HUBUNGAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO, DAN

Download dalam Novia dan Puspitasari (2008), prevalensi dismenorea primer di Indonesia sebesar 60-70%. Hasil penelitian ... remaja putri sebesar 38...

0 downloads 523 Views 630KB Size
HUBUNGAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO, DAN MINUMAN BERKAFEIN DENGAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 1 PAMEKASAN DAN SMAN 1 GALIS

SAKINAH ULFIYANTI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status gizi, Asupan Zat Gizi Mikro, dan Minuman Berkafein dengan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 15 Agustus 2014 Sakinah Ulfiyanti NIM I14100041

ABSTRACT SAKINAH ULFIYANTI. The Correlation between nutritional status, micronutrient intake, and caffeine beverages with primary dysmenorrhoea of Adolescent School Girls at SMAN 1 Pamekasan and SMAN 1 Galis. Supervised by FAISAL ANWAR and KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI This study was aimed to analyze correlation of nutritional status, menstrual characteristics, food consumption, and caffeine beverages to primary dysmenorrhoea of adolescent school girls at urban and rural high school. A cross sectional study of 53 girls at SMAN 1 Pamekasan and 35 girls at SMAN 1 Galis was conducted. The sample was determined by Sample random sampling based on inclusion criteria. Correlation test showed there was no significant correlation between menstrual characteristics, nutritional status, and macronutrient to primary dysmenorrhoea (p>0.05). While there was significant correlation between intake of vitamin B1 and primary dysmenorrhoea (p<0.05) there was no significant correlation between Zn, vitamin E, vitamin B6, and caffeine beverages with primary dysmenorrhoea (p>0.05). Keywords: caffeine, menstruation, nutritional status, primary dysmenorrhoea

ABSTRAK SAKINAH ULFIYANTI. Hubungan Status gizi, Asupan Zat Gizi Mikro, dan Minuman Berkafein dengan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR dan KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi, karakteristik menstruasi, konsumsi pangan, dan minuman berkafein terhadap dismenorea primer pada remaja putri di SMA perkotaan dan SMA perdesaan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 53 siswi SMAN 1 Pamekasan dan 35 siswi SMAN 1 Galis. Pengambilan sampel dengan cara Sample random sampling berdasarkan kriteria inklusi. Hasil uji korelasi antara karakteristik menstruasi, status gizi, dan zat gizi makro terhadap derajat dismenorea primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Sementara itu, terdapat hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi mikro (vitamin B1) dan derajat dismenorea primer (p<0.05). Berbeda halnya antara Zn, vitamin E, vitamin B6, dan minuman berkafein terhadap derajat dismenorea primer yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (P>0.05). Kata kunci: dismenorea primer, kafein, menstruasi, status gizi,

HUBUNGAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO, DAN MINUMAN BERKAFEIN DENGAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 1 PAMEKASAN DAN SMAN 1 GALIS

SAKINAH ULFIYANTI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Hubungan Status gizi, Asupan Zat Gizi Mikro, dan Minuman Berkafein dengan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis Nama : Sakinah Ulfiyanti NIM : I14100041

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS Pembimbing I

dr Karina Rahmadia Ekawidyani, M Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT, pencipta semesta alam yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-Nya, begitu banyak kemudahan dalam hidup penulis hingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Judul yang dipilih ialah Hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro, dan minuman berkafein dengan dismenorea primer pada remaja putri di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Mei 2014 di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS dan Ibu dr Karina Ekawidyani, M Sc selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah memberikan banyak masukan baik bersifat teori maupun praktek. 2. Ibu Dr Katrin Roosita, SP, M Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah memberikan koreksian dan saran demi perbaikan skripsi 3. Pihak DIKTI yang telah memberikan beasiswa bidik misi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah selama 4 tahun dengan baik. 4. Bapak (Suyanto), Ibu (Arba’iyah), dan adik tercinta (Roihan) atas perhatian dan kasih sayangnya. 5. Para pembahas seminar (ita, lilis, imel, dan ambar) yang telah memberikan banyak masukan dan perbaikan untuk terselesainya skripsi ini. 6. Bapak Sutrisno dan seluruh keluarga besar SMAN 1 Pamekasan atas keramahan dan kesediaan dalam membantu kelancaran penelitian. 7. Ibu Susilawati Widiarsih dan seluruh keluarga besar SMAN 1 Galis atas keramahan dan kesediaan dalam membantu kelancaran penelitian. 8. Sahabat dekat (Fitriana Astuti dan Sulistyawati) atas bantuannya selama proses pengambilan data. Dila, Nai, Dita, Farida, Hayu, Isna, Desy, Ega, Fani, Umami dan semua teman-teman Gizi Masyarakat 47 atas do’a, dukungan, dan dorongan semangat dalam penulisan penelitian ini 9. Teman-teman Escifion yang banyak memberikan inspirasi dan pembelajaran kehidupan selama 7 tahun terakhir. Penulis sadar bahwa tulisan dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, 15 Agustus 2014 Sakinah Ulfiyanti

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan

3

Manfaat

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE PENELITIAN

5

Desain, Tempat dan Waktu

5

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

5

Jenis dan Pengumpulan Data

6

Pengolahan Data dan Analisis Data

7

Definisi Operasional

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Gambaran Umum Sekolah

11

Karakteristik Subjek Penelitian

12

Karakteristik Keluarga

13

Pengetahuan Gizi

14

Status Gizi

15

Karakteristik Menstruasi

16

Dismenorea Primer

17

Konsumsi Kafein

20

Konsumsi Pangan

21

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Konsumsi Pangan

26

Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi

26

Hubungan Status Gizi dan Karakteristik Menstruasi

27

Hubungan Karakteristik Menstruasi dan Derajat Dismenorea Primer

27

Hubungan Status Gizi dan Dismenorea Primer

28

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Derajat Dismenorea Primer

28

Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan Derajat Dismenorea Primer

28

Hubungan Asupan Minuman Berkafein dan Derajat Dismenorea Primer

29

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

2

DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data primer 2 Jenis dan cara pengumpulan data sekunder 3 Pengkategorian variabel penelitian 4 Karakteristik subjek penelitian 5 Karakteristik keluarga subjek 6 Pengetahuan gizi di SMA perkotaan dan perdesaan 7 Status gizi di SMA perkotaan dan perdesaan 8 Karakteristik menstruasi subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan 9 Dismenorea subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan 10 Hari saat subjek penelitian SMA perkotaan dan perdesaan mengalami dismenorea 11 Derajat dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan 12 Gangguan dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan 13 Cara mengatasi dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan 14 Informasi cara mengatasi dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan 15 Frekuensi konsumsi kafein 16 Jenis kafein yang dikonsumsi 17 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan subjek di SMA perkotaan dan perdesaan 18 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKE 19 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKP 20 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKL 21 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKZn 22 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKVitamin E 23 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKVitamin B1 24 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKVitamin B6

7 7 8 12 13 15 15 16 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 23 23 24 25 25 26

DAFTAR GAMBAR 1.

Kerangka penelitian

5

DAFTAR LAMPIRAN 1. 2.

Kuisioner Dokumentasi penelitian

35 42

PENDAHULUAN Latar Belakang Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 12-49 tahun, tidak hamil, dan belum mengalami menopause setiap bulannya akan mengalami siklus menstruasi. Menstruasi merupakan proses biologis yang berhubungan dengan kematangan seks, kesuburan, dan kesehatan tubuh (Glasier 2005). Saat menstruasi, wanita sering mengalami beberapa permasalahan diantaranya rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dismenorea. Dismenorea menyebabkan ketidaknyamanan saat beraktivitas sehingga secara tidak langsung akan mengganggu produktivitas (Khorsidi 2003). Dismenorea merupakan permasalahan ginekologi utama yang paling sering dikeluhkan oleh remaja (French 2008) dan yang paling umum terjadi adalah dismenorea primer (Zukri et al. 2009). Sekitar 70-90% kasus dismenorea terjadi di usia remaja (Singh et al. 2008). Remaja yang mengalami dismenorea akan terpengaruh aktivitas akademis dan sosialnya (Antao et al. 2005). Hal ini dibuktikan dengan penelitian Kurniawati (2008) yang menunjukan bahwa dismenorea mempengaruhi aktivitas siswi SMK Batik 1 Surakarta, dari 85 siswi yang menjadi responden penelitian 61.7% di antaranya mengalami penurunan aktivitas. Dismenorea primer mirip seperti kejang spasmodik, yang dirasakan pada perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Nyeri dapat disertai mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya. Nyeri mulai dirasakan pada 24 jam pertama menstruasi dan bisa bertahan selama 48-72 jam (Baradero et al. 2006). Banyak studi yang telah dilakukan untuk mengetahui kejadian dismenorea primer. Di Nigeria, prevalensi dismenorea primer pada remaja sebesar 53% (Loto et al. 2008). Di Indonesia, kejadian dismenorea cukup besar. Menurut Glasier (2005) dalam Novia dan Puspitasari (2008), prevalensi dismenorea primer di Indonesia sebesar 60-70%. Hasil penelitian Utami (2003) terhadap siswa SMA di Bogor dan Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 79.8% remaja putri mengalami keluhan menjelang menstruasi dan 82.1% mengalami keluhan saat menstruasi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur, prevalensi dismenorea pada remaja putri sebesar 38.3%, sedangkan angka kejadian dismenorea di wilayah Madura belum ada angka pasti. Penyebab dismenorea primer sampai saat ini masih belum jelas. Beberapa teori menyebutkan bahwa kontraksi miometrium akan menyebabkan iskemia pada uterus sehingga menyebabkan rasa nyeri. Beberapa faktor telah diidentifikasi untuk mengetahui faktor risiko dismenorea primer. Adapun yang termasuk di dalamnya adalah faktor usia (Zukri et al. 2009). Puncak kejadian dismenorea primer berada pada rentang usia remaja menuju dewasa muda yaitu umur 15-25 tahun dan akan menurun setelah melewati rentang usia tersebut (Nathan 2005). Selain itu, faktor risiko lainnya adalah berat badan (Zukri et al. 2009). Menurut penelitian Ningrum (2009), obesitas berhubungan dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS. Faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap dismenorea primer adalah panjang siklus menstruasi, usia menarche (Zukri et al. 2009) dan lamanya menstruasi (Loto et al. 2008).

2

Penelitian mengenai hubungan dismenorea dengan kebiasaan asupan makanan masih belum banyak diteliti, terutama asupan mikronutrien diantaranya seng, vitamin E, vitamin B1, dan vitamin B6. Padahal kebiasaan makan diduga memiliki pengaruh terhadap kejadian dismenorea (Fujiwara 2007). Vitamin E dapat mengurangi nyeri menstruasi melalui hambatan terhadap biosintesis prostaglandin, sedangkan vitamin B1 dan B6 dapat membawa zat anti depresan pada tubuh saat menstruasi (Nursafitri 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Eby (2006) pada remaja putri usia 17 tahun di Amerika menunjukkan bahwa konsumsi suplemen seng sebesar 31 mg/hari selama 1–4 hari pada awal menstruasi dapat menghilangkan gejala tekanan nyeri menstruasi. Di sisi lain perilaku mengonsumsi kafein semakin banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya popularitas minuman berenergi dan minuman ringan yang mengandung kafein (McIlvain 2008). Whalen et al (2008) menyatakan bahwa 75-98% golongan muda berusia hingga 18 tahun mengonsumsi minimal satu minuman berkafein setiap hari (Morgan et.al 1982) dengan 31% mengonsumsi minuman berkafein lebih dari dua gelas per hari (National Sleep Foundation 2006). Konsumsi kafein berlebih juga dapat meningkatkan kejadian dismenorea. Menurut Dianamawih (2003) kafein dapat mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan ketegangan otot uterus. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan antara status gizi, asupan zat gizi mikro, dan minuman berkafein terhadap kejadian dismenorea primer pada remaja putri di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis.

