FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
Hubungan antara Citra Tubuh dan Konsep Diri dengan Motivasi Bertato pada Wanita di Surakarta Correlation between Body Image and Self-Concept with Tattooed Motivation on Woman in Surakarta Adhisty Anindita Ferani, Suci Murti Karini, Arista Adi Nugroho Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret
ABSTRAK Motivasi bertato adalah dorongan individu untuk membuat goresan di atas kulit yang membentuk sebuah gambar secara permanen untuk mencapai tujuan tertentu. Citra tubuh dan konsep diri yang positif setelah menggunakan tato merupakan salah satu faktor penyebab yang membuat para wanita saat ini banyak yang memiliki serta berkeinginan untuk memiliki tato. Para wanita tersebut beranggapan mereka akan merasa lebih cantik setelah memiliki tato dan semakin banyak pria yang menyukainya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara citra tubuh dan konsep diri dengan motivasi bertato pada wanita. Responden penelitian ini adalah wanita dengan tato permanen di Surakarta dengan jumlah 30 orang yang merupakan responden untuk uji-coba sekaligus sebagai responden penelitian. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive incidental sampling dengan kriteria sampel berusia 16-34 tahun dan merupakan penduduk asli Surakarta. Alat ukur yang digunakan adalah skala motivasi bertato yang memiliki 49 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,950, skala citra tubuh yang memiliki 50 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,954, dan skala konsep diri yang menggunakan Tennesse Self-Concept Scale yang memiliki 82 aitem dengan reliabilitas sebesar 0,959. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rx1y =0,108 (0-0,25), p = 0,568 (>0,05), artinya tidak terdapat hubungan signifikan yang positif antara citra tubuh dan motivasi bertato pada wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rx2y = 0,115 (0-0,25),; p<0,546 (>0,05), yang berarti tidak terdapat hubungan signifikan yang positif antara konsep diri dengan motivasi bertato pada wanita. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nilai signifikansi hubungan antara citra tubuh dan konsep diri dengan motivasi bertato sebesar 1,0 (p > 0,05), artinya tidak terdapat korelasi antara citra tubuh dan konsep diri dengan motivasi bertato. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima, yaitu tidak terdapat korelasi antara citra tubuh dan konsep diri dengan motivasi bertato pada wanita di Surakarta. Kata kunci: motivasi bertato pada wanita, citra tubuh, konsep diri.
PENDAHULUAN
Artinya tato tersebut bisa menjadi ciri khusus
Saat ini fenomena tato semakin populer. suku bangsa tersebut. . Di beberapa suku bangsa Menurut perkembangannya, tato merupakan yang disebutkan, tato sangat dihormati dan identitas lokal beberapa suku-bangsa (tribe) di dipakai untuk tujuan-tujuan khusus seperti Indonesia seperti di Kalimantan (Dayak), melindungi pemakainya dari gangguan roh Sumatera (Mentawai), Timor, dan juga Sumba. jahat,
mendatangkan
kesuburan
pada 177
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
kandungan, tanda bahwa seseorang sudah dan
kesehatannya
sendiri,
serta
adanya
mencapai tahap usia dewasa dalam konteks kepercayaan diri ketika menjalin hubungan suku-bangsa tersebut, identitas keluarga (clan), dengan
orang
lain.
Bagaimana
wanita
status sosial dalam struktural kemasyarakatan mengekspresikan identitasnya sebagai individu, setempat, pelindung dalam kehidupan sesudah perasaannya, sifat kewanitaannya serta cara kematian, dan sebagainya (Olong, 2006).
pandangnya sendiri tentang apa yang mereka lihat indah, cantik dan menarik untuk tubuhnya
Atkinson (2002) mengatakan ada banyak hal atau penampilannya adalah melalui kontrol dan yang
dilakukan
wanita
untuk
membuat modifikasi terhadap penampilan tubuh mereka,
penampilan dirinya lebih menarik. Sebagian dalam hal ini dengan tato permanen. Wanita memilih tato untuk menambah daya tarik bertato dapat memiliki citra tubuh yang positif tubuhnya. Tato dianggap sebagai sesuatu yang jika tato yang dimilikinya membuat dirinya fashionable yang dapat mempercantik tubuh lebih percaya diri, lebih menarik, lebih terlihat maupun penampilan seseorang sehingga akan eksotik atau berbeda dari remaja wanita lainnya. berpengaruh pada citra tubuh orang tersebut. Sebaliknya, wanita bertato akan memiliki citra Citra tubuh yang positif setelah menggunakan tubuh yang negatif jika tato yang dimilikinya tato merupakan salah satu faktor penyebab yang membuat dirinya tidak diterima di lingkungan, membuat para wanita saat ini banyak yang dijauhi oleh orang-orang sekitarnya, dikucilkan, memiliki dan berkeinginan untuk memiliki tato. atau hal negatif lainnya. Para wanita tersebut beranggapan mereka akan merasa lebih cantik setelah memiliki tato dan Konsep diri pada hakikatnya merupakan suatu semakin banyak pria yang menyukainya.
pengalaman individu yang sifatnya subjektif yang diperoleh individu dari hasil interaksi
Duffy dan Atwater (2005) menyatakan bahwa individu dengan individu yang lain (Gunarsa, citra tubuh adalah mental image mengenai 1989). Fenomena tato yang berkembang di tubuh seseorang, bagaimana perasaan seseorang masyarakat menyebutkan bahwa pengguna tato tentang tubuhnya, bagaimana kepuasan dan dengan konsep diri negatif mempunyai sikap ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya.
