HUBUNGAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES THE

Download menunjukkan tingkat kejadian postpartum blues pada ibu postpartum adalah 80 % .... bahwa ada hubungan antara dukungan suami / keluarga denga...

0 downloads 455 Views 65KB Size
HUBUNGAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES THE RELATIONSHIP BETWEEN CHILDBIRTH DURATION AND POSPARTUM BLUES

1

Amalia Rizki Meilina, 2Nasrudin A Mappaware,3Budu 1

Jurusan Kebidanan AKBID Aisyah Pangkep Bagian Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 3 Bagian Medical Education Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2

Alamat Koresponden: Amalia Rizki Meilina Griya Prima Tonasa Blok D2 No. 14 Daya, Makassar Hp. 082349915449 Email: [email protected]

Abstrak Lama persalinan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya postpartum blues. Penelitian ini beretujuan untuk mengidentifikasi hubungan lama persalinan dengan kejadian postpartum blues. Variabel penelitian terdiri dari variabel independent lama persalinan (kala I,II,dan III) dan variabel lain Karakteristik Responden (umur, paritas, tingkat pendidikan, perencanaan kehamilan), variabel dependent postpartum blues. Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Pangkep. Metode yang digunakan adalah Cohort. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu inpartu yang datang RSUD Kabupaten Pangkep selama penelitian berlangsung. Sampel penelitian sebanyak 60 masingmasing 30 orang sebagai kelompok faktor resiko positif, dan 30 orang sebagai faktor resiko negative. Pengambilan dilakukan secara Cosecutive Sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kejadian postpartum blues pada ibu postpartum adalah 80%. Umur terbanyak 20-35 thn (Resiko rendah) 83.3%, Paritas terbanyak multipara 70%,Tingkat pendidikan terbanyak rendah 63.3%, perencanan kehamilan terbanyak direncanakan 78.3%, Tidak ada perbedaan yang signifikan kejadian postpartum blues antara lama persalinan kala I, kala II dan Kala III normal dan lama. Hasil uji Chi Square dan Fisher, Tidak ada hubungan antara Umur, Paritas, Tingkat Pendidikan, dan Perencanaan Kehamilan dengan Kejadian Postpartum Blues, dan tidak ada hubungan antara Lama Persalinan (kala I,II,dan III) dengan Kejadian Postpartum Blues. Kata Kunci : Lama Persalinan, Postpartum Blues

Abstract Long labor is one factor contributing to the postpartum blues. This study aims to identify the relationship between childbirth duration and postpartum blues. The independent variable was childbirth duration (phases I, II, and III); while the dependent variable was postpartum blues. The other variables were the characteristics of the respondents (age, parity, level of education, and pregnancy plan). The research was conducted at the Local Public Hospital of Pangkep regency by using the cohort method. The population included all inpartu mothers admitted to the local public hospital of pangkep regency during the time of the research. There were 60 samples including 30 mothers with positive risk factors and 30 mothers with negative risk factors. They were selected using the consecutive sampling technique. The analysis was conducted using Chi Square and Fisher tests. The result reveals that the level of postpartum blues in the postpartum was 80%. Most of the respondents (83.3%) aged 20-35 years old (low risk), while the highest parity percentage was for multipara (70%). In addition, the highest percentage of education level is for low level education (63.3%), while for pregnancy planning, the highest percentage (78.3%) was for planned pregnancy. There was no significant difference between postpartum blues and childbirth duration of phase I, phase II, phase III (normal and long time). The results of Chi Square and Fisher test reveal that there is no any relationship between age, parity, level education, and pregnancy planning; and postpartum blues. Furthermore, there was no any relationship between childbirth duration (phases I, II, III) and postpartum blues. Keywords: childbirth duration, postpartum blues.

1

PENDAHULUAN Postpartum blues (PBB) sering juga di sebut sebagai maternity blues atau baby blues di mengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan. Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pasca persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai ke lima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan (Marmi & Margiyati, 2013). Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir yang berlebihan mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu (Dewi, 2012) Henshaw (2007) dalam Machmuda (2010) mengatakan bahwa, Postpartum blues dapat terjadi pada semua ibu postpartum dari etnik dan ras manapun, dan dapat terjadi pada ibu primipara maupun multipara. Ibu primipara merupakan kelompok yang paling rentan mengalami depresi postpartum dibanding ibu multipara atau grandemultipara. Freudenthal et al(2004), menyebutkan bahwa dari 37 ibu primipara, 14% mengalami postpartum blues tingkat berat, sedangkan dari 65 ibu multipara, 12% mengalami postpartum blues tingkat berat. Penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum di ketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin, dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoaminase oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. Faktor demografi yaitu umur dan paritas, Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, latar belakang psikososial ibu,takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya (Marmi & Margiyati, 2013) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke (2006) dalam Machmuda (2010), menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya postpartum blues disebabkan oleh : pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan sebanyak 38,71%, faktor psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak 16,13%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78%.

