i PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DI

wilayah mulai dari desa atau kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta ...

15 downloads 585 Views 3MB Size
PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DI BIDANG KESENIAN DI DESA TANJUNGHARJO KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ela Findyani Mawaddah NIM 11102241005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016

i

 

iv   

MOTTO  Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah rasa penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh (Andrew Jackson).  Kemenangan yang terindah sekaligus tersulit yang bisa diraih manusia adalah menaklukkan dirinya sendiri (RA Kartini).  Percayalah pada dirimu sendiri, karena tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada usaha untuk menyelesaikannya (Penulis).

v

PERSEMBAHAN Atas berkat rahmat dan karunis Allah SWT, Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.

2.

Agama, Nusa, dan Bangsa.

3.

Ayah, Ibu, dan Kakak.

vi

PARTISIPASI PEMUDA DALAM PROGRAM KARANG TARUNA DI BIDANG KESENIAN DI DESA TANJUNGHARJO KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO Oleh Ela Findyani Mawaddah NIM. 11102241005 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian (2) Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pada partisispasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulonprogo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah informan yang terdiri dari pengelola, anggota, tokoh masyarakat, dan masyarakat Desa Tanjungharjo. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Pembuktian keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yaitu dapat terlihat melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan dan keikutsertaan pemuda dalam pelaksaannya dengan tujuan untuk mengembangkan potensi pemudanya dan melestarikan salah satu budaya lokal yaitu Kesenian Jathilan. (2) Faktor pendukung partisispasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yaitu meliputi letak geografis karang taruna yang berada di desa yang mudah dijangkau, sumber daya manusia yang cukup banyak, dukungan dari masyarakat setempat, dan dukungan dari pemerintah. Sedangkan faktor penghambat adalah adanya latar belakang yang berbeda-beda dari pemuda/pemudinya dan kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. (3) Manfaat yang dialami pemuda serta masyarakat yaitu mendapatkan manfaat positif dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian. Manfaat yang dialami pemuda mencakup 3 aspek, yang meliputi a) ideologi yaitu pemuda memiliki prinsip atau visi dan misi sebagai pedoman pelaksanaan programnya, b) pendidikan yaitu mereka memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kesenian jathilan dan berinteraksi antar sesama, dan c) ekonomi yaitu mereka mampu menghasilkan pendapatan sebagai tambahan pemasukan bagi anggota karang taruna itu sendiri melalui program mereka di bidang kesenian, yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Kata Kunci: Partisipasi Pemuda, Program Karang Taruna, Kesenian

vii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Kerajinan Tangan Rumput Aji Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Dusun Tanjunggunung Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah berkenan mengizinkan saya dalam menyelesaikan studi dan memberi kemudahan di dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan semangat dan doa kepada saya. 3. Bapak Aloysius Setya Rohadi, M. Kes., selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan arahan-arahan dan kesabaran dalam membimbing saya. 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

viii

5. Kepala

Desa

Tanjungharjo,

pengurus

dan

anggota

Karang

Taruna

Tanjungharjo serta masyarakat yang telah memberikan kemudahan dalam saya menyusun dan menyelesaikan skripi ini. 6. Ayah, Ibu, Kakak Ardy, dan Teguh Hermawan, atas doa, dukungan, bantuan moral/materi, kasih sayang dan waktunya disela-sela kesibukannya. 7. Sahabat-sahabatku Wuri, Dila, Ika, Rima, dan Tyas, atas do’a dan dukungannya. 8. Teman-teman

PLS

angkatan

2011

yang

telah

memberikan

banyak

pembelajaran hidup selama di kampus. 9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam penyelesaian studi dan skripsi ini. Semoga bantuan, doa, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Inilah yang dapat penulis berikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi rekan-rekan Pendidikan Luar Sekolah, dan para pembaca.

Yogyakarta, 24 September 2015

Penulis

ix

DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL............................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................ii SURAT PERNYATAAN...................................................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................iv MOTTO................................................................................................................................v PERSEMBAHAN...............................................................................................................vi ABSTRAK.........................................................................................................................vii KATA PENGANTAR......................................................................................................viii DAFTAR ISI........................................................................................................................x DAFTAR TABEL..............................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR........................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1 B. Identifikasi Masalah........................................................................................................6 C. Batasan Masalah.............................................................................................................7 D. Rumusan Masalah...........................................................................................................8 E. Tujuan Penelitian............................................................................................................8 F. Manfaat Penelitian..........................................................................................................9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori .................................................................................................................10 1. Kajian tentang Partisipasi ....................................................................................... 10 2. Kajian tentang Pemuda .......................................................................................... 18 3. Kajian tentang Karang Taruna ................................................................................ 24 4. Kajian tentang Kesenian ......................................................................................... 34 5. Kajian Tentang Kesenian Jathilan...........................................................................40 B. Kerangka Berfikir ........................................................................................................ 46 C. Pertanyaan Penelitian................................................................................................... 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian .................................................................................................. 50 B. Subjek Penelitian ......................................................................................................... 51 x

C. Setting Penelitian ......................................................................................................... 51 D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 52 E. Instrument Penelitian ...................................................................................................56 F. Teknik Analisis Data ....................................................................................................56 G. Keabsahan Data ...........................................................................................................58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................................60 1. LetakGeografisdanKondisiUmumLokasiPenelitian................................................60 2. Luas Desa Tanjungharjo..........................................................................................60 3. Jumlah Penduduk.....................................................................................................61 B. Deskripsi Lembaga.......................................................................................................62 1. Sejarah Berdirinya Lembaga...................................................................................62 2. Lokasi dan Keadaan Lembaga.................................................................................64 3. Visi dan Misi Lembaga............................................................................................65 4. Tujuan dan Sasaran Lembaga..................................................................................66 5. Program Karang Taruna Tanjungharjo....................................................................67 6. Keanggotaan Karang Taruna Tanjungharjo.............................................................71 7. Legalitas Lembaga...................................................................................................72 8. Jaringan Kerjasama..................................................................................................73 C. Data dan Hasil Penelitian..............................................................................................73 1. Partisipasi Pemuda...................................................................................................73 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat.............................................................79 3. Manfaat yang Dialami Pemuda dan Masyarakat.....................................................88 D. Pembahasan...................................................................................................................98 1. Partisipasi Pemuda...................................................................................................98 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat...........................................................102 3. Manfaat yang Dialami Pemuda dan Masyarakat...................................................107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................................................110 B. Saran...........................................................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................113 LAMPIRAN.....................................................................................................................115 xi

DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................55 Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Tanjungharjo .....................................................61 Tabel 3. Susunan Pengurus Karang Taruna Tanjungharjo.....................................72

xii

DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1 Kerangka Berpikir .................................................................................49 Gambar 2 Struktur Organisasi Karang Taruna Tanjungharjo ................................72

xiii

DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1 Pedoman Observasi ..........................................................................116 Lampiran 2 Pedoman Wawancara .......................................................................117 Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi .....................................................................126 Lampiran 4 Catatan Lapangan .............................................................................127 Lampiran 5 Analisis Data……………………………………………………….134 Lampiran 6 Dokumentasi.....................................................................................148 Lampiran 7 Daftar Anggota..........................……………………………….......151 Lampiran 8 Akte Pendirian Group Kesenian.......................................................153 Lampiran 9 Surat-surat Penelitian........................................................................154

xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalan sejarah bangsa Indonesia generasi demi generasi saling bergantian secara teratur, seakan-akan ada yang mengatur dan selalu dipelopori pemuda, khususnya pemuda yang lahir dari kampus menjadi pelopor pembaharuan. Kita mengenal generasi BO (Budi Oetomo) yang dipelopori pemuda Sutomo dan kawan-kawan yang berpusat di Stovia. Kemudian disusul oleh generasi “28” atau generasi Sumpah Pemuda yang juga dipelopori pemuda kampus. Kemudian disusul generasi “45” yang juga dipeloporo pemuda kampus Prapatan dan Menteng yang tidak terlepas dari kelompok generasi muda cendekiawan, khususnya pergutuan tinggi di Jakarta dan Bandung. Akhirnya setelah satu generasi berlalu, timbul generasi baru yang dikenal dengan angkatan “66” yang juga tidak terpisahkan dengan gerakan mahasiswa, baik di kampus Bandung maupunJakarta yang merupakan pelopor Orde Baru. Setelah era Soekarno lewat diganti oleh Soeharto yang merupakan wakil Angkatan “45”, pada saat direbutnya kemerdekaan serta pada masa perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan, tokoh pemuda dan para pemuda banyak terlihat dan berperan didalamnya. Bagaimana pula peran generasi muda pada rnasa kini dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia, sadar atau tidak bahwa didalam diri generasi muda, terdapat berbagai masalah baik yang diakibatkan oleh faktor dari generasi muda itu sendiri maupun faktor dari luar dirinya yang dapat menghambat proses

1

usaha dalam memikul tugas dan tanggungjawab pemuda sebagai generasi penerus dan kader pembangunan bangsa (Sudiyo: 2002). Berbagai permasalahan tersebut mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan diri pemuda, hal ini dikemukakan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak dan Remaja (1978 :37) disebutkan antara lain: 1) tidak seimbangnya jumlah anak dan remaja atau generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, 2) cukup besarnya jumlah anak dan remaja yang berhenti sekolah dan anak atau remaja yang tidak sekolah, dan 3) kekurangan atau terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi pemuda dan jumlah pengangguran dikalangan generasi muda yang semakin mengkhawatirkan. Melihat permasalahan yang dihadapi pemuda di atas, maka perlu adanya suatu usaha yang nantinya akan dapat membantu pemuda yang bermasalah ini dalam memecahkan masalahnya, yang mana usaha tersebut memerlukan suatu wadah untuk membina dan mengarahkan pemuda tersebut, pelaksanaan pembinaan tersebut merupakan tugas dan kewajiban aparat pelaksana baik dari tingkat pusat maupun daerah yang sesuai dengan bidangnya, yang diterjemahkan ke tengah masyarakat terutama dalam pemberian bantuan dan bimbingan yaitu dengan membentuk suatu organisasi yang nantinya akan menjadi wadah pembinaan pemuda tersebut terkhususnya di pedesaan. Salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yaitu melalui organisasi pemuda. Seiring dengan perkembangan zaman

2

organisasi pemuda juga mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dengan

berdirinya

organisasi-organisasi

pemuda

seperti

yang

dikemukakan oleh Purba (2000: 4) yaitu: Organisasi Karang Taruna, Organisasi Pemuda Pancasila (PP), Organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK), Organisasi Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), dan lain-lain. Pada dasarnya keberadaan organisasi-organisasi pemuda tersebut dimaksudkan untuk menjadi wadah penempatan diri para pemuda dalam rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenar-benaraya di tengahtengah masyarakat, dan juga sebagai wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda. Karang taruna merupakan salah satu organisasi pemuda yang tidak asing lagi karena merupakan wadah yang telah memiliki misi untuk membina generasi muda khususnya di pedesaan. Dalam bidang kesejahteraan sosial, karang taruna sebagai organisasi sosial masyarakat di pedesaan akan ditingkatkan fungsi dan perannya agar dapat menghimpun menggerakkan dan menyalurkan peranserta generasi muda dalam pembangunan. Selain mewujudkan kesejahteraan sosial di desa atau kelurahan, karang taruna berfungsi mengembangkan potensi kreativitas generasi muda agar secara terarah generasi muda di pedesaan membina dirinya sebagai pendukung pembangunan pedesaan. Dari pengamatan di beberapa desa khususnya Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta masih dijumpai pemuda dan pemudi yang belum dapat menggunakan waktu dan

3

menyalurkan bakatnya dengan baik dan sesuai. Mereka cenderung lebih senang melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat terutama pemudanya, dimana mereka sebagian sudah mulai mencoba untuk mengkonsumsi narkoba dan minuman keras sehingga permasalahan ini sangat mengkhawatirkan

untuk

kelangsungan

hidup

rnereka

kelak

dan

meresahkan keadaan lingkungan desa tersebut. Hal tersebut terlihat pada peran serta atau partisispasi pemuda di Desa Tanjungharjo yang di rasa masih kurang. Dari observasi yang telah dilakukan, pemuda di Desa Tanjungharjo yang berusia 15 - 30 tahun berjumlah kurang lebih 300 orang. Akan tetapi yang aktif dalam kegiatan Karang Taruna Tanjungharjo secara umum hanya sekitar 70 orang. Sebagian besar pemuda dan pemudi adalah pelajar SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, tetapi banyak juga yang sudah bekerja dan menikah. Sehingga, yang masih aktif dalam kegiatan karang taruna sebagian besar adalah pemuda/pemudi yang masih pelajar. Sebagian generasi muda di Desa Tanjungharjo meniru dari apa yang mereka lihat yaitu gaya hidup yang modern yang hal ini didukung oleh kemajuan teknologi yang menyajikan berbagai informasi baik yang bersifat lokal maupun internasional, dimana informasi tadi bisa diperoleh lewat berbagai media salah satunya yaitu televisi melalui tayangantayangan yang menyajikan adegan-adegan kekerasan dan pornografi. Dimana tayangan televisi ini tidak hanya bisa dinikmati di kota akan tetapi dapat juga dinikmati di pedesaan. Hal inilah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

generasi

muda,

4

mereka

tidak

diimbangi

dengan

pengetahuan akan dampak daripada informasi yang mereka dapatkan melalui televisi. Untuk itulah mereka ini seharusnya mendapat suatu penjelasan dan bimbingan serta pengarahan agar bisa memanfaatkan waktu untuk berpartisipasi pada hal yang lebih berguna yang nantinya akan menjadikan mereka generasi yang tangguh, terampil, berakhlak dan bertakwa serta bertanggungjawab dan dapat diandalkan di tengah masyarakat bangsa dan negara dan mempunyai perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Hal tersebut bisa diwujudkan melalui suatu wadah yaitu yang berperan untuk membina mereka yaitu melalui wadah organisasi karang taruna yang terdapat di pedesaaan. Untuk mencegah berkembangnya hal-hal negatif pada kalangan pemuda, maka kelompok pemuda dan pemudi di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo menciptakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian kebudayaan Indonesia khususnya di bidang kesenian. Paguyuban

kesenian

Jathilan

Kudo

Wiromo

adalah

organisasi

kepemudaan yang bergerak dibidang kesenian yang terbentuk pada tahun 1998. Pada saat ini organisasi tersebut beranggotakan 42 orang yang terdaftar sebagian besar adalah pemuda Dusun Turus serta beberapa pemuda Desa Tanjungharjo dari dusun lain yang menyukai jathilan. Hubungan antara pemuda dengan kelompok karang tarunanya ini adalah mereka sebagai pengelola dan anggota. Selain itu, mereka juga berperan sebagai penggerak dalam program yang mereka miliki di bidang kesenian tersebut diatas. Merekalah yang merencakan, melaksanakan, dan

5

mengevaluasi kegiatan program yang mereka miliki ini. Sehingga, sejak tahun berdirinya Jathilan Kudo Wiromo hingga saat ini masih diminati masyarakat. Dan oleh karena tuntutan modernisasi jathilan khususnya dalam kreasi musik, maka jathilan di Desa Tanjungharjo ini ingin melakukan pengadaan gamelan atau alat musik dan perlengkapan lainnya yang dirasa masih kurang. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan dapat memacu generasi muda dalam kesenian khususnya jathilan ke arah usaha yang lebih baik untuk kelompok pemuda/pemudi di Desa Tanjungharjo. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik perhatian peneliti untuk membahas dan meneliti lebih lanjut lagi kedalam sebuah skripsi dengan judul "Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna di Bidang Kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo”. Dengan judul ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang muncul di dunia pemuda Indonesia tentang pentingnya partisipasi pemuda dalam program karang taruna serta mampu mengankat karang taruna tersebut sebagai wahana pengembangan karakter yang berbasis komunitas. B. Identifikasi Masalah Setiap pelaksanaan penelitian selalu bertitik tolak dari masalah yang dihadapi dan yang perlu dipecahkan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam penelitian ini, penulis perlu menentukan identifikasi

6

masalah agar jangan terbawa kedalam sekian banyak data yang ingin diteliti yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tentang masalah yang diteliti, maka perlu diidentifikasi masalah yang terkait yaitu: 1.

Adanya pemuda dan pemudi yang belum dapat menggunakan waktu luang mereka dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti kegiatan karang taruna.

2.

Kurangnya partisipasi pemuda dan pemudi dalam pelaksanaan kegiatan kepemudaan, khususnya dibidang kesenian.

3.

Kurangnya penjelasan dan bimbingan serta pengarahan kepada pemuda/pemudi agar bisa memanfaatkan waktu untuk berpartisipasi pada hal yang lebih berguna, misalnya mengikuti program karang taruna.

4.

Kurangnya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan pada organisasi di bidang kesenian yaitu Paguyuban Jathilan, sehingga tidak seimbangnya jumlah anak dan remaja/generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia.

C. Batasan Masalah Dari beberapa permasalahan generasi muda yang ada di masyarakat sekarang, maka dalam penelitian ini lebih difokuskan tentang “Partisipasi Pemuda Dalam Program Karang Taruna di Bidang Kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo”,

7

mengingat partisipasi pemuda dalam seluruh kegiatan atau program karang taruna sangatlah penting bagi perkembangan pemuda itu sendiri baik dari segi kematangan intelektual maupun kematangan kemampuan emosional melalui pendidikan berbasis komunitas masyarakat. D. Rumusan Masalah Dari batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna desa di bidang kesenian dilihat dari aspek pengelolaan program di Desa Tanjungharjo? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? 3. Bagaimana manfaat yang dialami pemuda dan masyarakat dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna desa di bidang kesenian dilihat dari aspek pengelolaan program di Desa Tanjungharjo.

8

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang Kesenian di Desa Tanjungharjo. 3. Untuk mengetahui manfaat yang dialami pemuda dan masyarakat dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian dan penemuan dilapangan nantinya, diharapkan akan dapat diambil beberapa manfaat antara lain: 1. Bermanfaat bagi Perguruan Tinggi yaitu sebagai bahan kajian atau sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa terutama jurusan PLS-FIP Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Sebagai data yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemuda/pemudi agar dapat meningkatkan partisipasinya dalarn program Karang Taruna. 3. Untuk rnemperluas wawasan pemikiran penulis tentang peran pemuda dalam program karang taruna dimasa yang akan datang.

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Kajian Tentang Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk

terlibat

dalam

pengambilan

keputusan

di

setiap

penyelenggaraan pemerintah. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yakni: to participate yang berarti ikut serta, mengambil bagian atau terkadang juga sebagai berperan serta. Menurut Ach. Wazir Ws., dkk. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama. Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

10

Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu: 1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan; 2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan; 3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri; 4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu; 5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial; 6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154155) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat

akan

lebih

mempercayai

proyek

atau

program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

11

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih

panjang.

Adapun

prinsip-prinsip

partisipasi

tersebut,

sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif

yang disusun oleh

Department

for

International

Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah: 1) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan. 2) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

12

3) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. 4) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi. 5) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkahlangkah selanjutnya. 6) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain. 7) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. b. Faktor-faktor Timbulnya Partisipasi Beberapa paradigma dalam menganalisis faktor timbulnya partisipasi, dalam hal ini diantaranya Herbert Blumer berpendapat

13

bahwa “respon aktor baik langsung maupun tidak,selalu didasarkan atas penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan”. Hal ini dipertegas oleh K. Sunarto yang mengatakan bahwa tindakan seseorang didahaului oleh suatu tahapan penilaian dan pertimbangan untuk memperoleh makna atas objek tindakan (Siti Irene, 2011: 57). Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi anggota masyarakat terjadi karena: 1) Takut atau terpaksa Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut, biasanya akibat adanya perintah kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melakukan rencana yang telah ditentukan. 2) Ikut-ikutan Partisipasi yang dilakukan karena adanya dorongan solidaritas yang tinggi diantara sesama anggota masyarakat desa. Apalagi jika keterlibatan dalam suatu kegiatan dimulai oleh pemimpin mereka, sehingga keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati sendiri melainkan wujud kebersamaan saja yang sudah merupakan kondisi sosial budaya masyarakat desa. 3) Kesadaran Partisipasi yang timbul karena kehendak dari individu anggota masyarakat. Partisipasi atas dasar kesadaran ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani diri sendiri (Khairuddin, 1992: 126).

14

Dalam hal ini George Homans menitikberatkan pada aspek psikologis dan motivasi, serta menilai bahwa tindakan sosial didasarkan pada empat proporsi, yaitu (a) proporsi keberhasilan: semakin positif respon yang diterima, semakin sering tindakan tersebut dilakukan, (b) proporsi stimulus: jika ada kesamaan stimulus yang menguntungkan, maka semakin besar pengulangan tindakan, (c) proporsi nilai: semakin bermakna hasil yang diterima, semakin sering tindakan tersebut diulangi, (d) proporsi berjenuh-kerugian: semakin sering menerima respon yang istimewa, maka respon tersebut semakin berkurang nilainya (Siti Irene, 2011: 57). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell (dalam Ross, 1997: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor

yang

mempengaruhi

kecenderungan

seseorang

dalam

berpartisipasi, yaitu: 1) Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada.