sangat peka terhadap kritik, mudah tersinggung, mudah marah, cenderung mencela, mengeluh,
Guslingga (2006) menambahkan bahwa orang atau yang
memiliki
cenderung
citra
merasa
tubuh
puas
positif
terhadap
meremehkan
apapun
dan
siapapun,
akan hiperkritis, pesimistik, dan sulit bergaul dengan
kondisi orang lain karena menganggap orang lain itu
tubuhnya, memiliki harga diri yang tinggi, musuh yang tidak bisa menerima kedaaan penerimaan jati diri yang tinggi, rasa percaya dirinya. Sedangkan pengguna tato dengan diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan konsep diri positif mempunyai sikap mencoba
178
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
mengatasi masalah dengan tato yang ada di 2. Tato tubuhnya,
merasa
setara
dengan
anggota Tattoo atau Tato dalam bahasa Indonesia adalah
masyarakat yang lain karena tato di tubuhnya suatu
tanda
(rajah)
yang
dibuat
dengan
bukanlah alasan merasa diri lebih rendah dari memasukkan pigmen atau warna ke dalam kulit. anggota
masyarakat
lain
dan
mampu Amy
menghargai perbedaan.
Krakov
(dalam
Olong,
2006)
mengungkapkan secara teknis bahwa tato adalah perwarnaan permanen pada tubuh dengan cara
Berdasarkan pemikiran dan fenomena yang diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik (dermis). untuk melakukan penelitian dengan judul Dari penjelasan para ahli di atas, dapat dimaknai “Hubungan antara Citra Tubuh dan Konsep Diri bahwa tato merupakan gambar atau lukisan dengan Motivasi Bertato pada Wanita di dengan pigmen warna yang diresapkan ke Surakarta”.
dalam lapisan kulit dengan menggunakan benda tajam. DASAR TEORI
1. Wanita
3. Wanita Bertato
Menurut Kartono (1992), beberapa sifat khas Menurut Berscheid dkk. (dalam Sarwono, kewanitaan yang banyak dituntut dan disoroti 2002), pada wanita kecantikan lebih besar oleh masyarakat luas ialah :
pengaruhnya
a.
dibandingkan dengan ketampanan pada pria.
Keindahan Kriteria
kecantikan
itu
tidak
b.
juga
keindahan
daya
tarik
dirinya
hanya Pada wanita, kecantikan berkorelasi dengan
mengenai sifat-sifat badaniah saja, akan banyaknya tetapi
terhadap
kencan,
sedangkan
pada
pria,
sifat-sifat ketampanan kurang dapat dijadikan faktor untuk
rokhaniahnya
memperkirakan banyaknya kencan yang dibuat,
Kelembutan
karena berdasarkan yang ditulis oleh Russel
Kelembutan
itu
mengandung
unsur (dalam Sarwono, 2002), wanita cenderung
kehalusan, selalu menyebar iklim psikis menyukai lelaki karena sifatnya, sedangkan
c.
yang menyenangkan.
pada lelaki cenderung menyukai wanita karena
Kerendahan hati
penampilannya.
Rendah hati itu artinya tidak angkuh, tidak Berkaitan dengan wanita bertato, disatu sisi tato mengunggulkan diri sendiri: tetapi selalu merupakan suatu seni yang dapat memperindah bersedia
mengalah,
dan
memahami kondisi pihak lain.
berusaha penampilan,
mempercantik
tubuh
ataupun
membuat seseorang terlihat menarik. Di sisi lain umumnya masyarakat menganggap tato sebagai sesuatu yang negatif dan adanya
179
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
larangan menato tubuh bagi penganut agama menjadi daya dorong dalam melanjutkan jadi tertentu semakin menguatkan tato sebagai atau tidaknya bertato. sesuatu yang dilarang, haram, dan tidak boleh. Dari keterangan yang telah terpapar di atas, Maka orang yang memiliki tato akan dianggap motivasi bertato adalah dorongan individu untuk sebagai orang yang melanggar norma atau nilai menciptakan
dan
memenuhi
kebutuhan
yang ada. Selain itu, tidak jarang juga aktualisasi diri dengan membuat goresan di atas diasosiasikan sebagai “wanita nakal” oleh kulit yang membentuk sebuah gambar secara masyarakat pada umumnya bagi wanita yang permanen untuk mencapai tujuan tertentu. memiliki tato. Oleh karena setiap individu itu Holtman (2002) dan Zuckerman (dalam Rani, unik (individual differences), maka setiap orang 2011) menyatakan beberapa aspek motivasi akan bereaksi dengan berbeda-beda terhadap bertato, yaitu daya tarik seksual, simbol berbagai tekanan yang dihadapinya.
kekuatan,
sebagai
ritual
Tato dianggap sebagai sesuatu yang fashionable memperingati
peristiwa
yang
dalam
dapat
mempercantik
penampilan
seseorang
tubuh
maupun pengalaman
sehingga
dan
untuk
penting,
mencari
ketegangan,
dan
akan menghindari kebosanan.
berpengaruh pada citra tubuh orang tersebut. Menurut Olong (2006), terdapat berbagai Para wanita tersebut beranggapan mereka akan macam faktor yang memotivasi seseorang untuk merasa lebih cantik setelah memiliki tato dan menato tubuhnya. Tato dianggap sebagai alat semakin banyak pria yang menyukainya.
untuk mencerminkan kebebasan, merupakan ajang ekspresi kaum muda, dimiliki individu untuk
4. Motivasi Bertato Perilaku
biasanya
dimotivasi
oleh
mengikuti
sang
idola,
dan
bukan
suatu merupakan tindakan penyiksaan diri.
