HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI

Download JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal). Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm. 334...

0 downloads 467 Views 135KB Size
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI MAHASISWI DALAM PENERIMAAN VAKSINASI HPV SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KANKER SERVIKS Dewi Ekowati*), Ari Udiyono**), Martini**), Mateus Sakundarno Adi**) *) Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro **) Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro e-mail :[email protected]

Abstract: Cervical cancer is an excessive and uncontrolled cell growth around the cervix. The main cause is HPV (Human Papilloma Virus). Primary prevention can be done with HPV vaccination. In Indonesia, many women who do not understand about HPV vaccination. The purpose of this research isto analyze the relationship of knowledge and perception with the acceptance of HPV vaccination among college women at the Faculty of Psychology Diponegoro University.This was an observational analytic study with cross-sectional approach. A proportional random sampling of 594 young women was recruited from colleges. A questionnaire was performed to assess demographics; HPV and cervical cancerrelated health characteristics; and knowledge and beliefs toward HPV and cervical cancer. Correlation analysis is used to determine the relationship of knowledge and perception with acceptance of HPV vaccination. The results show that respondents have less of knowledge about cervical cancer and HPV vaccination (49%); most respondents were willing to receive HPV vaccination (70%). Statistical analysis showed thatknowledge was significantly associated with perceived seriousness of cervical cancer (p=0,024) and perceived barriers of vaccination (p=0,003). HPV vaccine has great potential to prevent cervical cancer.Understanding variables associated with acceptance of HPV vaccination may guide immunization initiativesand so increase the uptake rate among college women. Keywords: cervical cancer, HPV vaccination, health belief model PENDAHULUAN Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak terkontrol di sekitar serviks. Penyebab utama kanker serviks adalah virus HPV(Human Papilloma Virus).1Gejala spesifik penyakit kanker serviks baru diketahui pada tahap stadium lanjut, sehingga dalam penatalaksanaannya menjadi lebih sulit,biaya yang dibutuhkan banyak

dan angka mortalitas kanker serviks menjadi tinggi.2 Kanker serviks kebanyakan terjadi pada wanita berusia 15 sampai 44 tahun.3Kejadian kanker serviks di Asia Tenggara pada tahun 2013 sebanyak 50.566 kasus dengan insiden sebesar 16,6. Dari total kematian akibat kanker serviks, lebih dari 85% penderita tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.4 Di Indonesia, penyakit

334

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kanker serviks berhasil menduduki peringkat nomor dua kasus yang paling sering terjadi dan mengakibatkan kematian paling utama pada wanita.5 Saat ini terdapat dua vaksin propilatik yang tersedia (quadrivalen dan bivalen) yang telah dipercaya di beberapa negara berkembang sebagai upaya pencegahan kanker serviks.6,7Vaksinasi HPV saat ini menjadi bagian dari program imunisasi nasional di 62 negara, termasuk di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan target wanita remaja berusia kurang dari 26 tahun.8 Kesuksesan dari program vaksinasi HPV akan tergantung dari level penerimaan masyarakat terhadap program tersebut. Umumnya, terdapat sikap positif terhadap vaksinasi kanker serviks di Amerika Serikat, Meksiko, dan Inggris dengan rate penerimaan antara 55%-84%.Di sebagian besar negara, vaksinasi HPV sudah diterima, termasuk di negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand. Akan tetapi di negara Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia, program vaksinasi HPV belum diterapkan dan dicanangkan dalam program kesehatan secara nasional.9 Remaja berusia 15-26 tahun merupakan populasi berisiko tinggi tertular infeksi menular seksual, baik dari segi perilaku, biologi dan pengaruh budaya. Dalam hal ini, fase remaja akhir akan lebih peduli dengan kesehatan reproduksinya sebagai pertimbangan persiapan menuju proses bereproduksi.10 Teori health belief model merupakansalah satu model pertama yang dirancanguntuk mendorong masyarakat dalammelakukan tindakan ke arah kesehatan yang positif.11 Teori

health belief modelmenekankan bahwa individu memiliki persepsi kerentanan terhadap penyakit yang mengancam kesehatan, sehingga melakukan tindakan yang dapat mencegah ancaman dan memusnahkan penyakit yang mungkin menyerang.11 Teori health belief model didasarkanpada kepercayaan bahwa perilaku individuditentukan oleh persepsi kerentanandari kanker serviks, persepsikeseriusan dari kanker serviks,persepsi manfaat dari vaksinasi HPV, dan persepsi hambatan dari vaksinasi HPV. Persepsi yang dirasakan individu tersebutdipengaruhi faktor pemodifikasi yang secaratidak langsung dapat mempengaruhi 11 perilakukesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan persepsi mahasiswi dalam penerimaan vaksinasi HPVpada mahasiswi Fakultas Psikologi UNDIP. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik observasional dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswi Fakultas Psikologi UNDIP angkatan tahun 2013 sampai 2016 yang berjumlah 594 mahasiswi.Pengambilan sampel berdasarkan teknik proportional random sampling.Setelahdilakukan penghitungan diperoleh sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Psikologi UNDIP. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober-Desember 2016. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang meliputi pengetahuan, persepsi