15

Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya. 2) Jenis kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik. 3) Pendidikan Dikatakan

sebagai

salah

satu

syarat

mutlak

untuk

berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. 4) Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang

akan

menentukan

berapa

penghasilan

yang

akan

diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk

16

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian. 5) Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. d. Bentuk Partisipasi Menurut Effendi dalam Siti Irene (2011: 58), partisipasi dapat dibagi menjadi dua yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lainnya, dalam hubungan dimana masyarakat pada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Adapun partisipasi horizontal merupakan dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Keith

Davis

dalam

Ibrahim

Surotinojo

(2006:

6)

mengklasifikasikan partisipasi ke dalam 4 bentuk yaitu: 1) Pertisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

17

2) Partisipasi

harta

benda

adalah

partisipasi

dalam

bentuk

menyumbang harta benda, biasanya alat-alat atau perkakas. 3) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. 4) Partisipasi ketrampilan adalah memberikan dorongan melalui ketrampilan yang dimiliki kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. 2. Kajian Tentang Pemuda a. Pengertian Pemuda Berbicara mengenai dinamika pemuda atau remaja, adalah dengan melihat perkembangan tingkah laku pemuda atau remaja, perkembangan yang lebih terarah dapat dipergunakan pada tujuantujuan hidupnya kelak. Akan tetapi, sifat yang dinamis itu dapat menemukan penghalang yang mengakibatkan adanya tingkah laku, di luar kehormatan atau bersifat pathologis. Pandangan ini mengandung pengertian bahwa tingkah lakunya dapat dibina dan dituntun kearah perkembangan yang dianggap paling bernilai di dalam masyarakat. b. Pemuda atau Remaja Sebagai Aspek Kultural dan Individual Konsepsi yang lebih bersifat politis di Indonesia pada umumnya menentukan batas umur pemuda (misalnya dalam organisasi gerakan pemuda) antara 15 sampai 35 tahun, hingga 40 tahun. Akan tetapi konsepsi serupa ini akan membawa kita lebih maju

18

dalam usaha memahami pemuda dari sudut perkembangannya. Untuk periodisasi perkembangan itu secara psikologis pedagogis diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain. Sifat-sifat permulaan dalam periodeperiode tersebut diatas adalah munculnya keinginan menunjukan sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang, yang sebenarnya sifatsifat tersebut pada permulaan hanya merupakan sifat

yang

demonstratif untuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan yang belum dikenalnya. Sikap-sikap ini kemudian menjadi sempurna setelah ia dapat menemui dirinya sendiri, menemui harga kehidupan dan membuat percobaan dengan harga ini serta hasrat untuk segera masuk ke dalam masyarakat dan mengenal kebudayaan. Pada masa ini anak muda berusaha nmendapatkan status sebagai manusia, ada kecenderungan untuk berusaha ke arah mansipasi dengan melepaskan tarafkekanakkanakan dimana ia senantiasa harus tunduk kepada kehendak orang tua, karena dianggap rendah dalam umur, pengalaman, dan kecakapan. Perekembangan yang besar secara physis, intelektual, dan emosional memberikan kepadanya dasar-dasar yang kuat untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam banyak lapangan, yang menjadi daya kritis dengan semakin banyak minat kepada soalsoal teoritis. Semakin berkembang pengertian serta penghargaan nilainilai semakin terbentuklah pandangan hidup serta cita-cita yang ingin dikejarnya dengan disertai kegiatan-kegiatan sosial, yang kini tidak

19

lagi terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah. Dalam periode masa muda, sifat-sifat yang berani bertambah dengan sifat-sifat yang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis. Remaja adalah masa kemtangna dan kedewasaan. Masa ini merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan manusia. Anak muda mempunyai tingkat emosional yang sangat tinggi serta mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang didengar dan disaksiakan. Oleh karena itu, krisis remaja pada saat ini lebih kompleks dan lebih rawan. Harapannya adalah pada masa mendatang mereka akan menjadi tiang masyarakat dan memegang tanggungjawab di dalamnya. Remaja adalah pemindah warisan dan kejayaan dari generasi tua ke para remaja atau dari bapak ke cucu. Kalau suatu masyarakat merasa rugi karena generasi mudanya telah rusak, maka masyarakat itu telah kehilangan eksistensinya. c. Permasalahan Pemuda atau Remaja 1) Krisis sosial atau Lingkungan Linkungan sosial remaja sangat mempengaruhi pembentukan jiwa, tujuan, prinsip, dan sebagainya. Apabila linkungan telah mengajarkan mereka untuk berbuat menyimpang, maka perbuatan menyimpang tersebut akan menjadi suatu kebiasaan. Dan apabila lingkungan mengajarkan mereka untuk berbuat baik maka mereka tidak akan terbiasa dan tidak akan bisa untuk berbuat yang menyimpang. Sehingga sangat kecil kemungkinan bagi mereka yang

20

telah diajarkan oleh lingkungannya tentang menghadapi kerasnya hidup yang pernah menjadi masalah, dan menyelesaikannya untuk lari dari masalah mereka (frustasi) dan berakibat melakukan aktivitas yang terlarang, seperti mengkonsumsi minuman keras dan narkoba sebagai pelariannya. Karena mereka terlalu tegar untuk dirapuhkan. 2) Krisis iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Keimanan

dan

ketaqwaan

seorang

remaja

sangat

mempengaruhi jalan pikiran, tujuan prinsip dan perilaku mereka. Remaja yang selalu beribadah tetapi imtaqnya kurang maka remaja itu masih mudah rapuh. Berbeda dengan remaja yang beribadah dengan ikhlas dan memilih kualitas imtaq yang lebih tinggi, dia akan memiliki pengendali diri (self controlling) yang kuat menahan dirinya untuk tidak terjerumus pada narkoba, karena dengan imtaqnya dia akan menjadi tegar dan berpondasi kuat. 3) Interaksi Sosial Menjelang Dewasa Persoalan-persoalan yang penting dalam pertumbuhan seorang pemuda atau remaja menjelang dewasa adalah: a) Pemuda Secara Pribadi dan Masalah Penyesuaian Mengenai soal-soal penyesusaian, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa perubahan syarat-syarat hidup itu selalu meminta kemampuan dari setiap individu untuk menyesuaikan diri sehingga masalah penyesuaian diri menjadi satu masalah yang serius bagi manusia yang tengah berkembang itu.

21

Dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan mereka, minat-minat tertentu dapat dikembangkan dan minat-minat yang lain dapan diadakan bahkan dapat mengambil minat-minat yang baru pula. Nampaknya ada hubungan antara jenis-jenis minat dengan taraf kematangan seseorang. Pada masa awal, minat umumnya bersifat sangat pribadi dalam arti kata berpusat pasa Aku seorang remaja. Tetapi kemudian akan tampak bahwa dengan semakin dewasa, minat akan berkembang ke arah sifat sosial. Hal ini tampak baik di kalangan pemuda-pemuda di luar negeri yang memiliki sifat kebudayaan yang berlainan. Minat bergantung pada pengalaman tetapi tidak ditentukan olehnya saja, sebab sifat-sifat pribadi ikut pula menentukan perkembangannya bahkan dapat mempengaruhi minat seseorang. b) Pemuda atau Remaja di Persimpangan Jalan Makin hari makin ramai dibicarakan orang tentang gejala meningkatnya kenakalan atau kejahatan remaja. Sebagian cenderung menyalahkan sekolah yang gagal menjalankan fungsinya, sebagian lagi menyalahkan orang tua (terutama dari apa yang disebut golongan “elite”), sebagian lagi menyalahkan kebudayaan Barat, bahkan ada pula yang menyalahkan pemuda itu sendiri. Bilamana dapat diketahui dengan lebih pasti jumlah dan jenis kenakalan atau kejahatan yang dilakukan oleh para remaja, kita akan lebih tertegun. Secara populer terdapat pendapat bahwa para pemuda yang tergolong nakal pada umumnya adalah pemuda-pemuda yang

22

bertingkat inteligensi rendah. Tetapi penyelidikan-penyelidikan tidak membuktikan kebenaran pendapat tersebut. Kejahatan kanak-kanak terdapat di kalangan pemuda yang berinteligensi agak rendah maupun di kalangan pemuda yang memiliki inteligensi cukup tinggi. Penyelidikan tersebut selanjutnya tidak dapat membenarkan pendapat bahwa memang memang terdapat jenis kelompok manusia tertentu yang mempunyai sifat-sifat jahat. Akan tetapi, di dalam kenyataan sehari-hari memang dapat terjadi bahwa kasus-kasus yang dihadapi oleh petugas-petugas hukum dan oleh para pendidik akan banyak terdiri dari mereka yang tidak tergolong cerdas. Di dalam keadaan serupa ini, adalah tugas masyarakat untuk menyusun rencana-rencana kegiatan “lingkungan ketiga” (yaitu di dalam masyarakat sendiri, sesudah keluarga dan sekolah)yang bernilai edukatif dan rekreatif. Banyak kegiatan sosial yang dapat dilakukan oleh para pemuda, dan yang akan dilakukan oleh mereka dengan kegairahan bilamana saja penyususnan program itu benar-benar berorientasi pada tahap-tahap perkembangan pemuda. Organisasi pecinta alam, organisasi kepanduan, kegiatankegiatan ilmiah regu-regu kesejahteraan sosial, olahraga dan kesenian, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang ternyata selalu menarik perhatian

mereka

untuk

dijadikan

bidang-bidang

membentuk pribadi dan menemukan identitas mereka.

23

eksplorasi

3. Kajian Tentang Karang Taruna a. Pengertian Karang Taruna Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah

24

berusia mulai 17 - 35 tahun (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Karang taruna pada hakekatnya adalah wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda demi terwujudnya kesejahteraan generasi muda. Berarti Karang Taruna mengemban misi tulus, ikhlas dan penuh rasa manusiawi dalam upaya mengatasi segala bentuk permasalahan generasi muda. Sehingga peranan karang taruna senantiasa dibutuhkan kapanpun, di manapun demi terwujudnya masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda, bangsa dan negara dan seluruh masyarakat Indonesia. Uraian di atas relevan dengan pengertian yang telah digariskan dalam keputusan Kanwil Depsos Provinsi Sumatera Utara (1984: 9) yaitu: Karang Taruna adalah Wadah pembinaan dan Pengembangan Generasi muda, yang tumbuh atas kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa atau kelurahan, bergerak terutama dalam bidang kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial. Berpedoman pada pengertian di atas maka sudah jelas apa itu Karang taruna, yaitu: 1) Wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda. Keberadan

suatu

wadah

bagi

pembinaan

dan

pengembangan generasi muda dapat menimbulkan masalah besar bagi

25

generasi muda, bangsa dan negara. Sebab salah satu masalah yang cukup memprihatinkan bagi generasi muda adalah masalah tentang penyaluran potensi generasi muda dalam suatu. Wadah dan banyaknya waktu yang terbuang secara sia-sia tanpa ada manfaatnya. Melihat kenyataan yang demikianlah sehingga muncullah Karang Taruna yang bertekad akan memikul sebagian tanggungjawab dan tugas membina dan mengembangkan generasi muda. Salah satu yang melatar belakangi lahirnya karang taruna adalah mengatasi masalah sosial yang dihadapi generasi muda. 2) Tumbuh atas kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial. Karang Taruna bukanlah pengemis dan tidak bermental lemah karena generasi muda yang membentuknya bukanlah orang-orang yang berprofil seperti itu. Dengan demikian motif untuk tumbuh bagi Karang Taruna haruslah diprakarsai dari bawah, seiring dengan itulah Pemerintah harus ikut andil untuk membina dan mengembangkannya. Idealnya memang demikian jika mengharapkan Karang Taruna yang mandiri, penuh tanggungjawab, ulet dan tangguh serta handal. 3) Bergerak terutama dalam bidaig kesejahteraan sosial. Karang taruna terutama bergerak dalam bidang kesejahteraan sosial, berarti Karang Taruna berstatus non politik, walaupun pada dasanya pendidikan politik dibenkan dalam upaya pembinaan generasi muda, tetapi bikan untuk mengajak generasi muda berpolitik,

26

melainkan agar generasi muda tahu, paham dan mengerti akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari. 4) Secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial. Karang taruna adalah wadah yang bergerak dalam bidang kesejahteraan sosial secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial namun bukan berarti departemen lain tidak ikut ambil bagian. Hubungan instansi terkait senantiasa dibutuhkan. Peranan pemerintah dan departemen sosial hanya pada batas-batas yang tidak memungkinkan untuk ditempuh oleh karang taruna karena alat dan kemampuan tidak dimiliki oleh karang taruna. Seperti karang taruna memberikan pengarahan dan penyuluhan mengenai bahaya pemakaian narkoba dan pengarahan mengenai kegiatan-kegiatan keolahragan dan ketrampilan. Karang

taruna

berkedudukan

di

desa/kelurahan

yang

anggotanya berusia 17-40 tahun dengan sistem keanggotaan menganut stelsel pasif, dalam arti seluruh generasi muda dalam lingkungan desa atau kelurahan adalah anggota karang taruna yang selanjutnya disebut warga Karang taruna, namun ada yang aktif dan ada yang pasif. Semua anggota karang taruna memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan asal keturunan, suku, jenis kelamin, kedudukan sosial dan Agama.

27

b. Sejarah Singkat Karang Taruna Karang Taruna untuk pertama kalinya lahir pada tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu, Jakarta. Dalam perjalanan sejarahnya, Karang Taruna telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai

upaya

untuk

turut

menanggulangi

masalah–masalah

Kesejahteraan Sosial terutama yang dihadapi generasi muda dilingkungannya,

sesuai

dengan

kondisi

daerah

dan

tingkat

kemampuan masing-masing. Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian, kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan (pengajian) dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, tidak sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya, dari waktu ke waktu kegiatan Karang Taruna telah mengalami perkembangan sampai pada sektor Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang membantu membuka lapangan kerja/usaha bagi pengangguran dan remaja putus sekolah. Pada masa Pemerintahan Orde Baru, nama Karang Taruna hanya diperuntukkan bagi kepengurusan tingkat desa atau kelurahan serta Unit/Sub Unit saja (tingkat RT/RW). Sedangkan kepengurusan tingkat Kecamatan sampai Nasional menggunakan sebutan Forum Komunikasi Karang Taruna (FKKT), hal tersebut diatur dalam

28

Kepmensos No. 11/HUK/1988. Krisis Moneter yang melanda bangsa ini tahun 1997 turut memberikan dampak bagi menurunnya dan bahkan terhentinya aktivitas sebagian besar Karang Taruna. Saat dilaksanakan Temu Karya Nasional (TKN) IV tahun 2001 di Medan, disepakatilah perubahan nama menjadi Karang Taruna Indonesia (KTI). Oleh karena masih banyaknya perbedaan persepsi tentang Karang Taruna maka pada TKN V 2005 yang diselenggarakan di Banten tanggal 10-12 April 2005, Namanya dikembalikan menjadi Karang Taruna. Ketetapan ini kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Dengan dikeluarkannya Permensos ini diharapkan tidak lagi terjadi perbedaan penafsiran tentang Karang Taruna, dalam arti bahwa pemahaman tentang Karang Taruna mengacu kepada Peraturan Menteri Sosial tersebut. Keberadaan Karang Taruna dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama ini, bertumpu pada landasan hukum yang dimiliki, yang terus diperbaharui sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masalah kesejahteraan sosial serta sistem pemerintahan yang terjadi. Sampai saat ini, landasan hukum yang dimiliki Karang Tarunaadalah Keputusan Menteri Sosial RI No. 13/HUK/KEP/l/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna, Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang GBHN yang menempatkan Karang Taruna sebagai wadah Pembinaan

29

Generasi Muda, serta Keputusan Menteri Sosial RI No. 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Pendirian dan pengorganisasian Karang Taruna sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Peningkatan peranan karang taruna sejak pertumbuhannya dari tahun 1960 telah semakin nampak, dimulai dengan kegiatan rekreatif dan pelatihan sampai saat ini telah mengarah kekegiatan produktif serta kegiatan usaha kesejahteraan sosial lainnya Anggota Karang Taruna adalah pemuda berusia 17 sampai dengan 45 tahun. Karang Taruna merupakan pilar partisipasi masyarakat

sebagai

wadah

pembinaan

pembangunan

dan

pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial. Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah desa atau kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada.

30

Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari desa atau kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa

yang akan datang. Karang Taruna

beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun.Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, advokasi, keagamaan dan kesenian. Organisasi karang taruna adalah organisasi yang berada di lingkungan penduduk dalam lingkup satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga, pengurusnya terdiri dari para pemuda pemudi yang berada di lingkungan itu. Dahulu, organisasi karang taruna sangat berpengaruh dan terasa guyub dalam menghidupkan kegiatan dan aktivitas warga, misalnya gotong royong dalam hal kebersihan setiap hari minggu pagi, arisan warga, Menanam pohon pohon dirumah masing masing, kegiatan memperingati acara acara hari besar juga pengadaan

31

pengajian serta olahraga bersama dalam satu lingkup Rukun Tetangga atau Rukun Warga tersebut. c. Tujuan dan Fungsi Karang Taruna Organisasi yang ideal pada hakikatnya memiliki tujuan dan fungsi yang telah digariskan dalam anggaran dasarnya. Tujuan dan fungsi berguna sebagai pemandu dan pengendali segala aktifitas yang hendak dilaksanakan. Karang taruna sebagai organisasi sosial yang bermisikan kesejahteraan sosial sudah barang tentu memiliki tujuan dan fungsi yang harus dicapai dandiembannya. Dengan demikian segala aktifitas karang taruna harus berdasarkan dan harus relevan dengan tujuan dan fungsi yang telah digariskan dalam anggaran dasarnya. Dalam pedoman dasar karang taruna tujuan karang taruna (1984: 10) adalah: Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa atau kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia, manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah-masalah kesejahteraan

sosial

dilingkungannya

melalui

usaha-usaha

pengembangan sosial. Misi utama karang taruna adalah dalam bidang kesejahteraan sosial dengan fokus pertama memperhatikan kesejahteraan generasi muda. Dimana dengan terwujudnya kesejahteraan generasi muda akan membawa dampak positif, generasi muda akan semakin termotivasi

32

untuk memacu semangat, partisipasi, dedikasi dan tanggungjawabnya dalam memajukan lingkungannya. Kesejahteraan generasi muda yang dimaksudkan dalam hal ini adalah seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 6/1974 mengenai kesejahteraan sosial yaitu: Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi olah rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin yang memungkinkan bagi setiap warganegara, keutuhan jasmaniah bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial karang taruna mempunyai tugas pokok bersama-sama

pemerintah

menanggulangi

masalah-masalah

kesejahteraan sosial baik secara preventif, rehabilitatif maupun pengembangan serta mengarahkan pembinaan dan pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. Setiap karang taruna melaksanakan fungsi antara lain : 1) Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial. 2) Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat. 3) Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda dilingkunggannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.

33

4) Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya. 5) Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda. 6) Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7) Pemupukan

kreatifitas

generasi

muda

untuk

dapat

mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan

mendayagunakan

segala

sumber

dan

potensi

kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya. 8) Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi social bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial. 9) Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan

dengan

berbagai

sektor

lainnya.

(http://karangtarunajakamuara.blogspot.com/).

4. Kajian Tentang Kesenian Ada beberapa pengertian kesenian menurut para ahli. Pengertian Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos

34

berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu. Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta). (http://www.ejurnal.com/2013/11/pengertian-kesenian-menurut-ahli.html). Segala bentuk hasil karya manusia didunia ini tentunya selalu mengalami bentuk perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu, karena tidak akan mungkin karya manusia terjadi begitu saja dan

35

sampai disitu saja. demikian pula halnya dengan karya seni yang dibuat oleh manusia. Tentunya karya seni akan berawal dari bentuk karya yang paling sederhana dengan bahan yang sederhana pula. dan karya seni tersebut akan mengalami perkembangan menjadi lebih baik sesuai

dengan

jamannya.

Berikut

akan

dijelaskan

mengenai

perkembangan hasil karya seni manusia dari jama primitif sampai jaman modern. a. Seni Primitif Seni primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal ini berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan. Mereka menghuni goa-goa, hidup berpindah-pindah (nomaden) dan pekerjan berburu binatang. Di bidang kesenian, karya seni yang dihasilkan juga sangat sederhana, namun memiliki nilai tinggi sebagai ungkapan ekspresi mereka. Peninggalan karya seni yang dihasilkan berupa lukisan binatang buruan, lukisan cap-cap tangan yang terdapat pada dinding goa, seperti pada dinding goa Leang-leang di Sulawesi Selatan, goa-goa di Irian Jaya, dan pada dinding goa Almira Spanyol. Selain karya lukisan, terdapat juga hiasan-hiasan pada alat-alat perburuan mereka yang berupa goresan-goresan sederhana. Karya seni yang dihasilkan hanya merupakan ekspresi perasaan mereka terhadap dunia misterius atau alam gaib yang merupakan simbolis dari

36

perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan takut, senang dan perdamaian. Ciri-ciri lain dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas, tanpa perspektif, dan warna-warnanya terbatas pada warna merah, coklat, hitam, dan putih. b. Seni Klasik Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg). Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi. c. Seni Tradisional Tradisi artinya turun temurun atau kebiasaan. Seni tradisional berarti suatu kesnian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma, patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku. Seni tradisi bersifat statis, tidak ada unsur kreatif sebagai ciptaan baru. Sebagai contoh dapat kita lihat pada lukisan gaya Kamasan Klungkung, kriya wayang kulit, kriya batik, kriya tenun, dan sebagainya.

37

Tradisional merupakan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat istiadat yang ada secara turun temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang dan selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada. Tari tradisional merupakan suatu hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang atau sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut. Dalam tari tradisional tersirat pesan dari masyarakatnya berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai dan norma. Karya tari yang dihasilkan sangat sederhana baik dari sisi gerak, busana maupun iringan. Setiap karya tari tradisional tidak terlalu mementingkan kemampuan atau tehnik menari yang baik, namun lebih pada ekspresi penjiwaan dan tujuan dari gerak yang dilakaukannya. Kesenian tradisional adalah kesenian yang diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung unsur keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama (Alwi, 2003 : 1038). d. Seni Modern Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan karyakarya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang

38

dihasilkan di masa lampau maupun pada masa kini aslkan ada unsur kreativitasnya. Karya-karya seni rupa modern dapat dilihat pada lukisan karya Van Gogh, Pablo Picasso, Affandi, Basuki Abdullah, Gunarsa, patung karya G. Sidharta, Edi Sunarso, Nuarta, dan sebagainya. e. Seni Kontemporer Kontemporer

berarti

sekarang

atau

masa

kini.