kebutuhan yang ada di dalam diri. Begitu pula dengan perilaku bertato. Perilaku membuat tato 5. Citra Tubuh di tubuh merupakan perwujudan dari dorongan- Menurut Schilder (dalam Brook dan Brook, dorongan
atau
motivasi
untuk
memenuhi 1978), citra tubuh adalah gambaran tentang
kebutuhan yang ada di dalam individu tersebut.
tubuh
yang dibentuk
Motivasi bertato sangat beragam. Beberapa bagaimana
perasaan
orang yang memiliki kegemaran pada seni tubuhnya,
bagaimana
dalam
pikiran
seseorang
dan
tentang
kepuasan
dan
menganggap bahwa tato sebagai ekspresi jiwa ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya. seni yang ada dalam dirinya. Ada juga yang Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa termotivasi oleh keinginan-keinginan memenuhi citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki kebutuhan aktualisasi diri, untuk meningkatkan seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian kepercayaan diri, dan penghargaan terhadap positif dan negatif. Menurut Hurlock (1996) diri. Motivasi merupakan hal pertama yang citra
tubuh
merupakan
cara
seseorang
180
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
mempersepsikan tubuhnya dengan konsep ideal persepsi, kepuasan terhadap bagian tubuh, dan yang dimilikinya pada pola kehidupan setempat evaluasi penampilan. dan dalam hubungannya dengan orang lain menilai tubuhnya. Schilder (dalam Cash dan 6. Konsep diri Pruzinsky, 2002) mendefinisikan citra tubuh Menurut Papalia dkk. (2009), konsep diri sebagai gambaran individu mengenai tubuhnya merupakan gambaran dan evaluasi mental diri yang terbentuk dari pikiran individu itu sendiri.
mengenai kemampuan dan sifat-sifat orang
Slade (dalam Banfield dan McCabe, 2002) tersebut. Sedangkan menurut Brooks (dalam memandang citra tubuh sebagai representasi Rakhmat,
1991),
konsep
diri
merupakan
dari apa yang dipikirkan oleh individu mengenai persepsi terhadap diri individu sendiri, baik bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan kondisi tubuh yang bersifat fisik, sosial dan psikologis yang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sejarah, diperoleh melalui pengalaman dari interaksi budaya dan sosial, individu dan biologis, yang individu dengan orang lain. Sedangkan menurut beroperasi selama rentang waktu yang berbeda- Sobur (2003) konsep diri atau konsep diri beda.
adalah semua persepsi terhadap aspek diri
Berdasarkan penjelasan di atas, definisi dari meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek citra tubuh merupakan evaluasi dari pengalaman psikologis, yang didasarkan pada pengalaman subjektif individu tentang persepsi, pikiran, dan dan interaksi dengan orang lain. Fitts (1971) perasaan serta sikap terhadap penampilan mengatakan
bahwa
apabila
individu
tubuhnya baik dari ukuran, berat badan, maupun mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap bagian-bagian tubuh lainnya.
dirinya, memberikan arti dan penilaian serta
Thompson (2000) menyebutkan faktor-faktor membentuk abstraksi pada dirinya, maka hal ini citra tubuh ialah media massa, perbandingan menunjukkan
suatu
kesadaran
diri
dan
sosial, dan jenis kelamin. Hurlock (1996) kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri berpendapat bahwa faktor peranan seseorang untuk
melihat
dirinya
sebagaimana
yang
dapat mempengaruhi citra tubuh. Tubuh bagi dilakukan terhadap objek-objek lain yang ada di seorang individu berkaitan dengan peranan yang kehidupannya. Diri yang dilihat, dihayati, dan dipegang dalam kehidupan, khususnya dalam dialami seseorang itu disebut konsep diri. pergaulan. Terdapat suatu anggapan bahwa Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella kedudukan
atau
peranan
tertentu
dalam (1990) adalah gambaran tentang diri individu itu
pergaulan, akan lebih mudah diraih oleh sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang seseorang yang mempunyai daya tarik fisik dirinya, pengharapannya, dan penilaian terhadap tersebut.
dirinya. Selanjutnya, Calhoun dan Acocella
Aspek-aspek citra tubuh yang digunakan dalam (1990) juga memaparkan, bahwa konsep diri, penelitian
ini
yaitu
orientasi
penampilan, baik
yang
positif
maupun
negatif
akan
181
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
menuntun pada bentuk perilaku positif dan meliputi aspek fisik, moral-etik, personal, perilaku negatif.
keluarga, dan sosial.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dimaknai Tennesse Self-Concept scale secara keseluruhan bahwa individu,
konsep yang
diri
merupakan
berupa
asumsi,
gambaran terdiri atas 16 kombinasi antara dimensi internal persepsi, dan dimensi eksternal sebagai berikut :
konsepsi serta evaluasi tentang dirinya yang 1.
Identitas diri fisik
didasarkan pada pengalaman dan interaksi 2.
Identitas diri moral etik
dengan orang lain.
3.
Identitas diri personal
Konsep diri tidak terbentuk secara spontan 4.
Identitas diri keluarga
sewaktu individu lahir, akan tetapi konsep diri 5.
Identitas diri sosial
terbentuk seiring dengan perkembangan dan 6.
Penerimaan diri fisik
proses belajar sepanjang hidup individu. Fitts 7.
Penerimaan diri moral etik
(1971) membagi konsep diri ke dalam dua 8.
Penerimaan diri personal
dimensi pokok, yaitu:
9.
