INTERAKSI SOSIAL ANTARA ANGGOTA ORGANISASI EKSTRA

Download mencari perbedaan interaksi antara ajaran salaf dengan ajaran khalaf. Penelitian pertama dan kedua, mencakup kepada interaksi sosial antarp...

0 downloads 490 Views 9MB Size
INTERAKSI SOSIAL ANTARA ANGGOTA ORGANISASI EKSTRA KAMPUS DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA (Studi kasus di HMI dan PMII Cabang Ciputat)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh: Luthfian Taqwa Ginanjar NIM: 106032201110

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

ABSTRAK Luthfian Taqwa Ginanjar Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra Kampus Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Studi kasus di HMI dan PMII Cabang Ciputat) Interaksi sosial merupakan proses sosial yang terjadi antara individu dengan individu yang lain, individu dengan kelompok atau pun antarkelompok. Interaksi sosial terdiri atas dua sifat, yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif. Adapun yang bersifat asosiatif yaitu kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Sedangkan yang bersifat disosiatif berupa persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Oleh karena itu, di dalam setiap organisasi memiliki sifat-sifat interaksi sosial tersebut yang menginginkan pengakuan di lingkungannya. Dan mahasiswa sebagai bagian dari gerakan dan organisasi sosial yang merupakan suatu fenomena yang telah terbukti sejak masa sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, menarik untuk melihat bagaimana pola interaksi yang terjadi antarsesama mahasiswa yang berlatar belakang organisasi yang berbeda. Adapun penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana interaksi sosial antara anggota organisasi ekstra di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu organisasi HMI dan PMII. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, kemudian memakai studi kasus dengan bentuk intrinsik dan pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi terhadap informan untuk memahami permasalahan yang terjadi antara kedua organisasi ini. Seperti ideologi yang membuat dua belah pihak ini saling menonjolkan eksistensitas organisasi di dalam maupun di luar kampus. Penyebab antara kedua organisasi selalu bertikai atau konflik karena adanya kepentingan individu atau kelompok yang merugikan kelompok yang lain dan tidak mengikuti aturan yang berlaku atau kode etik keorganisasian sehingga memungkinkan terjadinya suatu konflik di lingkungan tersebut. Dan adakalanya kedua organisasi ini bekerjasama untuk kepentingan kemaslahatan umat bersama, seperti aksi menentang kebijakan kampus atau pun kebijakan pemerintahan, diskusi publik dan kegiatan yang diselenggarakan di dalam kampus yang secara umum untuk para mahasiswa. Dan pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive sampling. Pemilihan ini jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya, peneliti mengambil sampel melalui orang-orang yang memiliki wawasan dan berkompeten dalam bidangnya untuk pengambilan data. Dan jika sudah terjadi pengulangan maka pemilihan berakhir, subjeknya masingmasing berjumlah 10 orang dari setiap jumlah pengurus dan anggota yang ada di dalam organisasi HMI dan PMII. Kesimpulan dari hasil yang terjadi di dalam organisasi besar seperti HMI dan PMII yang memiliki ideologi berbeda, membuat mereka selalu ingin bersaing untuk mendapatkan kedudukan atau tempat yaitu kekuasaan di dalam Badan Esekutif Jurusan, Fakultas, dan Universitas. Dan sebagian pula mementingkan kepentingan kelompok serta kepentingan pribadi demi eksistensitasnya, dikarenakan adu gengsi dengan kelompok lain apabila memiliki eksistensitas yang kuat.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat-sahabatnya yang senantiasa membela dan mengikuti ajaran-ajarannya. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari para pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: Bapak Muhammad Ismail, S.Ag selaku pembimbing akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Zulkifly, MA selaku ketua jurusan program studi Sosiologi UIN Jakarta. dan sekaligus dosen pembimbing yang memberikan segala waktu, kesabaran, kritikan dan saran -saran untuk membantu penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Joharotul Jamilah, M.Si selaku sekertaris jurusan program studi Sosiologi UIN Jakarta. Ibu Dzuriatun Toyibah, MA dan Ibu Iim Halimatusa’diyah, MA selaku tim Dewan Pertimbangan Skripsi (DPS) yang memberikan inspirasi dan membantu untuk menentukan tema skripsi. Beserta seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Sosiologi atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi. Keluarga tercinta yaitu orang tua, penulis sangat berterima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ayahanda Dr. Eko Siswono, M.si dan ibunda Hj. Wartiasih atas segala pengertian, kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran, pengorbanan dan segala doa yang senantiasa mereka panjatkan untuk penulis, agar

ii

penulis sukses dan berhasil dalam penulisan skripsi ini dengan harapan nilai yang maksimal, engkaulah orang tua yang terbaik dan penulis cintai. Dan terima kasih juga untuk kakakku Sismayudha Noor Ramadhona beserta istrinya Mbak Reny yang selalu memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi, dan juga tidak lupa untuk adekku Rischa Rety Nur Artanti dan Norma Citra Chameliawati yang memberikan spirit bagi penulis lewat candaannya dan senyumannya. Sahabat-sahabatku yang senasib dan seperjuangan yaitu: Ayub, Yandhi, Irvan Matondang, Aal, Andri, Aufar, Panca, Fajar, Hajuri, Nana, Febri, M. Ervan, Najiullah (Ajie), Fina, Azharina, Hamidah, Rahmi, Kiki, Dijah dan Betty. Merekalah yang selalu memberikan aura positif kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan kalianlah sahabat-sahabat terbaikku. Beserta keluarga besar LamyuZard (paduan suara), Fortuna band, Amanta band dan Ibu Ririn beserta keluarga. Mereka yang memberikan kontribusi yang sangat baik di saat penulis mengalami kejenuhan dalam pembuatan skripsi. Organisasi HMI dan PMII yang memberikan petunjuk, keterangan, dan jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan penulis untuk skripsi ini. dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. “all the best”. Penulis sadar tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah SWT. Begitu pula dengan skripsi ini, yang merupakan hasil maksimal yang dapat penulis sampaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang bagi penulis selanjutnya. Ciputat,............….......2011 (Luthfian Taqwa Ginanjar)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………. i KATA PENGANTAR ………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iv

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian .............................................. 6 C. Tujuan Penelitian ..................................................... 6 D. Manfaat Penelitian .................................................. 6 E. Tinjauan Pustaka ..................................................... 7 F. Kerangka Konseptual .............................................. 10 G. Metodologi Penelitian ............................................. 14 H. Sistematika Penulisan .............................................. 17

BAB II

LANDASAN TEORI A. Interaksi Sosial ........................................................ 19 1. Pengertian Interaksi Sosial ............................. 19 2. Faktor-faktor dalam Interaksi Sosial .............. 21 3. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial ........ 22 4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ...................... 25 a. Proses Asosiatif ..................................... 25 b. Proses Disosiatif .................................... 29 B. Organisasi ................................................................ 31 1. Pengertian Organisasi ..................................... 32 2. Dasar Pembentukan Organisasi ...................... 33 3. Tujuan Berorganisasi ...................................... 34

iv

BAB III

GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Organisasi Ekstra di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...................................................................... 35 B. Profil Sejarah HMI ................................................... 37 1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI ................................................................ 37 2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan HMI ... 38 3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) .............. 40 C. Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat ........................ 41 D. Profil Sejarah PMII .................................................. 44 1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya PMII ............................................................... 44 2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan PMII .. 45 3. Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP) ............... 47 E. Profil Sejarah PMII Cabang Ciputat ........................ 47

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Perbedaan Pola Interaksi antara Anggota Organisasi HMI dan PMII .................................................................. 52 B. Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Perbedaan

Interaksi ................................................................... 69

BAB V

PENUTUP A.

Kesimpulan ........................................................... 77

B.

Saran-saran ........................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82 LAMPIRAN

v

Pola

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri. Di dalam menjalani kehidupan sehari-harinya manusia bersifat kelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri di tengah-tengah masyarakat melainkan bergantung pada orang lain karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup bersama. Manusia menurut kodratnya, diciptakan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok masyarakat. Dengan demikian, manusia merupakan bagian dari suatu organisi sosial. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan orang lain. Landasan dari adanya hasrat tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya, seperti makanan pokok, pekerjaan, jabatan, kendaraan dan pengakuan di dalam lingkungannya. Menurut Kimbal Young dalam bukunya Sociology and Social Life sebagaimana dikutip oleh Zainal Abidin dan Agus Ahmad Safe’i, “... interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa adanya interaksi sosial tidak akan ada kehidupan sosial ....”1 Keunikan suatu peradaban masyarakat yang satu dengan yang lainnya telah menghasilkan begitu banyak ragam kekayaan budaya seperti banyaknya jenis bahasa yang digunakan sebagai salah satu syarat interaksi. Interaksi yang terjadi antarsesama manusia dengan latar belakang yang berbeda, baik budaya maupun karakter pribadi yang melekat pada diri masingmasing pasti suatu ketika menimbulkan gesekan-gesekan, baik berupa kesalah1

Zainal Abidin dan Agus Ahmad Safe’i, Sosiosopholog: Sosiologi Islam Berbasis Hikmah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 107.

1

pahaman dalam memandang suatu keadaan ataupun perbedaan sudut pandang. Hal tersebut merupakan sebuah realitas yang tidak bisa dihindari. Hal tersebut dari proses sosial, sebagai aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Bagi Adham Nasution, yang dikutip oleh Basrowi dalam bukunya menyebutkan, “... bahwa proses sosial adalah rangkaian human actions (sikap/ tindakan manusia) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respon di dalam hubungannya satu sama lain ....”2 Kita melihat beberapa interaksi yang dibangun pada masyarakat seperti hubungan atau interaksi yang terbangun secara kontinuitas antara ras, budaya, agama, dan golongan politik, sehingga terbentuklah organisasi sosial, yang bertujuan untuk membangun negeri ini agar lebih baik. Untuk meminimalisasi bentuk-bentuk interaksi yang mengarah pada konflik yang menyebabkan rusaknya sistem sosial pada masyarakat (disintegrasi), maka diperlukan pemahaman yang berbasis pada pemahaman simbol negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua), yang mengupayakan penerimaan atas segala perbedaan yang ada pada masyarakat. Oleh sebab itu, harus ada timbal-balik saling memberi dan saling menerima antara individu dengan yang lainnya sehingga sebuah proses kehidupan akan berjalan dengan seimbang. Di dalam proses sosial, memiliki norma dan nilai sehingga masyarakat dapat menjalani kehidupan dalam organisasi sosial. Dengan adanya norma, manusia diharapkan mematuhi peraturan dalam hubungannya dengan orang lain. Meskipun nilai cenderung kepada kepercayaan masyarakat mengenai sesuatu yang baik atau buruk. Ungkapan Christopher Bates Doob, dalam bukunya

2

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), h. 136.

2

Sociology: an Introduction, sebagaimana dikutip oleh Yusron Rozak menarik untuk dikutip. “Doop memberikan pembedaan antara nilai dengan norma, dan kepercayaan. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, yang memberikan preferensi sejumlah perilaku. Sedangkan norma, memberikan petunjuk atas perilaku dalam situasi yang lebih spesifik. Kepercayaan terkait dengan apa yang orang anggap sebagai sesuatu yang baik atau berguna, sementara kepercayaan fokus kepada apa yang mereka anggap sebagai benar dan faktual. Nilai sangat penting karena mempengaruhi isi daripada norma.”3

Di samping itu, terbentuknya organisasi sosial di tengah-tengah masyarakat tidak lepas dari peran mahasiswa, sehingga aspirasi masyarakat untuk pemerintah bisa disalurkan lewat aksi-aksi mahasiswa. Mahasiswa sebagai bagian dari gerakan dan organisasi sosial merupakan suatu fenomena yang telah terbukti sejak masa sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dari sejarah bangsa Indonesia, gerakan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran mahasiswa. Akan tetapi, ada kecenderungan mahasiswa dihadapkan dengan sebuah kepentingan yang berorientasi pada kepentingan suatu golongan tertentu saja. Menurut ilmu politik tentang penyebab lahirnya sebuah gerakan sosial, karena adanya kondisi yang memberikan kesempatan (political opportunity) bagi gerakan itu. Pemerintah yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintah yang sangat otoriter. Kendala untuk membuat gerakan di negara yang represif lebih besar ketimbang di negara yang demokrat. Sebuah negara yang berubah dari represif menjadi lebih moderat terhadap oposisi, menurut pandangan ini, akan diwarnai

3

Yusron Razak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008), h. 145.

3

oleh lahirnya berbagai gerakan sosial yang selama ini terpendam di bawah permukaan.4 Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, pada saat tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa, maka kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Secara umum di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal-bakal perjuangan nasional. UIN adalah salah satu dari lembaga pendidikan yang besar. Selain menjadi tempat studi berbagai disiplin ilmu, terdapat banyak organisasi kemahasiswaan, baik yang bersifat ekstra kampus maupun intra kampus. Adapun yang bersifat organisasi ekstra ialah organisasi yang berada di luar kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Muslim Muhammadiyah), KAMMI (Kesatuan Aksi 4

Kunarto, Gerakan Mahasiswa: Merenungi Kritik Terhadap Polri Buku ke 10, (Jakarta: Penerbit PT. Cipta Manunggal, 2000), h. 141.

