IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN BUDAYA K3 DI

Download 28 Apr 2011 ... dilakukan program pengembangan perilaku dan budaya K3, sesuai dengan .... Karena itulah banyak kajian, baik dalam jurnal il...

0 downloads 544 Views 296KB Size
Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN BUDAYA K3 DI TEMPAT KERJA Ridwan Z Syaaf



Pendahuluan. Berbagai program telah banyak dikembangkan dalam upaya memperkecil angka kesakitan dan kematian akibat kerja. Program2 tersebut berkembang atas dasar pendekatan yang dipergunakan mulai dari yang menggunakan pendekatan rekayasa, kemudian pendekatan sistim kemudian yang dewasa ini banyak diterapkan menggunakan pendekatan perilaku serta budaya. Pendekatan perilaku dan budaya banyak diterapkan oleh karena masih melekatnya pandangan yang menganggap bahwa penyebab kecelakaan banyak disebabkan oleh faktor perilaku manusia dan juga belum membudayanya K3. Berkembangnya pendekatan budaya keselamatan dan kesehatan (Health and Safety Culture) mulai dikenal setelah terjadinya peristiwa Chernobyl di thn 1986. Istilah Budaya Keselamatan (safety culture) sebagai bagian dari Budaya Organisasi (organizational culture) menjadi populer dan mulai diugunakan sebagai pendekatan untuk lebih memantapkan implementasi sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Secara global, di dunia akademis berkembang berbagai konsep dan model untuk menilai maupun mengembangkan budaya K3. Begitu juga perkembangan yang terjadi didalam dunia praktis yang umumnya berlandaskan pada pendekatan keilmuan yang berkembang saat itu. Namun tak dapat disangkal terdapat pula beberapa program yang berkembang tidak berakar pada konsep keilmuan yang ada sehingga pada akhirnya menimbulkan berbagai kontroversi di dalam penerapan.

∗ 

Ketua Program S2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Indonesia‐FakultasKesehatan Masyarakat   Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masayarakat UniversitasIndonesia 

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-1

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Istilah budaya keselamatan (safety culture) pertama kali tertera dalam laporan yang disusun oleh ‘International Nuclear Safety Advisory Group’ (INSAG) pada tahun 1987 yang membahas peristiwa ‘Chernobyl’ didalam laporan dari International Nuclear Safety Advisory Group berjudul ’Safety Culture’ (SAFETY SERIES No.75-INSAG-4), yang oleh IAEA di publikasikan pada 19911. Atas dasar itu ’International Atomic Energy Agency’ (IAEA) menyusun Konsep atau Model, Metoda Pengkuran Budaya Keselamatan (Safety Culture) sebagai bagian dari Budaya Organisasi (Organizational Culture). Kemudian disusun pula model dasar pembudayaan Keselamatan Instalasi Nuklir sebagai panduan program untuk pengembangan budaya keselamatan instalasi nuklir di tingkat internasional,

regional,

maupun

pada

tingkat

nasional

negara-negara

anggotanya. Merujuk pada konsep IAEA, BAPETEN dan BATAN di Indonesia telah mulai menyusun model budaya K3 dan alat ukurnya sebelum tahun 2005 dalam rangka meningkatkan budaya keselamatan instalasi2. Sedangkan di sektor lain seperti Migas, Minerba, Panas Bumi, Manufaktur dan lainnya saat ini juga banyak dilakukan program pengembangan perilaku dan budaya K3, sesuai dengan rujukannya masing sektor. Apakah

berbagai

program

yang

sudah

dijalankan

tersebut

telah

membangun budaya K3 di dunia kerja?. Ini merupakan suatu pertanyaan yang tidak bisa di jawab dengan cepat dan mudah. Tapi juga tidak bisa disangkal bila banyak pendapat yang menungkapkan bahwa K3 belum membudaya di Industri di Indonesia. Akibatnya seringkali terjadi diskusi yang berkepanjangan terutama pada saat menentukan apa indikatornya budaya K3.

