Document not found! Please try again

II. TINJAUAN PUSTAKA A. DESKRIPSI BACILLUS THURINGIENSIS BACILLUS

Download Secara morfologi, Bacillus thuringiensis mirip dengan B. cereus. Antara. NHGXDQ\D .... Bacillus thuringiensis termasuk bakteri yang dapat. ...

1 downloads 526 Views 753KB Size
II.

TINJAUAN PUSTAKA

Bacillus A. Deskripsi Bacill lus thuringiensis Bacillus pertama pada tahun Baci cilllus thuringiensiss pe ci pert rtam rt amaa ka am kali ddiisolasi iisolasi oleh Ishiwata Is 19011 dari ulat sutera sut uter ut e a da er dan kemudian ddiberi ib berii na nama ma Sotto So disease ba bacillus, namun inclusion bakteri adanya in incl clus cl usion body us boody ppada ada bakte eri r bersporaa in inii baru bbisa isaa di is ddikemukakan kemuka kakan oleh ka Berliner tahun penyebab sakit Be erl rlin iner in er pada pad da tahu hun 1909, ketika kettikka mempelajari mempelajaari pen enye en y baab sa saki kitt Ephestia ki Ep phe h stia kunhniella Berliner menamakan kunh ku nhniellla Zell. Berl nh lin iner kemudian kemudiaan menamaka kan mikrobia ttersebut e sebu er butt ddengan bu engan n B. B thuringiensis, propinsi 1901). thurin th ngi gien ensis, meminjam m nama nam a a pro opiinsi Thuringia Thuuri ringia di Jerman (Ishawata, (Ishhaw a atta, 19 1901 0 ). morfologi, Bacillus thuringiensis Secara m orfo or fologi, Ba aci cill llus th huriing ngie iensis mirip miiri ripp dengan dengan B. cereus. cereus. Antara Annta tarr NHGXDQ\DGLEHGDNDQGHQJDQDGDQ\DEDGDQNULVWDOSURWHLQ į-endotoksin) NHG GX GXDQ\DGLEHGDNDQGHQ QJD JDQ Q DG DGDQ\D EDG GDQ NUL ULVW VWDOSURWHLQ į-endoto oksin) ataupun ataupu at pun pu badan paraspora thuringensis dkk., bada ba dan kkristal da riista tall pa para rasp spor sp oraa pada or pa B. thuring gen ensi siss (Helgason si (Hel (H elga gaso sonn dk dkk k., 2000). 20000). 20 00 Kristal Kri r st sta protein yang dibentuk selama ssporulasi, poru rula lasi, terletak terpisah dari spora. Bentuk la Bent Be ntuk nt kristal yaitu kuboid, kris kr i tal protein pada B. thuringiensis inipun bermacam-macam ya is yait ituu ku it kub boid bipiramid pyramid (Tojo, amorphous (Mikolla dkk, bi b piiraami midd dan dan py pyra rami ra midd (T mi ojo oj jo, o, 1986) 198 986) 6) ddan an ovaid ovaaid aatau tauu am ta mor orph phou ph ouss (M ou (Mik Mik ikol ollla dkk ol 1982) strainnya. Morfologi thuringiensis 1982 19 8 ) ter 82 ttergantung ergantu tu ung ddari ari strainny ya. a Morfol logi sel B. thuri ring ri ngiensis ng is dapat dapa patt ddilihat pa ilihat pada pad Gambar 1.

7

8

kristal protein

Gambar G ambar 1. 1. Morfologi Morfo folo fo l gi sel B. tthuringiensis lo huri hu ring ri ngie ng iens ie nsis ns iss Sumber: Sumbe ber: be r: http://ditjenbun.pertanian.go.id htt ttp p://ditjen nbu bun. n pertanian.go g .id Keterangan: bentuk lebar Ke ete tera raang ngaan: bent ntu nt uk sel vegetatif, uk f uk ukuran sel dengan panjang pan a jang 3-5 3-55 μm dan leb ebar 1-1,2 eb μm.. Ci Ciri adalah membentuk μ μm C ri khas yang terdapat terrdapat pada Bt ad dal alah h kkemampuannya e am em mpu puan anny an nya mem ny mbentuk kristal spora, waktu sel krista al bersamaan dengan deengan pembentukan pembentuk ukan spora raa, yaitu yaittu pa pada da wak ktu t se mengalami mengal alam ami sporulasi

