Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK SAPI PERAH DENGAN PENERAPAN PROSEDUR PEMERAHAN” (Kasus di Peternakan Sapi Perah Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat)
CORRELATION OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE DAIRY COW FARMER BY THE APPLICATION OF MILKING PROCEDURES (Case in Cipageran Dairy Farm Village, North Cimahi District, Cimahi City, Jawa Barat Province)
Dian Anisah Pratiwi*, Marina Sulistyati**, Hermawan** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail :
[email protected] ABSTRAK Salah satu cara meningkatkan kualitas susu sapi perah dengan memperhatikan prosedur pemerahan. Peternak harus memiliki pengetahuan prosedur pemerahan yang baik. Pengetahuan merupakan interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan, dalam hal ini pengetahuan peternak biasanya bermodalkan pengetahuan secara turun menurun. Peternak dapat meningkatkan kualitas susu apabila peternak menyadari bahwa prosedur pemerahan sangat penting. Sikap dan tindakan peternak dalam mengambil keputusan merupakan landasan dari keterbatasan pengetahuan peternak secara teori. Sikap juga merupakan kesediaan seseorang/peternak untuk bertindak. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap peternak terhadap tingkat penerapan prosedur pemerahan kemudian menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan di Kelurahan Cipageran Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah 30 peternak sapi perah dan menggunakan proportional random sampling method. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan peternak dan sikap peternak sapi perah dengan penerapan prosedur pemerahan 76,67% termasuk kategori tinggi artinya peternak sudah mengetahui dan memahami prosedur pemerahan dengan baik, dan tindakan penerapan prosedur pemerahan 86,67% termasuk kategori sedang artinya peternak hanya melakukan 15 prosuder pemerahan dari 25 prosedur pemerahan. Terdapat hubungan yang lemah antara tingkat pengetahuan dan sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan ini dilihat dari rs sebesar 0,348 dan thitung (1,965) < ttabel (2,048). Kata Kunci : pengetahuan, sikap, penerapan dan prosedur pemerahan. ABSTRACT One way to increase the quality of dairy cow are making to attention milking procedures. The dairy farmers should have good knowledge for milking procedures. Knowledge is interaction personal between environment by continuously. By means, farmers have to knowledge for legacy to the next generation. Farmers are increase the quality of milk when they realize that
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 1
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi the attitude of milking procedures are very important. As the theory, the attitude and application for decision maker are the basic knowledge. Attitude also is doing for the farmers to act. The aims of this research is to determine knowledge, attitude and application of farmers by milking procedures and then analyze the correlation of knowledge and attitude farmers by the application of milking procedures in Cipageran Village, North Cimahi District, West Java Province. Object of this research were 30 dairy cow farmers and using proportional random sampling method. The results shows that the level of milking procedures knowledge and attitude is 76.67%, it means the farmers were already know and understand about good milking procedures and the application of milking procedures is 86.67%, it means the farmers were only do 15 milking procedures from 25 milking procedures. There is a weak correlation about knowledge and attitude of farmers by application milking procedures, the rs of this research is 0.348 and the thitung is (1.965) < ttabel (2.048). Keywords: knowledge, attitudes, application and milking procedures. PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Susu sangat berperan sebagai asupan untuk kesehatan,
kecerdasan
dan
pertumbuhan manusia. Permintaan susu mengalami perkembangan dan meningkat sekitar 14,01% selama periode antara tahun 2002 dan tahun 2007. Namun di sisi lain produksi susu Indonesia hanya tumbuh 2% (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2010). Sebagian besar 90% produsen Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) merupakan peternak rakyat (Miftah dkk, 2011). Kemampuan produksi dan kualitas susu dari peternak rakyat masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas dan produksinya, peternak sapi perah rakyat menghadapi kendala mulai dari skala usaha ternak yang relatif masih kecil, kemampuan induk untuk memproduksi susu belum optimal serta kemampuan penanganan ternak dan kualitas produk susu segar yang relatif rendah. Perlu adanya peningkatan kualitas dan produksi susu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tetapi susu yang dihasilkan peternak rakyat juga harus terjaga kebersihannya atau higienis, tidak tercemar bakteri dan terjamin kualitasnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas susu adalah dengan memperhatikan prosedur pemerahannya. Prosedur pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan sapi perah, jika tidak dikelola dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan belum tentu memenuhi standar yang telah ditetapkan dan kuantitas yang dihasilkan juga belum maksimal. Prosedur pemerahan diperhatikan juga pada saat persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan penyelesaian pemerahan.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 2
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
Peternak hanya bermodalkan pengetahuan turun menurun atau dari lingkungan sekitar, tidak menghiraukan
prosedur
pemerahan
sesuai standar
baku
Dinas Peternakan.
Pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman. Pengetahuan juga merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sikap dan tindakan peternak dalam mengambil keputusan merupakan landasan dari keterbatasan pengetahuan peternak secara teori. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap peternak terhadap penerapan prosedur pemerahan berbeda-beda, ada yang tahu dan sudah menerapkan, belum tahu prosedur pemerahan tapi sudah menerapkan, sudah tahu prosedur pemerahan tapi belum menerapkan dll dan ada yang belum menerapkan sama sekali. Hal tersebut dipengaruhi oleh sikap manusia mulai dari pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, dan media massa. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap peternak dengan prosedur pemerahan pada peternak yang ada di Kelurahan Cipageran Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat.
OBJEK DAN METODE 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang memiliki sapi yang sedang laktasi di Kelurahan Cipageran Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat. 2. Metode dan Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada anggota kelompok peternak sapi yaitu Kelompok Mekar Mandiri, Kelompok Berkah Darulni’maah dan Mitra Berkah yang berada di Jl. Karya Bakti Kelurahan Cipageran Cimahi Utara. Maka pemilihan daerah ini didasarkan karena memiliki kelompok ternak di kelurahan Cipageran yang sudah
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 3
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi berkembang, aktif dalam kegiatan pemerahan, setiap anggota kelompoknya memiliki ternak yang dikelola sendiri, sudah mendapatkan pelatihan dari pemeritahan kota Cimahi.
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan proportional random sampling method. Menurut Kerlinger dan Lee (2000), jumlah minimal sampel yang dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah 30 responden. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 30 responden dari total populasi tiga kelompok sebanyak 62 orang. Pengambilan 30 responden ini didasarkan adanya peternak disekitar kandang dan jarak yang dapat ditempuh oleh peneliti. Berdasarkan pada ketentuan bahwa sampel yang besar jika jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30, maka akan mendekati kurva distribusi normal (Singarimbun dkk, 1989) Jumlah responden dari setiap kelompok ditentukan dengan menggunakan rumus Parel dkk., (1963) yang menyatakan bahwa metode tersebut merupakan desain pengambilan sampel yang setiap elemen tunggal dalam peluang mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk terpilih menjadi subjek rumus Parel dkk., (1963) yang digunakan yaitu :
Keterangan :
݊ =
ܰ ×݊ ܰ
݊
= Jumlah responden sampel pada kelompok
ܰ
= Jumlah populasi pada kelompok
N
= Jumlah populasi seluruh kelompok
n
= Jumlah responden sampel
Tabel 1. Jumlah Anggota Yang Menjadi Responden Pada Kelompok Peternak Sapi Perah Di Kelurahan Cipageran. No 1 2 3
Nama Kelompok Mekar Mandiri Berkah darulni’maah Mitra Berkah TOTAL
Jumlah Anggota
Total Responden 23 18 21 62
11 9 10 30
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 4
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan dan Sikap Peternak 1. Pengetahuan Peternak Tentang Prosedur Pemerahan Pengetahuan peternak dengan penerapan prosedur pemerahan yaitu pengetahuan peternak tentang tujuan pemerahan, pengetahuan peternak tentang tahapan pemerahan, pengetahuan peternak tentang sebelum pemerahan, pengetahuan peternak tentang pelaksanaan pemerahan, pengetahuan peternak tentang setelah pemerahan. Tabel 2. Rekapitulasi Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak Tentang Prosedur Pemerahan (%). No. 1 2 3 4 5
Tingkat pengetahuan peternak tentang prosedur pemerahan Tujuan pemerahan Tahapan pemerahan Persiapan pemerahan Pelaksanaan pemerahan Penyelesaian pemerahan Rekapitulasi tingkat pengetahuan peternak tentang prosedur pemerahan
Tinggi (%) 3,33 10,00 3,33 16,67 10,00 23,33
Sedang (%) 26,67 53,33 73,33 66,67 60,00 76,67
Rendah (%) 70,00 36.67 23,33 16,67 30,00 -
