HUBUNGAN CITRA TUBUH (BODY IMAGE) DENGAN HARGA DIRI REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS DI SMP N 33 SEMARANG Yulia Ratnasari1, Yunani2, Dita Wasthu Prasida3 1,2,3 STIKES Karya Husada Semarang Email : wprasida@yahoo. co. id ABSTRACT Background: Teenage is a time of transition from childhood to adulthood, which is marked by a change in the physical and psychological. Physical changes and adolescent attention on changes in the body affects the appearance of the body image and self-esteem. Based on preliminary studies in SMP N 33 Semarang and from the interviews with teachers and 8th grader BK VII obtained it has been observed that students feel less comfortable with the changes in body iron, specially the girls already going through menstruation. Objective: The purpose of this study was to verdict the relationship of body image and self-esteem of young girls at puberty in SMP N 33 Semarang. Research methodology: Quantitative research with cross sectional approach. The subject of this study course was young 123 girls who had menstruation from class VII of which 94 girls has been used in this study process with a stratified random sampling technique. In this data analysis processes I have used univariate and bivariate analysis. Results: The results showed that the number of 82 (87.2%) and 84 (89.4%) of young girls at puberty in SMP N 33 Semarang have positive body image and positive self-esteem. Conclusion: The results of the statistical test obtained, P Value = 0.022 (p <0.05) so that Ha is accepted, then there is a relationship between body image (body image) and selfesteem of young girl at puberty in SMP N 33 Semarang. Keywords: Body image, Self-Esteem, Girls, Puberty References: 27 (2004-2013)
ABSTRAK Latar Belakang: Remaja merupakan masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Perubahan fisik dan perhatian remaja mengenai perubahan pada tubuh serta penampilannya berpengaruh pada citra tubuh (body image) dan harga dirinya. Berdasarkan studi pendahuluan di SMP N 33 Semarang dari hasil wawancara dengan guru BK dan 8 siswi kelas VII didapatkan siswi merasa kurang nyaman dengan perubahan pada tubuhnya teruma pada siswi yang sudah mengalami menstruasi. Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas VII yang sudah menstruasi berjumlah 123 siswi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili berjumlah 94 siswi dengan teknik Stratified random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil Penelitian: Hasil penelitian didapatkan remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang yang memiliki citra tubuh (body image) positif sebanyak 82 (87,2%) dan harga diri positif sebanyak 84 (89,4%). Kesimpulan: Hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0,022 (p < 0,05) sehingga Ha diterima, maka ada hubungan antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. Kata Kunci: Citra tubuh, Harga Diri, Remaja putri, Pubertas Pustaka : 27 (2004-2013)
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007, hlm.46). Umumnya para remaja menyadari perubahan yang dialami mereka, khususnya perubahan dalam hal penampilan. Sulit untuk menentukan apakah dengan perubahan penampilan, pribadinya juga mengalami perubahan. Banyak remaja menghayati perubahan tubuh atau fisik mereka sebagai sesuatu hal yang ganjil dan asing dan selalu membingungkan mereka (Gunarsa, 2007, hlm.47). Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual. Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup. Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak daripada remaja putra (Paganthi, 2009, hlm.14). Pertumbuhan fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi psikologi remaja, baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dan lain-lain adalah perasaan yang umumnya muncul pada saat itu. Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Penampilan fisik banyak pengaruhnya pada penilaian diri sendiri, bahkan acapkali lebih berperanan daripada kemampuan intelek. Remaja wanita yang cantik atau remaja pria yang tampan biasanya akan disenangi teman-teman. Daya tarik penampilan fisik lebih diutamakan daripada prestasi disekolah. Macam penampilan fisik yang dianggap sebagai menarik atau tidak, banyak ditentukan oleh kebudayaan dan masanya. Perubahan kulit pada wajah dengan tumbuhnya jerawat menyebabkan para remaja tidak begitu senang pergi ke pesta. (Gunarsa, 2007, hlm.47-48). Perubahan fisik dan perhatian remaja mengenai perubahan pada tubuh serta penampilannya berpengaruh pada citra tubuh (body image) dan harga dirinya (self-esteem). Keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya pergaulan. Karena itu, tidak jarang remaja melihat penolakan atas mereka, mereka menganggap karena keadaan fisik mereka dan bagian yang menjadi penyebab penolakan itu lebih buruk dari aslinya. Citra tubuh (Body image) adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. (Sunaryo, 2004, hlm.32). Persepsi remaja putri mengenai tubuh mereka terutama masalah penampilan menjadi hal utama sehingga dapat berpengaruh terhadap citra tubuh remaja putri. Semua wanita terutama remaja putri tentu ingin memiliki tubuh langsing dan menarik sesuai dengan persepsi masyarakat umum tentang citra tubuh perempuan ideal di mata masyarakat dengan tubuh yang sesuai dengan tubuh gadis-gadis yang ada di majalah atau bintang film. Remaja putri menganggap bahwa dengan memiliki tubuh ideal dapat lebih unggul dengan menjadi pusat perhatian di antara temanteman sebayanya (Dian, 2006, hlm.2). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam dihadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedangkan remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat. Dalam kenyataannya, sejalan dengan perubahan-perubahan pada masa pubertas, remaja putri lebih tidak puas dengan keadaan tubuh mereka dan mempunyai pandangan yang negative terhadap citra tubuh mereka yang umumnya diakibtkan karena berat badan mereka semakin meningkat (Santrock, 2008, hlm.92). Jaman sekarang bukan hal yang aneh lagi jika saat ini banyak salon kecantikan, spa, wallness center, dan semacamnya sibuk melayani gadis-gadis belia yang siap menghamburkan ratusan ribu rupiah dalam tempo sekejap. Sepuluh tahun lalu salon hanya didatangi perempuan dengan batas usia termuda 18 tahun, tetapi sekarang salon biasa melayani gadis berusia 10, 12, dan 13 tahun. Remaja bisa datang dua hingga tiga kali dalam seminggu. Di mal-mal gadis remaja juga gemar menghabiskan waktu untuk berbelanja produk kecantikan. Ada yang membeli body glitter, perona mata, pemutih wajah, sampai lotion untuk menghilangkan bulu kaki (Kompas, Senin, 15 Maret 2004).
2
Tayangan di televisi juga seringkali membahas berita tentang gaya hidup para artis wanita yang berlomba-lomba tampil cantik dan gaya hidup sehari-hari yang mereka lakukan. Misalnya saja berita tentang Syahrini yang melakukan facial mahal di salon untuk mendapatkan wajah yang putih dan mulus, dan makan nasi putih hanya tiga sendok makan setiap harinya (detik.com, 27 Juni 2011). Atau berita tentang Krisdayanti yang melakukan operasi plastik pada wajah dan tubuhnya agar sesuai dengan keinginannya tampil cantik dan menarik (detik.com, 27 Juni 2011). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri yang ingin tampil cantik sama halnya dengan selebritis yang melakukan berbagai macam perawatan untuk mendapatkan tubuh yang diharapkan, karena tubuh mereka memiliki pengaruh yang besar terhadap harga diri mereka dihadapan penonton maupun penggemarnya. Harga diri (Self-esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi, orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain (Sunaryo, 2004, hlm.32). Keinginan remaja putri untuk dicintai dan dihargai membuat remaja menggali potensi yang dimiliki oleh tubuhnya ataupun intelektualnya dan memperbaiki sedemikian mungkin. Harga diri bisa sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja di tuntut untuk menentukan pilihan, posisi, peran dan memutuskan apakah remaja mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah remaja dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial dengan kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya (Suliswati, 2005). Setelah dilakukan studi pendahuluan di SMP N 33 Semarang pernah ada kejadian siswi perempuan kelas VII yang pingsan pada saat jam pelajaran, setelah dibawa ke UKS siswi ini bercerita bahwa dia tidak makan nasi melainkan hanya mium air putih, memakan buah dan sayur agar tubuhnya langsing. Kemudian dari wawancara yang didapat dari guru BK didapatkan bahwa 2 bulan lalu ada siswi yang menceritakan masalahnya mengenai bentuk tubuhnya yang pertumbuhannya lebih cepat dari teman seumurannya sehingga membuat dia tidak nyaman dan meminta nasehat agar siswi ini tidak dijauhi teman-temannya. Pada bulan Desember 2013 penulis melakukan wawancara terhadap 8 siswi perempuan kelas VII didapatkan bahwa 2 siswi merasa kurang nyaman dengan perubahan fisik pada tubuhnya karena tubuhnya menjadi lebih padat dan payudaranya lebih besar terlebih lagi ketika berolahraga, siswi ini merasa tidak percaya diri karena bagian dadanya lebih menonjol ketika memakai kaos olahraga. Kemudian 3 anak mengatakan bahwa sejak mendapatkan menstruasi, tubuhnya menjadi susah dikontrol dan sekarang cenderung lebih gemuk, padahal sebelum menstruasi mereka cenderung kurus, hal ini mengakibatkan mereka kurang nyaman dengan bentuk tubuh yang sekarang dan merasa kurang menarik untuk lawan jenis. Hal senada juga diungkapkan oleh 2 siswi yang mengatakan sekarang tidak cantik lagi karena wajahnya tumbuh jerawat sehinggan membuat mereka malu untuk tampil didepan teman-temannya terutama lawan jenis. Kemudian ada juga cerita tentang 1 siswi yang pendiam dan jarang bergaul dengan teman yang lain, siswi ini mengatakan ciri-ciri temannya sedikit gemuk dan mukanya berjerawat. Dari cerita yang didapatkan bahwa siswi yang pendiam ini kurang nyaman dengan keadaan tubuhnya ketika bergaul dengan teman-teman yang lain, karena merasa dirinya jelek. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Citra Tubuh (Body Image) dengan Harga Diri Remaja Putri pada Masa Pubertas di SMP N 33 Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. METODE PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan pada bulan Januari s/d Juli 2014, dilaksanakan di SMP N 33 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri kelas VII SMP N 33 Semarang yang sudah menstruasi berjumlah 123 siswi, sedangkan sampel sejumlah 94 orang 3
1. Teknik Sampling Teknik sampling adalah proses penyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi yang ada. Teknik sampling digunakan untuk memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dari subyek penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling. Stratified random sampling adalah teknik yang digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsure yang tidak homogen.