4

Mahasiswa Muslim Indonesia), LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Sedangkan yang bersifat intra adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di dalam kampus dan mendapatkan penggalangan dana untuk kegiatan mahasiswa dari kampus seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), yaitu pencinta alam (arkadia), kalacitra, teater syahid, musik (riak). Para aktivis organisasi mahasiswa intra kampus pada umumnya juga berasal dari kader-kader organisasi ekstra kampus ataupun aktivis independen yang berasal dari berbagai kelompok studi. Melihat latar belakang organisasi yang begitu banyak berkembang di lingkungan perguruan tinggi baik intra maupun ekstra, menjadi tempat untuk mahasiswa mengeluarkan bakat dan menjadi mahasiswa yang kritis akan permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, menarik untuk melihat bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara sesama mahasiswa yang berlatar belakangi organisasi yang berbeda. Dan penulis bermaksud untuk meneliti pola interaksi yang terjadi, dengan pembatasan masalah pada interaksi sosial yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti mendapatkan kedudukan dan peran di dalam jurusan, fakultas atau pun universitas dan ada beberapa faktor yang mengakibatkan anggota mereka tidak dapat berinteraksi dengan baik sampai ke pejabat-pejabat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bahkan sampai kepemerintahan seperti DPR, MPR, Menteri dan lembaga-lembaga yang di biayai oleh pemerintahan. Oleh sebab itu, mereka dibesarkan melalui organisasiorganisasi ekstra yang berada di kampus-kampus terutama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5

B. Pertanyaan Penelitian Untuk lebih jelasnya mengoperasionalkan masalah penelitian ini, maka saya mengidentifikasikan masalah penelitian tersebut dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan pola interaksi antara anggota organisasi HMI dan organisasi PMII ? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perbedaan pola interaksi tersebut ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan gambaran secara detail mengenai perbedaan interaksi sosial antara mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra kampus. 2. Untuk menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi interaksi sosial di dalam organisasi. D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat pada: 1. Manfaat Akademisi Menambah literatur tentang dinamika kehidupan organisasi ekstra kampus dan

memberikan

khazanah

pengembangan

konsep-konsep

dalam

Sosiologi, khususnya untuk memperkaya rekonstruksi teori tentang interaksi sosial melalui upaya memahami fenomena di dalam masyarakat. 2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan memasukan dalam pembinaan organisasi intra maupun ekstra kampus.

6

E. Tinjauan Pustaka Terkait dengan kajian interaksi sosial, penulis menemukan beberapa penelitian sejenis, antara lain : Penelitian yang berjudul “Pola Interaksi Santri dan Kyai pada Pondok Pesantren Salaf dan Khalaf (Studi Perbandingan Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah (Salaf) dengan Pondok Pesantren Al-Falahiyyah (Khalaf))” yang diteliti oleh Syarif, mahasiswa strata satu (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif. Pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive. Dia menggunakan instrumen penelitian berupa semistandardized interview, yakni kombinasi wawancara di mana selain mempersiapkan pertanyaan terorganisir, juga kreatif mengembangkan pertanyaan lanjutan dari jawaban yang diperoleh dari informan kunci. Permasalahan penelitian dan kesimpulannya menyatakan pola interaksi di Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah (salaf) yang merupakan ajaran tradisional (terdahulu), adalah pola hubungan bersifat satu arah, yaitu interaksi santri dengan kyai yang dilakukan hanya di saat proses belajar mengajar, ketika di masjid atau majlis ta’lim tempat mereka belajar. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, yaitu dari ajaran (doktrin) yang terdapat di salaf yang membatasi hubungan antara santri dengan kyai agar tidak terlalu dekat. Sedangkan pola interaksi di Pondok Pesantren Al-Falahiyyah (khalaf) yang merupakan ajaran modern (kekinian), yaitu terbuka atau dua arah antara santri dan kyai terjadi dialog dan saling kerjasama.

7

Artinya, santri lebih mudah berinteraksi langsung dengan kyai, tidak “malu-malu” dan tidak “kaku”.5 Penelitian di atas menunjukan proses interaksi antara santri dan kyai yang berbeda tempat cara berinteraksinya. Di ajaran salaf menunjukan interaksi bersifat satu arah, dimana kyai membatasi hubungannya dengan santri. Sedangkan ajaran khalaf sebaliknya, pola interaksi kyai dengan santri yang bersifat dua arah atau terbuka sehingga santri lebih mudah berkomunikasi dengan kyai. Pada akhirnya proses interaksi tersebut berjalan dengan baik. Penelitian ini berbeda sekali dengan penelitian selanjutnya, di dalamnya proses interaksi sosial menjadi faktor dalam membina kerukunan antar umat beragama. Selain itu, studi tentang “Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan Masyarakat Kristen Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama (Studi Kasus Kelurahan Tanjung Priok-Jakarta Utara)” yang diteliti oleh Novian Hermawan, mahasiswa strata satu (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive dan juga menggunakan instrumen penelitian berupa semistandardized interview. Dalam kesimpulan skripsinya dinyatakan bahwa dengan adanya sebuah interaksi sosial antar umat beragama maka masyarakat Islam dengan masyarakat Kristiani akan terlihat dampak-dampak yang terjadi dari sebuah hubungan interaksi tersebut, dampak-dampak tersebut ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Dua agama mayoritas yang mendiami wilayah tersebut merupakan contoh kehidupan beragama yang harmonis dan adapun bentuk-bentuk 5

Syarif, “Pola Interaksi Santri dan Kyai pada Pondok Pesantren Salaf dan Khalaf”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat/Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 110-111.

8

interaksi sosial yang mempengaruhi kerukunan umat beragama, yaitu dalam pembangunan rumah ibadah.6 Penelitian tersebut bertujuan untuk menjaga kerukunan umat beragama, yang mempengaruhi beberapa dampak dari interaksi tersebut. Dampak itu bersifat negatif dan bersifat positif. Berbeda halnya dengan penelitian sebelumnya, yang mencari perbedaan interaksi antara ajaran salaf dengan ajaran khalaf. Penelitian pertama dan kedua, mencakup kepada interaksi sosial antarpola hubungan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Berbeda halnya dengan penelitian berikutnya, yang mengarah pada ketahanan nasional dalam organisasi sosial di komunitas dan bagaimana pola interaksi sosial itu terjadi, yaitu: Penelitian dari “Pola-pola Interaksi Sosial Warga Etnik Cina dengan Warga Etnik Lainnya dalam Suatu Lingkungan Pemukiman Dan Kaitannya dengan Ketahanan Nasional” yang diteliti oleh Tri Lestari Hadiati, mahasiswa Pasca Sarjana-UI, Program studi: Kajian Ketahanan Nasional, Tahun 1996. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan serta kelompok diskusi terarah pada kelompok/organisasi sosial di komunitas. Penelitian empirisnya tentang sifat-sifat suatu batas budaya. Meskipun akulturasi sudah terjadi hampir di semua bidang kehidupan, ada sejumlah nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik Cina tetap bertahan hidup berdampingan dengan nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik lainnya di Indonesia, dengan contoh pola interaksi antarkelas sosial masyarakat Jepang.7

6

Novian Hermawan, “Interaksi Sosial Antara Masyarakat Islam Dengan Masyarakat Kristen Dalam Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat/Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 65. 7 Tri Lestari Hadiati,“Pola-pola interaksi sosial warga etnik Cina dengan warga Etnik lainnya dalam suatu lingkungan pemukiman dan kaitannya dengan ketahanan nasional”, (Pasca Sarjana UI Program studi: Kajian Ketahanan Nasional, Perpustakaan Pusat UI, 1996), h. i.

9

Dalam tinjauan dari beberapa penelitian di atas, penulis menemukan kajian yang secara intensif melihat pola interaksi sosial yang terjadi dengan latar belakang organisasi yang berbeda, yaitu pada penelitian yang terakhir. Akan tetapi, penelitian tersebut melihat bagaimana mempertahankan nilai-nilai budaya dan pranata sosial etnik Cina dalam organisasi di masyarakat Indonesia. Berbeda halnya dengan penelitian yang akan saya teliti, yang melihat pada anggota organisasi ekstra kampus dalam berinteraksi antara anggota organisasi yang berbeda, yakni tentang “Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra Kampus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” (Studi kasus HMI dan PMII).

F. Kerangka Konseptual Manusia dalam hidup bermasyarakat akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Kamus Sosiologi, “kata interaksi mempunyai dua pengertian pertama stimulus dan tanggapan antar manusia; kedua hubungan timbal balik antara pihak tertentu.”8 Goffman mengemukakan bahwa dalam dunia performa, perlu dibedakan dua panggung, yaitu panggung depan (front region atau front stage) dan panggung belakang (back region atau back stage). Dan beliau menyatakan bahwa selama kegiatan rutin seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal dalam interaksi (sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya) menarik untuk dikutip.9

8

Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hl. 335. Engkus Kuswarno, Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi; Konsep, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, (T.tp.: Penerbit Widya Padjadjaran, 2009), h. 117. 9

10

“Seorang pelaku cenderung membunyikan atau mengenyampingkan kegiatan, fakta-fakta dan motif-motif yang tidak sesuai dengan citra dirinya dan produk-produknya yang ideal. Walaupun individu memiliki berbasis routines, akan tetapi dia cenderung bertindak seolaholah routine yang ada “sekarang” inilah yang terpenting.” 10

Menurut model analisis ini, masalah utama yang dihadapi individu dalam pelbagai hubungan sosialnya adalah mengontrol kesan-kesan yang diberikannya pada orang lain. Pada akhirnya, individu berusaha mengontrol penampilannya, keadaan fisiknya dimana mereka memainkan peran-perannya, serta perilaku perannya yang aktual dan gerak-isyarat yang menyertainya.11 Dalam penelitian ini mengenai proses interaksi yang pokok, yaitu interaksi sosial yang bersifat asosiatif dan yang bersifat disosiatif. Adapun yang bersifat asosiatif yang mengarah pada tujuan yang sama dan mempengaruhi orientasi terebut, seperti kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Dan “... kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakantindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang ....”12 Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh Charles H. Cooley sebagai berikut.13 “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian ter-hadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”.

10

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Penerjemah Yasogama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 233. 11 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Modern. Diindonesiakan oleh: Robert M. Z. Lawang, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 1986 ), h. 42 12 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 66. 13 Ibid., h. 176.

11

Dengan kerja sama di dalam dua organisasi atau kelompok, menciptakan hasil dari kesepakan antara dua belah pihak yang sedang mengalami permasalahan pada saat itu. Dalam hal ini bisa disebut dengan koalisi, apabila sudah terjadi kesepakan dan nantinya akan timbul kesalah-pahaman atau pertentangan di kemudian hari, dan harus bisa mengakomodasikan untuk mencapai kestabilan kembali yang diinginkan antara dua belah pihak. Adapun “... akomodasi itu sendiri untuk menunjukan pada suatu keadaan yang berarti adanya keseimbangan dan menunjukan pada suatu proses untuk meredakan suatu pertentangan mencapai kestabilan ....”14 Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.15 Sedangkan yang bersifat disosiatif yang mengarah pada terjadinya pertentangan, di dalamnya membahas tentang persaingan, kontravensi dan pertentangan atau konflik. Adapun “... proses-proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, yang persis dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan ....”16 Oleh sebab itu, persaingan mempunyai dua tipe umum, yang pertama bersifat pribadi ialah orang perorangan atau individu secara langsung bersaing untuk, misalnya memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi dan 14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 68 Ibid., h. 73. 16 Ibid., h. 81. 15

12

tipe ini juga dinamakan rivalry. Dan yang kedua tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok.17 Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua organisasi besar yang bersaing untuk mendapatkan kedudukan dan peranan (kekuasaan) di suatu lingkungan tertentu. Untuk memahami individu yang berinteraksi ke individu yang lain seperti contoh pada persaingan yang bersifat pribadi, seakan-akan memiliki rasa fungsi yang disadari (manifest) dan fungsi yang tersembunyi atau tidak disadari (latent). Seperti konsep yang diajukan oleh Robert K. Merton. Di samping itu, ada permainan sandiwara dibalik itu semua menggunakan bahasa teater, “... Goffman menganalisis pelbagai strategi yang digunakan individu dalam usahanya untuk memperoleh kepercayaan sosial terhadap konsep-dirinya ....”18 Persaingan dan pertentangan atau konflik berada antara suatu bentuk proses sosial yang merupakan hakikat daripada kontravensi. Adapun adanya kontravensi ditandai oleh gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau pun keraguan terhadap kepribadian seseorang dan berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, doktrin.19 Respon seseorang terhadap rangsangan lingkungan akan berbeda-beda tergantung pada kebutuhan tertentu atau dorongan yang penting pada waktu itu, serta hakikat kegiatan yang sedang berlangsung di mana individu terlibat.20

17

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 83. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Modern., h. 42. 19 Ibid., h. 88. 20 Ibid., h. 16. 18

13

G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan secara objektif menganalisis data-data yang diperoleh, dan kemudian memakai studi kasus dengan bentuk intrinsik “... yang menekankan pada pemahaman (verstehen) yang mendalam terhadap kasus tunggal yang disebabkan kasus tersebut menarik ...”.21 Unit analisis dalam penelitian ini ialah anggota serta pengurus dari organisasi HMI dan PMII, karena mengetahui tentang informasi yang diharapkan oleh peneliti dan jika sudah terjadi pengulangan maka pemilihan berakhir. Perlu diketahui, bahwasanya pengurus sudah pasti anggota dari organisasi tersebut. Maka proses wawancara, tidak mudah dilakukan karena memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, memilih Informan merupakan orang yang memiliki jabatan struktural pada organisasi HMI dan PMII. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anggota serta pengurus organisasi ekstra kampus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu HMI dan PMII. Pemilihan informan utama diambil dengan teknik purposive sampling, “ ... yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

21

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 58.