1 2

http://www-pub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/Pub882_web.pdf http://www.ansnindonesia.org/?modul=topic&menu=item&topic_id=2&GroupId=24&DocumentId=123)

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-2

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Indikator Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berbagai Model Budaya Keselamatan umumnya berkembang dari lingkup ilmu2 perilaku (Behavioral Sciences: antropologi, sosiologi dan psikologi). Terutama dalam pendekatan Organisasi dan Manajemen serta Psikologi Organisasi yang kajiannya khusus mempelajari masalah manusia dalam bidang Keselamatan (Safety). Perkembangan tersebut banyak menciptakan berbagai model Budaya Keselamatan dengan masing-masing indikator budaya keselamatan yang sebagian besar dewasa ini banyak dipergunakan di berbagai sektor di industri maupun jasa pelayanan3. Tentu saja terdapat berbagai model dan indikator Budaya Keselamatan mulai dari yang paling majemuk dan sulit difahami hingga yang sederhana dan mudah di mengerti oleh kalangan praktisi.

Salah satu model yang sering dianggap

sederhana dan mudah untuk difahami indikator2nya adalah model Budaya keselamatan dari seorang ahli psikologi organisasi yang banyak meneliti dan menjadi konsultan dalam mengembangkan perilaku selamat (safety behavior) dan budaya keselamatan (safety culture) yaitu Dominic Cooper5 Menurutnya Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di sebuah perusahaan yang merupakan bagian dari budaya organisasi bisa dilihat dari 3 indikator yaitu : 1. Aspek psikologis pekerja terhadap K3 (psychological aspects, what people feel, what is believe) 2. Aspek perilaku K3 pekerja (behavioral aspects, what people do, what is done,) 3. Aspek situasi atau organisasi dalam kaitan dengan K3 (situational aspects, what organizational has, what is said)

3 5

F.W. Guldenmund, The Nature of Safety Culture: a review of theory and research, Safety Science 34 (2000) 215257, Pergamon 2000 Dominic Cooper., Towards a Model of Safety Culture, Safety Science 36 (2000) 111-136, Pergamon 2000 Dominic Cooper., Improving Safety Culture: A Practical Guide, Applied Behavioral Science., 2001 Dominic Cooper., Safety Culture, A Model for understanding and Quantifying difficult concept, Management, American Society for Safety Engineer, Professional Safety - June 2002.

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-3

Seminar Nasional N Man najemen Risiko Bidang K3 3 – 27-28 Aprril 2011 - Hotel Bidakara a Jakarta Me enyambut Bu ulan K3 Nasional Tahun 2011 2 dan Hari K3 Dunia 2 28 April 2011 1 De ewan Kesela amatan dan Kesehatan Kerja Nasion nal – MENAK KERTRANS RI

M Menurut pa andangan ini i bila sua atu Perusa ahaan mem mpunyai B Budaya K3 yang kuatt te entu akan memiliki Budaya B org ganisasi yang juga ku uat dan aka an berorie entasi pada a K3 dalam berproduk b si. Pekerja atau SD DM di perusahaan ttentu akan n memilikii hadap bah haya seca ara benarr yang se erta akan n niilai2 K3 dan perssepsi terh m menampilka an perilak ku K3 yang g diharapk kan secara a konsiste en. Perusa ahaan juga a ak kan memp punyai orga anisasi dan n manajem men, sistim m manjeme en K3 yang tepat dan n diiterapkan secara konsisten serta s mem mpunyai peralatan p dan anggaran yang g se esuai dll sb bgnya. Buda aya K3 merrupakan se ebuah kesa atuan dari tiga aspekk yaitu Nillai-nilai K3 3 dan Persepssi K3 setia ap pekerja a, aspek Pe erilaku K3 pekerja ssehari-hari, dan juga a asspek Orga anisasi dan n