Penerimaan diri keluarga
a. Dimensi internal,
10. Penerimaan diri sosial
Kerangka acuan internal ini terbagi atas 3 aspek, 11. Tingkah laku diri fisik yaitu diri sebagai objek/identitas (identity self), 12. Tingkah laku diri moral etik diri pelaku (behavioral self), diri pengamat dan 13. Tingkah laku diri personal penilai (judging self)
14. Tingkah laku diri keluarga
b. Dimensi eksternal,
15. Tingkah laku diri sosial
Bagian dimensi eksternal, dibedakan atas lima 16. Kritik diri bentuk, yaitu diri fisik (physical self), diri Setiap kombinasi terdiri atas enam aitem moral-etik (moral-ethical self), diri pribadi pernyataan,
sehingga
total
aitem-aitem
(personal self), diri keluarga (family self), diri pernyataan dalam kombinasi tersebut ada 90 sosial (social self).
aitem pernyataan. Sisanya yang terdiri atas
Berdasarkan aspek-aspek tersebut, Fitts (1971) sepuluh aitem pernyataan merupakan aitemmengembangkan alat ukur untuk mengukur aitem pernyataan untuk mengetahui aspek kritik konsep diri secara umum yang dinamakan diri individu (Fitts, 1971). Tennesse Self-Concept Scale (TSCS). Skala ini terdiri atas 100 aitem pernyataan yang setiap
METODE PENELITIAN
aitem pernyataan meliputi salah satu area dari Populasi penelitian ini adalah wanita yang masing-masing dimensi, yaitu dimensi internal memiliki
tato
permanen
dan
merupakan
dan dimensi eksternal. Aspek dari dimensi penduduk asli Surakarta, berdasarkan hasil internal meliputi aspek identitas, penerimaan, observasi yang dilakukan oleh peneliti dan kartu dan tingkah laku. Aspek dari dimensi eksternal identitas dari responden. Jumlah populasi dalam
182
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
penelitian ini tidak pasti dan karakteristik karakteristik populasi yang hanya dapat ditemui populasi yang hanya dapat ditemui pada saat- pada saat-saat tertentu saja. saat tertentu saja. Sampel yang digunakan berjumlah 30 orang Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
penelitian ini, menggunakan tiga macam skala
a. Wanita yang memiliki tato permanen
yaitu : skala motivasi bertato, skala citra tubuh,
b. Penduduk asli Surakarta, dibuktikan dengan dan skala konsep diri. kartu
identitas
responden
dan
hasil
wawancara peneliti dengan responden
1. Skala motivasi bertato Motivasi bertato dalam penelitian ini diukur
c. Berusia 16-34 tahun, yaitu usia yang masih dengan skala yang dirancang berdasarkan mementingkan Citra Tubuh dan pada masa modifikasi krisis yang belum stabil, menurut Gould menurut (dalam Santrock, 2002) Roscoe penentuan
(dalam
Sekaran,
ukuran
aspek-aspek
motivasi
bertato
Holtman (2002) dan Zuckerman
(dalam Rani, 2011). Aspek-aspek yang akan 2006)
sampel
tentang digunakan dalam penelitian ini, yaitu daya tarik
dalam
penelitian, yaitu :
suatu seksual, simbol kekuatan terhadap masyarakat atau bahkan kehidupan, sebagai ritual dan untuk
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian memperingati
peristiwa
penting,
mencari
adalah antara 30 sampai dengan 500 pengalaman dalam ketegangan, menghindari responden.
kebosanan.
b. Bila dalam suatu penelitian akan melakukan 2.
Skala citra tubuh
analisis dengan multivariate, maka jumlah Citra tubuh dalam penelitian ini diukur dengan anggota sampel minimal adalah 10 kali dari skala yang dirancang oleh peneliti berdasarkan jumlah variabel yang diteliti.
modifikasi aspek-aspek citra tubuh menurut
Berdasarkan pendapat Roscoe di atas, maka Cash and Pruzinsky (2002) serta aspek-aspek peneliti menyimpulkan bahwa ukuran sampel citra tubuh menurut Banfield dan McCabe penelitian yang berjumlah 30 telah sesuai (2002), yaitu orientasi penampilan, persepsi, dengan jumlah minimal sampel, yaitu 30.
kepuasan terhadap bagian tubuh, evaluasi penampilan.
Sampling yang digunakan dalam penelitian ini 3. adalah
purposive
incidental
Skala Konsep diri
sampling. Konsep diri diukur melalui alat ukur dari Fitts
Purposive incidental sampling termasuk dalam (1971) yang khusus untuk mengukur konsep diri combined
sampling
(Hadi,
2004),
yaitu secara umum, yaitu Tennesse Self-Concept
penggabungan dari beberapa bentuk teknik Scale (TSCS). TSCS dikembangkan oleh Fitts pengambilan sampel. Penggunaan teknik ini pada tahun 1965 dan dapat diadministrasikan karena jumlah populasi yang tidak pasti dan secara
individual
maupun
kelompok.
183
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
Penggunaannya dimungkinkan pada individu dengan variabel y menunjukkan bahwa hipotesis yang berusia 12 tahun ke atas.
pertama dan hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. Untuk
HASIL- HASIL
menguji
hubungan
simultan
membuktikan hipotesis ketiga dari
1. Uji Hipotesis
dan ketiga
Pada awalnya, uji hipotesis penelitian ini adalah variabel dilakukan penghitungan dengan chiAnalisis Regresi Dua Prediktor, namun uji square. hipotesis berubah karena data penelitian tidak Dari uji chi-square didapatkan hasil bahwa nilai lolos pada uji asumsi dasar, yaitu uji linearitas.
