HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI

Download Kata Kunci : Asupan Energi, Status Gizi, Anak Usia Sekolah. ABSTRACT ..... Jurnal. Gizi Klinik Indonesia. Volume 2. No. 3. Yogyakarta. Aris...

1 downloads 625 Views 413KB Size
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI KOMPLEKS PASAR 45 KOTA MANADO Fitriani Valentine Limpeleh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu penanggulanganya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Gizi yang baik dan buruk yang dialami seorang anak sekolah merupakan pilihan dalam menentukan kesehatan dan kecerdasan mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asupan energi dengan status gizi anak usia sekolah di kompleks pasar 45 Kota Manado. Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional/ potong lintang. Populasi adalah seluruh anak usia sekolah di kompleks pasar 45 Kota Manado yang termasuk dalam Dinding Komunitas Jejaring Sosial berjumlah 40 orang. Sampel adalah total pupulasi yang memenuhi kriteria sampel. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dilengkapi Formulir Food Recall 24 jam, alat ukur tinggi badan dan timbangan. Data yang digunakan merupakan data primer dan analisisnya analisis bivariat menggunakan uji chi kuadrat (chi-square). Hasil uji statistik yang dalam penelitian ini menggunakan turunan dari uji chi-square yaitu uji fisher’s exact test di karenakan dalam hasil pengujiannya terdapat sel yang kurang dari lima sehingga diperoleh nilai p = 0,032< 0,05, yang mana menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak usia sekolah. Kata Kunci : Asupan Energi, Status Gizi, Anak Usia Sekolah

ABSTRACT Nutritional problem is essentially a public health problem, causing nutritional problems are multifactorial, therefore penanggulanganya must involve various sectors concerned. Good and bad nutrition experienced by a school child a choice in determining their health and intelligence. This study was conducted to determine the relationship of energy intake and nutritional status of school-age children in the complex market 45 Manado. This research is analytic survey with cross sectional / cross-sectional. The population of school age children in the complex market 45 Manado City are included in the Social Networking Community Wall of 40 people. The sample is total population sample met the criteria. The instrument used was a questionnaire that comes Form Food Recall 24 hours, height measuring instruments and scales. The data used is primary data and analysis bivariate analysis using the chi square test (chisquare). The results of the statistical tests in this study using a derivative of the chi-square test is test Fisher's exact test in because the test results are less than five cells in order to obtain the value of p = 0.032 <0.05, which showed no significant relationship between intake energy and nutritional status of school-age children. Keywords : Energy Intake, Nutrition, School Age Children

PENDAHULUAN Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam bidang gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih, status gizi anak sekolah dasar merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Dari sudut zat gizinya, masalah gizi dapat berupa masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Salah satu golongan yang memerlukan perhatian dalam konsumsi makanan dan zat gizi adalah anak usia sekolah (Yulni dkk, 2013). Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai usia memasuki remaja boleh dikatakan sebagai periode latern dalam masa pertumbuhan (Arisman, 2008). Mereka secara terus menerus memperoleh pendewasaan. Kebiasaan makan yang terbentuk pada usia ini, serta jenis makanan yang disukai dan tidak disukai merupakan dasar dari pola konsumsi makanan dan asupan gizi anak sekolah selanjutnya (Almatsier dkk, 2011). Gizi yang baik dan buruk yang dialami seorang anak sekolah merupakan pilihan dalam menentukan kesehatan dan kecerdasan mereka. Terbentuk sumber daya yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satunya yang sangat essensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi (Devi, 2012). Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai kemampuan anak seusianya (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor makanan (gizi) dan genetik. Pertumbuhan anak-anak dinegara berkembang termasuk Indonesia ternyata selalu tertinggal dibandingkan anak-anak dinegara maju. Penyebabnya tak lain adalah pola makan yang semakin tidak memenuhi syarat gizi dan kesehatan (Khomsan, 2012). Pada usia sekolah anak sudah mulai lepas dari pengawasan orang tua dan bergaul dengan teman sekolahnya. Masalah gizi yang terjadi pada masa ini akan menimbulkan masalah pembangunan di masa selanjutnya, karena anak adalah investasi bangsa. Pemberian gizi yang kurang baik terutama terhadap anak-anak, akan

