HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN

Download 24 Jul 2012 ... Penelitian ini menggunakan skala keterbukaan diri istri dan skala kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan yang dianali...

0 downloads 465 Views 2MB Size
HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh: Dwi Luthfiyah Rahmawati F 100 080 177

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh : DWI LUTHFIYAH RAHMAWATI F 100 080 177

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ii

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN

Yang diajukan oleh : DWI LUTHFIYAH RAHMAWATI F 100 080 177

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji :

24 Juli 2012 Pembimbing Skripsi,

(W. S. Hertinjung, S.Psi., M.Psi.)

iii

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN

Yang diajukan oleh : DWI LUTHFIYAH RAHMAWATI F 100 080 177 Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 24 Juli 2012 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Penguji Utama

(W. S. Hertinjung, S.Psi., M.Psi.) Penguji pendamping I

(Dra. Hj. Kris Pujiatni, M.Si.,Psi) Penguji pendamping II

(Dra. Partini, M. Si., Psi)

Surakarta, 31 Juli 2012 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi Dekan,

(Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si)

iv

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK DALAM PERKAWINAN Dwi Luthfiyah Rahmawati Wisnu Sri Hertinjung Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract The purpose of this research is to determine the relationship between self disclosure on his wife with the ability to manage conflict in marriage. Quantitative methods chosen by the researcher to achieve the objectives of this study. Respondents were drawn from population who live around Masaran, Sragen. This study uses the self disclosure scale with wife in possesion and the ability to manage conflict in a marriage that was analyzed with a total score. The results of the Pearson product moment analysis of the value of the correlation coefficient (r) of 0.741 with a significance of p = 0.000 (p <0.01) means that there is a very significant positive relationship between wife’s self disclosure with the ability to manage conflict in marriage. Effective contribution from wife’s self disclosure is 54.9% with the ability to manage conflict in marriage. This means that there are 45,1% for other factors that contribute to the ability to effectively manage conflict in a marriage outside of the variable self disclosure. Keyword : Wife’s Self Disclosure, Managing Conflict of marriage Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan diri istri dengan kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan. Metode kuantitati dipilih oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian ini. Responden penelitian ini diambil dari populasi istri yang tinggal di Kelurahan Masaran, Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan skala keterbukaan diri istri dan skala kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan yang dianalisis dengan korelasi Product Moment.. Hasil analisis product moment dari pearson dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,741 dengan signifikansi p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara keterbukaan diri istri dengan kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan. Sumbangan efektif keterbukaan diri istri terhadap kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan sebesar 54,9% ditunjukkan oleh koefisien determinan R² =0,549, masih terdapat 45,1% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan. Kata kunci : Keterbukaan Diri Istri, Kemampuan Mengelola Konflik perkawinan Keterangan : [email protected] [email protected] v

Suatu perkawinan terdiri dari

Anorogo dan Ninik, (1990)

dua individu, meliputi pria sebagai

mengungkapkan konflik dapat terjadi

suami dan wanita sebagai istri yang

karena adanya perbedaan pendapat,

keduanya memiliki peran, keunikan

salah

dan adanya kemungkinan bahwa tujuan

misalnya tindakan suami

kedua individu itu tidak sama. Suami

tujuannya baik, tetapi oleh pihak istri

istri memiliki pengalaman-pengalaman,

tindakan itu dianggap merugikan. Hal-

memori, dan cara bertingkah laku masa

hal tersebut dapat menimbulkan rasa

lalu yang akan mempengaruhi cara

yang kurang enak, ketegangan, merasa

individu

dirugikan, menimbulkan rasa kurang

memandang

menyelesaikan

masalah

dan (Sadarjoen,

paham

diantara

keduanya, mungkin

simpati dalam hubungan suami istri.

2005).