14

pengambilan sampelnya ...”.22 Maksud dari pertimbangan ini ialah orangorang yang berkompeten dalam bidangnya dan tidak sembarangan untuk memilih informan dalam pengambilan informasi yang akan didapati. Adapun subjeknya masing-masing berjumlah 10 orang dari setiap jumlah pengurus (anggota) yang ada di dalam organisasi HMI dan PMII. adapun HMI, yaitu Keluarga Alumni HMI (KAHMI) 2 orang, sedangkan dari pengurus HMI berupa ketua umum cabang Ciputat, sekretaris umum, ketua bidang dan wasekum pembinaan anggota, 4 orang dari Dept. pengembangan anggota. Sedangkan

pengurus

dari

PMII,

yaitu

Majelis

Pembinaan

Cabang

(MABINCAB) 2 orang, ketua umum cabang ciputat, sekertaris umum, ketua bidang I, 2 orang dari Dept. kaderisasi, dan 3 orang dari Dept. antar lembaga. 3. Jenis Data dan Sumber Data Adapun jenis data yang digunakan untuk melihat indikator penelitian tersebut, dibagi menjadi dua jenis data, yaitu: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung pada pengurus dan anggota dari setiap organisasi HMI dan organisasi PMII, yang mencakup interaksi sosial. Diantaranya adalah kerja sama, akomodasi, asimilasi, persaingan mendapatkan kedudukan atau kekuasaan, kontravensi yang melakukan provokosi dan pertentangan atau konflik. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kajian kepustakaan yakni sebagai pendukung data primer, seperti buku-buku, artikel, majalah dan sumber lainnya.

22

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif., h. 96.

15

4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, saya melakukan teknikteknik sebagai berikut: a. Wawancara (interview) Wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara tak terstruktur. Digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hal ini, memiliki pengetahuan dan mendalami situasi serta mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan mengenai interaksi sosial antara anggota organisasi ekstra kampus. 23 Adapun alat untuk melakukan wawancara menggunakan handpone. b. Tahap Observasi (pengamatan) Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis.24 Dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung yang bersifat partisipatif ataupun non partisipatif yaitu pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan yang menjadi sasaran penelitian dari organisasi HMI dan PMII. Dan berguna untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang telah terjadi di dalam fenomena, foto, sikap dan perlaku keseharian yang berkaitan dengan interaksi sosial. Dan waktu penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2011, adapun tempat penelitian pada organisasi HMI dan PMII Cabang Ciputat.

23 24

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda, 2006), h. 191. Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif., h. 101.

16

5. Teknik Analisis dan Interpretasi Data Dalam menganalisa data, penulis menguraikan model analisis Huberman dan Miles yang disebutkan sebagai model interaktif. Adapun bentuk dari model interaktif, yaitu: a. Tahap pengumpulan data ini merupakan kegiatan yang pertama dalam proses analisis data interaktif berupa kata-kata, fenomena, foto, sikap dan perilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan observasi mereka dengan menggunakan metode kualitatif. b. Tahap reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. c. Tahap penyajian data sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. d. Tahap verifikasi dan penarikan kesimpulan yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. 25

H. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini agar dapat dipahami dengan mudah, maka penulis membahasnya kedalam lima bab adalah:

25

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif., h. 147151.

17

Bab kesatu membahas pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, pernyataan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka kerangka konseptual, gambaran umum, dan sistematika penulisan. Bab kedua membahas tentang landasan teori membahas tentang teori-teori yang digunakan dalam pembuatan penelitian yaitu interaksi sosial dengan rincian adalah pengertian interaksi, syarat-syarat terjadinya interaksi, dan bentuk-bentuk interaksi. Begitu pula organisasi dengan rincian ialah pengertian organisasi, dasar pembentukan organisasi, dan tujuan berorganisasi. Bab ketiga membahas mengenai gambaran umum tentang organisasi ekstra kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejarah organisasi HMI dan sejarah organisasi PMII. Bab keempat mengenai hasil penelitian tentang interaksi sosial antara anggota organisasi ekstra kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, studi kasus organisasi HMI dan PMII cabang Ciputat, yang membahas dan menganalisa tentang seberapa jauh perbedaan pola interaksi antara anggota organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola interaksi. Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini serta beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut.

18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Interaksi Sosial Setiap orang mudah bergaul dengan orang lain melalui berbicara (komunikasi), bersalaman, bercanda atau bahkan bermusuhan dan itu semua merupakan tindakan yang dinamakan interaksi sosial. Maka hal tersebut merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial tampak secara jelas dalam berbagai cara pergaulan seseorang dengan orang lain. Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dan disitulah terjadi suatu “hubungan” untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya. Sedangkan untuk mencapai keinginan itu harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal-balik.1 Dengan demikian, hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan orang lain. Landasan dari adanya hasrat tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Pengertian Interaksi Sosial Pengertian tentang interaksi sosial sangat bermanfaat di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai permasalahan masyarakat. Seperti di Indonesia, seseorang dapat membahas mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara pelbagai suku, bahasa, agama, ras atau kultur antara golongan yang lain. Dengan mengetahui dan memahami perihal

1

Basrowi, Pengantar Sosiologi., h. 138.

19

kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta mempengaruhi interaksi sosial tersebut, maka pengetahuan seseorang dapat pula disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.2 Definisi interaksi menurut Abu Ahmadi mengatakan bahwa dengan proses sosial dapat mempengaruhi timbal balik antarindividu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuan mereka.3 Bagi Gillin dan Gillin, ini merupakan proses sosial yang terjadi terusmenerus antarsesama manusia sehingga terjadinya aktivitas-aktivitas sosial dan ini merupakan bentuk khusus dari interaksi sosial. Ungkapan Gillin dan Gillin dalam bukunya (Cultural Sociology), sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto. “Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.”4

Oleh karena itu, apapun yang dilakukan oleh individu di tengah masyarakat untuk menciptakan suatu kegiatan yang bisa bersatu dengan individu lainnya dan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan bersama merupakan tindakan yang sesuai dengan norma dan nilai

2

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 66-67. Yuwono Dwi Putranto, “Hubungan Motivasi Berprestasi dan Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X SMAN 1 Pati Tahun Ajaran 2009/2010,” artikel diakses pada 11 November 2011 dari http://zidaburika.wordpress.com/2007/07/28/interaksisosial/ 4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 55.

3

20

yang berlaku di masyarakat secara umumnya. Maka hal itu bisa memungkinkan untuk terjadinya aktivitas-aktivitas di dalam masyarakat dan itu merupakan proses terbentuknya interaksi sosial, seperti gotong-royong membersihkan lingkungan sekitarnya dan membantu sesama yang tidak mampu. Manusia bisa hidup bermasyarakat, dan akan saling berhubungan serta saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Salah seoarang ahli sosiologi yaitu Erving Goffman menyumbangkan sebuah pemikirannya tentang interaksi sosial menggunakan prinsip dramaturgi (dramaturgy), yang memakai bahasa dan khayalan teater. Dan ini adalah sebuah pendapat yang diilhami oleh Sheakespeare, bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua laki-laki dan perempuan merupakan pemain.5

2. Faktor-faktor dalam Interaksi Sosial Berlangsungnya suatu proses interaksi di dasari beberapa faktor, yaitu: a. Faktor imitasi berupa meniru suatu tindakan orang lain yang berpikiran positif dan negatif. Salah satu segi positifnya ialah imitasi yang dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. Namun, imitasi memungkinkan terjadinya hal yang negatif seperti menirukan tindakan yang menyimpang. b. Faktor sugesti berupa pengaruh batin atau emosional yang kuat dari pihak lain, sehingga dapat terprovokasi ajakan pihak tersebut. Faktor ini terjadi apabila seseorang memberi pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. 5

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta; Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h. 45.

21

c. Faktor identifikasi berupa kecendrungan atau keinginan seseorang untuk berprilaku sama dengan orang lain yang menjadi idolanya. Perlu diketahui proses ini dapat berlangsung secara tidak sadar dan identifikasi sifatnya lebih mendalam dari imitasi. d. Faktor simpati berupa rasa tertarik yang kuat pada pihak lain. Di dalam faktor ini peranan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utamanya keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja sama dengannya.6

3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud karena adanya proses timbal-balik yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan saling mengerti tentang maksud serta tujuan masing-masing pihak. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok yang merupakan dasar segala proses sosial. Dan menarik untuk dikutip. “Seseorang mempengaruhi tingkah laku orang lain biasanya melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam mengobrol, mendengar, melihat, melakukan gerakan pada beberapa bagian badan dan lain-lain atau secara tidak langsung, melalui tulisan atau dengan cara berhubungan dari jarak jauh”. 7

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, berupa adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication). Adapun penjelasan kedua syarat tersebut ialah:

6 7

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 57-58 Basrowi, Pengantar Sosiologi., h. 139-140.

22

a. Kontak Sosial (social contact) Istilah kontak secara harfiah, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Akan tetapi dalam pengertian sosiologis, dapat dikatakan bahwa bersentuhan tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.8 Dalam kontak sosial dapat terjadi hubungan yang positif dan negatif, adapun kontak sosial yang bersifat positif terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak yang saling pengertian dan menguntungkan dari masing-masing pihak yang mengarah pada bentuk kerja sama. Sehingga, hubungan dapat berlangsung lebih lama dan bahkan berulang-ulang. Sedangkan kontak yang negatif sebaliknya terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak tidak pengertian atau merugikan salah satu pihak atau pun keduanya, sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau konflik. 9 Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yang pertama antara orang-perorangan. Proses ini terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat.10 Kedua ialah ntara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat. Dan yang ketiga antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya, dua partai

8

Basrowi, Pengantar Sosiologi., h. 140. Ibid. 10 M. J. Herskovits membedakan socialization dengan enculturation. Socialization adalah suatu proses di mana seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam keluarganya, sedangkan enculturation difahamkannya sebagai suatu proses di mana orang, secara sadar maupun tidak sadar mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar), h. 59. 9

23

politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam pemilihan umum. Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut.11 Dan adapun “... suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka ...”12, sedangkan kontak sekunder terjadi apabila yang mengadakan hubungan dengan yang lain melalui perantara (pihak ketiga) atau tidak langsung. “... Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat, misalnya telepon, radio dan seterusnya ....”13 b. Komunikasi (communication) Arti terpenting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Tafsiran tersebut dapat terwujud melalui pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.14 Menarik untuk dikutip, yang dikemukakan oleh Hall dan Hall bahwa komunikasi nonverbal (nonverbal communication) atau bahasa tubuh (body language): “yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia, kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain”.15

11

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 71-72. Ibid., h. 73. 13 Ibid. 14 Yusron Rozak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar., h. 59. 15 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi., h. 41. 12

24

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau orang-perorangan dapat diketahui oleh kelompok atau orang lain. Hal itu, merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya dan kontak dapat terjadi tanpa komunikasi.16

4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial a. Proses Asosiatif (Association Processes), yang mendukung seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Adapun proses ini dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: 1) Kerja sama (Cooperation) Para sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok dan menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan proses utama. Memahami kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama.17 Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh Charles H. Cooley di dalam bukunya Sociological Theory and Social Research. Yang dikutip oleh Soerjono Soekanto: “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.”18

16

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 61. Ibid., h. 65. 18 Ibid., h. 66. 17

25

Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu: kerukunan bersifat gotong-royong dan tolongmenolong, bargaining yang merupakan perjanjian mengenai tindakan timbal-balik antara dua organisasi atau lebih, ko-optasi yang merupakan proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi dan untuk menghindari terjadinya goncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan, koalisi yang merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, dan Join-venture yang merupakan kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan. 19 2) Akomodasi Akomodasi menunjukkan pada dua arti yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menunjukkan suatu keadaan, berarti ada suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma dan nilai sosial dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan suatu pertentangan, yaitu usaha untuk mencapai suatu kestabilan.20 Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan fihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Dan tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu: 19 20

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; CV. Rajawali, 1990), h. 81-82. Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada), h. 25.

