HUBUNGAN ASUPAN AIR, STATUS HIDRASI, DAN

Download Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Asupan. Air, Status Hidrasi, dan Kemampuan Kognitif pada Wanita Usia Lanjut di P...

1 downloads 623 Views 13MB Size
1

HUBUNGAN ASUPAN AIR, STATUS HIDRASI, DAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA WANITA USIA LANJUT DI PANTI WERDHA BEKASI

CHINTIA TRI KUSUMAWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, dan Kemampuan Kognitif pada Wanita Usia Lanjut di Panti Werdha Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing atau belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016

Chintia Tri Kusumawati NIM I14120133

4

5

ABSTRAK CHINTIA TRI KUSUMAWATI. Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, dan Kemampuan Kognitif pada Wanita Usia Lanjut di Panti Werdha Bekasi. Dibimbing oleh HARDINSYAH. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah subjek sebanyak 35 orang. Asupan air terdiri dari air makanan, air minuman, dan air metabolik. Air makanan dan minuman didasarkan pada metode food recall 3 x 24 jam. Status hidrasi ditetapkan berdasarkan nilai berat jenis urin. Pengumpulan data penilaian kemampuan kognitif menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total asupan air pada subjek sebesar 2315.2±798.5 mL/hari. Rata-rata tingkat kecukupan air subjek berlebih. Sebanyak 22.9% subjek mengalami dehidrasi berdasarkan berat jenis urin. Sebanyak 11.4% subjek mengalami gangguan kognitif. Hasil uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif (p>0.05). Kata kunci: asupan air, kognitif, status hidrasi, wanita usia lanjut

ABSTRACT CHINTIA TRI KUSUMAWATI. Associations between Water Intake, Hydration Status, and Cognitive Performance on Elderly Women in Nursing Home, Bekasi. Supervised by HARDINSYAH. The objective of this study was to analyze associations between water intake, hydration status, and cognitive performance on elderly women in nursing home, Bekasi. The design of this study was cross sectional which involved 35 subjects. Total water intake was derived from food, beverages, and metabolic water. Amount of water from food and beverages were determined based on 3 x 24h food recall method. Hydration status was determined by urine specific gravity (USG) method. Cognitive performance was assessed by a standart Mini Mental State Examination (MMSE) questionaire. The results showed that the mean of total water intake was 2315.2±798.5 mL/d. The mean of water adequacy level of subjects was excessive. As many as 22.9% of the subjects were dehydrated, based on urine specific gravity. As many as 11.4% of the subjects were cognitively impaired. Spearman test results showed that there were no significant associations between water intake, hydration status, and cognitive performance (p>0.05). Keyword: cognitive, elderly women, hydration status, water intake

6

7

HUBUNGAN ASUPAN AIR, STATUS HIDRASI, DAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA WANITA USIA LANJUT DI PANTI WERDHA BEKASI

CHINTIA TRI KUSUMAWATI

Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, dan Kemampuan Kognitif pada Wanita Usia Lanjut di Panti Werdha Bekasi dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang memberi motivasi dan telah sabar membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada dr Naufal Muharam Nurdin, S.Ked, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang membangun pada seminar dan sidang penulis. Terima kasih kepada seluruh keluarga khususnya Supoyo (Bapak), Sukesi (Ibu), Wahyu Pramita Dewi (kakak), Oktavia Dwijayanti (kakak), Burhan Jaya (kakak ipar), dan Aqila Anindya Putri Azzahra (Keponakan) atas dukungan, motivasi, dan doa yang tidak hentinya di setiap perjalanan hidup penulis. Terima kasih kepada responden atas kesediaannya berkontribusi dalam penelitian. Terima kasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut. Terima kasih kepada teman seperjuangan atas bantuan dan semangatnya yaitu Lendy Hakim, Kurnia Dwi Juliani, Diah Mandang Sari, dan Annisa Meilinda Handayani. Terima kasih kepada Laboratorium Prodia yang membantu dalam proses urinalisis. Terima kasih kepada enumerator atas bantuannya selama penelitian berlangsung yaitu Fika, Diana, Wijianti, Harki, dan Windy. Selain itu terima kasih kepada My Family (Harki, Elza, Dena, Reisya, Putri, Novie, Anggia, Imam, Ricky, Kafa), Tim Sekret lantai 3, AKG 49, serta lingkaran kecil atas kebersamaan, dukungan, dan bantuannya. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu, atas segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama ini. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Chintia Tri Kusumawati

10

11

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan subjek Jenis dan Cara Pengumpulan Data Prosedur Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Batasan Istilah HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Subjek Pengetahuan Air minum Asupan Air Tingat Kecukupan Air Status Hidrasi dan Kemampuan Kognitif Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, dan kemampuan Kognitif SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

vi vi vi 1 1 2 2 4 6 6 6 7 8 9 13 15 15 16 17 19 20 22 23 23 23 24 29 32

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis dan cara pengumpulan data Jenis variabel, kategori, dan kriteria variabel penelitian Rumus estimasi berat badan dan tinggi badan Metode perhitungan kebutuhan energi pada wanita usia lanjut Karakteristik Subjek Kategori skor pengetahuan air minum Rata-rata dan kontribusi asupan air berdasarkan sumber Asupan air minum berdasarkan jenis dan jumlah minuman Kebutuhan air subjek berdasarkan beberapa metode Tingkat kecukupan air subjek Status hidrasi subjek berdasarkan warna urin (PURI) dan Pemeriksaan

7 9 11 11 15 16 18 18 19 19

12

Urine Spesific grafity (USG) 12 Kategori skor kognitif subjek 13 Hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif

20 21 22

DAFTAR GAMBAR 1

Kerangka Pemikiran asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut di panti werdha

5

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4

Jumlah dan persentase subjek yang menjawab benar pada pengetahuan air minum dan hidrasi Jumlah dan persentase subjek yang menjawab benar pertanyaan kognitif berdasarkan kuesioner MMSE Urin Subjek yang tergolong (a) terhidrasi dengan baik, (b) kurang terhidrasi, dan (c) dehidrasi Surat pesetujuan komisi etik penelitian

29 30 30 31

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Usia lanjut adalah kelompok usia 60 tahun ke atas yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Usia lanjut merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, yang dipengaruhi oleh faktor biologi, berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkelanjutan sehingga dapat menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, biokemis dan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan fisik dan jiwa (Constantinides 1994). Usia yang dijadikan standar sebagai usia lanjut berbeda-beda, pada umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Menurut Depkes RI (2003) batasan usia lanjut tergolong dalam empat kelompok yaitu 45-54 tahun (prasenium), 55-64 tahun (mulai memasuki usia lanjut), 65 tahun ke atas (senium), dan lebih dari 70 tahun (usia lanjut resiko tinggi). Menurut WHO (1989) menyebutkan bahwa usia lanjut yaitu seseorang yang memilki usia 65 tahun atau lebih. Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk usia lanjut yang sangat cepat. Pada tahun 2000 di seluruh dunia jumlah penduduk usia lanjut mencapai 426 juta atau sekitar 6.8 % total populasi. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai peningkatan dua kali lipat pada tahun 2025 dimana terdapat 828 usia lanjut yang menempati 97 % populasi (Bustan 2000). Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur usia lanjut (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7.2%. Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih dari 19 juta, dengan usia harapan hidup 66.2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah usia lanjut sebesar 14,4 juta jiwa (7.2%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 24 juta jiwa (9.8%) sementara pada tahun 2011 jumlah usia lanjut sebesar 20 juta jiwa (9.5%), dengan usia harapan hidup 67.4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28.8 juta (11.3%), dengan usia harapan hidup 71.1 tahun (Depkes 2012). Menurut jenis kelamin, jumlah usia lanjut perempuan sebesar 10.4 juta jiwa (8.9%) dari seluruh penduduk perempuan, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 8.9 juta (7.8%) dari seluruh penduduk laki-laki. Jumlah penduduk usia lanjut perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki disebabkan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Komnas lansia 2010). Status hidrasi yang baik sangat penting untuk memelihara homeostatis dan kelangsungan hidup manusia termasuk menjaga fungsi otak (Wilson 2003). Permasalahan yang sering terjadi di masa tua yaitu kurangnya perhatian terhadap asupan air terutama air putih (Rivlin 2007). Perilaku kurang peduli terhadap pentingnya asupan air dalam jumlah yang cukup menyebabkan kelompok usia lanjut berisiko mengalami dehidrasi (Bossingham et al. 2005). Dehidrasi dianggap sebagai salah satu faktor risiko pada usia lanjut. Dehidrasi ternyata memiliki pengaruh kuat terhadap fungsi otak (Wilson 2014). Seseorang yang mengalami dehidrasi hingga berlanjut dapat menimbulkan gangguan kognitif, koma bahkan kematian. Dehidrasi pada tahap sedang yang diawali dengan rasa pusing jika berlanjut perlahan-lahan tanpa disadari dapat menimbulkan gangguan mental dan

2

kognitif (Wilson 2003). Penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut yaitu sering lupa makan dan minum, atau makan dan minum diluar jam makan, serta kurang memperhatikan kualitas makanan maupun minuman (Steven 2002). Sebagian besar orang yang telah memasuki usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain (Rosita 2012). Berbagai penelitian menunjukkan usia dan tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia. Hasil penelitian Sundariyati et al. (2014) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, skor kognitif yang dimiliki lansia juga semakin tinggi atau normal. Kegagalan menjaga status hidrasi yang baik secara akut akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif dan kegagalan fungsi organ yang akhirnya mempengaruhi kualitas hidup. Sejumlah perubahan fisiologis terjadi selama penuaan sehingga menempatkan lansia lebih berisiko dehidrasi, secara progresif akan menjadi masalah dengan meningkatnya populasi yang menua dan meningkatkan kebutuhan yang lebih besar pada pelayanan sosial dan kesehatan (Benelam dan Wyness 2010). Penelitian Mentes et al. (2006) menunjukkan bahwa sebesar 31% penghuni panti mengalami dehidrasi. Banyak yang menganggap bahwa usia lanjut merupakan beban keluarga yang menimbulkan dampak negatif. Hasil penelitian Elvinia (2007) menyimpulkan bahwa kualitas hidup usia lanjut yang tinggal di rumah bersama keluarga secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan usia lanjut yang tinggal di Panti werdha. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengamati hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut di panti werdha Bekasi.

