HUBUNGAN ANTARA STRES DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

Download terjadinya hipertensi. Oleh karena itu pola makan seseorang merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting untuk diperhatikan pada ...

1 downloads 537 Views 158KB Size
HUBUNGAN ANTARA STRES DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BANUA MAMASE KABUPATEN MAMASA Erna Witasari1, Abd. Kadir2, Suhartatik3 1STIKES

Nani Hasanuddin Makassar Kemenkes Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2Poltekkes

ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang berada di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Maksudnya bila tekanan darah sistoliknya mencapai nilai 120 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastoliknya mencapai nilai 80 mmHg atau lebih tinggi (Yekti Susilo & Ari Wulandari, 2011). Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain stres dan pola makan. Pada saat stres tubuh akan bereaksi terhadap stressor yang akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Pola makan juga merupakan salah satu penyebab hipertensi. Pola makan tersebut berupa banyak mengonsumsi makanan berlemak, natrium dan kolesterol, yang nantinya dapat berakibat peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres dan pola makan dengan kejadian hipertensi. Jumlah populasi sebanyak 68 responden. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel ditarik secara accidental sampling dengan jumlah 36 responden. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi (ρ = 0,002< α =0,05), terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi (ρ = 0,004< α =0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara stres dan pola makan dengan kejadian hipertensi. Kata kunci : Hipertensi, Stres, Pola Makan

PENDAHULUAN Hipertensi dapat terjadi pada siapapun, baik lelaki maupun perempuan pada segala umur. Risiko terkena hipertensi ini akan semakin meningkat seiring pertambahan usia. Repotnya, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya. Bahkan pada sebagian besar kasus hipertensi , tidak didapatkan gejala, sehingga penyakit hipertensi sering disebut sebagai pembunuh yang tidak terlihat atau silent killer (Yekti Susilo & Ari Wulandari, 2011). Pada sebagian besar kasus penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui. Hal ini terutama terjadi pada hipertensi esensial. Walaupun demikian terdapat beberapa resiko yang dapat membuat lebih mudah terkena hipertensi seperti kelebihan berat badan, kurang berolahraga, mengonsumsi makanan berkadar garam tinggi, kurang mengonsumsi buah dan sayuran segar, dan terlau banyak minum alkohol. Saat ini, hipertensi dan penyakit kardiovaskular secara umum bukan hanya terjadi di kalangan orang berada, tetapi semakin sering terjadi di negara berkembang. Perubahan gaya hidup secara global berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. Semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji atau sering disebut junk

food membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, konsumsi garam, lemak, gula dan kalori meningkat. Hal ini dapat memicu terjadinya hipertensi. Oleh karena itu pola makan seseorang merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting untuk diperhatikan pada saat ini (Anna Palmer & Bryan Williams, 2007). Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa, menyandang tekanan darah tinggi. Jumlah ini cenderung meningkat. Di Inggris (UK), penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di Inggris (England), 34 % pria dan 30 % wanita menyandang tekanan darah tinggi (diatas 140/90mmHg) atau sedang mendapat pengobatan tekanan darah tinggi. Dan pada tahun 2025 penyandang tekanan darah tinggi diperkirakan mencapai hampir 1,6 miliar orang (Anna Palmer & Bryan Williams, 2007). Dari data penelitian terakhir juga dikemukakan bahwa sekitar 50 juta (21,7 %) orang dewasa Amerika menderita hipertensi. Penderita hipertensi juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. (Yekti Susilo & Ari Wulandari, 2011).