Seni

kontemporer memiliki masa popularitas tertentu sehingga seni ini dapat dikatakan bersifat temporer. Seni ini dapat dinikmati pada masa populernya dan apabila sudah lewat maka masyarakat tidak lagi menyukainya. Karya-karya seni kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan Amerika, seperti lukisan karya Andy Warhol dan patung karya Hendri Moore. Belakangan ini, seni kontemporer telah berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang unik, seperti berupa patung dari es, lukisan pada tubuh manusia (body painting), seni instalasi, grafity, dan sebagainya. Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya

39

lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Ciri-cirinya yaitu tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman dan tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batasbatas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik. Uraian berbagai macam teori tentang kesenian di atas, yang digunakan peneliti sebagai pisau untuk mendeskripsikan partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo yaitu kesenian tradisional. Dimana di desa tersebut memiliki kelompok karang taruna yang berkecimpung di bidang kesenian khususnya kesenian tradisional yaitu kesenian tari jathilan. 5. Kajian Tentang Kesenian Jathilan a. Pengertian Jatilan. Jathilan adalah kesenian yang telah lama dikenal oleh Masyarakat Yogyakarta dan juga sebagian Jawa Tengah. Jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. Tersemat kata “kuda” karena kesenian yang merupakan perpaduan antara seni tari dengan magis ini dimainkan dengan menggunakan properti berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang). Dilihat dari asal katanya, jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa “jaranne jan thil-thilan tenan,” yang jika

40

dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia menjadi “kudanya benarbenar joget tak beraturan”. Joget beraturan (thil-thilan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathulan utamanya ketika para penari telah kerasukan. b. Sejarah Jatilan Kesenian tari jathilan dahulu kala sering dipentaskan pada dusun-dusun kecil.

Pementasan ini memiliki dua tujuan, yang

pertama yaitu sebagai sarana menghibur rakyat sekitar, dan yang kedua juga dimanfaatkan sebagai media guna membangkitkan semangat rakyat dalam melawan penjajah. Ada beberapa cerita awal sejarah mengenai jatilan. Versi pertama menceritakan jatilan adalah kesenian yang mengisahkan perjuangan Raden Patah dibantu Sunan Kalijaga dalam melawan penjajahan Belanda. Sebagaimana yang kita ketahui, Sunan Kalijaga adalah sosok yang acap menggunakan budaya, tradisi dan kesenian sebagai sarana pendekatan kepada rakyat, maka cerita perjuangan dari Raden Patah itu digambarkan kedalam bentuk seni tari jathilan. Versi terahkir adalah jatilan merupakan cerita

Panji

Asmarabangun, yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Tatkala yang disampaikan adalah cerita mengenai Panji Asmarabangun, maka penampilan para penaripun menggambarkan tokoh tersebut, baik aksesoris pun gerakannya.

Sebagai contoh aksesorisnya adalah

mengenakan gelang tangan, gelang kaki, ikat pada lengan, kalung,

41

menyengkelit keris, dan tentu saja mengenakan mahkota yang acap disebut “kupluk Panji”. c. Gerakan dan Pelaksanaan Tarian Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakan-nya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi jatilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari drum, kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain. Setelah sekian lama, para penari kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan, mereka melakukan gerakangerakan yang sangat dinamis mengikuti rancaknya suara gamelan yang dimainkan. Pada

mulanya

penari

nampak

lemah

gemulai

menggerakkan badan, namun seiring waktu berjalan,

dalam

para penari

menjadi kerasukan roh halus, dimana kondisi kerasukan ini dalam bahasa Jawa sering dikatakan istilah “ndadi” atau dalam bahasa Inggrisnya ‘trance’. Dalam keadaan kerasukan, para penari jatilan hampir tidak sadar terhadap apa yang diperbuatnya. Gerakan tariannyapun mulai tak beraturan, pada kondisi inilah kata jathilan itu

42

tergambar, jaranne jan thil-thilan tenan (kudanya benar-benar berjoget tak beraturan). Dalam satu pertunjukan, kecuali para penari yang memiki jumlah tertentu tergantung cerita yang hendak disampaikan, maka ada instrumen pertunjukan lainnya, yaitu para penabuh gamelan, para perias, dan yang tak boleh ketinggalan adalah keberadaan “ pawang ”, yaitu sosok yang memiliki peran serta tanggungjawab mengendalikan jalannya pertunjukan dan menyembuhkan para penari yang kerasukan. Ketika

terjadinya “ndadi” alias kerasukan, para penari jathilan

mampu melakukan atraksi berbahaya yang tidak dapat dicerna oleh akal manusia, sebagai contoh adalah memakan dedaunan, menyantap kembang, bahkan juga mengunyah beling (pecahan kaca), bahkan berperang menggunakan pedang, serta tindakkan menyayat lengan. Pelaku seni tari kuda lumping tak sebatas pada jenis kelamin laki-laki saja,melainkan ada pula perempuannya, keduanya tetap tak bisa lepas dari kejadian ‘ndadi’ a.k.a trance. Ini memberikan pesan bahwa jathilan selain merupakan hiburan rakyat juga mampu menyertakan unsur ritual. Contoh nyata adalah ketika seorang pawang jathilan melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin kepada Tuhan agar jalannya pertunjukan lancar, serta mengucapkan “permisi” kepada makhluk lain yang berada diseputaran tempat tersebut agar tidak menggangu jalannya pertunjukan.

43

Dalam Seni Jatilan disediakan berbagai sesaji yang disediakan. Sajen yang disediakan pada pertunjukan jathilan diantaranya adalah satu tangkep pisang raja, beberapa macam jajanan pasar berupa makanan-makanan, tumpeng robyong yang dihias dengan daun kol, bermacam-macam kembang, beraneka jenis minuman (kopi ,teh , air putih), menyan, hio (dupa China), ingkung (ayam bekakak), sega golong (nasi bulet), dan lain sebagainya. Jenis sesaji ini tentu saja tak sama antara daerah satu dengan yang lainnya. d. Jathilan Kreasi Baru. Perkembangan jaman menuntut untuk kita lebih kreatif, karenanya kreasi dan inovasi seolah diwajibkan apabila kita tetap bisa survive dalam melakukan gerakan

Begitu pula pada pengembangan

seni jathilan ini, agar tak begitu asing bagi anak-anak jaman sekarang yang telah menikmati jaman maju, maka dikembangkanlah jathilan dengan sentuhan kreasi baru. Yang menjadi pembeda dari jatilan kreasi baru atau modern berbanding jathilan klasik adalah pada gamelan sebagai musik pengirim dan juga pada penampilan, baik pemain tambahan, pakaian ataupun aksesorisnya. adalah

Sebagai contoh

terdapatnya tambahan gamelan dengan drum ataupun alat

musik lain yang menggabungkan antara pentatonis dengan diatonis. Pada sisi penampilan, seni tari jathilan “kreasi baru” adakalanya menampilkan peran “celeng” (babi), “munyuk” (monyet), dan beberapa penari topeng. Bahkan ada juga jathilan gedruk, yaitu

44

jathilan yang beberapa penarinya mengenakan aksesoris klinthing di kakinya sehingga menimbulkan suara bergemerincing secara kompak. (http://ensiklo.com/2014/10/jathilan-seni-pertunjukan-yangmenyajikan-cerita-sejarah/ : Diakses 17 Desember 2015). Dalam buku Estetika Sebuah Pengantar karya A.A.M. Djelantik (2008), mengungkapkan secara umum, bahwa keindahan meliputi keindahan alam dan keindahan buatan manusia. Keindahan buatan manusia sering disebut dengan kesenian. Dengan demikian kesenian dapat dikatakan merupakan salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan (Djelantik, 2008: 17). Ada tiga unsur unsur estetika yang terkandung dalam benda dan peristiwa kesenia yaitu: a. Wujud atau rupa (appearance) yang terdiri dari bentuk (form) atau unsur yang mendasar dan susunan atau struktur (structure). b. Bobot terdiri dari tiga aspek yaitu: suasana (mood), gagasan (idea), ibarat atau pesan (massage). c. Penampilan yang terdiri dari tiga unsur yaitu: bakat (talent), keterampilan (skill), saran atau media Buku ini memberi tambahan wawasan yang dijadikan landasan untuk mengkaji keindahan yang terdapat dalam Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo yang ada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo.

45

B. Kerangka Berfikir Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama. Sedangkan partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Karang taruna pada hakekatnya adalah wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda demi terwujudnya kesejahteraan generasi muda. Berarti Karang Taruna mengemban misi tulus, ikhlas dan penuh rasa manusiawi dalam upaya mengatasi segala bentuk permasalahan generasi muda. Sehingga peranan karang taruna senantiasa dibutuhkan kapanpun, di manapun demi terwujudnya masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda, bangsa dan negara dan seluruh masyarakat Indonesia. Banyak sekali kegiatan maupun program yang dimiliki oleh suatu kelompok karang taruna, salah satunya program di bidang kesenian. Kesenian memiliki beberapa jenis, yaitu kesenian modern dan kesenian tradisional.

46

Paguyupan kesenian jathilan Kudo Wiromo adalah program organisasi kepemudaan yang bergerak dibidang kesenian yang merupakan salah satu kegiatan kelompok karang taruna di Desa Tanjungharjo. Kegiatan ini termasuk ke dalam kesenian tradisional di Yogyakarta. Sebagian besar masyarakat pemuda dan pemudi Desa Tanjungharjo yang mengikuti program tersebut adalah pelajar. Namun ada yang sudah memiliki pekerjaan, bahkan ada pula pemuda/pemudi yang putus sekolah dan menjadi pengangguran. Pada masa remaja ini, mereka mempunyai kesempatan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, salah satunya dibidang kesenian. Berdasarkan kerangka berfikir di atas adalah untuk menggali informasi tentang partisipasi pemuda dalam kegiatan karang taruna yaitu khususnya kesenian tradisional, faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat pada pelaksaan kegiatan, serta manfaat yang dialami oleh pemuda maupun masyarakat di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanguulan Kabupaten Kulon Progo. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi acuan generasi muda memiliki peran penting dan positif. Serta sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan daerah yang ada di Yogyakarta.

47

Partisipasi pemuda/pemudi dalam kegiatan kepemudaan.

Karang Taruna di Desa Tanjungharjo

Sarana dan prasrana.

Tingkat pendidikan

Bidang Kesenian

Kesenian Tradisional.

Partisipasi Pemuda dan Pemudi

Pelestarian Kebudayaan Lokal

Gambar 1. Kerangka Berpikir C. Pertanyaan Penelitian Upaya untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam proses penelitiannya sebagai berikut: 1. Apa latar belakang dan sejarah berdirinya Karang Taruna Tanjungharjo? 2. Apa potensi yang dikembangkan oleh Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian?

48

3. Bagaimana partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna dalam melestarikan budaya desa dilihat dari aspek pengelolaan program di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo? 4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo? 5. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat dari pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo? 6. Bagaimana manfaat yang dialami pemuda/pemudi dan masyarakat dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

49

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Sedangkan Nurul Zuriah (2007: 47) mengungkapkan bahwa pendekatan deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadia-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi maupun daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai partisipasi pemuda dalam program karang taruna kesenian jathilan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon ProgoYogyakarta secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan partisipasi pemuda dan pemudi ini.

50

B. Subjek Penelitian Sasaran dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan organisasi kepemudaan Karang Taruna Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian yaitu Paguyuban kesenian jathilan Kudo Wiromo. Dalam penelitian kualitatif, dapat menggunakan criterion—based selection yang didasari bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian. Sedangkan dalam menentukan informan, dapat menggunakan model snow ball sampling untuk memperluas subjek penelitian. Penelitian kualitatif lebih didasari pada kualitas informan yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipilih adalah orang-orang yang terlibat langsung pada kegiatan karang taruna di bidang kesenian, antara lain : 1.

Pengelola/pengurus Karang Taruna Tanjungharjo

2.

Anggota Karang Taruna Tanjungharjo

3.

Tokoh Masyarakat Desa Tanjungharjo

4.

Masyarakat Desa Tanjungharjo

C. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta tepatnya pada anggota karang taruna. Alasan peneliti mengambil kelompok Karang Taruna Tanjungharjo sebagai setting penelitian adalah karena melihat Karang Taruna Tanjungharjo ini merupakan organisasi kepemudaan yang dinilai mampu mengangkat potensi daerah serta membina dan memberdayakan

51

pemuda di lingkungan Desa Tanjungharjo. Karang Taruna Tanjungharjo dalam mengangkat potensi daerah yaitu melalui kegiatan maupun program karang taruna di bidang kesenian dengan terbentuknya Paguyuban Kesenian Jathilan yang diberi nama “Kudo Wiromo”. Selain prestasi yang telah diraih oleh Karang Taruna Tanjungharjo, lingkungan sekitar yaitu masyarakat Desa Tanjungharjo sangat mendukung program tersebut, sehingga semakin memperkuat peneliti memilih setting penelitian di Karang Taruna Tanjungharjo yang berada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. 1. Metode Wawancara (interview) Esterberg

(2002)

dalam

bukunya

Sugiyono

(2012:

317)

mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”, yang artinya wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin

melakukan

studi

pendahuluan

untuk

menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peniliti ingin

52

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau bisa juga disebut self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau kenyakinan pribadi. Penggunaan metode wawancara ini adalah untuk memperoleh data pertisipasi pemuda dalam penelitian secara akurat. Wawancara akan ditujukan kepada pihak-pihak yang dinilai mengetahui tentang partisipasi pemuda dan menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah penelitian melalui program karang taruna di bidang kesenian yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo di Desa Tanjungharjo Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta. Untuk mempermudah peneliti memerlukan peralatan seperti alat perekam (video recorder), naskah kuisioner atau daftar pertanyaan, kamera, dan alat tulis. 2. Metode Observasi (Pengamatan Langsung) Nasution (1988) dalam bukunya Sugiyono (2012: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga bendabenda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupu yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi

53

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi terhadap latar belakang karang taruna dan partisipasi pengelola dan anggota Karang Taruna Desa Tanjungharjo. Dari hasil observasi ditulis dengan cermat dan tepat agar data-datanya bisa valid dan reliable. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti tersebut. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga penulis dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti : gambaran umum sekolah, struktur organisasi sekolah dan personalia, keadaan guru dan peserta didik, catatancatatan, foto-foto dan sebagainya. Metode dokumentasi ini dilakukan

54

untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan melalui metode observasi dan wawancara. Tabel 1 : Teknik Pengumpulan Data No 1

Jenis Data Identitas organisasi karang taruna di Desa Tanjungharjo -

Detail Metode Sejarah Karang Observasi Taruna dan Jumlah wawancara pengelola Kegiatan karang taruna

Sumber Ketua dan Anggota Karang Taruna Desa Tanjungharjo

2

Fasilitas yang dimiliki karang taruna di Desa Tanjungharjo

Sarana dan Wawancara prasarana dan Sumber dana dokumentasi

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

3

Data tentang partisipasi pemuda dan pemudi melalui program karang taruna kesenian jathilan

Kehadiran anggota Tugas anggota

Wawancara dan dokumentasi

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

4

Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dengan adanya program karang taruna kesenian jathilan bagi pemuda pemudi di Desa Tanjungharjo

Faktor pendukung Faktor penghambat Solusi

Wawancara dan dokumentasi

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

5

Manfaat dari adanya program karang taruna kesenian jathilan bagi pemuda pemudi di Desa Tanjungharjo

Manfaat bagi Wawancara pemuda dan Manfaat bagi dokumentasi masyarakat

Ketua, Anggota, dan Masyarakat Desa Tanjungharjo

55

E. Instrument Penelitian Suharsimi Arikunto (2002: 136), menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian ini menggunakan panduan wawancara dan panduan dokumentasi. F. Teknik Analisis Data Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifaturaian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperolehakan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Patton (Moleong, 2007:103), analisis data adalah “prosesmengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori danuraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data. Analisis data dimulai dari menelaah dan memahami seluruh data yang telah diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, observadi dan dari berbagai sumber yang kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan dari jawaban yang didapatkan. Tahap- tahap teknik analisis data adalah sebagai berikut:

56

a.

Display data Data yang telah terkumpul berupa uraian deskriptif yang panjang

dan kurang terstruktur diubah menjadi uraian deskriptif yang sederhana, lengkap, jelas, dan singkat tanpa mengurangi maksud dari uraian tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam memahami gambaran aspek- aspek yang diteliti. b.

Reduksi data Data yang telah diperoleh disajikan secara sistematik yang mudah

untuk dibaca dan dipahami secara keseluruhan atau bagian- bagian yang ada di dalamnya sebagai satu kesatuan yang pokok sehingga bisa memberikan gambaran yang jelas. Laporan kemudian dirangkum, dipilah, dan difokuskan pada hal- hal penting yang dibutuhkan oleh peniliti kemudian ditentukan polanya. c.

Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan peneliti

harus memaknai data kemudian dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami sesuai dengan masalah yang diteliti. Data tersebut kemudian dibandingkan dan dihubungkan dengan data lain sehingga ada.Analisis data juga dilakukan selama proses pengamatan dan wawancara yang kemudian dianalsis secara lebih rinci dan menghimpun elemen-elemen yang sama. Dalam tahap ini terkait dengan fokus penelitian yaitu Partisipasi Pemuda dalam Program Karang Taruna Kesenian Jathilan di Desa Tanjungharjo Kulon Progo. Maka selanjutknya dilakukan analisis

57

dengan cara menghubungkan dan membandingkan hasil temuan data dari pengamatan dan hasil wawancara yang telah diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan analisis tema untuk mendeskripsikan scara keseluruhan dan menampilkan makna dari yang menjadi fokus penelitian. Langkah terakhir dalam analisis data yaitu melakukan pembahasan dari analisis serta situasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yang kemudian ditarik kesimpulannya dan melakukan analisis rekomendasi. Dari analisis rekomendasi kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dianggap penting dan bermanfaat untuk pemuda dan masyarakat dalam program karang taruna kesenian jathilan di Desa Tanjungharjo Kulon Progo. G. Keabsahan Data Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karenaitu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melaluikeabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengantriangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yangmemanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atausebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

58

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2007:29). Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan data pengamatandan isi dokumen

yang

berkaitan,

maka

dapat

permasalahan yang perlu ditinjau kembali.