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokokpokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan kejadian dismenorea primer pada remaja putri kota dan desa yang diwakili oleh SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis? 2. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara karakteristik menstruasi dengan kejadian dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis 3. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara status gizi dengan kejadian dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis? 4. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara kebiasaan konsumsi kafein dengan kejadian dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis? 5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro dengan kejadian dismenorea primer pada SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis? 6. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara asupan zat gizi mikro (Zn, vitamin E, B1, dan B6) dengan kejadian dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis?

3 Tujuan

Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro, dan minuman berkafein dengan kejadian dismenorea primer pada remaja putri di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui karakteristik subjek (usia dan uang saku) dan karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pendapatan). 2. Menilai tingkat pengetahuan gizi subjek 3. Menilai karakteristik menstruasi, meliputi usia menarche, lama menstruasi, dan panjang siklus menstruasi 4. Menilai status gizi subjek 5. Menilai asupan zat gizi makro dan mikro (Zn, vitamin E, B1, dan B6) serta kebiasaan konsumsi minuman berkafein 6. Membandingkan kejadian dismenorea primer pada remaja putri kota dan desa yang diwakili oleh SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis. 7. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan, hubungan konsumsi pangan dengan status gizi, dan hubungan status gizi dengan karakteristik menstruasi. 8. Menganalisis hubungan status gizi, karakteristik menstruasi, asupan zat gizi mikro (Zn, vitamin E, B1, dan B6), dan konsumsi kafein dengan kejadian dismenorea primer.

Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi tentang dismenorea primer di Madura khususnya Pamekasan sehingga dapat dilakukan tindakan perawatan dan pencegahan yang paling tepat dalam mengurangi dismenorea primer untuk mengurangi morbiditas saat menstruasi beserta dampak yang ditimbulkan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kejadian dismenorea primer di SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis serta mengetahui hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro (Zn, vitamin E, B1, dan B6), dan konsumsi minuman berkafein dengan kejadian dismenorea pada remaja putri.

KERANGKA PEMIKIRAN Masa remaja adalah masa puncak pertumbuhan seseorang. Pada usia ini, aktivitas fisik tergolong tinggi, sehingga remaja memerlukan kondisi kesehatan fisik dan emosional yang maksimal agar mampu melakukan aktivitas yang padat. Remaja puteri memerlukan perhatian lebih karena setiap bulannya kehilangan

4

darah melalui proses menstruasi, sehingga rentan terjadi gangguan akibat kekurangan zat gizi apabila asupan zat gizi dan kesehatannya tidak dijaga. Peristiwa menstruasi ditentukan oleh proses somato-psikik dan bersifat kompleks yang meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi, dan psikososial. Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, tetapi juga disertai gangguan fisik dan mental. Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah kram di bawah perut (Hardinsyah 2004). Keluhan ini disebut dengan kejadian dismenorea primer. Remaja yang mengalami dismenorea primer akan mengalami kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin tanpa adanya kelainan patologis pelvis. Dismenorea primer akan meningkatkan produksi prostaglandin oleh endometrium. Pelepasan prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi. Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan dalam terjadinya dismenorea primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh darah. Peningkatan PGF2α dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase luteal sehingga membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil dan melepaskan enzim lisosomal. Peningkatan kadar prostaglandin ini mengakibatkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi (Baradero et al. 2006). Dismenorea primer dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya dismenorea yaitu konsumsi pangan (Fujiwara 2007), status gizi (Zukri et al 2009), keturunan, konsumsi kafein (Dianamawih 2003), keadaan psikis, aktivitas fisik, dan usia menarche (Loto et al 2008). Namun keadaan psikis, aktivitas fisik, dan faktor keturunan tidak diteliti oleh penulis. Penyebab langsung dari kejadian dismenorea primer pada penelitian ini adalah status gizi, karakteristik menstruasi, kebiasaan konsumsi minuman berkafein, dan konsumsi pangan meliputi zat gizi makro dan mikro. Zat gizi mikro yang diteliti adalah seng, vitamin B1, vitamin E, dan vitamin B6. Asupan kafein dapat dilihat dari jenis dan jumlah minuman yang dikonsumsi sehingga akan dapat diestimasikan jumlah dan frekuensinya dalam satu hari. Karakteristik menstruasi meliputi usia menarche, lama dan panjang siklus menstruasi. Keseimbangan hormon setelah terjadinya menarche akan mempengaruhi menstruasi-menstruasi berikutnya. Kondisi keteraturan dan kesehatan tubuh saat menstruasi juga sangat mempengaruhi terjadinya dismenorea. Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi dismenorea primer adalah pengetahuan gizi. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin luas ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi segala kegiatan baik dalam pola pikir maupun aktivitas dalam menjaga kesehatannya (Notoatmodjo 2003). Berikut gambar kerangka pemikiran penyebab langsung dan tidak langsung dismenorea primer dan variabel-variabelnya.

5

Karakteristik Keluarga  Besar keluarga  Pendidikan orangtua  Pendapatan orangtua

Karakeristik Subjek  Usia  Jumlah uang saku Pengetahuan gizi Konsumsi pangan dan kebiasaan konsumsi kafein

Status gizi

Karakteristik menstruasi  Usia menarche  Lama menstruasi  Panjang siklus menstruasi

Dismenorea primer Keterangan :

: : : :

Variabel yang diteliti Hubungan antar variabel Hubungan antar variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Pamekasan sebagai perwakilan sekolah yang ada di kota dan SMAN 1 Galis sebagai perwakilan sekolah yang ada di desa. Penelitian berlangsung pada bulan April sampai Mei 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Populasi penelitian ini adalah siswi kelas 10 SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis yang mengalami dismenorea. Subjek penelitian diambil dengan cara screening terlebih dahulu kepada seluruh siswi SMAN 1 Pamekasan dan

6

SMAN 1 Galis, setelah itu diperoleh populasi siswi yang mengalami dismenorea dari hasil screening kemudian dilakukan pengambilan sampel yang mengalami dismenorea dengan cara Sample random sampling. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah subjek pernah mengalami dismenorea selama 3 bulan terakhir (Februari-April), subjek berusia 15-16 tahun, merupakan siswi kelas X, dan bersedia mengikuti penelitian. Perhitungan subjek penelitian didapatkan dari rumus berikut: n=

n=

NZ2 pq Nd2 + Z2 pq

NZ2 p(1-p) Nd2 + Z2 p(1-p)

(Lemeshow S & David WH 1997) Dimana: n = Besar subjek N = Jumlah populasi siswi kelas 10 SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis yang mengalami dismenorea. Z(1-α/2) = Tingkat signifikansi pada 95% (α = 0.05) = 1.96 p = proporsi remaja putri yang mengalami dismenorea (0,38) d = presisi/tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05) Populuasi dismenorea primer di SMAN 1 Pamekasan adalah 58 siswi dan SMAN 1 Galis 37 siswi. Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan jumlah subjek penelitian minimal yang diperlukan adalah 50 siswi SMAN 1 Pamekasan dan 33 siswi SMAN 1 Galis. Namun subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 53 siswi SMAN 1 Pamekasan dan 35 siswi SMAN 1 Galis. Jadi total seluruh subjek yang harus diambil adalah 88 siswi yang mengalami dismenorea.

Jenis dan Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. data primer meliputi karakteristik subjek, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, status gizi, konsumsi pangan dan kafein, serta karakteristik menstruasi. Data sekunder meliputi gambaran umum tempat penelitian dan jumlah siswa kelas 10. Berikut merupakan variabel dan cara pengumpulan data primer dan sekunder yang disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

7

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data primer No

Variabel

Data Usia Uang saku

Cara Pengumpulan Data

1

Karakteristik subjek

2

Karakteristik menstruasi

3

Karakteristik keluarga

4

Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi

5

Konsumsi kafein

Kebiasaan konsumsi minuman Menggunakan yang mengandung kafein kuesioner

6

Konsumsi pangan

Usia menarche Panjang siklus menstruasi Lama menstruasi Besar keluarga Pendidikan orangtua Pendapatan orang tua

Menggunakan kuesioner Menggunakan kuesioner Menggunakan kuesioner Menggunakan kuesioner

Metode FFSQ dengan Jumlah asupan E, P, L, Zn, menggunakan Vitamin E, B1, B6 kuesioner

7

Status gizi

IMT/U

8

Dismenorea primer

Tingkat keluhan

Pengukuran langsung BB menggunakan timbangan digital.Pengukuran langsung TB menggunakan microtoice Menggunakan kuesioner

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data sekunder No 1

Variabel Letak geografis

Jenis Data Lokasi Sekolah

Cara Pengumpulan Data Arsip data sekolah

2

Gambaran umum

Keadaan umum sekolah

Arsip data sekolah

8

Pengolahan Data dan Analisis Data Data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pengukuran dianalisis secara deskriptif inferensia. Data sekunder yang diperoleh melalui data arsip sekolah dianalisis secara deskriptif. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS 16. Data konsumsi pangan yang diperoleh dari FFSQ meliputi frekuensi makan dan ukuran porsi pangan. Jenis dan jumlah pangan dikonversi menjadi jumlah zat gizi yang dikonsumsi subjek serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Jumlah pangan yang dikonsumsi subjek dikonversi menjadi berat dalam gram kemudian dihitung asupan energi dan zat gizi lainnya menggunakan Nutrisurvey versi Indonesia, untuk asupan kafein dari minuman siap saji diperoleh dari penelitian Sianturi (2001) tentang kandungan kafein pada berbagai macam minuman. IMT/U diolah dengan menggunakan WHO Antro plus. Berikut ini merupakan pengkategorian variabel penelitian yang disajikan pada Tabel 3 Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian No 1.

Varibael Pengetahuan (Khomsan 2000)

2.

Status gizi (WHO IMT/U

3.

Uang saku

4

Akses informasi

5.

Pendidikan orang tua

6.

Pendapatan per (BPS Jatim 2012)

7.

Besar keluarga (BKKBN 2005)

8.

Tingkat kecukupan Energi, Protein (Gibson 2005)

gizi

2007)

kapita

Kategori pengukuran  Kurang <60%  Sedang 60-80%  Baik >80%  Sangat kurus (<-3 SD)  Kurus (-2 SD ≤ z-score < -3 SD  Normal (-2 SD < z-score < +1 SD)  Overweight (+1 SD ≤ z-score <+2 SD)  Obesitas (+2 SD ≤ z-score<+3 SD)  Rp 2 000-Rp 8 000  Rp 8 000-Rp 14 000  Rp 14 000-Rp 20 000  Ibu  Teman  Media elektronik  Media cetak  SD/sederajat  SMP/sederajat  SMA/sederajat  Diploma  Sarjana/Pascasarjana  Rp 243 783  Keluarga kecil (≤ 4 orang)  Keluarga sedang (5-7 orang)  Keluarga besar (≥ 8 orang)  Defisit tingkat berat (< 70% kebutuhan)  Defisit tingkat sedang (70-79%

9 No

Varibael

Lemak Tingkat kecukupan Vitamin E, B1, B6, dan Zn

9.