Pengetahuan peternak tentang tujuan pemerahan 70% dikategorikan rendah ini dikarenakan peternak melakukan pemerahan sapi perah belum bertujuan untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya (Williamson dkk, 1993), mengeluarkan air susu sapi perah, menjaga kesehatan ambing, menjaga kualitas susu ternak dan mendapatkan susu yang ASUH (Arif dkk, 2013) melainkan untuk kebutuhan sehari-hari (ekonomi keluarga). Peternak belum mengetahui secara jelas bahwa memerah susu sapi perah bukan hanya untuk ekonomi saja tetapi dapat berpengaruh untuk kesehatan ternak juga. Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Apabila air susu sapi perah tidak dikeluarkan ternak pun menjadi sakit. Pengetahuan peternak tentang tahapan pemerahan 53,33% dikategorikan sedang, peternak sebagian besar sudah mengetahui tahapan yang dilakukan untuk memenuhi prosedur pemerahan, yaitu persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan setelah pemerahan. Pada saat dilakukan wawancara peternak menjelaskan secara berurutan namun dengan tidak menggunakan istilah yang ada pada kuisioner. Peternak sudah mengetahui tahapan-tahapan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 5
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
yang dilakukan dan tahapan yang selalu dilakukan adalah tahapan persiapan pemerahan. Sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo (1984) bahwa pemerahan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan. Pengetahuan peternak tentang persiapan pemerahan dikategorikan sedang (73,33%) ini menunjukan bahwa responden rata-rata sudah mengetahui dan memiliki pengetahuan tentang persiapan pemerahan dilihat dari kebersihan kandangnya, peralatan pemerahannya, kebersihan ternaknya, dan kebersihan peternaknya itu sendiri. Dari segi kebersihan kandang responden mengetahui bahwa pentingnya membersihkan kandang terutama lantai sebelum memerah itu dapat mencegah penyakit namun responden masih belum mengetahui tentang peralatan yang baik dan standar untuk wadah penampungan susu yang baik dan benar. Responden hanya mengatakan untuk menampung susu yang terpenting semua peralatan bersih dan tidak bocor dan 10% dari responden sudah mengetahui bahwa pentingnya memperhatikan kebersihan diri sebelum memerah itu juga dapat mempengaruhi kesehatan ternaknya juga, apabila kuku pemerah panjang, telapak tangan pemerah kotor ternak berpengaruh terhadap kebersihan susu dan kesehatan ternak (dilihat dari jawaban kuisioner). Hal ini sesuai dengan pendapat Muljana (1985) yang menyatakan bahwa sebelum pemerahan dimulai sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih. Pengetahuan peternak tentang pelaksanaan pemerahan 66,67% dikategorikan sedang. Ini menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mengetahui tujuan kebersihan ambing dan puting, peralatan untuk membersihkan ambing dan puting, tujuan pemerahan awal, cara pemerahan awal, teknik pemerahan dan tujuan akhir pemerahan. Namun diantara pengetahuan tersebut beberapa responden masih kurang mengetahui mengenai pembersihan ambing dan puting dengan air hangat itu bertujuan selain untuk ambing dan puting menjadi bersih juga untuk merangsang pengeluaran susu, dengan mengusapkan benda hangat pada ambing akan merangsang otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Cara pemerahan awal peternak tidak mengetahui harus mengeluarkan 3-4 pancaran dari setiap puting, peternak hanya mengetahui harus diperiksa tiap puting saja tanpa memperhatikan pancaran yang dikeluarkan. Pada teknik pemerahan peternak tidak mengetahui bahasa asing atau istilah dari teknik-teknik tersebut.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 6
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
Peternak hanya mengatakan bahwa teknik pemerahan itu menggunakan seluruh jari, dijepit dengan kedua jari dan ditarik. Pemerahan dengan seluruh tangan (whole hand), pemerahan dengan memijat puting antara ibu jari (knevelen), pemerahan dengan menarik puting antara ibu jari dan jari telunjuk (stripping). Pengetahuan peternak tentang penyelesaian pemerahan 60% dikategorikan sedang. Yang termasuk dalam pengetahuan penyelesaian pemerahan yaitu cara penyucihamaan puting, manfaat dari penyucihamaan puting dan manfaat mencatat produksi harian. Dengan melakukan penyucihamaan yang baik dan benar seperti melakukan pengosongan susu pada puting, membersihkan puting dari vaselin, melakukan dipping dan menggunakan spray dapat mencegah terjadinya mastitis, mencegah masuknya bakteri dan hinggapan lalat. (Sudono, 1999).