B Da B. D Daur urr Hidup Hidu Hi dup p Bacillus thu thuringiensis uri rin ngienssis Bacillus tthuringiensis pertumbuhan, huri hu ring ngiensis is mempunyai memp me mpunnyaai dua fa fase se pertumbuhan an, yaitu fase an fass fa germinasi (pertumbuhan vegetatif) ger rm rminasi veg e et etat a if) dan daan fase fase sporulasi. Fase germinasi germ minasii terjadi terjaad bakteri pada Pada ini, pada da ssaat a t bakt aa kter erii be er berada pad adaa lingkungan ad an yang kaya kaya yaa nutrien. nut u ri r en. Pa adaa ffase ase ini i, ssel e terjadi akan memperbanyak diri dengan n cara c ra membelah diri. Fase sporulasii te ca terj rjad rj apabila apab ap abil ab ilaa nutrien ya il yyang ngg ada di lingkungan habis atau adanya y ttekanan ya ekan ek nan kkondisi on ondis lingkungan thuringiensis Pada ling li ngkungan terhadap ng terrha hada dapp pe da ppertumbuhan rtumbuha hann Bacillus ha Baccillus thuring Ba nggie iens nsis (Khetan,, 22001). ns 0011). 00 1) Pad thuringiensis endospora fase iini, ni, Bacillus ni Bacillus i thuringiens sis akan n membentuk end ndos nd ospo os pora po ra yang resisten buruk, tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buru uk, seperti kekeringan dan suhu tingg hingga 80oC (Dini, 2005). Spora Sppor o a akan n mengalami fase germinasi lagi apabil apabila berada pada lingkungan yang m mendukung, end nddukung, seperti suhu yang optimal dalam perkembangan Bacillus thuringiensis, k b B ill th i i i yaitu it sekitar kit 26-37 26 37oC (Khetan, (Kh t 2001) 2001).

9

Pada batch culture, pertumbuhan sel Bacillus thuringiensis dapat dibagi menjadi empat fase pertumb pertumbuhan mbuh mb uhan yyaitu uh aitu itu u ((1) 1) fase lag, (2) fase eksponensial, (3) (3 fase stasioner, dan dan (4) fase kematian (Taborsky, y 1992). Pertumbuhan yang intensif terjadi teerj rjadi pada fase eksponensial, ek ksp spon onen on ensi en sial si a , fase al se ini berlangsung berlangsuung antara 16-18 jam setelah Sel membentuk sete ela lah inokulasi. i. S e akan mulai memb el mben mb en ntu uk endospora endo en d spora dann kristal toksin melalui (Taborsky, 1992). setelah me mela laalu lui fasee sstasioner ta ioner (Ta tasi aborsky, 19 1992 92). 92 ) Sporulasi ). Sporu rula ru lasi la si akan akan berlangsung beerl r angsung sempurna setelah jam, endospora se emp mpur urna ur n set tel elah a 220-24 0-24 jam. Pada kkultur ultur 32-42 jam m, endo dosporra da do dann kr kristall to ttoksin ksin mulai melalui Oleh mula mu lai dibebaskan la diibebaskan be mel lal alui mekanisme mekanissme lisis sel (Taborsky, (Ta T borsky, 1992). 19992). 92 O lehh karenaa itu le apabila fermentasi dilakukan apabil ap la di ddiproduksi produksi secara secar araa fermen ntaasi maka mak akaa pemanenan di ila laku kukann pada ku pada fase fass stasioner. stasi ioner.