59

disimpulkan

bahwa

ada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis dan Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanjungharjo merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Proses terbentuknya didasari oleh Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1946 mengenai penggabungan kelurahan. Desa Tanjungharjo merupakan gabungan dari dua kelurahan, yaitu Kelurahan Banjarjo dan Tanjunggunung. Kelurahan Banjarjo terdiri atas 4 padukuhan yaitu Padukuhan Klajuran, Padukuhan Klampis, Padukuhan Sadang, dan Padukuhan Kemukus. Sedangkan Kelurahan Tanjunggunung terdiri atas 4 padukuhan juga yaitu Padukuhan Dengok, Padukuhan Tanggulangin, Padukuhan Turus, dan Padukuhan Tanjunggunung. Wilayah desa tersebut tergolong wilayah perbukitan, karena tanahnya berada di dataran tinggi. Di Desa Tanjungharjo ini terdapat suatu lembaga masyarakat yang menampung kegiatan pemuda dan pemudi, yaitu Karang Taruna Tanjungharjo yang juga sebagai wahana untuk mengembangkan karakter pemuda dan memberikan pendidikan berbasis komunitas. Karang taruna ini merupakan salah satu lembaga yang masih berjalan hingga sekarang. 2. Luas Desa Tanjungharjo Luas Desa Tanjungharjo adalah 563,3250 ha, yang terdiri dari tanah pekarangan luas 233,4710 ha, tegal luas 53,7620 ha, persawahan

60

268,2470 ha, dan lainnya luas 7,8450 ha. Masyarakat di Desa Tanjungharjo merupakan masyarakat yang agraris. Dilihat dari tanah persawahan yang paling luas, maka sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Di sisi lain yaitu pada tanah pekarangan digunakan untuk bidang perikanan, peternakan juga dibudidayakan baik ternak sapi, ayam maupun kambing. Kemudian pada tanah tegal dimanfaatkan dengan ditanami pohon seperti pohon jati, cemara, mahoni, dan lain-lain. 3. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Desa Tanjungharjo per 31 Desember 2014 yaitu jumlah kepala keluarga 1.442 yang terdiri dari laki-laki 2.409 orang dan perempuan 2.557 orang, jadi jumlah seluruh penduduk Desa Tanjungharjo adalah 4.966 orang. Penduduk ini tersebar di 8 padukuhan, yaitu Dengok, Klajuran, Turus, Klampis Tanggulangin, Tanjunggunung, Sadang, dan Kemukus. Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Tanjungharjo Tahun 2014 Profesi Desa Tanjungharjo Desa Tanjungharjo Pria Wanita Wiraswasta PNS Perangkat Petani Desa 2.409 2.557 309 104 29 1.209

Swasta 26

Jumlah 4.966 Sumber : Arsip Desa Tanjungharjo Dari data yang telah didapatkan di atas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Tanjungharjo berprofesi sebagai petani. Hal tersebut dikarenakan letak geografis desa tersebut masih

61

banyak lahan yang dapat dimanfaat oleh penduduk setempat untuk bertani. Banyak juga yang berprofesi sebagai wiraswasta dimana mereka memiliki usaha sendiri seperti memiliki toko, warung, pembuatan kerajinan, dan lain sebagainya. Selain itu, dapat diamati juga pola kebudayaan masyarakat atau penduduk di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Pola kehidupan masyarakat desa tersebut di atas sangat intim antara individu dengan individu yang lain. Seperti ketika ada orang yang meninggal, maka tanpa adanya sosialisasi pun mereka dengan sendirinya ikut merasakan kesedihan atau ikut bersimpati. Bukti konkrit dari hal tersebut adalah adanya tahlilan atau berdoa bersama. Tidak hanya rasa simpati yang ditunjukan oleh masyarakat Desa Tanjungharjo, namun ada pula gotong royong dalam pembangunan lingkungan desa. Tanpa dimintai pertolongan mereka akan membantu dengan ikhlas, baik tenaga maupun pikiran. Proses struktur sosial tersebut berjalan dengan lancar apabila interaksi dan komunikasi dalam suatu masyarakat terjalin dengan baik, seperti halnya di Desa Tanjungharjo. B. Deskripsi Lembaga 1. Sejarah Berdirinya Lembaga Karang Taruna Tanjungharjo merupakan salah satu kelompok karang taruna yang berada di wilayah Kulon Progo, beralamatkan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, berdiri sejak tanggal 11 April 1994. Berdirinya kelompok Karang Taruna

62

Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo ini didasari oleh banyaknya pemuda dan pemudi yang belum dapat menggunakan waktu dan menyalurkan bakatnya dengan baik dan sesuai. Mereka cenderung lebih senang melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat terutama pemudanya. Pemuda dan pemudi di wilayah tersebut tidak memiliki kegiatan di luar kegiatan sekolah maupun pekerjaan, bahkan banyak pula pemuda/pemudi yang belum memiliki pekerjaan. Karang taruna di Desa Tanjungharjo ini bertujuan untuk membina dan memberdayakan masyarakat setempat khusunya pemuda dan pemudi. Seiring berjalannya roda organisasi Karang Taruna Tanjungharjo ini, banyak menemukan beberapa masalah yang menjadi kendala yang terjadi pada pemuda/pemudinya. Sehingga pada tahun 1997 muncul kesepakatan menjadikan Desa Tanjungharjo memiliki kelompok karang taruna yang berkecimpung di bidang kesenian, sebagai upaya pelestarian budaya lokal. Kesenian yang dilakukan yaitu kesenian tari jathilan yang diberi nama Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Kegiatan tersebut dilakukan secara intensif sejak tahun 1998 yang juga sebagai tahun terbentuknya paguyupan tersebut oleh pemuda di Desa Tanjungharjo sebagai pengelola karang taruna. Pada awalnya Paguyupan tersebut diberi nama “Bekso Kudo Wiromo” yang didirikan oleh Sumarjo pada tanggal 1 Maret 1998. Kemudian pada tahun 2001 para pemuda dan pemudi sepakat mengganti nama paguyupan tersebut menjadi Paguyupan Kesenian Jathilan “Kudo Wiromo”. Pengelolaan dilakukan oleh karang taruna karena terlihat proses

63

pembinaan dan pemberdayaan pemuda dapat dilakukan melalui kegiatan di bidang kesenian ini, agar mereka mampu mengembangkan potensi yang dimiliki baik individu maupun kelompok karang taruna tersebut, serta mereka juga mampu melestarikan budaya yang ada di wilayahnya. Langkah awal dalam program karang taruna di bidang kesenian ini dengan melakukan penguatan SDM di kalangan pemuda untuk memiliki tujuan yang sama mengembangkan Desa Tanjungharjo. Pemuda saling mengajak mengikuti kegiatan karang taruna, Khususnya pada Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Saat ini di Desa Tanjungharjo terdapat sekitar 320 pemuda dan pemudi yang berusia 15-30 tahun, tetapi yang mengikuti kegiatan Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo tersebut hanya 42 orang saja. Anggota paguyupan tersebut sebagian besar pemuda Dusun Turus Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. 2. Lokasi dan Keadaan Lembaga Karang Taruna Tanjungharjo ini terletak di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini masih dijumpai pemuda dan pemudi yang belum dapat menggunakan waktu dan menyalurkan bakatnya dengan baik dan sesuai. Mereka cenderung lebih senang melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat terutama pemudanya. Dimana mereka tidak memiliki kegiatan yang berguna di luar kegiatan sekolah dan sebagian sudah mulai mencoba untuk mengkonsumsi narkoba dan minuman keras sehingga permasalahan

64

ini sangat mengkhawatirkan untuk kelangsungan hidup rnereka kelak dan meresahkan keadaan lingkungan desa tersebut. Dengan keadaan tersebut, semakin mendukung kegiatan pemberdayaan pemuda/pemudi melalui kegiatan pelestarian budaya lokal yaitu di bidang kesenian. Mereka membentuk Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo sebagai kegiatan utama bagi karang taruna. 3. Visi dan Misi Lembaga a. Visi Mewujudkan generasi pemuda yang mandiri, unggul, berkualitas, dinamis, dan agamis. b. Misi Untuk mewujudkan Visi tersebut telah ditetapkan Misi Karang Taruna Desa Tanjungharjo sebagai berikut : 1) Meningkatkan profesionalitas anggota karang taruna. 2) Memberdayakan anggota karang taruna dalam berbagai aspek kehidupan. 3) Mewujudkan prestasi anggota karang taruna sesuai potensi. 4) Mempererat komunikasi antar anggota karang taruna. 5) Memperluas jaringan kerjasama karang taruna sesuai perkembangan jaman. 6) Mengangkat nilai-nilai seni dan budaya. 7) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial masyarakat.

65

4. Tujuan dan Sasaran Lembaga a. Tujuan Karang Taruna Tanjungharjo 1) Terwujudnya

pertumbuhan

dan

perkembangan

kesadaran

dan

tanggungjawab sosial setian anggota Karang Taruna Tanjungharjo dalam mencegah, menanggulangi, dan mengantisipasi berbagai permasalahan sosial. 2) Tumbuhnya

potensi

dan

kemampuan

generasi

muda

dalam

mengembangkan keberdayaan anggota Karang Taruna Tanjungharjo. 3) Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan anggota Karang Taruna Tanjungharjo yang trampil, berkepribadian, dan berpengetahuan. 4) Terjalinnya kerjasama antar anggota Karang Taruna Tanjungharjo dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. 5) Terbentuknya kemampuan anggota Karang Taruna Tanjungharjo mengangkat nilai-nilai sosial dan budaya dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. b. Sasaran Karang Taruna Tanjungharjo Secara umum sasaran keanggotaan Karang Taruna Tanjungharjo adalah pemuda dan pemudi di Desa Tanjungharjo yang berusia 15 – 30 tahun. Dari hasil penelitian yang dilakukan, usia 15 – 30 tahun diambil karena melihat kebutuhan pemuda/pemudi untuk pembinaan maupun pemberdayaan di usia tersebut. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk menerima anggota baru untuk segala usia. Jenjang pendidikan

66

anggota karang taruna Tanjungharjo ini paling rendah SMP dan yang tertinggi adalah S2. Beberapa survey yang telah dilakukan, di Desa Tanjungharjo terdiri dari 8 padukuhan dengan penduduk usia 15 - 30 tahun berjumlah kurang lebih 320 orang. Akan tetapi yang aktif dalam kegiatan Karang Taruna pada Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo hanya 42 oarang. Sebagian besar pemuda dan pemudi adalah pelajar SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, tetapi banyak juga yang sudah bekerja dan menikah. Sehingga, yang masih aktif dalam kegiatan karang taruna sebagian besar adalah pemuda atau pemudi yang masih pelajar. 5. Program Karang Taruna Tanjungharjo Dari hasil penelitian yang dilakukan, program Karang Taruna Tanjungharjo tidak dirincikan dalam agenda Karang Taruna, melainkan melaui perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan pemuda dan pemudinya maupun masyarakat di desa sekitar Desa Tanjungharjo. Adapun beberapa program yang telah dilaksanakan oleh kelompok Karang Taruna antara lain : a. Rapat karang taruna rutin setiap bulan satu kali. b. Pembinaan kerohanian TPA atau TPQ. c. Pelestarian budaya lokal. Program-perogram tersebut masih berjalan hingga saat ini. Rapat Karang Taruna Tanjungharjo rutin dilaksanakan setiap bulan satu kali yaitu pada hari sabtu malam, dikarenakan anggota karang taruna sebagian

67

besar adalah pelajar. Sehingga mereka memilih hari tersebut agar tidak mengganggu kegiatan sekolah. Kemudian untuk pembinaan TPA/TPQ dilakukan oleh pemuda/pemudi dan anak-anak yang beragam islam, tetapi hanya berjalan pada saat bulan ramadhan. Dan program Karang Taruna Tanjungharjo yang paling menonjol dan diminati adalah Pelestarian budaya lokal yaitu adanya Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, karena sebagian besar pemuda di Desa Tanjungharjo menyukai seni dan musik. Program ini juga memiliki kegiatan yang telah diagendakan yaitu latihan rutin setiap bulan dan pentas pada event-eventtertentu. Program di bidang Kesenian ini juga didukung oleh masyarakat setempat dan pemerintah Desa Tanjungharjo. Proses kegiatan karang taruna di Desa Tanjungharjo pada program Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo ini memiliki 4 tahapan, antara lain: a.

Pencanaan Perencanaan adalah suatu langkah yang secara langsung mendekati

masalah. Dalam menyusun rencana tersebut pengelola Karang Taruna Tanjungharjo memusatkan perhatian terhadap apa yang akan dilakukan dalam program Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Tanpa adanya perencanaan jenis dan arah, kegiatan tidak akan jelas sehingga hasilnya

juga

tidak

akan

baik.

Perencanaan

tersebut

meliputi

merencanakan kegiatan dan tujuan progam Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo.

68

b.

Persiapan Setelah melakukan perencanaan, tahapan yang selanjutnya yaitu

melakukan persiapan. Persiapan yang mereka lakukan diantaranya mempersiapkan peralatan yang digunakan seperti gamelan dan kuda lumping. Mereka juga mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan seperti pakaian seragam jathilan dan makanan atau konsumsi untuk seluruh anggotanya. Selain itu, mereka juga mempersiapkan pelatih untuk melatih mereka pada saat latihan yang dilakukan setiap satu bulan sekali. c.

Pelaksanaan Pengorganisasian merupakan aktivitas kerja Karang Taruna

Tanjungharjo dalam bentuk menyusun dan membentuk hubunganhubungan kerja antar anggota, sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan ini terdapat tiga kegiatan utama, yaitu: 1)

Pembagian tugas.

2)

Pembagian wewenang.

3)

Pembagian tanggung jawab. Dalam aktualisasi ketiga hal yang dibagi tersebut, maka terwujud

adanya bidang-bidang dan bagian-bagian yang telah disusun pada struktur organisasi Karang Taruna Tanjungharjo yang kemudian maka terciptalah adanya hubungan-hubungan kerjasama yang harmonis dan terpadu antar pengelola atau anggota tersebut, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

69

d.

Evaluasi Evaluasi dalam fungsi manajemen adalah suatu upaya untuk

mengadakan penilikan terhadap apa yang sudah dikerjakan, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan selesai dikerjakan. Agar evaluasi mencapai hasil maksimal, diperlukan alat bantu atau instrumen yang andal sehingga diperoleh data yang lengkap, rinci, tepat, akurat, dan komprehensif. Alat yang digunakan yaitu menggunakan kamera untuk menyimpan foto maupun video pada saat pemuda melaksanakan latihan maupun pada saat pementasan sebagai dokumentasi. Selain itu, juga menggunakan buku yang dugunakan untuk mencatat semua kebutuhan mereka dalam kegiatan Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Tidak hanya pemasukan pengeluaran, tetapi juga mencatat segala hambatan yang dialami oleh pengelola maupun anggota karang taruna pada saat pelaksanaan. Manfaat dari kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengetahui bagianbagian mana dari sederetan kegiatan tersebut yang telah dilaksanakan oleh Karang Taruna Tanjungharjo dalam Program Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo yang belum mencapai sasaran dan mengumpulkan informasi tentang penyebabnya. Dari hasil evaluasi tersebut diharapkan dapat diupayakan jalan untuk memperbaiki langkah yang akan datang.

70

6. Keanggotaan Karang Taruna Tanjungharjo a. Struktur Organisasi Karang Taruna Tanjungharjo

PELINDUNG Jemino

KETUA DAN WAKIL KETUA Darinto dan Wahyu

SEKRETARIS : 1. Guntur 2. Dian

SEKSI HUMAS : 1. Ari Bowo 2. Angga 3. Alif 4. Budiman 5. Desi 6. Setyawan 7. Dwi Anto

PENASEHAT Sukardi, S. Pd

BENDAHARA : 1. Priyo 2. Agus

SEKSI OLAHRAGA DAN SENI : 1. Riana 2. Juwardi 3. Fans Josa 4. Titis Utami 5. Wakid

SEKSI KEROHANIAN : 1. Ruligia 2. Umi Purwasih 3. Rian 4. Amprih

Gambar 2. Struktur Organisasi Karang Taruna Tanjungharjo Sumber : Arsip Karang Taruna Tanjungharjo

71

b. Susunan Pengurus Karang Taruna Tanjungharjo Susunan pengurus inti Karang Taruna Tanjungharjo dapat dilihat pada tabel berikut :

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Tabel 3. Susunan Pengurus Inti Karang Taruna Tanjungharjo Nama Pendidikan Alamat Dusun Jabatan Jemino Turus, Tanjungharjo Pelindung Sukardi, S.Pd. Perguruan Tinggi Turus, Tanjungharjo Penasehat Darinto Perguruan Tinggi Turus, Tanjungharjo Ketua Wahyu SMA Turus, Tanjungharjo Wakil ketua Guntur SMA Turus, Tanjungharjo Sekretaris 1 Dian Perguruan Tinggi Turus, Tanjungharjo Sekretaris 2 Priyo SMA Turus, Tanjungharjo Bendahara 1 Agus SMA Turus, Tanjungharjo Bendahara 2 Ari Bowo Perguruan Tinggi Turus, Tanjungharjo Angga Ifa SMA Turus, Tanjungharjo Seksi Humas Alif SMA Turus, Tanjungharjo Budiman SMP Dengok, Tanjungharjo Desi SMA Turus, Tanjungharjo Diki SMA Turus, Tanjungharjo Dwi Anto SMA Turus, Tanjungharjo Riana SMA Turus, Tanjungharjo Juwardi SMP Turus, Tanjungharjo Seksi Fans Josa Perguruan Tinggi Turus, Tanjungharjo Olahraga dan Titis Utami SMA Turus, Tanjungharjo Wakid SMP Klajuran, Tanjungharjo Seni Ruligia SMA Turus, Tanjungharjo Seksi Umi SMA Turus, Tanjungharjo Kerohanian Rian SMA Turus, Tanjungharjo Amprih SMA Turus, Tanjungharjo Sumber : Arsip Karang Taruna Tanjungharjo

7. Legalitas Lembaga Selaku lembaga yang berdiri relatif lama, kelompok Karang Taruna Tanjungharjo yang memiliki sebuah program paguyuban kesenian sebagai kegiatan pelestarian budaya lokal ini telah memiliki ijin operasional dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo.

72

8. Jaringan Kerjasama Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga tentunya tidak lepas dari hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar sebagai relasi atau mitra kerja yang kuat untuk saling membutuhkan. Demi menunjang kelancaran dan keberhasilan program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian, maka dalam pelaksanaan program diadakan kerjasama dengan instansi terkait yaitu tokoh masyarakat dan pemerintah desa. Tokoh masyarakat selalu memberi dukungan untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Karang Taruna Tanjungharjo dalam bentuk motivasi. Sedangkan Pemerintah Desa Tanjungharjo selalu memberikan dana setiap tahunnya sebagai kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. C. Data dan Hasil Penelitian 1. Partisipasi Pemuda a. Potensi yang Dikembangkan Pemuda Karang Taruna di Bidang Kesenian Karang Taruna Tanjungharjo merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang bergerak di bidang kesenian. Setelah mendapatkan kepercayaan diri dari masyarakat serta pemerintah untuk mengelola kelompok

Karang

Taruna

Tanjungharjo,

pemuda

atau

pemudi

Tanjungharjo terus berupaya mengembangkan potensi lokal yang ada di desa tersebut. Potensi yang dikembangkan oleh Karang Taruna Tanjungharjo ini meliputi potensi masyarakat yang ada di Desa

73

Tanjungharjo pada bidang kesenian yaitu Paguyuban Kesenian Jathilan yang diberi nama “Kudo Wiromo”. Paguyuban ini merupakan salah satu program Karang Taruna Tanjungharjo yang terbentuk pada tahun 1998. Pada saat ini Paguyuban Kesenian Jathilan Kudo Wiromo beranggotakan 42 orang yang sebagian besar adalah pemuda atau pemudi Dusun Tanjunggunung dan Dusun Turus Desa Tanjungharjo. Sejak tahun berdirinya Paguyuban ini hingga sekarang masih diminati oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

“WR”

selaku

pengelola/pengurus

Karang

Taruna

Tanjungharjo: “Potensi yang dikembangkan oleh kelompok Karang Taruna kami ini ada beberapa, tetapi yang paling menonjol memang di bidang keseniannya yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Karena jathilan di daerah kami ini adalah sebuah tarian daerah lokal yang masih digemari oleh masyarakat Kulon Progo” (CL:3). Kesenian Jathilan menjadi salah satu kegemaran pemuda dan pemudi Karang Taruna Tanjungharjo. Pernyataan tersebut semakin diperkuat oleh pernyataan “GF” yang juga selaku pengurus Karang Taruna Tanjungharjo: “Mulai tahun terbentuknya Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo yaitu pada tahun 1998, kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh senior kami. Dulu paguyupan ini diikuti oleh kurang lebih 20 orang saja, tetapi setiap tahunnya bertambah anggota, karena pemuda/pemudinya semakin berminat mengikuti kegiatan ini hingga sekarang kurang lebih 42 orang” (CL:4). Sedangkan “DS” selaku anggota Karang Taruna Tanjungharjo berpendapat bahwa:

74

“Kalau untuk selama ini, kelompok karang taruna kami memiliki beberapa kegiatan yaitu rapat rutin setiap bulan, pembinaan kerohanian TPA atau TPQ, dan adanya paguyupan Kesenian Jathilan yang bernama Kudo Wiromo. Tetapi dari beberapa kegiatan tersebut, para pemudanya lebih menyukai keseniannya karena mereka sebagian besar menyukai seni dan musik” (CL:4). Selain itu, “J” selaku Kepala Dukuh Turus Desa Tanjungharjo juga menyatakan bahwa: “Kami selaku pemerintah desa sangat mendukung dengan adanya kegiatan paguyupan kesenian jathilan itu secara kelembagaan sangat berperan dalam mengembangkan potensi pemuda/pemudi di desa kami sebagai pelestarian budaya lokal” (CL:5). Dari beberapa pernyataan yang telah diungkapkan oleh beberapa subjek penelitian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Karang Taruna Tanjungharjo bergerak di bidang kesenian dalam upaya mengembangkan potensi yang ada di wilayah Desa Tanjungharjo. Hal itu menguatkan bahwa potensi yang ada di wilayah Desa Tanjungharjo yaitu di bidang kesenian ini dijadikan fokus utama sebagai ciri khas kelompok Karang Taruna Tanjungharjo. Sebagai kegiatan untuk menyatukan para pecinta kesenian khusunya kesenian jathilan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta telah dibentuk Paguyupan Kesenian Jathilan yang bernama “Kudo Wiromo”, yang diharapkan dapat memacu generasi muda dalam kesenian ke arah yang lebih baik dan memupuk rasa kebersamaan serta kerjasama antar anggota karang taruna. Selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki prestasi sebagai pelestarian budaya lokal.

75

b. Partisipasi Pemuda dalam Program Karang Taruna di Bidang Kesenian Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan selama penelitian, dapat diketahui bahwa Karang Taruna Tanjungharjo merupakan organisasi kepemudaan yang berkecimpung di bidang kesenian yang diharapkan mampu mengarahkan dan membina pemuda atau pemudi ke arah yang lebih baik. Hal ini melihat partisipasi yang dimiliki oleh Karang Taruna Tanjungharjo sebagai wadah aspirasi pemuda dalam mengembangkan segala macam bentuk potensinya khusunya di bidang kesenian. Sehingga dengan adanya partisipasi tersebut, benar-benar mampu menjadikan Karang Taruna Tanjungharjo memiliki peran penting sebagai wadah untuk kegiatan bersama dan belajar bersama yang memudahkan pembinaan untuk generasi muda di Desa Tanjungharjo. Karang Taruna sebagai wadah pendidikan karakter berbasis komunitas diharapkan memiliki kegiata-kegiatan atau program-program yang bermanfaat, salah satunya Paguyupan Kesenian Jathilan yang memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai pelestarian budaya lokal Kulon Progo, menghibur masyarakat Tanjungharjo dan Kulon Progo, serta meningkatkan prestasi pemuda/pemudi Desa Tanjungharjo. Oleh karena itu,

program

tersebut

memilki

beberapa

agenda

kegiatan

yang

membutuhkan partisipasi dari pemuda atau pemudi, antara lain: a) kegiatan rutin setiap 1 (satu) bulan pada hari Sabtu malam minggu ke 1 mengadakan latihan bersama, dan 2) agenda rutin tahunan “Paguyupan

76

Kesenian Jathilan Kudo Wiromo” yaitu pentas 17an pada bulan Agustus, pentas pada acara HUT Desa Tanjungharjo, Pentas Syawalan, dan acara hiburan yaitu menghibur masyarakat Desa Tanjungharjo apabila ada yang memiliki acara hajatan dan mengundang kelompok Paguyupan Kesenian Jathilan ini . Kegiatan-kegiatan ini merupakan partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo sebagai penyaluran minat dan bakat pemuda Desa Tanjungharjo.