Dari 30 responden hanya beberapa yang sudah mengatakan bahwa cara
penyucihamaan itu harus menggunakan spraying dan dipping agar tidak ada bakteri dan timbulnya penyakit. Responden yang mengetahui hal tersebut merupakan responden lulusan SMP dan responden yang selalu mengikuti penyuluhan dari pemerintah kota Cimahi. Pencatatan produksi dikalangan peternak juga sudah diketahui agar dapat melihat perkembangan dari ternaknya itu sendiri.
2. Sikap Peternak Dalam Penerapan Prosedur Pemerahan. Menurut Saifuddin (1988) sikap dapat dikatakan sebagai respon seseorang. Sikap peternak terhadap prosedur pemerahan ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Penilaian Sikap Peternak Dalam Prosedur Pemerahan No Sikap peternak tentang prosedur pemerahan Tinggi Sedang Rendah . (%) (%) (%) 1 Tujuan Pemerahan 100,00 2 Tahapan Pemerahan 93,33 6,67 3 Persiapan Pemerahan 96,67 3,33 4 Pelaksanaan Pemerahan 76,67 23,33 5 Penyelesaian Pemerahan 93,33 6,67 Rekapitulasi sikap peternak dengan prosedur 100,00 pemerahan Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap peternak terhadap prosedur pemerahan 100% dikategorikan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 7
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
tinggi. Ini dikarenakan peternak memahami dengan prosedur pemerahan yang baik, namun sikap bukan berarti tindakan yang dilakukan. Peternak menyetujui memahami dengan tujuan pemerahan, tahapan pemerahan persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan penyelesaian pemerahan tetapi belum tentu peternak melakukannya. Tiga kompenen pokok pada sikap itu ada kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, kehidupan emosional, evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap seorang peternak secara utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting. Sikap juga memiliki beberapa tingkatan antara lain tingkat pertama berupa penerimaan dengan menerima peternak memahami prosedur pemerahan dengan baik. Tingkat kedua yaitu merespon (responding) yang artinya memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari prosedur pemerahan yang dilakukan benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut. Tingkat ketiga yaitu menghargai (valving) yang artinya peternak mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan tentang prosedur pemerahan bisa dikatakan sebagai menghargai. Tingkat yang keempat yaitu bertanggung jawab (responsible) yang artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Jika diihat dari sikap peternak terhadap prosedur pemerahan sudah mencapai 100% berarti peternak sudah mau memahami prosedur pemerahan yang akhirnya akan menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab dengan melakukan prosedur pemerahan. Sikap peternak terhadap tujuan pemerahan 100% dikategorikan tinggi. Responden menunjukan sikap memahami dari tujuan pemerahan. Peternak memahami tujuan pemerahan dengan baik. Peternak akan mendapatkan banyak keuntungan untuk dirinya sendiri apabila peternak menjaga kesehatan ambing ternak, memproduksi air susu sapi yang sedang laktasi dan menjaga kualitas susu sapi. Dari sikap peternak yang memahami hal tersebut peternak akan mendapatkan harga jual susu yang tinggi dan ternak harus sehat, maka dari itu peternak dapat memberikan konsumen air susu yang aman sehat utuh dan halal. Apabila air susu yang
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 8
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