Tujuan Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1. Menganalisis karakteristik wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi 2. Menganalisis pengetahuan air minum wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi 3. Menganalisis asupan air wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi 4. Menganalisis status hidrasi dan kemampuan kognitif wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi 5. Menganalisis hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif wanita usia lanjut di panti werdha.

Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti yaitu mendapatkan pengetahuan dan wawasan tambahan mengenai pentingnya minum dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status hidrasi pada wanita usia lanjut terhadap status hidrasi. Manfaat untuk subjek yaitu memberikan informasi

3

mengenai pentingnya asupan air yang cukup pada usia lanjut. Manfaat untuk Masyarakat yaitu mendapat informasi tambahan mengenai pengaruh status hidrasi pada wanita usia lanjut terhadap kemampuan kognitif. Manfaat untuk Pemerintah yaitu penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dilakukannya penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi air sesuai kebutuhan.

4

KERANGKA PEMIKIRAN Usia lanjut adalah kelompok usia 60 tahun ke atas yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Sebagian besar orang yang telah memasuki usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain. Penelitian tentang hubungan asupan air, status hidrasi dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut memiliki banyak variabel yang berpengaruh terhadap status hidrasi. Variabel yang berpengaruh langsung terhadap status hidrasi yaitu asupan air. Wanita usia lanjut yang tinggal di panti werdha tentunya memiliki keterbatasan akses karena penyediaan tergantung pada karakteristik panti tersebut sehingga dapat mempengarui konsumsi makanan dan minuman. Penyediaan makan dan minum di panti werdha biasanya memiliki siklus dan menu yang seragam. Akan tetapi tidak semua wanita usia lanjut dapat menghabiskan makanan dan minuman tersebut. Karakteristik individu (usia, pendidikan, kota asal, alasan tinggal, lama tinggal, keberadaan keluarga, status tinggal, dan status pembayaran di panti) juga dapat mempengaruhi pengetahuan tentang air minum wanita usia lanjut. Pengetahuan tentang kesehatan terutama pengetahuan air minum dapat membantu wanita lanjut usia untuk memilih minuman yang baik dan aman, memantau asupan air yang dibutuhkan, dan menentukan status hidrasi yang baik. Konsumsi makanan dan minuman wanita usia lanjut akan mempengaruhi asupan air mereka. Konsumsi makanan dan minuman juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif. Terpenuhinya asupan zat gizi dan air pada wanita usia lanjut dapat berfungsi menjaga dan mempertahankan status kesehatan. Apabila tidak terpenuhinya asupan zat gizi dan air yang cukup, akan mempengaruhi fungsi kognitif sehingga fungsinya melamban atau menurun. Contohnya, yaitu wanita usia lanjut akan sering lupa atau pikun. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah asupan air yang dikonsumsi sehingga akan mempengaruhi status hidrasi. Status hidrasi juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif wanita usia lanjut. Wanita usia lanjut yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah kemungkinan besar memiliki daya ingat yang pendek atau lambat sehingga asupan makanan maupun air masih kurang. Perubahan pada jumlah elektrolit di dalam tubuh saat tubuh mengalami dehidrasi dapat mempengaruhi aktivitas otak dan fungsi beberapa sistem neutransmiter yang terlibat dalam proses kognitif. Hasil studi penelitian menunjukkan bahwa dehidrasi berhubugan dengan penurunan pada aliran darah di beberapa daerah otak. Kejadian dehidrasi memicu aktivasi dari sistem hipotalamus-pituitari-adrenokortikal dan produksi dari hormon stres seperti kortisol. Rehidrasi pun berhubungan dengan penurunan kadar kortisol. Peningkatan kadar kortisol adalah menjadi salah satu faktor timbulnya efek negatif pada berbagai fungsi kognitif, seperti persepsi, kemampuan spasial, dan memori. Vasopresin diekskresikan pada respon terhadap kejadian dehidrasi. Peningkatan kadar vasopresin plasma yang menyebabkan dehidrasi dapat mengganggu proses belajar dan memori. Hidrasi yang cukup dapat mempengaruhi kadar gliserol pada tubuh dan ketersedian glukosa yang cukup pada sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan proses belajar dan ingatan (Adan 2012).

5

Karakteristik panti (Fasilitas, ketersediaan air minum)

Karakteristik individu (usia, tingkat Pengetahuan air

pendidikan, asal daerah, alasan dan lama tinggal di panti, keberadaan keluarga, serta status tinggal dan pembayaran di panti)

Asupan energi Konsumsi makanan

Konsumsi minuman

Kebutuhan air - NRC - BSA - Chernoff - Skipper

Aktivitas fisik

Tingkat kecukupan air

Pengeluaran air

Berat badan

Asupan air

Keseimbangan air

Status hidrasi (Warna Urin dan Urine Specific Gravity)

Kemampuan kognitif

Keterangan gambar : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1

Kerangka pemikiran asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut di panti werdha

6

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study. Desain ini dipilih untuk mengetahui adanya hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif pada wanita usia lanjut di Panti Werdha Bekasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Juli 2016. Lokasi penelitian yaitu di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma, Jl. H. M. Djoyomartono 19 Komplek Dep-Sos Bekasi, Bulak Kapal RT 02/021, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa panti ini merupakan panti werdha terbesar di Bekasi dan satu-stunya serta di bawah naungan Kemenkes, belum ada penelitian tentang asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif, terjangkau dan mudah diakses oleh peneliti, semua wanita lanjut usia menetap di panti, dan wanita lanjut usia di panti bersedia diwawancarai. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dengan judul Hubungan Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi dengan skor kognitif Wanita Usia Lanjut di Panti Werdha yang telah mendapatkan persetujuan komisi etik Fakultas kedokteran Universitas Indonesia dengan nomor sertifikat 476/UN/F1/ETIK/2016.

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Pemilihan panti werdha yang menjadi contoh dalam penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan penghuni panti werdha berjenis kelamin wanita dan usia minimal 60 tahun sampai 92 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, dan berpatisipasi penuh dalam penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu memiliki riwayat dan sedang mengalami penyakit ginjal, gagal jantung, mengonsumsi obat diuretik (Thiazid atau HCT). Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin menurut Sevilla et al. (2007), yaitu:

Keterangan: = Jumlah sampel n N = Jumlah populasi wanita usia lanjut mandiri di Panti Sosial Tresna Budhi Dharma Bekasi (50 orang) d = Presisi/tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10%) Banyaknya sampel minimal yang digunakan berdasarkan rumus tersebut yaitu sebesar 33 orang. Untuk menghindari terjadinya drop out, ditambahkan 10% sehingga menjadi 36 sampel.

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik subjek (usia, pendidikan, kota asal, alasan tinggal di panti, lama tinggal, keberadaan keluarga, status tinggal, status pembayaran di panti). Data pengetahuan air minum (kriteria air minum yang aman dan sehat, jumlah air yang dibutuhkan, gejala, penyebab, dan dampak jika kekurangan minum, kebutuhan air sesuai usia dan kondisi lingkungan, warna urin jika kekurangan minum, dan perbandingan jumlah air pada usia muda dan usia lanjut). Data konsumsi makanan dan minuman diperoleh dengan menggunakan food recall 3 x 24 jam (Shahril et al. 2008). Data status hidrasi yang digunakan yaitu berdasarkan indikator warna urin (Armstrong et al. 1994) dan berat jenis urin (Casa et al. 2000). Data kemapuan kognitif diperoleh menggunakan instrumen MMSE (Mini Mental State Examamination) (Folstein et al. 1975 dan Pergemi 2012). Data primer dikumpulkan melalui wawancara, pengukuran, dan uji urinalisasi laboratorium. Data sekunder meliputi daftar nama dan riwayat kesehatan penghuni panti werdha. Data sekunder diperoleh melalui catatan laporan panti werdha setempat. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No 1

Variabel Daftar penghuni panti

Jenis Data Daftar nama dan kesehatan

2

Karakteristik subjek

3

Kemampuan kognitif

4

Konsumsi makanan dan minuman Pengetahuan air minum

Usia, pendidikan, kota asal, alasan tinggal di panti, lama tinggal, keberadaan keluarga, status tinggal, dan status pembayaran di panti Kemampuan kognitif domain orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, recall, dan bahasa Jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi kriteria air minum yang aman dan sehat, jumlah air yang dibutuhkan, gejala, penyebab, dan dampak jika kekurangan minum, kebutuhan air sesuai usia dan kondisi lingkungan, warna urin jika kekurangan minum, dan perbandingan jumlah air pada usia muda dan usia lanjut a. Warna urin b. Berat jenis urin (BJU)