2

Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan juga dapat menjadi faktor pendukung terjadinya postpartum blues. Lamanya proses persalinan akan membuat ibu lelah, cemas, takut, dan stress . Apabila rasa cemas berlebihan dapat menghambat dilatasi normal serviks sehingga terjadi partus lama dan meningkatkan persepsi nyeri (Lowdermilk & Bobak, 2005). Lamanya proses persalinan akan membuat ibu memiliki pengalaman persalinan yang kurang memuaskan, sehingga ibu menunjukkan citra diri yang negative dan dapat berlanjut menjadi kemarahan yang dapat mempersulit proses adaptasi ibu terhadap peran dan fungsi barunya. Proses persalinan yang berlangsung penuh tekanan akan membuat ibu lebih sulit mengontrol dirinya sehingga membuat ibu lebih mudah marah serta dapat menurunkan kemampuan koping ibu yang efektif (McKinney et al., 2004; Pilliteri, 2007). Bobak(2005) dalam Machmuda (2010), mengatakan bahwa postpartum blues dapat terjadi setiap waktu setelah ibu melahirkan, oleh karena itu terjadinya postpartum blues harus di identifikasi sejak awal agar tidak berkembang menjadi postpartum depresi. Jika terdeteksi terjadi postpartum blues kemudian tidak segera diatasi dan dibiarkan berlangsung lama, maka akan berakibat buruk bagi ibu, bayi dan bagi perkembangan kepribadian anak. Hubungan antara ibu dan bayi serta hubungan ibu dengan pasangan juga akan terganggu karena ibu mengalami postpartum blues. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengantisipasi terjadinya postpartum blues dan upaya mencegah terjadinya gangguan psikologis yang patologis serta dampaknya terhadap ibu, anak, suami maupun keluarga, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan lama persalinan dengan kejadian postpartum blues. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama persalinan dengan kejadian postpartum blues di RSUD Kabupaten Pangkep.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Kohort. Penelitian kohort merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status penyakit. Penelitian kohort disebut juga penelitian prospektif yang merupakan

3

salah satu penelitian longitudinal dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian dengan mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dengan tidak terpapar, untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya fenomena (Hidayat, 2012).

Instrumen Pengumpulan Data Dalam

penelitian ini, instrument

pengumpulan data

yang digunakan adalah

Partograf/catatan medis pasien untuk mengobservasi/mendapatkan data. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu inpartu yang datang ingin melahirkan di RSUD Kabupaten Pangkep, selama penelitian ini berlangsung. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil jumlah sampel distribusi normal yaitu 30 sampel untuk masingmasing kelompok. Total sampel penelitian secara keseluruhan adalah 60 sampel. Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari partograf dan kuesioner, dan data sekunder di peroleh dari catatan medis pasien. Pengumpulan data dalam penelitian ini dibantu oleh tenaga bidan yang bertugas di kamar bersalinsebanyak 2 orang untuk mengobservasi lama persalinan dengan menggunakan partograf. Analisa data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan menggunakan analisis Univariat, dan analisis bivariate.

HASIL Analisis Univariat Berdasarkan tabel 1 di ketahui responden berdasarkan Lama Kala I, responden yang mengalami kala I normal yaitu 53.3% (32 0rang) dan responden yang mengalami kala I lama sebanyak 46.7% (28 0rang). Berdasarkan lama kala II, responden yang mengalami kala II normal yaitu 78.3% (47 0rang) dan responden yang mengalami kala II lama sebanyak 21.7% (13 0rang).