Tanggapan

tentang partisipasi pemuda di Desa Tanjungharjo diungkapkan oleh “WR” selaku pengelola/pengurus karang taruna menyebutkan bahwa: “Partisipasi pemuda dalam program karang taruna pada bidang kesenian di sini yaitu dengan menghadiri latihan setian bulan dan mengikuti pentas-pentas. Walaupun tidak semua anggota karang taruna berminat mengikuti program ini, tetapi lebih dari setengah jumlah anggotanya mengikuti program ini. Jadi ya bisa dikatakan partisipasi pemudanya cukup baik” (CL:3). Partisipasi pemuda dalam kegiatan karang taruna sudah cukup baik. Hal tersebut dilihat melalui kehadiran dari pemuda tersebut dalam mengikuti

kegiatan

karang

taruna.

“DS”

selaku

anggota

juga

mengungkapkan terkait partisipasinya dalam program Karang Taruna Tanjungharjo: “Saya cuma berpartisipasi sebagai seksi konsumsi saja pada program Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Jadi tugas saya ya cuma menyiapkan konsumsi yang dibutuhkan pada saat latihan dan pentas. Untuk seksi konsumsi ini ada 3 orang, tetapi yang satunya ikut menari dan kami selalu hadir kecuali ada acara yang lebih penting saya baru tidak bisa hadir” (CL:4).

77

Seperti yang diungkapkan “DS” selaku anggota Karang Taruna Tanjungharjo, “GF” sebagai pengurus karang taruna juga berpendapat sebagai berikut: “Menambahkan pendapat DS, anggota karang taruna kami ada yang mau menjadi suka rela sebagai pelatih karena sudah berpengalaman dengan kesenian tari jathilan dan para anggotanya mengikuti pelatihan tari jathilan, namun ada juga yang berpartisipasi sebatas datang pada saat latihan tetapi tidak menari. Untuk kehadiran seluruh anggota bisa dipastikan hampir semua hadir, tetapi memang tidak semuanya ikut menari karena memiliki tugas masing-masing. Biasanya yang hadir sekitar 40 orang” (CL:4). Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yang ada di Desa Tanjungharjo diimbangi dengan tugas masingmasing pengurus dan anggota karang taruna. Dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan, maka terlihat bahwa partisipasi pemuda yang tergabung dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian ini sudah bisa dibilang cukup baik. Walaupun pada saat latihan tidak semuanya ikut menari, tetapi mereka tetap berusaha hadir karena memiliki tugas masingmasing sebagai bentuk partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Sebagai organisasi kepemudaan yang memiliki peran penting sebagai wahana pendidikan karakter berbasis komunitas, Karang Taruna Tanjungharjo dengan program di bidang keseniannya ini memang sangat memerlukan partisipasi yang baik dan minat para pemuda. Dengan mengusung ciri khas keseniannya ini, membuat Karang Taruna Tanjungharjo tampil berbeda dalam proses pelestarian budaya lokal.

78

Perbedaan itu terlihat dengan adanya nilai-nilai seni dan budaya yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo yang membuat berbeda dengan karang taruna lain yang ada di sekitar kita, yang masih sedikit sekali kelompok karang tarunanya memiliki program kesenian. 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat a. Faktor Pendukung Partisipasi Pemuda Dalam Pelaksanaan Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Dalam menjalankan suatu organisasi, Karang Taruna Tanjungharjo tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung yang menunjang kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi tersebut. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program karang taruna dan partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian di bidang kesenian ini dapat berasal dari semua potensi yang ada di wilayah Desa Tanjungharjo termasuk masyararakatnya. Adapun faktor-faktor pendukung yang menunjang pelaksanaan program dan partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian seperti diungkapkan oleh “FJS” selaku anggota Karang Taruna Tanjungharjo bahwa: “Didukung oleh partisipasi dari pemuda atau pemudi selaku pengurus dan anggota karang taruna itu sendiri yang menyukai kesenian dan musik, juga adanya dukungan dari masyarakat setempat yang memberikan dukungan penuh terhadap kegiatankegiatan karang taruna. Bentuk dukungan tersebut yaitu masyarakat menyediakan tempat latihan dan masyarakat juga memberikan saran maupun kritikan yang membangun kepada kami, agar program kami ini semakin bagus dan berkembang” (CL:6).

79

Selain dukungan dari masyarakat, dukungan dari Pemerintah Desa Tanjungharjo juga sangat berpengaruh terhadap terlaksananya program karang taruna di bidang kesenian ini. Hal ini diungkapkan oleh “J” selaku tokoh masyarakat Desa Tanjungharjo bahwa: “Selain partisipasi pemuda, masyarakat di Desa Tanjungharjo juga ikut serta berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan Karang Taruna Tanjungharjo. Bentuk partisipasi masyarakat setempat yaitu mereka memberikan dukungan penuh dalam pelaksaan kegiatan karang taruna, sedangkan partisipasi dari Pemerintah Desa Tanjungharjo yaitu dengan memberikan bantuan dana yang sudah dianggarkan setiap tahun untuk dikelola oleh pengurus Karang Taruna Tanjungharjo agar sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan di bidang kesenian ini terpenuhi” (CL:5). Hal

yang

sama

juga

diungkapkan

oleh

“WR”

selaku

pengelola/pengurus Karang Taruna Tanjungharjo yang berpendapat bahwa: “Faktor pendukung terlaksananya program karang taruna kami di bidang kesenian ini sudah cukup baik. Karena selain didukung dengan minat pemuda yang cukup banyak, masyarakat dan pemerintah desa kami juga menudukung program kami. Ya, mungkin kalau kami tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pemerintah desa, tidak mungkin paguyupan kesenian jathilan kudo wiromo tidak akan berjalan” (CL:3). Selain pendapat di atas, “FJS” selaku pengurus karang taruna di Desa Tanjungharjo kembali mengungkapkan pendapatnya bahwa: “Hubungan antar anggota maupun antara pemuda dengan masyarakat itu sangat baik mbak. Kalau antar anggota kami punya grup media sosial. Kami membuat grup WhatsApp yang isinya seluruh anggota karang taruna. Kami bisa berbagi informasi apa saja lewat pesan grup ini, kaya jadwal latihan atau keperluan lainnya. Kalau hubungan kami dengan masyarakat itu ya kami saling berkomunikasi dengan baik bahkan saling memberi kritik dan saran terhadap program paguyupan jathilan kami”. 80

Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh beberapa subjek penelitian tersebut di atas tentang faktor pendukung dalam pelaksanaan program dan partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor pendukung yang secara langsung menunjang kegiatan atau program karang taruna baik dalam bentuk partisipasi, dukungan, maupun kerjasama antara pemuda, masyarakat, dan pemerintah desa di Desa Tanjungharjo. Faktor-faktor ini merupakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat atau penduduk Desa Tanjungharjo. Adapun beberapa faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut: 1) Letak Geografis Dengan letak geografis yang berada di desa, membuat masyarakat di Desa Tanjungharjo masih mengenal gotonng royong dan budaya luhur lainnya yang menjadikan Karang Taruna Tanjungharjo ini mampu menjaga

eksistensinya

di

masyarakat.

Sehingga

dalam

upaya

pemberdayaan dan pembinaan khusunya pemuda mampu berjalan dengan optimal. 2) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam hal ini merupakan pengelola/pengurus dan anggota karang taruna yang berpartisipasi dalam kegiatan program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian karena mereka menyukai kesenian dan musik. Dari antusias pemuda untuk berpartisipasi itulah,

81

maka kegiatan Karang Taruna Tanjungharjo akan semakin berkembang dan menjadikannya suatu kelompok yang lebih baik. 3) Masyarakat Hidup Tanjungharjo

di

tengah

mampu

masyarakat

bekerjasama

menjadikan dengan

Karang

masyarakat

Taruna setempat.

Masyarakat mendukung keterlaksanaan kegiatan pemuda dalam program karang taruna. Pemberian motivasi, saran, dan kritik terhadap kegiatan karang taruna merupakan wujud dari bentuk dukungan yang diberikan oleh masyarakat di Desa Tanjungharjo. 4) Pemerintah Pemerintah desa dan Dinas yang terkait, secara langsung maupun tidak langsung juga menjadik penunjang kegiatan yang dilaksanakan dalam program Karang Taruna Tanjungharjo. Karena dengan adanya dukungan dari pemerintah, maka semakin memberikan kepercayaan kepada pemuda yang bergabung dalam Karang Taruna Tanjungharjo untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh karang taruna tersebut di bidang kesenian, yang memerlukan peralatan dan perlengkapan khusus. b. Faktor Penghambat Partisipasi Pemuda Dalam Pelaksanaan Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Dalam proses pelaksanaan kegiatan program Karang Taruna, tidak hanya terdapat faktor-faktor yang mendukung saja melainkan terdapat pula beberapa faktor penghambat yang menjadikan partisipasi pemuda dalam

82

program

Karang

Taruna

Tanjungharjo

kurang

maksimal

dalam

menjalankan kegiatan pada program karang taruna yang telah ada khususnya di bidang kesenian yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh “GF”selaku pengurus Karang Taruna Tanjungharjo bahwa: “Memang dalam hal apapun pasti ada faktor pendukungnya, tetapi juga pasti ada faktor penghambatnya. Kalau dari faktor penghambatnya, menurut saya ya masih banyak pemuda atau pemudi di desa kami tetapi tidak mengikuti program di bidang kesenian ini, mereka sih mengaku tidak suka menari dan kurang percaya diri. Selain itu, peralatan dan perlengkapan jathilan yang kami miliki masih kurang karena anggota kami setiap tahunnya bertambah” (CL:4). Pendapat yang telah diungkapkan oleh “GF” tersebut, diperkuat oleh “DS” yang juga mengungkapkan sebagai berikut: “Hambatan yang terlihat jelas yaitu pada antusias pemuda atau pemudi di sini. Anggota karang taruna kami itu ada sekitar 70 orang, tetapi yang yang antusias berpartisipasi pada Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo ini hanya 42 orang saja, itu pun pada saat latihan rutin setiap bulan yang kami adakan tidak semuanya hadir dan mengikuti latihan. Hal ini dikarenakan banyak dari mereka memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, seperti pekerjaan dan keluarga. Tetapi walaupun seperti itu, menurut saya antusias pemuda/pemudi di sini sudah termasuk baik karena lebih dari setengahnya mau mengikuti dan rutin hadir” (CL:4). Sementara itu salah satu anggota Karang Taruna Tanjungharjo “FJS” juga mengungkapkan bahwa: “Tidak semua pemuda/pemudi menyukai bidang kesenian sehingga kurangnya peran serta mereka terhadap program kami Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, dan juga banyak pemuda/pemudi yang sudah bekerja sehingga mereka lebih mementingkan pekerjaan masing-masing, bahkan banyak pula yang sudah menikah sehingga ya jelas mereka lebih mementingkan

83

keluarganya. Kurangnya sarana dan prasana seperti peralatan dan perlengkapan juga menjadi faktor penghambat, karena yang bisa ikut menari dibatasi oleh perlengkapan yang kami miliki” (CL:6). Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan sebuah organisasi pada pelaksanaan program karang taruna mereka tidak hanya ada faktor pendukung saja, melainkan mereka juga memiliki faktor penghambat yang mempengaruhi partisipasi pemuda/pemudi

Karang

Taruna

Tanjungharjo

dan

menghambat

optimalnya keterlaksanaan kegiatan karang taruna. Faktor penghambat ini cenderung berasal dari privasi individu pemuda pemudi di Desa Tanjungharjo, dimana mereka harus memprioritaskan privasi demi karir ataupun kepentingan lainnya. Selain itu banyak dari mereka yang mengaku tidak menyukai kesenian dan kurang percaya diri, sehingga hal tersebut menjadi alasan mereka untuk tidak berpartisipasi dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian ini. Selain itu, partisipasi pemuda yang ingin mengikuti Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo tersebut terhambat oleh keterbatasan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh kelompok karang taruna mereka. Adapun faktor penghambat yang menjadi penghalang peran serta atau partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian ini meliputi: 1) Pekerjaan Pekerjaan menjadi salah satu alasan yang harus diterima oleh Karang Taruna Tanjungharjo sebagai faktor penghambat terhadap

84

partisipasi pemudanya. Karena setiap individu pasti menginginkan yang terbaik bagi kariernya sebagai penunjang di masa depan, sehingga mengurangi

sumbangsih atau partisipasi

pemuda tersebut

dalam

pelaksanaan program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian. 2) Keluarga Pemuda yang memilih melanjutkan hidupnya untuk berkeluarga atau

menikah

keluarganya.

biasanya

Walaupun

akan di

lebih

beberapa

mementingkan kesempatan

kepentingan

masih

mampu

berpartisipasi, namun mereka yang sudah berkeluarga tetap lebih memprioritaskan keluarganya. Sehingga sedikit menghambat eksistensi pemuda tersebut di Karang Taruna Tanjungharjo. 3) Latar Belakang yang Berbeda-beda Latar

belakang

yang

berbeda-beda

dari

pemuda/pemudi

menjadikan mereka terhambat dalam partisipasinya terhadap kegiatan program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian, seperti mereka tidak menyukai bidang kesenian dan musik, ada juga yang mengaku kurang percaya diri karena tidak bisa menari. Dengan latar belakang yang berbeda tersebut membuat adanya perbedaan pandangan dalam proses pelaksanaan kegiatan program karang taruna, sehingga hal tersebut sering kali menjadi penghambat yang paling sulit dicarikan solusinya. 4) Sarana dan Prasarana Kurangnya sarana dan prasarana yang meliputi peralatan dan perlengkapan kesenian jathilan juga menjadi salah satu faktor yang

85

menghambat partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Hal ini karena pemuda yang ingin mengikuti pentas seni tari jathilan harus disesuaikan dengan banyaknya peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh mereka. Jadi, mereka berpartisipasi hanya sebatas datang untuk latihan ataupun hanya melihat saja, tetapi mereka tidak bisa ikut menari pada saat pentas. c. Solusi yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Partisipasi Pemuda Dalam Pelaksanaan Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Secara keseluruhan, faktor penghambat partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian pada dasarnya berasal dari faktor internalnya, yaitu dari pribadi sumber daya manusia yang bergabung maupun yang tidak bergabung dalam kepengurusan maupun keanggotaan Karang Taruna Tanjungharjo. Sehingga pengurus yang eksis di organisasi karang taruna ini harus berpikir keras dalam upaya mengatasi beberapa faktor yang menjadi penghambat pada partisipasi pemuda dalam program karang taruna khususnya di bidang kesenian yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. “GF” selaku pengurus Karang Taruna Tanjungharjo juga mengungkapkan bahwa: “Kami melakukan regenerasi sebagai langkah atau solusi untuk mengatasi penghambat partisipasi teman-teman kami yang dinilai kurang. Kami selalu memberikan motivasi kepada mereka dan mengajaknya bergabung dalam program kami di bidang kesenian ini. Walaupun tidak bisa menari tetapi mereka masih bisa berpartisipasi dalam bentuk lain, misalnya hadir pada saat latihan

86

dan memberikan semangat kepada teman-teman kami yang sedang berlatih menari” (CL:4). Pendapat “GF” tentang solusi yang mengatakan bahwa melakukan regenerasi terhadap pemuda dan memberikan motivasi kepada mereka untuk bergabung dalam program karang taruna, hal tersebut ditambahkan oleh “DS” selaku anggota karang taruna, bahwa: “Sedangkan untuk teman-teman kami yang sudah menikah, ya kami tidak bisa memaksanya untuk bergabung dan berpartisipasi langsung pada pelaksanaan program karang taruna kami ini. Tetapi kami tetap meminta bantuan mereka untuk tetap mendukung kegiatan kami di bidang kesenian ini” (CL:4). “FJS”

selaku

anggota

Karang

Taruna

Tanjungharjo

juga

mengungkapkan bahwa: “Untuk upaya mengatasi masalah sarana dan prasarana, kami selaku pengurus dan anggota karang taruna sudah membuat proposal yang ditujukan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY agar dapat menjadikan pertimbangan untuk mendapatkan dan dikabulkan permohonan bantuan untuk merevolusi peralatan gamelan atau musik yang ada di paguyupan kami” (CL:6). Sedangkan “J” selaku Kepala Dukuh Dusun Turus Desa Tanjungharjo juga berpendapat bahwa: “Untuk menambah kualitas Karang Taruna Tanjungharjo, pemerintah desa telah memberikan bantuan dana setiap tahunnya yang sudah dianggarkan untuk membantu kelompok tersebut agar dikelola dengan baik dan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kelompoknya” (CL:5). Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa beberapa faktor yang menjadi penghambat partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian dapat diatasi dengan upayaupaya sebagai solusi yang tepat sesuai dengan faktor penghambatnya.

87

Dengan adanya beberapa upaya tersebut, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dan mampu meminimalisir kemungkinan buruk yang terjadi. 3. Manfaat yang Dialami Pemuda Dan Masyarakat a. Manfaat yang Dialami Pemuda Dengan Adanya Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Kegiatan memberdayakan

karang dan

taruna membina

pada

dasarnya

pemuda/pemudi

bertujuan agar

untuk mampu

mengembangkan potensi yang mereka miliki. Pemberdayaan dan pembinaan yang dilakukan oleh Karang Taruna Tanjungharjo melalui program dan kegiatan yang telah berjalan memiliki manfaat positif bagi pemuda pemudi di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon

Progo.

Manfaat

tersebut

mencakup

Ideologi,

Pendidikan

(kecakapan personal, kecakapan akademik, dan kecakapan sosial), dan Ekonomi. 1) Ideologi Ideologi merupakan ide atau gagasan, dimana ide atau gagasan tersebut bisa digunakan sebagai suatu prinsip dalam sebuah organisasi. Antoine Destut de Tracy dalam bukunya berjudul Les Elements de L’Ideologie, menyatakan ideologi adalah ilmu tentang ide-ide atau ilmu tentang gagasan-gagasan yang sehat yaitu gagasan yang sesuai dengan realita-realita masyarakat dan sejalan dengan akal budi. Sedangkan, menurut Soerjanto Poeswardojo dalam bukunya yang berjudul Filsafat

88

Ilmu Pengetahuan (2000), disebutkan bahwa ideologi adalah konsep pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Dengan demikian, pengertian ideologi secara umum merupakan suatu kumpulan ide ,gagasan, keyakinan, serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah

laku

seseorang atau

masyarakat

dalam

berbagai

aspek

kehidupannya. Termasuk halnya dalam kelompok Karang Taruna Tanjungharjo dalam kegiatannya di bidang kesenian yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, yang memiliki kepengurusan yang telah terstruktur. Dengan adanya partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian ini, mereka bersama-sama saling berpendapat untuk menentukan prinsip yang akan mereka gunakan dalam proses kegiatan karang taruna agar berjalan dengan teratur. Hingga pada akhirnya mereka menjadi memiliki prinsip dan tujuan bersama untuk mengembangkan kelompok karang tarunanya dalam program Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Prinsip tersebut telah disusun menjadi visi dan misi Karang Taruna Tanjungharjo. Semua program yang dimiliki oleh kelompok Karang Taruna tersebut, mereka menggunakan visi dan misi yang sama untuk mengembangkan kelompok mereka. Hal tersebut merupakan manfaat yang diperoleh oleh pemuda karang taruna di Desa Tanjungharjo. 2) Pendidikan

89

Menurut Prof. Dr. John Dewey, pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Sedangkan proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan. Hal tersebut telah dialami pemuda pada partisipasinya dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, yang telah memberi manfaat positif dalam aspek pendidikan. Pendidikan yang diperoleh dalam program karang taruna di Desa Tanjungharjo di bidang kesenian ini merupakan pendidikan berbasis komunitas, dimana mereka belajar dan berlatih bersama. Mereka belajar untuk mengenali potensi yang mereka miliki dalam bidang kesenian khususnya kesenian tradisional yaitu kesenian jathilan. Kemudian mereka juga saling berinteraksi dan berlatih bersama. Dalam aspek pendidikan ini, memiliki manfaat dalam bentuk kecakapan, meliputi: a) Kecakapan Personal Kecakapan personal merupakan kecakapan yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pengenalan potensi dan bakat yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal mengenali potensi dan ketertarikan diri terhadap program yang diadakan oleh karang taruna, dibuktikan dengan ungkapan “FJS” selaku anggota Karang Taruna Tanjungharjo sebagai berikut:

90

“Kalau selama ini sih manfaat yang saya rasakan dengan adanya program di bidang kesenian ini saya jadi bisa lebih mengeksplorasikan bakat saya, karena pada dasarnya saya menyukai musik dan saya juga mahasiswa seni” (CL:6). Sebagai anggota karang taruna juga, “DS” juga mengungkapkan tentang manfaat yang dialami, sebagai berikut: “Kalau ngomongin tentang manfaat, saya rasa memang hanya ada manfaat positif, tidak ada manfaat negatifnya. Karena dengan adanya program itu saya menjadi tau bakat yang saya miliki. Padahal dulunya saya tidak bisa menari apalagi jathilan, tapi karena saya ingin mencoba jadi sekarang kesenian itu menjadi salah satu hobi saya” (CL:7). Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa anggota memiliki manfaat positif dalam kecakapan personal. Kecakapan personal yang dimiliki dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian pada Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, antara lain dalam hal pengenalan potensi dan ketertarikan diri pemuda atau anggotanya. Sehingga dengan adanya manfaat seperti itu menjadikan mereka mampu mengembangkan atau meningkatkan potensi dan bakat yang mereka miliki. b) Kecakapan Akademik Kecakapan akademik merupakan kecakapan yang mencakup halhal yang berhubungan dengan pengetahuan dan wawasan. Manfaat yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan pemberdayaan dan pembinaan oleh suatu kelompok maupun organisasi terhadap sisi akademik anggotanya diharapkan lebih berkembang dan meningkat seiring dengan berjalannya program atau kegiatan.

