gizi a) Status Gizi Normal Keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh.

b) Malnutrisi Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007). Menurut Supariasa dkk (2002), malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.Ada empat bentuk : a. Under Nutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk

periode tertentu

b. Specific Defficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain – lain c. Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu d. Imbalance: Karena disporposi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) c) Kurang Energi Protein (KEP) Kurang energi protein adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang

Universitas Sumatera Utara

dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO – NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita (Supariasa dkk, 2002).

2.2.3 Cara Penilaian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002), penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

a) Antropometri Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

gizi.

Antropometri

secara

umum

digunakan

untuk

melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b) Klinis Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

c) Biokimia

Universitas Sumatera Utara

Penilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan secara faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d) Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Supariasa dkk, 2002) yaitu : a) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

c) Faktor Ekologi Menurut Bengoa (1966) dalam Supariasa dkk (2002), mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain – lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.2.4 Jenis Parameter Status Gizi Dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.

a) Umur Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980) dalam Supariasa dkk (2002), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0 – 2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month). b) Berat Badan Menurut

Hopkin

(1993) dalam

Hammond

(2008),

berat

badan

menggambarkan keseluruhan otot dan lemak yang tersimpan. Pada anak-anak, berat badan adalah lebih sensitif berbanding tinggi badan untuk menggambarkan kecukupan gizi dan mencerminkan pengambilan nutrisi pada saat kini ( Hammond, 2008). Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi – balita. Pada masa bayi – balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi (Supariasa dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara

c) Tinggi Badan Menurut Supariasa dkk (2002), tinggi badan merupakan parameter untuk mengetahui keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Kadar panjang dan tinggi badan mengambarkan kecukupan gizi untuk jangka panjang (Hammond, 2008).

d) Lingkar Lengan Atas Menurut Hammnond (2008), lingkar lengan atas diukur di pertengahan antara processus olekranon dari scapula dan processus olekranon dari siku. Kombinasi antara pengukuran lingkar lengan atas dan lipat kulit trisep (triceps skin-fold) dapat menentukan area otot di tangan serta area lemak di tangan secara tidak langsung.

e) Jaringan Lunak Pengukuran ketebalan lipatan lemak sub-kutan atau lipatan kulit dapat menilai jumlah lemak di dalam tubuh individu.Tempat lipatan kulit yang mengambarkan lemak tubuh adalah di trisep dan bisep, di bawah scapula, di atas krista iliaka, dan paha atas (Hammond, 2008). Menurut Supariasa dkk (2002),pengukuran pada trisep adalah paling praktis untuk semua umur disebabkan oleh peningkatan dan penurunan penyimpanan lemak di jaringan subkutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh.

2.2.5 Indeks Antropometri. Dalam antropometri gizi digunakan indeks antropometri sebagai dasar penilaian status gizi, beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda (Supariasa dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Diantara bermacam – macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot (Supariasa dkk, 2002) Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa dkk, 2002). Keunggulan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi (Supariasa dkk, 2002) yaitu : a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat d. Metode tepat dan akurat, karena dapat dibakukan e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi. Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi yaitu (Supariasa dkk, 2002) : a) Tidak sensitif karena metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. b) Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan sensitivitas pengukuran antropometri

Universitas Sumatera Utara

c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

2.2.5.1 Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nomor yang di hitung dari berat badan anak dan tinggi badan anak. IMT adalah indikator yang dapat diandalkan kegemukan tubuh untuk kebanyakan anak-anak dan remaja. IMT tidak mengukur lemak anak secara langsung, tetapi penelitian telah menunjukkan bahawa IMT berkorelasi langsung dengan ukuran lemak tubuh, seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA). IMT bisa dianggap sebagai sebuah alternatif untuk pengukuran langsung lemak tubuh. Selain itu, IMT adalah murah dan mudah untuk melakukan metode penyaringan untuk kategori berat tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC,2011). WHO mengenal pasti bahawa obesitas dan berat badan berlebihan pada anak-anak telah mencapai tahap endemik di kebanyakan negara-negara industri. Indeks Massa Tubuh (IMT) berassosiasi langsung dengan tahap kegemukan, faktor resiko untuk penyakit jantung,masalah social dan psikososial serta meningkatkan faktor resiko obesitas apabila dewasa muda kelak (Gaudineau et al., 2010). IMT digunakan sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasikan masalah berat badan yang mungkin bagi anak-anak. CDC dan American of Pediatric (AAP) merekomendasikan penggunaan BMI untuk penyaringan untuk kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak mulai dari 2 tahun ( Maqbool, et al 2008). Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

IMT =

Berat Badan (kg) -----------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Status Kurus Kurus sekali Normal Gemuk Obesitas

Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Normal Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat

IMT (kg/m2) <17,0 17,0 -18,5 >18,5 – 25,0 >25,0 – 27,0 >27,0

2.2.5.2 Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah parameter yang memberikan gambaran massa tubuh, yang sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.Indeks BB/U lebih mengambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

2.2.5.3 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan otot skeletal. Pertumbuhan berat badan realtif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.