4

Berdasarkan lama kala III, responden yang mengalami kala III normal yaitu 61.7% (37 0rang) dan responden yang mengalami kala III lama sebanyak 38.3% (23 0rang). Analisis Bivariat Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan hasil analisis hubungan antara lama persalinan kala I dengan kejadian postpartum blues di peroleh bahwa

dari 32 responden yang

kala I nya

berlangsung normal , ada 26 responden (81.3%) yang mengalami postpartum blues.,dan 28 responden yang kala I nya berlangsung lama, ada 22 responden (78.6%) yang mengalami postpartum blues. Hasil uji statistik di peroleh nilai p = 1.000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kala I dengan kejadian postpartum blues. Hasil analisis hubungan antara lama persalinan kala II dengan kejadian post partum blues, diperoleh bahwa dari 47 responden yang Kala II berlangsung normal, ada 37 responden (78.7%) yang mengalami postpartum blues, dan 13 responden yang kala II nya berlangsung lama, ada 11 responden (84.6%) yang mengalami postpartum blues. Hasil uji statistik di peroleh nilai p = 1.000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kala II dengan kejadian postpartum blues. Hasil analisis hubungan antara lama persalinan kala III dengan kejadian post partum blues, diperoleh bahwa dari 37 responden yang Kala III nya berlangsung normal, ada 28 responden (75.7%) yang mengalami postpartum blues, dan 23 responden yang kala III nya berlangsung lama, ada 20 responden (87%) yang mengalami postpartum blues. Hasil uji statistik di peroleh nilai p = 0.340, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kala III dengan kejadian postpartum blues. Berdasarkan tabel 2 diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kejadian postpartum blues antara lama persalinan kala I,kala II dan kala III normal atau lama.

PEMBAHASAN Pada penelitian ini terlihat bahwa responden yang lama persalinan normal lebih banyak mengalami postpartum blues (83.3%) di bandingkan dengan yang lama persalinan memanjang/lama (76.7%). Hasil Penelitian ini juga menjelaskan bahwa postpartum blues lebih banyak terjadi

pada responden yang mengalami lama kala I

normal sebesar 81.3%,

dibandingkan dengan kala I lama yaitu 78.6%. Hasil penelitian ini postpartum blues juga terjadi pada responden yang mengalami lama kala II normal sebesar 78.7% dan sebesar 84.6% pada

5

responden yang mengalami kala II lama. Hasil penelitian ini postpartum blues juga terjadi pada responden yang mengalami lama kala III normal sebesar 75.7% dan sebesar 87% pada responden yang mengalami kala III lama. Lama persalinan adalah waktu yang di butuhkan dari mulai tanda-tanda awal persalinan antara lain yaitu kontraksi uterus teratur di sertai pengeluaran lender dan darah pervaginam dan pelunakan, penipisan serta pembukaan serviks sampai dengan pengeluaran bayi dengan menggunakan jam. Lama persalinan dapat dihitung atau di ketahui dari lama

4 tahapan

persalinan yaitu kala 1, kala 2, dan kala 3 tanpa memasukkan kala 4 yang bersifat observasi ( Cunningham, 2006; Manuaba, 2007 ) Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat McKinneyet al (2004); Pilliteri (2007), bahwa lamanya proses persalinan akan membuat ibu memiliki pengalaman persalinan yang kurang memuaskan, sehingga ibu menunjukkan citra diri yang negative dan dapat berlanjut menjadi kemarahan yang dapat mempersulit proses adaptasi ibu terhadap peran dan fungsi barunya. Proses persalinan yang berlangsung penuh tekanan akan membuat ibu lebih sulit mengontrol dirinya sehingga membuat ibu lebih mudah marah serta dapat menurunkan kemampuan koping ibu yang efektif. Demikian juga menurut pendapat Bobak (2005), bahwa persalinan merupakan suatu peristiwa yang rumit dan menimbulkan stress bagi seorang ibu. Pendukung teori stress menjelaskan bahwa setiap peristiwa yang menimbulkan stress, misalnya proses persalinan, dapat merangsang reaksi untuk terjadinya blues. Hasil uji statistik lama kala I menggunakan chi square di peroleh nilai p value = 1.000, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kala I dengan kejadian postpartum blues. Hasil uji statistik lama kala II menggunakan chi square diperoleh nilai p value = 1.000, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kala II dengan kejadian postpartum blues. Hasil uji statistik lama kala III menggunakan chi square diperoleh nilai p value = 0.340 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kala III dengan kejadian postpartum blues. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama persalinan (normal / lama) baik yang lama persalinan kala I,kala II dan kala III normal maupun lama tidak menjadi faktor penyebab terjadinya postpartum blues. Ada faktor lain yang sangat mempengaruhi kejadian postpartum blues yaitu dukungan sosial (dukungan suami/keluarga), karena ada beberapa teori dan penelitian yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara dukungan suami / keluarga dengan kejadian postpartum blues. Hasil