574 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Untuk kasus hipertensi di Indonesia, penyebaran jumlah penderita hipertensi sangat tidak merata. Kabupaten Mamasa khususnya, dari data terakhir yang didapatkan, jumlah penderita hipertensi sebanyak 4.829 orang (profil kesehatan Kab. Mamasa, 2008). Secara khusus di Rumah Sakit Umum Banua Mamase, pada tahun 2012 penderita hipertensi yang berkunjung maupun dirawat inap mencapai 160 orang. Data ini sudah termasuk pasien yang berobat di Unit Rawat Jalan maupun di Unit Rawat Inap RSU Banua Mamase. Jumlah pasien yang ada di Unit Rawat Jalan 90 pasien sedangkan yang dirawat di ruang Rawat Inap RSU Banua Mamase sebanyak 70 pasien. Sedangkan pada bulan Januari hingga Februari 2013 terdapat 38 pasien yang menderita hipertensi. Dan selama bulan Juli 2013, dimana peneliti sedang melaksanakan penelitian, terdapat 36 pasien yang berkunjung maupun dirawat di RSU Banua Mamase. Dan penyakit hipertensi berada pada urutan kedua pada 10 besar diagnosis penyakit yang ada di RSU Banua Mamase (Data Rekam Medis RSU Banua Mamase). Hal ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi di Kabupaten Mamasa secara khusus, sangatlah tinggi jumlahnya. Hal ini besar kemungkinan dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat dan keadaan psikologis dari penderita penyakit hipertensi. Berdasarkan uraian dan data-data diatas maka calon peneliti berminat atau tertarik untuk meneliti mengenai hubungan stress dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien di Rumah Sakit Umum Banua Mamase Kabupaten Mamasa. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juli – 31 Juli 2013 di Rumah Sakit Umum Banua Mamase Kabupaten Mamasa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita hipertensi yang pernah dirawat maupun berkunjung ke Rumah Sakit Umum Banua Mamase. Berdasarkan jumlah pasien pada Januari hingga Februari tahun 2013 ,maka jumlah populasinya adalah 38 orang dengan besar sampel 36 orang. Jenis dan metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Retrospektif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Tehnik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik accidental sampling, dalam hal ini, individuindividu mana yang dijadikan sampel adalah apa saja atau siapa saja yang kebetulan ditemui (Hariwijaya, 2011). Yang menjadi sampel adalah pasien yang menderita hipertensi yang berkunjung ataupun dirawat di RSU Banua Mamase Kabupaten Mamasa pada saat penelitian berlangsung. Dengan

kriteria inklusi yaitu pasien yang dirawat maupun berkunjung ke rumah sakit selama penelitian berlangsung, pasien yang menderita hipertensi, bersedia menjadi responden, pasien dengan usia berkisar antara 21-80 tahun, pasien yang ada di tempat pada saat penelitian berlangsung, dan pasien yang bisa diajak untuk berkomunikasi. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah Data pimer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Uma Sekaran, 2007). Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara langsung kepada responden (penderita hipertensi) dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan data sekunder adalah data Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada (Uma Sekaran, 2007). Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu RSU Banua Mamase. Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan), selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0, dengan urutan, yaitu editing, koding, dan entry data maka Analisis data 1. Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dilakukan secara statistic deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi. 2. Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap beberapa variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan uji chisquare dengan nilai kemaknaan α = 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Banua Mamase Jenis Kelamin n % Laki-laki 11 30,6 Perempuan 25 69,4 Total 36 100,0 Tabel 1 menunjukkan jumlah jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 25 orang (69,4 %) dan laki-laki sebanyak 11 orang (30,6 %).

575 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSU Banua Mamase % Umur n 21-40 41-60 61-80 Total

11 19 6 36

30,6 52,8 16,7 100,0

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 41-60 tahun, yaitu berjumlah 19 orang (52,8%), sedangkan yang berumur 21-40 tahun berjumlah 11 orang (30,6 %) dan yang paling sedikit responden yang berumur 61-80 tahun (16,7%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RSU Banua Mamase Pekerjaan n % PNS 11 30,6 Kepala Desa 1 2,8 Guru 1 2,8 Pensiunan 2 5,6 Petani 5 13,9 Ibu Rumah Tangga 15 41,7 Karyawan 1 2,8 Total 36 100,0 Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah responden 15 orang (41,7 %), dan pada urutan kedua terdapat 11 orang responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (30,6 %), urutan ketiga terdapat 5 responden yang bekerja sebagai petani (13,9 %), di urutan keempat terdapat 2 responden yang merupakan pensiunan (5,6 %), dan urutan yang terakhir terdapat responden yang bekerja sebagai kepala desa, guru, dan karyawan masing-masing berjumlah 1 responden (2,8 %). Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Stres di RSU Banua Mamase Stres n % Tidak stres 15 41,7 Stres 21 58,3 Total 36 100,0 Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 36 responden ada 21 responden (58,3 %) yang mengalami stress dan 15 responden (41,7 %) yang tidak mengalami stres.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan di RSU Banua Mamase Pola Makan n % Sehat 16 44,4 Tidak sehat 20 55,6 Total 36 100,0 Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa dari 36 responden ada 20 responden (55,6 %) yang memiliki pola makan tidak sehat, sedangkan 16 responden (44,4 %) yang memiliki pola makan sehat. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi di RSU Banua Mamase Kejadian Hipertensi n % Tidak hipertensi Hipertensi Total