5

6

Status hidrasi

riwayat

Cara Pengumpulan Data Laporan database panti werdha setempat Kuesioner

Pengukuran menggunakan instrumen MMSE (Mini Mental State Examination) Food recall 3 x 24 jam Kuesioner minum

pengetahuan air

Pengambilan sampel urin selama satu hari (pukul 07.0012.00 WIB). Warna urin diukur menggunakan kartu PURI dan berat jenis urin diukur menggunakan urine

analyzer

8

Prosedur Pengumpulan Data Syarat inklusi dalam penelitian ini yaitu wanita usia 60-92 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik, dan berpatisipasi penuh dalam penelitian. Subjek yang memenuhi syarat inklusi dan setuju dengan prosedur penelitian yang telah dijelaskan langsung mengisi informed consent sebagai syarat inklusi penelitian. Wanita usia lanjut yang tidak bisa melakukan tanda tangan akan diberi alternatif lain, yaitu melakukan cap ibu jari. Kemudian dilakukan pengumpulan data antropometri, pengisian kuesioner (karakteristik individu dan pengetahuan air minum), penilaian kemampuan kognitif, konsumsi makanan dan minuman, dan status hidrasi. Pengambilan data awal yaitu pengukuran antropometri dan pengisian kuesioner karaktiristik individu dan pengetahuan air minum melalui wawancara langsung. Pengumpulan data berat badan dilakukan dengan penimbangan langsung menggunkan timbangan digital dengan ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi badan dilakukan dengan statur meter dengan ketelitian 0.1 cm. Pengukuran lingkar lengan atas dan tinggi lutut dilakukan terhadap subjek yang tidak kuat berdiri dalam waktu lama untuk memperkirakan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data berat badan dan tinggi badan digunakan dalam perhitungan kebutuhan air subjek. Data pengetahuan tentang air minum dikumpulkan melalui kuesioner dengan beberapa pertanyaan terkait kriteria air minum yang aman dan sehat, jumlah air yang dibutuhkan, gejala, penyebab, dan dampak jika kekurangan minum, kebutuhan air sesuai usia dan kondisi lingkungan, warna urin jika kekurangan minum, dan perbandingan jumlah air pada usia muda dan usia lanjut. Pengumpulan data karakteristik individu meliputi nama, usia, kota asal, pendidikan, alasan tinggal di panti, keberadaan keluarga, status tinggal dan pembayaran di panti. Pengumpulan data pengetahuan air minum yaitu menggunakan kuesioner yang berisi 8 pertanyaan mengenai air minum. Kuesioner tersebut didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al. (2010) yang telah dimodifikasi sesuai keadaan dan kemampuan subjek. Pengumpulan data kemampuan kognitif dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan instrumen MMSE (Mini Mental State Examintation) yang telah dimodifikasi sesuai keadaan dan kemampuan subjek terdiri dari beberapa aspek pertanyaan yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, recall, dan bahasa. Pengumpulan data konsumsi makanan dan minuman dilakukan melalui proses wawancara subjek secara langsung. Data konsumsi makanan dan minuman subjek dikumpulkan dengan menggunakan metode food recall 3 x 24 jam selama tiga hari berturut-turut oleh enumerator. Subjek menunjukkan gelas yang biasa digunakan untuk minum. Hal ini dilakukan untuk mengestimasi volume air yang diminum oleh subjek di panti. Data status hidrasi dikumpulkan melalui sampel urin. Pengambilan sampel urin dilakukan selama satu hari pada hari terakhir pengambilan data yaitu pada pukul 07.00-12.00 WIB. Pengambilan sampel urin pada waktu tersebut dilakukan dengan alasan wanita usia lanjut yang berada di panti sering lupa dan sulit untuk mengeluarkan urin serta tidak memungkinkan untuk di paksa. Sampel urin diambil menggunakan botol mika bening tertutup berbentuk tabung. Urin yang dijadikan sampel merupakan urin sewaktu dengan batas minimal 15-30 mL. Setelah itu botol ditutup rapat agar urin tidak tumpah. Sebelumnya peneliti telah

9

memberikan kode pada tabung dan tutup botol dengan format yaitu kode kota, kode usia, dan nomer urut subjek. Botol yang telah berisi urin kemudian dicocokkan dengan kartu PURI dengan cara memegang tutup pada tabung kemudian latar tabung berwarna putih. Setelah dicocokkan dengan kartu PURI, botol yang telah berisi urin di masukkan ke dalam cool box disertai dengan ice gel (es batu) sehingga sampel urin terjaga pada suhu dingin. Penyimpanan sampel urin pada cool box memiliki batas maksimal yaitu dua jam tanpa es dan delapan jam dengan es dari waktu pengumpulan urin hingga uji urinalisis laboratorium. Sampel urin yang telah terkumpul didistribusikan menggunakan kendaraan bermotor ke Laboratorium Klinis Prodia Cabang Kalimalang Bekasi dengan durasi 30-45 menit. Sampel urin diverifikasi oleh laboran terkait volume minimal dan sampel yang lolos segera dianalisis. Sampel dianalisis menggunakan alat COBAS U411. Hasil data uji urinalisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berat jenis urin (urine specific gravity) sebagai data status hidrasi masing-masing subjek.

Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian disajikan ke dalam bentuk tabel untuk dilakukan analisis deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel 2010 dan program Statistical Package for Social Sciences atau SPSS version 16.0 for windows. Data diolah berupa entry, coding, editing, dan cleaning kemudian data dianalisis. Pengolahan data secara deskriptif meliputi data karakteristik subjek, pengetahuan air minum, asupan air, tingkat kecukupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif. Pengolahan data menggunakkan analisis inferensia meliputi uji normalitas Saphiro-wilk, uji korelasi, dan uji regresi. Jenis variabel yang diteliti serta pengaktegoriannya disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Jenis variabel, kategori, dan kriteria variabel penelitian No 1

Jenis variabel Usia (Depkes RI 2003)

2

Pendidikan (PP RI Kemendikbud 2015)

3

Kota asal (Sebaran data)

4

Alasan tinggal di panti (Alhada 2012)

5

Lama tinggal di panti (Suleman 2014)

6

Keberadaan keluarga

2005

dan

Kategori 1. 55-64 tahun 3. ≥70 tahun 2. 65-69 tahun 1. Tamat/TT SD 4. D1/D2/D3 2. Tamat/TT SLP 5. D4/S1 3. Tamat/TT SLA 6. Pasca sarjana 1. Jakarta, Jawa Barat, Banten 2. Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur 3. Lainnya 1. Tidak memiliki tempat tinggal 2. Tidak bisa hidup sendiri 3. Kemauan sendiri 4. Dititipkan 1. <1 tahun 3. 6-10 tahun 2. 1-5 tahun 4. >10 tahun 1. Tidak ada anak / keluarga 2. Ada anak atau keluarga tetapi tidak merawat 3. Ada anak atau keluarga dan sesekali berkunjung 4. Lainnya

10

Tabel 2 Jenis variabel, kategori, dan kriteria variabel penelitian (lanjutan) No 7

Jenis variabel Status bertempat tinggal (Sebaran data)

8

Status pembayaran di panti

9

Pengetahuan gizi (Khomsan 2000)

10

Penilaian kemampuan kognitif (KPI 2008 dan Pergemi 2012)

11

Tingkat kecukupan air (Depkes 2005)

12

Status hidrasi dengan (Armstrong et al. 1994)

kartu

PURI

Status hidrasi dengan Urine Specific Gravity (Casa et al. 2000)

Kategori 1. Menetap 2. Sementara 1. Tidak bayar 2. Dibayarkan keluarga 3. Bayar sendiri 1. Rendah (<50%) 2. Sedang (50-70%) 3. Tinggi (>70%) 5. Gangguan kognitif (0-16) 6. Kemungkinan gangguan kognitif (17-23) 7. Normal (24-30) 1. Kurang (<90%) 2. Cukup (90-110%) 3. Berlebih (>110%) 1. Terhidrasi dengan baik (1-3) 2. Kurang terhidrasi dengan baik (4-6) 3. Dehidrasi (7-8) 1. Well-hydrated BJU <1.010 g/dl 2. Minimal dehydration BJU 1.010-1.019 g/dl 3. Significant dehydration BJU 1.020-1.029 g/dl 4. Seriously dehydration BJU >1.030 g/dl.

Data usia yang diperoleh melalui wawancara diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 60-64 tahun, 65-69 tahun, dan ≥70 tahun. Pengelompokan ini didasarkan pada klasifikasi usia menurut Depkes RI (2003), bahwa usia lanjut (elderly) berkisar antara 60-64 tahun, 65-69 tahun, dan ≥70 tahun. Data pendidikan terakhir yang diklasifikasikan menjadi Tamat/TT SD, Tamat/TT SLP, Tamat/TT SLA, D1/D2/D3, D4/S1, dan pasca sarjana (PP RI 2005 dan Kemendikbud 2015). Data latar belakang usia lanjut tinggal di panti werdha dikelompokan menjadi tidak memiliki tempat tinggal, tidak bisa hidup sendiri, kemauan sendiri, dan dititipkan. Pengelompokan ini didasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alhada (2012). Data status usia lanjut tinggal di panti dikelolompokan menjadi dua yaitu tinggal menetap dan tinggal sementara. Data pengetahuan air minum diperoleh dengan memberikan pertanyaan sebanyak delapan pertanyaan yang telah dimodifikasi dari penelitian THIRST pada remaja dan dewasa di Indonesia oleh Hardinsyah et al. (2010). Skoring pengetahuan air minum dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh jawaban benar. Pertanyaan tanda air putih yang aman, tanda atau gejala kekurangan minum, dan akibat minum air yang tidak aman memiliki jawaban benar semua dan setiap jawaban diberi skor 1 pada setiap jawaban. Kategori skor pengetahuan telah dimodifikasi berdasarkan Khomsan (2000) dan justifikasi sebaran data yaitu 50±20 (mean±1SD) yang diklasifikasi menjadi tiga kategori yaitu kurang (<50%), sedang (50-70%), dan baik (>70%). Data penilaian skor kognitif subjek ditentukan dengan menggunakan instrumen MMSE (Mini Mental State Examination). Instrumen MMSE yang digunakan telah dimodifikasi sesuai kemampuan subjek. Modifikasi tersebut yaitu menghilangkan aspek orientasi tempat dan aspek atensi kalkulasi. Aspek orientasi

11

tempat dengan alasan bahwa subjek tidak berasal dari tempat mereka sekarang berada sehingga mereka tidak mengetahui alamat yang ditempati. Aspek atensi dan kalkulasi dengan alasan bahwa sebagian besar subjek tidak tamat sekolah sehingga aspek tersebut terlalu sulit untuk dijawab. Hasil penilaian ini dikategorikan menjadi tiga yaitu skor 24-30 normal, skor 17-23 kemungkinan gangguan kognitif, dan skor 0-16 gangguan kognitif (KPI 2008). Estimasi pengukuran berat badan (BB) berdasarkan lingkar lengan atas (LiLa) dan tinggi badan (TB) berdasarkan tinggi lutut (tilut) menggunakan rumus sebagai berikut. Tabel 3 Rumus estimasi berat badan dan tinggi badan Parameter Tinggi Badan (cm)a Indeks Massa Tubuh (kg/m2)b Berat badan (kg) Sumber: a. (Fatmah 2008) b. (Powell-Tuck dan Henneseey 2003)