Toksin C. To Tok ksin i Bacillus Bacill illus us tthuringiensis hu uri ring ngie ng iens ie n is merupakan toksin Kristal protein merupa aka kan to tok ksin utama penyebab kematian n llarva arrv Lepidoptera Lepi Le p doptera yang rentan dan serangga lainnya, seperti ordo Diptera pi Dip ipte teraa dan te Coleoptera, Co C leop opte tera te ra, ka ra kkarena are rena re na ddapat apatt menimbulkan men enim imbu im bulk bu lkan lk an kerusakan kerusak akan ak an ppada adaa sel ad sel epithelium epit ep ithhelium it um dinding dinding usus terjadinya us sus sehingga seh ehi hinggga menyebabkan me te erj r adinya pparalisis aralisis sistem m pencernaan pencerna pe n an sserangga. erangga. thuringiensis Selain kristal tersebut Bacillus Bacillus thu uringiensis juga menghasilkan 3 macam ĮVXEVWDQVL ODLQ \DQJ EHUVLIDW VHEDJDL VHEDJDL UDFXQ UDFXQ WHUKDGDS VHUDQJJD \DLWX D  Į suatu eksotoksin yang merupakan su uat a u enzim en yang dihasilkan oleh bakteri yang fosfolipase 1978). sedang berkembang berupa ffosfoli lipase C atau lecitinase C (Johnson, 1978) li Substansi ini berfungsi memecah fosfolipida essensial dalam jaringan tubuh

10

VHUDQJJD E ȕ-eksotoksin (fly-factor atau heatstable exotoxin) yang merupakan sekresi sel bakteri pada med medium ediu ed ium seki iu sekitarnya kitaarn rnya ya yang bersifat larut dalam air, tahan panas, dan dapatt m menyebabkan enyebabkan kematian serangga kkarena arena menghambat sintesis sintesi 51$ F  toksin diketahui 51$ F F  Ȗ-eksotoksin merupakan merrup upak kan tok ksi s n yang belum bellum jelas diketahu identifikasinya, demikian memecah fosfolipid menjadi iden nti tifikasinya, nnamun amun am un demik ik kian diduga bberfungsi erfu erfu fung ngsi ng si m emecah fosfo folipid menjad fo lemak (Johnson, 1978). thuringiensis dapat asam lem emak em ak (J (Johnson on,, 19 on 197 78). Bacillus Bacill l us thuring gie iens nsis termasuk ns term masuk asuk bbakteri akteri yyang a g dapa an PHPEHQWXN NULVWDO Ȗ-endotoksin) PH HPE PEHQ HQWWXN VS HQ VSRUD VH VHNDOLJXV NULVWD DO SURWHLQ Ȗ-endo dotoks kssin in) yang yaang g bersifat ber ersi s fat racun. r cun ra Kristal toksin cry air Kris Kr istal protein is pr cry r tersebut merupakan merupakan gglikoprotein likoprotein ya yang llarut arut ar ut dalam m ai dan tidak medium alkali. larva memiliki d n ti da idak dak stabil dalam m ediu ed i m alk kalli. Bagi gi la arva Lepidopteraa yyang ang me an m mili mi liki pH li pH toksin ususs alkali akann sangat san anga g t rentan rentaan terhadap terhhaddap to toks ksin tersebut terseebu butt (V (Vadmudi ddkk., k ., 1995). kk 1995)). Di antara toksin yyang dihasilkan yang ang di an diha h silkan oleh ole lehh Bacillus Ba thuringiensis tersebut, tersebut ut, ya ut ang paling pali pa linng umum li umu um dan dan nyata nya yata ta efek efek toksisitasnya toksisitasny nyaa terhadap ny terh te rhad rh adap ad ap serangga ser eraangga pada paada umumnya umumn mnyy mn DGDODKĮ-HNVRWRNVLQGDQȖ-HNVRWRNVLQ $URQVRQGNN Į-eksotoksin DGDODKĮ-HNVRWRNVLQGDQȖ-HNVRWR WRNV WR N LQ Q $URQVRQGNN Į-eksotoksin n dalam dala alam tubuh tubu tu b h serangga akan menghambat sintesis protein sehingga menyebabkan menye yeba ye babbkan ba terganggunya tergan te ngg ggun unya un ya pproses rose ro sess moulting. se moulltin ingg. Ketidaknormalan Keti Ke tida ti dakn da knoormala kn lann secara la seca se cara ca ra teratologis ter erat atol at oloogiis mengurangi ol men enggurang fekunditas serta terjadinya (Ignoffo Gregory, 1972). feku fe kunddit ku itas ddan an n uumur mur imago sert rta terjadin rt in nya kematian (I (Ign gnofffo & G gn reggory, 1972) re