menurunkan potensi sumber daya pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, anak-anak memerlukan perhatian lebih dalam hal menjamin ketersediaan zat-zat gizi (Cakrawati dan Mustika, 2011). Status gizi anak sekolah diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Prevalensi gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih yang didasarkan pada indikator berat badan menurut umur (BB/U). Status gizi berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) dinyatakan dalam tinggi badan normal, pendek, dan sangat pendek. Indikator lain yang dipakai untuk menilai status gizi anak adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), indikator ini menyatakan kurus, sangat kurus, dan gemuk (Almatsier dkk, 2011). Menurut Riskesdas 2007, Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) adalah 10,9%. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5%dan perempuan 6,4%. Menurut provinsi, Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak lakilaki (23,1%) maupun pada anak perempuan (19,1%). Sedangkan prevalensi kurus terendah di Bali, yaitu 8,3% pada anak laki-laki dan 6,9% pada anak perempuan. Sedangkan Sulawesi Utara memiliki prevalensi anak sekolah laki-laki kurus 9,4% dan prevalensi kurus anak usia sekolah perempuan sebanyak 7,4% (Riskesdas , 2007). Pada laporan Riskesdas tahun 2010 secara nasional prevalensi kekurusan (indikator gizi buruk) pada anak umur 6-12 tahun adalah 12,2 persen terdiri dari 4,6 persen sangat kurus dan 7,6 persen kurus. Prevalensi kekurusan terlihat paling rendah di provinsi Sulawesi Utara yaitu 7,5 persen dan paling tinggi di provinsi Kalimantan Selatan yaitu 17,2 persen (Riskesdas, 2010). Jumlah kasus gizi buruk Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008 sebanyak 49 kasus. Jumlah tersebut adalah jumlah terkecil dalam 3 tahun terakhir yaitu 257 kasus pada tahun 2006 dan 106 kasus pada tahun 2007. Kota Manado merupakan penyumbang terbesar kasus gizi buruk di Sulawesi Utara tahun 2008 sementara

di Kabupaten Bolaang Mongondow terjadi 7 kasus gizi buruk (Dinkes Provinsi Sulut, 2008). Kompleks pasar 45 merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat perdagangan dari berbagai kalangan masyarakat baik dari masyarakat yang berstatus ekononi tinggi sampai dengan yang rendah serta beberapa pedagang kaki lima yang berada pada pinggiran pertokoan, disamping itu kompleks pasar 45 ini berada dekat dengan pelabuhan Manado yang umumnya masyarakat berkerja sebagai buruh. Problema yang konkrit terjadi bersumber dari penghasilan yang minim dari masyarakat sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan papan yang kurang memadai menyebabkan kebutuhan tidak terpenuhi hal ini

mendorong dari anak-anak yang berada kompleks pasar 45 umumnya bekerja serta menjadi anak jalanan yang dalam hal ini masuk di Dinding Komunitas Jejaring Sosial. Pada umumnya anak-anak ini bekerja demi membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan tersebut, dimana anak-anak tersebut berada pada usia sekolah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prevalensi masalah gizi pada anak khususnya anak usia sekolah masih tinggi dan masih sangat kurangnya data dan informasi diperoleh tentang gambaran asupan energi dengan status gizi anak-anak di kompleks pasar 45 Kota Manado. Komunitas Jejaring Sosial yang memenuhi kriteria sampel. Instrumen penelitian dalam penelitian ialah: Kuesioner identitas responden, formulir food recall 24 jam, alat ukur tinggi badan/microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, timbangan injak berkapasitas 120 kg, dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (X2), pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05), dengan bantuan komputer program SPSS versi 19.00.

METODOLOGI Penelitian Penelitian dilaksanakan di kompleks pasar 45 Kota Manado pada bulan November 2013 sampai dengan bulan September 2014. Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional/ potong lintang. Populasi adalah seluruh anak usia sekolah di kompleks pasar 45 Kota Manado yang termasuk dalam Dinding Komunitas Jejaring Sosial berjumlah 40 orang. Sampel adalah seluruh anak usia sekolah, yaitu usia 613 tahun yang berada di kompleks pasar 45 Kota Manado, yang termasuk dalam Dinding HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di Kompleks Pasar 45 Kota Manado Status Gizi Jumlah Asupan Energi

Kurang

Baik

Nilai p

n

%

n

n

%

n

Kurang

22

78,6

6

21,4

28

100

Cukup

5

41,7

7

58,3

12

100

27

67,5

13

32,5

40

100

Total

Berdasarkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa asupan energi dari anak usia sekolah yang berada di kompleks pasar 45

0,032

Kota Manado berada lebih banyak pada asupan energi yang kurang yaitu 28 orang dengan status gizi yang kurang sebanyak 22 orang