Rumus = 62.682 + [1.889 x tinggi lutut (cm)] = [1.1 x Lila (cm)] – 6.7 = IMT ((kg/m2) x [TB (cm)/100]2

Kebutuhan air dihitung dengan empat metode yaitu luas permukaan tubuh (BSA) (Mosteller 1987), 1 mL/kkal (The National Research Council (NRC) dalam Sawka et al. 2005), 30 mL/kg berat badan (Chernoff 1994), dan rumus berdasarkan berat badan 100 mL untuk 10 kg pertama, 50 mL untuk 10 kg kedua, dan 15 mL untuk kg selanjutnya (Skipper (1993) dalam Bossingham et al. 2005). Berikut merupakan perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas permukaan tubuh (BSA) yaitu:

Kebutuhan Air (mL) = 1500 mL/ m2 x BSA Kebutuhan air dengan metode NRC didasarkan pada perhitungan kebutuhan energi. Perhitungan kebutuhan energi pada usia lanjut di Indonesia dalam WNPG X (2012) terdiri dari dua rumus (IOM 2005; Henry 2005) yang didasarkan sesuai usianya. Rumus berdasarkan IOM (2005) digunakan untuk wanita usia <65 tahun dan penggunaan rumus Henry (2005) untuk wanita usia ≥65 tahun. Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan koefisien aktivitas fisik dan thermic Effect of Food (TEF). Nilai TEF merupakan 10% dari total pengeluaran energi, yaitu sebesar 10% dari TEE (Mahan dan Escott-stump 2008) Berikut ini merupakan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Henry (2005). Tabel 4 Metode perhitungn kebutuhan energi pada wanita usia lanjut Rumus perhitungan kebutuhan energi Metode perhitungan wanita usia <65 tahun TEE = 354 – (6.91 x U) + PA x (9.36 x BB + 726 x TB) Kebutuhan energi (kkal) Keterangan : = TEE + (0.1 x TEE) PA = 0.1 (sangat ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.45 (sangat aktif) Sumber : IOM (2005)

12

Tabel 4 Metode perhitungn kebutuhan energi pada wanita usia lanjut (lanjutan) Rumus perhitungan kebutuhan energi Metode perhitungan wanita usia ≥65 tahun EB = (8.52 x BB) + (421 x TB) + 10.7 Kebutuhan energi (kkal) Keterangan : = TEE + (0.1 x TEE) PA = 1.0 (sangat ringan) = (EB x PA) + (0.1 x TEE) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.27 (aktif) Sumber : Henry (2005) Keterangan : TEE = Total Energy Expenditure atau total pengeluaran energi (kkal) PA = Physical Activity atau koefisien aktifitas fisik EB = Energi basal U = Usia BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (m)

Data asupan air didapat dengan menggunakan hasil wawancara food recall 3x24 jam. Jenis pangan yang dicatat dalam bentuk ukuran rumah tangga (URT) kemudian dikonversikan ke dalam satuan gram. Jumlah air masing-masing pangan dihitung dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Rumus yang digunakan sebagai berikut. 𝐾𝐺𝑖𝑗=𝐵𝐷𝐷/100×𝐺𝑖𝑗×𝐵𝑗/100 Keterangan : KGij = kandungan gizi i pada pangan j BDD = berat dapat dimakan Gij = kandungan zat gizi i pada pangan j dalam DKBM Bj = berat pangan j Air yang dikonsumsi tidak hanya berasal dari makanan dan minuman, tetapi sebagian diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Muchtadi et al. (1993) satu gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air. Berikut volume air metabolik dengan rumus perhitungan per gram zat gizi Volume air metabolik (mL) = (0.55 x gram karbohidrat) + (1.07 x gram lemak) + 0.40 x gram protein) Rumus untuk menghitung total asupan air individu sebagai berikut: Total asupan air (mL) = A + B + C Keterangan: A : Volume air minuman B : Volume air makanan C : Volume air metabolik Pengukuran tingkat kecukupan air dihitung dengan membagi jumlah konsumsi air dengan kebutuhan air. Rumus yang digunakan adalah:

13

Tingkat kecukupan air pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan (Depkes 2005) yaitu kurang <90, cukup 90-110% , berlebih >110%. Data status hidrasi pada subjek dilakukan dengan cara pengambilan urin. Warna urin tersebut kemudian di cocokan dengan kartu PURI. Berdasarkan kartu PURI (Armstrong et al. 1994), warna urin di kategorikan menjadi tiga yaitu terhidrasi dengan baik (1-3), kurang terhidrasi (4-6), dan dehidrasi (7-8). Urin juga dianalisis menggunakan urine analyzer dengan parameter berat jenis urin. Menurut Casa et al. (2000) berat jenis urin dikategorikan menjadi empat yaitu well-hydrated apabila nilai BJU <1.010 g/dl, minimal dehydration apabila nilai BJU 1.010-1.019 g/dl, significant dehydration apabila nilai BJU 1.020-1.029 g/dl, dan seriously dehydration apabila nilai BJU >1.030 g/dl. Uji korelasi yang digunakan adalah Spearman dengan data terdistribusi tidak normal untuk menguji hubungan antara variabel asupan air terhadap status hidrasi, asupan air terhadap kemampuan kognitif, status hidrasi berdasarkan warna urin terhadap kemampuan kognitif, dan status hidrasi berdasarkan berat jenis urin terhadap kemampuan kognitif. Uji asumsi klasik dan uji regresi juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel berat jenis urin, usia, pendidikan, tingkat kecukupan air makanan, dan tingkat kecukupan air minuman terhadap kemampuan. Uji asumsi klasik atau uji ketetapan model merupakan prasyarat untuk melakukan uji regresi. Uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Uji tersebut digunakan untuk melihat keseragaman data, tidak ada keterkaitan antara variabel independen, sebaran data yang normal, dan tidak ada pengaruh antar waktu. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut. Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 Keterangan: Y : Kemampuan kognitif β0 : Slope β1 : Intercept/koefisien regresi setiap variabel X1 : Berat jenis urin

X2 : Usia (tahun) X3 : Pendidikan X4 : Tingkat kecukupan air makanan X5 : Tingkat kecukupan air minuman

Batasan Istilah Asupan air adalah jumlah asupan air subjek dalam sehari (24jam) meliputi air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik yang dinyatakan dalam satuan mililiter (mL). Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan cairan tubuh yang mengarah pada kekurangan air pada subjek yang ditandai dengan nilai berat jenis urin (BJU) >1.020. Food recall 3 x 24 jam adalah cara pengumpulan data konsumsi makanan dan minuman selama tiga hari berturut-berturut (3x24 jam) dengan tujuan untuk mengetahui asupan air subjek. Karakteristik individu adalah ciri-ciri yang dimiliki wanita lanjut usia yang menjadi subjek penelitian ini meliputi usia, pendidikan, dan pengetahuan, kota asal, alasan tinggal, lama tinggal, keberadaan keluarga, status tinggal, dan status pembayaran di panti.

14

Kebutuhan air adalah jumlah total air yang dibutuhkan oleh tubuh dalam sehari yang dinyatakan dalam satuan mililiter (mL) dengan menggunakan empat metode yaitu luas permukaan tubuh (BSA), The National Research Council (NRC), Chernoff, dan Skipper. Konsumsi makanan adalah jenis dan jumlah (gram) makanan yang dikonsumsi oleh subjek selama 3x24 jam Konsumsi minuman adalah jenis dan jumlah (mL) minuman yang dikonsumsi oleh subjek selama 3x24 jam. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh subjek meliputi tamat/tt SD, tamat/TT SLP, tamat/TT SLA, D1/D2/D3, D4/S1, dan Pascasarjana Pengetahuan air minum adalah wawasan yang dimiliki subjek mengenai tanda air minum yang aman, gejala, serta dampak yang ditimbulkan jika kekurangan air. Kemampuan kognitif adalah kinerja otak dalam berfikir, berkomunikasi, dan memutuskan yang diukur dengan metode Mini Mental State Examination (MMSE). Skor kognitif adalah nilai yang diperoleh subjek tentang daya ingat jangka pendek dengan menggunakan media penilaian terstandar (MMSE) mencakup orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, recall, dan bahasa dengan maksimum skor 30. Status hidrasi adalah kondisi air tubuh sewaktu yang diukur dengan berat jenis urin (urine specific gravity) dan skor warna urin menggunakan kartu PURI Subjek adalah wanita berusia 60-92 tahun, dapat berkomunikasi, dan berpatisipasi penuh dalam penelitian. Tingkat kecukupan air adalah perbandingan antara jumlah asupan air yang di konsumsi dengan kebutuhan air subjek yang dinyatakan dalam persen. Urin sewaktu adalah cairan sisa metabolisme yang dikeluarkan melalui sistem kemih pada satu waktu antara pukul 07.00-12.00 WIB. Usia lanjut adalah seseorang dengan usia ≥60 tahun

15

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini merupakan wanita usia lanjut yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi sebanyak 35 orang. Karakteristik subjek yang diamati meliputi usia, pendidikan, kota asal, alasan tinggal di panti, lama tinggal di panti, keberadaan keluarga, status tinggal di panti, dan status pembayaran di panti. Sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki usia ≥70 tahun (68.6%) dengan rata-rata usia subjek 72.9±8.6 tahun. Menurut WHO (1989), usia subjek dalam penelitian ini tergolong ke dalam usia lanjut (>65 tahun). Pendidikan terakhir subjek yaitu tamat/TT SD sebesar 68.5% dengan sebanyak 33.3% subjek tamat SD, 29.2% subjek tidak tamat SD, dan 37.5% subjek tidak bersekolah. Lama tahun pendidikan subjek yaitu 4.9±5.2 tahun. Menurut Nurhidayah & Agustini (2012), jenjang pendidikan lansia di panti werdha yaitu sebesar 50% memiliki pendidikan sampai sekolah dasar dan 20% tidak besekolah. Sebagian besar subjek berasal dari wilayah Jakarta, Jawa barat, dan Banten sebesar 48.6%. Alasan subjek tinggal di panti yaitu kemauan dirinya sendiri sebesar 65.7%. Alasan lain subjek tinggal di panti yaitu tidak memiliki pasangan hidup dan tidak ingin merepotkan anak atau saudaranya, ditinggal anak, diantar pak polisi, dan terkena tsunami. Hal ini didukung oleh penelitian Wreksoatmodjo (2013) yang menyatakan wanita usia lanjut yang sudah tidak memiliki pasangan cenderung berkeinginan untuk masuk panti werdha. Tabel 5 Karakteristik Subjek Karakteristik Individu Usia (tahun) a. 60- 64 b. 65-69 c. ≥ 70 Total Pendidikan (lama tahun pendidikan) a. Tamat /TT SD b. Tamat /TT SLP c. Tamat / TT SLA d. D1/D2/D3 e. D4/S1 f. Pasca sarjanana Total Kota asal a. Jakarta,Jabar, Banten b. Jateng, Jogja, Jatim c. Lainnya Total Alasan tinggal di panti a. Tidak punya rumah b. Kemauan sendiri c. Dititipkan d. Lainnya Total

n

% 72.9±8.6 8 22.8 3 8.6 24 68.6 35 100.0 4.9±5.2 24 68.6 5 14.2 4 11.4 1 2.9 1 2.9 0 0.0 35 100.0 17 15 3 35