91

Begitu pula di Karang Taruna Tanjungharjo, kecakapan akademik anggotanya semakin berkembang dengan adanya kegiatan dan program karang taruna di bidang kesenian pada Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Mereka menjadi memiliki pengatahuan tentang kesenian tradisional khusunya kesenian Jathilan. Mereka tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi mereka juga mempraktekkannya atau melakukannya bersama.

“FJS”

selaku

anggota

karang

taruna

mengungkapkan

pendapatnya tentang dampak positif pada kecakapan akademik, yaitu: “Tentu semakin banyak kegiatan semakin menambah pengetahuan kami dong selaku anggota yang bergabung. Apalagi bagi yang belum memiliki pengalaman tentang musik atau menari sebelumnya, pasti mereka jadi mendapatkan pengetahuan baru” (CL:6). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat “WR” selaku pengurus Karang Taruna Tanjungharjo sebagai berikut: “Saya sangat senang sekali, karena adanya program di bidang kesenian ini saya dan teman-teman tentunya dapet ilmu, kita ikut pelatihan menari dan musik tradisional yaitu gamelan. Memang benar kok kalau tidak cuma di sekolah saja kita bisa mendapatkan pengetahuan” (CL:7). Berdasarkan jawaban dari subjek penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecakapan akademik yang dimiliki anggota mengalami dampak positif. Bagi pemuda/pemudi yang bergabung di Karang

Taruna

Tanjungharjo,

menjadi

memiliki

wawasan

atau

pengetahuan baru tentang kesenian khususnya kesenian tradisional. Dengan meningkatnya wawasan serta pengetahuan tentang kesenian dan budaya lokal yaitu jathilan, mereka menjadi lebih paham dalam

92

memanfaatkan potensi yang mereka miliki dan juga memanfaatkan peluang yang mereka miliki dengan baik. c) Kecakapan Sosial Dimensi sosial merupakan salah satu dimensi yang diperlukan dalam kehidupan. Dalam kegiatan pembinaan pemuda, dimensi ini menjadi salah satu nilai tambah yang mungkin dicapai oleh sasaran pembinaan tersebut. Karang Taruna Tanjungharjo dalam kegiatan dan program yang dilakukannya senantiasa telah mengakarkan jiwa sosial di dalam organisasi maupun di lingkup masyarakat. Dengan adanya Pguyupan Kesenian Jathilan, maka para pengelola atau pemudanya memiliki hubungan sosial yang baik. Mereka berkumpul untuk melakukan diskusi dan praktek setiap bulannya, maka secara langsung mereka harus melakukan interaksi. Selain itu mereka juga menjadi mengenal karakter teman-temannya, sehingga hubungan mereka akan bertambah erat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, seperti halnya berdiskusi bersama, berlatih bersama, saling membantu dan bergotong royong pada saat kegiatan berlangsung, serta komunikasi antar anggota yang terjalin dengan baik. Pernyataan tersebut senada dengan ungkapan “WR” selaku wakil ketua Karang Taruna Tanjungharjo: “Kalau menurut saya mereka aktif. Itu terbukti kok mereka selalu datang pada saat latihan dan itu menurut saya sudah termasuk partisispasi yang baik terhadap program di bidang kesenian yang kami adakan ini. Kami juga memiliki grup pada media sosial biar

93

kami semakin kompak dan memiliki komunikasi yang lebih mudah dan cepat” (CL:7). Pernyataan yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh “DS” selaku anggota karang taruna: “Ya kalau di sini saya merasa sudah aktif dalam berpartisipasi mbak. Saya selalu mengikuti kegiatan yang diadakan kelompok kami, kaya kumpul tiap bulan, latihan, dan lain-lain. Kami tidak hanya berpartisipasi sesama anggota, tapi kami juga belajar bekerjasama dengan masyarakat di desa kami ini”(CL:7). Dari pernyataan di atas yang mengatakan bahwa mereka tidak hanya berpartisipasi sesama anggota, tapi juga belajar bekerjasama dengan masyarakat di desa mereka, “WR” selaku pengelola kembali berpendapat bahwa: “Kalau di sini yang kita bangun pertama adalah kedekatan personal. Karena kerjasama dan tanggungjawab akan terbentuk ketika kami dekat secara personal. Dari situ kerjasama akan terjalin dengan baik dan tahu karakter kita masing-masing. Misalnya adanya program paguyupan jathilan ini, kita tahu ada respon dari pemuda untuk mensukseskan program tersebut, jadi ya mereka saling bekerjasama dan bertanggungjawab dengan tugas masingmasing yang telah kita sepakati” (CL:7). Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa ungkapan-ungkapan di atas diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan bahwa anggota terlibat aktif dalam kegiatan sosial di bidang kesenian ini, yaitu mereka mampu berpartisipasi dan berkomunikasi dengan baik antar sesama anggota dan juga masyarakat sekitar. Di samping itu, hal yang terkait dengan kerjasama dan tanggungjawab juga menjadi salah satu indikator kecakapan sosial yang paling penting.

94

3) Ekonomi Selain manfaat dari segi ideologi dan pendidikan, ada pula manfaat yang sangat paling terlihat, yaitu dari segi ekonomi. Banyak beberapa ahli yang memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan pengertian ekonomi. Menurut Abraham Maslow, pengertian ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada, dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien. Dalam bidang ekonomi, karang taruna di Desa Tanjungharjo ini mengembangkan jiwa wirausaha dalam sekaligus menjadi tambahan pemasukan bagi anggota karang taruna itu sendiri melalui program mereka di bidang kesenian, yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Mereka mendapatkan penghasilan dari hasil menari mereka pada saat pentas atau tampil. Hal ini diungkapkan oleh “FJS” selaku pengelola karang taruna di Desa Tanjungharjo, bahwa: “Ya jelas kami pentas itu dibayar mbak. Biasanya kalau sekali tampil kami dibayar tiga juta sampai tiga setengah juta, ini bayaran untuk satu kelompok. Tidak pasti pendapatan dari penampilan kami, kadang dibagi setiap orang sekitar Rp 30.000 sampai Rp 50.000-an”. Pendapat diatas diperkuat oleh pendapat “DR” selaku pengelola Karang Taruna Tanjungharjo juga, yang mengungkapkan bahwa: “Tidak pasti bayarannya, yang jelas paling sedikit Rp 3000.000,00 untuk kelompok mbak. Uang itu kami bagi rata sesuai hasil yang didapat dan sesuai kesepakatan”.

95

Selain dari beberapa pendapat di atas, “S” selaku pengelola Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo juga berpendapat tentang penghasilan yang mereka dapatkan bahwa: “Iya mbak betul, ya dapatnya dari Rp 3.000.000,00 sampai Rp 3.500.000,00 sekali tampil. Itu satu kelompok mbak. Kalau tiap individu dapatnya cuma sampai Rp 50.00,00-an. Tidak pasti mbak soalnya bayaran setiap tampilnya tidak sama”. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di atas, dapat dikatakan bahwa anggota karang taruna mereka mampu menghasilkan uang dari adanya program kesenian jathilan yang mereka miliki yaitu hasil dari penampilan Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Hal tersebut menjadi salah satu manfaat yang paling dirasakan oleh pemuda atau pengelolanya, sehingga paguyupan tersebut masih bertahan dan berjalan hingga sekarang. Karena selain bertujuan untuk melestarikan budaya lokal, mereka juga mendapatkan penghasilan dengan adanya kegiatan tersebut. b. Manfaat yang Dialami Masyarakat Dengan Adanya Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Dengan adanya keterlibatan pemuda dalam berbagai kegiatan khususnya di bidang kesenian, memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar. “WR” sebagai wakil ketua atau pengelola Karang Taruna Tanjungharjo kembali mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut: “Kalau dari warga masyarakat itu tahu kalau kegiatan yang dikembangkan pemuda di bidang ini sudah cukup bagus. Mereka senang sekali karena selain menghibur, kegiatan kami juga termasuk kegiatan pelestarian budaya lokal” (CL:7).

96

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan “J” selaku tokoh masyarakat di Desa Tanjungharjo, sebagai berikut: “Banyak manfaatnya. Kalau ngomongin tentang dampak, ya yang dirasakan saya selaku masyarakat di desa ini saya sangat senang dengan adanya kegiatan itu. Paguyupan kesenian jathilan di desa ini sangat menghibur bagi masyarakat. Selain itu juga menjaga kesenian tari jathilan tetap terus terjaga dan tidak dilupakan karena sekarang banyak tarian modern yang lebih disukai anak-anak muda” (CL:5). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemuda karang taruna di Desa Tanjungharjo memiliki kepedulian sosial dengan lingkungan sekitar dengan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi khususnya dibidang kesenian. Dengan demikian, masyarakat merasa antusias untuk bekerjasama dengan mereka dan masyarakat juga lebih mengenal potensi-potensi yang ada di wilayahnya yang perlu dikembangkan.

Terkait dengan kerjasama dan

tanggungjawab, pemuda atau pengurus karang taruna telah mampu bekerjasama dan bertanggungjawab, meskipun terdapat beberapa yang belum maksimal. D. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, baik dari hasil wawancara terhadap subjek penelitian maupun dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan serta dokumentasi yang peneliti dapatkan, maka peneliti akan melakukan pembahasan mengenai partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. Pembahasan yang dilakukan

97

berdasarkan pertanyaan dari rumusan masalah yang telah ditetapkan. Adapun beberapa aspek yang akan dijadikan pembahasan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Partisipasi Pemuda a. Potensi yang Dikembangkan Pemuda Karang Taruna di Bidang Kesenian Potensi merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dan sesuatu yang dapat menghasilkan keuntungan. Menurut Iif Khoiru Ahmadi, dkk (2012: 2) mendefinisikan sumber daya manusia adalah manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif, dan mampu mendayagunakan potensi alam sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan. Sebagai organisasi kepemudaan

yang bergerak di bidang

pemberdayaan dan pembinaan pemuda, membuat kelompok karang taruna di Desa Tanjungharjo harus mampu memberdayakan dan membina pemuda yang tercakup di dalamnya. Pemberdayaan dan pembinaan terus dilakukan dengan melibatkan sumber daya manusia yang ada di lingkungannya. Hal tersebut terlihat dalam upaya organisasi karang taruna ini yang ingin mengembangkan potensi pemudanya di bidang kesenian. Sebagai kegiatan untuk mengembangkan potensi pemuda di bidang kesenian khususnya kesenian jathilan di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta telah dibentuk Paguyupan

98

Kesenian Jathilan yang bernama “Kudo Wiromo”, yang diharapkan dapat memacu generasi muda dalam kesenian ke arah yang lebih baik dan memupuk rasa kebersamaan serta kerjasama antar anggota karang taruna. Selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki prestasi sebagai pelestarian budaya lokal. Dari bentuk upaya pengembangan potensi pemuda karang taruna di Desa Tanjungharjo ini, diharapkan oleh berbagai pihak baik itu masyarakat maupun pemerintah desa agar mereka mampu mengangkat nilai-nilai seni dan budaya di masyarakatnya. Karena dengan upaya yang dilakukan tersebut

secara

langsung

maupun

tidak

langsung

akan

mampu

menggerakkan roda organisasi Karang Taruna Tanjungharjo semakin berkembang dan lebih baik. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam upaya pengembangan potensi oleh pemuda karang taruna di Desa Tanjungharjo telah dilaksanakan. Potensi yang yang dikembangkan meliputi potensi sumber daya manusia sebagai bentuk sinergi dan kerjasama dalam mengembangkan kelompok Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian secara optimal. Proses pengembangan potensi yang dilakukan tersebut tidak lain adalah sebagai rangkaian kegiatan yang pada dasarnya merupakan upaya pemberdayaan dan pembinaan pemuda agar karang tarunanya semakin berkembang.

99

b. Partisipasi Pemuda dalam Program Karang Taruna di Bidang Kesenian Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap penyelenggaraan pemerintah. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yakni: to participate yang berarti ikut serta, mengambil bagian atau terkadang juga sebagai berperan serta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang terhadap pencapaian tujuan dan ikut bertanggungjawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut, kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikian respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggungjawab atas keterlibatannya. Hal itu melandasi bahwa penting bagi semua pemuda yang ada di masyarakat untuk turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan program karang

taruna

yang

meliputi

kegiatan

perencanaan

maupun

pelaksanaannya. Tidak terkecuali oleh organisasi kepemudaan Karang Taruna yang ada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta yang turut serta membina pemuda dan pemudi di sekitarnya melalui berbagai kegiatan yang dimiliki salah satunya di bidang kesenian. Adapun kegiatan karang taruna ini membutuhkan partisipasi penuh dari pemudanya dalam beberapa tahapan, di antaranya 1)

100

perencanaan, 2) persiapan, 3) pelaksanaan, dan 4) evaluasi. Keempat tahapan tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan berjalannya program karang taruna di bidang kesenian ini agar mampu berkembang dengan baik. Dalam upaya mengembangkan organisasi kepemudaan tersebut, Karang Taruna Tanjungharjo sangat memperhatikan berbagai dimensi karakter pemuda yang harus dikembangkan pula, meliputi kematangan sosial dan kebudayaan melalui berbagai kegiatan yang ada dalam program yang ada di Karang Taruna Tanjungharjo. Kematangan sosial yang dimaksud

yaitu

partisipasi

dari

pemuda/pemudi.

Partisipasi

dari

pemuda/pemudi sangat penting dalam keterlaksanaan kegiatan-kegiatan karang taruna. Karena jika tidak adanya partisipasi tersebut, maka program karang taruna juga tidak akan berjalan. Sedangkan kebudayaan di sini adalah adanya Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Paguyupan itu sendiri merupakan suatu budaya lokal yang dirasa harus tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa Tanjungharjo, dan yang diberi kepercayaan untuk mengelola paguyupan tersebut oleh masyarakat adalah kelompok Karang Taruna Tanjungharjo. Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan suatu program karang taruna sangatlah memerlukan partisipasi dari pemudanya. Hal tersebut juga berlaku bagi kelompok Karang Taruna yang berada di Desa Tanjungharjo. Masih banyak pemuda di desa tersebut yang tidak berpartisipasi, akan

101

tetapi banyak juga pemuda yang sangat antusias untuk mengembangkan kelompok karang tarunanya, sehingga mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang telah diadakan oleh Karang Taruna di Desa Tanjungharjo. 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat a.

Faktor Pendukung Partisipasi Pemuda Dalam Pelaksanaan Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Faktor pendukung dalam terlaksananya program suatu organisasi

karang taruna sangat penting adanya. Karena dengan adanya faktor pendukung tersebut, karang taruna akan terus dapat mengoptimalkan potensi yang ada dan partisipasi pemudanya serta dapat memberdayakan dan membina pemuda yang tergabung di dalamnya. Faktor pendukung pada partisipasi pemuda dalam program karang taruna di Desa Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian dalam upaya melestarikan budaya lokal, terdiri dari beberapa elemen atau unsur yang ada di masyarakat, baik masyarakat setempat maupun pemerinta desa setempat. Secara garis besar, yang menjadi faktor pendukung pada partisipasi pemuda dalam program karang taruna di Desa Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian ini berasal dari pribadi pemudanya itu sendiri dan juga dari lingkungan sekitar di Desa Tanjungharjo. Hal tersebut meliputi 1) letak geografis, 2) sumber daya manusia, 3) dukungan masyarakat, dan 4) dukungan pemerintah. Maka dari itu harus dilakukan berbagai bentuk penguatan-penguatan seperti pengadaan kegiatan-kegiatan di bidang

102

kesenian tersebut, agar mampu mengoptimalkan partisipasi pemuda dalam program karang taruna. Sehingga amanah karang taruna di Desa Tanjungharjo

sebagai organisasi yang membina dan memberdayakan

pemuda khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Beberapa alasan karang taruna di Desa Tanjungharjo dalam programnya di bidang kesenian ini masih bertahan hingga saat ini, menjadikannya salah satu faktor pendukung yang sangat penting. Hal tersebut meliputi interaksi sosial dan teknologi. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Karena dengan adanya bantuan teknologi, mereka mampu berinteraksi dengan cara yang lebih cepat dan mudah. Mereka memiliki suatu grup pada media sosial yang digunakan untuk berbagi informasi yang berkaitan dengan kegiatan mereka. Dengan penguasaan teknologi tersebut, maka mereka tidak hanya berinteraksi dengan antar anggota saja, akan tetapi mereka juga mampu melakukan kontak atau berinteraksi dengan kelompok karang taruna lain. Sehingga, mereka juga mengenal kebudayaan lain selain kesenian jathilan yang mereka miliki. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai organisasi yang bergerak di bidang kesenian ini membuat Karang Taruna Tanjungharjo harus mampu mengoptimalkan potensi serta partisipasi pemudanya agar apa yang menjadi tujuannya mampu berjalan secara optimal. Faktor pendukung yang dimiliki Krang Taruna Tanjungharjo harus terus dikembangkan agar

103

mampu

menjaga

sinergitas

maupun

kerjasamanya

dalam

upaya

pemberdayaan dan pembinaan pemuda, khususnya di bidang kesenian dalam upaya mengembangkan dan melestarikan budaya lokal. Selain itu, mereka juga mampu mengenal kebudayaan lain dengan adanya penguasaan teknologi yang membantu mereka berinteraksi dengan kelompok karang taruna di daerah lain. b.

Faktor Penghambat Partisipasi Pemuda Dalam Pelaksanaan Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Selain memiliki faktor pendukung pada partisipasi pemuda dalam

program karang taruna di bidang kesenian, dalam kenyataannya pada kelompok Karang Taruna di Desa Tanjungharjo juga memiliki faktor penghambat yang sering kali menghambat proses berjalannya kegiatankegiatan karang taruna. Faktor penghambat ini cenderung berasal dari privasi individu yang tergabung dalam kelompok karang taruna tersebut, yang harus memprioritaskan privasinya demi karier ataupun kepentingan lainnya. Adapun faktor yang menjadi penghambat pada partisipasi pemuda dalam program karang taruna di Desa Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian yaitu 1) Pekerjaan, 2) Keluarga, 3) Latar Belakang yang Berbedabeda, serta 4) Sarana dan Prasarana. Dari beberapa faktor penghambat yang menjadi permasalahan terhadap partisipasi pemuda dalam program karang taruna di Desa Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian ini dapat dikerucutkan bahwa faktor-faktor tersebut sebagian besar berasal

104

dari faktor internal khususnya individu pemuda/pemudi yang ada tergabung maupun yang tidak tergabung di dalam kelompok Karang Taruna Tanjungharjo. Sehingga pengurus Karang Taruna yang memiliki kendali laju organisasi tersebut harus meminimalisir faktor penghambat dengan melakukan kegiatan sebagai upaya meningkatkan partisipasi pemuda yang ada di Desa Tanjungharjo. Dari hasil penelitian serta pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai kendala yang menjadi faktor penghambat terhadap partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nnanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Faktor penghambat tersebut membuat partisipasi pemuda dalam kegiatan yang diadakan oleh Karang Taruna Tanjungharjo menjadi kurang optimal dan membutuhkan berbagai upaya sebagai suatu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. c.

Solusi yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Partisipasi Pemuda Dalam Pelaksanaan Program Karang Taruna Di Bidang Kesenian Solusi

adalah

aktivitas

penting

dalam

mengatasi

suatu

permasalahan yang ada, dan merupakan kegiatan yang bersifat praktis, taktis, dan strategis. Solusi yang dilakukan harus memiliki dampak jangka panjang secara individu maupun kelompok. Seperti halnya yang dilakukan oleh

kelompok

Karang

Taruna

Tanjungharjo

dalam

mengatasi

permasalahan yang diakibatkan oleh faktor penghambat terhadap

105

partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yang berada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Adanya beberapa permasalahan yang terjadi, karang taruna tersebut melakukan beberapa upaya sebagai solusi untuk mengatasinya, dan upaya yang dilakukan tersebut telah disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi. Dari hasil penelitian serta pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa adanya berbagai permasalahan tersebut di atas merupakan faktor penghambat terhadap partisipasi pemuda dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian. Oleh karena itu, perlunya solusi yang tepat untuk mengatasinya, sehingga tujuan dari adanya beberapa solusi tersebut dapat mengurangi atau meminimalisir segala permasalahan

yang

terjadi.

Selain

itu,

mereka

juga

mampu

mengembangkan kelompok karang tarunanya secara optimal. 3. Manfaat yang Dialami Pemuda Dan Masyarakat Pelaksanaan suatu program karang taruna tentulah memiliki tujuan yang ingin dicapai. Konsep pemberdayaan dan pembinaan pemuda tidak semata-mata muncul tanpa suatu tujuan yang direncanakan. Menurut Ambar (2004: 80), tujuan pemberdayaan adalah untuk membentuk individu menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Terkait dengan kegiatan pemberdeayaan, erat kaitannya dengan peningkatan wawasan dan kecakapan / lifeskill.