Protein D. Mekanisme Kerja Kristal Pr rot o ein Kristal protein yang dihasilkan dih hasilkaan oleh Bacillus thuringiensis merupakan toksin yang sesungguhnya timbull setelah adanya proteolisis di dalam saluran pencernakan serangga (Gill dkk., 1992). Menurut Khaetan (2001), kristal protein

11

yang masuk dalam saluran pencernaan serangga yang rentan terhadap toksin, akan berubah menjadi aktiff ssetelah etelah l mel melalui elal el alui al ui serangkaian proses. Pertama, krista kristal protein akan larut ut kketika etika masuk ke dalam cairan n uusus sus tengah serangga yang protoksin, terurai bersifat bbasa. asa. Kemudian, dalam as dalam m bbentuk entu en tukk pr tu rot o oksin, kristall pr pprotein otein akan terura usus oleh h enzim protease proteeasee di didalam usus tengahh serangga. seera rang ngga ng ga. Setelah itu, ga u fragmen usu tersebut reseptor protease ttengah engah yyang angg be an bberacun racunn te ters rseb ebut terikat a pada rese ept ptor or khusus us berupa beru be rupa ru p enzim im m proteas yang usus tengah. Selanjutnya, ya ang tterdapat erdapaat pada er da membran sel ephitelium ephitelium usu us teng nggah a . Se S laanj njut utny ut n a, ik iikatan atan reseptor kerusakan rese re sept se p or fragmen fragmen ususs tengah tengah yangg beracun akan ak kan menyebabkan menyebab bkan ke keru rusa ru sakan pada sa pad pa epithelium mengganggu epithe ep eli lium um usus tengah, ssehingga e inggaa ppermeabilitas eh ermeaabili litas sel berubahh da dan me m ngga ng g ngg gu transfer tran nsf s er ion Naa+ da dan K+. Terakhir, Teraakh Te k irr, ssel el ep epit epithelium ithelium uusus suss tengah yan su yang ang mengal an mengalami lam keb kebocoran bocoran akan mempe mempermudah perm rmud udah a masuk masuknya ukny nya sspora pora Bacillus thuri thuringiensis riingienssis dan daan bakteri rongga bakt ba kterii llain kt ain in yang yan angg ada ada di saluran sal alur u an pencernaan ke ddalam alam al am ro rong nggga ttubuh ubuh buh sserangga. erangga. er a.. infeksi berhubungan Gejala awal dari infek ksi Bacillus Baci Ba cillus thuringiensis adalah berhu ci ubu bung ngan ng dengan terlihat deng de ngan perilaku makan dan metabolisme. Larva yang terinfeksi aakan ng kan te erl rliha kehilangan makan, diare, ke k hiilang lang ngan an nnafsu afsu af su m akaan, di ak diar are, ar e, pparalisis aral ar alis al isis is is ssaluran allur uran an ppencernakan ence en ceern rnak akan ak an ddan an rregurgitasi eguurgitas eg (Khaetan, Selanjutnya menjadi lemah, respon (Kha (K h ettan ha an, 22001). 001 01)). S 01 elanjutnya m enjadi le emah, tidak mengadakan men enga en gada ga d kan ka re esp spoon terhadap menjadi iritasi, kejang-kejang dan gerakan geerakan men njadi tidak teratur (Pionar & Thomas, Thomas 1982). Mekanisme kerja kristal al protein dapat dapat dilihat pada Gambar 2.

12

Gamb Gambar G bar ar 2. Mekanisme Mekanism me kerja Kristal Kristaal protein Sumber: Sum mber: be http://biogen.litbang.deptan.go.id http://biogen.l .lit itba b ng.deptaan.go.id Keterangan: membran sel epitel usus Ket terangan: Toksin aktif tera akt ktif if mengikat mengika kat reseptorr pprotein rotein pada memb braan se el ep epit itel it e usu u serangga. toksin menyebabkan seerangga ga.. Kemudian, to oks ksin i akan akaan masukk kkee sitoplasma se sell yang ng m enye enye yebabkaan kehilangan ATP kee ATP sel dan serangga serran angg g a ttersebut erssebuut ak akan mati.

