INFORMASI LABA DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA UMUMNYA PENTING

Download budget slack pada organisasi sektor publik; (b) menganalisis apakah asimetri informasi dan tekanan anggaran memoderasi ... budget slack nam...

0 downloads 64 Views 954KB Size
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP BUDGET SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI DAN TEKANAN ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Arie Tristianto [email protected] Akhmad Riduwan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT The purpose of this research is: (a) to analyze the influence of budget participation to the budget slack to the public sector organization; (b) to analyzes the information asymmetry and using budget pressure to moderate the influence of budget participation to the budget slack. In this research, the data collection is conducted by using questioner survey. This research is using linear regression analysis model with the moderating variable which is tested by using Moderated Regression Analysis (MRA). The research result shows that: (1) the budgeting has significant influence to the budget slack creation because with the participation from the subordinate in the process of budgeting preparation will create a bigger chance of the budget slack. (2) the information asymmetry is moderating the influence of budgeting participation to the budget slack since the advantage of the technical information belongs to the subordinate has been utilized in order to achiever the budgeting target easier. (3) the budgeting pressure is moderating the influence of budgeting participation to the budget slack but the budgeting pressure is weaken the budgeting participation in influencing subordinate the creation of budget slack since there is the budget pressure that is not always make the subordinate to create the group, subordinate will improve their performance in order to reach the targeted budget. Keywords: budgeting participation, information asymmetry, budgeting pressures, and budget slack ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (a) menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack pada organisasi sektor publik; (b) menganalisis apakah asimetri informasi dan tekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara survei kuesioner. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear dengan variabel moderating yang diuji menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap terciptanya budget slack karena dengan adanya partisipasi dari bawahan dalam proses penyusunan anggaran akan semakin memperbesar untuk terciptanya budget slack; (2) asimetri informasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack karena kelebihan informasi teknis yang dimiliki bawahan dimanfaatkan untuk memudahkan dalam pencapaian anggaran; (3) tekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack namun tekanan anggaran memperlemah partisipasi anggaran dalam mempengaruhi terciptanya budget slack karena adanya tekanan anggaran tidak selalu membuat bawahan menciptakan kesenjangan, bawahan akan meningkatkan kinerjanya untuk mencapai sasaran anggaran yang telah ditetapkan. Kata kunci: partisipasi anggaran, asimetri informasi, tekanan anggaran, dan budget slack.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

2

PENDAHULUAN Pemberlakuan UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah memberikan dampak perubahan pada sistem pemerintahan yang mulanya menganut pola pertanggungjawaban terpusat beralih menjadi pola desentralisasi, dimana daerah diberikan kewenangan luas untuk mengelola dan bertanggung jawab secara nyata atas potensi daerah yang dimiliki atau yang biasa dikenal sebagai otonomi daerah. Tetapi kewenangan luas tersebut tidak berlaku untuk urusan pemerintah yang ditentukan oleh undang-undang sebagai kewenangan bagi pemerintah pusat, meliputi politik luar negeri, keamanan, yustisi, moneter, dan fiskal nasional serta agama. Munculnya sistem otonomi daerah tersebut mengakibatkan pergeseran orientasi pemerintah dari command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik. Reformasi sektor publik berarti juga adanya reformasi keuangan daerah. Reformasi keuangan daerah dalam pelaksanaannya akan berdampak juga terhadap reformasi anggaran (budgeting reform) yang meliputi proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Anggaran dalam pemerintahan merupakan dokumen politik antara pemerintah dan DPRD sebagai bentuk komitmen dan kesepakatan untuk masa yang akan datang. Dalam teori agensi dapat dirumuskan pemerintah sebagai agen dan masyarkat dalam hal ini diwakili oleh DPRD diartikan sebagai principal. Adanya hubungan agen dan principal tersebut diharapkan dapat memudahkan proses pengawasan anggaran agar tidak terjadi perilaku perilaku yang disfungsional, karena anggaran dalam pemerintahan merupakan wujud pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Penyusunan anggaran dalam pemerintahan harus benar-benar memfokuskan tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat bukan hanya untuk mewujudkan kepentingan pribadi atau golongan semata. Untuk itulah diperlukan informasi yang benar-benar akurat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah, jangan sampai usulan-usulan yang telah disampaikan oleh masyarakat tidak terakomodasi dalam anggaran. Lokal informasi merupakan salah satu contoh asimetri informasi yang timbul apabila bawahan mempunyai informasi yang sesuai dalam proses pengambilan keputusan anggaran (Baiman dan Evans; Coughlan dan Schmidt; Penno dalam Dunk, 1993). Proses penyusunan anggaran di Kota Surabaya melibatkan banyak partisipasi baik dari unsur pemerintah, legislatif maupun masyarakat. Penyusunan anggaran terdiri dari beberapa tahapan mulai dari penetapan skala prioritas program dan kegiatan, Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), tahap penyusunan anggaran dari masing-masing dinas/instansi, penelitian oleh tim anggaran pemerintah daerah (TAPD), pembahasan oleh legislatif, dan diakhiri penetapannya oleh legislatif bersama pemerintah daerah. Berbagai proses yang perlu dilalui dalam penyusunan anggaran di Kota Surabaya tersebut melibatkan partisipasi dalam penyusunannya, kemungkinan munculnya asimetri informasi pada tahap penelitian dan pembahasan, dan tekanan anggaran pada tahap penetapan skala prioritas program. Proses yang demikian dan penelitian terdahulu masih menunjukkan perbedaan pada hasilnya yang menjadi dasar latar belakang penulisan penelitian ini, maka peneliti tertarik melakukan penelitian replikasi mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack dengan asimetri informasi dan tekanan anggaran sebagai variabel pemoderasi dengan membedakan subyek penelitian yaitu pada instansi pemerintah daerah di Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack yang dimoderisasi oleh asimetri informasi dan tekanan angggaran.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