106

Karang taruna sebagai salah satu lembaga yang berfokus dalam upaya kesejahteraan sosial dapat membawa manfaat bagi masyarakat di tingkat desa khususnya bagi pemuda. Karang taruna di Desa Tanjungharjo dengan program dibidang kesenian mengharapkan agar pemuda di wilayahnya dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada untuk dikembangkan. Hal tersebut berkaitan dengan partisispasi pemuda dan pemudi yang sangat dibutuhkan demi kelancaran pelaksanaan program tersebut. Pada prinsipnya tujuan yang ingin dicapai oleh Karang Taruna Tanjungharjo dalam program dibidang kesenian ini adalah meningkatkan partisipasi pemudanya dan juga melestarikan budaya lokal yang ada di wilayahnya. Dalam upaya tersebut, diharapkan memberikan dampak positif bagi pemuda maupun bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Tanjungharjo, dapat diketahui anggota karang taruna dan masyarakat sekitas mendapatkan manfaat positif dari pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian. Dari segi kecakapan personal, anggota lebih mampu mengenal potensi dan bakat yang mereka miliki dalam bidang kesenian. Mereka diberi akses yang seluas-luasnya untuk mengekspresikan apa yang mereka punya dan apa yang mereka inginkan. Di samping itu, anggota lebih termotivasi dan berkeinginan untuk merencanakan harapan mereka untuk lebih mandiri, walaupun ada beberapa pemuda yang belum percaya diri. Dalam hal kepekaan, anggota karang taruna lebih sadar terhadap suatu masalah yang dialami kalompoknya, baik masalah pribadi

107

maupun masalah lain. Mereka lebih bisa mengontrol diri dan menggunakan media diskusi atau mengobrol antar anggota untuk membicarakan masalah tersebut untuk dipecahkan. Dilihat dari sisi akademik, pemuda menjadi memiliki wawasan yang lebih luas dan mendapatkan pengetahuan baru dengan berbagai kegiatan yang dilakukan khususnya dibidang kesenian ini. Mereka tertarik dan terdorong untuk berpartisipasi mengembangkan program karang taruna. Dengan adanya Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, pemuda menjadi lebih mampu memaksimalkan potensi yang mereka miliki sesuai dengan bakatnya dibidang kesenian. Sedangkan dilihat dari segi sosial, pemuda yang bergabung dengan Karang Taruna Tanjungharjo khususnya dalam program dibidang kesenian terlibat aktif dalam kegiatankegiatan yang diadakan. Mereka juga memiliki kepedulian sosial dengan lingkungan sekitar dengan terlibat

dalam kegiatan sosial, misalnya

bekerjasama dengan masyarakat. Dengan keterlibatan atau partisispasi pemuda dalam program karang taruna dibidang kesenian di Desa Tanjungharjo, masyarakat setempat merasa sangat senang dengan adanya program tersebut. Masyarakat juga sangat antusias dalam memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaannya dan mereka lebih dapat mengenal potensi yang ada di wilayahnya yang perlu dikembangkan. Dari pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa anggota Karang Taruna Tanjungharjo mendapatkan banyak manfaat dengan berpartisipasi

108

dalam program karang taruna khususnya dibidang kesenian. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat yang diperoleh belum optimal, sehingga pihak yang terkait terus senantiasa berusaha memberikan dukungan yang lebih dan memperbaikinya. Manfaat yang dirasakan mencakup kecakapan personal, kecakapan akademik, dan kecakapan sosial.

109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang partisipasi pemuda dalam program karang taruna dibidang kesenian di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

Partisipasi pemuda dalam program karang taruna dibidang kesenian di Desa Tanjungharjo dapat terlihat melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan

dengan

tujuan

untuk

mengembangkan

potensi

pemudanya dan melestarikan budaya lokal. Terlebih lagi dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, yang dijadikan program utama di Karang Taruna Tanjungharjo yang secara langsung turut memberikan sumbangsih yang positif terhadap proses pendidikan dan pembinaan bagi pemuda. Dalam hal ini partisipasi pemuda sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan atau program tersebut.Dalam upaya pembinaan pemuda, kelompok karang taruna tersebut mengadakan berbagai kegiatan khususnya di bidang kesenian yang membina pemudanya

agar

ikut

bergabung

dan

berpartisipasi

dalam

pelaksanaannya untuk mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki.

110

2.

Faktor pendukung pada partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna dibidang kesenian ini adalah berasal dari pribadi pemudanya itu sendiri dan juga dari lingkungan sekitar di Desa Tanjungharjo. Hal tersebut meliputi letak geografis, sumber daya manusia, dukungan dari masyarakat setempat, dan dukungan dari pemerintah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah adanya priotas yang lebih diutamakan daripada kegiatan karang taruna, yaitu pekerjaan dan keluarga, adanya latar belakang yang berbeda-beda, serta kurangnya sarana dan prasarana.

3.

Pelaksanaan program ini dirasakan memberikan manfaat yang positif bagi anggota khususnya dan bagi masyarakat pada umunya. Manfaat yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi manfaat ideologi, pendidikan (kecakapan personal, kecakapan akademik, dan kecakapan sosial), dan ekonomi. Walaupun hasilnya belum maksimal, namun manfaat yang positif telah dirasakan oleh anggota dan masyarakat sekitar, serta terus diperbaiki oleh pengurus karang taruna.

B. Saran Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap partisipasi pemuda dalam program karang taruna dibidang kesenian di Desa Tanjungharjo, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi pengurus karang taruna agar melakukan kegiatan yang lebih bervariatif misalnya menyelenggarakan seminar motivasi dengan narasumber yang sudah berpengalaman.

111

2. Bagi pengurus karang taruna hendaknya lebih meningkatkan kerjasamanya

dengan

pihak

pemerintah

sehingga

dapat

mengembangkan potensi anggota dan desa ke arah yang lebih luas pula. 3. Bagi pemuda yang belum berani bergabung dalam program karang taruna dibidang kesenian ini agar mencoba bergabung walau skala kecil

sehingga

dapat

memanfaatkan

waktu

berpartisipasi dalam kegiatan yang bermanfaat.

112

luangnya

untuk

DAFTAR PUSTAKA

AAM Djelantik. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI. Ach. Wazir Ws., dkk. (1999). Panduan Penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project. Alwi, Hasan, dkk. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Conyers, Diana. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. Yogyakarta: UGM Press. Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia: Pustaka Indonesia. Iif Khoiru Ahmadi, dkk. (2012). Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Isbandi Rukminto Adi. (2007). Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press. Kanwil Depsos Provinsi Sumatera Utara. (1984). Pedoman Dasar Karang Taruna. Medan. Karang Taruna. (2011). Pengertian Karang Taruna. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Taruna pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 16.28 WIB. Karang Taruna. (2012). Tujuan dan Fungsi. Diakses dari http://karangtarunajakamuara.blogspot.com/ pada tanggal 27 Maret 2015 pukul 16.10 WIB. Khairuddin. (1992). Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Liberty. Mahardika Karangtaruna. (2015). Sejarah Singkat Karang Taruna. Diakses dari http://karangtarunamahardika.blogspot.com/2015/06.html pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 14.00 WIB.

113

Mikkelsen, Britha. (1999). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upayaupaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Pengertian Kesenian. (2013). Pengertian Kesenian Menurut Ahli. Diakses dari http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-kesenianmenurut-ahli.html pada tanggal 10 Juli 2015 pukul 15.00 WIB. Purba, Rosmaniar. (2000). Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda dalam Menunjang Pembangunan Masyarakat dikelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Ross, Murray G., and B.W. Lappin. (1997). Community Organization: theory, principles and practice. Second Edition. NewYork: Harper & Row Publishers. Siti Irene Astuti Dwiningrum. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudiyo. (2002). Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Alfabeta.

Metodologi

Penelitian

Pendidikan.

Bandung:

Suharsini Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sumampouw, Monique. (2004). “Perencanaan Darat-Laut yang Terintegrasi dengan Menggunakan Informasi Spasial yang Partisipatif.” Jacub Rais, et al. Menata Ruang Laut Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. 91-117. Surotinojo, Ibrahim. (2006). Partisipasi Masyarakat dalam Program Sanitasi oleh Masyarakat (SANIMAS) di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/24168/1/Ibrahim_Surotinojo-01 pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 16.00 WIB. Teguh, Ambar. (2004). Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

114

LAMPIRAN

115

LAMPIRAN 1: PEDOMAN OBSERVASI PEDOMAN OBSERVASI No 1.

Aspek

Keterangan

Lokasi dan Keadaan Fisik a. Letak dan Alamat b. Kondisi Lingkungan dan Fasilitas c. Sejarah Berdiri

2.

Waktu dan Tempat Observasi

3.

Visi dan Misi

4.

Data Pengurus Karang Taruna

5.

Data Pemuda dan Pemudi

6.

Pendanaan

7.

Program Karang Taruna

8.

Pendidikan Remaja/Pemuda Desa

9.

Kehidupan Pemuda dan Pemudi

10. Perilaku sosial Pemuda dan Pemudi

116

LAMPIRAN 2: PEDOMAN WAWANCARA PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGELOLA KARANG TARUNA 1. Identitas Diri a. Nama

:

b. Tempat/tanggal lahir

:

c. Jenis Kelamin

:

d. Agama

:

e. Pendidikan Terakhir

:

f. Pekerjaan

:

g. Alamat

:

h. Jabatan

:

2. Identitas Organisasi a. Bagaimana sejarah berdirinya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Berapakah jumlah pengelola Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Apa tujuan didirikannya organisasi Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? d. Apa hubungan antara pemuda dengan karang taruna? Apakah hanya sebagai anggota atau sebagai penggerak juga? e. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Karang Taruna di Desa Tanjungharjo khususnya di bidang Kesenian? 3. Fasilitas

117

a. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Darimana saja sumber pendanaan yang diperoleh? c. Apakah Karang Taruna di Desa Tanjungharjo memiliki kerjasama dengan pihak-pihak lain? d. Bagaimana pemanfaatan dan pengelolaan dana tersebut? 4. Manfaat adanya Kegiatan Karang Taruna a. Apa manfaat yang dialami pemuda dan pemudi maupun masyarakat dengan

adanya

kegiatan-kegiatan

Karang

Taruna

di

Desa

Tanjungharjo? b. Apa dukungan yang diberikan oleh masyarakat untuk kelompok Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Pendidikan seperti apakah yang dapat pemuda dan pemudi terima dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 5. Faktor Pendukung dan Penghambat a. Apa saja faktor pendukung dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Apa saja faktor penghambat dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Bagaimana solusi untuk mengatasinya? 7

Sumber Daya Manusia a. Barapakah jumlah pengelola/pengurus Karang Taruna di Desa Tanjungharjo?

118

b. Apakah jumlah tersebut mampu mengkoordinir kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Bagaimana peran pengurus dalam kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? d. Bagaimana minat pemuda/pemudi desa terhadap kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? e. Bagaimana dukungan dari masyarakat setempat? f. Apakah masyarakat turut andil dalam kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? g. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo?

119

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA KARANG TARUNA 1. Identitas Diri a. Nama

:

b. Tempat/tanggal lahir

:

c. Jenis Kelamin

:

d. Agama

:

e. Pendidikan Terakhir

:

f. Pekerjaan

:

g. Alamat

:

h. Jabatan

:

2. Keberadaan Organisasi a. Bagaimana keterlibatan pemuda/pemudi desa terhadap terbentuknya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Bagaimana peran pemuda/pemudi desa setelah organisasi ini terbentuk? c. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Karang Taruna Tanjungharjo? d. Manfaat apa saja yang dirasakan pemuda/pemudi dengan adanya kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 3. Fasilitas a. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Darimana saja sumber pendanaan yang diperoleh? 120

c. Apakah Karang Taruna di Desa Tanjungharjo memiliki kerjasama dengan pihak-pihak lain? d. Bagaimana pemanfaatan dan pengelolaan dana tersebut? 4. Manfaat adanya Kegiatan Karang Taruna a. Apa manfaat yang dialami pemuda dan pemudi maupun masyarakat dengan

adanya

kegiatan-kegiatan

Karang

Taruna

di

Desa

Tanjungharjo? b. Apa dukungan yang diberikan oleh masyarakat untuk kelompok Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Pendidikan seperti apakah yang dapat pemuda dan pemudi terima dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 5. Faktor Pendukung dan Penghambat a. Apa saja faktor pendukung dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Apa saja faktor penghambat dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Bagaimana solusi untuk mengatasinya?

121

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TOKOH MASYARAKAT DESA TANJUNGHARJO 1. Identitas Diri a. Nama

:

b. Tempat/tanggal lahir

:

c. Jenis Kelamin

:

d. Agama

:

e. Pendidikan Terakhir

:

f. Pekerjaan

:

g. Alamat

:

h. Jabatan

:

2. Identitas Organisasi a. Bagaimana keterlibatan masyarakat desa terhadap terbentuknya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Bagaimana peran masyarakat desa setelah organisasi ini terbentuk? c. Manfaat apa saja yang dirasakan masyarakat dengan adanya kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 3. Manfaat adanya Kegiatan Karang Taruna a. Apa manfaat yang dialami pemuda dan pemudi maupun masyarakat dengan

adanya

kegiatan-kegiatan

Karang

Taruna

di

Desa

Tanjungharjo? b. Apa dukungan yang diberikan oleh masyarakat untuk kelompok Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 122

c. Pendidikan seperti apakah yang dapat pemuda/pemudi dan masyarakat terima dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 4. Manfaat Kegiatan Karang Taruna a. Apa saja manfaat adanya kegiatan-kegiatan karang taruna bagi pemuda dan pemudi serta masyarakat di Desa Tanjungharjo? b. Apakah manfaat tersebut dapat memberikan pengaruh bagi kehidupan sehari-hari? c. Pengaruh apa saja yang sudah dirasakan oleh pemuda/pemudi dan masyarakat sekitar? 5. Faktor Pendukung dan Penghambat a. Apa saja faktor pendukung dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Apa saja faktor penghambat dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Bagaimana solusi untuk mengatasinya?

123

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT DESA TANJUNGHARJO 1. Identitas Diri a. Nama

:

b. Tempat/tanggal lahir

:

c. Jenis Kelamin

:

d. Agama

:

e. Pendidikan Terakhir

:

f. Pekerjaan

:

g. Alamat

:

h. Jabatan

:

2. Identitas Organisasi a. Bagaimana keterlibatan masyarakat desa terhadap terbentuknya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Bagaimana peran masyarakat desa setelah organisasi ini terbentuk? c. Manfaat apa saja yang dirasakan masyarakat dengan adanya kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 3. Manfaat adanya Kegiatan Karang Taruna a. Apa manfaat yang dialami pemuda dan pemudi maupun masyarakat dengan

adanya

kegiatan-kegiatan

Karang

Taruna

di

Desa

Tanjungharjo? b. Apa dukungan yang diberikan oleh masyarakat untuk kelompok Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 124

c. Pendidikan seperti apakah yang dapat pemuda/pemudi dan masyarakat terima dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? 4. Manfaat Kegiatan Karang Taruna a. Apa saja manfaat adanya kegiatan-kegiatan karang taruna bagi pemuda dan pemudi serta masyarakat di Desa Tanjungharjo? b. Apakah manfaat tersebut dapat memberikan pengaruh bagi kehidupan sehari-hari? c. Pengaruh apa saja yang sudah dirasakan oleh pemuda/pemudi dan masyarakat sekitar? 5. Faktor Pendukung dan Penghambat a. Apa saja faktor pendukung dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? b. Apa saja faktor penghambat dari adanya kegiatan-kegiatan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? c. Bagaimana solusi untuk mengatasinya?

125

LAMPIRAN 3: PEDOMAN DOKUMENTASI PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Melalui Arsip Tertulis a. Sejarah berdirinya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo b. Visi dan Misi Karang Taruna di Desa Tanjungharjo c. Arsip datapemuda/pemudiKarang Taruna di Desa Tanjungharjo 2. Foto a. Fasilitas yang dimiliki Karang Taruna di Desa Tanjungharjo b. Kegiatan yang diikuti pemuda/pemudi Karang Taruna di Desa Tanjungharjo

126

LAMPIRAN 4: CATATAN LAPANGAN CATATAN LAPANGAN I Hari, Tanggal

: Jum’at, 5 Juni 2015

Waktu

: 09:00-13:00 WIB

Tempat

: Karang Taruna di Desa Tanjungharjo

Kegiatan

: Observasi Awal dan Studi Pendahuluan

Deskripsi

:

Peneliti datang ke pengelola karang taruna yang beralamatkan di Dusun

Turus

Desa

Tanjungharjo

Nanggulan

Kulonprogo

untuk

mengadakan observasi awal, ketika sampai di tempat tersebut peneliti bertemu dengan ketua dan beberapa pengelola lainnya. Peneliti kemudian menyampaikan maksud kedatangan dan mohon izin serta kerjasamanya. Pada pertemuan ini peneleliti menanyakan beberapa hal kepada saudara “DR” selaku ketua Karang Taruna Tanjungharjo sebagai bentuk studi pendahuluan tentang fokus penelitian yang akan dilakukan peneliti untuk menanyakan beberapa hal tentang awal berdirinya Karang Taruna Tanjungharjo dan juga programnya di bidang kesenian. Selain itu peneliti menyinggung mengenai bagaimana cara memberdayakan masyarakat sejauh mana partisipasipemuda yang ada di desa itu.

127

CATATAN LAPANGAN II Hari, Tanggal

: Minggu, 7 Juni 2015

Waktu

: 10:00-13:30 WIB

Tempat

: Karang Taruna di Desa Tanjungharjo

Kegiatan

: Observasi

Deskripsi

:

Peneliti datang kembali ke Desa Tanjungharjo untuk bertemu kembali dengan pengelola karang taruna pada pukul 10.00 WIB. Namun dikarenakan “DR” selaku ketua masih ada acara pribadi, maka saya menunggu hingga akhirnya bertemu pada puku 11.00 WIB. Setelah bertemu, peneliti langsung saja menanyakan beberapa hal mengenai kegiatan Karang Taruna Tanjungharjo khususnya di bidang kesenian sebagai studi pendahuluan tentang fokus penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menanyakan beberapa hal dan permasalahan yang dialami oleh kelompoknya menyangkut partisipasi pemuda. Setelah studi pendahuluan dirasa cukup, peneliti mohon pamit dan menyampaikan beberapa waktu ke depan akan segera melaksanakan kegiatan penelitian.

128

CATATAN LAPANGAN III Hari, Tanggal

: Rabu, 19Agustus 2015

Waktu

: 15:30-17:30 WIB

Tempat

: Rumah Saudara “WR”

Kegiatan: Wawancara tentang partisispasi pemuda Karang Taruna Deskripsi

:

Peneliti datang ke rumah saudara WR selaku Pengelola dan wakil ketua karang taruna di Desa Tanjungharjo pukul 15:30 WIB, dan langsung bertemu dengan Saudara “WR”. Kemudian peneliti berkenalan, dengan mengutarakan maksud dan tujuan melakukan wawancara terhadap Saudara “WR”. Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan peralatan dan pedoman wawancara serta surat tembusan dari Kepala Desa Tanjungharjo. Dari Saudara “WR” diperoleh informasi tentang partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yang ada di Desa Tanjungharjo yaitu Paguyupan Kesenian Jathilan, termasuk faktor pendukung dan faktor penghambat dalam kegiatan tersebut. Selain itu juga Saudara “WR” menceritakan Desa Tanjungharjo yang dulunya belum ada apa-apa sampai sekarang membentuk kelompok karang taruna yang di bidangkesenian jathilan. Wawancara di rumah Saudara “WR” berakhir pada pukul 17:30 karena waktu sudah petang. Peneliti mengucapkan terima kasih sudah meluangkan waktunya dalam wawancara ini. Setelah itu peneliti mohon ijin untuk pulang.

129

CATATAN LAPANGAN IV Hari, Tanggal

: Minggu, 23 Agustus 2015

Waktu

: O9:30-14:00 WIB

Tempat

: Rumah Saudara “GF” dan ”DS”

Kegiatan: Wawancara terhadap pengurus dan anggota karang taruna Deskripsi

:

Peneliti datang ke rumah para pengurus karang taruna yaitu Saudara “GF” dan “DS”, wawancara ini dilakukan dirumah masingmasing mengingat mereka juga pemuda yang berpartisipasi dalam kelompok karang tarunanya. Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan melakukan wawancara ini. Sebelum melakukan penelitian ini peneliti menyiapkan peralatan, pedoman wawancara dan surat tembusan dari kantor kepala Desa Tanjungharjo. Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan, dengan Saudara ”GF” diperoleh informasi tentang partisipasi pemuda pemudi yang ada di Desa Tanjungharjo serta faktor apa saja yang mendukung maupun yang menghambat proses berjalannya kegiatan karang taruna khususnya di bidang kesenian. Setelah selesai mewawancarai pengurus dan anggota yang tergabung di Karang Taruna Tanjungharjo, akhirnya peneliti mohon pamit dan mengucapkan terimakasih atas bantuannya.

130

CATATAN LAPANGAN V Hari, Tanggal

: Senin, 24 Agustus 2015

Waktu

: 14:00-15:30 WIB

Tempat

: Rumah Bapak “J”

Kegiatan

: Wawancara terhadap Tokoh Masayarakat mengenai Karang Taruna Tanjungharjo

Deskripsi

:

Peneliti datang ke rumah Bapak “J”selaku Kepala Dukuh Turus Desa Tanjungharjo pukul 10:00 WIB, dan langsung bertemu dengan Bapak “J”. Sebelum melakukan wawancara peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan melakukan wawancara ini. Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan peralatan wawancara, instrumen wawancara dan surat tembusan dari Desa Tanjungharjo. Dari wawancara dengan Bapak “J” memperoleh informasi mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat serta solusi yang dilakukan untuk mengatasi penghambat yang dialami pemuda dalam proses kegiatan karang taruna. Selain itu peneliti juga mendapat informasi tentang dampak atau manfaat adanya program karang taruna di bidang kesenian. Setelah selesai meawancarai beberapa pengrajin kerajinan tangan Rumput Aji berakhir pada pukul 15:30 peneliti mohon pamit dan mengucapkan terimakasih atas bantuannya.