Penggunaan insekti insektisida tisi sida kimiawi wi baik bai aikk dalam bidang keseh kesehatan hatan m maupun aupu pun pu pertanian secara dampak negatif yaitu terjadinya pert rtaania rt anian se seca cara ca ra terus terus menerus mener erus er u menimbulkan menim mbu bullkan lk dampa pakk ne pa nega g tiff ya aitu it terjad adin din ny Ahmad, 1998; resistensi vektor atau serangga seranggga hama (Barroga, 1980; Ahmad d, 19 199 98 Bahagiawati, 2000; Suharto, sekunder B Ba hagi ha giaw gi awat aw a i,, 200 000; 0;; S u ar uh a to,, 2004), resistensi hama, haamaa, ledakan leeda d kaan hama hama sek ekun ek unde un derr dan de pencemaran lingkungan berbahaya penc pe n emaran lin in ngk gkuunga g n karena k renaa aakumulasi ka kumu ku m lasi dalam mu dal alam a tanaman tan anam aman sehingga am sehingg ggaa be gg ber rbahay manusia spesies memakan tersebut bagii m anus an usiia us ia dan berbagai sp pesies hewan he yang memak akan ak an ttanaman anaman tersebu an Hussain, (Untung, 2006; Ahmad & H ussain, 2002). 20002). Fenomena tersebut mengakibatkan kimiawi menjadi penggunaan insektisida kimia awi w menja jadi semakin kurang efektif dan efisien ja aplikasi. sehingga petani terdorong untukk meningkatkan me dosis dan frekuensi aplikasi Dengan ddemikian, penggunaan iinsektisida kimiawi meningkat, lingkungan D iki kti id ki i i terus t i k t li k

13

hidup menjadi tercemar, sedangkan masalah hama tidak pernah dapat diselesaikan bahkan justru semakin semaki kin men meningkat nin ingk gkat (Blondine dkk, gk k 1992).

Karakteristik E. Karakter ris istik Nyamuk Culex Cule lex sp. le sp. Nyamuk Culex pagi Culeex bersifat Cu b rsifatt merupakan sera be sserangga era rang ngga ng ga diurnal d urnal atau aaktif di k if pada pag kt penyakit dilakukan hhingga ingga siang sia iang ng hari. Penularan Pen enul ularan pen nyakit dila l ku k ka kann oleh nyamuk nya yam muk betina beti tiina n karena karen hanya betina mengisap Hal dilakukannya ha any nyaa ny nnyamuk am muk bet etina yang men ngisap darah. H al iitu tu dil ilak il akuk ak ukan uk anny an n a untuk memperoleh diperlukannya mem me mperooleh ol asupan pr protein yang ng diperluka ann nnya untuk memproduksi mempr prrod oduuksi telur. tel elur el Nyamuk membutuhkan nektar Ny N am muk jantan jantan tidak me emb mbutuhkkann darah, h, ddan an memperolehh energi en nergi ddari arii nekt ar ta bunga tumbuhan bung nga ataupun tu ng tumb mbuhan (Mortimer, (Mo Mort rtim mer,, 1998). 19998 98)). Karakteristik telu telur yang mula-mula ur Culex Cule Cu lexx adalah ad dalah bberbentuk erbbent er ntuuk bulat pancung yan an ng mula la-mu la ul berwarna menjadi Telur berw be rwarna pputih rw utih ut ih kkemudian em mud udia iaan be bberubah rubah menjad di hi hhitam. ita tam. ta m. T elur el ur ddiletakkan iletakka il kka kann terpisah ah ddi dan berkembang menjadi la larva permukaan air untuk memudahkan memudahk hkaan menyebar hk me larv rvaa ddi rv dalam peneluran itu dala da l m medium air. Medium air yang dipilih untuk tempat penelura rann it ra tu ad adalah air tenang 1998). aai ir bers bbersih ers rsih ih yyang angg te an tena nang na ng ((Mortimer, Mort Mo rtim tim imer er,, 19 er 1998 98). 98 ).

F.