26

a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan faham. b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer. c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompokkelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktorfaktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta. d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalkan lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti luas. 21

Hal ini dapat memberikan solusi atas sentimen yang akan melahirkan pertentangan baru. Dengan demikian akomodasi bagi pihak tertentu dirasakan menguntungkan, sebaliknya agak menekan bagi pihak lain, karena campur tangannya kekuasaan tertentu dalam masyarakat.22 Karena tujuan yang berbeda-beda seperti dikemukakan di atas, adapun dua macam bentuk akomodasi yang dipakai oleh peneliti, yaitu: (1) Compromism adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi karena pihak yang terkait saling mengurangi tuntutannya sehingga tercapailah penyelesaian terhadap perselisihan yang mereka hadapi.

21 22

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; CV. Rajawali, 1990), h. 83. Ibid., h. 84.

27

(2) Mediation pada dasarnya hampir sama dengan arbitration. Pada mediation diundang pihak ketiga yang netral. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang.23

3) Asimilasi Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok manusia dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.24 Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.25 Adapun proses asimilasi akan timbul bila ada kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

26

Apabila seseorang mengadakan asimilasi, seseorang tidak lagi membedakan orang lain sebagai orang asing.

23

Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 26. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998), h. 73. 25 Ibid., h. 74. 26 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; CV. Rajawali, 1990), h. 89. 24

28

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi berupa: toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, persamaan dalam unsur kebudayaan, perkawinan campuran, dan adanya musuh bersama dari luar. 27

b. Proses Disosiatif (oppositional process), yang merupakan oposisi. Karena “... oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan, tempat tinggal, serta faktor lainnya telah melahirkan beberapa bentuk kerja sama dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence) ...”.28 Maka proses disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu: 1) Persaingan Persaingan adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang menjadi perhatian umum. Cara-cara yang biasanya dilakukan dengan menarik perhatian publik atau membuat prasangka, sehingga mempertajam prasangka tanpa melakukan kekerasan. Ada beberapa tipe persaingan, yaitu: persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras.29

27

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998), h. 75. 28 Ibid., h. 82. 29 Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 29-30.

29

2) Kontravensi Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi

ditandai oleh gejala-gejala

adanya ketidakpastian

mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang

disembunyikan,

kebencian,

atau

keragu-raguan

terhadap

kepribadian seseorang.30 Adapun bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker yaitu perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, gangguan, perbuatan kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain. Menyangkal pertanyaan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada orang lain. Penghasutan yang menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain. Mengumumkan rahasia orang lain. Dan mengejutkan lawan atau mengganggu pihak lain. 31 3) Pertentangan (Pertikaian atau konflik) Kelompok maupun pribadi menyadari adanya perbedaanperbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian (conflict).32 Dan pada umumnya, penyebab timbulnya pertentangan yaitu perbedaan antara individu, 30

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 1998), h. 87-88. 31 Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada), h. 3031. 32 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar., h. 91.

30

perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial yang melahirkan perbedaan sikap terhadap nilai-nilai yang ada.

33

Sedangkan bentuk-bentuk pertentangan yaitu: pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antarkelas, pertentangan politik, dan pertentangan internasional.34

B. Organisasi Organisasi merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan di dalam sistem. Maksudnya bahwa dalam organisasi yang memiliki devisi, departemen dan unit-unit lainnya yang dipisah-pisah untuk menjalankan aktivitas yang berbeda dan khusus. Pada saat yang sama, agar dapat memertahankan kesatuan di antara bagian-bagian yang dideferensiasi dan keseluruhan bentuk yang lengkap, setiap sistem memiliki proses integrasi timbal-balik. Dalam organisasi, integrasi ini dicapai melalui perangkat seperti tingkat hierarki yang terkoordinasi, supervisi langsung dan peraturan serta kebijakan. Sebelum kurang lebih tahun 1960, teori organisasi cenderung didominasi oleh perspektif tertutup. Organisasi pada dasarnya dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis-analisis yang semula hanya berfokus pada karakteristik intern dari organisasi, kemudian

33 34

Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik., h. 33-34. Ibid., h. 34-35.

31

berubah

menjadi

pendekatan

yang

menekankan

pentingnya

organisasi

memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.35 Pada umumnya, kita dapat mengatakan bahwa organisasi dibentuk manusia untuk memenuhi aneka macam kebutuhannya, seperti kebutuhan emosional, kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektual, kebutuhan ekonomi dan kebutuhan politik. 1. Pengertian Organisasi Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani “Organon”, yang berarti alat atau instrumen. Karena memang sebenarnya organisasi digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan. Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dapat diselesaikan dengan ikut menjadi anggota organisasi. Karena kebutuhan manusia itu sangat banyak dan beraneka ragam, sehingga pada dasarnya manusia tidak dapat terlepas dari organisasi. Organisasi menjadi sarana/alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh manusia. Ungkapan Gibson dkk menarik untuk dikutip. “Organisasi merupakan wadah yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu-individu secara sendiri.” Melalui organisasi manusia akan lebih mudah dalam pencapaian tujuan yang lebih besar. Sedangkan Robbins berpendapat bahwa organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terusmenerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.36

35

Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif, (Malang; UIN-Malang Press, 2008), h. 63-64. 36 Ibid., h. 54-55.

32

Organisasi sebagai sebuah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan lingkungan di sekelilinginya. 37 Kebanyakan organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan mereka, melaksanakan kegiatan dengan jalan bertukar informasi, menyerap sumber-sumber daya dan menyediakan barangbarang dan jasa (bagi kepentingan lingkungan). Organisasi memiliki dua sifat, yaitu bersifat statis apabila organisasi dipandang sebagai alat pencapaian tujuan, dan sebagai wadah/tempat sekelompok orang yang bekerjasama. Suatu organisasi yang bersifat statis juga mengandung maksud organisasi merupakan jaringan kerja yang bersifat formal seperti dalam bagan struktur organisasi. Sedangkan yang bersifat dinamis memandang organisasi merupakan suatu organ yang hidup, tumbuh dan berkembang. Hal ini mengandung maksud bahwa meninjau organisasi dari segi isinya.38 2. Dasar Pembentukan Organisasi Manusia memiliki banyak kebutuhan yang dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisik yang bersifat jasmani, kebutuhan yang bersifat rohani atau psikologis dan kebutuhan yang bersifat sosial. Para ekonom sering berpendapat bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, sedangkan ketersediaan alat pemuas yang berupa barang dan jasa itu terbatas. Kebutuhan yang bersifat jasmani dan fisik berupa makan dan minum, pakaian serta tempat tinggal. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan primer manusia. Sedangkan kebutuhan yang bersifat rohani atau psikologis berupa kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, kasih sayang, perhatian, prestise, 37 38

J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, 2th ed. (Jakarta: Kencana, 2007), h. 57. Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 55.

33

kehormatan dan rasa aman. Adapun kebutuhan yang bersifat sosial meliputi kebutuhan untuk berserikat dan berkelompok, kebutuhan untuk bekerjasama, kebutuhan untuk mendapatkan ketulusan persahabatan. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terhitung banyak tersebut manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia membutuhkan orang lain atau pihak lain. Kebutuhan dengan pihak lain terwujud dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.39 3. Tujuan Berorganisasi Dalam pembahasan sebelumnya bahwa hampir semua manusia untuk memenuhi kebutuhan perlu hidup berkelompok atau berorganisasi. Secara lebih terperinci tujuan seseorang masuk dalam organisasi menurut Wursanto, yaitu kelompok dapat memberikan perlindungan sehingga seseorang memperoleh rasa aman, kelompok dapat membantu seseorang untuk menghadapi kesulitan, kelompok dapat memberikan prestige status sosial dan pengakuan, kelompok dapat memberikan dorongan dan semangat, serta kelompok dapat memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka meningkatkan prestasi seseorang, dan kelompok dapat memberikan kepuasan yang bersifat psikologis dan kepuasan sosial.40 Di dalam organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, untuk membangun dan menghasilkan sesuatu pencapaian yang lebih baik, yang sesuai dengan keinginan secara bersama-sama. Oleh sebab itu, organisasi perlu menyediakan bagi bakat tersebut, sumber daya yang sesuai dengan kemampuannya. 39 40

Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 61. Ibid., h. 62.

34

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Organisasi Ekstra di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Keberadaan mahasiswa secara substantif, tak terlepas dari peran perubahan yang dimiliki oleh setiap kampus. Fungsi utama perguruan tinggi adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dengan kata lain, perguruan tinggi adalah pusat perkembangan peradaban (center of civilization). Karena itu, potensi ini jika dikelola dengan baik dan terorganisir, maka kampus bisa dijadikan pusat pergerakan (center of movement).1 Pasang surut perkembangan kampus di tanah air juga tak terlepas dari perkembangan politik dan ekonomi Indonesia. Selama Orde Baru, perguruan tinggi menjadi bagian integral dari kekuasaan Soeharto. Tepatnya tahun 1974 lewat SK menteri P dan K No 028/U/1974 tentang NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Isi keputusan ini sangat membelenggu langkah pergerakan mahasiswa yang sejatinya harus senantiasa bergerak, merambah, serta mengembangkan nalar intelektualitasnya. Dengan NKK-BKK semua kegiatan mahasiswa kala itu harus seluruhnya melalui persetujuan pihak pimpinan kampus, yang notabenenya mereka adalah antekantek penguasa.2 Ini tentu saja bertentangan dengan idealnya mahasiswa yang selalu menempatkan dirinya menjadi oposisi kritis pada pemerintahan yang sedang

1

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi, (Penerbit: Visi Indonesia, Jakarta, 2011), h. 8. 2 Ibid,.

35

berkuasa. Dampak yang paling terlihat adalah mahasiswa kehilangan ruang politiknya yang bebas dan kreatif. Kemudian juga berimbas pada pemisahan organ ekstra dan intra kampus.3 Peristiwa Reformasi Mei 1998 turut andil dalam pembentukan sistem demokrasi di kampus UIN Syarif Hidayatullah yang sebelumnnya menganut sistem Senat Mahasiswa. sistem pengganti senat itu disebut sistem Student Government (SG) atau pemerintahan mahasiswa. Periode-periode awal sistem SG yang dimanifestasikan ke dalam Pemilihan Umum Raya Kampus (PEMIRA) sebagai representasi sistem Student Government yang berdaulat, mahasiswa mempunyai kedaulatan politiknya di kampus.4 Bagi aktivis mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sistem SG adalah keniscayaan sejarah karena tumbangnya rezim orde baru yang melahirkan reformasi adalah bagian dari perjuangan mahasiwa dalam mengawal perubahan. “Siapapun yang ingin membubarkan sistem ini (SG) kita siap mempertahankannya sampai titik darah penghabisan”, begitulah salah satu pernyataan salah satu mahasiswa dalam forum debat capres yang dihadiri ratusan mahasiswa UIN Jakarta. Adapun budaya politik yang dibangun berdasarkan sentimen ideologis.5

3

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 8. Renal Rinoza Kasturi & Dwi Anggraini Puspa Ningrum, “Pemira UIN Syarif Hidayatullah”, Ciputat, Tangerang Selatan, 31 Mei 2010, h. 1. 5 Ibid., h. 2. 4

36

B. Profil Sejarah HMI 1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI “Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mulabuka lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya.” (Media, No.7 Th. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, h. 32).6

Dengan ungkapan ini, jelaslah hubungan Lafran Pane dengan HMI tidak bisa dipisahkan. Latar belakang pemikiran Lafran Pane untuk mendirikan HMI, adalah identik dengan latar belakang munculnya pemikiran HMI. Dengan demikian, untuk memahami pemikiran Lafran Pane, akan senantiasa terdapat proses komunikasi dan ekspresi dengan lingkungannya, yaitu negara Indonesia. Yang berpendudukan mayoritas beragama Islam, dengan segala realitas dan totalitasnya. Pemikiran Lafran tidak bisa dipahami tanpa meletakkannya dalam suatu proses sejarah atau tradisi panjang yang melingkupinya.7 Sesuai dengan konteksnya, latar belakang munculnya pemikiran HMI adalah:8 a. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan. b. Kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan, pemahaman dan penghayatan serta pengalaman ajaran Islam. c. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan. d. Munculnya polarisasi politik. e. Perkembangan paham dan ajaran komunitas. f. Kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis. 6

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat (Palembang: Hasil Kongres HMI XXVI, 2008), h. 1. 7 Ibid., h. 1-2. 8 Ibid., h. 2.

37

g. Kemajemukan bangsa Indonesia. h. Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.