signifikansi hubungan antara citra tubuh dan
Oleh karena itu, metode analisispun berubah konsep diri dengan motivasi bertato sebesar 1,0 dari yang bersifat parametrik menjadi non- (p > 0,05), artinya tidak terdapat korelasi antara parametrik. Analisis statistik non-parametrik variabel citra tubuh dan variabel konsep diri yang akhirnya digunakan oleh peneliti untuk dengan variabel motivasi bertato. Hal ini berarti menguji hipotesis penelitian adalah Uji korelasi hipotesis ketiga penelitian ini ditolak. Spearman. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan
2. Hasil Analisis Deskriptif
bantuan komputer program Statistical Product Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa and Service Solution (SPSS) versi 17.0.
skor minimum motivasi bertato ialah 69 dan
Dari hasil uji hipotesis menggunakan korelasi skor maksimum 172 dengan skor rata-rata Spearman, dapat dijelaskan sebagai berikut :
(mean) 128,7333. Pada variabel citra tubuh skor
a. Koefisien korelasi antara motivasi bertato
minimum 78 dan skor maksimum 191 dengan
dengan citra tubuh sebesar 0,108 dengan
skor rata-rata (mean) 137,9333. Pada variabel
taraf signifikansi 0,568 ,
konsep diri skor minimum 202 dan skor
b. Koefisien korelasi antara motivasi bertato
maksimum 309 dengan skor rata-rata (mean)
dengan konsep diri sebesar 0,115 dengan
254,5667.
taraf signifikansi 0,546 ,
Dari analisis deskriptif penelitian tersebut
c. Koefisien korelasi antara citra tubuh dengan
kemudian dapat dilakukan kategori subjek guna
konsep diri sebesar 0,517 dengan taraf
memberikan interpretasi terhadap skor skala.
signifikansi 0,003 .
normal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi
secara parsial
Hasil
dari
kategorisasi
skor
responden
antara motivasi bertato dengan citra tubuh, diperoleh: maupun motivasi bertato dengan konsep diri. a. Motivasi bertato Taraf signifikansi sebesar
> 0,05 antara Rerata empirik dari motivasi bertato 128,733,
variabel x1 dengan variabel y, dan variabel x2 dan berada pada rentang skor 98 sampai dengan
184
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
147
termasuk
dalam
kategori
sedang. ini menunjukkan bahwa untuk data kategori
Berdasarkan kriteria tersebut diketahui jumlah konsep diri termasuk dalam kategori tinggi. data responden dengan kategori rendah yaitu 3 orang
dengan
prosentasi
10%,
responden
PEMBAHASAN
dengan kategori sedang yaitu 19 orang dengan Hasil prosentasi
63,333%.,
sedangkan
analisis
data
menunjukkan,
untuk
untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat
responden dengan kategori tinggi yaitu 8 orang hubungan antara citra tubuh dengan motivasi dengan
prosentasi
menunjukkan
26,667%.
bahwa
untuk
Hal
data
ini bertato pada wanita di Surakarta tidak diterima.
kategori Nilai signifikansi pada uji korelasi Spearman
motivasi bertato termasuk dalam kategori adalah signifikan, yaitu dengan (p) sebesar sedang.
0,568 (>0,05), sedangkan untuk koefisian
b. Citra tubuh
korelasi (r) sebesar 0,108 (0-0,25), yang artinya
Rerata empirik dari citra tubuh 137,933, dan berkorelasi sangat lemah. Berdasarkan hasil berada pada rentang skor 100 sampai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti, rata-rata 150
termasuk
dalam
kategori
sedang. responden memiliki citra tubuh yang cukup
Berdasarkan kriteria tersebut diketahui jumlah tinggi karena mereka merupakan orang yang data responden dengan kategori rendah yaitu percaya diri atas penampilan, merasa puas atas berjumlah 1 orang dengan prosentasi 3,333%, kondisi tubuhnya, dan tidak mempedulikan untuk responden dengan kategori sedang yaitu komentar orang lain mengenai tubuh dan 21 orang dengan prosentasi 70%, sedangkan khususnya dalam hal penampilan mereka yang untuk
responden
dengan
kategori
tinggi bertato. Mengenai penampilan fisik responden
berjumlah 8 orang dengan prosentasi 26,667% . yang bertato, mereka tidak merasakan ada yang Hal ini menunjukkan bahwa untuk data kategori berubah dalam penampilan fisik mereka. Hal citra tubuh termasuk dalam kategori sedang.
tersebut dikarenakan para responden membuat
c. Konsep diri
tato untuk memenuhi kepuasan pribadi mereka.
Rerata empirik dari konsep diri 254,567, dan Skor
responden
untuk
skala
citra
tubuh
berada pada skor lebih dari 246 termasuk dalam cenderung tinggi, yaitu sebanyak 21 orang kategori tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut dengan prosentase 70%, dengan nilai rerata diketahui jumlah data responden, yaitu tidak ada empirik sebesar 137,933 ; diketahui bahwa citra responden dengan kategori rendah, sedangkan tubuh responden cenderung tinggi. Hal tersebut untuk
responden
dengan
kategori
sedang ditunjukkan dengan adanya ketepatan dalam
berjumlah 13 orang dengan prosentasi 43,333%, memperkirakan daya tarik fisik, bentuk tubuh, dan untuk responden dengan kategori tinggi berat badan, dan perkembangan tubuh. Para yaitu 17 orang dengan prosentasi 56,667%. Hal responden juga berusaha menjadi diri sendiri dan menerima segala kekurangan diri. Selain
185
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
itu, meskipun responden memiliki kekurangan Sobur, 2003) konsep diri mulai terbentuk pada dalam fisiknya, para responden tetap percaya usia 18-24 bulan. Argyle (dalam Hardy dan diri atas penampilannya, khususnya dalam hal Heyes, 1988) menerangkan bahwa faktor-faktor bertato, yang dapat diamati melalui pembawaan yang para
responden.