335

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Kerentanan dari Kanker Serviks

kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan dalam penerimaan vaksinasi HPV.Analisis data kuantitatif dengan distribusi frekuensi dari semua variabel untuk mengetahui frekuensinya, analisis dengan rank spearman untuk mengetahui hubungan masingmasing variabel independen denganvariabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Pengetahuan responden Pengetahu Frekuen Persenta an si se Baik 49 49,0 Kurang baik 51 51,0 Total 100 100,0

Hasil Uji statistik menggunakan rank spearmen diperoleh nilai p=0,169 (p≥0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi kerentanan dari kanker serviks. Nilai koefisien korelasi (r) 0,139 yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan persepsi kerentanan dari kanker serviks sangat rendah dengan arah korelasi positif. Korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan responden tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV maka persepsi kerentanan dari penyakit kanker serviks semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pengetahuan responden tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV maka persepsi kerentanan dari kanker serviks semakin menurun. Pengetahuan merupakan salah satu faktor terpenting yang mengubah kepercayaan kesehatan dan berpotensi menyebabkan perubahan perilaku kesehatan individu.Remaja perempuan yang menunjukkan konsistensi pengetahuan yang tinggi atau meningkat cenderung menyatakan

Tabel 1.menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi Fakultas Psikologi UNDIP memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV (51%). Pengetahuan merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mengubah kepercayaan kesehatan individu dan berpotensi menyebabkan perubahan perilaku kesehatan individu. Penerimaan perilaku baru akan lebih mudah jika didasari oleh pengetahuan yang benar, kesadaran dan sikap yang positif.12Berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner didapatkan hasil bahwa sebagian besar mahasiswi baru memahami kanker serviks dan vaksinasi HPV secara umum (96%). Akan tetapi, pengetahuan mahasiswi tentang faktor risiko dari kanker serviks (44%), deteksi dini kanker serviks (27%), pencegahan kanker serviks (47%) dan pengetahuan tentang vaksinasi HPV (40%) terbilang masih rendah.

336

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

persepsi risiko yang akurat terkait HPV. Ketika pengetahuan meningkat dari waktu ke waktu, persepsi risiko seringkali menjadi lebih akurat.Dasar pengetahuan yang lemah mencerminkan kurangnya pendidikan kesehatan, dan bahkan mungkin membahayakan kesadaran akan tingkat keparahan penyakit dan pada akhirnya berpengaruh pada penerimaan vaksinasi HPV untuk remaja muda.13Giuseppe menyatakan bahwa informasi tambahan tentang vaksinasi HPV secara signifikan merupakan prediktor terhadap kerentanan yang dirasakan terhadap penyakit kanker serviks.14Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kimberly pada wanita usia 18-30 tahun di kampus utama Universitas Midwestern yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kerentanan yang dirasakan terhadap kanker serviks.15

dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan persepsi keseriusan dari kanker serviks rendah dengan arah korelasi negatif. Korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan responden tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV maka persepsi keseriusan dari kanker serviks semakin menurun. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pengetahuan responden tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV maka persepsi keseriusan dari kanker serviks semakin meningkat. Berdasarkan analisis jawaban kuesioner terkait pengetahuan dan persepsi keseriusan dari kanker serviks, didapatkan hasil bahwa mahasiswi merasa bahwa kanker serviks merupakan penyakit yang serius yang berdampak pada kesulitan penatalaksanaan pengobatannya (80%).Akan tetapi pengetahuan mahasiswitentang penatalaksanaan pengobatan kanker serviks masih rendah seperti penatalaksanaan penyembuhan kanker serviks dengan operasi (30%) dan kemoterapi (38%) yang masih rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kimberly pada wanita usia 18-30 tahun di kampus utama Universitas Midwestern yang menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara pengetahuan HPV / kanker serviks dengan keseriusan dari penyakit kanker serviks. Dengan kata lain, saat pengetahuan meningkat, keseriusan yang dirasakan menurun. Temuan ini mungkin menunjukkan bahwa wanita yang memiliki pengetahuan lebih tentang HPV / kanker serviks, mereka akan belajar bagaimana mereka dapat mencegah penyakit ini dan dengan demikian melihat konsekuensi potensial bahwa

Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Keseriusan dari Kanker Serviks

Hasil Uji statistik menggunakan rank spearmen diperoleh nilai p=0,024 (p<0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi keseriusan dari kanker serviks. Nilai koefisien korelasi (r) -0,226 yang diperoleh