Manaje emen K3 yang y ada di Perusa ahaan. Kettiga aspek k

te ersebut sa aling berintteraksi dan berkaita an antara satu denga an yang la ainnya dan n tiidak dapatt berdiri se endiri secara terpisah h. Karen na itu Bud daya Keselamatan tidak t dapa at digamba arkan hanyya dengan n se ebuah indiikator saja a (single indicator) yang hanyya mengga ambarkan salah satu u asspek saja. Budaya Keselamatan merupakan sua atu konsep p yang menyangkut m t asspek manu usia (huma an being) yang mem miliki aspe ek internall yang tida ak terlihatt (m mind) mau upun ekste ernal yang terlihat (b behavior) yang tentu unya kebe eradaannya a ha adir dalam m suatu kon nteks sosia al (community atau organizatio o on). O Oleh karenanya Buda aya Kesela amatan pe erlu difaha ami dalam m kerangka a indikatorr ga anda (multiple indiicators) yaitu y indik kator psiko ologis, ind dikator perilaku dan n in ndikator organisasi. o Tanpa ke etiga indikkator terse ebut sulit untuk me emperoleh h R RZS ‐Safety Cu ulture‐DK3N ‐2 28042011-4

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

gambaran suatu Budaya Keselamatan sebagai bagian dari budaya organisasi di sebuah perusahaan Program dalam mengembangkan Budaya K3 Program pengembangan Budaya K3 secara global sangat bervariasi karena masing-masing program dilandasi oleh model konsepsual yang dipakai. Pada umumnya program yang ada sifatnya sangat komprehensif dan biasanya terdiri dari suatu program utama yang kemudian dikuti dengan beberapa program lainnya yang satu sama lain saling terkait dan tidak berdiri sendiri-sendiri secara terpisah. Program tersebut biasanya tersusun secara sistimatis dan terencana dalam kerangka waktu yang panjang. Seperti contoh misalnya, di sebuah tambang batubara (coalmining) yang saat ini mengembangkan budaya selamat melalui pendekatan Leadership (keteladanan dalam keselamatan) juga mengembangkan program2 lain yang terkait seperti misalnya dengan program Behavioral-Based Safety, peningkatan pengawasan serta pengembangan dan pemantuan penerapan sistim manajemen K3 terintegrasi dan juga kelengkapan peralatan K3 dan lain2 sebagainya. Biasanya

sebelum

program

di

mulai

dilakukan

terlebih

dahulu

kajian

(assessment) terhadap kondisi yang ada saat itu untuk mendapat gambaran profile budaya keselamatan yang ada sehingga tergambar aspek yang perlu ditingkatkan dan aspek2 yang perlu dipertahankan. Setelah program dijalankan kemudian dalam kurun waktu satu tahun dapat diukur lagi perubahan yang terjadi dan kemudian disusun kembali program lainnya sebagai suatu program perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement). Contoh di tambang batubara yang lain, adalah pengembangan program ‘Peningkatan Kepempinan Keselamatan pada Supervisor’ (supervisory safety leadership improvement) yang tentunya diikuti dengan penerapan program lainnya seperti Behavior-Based Safety, JSA, Risk Management, System Audit serta penigkatan pemahaman SMK3 pada seluruh pekerja disemua tingkatan. RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-5

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Karena itulah banyak kajian, baik dalam jurnal ilmiah maupun praktis, yang membahas program2 tunggal yang hanya terfokus pada satu aspek saja (misal pada aspek perilaku manusia) yang mempertanyakan keberhasilan program tunggal tersebut terhadap perubahan meningkatnya budaya K3. Semakin jelas bahwa hanya dengan suatu program tunggal saja yang hanya terfokus pada satu aspek, misal pada aspek perilaku manusianya semata-mata, nampaknya akan mempunyai dampak yang tidak besar pada peningkatan budaya K3 di organisasi. Karena aspek lain seperti aspek psikologis dan terutama aspek organisasi dan sistim manajemen K3 tidak kalah penting dan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan budaya K3.

