HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MORAL PESERTA

Download DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 3 PADANG. JURNAL ... INTERAKSI SOSIAL DENGAN MORAL PESERTA DIDIK DI KELAS XI ..... Wali kelas...

0 downloads 393 Views 75KB Size
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MORAL PESERTA DIDIK DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 3 PADANG

JURNAL

Oleh:

YORI APRAHMAN NPM: 11060303

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MORAL PESERTA DIDIK DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 3 PADANG Oleh: Yori Aprahman Program studi bimbingan dan konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Padang Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT This research backgrounded by happening phenomenon at field, which is marks sense more educative participant leisured get social interaction by use of word which crude by say such a crude visually how moral of participant be taught. Therefore researcher wants to see how social interaction relationship with moral. 1 ) Participant social Interactions be taught, 2 ) Participant Moral are taught, 3 ) Social Interaction Relationships with moral participant is taught at Madrasah Aliyah Country (MAN) 3 Padang. This observational type which is quantitative descriptive research with analysis korelasional's statistic with participant population is taught at class XI Madrasah Aliyah Country (MAN) 3 Padang that total 170 person and samples 63 person. Sample pull utilizes tech simple Random is Sampling. Tool that is utilized to gather data as questionnaire. To analysis social interaction and participant moral is taught by use of tech analysis percentage, meanwhile hypthosts testing to see social interaction relationship with moral utilizes formula Pearson Product Moment Correlation, its count utilize computer service with help programs Excel's Microsoft and SPSS'S program version 15.00. The analysis's result data is gotten: 1 ) Participant social Interactions teach to lie on pretty good category. 2 ) Participant Moral are taught lie on pretty good category. 3 ) Social interaction Relationships with moral participant teaches to be gotten r computing 0,468> r table 0,248 on df 61 by signifikansi's levels 0,01< 0,05. So bases research result exist relationship that signifikan among social interaction with moral participant teaches to braze XI at Madrasah Aliyah Country (MAN) 3 Padang. Base found observational result therefore recommended that educative participant gets to get social interaction with moral better again. That better educative participant deep gets social interaction and participant moral be taught also more pretty good. Keyword: Interaction social, moral

PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Keadaan untuk memungkinkan remaja cenderung memiliki resiko terhadap terjadinya interaksi antara teman sebaya. Secara psikologis, masa remaja adalah usia saat individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orangorang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-

kurangnya dalam masalah hak. Transfomasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang pada kenyatakannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Menurut Ahmadi (2009: 49) “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakukan individu yang lain atau sebaliknya.”

Interaksi sosial akan mudah terlihat bagaimana moral yang dimiliki oleh remaja dalam kepribadiannya dalam keseharian remaja tersebut, karena dalam proses komunikasi dalam diri remaja lebih mudah seorang individu untuk menilai bagaimana seseorang itu dikatakan bermoral dalam berinteraksi sosial. Menurut Purwadarminto (Fatimah 1950:120) moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Di dalam moral diatur segala-segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan benar dan salah. Moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku. Menurut Yusuf (2010:75) keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan ini mengatarkannya kedalam suatu kondisi remaja dalam penyesuaian sosial yang lebih baik dalam berinteraksi sosial yang lebih baik untuk mencapai proses berinteraksi sosial remaja yang lebih baik. Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianutnya dan yang telah dicontohkan kepada mereka. Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari masyarakatnya. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan difungsi sebagai pedoman perilakunya. Micheal (Syaodih 2005:135) mengemukakan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut: 1. Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih absrtak. 2. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. 3. Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. 4. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti dalam penilaian moral menimbulkan ketegangan emosi.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan penulis melihat bahwa peserta didik di sekolah tersebut memiliki cara interaksi sosial yang tidak baik dalam berkomunikasi antar sesama teman sebayanya di sekolah. Dengan cara interaksi sosial yang tidak baik antar sesama peserta didik maka moral akan tertampil juga tidak baik, karena dengan interaksi akan terlihat cepat bagaimana moral peserta didik dalam berkomunikasi sesama peserta didik, dan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa orang peserta didik kelas XI IPS pada tanggal 2227 September 2014, terungkap bahwa siswa kelas XI IPS tersebut masih belum memiliki interaksi sosial yang baik antar peserta didik di sekolah. Dengan demikian peneliti merasa, masih banyak peserta didik belum mampu memiliki berinteraksi sosial dengan baik sesama peserta didik. Hasil wawancara dengan salah satu Guru Bimbingan dan Konseling yaitu Ibu Safrida, S.Pd di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang pada tanggal 1 Oktober 2014, diperoleh gambaran bahwa sebagian peserta didik belum memiliki interaksi sosial yang tidak baik terhadap sesama peserta didik di sekolah. Berdasarkan realita atau fenomena di atas, penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Hubungan Interaksi Sosial dengan Moral Peserta Didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang” Dilatarbelakangi masalah di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Interaksi sosial peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang. 2. Moral peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang. 3. Hubungan interaksi sosial dengan moral peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap: 1. Interaksi sosial peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang.