Kebiasaan konsumsi kafein (Makanan dan minuman)

10.

Lama menstruasi 2010)

11

Usia menarche (Manuaba 2001)

12

Panjang siklus menstruasi (Manuaba 2001)

13

Tingkat keluhan menstruasi (Manuaba 2001)

(Hand

Kategori pengukuran kebutuhan)  Defisit tingkat ringan (80-89% kebutuhan)  Normal (90-119% kebutuhan)  Lebih(=120% kebutuhan)  Defisit (<20% energi)  Normal (20-30% energi)  Lebih (>30%energi)  Defisit (< 77% AKG)  Cukup (= 77% AKG)  1 kali/hari  2 kali/hari  3x/hari  ≥ 3x/hari  1-3x/minggu  <3 hari  3-9 hari  >9 hari  9 tahun  10 tahun  11 tahun  12 tahun  13 tahun  Tidak teratur  Teratur (21-35 hari)  Ringan = 1  Sedang =2  Berat = 3

Menurut Khomsan (2000), data pengetahuan gizi diberi skor 1 jika jawaban pertanyaan benar dan skor 0 jika jawaban pertanyaan salah, sehingga total skor adalah 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan seputar gizi umum dan 10 pertanyaan mengenai menstruasi. Pengetahuan gizi subjek penelitian dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 6080% jawaban benar dan dikategorikan tinggi apabila jawaban benar lebih dari 80%. Menurut Manuaba (2001) tingkat keluhan menstruasi termasuk kategori ringan dan diberi skor 1 jika subjek hanya merasakan nyeri yang sesaat, tidak mengganggu aktivitas, dan dapat hilang tanpa pengobatan. Tingkat keluhan menstruasi diberikan skor 2 jika nyeri berlangsung 1-2 hari, memerlukan obat nyeri, dan sakit yang menyebar di bagian perut bawah. Tingkat keluhan diberikan skor 3 jika rasa nyeri juga disertai mual, muntah, diare, bahkan sampai pingsan. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif, yaitu gambaran umum sekolah, karakteristik individu, karakteristik keluarga, karakteristik menstruasi, status gizi, konsumsi pangan, tingkat kecukupan energi, protein, lemak, vitamin E, B1, B6, dan Zn, kebiasaan konsumsi kafein, pengetahuan gizi dan jenis keluhan menstruasi. Analisis statistik

10

dilakukan dengan mengunakan program komputer yaitu SPSS versi 16.0 for windows. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Spearman, uji Pearson, uji ChiSquare, dan uji beda Mann Whitney serta Independent T-Test. Untuk menentukan uji beda yang digunakan maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan data tidak normal sedangkan uji Pearson digunakan untuk data normal. Uji beda Mann Whitney digunakan untuk menganalisis data tidak normal seperti karakteristik keluarga, karakteristik subjek, karakteristik menstruasi, status gizi, jumlah konsumsi kafein, TKE, TKVitamin B1 dan B6. Uji beda Independent T-Test digunakan pada data normal seperti pengetahuan gizi, TKP, TKL, TKZn, dan TKVitamin E. Uji Chi-Square digunakan pada derajat dismenorea.

Definisi Operasional Subjek adalah siswi kelas X SMAN 1 Pamekasan dan SMAN 1 Galis usia 15-16 tahun yang mengalami menstruasi ditandai gejala dismenorea primer dan bersedia mengikuti penelitian. Menstruasi adalah perdarahan pada vagina yang terjadi secara periodik akibat terlepasnya mukosa rahim Lama menstruasi adalah jumlah hari menstruasi pada satu periode. Panjang siklus menstruasi yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi normal yaitu 21 sampai 35 hari. Menarche adalah usia subjek ketika pertama kali mengalami menstruasi. Dismenorea primer adalah nyeri saat menstruasi tanpa kelainan anatomis genitalis yang dapat diidentifikasi atau timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali Tingkat keluhan dismenorea primer adalah derajat keparahan keluhan dismenorea primer yang dilihat dari derajat nyerinya menurut Manuaba (2001) yaitu dismenorea tingkat ringan, tingkat sedang, dan tingkat berat.dari masing-masing keluhan yang dirasakan subjek penelitian. Dismenorea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, dan rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah. Dismenorea sedang adalah nyeri yang dirasakan saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah mengonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenorea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat menstruasi dan menyebar ke pinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dismenorea berat memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan lebih lanjut.

11 Asupan gizi adalah jumlah asupan energi, protein, lemak, vitamin E, vitamin B1, B6 dan Zn yang diukur dengan kuisioner dan food frequency semikuantitatif Konsumsi kafein adalah jumlah rata-rata kafein dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam satuan miligram per hari Food frequency semikuantitatif adalah salah satu metode dietary assessment yang mencatat kebiasaan frekuensi dan porsi makanan individu dalam periode waktu tertentu Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan (utilisasi) zat gizi makanan. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit, cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana cara hidup yang sehat (Notoatmojo 2003). Pada penelitian ini, pengetahuan gizi diartikan sebagai tingkat pengetahuan responden mengenai gizi yang berhubungan dengan menstruasi Akses informasi adalah cara atau perilaku subjek dalam mendapatkan informasi mengenai gizi dan menstruasi yang meliputi media massa, media cetak, orang tua, dan teman sebaya. Karakteristik keluarga adalah segala hal yang melekat pada keluarga dan biasanya mempengaruhi jumlah dan ragam pangan yang dikonsumsi dalam keluarga Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh atau ditamatkan orang tua. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal menetap bersama dalam satu atap dan hidup dari penghasilan yang sama. Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan masyarakat di suatu daerah Konsumsi pangan adalah informasi tentang jumlah dan jenis pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu Uang jajan adalah bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk konsumsi makanan di sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah SMAN 1 Pamekasan merupakan sekolah yang menjadi subjek penelitian mewakili wilayah perkotaan. Sekolah ini didirikan sejak tahun 1997 dan berada di Kabupaten Pamekasan, Jl. Pramuka No. 2 Pamekasan-Madura-Jawa Timur. SMAN 1 Pamekasan merupakan salah satu SMA unggulan di Madura. Visi dari SMAN 1 Pamekasan adalah terwujudnya insan yang cerdas dan berakhlak mulia serta mampu menjawab tantangan zaman. Sekolah ini berada pada posisi yang strategis dan kondusif karena berada di pusat kota dan berada di kompleks

12

perumahan bukan di pinggir jalan raya, tetapi masih mudah untuk diakses. Waktu sekolah dimulai dari jam 06.45-13.00 WIB tetapi biasanya masih ada tambahan ekstrakurikuler sampai jam 17.00 WIB. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah ini dapat dikatakan cukup lengkap. Terdapat ruang teori dan praktek yang dilengkapi dengan komputer, LCD, TV/audio dan juga wifi area. Sejak kelas X sudah terdapat pembagian kelas IPA dan IPS, untuk kelas X terdiri atas 7 kelas IPA dan 1 kelas IPS. Total jumlah siswa dari kelas X-XII adalah 313 siswa berjenis kelamin perempuan dan 495 siswa berjenis kelamin laki-laki. SMAN 1 Galis merupakan sekolah yang menjadi sekolah subjek penelitian yang mewakili wilayah perdesaan. Sekolah ini merupakan satu-satunya SMA negeri yang berlokasi di Jl. Konang, Desa Galis Pamekasan-Jawa Timur. SMAN 1 Galis didirikan sejak tahun 1986. SMAN 1 Galis merupakan anak cabang dari SMAN 2 Pamekasan dan mempunyai hak otoritas untuk menjadi sekolah mandiri atau resmi berpisah dari SMAN 2 Pamekasan pada tahun 1986. SMAN 1 Galis dapat dikatakan letaknya kurang strategis dikarenakan dikelilingi oleh sawahsawah. Selain itu, sarana dan prasarana yang kurang lengkap seperti tidak adanya LCD, lab komputer, dan kurangnya buku di perpustakaan juga menjadi kendala sekolah ini saat akan melakukan proses belajar mengajar. Alat-alat laboratorium yang dimiliki juga masih terbatas. Proses belajar mengajar berlangsung dari jam 07.00-13.00 WIB. Tidak ada tambahan pelajaran untuk siswa, tetapi untuk kegiatan ektrakurikuler seperti futsal, tenis meja, dan voli dilakukan saat sore hari yaitu mulai 15.30-16.30. Visi dari sekolah ini adalah mewujudkan siswa-siswi yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia. Total jumlah siswa dari kelas X-XII adalah 876 siswa, untuk kelas X terdiri atas 102 putri dan 159 putra.

Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah siswi SMA kota yang diwakili oleh SMAN 1 Pamekasan yang berjumlah 53 orang dan siswi dari SMA desa yang diwakili oleh SMAN 1 Galis yang berjumlah 35 orang. Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik subjek Tabel 4 Karakteristik subjek penelitian Umur 15 tahun 16 tahun Total Uang jajan (Rp) Rp 2 000-8 000 Rp 8 000-14 000 Rp 14 000-20 000 Total X+ SD

Perkotaan n (%) 13 24.5 40 75.5 53 100 Perkotaan n (%) 11 22.7 38 69.8 4 7.5 53 100 6792.5 +3510.1

Perdesaan n (%) 8 22.9 27 77.1 35 100 Perdesaan n (%) 22 62.9 13 37.1 0 0 35 100 3857.1 + 1911.9

13 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian SMA kota dan desa berusia 16 tahun yaitu berturut-turut 75.5% dan 77.1%. Subjek penelitian di SMA perkotaan paling banyak memperoleh uang saku pada rentang Rp 8 00014 000 (69.8%). Berbeda halnya dengan subjek penelitian di SMA perdesaan paling banyak memperoleh uang saku Rp2 000-Rp 8 000 (62.9%). Uji beda dilakukan dengan Mann Whitney yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara uang saku di SMA perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Artinya uang saku subjek di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Uang saku maksimal subjek penelitian di perkotaan Rp 20 000 dan minimal Rp 2 000 dengan median Rp 5 000 sedangkan uang saku maksimal subjek penelitian di perdesaan Rp 10 000 dan minimal Rp 2 000 dengan median Rp 3 000. Uang saku yang diperoleh subjek di SMA perkotaan dan perdesaan seluruhnya digunakan untuk membeli makanan disekolah.

Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan, dan pendapatan per kapita. Berikut merupakan sebaran dari karakteristik keluarga subjek di SMA perkotaan dan perdesaan. Tabel 5 Karakteristik keluarga subjek Besar keluarga Kecil Sedang Besar Total X+ SD Pendidikan terakhir SD SMP SMA PT Total X+ SD (tahun)

Pendapatan kapita/bulan Rp <243 783 Rp ≥243 783 Total

per

Perkotaan Perdesaan n (%) n (%) 23 43.4 22 62.9 29 54.7 12 35.2 1 1.9 1 1.9 53 100 35 100 4.79 + 1.04 4.43 + 1.22 Ayah Ibu Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan n (%) n (%) n (%) n (%) 1 1.9 13 37.1 5 9.4 13 37.1 3 5.7 10 28.6 3 5.7 11 31.4 20 37.7 12 34.3 26 49.1 10 28.6 29 54.7 0 0 19 35.8 1 2.9 53 100 35 100 53 100 35 100 14.09 + 2.75 8.91 + 2.57 12.77 + 3.16 8.94 + 2.74 Ayah&Ibu Perkotaan Perdesaan n (%) n (%) 4 7.5 23 65.7 49 92.5 12 34.3 53 100 35 100

14

Tabel 5 menunjukkan sebagian besar subjek penelitian SMA perkotaan berada pada kategori keluarga sedang (54.7%). Berbeda dari SMA perkotaan, subjek penelitian SMA perdesaan berada pada kategori keluarga kecil (62.9%). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga di SMA perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Artinya besar keluarga di perkotaan lebih besar dari pada perdesaan. Besar keluarga maksimal subjek penelitian di perkotaan adalah 8 orang dan minimal 3 orang dengan median 5 orang. Besar keluarga minimal subjek penelitian di perdesaan 9 orang dan minimal 3 orang dengan median 4 orang. Pendidikan orang tua akan menentukan pengetahuan dan perilaku khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimilikinya. Sebagian besar pendidikan ayah subjek di wilayah perkotaan sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi (54.7%) sedangkan di wilayah perdesaan ayah subjek hanya menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah dasar (37.1%). Hal ini sejalan dengan pendidikan ibu subjek yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu subjek di perkotaan (49.1%) sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah menengah atas sedangkan sebagian besar ibu subjek di wilayah perdesaan (37.1%) hanya menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah dasar. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah dan ibu di SMA perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Artinya tingkat pendidikan di SMA perkotaan lebih tinggi daripada di SMA perdesaan. Lama pendidikan maksimal ayah dan ibu subjek penelitian di perkotaan adalah 18 tahun atau setara S2 dan minimal 6 tahun atau setara SD. Median dari lama pendidikan ayah adalah 16 tahun sedangkan ibu adalah 12 tahun. Lama pendidikan maksimal ayah subjek penelitian di perdesaan adalah 12 tahun atau setara SMA dan minimal 6 tahun atau setara SD, sedangkan lama pendidikan ibu maksimal 16 tahun atau setara S1 . Median dari lama pendidikan ayah dan ibu adalah 9 tahun atau setara SMP. Pendapatan keluarga diperoleh dari total seluruh pendapatan anggota keluarga yang kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga sehingga diperoleh pendapatan/kapita/bulan. Besarnya pendapatan/kap/bulan didasarkan pada kriteria keluarga miskin menurut BPS Jawa Timur (2012). Sebagian besar pendapatan orang tua subjek di perkotaan dan perdesaan mempunyai penghasilan Rp ≥243 783 atau termasuk dalam kategori keluarga tidak miskin. Indrayani et al. (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi status ekonomi maka usia awal pubertas akan semakin muda. Hal ini berkaitan dengan kemudahan untuk mendapatkan makanan berkualitas yang berpengaruh pada status gizi. Semakin baik status gizi maka dapat menyebabkan pubertas menjadi lebih awal. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan per kapita/bulan di perkotaan dan perdesaan (p>0.05). Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan wawasan gizi yang dimiliki oleh subjek penelitian terkait dengan makanan sumber zat gizi. Berikut ini disajikan perbandingan pengetahuan gizi SMA perkotaan dan SMA perdesaan (Tabel 6)

15

Tabel 6 Pengetahuan gizi di SMA perkotaan dan perdesaan Pengetahuan gizi Baik Sedang Kurang Total X + SD

Perkotaan n (%) 3 5.7 33 62.3 17 32.1 53 100 63.11 + 12.41

Perdesaan n (%) 0 0 11 31.4 24 68.6 35 100 50.71 + 10.51

Sebagian besar subjek di SMA perkotaan mempunyai pengetahuan gizi sedang (62.3%), sedangkan pada SMA perdesaan sebagian besar mempunyai pengetahuan gizi kurang (68.6%). Hasil uji beda Independent T-Test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi di SMA perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Artinya pengetahuan gizi di perkotaan lebih baik daripada di perdesaan. Nilai maksimal pengetahuan gizi subjek di SMA perkotaan adalah 90 dan minimal 20 sedangkan rata-ratanya adalah 60.11. Nilai maksimal pengetahuan gizi subjek di SMA perdesaan adalah 70 dan minimal 20. Rata-rata pengetahuan gizi subjek di SMA perdesaan adalah 50.71. Pengetahuan gizi di perkotaan lebih tinggi dari perdesaan dikarenakan subjek di perkotaan merupakan anak IPA sehingga lebih spesifik terhadap pengetahuan gizi dan menstruasi. Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor penentu kemungkinan kejadian kekurangan gizi selain masalah kemiskinan dan ketersediaan pangan. Orang yang memiliki pengetahuan gizi dan pendidikan yang tinggi cenderung untuk memilih bahan makanan yang baik daripada mereka yang berpendidikan rendah. Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan (Khomsan 2000).

Status Gizi Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Berikut ini merupakan perbandingan status gizi SMA kota dan SMA desa menurut kategori WHO 2007 yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Status gizi di SMA perkotaan dan perdesaan berdasarkan IMT/U Status gizi Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obesitas Total X + SD

Perkotaan n (%) 2 3.8 0 0 43 81.1 6 11.3 2 3.8 53 100 -0.30 + 1.31

Perdesaan n (%) 0 0 4 11.4 27 77.1 2 5.7 2 5.7 35 100 -0.37 + 0.97

16

Tabel 7 menunjukkan bahwa di SMA perkotaan dan perdesaan sebagian besar subjek penelitian mempunyai status gizi normal (81.1% dan 77.1%) Remaja putri yang memiliki status gizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa pubertas dibanding dengan remaja putri yang kurang gizi (Riyadi 2003). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi di SMA perkotaan dan perdesaan (p>0.05).

Karakteristik Menstruasi Karakteristik menstruasi subjek meliputi usia menarche, panjang siklus menstruasi, dan lama menstruasi. Berikut ini disajikan Tabel 8 mengenai karakteristik menstruasi subjek. Tabel 8 Karakteristik menstruasi subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan Usia menarche <10 tahun 10-13 tahun >13 tahun Total X + SD Panjang siklus menstruasi <21 hari 21-35 hari >35 hari Total X + SD Lama menstruasi <3 hari 3-9 hari >9 hari Total

Perkotaan n (%) 0 0 44 83 9 17 53 100 12.53 + 1.01 Perkotaan n (%) 2 3.8 49 92.5 2 3.8 53 100 28.60 + 3.73 Perkotaan n (%) 1 1.9 45 84.9 7 13.2 53 100

Perdesaan n (%) 0 0 28 80 7 20 35 100 12.51 + 1.19 Perdesaan n (%) 0 0 30 85.7 5 14.3 35 100 28.23 + 4.31 Perdesaan n (%) 1 2.9 24 68.6 10 28.6 35 100

Sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan mengalami usia menarche pada usia 10-13 tahun, yaitu sebesar 83% dan 80%. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia menarche di SMA perkotaan dan perdesaan (p>0.05). Usia menarche maksimal subjek di SMA perkotaan adalah 14 tahun dan minimal 10 tahun dengan median usia menarche 13 tahun. Sedangkan maksimal usia menarche subjek di perdesaan adalah 15 tahun dan minimal 10 tahun dengan

17 median usia menarche 12 tahun. Hal ini sejalan dengan Price (1994) bahwa menarche biasanya terjadi antara usia 12-13 tahun, dengan kisaran dari usia 9.1 tahun hingga 12.8 tahun. Menurut Manuaba (2001) semakin muda usia menstruasi maka kemungkinan besar akan mengalami dismenorea. Hal ini berkaitan dengan belum siapnya alat reproduksi mengalami perubahan dan juga masih terjadi penyempitan pada leher rahim sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu masih terjadi ketidakseimbangan hormon jika remaja mengalami menstruasi sebelum waktunya. Usia normal menarche pada remaja adalah 11-12 tahun. Panjang siklus menstruasi merupakan jarak hari pertama haid ke hari pertama haid berikutnya. Sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan (92.5%) dan perdesaan (85.7%) memiliki siklus menstruasi 21-35 hari atau tergolong pada siklus normal. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siklus menstruasi di SMA perkotaan dan perdesaan (p>0.05). Siklus menstruasi maksimal subjek di SMA perkotaan adalah adalah 37 hari dan minimal 18 hari. Median siklus menstruasi adalah 29 hari. Sedangkan siklus menstruasi maksimal subjek di SMA perdesaan adalah 38 hari dan minimal 21 hari. Median siklus menstruasi adalah 28 hari. Sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan mengalami menstruasi selama 3-9 hari, yaitu sebanyak 84.9% untuk SMA perkotaan dan 68.6% untuk SMA perdesaan. Menurut Manuaba et al. (2009) perdarahan normal saat menstruasi berlangsung 3 sampai 7 hari. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama menstruasi di SMA perkotaan dan perdesaan (p>0.05). Menurut Novia (2008) semakin lama menstruasi maka semakin sering uterus berkontraksi akibatnya semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Sesuai dengan patologi dismenorea bahwa kadar prostaglandin yang berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri saat menstruasi.

Dismenorea Primer Nyeri saat menstruasi atau yang biasa disebut dismenorea merupakan rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap aktivitas. Berikut ini disajikan sebaran subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan yang mengalami nyeri saat menstruasi. Tabel 9 Dismenorea subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan

Dismenorea Selalu Kadang-Kadang Total

Perkotaan n (%) 32 60.4 21 39.6 53 100

Perdesaan n (%) 27 77.1 8 22.9 35 100

Total n 59 29 88

% 67.1 32.9 100

Hasil Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek selalu mengalami keluhan saat menstruasi (67.1%). Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian dismenorea primer di

18

SMA perkotaan dan perdesaan (p>0.05). Tabel 10 mendeskripsikan lama saat subjek mengalami dismenorea primer. Tabel 10 Lama subjek penelitian SMA perkotaan dan perdesaan mengalami dismenorea Hari saat dismenorea Hari 1 Hari 2 >Hari 3 Total

Perkotaan n 36 12 5 53

Perdesaan (%) 67.9 22.6 9.4 100

n 27 8 0 35

(%) 77.1 22.9 0 100

Hasil Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek di SMA perkotaan dan perdesaan mengalami dismenorea pada hari pertama (67.9% dan 77.1%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Baradero et al. (2006) yang menyatakan bahwa nyeri mulai dirasakan pada 24 jam pertama menstruasi (hari pertama menstruasi) dan bisa bertahan selama 48-72 jam. Derajat Dismenorea Primer Dismenorea primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15-25 tahun. Berikut ini disajikan Tabel 11 mengenai persebaran derajat dismenorea primer pada remaja putri di SMA perkotaan dan perdesaan. Tabel 11 Derajat dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan Derajat Dismenorea Ringan Sedang Berat Total

Perkotaan n (%) 13 24.5 18 34 22 41.5 53 100

Perdesaan n (%) 12 34.3 21 60 2 5.7 35 100

Total n 25 39 24 88

% 28.4 44.3 27.3 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar di SMA perkotaan subjek mengalami dismenorea berat (41.5%). Di SMA perdesaan sebagian besar subjek (60%) mengalami dismenorea sedang. Hasil uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara derajat dismenorea primer di SMA perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Artinya lebih banyak SMA perkotaan yang mengalami dismenorea tingkat berat. Dismenorea menyebabkan ketidaknyamanan saat beraktivitas sehingga secara tidak langsung akan mengganggu produktivitas (Khorsidi et al. 2003). Permasalahan dismenorea berdampak pada penurunan kualitas hidup akibat tidak masuk sekolah maupun bekerja ( Antao et al. 2005). Berikut ini disajikan Tabel 12 mengenai sebaran subjek penelitian yang menyatakan mengalami gangguan aktivitas saat mengalami dismenorea.