48.6 42.8 8.6 100.0

4 23 4 4 35

11.4 65.8 11.4 11.4 100.0

16

Tabel 5 Karakteristik Subjek (lanjutan) Karakteristik Individu Lama tinggal di panti (tahun) a. <1 b. 1-5 c. 6-10 d. >10 Total Keberadaan keluarga a. Tidak ada anak / keluarga b. Mempunyai anak / keluarga tetapi tidak bisa merawat c. Mempunyai anak / keluarga dan sesekali berkunjung d. Lainnya Total Status tinggal di panti a. Menetap b. Sementara Total Status pembayaran di panti a. Tidak bayar b. Dibayarkan keluarga c. Bayar sendiri Total

n

% 5.9±6.2 0 0.0 7 20.0 14 40.0 14 40.0 35 100.0 13 5 16 1 35

37.1 14.3 45.7 2.9 100.0

35 0 35

100.0 0.0 100.0

35 0 0 35

100.0 0.0 0.0 100.0

Rata-rata lama subjek tinggal di panti yaitu 6-10 tahun dan >10 tahun dengan proporsi yang sama yaitu 40%. Keberadaan keluarga subjek rata-rata ada anak atau keluarga dan sesekali berkunjung sebesar 45.7%. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah dan Agustini (2012) menunjukkan 20% lansia di panti dikunjungi per minggu, 23.3% lansia di panti dikunjungi per bulan, dan sebesar 20% lansia di panti dikunjungi per tahun. Status tinggal seluruh subjek yaitu menetap dan pembayaran seluruh subjek ditanggung oleh pihak panti werdha.

Pengetahuan tentang Air Minum Sebagian besar subjek memiliki pengetahuan tentang air minum kategori kurang yaitu 57.1% (Tabel 6). Hasil penelitian ini sejalan dengan Drake et al. (2014) pada subjek dewasa di inggris, Perancis, dan Spanyol menunjukkan bahwa 33% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang hidrasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustam (2012) menyatakan bahwa 38.1% dewasa memiliki pengetahuan air minum yang kurang. Pengetahuan usia lanjut mengenai air minum akan memengaruhi konsumsi air minum, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air yang cukup. Tabel 6 Kategori skor pengetahuan air minum Kategori pengetahuan air minum Kurang (<50%) Sedang (50-70%) Baik (>70%) Total Rata-rata ± SD

n

% 20 10 5 35

57.1 28.6 14.3 100.0 45.7 ± 18.6

17

Pengetahuan tentang air minum dinilai dari beberapa pertanyaan yaitu tanda air putih yang aman, jumlah air minum yang dianjurkan setiap hari, tanda dan gejala kekurangan minum, akibat meminum air yang tidak aman, tubuh membutuhkan air lebih banyak ketika berada di ruangan yang panas, warna urin coklat menandakan seseorang kekurangan minum, wanita usia lanjut minum air lebih banyak dibanding wanita muda, dan ketika demam perlu minur air lebih banyak (lampiran 2). Pertanyaan mengenai tanda air putih yang aman, sebagian kecil subjek (31.4%) mampu menjawab benar semua. Sebagian besar subjek (85.7%) memilih jawaban tanda air putih yang aman adalah tidak berwarna pada pertanyaan tersebut. Sebanyak 8.6% subjek dapat menjawab benar semua pada pertanyaan tanda atau gejala kekurangan minum. Sebagian besar subjek (65.7%) menjawab tenggorokan kering sebagai tanda atau gejala kekurangan minum. Pertanyaan akibat minum air yang tidak aman sebanyak 51.4% subjek menjawab mengalami sakit perut. Sebanyak 62.9% subjek mengatakan bahwa warna urin coklat menandakan seseorang kekurangan minum. Persepsi subjek terhadap jawaban tersebut disebabkan bukan kekurangan minum, namun disebabkan oleh banyak mengonsumsi minuman yang berwarna seperti teh, kopi, sirup, dan minuman bersoda. Sebagian besar subjek (65.7%) beranggapan bahwa usia lanjut harus minum lebih banyak dibandingkan usia muda. Subjek berasumsi bahwa ketika sudah memasuki usia lanjut tubuh akan cepat mengalami keriput dan kulit menjadi kering, sehingga harus lebih banyak minum. Hampir 80% subjek menjawab ketika demam atau berkeringat maka perlu minum air lebih banyak. Persentase tertinggi subjek menjawab benar semua pada pertanyaan tubuh membutuhkan air lebih banyak ketika berada di ruangan yang panas, yaitu sebanyak 80.0%. Persentase terendah yaitu pada pertanyaan jumlah air minum yang dianjurkan setiap hari. Seluruh jawaban subjek salah, hal ini disebabkan oleh anjuran air minum setiap hari berbeda-beda sesuai umur, dan diduga karena ada informasi yang mengatakan bahwa semua orang dianjurkan mengonsumsi air sebanyak 8 gelas atau 2L dalam sehari. Hal ini sejalan dengan penelitian Drake et al. (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki pengetahuan yang salah bahwa setiap orang harus minum air sebanyak 8 gelas. Angka kecukupan gizi yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 75 tahun 2013 merekomendasikan asupan air sebesar 2300 mL/24 jam pada wanita usia 60-64 tahun, 1600 mL/24 jam pada wanita usia 65-80 tahun, dan 1500 mL/24 jam pada wanita usia >80 tahun di Indonesia. Pengetahuan tentang air minum adalah penting untuk mencukupi kebutuhan air pada subjek.

Asupan Air Total asupan air subjek diperoleh dari air minuman, air makanan, dan air metabolik. Sesuai dengan Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa asupan air merupakan total asupan yang diperoleh dari makanan, minuman, dan air metabolik. Rata-rata asupan air total subjek sebesar 2315.2±798.5 mL/hari (Tabel 7). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Siregar et al. (2009) menyimpulkan bahwa usia lanjut di panti werdha Jakarta yang hanya melakukan aktivitas ringan memiliki asupan air yang optimal sebesar 1000-1500 mL/24 jam. Hal ini diduga

18

adanya kemungkinan yang disebabkan dari berbagai faktor seperti ukuran dan komposisi tubuh, aktivitas fisik, kebiasaan minum, suhu lingkungan, dan musim pada saat melakukan penelitian (Pardede et al. 2015). 83.78, 10.01, 5.18 Tabel 7 Rata-rata dan kontribusi asupan air berdasarkan sumber Sumber

Rata-rata mL ± SD (%) 1939.8 ± 763.6 (83.8) 231.9 ± 73.7 (10.0) 119.9 ± 52.7 (6.2) 2315.2 ± 798.5 (100.0)

Air minuman Air makanan Air metabolik Total asupan air

Asupan air terbesar berasal dari air minuman sebesar (83.8%), yaitu dengan rata-rata 1939.8±763.6 mL/hari. Rata-rata asupan air dari makanan memberikan kontribusi sebesar 10.0% (231.9±73.8 mL per hari) terhadap rata-rata total asupan air. Hasil tersebut menunjukan bahwa asupan makanan sumber air subjek masih rendah jika dibandingkan dengan asupan air dari minuman. Air metabolik adalah air yang berasal dari protein, lemak, dan karbohidrat yang dimetabolisme oleh tubuh dan menghasilkan air. Menurut Muchtadi et al. (1993), satu gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air. Rata-rata air metabolik subjek sebesar 6.2% (119.9 ± 52.7 mL per hari). Menurut IOM (2005) menyebutkan bahwa 70-80% total asupan air diperoleh dari minuman, sedangkan 20-30% berasal dari makanan. Menurut Rachma (2009) kebiasaan minum ialah perilaku seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang yang berkaitan dengan asupan air. Sama halnya dengan kebiasaan makan, subjek memiliki kebiasaan minum pada waktu-waktu tertentu. Sebagian besar subjek (97.1%) minum air putih dengan rata-rata 1538.6±823.8 mL per hari (Tabel 8). Selain air putih, subjek juga memiliki kebiasaan minum pada beberapa jenis minuman lainnya. Sebesar 88.6% subjek mengonsumsi teh pada pagi dan menjelang malan hari dan sebesar 45.7% subjek mengonsumsi susu. Jenis susu yang dikonsumsi subjek bervariasi yaitu susu kental manis yang berasal dari dapur panti dan susu bubuk berasal dari subjek sendiri. Tabel 8 Asupan air minum berdasarkan jenis dan jumlah minuman Jenis minuman Air putih Teh Susu Kopi Soft drink Jus Minuman berelektrolit Lainnya Total

n 34 31 16 4 0 0 0 2

% 97.1 88.6 45.7 11.4 0.0 0.0 0.0 5.7

Rata-rata minum (mL±SD) 1538.6±823.8 421.7±245.0 85.9±156.2 22.9±66.7 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0 13.4±55.2 1939.8±763.6

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian THIRST yang menyatakan bahwa 71.3% subjek dewasa lebih menyukai minum air putih setiap hari. Sementara hal yang sama pada subjek dewasa, minuman yang paling disukai berturut-turut yaitu air putih, teh, kopi, jus, dan susu (Hardinsyah et al. 2010). Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh subjek di panti menyukai dan memiliki kebiasaan minum air putih.