didapatkan dari peternak itu tidak memenuhi standar kualitas yang sesuai akan merugikan diri peternak sendiri karena tidak mendapatkan harga yang tinggi dari koperasi atau IPS. Selain peternak harus memahami dan menyetujui peternak juga harus menyadari bahwa hal tersebut harus dilaksanakan. Sikap peternak terhadap tahapan pemerahan 93,33% dikategorikan tinggi. Responden menyetujui melakukan tahapan pemerahan secara berurutan baik dan benar. Responden sudah mau mengerjakan prosedur pemerahan dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian pemerahan. Sikap itu merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak menyertai seseorang dalam keadaan–keadaan tertentu dalam menghadapi objek dan terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman. Peternak juga telah
memahami bahwa
tahapan pemerahan harus dilaksanakan dengan benar dan secara berurutan. Sikap peternak terhadap persiapan pemerahan 96,67% dikategorikan tinggi. Responden memahami bahwa persiapan pemerahan dimulai dari kebersihan kandang, peralatan pemerahan, peralatan kandang, pemerah dan lingkungan sekitarnya juga harus mendukung. Dengan ini responden memiliki sikap menyetujui bahwa semua persiapan pemerahan tersebut harus dilaksanakan dengan baik dan bersih. Hampir seluruh responden memiliki rasa antusiasme dalam persiapan pemerahan. Dengan memiliki rasa antusiasme responden akan mengerjakan seluruh persiapan pemerahan. Berdasarkan data yang didapatkan responden kurang menyetujui dan memahami bahwa pemerah harus memperhatikan kebersihan diri sebelum pemerahan, responden mengatakan bahwa tidak harus menggunakan baju yang bersih pada saat pemerahan asalkan ternaknya sudah bersih dan tangan pemerah pun bersih, namun jika dilihat dari penggunaan pakaian yang terdapat kotoran pun juga dapat menimbulkan pencemaran pada susu. Sikap peternak terhadap pelaksanaan pemerahan 76,67% dikategorikan tinggi. Ini menyatakan bahwa responden melakukan pelaksanaan pemerahan harus mengikuti prosedur pemerahan yang sesuai. Dalam pelaksanaan pemerahan sikap yang ditunjukkan oleh peternak lebih rendah dibandingkan persiapan pemerahan. Sikap dalam pelaksanaan pemerahan yaitu sikap pembersihan puting ambing dengan menggunakan lap bersih, air hangat mendahulukan pembersihan puting dan ambing , memeriksa setiap puting sebelum pemerahan, menggunakan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 9
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
media gelap, melakukan pemerahan awal, menggunakan teknik, melakukan pemerahan akhir. Sikap pelaksanaan pemerahaan yang kurang mendapatkan perhatian dari peternak antara lain, mendahulukan pembersihan puting kemudian ambing dan menggunakan air hangat. Responden kurang menyetujui bahwa peternak harus mendahulukan puting kemudian ambing karena responden tidak memperhatikan hal tersebut, responden melakukan pembersihan puting ambing secara acak keseluruhan, ini dikarenakan responden memiliki beberapa sapi perah, jadi responden kurang memperhatikan. Apabila responden melakukan pembersihan ambing dahulu baru puting atau secara acak dan akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin terlalu dini. Biasanya responden menggunakan air hangat untuk sapi yang habis melahirkan bukan untuk sapi yang sedang laktasi. Sikap peternak terhadap penyelesaian pemerahan 93,33% dikategorikan tinggi. Dengan ini menyatakan bahwa responden menyetujui dan melakukan penyelesaian setiap kali akan memerah. Sikap peternak terhadap penyelesaian antara lain penyucihamaan setelah pemerahan, menyaring susu hasil pemerahan dan mencatat hasil produksi susu harian. Dilihat dari data yang sudah diperoleh penyaringan susu hasil pemerahan yang kurang disetujui oleh responden karena peternak sudah menganggap bahwa susu yang diperahnya sudah bersih terlihat dari kasat mata. Apabila bila tidak dilakukan penyaringan dapat terkontaminasi oleh bulu bulu halus dari sapi perah itu sendiri. Responden dalam penyucihamaan sudah menyetujui tetapi responden hanya menggunakan air seadanya. Responden menyetujui dan memahami namun belum melakukannya.