Hal
tersebut
mempengaruhi
pembentukan
dan
memiliki perkembangan konsep diri individu meliputi 4
kesesuaian dengan pernyataan Levin, et al, faktor, yaitu: (dalam Jones, 2004) bahwa komentar kritis a. Perbandingan dengan orang lain memiliki kontribusi negatif pada penilaian
Konsep diri tergantung pada cara individu
seseorang terhadap tubuhnya, dengan kata lain
dalam membandingkan dirinya dengan orang
citra tubuh yang negatif. Artinya seseorang
lain yang serupa dengan dirinya. Individu
dapat memiliki citra tubuh yang negatif jika
akan
seseorang menginternalisasi komentar negatif
terdapat dalam dirinya dengan orang lain
dari orang lain mengenai penampilan. Selain itu,
yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
membandingkan
semua
hal
yang
Thompson (1999) juga menyatakan bahwa b. Reaksi dari orang lain komentar yang berupa ejekan, olokan, atau
Reaksi yang memiliki pengaruh terhadap
sindiran, akan membuat seseorang memiliki
pembentukan konsep diri individu adalah
citra tubuh yang negatif. Oleh karena itu antara
reaksi yang berasal dari orang terdekat di
citra tubuh dengan motivasi bertato pada
lingkungan sekitar yang memiliki arti penting
responden tidak berkorelasi. Mereka memiliki
bagi individu seperti orang tua, sahabat, dan
citra tubuh yang cukup tinggi, sedangkan
guru.
motivasi bertato mereka juga cukup tinggi.
c. Peranan seseorang
Untuk hipotesis 2 yang menyatakan bahwa
Individu
terdapat hubungan antara konsep diri dengan
berbeda antara individu satu dengan individu
motivasi bertato pada wanita di Surakarta tidak
yang lainnya, melalui penggambaran ini
diterima. Nilai signifikansi pada uji korelasi
individu memainkan peranannya. Harapan
Spearman adalah tidak signifikan, yaitu dengan
dan pengalaman yang berkaitan dengan
(p) sebesar 0,546 (>0,05), sedangkan
perbedaan peran tersebut memiliki pengaruh
untuk
koefisian korelasi (r) sebesar 0,115 (0-0,25),
memiliki
gambaran
diri
yang
terhadap konsep diri individu.
yang artinya berkorelasi sangat lemah. Konsep d. Identifikasi dengan orang lain diri dengan motivasi bertato berdiri sendiri-
Pada dasarnya individu ingin memiliki
sendiri. Hal ini dikarenakan konsep diri sudah
beberapa sifat dari orang lain yang berjenis
terbentuk sejak kecil, sedangkan motivasi
kelamin sama dengan dirinya. Anak-anak
bertato terbentuk karena adanya
interaksi
khususnya mengagumi orang dewasa dan
dengan lingkungan dan sebagai ajang ekspresi.
seringkali mencoba untuk menjadi pengikut
Menurut penelitian dari Lewis dan Gunn (dalam
186
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
dari orang dewasa tersebut dengan meniru ketika wanita memiliki citra tubuh dan konsep beberapa nilai, keyakinan, dan perbuatan.
diri yang tinggi, maka tidak akan berpengaruh
Skor skala konsep diri responden termasuk kepada tinggi rendahnya motivasi mereka dalam dalam kategori tinggi yaitu berjumlah 17 orang membuat tato di tubuhnya. Tidak signifikannya dengan prosentasi 56,667% dengan rerata hubungan antara citra tubuh dan konsep diri empirik sebesar 254,567. Hariyanto (2011) dengan motivasi bertato pada wanita disebabkan melakukan penelitian mengenai konsep diri oleh faktor lain yang mempengaruhi hubungan orang bertato dan didapatkan hasil, bahwa antar variabel tersebut. Dari hasil wawancara orang-orang yang memiliki tato memiliki peneliti
dengan
konsep diri yang positif. Brooks dan Emmet pengambilan
responden
data,
pada
rata-rata
saat
responden
(dalam Rakhmat, 1999) menjelaskan bahwa mengatakan bahwa yang menjadi motivasi ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri yang mereka dalam membuat tato antara lain adalah positif di antaranya yakin akan kemampuan karena mereka menyukai bidang seni yang untuk mengatasi suatu masalah dan bisa dimanifestasikan dalam bentuk tato, menyukai menerima pujian dengan tanpa rasa malu. suatu hal atau kegiatan dan diwujudkan dalam Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tato, sebagai simbol religiusitas, serta sebagai peneliti dengan responden, para responden simbol identitas diri agar berbeda dengan dapat menerima pujian secara terbuka dan tidak individu pada umumnya. Hal ini diperkuat oleh peduli dengan ejekan atau sindiran terhadap Sanders
(2008)
yang
membagi
motivasi
mereka.Walaupun para responden memiliki membuat tato di tubuh menjadi lima dan konsep diri yang tinggi, motivasi bertato mereka termasuk dalam motivasi wanita menato tubuh, juga tinggi.
yaitu:
Untuk hipotesis 3 yang menyatakan bahwa a. Simbolisasi terdapat hubungan antara citra tubuh dan konsep
dari
sebuah
hubungan
interpersonal
diri dengan motivasi bertato pada wanita di b. Partisipasi dalam sebuah kelompok Surakarta adalah tidak diterima. Dari uji chi- c. Simbol identitas diri square yang digunakan untuk menghitung nilai d. Presentasi dari ketertarikan utama dan signifikansi hubungan antar ketiga variabel secara
simultan
didapatkan
hasil
aktivitas
nilai e. Pernyataan tentang keindahan estetis.