Pada kenyataannya, tidak semua Dalam

perkawinan,

dua

istri mampu mengelola konflik dalam

individu menjalani kehidupan bersama

perkawinan dengan baik yang salah

dimana

saling

satunya disebabkan oleh terhambatnya

memberi dukungan. Namun, dalam

komunikasi dengan suami sehingga

kehidupan perkawinan tidak selamanya

cenderung tertutup. Salah satu kunci

berjalan dengan lancar dan sesuai

utama komunikasi adalah keterbukaan

harapan. Pasangan suami istri akan

diri.

seharusnya

dapat

menghadapi berbagai masalah dalam

Dalam perkawinan tidak akan

memelihara hubungan. Masalah yang

terlepas dari konflik. Konflik menurut

timbul sudah tentu dapat menjadi

Cummings (dalam Wahyudi, 2006)

penyebab

didefinisikan

datangnya

konflik

(Kertamuda, 2009).

sebagai

suatu

proses

interaksi sosial di mana dua orang atau

1

lebih, atau dua kelompok atau lebih,

masing-masing, perilaku yang patut

berbeda

atau

bertentangan

dalam

dilakukan dan tidak patut dilakukan

pendapat atau tujuan mereka.

Maka

pada pasangan serta aturan hukum

dari itu calon pasangan suami istri

perdata

perlu

perkawinan untuk mencegah maraknya

memiliki

kesiapan

sebelum

maupun

membina perkawinan. Hal ini berkaitan

perceraian

dengan salah satu tugas Kantor Urusan

perkawinan.

Agama

yaitu

berkaitan

dengan

agama

yang

dalam

terjadi

dalam

Berbagai hal akan mewarnai

penyuluhan perkawinan. Suatu usaha

kehidupan

yang dapat dilakukan adalah dengan

menyenangkan maupun yang tidak

memberikan

menyenangkan.

kegiatan

pembinaan

perkawinan,

baik

Untuk

perkawinan

itu, juga

yang

peran

mental bagi calon pasangan suami istri

konselor

sangat

maupun pasangan suami istri yang

dibutuhkan. Ada beberapa hal yang

dianggap sudah dewasa terlebih bagi

melatarbelakangi

pasangan yang masih belum dewasa.

konseling dan bimbingan perkawinan

Tugas ini terkait dengan pemberian

(Walgito, 2002) yaitu pertama, masalah

penyuluhan pra perkawinan maupun

perbedaan individual. Bagi individu

pasca perkawinan.

yang tidak mampu untuk memecahkan

dibutuhkannya

Tujuan penyuluhan adalah agar

konflik maka ia membutuhkan orang

calon pasangan pengantin yang akan

lain atau konselor dalam mencari solusi

menuju ke pelaminan menjadi lebih

untuk permasalahnnya. Kedua, masalah

mawas diri dan memiliki bekal menuju

kebutuhan individu, terkadang individu

jenjang rumah tangga kelak (Kappara,

kurang

2012). Suami istri mengetahui peran

kebutuhan dan tujuan yang ia miliki.

2

mampu

dalam

mencapai

Konselor

membantu

untuk

menyerahkan diri secara total pada

mengarahkan

individu agar

tujuan

pasangannya.

tercapai.

Ketiga,

masalah

Kartono

(1992)

perkembangan individu dimana dalam

bahwa

hal ini adanya perkembangan individu

menunjukkan tanda-tanda emosional.

akan

perbedaan-

Hal ini terlihat bahwa perempuan lebih

perbedaan tanpa individu mengerti,

cepat bereaksi dengan hati yang penuh

tentu hal ini membuat kesulitan dalam

ketegangan, lebih cepat berkecil hati,

dirinya. Keempat, masalah perbedaan

bingung, takut dan cemas. Perempuan

sosiokultural dimana pada individu

lebih

yang menikah sudah tentu masing-

perasaannya, yang didorong sentimen-

masing memiliki latar belakang yang

sentimen

yang

berbeda. Jika individu kurang mampu

akhirnya

membuat

beradaptasi, maka dibutuhkan bantuan

perhitungan

konselor.

menjadi

menimbulkan

Ditinjau

dari

kecenderungan

laki-laki

intensitas

perempuan

menyatakan

dipengaruhi

lebih

oleh

kuat,

yang

keliru

banyak

kehidupan

yang

pada

dugaan

dan

mereka

dan

ambil

menimbulkan

konflik tersendiri.

dan

Menurut

Walgito

(2002),

perempuan untuk terlibat dalam suatu

kemampuan mengelola konflik dalam

lingkaran konflik perkawinan, maka

perkawinan

perempuan

kesanggupan

lebih

rentan

untuk

adalah kecakapan dan

mengalami konflik (Dewi dan Basti,

mengendalikan

2008). Hal ini disebabkan perempuan

penyelesaian

ketika

perkawinannya.