6

penelitian yang di lakukan oleh Soep (2009), menujukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dukungan suami terhadap depresi postpartum. Proporsi ibu yang menederita depresi postpartum 76% terjadi pada ibu dengan dukungan suami kategori kurang di bandingkan ibu dengan dukungan suami kategori baik 5,7%, begitupula dengan hasil penelitian Machmuda (2010), bahwa ada pengaruh antara dukungan sosial dengan kejadian postpartum blues, dan merupakan faktor resiko untuk kejadian postpartum blues, 77,8% postpartum blues terjadi pada ibu yang tidak mendapat dukungan sosial, dan 22,2% pada ibu yang mendapat dukungan sosial. Menurut Alfiben et al (2000) dalam Soep (2009), bahwa dalam p[roses penyesuaian menjadi ibu, ibu sangat rentan terhadap gangguan emosi tertentu selama kehamilan, persalinan, dan postpartum. Sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. Dukungan yang paling efektif didapat dari suami. Pada periode postpartum awal, ibu membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangganya seperti menyiapkan makanan, mencuci pakaian dan berbelanja, dan juga ibu membutuhkan dorongan, penghargaan dan pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa Tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik responden yang meliputi umur, paritas, tingkat pendidikan, dan perencanaan kehamilan dengan kejadian postpartum blues dan Tidak ada hubungan antara lama persalinan (kala I, kala II, dan kala III) responden dengan kejadian postpartum blues. Oleh karena itu perlu penelitian lanjutan

degan menggunakan

Variabel – variabel lain seperti

komplikasi persalinan, persalinan dengan tindakan, riwayat depresi sebelumnya, dan dukungan sosial suami / keluarga, atau penelitian lanjutan Tentang faktor- faktor yang mempengaruhi berkembangnya postpartum blues menjadi depresi postpartum.

7

DAFTAR PUSTAKA Bobak I.M., Lowdermilk D.L., & Jensen M.D.(2005). Maternity Nursing. 4th ed. St. Louis: Mosby Cunningham.(2006). Osbtetri William. Edisi 21. Jakarta:EGC Dewi, M. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka pelajar Freudenthal., Crost. M., & Kaminski M. (2004). Severe post-delivery blues: associated factors. Arch Womens Ment Health, No2, 37-44 Henshaw C. (2007). Mood disturbance in the early puerperium: a review, Archives of Women’s Mental Health, vol 6, No.2, 33-42 Hidayat A. (2012). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Lowdermilk D.L., & Bobak I.M., (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC Manuaba I.B.G. (2007). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedoteran EGC Machmuda.(2010). Pengaruh Persalinan dengan Komlikasi Terhadap Kemungkinan Terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang. Tesis. Depok: Universitas Indonesia. Marmi & Margiyati. 2013.Pengantar Psikologi Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar McKinneyet al. (2004). Foundation of Maternal-Newborn Nursing. 2nd edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company469 Olds S.B., London M.L., & Ladewig P.A.W. (2004). Maternal-newborn nursing a family and community-based approach. 6th ed. New Jersey: Prentice Hall Health Pilliteri. (2007). Maternal and child Health Nursing. Care of Childbearing and Chilrearing Family. 3rd edition. Lippincott Sastroasmoro S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto Setyowati & Uke Riska. (2010). Studi faktor Kejadian Postpartum Blues pada Ibu Pasca Salin: Penelitian deskriptif di Ruang Bersalin I RSU Dr.Soetomo Surabaya. Retrived from http://www.adln.lib.unair.ac.id/gophp?id=gdlhub-gdl-sl-2010-setyowatiu2388&width=300&PHPSESSID=dd2cc1da310370d55fcbeb92ddaa70d7. Diunduh tanggal 23 September 2014. Soep. (2009). Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di RSUD DR. Pirngadi Medan. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.

8

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Lama Persalinan Kala I, Kala II dan Kala III Frekuensi

Persentase

(n)

(%)

Kala I Normal Lama

32 28

53.3 46.7

Kala II Normal Lama

47 13

78.3 21.7

Kala III Normal Lama

37 23

61.7 38.3

Lama Persalinan

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 2. Hubungan Lama Persalinan KalaI, Kala II dan Kala III Dengan Kejadian Postpartum Blues

Lama Persalinan

Postpartum Blues Tidak Postpartum Postpartum Blues Blues n % n %

Jumlah

p

n

%

81.3 78.6

32 28

100 100

1.000

37 11

78.7 84.6

47 13

100 100

1.000

28 20

75.7 87

37 23

100 100

0.340

Kala I Normal Lama

6 6

18.8 21.4

26 22

Kala II Normal Lama

10 2

21.3 15.4

Kala III Normal 9 Lama 3 Sumber : Data Primer, 2014

24.3 13

9