(78,6%) dan yang baik 6 orang (21,4%). Sedangkan pada status asupan energi yang cukup terdapat 12 orang dengan 5 orang (41,7%) berstatus gizi yang kurang dan 7 orang (58,3%) yang berstatus gizi baik. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square yang dalam penelitian ini menggunakan turunan dari uji chi-square yaitu uji fisher’s exact test di karenakan dalam hasil pengujiannya terdapat sel yang kurang dari lima sehingga diperoleh nilai p = 0,032< 0,05, yang mana menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak usia sekolah. Dalam arti adanya penerimaan pada H 1 dan penolakan pada H0. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada umumnya anak usia sekolah yang berada di kompleks pasar 45 Kota Manado berjenis kelamin perempuan (52,5%), dengan kelompok umur lebih banyak berada pada umur 12 tahun (27,5%). Untuk pendidikan orang tua dari para anak menunjukkan bahwa pendidikan ayah lebih banyak pada tingkat pendidikan SD (40,0%), dan tingkat pendidikan ibu sama halnya juga dengan tingkat pendidikan ayah yang lebih banyak pada tingkat pendidikan SD (50,0%). Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif, hal mana akan membangun kemampuan baginya untuk menilai apakah kebudayaan masyarakat akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak. Pendidikan juga mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih faktor selanjutnya yang dapat menjadi pendorong bagi perubahan. Pekerjaan dari orang tua menjelaskan bahwa pekerjaan ayah lebih banyak berkerja sebagai pedagang (52,5%), dan pekerjaan ibu paling banyak sebagai pegadang (45,0%). Keadaan ekonomi keluarga yang baik dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok setiap anggota keluarga. Kekurangan gizi pada anak-anak merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sumber daya negara yang miskin. Sebuah studi multinegara mengenai

status antropometri anak sekolah pedesaan di Ghana, Tanzania, Indonesia, Vietnam, dan India ditemukan prevalensi pendek dan kurus, mulai dari 48% menjadi 56% untuk pendek dan dari 34% menjadi 62 % untuk kurus (Osei dkk, 2010 dalam Sebataraja, 2014). Pendapatan yang kurang, sebenarnya dapat ditutupi jika keluarga tersebut mampu mengolah sumber daya yang terbatas, antara lain dengan kemampuan memilih bahan makanan yang murah tetapi bergizi dan distribusi makanan yang merata dalam keluarga (Anwar dkk, 2006). Berdasarkan pada hasil penelitian menuNjukkan bahwa distribusi frekuensi dari variabel penelitian untuk status gizi anak berada pada status yang kurang (67,5%), status gizi sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia dari segi fisik. Sedangkan status gizi itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Anak sekolah dasar baik lakilaki dan perempuan sedang mengalami masa pertumbuhan adalah modal dasar dan asset yang sangat berharga bagi pembangunan bangsa di masa depan. Status gizi anak sekolah sangat ditentukan oleh konsumsi pangan yang seimbang, selain peran orang tua, kesadaran anak sekolah dasar juga sangat diperlukan (Devi, N, 2001 dalam Siagian dkk, 2012). Berdasarkan pada asupan energi hasil penelitian menjelaskan bahwa asupan energi anak lebih banyak berada pada status asupan energi yang kurang (70,0%), untuk asupan karbohidrat anak lebih banyak pada status asupan karbohidrat yang kurang (72,5%), sama halnya dengan asupan lemak pada anak lebih banyak berada di status asupan lemak yang kurang yaitu (67,5%), dan untuk asupan protein pada anak pada status asupan protein yang kurang (87,5%). Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar dari pada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama

penambahan tinggi badan (Devi, N, 2012 dalam Siagian dkk, 2012). Asupan zat gizi baik makro maupun mikro dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang anak, baik secara fisik maupun psikis dan status gizi serta status imunitasnya. Selain asupan zat gizi makro dan mikro, status gizi juga mempengaruhi status imunitasnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Delafuente (1991) dalam penelitian Field et al. (2002) yang menyebutkan bahwa sebagian besar penyebab imunodefisiensi adalah adanya malnutrisi protein energi (MPE) atau KEP. Kekebalan tubuh memegang peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia (Noviyanti & Zulaekah, 2010). Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, sehingga tubuh akan mengalami keseimbangan energi. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang ditimbulkan pada anak-anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Cakrawati dan Mustika, 2011). Berdasarkan hasil penelitian asupan energi dari anak usia sekolah yang berada di kompleks pasar 45 Kota Manado berada pada asupan energi yang kurang dengan status gizi yang kurang (78,6%) dan yang baik (21,4%). Sedangkan pada status asupan energi yang cukup terdapat (41,7%) berstatus gizi kurang dan (58,3%) yang berstatus gizi baik. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak usia sekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulni dkk (2013) yang mana menjelaskan terdapatnya hubungan antara asupan energi dengan status gizi anak sekolah. Anak yang mengalami kurang gizi berisiko menjadi lebih mudah lelah, tidak dapat melakukan aktivitas fisik yang lama, tidak mampu berpikir dan mempunyai risiko menderita penyakit infeksi sehingga sering tidak masuk sekolah (Almatsier, 2011).