3

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Budget Slack Anggaran digunakan oleh perusahaan untuk pengawasan dan perencanaan kegiatan operasinya. Oleh karena itu, anggaran merupakan alat penting manajemen dalam meramalkan kondisi bisnis dimasa yang akan datang (Onsi dalam Ramdeen et al., 2006). Terdapat dua alasan untuk ketidaktepatan dalam anggaran. Alasan pertama dapat disebabkan oleh kesalahan dan alasan yang kedua disebabkan oleh proses penyusunannya. Menurut Suartana (2010:137), budget slack adalah proses penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan Menurut Falikhatun (2007), ada tiga fakor utama manajer melakukan senjangan anggaran (budgetary slack) adalah: a. Orang-orang yang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya; b. Senjangan anggaran selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian. Jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut dapat melampaui/mencapai anggarannya; c. Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya. Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan agency theory. Praktik senjangan anggaran dalam perspektif agency theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dan pricipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Latuheru, 2005). Partisipasi Anggaran Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budget slack adalah partisipasi anggaran. Menurut Ikhsan dan Ishak (2005:173) partisipasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Manajer yang memiliki tingkat keterlibatan kerja (partisipasi) yang tinggi mengidentifikasi pekerjaan dan memelihara pekerjaan mereka, hal ini akan memilki kecenderungan yang lebih tinggi pula bagi manajer untuk menciptakan senjangan anggaran, yaitu untuk melindungi perkerjaan mereka dan untuk melindungi image mereka dalam jangka pendek (Abdul dalam Afiani, 2010). Anthony dan Govindarajan (2005:88) menjelaskan bahwa manajemen harus berpartisipasi dalam peninjauan dan persetujuan anggaran, dan persetujuan tidak hanya sebagai stempel. Tanpa partisipasi aktif mereka dalam proses persetujuan akan ada godaan besar bagi pembuat anggaran untuk “bermain-main” dengan sistem tersebut, yaitu beberapa manajer akan menyerahkan anggaran yang mudah dicapai (budgetary slack) atau anggaran yang berisi kelonggaran yang berlebihan untuk kontijensi yang mungkin. Anggaran yang telah disusun secara partisipatif perlu direview oleh manajer level yang lebih tinggi, hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi anggaran yang mengandung kelonggaran anggaran (budgetary slack) oleh manajer level lebih rendah. Jika anggaran yang telah disusun dianggap memerlukan perubahan, maka perubahan tersebut harus didiskusikan dan dimodifikasi berdasarkan kesepakatan bersama. Pada penganggaran partisipasi semua tingkatan organisasi harus dilibatkan dalam penyusunan anggaran karena manajer puncak biasanya kurang mengetahui kegiatan seharihari pada tingkatan bawah. Namun, manajer puncak mempunyai perspektif atau