Menangkap realitas historis dan berbagai persoalan dan perkembangan yang mengikutinya, tampilah Lafran Pane. Ia seorang mahasiswa, sejak menjadi mahasiswa aktif dalam mengamati dan memikirkan secara seksama perkembangan sosial, politik dan budaya di tanah air. Idealisme ini diangkat menjadi suatu yang empiris dan pemikiran yang memiliki daya dukung konstruktif, guna merespon berbagai persoalan yang dihadapi saat itu.9 Setelah berulang kali mencoba mengadakan pembicaraan yang selalu gagal karena mendapat penentangan dari beberapa organisasi mahasiswa. Akhirnya, pada tanggal 5 Februari 1947 secara resmi dideklarasikan berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Lafran Pane bersama 14 orang lainnya yaitu: Kartono Zarkasy (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein, Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi

(Malang),

Bidron

Hadi

(Kauman-Yogyakarta),

Zulkarnaen

(Bengkulu), dan Mansyur.10 2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan HMI Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia, agar berkehidupan 9

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 2-3. Ibid., h. 3.

10

38

sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dan inspirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.11 Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas di mana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.12 Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI,13 yaitu : terbinanya insan

akademis,

pencipta,

pengabdi

11

yang

bernafaskan

Islam

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132. Ibid., h. 131. 13 Ibid., h. 131-132. 12

39

dan

bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah SWT. Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggotaanggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.14 3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) Secara garis besar dalam haluan nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) dari HMI,15 sebagai berikut : a. Hidup yang benar di mulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa dan keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya, yaitu taqwa. b. Iman dan taqwa dipelihara serta diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang teguh kepada kebenaran, sebagaimana yang dikehendaki oleh hati nurani yang hanief. c. Kerja kemanusiaan atau amal sholeh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yang sungguh-sungguh secara essesial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu.

14 15

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132. Ibid., h. 193-197.

40

d. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan “jihad”, yaitu sikap hidup berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong-royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. e. Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu : “beriman, berilmu dan beramal”.

C. Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat HMI cabang Ciputat berdiri pada tahun 1960, bermula dari sebuah komisariat yang diketuai oleh Abu Bakar, dan kemudian pada tahun berikutnya 1961, dijadikan sebuah cabang.16 Menghadirkan cabang Ciputat dalam sejarah HMI tentu saja merupakan sebuah kewajaran belaka, mengingat masing-masing cabang memiliki sejarah dan karakteristiknya yang tidak saja berbeda, unik, namun tentu saja memiliki kekhasannya masing-masing. Kebutuhan mengetahui sejarah HMI cabang Ciputat, yang jelas tidak didasarkan atas sikap arogansi yang cenderung hanya membanggakan kejayaan masa lalu.17 Seperti diungkapkan Wahyudi Nafis, menghadirkan tulisan semacam ini setidaknya didasari tiga gagasan. Pertama, kalau memang HMI cabang Ciputat dikatakan oleh sebagian alumni-alumninya pernah memiliki kejayaan, dengan berbagai data dan fakta, maka mungkin saja hal semacam ini bisa menjadi stimulus bagi para kader di hari ini. Kedua, seandainya statemen “HMI cabang Ciputat pernah memiliki kejayaan” sementara diterima, maka kita bisa menelaah strategi dan perangkat apa saja yang membuat para kader di masa itu berhasil. 16 17

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 27. Ibid., h. 25.

41

Ketiga, kita kembali mempertanyakan, apakah benar para kader HMI di masa tertentu di Ciputat pernah mengalami keberhasilan.18 Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa HMI cabang Ciputat saat ini masih sangat dihormati di cabang-cabang lain di seluruh Indonesia. salah satu faktor utamanya adalah Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang sangat identik dengan Cak Nur (sapaan akrab Nurcholish Majid) yang notabene merupakan kader Ciputat. Hal ini berdampak psikologis bagi kader-kader HMI cabang Ciputat sampai saat ini, terbukti ketika kader dari Ciputat mengikuti Latihan Kader II (Intermediate Training) di luar Ciputat, sehingga kita mungkin akan heran bahwa kader-kader HMI cabang lain akan banyak bertanya tentang Ciputat dengan wajah antusias dan kekaguman. Hal ini karena track-record intelektual HMI cabang Ciputat yang masih terimajinasikan dengan baik ketokohan dan banyaknya buku-buku karya alumni-alumni Ciputat.19 Dan dari mahasiswa yang bergabung di dalam organisasi HMI cabang Ciputat adalah mayoritas berlatar belakang lulusan SMA dan SMK/STM. Karena memiliki tingkat intelektualitas keIndonesian kekinian (pelajaran umum) dari pada lulusan dari pondok pesantren dan MAN yang notabenenya belajar kitabkitab dan berbahasa Arab, dan sedikit sekali mempelajari pelajaran umum. Akan tetapi, dari lulusan pondok pesantren dan MAN tersebut ingin meningkatkan intelektualitas agar lebih mendalami ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Maka, mereka memilih bergabung di dalam organisasi tersebut. Adapun terlihat dari tabel asal sekolah anggota organisasi HMI dan data anggota dari masing-masing fakultas, sebagai berikut: 18 19

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 25-26. Ibid.,h. 26-27.

42

Tabel. 1 Asal sekolah anggota HMI cabang ciputat angkatan 2005-2011 Asal Sekolah Pondok Pesantren MAN SMA/SMK/STM Jumlah

Jenis Kelamin L P 827 517 916 601 1673 1323 3416 2441

Orang (@)

Persen (%)

1344 1517 2996 5857

23% 26% 51% 100%

Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat

Tabel. 2 Anggota HMI cabang ciputat dari masing-masing fakultas, angkatan 2005-2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fakultas Fakultas Ekonomi Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Dakwah Fakultas Ushuluddin Fakultas Adab dan Humainora Fakutas Syariah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Fakultas Dirasat Islamiyah Fakultas Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Kedokteran Jumlah

Orang (@) 498 467 857 329 414 546 1197 282 537 476 254 5857

Persen (%) 8.5% 8.0% 14.6% 5.6% 7.1% 9.3% 20.4% 4.8% 9.1% 8.2% 4.4% 100%

Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat

Dan melihat data base dari masing-masing fakultas dari anggota organisasi HMI di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lebih dominan atau paling banyak kader/anggota HMI tersebut ialah di fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Dawah, Fakultas Syariah, dan Fakultas Psikologi. Maka, yang lebih dominan menjadi salah satu basis dari kekuatan organisasi HMI tersebut. Sedangkan yang minoritas, akan meningkatkan kemampuan untuk mencari atau mengkrekrut kader/anggota dari organisasi tersebut untuk menjadi kekuatan di fakultas serta jurusannya.

43

D. Profil Sejarah PMII 1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya PMII PMII dan NU merupakan dua organisasi yang mempunyai hubungan romantika historis yang spesial. Kita bisa katakan, NU adalah ibunya PMII, karena dialah yang melahirkan organisasi kemahasiswaan ini 50 tahun silam. Karena adanya “hubungan darah”, kedua organisasi ini pun punya beberapa kemiripan. Misalnya, secara demografis, basis massa keduanya mayoritas berasal dari masyarakat desa atau kalangan pesantren. Karakter ini membawa implikasi pada prilaku komunal dan tradisionalis yang melekat pada warga NU dan kader PMII. Pada awalnya, kelekatan tradisionalisme dan budaya dalam kultur NU diyakini oleh sebagian masyarakat, tetapi belakangan ini, sesuatu yang berkaitan dengan dialektika dan akulturasi dengan budaya (lokal) mendapat apresiasi banyak kalangan.20 Nuansa demografis ini ternyata mempengaruhi konstruksi konsep teologis. Kesadaran untuk bekerja sama, gotong-royong dan penghormatan terhadap perbedaan menjadi tipikal keagamaan yang berkembang di kultur masyarakat agraris di pedesaan. Hal ini juga berbanding lurus dengan penghargaan atas tradisi lokal masyarakat pinggiran yang menjunjung tinggi realitas multikultural dan keseimbangan gerak ibadah ritual dan amal sholeh.21 Berangkat dari logika hubungan darah, PMII pun menyetarakan landasan teologisnya pada Islam ala ahlussunnah wal jamaah (aswaja), yang kini berkembang menjadi manhaj al-fikr (metodologi berfikir). Romantika NU-PMII ini pun terus berproses dari periode ke periode. Dalam periode awal 20 21

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1. Ibid.

44

sekitar tahun 60-an, PMII memang banyak terlibat dalam percaturan politik sehingga

pemikiran-pemikiran

tentang

kebangsaan

lebih

menonjol.22

Keterlibatan PMII dalam politik praktis ini berakhir ketika mendeklarasikan sebagai organisasi independen (keluar dari struktur NU) pada tahun 1972, yang dikenal dengan Deklarasi Murnajati. Keputusan ini diambil karena kondisi perpolitikan sudah tidak tepat lagi sebagai wahana kekiprahan PMII di masa depan. Kreativitas dan progresifitas pilihan ini membuktikan pola pemikiran yang ingin di tanamkan PMII harus dinamis, dialogis, kritis dan open minded.23 Independensi PMII ini justru memberikan keleluasan ruang gerak untuk bersikap kritis. Ketika Orde Lama beralih ke Orde Baru dengan kekuatan Golongan Karya sebagai lembaga kekuasaanya, PMII tampil mengkritisi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Orde Baru. Kekuasaan pemerintahan Orde Baru telah memancangkan jerat-jerat hegemoninya dengan mengendalikan semua kekuatan masyarakat.24 2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan PMII Kehadiran organisasi tentu memiliki tujuan yang sering diidentikkan dengan gerakan. Transformasi dalam struktur masyarakat perlu didukung dan dikawal oleh gerakan semacam ini. PMII sebagai organsiasi gerakan mahasiswa yang merupakan bagian dari struktur masyarakat menengah, harus memiliki orientasi yang jelas dan konsep yang matang terhadap proses transformasi yang diinginkan oleh mahasiswa.25

22

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1. Ibid., h. 2. 24 Ibid. 25 Ibid., h. 35. 23

45

PMII sebagai gerakan kaum santri, yang berpotensi untuk keterbukaan dengan dunia baru yang disebut dengan “pembangunan peradaban” sudah dimiliki sejak dini. Sebut saja konsep-konsep keIslaman, seperti bertaqwa, tawakal, ikhlas, muthi’ilallah, dan seterusnya merupakan konsepsi kehidupan para santri yang sudah ditempa sejak mereka di pondok pesantren. Disinilah fungsi PMII untuk menjemput sumberdaya natural yang dimiliki kaum santri untuk dapat difasilitasi, diorganisasikan, dipetakan potensi “skill personal” untuk didistribusikan sesuai peranannya di masyarakat.26 Sikap dasar kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu, merupakan ekspresi mental keIslaman mereka dalam memposisikan nilai-nilai Islam tidak terbatas teologi “urusan syurga dan neraka” saja. Akan tetapi para santri-lah yang mampu meletakkan Islam sebagai shirat, thariq, ataupun syar’i. Karena mengIslamkan diri adalah peleburan dalam perjalanan menuju pengetahuan yang dinamis dan berkelanjutan. Hal ini, sama halnya dengan prinsip PMII yang selalu mengedepankan konsep atau prinsip “kritis transformatif” dan anti kemapanan.27 Di sinilah, peran keagamaan umat Islam, terutama kaum santri sebagai hanya hamba Tuhan (abdullah) harus ditransfigurasikan menjadi wakil Tuhan (khalifatullah). Transfigurasi yang dimaksud adalah transformasi peran (figurasi) dari manusia yang punya kepentingan hanya untuk dirinya sendiri, segala tentang kebaikan dan keselamatan diri, diubah menjadi pada orientasi sosial kemasyarakatan, kemaslahatan umat dan kesejahteraan sesama manusia. Inilah peran yang sering disebut dengan “khalifatullah”, bahwa Tuhan tidak 26 27

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 37. Ibid., h. 37.

46

memilih-milih dalam memberikan anugerahnya yaitu sebuah semangat yang ditiru dan dikembangkan dalam kehidupan organisasi ini.28 3. Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP) Landasan dasar yang selama ini menjadi pendoman di organisasi PMII dan diajarkan secara temurun pada kader baru masih bersifat deskripsi normatif tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan Sang Pencipta, interaksi antar sesama, dan interaksi dengan lingkungan.

E. Profil Sejarah PMII Cabang Ciputat PMII Ciputat dideklarasikan pada tanggal 9 September 1960. Di antara para pendirinya adalah Zamroni (alm), Prof.Dr. Chotibul Umam, Drs. Nadjid Mukhtar, MA. (alm), Drs. Muzakkir Djaelani, Drs. Zarkasih Noor, Imam Yamin, Ari Amnan, Lamingi Lamtamdid (alm), Abdurrahman K, Zuhdi Anwar, H. Rusli, Jamhari, dan Mahmudi (alm). Serangkaian pertemuan persiapan telah dilakukan sebelumnya. Di antaranya adalah pertemuan tanggal 18-22 Juni 1960, yang membahas pentingnya mendirikan PMII cabang Ciputat. Pemilihan Ciputat sebagai nama cabang dari organisasi PMII, bukan komisariat IAIN, didasarkan atas pertimbangan lokasi di mana kampus dan organisasi ini berada. Pembentukan PMII ini sempat mengagetkan anggota organisasi lain, karena PMII lebih awal berdiri kemudian menyusul HMI dan IMM Ciputat.29 Saat itu, mahasiswa yang belajar di IAIN (ADIA sebelumnya) umumnya adalah mereka yang ditugaskan belajar dari daerahnya masing-masing.