Kendala dalam mengembangan Budaya K3 Berbagai program secara global telah banyak dikembangkan untuk meningkatkan Budaya K3, namun tidak sedikit kendala yang dihadapi dalam mengembangkan budaya K3 diperusahaan. Salah satu kendala yang paling utama dan bersifat umum serta banyak terjadi adalah kesalahan dalam memahami pengertian budaya K3 itu sendiri (misunderstandings and even misuse of the concept)6. Sebagai contohnya hingga saat ini hampir sebagian besar dari kita selalu memiliki kecendrungan

untuk

mengklasifikasikan

setiap

peristiwa

kejadian

atau

kecelakaan karena adanya kesalahan manusia (human error) akibat buruknya budaya selamat. Padahal kesalahan manusia (human error) dapat terjadi didalam sebuah organisasi yang mempunyai budaya selamat yang sangat baik sekalipun karena kesalahan manusia terjadi akibat berbagai macam faktor.7 6 7

A.I. Glendon., N.A. Stanton., Perspective on Safety Culture, Safety Science 34 (2000) 193-214, Pergamon 2000 Kerstin Dahlgren Persson, IAEA SAFETY STANDARDS ON MANAGEMENT SYSTEMS AND SAFETY CULTURE, International Atomic Energy Agency, Department of Nuclear EnergyP.O. Box 100, A-1400 Vienna, Austria James Reason, Managing The Risk of Organizational Accidents, Ashgate Publishing Limited, 2006, ISBN 1 84014 0 – 1 84014 2

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-6

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Kendala lain adalah masih banyak orang yang menyukai paradigma “blaming the person” yang memandang bahwa faktor kesalahan manusialah yang menjadi sumber penyebab (causes) kecelakaan dan tidak beranggapan atau melihat faktor kesalahan manusia sebagai sebuah akibat (effect) dari suatu keadaan. Pandangan yang demikian ini tentu saja mempunyai dampak dalam pengembangan program yang selalu tertuju hanya pada satu aspek saja sambil melupakan aspek2 penting lainnya dalam budaya keselamatan. Dari sudut pandang lain hambatan-hambatan dalam pengembangan program membudayakan K3 seringkali disebabkan oleh masalah kesiapan dari organisasinya sendiri terutama dari Budaya Organisasi perusahaan yang sering mempunyai orientasi yang belum kuat dan tidak fokus terhadap masalah K3. Belum tingginya tingkat kesadaran top Manajemen juga dapat menjadi hambatan karena masih memandang K3 sebagai suatu biaya atau pengeluaran yang tidak terkait langsung dengan tingkat produktifitas bahkan sering dipandang sebagai sesuatu yang memperbesar biaya produksi. Hambatan lain yang juga sering menjadi pembicaraan umum adalah dari aspek pekerja atau sumber daya manusia disetiap tingkatan yang umumnya masih menganggap keselamatan bukan sebagai sebuah nilai penting karena tidak terpaparnya mereka pada nilainilai K3 sejak dini dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Kesimpulan Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menjadi Pilar dalam Kerangka Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (The Pillars of Global Strategy of Occupational Safety and Health). Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mengembangkan kerangka kerja membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di industri Kemajemukan dan keragaman konsep Budaya K3, sebagai bagian dari RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-7

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

budaya organisasi, tidak perlu menjadi hambatan untuk mengembangkan konsep budaya K3 beserta indikatornya yang komprehensif, universal, sederhana, jelas dan mudah diukur serta mudah dipergunakan dalam menyusun program mengembangkan budaya K3 di perusahaan.

Indikator budaya K3 yang

dipergunakan hendaknya tidak bersifat tunggal dan perlu meliputi indikator aspek manusia dan organisasi-manajemen terutama aspek sistim manajemen K3 dan penerapannya secara konsiten . Program pengembangan budaya keselamatan diperusahan hendaknya tidak bersifat tunggal dan perlu dilakukan dalam kerangka yang berkesinambungan sesuai dengan falsafah ‘continuous improvement’. Berbagai hambatan yang ada dalam meningkatkan budaya K3 perlu diatasi secara terencana dan sistimatis. Hambatan yang melekat pada aspek organisasi perlu diatasi dengan melakukan sosialisasi regulasi yang ada menerapkannya secara konsisten. Sedangkan hambatan yang terkait dengan sumber daya manusia perlu diatasi melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan dalam bentuk formal maupun non formal.