2.2.5.4 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan berhubungan linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen terhadap umur.

2.2.6 Klasifikasi Status Gizi Klasifikasi status gizi dilakukan dengan menggunakan Eid Index, yaitu perbandingan dari berat badan actual dengan berat badan ideal dalam persen. Berat badan ideal yang dapat diketahui dengan bantuan grafik CDC-NCHS 2000 yaitu dengan memproyeksikan titik hasil pengukuran tinggi badan ke kurva persentil 50 tinggi badan, lalu ke kurva persentil 50 berat badan.

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan rumus Eid Index : Berat badan aktual (kg) x 100 % Berat badan ideal (kg)

Status gizi ditentukan dengan ketentuan Eid Index dari berat badan/ tinggi badan (BB/TB) : a) Status gizi obesitas: ≥ 120% b) Status gizi overweight : ≥110-120% c) Status gizi normal (gizi baik): ≥ 90-110% d) Status gizi malnutrisi ringan: ≥ 80-90% e) Status gizi malnutrisi sedang: ≥ 70-80% f) Status gizi malnutrisi berat: < 70% 2.3

Menstruasi Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus ( Wiknjosastro H,2008). Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seseorang wanita, dimana terjadi perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menstruasi adalah siklus yang dipengaruhi secara hormonal yang menyebabkan pelepasan dinding endometrium, berlaku diantara masa pubertas dan menopause dikuti dengan keluarnya cairan yang berdarah dari vagina (Venes D,2005).

2.3.1 Mekanisme menstruasi Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium. Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi; sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuti oleh pendarahan yang terkenal dengan nama

Universitas Sumatera Utara

menstruasi.

Mekanisme menstruasi

belum

diketahui

dengan

seluruhnya

(Wiknjosastro H,2008).

1. Faktor-faktor enzim Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta meransang pembentukan glikogen dan asamasam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merosakkan bagianbagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan pendarahan.

2. Faktor- faktor vaskular Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya, seperti digambarkan diatas. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena serta saluran – saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.

3. Faktor prostaglandin Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Disebabkan terjadi disintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada menstruasi.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Menarche Usia menarche, adalah ketika munculnya menstruasi pertama, tahapan dalam pematangan perempuan dan indikator pembangunan fisiologis wanita, kesehatan dan status gizi (Asgharnia M, 2009). Menarche

menurut

Manuaba

(2007)

adalah

menstruasi

pertama

perempuan yang umumnya terjadi pada sekitar 10-11 tahun. Rangsangan pancaindera dengan diubah di dalam korteksa serebri dan melalui nukleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk gonadotrophic releasing factor (hormon) yang merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan hormone estrogen. Keadaan ini terjadi pada perempuan berusia sekitar 8-9 tahun. Estrogen dengan konsentrasi rendah ini sudah mampu merangsang pertumbuhan payu dara kerana organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada glandulanya. Estrogen juga menimbulkan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya : distribusi rambut, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva, dan akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Pada penelitian dijumpai pengeluaran FSH bersifat plateau atau mendatar sedangkan pengeluaran luteinizing hormone (LH) jauh lebih rendah sehingga tidak dapat menimbulkan rangsangan sehingga terjadi ovulasi. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarche. Menurut Wiknjosastro H (2008), usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke dewasa.