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

4

pandangan yang lebih luas atas perusahaan secara keseluruhan yang sangat vital terhadap pembuatan kebijakan anggaran secara umum. Soobaroyen (dalam Rukmana, 2013) menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh signifikan terhadap perilaku disfungsional yaitu senjangan anggaran. Adapun indikator-indikatornya adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh terhadap penetapan anggaran. 2. Seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran disusun. 3. Keputusan dalam penetapan anggaran. Asimetri Informasi Anggaran mempunyai dua fungsi yaitu sebagai alat pengendalian dan sebagai alat perencanaan. Dalam beberapa hal, untuk memenuhi fungsi tersebut anggaran dapat disusun dengan tingkat kesulitan yang sama. Akan tetapi penentuan anggaran yang tepat mungkin tidak mudah dan akan menjadi masalah apabila manajer bawah dan menengah memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan dengan informasi yang dimiliki oleh manajer atas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dunk (1993) bahwa perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer atas dengan manajer bawah atau manajer menengah inilah yang disebut sebagai asimetri informasi. Adanya asimetri informasi merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perilaku negatif dalam hal ini adalah budgetary slack, dijelaskan oleh Suartana (2010:139), bahwa: “Konsep asimetri informasi yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah dari pada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi lebih dari pada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi”. Asimetri informasi yaitu kondisi dimana atasan (principal) tidak memiliki cukup informasi dibanding dengan bawahan (agent) atau sebaliknya. Bila atasan atau manajemen puncak memiliki lebih banyak informasi dibanding bawahan atau manajer pusat pertanggungjawaban (MPP), maka akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan atau MPP tentang pencapaian target anggaran yang kemungkinan sangat sulit dicapai oleh MPP. Bila bawahan atau MPP memiliki lebih banyak informasi dibanding manajemen puncak atau atasan maka bawahan atau MPP cenderung membuat target yang lebih rendah dari target tertinggi yang bisa dicapai. Perbedaan informasi ini yang disebut sebagai asimetri informasi. Tekanan Anggaran Dalam fungsinya sebagai alat perencanaan, anggaran dapat digunakan untuk merencanakan berbagai aktivitas suatu pusat petanggungjawaban agar dalam pelaksanaan aktivitasnya sesuai dengan apa yang telah digariskan. Anggaran dapat pula berfungsi sebagai alat pengendalian bilamana anggaran digunakan sebagai tolok ukur kinerja suatu pusat pertanggungjawaban. Jika dalam suatu organisasi anggaran merupakan faktor yang paling dominan dalam pengukuran kinerja bawahan, maka kondisi ini dinamakan tekanan anggaran atau budget emphasis. Ketika anggaran digunakan sebagai pengukur kinerja bawahan dalam suatu organisasi, maka bawahan akan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan dua kemungkinan. Pertama, meningkatkan performance sehingga realisasi anggarannya lebih tinggi daripada

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

5

yang ditargetkan sebelumnya. Kedua, melonggarkan anggaran pada saat penyusunan anggaran tersebut. Dengan melonggarkan anggaran manajer pusat pertanggungjawaban dikatakan melakukan upaya slack (Sujana, 2010). Selain itu alasan lain manajer tingkat bawah berusaha melakukan senjangan adalah untuk meningkatkan kesempatan memperoleh penghasilan yang lebih apabila penghargaan yang diberikan ditandai dengan pencapaian anggaran, maka mereka akan cenderung membangun senjangan dalam anggarannya melalui proses partisipasi (Lowe & Shaw, 1968; Schiff & Lewin, 1968; Waller, 1988). Pengembangan Hipotesis Baiman dan Lewis (dalam Ramdeen et al., 2006) menyatakan bahwa tekanan anggaran dalam evaluasi kinerja dapat mendorong terciptanya senjangan anggaran. Alasan utama manajer tingkat bawah menciptakan senjangan dalam anggarannya tidak lain adalah untuk menciptakan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan imbalan yang akan mereka peroleh, jika manajer tingkat bawah merasa bahwa penghargaan yang mereka terima didasarkan atas pencapaian anggaran maka, mereka akan menciptakan senjangan anggaran ketika dalam proses partisipasi (Lowe & Shaw, 1968; Schiff &Lewin, 1968, 1970; Waller, 1988). Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2008) mengenai pengaruh partisipasi, budget emphasis dan information assymetry terhadap slack anggaran menyatakan bahwa budget emphasis dan partisipasi anggaran berpengaruh terhadap slack anggaran, sedangkan asimetri informasi tidak berpengaruh. Para manajer bawah, jika mereka menginginkan adanya rangsangan senjangan dalam anggaran mereka, maka mereka harus ikut serta dalam proses penyusunan anggaran (Lukka, 1988). Menurut Baiman (dalam Darlis, 2002), bawahan yang berpartisipasi akan terdorong untuk membantu atasan dengan memberikan informasi yang dimilikinya sehingga anggaran yang disusun lebih akurat. Menurutnya, bawahan yang mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal akan melaporkan informasi tersebut kepada atasan. Individu yang memiliki komitmen tinggi akan mendahulukan kepentingan organisasi serta berusaha agar organisasi lebih produktif dan profitable. Christensen dan Baiman & Lewis (dalam Ramdeen et al., 2006) berasumsi bahwa manajer tingkat bawah berusaha melakukan senjangan dalam anggarannya jika asimetri informasi dan tekanan anggarannya tinggi. Akan tetapi, Waller (1988) menerangkan bahwa jika tekanan anggaran tinggi dan asimetri informasi rendah, agen akan memiliki keinginan untuk mengembangkan senjangan, tetapi tidak memberikan jaminan keamanan terhadap anggarannya. Manajer tingkat bawah yang mengaharapkan mendapat keuntungan melalui senjangan anggaran mereka, maka mereka harus meningkatkan partisipasinya dalam proses penyusunan anggaran (Lukka, 1988). Jika partisipasi rendah, kesempatan bagi manajer bawah untuk menciptakan senjangan dalam anggaranya sangat kecil dengan mengabaikan penyajian tekanan anggaran dan asimetri informasi. Berdasarkan pengertian hipotesis dan hubungan dengan rumusan masalah serta uraian di atas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : H2 : H3 :

Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap budget slack. Asimetri informasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Tekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

6

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah SKPD Pemerintah Kota Surabaya, sedangkan sampel penelitiannya adalah kepala dinas, kepala sub bagian, kepala bidang, kepala seksi, dan pejabat lain yang terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran di instansi Pemerintah Kota Surabaya. Kota Surabaya memiliki 18 SKPD yang berupa dinas atau instansi, 7 SKPD berupa badan, 1 SKPD sebagai kantor, dan 31 kecamatan. Metode pemilihan responden menggunakan purposive sampling karena responden yang dipilih hanya pejabat yang terlibat dengan proses penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran, yaitu sebanyak 112 orang yang terdiri dari 9 dinas dan 2 SKPD berbentuk badan yang dipilih secara acak. Namun ada SKPD yang tidak berkenan untuk mengisi kuesioner karena kesibukan dari SKPD tersebut, Jadi SKPD yang bersedia mengisi kuesioner sebanyak 10 SKPD. Total kuesioner yang disebar pada SKPD sebanyak 92, kuesioner yang tidak kembali sebanyak 16, jumlah kuesioner yang pengisian jawaban dan data pribadi tidak lengkap sebanyak 12, sehingga total kuesioner yang dapat diolah sebanyak 64 kuesioner. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah partisipasi anggaran, yaitu tingkat partisipasi manajer dalam mempersiapkan anggaran dan berpengaruh dalam menentukan pencapaian tujuan anggaran di pusat pertanggungjawabannya (Kenis dalam Darlis, 2002). Untuk mengukur partisipasi anggaran digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975) dengan enam pertanyaan yang berskala 1 sampai 5 dimana satu menyatakan sangat tidak setuju dan lima menyatakan sangat setuju. Variabel Dependen Budget Slack merupakan variabel dependen dalam penlitian ini. Budget slack didefinisikan sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika dia diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya (Young dalam Darlis, 2002). Item item yang dipakai dalam pengukuran senjangan anggaran mengacu pada daftar pertanyaan yang telah digunakan Dunk (1993) yang terdiri atas enam pertanyaan dengan skor masingmasing 1 sampai 5. Skor 1 menunjukkan jawaban sangat tidak setuju dan skor 5 menunjukkan jawaban sangat setuju. Variabel Moderating Asimetri informasi dan tekanan anggaran dalam penelitian ini merupakan variabel moderating. Asimetri informasi menurut Baiman (1982) adalah informasi akurat yang lebih dimiliki oleh bawahannya dibandingkan atasannya yang dapat mempengaruhi pengukuran kinerja. Sedangkan tekanan anggaran merupakan suatu kecenderungan yang terjadi untuk mencapai keberhasilan anggaran dengan cara termudah (Lowe & Shaw, 1968). Pengukuran untuk variabel asimetri informasi akan diukur dengan pendekatan instrumen Rukmana (2013) dimana terdapat lima item pertanyaan, dengan 5 skala Likert. Sedangkan tekanan anggaran akan menggunakan instrumen yang dikembangkan Armaeni (2012) dengan enam item pertanyaan dengan skala Likert 1 sampai 5. Jawaban skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju dan jawaban skor 5 menunjukkan sangat setuju.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