28

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 3738. 29 Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia (Jakarta: CV. Soluma Kreasi, jil. 1, 2010), h. 1.

47

Kebanyakan dari mereka adalah guru di madrasah (PGA) atau pegawai keagamaan. Latar belakang beragam, berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dan kecenderungan paham keagamaan yang plural. Sebagian mereka berasal dari keluarga nahdliyin dan banyak yang aktif di kegiatan Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU).30 Sebelumnya PMII didirikan, para mahasiswa NU tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang didirikan pada Desember 1955 di Jakarta dan Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama yang didirikan di SurakaRta oleh Mustahal Ahmad. Namun, secara resmi organisasi kemahasiswaan untuk kader-kader NU ditampung di bawah IPNU. Di dalam struktur IPNU, ada badan atau lembaga yang khusus menghimpun mahasiswa-mahasiswa NU. PMII secara resmi didirikan di Surabaya pada 17 April 1960. Organisasi inilah yang kemudian menghimpun mahasiswamahasiswa dari kalangan nahdhiyin. Organisasi PMII berada di bawah struktur PBNU, seperti organisasi IPNU dan Anshar. Faktor-faktor didirikannya PMII adalah:31 1. Karut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 19501959. 2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada. 3. Pisahnya NU dari Masyumi. 4. Tidak nyamannya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.

30

Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia (Jakarta: CV. Soluma Kreasi, jil. 1, 2010), h. 1. 31 Ibid., h. 1-2.

48

5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene HMI adalah underbouwnya. Setelah PMII didirikan, beberapa mahasiswa yang berlatar belakang IPNU dan NU berkumpul dan sepakat untuk merencanakan pendirian PMII Ciputat. Kemudian, mereka menyebarkan formulir anggota PMII secara door to door ke mahasiswa yang tinggal di perumahan komplek. Sebelumnya, formulir anggota HMI sudah lebih dulu beredar di kalangan mahasiswa. Para pendiri PMII termasuk yang mendapat formulir HMI, namun mereka menolak dan justru menyebar kembali formulir yang berbeda, yaitu anggota PMII.32 Alasan utama pendirian PMII adalah mengumpulkan mahasiswamahasiswa dari kaum nahdhiyin dan mempertahankan tradisi keagamaan diwujudkan melalui kegiatan pembinaan anggota PMII ke dalam satu wadah organisasi. Program pembinaan anggota dilakukan secara rutin melalui kegiatan pertemuan mingguan dengan agenda utama pembacaan kitab barzanji dan tahlilan. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi seputar ilmu pengetahuan, keorganisasian, dan wawasan lainnya.33 Cita-cita awal pendirian organisasi underbow NU ini bersifat idealis, meskipun kemudian berkembang tujuan pragmatis. Tujuan idealis berkenaan dengan penyebaran dan penguatan paham “ahlus sunnah wal jamaah” di perguruan tinggi, terutama IAIN Jakarta. adapun tujuan pragmatis berkisar pada keterlibatan orang-orang dalam pengelolaan IAIN Jakarta.34

32

Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia., h.

2. 33 34

Ibid., h. 3. Ibid.

49

Dengan demikian, kebanyakan mahasiswa yang bergabung di PMII cabang Ciputat ialah orang-orang yang berlatar belakang NU atau keluarga NU dan juga orang-orang yang dahulunya pesantren. Maka, mahasiswa yang mengikuti organisasi PMII (menjadi kader) di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang notabenenya dari NU dan asal sekolah atau lulusan dari pondok pesantren. Adapun data tabel dari asal sekolah anggota organisasi PMII cabang Ciputat dan data anggota di setiap masing-masing fakultas, yaitu: Tabel. 3 Asal sekolah anggota PMII cabang ciputat angkatan 2005-2011 Asal Sekolah Pondok Pesantren MAN SMA/STM Jumlah

Jenis Kelamin L P 1336 989 768 704 930 852 3034 2545

Orang (@)

Persen (%)

2325 1472 1782 5579

42% 26% 32% 100%

Sumber: Sekretariat PMII Cabang Ciputat

Tabel. 4 Anggota PMII cabang ciputat dari masing-masing fakultas, angkatan 2005-2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fakultas Fakultas Ekonomi Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Dakwah Fakultas Ushuluddin Fakultas Adab dan Humainora Fakutas Syariah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Fakultas Dirasat Islamiyah Fakultas Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Kedokteran Jumlah

Sumber: Sekretariat PMII Cabang Ciputat

50

Orang (@) 495 467 385 336 376 628 1276 215 697 498 206 5579

Persen (%) 8.9% 8.3% 7.0% 6.0% 6.7% 11.2% 22.9% 3.8% 12.5% 9.0% 3.7% 100%

Melihat data di atas merupakan pengkrekrutan anggota organisasi PMII cabang Ciputat di masing-masing fakultas, menunjukan tingkat banyaknya anggota PMII masih didominasi fakultas Tarbiyah dengan presentasi 22.9% dikarenakan jumlah mahasiswa fakultas Tarbiyah UIN Jakarta sangat banyak dibandingkan fakultas-fakultas lain tidak beda dengan organisasi HMI yang memiliki anggotanya paling banyak dari fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dan basis berikutnya dari PMII selain fakultas Tarbiyah ialah fakultas Psikologi dengan presentasi 12.5% dan syariah 11.2%. Oleh sebab itu, setiap masing-masing organisasi HMI dan organisasi PMII berjuang untuk kepentingan kelompoknya dan mempertahankan eksistensi di setiap fakultas, berbagai cara dilakukan untuk memenangkan kelompoknya dalam mendapatkan kekuasaan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

51

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Pola Interaksi antara Anggota Organisasi HMI dan Organisasi PMII Mengamati tentang interaksi antara organisasi HMI dan PMII begitu fenomenal, yang merupakan organisasi besar yang bermain di perpolitikan kampus dan mencetak kader-kader yang berkualitas, salah satunya ialah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berbagai sudut pandang mengenai ideologi, tidak luput dengan kelompok atau organisasi ini yang menginginkan pengakuan terhadap lingkungan setempat dan eksistensinya. Oleh sebab itu, berbedanya ideologi membuat mereka bersaing untuk berkuasa di dalam kampus ini. Organisasi besar ini mempunyai ciri khas tersendiri untuk berlomba-lomba mencari mahasiswa baru atau mahasiswa lama yang belum bergabung di dalamnya untuk generasi selanjutnya yang bisa meneruskan dan perjuangkan organisasi tersebut. Dari hasil penelitian yang peneliti dapati melalui wawancara dan observasi di lapangan, begitu banyak pelajaran yang dapat memberikan inspirasi peneliti dan mahasiswa untuk melihat sejauhmana keadaan dan budaya interaksi sosial antara anggota kedua organisasi ini di dalam kampus. Apakah kedua organisasi ini selalu bertikai!, ternyata ada moment-moment tertentu yang membuat mereka bertengkar dan ada kalanya mereka bersatu demi kemaslahatan umat bersama. Adapun yang dapat menyebabkan perbedaan antara anggota organisasi tersebut, ialah:

52

1. Kerjasama a. Tolong menolong Manusia pada dasarnya memiliki sifat saling tolong menolong antarsesama, yang mempunyai kesulitan atau terkena musibah. Di dalam kedua organisasi ini sering sekali bekerjasama untuk membantu masyarakat secara umum seperti memperjuangkan hak-hak masyarakat terhadap pemerintah dan juga membantu masyarakat yang terkena musibah seperti bencana alam. Dan bukan hanya isue-isue nasional saja yang memungkinkan organisasi ini bersatu dan bekerjasama, kedua organisasi ini pun sering mengadakan aksi pada kebijakan rektorat yang merugikan mahasiswa dan juga sering mengadakan kegiatan mahasiswa di dalam kampus seperti diskusi, seminar dan bahkan pembentukan panitia PROPESA yang sekarang ini bernama OAK (Orientasi Akademik dan Kebangsaan), itupun karena tujuan dan kepentingan yang sama. Seperti yang disampaikan salah satu informan dari KAHMI (Keluarga Alumni HMI), “... Selama memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, kami bisa bergabung dengan organisasi lain selama itu baik ...”.1 Walaupun fakta yang terjadi sesuai dengan kenyataan, secara tidak langsung kedua organisasi ini lebih mementingkan hak-hak untuk kemaslatan umat bersama, bukan untuk kepentingan kelompok sendiri. Dan tidak selamanya kedua organisasi ini selalu bermusuhan, karena adanya moment dan situasi yang membuat kedua organisasi ini bersatu.

1

Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011.

53

Seperti yang dijelaskan oleh informan Mabincab (Majelis Pembina Cabang) yang merupakan organisasi PMII: “Kita sering berkejolak dengan organisasi HMI dan organisasi lain, akan tetapi kita tidak selamanya bermusuhan. Tergantung moment dan situasi. Dan apabila kami bersatu dengan organisasi HMI dan organisasi lain, itu semua karena kepentingan yang sama untuk membela hak-hak masyarakat.”2

b. Bargaining (Perjanjian antara dua organisasi atau lebih) Dalam pembentukan kepanitiaan yang melibatkan kedua organisasi HMI dan PMII ataupun organisasi lain, harus mengadakan suatu perjanjian antara kedua belah-pihak untuk mengantisipasi yang tidak diinginkan oleh kedua organisasi ini, pada saat menjalankan kegiatan atau acara tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Sekertaris Bidang I PMII Cabang Ciputat: “Dalam pembentukan kepanitiaan, itupun harus ada kesepakatan untuk kepentingan bersama dan membuat MOU secara bersama-sama pula. Tidak selamanya kami bermusuhan dengan HMI atau organisasi lain.”3

Akan tetapi tetap saja yang terjadi dilapangan atau penerapannya jauh berbeda dengan harapan masing-masing organisasi ini. Biasanya perjanjian itu terjadi pada saat PEMIRA (Pemilu Raya) kampus dan kegiatan mahasiswa baru OAK yang melibatkan semua organisasi untuk menjadi struktur kepanitiaan di dalamnya. Adapun yang diungkapkan oleh Sekertaris Umum HMI Cabang Ciputat:

2

Wawancara dengan Imron Rosyadi, Mabincab (Majelis Pembina Cabang) PMII Cabang Ciputat, 09 Juni 2011. 3 Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 23 Juni 2011.

54

“Harus ada komitmen yang dibangun oleh masing-masing organisasi. Di ranah politik pun kami mengadakan bukan istilahnya perjanjian akan tetapi kesepakatan yang dibangun bersama-sama.”4

Walaupun pembentukannya melalui kesepakatan atau musyawarah bersama, namun penerapannya ada saja yang tidak mengikuti aturan yang telah dibuat secara bersama-sama. Adapun observasi mengenai kerjasama antara anggota organisasi HMI dan PMII dalam OAK periode 2011 di Badan Esekutif Mahasiswa FISIP, sangat terlihat sekali adanya perbedaan itu, walaupun secara struktural Bem-F tidak memperdulikan perbedaan itu, namun secara personal tetap saja beberapa panitia yang berbeda partai masih enggan untuk bekerjasama.5 Dan untuk mensiasati kejadian itu harus memiliki sikap profesional di dalam diri kepanitiaan. Seperti yang diungkapkan

oleh

Ahmad

Abrori,

Pembantu

Dekan

bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di dalam Institut News (lembaga pers mahasiswa), yaitu: “Selain karena kewajiban dari pihak Rektorat, saya juga merasa kebijakan ini menjadi ajang harmonisasi antar organisasi atau partai. Bagi penyelenggara, yang penting kesolidan dan apapun background organisasi atau partai yang dimilikinya, selama menjadi panitia OAK harus mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Dalam kegiatan OAK ini, tidak perlu menonjolkan background organisasi atau partai.”6

4

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011. 5 Pengamatan (observasi) di dalam OAK (Orientasi Akademik dan Kebangsaan), pada 10 September 2011. 6 April dan Ayu, “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers Mahasiswa Institut, (September 2011) : h. 4.