telah

menikah,

mereka

3

suami

istri

dan

mencari

masalah

dalam cara dalam

Pruit

dan

Rubin

(2004)

prioritasnya

menyebutkan aspek-aspek kemampuan

sebaliknya.

mengelola konflik antara lain sebagai

rendah,

begitu

pula

Beberapa faktor yang dapat

berikut:

mempengaruhi kemampuan mengelola

a. Memastikan adanya konflik dengan

konflik yaitu asumsi mengenai konflik,

melihat dan menyadari bahwa konflik

persepsi mengenai penyebab konflik,

sedang terjadi antara pihak satu dengan

ekspektasi atas reaksi lawan konflik,

pihak lain.

kekuasaan yang dimiliki, pengalaman

b. Melakukan analisis konflik yang

menghadapai situasi konflik, sumber

sedang terjadi. Cara ini cenderung

yang

berusaha mengoreksi dan intropeksi

kecerdasan

diri.

organisasi, situasi dan posisi dalam

c. Mencari

cara

untuk

dimiliki,

konflik,

jenis

kelamin,

emosional,

budaya

kepribadian,

keterampilan

merekonsiliasikan aspirasi kedua belah

berkomunikasi, dan pola komunikasi

pihak

termasuk didalamnya keterbukaan diri

dilakukan

(kompromi). Cara ini melalui

berkoordinasi

(Wirawan, 2010).

dengan pihak yang terlibat konflik

Keterbukaan

diri

antar

dalam

setiap

untuk menyelesaikan konflik

pasangan

diperlukan

d. Menurunkan aspirasi dan mencari

individu

yang

beberapa aspirasi lagi (bernegosiasi).

Morton

(dalam

Satu pihak menurunkan aspirasi atau

Hudaniah,

pendapatnya dengan cara mengalah

merupakan kegiatan membagi perasaan

atau mengabaikan kepentingan yang

dan informasi yang akrab dengan orang

2003)

menikah.

Menurut

Dayakisni

dan

keterbukaan

diri

lain. Jika seseorang berbohong atau

4

menyimpan sesuatu, maka masalahnya

informasi

akan

orang lain.

semakin

panjang

dan

akan

menimbulkan konflik yang baru pula.

yang

diungkapkan

pada

b. Pembicaraan bidang topik, yaitu

Menurut Papu (2002), manfaat

bidang yang menjadi pokok, semakin

keterbukaan diri adalah sebagai berikut

banyak bidang topik yang diungkapkan

: 1) Meningkatkan kesadaran diri, 2)

secara terbuka pada orang lain maka

Membangun

individu tersebut semakin terbuka.

hubungan

yang

lebih

dekat dan mendalam, saling membantu

c. Keluasan, yaitu jangkauan bidang

dan lebih berarti bagi kedua belah

yang diungkapkan kepada orang lain,

pihak,

semakin luas informasi yang diberikan

3)

Mengembangkan

keterampilan

berkomunikasi,

Mengurangi

rasa

meningkatkan

penerimaan

4)

malu

maka

dan

diri,

individu

tersebut

semakin

membuka diri kepada orang lain.

5)

d. Kedalaman, yaitu tingkat keintiman

Memecahkan berbagai konflik dalam

pengungkapan diri seseorang.

masalah interpersonal, 6) Memperoleh

e. Waktu, yaitu kapan harus membuat

energi tambahan dan menjadi lebih

pengungkapan.

spontan, 7) Meringankan beban pikiran

f. Orang yang dituju, yaitu orang-orang

yang mengakibatkan ketegangan dan

yang ingin dituju guna mengungkapkan

stress.

informasi pribadi dengan kata lain Nelson

mengemukakan

dan

Jones

(1996)

beberapa

aspek

kepada siapapun individu membuka diri.

keterbukaan diri antara lain: a) Jumlah,

g. Konteks situasional, yaitu hubungan

yaitu seberapa banyak atau jumlah

peristiwa informasi.