3. Tindakan Peternak Dalam Penerapan Prosedur Pemerahan Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tindakan peternak terhadap penerapan prosedur pemerahan bervariasi. Tindakan peternak terhadap penerapan prosedur pemerahan dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 10
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi Tabel 4. Rekapitulasi Penilaian Tindakan Peternak Dalam Penerapan Prosedur Pemerahan. No. Tindakan peternak terhadap Tinggi Sedang Rendah (%) (%) (%) 1 Persiapan pemerahan 20,00 80,00 2 Pelaksanaan pemerahan 73,33 26,67 3 Penyelesaian pemerahan 63,33 36,67 13,33 86,67 Rekapitulasi tindakan peternak dalam penerapan prosedur pemerahan Tindakan peternak terhadap penerapan prosedur pemerahan 86,67% dikategorikan sedang. Peternak melakukan pemerahan agar peternak dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Tindakan peternak ini didapatkan dari pelatihan yang diadakan pada tahun 2015 oleh pemerintah kota Cimahi. Peternak sudah melakukan pemerahan dengan cukup baik namun belum mendekati sempurna yang artinya seluruh prosedur belum dilaksanakan. Ini karena adanya beberapa faktor seperti keterbatasan materi, sebagai kebiasaan, agar waktu cepat selesai dan lain-lain. Tindakan peternak terhadap persiapan pemerahan 80% termasuk kategori sedang dari persiapan pemerahan tindakan yang jarang dilakukan yaitu pemerah dalam keadaan bersih ini merupakan salah satu faktor pendukung tumbuhnya bakteri pemerah harus menyiapkan diri sebelum memerah karena apabila pemerah memiliki kuku yang panjang akan melukai ambing dan puting, kebersihan telapak tangan juga berpengaruh terhadap kebersihan dan kesehatan susu. Tangan yang kotor atau tangan yang tidak dibersihkan akan mengandung kuman. Bakteri yang banyak terdapat dalam tangan yang tidak dibersihkan yaitu Staphylococcus aureus. Seluruh responden melakukan pembersihan sapi yang kotor dengan cara dimandikan, seharusnya sapi yang akan diperah lebih baik tidak dimandikan atau dimandikan setelah pemerahan. Jika ternak hendak diperah dan kondisinya kotor, ternak tersebut dapat dimandikan dengan syarat : hanya membersihkan bagian yang kotor saja dan ambing tidak ikut dibersihkan kecuali kondisi sangat kotor. Tindakan peternak terhadap pelaksanaan pemerahan 73,33% termasuk kategori tinggi dengan arti peternak sudah banyak melakukan pelaksaanan pemerahan sesuai dengan pedoman prosedur pemerahan, namun pada penggunaan teknik full hand pada pemerahan merupakan tindakan yang jarang dilakukan dikarenakan responden merasa lelah apabila
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 11
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
menggunakan teknik full hand, waktu yang ditempuh untuk pemerahan lama sedangkan menurut pendapat Arif dkk (2013) menggunakan teknik full hand memiliki keuntungan seperti puting tidak menjadi panjang puting tidak mudah lecet, dapat memproduksi susu lebih banyak, tidak perlu menggunakan vaselin sehingga puting lebih mudah disucihamakan dengan desinfektan, dan dapat terhindar dari penularan penyakit. Puting dahulu baru ambing juga jarang dilakukan oleh peternak. Peternak mengetahui bahwa harus mendahulukan puting namun tidak dilakukan pada saat pelaksanaan pemerahannya. Lama pemerahan juga sangat jarang diperhatikan oleh responden. Responden menghabiskan waktu 10-15 menit untuk memerah sapi perah. Tindakan peternak terhadap penyelesiaan pemerahan 63,33% termasuk kategori tinggi. Pada tindakan penyelesaian ini pendinginan susu hasil pemerahan juga jarang dilakukan karena susu hasil pemerahan ini langsung disetorkan pada mobil dari penampung. Responden menunggu mobil pengangkut susu di ruang terbuka atau di depan rumah masingmasing, tidak menutup wadah penampung susu dan tidak juga mendinginkan susu hasil perahannya. Ini akan memberikan peluang kepada mikroba untuk berkembang biak dan susu akan menjadi cepat rusak. Strategi untuk menghadapi kendala ini susu bisa didinginkan dalam waktu 2 jam dengan suhu susu segar harus mencapai 2-4 derajat celcius, mempersingkat waktu tempuh dengan ini waktu pemerahan dan pengumpulan harus singkat maksimum 30 menit, dan menghindari semaksimal mungkin mengangkut susu segar yang belum didinginkan (susu panas). 