55

c. Koalisi Terjadinya koalisi antara organisasi atau partai sering terjadi pada saat mendekati pemilu raya kampus (pemira). Setiap masing-masing organisasi berjuang untuk kepentingan kelompoknya agar bisa berkuasa di kampus yang besar ini dan mempertahankan eksistensi kelompok tersebut, berbagai cara dilakukan untuk memenangkan kelompoknya. Dan apabila salah satu dari organisasi besar seperti HMI dan PMII diperkiraan suaranya kurang pada saat pemilihan, maka mereka mencari solusi dan kemungkinan koalisi dapat dilakukan dengan organisasiorganisasi lain yang masanya sedikit atau suaranya minoritas, untuk membantu organisasi besar di pemilihan nanti. Organisasi yang minoritas, tidak semena-mena untuk menerima koalisi tersebut, asalkan mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama, maka koalisi itu bisa terjadi. Seperti dituturkan oleh informan dari HMI “Koalisi tidak bisa dipastikan, karena disisi lain melihat situasi dan kondisi di dalam organisasi itu sendiri. Sehingga bisa diperkiraan untuk nantinya berkuasa dikampus, dan apabila koalisi itu terjadi maka ada keuntungan tersendiri antara yang berkoalisi dan dikoalisikan.”7

Dan hal serupa pun juga terjadi pada organisasi PMII, seperti dituturkan oleh informan: “Koalisi itu terjadi pada saat organisasi besar mengalami kesulitan untuk berkuasa dikampus, maka mereka akan mencari organisasi yang ingin berkoalisi asalkan mempunyai kepentingan yang sama.”8

7

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011. 8 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.

56

Karena kepentingan yang sama antara kedua organisasi yang memungkinkan untuk bergabung atau berkoalisi, asalkan ada kesepakatan yang di inginkan dari kedua belah-pihak supaya tidak adanya kecurangan yang merugikan dari salah satu organisasi tersebut.

2. Akomodasi a. Kompromi atau mencari solusi (compromise) Di setiap organisasi pasti memiliki permasalahan antara individu dengan individu di dalam organisasinya, bahkan antara individu dengan organisasi lain, dan juga antara organisasi dengan organisasi lain. Oleh sebab itu, permasalahan yang ada harus memiliki sifat transparansi serta memiliki hati yang tenang dan kepala yang dingin sehingga sebuah permasalahan dapat diselesaikan dengan kompromi atau mencari solusi bersama-sama dan berusaha jangan sampai diselesaikan lewat adu fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum PMII, “... sebuah permasalahan harus dirapatkan dan dimusyawarahkan, agar menghasilkan solusi yang baik dan secara diplomasi ...”.9 Sebagai seorang mahasiwa harus memiliki intelektual yang tinggi dan ketenangan berfikir dalam menyikapi problema yang ada. Kompromi yang sehat, apabila terjadi sebuah permasalahan organisasi harus dimusyawarahkan agar menghasilkan solusi yang baik dan mengedepankan kepentingan bersama. Seperti yang dituturkan salah seorang Keluarga Alumni HMI (KAHMI): 9

Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.

57

“Kompromi yang sehat ialah mengakomodir tiap-tiap aspirasi yang ada dan tidak ada pemaksaan untuk mengedepankan tujuan pribadi daripada kesepakatan bersama.”10

Suatu ketika peneliti pernah melihat terjadinya suatu kesenjangan antara kedua anggota organisasi ini terhadap permasalahan kecil yang berakibat menjadi besar, yaitu berupa memakirkan motor. Pada saat itu, salah satu dari anggota organisasi A memakirkan motor di depan basecamp organisasi B yang sedang mengadakan suatu perkumpulan. Ketika itu salah satu anggota B tidak senang, karena tidak izin pada pihak tersebut. Pada akhirnya terjadinya kesenjangan antara anggota tersebut dan membawa nama organisasi yang berakibat ketua umum antara kedua organisasi mereka mencari solusi (kompromi) untuk meredamkan permaslahan yang ada. Dan apabila tidak menemui titik temu, maka terjadilah mediasi.11

b. Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik (mediation) Di dalam organisasi HMI memiliki problema atau konflik antar organisasi PMII dan organisasi lainnya, begitu pula sebaliknya. Bagaimana mereka menyikapinya problema itu dan mencari solusi selain bermusyawarah, dan ternyata mereka memilih mediasi untuk menanggapi permasalahan itu saat permasalahan begitu sulit untuk menemukan titik temu dan tidak mau mengalah antara satu dan yang lainnya, maka mediasi itu harus dilakukan. Seperti yang dituturkan oleh Ketua bidang Pembinaan

10 11

Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011. Pengamatan (observasi) di dalam permasalahan anggota kedua organisasi, pada 23 Maret 2011.

58

Anggota HMI, “... Karena mediasi itu untuk mencari titik temu yang bisa diterima antara dua organisasi yang berkonflik itu ...”.12 Adapun yang berhak menjadi pihak ketiga atau mediasi dari permasalahan atau konflik yang terjadi yaitu para senior dari masingmasing organisasi yang memiliki tingkat sosial yang tinggi terhadap organisasi manapun. Dan juga dari ketua cabang dan pengurus masingmasing organisasi yang berupaya untuk menenangkan permasalahan atau konflik tersebut. Seperti yang di ucapkan oleh Ketua Umum PMII: “sebelumnya kami melihat lebih dahulu tingkat permasalahan yang ada, apabila masalah itu berkelanjutan maka yang perlu menjadi mediasi adalah ketua dan pengurus cabang serta senior dari masing-masing organisasinya.”13

Adapun observasi mengenai mediasi antara kedua organisasi ini, yaitu salah satu anggotanya pernah melakukan kesalahan kecil terhadap organisasi itu dan menimbulkan permasalahan yang besar membawa nama baik organisasinya. Pada akhirnya, melalui mediasi atau pihak ketiga yang bersifat netral mengurai permasalahan kedua organisasi itu dan apabila tidak bisa menemui solusi, maka dari masing-masing para senior organisasinyalah yang menenangkan suasana. Seperti saat PEMIRA yang selalui bertikai saat pengumuman hasil suara dalam pemilihan tersebut di masing-masing fakultas dan permasalahan yang kecil antara kedua organisasi di besar-besarkan.14

12

Wawancara dengan Eko Arisandi, Ketua bidang Pembinaan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. 13 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011. 14 Pengamatan (observasi) di dalam Pemilu Raya Kampus (PEMIRA), pada bulan Januari 2011.

59

3. Asimilasi (bergaul dengan kelompok lain) Suasana bergaulnya mahasiswa di kampus UIN sama perihalnya dengan kampus-kampus lainnya, mahasiswa harus pandai berbaur dan bersosialisasi dengan mahasiswa yang lainnya agar bisa bertukar pikiran dan mencari pengalaman dari masing-masing mahasiswa tersebut. Di lain itu juga, mahasiswa tidak ada paksaan untuk membatasi pertemanan dalam kehidupannya apalagi berbedanya organisasi. Di dalam organisasi ekstra di kampus UIN pun tidak ada paksaan bagi anggotanya untuk bergaul dengan orang lain maupun kelompok lain dan tidak ada paksaan pula untuk masuk di dalam organisasi mana pun. Karena bagi mereka bergaul sangat penting yang bisa mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, sehingga pengaruh pergaulan antara anggota organisasi HMI dan PMII sangat besar dan tidak terlalu dipentingkan asalkan anggotanya mengetahui etika di dalam organisasinya. Seperti yang dituturkan oleh informan organisasi HMI: “k’lo bergaul, kami tidak membatasi anggota organisasi kami asalkan mengetahui batasan toleransi dan saya akui tingkat sosial saya pula dipengaruhi oleh lingkungan disekitar saya”.15

Hal serupa pun terjadi di dalam organisasi PMII, seperti dituturkan oleh informan: “kami memberikan kebebasan anggota kami untuk bersosialisasi dengan siapa saja dan kami tidak membatasi pergaulan anggota kami. Karena disitulah anggota kami dapat bertukar pikiran dengan organisasi lain dan bisa berbagai ilmu pengetahuan”.16

15

Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. 16 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.

60

Adapun dari hasil observasi mengenai pergaulan antara anggota organisasi HMI dan PMII, sering dijumpai saat berada di kantin, taman kampus dan saat mengerjakan tugas kuliah. Mereka tidak menutup kemungkinan untuk bergabung dan bercanda sesama teman kelas ataupun dengan fakultas lain yang berbeda organisasi. Karena mereka lebih cenderung dengan nongkrong dan ngobrol ngawur-ngidul, serta mengerjakan tugas secara bersama-sama. Walaupun ada beberapa orang yang memisahkan diri atau tidak ingin bergabung, biasanya orang itu akan bergabung dengan temanteman organisasinya yang memandang perbedaan itu, akan tetapi hanyalah orang-orang yang aktif di dalam organisasinya.17

4. Persaingan Peneliti harus melihat manusia pada dasarnya mempunyai keinginan untuk pengakuan di lingkungan sekitarnya, dan pengakuan itu sendiri tidak mudah untuk dilakukan, karena harus bersaing dengan orang lain yang menginginkan pengakuannya juga. Persaingan yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII di dalam kampus, karena adanya dorongan yang membuat mereka untuk mempertahankan eksistensi organisasi. Apabila anggota tidak memiliki keberanian dan pemikiran yang kritis untuk bersaing maka organisasi itu akan ditindas oleh salah satu dari organisasi tersebut. Misalnya, persaingan dalam mendapatkan kedudukan di Badan Esekutif Mahasiswa Jurusan, Fakultas dan Universitas. Dalam setahun kepengurusan tersebut akan diadakan pergantian

17

Pengamatan (observasi) di dalam pergaulan kedua anggota organisasi HMI dan PMII.

61

yang diselenggarakan oleh pihak kampus dan KPU, oleh karenanya harus sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bersama dan Rektor yang berlaku pada Student Goverment (SG) atau Pemilihan Raya Kampus (PEMIRA) secara demokrasi. Dan adapun ungkapan dari Pengembangan Anggota HMI, “... Persaingan itu selalu ada, akan tetapi yang terpenting ialah mengedepankan serta menjaga etos etika persaingan yang baik dan fair ...”18 Berbagai cara yang ditunjukkan oleh para calon dari anggota kedua organisasi ini sangat kelihatan dan blag-blagkan (terbuka). Karena organisasi besar selalu ingin mempertahankan dan menonjolkan eksistensinya dan saling adu gengsi untuk mencapai kemenangan tertentu, seperti saat Pemilu Raya Kampus (PEMIRA). Oleh sebab itu, mahasiswa yang mengikuti organisasi meningkatkan kemampuannya serta mementingkan kuantitas bukan kualitas di dalam organisasi tersebut. Dan ini pernyataan dari Departemen Kaderisasi PMII, “... Persaingan dalam arti sehat tidak ada masalah, makanya disini dituntut untuk lebih peka akan sadar politik dan mengerti demokrasi tentunya ...”19. Persaingan yang sehat, mahasiswa harus sadar atas komitmen yang dibangun untuk mewujudkan kepentingan bersama dan menjaga nilai-nilai yang berlaku di setiap organisasinya. Di dalam observasi di lapangan yang ditemui dalam persaingan ini ialah terlihat saat PEMIRA diselenggarakan, banyak hiasan dekoratif selama kampanye berlangsung seperti spanduk-spanduk besar, baliho, poster, pamflet yang memperlihatkan wajah-wajah kandidat tersebar di seluruh area kampus

18

Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. 19 Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.

62

dan bahkan sampai di luar kampus menjadi lahan kampanye. Sebuah seruan terdengar di seluruh ruang hingga sudut kampus UIN Syarif Hidayatullah, inilah sebuah realitas politik yang sangat mirip dengan sistem parlementer Negara.20

5. Kontravensi a. Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain Perbuatan penolakan dan perlawanan di dalam organisasi memang sering terjadi. Karena setiap anggota organisasi mempunyai idealisme yang cukup tinggi terhadap kelompok atau organisasinya, maka tidak bisa dipungkiri lagi akan sebuah penolakan dan perlawanan itu terjadi antara organisasi HMI dengan PMII, begitupun sebaliknya. Dan apabila itu terjadi, karena salah satu dari organisasi ini merasa dirugikan, seperti mencela salah satu dari anggota masing-masing organisasi saat perbedaan pendapat di muka umum serta kepentingan yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak memiliki kode etik secara umum. Contoh kasus kecil dari observasi yaitu dalam perkulihan pada saat makalah kelompok dan salah satunya adalah orang HMI atau PMII mempresentasikan kepada teman-teman kelasnya, pada saat itu juga ada pandangan yang berbeda dari orang-orang organisasi HMI atau PMII yang ingin menjatuhkan ataupun mengeksiskan dirinya dan organisasinya di dalam kelasnya. 21 Adapun “... Kalau keluar dari konstitusional pasti ada

20 21

Pengamatan (observasi) di dalam Pemilu Raya Kampus (PEMIRA), pada bulan Januari 2011. Pengamatan (observasi) di dalam pergaulan kedua anggota organisasi HMI dan PMII.