19

Tingkat Kecukupan Air Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, suhu, dan kelembaban lingkungan. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi, dan luas permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Perhitungan estimasi kebutuhan air subjek menggunakan empat metode yaitu metode luas permukaan tubuh (BSA), metode The National Research Council (NRC), metode Chernoff, dan metode Skipper. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai estimasi kebutuhan air berdasarkan metode BSA lebih besar yaitu 2108.8±269.7 mL dan diikuti dengan metode Skipper yairu sebesar 1936.23163.9 mL. Kebutuhan air subjek yaitu 1472.5±327.8 mL berdasarkan metode Chernoff dan 1404.6±273.3 mL/hari berdasarkan metode NRC. Perhitungan kebutuhan metode NRC dan Chernoff sejalan dengan Permenkes nomor 75 tahun 2013 dan penelitian Pardede et al. (2015) menunjukkan bahwa jumlah asupan cairan yang direkomendasikan untuk usia lanjut di Indonesia sekitar 1500-1600 mL/24 jam. Tabel 9 Kebutuhan air subjek berdasarkan beberapa metode Metode BSA NRC Chernoff Skipper

Kebutuhan air (mL ± SD) 2108.8 ± 269.7 1404.6 ± 273.3 1472.5 ± 327.8 1936.3 ± 163.9

Penentuan tingkat kecukupan air dihitung berdasarkan perbandingan antara konsumsi air dengan kebutuhan air. Hasil penelitian ini membandingkan tingkat kecukupan dari keempat metode tersebut. Tingkat kecukupan air berdasarkan metode BSA menunjukkan bahwa 51.4% subjek tergolong kurang, sedangkan berdasarkan ketiga metode lainnya tingkat kecukupan air subjek tergolong berlebih. Hasil penggunaan metode BSA dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian Aprillia (2014) yang menjelaskan bahwa 54% usia lanjut memiliki tingkat kecukupan cairan tergolong kurang. Subjek merupakan golongan usia lanjut yang cenderung kurang peduli terhadap pentingnya asupan cairan dalam jumlah yang cukup, sehingga pemenuhan terhadap konsumsi cairan belum optimal. Menurut Yudianti (2011) kurangnya aktivitas fisik serta adanya penurunan secara fisik dan metabolisme dapat menyebabkan berkurangnya asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh. Menurut Tannenbaum et al. (2012) metode yang didasarkan oleh perhitungan berat badan menunjukkan hasil prediksi yang lebih besar daripada metode yang didasarkan pada perhitungan estimasi kebutuhan energi. Berikut disajikan tabel tingkat kecukupan air subjek. Tabel 10 Tingkat kecukupan air subjek Tingkat kecukupan Metode BSA Kurang (<90%) Cukup (90-110) Berlebih (>110%) Total

n

% 18 4 13 35

51.4 11.4 37.2 100.0

20

Tabel 10 Tingkat kecukupan air subjek (lanjutan) Tingkat kecukupan Metode NRC Kurang (<90%) Cukup (90-110) Berlebih (>110%) Total Metode Chernoff Kurang (<90%) Cukup (90-110) Berlebih (>110%) Total Metode Skipper Kurang (<90%) Cukup (90-110) Berlebih (>110%) Total

n

% 6 3 26 35

17.1 8.6 74.3 100.0

6 2 27 35

17.1 5.7 77.2 100.0

14 4 17 35

40.0 11.4 48.6 100.0

Tingkat kecukupan air berdasarkan metode NRC, Chernoff, dan Skipper menunjukkan sebagian besar subjek tergolong berlebih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raissa (2010) menunjukkan bahwa persentase rata-rata kecukupan air pada usia lanjut di dua panti di Bogor yaitu Panti Sukma Raharja dan Salam Sejahtera yaitu sebesar 115% (berlebih) dan 106% (cukup). Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat kecukupan yang berlebih ditunjukkan oleh asupan air subjek yang melebihi kebutuhan yang dianjurkan.

Status Hidrasi dan Kemampuan Kognitif Menurut Mentes et al. (2006) menjelaskan penggunaan tingkat warna urin menggunakan kartu PURI, warna urin terang mengindikasikan seseorang terhidrasi dengan baik, sedangkan warna urin gelap mengindikasikan seseorang perlu untuk mengkonsumsi cairan. Urine Specific Gravity merupakan suatu indikator yang cepat dan akurat untuk mengetahui status hidrasi (Armstrong 2005). Tabel 11 Status hidrasi subjek berdasarkan warna urin (PURI) & pemeriksaan Urine Specific Gravity (USG) Status Hidrasi 1. PURI a. 1-3 (terhidrasi dengan baik) b. 4-6 (kurang terhidrasi) c. 7-8 (dehidrasi) Total Rata-rata ± SD Urine Specific Gravity a. <1.010 (well hydration) b. 1.010-1.019 (minimal dehydration) c. 1.020-1.029 (significant dehydration) d. >1.030 (seriously dehydration) Total Rata-rata ± SD

n

% 15 11 9 35 4.4 ± 2.3

42.9 31.4 25.7 100.0

4 11.4 28 65.7 8 22.9 0 0 35 100.0 1.013 ± 0.005

21

Status hidrasi subjek diukur pada pukul 07.00-12.00 WIB selama satu hari pada hari terakhir pengambilan data. Sebagian jumlah subjek berdasarkan indikator warna urin menggunakan kartu PURI menunjukan bahwa 57.1% (Tabel 11) tergolong dalam kategori dehidrasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Cahyani et al. (2014) menjelaskan bahwa 61% usia lanjut yang tinggal di panti werdha mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan oleh risiko dehidrasi meningkat pada lansia karena perubanhan fisiologis pada penuaan, diantaranya cairan tubuh total menurun, penurunan sensasi haus, dan penurunan kemampuan dari ginjal untuk mengkonsentrasikan urin (Mussa 2013). Sebanyak 22.9% subjek mengalami dehidrasi berdasarkan pengukuran berat jenis urin. Penelitian Rosinger (2016) pada wanita dewasa di Bolivian Amazon menunjukkan bahwa 63% mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari suhu lingkungan yang tinggi hingga 37.5°C. Peningkatan suhu 2°C dari 27.7°C dapat meningkatkan nilai berat jenis urin sebesar 0.002 (Magrin et al. 2014 dalam Rosinger 2016). Selain itu, menurut Rosinger (2016) cuaca panas dan aktivitas fisik juga merupakan faktor yang mempengaruhi status hidrasi. Adanya subjek yang mengalami dehidrasi juga berkaitan dengan rata-rata suhu di Bekasi pada bulan Februari 2016 yaitu 22-33° C (BMKG 2016). Urine specific gravity (USG) merupakan biomarker yang baik untuk menentukan status hidrasi dan memiliki sensitivitas untuk mendeteksi dehidrasi atau penilaian tingkat hidrasi (Stuempfle dan Drury 2003). Metode urine specific gravity (USG) memiliki sensitivitas hampir setara dengan osmolalitas urin (Perrier 2013). Dehidrasi ternyata memiliki pengaruh kuat terhadap fungsi otak. Dehidrasi dapat terjadi tanpa gejala dan jika berlanjut dapat menimbulkan gangguan kognitif (Wilson 2003). Penilaian kemampuan kognitif dinilai dari aspek orientasi, registrasi, recall, dan bahasa menggunakan instrumen Mini-Mental State Examination (MMSE). Sebagian besar subjek memiliki kemampuan kognitif kategori normal dan kemungkinan gangguan kognitif, yaitu 48.6% dan 40.0%. Tabel 12 Kategori skor Kognitif subjek Kategori skor Kognitif Normal (24-30) Kemungkinan gangguan kognitif (17-23) Gangguan kognitif (0-16) Total Rata-rata ± SD

n

% 17 14 4 35

48.6 40.0 11.4 100.0 19.9 ± 6.6

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muzamil et al. (2014) menjelaskan bahwa 82.4% lansia memiliki fungsi kognitif normal dan penelitan Wulansari (2015) di posyandu lansia Surakarta menunjukkan bahwa 57.6% usia lanjut mengalami gangguan kognitif sedang. Sebanyak 11.4% subjek mengalami gangguan kognitif. Hal ini didukung oleh penelitian Sundariyati et al. (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 11.9% usia lanjut memiliki gangguan fungsi kognitif. Penelitian yang dilakukan ole Rait et al. (2005) di Inggris menjelaskan bahwa 21.6% wanita usia lanjut mengalami gangguan kognitif. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes MMSE yaitu usia, tingkat pendidikan, bahasa, kebudayaan, dan kondisi pada saat tes dilakukan (Woodford dan George 2007).