337

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

persepsi tentang kanker menjadi kurang serius.15

serviks

manfaat dari vaksinasi HPV didapatkan hasil sebesar 84% mahasiswi berkeyakinan bahwa vaksinasi HPV lebih efektif apabila diberikan pada wanita yang belum melakukan hubungan seksual. Akan tetapi hanya sebagian kecil mahasiswi yang mengetahui bahwa target/sasaran dari vaksinasi HPV adalah wanita yang belum melakukan hubungan seksual (15%).Meskipun mahasiswi mempunyai pengetahuan yang kurang baik, akan tetapi mahasiswi percaya bahwa vaksinasi HPV dapat mencegah kanker serviks dan dapat memberikan perlindungan yang baik. Intervensi yang efektif mungkin dapat dilakukan menggunakan diskusi individu mengenai risiko infeksi HPV secara spesifik dan manfaat yang akan diperoleh dari vaksinasi HPV sebagai cara untuk meningkatkan kesadaran di kalangan remaja putri dan meningkatkan manfaat vaksinasi mereka. Pendekatan ini, pada gilirannya, berpotensi meningkatkan serapan vaksinasi HPV. Namun, faktor budaya mungkin memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku kesehatan individu.17

Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Manfaat dari Vaksinasi HPV

Hasil Uji statistik menggunakan rank spearmen diperoleh nilai p=0,383 (p≥0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi manfaat dari vaksinasi HPV. Nilai koefisien korelasi (r) 0,088 yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan persepsi manfaat dari vaksinasi HPV sangat rendah dengan arah korelasi positif. Korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan responden tentang vaksinasi HPV maka persepsi manfaat dari vaksinasi HPV semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pengetahuan responden tentang vaksinasi HPV maka persepsi manfaat dari vaksinasi HPV semakin menurun. Seseorang apabila merasakan dirinyarentan untuk terkena penyakit yang dianggapserius, maka akan melakukan tindakanuntuk mengobati atau mencegah penyakittersebut. Tindakan yang dilakukan dalammengobati atau mencegah tergantung padamanfaat yang dirasakan.16Berdasarkan analisis jawaban kuesioner terkait persepsi

Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Hambatan dari Vaksinasi HPV

Hasil menggunakan

338

Uji rank

statistik spearmen

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diperoleh nilai p=0,003 (p<0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan persepsi hambatan dari vaksinasi HPV. Nilai koefisien korelasi (r) -0,297 yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan persepsi hambatan dari vaksinasi HPV rendah dengan arah korelasi negatif. Korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan responden tentang vaksinasi HPV maka persepsi hambatan dari vaksinasi HPV semakin menurun. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah pengetahuan responden tentang vaksinasi HPV maka persepsi hambatan dari vaksinasi HPV semakin meningkat. Berdasarkan analisis jawaban kuesioner terkait persepsi hambatan dari vaksinasi HPV didapatkan hasil bahwa sebesar 93% mahasiswi merasa kurang memperoleh informasi tentang vaksinasi HPV. Kurangnya informasi ini didukung oleh jawaban mahasiswi terkait pengetahuan mereka tentang vaksinasi HPV, mulai dari target/sasaran vaksinasi HPV yang baru mencapai 15%, waktu pemberian vaksin HPV (9%), dan efek samping pasca vaksinasi HPV (31%). Sehingga dari pengetahuan yang kurang tersebut, dapat menimbulkan persepsi yang kurang baik terkait hambatan dalam penerimaan vaksinasi HPV. Kurangnya pengetahuan mahasiswi tentang vaksinasi HPV dapat mempengaruhi persepsi hambatan dari vaksinasi HPV.Hal ini tentunya dapat dilakukan intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang vaksinasi HPV.Upaya untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswi dapat dilakukan melalui

sosialisasi langsung dari petugas kesehatan, focus group discussion, atau melalui sosial media. Dalam hal ini pihak Fakultas Psikologi dapat melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang guna melakukan sosialisasi tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV. Sehingga mahasiswi bisa mendapatkan informasi yang baik tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Christina Giambi pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa informasi sumbang yang diterima petugas kesehatan serta kurangnya informasi mengenai HPV / kanker serviks merupakan penghalang yang lebih umum dilaporkan terhadap vaksinasi HPV.18Petugas kesehatan memainkan peran penting sebagai penyedia informasi, sehingga mereka harus dilatih dengan lebih baik untuk memberikan gagasan yang jelas. Pelatihan perlu mencakup pengembangan keterampilan komunikasi, diskusi yang transparan tentang pro dan kontra vaksinasi dapat mengurangi rasa takut akan kejadian buruk dan meningkatkan kepercayaan akan vaksinasi HPV. Terciptanya jaringan kesehatan masyarakat terkait vaksinasi HPV akan memungkinkan berbagi informasi dan sikap tentang vaksinasi, sehingga pesan yang homogen bisa menjangkau populasi sasaran.18 Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan tentang vaksinasi HPV juga dapat dilakukan melalui sosial media.Saat ini sosial media telah menjadi sorotan bagi semua kalangan, khususnya generasi muda sekarang.Cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan mengajarkan bagaimana menemukan informasi kesehatan yang akurat (misalnya, situs web Centers for Disease

339

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Control/ CDC). Selain itu, mungkin juga bisa dilakukan dengan memperbaiki norma sosial, seperti mendorong wanita untuk memberi tahu temannya jika mereka mendapatkan vaksin HPV.19

6.