7

Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi, yaitu :

BS

= α+ β1PA + β2PA.AI + β3 PA.TA + ε

Keterangan: BS = Budget Slack PA = Partisipasi Anggaran AI = Asimetri Informasi TA = Tekanan Anggaran PA.AI = Interaksi antara partisipasi anggaran dengan asimetri informasi PA.TA= Interaksi antara partisipasi anggaran dengan penekanan anggaran α = Konstanta β1-β3 = Koefisisen regresi ε = residual error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statisitik deskriptif ini merupakan analisis yang bertujuan untuk mengemukakan tentang karakteristik data diri responden, yang diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner. Sedangkan untuk data yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan, selanjutnya akan diolah untuk mengetahui frekuensi jawaban responden tiap pertanyaan dan nilai rerata dari tiap pertanyaan tersebut. 1.

Deskripsi Karekteristik Responden

Berikut merupakan karakteristik responden penelitian yang menunjukkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan lamanya bekerja responden yang disajikan dalam tabel 1: Tabel 1 Deskripsi Karakteristik Responden Data

Jumlah

Presentase

Laki-Laki

35

54,7 %

Perempuan

29

45,3 %

30-40 Tahun

13

20,3 %

41-50 Tahun

40

62,5 %

>50 Tahun

11

17,2 %

S1

40

62,5 %

S2

17

26,6 %

Lain-Lain

7

10,9 %

Jenis Kelamin

Usia

Pendidikan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

8

Tabel 1 (lanjutan) Deskripsi Karakteristik Responden Data Lama Bekerja 1-5 Tahun 6-10 Tahun >10 Tahun Sumber: data diolah

Jumlah

Presentase

6 10 48

9,4 % 15,6 % 75,0 %

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa objek penelitian pria lebih banyak dari wanita, yaitu sebesar 54,7%. Sebagian besar objek penelitian berusia 41-50 tahun,yaitu sebesar 62,5%. Responden penelitian memiliki tingkat pendidikan paling banyak S1, yaitu sebesar 62,5% dan kebanyakan dari mereka telah bekerja lebih dari 10 tahun, yaitu sebesar 75,0%. 2.

Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi jawaban responden merupakan hasil jawaban responden pada masing-masing variabel penelitian. Deskripsi jawaban akan dijelaskan berdasarkan nilai mean atau rerata. Nilai mean dari indikator yang tertinggi menunjukan kecenderungan responden memberikan tanggapan yang sama. Untuk menentukan nilai rerata responden termasuk dalam kategori tertentu maka berikut adalah aturan kategorisnya: Interval kelas

=

Nilai tertinggi - Nilai terendah Jumlah kelas

=

5-1 5

=

0,8

0,80 merupakan jarak interval kelas pada masing-masing kategori. Sehingga berlaku ketentuan kategori dengan hasil yang disajikan dalam tabel 2 berikut: Tabel 2 Penentuan Kategori Berdasarkan Nilai Rerata Interval

Kategori

Keterangan

1,00 ≤ X ≤ 1,80

1

Sangat rendah

1,81 ≤ X ≤ 2,60

2

Rendah

2,61 ≤ X ≤ 3,40

3

Cukup

3,41 ≤ X ≤ 4,20

4

Tinggi

4,21 ≤ X ≤ 5,00

5

Sangat tinggi

Berikut hasil deskripsi dari masing-masing variabel: a.

Variabel Budget Slack Variabel budget slack terdiri dari enam indikator pertanyaan. Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai mean atau rerata dari masing-masing indikator pertanyaan. Indikator

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

9

b.

c.

d.