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-8

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Daftar Pustaka A.I. Glendon., N.A. Stanton., Perspective on Safety Culture, Safety Science 34 (2000) 193214, Pergamon 2000 Annick Carnino, Management of Safety, Safety Culture and Self-assessment, International Conference Nuclear Energy in Central Europe, Bled, Slovenia, Sept. 1114, 2000 Dianne Parker, Matthew Lawrie, Patrick Hudson, A framework for understanding the development of organisational safety culture, Safety Science,(2005), Elsevier 2005 Douglas A Wiegman, Hui Zhang, Terry von Taden, Gunjan Sharma and Allysa Mitchel., A Synthesis of Safety Culture and Safet Climate Research, Technical Report ARL-02-3/FAA-02-2., June 2002., Aviation Research Laboratory Institute of Aviation, 2002 Dominic Cooper., Improving Safety Culture: A Practical Guide, Applied Behavioral Science., 2001 Dominic Cooper., Improving Safety Culture: A Practical Guide, Applied Behavioral Science., 2001 Dominic Cooper., Safety Culture, A Model for understanding and Quantifying difficult concept, Management, Professional Safety, www.asse.org June 2002. E. Scott Geller, The Psychology of Safety Hand Book, Lewis Publisher, 2001 F.W. Guldenmund., The Nature of Safety Culture: a review of theory and research, Safety Science 34 (2000) 215-257, Pergamon 2000 G. Grote, C Kunzler., Diagnosis of Safety Culture in safety management audits, Safety Science 34 (2000) 131-150, Pergamon 2000 International Atomic Energy Agency, Self-assessment of Safety Culture in Nuclear Instalations: Highlight and Good Practices, IAEA-TECDOC-1321, IAEA 2002 International Atomic Energy Agency, ASCOT Guidelines: Guidelines for Organizational Selfassessment of Safety Culture and for reviews by the Assessment of the Safety Culture in Organization Team, IAEA TEC-DOC 860, IAEA 1996 International Atomic Energy Agency, Safety Culture in Nuclear Instalations: Guidance for use in the Enhancement of Safety Culture, IAEA-TECDOC-1329, IAEA 2002 International Safety Advisory Group (INSAG), Safety Culture, SAFETY SERIES No.75-INSAG-4, IAEA 1991 International Safety Advisory Group (INSAG), Key Practical Issues in Strengthening Safety Culture, INSAG-15, IAEA 2002 International Safety Advisory Group (INSAG), Developing Safety Culture in Nuclear Activities: Practical suggestion to assist progress, SAFETY REPORT SERIES NO-11, IAEA 1998 James Reason, Managing The Risk of Organizational Accidents, Ashgate Publishing Limited, 2006, ISBN 1 84014 0 – 1 84014 2 James Reason, Achieving a safe culture: theory and practice., Work and Stress, 1998, vol 12, no 3 293-306. Taylor and Francis ltd 1998 J.P. Kotter, James L. Heskett, Corporate Culture and Performance, The Free Press, 1992 Michael S Wright., Phillip Babazon, Alison Tipping and Medha Talwalkar, Development of Business Excellence Model of Safety Culture, Health and Safety Executive 1999 Michelle A. Dolfini-Reed. Burton L. Streicher, Creating Safety Culture, 2004 The CNA Corporation N. McDonald, S. Corrigan, C. Daly, S. Cromie, Safety management systems and safety culture in aircraft maintenance organizations, Safety Science 34 (2000) 151-176, Pergamon 2000

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-9

Seminar Nasional N Man najemen Risiko Bidang K3 3 – 27-28 Aprril 2011 - Hotel Bidakara a Jakarta Me enyambut Bu ulan K3 Nasional Tahun 2011 2 dan Hari K3 Dunia 2 28 April 2011 1 De ewan Kesela amatan dan Kesehatan Kerja Nasion nal – MENAK KERTRANS RI

Curriiculum Vitae V Name e

: Rid dwan Z Sy yaaf

Born n in Jakarta a Novemberr 12th, 1953

Office e

Univversity of Indonesia Faculty off Public He ealth Dep partment of o Occupattional Heallth and Saffety Kam mpus Depok FKMUI, 16424 1 Ema ail: ridwan@ @ui.ac.id