4. Rekapitulasi penilaian tingkat pengetahuan dan sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan. Tingkat pengetahuan dan sikap peternak merupakan variabel bebas dari penelitian ini dan variabel terikat yaitu penerapan prosedur pemerahan (tindakan). Dari tingkat pengetahuan dan sikap peternak terhadap prosedur pemerahan ini 76,67% dikategorikan tinggi, artinya responden sudah mengetahui dan memahami tentang tujuan pemerahan, tahapan pemerahan, persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan penyelesaian pemerahan. Responden sudah memiliki banyak pengetahuan dikarenakan banyaknya informasi yang disampaikan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 12
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
mulai dari pemerintahan kota, penyuluhan-penyuluhan, bahkan pada zaman ini sudah dapat dikatakan mudah mendapatkan pengetahuan melalui media massa dan sikap juga merupakan kesiapan untuk beraksi dari pengetahuan yang diperoleh dari lingkungannya. Tabel 5. Rekapitulasi penilaian tingkat pengetahuan dan sikap peternak sapi perah dengan penerapan prosedur pemerahan. No. 1
2
Rekapitulasi penilaian
Tinggi (%) Tingkat pengetahuan dan sikap 76,67 peternak terhadap prosedur pemerahan (variabel bebas) Tingkat penerapan prosedur 13,33 pemerahan (variabel terikat)
Sedang (%) 23,33
Rendah (%) -
86,67
Penerapan merupakan sebuah tindakan mempraktikkan hasil dari yang diketahui untuk suatu kegunaan atau tujuan khusus. Namun pada tindakan penerapan prosedur pemerahan mendapatkan persentase 86,67% yang dikategorikan sedang, artinya responden tidak menerapkan 11 dari 25 prosedur pemerahan yaitu pendinginan susu, penggunaan metode wholehand, tidak menggunakan vaselin, pemberian desinfektan pada puting, penggunaan ember khusus pemerahan, pemerahan dalam waktu 7 menit, penyarngan susu hasil pemerahan, pendahuluan puting kemudian ambing, pembersihan ambing dan puting dengan air hangat, pengangkutan susu dengan milkcan/alumunium tertutup dan pencatatan produksi susu harian. Seharusnya penerapan responden pada prosedur pemerahan itu dikategorikan tinggi sama dengan pengetahuan dan sikap peternak yang dikategorikan tinggi juga. Adanya faktor yang menjadikan tindakan responden pada prosedur pemerahan tidak sama dengan pengetahuan dan sikap responden pada prosedur pemerahan yaitu lingkungan sekitar, ketersediaan bahan-bahannya, waktu, tenaga kerja, biaya dan kebutuhan untuk mencukupi sehari-hari pun harus dijalani yang mengakibatkan tingkat penerapannya pun sedang. 5. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak Dengan Penerapan Prosedur Pemerahan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan korelasi rank Spearman (rs) hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 13
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi
menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,348. Menguji signifikan rs dapat diketahui thitung yang didapat sebesar 1,965 dari ttabel diperoleh data bahwa untuk N = 28 pada taraf nyata 5% diperoleh nilai ttabel adalah 2,048 sehingga terlihat thitung < ttabel hal ini berarti Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup berarti antara tingkat pengetahuan, sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan. Berdasarkan aturan Guilford (1998) hubungan kedua variabel dengan rs = 0,348 berada pada kisaran 0,20 ≤ rs 0,40 yang artinya hubungan kedua variabel tersebut dikategorikan lemah. Hubungan antara pengetahuan dan sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan hanya 34,8% dari kedua variabel tersebut. Ini disebabkan oleh responden banyak yang mengetahui pengetahuan kemudian responden menyetujui sikap yang dilakukan namun dalam tindakan responden belum mampu memenuhinya dikarenakan responden melihat dari kondisi yang ada disekitar dan kebutuhan dari responden. Dengan ini faktor eksternal yang merupakan pengalaman pribadi, infomasi, dan sosial budaya (kebiasaan) juga dapat mempengaruhi, dan 65,2% merupakan faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. KESIMPULAN 1. Responden sudah mengetahui dan memahami tentang tujuan pemerahan, tahapan pemerahan, persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan penyelesaian pemerahan, sehingga 76,67% responden termasuk kategori tinggi. 2. Responden tidak atau kurang menerapkan 11 dari 25 prosedur pemerahan yaitu pendinginan susu, penggunaan metode wholehand, tidak menggunakan vaselin, pemberian desinfektan pada puting, penggunaan ember khusus pemerahan, pemerahan dalam waktu 7 menit, penyaringan susu hasil pemerahan, mendahulukan pembersihan puting kemudian ambing, pembersihan ambing dan puting dengan air hangat, pengangkutan susu dengan milkcan dan pencatatan produksi susu harian, sehingga 86,67% responden termasuk kategori sedang. 3. Terdapat hubungan yang lemah antara dua variabel yaitu tingkat pengetahuan dan sikap peternak sapi perah dengan penerapan prosedur pemerahan. Tingkat pengetahuan dan sikap peternak sapi perah tidak berpengaruh terhadap penerapan prosedur pemerahan.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 14
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Peternak................Dian Anisah Pratiwi UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Marina Sulistyati, MS., sebagai pembimbing utama dan Ir. Hermawan, MS., sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing.
DAFTAR PUSTAKA Arif, Hidayat. 2013 Buku Petunjuk Praktis untuk Peternak Sapi Perah tentang Manajemen Kesehatan Pemerahan. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah Kerjasama antara Pemerintah Indonesia cq. Departemen Pertanian dan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Jepang cq. JICA. Bandung. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2010. Road Map Revitalisasi Persusuan Nasional. Direkrorat Budidaya Ternak Ruminansia tahun 2010-2014.Kementrian pertanian. Jakarta. Kerlinger, F. N. dan H. B. Lee. 2000. Foundation of Behavioral Research Fourth Edition Holt, Reinnar & Winston, Inc. USA. Miftah, Faridz dan Heny Sukesi. 2011. Pengembangan Susu Segar Dalam Negeri Untuk Pemenuhan Kebutuhan Susu Nasional. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Volume 5. No, 2. Jakarta Muljana W. 1985. Ternak Sapi Perah. C.V. Aneka Ilmu. Semarang. Parel, C.P, G.C Caldito, P.L Ferrer, G. G De Guzman, G. H Tan. 1983. Sampling Design and Procedures Social Research Design, dalam Suseno, SH. 1982.Teknik Pengambilan Sampel dan Prosedurnya, Fakultas Pertanian, Universitas Jendral Sudirman Purwokerto. Singarimbun M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan., 2011. Beternak Sapi Perah secara Intensif. Agromedia. Jakarta. Syarief M.Z dan C.D. Sumoprastowo. 1984. Ternak Perah. C.V. Yasaguna. Jakarta. Williamson, G. dan W.G.A Payne 1993.An Indruction to Animal Husbandary in the Tropic. Longman Group Limited. London.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 15