2. Moral peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang. 3. Hubungan interaksi sosial dengan moral peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian analisis deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Yusuf (2007:62) “Penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan dalam bentuk penelitian deskriptif, penelitian eksplorasi, penelitian korelasional, penelitian kausal-komparatif, penelitian eksperimen”. Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan analisis statistik korelasional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 170 orang peserta didik. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik Simple Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus slovin, dengan perolehan sampel sebanyak 63 orang peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase untuk mengungkapkan aspek yang diteliti. Data yang diperoleh dibahas dan diinterpresentasikan berdasarkan deskriptif analisis. Rumus yang digunakan adalah teknik analisis presentasi yang dikemukan oleh Yusuf (2005: 365) sebagai berikut: =

100

Setelah data dianalisis dengan rumus persentase, maka dilakukan penafsiran terhadap perolehan hasil penelitian. Untuk menafsirkan data penelitian, digunakan kriteria atau kategori hasil penelitian, menurut Riduwan (2012:29) sebagai berikut: 81%-100% = Sangat baik 61%-80% = Baik 41%-60% = Cukup baik 21%-40% = Kurang baik 0%-20% = Sangat kurang baik Melihat hubungan atau korelasi yang signifikan masing-masing variabel X dan Y dengan ketentuan nilai r tidak dari harga (-1≤

r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Analisis signifikansi hubungan atau uji korelasi menggunakan nilai korelasi yang dibuat oleh (Riduwan, 2012:138) sebagai berikut: 0,00 - 0,20 = korelasi keeratan sangat lemah 0,21 - 0,40 = korelasi keeratan lemah 0,41 - 0,70 = korelasi keeratan kuat 0,71- 0,90 = korelasi keeratan sangat kuat 0,91 - 0,99 = korelasi keeratan sangat kuat sekali 1 berarti korelasi keeratan sempurna HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Interaksi Sosial Peserta Didik Hasil yang diperoleh dari temuan pada interaksi sosial peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang berada pada kategori sangat baik dengan frekuensi 50 dari 63 orang peserta didik dengan persentase 79,37%, pada kategori baik dengan frekuensi 13 dari 63 peserta didik dengan persentase 20,63%, dan tidak ada peserta didik berada pada kategori cukup baik, kurang baik, sangat kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum interaksi sosial peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang berada kategori sangat baik dengan frekuensi 50 dari 63 peserta didik dengan persentase 79,37%. Hal ini mengindikasi bahwa sebagian besar peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang sangat baik dalam interaksi sosial tersebut. Meski pun hasil persentase tertinggi pada kategori sangat baik Guru BK dan pihak-pihak yang terkait pada peserta didik juga harus memperhatikan peserta didik yang dikategorikan baik dalam hal interaksi sosial karena masih terlihat pada frekuensi 13 dari 63 peserta didik dengan persentase 20,63% pada kategori baik. Agar dampak ketidakmampuan dalam interaksi sosial tersebut tidak merugikan dirinya sendiri dan merugikan orang lain. Sesuai dengan pendapat Ahmadi (2009: 49) “ Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakukan individu yang lain atau sebaliknya.”

hubungan interaksi sosial dengan moral peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang dengan taraf signifikansi sebesar 0,01 (sig < 0,05). Seseorang dengan memiliki interaksi sosial dengan baik dibandingkan dengan mereka yang kurang moral. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara interaksi sosial dengan moral yang berarti sangat baik interaksi sosial peserta didik maka sangat baik pula moral peserta didik. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dengan moral. Temuan ini mendukung pendapat Singgih (1990: 202) “teori perkembangan moral yang dikemukan oleh Kholberg menunjukkan bahwa moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kebudayaan dalam berinteraksi”. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi aktivitas spontan pada anak-anak. Anak memang berkembang melalui berkembangnya interaksi sosial, tetapi interaksi sosial ini mempunyai corak yang khusus dimana faktor pribadi. Menurut Kohlberg (Sunarto dan Hartono 2008:176) perkembangan moral adanya tahap-tahap moral yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Penahapan yang di kemukan bukan mengenai sikap moral yang khusus, melainkan berlaku pada proses penalaran yang mendasarinya. Moral yang bersifat penalaran moral menurut Kohlberg, perkembangan dipengaruhi oleh nalar sebagaimana dikemukan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat seseorang dalam berinteraksi sosial semakin tinggi pula tingkat moral seseorang.