22

Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, dan Kemampuan Kognitif Hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara asupan air dengan status hidrasi berdasarkan kartu PURI dan berat jenis urin (p>0.05). Hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara asupan air dengan kemampuan kognitif (p>0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Engelheart dan Akner (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan air dengan kognitif. Hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara status hidrasi dengan kemampuan kognitif (p>0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Secher & Ritz (2012) dan Suhr et al. (2010) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang kuat antara status hidrasi dengan skor kognitif. Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh penelitian Atzmon et al. (2002) pada usia lanjut di Amerika yang menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara status hidrasi dengan skor kognitif. Hasil ini diperkuat dengan adanya hubungan antara tingkat kecukupan air makanan (p=0.003) dan tingkat kecukupan air minuman (p=0.002) dengan kemampuan kognitif. Apabila persentase tingkat kecukupan air makanan dan air minuman subjek meningkat maka akan meningkatkan kemampuan kognitif subjek. Hasil ini juga didukung oleh hasil uji regresi tingkat kecukupan air minum dan tingkat kecukupan air makanan memiliki pengaruh terhadap kemampuan kognitif berdasarkan hasil uji regresi linier dari variabel berat jenis urin, usia, dan pendidikan. Menurut Szinnai et al. (2005) menunjukkan bahwa kehilangan 2.6% berat badan akibat kekurangan air pada dewasa muda tidak berpengaruh terhadap kinerja kognitif. Ketidaksesuain hasil ini juga diduga akibat pengukuran status hidrasi subjek hanya dilakukan sewaktu antara pukul 07.00-12.00 WIB dan selama satu hari serta tidak mengontrol asupan air subjek selama sebelum urinasi, sehingga kurang mencerminkan status hidrasi. Kondisi ini juga diduga oleh kondisi usia lanjut yang memiliki penurunan pengaturan pengeluaran urin (Patel 2011; Hooper et al. 2013). Selain itu, terdapat beragam pendidikan sehingga diduga dapat mempengaruhi hasil kemampuan kognitif subjek. Penelitian yang dilakukan oleh Lancu & Olmer (2006) menunjukkan bahwa kuesioner MMSE dapat dipengaruhi oleh latar belakang usia, jenis kelamin, pendidikan, dan sosialekonomi. Berikut tabel hubungan asupan air, status hidrasi, dan skor kognitif. Tabel 13 Hubungan asupan air, status hidrasi, dan kemampuan kognitif Spearman test Asupan air Warna urin Berat jenis urin Kemampuan kognitif

Asupan air r= 1.000 p= .889 r= -.025 p= .837 r= .036 p= .269 r= .192

Warna urin

Berat jenis urin

Kemampuan kognitif

r= 1.000 p= .000 r= .573 p= .840 r= -.035

r= 1.000 p= .124 r= .265

r= 1.000

23

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Subjek merupakan wanita usia lanjut yang tinggal menetap di panti werdha dengan alasan kemauan sendiri sebanyak 35 orang dengan usia rata-rata 73±8.6 tahun. Status pembayaran subjek di panti ditanggung pemerintah. Sebagian besar subjek berasal dari Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Rata-rata pendidikan subjek yaitu tamat/TT SD dengan lama pendidikan 4.9±5.2 tahun. sebagian besar subjek tinggal di panti 6-10 dan >10 tahun serta subjek mempunyai anak/ keluarga dan sesekali berkunjung. Pengetahuan subjek tentang air minum sebagian besar kurang (57.1%). Rata-rata total asupan subjek selama tiga hari yaitu 2315.2±798.5 mL/hari. Ratarata asupan air berdasarkan sumbernya yaitu air dari minuman 1939.8±763.6 mL/hari, air dari makanan 231.9±73.8 mL/hari, dan air metabolik 119.9±52.7 mL/hari. Asupan air minum berdasarkan jenisnya hampir seluruh subjek (97.1%) mengonsumsi dan menyukai air putih, kemudian teh (88.6%), berikutnya diikuti oleh susu (45.7%), kopi (11.4%), dan minuman lainnya (5.7%). Kebutuhan air subjek berdasarkan empat metode yaitu BSA sebesar 2108.8±269.7 mL/hari, NRC sebesar 1404.5±273.3 mL/hari, Chernoff sebesar 1472.5±327.9 mL/hari, dan Skipper sebesar 1936.3±163.9 mL/hari. Tingkat kecukupan air subjek berdasarkan empat metode yaitu menurut metode BSA tergolong kurang, sedangkan berdasarkan ketiga metode lainnya tingkat kecukupan air subjek tergolong berlebih. Status hidrasi subjek berdasarkan indikator warna urin (PURI) sebanyak 57.1% subjek mengalami dehidrasi dengan rata-rata nilai warna urin pada subjek sebesar 4.4±2.3. Sebanyak 22.9% subjek mengalami dehidrasi berdasarkan nilai berat jenis urin dengan rata-rata nilai berat jenis urin pada subjek sebesar 1.013±0.005. Sebanyak 11.4% subjek mengalami gangguan kognitif. Hasil uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara asupan air dengan status hidrasi. Hasi uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan air dengan kemampuan kognitif (p>0.05). Hasil uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara status hidrasi dengan kemampuan kognitif. Saran Kegiatan penyuluhan tentang air minum yang baik, aman, dan sehat pada usia lanjut perlu diadakan untuk dapat memenuhi asupan air yang optimal. Pengambilan urin sebaiknya menggunakan urin 24 jam agar menggambarkan urin yang sebenarnya dan memberikan data yang lebih akurat. Penelitian selanjutnya lebih baik perlu mempertimbangkan beragam faktor lain yang mungkin berhubungan dengan kemampuan kognitif usia lanjut misal zat gizi (asam folat, B6, dan B12). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada kelompok wanita usia lanjut di luar panti dan pada kelompok laki-laki usia lanjut di dalam maupun di luar panti.

24

DAFTAR PUSTAKA Adan A. 2012. Cognitive performance and dehydration. JACN. 31(2): 71-78. Alhada. 2012. Pegeseran nilai dalam hubungan antar generasi serta dampak terhadap lansia (studi deskriptif lansia yang tinggal di Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto) [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga. Aprilla DD. 2014. Konsumsi air putih, status gizi, dan status kesehatan penghuni panti werdha di Kabupaten Pacitan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertaian Bogor. Armstrong LE, Maresh CM, Castellani JW, Bergeron MF, Keneflick RW, LaGesse KE et al. 1994. Urinary indices of hydration status. Int J Sport Nutr. 4(3):265-79. Armstrong LE. 2005. Hydration assessment techniques. Nutrition Review, Vol. 63, No. 6. Atzmon G, Gabriely I, Greiner W, Davidson D, Schechter C, Barzilai N. 2002. Plasma HDL levels highly correlate with cognitive fungtion in exceptional longevity. Journal of Gerontology: MEDICAL SCIENCES. Vol. 57A, No. 11, M712-M715. Benelam B, Wyness. 2010. A Review: Hydration and Health. Nutr Bull. 35(1):325. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2016. Tersedia di www.bmkg.go.id Bossingham MJ, Carnell NS, Campbell WWl. 2005. Water Balance, Hydration Status, and Fat-Free Mass Hydration in Younger and Older Adults. Am J Clin Nutr; 81:1342-50. Bustan MN. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Cahyani V, Triharja AA, Natalia D. 2014. Konsumsi cairan dan status hidrasi pada lansia di Panti Soaial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu raya [naskah publikasi]. Kalimantan Barat (ID). Universitas tanjungpura. Casa DJ, Armstrong LE, Hillman SK, Montain SJ, Reiff RV, Rich BSE, Robert WO, Stone JA. 2000. National Athletic Trainers’ Association Position Statemen: Fluid Replacement for Athletes. Journal of Athletic Training. 35(2):212-224. Chernoff R. 1994. Meeting the nutritional need for water in the institutionalized setting. Nutr Rev. 19:823-832 Constantinides P. 1994. In General Pathobiology, Appleton & Lange. Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta (ID): Depkes RI. ________. 2005. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Bangsa Indonesia. Jakarta (ID). Departemen Kesehatan RI. ________. 2012. Penduduk Lanjut Usia. BPS-Susenas 2007. Kesehatan. Jakarta (ID): Depkes RI. Drake RT, Ferragud MA, Andres RU. 2014. Knowledge and perceptions of hydration: a survey among adults in the United Kongdom, France and Spain. Rev Esp Nutr Comunitaria. 20(4): 128-136.

25

Elvinia. 2007. Quality of life pada lanjut usia: Studi perbandingan pada janda atau duda lansia antara yang tinggal di rumah bersama keluarga dengan yang tinggal di panti werdha. Diperoleh tanggal 20 September 2015 dari http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=349&id=124555&src=k&f1. Engelheart S, Akner G. 2013. Dietary intake of energy, nutrients and water in elderly poeple living at home or nursing home. JNHA. 19(3):265-72. Fatmah. 2008. Model prediksi tinggi badan lansia etnis jawa berdasarkan tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. 1975. A practical method for grading the cognitive state of patiens for the clinician. J. Psychial. Res, Vol. 12: 189198. Gustam. 2012. Faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa [skripsi]. Bogor: (ID). Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah, Adiningsih S, Thaha AR, Briawan D, Effendi YH, Aries M, Lestari KS, Nindya TS, Khidri N, Fatimah S. 2010. Studi Kebiasaan Minumdan Status Hidrasi pada Remaja daan Dewasa di Beberapa Daerah di Indonesia. Bogor (ID): Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) Indonesia, Departemen Gizi Masyarakat Fema IPB Bogor, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas. Henry CJK. 2005. Basal Metabolic Rate Studies in Humans: Measurements and Developmnet of New Equations. Public Health Nutrition 8(7)A:11331152. Hooper L, Bunn D, Jimoh, FO, Fairweather-Tait SJ. 2013. Water lossdehydrationand aging. Mech Aging Dev. 136-137: 50-58. [IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC. [Kemendikbud] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Analisis Kinerja Pendidikan Provinsi Aceh. Jakarta (ID): Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. [KPI] Kolegium Psikiatri Indonesia. 2008. Program pendidikan dokter spesialis psikiatri. Modul Psikiatri Geriatri. Jakarta (ID): Kolegium Psikiatri Indonesia. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Komnas Lansia. 2010. Profil Penduduk Lanjut usia 2009. Jakarta (ID). Lancu I, Olmer A. 2006. The minimental state examination-an up-to-date review. J Harefuah. 145(9): 687-90, 701. Mahan LK, Ascott-Stump S. 2008). Krause’s Food & Nutrition Therapy 12th Ed International Edition. Philadelphia (US): Saunders Elsivier. Manz F, Wentz A. 2005. Hydration status in the United States and Germany. Nutr Rev. 63 (6):S55-S62.doi: 10.1301/nr.2005.jun.S55-S62.