Daur Hidup Nyamuk Culex sp. Nyamuk Culex meletakkan secara meletaakkan telur teluur pada permukaan air bersih secar individual. Telur berbentuk elipss berwarna berw warna hitam dan terpisah satu dengan yang sampai empat lain. Telur menetas dalam 1 samp m ai 2 hari menjadi larva. Terdapat empa tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari

14

instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke4, larva berubah menjadi ppupa upa ddan up an la larv larva rvaa memasuki masa dorman. Keempat rv Keempa instar itu dapat diselesaikan dis iselesaikan dalam waktu 4 hari ssampai ampai 2 minggu, tergantung am lingkungan keadaan li ingkungan seperti ssuhu uhhu ai aair, r, yyaitu aitu ai t aantara n ara 20-25oC dan nt da persediaan pakan beru berupa upa mikroorga mikroorganisme anism smee kecil, l seperti zoopl zooplanton plan pl an nto on da dann fitoplanton. Pupa Pupa bertahan selama 2 hhari arii ssebelum ar ebelum m ak akhi akhirnya hirnya nyamuk nyaamuk dewasa saa keluar keluar da dari ri ppupa. upa. Perke up Perkembangan kembangan ke dari hingga dewasa m membutuhkan hingga da ari ttelur elur el u hin ngga gg nyamuk ny embutuhkan waktu w ktuu 7 hing wa ngga ng ga 8 hhari, ari, nnamun amun dapat lebih lingkungan tidak dapa da pat le pa ebih bi lama jikaa kondisi ling ngkungan tid dak mendukung ng (Soekiman (S Soe oeki kim ki man dkk., dkk dk 11986). 19 86). ). Soekiman, (1986), fase yaitu telur, Menurutt So Soek e iman, dk dkk. k (19 9866), pada pada fa ase pe pertama, yai aiitu ffase ase te elu lurr nyamuk meletakkan nya am akan meletakk amuk kan ttelurnya elur el urnya pada da ddaun au un yang lembab atau kkolam olam kkering. erin ng Nyamuk bawah perutnya mencari Nya Ny amukk menggunakan am men engg ggun unak akan ak an rreseptor eseptor yang ada es da ddii ba bawa wahh pe per ruttnya uuntuk ntuk me nt enc ncaar nyamuk tempat yang cocok untuk bertelur. berttel eluur. Se Setelah tempat ditemukan, induk ny nyam amuk am mulai bertelur. mu kedua, nyamuk mulai dalam Pada Pa da fase fas asee ke kedu duaa, llarva du arvaa ny nyam amuk am uk m ullaii kkeluar elua el uarr da ua ddari ari ri ttelurnya elur el urny ur nya da ala lam m waktu yang Kemudian, yaitu ketiga. ya ang hhampir a pi am pirr sama. sam ama. Kemudian n, pada ffase ase yang selanjutnya, selan nju jutn t ya, yai itu fase itu fa ketiga kulit Pada fase ini, nyamuk akan bberganti erganti kuli lit dan sangat rentan terhadap kebocoran li perubahan pupa. Agar tetap bertahan, ssebelum ebelum ppupa upa siap untuk k perubaha n kulit yang terakhir kalinya, dua saluran, seperti sep perti aantena ntena nyamuk muncul ke atas air. Saluran ini, itu digunakan untuk alat pernapasan. pernapasaan. n Terakhir, yaitu fase keempat. Pada fase ini

15

nyamuk berada di dalam kepompong pupa dan siap untuk terbang dengan semua organ lengkapnya (Soekiman, (Soekiman an, dk an dkk dkk., k., 19 1986). 986 86)). ). Daurr hidup up nnyamuk yamuk Culex dapat dilihat pada Gambar G mbar 3. Ga