19 Tabel 12 Gangguan dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan Gangguan keluhan terhadap aktivitas Iya Kadang-kadang Total

menstruasi

Perkotaan n (%) 21 39.6 32 60.4 53 100

Perdesaan n (%) 27 77.1 8 22.9 35 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek di SMA perkotaan (58.5%) menyatakaan dismenorea kadang-kadang mengganggu aktivitas. Berbeda halnya dengan SMA di perdesaan dimana lebih dari setengah subjek penelitian (77.1%) yang mengalami dismenorea primer merasa terganggu aktivitasnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawati (2008) yang menunjukan bahwa dismenorea mempengaruhi aktivitas siswi SMK Batik 1 Surakarta, dari 85 siswi yang menjadi responden penelitian 61.7% di antaranya mengalami penurunan aktivitas. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan keluhan dismenorea dengan aktivitas di SMA perkotaan dengan subjek SMA di perdesaan (p<0.05). Cara Mengatasi Dismenorea Primer Dismenorea primer yang terkadang mengganggu terhadap aktivitas seharihari dapat diatasi dengan berbagai cara. Berikut ini merupakan cara subjek penelitian dalam mengatasi dismenorea primer. Tabel 13 Cara mengatasi dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan

Cara mengatasi Istirahat/berbaring Mengompres perut dengan air hangat Minum obat nyeri Mengatur pola makan Pergi ke dokter Minum jamu Lain-lain

21 10

Perkotaan (%) 23.8 11.4

14 8 1 18 3

15.9 9.1 1.1 20.4 3.4

n

16 8

Perdesaan (%) 18.2 9.1

11 4 0 12 2

12.5 4.5 0 13.6 2.3

n

Tabel 13 menunjukkan bahwa cara utama yang paling banyak dilakukan oleh subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan adalah istirahat/berbaring (23.8% dan 18.2%). Akses informasi berpengaruh terhadap cara-cara subjek mengatasi dismenorea primer. Berikut ini merupakan cara subjek mendapatkan informasi mengenai penanganan dismenorea primer.

20 Tabel 14 Informasi cara mengatasi dismenorea primer SMA perkotaan dan perdesaan Sumber informasi Televisi Teman dekat Ibu Internet Guru

Perkotaan n 13 5

(%) 14.7 5.7

Perdesaan n 10 8

28 9 0

31.8 10.2 0

19 6 2

(%) 11.4 9.1 21.6 6.8 2.3

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak 31.8% subjek penelitian SMA perkotaan dan 21.6% subjek penelitian SMA perdesaan memilih ibu sebagai sumber informasi, artinya terjadi kedekatan secara emosional antara orang tua dan anak.

Konsumsi Kafein Menurut Dianamawih (2003) kafein dapat mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan ketegangan otot uterus. Kafein menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dengan menghambat kerja adenosine untuk mendilatasi pembuluh darah. Pada saat vasokontriksi maka uterus mengalami hipoksia sehingga hal inilah yang menyebabkan otot menjadi tidak rileks dan menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi Tabel 15 berikut merupakan sebaran subjek penelitian berdasarkan frekuensi konsumsi kafein dalam makanan atau minuman.

Tabel 15 Frekuensi konsumsi kafein Frekuensi konsumsi kafein Tidak mengonsumsi 1x/hari 2x/hari 3x/hari >3x/hari 1-3x/minggu Total X + SD

Perkotaan n (%) 2 3.8 11 20.8 21 39.6 8 15.1 4 7.5 7 13.2 53 100 97.11 + 89.80

Perdesaan n (%) 2 5.7 15 42.9 9 25.7 8 22.9 0 0 1 2.9 35 100 70.29 + 60.05

Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan mengonsumsi minuman berkafein dengan frekuensi 2x/hari (39.6%) sedangkan di perdesaan 42.9% mengonsumsi minuman berkafein 1x/hari. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi konsumsi kafein di SMA perkotaan dengan subjek SMA di perdesaan (p<0.05). Artinya frekuensi mengonsumsi minuman berkafein pada subjek di SMA perkotaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan SMA perdesaan. Berdasarkan analisis secara deskriptif, asupan kafein/hari dalam minuman yang biasa dikonsumsi oleh subjek di SMA perkotaan maksimal 345 mg dan minimal 0

21 gram dengan rata-rata asupan minuman berkafein/hari adalah 97.11 mg. Subjek penelitian di SMA perdesaan mengasup minuman berkafein/hari maksimal 230 mg dan minimal 0 gram dengan rata-rata asupan minuman berkafein/hari adalah 70.29 mg. Sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan mengonsumsi minuman berkafein dalam teh yaitu sebesar 35.8% dan 42.9%. Perilaku mengonsumsi kafein semakin banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Whalen et al (2008) menyatakan bahwa 75-98% golongan muda berusia hingga 18 tahun mengonsumsi minimal satu minuman berkafein setiap hari (National Sleep Foundation 2006), dengan 31% mengonsumsi minuman berkafein lebih dari dua gelas per hari. Berikut ini merupakan jenis kafein yang paling sering dikonsumsi subjek dalam makanan dan minuman Tabel 16 Jenis kafein yang dikonsumsi Jenis kafein Coklat Minuman bersoda Teh Kopi Minuman berenergi

Perkotaan n (%) 9 17 12 22.6 19 11 0

35.8 20.8 0

Perdesaan n (%) 8 22.9 5 14.3 15 5 0

42.9 14.3 0

Konsumsi Pangan Konsumsi pangan subjek penelitian diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner FFSQ (food frequency semiquantitatif). Tabel 17 menunjukkan jumlah rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan gizi subjek dalam sehari. Tabel 17 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan subjek di SMA perkotaan dan perdesaan Asupan TKG (%) Zat gizi Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Energi (kkal) 2266 2331 106.6 109.7 Protein (gram) 71 70.3 111.6 110.5 Lemak (gram) 75.7 63.5 106.6 89.4 Zn (mg) 11 8.1 73.9 54.1 Vitamin E (mg) 0.8 0.6 5.5 3.7 Vitamin B1 (mg) 1 1 92.1 94.3 Vitamin B6 (mg) 1.4 1.6 116.8 130.7 Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein di SMA perkotaan dan perdesaan tergolong normal (106.6% dan 109.7%) sedangkan tingkat kecukupan lemak di perkotaan juga tergolong normal (106.6%) dan tergolong defisit ringan (89.4%) untuk SMA perdesaan. Tingkat kecukupan Zn subjek di SMA perkotaan dan perdesaan tergolong defisit (73.9% dan 54.1%). Begitupun dengan tingkat

22

kecukupan vitamin E yang tergolong defisit untuk SMA perkotaan maupun perdesaan (5.5% dan 3.7%). Tingkat kecukupan vitamin B1 dan B6 di SMA perkotaan dan perdesaaan rata-rata tergolong cukup. Energi Kebutuhan energi menurut FAO (2001) adalah konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk beraktivitas. Angka Kecukupan Energi berdasarkan Hardinsyah dkk. (2012) untuk remaja putri berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 2.125 kkal. Berikut adalah sebaran subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan berdasarkan kategori tingkat kecukupan energinya. Tabel 18 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKE Kategori Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total X + SD

Perkotaan n 0 0 2 43 8 53

(%) 0 0 3.8 81.1 15.1 100 106.23 + 12.21

Perdesaan n (%) 0 0 1 2.9 3 8.6 24 68.6 7 20 35 100 109.29 + 15.70

Sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan mempunyai tingkat kecukupan energi normal (81.1% dan 68.6%) dan tidak ada subjek penelitian yang mengalami defisit berat di SMA perkotaan maupun perdesaan. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara TKE di SMA perkotaan dan perdesaan (p>0.05). Tingkat kecukupan energi maksimal subjek di SMA perkotaan 140% dan minimal 84% dengan median TKE adalah 104%. Tingkat kecukupan energi maksimal subjek di SMA perdesaan 140% dan minimal 84% dengan median TKE adalah 109%. Jenis pangan sumber energi yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan adalah nasi (100%). Jenis pangan sumber energi kedua di SMA perkotaan adalah roti (17.6%) sedangkan di SMA perdesaan sumber energi ke dua adalah mie instan (11.6%). Protein Protein berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh, pertahanan tubuh, dan menghasilkan energi. Angka Kecukupan Protein berdasarkan Hardinsyah dkk.(2012) untuk remaja putri berusia 13-15 tahun sebesar 69 gram dan usia 1618 tahun sebesar 59 gram perhari. Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat kecukupan protein.

23 Tabel 19 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKP Kategori Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total X + SD

Perkotaan n (%) 0 0 0 0 1 1.9 39 73.6 13 24.5 53 100 115.47 + 12.73

Perdesaan n (%) 0 0 0 0 3 8.6 20 57.1 12 34.3 35 100 114.23 + 15.58

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian di perkotaan dan perdesaan mempunyai tingkat kecukupan protein normal. Tidak ada subjek penelitian di perkotaan dan perdesaan yang mengalami defisit berat dan sedang. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara TKP di SMA perkotaan dan perdesaan. Tingkat kecukupan protein maksimal subjek di SMA perkotaan adalah 151% dan minimal 81% dengan rata-rata TKP adalah 115%. Tingkat kecukupan protein maksimal subjek di SMA perdesaan 152% dan minimal 85% dengan ratarata TKP adalah 114%. Jenis pangan sumber protein yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan adalah ikan laut (12.6%) sedangkan pangan sumber protein di SMA perdesaan adalah telur ayam (11.7%). Lemak Lemak merupakan zat gizi kedua yang digunakan tubuh sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi.Lemak berfungsi sebagai komponen penting pada membran sel yang akan mempengaruhi transport cairan antar sel selama pembentukan jaringan endometrium (Harel 2006). Kontribusi energi dari lemak sebaiknya sekitar 30% pada usia 4-18 tahun. Angka Kecukupan Lemak (AKL) berdasarkan untuk remaja putri berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 71 gram perhari (Hardinsyah 2012). Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat kecukupan lemak Tabel 20 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKL Kategori Defisit Normal Lebih Total X + SD

Perkotaan n (%) 3 5.7 41 77.3 9 17 53 100 106.1 + 10.4

Perdesaan n (%) 20 57.2 13 37.1 2 5.7 35 100 89.2 + 13.9

Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian di perkotaan mempunyai tingkat kecukupan lemak normal dan defisit ringan untuk wilayah perdesaan. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara TKL di SMA perkotaan dan

