PERSALINAN BUATAN DENGAN POSTPARTUM BLUES

Download 8 Jun 2015 ... Subject : Persalinan Buatan, Postpartum Blues, Ibu nifas. ... 29 respondents (85,3 %) and average of respondents who experien...

2 downloads 473 Views 211KB Size
PERSALINAN BUATAN DENGAN POSTPARTUM BLUES CHILMIYAH ROSILANDA ABADAN 121010098 Subject : Persalinan Buatan, Postpartum Blues, Ibu nifas. DESCRIPTION Postpartum blues atau gangguan mental pasca-salin sering kali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Postpartumblues dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama bagi ibu dan perkembangan anaknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi postpartum blues diantaranya ada jenis persalinan buatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pesalinan buatan dengan kejadian postpartum blues. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancang bangun penelitian cross sectional. Variable independen adalah persalinan buatan dan variable dependen adalah postpartum blues. Populasi dalam penelitian ini 37 ibu postpartum dan sampel sebanyak 34 responden. Teknik sampling yang digunakan dalah probability sampling tipe sampling random sampling. Penelitian ini dilakukan di RSUD Jombang pada tanggal 20 april- 20 mei 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan skriningedinburgh postnatal depression scale (EPDS) dan lembar kuesioner. Pengolaan data dengan cara editing, coding scoring, tabulating dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersalin dengan sectio caesarea 29 responden (85,3%) dan rata-rata responden mengalami postpartum blues sebanyak 21 responden (61,8%). Berdasarkan uji chi square hasil perhitungan hubungan antara persalinan buatan dengan postpartum blues di peroleh nilai p value = 0,037 dengan tingkat kemaknaan yang ditetapkan adalah pada α = 0,05.oleh karena nilai p < α maka H1 diterima dengan demikian ada hubungan antara persalinan buatan dengan postpartum blues di RSUD Jombang. Terdapat hubungan yang signifikan antara persalinan buatan dengan kejadian postpartum blues. Petugas kesehatan atau bidan harus memberikan penyuluhan kesehatan khususnya pada ibu tentang cara untuk mencegah terjadinya postpartum blues dengan benar. ABSTRACT Postpartum blues or postpartum mental disorders are often overlooked and not treated properly. Postpartum blues can develop to be a more severe condition namely postpartum depression and psychosis that has a worse impact especially for maternal and child development. There are several factors that lead to postpartum blues which are childbirth artificial. The purpose of this study was to know the relationship between childbirth artificial with postpartum blues. This research was an analytic observational with cross sectional design. The independent variable was childbirth artificial and dependent variable was the incidence of postpartum blues. The population in this study was 37 respondents mother and sample used was 34 respondent. The sampling technique used was a type of probability sampling. This research was conducted in RSUD Jombang on 20 april -20 mei 2015.

Collecting data used the Edinburgh postnatal depression screening scale (EPDS) and the questionnaire. Data processed through editing, coding scoring, tabulating and performed with the chi-square test. The results showed that most of respondents who childbirth with sectio caesarea were 29 respondents (85,3%) and average of respondents who experienced postpartum blues were as many as 21 respondents (61,8%). Based on chi-square test on the calculation of the relationship between childbirth artificial and postpartum blues obtained result p value = 0,037 with significance level at α = 0,05. Therefore, p < α so that H1 was accepted it meant there was a relationship between childbirth artificial with postpartum blues incidence in RSUD Jombang. There was a significant relationship between childbirth artificial with the incidence of postpartum blues. Health worker or midwife should provide health education especially in the mother on how to prevent postpartum blues properly. Keywords: Childbirth Artificial, Postpartum Blues. Contributor

: 1. Nurun Ayati Khasanah, M.Kes., 2. Dyah Permata Sari, S.ST., SKM., MM., Date : 08 Juni 2015 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab bagi seorang ibu setelah melahirkan bayi seringkali menimbulkan konflik dalam diri seseorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual dan tingkah laku pada seorang wanita. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu. (Dewi, sunarsih 2011). Menurut marshall Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis (Miyansaski dkk.2014). Ibu yang depresi tidak mampu merawat bayinya dengan optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya, akibatnya kondisi kebersihan dan kesehatan bayinya pun menjadi tidak optimal juga tidak bersemangat menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti bayi yang ibunya sehat. Akibat lainnya adalah hubungan antara ibu dan bayi juga tidak optimal (Irawati.dkk 2014) Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindroma ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan (Suherni, 2009) Data dari penelitian di seluruh dunia secara tegas menunjukkan bahwa sekitar 50-75% wanita mengalami postpartum blues (Jayasima dkk.2014), sedangkan angka kejadian postpartum blues di asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% (Mirza, 2008). Berbagai studi mengenai post partum blues di luar negeri (Jepang) dengan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues. Sedangkan