A. Hipotesis Hipotesis alternatif dalam penelitian ini, adalah: ada hubungan antara citra tubuh (body image) terhadap harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Citra Tubuh Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh data yang tercantum pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Citra Tubuh remaja putri di SMP N 33 Semarang tahun 2014 Citra Tubuh
Frekuensi
%
Positif
82
87,2
Negatif
12
12,8
Jumlah
94
100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa citra tubuh remaja putri di SMP N 33 Semarang adalah positif sebanyak 82 responden (87,2%). b. Harga Diri Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh data yang tercantum pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Harga Diri remaja putri di SMP N 33 Semarang tahun 2014
Harga Diri
Frekuensi
%
Tinggi
84
89,4
Rendah
10
10,6
Jumlah
94
100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa Harga Diri remaja putri di SMP N 33 Semarang adalah tinggi yakni sebanyak 84 responden (89,4%). 2. Analisa Bivariat Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. Hubungan citra tubuh dengan harga diri remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hubungan citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang tahun 2014
4
Citra Tubuh (Body Image) Negatif Positif Jumlah
Harga Diri Rendah Tinggi n % N % 4 33,3 8 66,7 6 7,3 76 92,7 10 84
Total n 12 82 94
% 100 100 100
OR
(95% CI)
p value
6,33 (1,47-27,26)
0,022
Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis hubungan antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri diperoleh bahwa dari 12 anak yang memiliki citra tubuh negatif ada sebanyak 4 (33,3%) harga diri rendah, sedangkan dari 82 anak yang memiliki citra tubuh positif ada sebanyak 6 (7,3%) memiliki harga diri rendah. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square dengan ketentuan tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 1 dan tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan sel. Apabila syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka untuk tabel silang berukuran selain 2x2 dilakukan penggabungan sel dan untuk tabel 2x2 menggunakan uji Fisher Exact. Hasil uji statistic dari Fisher Exact didapatkan nilai p value = 0,022 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. Hasil lebih lanjut didapatkan OR = 6,33 artinya remaja putri yang memiliki citra tubuh negatif mempunyai kemungkinan 6,33 kali memiliki harga diri rendah dibandingkan dengan harga diri tinggi. B. Pembahasan 1. Analisa Univariat a. Citra Tubuh Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 94 remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang didapatkan 82 remaja putri (87,2%) memiliki citra tubuh (body image) positif, hal ini menunjukkan bahwa remaja putri kelas VII memiliki pendapat, pandangan dan penilaian terhadap dirinya baik dan dapat menerima kondisi tubuhnya apa adanya, kemudian 12 remaja putri (12,8%) memiliki citra tubuh (body image) negatif, hal ini dikarenakan ada rasa kurang bisa menerima kondi tubuhnya sendiri sehingga remaja ini akan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki tubuh lebih baik dari dirinya. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal yang dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik, kemampuan fisik, persepsi dari pandangan orang lain, pertumbuhan kognitif, kemampuan fisik, persepsi dari pandangan orang lain, pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik, serta sikap dan nilai cultural juga mempengaruhi citra tubuh (Perry & Potter, 2005). Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan Muhammad Ridha (2012) mengenai hubungan body image dengan penerimaan diri pada mahasiswa Aceh di Yogyakarta dengan hasil body image pada sebagian besar subyek yang diteliti sebesar 98,3% dan masuk dalam kategori tinggi. b. Harga Diri Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 94 remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang diketahui bahwa 84 (89,4%) dari remaja putri memiliki harga diri tinggi, hal ini ditunjukkan dengan remaja putri aktif dalam mengungkapkan pendapat ataupun bertanya ketika ada yang tidak dipahami terutama mengenai hal yang berkaitan dengan dirinya, teman-teman disekitarnyapun sependapat dengan apa yang dia ungkapkan. Sehingga komunikasi yang terjadi membuat mereka diakui dan