11 25 36

30,6 69,4 100,0

Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa dari 36 responden ada 25 responden (69,4 %) yang menderita hipertensi dan 11 responden (30,6 %) yang tidak menderita hipertensi. Tabel 7. Hubungan Antara Stres dengan Kejadian Hipertensi di RSU Banua Mamase Kejadian Hipertensi Stres Tidak Stres Stres Total

Tidak Hipertensi n %

Total

Hipertensi n

%

n

%

6

9

25,0

16,7

15

41,7

2 11

5,6 19 52,8 30,6 25 69,4 p =0,002

21 36

58,3 100,0

Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa diantara 36 responden terdapat 15 responden (41,7 %) yang tidak mengalami stres, diantaranya yang tidak menderita hipertensi berjumlah 9 responden (25,0%), dan yang menderita hipertensi berjumlah 6 responden (16,7 %). Kemudian terdapat 21 responden (58,3 %) yang mengalami stres, diantaranya yang menderita hipertensi berjumlah 19 responden (52,8 %) dan yang tidak menderita hipertensi berjumlah 2 responden (5,6 %). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai ρ = 0,002 < α = 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi. Tabel 8. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi di RSU Banua Mamase

576 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Pola Makan Sehat Tidak sehat Total

Kejadian Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi n % n % 9 25,0 7 19,4

n 16

Total % 44,4

2

5,6

18

50,0

20

55,6

11

30.6

25

69,4

36

100,0

p =0,004

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa diantara 36 responden terdapat 16 responden (44,4 %) yang memiliki pola makan sehat, diantaranya yang tidak menderita hipertensi berjumlah 9 responden (25,0%) dan yang menderita hipertensi berjumlah 7 responden (19,4 %). Kemudian terdapat 20 responden (55,6 %) yang memiliki pola makan tidak sehat, diantaranya yang menderita hipertensi berjumlah 18 responden (50,0 %) dan yang tidak menderita hipertensi berjumlah 2 responden (5,6 %). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square test diperoleh nilai ρ = 0,004 < α = 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi. PEMBAHASAN 1. Hubungan Variabel Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian responden mengalami stres sehingga dapat menderita hipertensi. Dimana dari 36 responden terdapat 21 responden (58,3 %) yang mengalami stres dan 15 responden (41,7 %) yang tidak mengalami stres. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa diantara 36 responden, terdapat 15 responden (41,7%) yang tidak mengalami stres, diantaranya yang tidak menderita hipertensi berjumlah 9 responden (25,0%), dan yang menderita hipertensi berjumlah 6 responden (16,7%). 6 responden yang tidak mengalami stres, namun responden tersebut menderita hipertensi, itu sebagai akibat dari pola makan ke 6 responden tersebut yang tidak sehat. Sementara terdapat 21 responden (58,3%) yang mengalami stres, diantaranya yang menderita hipertensi berjumlah 19 responden (52,8%), dan yang tidak menderita hipertensi berjumlah 2 responden (5,6%). 2 responden yang mengalami stres namun responden tersebut tidak menderita hipertensi karena kedua responden tersebut dapat langsung mengatasi stres yang muncul dalam hidupnya sehingga stresnya dapat langsung dikendalikan sehingga responden tidak menderita hipertensi. Setelah