26

Mentes JC, Wakefield B, Culp K. 2006. Use of urine color chart to monitor hydration status in nursing home residents. Biological Research for Nursing 7 (3):197-203. Mosteller RD. 1987. Simplified calculation of body surface area. N Engl J Med. 317 (17): 1098 (letter). Muchtadi D. Palupi NS, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi; Sumber Fungsi dan kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan. Mussa TB. 2013. Dehydration of the Elderly in Nursing Homes-from a CareGiver Perspective [thesis]. Human ageing and elderly service, No. 10679, 51. Muzamil MS, Afriwardi, Martini RD. 2014. Hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada usila di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. Jurnal Kesehatan Andalas, 2014; 3 (2). Nurhidayah S, Agustini R. 2012. Kebahagian lansia di tinjau dari dukungan sosial dan spiritual. Jurnal Soul, Vol. 5, No. 2. Pardede SO, Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P. 2015. Hidrasi Sehat Bagi Usia Lanjut. Jakarta (ID): Centra Communications. Patel N. 2011. What are the preanalytical variables that can affect urinalysis test results?. Tech Talk. 10(1) [Pergemi] Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia. 2012. Konsensus Pengelolaan Nutrisi pada Orang usia lanjut. Jakarta (ID). [Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia, Jakarta, tanggal 23 November 2013. [PP RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Perrier E, Demazieres A, Girard N, Pross N, Osbiid D, Metzger D, Guelinckx I, Klein A. 2013. Circadian variation and responsiveness of hydration biomarkers to changes in daily water intake. Eur J Appl Physiol. 113, 2143–2151. Powell-Tuck J, Hennessy EM. 2003. A comparison of mid upper atm circumference, body mass index and weight loss an indices of undernutrition in actualy hospitalized patients. Clinical Nutrition. 22(3):307-312. Proboprastowo SM dan Dwiriyani CM. 2004. Angka Kecukupan Air dan Elektrolit. Jakarta (ID): WNPG. Rachma P. 2009. Kebiasaan minum, kebutuhan cairan, dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Raissa T. 2012. Asupan serat dan cairan, aktivitas fisik, serta gejala konstipasi pada lanjut usia [skripsi]. Bogor (ID): Intstitut Pertanian Bogor. Rait G, Fletcher A, Smeeth L, Brayne C, Stirling S, Nunes M, Breeze E, Ng ESW, Bulpitt CJ, Jones D, Tulloch AJ. 2005. Prevalence of cognitive impairment: results from the MRC trial of assessment and management of older people in the community. Age and Ageing 2005; 34: 242-248. Rivlin RS. 2007. Keeping the young lderly healthy: Is it too late to improve our healthy through nutrition?. Am J Clin Nutr 86: 15728-15768.

27

Rosinger A. 2015. Heat and hydration status: predictors of repeated measures of urine specific gravity among Tsimane’ adult in th Bolivian Amazon. America Journal of Physical, Anthropolgy. 158:696-707. Rosita. 2012. Stressor sisoal biologi lansia panti werdha usia dan lansia tinggal bersama keluarga. BioKultur, Vol. 01, No. 01, hal. 43. Sawka MN, Cheuvront SN, Carter R. 2005. Human water needs. Nutr Rev 63:S30-S39.doi: 10.1301/nr.2005.jun.S30-S39. Secher M, Ritz P. 2012. Hydration and cognitive performance. Journal of Nutrition, Health and Aging. Vol. 16(4). Sevilla CG, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, Uriarte GG. 2007. Research Methods. Quenzo (PH):Rex Printing Company. Shahril MR, Silaiman S, Shaharudin SH, Isa NMD, Hussain SNAS. 2008. Semiquantitative food frequenscy questionnaire for assessment of energy, total fat, fatty acids, and vitamin A, C and E intake among Malaysian women: comparison with three days 24-hour diet recalls. Jurnal Sains Kesehatan Malaysia 6 (2) 2008: 75-91. Siregar O, Susalit E, Wirawan E, Setiati S, Waspandji S. 2009. Optimal water intake for the elderly: Prevention of hyponatremia. MedJ Indonesi. 18:18-35. Steven PJM. 2002. Ilmu keperawatan. (2nded). (Jocelyn Arthur Tomasowa, Penerjemah.). Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Stuempfle KJ, Drury DG. 2003. Comparison of 3 methods to assess urine specific gravity in collegiate wrestlers. J Athl Train. 38:315–319. Suhr JA, Patterson SM, Austin AW, Heffner KL. 2010. The relation of hydration status to declarative memory and working memory in older adults. JNHA. Vol. 14(10). Suleman I. 2014. Gambaran kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna WerdhaProvinsi Gorontalo [thesis]. Gorontalo (ID): Universitas Negeri Gorontalo. Sundariyati IGAH, Ratep N, Westa W. 2014. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi status kognitif lansia di wilayah kerja puskesmas Kubu II, Januari-Februari 2014. Bali (ID): Universitas Udayana. Szinnai G, Schachinger H, Arnaud MJ, Linder L, keller U. 2005. Effect of water deprivation on cognitive-motor performance in health men and women. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 289(1): R275-80 Tannenbaum SL. Castellanos VH, George V, Arheart KL. 2010. Current formulas for water requirement produce different estimates. J of Parenteral and Enteral Nutrition. 36(3): 299-305. Wilson J. 2003. Harrison’s Principle if Internal Medicine. 12th edition. New York (US). McGraw Hill.Inc.p1660-1662,1682. Wilson L. 2014. Hydration and oledr people in the UK: addressing the problem, understanding the solutions. The International Longevity Center – UK. [WHO] World Healt Organization. 1989. Health of age elderly. World Healt Organization. Geneve. [WNPG[ Widyakarya Pangan dan Gizi X. 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan Perbaikan Gizi Berbasis kemandirian dan kearifan Lokal. Jakarta (ID): 20-21 November 2012.

28

Woodford HJ, George J. 2007. Cognitive assessment in the elderly: a review of clinical methods. Q J Med. 100:469-484. Wreksoatmodjo BR. 2013. Perbedaan karakteristik lanjut usia yang tinggal di keluarga denganyang tinggal di panti di Jakarta Barat. CDK-2009/Vol. 40, No. 10. Wulansari IY. 2015. Hubungan antara gangguan kognitif dengan depresi pada lanjut usia demensia di posyandu lansia [naskah publikasi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yudianti D. 2011. Analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada lansia di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29

LAMPIRAN Lampiran 1

Jumlah dan persentase subjek yang menjawab benar pada pengetahuan air minum dan hidrasi

Pengetahuan air minum Tanda air putih yang aman a. Tidak bewarna b. Tidak berasa c. Tidak berbau d. Tidak ada endapan e. Benar semua Jumlah air minum yang dianjurkan dikonsumsi setiap hari agar tubuh sehat a. Benar b. Salah Tanda/gejala kekurangan minum pada manusia a. Haus/dahaga b. Bibir kering c. Tenggorokan kering d. Lemas e. Pusing f. Benar semua Akibat meminum air yang tidak aman atau tidak baik a. Muntah b. Pusing c. Sakit perut d. Diare e. Benar semua Tubuh membutuhkan air lebih banyak ketika berada di ruang yang panas a. Ya b. Tidak Warna urin coklat menandakan seseorang kekurangan minum a. Ya b. Tidak Wanita usia lanjut harus minum air lebih banyak dibanding wanita muda a. Tidak b. Ya Ketika demam atau berkeringat perlu minum air lebih banyak a. Ya b. Tidak

n

% 30 16 20 10 11

85.7 45.7 57.1 28.8 31.4

0 35

0.0 100.0

20 14 23 11 9 3

57.1 40.0 65.7 31.4 25.7 8.6

9 5 18 13 2

25.7 14.3 51.4 37.1 5.7

28 7

80.0 20.0

22 13

62.9 37.1

12 23

34.3 65.7

27 8

77.1 22.9

30

Lampiran 2 Jumlah dan persentase subjek yang menjawab benar pertanyaan kognitif berdasarkan kuesioner Mini-Mental State Examination (MMSE) Penilaian kognitif Kemampuan mengingat waktu a. Tahun b. Musim c. Bulan d. Tanggal e. Hari Menyebutkan 3 benda selang 1 detik a. Bisa menjawab 1 b. Bisa menjawab 2 c. Bisa menjawab 3 Menyebutkan kembali 3 nama benda a. Bisa menjawab 1 b. Bisa menjawab 2 c. Bisa menjawab 3 Menyebutkan nama benda yang ditunjuk a. Bisa menjawab benda 1 (pensil) b. Bisa menjawab bendaa 2 (kertas) Mengulang kalimat dengan benar a. Ya b. Tidak Melakukan perintah a. Ambil kertas b. Dilipat menjadi dua c. Diletakkan dilantai Membaca dan melakukan yang dibaca a. Dapat b. Tidak dapat Menulis sebuah kalimat dengan spontan a. Dapat b. Tidak dapat Menyalin gambar a. Dapat b. Tidak dapat

n

% 21 27 22 22 30

60.0 77.1 62.9 62.9 85.7

0 4 27

0 11.4 77.1

12 6 10

34.3 17.1 28.6

35 31

100.0 88.6

5 35

14.3 85.7

34 33 33

97.1 94.3 94.3

28 7

80.0 20.0

26 9

74.3 25.7

13 22

37.1 62.9

Lampiran 3 Urin subjek yang tergolong (a) terhidrasi dengan baik, (b) kurang terhidrasi, dan (c) dehidrasi

(a)

(b)

(c)

31

Lampiran 4 Surat persetujuan komisi etik penelitian

32

RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Putri pasangan Bapak Supoyo dan Ibu Sukesi. Penulis dilahirkan di Bekasi, pada tanggal 21 Juli 1994. Penulis menenpuh pendidikan dimulai dari TK Nurul Islam pada tahun 1999-2000 lalu sekolah dasar di SDN Bojong Rawa Lumbu VIII pada tahun 2000-2006 selanjutnya di SMPN 8 Bekasi pada tahun 2006-2009. Penulis melanjutkan di SMAN 8 Bekasi pada tahun 2009-2012 dan penulis lulus seleksi UTM IPB hingga diterima sebagai mahasiswa Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di organisasi yaitu Club Kulinari 2013-2014. Penulis juga ikut serta dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Himagizi yaitu panitia Welcome Party 50 2013 divisi logistik dan panitia Nutrition Fair 2014 divisi konsumsi serta BEM FEMA yaitu panitia MPD dan MPF divisi medis. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor selama dua bulan terhitung dari Juni-Agustus 2015. Penulis Juga melaksanakan Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur pada bulan FebruariMaret 2016. Topik yang dikaji antara lain Manajemen Sumberdaya Produksi Makanan (MSPM) rumah sakit serta Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) untuk pasien anak dan pasien penyakit dalam.