Gambar Hidup Nyamuk Gambar 3. Daurr Hid dup N yamuk Culex Sumber: Sum u ber: http://image.slidesharecdn.com/morfologidaurhidupperilakunyamukhtt ttp: p:// //im im mag agee.sl slid sl idesharecdn.com/ id m/mo m/ morf mo rfol rf olog ol oggid idau aurh rhid iduppeeri rila lakkunyam la muk 140711072415-phpapp01/95 140071 7110 10072 7241 41541 5 ph 5phpa papp pp01 pp 01/9 01 /9 95 Keterangan: Nyamuk Culexx meletakkan bersih mele leta takkan telur pada permukaan air be ta ber rsih secara individual. Telur berbent berbentuk terpisah nttuk elips berwarna hitam dan terp pis isah ah ssatu atu dengan d ngan yang lain. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan de perkembanga gann la ga larv larva rvaa yyang rv ang ddisebut di sebbutt instar. inst in star st ar. Perkembangan ar Perkem kem emba bang ba ngan dari in ng inst instar star st ar 1 kkee inst iinstar nst star ar 4 mem memerlukan mer erlu luka lu kann w ka waktu aktu sekitar Setelah mencapai menjadi seki kita ki tarr 5 ha ta hhari. ari ri. Se ri Sete tela te lahh me la enc ncap apai ap ai iinstar nsta ns tarr ke-4, ta ke-44, llarva arva ar va bberubah erub er ubah ub ah m enja jadi adi ppupa upa ddi larva memasuki masa Keempat dapat mana lar ma arva ar va m em mas asuk ukii ma uk m sa ddorman. orm or man. K eemp eemp mpat at iinstar nsta ns tarr it ta ituu dapa patt dise pa ddiselesaikan ise selesaikan dalam waktu dal da lam m wakt ktuu 4 hari sampaii 2 mingguu kt Menurut Soekiman dkk. dkkk. (1986), (1986)), pupa nyamuk Culex membutuhkan bersih. lingkungan berair yang tenang g dan be ersih. Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan membutuhkan makan, namun tetap ap m embutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di permukaan air. Lama fase pupa

16

tergantung dengan suhu air berkisar antara 22-24oC dan spesies nyamuk yang lamanya dapat berkisar antar antara araa ssatu ar atu harii sampai samp sa mpai satu minggu. mp Culex adalah Imago Cu ule lexx yang lebih awal keluar ada ala lahh jantan yang sudah siap melakukan betinanya muncul albopictus melakuka an kopulasi bila be etina nany nyaa mu ny m n ull belakangan. IImago nc m go Ae. albopictu ma biasanya melakukan bias sanya melakuk ukan uk an n kkopulasi opulasi di dekatt inang ina nang ng imago ima mago betina dengan deng de n an harapan memudahkan memuda dahk da hkan hk an n

mendapatkan menda dappatk da patkan

cairan caira r n

darahh

(Lutz, (L

22000). 000) 00 0).. 0)

Imago Imag go

betina betin

membutuhkan me emb mbut utuuhkaan cairan ut cairran darah sebelum um meletakkan sejumlah s juml se mlah ml a telurnya tel elurrny el nyaa yang y ngg fertil. ya fertil Cairan Cair Ca iran darah ir darah itu digunakan digunnak a an imago bbetina etina setiap ap akan meletakkan meletaakkan kk telurnya. tel elur urnya. Daur ur Dau a dilakukan ppenghisapan pe nghhisa hisapa pan darah dilaku uka kan setiap setiaap akan meletakkan mele me letakkan telur, sehingga seehi hinnggaa ppengisapan engi en gisapaan gi cairan dilakukan berkali-kali (Lutz, 2000). cair ran darah itu u ddapat apat ap a dilakuk ukan an be erkkali-k -kal ali selama ma hhidupnya iduupnya (Lut id tz, 200 000 00).

Hipotesis Penelitian G. Hi Hip pot sis pote i Pe Pene neli liti tian an memiliki 1. Semua Kelurahan memi ili liki ki potensi pot otensi untuk dijadikan sebagai lokasi lokkas lo pengambilan ppe ngambilan sampel bakteri Bacillus thuringiensis. Konsentrasi optimal Bacillus mengendalikan 2. Kons 2 K ons nsen entr en tras tr asii op opti tima ti mall iisolat ma sol olat lat Ba Baci c ll ci llus us tthuringiensis huring i gie iens nsis ns is yang yang ya ng ddapat apatt men nge gend ndalikan nd nyamuk la a nyam larva muk Culex sp. adalah ada dalah 10-4. da