dilakukan uji statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,002 < α (0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinawang Frylian Sarasaty tentang Faktorfaktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lanjut usia di kelurahan sawahbaru, kecamatan ciputat, kota tangerang selatan tahun 2011 menunjukkan bahwa 65 responden yang mengalami stres, terdapat 47 responden (72,3%) yang terdiagnosis hipertensi. Sedangkan diantara 40 responden yang tidak mengalami stres, terdapat 22 responden (55%) yang terdiagnosis hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value sebesar 0,109. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi. Sementara hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anis Prabowo (2005) tentang Hubungan stres dan kejadian hipertensi pada pasien rawat inap rumah sakit Dr. Oen Surakarta, yang menunjukkan bahwa keadaan stres seseorang dapat menjadi pemicu kejadian hipertensi pada pasien. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara stress dengan kejadian hipertensi dimana nilai ρ = 0,0001 < α = 0,05. Hal ini diperkuat oleh teori bahwa stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon oleh medula kelenjar adrenal yaitu hormon norepinefrin dan epinefrin yang keduanya akan menyebabkan vasokontriksi atau penyempitan dari pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi lebih jauh (Rasmun, 2004). Berdasarkan penelitian serta penjelasan-penjelasan diatas maka peneliti menarik sebuah kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat stres seseorang maka akan semakin besar pula kemungkinan orang itu akan menderita hipertensi. Begitu pula pada pasien, ketika ia mengalami stres maka itu menjadi pemicu terbesar ia mengalami hipertensi. Sehingga sangatlah penting bagi penderita hipertensi untuk mengendalikan stres dalam hidupnya.

577 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

2. Hubungan Variabel Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pola makan yang tidak sehat dapat menderita hipertensi. Berdasarkan tabel 8 ditunjukkan bahwa dari 36 responden, terdapat 20 responden (55,6%) yang memiliki pola makan yang tidak sehat dan 16 responden (44,4%) yang memiliki pola makan sehat. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa diantara 36 responden terdapat 16 responden yang memiliki pola makan sehat, diantaranya yang tidak menderita hipertensi berjumlah 9 responden (25,0%) dan yang menderita hipertensi sebanyak 7 responden (19,4%). Responden yang sudah memiliki pola makan sehat tapi tetap menderita hipertensi itu dikarenakan responden tersebut mengalami stres. Kemudian terdapat 20 responden yang memiliki pola makan yang tidak sehat, diantaranya yang menderita hipertensi berjumlah 18 responden (50,0%) dan yang tidak menderita hipertensi berjumlah 2 responden (5,6%). Responden yang memiliki pola makan yang tidak sehat tetapi responden tersebut tidak menderita hipertensi itu dikarenakan responden tersebut masih dapat mengontrol pola makannya termasuk dalam mengatur asupan garam dalam makanan serta dalam hal mengonsumsi makanan yang berlemak sehingga tidak terlalu berdampak pada kesehatannya. Dan setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square test diperoleh nilai ρ = 0,004 < α = 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Pola makan yang dimaksud peneliti pada penelitian ini adalah kebiasaan makan responden sehari-hari. Baik kebiasaan makan makanan yang berlemak, makanan tinggi garam, ataupun kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayuran. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinawang Frilyan Sarasati tentang Faktorfaktor yang berhubungan dengan hipertensi pada kelompok lanjut usia di kelurahan sawahbaru, kecamatan ciputat, kota tangerang selatan tahun 2011 yang menunjukkan diantara 66 responden yang konsumsi natriumnya lebih, terdapat 65 responden (98,5%) yang terdiagnosis hipertensi. Sedangkan diantara 39 responden yang konsumsi natriumnya cukup, terdapat empat responden (10,3%)

yang terdiagnosis hipertensi. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, artinya ada hubungan yang bermakna antara konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada kelompok lansia atau responden yang diteliti. Itu menunjukkan bahwa penderita hipertensi sebagian besar memiliki pola makan yang tidak sehat dengan mengonsumsi natrium secara berlebihan sehingga dapat menderita hipertensi. Terdapat beberapa resiko yang dapat membuat lebih mudah terkena hipertensi seperti mengonsumsi makanan berkadar garam tinggi, kurang mengonsumsi buah dan sayuran segar, dan terlau banyak minum alkohol. Perubahan gaya hidup secara global berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. Semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji atau sering disebut junk food membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, konsumsi garam, lemak, gula dan kalori meningkat. Hal ini dapat memicu terjadinya hipertensi (Anna Palmer & Bryan Williams, 2007). Berdasarkan penelitian beserta penjelasan-penjelasan diatas peneliti menarik sebuah kesimpulan bahwa pasien yang memiliki pola makan yang tidak sehat, seperti sering mengonsumsi makanan yang berkadar natrium tinggi, makanan berlemak, serta makanan berkadar kolesterol tinggi, maka ia berpeluang besar menderita hipertensi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan antara stres dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSU Banua Mamase Kabupaten Mamasa, maka kesimpulan yang dapat diambil bahwa adalah stres dan hipertensi berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien di RSU Banua Mamase. SARAN Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini yaitu bagi institusi pelayanan kesehatan, disarankan untuk memberikan pemahaman atau penjelasan kepada para pasien atau kepada keluarganya tentang bagaimana stres dan pola makan itu dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi. Serta memberikan penjelasan-penjelasan serta informasi yang lengkap seputar pengendalian stres dan tentang aturan pola makan yang sesuai untuk penderita hipertensi, sehingga bisa menjaga kestabilan tekanan darahnya. Serta memberikan penyuluhan-