Paavonen J, Naud P, Salmerón J, Wheeler CM, Chow S-N, Apter D, etal. Efficacy of human papillomavirus(HPV)-16/18 AS04-adjuvantedvaccine against cervical infection andprecancer caused by oncogenic HPVtypes (PATRICIA): final analysis of adouble-blind, randomised study inyoung women. Lancet.2009;374:301–14. 7. Ault KA, Drive JHJ. Effect of prophylactic human papillomavirus L1 virus-like particle vaccine on risk of cervical intraepithelial neoplasia grade 2, grade 3, and adenocarcinoma in situ: a combined analysis of four randomised clinical trials. Lancet. 2007;369:1861–8. 8. K Natunen, TA Lehtinen, S Torvinen, M Lehtinen. CostEffectiveness of HPV Vaccination in Medium or Low Income Countries with High Cervical Cancer Incidence - A Systematic Review. Jornal Vaccines Vaccin. 2013;4(1):1– 10. 9. Marlow L, Waller J, Wardle J. Mothers’ Attitudes Towards Preventing Cervical Cancer Through Human Papillomavirus Vaccination. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 2006;15:1257–61. 10. Rachmani B, Shaluhiyah Z, Cahyo K. Sikap Remaja Perempuan terhadap Pencegahan Kanker Serviks Melalui Vaksinasi HPV di kota Semarang. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2012;11(1):34–41. 11. Rosenstock IM. Historical Origins of the Health Belief Model. Health Educ Monogr. 1974;2(4):328–35.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV dengan persepsi keseriusan dari kanker serviks dan persepsi hambatan dari vaksinasi HPV.Namun demikian, pengetahuan mahasiswi tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV masih rendah. Sehingga diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan bagi mahasiswi tentang kanker serviks dan vaksinasi HPV, baik melalui sosialisasi dari kampus atau melalui media (cetak dan elektronik). Dengan pengetahuan yang baik, diharapkan penerimaan vaksinasi HPV juga akan semakin meningkat. DAFTAR PUSTAKA 1. Rasjidi I. 100 Question & AnswerKankerpada Wanita. Jakarta: Elex Media Computindo; 2010 2. Fitriana NA, Ambarini TK. Kualitas Hiduppada Penderita Kanker Serviks yang Menjalani Pengobatan Radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 2012;1(02):123–9. 3. ICO/Information Centre on HPV and Cervical Cancer. Human Papillomavirusand Related Diseases Report. 2016. 4. WHO. Comprehensive CervicalCancerPrevention and Control : AHealthier Future for Girls and Women. 2013. 5. WHO. World Cancer Factsheet. 2008.

340

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

12. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2007 13. Zhang SK, Pan XF, Wang SM, Yang CX, Gao XH, Wang ZZ, et.al. Perceptions and acceptability of HPV vaccination among parents of young adolescents: A multicenter national survey in China. 2013; 31: 3244-3249 14. Di Giuseppe G, Abbate R, Liguori G, Albano L, Angelillo IF. Human papillomavirus and vaccination: knowledge, attitudes, and behavioural intention in adolescents and young women in Italy. Br J Cancer. 2008;99(2):225–9. 15. Ingledue, Kimberly;Cottrell, Randall;Bernard A. College Women â€TM S Knowledge , Perceptions , and Preventive Behaviors Regarding Human Papillomavirus Infection and Cervical Cancer. Am J Health Stud. 2004;19(1) 16. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice. 4th edition. United States of America: Jossey Bass; 2008. 17. Juntasopeepun P, Suwan N, Phianmongkhol Y, Srisomboon J. Factors Influencing Acceptance of Human Papillomavirus Vaccine among Young Female College Students in Thailand. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 2012 (118),247-250

Italy. BMC Infect Dis. 2014;14:545. 19. Marchand E, Glenn BA, Bastani R. Low HPV Vaccine Coverage Among Female Community College Students. J Community Health (2012) 37:1136–1144

18. Giambi C, D’Ancona F, Del Manso M, De Mei B, Giovannelli I, Cattaneo C, et al. Exploring reasons for non-vaccination against human papillomavirus in

341