2. Moral Peserta Didik Hasil yang yang diperoleh dari temuan pada moral peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang berada pada kategori sangat baik dengan frekuensi 60 dari 63 peserta didik dengan persentase 95,24% , pada kategori baik dengan frekuensi 3 dari 63 peserta didik dengan persentase 4,76% , dan tidak ada peserta didik berada kategori cukup baik, kurang baik, sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa secara umum moral peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang berada pada kategori sangat baik dengan frekuensi 60 dari 63 peserta didik dengan persentase 95,24%, maka hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru BK memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang dibutuhkan oleh peserta didik agar peserta didik mampu mengetahui cara berinteraksi sosial yang sangat baik dan memiliki moral yang sangat baik pula. Menurut Purwadarminto (Fatimah 1950:120) moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Di dalam moral diatur segala-segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan benar dan salah. Moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku. 3. Hubungan Interaksi Sosial dengan Moral Peserta Didik Hasil penelitian korelasi antara interaksi sosial dengan moral peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang diperoleh korelasi dengan r hitung 0,468 > rtabel 0,248 pada df 61 dengan taraf signifikansi 0,01 < 0,05 sehingga dapat ditafsirkan “terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan moral peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang”. Hasil uji hipotesis ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

SIMPULAN Hasil dan pembahasan yang telah lalu, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagi berikut: 1.

Interaksi Sosial Peserta Didik Berdasarkan hasil penelitian mengenai interaksi sosial peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3

Padang berada pada kategori sangat baik dalam berinteraksi sosial.

sangat baik dan untuk mempertahankan yang sangat baik tersebut.

2.

Moral Peserta Didik Berdasarkan hasil penelitian mengenai moral peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang berada pada kategori sangat baik.

3.

Hubungan Interaksi Sosial dengan Moral Peserta Didik Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan dapat disimpulakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dengan moral peserta didik di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Padang.

4. Pengelola program studi Bimbingan dan Konseling Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu lulusan dalam pengembangan mengaplikasikan ilmu di lapangan dan masukan dalam pengembangan mata kuliah yang berhubungan dengan interaksi sosial dan moral.

SARAN Adapun saran dalam penilitian ini peneliti tujukan kepada: 1. Peserta Didik Pada saat menghadapi masa remaja banyak hal-hal yang mengalami perubahan pada diri remaja salah satu adalah interaksi sosial. Dengan adanya perubahan dan keadaan lingkungan yang mendukung peserta didik diharapkan mampu interaksi sosial yang dapat diterima oleh semua lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat. Peserta didik harus mempertahankan interaksi sosial yang sangat baik tersebut agar tidak pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik tersebut. 2. Wali kelas Wali kelas agar dapat mampu memberikan perhatian yang lebih terhadap peserta didik agar peserta didik bisa untuk berinteraksi sosial dengan moralnya lebih sangat baik. Serta berupaya meyakinkan peserta didik untuk terhindar dari cara interaksi sosial dengan moral yang ketergantungan terhadap orang lain di sekolah. 3. Guru BK Guru BK diharapkan dapat membantu peserta didik dengan menerapkan bimbingan dan konseling guna memberikan solusi agar interaksi sosial dengan moral peserta didik menjadi

5. Peneliti selanjutnya Semoga penelitian ini dapat menjadi langkah awal bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian terkait dengan interaksi sosial dengan moral yang tidak diteliti dalam penelitian ini. KEPUSTAKAAN Abu Ahmadi. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. RinekaCipta. Enung, Fatimah. 2008. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Bandung: Pustaka Setia. Riduwan.2012.Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula. Bandung.:Alfabeta. Syaodih. 2005. Psikologi Perkembangan Sosial. Bandung: Rineka Cipta. Syamsu Yusuf. 2010. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Sunarto dan Hatono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Rineka Cipta. Yusuf A. Muri. 2005.Dasar-dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang: Fakultas Umum Pendidikan Padang. Yusuf A. Muri. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.s