Konsumsi makanan oleh seorang anak banyak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kebiasaan makan masa kecil yang dipengaruhi oleh perhatian dan pengetahuan ibu tentang makan apa yang baik dan tidak baik diberikan kepada anak, kebiasaan makan keluarga dan lingkungan serta kemampuan ekonomi keluarga untuk menyediakan makanan yang sesuai. Keadaan finansial keluarga berpengaruh terhadap makanan yang disediakan . keluarga dari kalangan ekonomi tinggi lebih mampu menyediakan makanan beraneka ragam, seperti daging, ayam, ikan, sayur dan buah dibandingkan dengan keluarga dari kalangan ekonomi rendah (Almatsier dkk, 2011). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Makalew dkk (2013) yang mana dari Hasil uji Korelasi Spearman yang menunjukkan nilai taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,023, hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan berat badan menurut tinggi badan. Menurut Hapsari (2004), terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan BB/TB dengan nilai p = 0,023 (Hapsari, 2004 dalam Makalew dkk,2013). KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan asupan energi dengan status gizi anak usia sekolah di kompleks pasar 45 Kota Manado dengan nilai p = 0,032. SARAN 1. Diharapkan kepada pihak orang tua dapat memperhatikan asupan makanan dari para anak yang berada pada usia sekolah dalam mencapai status gizi yang baik. 2. Diharapkan kepada pihak pemerintah khususnya Kota Manado dapat memberikan perhatian kepada anak usia sekolah yang berada di kompleks pasar 45 melalui kebutuhan akan pangan, pendidikan dan jaminan kesehatan, mengingat anak sebagai generasi penerus bangsa. 3. Pentingnya peran instansi terkait yang berkaitan dengan perlindungan anak dalam menjamin hak anak untuk dapat memperoleh semua jenis penghidupan yang lebih layak.

DAFTAR PUSTAKA Adriani dan Wirjatmadi. 2012. “Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan”. Jakarta : Kencana. Almatsier, S. 2001. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S, dkk. 2011. “Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Anwar K, dkk. 2006. “Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tanggara Barat”. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume 2. No. 3. Yogyakarta. Arisman. 2008. “Edisi 2 Gizi Dalam Daur Kehidupan”. Jakarta : EGC. Cakrawati D dan Mustika N. 2011. “Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan”. Bandung : Alfabeta. Devi N. 2012. “Gizi Anak Sekolah”. Jakarta : Kompas Media Nusantara. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2008. “Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara”. Balai Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan. Khomsan A. 2012. “Ekologi Masalah Gizi, Pangan Dan Kemiskinan”. Bandung : Alfabeta. Makalew M. Y, dkk. 2013. “Hubungan Antara Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 Dan Kelas 5 SDN 1 Tounelet Dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat”. Program Studi Gizi Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado. http://fkm. unsrat. ac.id/wpcontent/ uploads/2013/08/Jurnal-YantiMakalew_091511121GIZI.pdf.diakses tanggal 20 Mei 2014. Noviyanti D. R, dan Zulaekah S. 2010.” Hubungan Asupan Energi, Protein, Besi, Dengan Status Imunitas Anak Balita di Perkampungan Kumuh Kota Surakarta”. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, vol. 3, no. 2, juni 2010: 129-139. Surakarta. Dinding Komunitas Jejaring Sosial. 2010. “Profil”. Manado.

Riskesdas Report. 2007. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Riskesdas Report. 2010. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Siagian D, dkk. 2012. “Gambaran Status Gizi Anak Sekolah Dasar Daerah EksTransmigrasi Dan Penduduk Lokal Di Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi Tahun 2012”. Staf pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Yulni, dkk. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. UniversitasHasanudin.http://repository.un has.ac.id/bitstream/handle/123456789/582 3/jurnal%20mkmi%20yulni.pdf?sequence =1. diakses tanggal 20 Mei 2014.