pertama termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 4,15, indikator kedua termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 4,07, indikator ketiga termasuk kategori sangat tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 4,29, indikator keempat termasuk kategori rendah karena memiliki nilai mean sebesar 2,59, indikator kelima termasuk kategori rendah karena memiliki nilai mean sebesar 2,25, dan untuk indikator keenam termasuk kategori rendah karena memiliki nilai mean sebesar 2,17. Variabel Partisipasi Anggaran Variabel budget slack terdiri dari enam indikator pertanyaan. Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai mean atau rerata dari masing-masing indikator pertanyaan. Indikator pertama termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 4,10, indikator kedua termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,70, indikator ketiga termasuk kategori sangat tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,71, indikator keempat termasuk kategori cukup karena memiliki nilai mean sebesar 2,95, indikator kelima termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,89, dan untuk indikator keenam termasuk kategori cukup karena memiliki nilai mean sebesar 3,34. Variabel Asimetri Informasi Variabel budget slack terdiri dari enam indikator pertanyaan. Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai mean atau rerata dari masing-masing indikator pertanyaan. Indikator pertama termasuk kategori cukup karena memiliki nilai mean sebesar 3,06, indikator kedua termasuk kategori cukup karena memiliki nilai mean sebesar 2,98, indikator ketiga termasuk kategori sangat cukup karena memiliki nilai mean sebesar 3,04, indikator keempat termasuk kategori cukup karena memiliki nilai mean sebesar 3,00, indikator kelima termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,98. Variabel Tekanan Anggaran Variabel budget slack terdiri dari enam indikator pertanyaan. Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai mean atau rerata dari masing-masing indikator pertanyaan. Indikator pertama termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,90, indikator kedua termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,98, indikator ketiga termasuk kategori sangat tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 4,10, indikator keempat termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,37, indikator kelima termasuk kategori tinggi karena memiliki nilai mean sebesar 3,57, dan untuk indikator keenam termasuk kategori cukup karena memiliki nilai mean sebesar 3,31.

Uji Kualitas Data a.

Uji Validitas

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan dengan melihat signifikansi koefisien korelasi antara masing-masing indikator atau item pertanyaan terhadap total skor variabel. Nilai probabilitas dikatakan signifikan jika p<0,01 atau p<0,05 (Ghozali, 2006:64). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan telah diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing indikator/item pertanyaan untuk variabel partisipasi anggaran, asimetri informasi, dan tekanan anggaran signifikan pada level 0,01. Sedangkan untuk variabel budget slack signifikan di level 0,01 dan 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator/item pertanyaan dalam variabel penelitian ini adalah valid.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

10

b.

Uji reliabilitas Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu variabel atau konstruk dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha masing-masing variabel > 0,60 (Ghozali, 2006:42). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan telah diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20, diperoleh hasil bahwa nilai Cronbach Alpha dari masing-masing variabel melebihi 0,60. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel budget slack, partisipasi anggaran, asimetri informasi, dan tekanan anggaran reliabel. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Berdasarkan persamaan regresi yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20, maka diperoleh hasil olahan data yang yang disajikan pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Sumber: data diolah

Tampilan grafik normal probability plot pada gambar 1 menunjukkan bahwa titik-titik (data) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti atau mendekati arah garis diagonal. Hal ini berarti bahwa model-model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi mormalitas. b.

Uji Multikolinearitas Berdasarkan persamaan regresi yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20, maka diperoleh hasil olahan data yang yang disajikan pada tabel 3 berikut ini:

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

11 Tabel 3 Uji Multikolinearitas dengan Nilai Tolerance dan VIF a

Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients

Model

B

1

(Constant) Partisipasi Anggaran PA.AI PA.TA

Std. Error

13,083

2,135

,493

,173

,011 -,017

,005 ,005

t

Sig.

Beta

Collinearity Statistics Tolerance

VIF

6,128

,000

,606

2,841

,006

,276

3,629

,406 -,734

2,370 -3,386

,021 ,001

,427 ,267

2,341 3,743

a. Dependent Variable: Budget Slack Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 3 hasil uji multikolinearitas di atas, hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan persamaan regresi yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20, maka diperoleh hasil olahan data yang yang disajikan pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: data diolah

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Berdasarkan hasil diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

12

Uji Hipotesis Hasil pengujian hipotesis untuk persamaan regresi dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Persamaan Regresi

Model

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

B (Constant) Partisipasi Anggaran PA.AI PA.TA Sumber: data diolah

13,083 ,493 ,011 -,017

Std. Error 2,135 ,173 ,005 ,005

Standardized Coefficients

t

Sig.