24

perdesaan. Artinya tingkat kecukupan lemak di perkotaan lebih baik dari perdesaan. Jenis pangan sumber lemak yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan adalah susu dan minyak sedangkan di perdesaan adalah minyak. Pentingnya konsumsi lemak pada masa reproduksi adalah untuk memproduksi hormon dan enzim yang berfungsi mengontrol semua reaksi dan proses yang ada dalam tubuh, antara lain FSH (Follicle Stimulating Hormon), yaitu hormon yang merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi estrogen yang membantu pertumbuhan payudara dan alat genital lain. Menurut Shepard (2005) terjadinya menarche pada anak perempuan dipicu oleh massa tubuh dan persentase lemak (17%), selanjutnya 22% lemak tubuh diperlukan untuk memperbaiki menstruasi. Seng Seng dapat menghambat metabolisme prostaglandin di endometrium manusia (Kelly dan Abel, 1983). Mekanisme kerja seng pada dismenorea adalah sebagai inhibitor pada produksi prostaglandin. Seng diteliti sebagai salah satu terapi untuk nyeri saat menstruasi karena efeknya dapat mengurangi sintesis prostaglandin melalui kemampuannya sebagai antiinflamasi. Berikut adalah sebaran subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan berdasarkan kategori tingkat kecukupan seng. Tabel 21 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKZn Kategori Defisit Cukup Total X + SD

Perkotaan n (%) 30 56.6 23 43.4 53 100 76.13+ 11.36

Perdesaan n (%) 32 91.4 3 8.6 35 100 55.60 + 12.67

Sebagian besar subjek penelitian di perkotaan dan perdesaan mempunyai tingkat kecukupan seng dalam kategori defisit. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara TKZn di SMA perkotaan dan perdesaan. Tingkat kecukupan seng maksimal subjek di SMA perkotaan adalah 102% dan minimal 51% dengan rata-rata TKZn adalah 76%. Tingkat kecukupan seng maksimal subjek di SMA perdesaan 90% dan minimal 37% dengan rata-rata TKZn adalah 55%. Jenis pangan sumber seng yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan adalah ikan laut yaitu 12.6% sedangkan pangan sumber seng di SMA perdesaan adalah kacang tanah yaitu 8.3%. Vitamin E Vitamin E dapat mengurangi nyeri menstruasi melalui hambatan terhadap biosintesis prostaglandin. Struktur dari vitamin E hampir sama dengan dengan asam arakidonat yang berfungsi menghambat produksi prostaglandin (inhibitor kompetitif). Angka Kecukupan Vitamin E berdasarkan Hardinsyah dkk. (2012) untuk remaja putri berusia 13-15 dan 16-18 tahun sebesar 15 mg per hari.

25 Berikut adalah sebaran subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin E Tabel 22 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKVitamin E Kategori Defisit Cukup Total X + SD

Perkotaan n 53 0 53

(%) 100 0 100 5.23 + 2.28

Perdesaan n (%) 35 100 0 0 35 100 3.51 + 2.59

Tabel 22 menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian di perkotaan dan perdesaan mempunyai angka kecukupan vitamin E defisit, hal ini dapat disebabkan oleh kebutuhan tubuh terhadap vitamin E lebih tinggi daripada asupan. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara TKVitamin E di SMA perkotaan dan perdesaan. Tingkat kecukupan vitamin E maksimal subjek di SMA perkotaan adalah 15% dan minimal 2% dengan rata-rata TKVitamin E adalah 5.2%. Tingkat kecukupan vitamin E maksimal subjek di SMA perdesaan 8% dan minimal 0% dengan ratarata TKVitamin E adalah 3.5%. Jenis pangan sumber vitamin E yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan adalah bayam (15.3%) dan kacang tanah (8.3%). Vitamin B1 dan B6 Berikut adalah sebaran subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin B1 dan B6 Tabel 23 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKVitamin B1 Kategori Defisit Cukup Total X + SD

Perkotaan n (%) 17 32.1 36 67.9 53 100 91.68 + 22.85

Perdesaan n (%) 11 31.4 24 68.6 35 100 93.97 + 29.67

Tabel 23 menyatakan bahwa sebagian besar subjek penelitian di perkotaan dan perdesaan mempunyai tingkat kecukupan vitamin B1 termasuk dalam kategori cukup. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara TKVitamin B1 di SMA perkotaan dan perdesaan. Tingkat kecukupan vitamin B1 maksimal subjek di SMA perkotaan adalah 136% dan minimal 54% dengan median TKVitamin B1 adalah 81%. Tingkat kecukupan vitamin B1 maksimal subjek di SMA perdesaan 154% dan minimal 36% dengan median TKVitamin B1 adalah 100%. Jenis pangan sumber vitamin B1 yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan adalah ikan (12.6%) dan telur (11.7%). Selanjutnya sebaran subjek penelitian berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin B6.

26

Tabel 24 Sebaran subjek penelitian berdasarkan persentase TKVitamin B6 Kategori Defisit Cukup Total X + SD

Perkotaan n (%) 19 35.8 34 64.2 53 100 116.53 + 54.83

Perdesaan n (%) 4 11.4 31 88.6 35 100 130.43 +42.34

Tabel 24 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian di perkotaan dan perdesaan mempunyai tingkat kecukupan vitamin B6 termasuk dalam kategori cukup. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara TKVitamin B6 di SMA perkotaan dan perdesaan. Tingkat kecukupan vitamin B6 maksimal subjek di SMA perkotaan adalah 258% dan minimal 50% dengan median TKVitamin B6 adalah 100%. Tingkat kecukupan vitamin B6 maksimal subjek di SMA perdesaan 216% dan minimal 50% dengan median TKVitamin B6 adalah 125%. Jenis pangan sumber vitamin B6 yang paling sering dikonsumsi oleh subjek penelitian di SMA perkotaan dan perdesaan adalah beras (100%).

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Konsumsi Pangan Pengetahuan gizi berperan dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang (Harper et al. 1985). Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan energi, vitamin B1, dan vitamin B6 (p>0.05). Hal ini diduga karena makanan yang dikonsumsi secara kuantitas mungkin sudah cukup, tetapi belum mencukupi secara kualitas. Nilai r pada tingkat kecukupan energi (r= -0.077), vitamin B1 (r= -0.320) dan B6 (r= -0.156) bernilai negatif, artinya semakin tinggi pengetahuan gizi maka semakin menurun tingkat kecukupannya. Hal ini diduga karena pengetahuan gizi yang baik belum tentu mempunyai perilaku gizi yang baik, oleh karena itu masih dibutuhkan motivasi dan perhatian agar individu mau mengubah pola hidupnya dalam pemilihan bahan makanan. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson juga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkat kecukupan protein, lemak, dan vitamin E (p>0.05). Tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan Zn (p<0.05) (r= 0.267). Artinya semakin tinggi pengetahuan gizi, maka asupan Zn juga semakin baik.

Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi Hasil uji korelasi Spearman antara energi dengan status gizi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) (r= 0.551). Artinya semakin tinggi

27 asupan energi maka semakin baik status gizi subjek tetapi berbeda dari hasil uji korelasi vitamin B1 dan B6 terhadap status gizi yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini diduga vitamin tersebut digunakan untuk memperlancar siklus menstruasi dan mengurangi nyeri haid karena berdasarkan data diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian di SMA perkotaan mengalami dismenorea berat dan di SMA perdesaan sebagian besar subjek mengalami dismenorea sedang. Hasil uji korelasi Pearson antara protein dan lemak dengan status gizi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) (r=0.384) (r=0.488). Sedangkan hasil uji korelasi seng dan vitamin E terhadap status gizi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini diduga bioavailabilitas dari seng yang masih rendah. Diketahui bahwa subjek banyak mendapatkan asupan seng dari pangan nabati. Hal ini mengacu kembali pada kandungan zat-zat antinutrisi bahan pangan nabati seperti asam fitat yang dapat menghambat proses penyerapan seng dari pangan yang dikonsumsi. Sedangkan asupan vitamin E tidak berhubungan diduga karen asupan vitamin E subjek masih di bawah AKG selain itu vitamin E agar dapat diserap oleh tubuh membutuhkan vehicle, yaitu lemak. Vitamin E akan diserap secara optimal jika diasup secara terpisah yaitu pada makan pagi, makan siang, dan makan malam (Felicia 2012). Besar kemungkinan subjek mendapatkan asupan vitamin E secara tidak teratur, karena jika melihat dari pola konsumsi hampir sebagian besar subjek mempunyai pola makan yang tidak beragam dan tidak teratur.

Hubungan Status Gizi dan Karakteristik Menstruasi Hasil uji korelasi Spearman antara status gizi dan usia menarche menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0.05) (r= -0.408). Hal ini selaras dengan Lusiana (2007) bahwa usia menarche dipengaruhi oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik. Sedangkan hasil uji korelasi Spearman antara status gizi dengan siklus menstruasi dan lama menstruasi menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0.05). Hal ini diduga faktor stress dan kurangnya olahraga menjadi salah satu faktor terpenting terhadap siklus dan lama menstruasi. Depkes (2006) menyatakan bahwa kesehatan remaja ternyata tidak hanya terfokus pada kesehatan fisik saja tetapi juga non fisik (mental, emosional, dan psikososial). Jika kesehatan non fisik terganggu, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kerja hormonal. Olahraga juga berpengaruh terhadap kerja hormon, yaitu hormon endorphin. Hormon endorphin dapat mendorong munculnya rasa gembira, tenang dan nyaman. Jika jarang berolahraga, maka kemungkinan besar kerja hormon endorphin tidak maksimal.

Hubungan Karakteristik Menstruasi dan Derajat Dismenorea Primer Hasil uji korelasi Spearman antara karakteristik menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama menstruasi, dan usia menarche terhadap dismenorea

28

primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Karakteristik menstruasi tidak berhubungan dengan derajat dismenorea disebabkan karena dismenorea primer merupakan manifestasi dari faktor fisik dan psikologis seseorang yang berpengaruh dalam jangka panjang (Hurst 2008) sehingga karakteristik menstruasi tidak berpengaruh terhadap kejadian dismenorea primer.

Hubungan Status Gizi dan Dismenorea Primer Waryana (2010) mengungkapkan bahwa status gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kesehatan. Hasil uji korelasi Spearman antara status gizi dan derajat dismenorea primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian Silvana (2012) bahwa status gizi tidak berhubungan signifikan dengan dismenorea. Hasil dari penelitian Ningrum (2009) menyatakan obesitas berhubungan dengan kejadian dismenorea primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS. Faktor keturunan dan aktivitas fisik diduga menjadi faktor penentu dalam kejadian dismenorea karena pada saat dilakukan proses wawancara sebagian besar subjek penelitian yang berkonsultasi untuk mengatasi dismenorea sehingga peneliti banyak mendapatkan informasi bahwa hampir sebagain besar subjek jarang melakukan olahraga.

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Derajat Dismenorea Primer Hasil uji korelasi Spearman antara asupan energi, protein, dan lemak dengan derajat dismenorea primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini diduga zat gizi makro yang diasup oleh subjek lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Pada masa remaja terjadi perubahan biologis maupun psikologis sehingga kebutuhan akan zat gizi menjadi meningkat.

Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dan Derajat Dismenorea Primer Hasil uji korelasi Spearman antara asupan mikronutrien vitamin B1 terhadap derajat dismenorea primer menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05). Hal ini sejalan dengan uji klinik yang dilakukan sebelumnya di mana efek vitamin B1 tersebut lebih baik dari plasebo (Wilson and Murphy 2001). Vitamin B1 atau yang dikenal dengan tiamin dikenal sebagai antineuritik karena digunakan untuk menormalkan kembali susunan syaraf (Poedjiadi 2007). Kekurangan vitamin B1 kemungkinan berhubungan dengan terganggunya saraf uterus saat mengalami kontraksi akibat pengaruh hormon. Menurut penelitian dari University of Massachusetts, wanita yang rutin mengonsumsi vitamin B1 mengalami nyeri saat menstruasi yang lebih ringan. Penelitian ini juga menemukan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin B1 saja tidak cukup dan

29 sebaiknya mendapat asupan dari bahan pangan. Artinya, ada beberapa pengaruh yang sinergis antara vitamin dan zat gizi lainnya dalam bahan pangan. Hasil uji korelasi Spearman antara Zn, vitamin E, dan vitamin B6 terhadap derajat dismenorea primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (P>0.05). Hal ini diduga karena hampir seluruh subjek mendapatkan asupan Zn dari pangan nabati. Kandungan zat-zat antinutrisi bahan pangan nabati seperti asam fitat dapat menghambat proses penyerapan seng dari pangan yang dikonsumsi, sedangkan vitamin B6 diduga tidak berpengaruh dikarenakan digunakan tubuh untuk proses metabolisme. Salah satu fungsi vitamin B6 adalah koordinasi proses metabolisme tubuh, sehingga pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan asupan vitamin B6 dalam jumlah yang cukup sangat diperlukan. Selain itu, berdasarkan penelitian konsumsi vitamin E subjek kurang dari AKG sehingga diduga tidak berpengaruh terhadap derajat dismenorea. Menurut Yusuf (2006) vitamin E berpengaruh terhadap derajat dismenorea jika dalam bentuk suplemen. Penelitian dari Ziae (2001) menunjukkan bahwa pelajar sekolah menengah berusia 16-18 tahun yang diberikan 5 tablet vitamin E setiap hari berpengaruh terhadap dismenorea.

Hubungan Asupan Minuman Berkafein dan Derajat Dismenorea Primer Hasil uji korelasi Spearman antara jumlah asupan kafein terhadap derajat dismenorea primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Hal ini disebabkan jumlah asupan kafein per hari sebagian besar subjek penelitian dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak berpengaruh terhadap derajat dismenorea primer. Rata-rata asupan kafein/hari subjek adalah 86.44 mg. Berdasarkan SNI (2006) No Cas.58-08-02 batas maksimum kafein dalam produk pangan sebesar 150mg/hari dan 50mg/sajian untuk makanan dan minuman. Menurut Sianturi (2001) kandungan kafein dalam produk coca cola (45.6 mg), pepsi (38.4 mg), minuman kopi (115 mg), minuman teh (40 mg), minuman coklat (5 mg). Sehingga batas konsumsi kafein dalam minuman bersoda setara dengan 23 gelas/hari, minuman kopi setara dengan 1 gelas/hari, dan minuman teh setara dengan 2-3 gelas/hari.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Usia subjek penelitian rata-rata 16 tahun dan uang saku subjek di SMA perkotaan rata-rata Rp 8 000-14 000 sedangkan di perdesaan rata-rata mempunyai uang saku Rp 2 000-8 000. Besar keluarga subjek di SMA perkotaan termasuk keluaarga sedang dan di perdesaan berada pada kategori keluarga kecil. Pendidikan ayah subjek di SMA perkotaan rata-rata perguruan tinggi sedangkan di perdesaan hanya sampai jenjang sekolah dasar. Pendidikan ibu subjek di SMA perkotaan rata-rata SMA sedangkan di perdesaan hanya sampai jenjang sekolah

30

dasar. Sebagian besar pendapatan orang tua subjek di perkotaan dan perdesaan mempunyai penghasilan Rp ≥243 783 atau termasuk dalam kategori keluarga tidak miskin. Pengetahuan gizi subjek di SMA perkotaan rata-rata tergolong sedang dan di perdesaan rata-rata tergolong kurang. Status gizi subjek di SMA perkotaan dan perdesaan tergolong normal. Usia menarche subjek di SMA perkotaan dan perdesaan rata-rata pada usia 10-13 tahun. Panjang siklus menstruasi subjek di SMA perkotaan dan perdesaan rata-rata berada pada siklus normal. Lama menstruasi subjek di SMA perkotaan dan perdesaan rata-rata 3-9 hari. Rata-rata subjek di SMA perkotaan mengalami dismenorea tingkat berat dan subjek di perdesaan mengalami dismenorea tingkat sedang. Konsumsi minuman berkafein subjek di SMA perkotaan rata-rata 2x/hari sedangkan di perdesaan rata-rata 1x/hari. Energi dan protein subjek di perkotaan dan perdesaan rata-rata tergolong normal. Tingkat kecukupan lemak di perkotaan sebagain besar berada pada kategori normal sedangkan di perdesaan defisit ringan. Seng dan vitamin E rata-rata tergolong defisit sedangkan vitamin B1 dan B6 tergolong cukup. Berdasarkan hasil uji beda pada uang saku, besar keluarga, pendidikan ibu dan ayah, dan frekuensi konsumsi kafein terdapat perbedaan yang signifikan antara perkotaan dan perdesaan. Pengetahuan gizi subjek juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perkotaan dan perdesaan. Status gizi, asupan zat gizi makro, dan karakteristik menstruasi dengan derajat dismenorea primer menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Tetapi asupan zat gizi mikro vitamin B1 terhadap derajat dismenorea primer menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan. Asupan Zn, vitamin E, vitamin B6, dan asupan kafein terhadap derajat dismenorea primer juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Saran Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea primer masih perlu dilakukan untuk mengetahui faktor yang berperan langsung terhadap kejadian dismenorea primer pada remaja putri sehingga dapat mengurangi dampak yang secara tidak langsung ditimbulkan oleh kejadian dismenorea, seperti penurunan produktivitas. Sebaiknya dilakukan peningkatan pengetahuan gizi subjek melalui pemberian materi yang lebih aplikatif tentang pangan dan gizi karena rata-rata subjek penelitian belum memiliki pengetahuan gizi yang baik. Selain itu subjek juga disarankan mengonsumsi makanan yang bergizi, beragam, dan berimbang untuk mendukung aktivitasnya selama masa remaja. Suplemen juga diperlukan karena sebagian besar pangan yang dikonsumsi mempunyai bioavailabiltas rendah.

31

DAFTAR PUSTAKA Antao, V., Black, A., Burnett, M., Feldman, K., Lea, R., Robert, M. 2005. Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline. No 169. Toronto. Badan Standarisasi Nasional 2006.SNI.Cas.58-08-02: Batas Maksimum Konsumsi Kafein dalam Produk Pangan. Baradero, M., Marry, W.D., dan Yakobus, S. (2006). Seri asuhan keperawatan klien gangguan reproduksi dan seksualitas. Jakarta: EGC. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2-5 Pendapatan keluarga. www.bkkbn.go.id. [29 Maret 2014] . Cosman, Felicia.2012. Vitamin E dan fungsinya dalam tubuh. Jakarta: B-First Dawood, M. Yusuf. 2006. Primary Dysmenorrhea. American College of Obstetricians and Gynecologists, 108 (2). Dianamawih. 2003. Kafein saat menstruasi. Herbalife.com [31 Maret 2014]. Depkes RI.2006. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Eby, George . 2006. Seng Treatment Prevents Dysmenorrhea. Medical Hypotheses (2007) ; 69: 297-301. Elsevier. FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement. FAO/WHO/UNU, Rome French, Linda. 2005. Dysmenorrhea. American Academy for Family Phisicians 71(2), 285-291 ___________. 2008. Dysmenorrhea in Adolescents Diagnosis and Treatment. Pediatric Drugs, 1091), 1-7. Fujiwara, Tonoko. 2007. Diet During Adolescence is a Trigger for Subsequent Development of Dysmenorrhea in Young Woman. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 58(6), 437-444. Gibson. 2005. Principle of Nutritional Assessment. Oxford: Oxford University Press. Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Edisi keempat. Jakarta: EGC Hardinsyah. 2004. Kiat Mengatasi Keluhan Menstruasi. Bogor: Klinik Gizi dan Klub Diet GMSK. Hand, Helen. 2010. The Ups and Dows of The Menstrual Cycle. Practice Nursing, 21(9). 454-459. Hardinsyah, Riyadi H, Napitupulu V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB. Harel ZMD. 2006 . Dysmenorrhea in Adolescents and Young Adults: Etiology and Management .J Pediatr Adolesc Gynecol 19:363-371 Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta, Universitas Indonesia. Hudson. 2007. Using Nutrition to Relieve Primary Dysmenorrhea Alternative & Complementary Therapics. Mary Ann Liebert, Inc, 125-128. Hurst. 2008. Hurst Review: Pathophysiology Review. McGraw Hill. Kartasapoetra M. 2008. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja. Jakarta (ID) : Rineka Cipta. Kelly, RW., Abel, MH. 1983. Copper and Seng inhibit the metabolism of prostaglandin by the human uterus. Biol Reprod ;28 :883-9.

32

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khorsidi, N., Ostad, SN., Mossadegh, M., Soodi, M. 2003. Original Article Clinical Effects of Fennel Essential oil on Primary Dysmenorrhea. Iranian Journal of Pharmaceutical Research : 89-93. Kirchheimer, S. ,Smith, M.W., 2004. Coffee: The New Health Food? Available from: http//men.webmd.com/features/coffee-new-health-food [Accessed 30 Maret 2014]. Kurniawati D. (2008). Pengaruh dismenore terhadap aktivitas pada siswi SMK batik 1 Surakarta [skripsi]. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Loto, Olabisi M.et al. 2008. Prevalence and Corelates of Dysmenorrhea among Nigerian. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology, 48,442-444. Lusiana, S A, Dwiriani, C M, 2007, Usia Menarche, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor, (Jurnal Gizi dan Pangan hal 29-30), http:// journal.ipb.ac.id/index.php/ jgizipangan/.../4427, diakses 10 Juni 2014. Manuaba, I. B. G. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC. ________. 2006. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGS. Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC. McIlvain, G.E., 2008. Caffeine Consumption Patterns and Beliefs of College Freshmen, University of Kentucky. Available from: http://archieve.uky.edu/bistream/10255/911/Mcilvain_Gary.pdf. [Accessed 8 April 2014]. Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy: 4751. Morgan KJ, Stults VJ, Zabnik ME. Amount and dietary sources of caffeine and saccharin intake by individuals ages 5 to 18 years. Regul Toxicol Pharmacol 1982;2:296e307. Nathan A. 2005. Primary dysmenorrhea. Practice Nurse, 30(6). National Sleep Foundation. 2006. Sleep in America Poll: Summary of Findings. Available at:. Washington, DC: National Sleep Foundation http://www. sleepfoundation.org/sites/default/files/2006_summary_of_findings.pdf. Ningrum. 2009. Hubungan obesitas dan aktivitas fisik terhadap dismenorea primer pada mahasiswi Fakultas kedokteran UNS [skripsi]. Solo: Fakultas kedokteran, Universitas Negeri Sebelas Maret. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:PT Rineka Cipta. Novia, Ika & Nunik Puspitasari. 2008. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenorea. The Indonesian Journal of Public Health, 4 96-104.