5
merasa berharga disekitar teman-temannya, kemudian 10 (10,6%) remaja putri memiliki harga diri rendah, hal ini dikarenakan ada rasa kurang percaya diri ataupun keberanian untuk mengungkapkan sesuatu. Penilaian harga diri tinggi atau rendah diperoleh dari evaluasi individual terhadap dirinya. Individu mengevaluasi diri dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat berorganisasi, tempat bekerja, maupun lingkungan sosial. Penilaian positif terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi diri, seperti: menghargai kelebihan, menghargai potensi diri, dan menerima kekurangan diri (Santrock, 2007). Sedangkan penilaian negatif terhadap diri sendiri adalah: penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri dan tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang (Santrock, 2007). Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat sebagai individu yang berarti dan penting, meskipun individu mengalami kegagalan, kekalahan, atau bersalah. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan Lukman Yusuf (2012) mengenai Harga Diri pada remaja menengah putri di SMA Negri 15 Kota Semarang dengan hasil siswi SMA N 15 Kota Semarang mempunyai harga diri tinggi sebanyak 95 responden (55,9%) dari 170 responden yang diteliti. 2. Analisa Bivariat Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 12 anak yang memiliki citra tubuh negatif ada sebanyak 4 (33,3%) harga diri rendah, hal ini menunjukkan bagaimana remaja menilai dirinya sendiri akan mempengaruhi harga diri yang dimilikinya dalam lingkungan ataupun bergaul, sedangkan 8 (66,7%) memiliki harga diri tinggi, hal ini dikarenakan peran lingkungan sekitar yaitu teman dan guru yang membuat remaja yang memiliki penilaian terhadap dirinya negatif tidak dipermasalahkan oleh teman-temannya, semua dianggap sama tanpa membeda-bedakan, guru di SMP N 33 Semarang juga mengajarkan bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan disitulah akan diletakkan kelebihan, sehingga setiap remaja akan memiliki kekurangan dan kelebihan yang tidak sama. Remaja yang memiliki citra tubuh positif 82 anak, 6 (7,3%) memiliki harga diri rendah, hal ini dikarenakan adanya rasa malu ataupun keberanian yang kurang untuk menonjolkan diri, kemudian 76 (92,7%) memiliki harga diri tinggi, ini menunjukkan bagaimana cara remaja menilai dirinya akan mempengaruhi harga dirinya di hadapan teman-teman ataupun guru mereka. Harga diri mengacu pada penilaian pribadi dan objektif tentang makna seseorang yang didapat dan dipengaruhi oleh kelompok sosial dalam lingkungannya saat ini yaitu teman-teman, guru dan staf di SMP N 33 Semarang serta persepsi individu tentang bagaimana mereka dihargai oleh orang lain. Menurut Tambunan (2006) harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Harga diri sangat berperan penting dalam perilaku individu. Coopersmith mengatakan bahwa harga diri menentukan cara seseorang beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan. Harga diri berperan dalam perilaku melalui proses berpikir, emosi, nilai, cita-cita serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Pengalaman sebagai sarana mencapai kematangan dan perkembangan kepribadian. Namun pengalaman tidak selalu memberikan umpan balik yang positif. Jika umpan balik yang diterima remaja pada citra tubuhnya (body image) positif maka harga dirinya akan membaik, sebaliknya jika umpan yang diterima remaja negative maka, hal ini akan mempengaruhi juga harga diri remaja tersebut (Andayani dan Afiatin, 1996, dalam Mifbakhuddin dkk, 2013) Citra tubuh merupakan suatu hasil keluaran dari persepsi yang terbentuk melalui proses bagaimana seorang individu memandang tubuhnya dan tubuh orang lain. Kemudian melakukan perbandingan antara kedua bentuk tersebut dan selanjtnya menginternalisasi perbandingan tersebut. Perbandingan yang biasa dilakukan seorang individu menghasilkan pandangan mengenai tubuh individu tersebut (perceived self) sehingga menghasilkan rasa puas atau tidak dengan bentuk tubuhnya (body dissatisfaction. (Thomson et all, 1999 dalam Berman, Martinez & Stice, 2006) mendefinisikan body dissatisfaction sebagai ketidak bahagiaan seseorang akan berat dan bentuk tubuhnya. Lebih jauh, definisi dari
6