Beta ,606 ,406 -,734

6,128 2,841 2,370 -3,386

,000 ,006 ,021 ,001

Berdasarkan tabel 4 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: BS= 13,083 + 0,493PA + 0,011 PA.AI -0,017 PA.TA

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa: a. Nilai konstanta sebesar 13,083 menunjukan besarnya pengaruh variabel independen (partisipasi anggaran, interaksi partisipasi anggaran dengan asimetri informasi, dan interaksi pasrtisipasi anggaran dengan tekanan anggaran) terhadap variabel dependen (budget slack). Apabila variabel independen tersebut sama dengan nol (konstan), maka diprediksi nilai budget slack sebesar 13,083. b. Koefisien regresi menunjukan proporsi dari varian yang diterangkan oleh persamaan regresi terhadap varian total. Nilai adjusted R square sebesar 0,209, hal ini berarti 20,9% variabel budget slack dapat dijelaskan oleh variabel partisipasi anggaran, interaksi antara partisipasi anggaran dengan asimetri informasi, dan interaksi antara partisipasi anggaran dengan tekanan anggaran. Sedangkan sebesar 70,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar yang diteliti. H1: Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap budget slack Berdasarkan hasil dapat disimpulkan. a. Nilai koefisien regresi untuk partisipasi anggaran sebesar 0,493. Berarti jika partisipasi anggaran meningkat, maka budget slack akan mengalami peningkatan sebesar 0,493. b. Hasil perhitungan menunjukan t hitung sebesar 2,841 dengan nilai signifikan sebesar 0,006. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti partisipasi anggaran berpengaruh pada budget slack. Secara parsial hasil dalam penelitian ini menemukan bahwa variabel partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap timbulnya budget slack. Jadi, ketika partisipasi anggaran yang dilakukan oleh bawahan semakin besar, maka akan menimbulkan budget slack yang semakin besar pula. Sehingga atasan harus ikut berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan anggaran, karena bawahan cenderung melakukan tindakan disfungsional seperti budget slack dalam penyusunan anggaran. Hal ini sejalan dengan teori

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

13

yang dikemukakan oleh Anthony, Dearden, dan Bedford yang diterjemahkan oleh Maulana (1991:500) bahwa: “Tanpa adanya partisipasi manajemen puncak, akan menimbulkan kecenderungan para manajer untuk “bermain’ dalam sistem anggaran, beberapa mencoba untuk mengusulkan anggaran yang mudah dicapai atau menyampaikan anggaran yang memungkinkan adanya hal-hal yang tidak terduga”. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sirajuddin (2010), dimana dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi budget slack, menunjukkan hasil bahwa variabel partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan pada budget slack. H2: Asimetri informasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan. a. Nilai koefisien regresi untuk asimetri informasi sebesar 0,011. Berarti jika nilai asimetri informasi yang memoderasi partisipasi anggaran meningkat, maka budget slack akan mengalami peningkatan sebesar 0,011. b. Hasil perhitungan menunjukan t hitung sebesar 2,370 dengan nilai signifikan sebesar 0,021. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti asimetri informasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Secara parsial hasil dalam penelitian ini menemukan bahwa variabel asimetri informasi memoderasi (memperkuat) pengaruh partisipasi anggaran terhadap timbulnya budget slack. Jadi partisipasi anggaran pada dasarnya juga memiliki keterkaitan dengan asimetri informasi. Karena, partisipasi dalam proses anggaran terjadi dengan adanya informasi yang dimiliki oleh bawahan. Dengan demikian, menunjukkan kesesuaian antara hasil penelitian bahwa partisipasi anggaran yang dimoderisasi asimetri informasi yang tinggi akan menimbulkan budget slack yang tinggi juga. Kecenderungan asimetri informasi yang terjadi pada penelitian ini jika dilihat dengan angka memang berada pada skala cukup, hal tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya informasi yang dimiliki atasan dengan bawahan tidak berbeda jauh. Akan tetapi, bawahan tetap memiliki informasi teknis yang lebih banyak dibandingkan yang dimiliki atasannya. Dengan adanya informasi teknis yang lebih banyak itulah yang dapat menimbulkan senjangan anggaran. Kelebihan informasi teknis yang dimiliki bawahan dimanfaatkan untuk memudahkan dalam pencapaian anggaran. Sehingga, program yang dianggarkan disusun tidak secara maksimal melainkan disusun dengan mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang sekiranya dapat dihindari dalam pelaksanaannya nanti. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afiani (2010) yang menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi anggaran dengan asimetri informasi berpengaruh secara signifikan terhadap timbulnya senjangan anggaran . H3: Tekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan. a. Nilai koefisien regresi untuk tekanan anggaran sebesar -0,017. Berarti jika nilai tekanan anggaran yang memoderasi partisipasi anggaran meningkat, maka budget slack akan mengalami penurunan sebesar -0,017. b. Hasil perhitungan menunjukan t hitung sebesar -3,386 dengan nilai signifikan sebesar 0,001. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti tekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