2.5 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Usia Menarche Menurut Belsky dalam Gaudineau et al (2010), perkembangan pubertas awal dipengaruhi dipicu oleh persekitaran dan sebenarnya merupakan respon

Universitas Sumatera Utara

adaptif terhadap stress lingkungan seperti konflik perkawinan, ketiadaan ayah, didikan yang kurang dari orang tua dan sosio-ekonomi yang rendah. Usia menarche dipengaruhi oleh keturunan. Menurut para peneliti, lokus baru termasuk empat sebelumnya yang terkait dengan indeks massa tubuh, tiga lokus di atau dekat gen lainnya terlibat dalam homeostasis energi dan regulasi hormonal. Kecerdikan dan analisis set gen telah diidentifikasi koenzim A dan biosintesis asam lemak sebagai proses biologis berkaitan dengan waktu menarche (Boston University Medical Center, 2010). Menurut Karapanou dan Papadimitriou (2010),bukti untuk pengaruh keturunan didapati usia menarche ibu cenderung dapat memprediksi usia menarche anak. Didapati polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat mengubah aktivitas biologis pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan aksis hipotalamus-pituitari-gonad,yang menentukan bermulanya menarche. Barubaru ini, polimorfisme pada satu nukleotida dari LIN28B pada kromsom 6 berasosiasi dengan usia menarche awal. Usia menarche dipengaruhi juga oleh perbedaan geografis yang melibatkan ketinggian, suhu, kelembapan dan pencahayaan.Menurut beberapa penelitian menarche lebih sering pada musim dingin daripada di musim panas, yang menunjukkan efek penghambatan stimulasi cahaya (photostimulation) dimana sinyal pencahayaan pada aksis hipotalamus-pituitari-gonad dimediasi melalui sirkuit melatonin . Selain itu, usia menarche dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tinggal di kota atau di luar kota, besarnya keluarga, ppendapatan isi keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua. Pada remaja yang orang tuanya mempunyai tingkat pendidikan tinggi, serta tinggal di kota, usia menarche-nya menurun. Usia menarche juga dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi. Menurut Rokade. S, et al (2009) dalam penelitiannya, terdapat pola penurunan usia menarche yang jelas setelah mereka berpindah dari kelompok sosio-ekonomik rendah kepada kelompok sosio-ekonomik lebih tinggi. Faktor psikologi juga berperan terhadap usia menarche. Hal ini dapat dilihat pada anak remaja yang membesar tanpa kehadiran ayah kandung

Universitas Sumatera Utara

mengalami menarche pada usia yang lebih lewat. Hal ini juga berlaku pada anak remaja yang membesar bersama ayah tiri ditambah pula dengan lingkungan keluarga yang stress. Stres akan menekan aksis hipotalamus-pituitari-gonad dan melambatkan pubertas (Karapanou dan Papadimitriou, 2010).

2.6 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Usia menarche sangat bervariasi dan sangat tergantung pada status gizi (Boston University Medical Center, 2010). Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih

berat dengan massa lemak

tubuh

yang

lebih

besar cenderung mencapai menarche di usia muda ( Rah. H, et al, 2009). Faktor ukuran tubuh termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh telah lama dibuktikan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Chang, et al, 2000). Kenaikan berat badan merupakan faktor yang berkait secara konsisten dengan awalnya kematangan seksual pada dewasa muda dan remaja. Beberapa kajian retrospektif telah menunjukkan bahawa remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun adalah lebih berat dan gemuk berbanding dengan remaja yang mengalami menarche kemudiannya. Perbedaan ukuran menyumbang kepada awalnya menarche (Adair dan Larsen, 2001). Nutrisi dan keadaan semasa zaman anak-anak yang lebih baik membuatkan anak-anak lebih sehat dan mengalami pubertas lebih awal. (Pierce dan Leon, 2005) . Assosiasi antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menarche berhubungan dengan adipositas dan sekresi gonadotropin. Frisch dan Revelle dalam

Karapanou

dan

Papadimitriou

(2010)

mengusulkan berat badan kritikal dan kenaikan berat badan berperan untuk usia menarche. Lebih tinggi kadar lemak subkutan dan IMT pada usia prapubertas (5-9 tahun) berassosiasi dengan awal (<11 tahun) usia menarche. Usia menarche berhubungan dengan lingkar pinggang. Saat ini diketahui bahawa adipocytederived hormone Leptin , yakni satu hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak mungkin merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas (Ganong, 2008). Kadar leptin dalam darah juga berkait dengan

Universitas Sumatera Utara

gluteofemoral menunjukkan bahawa leptin menyampaikan informasi tentang distribusi lemak ke hipotalamus semasa pubertas dan mempengaruhi usia awal menarche. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LH. Peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estradiol dan awal menarche (Edward, et al, 2007). Jadi, penurunan usia menarche berkaitan dengan meningkatnya berat badan. Menurut Ellison dalam Karapanou dan Papadimitriou (2010), usia menarche berhubung dengan tinggi badan berbanding berat badan, menunjukkan kematangan skeletal lebih penting berbanding akumulasi lemak tubuh untuk berlakunya menarche.

Universitas Sumatera Utara