5

saat

mengungkapkan

Faktor

yang

mendasari

keterbukaan

diri

antara

kebudayaan,

pendengar,

situasi

lain

tertentu

sehingga

akan

memperkecil kesalahpahaman.

besarnya Menurut

Supraktiknya (1995),

kelompok, perasaan menyukai, efek bahwa pengelolaan konflik yang baik, diadik, kompetensi, kepribadian, topik, akan membawa pada perkawinan yang jenis kelamin (Devito, 1997). harmonis dan dari proses tersebut akan Menurut

Sadarjoen

(2005) mendewasakan masing-masing pribadi.

bahwa

istri

yang

melakukan Pengelolaan konflik secara sehat dan

keterbukaan diri, akan meningkatkan baik

dapat

digunakan

untuk

keakraban dengan suami. Hubungan mempertahankan kualitas

hubungan

yang akrab dan saling mempercayai dalam perkawinan. akan menambah keterbukaan diri istri METODE PENELITIAN

terhadap suami begitu juga sebaliknya.

Penelitian ini menggunakan

Dengan begitu diharapkan konflik yang

pendekatan kuantitatif dengan variabel

terjadi akan terkelola dengan baik.

bebas

Menurut Supratiknya (1995),

keterbukaan

diri

tergantung

istri

dan

pasangan suami istri dapat saling

variabel

kemampuan

mengenal dan melengkapi melalui

mengelola konflik dalam perkawinan.

proses keterbukaan diri. Informasi yang

Subjek penelitian ini adalah istri

didapat dalam keterbukaan diri istri

dengan usia perkawinan 5 sampai 15

akan menghasilkan pemahaman bagi

tahun, pendidikan minimal SMA yang

suami.

tinggal

Suami

akan

mengetahui,

di

Kelurahan

Masaran,

memperkirakan

Kabupaten Sragen. Data yang didapat

perilaku istri dan perasaan istri dalam

peneliti dari Kelurahan Masaran yaitu

memahami

dan

6

terdapat 687 pasang penduduk dari

tujuan, penghindaran konflik keras, dan

Kelurahan

yang

memperhalus konflik. Skala ini terdiri

melaksanakan pernikahan antara tahun

dari 25 aitem, 14 aitem favorable dan

1997-2007. Karena data yang didapat

11 aiten unfavorable. Skala yang kedua

tidak semua menetap di Kelurahan

menggunakan skala keterbukaan diri

Masaran, ada beberapa istri yang sudah

istri

pindah dan mengikuti suami. Maka

menggunakan

peneliti mencari tahu informasi tentang

(dalam Sari, 2006) yaitu keluasan,

usia perkawinan penduduk yang tinggal

kedalaman dan target atau sasaran.

di Kelurahan Masaran dari Ketua RT.

Skala keterbukaan diri terdiri dari 28

Kemudian peneliti mengambil 100

aitem, 14 aitem favorable dan 14 aitem

sampel dari jumlah populasi yang

unfavorable.

Masaran

didapat. Alat

yang

disusun aspek

peneliti

dari

Jourard

Adapun teknik statistik yang pengumpul

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

digunakan adalah skala kemampuan

korelasi product moment, yaitu untuk

mengelola

ini

mengetahui hubungan keterbukaan diri

merupakan skala terpakai yang disusun

istri dengan kemampuan mengelola

Tyas (2012) dengan menggunakan

konflik dalam perkawinan. Pertama,

aspek kemampuan mengelola konflik

peneliti

melakukan

dari Pruit dan Rubin (2004) yaitu

validitas

dan

memastikan adanya konflik, melakukan

menggunakan teknik product moment

analisis

kompromi,

yaitu untuk mengetahui aitem-aitem

menurunkan aspirasi dan bernegosiasi,

yang layak dan tidak layak untuk

memecahkan

dimasukkan ke dalam skala penelitian.

konflik.

konflik,

masalah,

data

Skala

menyatukan

7

perhitungan

reliabilitas

dengan

Kemudian

peneliti

melakukan

uji

ditunjukkan

oleh

nilai

koefisien

normalitas sebaran dimaksudkan untuk

korelasi (r) sebesar 0,741 dengan nilai

mengetahui

Sig.

apakah

sebaran

data

0,000

(p≤0,01)

maka

dapat

penelitian mengikuti sebaran distribusi

dikatakan ada hubungan yang sangat

normal atau tidak. Setelah itu, peneliti

signifikan. Hal ini sesuai dengan

melakukan Uji linieritas dimaksudkan

hipotesis yang diajukan penulis, yaitu

untuk mengetahui apakah variabel

ada

bebas (keterbukaan diri istri) dengan

keterbukaan

diri

variabel

kemampuan

mengelola

tergantung

(kemampuan

hubungan

positif

antara

istri

dengan konflik.

mengelola konflik dalam perkawinan)

Semakin tinggi keterbukaan diri istri

memiliki korelasi yang searah (linier)

maka semakin tinggi pula kemampuan

atau

peneliti

mengelola konflik yang diperoleh dan

melakukan analisis korelasi product

sebaliknya semakin rendah tingkat

moment

untuk

keterbukaan diri maka semakin rendah

mengetahui hubungan keterbukaan diri

pula kemampuan mengelola konflik

istri dengan kemampuan mengelola

yang dimiliki istri.

tidak.