di Indonesia, satu dari 10 wanita yang baru saja melahirkan memiliki kecenderungan post partum blues (Miyansaski.dkk 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD jombang pada tanggal 20 maret – 24 maret 2015, jumlah persalinan buatan pada bulan februari sebanyak 45, terdiri dari 41 persalinan sectio caesarea, 4 persalinan ekstraksi vakum. Hasil yang didapatkan dari observasi langsung kepada 8 ibu bersalin dengan sectio caesarea, didapatkan bahwa 5 ibu (62.5%) mengalami postpartum blues dan 3 ibu (37.5%) tidak mengalami postpartum blues. Penyebab terjadinya postpartum blues ialah hormone progesterone yang telah meningkat sejak masa kehamilan, kemudian pasca kehamilan hormone ini mengalami penurunan secara tiba-tiba sehingga memengaruhi keadaan fisik dan emosi. Perubahan hormonal tubuh yang drastis bukan faktor utama yang menyebkan postpartum blues, namun disertai kehidupan psikologis ibu, seperti kurangnya dukungan dari suami atas kehadiran anak, dukungan keluarga atau anggota masyarakat, kelelahan luar biasa setelah melahirkan, kekhawatiran keadaan ekonomi dan masalah-masalah sosial lainya (Janiwarty & Pieter, 2013) Penyebab post partum blues tidak diketahui secara pasti namun salah satunya adalah riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi. Persalinan dengan sectio caesarea mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemungkinan terjadinya post partum blues. Para peneliti beranggapan ini disebabkan oleh perasaan gagal yang timbul karena tidak dapat melahirkan secara normal. Kemungkinan depresi juga timbul karena proses pemulihan pasca-operasi caesar akan memakan waktu lebih lama (Irawati, yuliani 2014) Jenis persalinan merupakan salah satu faktor penyebab dari luar individu terhadap terjadinya post partum blues. Penelitian dari Dirksen dan Andriansen (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011) menunjukkan bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetric seperti caesarea, episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu post partum blues. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Rahmandani, Karyono dan Dewi (2007) menunjukkan Gejala post partum blues karena dipicu proses persalinan secara sectio caesarea dengan alasan medis yang menimbulkan konsekuensi beban finansial proses persalinan yang belum terfikir sebelumnya, munculnya pandangan negatif dari tetangga karena seharusnya bisa bersalin normal, luka operasi membekas, perasaan tidak bisa benar-benar menjadi perempuan, terganggu aktivitas keseharian karena luka operasi, luka operasi membuat subjek tidak bisa melakukan upaya-upaya langsung untuk mengecilkan berat badannya. (Miyansaski, Misrawati, & Sabrian. 2014). Dukungan dari tenaga kesehatan sangat diperlukan terutama pada masa kehamilan untuk mencegah terjadinya postpartum blues misal dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan termasuk penyulitpenyulit yang mungkin akan timbul pada masa tersebut beserta penanganannya. Cara mengatasi postpartum blues ada 2 cara, yaitu dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik dan dengan peningkatan dukungan mental atau dukungan keluarga. Ilmu komunikasi merupakan landasan komunikasi terapeutik. Pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi jika memiliki kemampuan mengubah minat atau perhatian individu secara psikologis dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak pembicaraan (Dahro, 2012). Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “pesalinan buatan dengan post partum blues di RSUD JOMBANG” METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian survay analitik dengan desain cross sectional. Variabel independen persalinan buatan dan variabel dependen postpartum blues. Subjek pada penelitian ini adalah 40 ibu nifas dengan persalinan buatan dan menggunakan teknik random sampling, data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder dengan istrumen berupa kuesioner dan lembar observasi dan analisis data dengan uji chi square. Tempat dan waktu penelitian di RSUD Jombang pada tanggal 20 Maret- 20 April 2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden mengalami persalinan buatan pertama kali sebanyak 24 responden (70,6%). Hampir setengah dari responden primipara sebanyak 12 responden (35,3%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 22 responden (64,7%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa seluruh responden menikah sebanyak 34 responden (100%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 23 responden (67,6%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden tidak berpenghasilan sebanyak 19 responden (55,9%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa hampir setengah dari responden berpenghasilan = UMR sebanyak 10 responden (29,4%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian kecil memiliki usaha tambahan 3 responden (8,8%). Berdasarkan hasil penelitian bahwa seluruh responden menginginkan kehamilannya sebanyak 34 responden (100%). Berdasarkan menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden sectio caesarea 29 responden (85,3%). sebagian besar responden mengalami postpartum blues sebanyak 21 responden (61,8%). Berdasarkan analisis menggunakan uji chi square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai p : (0,037) < α : (0,05) maka H1 diterima sehingga ada hubungan persalinan buatan dengan kejadian postpartum blues di RSUD Jombang. Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga ada hubungan persalinan buatan dengan postpartum blues. Hampir seluruhnya responden bersalin dengan sectio caesarea sebanyak 29 responden (85,3%). Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep, ekstraksi vakum atau operasi sectio caesarea (Asrina, 2010) Persalinan buatan merupakan salah satu persalinan yang ditunjukkan untuk indikasi medis tertentu, berbagai indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan buatan harus dipaham sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang, 2011). Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu. Persalinan buatan ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah pertimbangan cara-cara persalinan normal tidak layak untuk dikerjakan (Asamoah, 2008). Operasi sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan

melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012). Menurut Sari (2009) menunjukkan bahwa banyak responden melakukan persalinan sectio caesarea karena keputusan dokter berdasarkan komplikasi medis, lainnya beralasan memilih persalinan sectio caesarea karena kehamilan sebelumnya juga melalui cara yang sama, sementara terdapat responden memilih melahirkan secara sectio caesarea karena tidak ingin merasakan nyeri hebat, merasakan persalinan dengan proses yang relatif cepat, faktor estetika (tidak ingin elastisitas vagina berubah). Ibu yang menginginkan persalinan normal dan sudah mempersiapkan diri untuk persalinan pervaginam, namun karena indikasi-indikasi tertentu membuat ibu secara tiba-tiba harus dirujuk ataupun dilakukan persalinan buatan. Sebagian besar responden mengalami postpartum blues sebanyak 21 responden (61,8%). Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindroma ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tanpak dalam minggu pertama setelah persalinan (Vivian, 2012). Postpartum blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab ini sering tidak dipedulikan dan diabaikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak dilakukan asuhan sebagaimana mestinya (suherni, 2009). Berdasarkan sumber maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues adalah suasana hati yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari dalam 14 hari pertama pasca melahirkan, dimana perasaan ini berkaitan dengan bayinya (Mansur, 2009) Penyebab terjadinya postpartum blues ialah hormone progesterone yang telah meningkat sejak masa kehamilan, kemudian pasca persalinan hormone ini mengalami penurunan secara tiba-tiba sehingga mempengaruhi keadaan fisik dan emosi. Perubahan hormonal tubuh yang drastis bukan faktor utama yang menyebabkan baby blues, namun disertai kehidupan psikologis ibu (janiwarty & Pieter, 2013) Menurut Latipun, 2001 (dalam irawati.dkk 2014) mengatakan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang terhadap diri dan lingkungannya, karena itu akan berbeda sikap responden yang mempunyai pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah dalam menyingkapi proses selama persalinan sehingga pada pendidikan rendah sering terjadi postpartum blues. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik dalam memberi dukungan pada masa nifas. Responden dengan pendidikan tinggi lebih memahami kondisi ibu nifas, hal ini dikarenakan responden mudah menyerap informasi yang diaplikasikan dalam bentuk dukungan yang diberikan pada ibu di masa nifas. responden yang berpendidikan rendah lebih banyak memiliki apresiasi yang negatif, hal ini karena pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan kesiapan seorang ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan. Dapat dilihat bahwa 34 responden ditabulasi silang antara persalinan buatan dengan kejadian postpartum blues didapatkan bahwa sebagian kecil kelompok ibu bersalin dengan ekstraksi vakum sebanyak 5 responden (14,7%). Berdasarkan uji Chi Square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai p (0,037) <  (0,05) maka H1 diterima sehingga ada hubungan persalinan buatan dengan postpartum blues di RSUD Jombang. Menurut Murtiningsih, 2012 (dalam irawati.dkk 2014) Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar

mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya. Untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai. Persalinan merupakan suatu peristiwa yang rumit dan dapat menimbulkan stress bagi seorang ibu, pendukung teori stres menjelaskan bahwa setiap peristiwa yang menimbulkan stres, misalkan proses persalinan dapat merangsang reaksi untuk terjadinya blues (irawati.dkk 2014) Setyowati dan Uke Riska (2006) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya Post Partum Blues diantaranya pengalaman kehamilan dan persalinan yang meliputi komplikasi dan persalinan dengan tindakan seperti forcep dan vakum (irawati.dkk 2014) Upaya preventif untuk mencegah terjadinya post partum blues dengan memberikan pendidikan kesehatan saat kunjungan antenatal tentang perubahan fisik maupun psikologis pada ibu hamil dan setelah melahirkan, bagaimana gambaran terhadap proses persalinan khususnya pada ibu primipara serta perawatan pada masa nifas/post partum. Selain itu, sebaiknya skrining kejadian post partum blues dapat dilakukan pada semua ibu post partum (miyansaski.dkk 2014) Perubahan hormonal ini secara biologis akan mempengaruhi kondisi emosional seorang wanita setelah melahirkan. Selain itu, jenis persalinan juga merupakan salah satu faktor penyebab dari luar individu terhadap terjadinya post partum blues. Hal ini sesuai dengan penelitian Dirksen dan Andriansen (1985, dalam Dewi, Mariati & Wahyuni, 2011) yang menunjukkan bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alatalat obstetric seperti caesarea, episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu post partum blues. gejala postpartum blues karena dipicu proses persalinan secara sectio caesarea dengan alasan medis yang menimbulkan konsekuensi beban finansial proses persalinan yang belum terfikir sebelumnya, munculnya pandangan negatif dari tetangga karena seharusnya bisa bersalin normal, luka operasi membekas, perasaan tidak bisa benarbenar menjadi perempuan, terganggu aktivitas keseharian karena luka operasi, luka operasi membuat subjek tidak bisa melakukan upaya-upaya langsung untuk mengecilkan berat badannya (jayasima.dkk 2014) Postpartum blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental ringan, oleh sebab itu sering tidak dipedulikan dan diabaikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak dilakukan asuhan sebagaimana mestinya. Padahal apabila postpartum blues tidak kunjung reda keadaan ini akan berkembang menjadi depresi postpartum. Perempuan dapat sering merasakan kesedihan, susah berkonsentrasi, perasaan bersalah dan tak berharga. Bentuk depresi postpartum yang tidak tetangani dengan baik akan mengakibatkan postpartum psikosis yang mengakibatkan penderita dapat mengalami perubahan mood secara drastis. Oleh karena itu dukungan dari kesehatan lainnya sangat perlu, terutama pada saat kehamilan trimester 3, tenaga kesehatan diharapkan untuk menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk membaca buku tentang persalinan dan nifas, agar ibu mempunyai pandangan tentang persalinan dan bisa mempersiapkan diri untuk komplikasi-komplikasi yang dialami ibu.

SIMPULAN Sebagian besar responden bersalin dengan sectio caesarea dan yang mengalami postpartum blues 20 responden (58,8%). Sebagian besar responden yang mengalami postpartum blues 21 responden (61,8%) Berdasarkan uji chi square diperoleh hasil perhitungan dengan nilai p (0,037) < α (0,05) maka H1 diterima sehingga ada hubungan antara persalinan buatan dengan postpartum blues di RSUD jombang. REKOMENDASI peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang atau faktor-faktor yang mempengaruhi postpartum blues selain persalinan buatan seperti usia, paritas, dukungan suami, faktor fisik,pola tidur dan antenatal care. Ibu seharusnya mempersiapkan diri dengan baik pada saat kehamilan dengan cara membaca artikel atau buku yang ada kaitannya dengan proses persalinan dan pasca bersalin, sehingga ibu dapat mengerti dan dapat mencegah terjadinya postpartum blues. Bidan seharusnya memberikan konseling tentang cara pencegahan postpartum blues, selain itu melaksanakan program skrining kesehatan fisik dan psikis pada ibu postpartum yang bertujuan untuk mencegah timbulnya gangguan psikologis pada ibu hamil dan postpartum. Institusi pendidikan menambah sumber kepustakan dan bacaan khususnya tentang postpartum blues dan cara untuk mencegah terjadinya postpartum blues dengan benar. ALAMAT KORESPONDENSI Email : [email protected] No. Telp : 085655562387 Alamat : Desa babakan Kecamatan padang Kabupaten lumajang.