14

Secara parsial hasil dalam penelitian ini menemukan bahwa variabel tekanan anggaran memoderasi (memperlemah) pengaruh partisipasi anggaran terhadap timbulnya budget slack. Tekanan anggaran terjadi, ketika target anggaran dijadikan sebagai tolok ukur kinerja bawahan, atau adanya pemberian insentif moneter seperti bonus ketika target anggaran tercapai. Namun dengan adanya tekanan anggaran seperti itu dalam suatu instansi tidak selalu mendorong bawahan melakukan slack. Bawahan akan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan cara meningkatkan performance sehingga realisasi anggarannya sesuai dengan yang ditargetkan sebelumnya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2008) yang menyatakan bahwa senjangan anggaran dipengaruhi secara signifikan oleh interaksi antara partisipasi anggaran dengan budget emphasis. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack dengan asimetri informasi dan tekanan anggaran sebagai variabel pemoderasi. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap budget slack. Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap terciptanya budget slack. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk terciptanya budget slack. 2. Asimetri informasi memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Penelitian ini menunjukkan bahwa asimetri informasi mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Semakin tinggi partisipasi anggaran yang dimoderisasi oleh asimetri informasi maka semakin tinggi pula kecenderungan terciptanya budget slack. 3. Tekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan anggaran mampu memoderasi (memperlemah) pengaruh partisipasi anggaran terhadap budget slack. Semakin tinggi partisipasi anggaran yang dimoderisasi oleh tekanan anggaran maka semakin rendah kecenderungan terciptanya budget slack. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa pengumpulan data hanya menggunakan kuesioner saja. Untuk penelitian selanjutnya, selain menggunakan kuesioner sebaiknya juga menggunakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara untuk lebih mengetahui sejauh mana pengaruh antar variabel. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menambahkan variabel lain seperti karakteristik kejelasaan sasaran anggaran, ketidakpastian lingkungan, keterlibatan kerja, dan komitmen organisasi atau menjadikan variabel tersebut sebagai variabel pemoderasi maupun variabel intervening dalam penelitian yang akan dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Afiani, D. N. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Angaran, dan Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran pada Instansi Pemerintah. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)

15

Anggraeni, R. S. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis dan Information Asymmetry terhadap Slack Anggaran. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Anthony, R. N. Dan V. Govindarajan. 2005. Management Control System. Terjemahan kurniawan Tjakrawala. Salemba empat. Jakarta. Darlis, E. 2002. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasional dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran. JRAI Vol. 5 No. 1 Januari 85-101. Dunk, A. S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review Vol. 2 April 1993 400-410. Falikhatun. 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan Group Cohensiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Se-Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar. Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Ikhsan, A dan M. Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta. Latuheru, B. P. 2005. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. JAK Vol. 7. Lowe, E. A and R. W. Shaw. 1968. An Analysis of Managerial Biasing: Evidance From a Company’s Budgeting Process. The Journal of Management Studies Vol 5. Lukka, K. 1988. Budgetary Biasing in Organization: Theoretical Framework and Empirical Evidence. Accounting, Organization, and Society, 13, 281-301. Maulana, A. 1992. Sistem Pengendalian Manajemen, Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta Waller, W. S. 1988. Slack in Participating Budgeting: The Joint Effect of a Truth-Including Pay Scheme and Risk Preferences. Accounting, Organization, and Society 13:87-98. Ramdeen, C, J. Santos dan H. K. Chatfield. 2006. An Examination of Impact of Budgetary Participation, Budgetary Emphasis and Information Asymmetry on Budgetary Slack In the Hotel Industry. Rukmana, P. 2013. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Informasi Asimetri terhadap Timbulnya Budget Slack. Ejournal UNP. Padang. Sirajuddin, A. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budgetary Slack Pada Dinas Pengelolaan Keuangan daerah (DPKD) dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pare-Pare. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Suartana, I. W. 2010. Akuntansi Keprilakuan. ANDI. Yogyakarta. Sujana, I. K. 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri Informasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Budgetary Slack. Audit Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol:5. No.2. Waller, W. S. 1988. Slack in Participating Budgeting: The Joint Effect of a Truth-Including Pay Scheme and Risk Preferences. Accounting Organization and Society 13:87-98. ●●●