Kemudian

dengan

tujuan

konflik dalam pekawinan.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nelson dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Jones (1996), bahwa salah satu hal Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat membuat konflik tidak teknik analisis product moment dari dapat dikelola dengan efektif adalah Pearson diketahui bahwa ada hubungan adanya komunikasi dengan suara yang antara keterbukaan diri istri dengan mengancam

dan

kurangnya

kemampuan mengelola konflik yang keterbukaan

8

diri.

Dikatakan

oleh

Wirawan

(2010)

tingkat

asumsi mengenai konflik, persepsi

konflik

mengenai penyebab konflik, ekspektasi

seseorang dapat dilihat yaitu salah

atas reaksi lawan konfliknya, pola

satunya

pola

komunikasi dalam interaksi konflik,

komunikasi yang dimiliki. Menurut

kekuasaan yang dimiliki, pengalaman

Walgito (2002) suami istri yang dapat

menghadapi situasi konflik, sumber

membicarakan

yang

kemampuan

bahwa

mengelola

dengan

mengetahui

setiap

permasalahan

dimiliki,

secara terbuka akan menemukan solusi

kecerdasan

dari

budaya

permasalahan

yang

ada.

situasi

sikap

konflik,

pengertian,

dengan

emosional,

organisansi

Keterbukaan diri akan membangun saling

jenis

konflik

dan

pengalaman

kelamin, kepribadian,

sistem

sosial,

posisi

dalam

menggunakan

demikian akan terbentuk sikap saling

salah satu gaya manajemen konflik,

terbuka,

dan

saling

mengisi,

saling

mengerti dan akan terhindar dari

hasil

Hasil analisis

berkomunikasi

(Wirawan, 2010).

kesalahpahaman. Dari

keterampilan

penelitian

ini

data

menunjukkan bahwa secara mayoritas

diketahui bahwa Sumbangan Efektif

istri memiliki tingkat keterbukaan diri

(SE) variabel keterbukaan diri terhadap

yang tinggi. Meskipun masih ada istri

kemampuan mengelola konflik sebesar

yang memiliki keterbukaan diri yang

54,9% yang ditunjukkan oleh koefisien

rendah, sedang bahkan sangat tinggi.

determinan R²= 0,549. Berarti masih

Berdasarkan kategorisasi keterbukaan

terdapat 45,1% yang mempengaruhi

diri dapat diketahui bahwa tidak ada

kemampuan mengelola konflik di luar

subjek yang menempati kategori sangat

variabel keterbukaan diri misalnya

rendah, 1 orang yang tergolong rendah,

9

26 orang tergolong sedang, dan 61

Variabel

orang tergolong tinggi, serta 12 orang

konflik mempunyai Rerata Empirik

yang

(RE) sebesar 72 Rerata Hipotetik (RH)

tergolong

keterbukaan prosentase

sangat

dirinya.

Jumlah

keterbukaan

diri

tinggi

kemampuan

57,5

yang

mengelola

dan

sebesar

berarti

istri

umumnya subjek dalam penelitian ini

terbanyak menempati kategori tinggi

mempunyai

dengan Rerata Empirik (RE) sebesar 72

konflik pada kategori tinggi.

dengan Rerata Hipotetik (RH) sebesar

Kemampuan

60.

kemampuan

pada

mengelola

konflik

yang

sudah tinggi ini dimungkinkan karena Hasil

penelitian

ini

istri menyadari konflik memang sedang

menunjukkan bahwa mayoritas istri

ada,

memiliki

tersebut,

kemampuan

mengelola

mengetahui penyebab konflik istri

memiliki

kemauan

konflik yang tinggi. Meskipun masih

berkompromi, dan bernegosiasi untuk

ada istri yang memiliki kemampuan

mendapatkan solusi terbaik (Pruit dan

mengelola konflik yang rendah, sedang

Rubin,

bahkan sangat

pernyataan Lane dan Stevens (1999),

kategorisasi

tinggi. Berdasarkan

kemampuan

mengelola

2004).