578 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

penyuluhan kepada masyarakat seputar penyakit hipertensi seperti membahas seputar penyebab-penyebab serta cara pencegahannya. Bagi masyarakat dan penderita hipertensi Disarankan bagi pasien dan masyarakat agar memperhatikan pola makannya. Sekiranya dapat mengikuti aturan pola makan sehat, agar bisa mengurangi makanan-makanan yang cenderung

menyebabkan hipertensi. Serta dapat mengendalikan emosi dan mencoba menjaga keadaan psikologis sehingga stres bisa dikendalikan dan hal ini akan meminimalisir terjadinya hipertensi. Bagi peneliti berikutnya diharapkan perlu adanya penelitian yang mengkaji lebih dalam lagi tentang penyakit hipertensi guna kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA Andri. 2012. Anjuran Makanan Penderita Hipertensi, (online), (http://herbalasli.com /tag / anjuran-makananpenderita-hipertensi.html, diakses 04 April 2013). Data rekam medik. 2012. Rumah Sakit Umum Banua Mamase Kabupaten Mamasa. Dwitantyanov, Aswendo. Pengaruh Stres dalam Kemunculan Hipertensi, (online), (http://aswendo2dwitantyanov. wordpress. com / 2012 / 08 /15/ pengaruh-stres- dalam- kemunculan-hipertensi.html, diakses 27 Maret 2013). Hart, Julion Tudor, Fahey, Tom dan Savage, Wendy. 1999. Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah Tinggi. Terjemahan oleh Lilian Juwono. 2003. Jakarta : Arcan. Haryadi, E. 2012. Tips Diet bagi Penderita Darah Tinggi. (online), (http://www.deherba.com/inilah-cara-diet-bagiorang-yang-menderita-tekanan-darah-tinggi.html, diakses 04 Maret 2013). Hidayah, Ainun. 2011. Kesalahan-kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit Mematikan. Jogjakarta : Buku Biru Husada, Syakira. 2009. Pola Makan-1, (online), (http://puskesmas-oke.blogspot.com /2009 /01 /pola-makan1.html, diakses 04 Maret 2013). Lamongan, Akper. 2009. Konsep Pola Makan, (online), (http://akperla.blogspot. com/2009/08/konsep- polamakan.html, diakses 04 Maret 2013). Martha, Karnia. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : Araska. Nasir, Abdul, Muhith, Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika. News, Era Baru. 2012. 76% Kasus Hipertensi Belum Terdeteksi, (online), (http://erabaru.net.top-news/37news2/30288-76-persen-kasus-hipertensi-belum-terdeteksi.html, diakses 27 Maret 2013). Palmer, Anna, Williams, Bryan. 2005. Simple Guide Tekanan darah Tinggi. Terjemahan oleh Elizabeth Yasmine.2007 Jakarta : Erlangga. Pratiknya, Ahmad Watik. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. Ramadhan. 2008. Pola Makan,(online), (http:// forbetterhealth. wordpress.com/ 2008/01 / 19 / pola- makan.html, diakses tanggal 04 Maret 2013). Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : CV. Sagung Seto Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Setiati, Siti, Purnamasari, Dyah, Rinaldi, Ikhwan, Ranitya, Ryan, Pitoyo, Ceva Wicaksono. 2008. Lima Puluh Masalah Kesehatan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Sianturi G. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan, (online), (http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1046314663,16713.html, diakses tanggal 01 Agustus 2013). Sudirman. 2012. Cara Menghitung Kriteria Obyektif (Hasil Ukur), (online), (http://sudirmanfkmump.blogspot.com/2012/03/cara-menghitung-kriteria-obyektif-hasil-ukur.html, diakses tanggal 11 April 2013). Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

579 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721