signifikansi hubungan antara citra tubuh dan
Orang dengan kebutuhan estetis yang kuat
konsep diri dengan motivasi bertato (p) sebesar
menginginkan lingkungan sekeliling yang
1,0 ( > 0,05). Variabel citra tubuh dan variabel
indah.
konsep
diri,
keduanya
tidak
mempunyai
hubungan yang signifikan dengan motivasi Faktor-faktor kondisional di lapangan yang bertato pada wanita. Hal ini berarti bahwa ditemui selama penelitian juga diperkirakan
187
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
berpengaruh terhadap hasil dari penelitian, melakukan sesuatu menurut Maslow (dalam seperti keaktifan responden dalam mengikuti Alwisol,
2004),
yaitu
kebutuhan
akan
prosedur penelitian ini sangat beragam. Ada penghargaan diri dan penghargaan dari orang beberapa yang aktif berkomunikasi dengan lain. peneliti,
sehingga
peneliti
mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dari responden Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasandengan mudah, tetapi ada beberapa yang keterbatasan, antara lain penelitian ini hanya terkesan tertutup dan tidak terbuka, dan sebatas dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian pengisisan skala penelitian yang diberikan oleh saja yang terbatas hanya wanita bertato di peneliti. Dalam proses pengambilan data, Surakarta, responden dalam mengerjakan skala penelitian untuk
sedangkan
populasi
penerapan
yang
lebih
luas
penelitian dengan
terkadang kurang sesuai dengan keadaan diri karakteristik yang berbeda perlu dilakukan responden. Mereka menginginkan hasil yang sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. tampak baik sehingga aitem-aitem skala tidak Menemukan individu yang representatif untuk diisi sesuai dengan keadaan diri responden. menjadi responden dalam penelitian ini cukup Latar
belakang
dan
tingkat
pendidikan sulit, karena tidak semua tato yang dimiliki oleh
responden yang berbeda-beda juga berpengaruh responden terletak di tempat yang mudah terhadap respon jawaban yang diberikan oleh terlihat. responden.
Penelitian selanjutnya sangat diperlukan dan
Hasil penelitian terdahulu masih menunjukkan diharapkan dapat
memperhatikan variabel-
terdapat korelasi antara citra tubuh dan konsep variabel lain yang terkait dengan motivasi diri dengan motivasi bertato, seperti penelitian bertato, lebih memperdalam landasan teori, yang dilakukan oleh Armstrong dan McConnel penetapan sampel yang lebih tepat, dan dapat (dalam Fisher, 2002). Mereka menemukan memberikan alternatif-alternatif serta inovasibahwa dari 624 sampel anak muda pelaku tato inovasi baru untuk hasil yang lebih baik dengan yang ditelitinya hampir semua termotivasi pembaharuan dan peningkatan mulai dari melakukan tato karena ingin mendapatkan citra persiapan orientasi, sasaran, prosedur, metode, positif
dari
lingkungan
dan
menemukan teknik, penggunaan alat ukur serta ruang
identitas diri. Mereka juga mendapatkan angka lingkup penelitian yang lebih luas. yang kurang untuk skala konsep diri. Wohlrab dkk. (2006) mengatakan bahwa tato dipercaya Selain memiliki banyak kekurangan, penelitian sebagai simbol keberuntungan, status sosial, ini
juga
memiliki
kelebihan
antara
lain,
kedewasaan, kecantikan, dan harga diri. Hal ini penelitian yang mengkorelasikan antara citra juga sesuai dengan tingkatan kebutuhan yang tubuh dan konsep diri dengan motivasi bertato menyebabkan
adanya
motivasi
untuk pada wanita di Surakarta ini belum pernah
188
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
dilakukan sebelumnya, diperoleh informasi
yang artinya berkorelasi sangat lemah. Hasil
mengenai wanita pengguna tato antara lain
tersebut menunjukkan hipotesis pertama
adalah mengetahui motivasi mereka membuat
dalam penelitian ini ditolak.
tato yang rata-rata menyukai dunia seni dan 3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan diwujudkan dengan membuat tato di tubuh
pada hubungan antara citra tubuh dan
mereka. Wanita bertato juga memiliki citra
konsep diri dengan motivasi bertato pada
tubuh dan konsep diri yang tinggi. Indeks
wanita di Surakarta. Hal ini ditunjukkan
validitas dan reliabilitas skala dari ketiga
dengan uji chi-square dan didapatkan hasil
variabel cukup tinggi. Dari ketiga variabel
bahwa nilai signifikansi hubungan antara
penelitian ini, dapat dilakukan penelitian yang
citra tubuh dan konsep diri dengan motivasi
lain,
variabel-
bertato sebesar 1,0 (p > 0,05), artinya tidak
variabel dalam penelitian ini dengan variabel
terdapat korelasi antara variabel citra tubuh
lainnya.
dan variabel konsep diri dengan variabel
dengan
mengkolaborasikan
motivasi
bertato.