Sesuai

dengan

beberapa cara yang dapat ditempuh

konflik dapat diketahui bahwa tidak

ketika

ada subjek yang menempati kategori

konfliknya yaitu dengan menelusuri

sangat rendah, 1 orang yang tergolong

permasalahan yang terjadi sehingga

rendah, 18 orang tergolong sedang, dan

subjek menemukan solusi yang tepat.

59 orang tergolong tinggi, serta 22

KESIMPULAN

orang

tergolong

kemampuan

sangat

mengelola

tinggi

konfliknya.

telah

10

seseoang

menyelesaikan

Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan,

peneliti

dapat

mengambil beberapa kesimpulan, yaitu

bimbingan perkawinan sehingga dapat

sebagai berikut.

membantu pasangan suami istri dalam

1. Ada hubungan positif yang sangat

mencari

solusi 2)

dalam

setiap

Kantor

Urusan

signifikan antara keterbukaan diri

permasalahan.

istri dengan kemampuan mengelola

Agama. Penelitian ini dapat dijadikan

konflik dalam perkawinan.

masukan sebagai bahan penyuluhan pra

2. Sumbangan efektif keterbukaan diri

perkawinan dan pasca perkawinan bagi

istri dengan kemampuan mengelola

calon pasangan suami istri maupun

konflik dalam perkawinan sebesar

pasangan suami istri akan pentingnya

54,9%, sedangkan sumbangan dari

keterbukaan diri istri dalam mengelola

faktor lain sebesar 45,1%

konflik perkawinan. 3) Pengadilan

3. Tingkat keterbukaan diri istri di Kelurahan

Masaran

Agama, diharapkan dapat digunakan

tergolong

sebagai materi mediasi sebagai usaha

tinggi. 4. Tingkat konflik Kelurahan

perdamaian antara suami dan istri yang kemampuan dalam

mengelola

perkawinan

Masaran

telah

di

Melalui

tergolong

mengajukan mediasi

kesepakatan

tinggi.

dan

gugatan akan

cerai. dicapai

terselesaikannya

permasalahan yang menjadi penyebab perceraian sehingga perkawinan masih

Berdasarkan hasil penelitian, terjaga. 4) Peneliti selanjutnya yang maka saran yang dapat diberikan tertarik untuk mengadakan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Konselor dengan tema sejenis atau berkaitan perkawinan.

Penelitian

ini

dapat dengan kemampuan mengelola konflik

dijadikan materi dalam konsultasi dan dalam perkawinan diharapkan dapat

11

mengungkap lebih dalam

prediktor

Kertamuda, F.E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika.

kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan.

Penulis

menyarankan

untuk

memperluas

Kappara, lebih

melengkapi

populasi,

dengan

teknik

Mardiana. 2012. Peran Penyuluhan dalam Pernikahan. Artikel. www. seputarpernikahan.com.(Dia kses Kamis, 26 Juli 2012).

pengumpulan data yang lain atau Nellson, R. dan Jones. 1996. Alih Bahasa : Hartono, P.R.B. Cara Membina Hubungan Baik Dengan Orang Lain. Jakarta: Bumi Aksara.

menyertakan variabel dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan mengelola konflik.

Papu, Johanes. 2002. Pengungkapan Diri. Jakarta: Team epsikologi.

DAFTAR RUJUKAN Anorogo, P. dan Ninik, W. 1990. Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pruit, D.G, Rubbin, J.Z. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dayakisni, T. dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Sadarjoen, S.S. 2005. Konflik Marital; Pemahaman Konseptual, Aktual dan Alternatif Solusinya. Bandung: PT Refika Aditama.

Devito,

J.A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, Edisi Kelima. Jakarta: Profesional Book.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpibadi. Yogyakarta: Kanisius.

Dewi, Eva M.P. dan Basti. 2008. Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian Konflik Pada Pasangan Suami Istri. Jurnal Psikologi. Vol. 2. No. 1 (42-51). Makasar: Universitas Negeri Makasar. Kartono,

Wahyudi. 2006. Manajemen Konflik dalam Organisasi, Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta. Walgito, Bimo. 2002. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi.

Kartini. 2002. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, dan Industri. Jakarta: CV. Rajawali.

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba Humanika.

12

13