Educa ation: • •

University of Indonesia Faculty off Psycholog gy, 1981 Bosston Univerrsity, Scho ool of Publiic Health, USA, 1987 7 o C Certificate o of Internatiional Health h, Boston University, U U USA, 1986 o C Certificate of o Environm mental Impa act Analysiss, PSL, Univversity of Indonesia, 1981

Recen nt positio on: o Cha airman of Departmen D nt of Occupational Health H and Safety, Fa aculty of Pub blic Health h Universityy of Indone esia o Cha airman of Post P Gradu uate Progra am in Occu upational H Health and d Safety, University of Indonesia,, Faculty of o Public Health.

Occup pation : Facultyy member of Departm ment of Oc ccupationa al Health and a Safety, School off Public Health, Universitty of Indon nesia since1982 200820082004-2006 2000-2004 1995-1997 1990-1994

Chairman of Departmen D nt of Occup pational He ealth and SSafety, Faculty of Pub blic Health Universityy of Indone esia Chairman of Post P Graduate Progra am in Occu upational H Health and d Safety, of Public He ealth. Univversity of Indonesia, Faculty o Cha airman of Post P Gradu uate Progra am in Occu upational H Health and d Safety, Univversity of Indonesia, Faculty o of Public He ealth Secretary of Post P Gradu uate Progra am in Occu upational H Health and d Safety, ealth Univversity of Indonesia, School off Public He Secretary of Post P Gradu uate Progra am in Publlic Health, Universityy of Indo onesia, Sch hool of Pub blic Health h Secretary of Departmen D nt of Occup pational an nd Environ nmental He ealth, blic Health h, Universiity of Indon nesia Faculty of Pub RZSS ‐Safety Cultu ure‐DK3N ‐280 042011-10 0

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Lecturer : on Occupational Health and Safety for under-graduate, graduate and Post Graduate at University of Indonesia, School of Public Health Subject : • Integrated OHS Management System • Human Factors in Occupational Health and Safety • Human Error Prevention • Basic Principle of OHS • Research Method in OHS

Research and assessment: •

• • • • • •

Safety Culture in: • Construction (IKPT 2002), • Industries (Krakatau Steel 2003) • Oil and Gas Pertamina UP VI Balongan (2002) Pertamina UP IV Cilacap (2004) JOB-COSTA-IGL (2006) Occupational Stress (Kondur Petroleum 2004) Safety Perception Survey (Kondur Petroleum 2000) Operator Fatigue Assessment (Pamapersada Nusantara 2007) Ergonomic Surveilance (Pamapersada Nusantara 2008) HSE Management System Review (PT Transportasi Gas Indonesia, 2007-2008) Organizational and Human Factors assessment in safety performance • PT Kaltim Prima Coal-Coal Mining -2010 • PT Bukit Makmur Mandiri - coal mining contractor -2010 • PT Kideco Jaya Agung, Coal Mining -2010

International Speaker: •

The First International Conference of Occupational Health and Safety in Indonesia. Jakarta, 2004, Topic: “Competency-Based Education in Occupational Health and Safety in Indonesia.”



2nd International Meeting of Asian Occupational Health & Safety Research Institutions and Workshop, Incheon, Republic of Korea, November 2007, Topic: “Improvement of Safety Behavior in Industries”

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-11

Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3 – 27-28 April 2011 - Hotel Bidakara Jakarta Menyambut Bulan K3 Nasional Tahun 2011 dan Hari K3 Dunia 28 April 2011 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional – MENAKERTRANS RI

Speaker and Trainer : in Occupational Health and Safety in Industries, Manufactures, oil and gas/petroleum, Coal Mining, Aviation etc, subject : • • • • • •

Introduction to OHS Supervisory Safety Leadership Safety Behavior and Safety Culture Human Factors Human Error Prevention Accident Investigation

RZS ‐Safety Culture‐DK3N ‐28042011-12