Hasil
tersebut
menunjukkan hipotesis ketiga penelitian ini
PENUTUP
ditolak
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
maka didapatkan hasil analisis data sebagai SARAN berikut :
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan maka
dapat
dikemukakan
beberapa
saran
pada hubungan antara citra tubuh dengan sebagai berikut: motivasi bertato pada wanita di Surakarta. 1. Bagi Responden Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji korelasi Diharapkan kepada para responden agar berpikir Spearman dengan (p) sebesar 0,568 (>0,05), secara kritis untuk membuat tato permanen sedangkan untuk koefisian korelasi (r) karena sebesar
0,108
(0-0,25),
yang
mengandung
berbagai
macam
artinya konsekuensi, baik itu yang berhubungan dengan
berkorelasi sangat lemah. Hasil tersebut kesehatan, maupun pandangan masyarakat yang menunjukkan
hipotesis
pertama
penelitian ini ditolak.
dalam sebagian masih menganggap tato merupakan suatu hal yang tabu. Diharapkan pula kepada
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan para responden agar menjaga perilaku dalam pada hubungan antara konsep diri dengan bermasyarakat motivasi bertato pada wanita di Surakarta. memantapkan
agar citra
tidak negatif
semakin yang
telah
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan (p) berkembang di masyarakat mengenai wanita sebesar 0,546 (>0,05), sedangkan
untuk bertato.
koefisian korelasi (r) sebesar 0,115 (0-0,25), 2. Bagi Peneliti selanjutnya
189
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
Banfield, S.S. and McCabe, M. P. 2002. An Evaluation of The Costruct of Body Image. diharapkan mampu membangun relasi yang kuat Adolescence, Vol. 37, No.146, Summer 2002. San Diego: Libra Publisher dengan responden, sehingga responden dapat Untuk peneliti selanjutnya,
lebih terbuka dan kooperatif dalam mengikuti
Brook, D. W. & Brook, J. S. 1978. Psychology adolescence. Third edition. New York: penelitian serta lebih menggali lagi dari faktorMacmillan. faktor yang belum digali dalam penelitian ini, budaya, status sosial, peran Calhoun, James F. Acocella, Joan Ross. 1990. Psikologi tentang penyesuaian dan keluarga. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih Hubungan Kemanusiaan edisi ketiga. Alih bahasa Prof. Dr. R.S. Salmoko. Semarang memperhatikan ketepatan pemilihan responden : IKIP Semarang Press dan waktu pengambilannya, sehingga efisiensi seperti: faktor
Cash and Pruzinsky. 2002. Body Image: A Handbook of Theory, Research, and 3. Bagi Para Wanita dan Masyarakat Clinical Practice. New York: Guildford Press. Bertato mengandung banyak sekali risiko. waktu dan biaya dapat diatasi.
Selain mengenai berbagai macam komentar dan
Duffy, K. G and Atwater, E. 2005. Psychology for living.Adjustment, growth, and pandangan negatif yang mungkin diterima, behavior today. Eight edition. New Jersey: besar juga kemungkinan risiko terjangkitnya Prentice-Hall. penyakit pasca penatoan. Menato tubuh juga Fisher, Jill A. 2002. Tattooing the Body, berarti melukai tubuh. Bibit penyakit dapat Marking Culture. Body&Society: Vol.8(4), 91-107. masuk ke dalam tubuh melalui luka akibat tusukan jarum tato. Kondisi ini disebabkan
Fitts, William H., et.al. 1971. The Self-Concept and Self Actualization. Dede Wallace karena tato tidak menggunakan alat yang steril Center. ataupun penggunaan alat secara bergantian. Diharapkan bagi masyarakat, apabila memang Gilbert, S. 2000. Tattoo History: A Source Book. Hongkong: Colorcraft. sangat berkeinginan untuk bertato, sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar steril Gunarsa, S.P. 1989. Psikologi Olah Raga. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia. untuk menghindari kemungkinan buruk yang dapat terjadi.
Guslingga. 2006. Body Image. http://www.kapanlagi.com/a/0000002459. htmls. (diakses pada 22 Agustus 2011)
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Atkinson, Michael. 2002. Pretty in Ink: Conformity, Resistance, and Negotiation in Women’s Tattooing. ProQuest Sociology: Sex Roles, Vol. 47, Nos.5/6.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hardy, M and Heyes, S. 1988. Pengantar Psikologi (Terjemahan Soenardji). Jakarta: Erlangga. Hariyanto, Ferdinandus Agung. 2011. Konsep Diri pada Orang Bertato. Skripsi (tidak
190
FERANI, et al / HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DAN
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Bisnis). Buku 2 Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat
Holtman, Susan. 2002. Body Piercing in the Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: West : a Sociology Inquiry. Free Press: Pustaka Setia. New York. Thompson, K. J., Heinberg, L. J., dan Stacey, T. Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan: D. 1999. Exacting Beauty, Theory, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Assessment, and Treatment of Body Kehidupan. Penerjemah: Istiwidayanti dan Image Disturbance. Washington DC : Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. American Psychological Association. Jones, D. C., Vigfusdottir, T. H, and Younsun, Thompson, K. J. 2000. Body Image, Eating L. 2004. Body Image and The Appearance Disorders, and Obesity: An Integrative Culture Among Adolescent Girls and Guide for Assessment and Treatment. Boys : An Examination of Friend Washington DC: American Psychological Conversations, Peer Critism, Appearance Association. Magazines, and The Internalization of Appearance Ideals. Journal of Adolescent Wohlrab, S., Stahl, J., Kappeler, P.M. 2006. Research. Vol. 19, No. 3, 323-339. Modifying the Body: Motivations for Getting Tattooed and Pierced. Body Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita (Jilid image (4):87-95. University of 1) : Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Goettingen:Germany. Dewasa. Bandung: Mandar Maju. Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato.Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi Aksara. Papalia, D.E, Old, S.W, dan Feldman R.D. 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. Edisi Kesepuluh.Jakarta: Salemba Humanika Rakhmat, Jalaludin. 1991. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakara Rani, Andhika Dwi. 2011. Hubungan Antara Kebutuhan Harga Diri Dengan Motivasi Bertato Pada Pria Dewasa Awal di Kota Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Santrock, J. W. 1995. Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima, Jilid II. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business (Metodologi Penelitian untuk 191