131

CATATAN LAPANGAN VI Hari, Tanggal

: Sabtu, 29 Agustus 2015

Waktu

: 14:00-16:00 WIB

Tempat

: Rumah Saudara “FJS”

Kegiatan

: Wawancara terhadap anggota karang taruna

Deskripsi

:

Peneliti datang ke rumah “FJS” selaku anggota karang taruna di Desa Tanjungharjo pada pukul 14:00 WIB. Setelah itu bertemu dengan Saudara “FJS” peneliti memberikan mengutarakan maksud dan tujuan akan melakukan wawancara. Sebelum

melakukan

wawancara

terlebih

dahulu

peneliti

memperkenalkan diri dan menyiapkan pedoman wawancara. Dari wawancara dengan Saudara “FJS” diperoleh informasi mengenai partisipasi pemuda dalam program karang taruna khususnya di bidang kesenian. Saudara “FJS” mengungkapkan beberapa pendapatnya sehingga peneliti mendapatkan informasi yang cukup menguatkan pendapatpendapat pengelola Karang Taruna Tanjungharjo yang lainnya. Setelah kegiatan wawancara selesai, peneliti mohon pamit dan mengucapkan terima kasih dan mohon bantuan dalam proses penelitian.

132

CATATAN LAPANGAN VII Hari, Tanggal

: Minggu, 30 Agustus 2015

Waktu

: 09:00-13.30 WIB

Tempat

: Rumah “WR” dan “DS”

Kegiatan

: Wawancara terhadap pengelola dan anggota karang taruna

Deskripsi

:

Peneliti datang ke rumah msing-masing PENGELOLA Karang Taruna Tanjungharjo dimulai pada pukul 09:00 WIB. Selain wawancara dengan pengelola karang taruna, menambah masyarakat untuk mengetahui tanggapan tentang kegiatan yang dilakukan oleh Karang Taruna Tanjungharjo. Sebelum melakukan wawancara peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan alasan melakukan wawancara ini setelah itu menyiapakan alat dan pedoman wawancara. Peneliti pun mengajukan pertanyaan mengenai faktor pendukung dan hambatan dalam proses kegiatan karang taruna melalui program di bidang kesenian. Selain itu juga salah satu anggota ada yang bercerita tentang kehidupan pribadinya terutama dalam hal partisipasinya dalam program karang taruna sehingga merasakan manfaat dari kegiatan tersebut. Wawancara berakhir pada pukul 13:30 WIB. Peneliti mengucapkan terima kasih telah meluangkan waktunya dan setelah itu peneliti mohon ijin untuk pulang.

133

LAMPIRAN 5: ANALISIS DATA Analis Data No 1

2

Reduksi Apa latar belakang didirikannya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo?

Display Data Peneliti : Apa latar belakang didirikannya Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? WR: Sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan pemuda GF: Sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan pemuda DS: Sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan pemuda berbasis komunitas FJS: Sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan pemuda berbasis komunitas atau kelompok

Kesimpulan Karang Taruna di Desa Tanjungharjo didirikan sebagai langkah pembinaan dan pemberdayaan pemuda berbasis komunitas

Permasalahan apa saja yang dialami oleh pemuda di Desa Tanjungharjo?

Peneliti: Permasalahan apa saja yang dialami oleh pemuda di Desa Tanjungharjo? WR: Banyak pemuda pemudi yang masih membuang waktu luangnya dengan bermain, dan tidak memiliki kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan selain di sekolah. GF: Kurangnya partisipasi

Permasalahan yang dialami oleh karang taruna di Desa Tanjungharjo yaitu pada partisipasi pemudanya itu sendiri serta sarana dan prasarana yang kurang memenuhi pula, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara anggota karang taruna yang mengikuti kegiatan di bidang kesenian

134

3

Apasaja yang dikembangkan oleh Karang Taruna di Desa Tanjungharjo?

pemuda dalam kegiatan karang taruna khususnya di bidang kesenian ini mungkin karena masih kurangnya pengarahan terhadap mereka bahwa mereka sebenarnya bisa menggunakan waktu luangnya dengan bergabung ke dalam kegiatan karang taruna, dimana mereka juga bisa mengembangkan bakatnya. DS: selain kurangnya partisipasi pemudanya, di sini masalah yang dialami juga kurangnya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan di bidang kesenian kami yaitu kesenian jathilan, sehingga tidak seimbangannya jumlah anak atau pemuda dengan fasilitas yang dimiliki.

dengan fasilitas yang mereka miliki.

Peneliti: Apasaja yang dikembangkan oleh Karang Taruna di Desa Tanjungharjo? WR: Potensi yang dikembangkan antara lain adalah dari segi lingkungan, olahraga, rekreasi, realigi, tetapi yang paling menonjol adalah pada bidang kesenian dan budaya.

Karang Taruna Tanjungharjo mengembangkan potensi pemudanya di bidang kesenian sebagai pembinaan dan pemberdayaan pemuda, dikarenakan sebagian besar dari mereka menyukai seni dan musik, selain itu juga sebagai bentuk

135

4

Bagaimana partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

GF: Ada beberapa kegiatan yang dikembangkan, tetapi yang paling diminati oleh pemuda/pemudi di Desa Tanjungharjo. DS: Mengembangkan potensi pemuda/pemudi dalam bidang kesenian sebagai bentuk pelestarian budaya lokal karena sebagian besar dari mereka menyukai seni dan musik. J: Kegiatan Paguyupan Kesenian Jathilan secara kelembagaan sangat berperan dalam mengembangkan potensi pemuda/pemudi sebagai pelestarian budaya lokal.

upaya pelestarian budaya lokal yang ada di daerah tersebut.

Peneliti: Bagaimana partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? WR: Bentuk partisipasi pemuda yaitu dengan menghadiri latihan setiap bulan dan juga mengikuti pentas kesenian jathilan. Tidak semua pemuda berminat, tetapi lebih dari setengah jumlah anggotanya mengikuti program tersebut. DS: Tugas pemuda yang

Partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian yang ada di Desa Tanjungharjo diimbangi dengan tugas masing-masing pengurus dan anggota karang taruna. Dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan, maka terlihat bahwa partisipasi pemuda yang tergabung dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian ini

136

5

Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

bergabung pada program kesenian jathilan ini sudah dibagi dan disepakati bersama. Kami bertugas sesuai dengan tugas masingmasing, seperti seksi konsumsi mengurus konsumsi yang dibutuhkan, anggota inti yang mengikuti latihan tari jathilan, dan ada pula yang hadir hanya melihat saja. GF: Untuk kehadiran seluruh anggota bisa dipastikan hampir semua hadir, tetapi memang tidak semuanya ikut menari karena memiliki tugas masing-masing, seperti seksi konsumsi, humas, dan lain-lain. Bahkan ada pula yang hadir hanya sekedar melihat proses kegiatan karang tarunanya saja.

sudah bisa dibilang cukup baik. Walaupun pada saat latihan tidak semuanya ikut menari, tetapi mereka tetap berusaha hadir karena memiliki tugas masing-masing sebagai bentuk partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Peneliti: Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? Apakah ada perencanaan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan? WR: Banyak sekali kegiatannya, ada kegiatan kumpul rutin setiap bulan. Biasanya diskusi dan latihan

Karang Taruna Tanjungharjo memiliki beberapa kegiatan, dan mereka juga telah melakukan usaha agar kegiatan berjalan dengan teratur dan lancar. Dengan adanya sebuah perencanaan dan persiapan sebelum pelaksanaan pentas dilakukan serta evaluasi yang dilakukan selama

137

6

Apa saja faktor pendukung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

jathilan. DR: Biasanya kumpul satu bulan sekali, hari sabtu malam. Ya tentu ada pesencanaan dulu mbak, kemudian melakukan persiapan alat dan perlengkapan, kemudian baru pelaksanaan pentas. Kita masing-masing memiliki tugas yang telah dibagi dan saling mengamati apabila salah satu tugas selesai kemudian ada yang membutuhkan bantuan maka kita saling menolong. FJS: Iya mbak, ada perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kalo tadi sudah disebutkan persiapannnya dan perencanaan, saya hanya menambahkan saja kalau pas evaluasi itu dilakukan pada saat proses berjalannya kegiatan. Kita samasama mengamati apa yang kurang dan yang lebih dari kegiatan kami.

kegiatan itu berjalan, diharapkan program mereka berjalan dengan lancar.

Peneliti: Apa saja faktor pendukung partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

Terdapat beberapa faktor pendukung yang secara langsung menunjang kegiatan atau program karang taruna baik dalam bentuk partisipasi,

138

WR: Faktor pendukung terlaksananya program karang taruna di bidang kesenian ini sudah cukup baik. Karena selain didukung dengan minat pemuda yang cukup banyak, masyarakat dan pemerintah desa juga menudukung program tersebut. FJS: Didukung oleh partisipasi dari pemuda/pemudi selaku pengurus dan anggota karang taruna itu sendiri yang menyukai kesenian dan musik, juga adanya dukungan dari masyarakat setempat yang memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan-kegiatan karang taruna. Bentuk dukungan tersebut yaitu masyarakat menyediakan tempat latihan dan masyarakat juga memberikan saran maupun kritik yang membangun agar program ini semakin bagus dan berkembang. Hubungan antar anggota maupun antara pemuda dengan masyarakat itu sangat baik mbak. Kalau antar anggota kami punya grup media sosial. Kami membuat grup WhatsApp yang isinya

139

dukungan, maupun kerjasama antara pemuda, masyarakat, dan pemerintah desa di Desa Tanjungharjo. Faktor-faktor ini merupakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat atau penduduk Desa Tanjungharjo.

seluruh anggota karang taruna. Kami bisa berbagi informasi apa saja lewat pesan grup ini, kaya jadwal latihan atau keperluan lainnya. Kalau hubungan kami dengan masyarakat itu ya kami saling berkomunikasi dengan baik bahkan saling memberi kritik dan saran terhadap program paguyupan jathilan kami J: Selain partisipasi pemuda, masyarakat di Desa Tanjungharjo juga ikut serta berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan Karang Taruna Tanjungharjo. Bentuk partisipasi masyarakat setempat yaitu mereka memberikan dukungan penuh dalam pelaksaan kegiatan karang taruna, sedangkan partisipasi dari Pemerintah Desa Tanjungharjo yaitu dengan memberikan bantuan dana yang sudah dianggarkan setiap tahun untuk dikelola oleh pengurus Karang Taruna Tanjungharjo agar sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan di bidang kesenian ini terpenuhi 7

Apa saja faktor penghambat

Peneliti : Apa saja faktor

140

Faktor penghambat ini cenderung

partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

penghambat partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? GF: Kalau dari faktor penghambatnya, masih banyak pemuda/pemudi di desa Tanjungharjo tetapi tidak mengikuti program di bidang kesenian ini, mereka mengaku tidak suka menari dan kurang percaya diri. Selain itu, peralatan dan perlengkapan jathilan yang dimiliki masih kurang karena anggota setiap tahunnya bertambah. DS: Hambatan yang terlihat jelas yaitu pada antusias pemuda/pemudi di sini. Anggota karang taruna ada sekitar 70 orang, tetapi yang yang antusias berpartisipasi pada Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo ini hanya 42 orang saja, itu pun pada saat latihan rutin setiap bulan yang kami adakan tidak semuanya hadir dan mengikuti latihan. Hal ini dikarenakan banyak dari mereka memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, seperti pekerjaan dan keluarga.

141

berasal dari privasi individu pemuda/pemudi di Desa Tanjungharjo, dimana mereka harus memprioritaskan privasi demi karir ataupun kepentingan lainnya. Selain itu banyak dari mereka yang mengaku tidak menyukai kesenian dan kurang percaya diri, sehingga hal tersebut menjadi alasan mereka untuk tidak berpartisipasi dalam program Karang Taruna Tanjungharjo di bidang kesenian ini. Selain itu, partisipasi pemuda yang ingin mengikuti Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo tersebut terhambat oleh keterbatasan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh kelompok karang taruna mereka.

FJS: Tidak semua pemuda/pemudi menyukai bidang kesenian sehingga kurangnya peran serta mereka terhadap program kami Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo, dan juga banyak pemuda/pemudi yang sudah bekerja sehingga mereka lebih mementingkan pekerjaan masingmasing, bahkan banyak pula yang sudah menikah sehingga ya jelas mereka lebih mementingkan keluarganya. Kurangnya sarana dan prasana seperti peralatan dan perlengkapan juga menjadi faktor penghambat. 8

Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat partisipasi pemuda dalam pelaksanaan program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? GF: Melakukan regenerasi sebagai langkah atau solusi untuk mengatasi penghambat partisipasi teman-teman yang dinilai kurang. Memberikan motivasi

142

Beberapa faktor yang menjadi penghambat partisipasi pemuda dalam program karang taruna di bidang kesenian dapat diatasi dengan upayaupaya sebagai solusi yang tepat sesuai dengan faktor penghambatnya. Dengan adanya beberapa upaya tersebut,

kepada mereka dan mengajaknya bergabung dalam program di bidang kesenian ini. Walaupun tidak bisa menari tetapi mereka masih bisa berpartisipasi dalam bentuk lain, misalnya hadir pada saat latihan dan memberikan semangat kepada teman-teman yang sedang berlatih menari. DS: Untuk teman-teman yang sudah menikah, kami tidak bisa memaksanya untuk bergabung dan berpartisipasi langsung pada pelaksanaan program karang taruna kami ini. Tetapi kami tetap meminta bantuan mereka untuk tetap mendukung kegiatan kami di bidang kesenian ini. FJS: Untuk upaya mengatasi masalah sarana dan prasarana, kami selaku pengurus dan anggota karang taruna sudah membuat proposal yang ditujukan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY agar dapat menjadikan pertimbangan untuk mendapatkan dan dikabulkan permohonan bantuan untuk merevolusi peralatan gamelan atau musik

143

diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dan mampu meminimalisir kemungkinan buruk yang terjadi.

yang ada di paguyupan kesenian jathilan kami. J: Untuk menambah kualitas Karang Taruna Tanjungharjo, pemerintah desa telah memberikan bantuan dana setiap tahunnya yang sudah dianggarkan untuk membantu kelompok tersebut agar dikelola dengan baik dan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kelompoknya. 9

Bagaimana manfaat yang dialami pemuda/pemudi dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

Peneliti: Bagaimana manfaat yang dialami pemuda/pemudi dengan adanya program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? WR: Adanya program di bidang kesenian ini saya dan teman-teman tentunya dapet ilmu, kita ikut pelatihan menari dan musik tradisional yaitu gamelan. Memang benar kok kalau tidak cuma di sekolah saja kita bisa mendapatkan pengetahuan. Di sini yang kita bangun pertama adalah kedekatan personal. Karena kerjasama dan tanggungjawab akan terbentuk ketika kami dekat secara personal. Dari situ kerjasama

144

Anggota terlibat aktif dalam kegiatan sosial di bidang kesenian ini, yaitu mereka mampu berpartisipasi dan berkomunikasi dengan baik antar sesama anggota dan juga masyarakat sekitar. Di samping itu, hal yang terkait dengan kerjasama dan tanggungjawab juga menjadi salah satu indikator kecakapan sosial. Manfaat yang terkait dengan ekonomi juga mereka rasakan. Beberapa manfaat tersebut merupakan hal yang menjadi alasan karang taruna di Desa Tanjungharjo masih bertahan hingga

akan terjalin dan tahu karakter kita masingmasing. Misalnya adanya program paguyupan jathilan ini, kita tahu ada respon dari pemuda untuk mensukseskan program tersebut, jadi ya mereka saling bekerjasama dan bertanggungjawab dengan tugas masingmasing yang telah kita sepakati DS: saya rasa memang hanya ada manfaat positif, tidak ada manfaat negatifnya. Karena dengan adanya program itu saya menjadi tau bakat yang saya miliki. Dan kami tidak hanya berpartisipasi sesama anggota, tapi kami juga belajar bekerjasama dengan masyarakat di desa kami ini. FJS: manfaat yang saya rasakan dengan adanya program di bidang kesenian ini saya jadi bisa lebih mengeksplorasikan bakat saya, karena pada dasarnya saya menyukai musik dan saya juga mahasiswa seni. Semakin banyak kegiatan semakin menambah pengetahuan kami dong selaku anggota yang bergabung.

145

sekarang.

10

Berapa bayaran atau hasil pendapatan dari Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo di Desa Tanjungharjo?

Peneliti: Berapa bayaran atau hasil pendapatan dari Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo di Desa Tanjungharjo? DR: Ya jelas kami pentas itu dibayar mbak. Biasanya kalau sekali tampil kami dibayar tiga juta sampai tiga setengah juta, ini bayaran untuk satu kelompok. Tidak pasti pendapatan dari penampilan kami, kadang dibagi setiap orang sekitar Rp 30.000 sampai Rp 50.000-an. FJS: Tidak pasti bayarannya, yang jelas paling sedikit Rp 3000.000,00 untuk kelompok mbak. Uang itu kami bagi rata sesuai hasil yang di dapat dan sesuai kesepakatan. S: “Iya mbak betul, ya dapatnya dari Rp 3.000.000,00 sampai Rp 3.500.000,00 sekali tampil. Itu satu kelompok mbak. Kalau tiap individu dapatnya cuma sampai Rp 50.00,00-an. Tidak pasti mbak soalnya bayaran setiap tampilnya tidak sama.

Pemuda dan pemudi di Desan Tanjungharjo mampu menghasilkan pendapatan dengan adanya Paguyupan Kesenian Jathilan Kudo Wiromo. Pendapatan meeka yaitu Rp 3.000.000,00 sampai 3.500.000,00 untuk satu kelompok setiap tampil.

11

Bagaimana manfaat yang dialami masyarakat dengan adanya

Peneliti: Bagaimana manfaat yang dialami pemuda/pemudi dengan adanya program karang

Pemuda karang taruna di Desa Tanjungharjo memiliki kepedulian sosial

146

program karang taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo?

taruna di bidang kesenian di Desa Tanjungharjo? WR: Warga masyarakat tahu kalau kegiatan yang dikembangkan pemuda di bidang ini sudah cukup bagus. Mereka senang sekali karena selain menghibur, kegiatan kami juga termasuk kegiatan pelestarian budaya lokal. J: Banyak manfaatnya. Membicarakan tentang manfaat, yang dirasakan saya selaku masyarakat di desa ini sangat senang dengan adanya kegiatan itu. Paguyupan kesenian jathilan di desa ini sangat menghibur bagi masyarakat. Selain itu juga menjaga kesenian tari jathilan tetap terus terjaga dan tidak dilupakan karena sekarang banyak tarian modern yang lebih disukai anak-anak muda.

147

dengan lingkungan sekitar dengan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi khususnya dibidang kesenian. Dengan demikian, masyarakat merasa antusias untuk bekerjasama dengan mereka dan masyarakat juga lebih mengenal potensi-potensi yang ada di wilayahnya yang perlu dikembangkan. Terkait dengan kerjasama dan tanggungjawab, pemuda atau pengurus karang taruna telah mampu bekerjasama dan bertanggungjawab, meskipun terdapat beberapa yang belum maksimal.

LAMPIRAN 6: DOKUMENTASI

Gambar Gamelan sebagai perlatan Jathilan Karang Taruna Tanjungharjo. (Sumber: Foto Pribadi)

Gambar akanan dan sesajen untuk pemain Jathilan saat mereka tampil. (Sumber: Foto Pribadi)

148

Gambar kegiatan latihan rutin setiap bulan. (Sumber: Foto Pribadi)

Gambar kegiatan pentas pada acara HUT Desa Tanjungharjo. (Sumber: Arsip Karang Taruna Tanjungharjo)

149

Gambar kegiatan pentas pada acara hiburan. (Sumber: Arsip Karang Taruna Tanjungharjo)

Gambar kegiatan pentas pada acara Syawalan. (Sumber: Arsip Karang Taruna Tanjungharjo)

150

DAFTAR ANGGOTA “PAGUYUBAN KESENIAN JATHILAN KUDO WIROMO” TAHUN 2013/2014 No

NAMA

L/P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jemino Sukardi, S. Pd Darinto Wahyu Ramadana GunturFebrianto Dian Noviyantoro Priyo Nugroho Agus Santoso Ari Bowo Angga Ifa Alif Cahyono Budiman Desi Ratre Rahayu Diki Setyawan Dwi Anto Riana Juwardi Fans Josa Fandhila Titis Utami Wakid Sholikin

L L L L L L L L L P L L P L L P L L P L

USIA (Tahun) 50 53 27 21 19 28 23 18 20 20 19 18 17 17 18 17 24 21 18 18

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Ruligia Umi Purwasih Rian Munanti Amprih Widodo Sarjono Parjono Darma Wiyana Tugiman Hendro Sukamto Rilo Pambudi Wisnu Dwi Atmaja Sudono Aji Sahid Rizal Fery Suyati

P P P P L L L L L L L L L P

32 33 34

ALAMAT

JABATAN Pelindung Penasehat Ketua Wakil Ketua Sekretaris 1 Sekretaris 2 Bendahara 1 Bendahara 2 Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

21 22 18 17 25 23 16 24 17 19 18

Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Dengok, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Klajuran, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo

20 16 21

Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo

Anggota Anggota Anggota

151

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

35 36 37 38 39 40 41 42

Kathon Prasojo Retno Wulandari Ariyanto Nanang Febriyanto Giyono Aris Budiman Hermanto Luckyto Hendro U

L P L L

21 18 17 21

Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo

Anggota Anggota Anggota Anggota

L L L L

17 18 19 17

Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo Turus, Tanjungharjo

Anggota Anggota Anggota Anggota

Sekretaris,

Ketua,

Guntur Febriyanto

Darinto

152

ANGGARAN BIAYA PENTAS KESENIAN JATHILAN KUDO WIROMO TANGGAL 24 JULI 2015

Bayaran : Rp 3.500.000,00 Anggota : 20 orang Anggaran

Biaya

1. Sound System

Rp 550.000,00

2. Penyanyi Laki-laki

Rp 150.000,00

3. Penyanyi Perempuan

Rp 150.000,00

4. Saron 3

Rp 300.000,00

5. Barong 1

Rp 100.000,00

6. Kostum 3 + rias

Rp 600.000,00

7. Pawang

Rp 100.000,00

8. Uang transportasi

Rp 300.000,00

9. Rokok dan konsumsi

Rp 300.000,00 +

Jumlah

Rp 2.550.000,00

153

154

155

156

157