body dissatisfaction adalah adanya perbedaan persepsi mengenai bentuk tubuh ideal seseorang dengan bentuk tubuh ideal yang dibentuk oleh masyuarakat. Hasil uji statistic antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri dengan menggunakan Fisher Exact didapatkan nilai p value = 0,022 (p < 0,05) sehingga Ha diterima, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan Vicky Aprilian Ramadani (2011) mengenai hubungan antara citra tubuh dan harga diri pada siswa SMA Negeri 1 Bangkalan dengan hasil ada hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada siswa SMA Negeri 1 Bangkalan. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian antara lain : (1) sebagian besar Remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang memiliki citra tubuh (body image) positif sebanyak 82 (87,2%). (2) sebagian besar remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang memiliki harga diri tinggi sebanyak 84 (89,4%). (3) Ada hubungan antara citra tubuh (body image) dengan harga diri remaja putri pada masa pubertas di SMP N 33 Semarang B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagi remaja putri Kepada remaja putri diharapkan mempertahankan dan mengembangkan citra tubuh yang positif dengan cara memandang, memikirkan dan menilai diri sendiri sehingga dapat menerima kondisi tubuhnya apa adanya sehingga harga diri yang dimiliki remaja putri akan tetap tinggi. 2. Bagi Peneliti Kepada peneliti , hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya yang terkait serta instrument yang digunakan bukan hanya menggunakan kuesioner tetapi dapat dimodifikasi dengan melakukan wawancara secara mendalam dengan siswa, sehingga data dan informasi akan lebih lengkap. 3. Bagi Institusi Pendidikan Kepada STIKES Karya Husada Semarang, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan masukan data dan memberikan sumbangan pemikiran pengembangan ilmu pengetahuan untuk peneliti selanjutnya tentang remaja putri pada masa pubertas.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Syaifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R, A & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial, edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
7
Gunarsa, Singgih D. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hastono, S. P. 2006. Basic Data Analysis for Health Research. Universitas Indonesia (UI): Fakultas Kesehatan Masyarakat. Hendry, S.H. 2010. Pengaruh Tampilan Fisik Model Perempuan Majalah Gogirl! Terhadap Body Image di Kalangan Remaja Putri SMA ST Thomas Aquino, dalam DS Rendro, Beyond Borders: Comunication Modernity & History. STIKOM The London School of Public Relation. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Jones, D.C. 2004. Body Image Among Adolescent Girls and Boys: A Longitudinal Study. Journal of Development Psychology. 40(5), 823-835. Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC. Maisaroh, Siti. 2009. Menarche. Yogyakarta. Mifbakhuddin. 2013. Hubungan Obesitas dengan Citra Diri dan Harga Diri pada Remaja Putri di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari. Jurnal Keperawatan Komunitas 1 (1), 52-61. Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurfarriyah. 2009. Psikologi Remaja.ririrenata.multiply.com/journal/item/2psikologi remaja. 2 Maret 2014 jam 19.35 WIB. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Purwanto, Heri. 2008. Pengantar Perilaku manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Ridha, Muhammad. 2012. Hubungan antara Body Image dengan Penerimaan Diri pada mahasiswa Aceh di Yogyakarta. Jurnal EMPATHY. 1 (1), 111-121. Sarlito. 2009. Perubahan Fisik Remaja. e-psikologi.com Tanggal 2 Maret 2014 jam 19.50 WIB. Setiawan, Ari dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, IV, S1 dan S2. Yogyakarta: Muha Medika Simanjuntak, Sri Rejeki N.P.S. 2009. Persepsi Remaja Tentang Body Image Ditinjau dari Konsep Diri. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Thompson. 2008. Body Image, Eating Disorder, and Obesity in Youth. APA Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.1 Wong. Jakarta: EGC.
8
Yosephin. 2012. Hubungan Citra Tubuh Terhadap Perilaku Diet Mahasiswi di Salah Satu Fakultas dan Program Vokasi Rumpun Sosial Humaniora Universitas Indonesia. Yusuf, Lukman. (2012). Harga Diri pada Remaja Menengah Putri di SMA N 15 kota Semarang. Jurnal Nursing Studies, 1 (1), 225-230.
9