33 Nursafitri. 2012. Vitamin dalam tubuh. http://www.slideshare.net/ [29 Maret 2014] Poedjiadi S. 2007. Ilmu gizi klinis pada anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Price AS, Wilson LM. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Anugerah P, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Pathophysiology. Clinical Concepts of Disease Processes. Puslitbang Gizi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI 2006, Prevalensi Defisiensi Zn di Indonesia Riyadi H. 2003. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor:Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sianturi. 2001. Kafein dalam Minuman Kesehatan. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1007348316.78903 [8 April 2014]. Singh, A., Kiran, D., Singh, H., Nel, B., Singh, P., Tiwari, Pl. 2008. Prevalence And Severity Of Dysmenorrhea : A Problem Related To Menstruation, Among First And SecondYear Female Medical Students. Indian J Physiol Pharmacol; 52 (4) : 389–397 Smeltzer, C. Suzanne, dkk, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8). Jakarta : EGC Utami NH. 2003. Hubungan gizi dengan keluhan menstruasi pada remaja [skripsi]. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana. Whalen, D.J. et al., 2008. Caffeine consumption, sleep, and affect in the natural environments of depressed youth and healthy controls. Journal of Pediatric Psychology, 33(4), p.358-367. Wilson, ML., Murphy, PA. 2001. Herbal and dietary therapies for primary and secondary dysmenorrhoea (Cochrane Review). In: The Cochrane Library, Issue 3, Oxford. [WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. http://www.who.int/growthref/who2007bmiforage/en/index.html [8 April 2014]. Ziaei, S. Et al. 2005. A Randomised Controlled of Vitamin E in Treatment of Primary Dysmenorrhoea. British Journal of Obstetrics and Gynaecology. Vol. 112, pp. 466-469. Zukri, Shamsunarnie Mohd. et al. 2009. Primary Dysmenorrhea among Medical and Dental University Students in Kelantan: Prevalence and Associated Factors. International Medical Journal, 16(2), 93-99.

34

LAMPIRAN

35 KUESIONER HUBUNGAN STATUS GIZI, ASUPAN ZAT GIZI MIKRO, DAN MINUMAN BERKAFEIN DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 1 PAMEKASAN DAN SMAN 1 GALIS

No. Responden Nama Responden Alamat Enumerator Tanggal Wawancara

: ....................................................................... : ....................................................................... : ....................................................................... : ....................................................................... : .......................................................................

DEPARTEMEN GIZI MASYRAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

36

A.

Karakteristik Subjek 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

B.

Nama Lengkap : _____________________________________________ Umur/tanggal lahir : ____ tahun/ ___,____________,______ (tgl-bln-thn) Berat badan (diisi enumerator) : _____ kg Tinggi badan (diisi enumerator) : _____ cm Kelas : ______________ No. HP : _________________________ Uang saku per-hari : Rp. _____________ Karakteristik Keluarga

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. C.

Jumlah keluarga :________________________ Saya merupakan anak ke________ dari _______ bersaudara Pendidikan terakhir ayah (lingkari) : (SD/SMP/SMA/Diploma/S1/S2/S3) Pendidikan terakhir ibu (lingkari) : (SD/SMP/SMA/Diploma/S1/S2/S3) Pekerjaan ayah :________________________ Pekerjaan ibu :________________________ Pendapatan ayah/bulan : ________________________ Pendapatan ibu/bulan : ________________________ Menstruasi

1. 2. 3.

Usia pertama kali menstruasi____________________tahun Pada kelas berapa pertama kali menstruasi?___________ Lama siklus menstruasi selama 3 bulan terakhir (Misal: Bulan Februari tgl 14, bulan Maret tgl 10, dan bulan April tgl 5)________________________________________________________ 4. Keteraturan jadwal mentruasi selama 3 bulan terakhir a. Selalu tepat waktu b. Datang lebih awal dari biasanya C c. Datang terlambat, selama kurang lebih ____ hari 5. Lama menstruasi selama 3 bulan terakhir a. < 3 hari b. 3-9 hari c. > 9 hari 6. Apakah setiap menstruasi sering mengalami keluhan-keluhan tertentu? a. Iya b. Tidak c. Kadang-kadang 8. Jika iya, pada hari ke berapa keluhan menstruasi tetap dirasakan? a. Hari ke-1 menstruasi b. Hari ke-2 menstruasi c. > Hari ke-3 menstruasi 9. Keluhan yang dirasakan saat menstruasi (Boleh memilih lebih dari 1 jawaban dengan di ceklist) a. Sakit kram di bawah perut ( ) b. Sakit kepala ( ) c. Mual ( ) d. Muntah ( )

37 e. Diare ( ) f. Sakit pinggang ( ) g. Lesu ( ) h. Lain-lain, sebutkan___________________________________ 10. Apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas anda? a. Iya b. Tidak c. Kadang-kadang 11. Jika iya/kadang-kadang, tindakan apa yang biasanya anda lakukan untuk mengatasi keluhan tersebut? (Boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Istirahat/berbaring b. Mengkompres perut dengan air hangat c. Minum obat nyeri d. Minum suplemen e. Mengatur makanan sebelum haid, misal minum susu f. Pergi ke dokter g. Minum jamu h. Lain-lain, sebutkan_______________________________ 12. Darimanakah anda mengetahui informasi tentang mengatasi tindakan saat nyeri haid? a. Televisi b. Teman dekat c. Orang tua d. Internet e. Majalah f. Guru 13. Apakah anda sering/kadang-kadang mengonsumsi makanan dan minuman di bawah ini? a. Coklat, sebutkan jenis coklatnya___________________________ ( ) b. Minuman bersoda ( ) c. Teh, sebutkan jenis tehnya______________________________ ( ) d. Kuaci ( ) e. Minuman kopi, seperti capucino, moccacino, indocafemilk ( ) f. Minuman berenergi, sepeti exstrajoss 14. Jika iya/kadang-kadang, berapa kali biasanya anda mengonsumsinya? a. 1 kali/hari b. 2 kali/hari c. 3x/hari d. ≥ 3 kali hari e............................/minggu (1-3x)

38

D. Pengetahuan Gizi Berikan tanda (X) pada jawaban yang benar 1. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral 1 2. Vitamin dan mineral 3. Karbohidrat, lemak,dan protein 1. Nasi, tempe, ayam goreng Subjek susunan menu makanan yang 2.Nasi, ikan, tumis kangkung, buah 2 seimbang pepaya 3. Roti dan susu 1. Karbohidrat Zat gizi yang berperan sebagai zat 3 2. Protein pembangun dan pengatur adalah 3. Lemak 1. 2-3 porsi Konsumsi sayur yang baik dalam 4 2. 3-5 porsi sehari adalah 3. 3 porsi 1. Susu Makanan yang banyak mengandung 2. Apel 5 kalsium adalah 3. Bayam 1. Daging merah Zn banyak terdapat dalam bahan 6 2. Tempe pangan 3. Jeruk 1. Wortel Vitamin E banyak terdapat dalam 2. Kacang-kacangan 7 bahan pangan 3. Apel 1. Roti gandum dan ikan Bahan pangan sumber Vitamin B6 dan 2. Susu dan kelengkeng 8 B12 adalah 3. Daging dan rambutan 1. Vitamin D Jenis vitamin yang larut dalam lemak 2. Vitamin B1 9 adalah 3. Vitamin C 1. Daging, ikan, tempe 2. Tahu, tempe, susu kedelai 10 Pangan sumber protein nabati adalah 3. Cumi, tahu, susu kedelai 1. Menarche 11 Menstruasi pertama kali dinamakan 2. Pendarahan 3. Pubertas Siklus menstruasi normal 1. < 25 hari 12 terjadi pada kisaran 2. 21-35 hari 3. >30 hari 1. Anemia Keluarnya darah yang berlebihan saat 13 2. Diare menstruasi dapat menyebabkan 3. Osteoporosis Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari

39

14

15

Upaya penanggulangan 1 keluhan menstruasi yang baik dan benar adalah Makanan yang harus dihindari untuk 1 mengatasi keluhan menstruasi adalah

16

1Hormon-hormon yang berpengaruh pada proses menstruasi adalah

17

1Nyeri saat hari pertama sampai hari kedua menstruasi disebut

18

19

20

Salah satu gejala menstruasi yang 1 sering terjadi adalah

1Berikut ini adalah tanda-tanda akan mendapatkan menstruasi, kecuali Minuman yang baik untuk 2 menghindari nyeri saat menstruasi adalah

1. Perubahan gaya hidup (diet dan aktivitas fisik) 2. Hindari stres 3. Konsumsi obat / suplemen 1. Tinggi kafein 2. Tinggi lemak 3. 1 dan 2 benar 1. Progesteron dan estrogen 2. Estrogen dan testosteron 3. Progesteron dan testosteron 1. Amenorea 2. Dismenorea 3. Polimenorea 1.Keinginan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat/rasa manis 2.Keinginan mengonsumsi daging yang meningkat 3.Keinginan mengonsumsi nasi yang meningkat 1. Sakit perut yang menjalar sampai bagian bawah 2. Sakit gigi 3. Jerawat 1. Susu 2. Kopi 3. Teh

40

E. Konsumsi pangan Kode responden No 1

2

3

Jenis pangan Hari Serealia a. Bubur b. Nasi c. Mie instan d. Biskuit e. Jagung f. Roti g. Beras merah h. Lain-lain....... Protein hewani a. Ayam b. Daging c. Ikan laut d. Ikan air tawar (lele) e. Udang f. Cumi-cumi g. Telur ayam h. Telur asin i. Hati ayam j. Hati sapi k. Daging kambing l. Ikan kering m. Kerang n. Keju o. Kepiting p. Yoghurt q. Lainlain......... Buah dan Sayur a. kangkung b. Tauge c. Bayam d. Wortel e. jamur f. Kentang g. Sawi h. Kembang kol i. Brokoli j. Paprika

Frekuensi....................per Minggu

Bulan

Tahun

URT per kali makan

Berat (gram)

41

3

4

5 6 7 8 9 10 11 12 13

k. Pisang l. Alpukat m. Melon n. Tomat o. Semangka p. Jeruk q. Lain-lain Protein nabati a. Tempe b. Tahu c. Lain-lain Kacang-kacangan a. Kacang tanah b. Kacang kapri c. Buncis d. Kacang almond e. Kacang kedelai f. Kacang polong g. Kacang hijau h. Kacang merah i. Biji wijen j. Kacang mete Margarine/mentega Sirup Gula Minyak/gorengan Santan Susu kental manis Susu tepung whole Susu tepung skim Susu segar

42

Lampiran 2 Dokumentasi penelitian

2

RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Suyanto dan Ibu Arba’iyah . Penulis dilahirkan di Pamekasan pada tanggal 5 Januari 1992. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di SDN Larangan Luar III, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Larangan tahun 2004-2007, dan SMAN 1 Pamekasan tahun 2007-2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai Bendahara divisi HRD di UKM Forum For Scientific Studies (FORCES), Sekretaris divisi Gizi dan Kesehatan SAMISAENA IPB, anggota divisi PSDM BEM FEMA. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cikedung, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada bulan Juli-Agustus dan penulis mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Kanker Dharmais, Jakarta. Penulis aktif dalam beberapa perlombaan dalam bidang karya tulis seperti Peraih Student Research Award Tanoto Foundation 2014, Finalis PIMNAS XXVI, penyaji makalah di ADIC Conference, University of Malaya 2013, Juara III Economic Festival Essay Challenge, STAN 2013, Juara 1 Pekan Ilmiah Mahasiswa Gizi 2012, Juara 1 PIMSOED (Pekan Ilmiah UNSOED), UKM Penalaran &Riset Universitas Jendral Soedirman 2012, Student Achievement Award dalam bidang ekstrakurikuler, dan lain-lain. Penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa dari DIKTI yaitu bidik misi pada tahun 20102014.