63

perlawanan, selama berada di garis konstitusional, maka akan berjalan sesuai dengan harapan bersama-sama ....”22 Hal serupa juga terlihat pada organisasi PMII, seperti yang dituturkan oleh informan: “Kami melihat konteksnya dahulu, menyinggung dengan organisasi lain atau tidak. Dan apabila organisasi kami di injakinjak atau dirugikan oleh organisasi lain, maka kami akan melawan demi membela dan mempertahankan harga diri organisasi kami. Tentunya organisasi lain juga seperti itu juga.”23

b. Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum Perlu diketahui negara ini adalah negara yang menjunjung tinggi demokrasi, siapa saja bebas untuk mengemukakan pendapat. Maka, organisasi manapun harus memahami arti demokrasi itu sendiri. Dan adapun menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum sering sekali terjadi di dalam perkuliahan, seminar ataupun diskusi publik. Tidak heran akan hal tersebut apabila kedua organisasi HMI dan PMII selalu berdebat ataupun menyangkal antar anggotanya, karena mereka ingin menonjolkan eksistensi individu dan organisasinya dari pada mempertahankan pertanyaan atau jawaban yang benar. Akan tetapi, mereka tidak mengabaikan etika sosial dan norma yang berlaku seperti menghargai hak-hak orang lain serta tidak mengganggu pertanyaan orang selagi itu baik. Adapun pernyataan dari sekertaris umum HMI, yaitu: “Kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kita punya hak dan orang lain pun juga punya hak. Maka, kita memakai aturan main yang berlaku di muka umum, asalkan jangan 22

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. 23 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.

64

mengganggu pernyataan atau jawaban orang selagi itu baik dan bisa diterima oleh orang.”24

Adapun kedua organisasi ini, mengharapkan anggota atau kadernya berani untuk berbicara dan mengemukakan pendapat agar bisa “ ...melatih mentalnya serta mengajak orang untuk berfikir akan permasalahan yang dibicarakan ...”25. Dan apabila terjadi perdebatan yang begitu panjang dan tidak ada yang mengalah, biasanya forum akan melakukan footing. Sebagai mahasiswa harus menyikapi permasalahan itu dengan baik dan bijak, jangan memakai ego untuk kelompoknya ataupun dirinya.

c. Melakukan Penghasutan (Provokasi)/Propaganda Melakukan penghasutan atau provokasi kepada mahasiswa yang tidak mengikuti atau tidak bergabung di dalam organisasi (netral), menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi organisasi manapun dan berlombalomba untuk mendapatkan suara di dalam pemilihan nanti, saat menjelang pemilu raya tiba. Setiap organisasi saling menjelek-jelekkan yang satu dengan yang lainnya atau memprovokasi sesama calon yang diusung. Memprovokasi sudah menjadi hal yang lumrah di dalam organisasi ekstra kampus UIN ini. Walaupun di setiap organisasi HMI dan PMII tidak membenarkan hal tersebut, seandainya ada maka “... itu oknum yang tidak bertanggungjawab dan mengatasnamakan gengsi ...”,26 dan itu terjadi

24

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011. 25 Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011. 26 Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011.

65

karena sebuah proses dinamika perpolitikan. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Umum HMI : “K’lo provokasi untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan k’lo momentum saat pemira bukan provokasi namanya tapi agitasi propaganda, yang dilakukan sebagai upaya pendewasaan ranah politik. Walaupun ada serangan-serangan akan tetapi harus ada data-data yang valid, sehingga orang lain bisa menerimanya. Saya pikir setiap organisasi melakukan itu semua”.27

Adapun observasi mengenai provokasi antara kedua anggota organisasi ini, Biasanya dilakukan oleh para atau oknum dari masingmasing itu sendiri untuk melakukan provokasi. Seperti melalui SMS, selebaran kertas, pamplet dan melalui obrolan (pergaulan). Dan yang paling sering terjadi yaitu lewat sms, seperti yang dilontarkan oleh Sekertaris Bidang I PMII : “Sebelum kami memenangkan Bem-F. Kita melakukan provokasi atau agitasi propaganda lewat sms sebelum pemira tiba kepada teman-teman fakultas saya. Karena sewaktu Bem-F dipegang oleh anak-anak HMI, duit propesa pada waktu itu dipakai dengan tidak wajar”.28

Kedua organisasi ini seakan-akan bersifat tertutup apabila anggota organisasinya pernah melakukan provokasi kepada organisasi lain. Dan keduanya juga saling melempar kesalahan seperti yang dipaparkan oleh informan organisasi HMI, “... Kami tidak pernah melakukan provokasi itu, tapi kami sering di provokasi oleh organ lain ...”.29

27

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011. 28 Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 23 Juni 2011. 29 Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.

66

Dan hal serupa dituturkan juga oleh informan organisasi PMII: “Tidak dibenarkan melakukan provokasi di tubuh organisasi kami dan organisasi lain. Justru salah satu dari kami pernah terkena provokasi dari organisasi lain melalui sms”.30

Organisasi HMI dan PMII memang dikenal sebagai organisasi yang selalu bersitegang saat PEMIRA, banyak SMS-SMS aneh yang sering diterima oleh mahasiswa setelah lewat jam 12 malam dan masih banyak SMS nyeleneh lainnya dari berbagai organisasi. Dan peneliti salah satu korban provokasi itu, adapun contoh dari sebuah pesan singkat ini: “Salam reformasi!! kawan-kawan mahasiswa tentunya sudah tahu siapa yang layak menjadi pemimpin kampus kita ini. Jangan sembarang pilih kawan-kawan!! Siapa itu Isbat? Kuliah jarang masuk, baju ngga pernah rapi, ngga pernah ngerjain tugas. Siapa itu Nafiz? Sama aja kuliah jarang masuk”.31

Sebegitu berharganya tahta kekuasaan politik hingga SMS seperti ini seringkali diterima oleh mahasiswa, sebuah black campaign. Setelah ditelusuri nama-nama yang ada dalam SMS, itu adalah Capres dan Cawapres dari Partai Persatuan Mahasiswa (PPM) yaitu organisasi PMII. Terlihat sedikit santai, PPM yang tahu tentang tersebarnya SMS gelap itu ke beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan komunikasi membalas dengan sebuah pesan singkat berisikan “... Untuk perubahan yang lebih baik, hari Kamis pilih yang Jitu.. No.1 PPM ...”. Dan Partai Reformasi Mahasiswa (Parma) yaitu HMI kembali membalasnya “... Jurnalistik satu suara, demi kepentingan kita semua. Ayo..satukan suara, pilih Ncex (BEMJ), Sabir (BEMF) dan Otoy (BEMU), kita melangkah maju 30

Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 22 Juni 2011. 31 Pengamatan (observasi) yang di dapati dalam SMS kedua anggota organisasi HMI dan PMII.

67

bersama… dengan pemikiran-pemikiran bersama, setuju? Bales..!! (bhotel), tolong sebarkan ke yang lain ya minimal 5 atau 10 mahasiswa ...”. Belum lagi kampanye melalui jejaring sosial facebook yang merajalela di seluruh mahasiswa. Ini menunjukan sedang zamannya manusia addicted dengan facebook dan memanfaatkannya sebagai alternatif yang sangat berpengaruh sebagai media persuasif terhadap publik.32

6. Pertentangan atau Konflik Pertentangan antar sesama organisasi kelak terjadi, apabila tidak sesuai dengan keinginannya dan melakukan kecurangan-kecurangan yang merugikan organisasi tersebut. Dilihat dari situ, ada kecenderungan mahasiswa dihadapkan dengan sebuah kepentingan yang berorientasi pada kepentingan suatu golongan tertentu saja, karena di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta budaya politik yang dibangun berdasarkan sentimen ideologis yang lebih mementingkan dan mempertahankan organisasinya. Maka adanya pertentangan sangat memungkinkan terjadinya konflik antar individu atau antar kelompok karena peran permainan politik yang semakin kental. Apalagi, pada saat PEMIRA, organisasi ekstra bersiap-siap untuk berkampanye dengan partainya sendiri-sendiri seperti HMI dengan PARMAnya (Partai Reformasi Mahasiswa) dan PMII dengan PPMnya (Partai Persatuan Mahasiswa). Dan mereka saling berselisih untuk mendapatkan siapa yang berkuasa di kampus ini ataupun karena sentimen organisasi. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan dari PMII, “... PARMA (HMI) yang

32

Pengamatan (observasi) yang di dapati dalam SMS kedua anggota organisasi HMI dan PMII.

68

paling sering berkonflik, pada saat PEMIRA dan moment yang terpenting. Karena organisasi sama-sama besar serta mencari eksistensi ...”.33 Dan hal serupa disampaikan juga oleh informan organisasi HMI, “... PPM (PMII) berkonflik dengan kami, karena sentimen organisasi ...”.34 Dan adapun observasi dari pertentangan atau konflik yang terjadi dalam organisasi HMI dengan PMII, pada saat penghitungan hasil suara dari masing-masing Jurusan, Fakultas dan Universitas yang merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh pihak kampus dalam pergantian kepengurusan yang biasanya disebut dengan PEMIRA. Seperti yang sering terjadi pertentangan atau konflik di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Tarbiyah. Dan itulah perbedaan interaksi sosial antara anggota organisasi HMI dengan anggota organisasi PMII dan pernyataan dari masing-masing pengurus organisasi.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Interaksi Suatu proses interaksi yang mempengaruhi anggota organisasi HMI dan PMII di dasari pada berbagai faktor, diantaranya ialah ideologi atau sudut pandang, memprovokasi untuk mempertahankan eksistensi, mengkrekrut kader, dan memainkan peran dalam moment dan situasi. Adapun faktor-faktor tersebut, secara rinciannya dapat bergerak sendiri-sendiri ataupun secara terpisah, yaitu:

33

Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011. 34 Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.

69

1. Ideologi atau sudut pandang Sebuah organisasi salah satunya membuat seseorang untuk mempunyai peranan dan memahami nilai-nilai yang berlaku di tengahtengah masyarakat. Dan setiap organisasi mempunyai sudut pandang atau ideologi yang berbeda-beda, terkadang menyimpang dari aturan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat. Organisasi HMI dan PMII mempunyai sudut pandang yang berbeda, akan tetapi kedua organisasi ini bisa diterima oleh masyarakat. Adapun HMI berideologikan modernis yang mengikuti perkembangan zaman dari segi intelektual keIndonesiaan dan keIslaman. Sedangkan PMII yang berideologikan ahlussunnah wal jamaah (aswaja) yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dan tidak lepas dari sejarah Islam (pemikiran tradisional), seperti tahlilan dan bersholawat. Perbedaan sudut pandang atau ideologi tersebut memungkinkan adanya persaingan untuk mempertahankan dan mencari kader (anggota) dalam memperjuangkan organisasinya, sehingga tarik menarik antara anggota sering sekali terjadi di dalam kedua organisasi ini. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Bidang I, informan dari PMII yaitu: “k’lo seandainya seseorang sudah terikat dan mempunyai rasa memiliki organisasi itu, maka orang/individu itu tidak terpengaruh oleh organisasi lain. Akan tetapi, k’lo untuk membatasi adanya tarik-menarik kader itu sudah pasti terjadi di dalam organisasi manapun”.35

Walaupun tarik-menarik di dalam kedua organisasi ini sering terjadi, dikarenakan seseorang memiliki pemahaman atau pemikiran yang sama dengan salah satu anggota kedua organisasi ini. Dan secara tidak 35

Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 23 Juni 2011.

70

langsung mempengaruhi sudut pandang atau ideologi seseorang untuk berubah dan bergabung di dalamnya. Oleh sebab itu, di dalam pergaulan individu anggota kedua organisasi tidak membatasi pergaulannya. Seperti yang dijelaskan oleh Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat: “Pemikiran kami bersifat insklusif (terbuka) dengan siapa pun, kapan pun, dan dimana pun dalam konteks hubungan dengan orang lain atau pun organisasi lain, maka kami tidak membatasi. Pemikiran tersebut diterapkan pada anggota kami, karena berfikir dan karena bertindak”.36

Oleh karena itu, faktor ini yang peneliti jelaskan di atas merupakan sebuah organisasi yang dimiliki anggota untuk menirukan suatu tindakan pada sudut pandang atau ideologi dalam organisasi tersebut. Maka, terjadinya suatu ketidakstabilan antara anggota kedua organisasi ini dalam menyikapi suatu tindakan yang memungkinkan untuk berkonflik karena ideologi.

2. Memprovokasi untuk mempertahankan eksistensi Faktor ini merupakan ajakan salah satu anggota organisasi untuk mempengaruhi tindakan atau sikap seseorang, apabila organisasinya merasa tertekan atau terdesak akan sebuah momentum untuk menunjukan suatu eksistensi dan kepentingan kelompok. Misalnya, di dalam momentum pemilihan umum yang setiap tahunnya pihak kampus menyelenggarakan pergantian kepengurusan dari jurusan, fakultas, dan bahkan universitas yang di sebut dengan sistem SG (Student Government). Di situlah terjadinya persaingan antara anggota organisasi HMI dan PMII, 36

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011.

71

yang berlomba-lomba untuk memprovokasi (melakukan penghasutan) seseorang/mahasiswa yang tidak bergabung di organisasi mana pun untuk memilih calon yang di usung dari masing-masing kedua organisasi ini. Dan “... organisasi mana pun pasti melakukan penghasutan terhadap teman-teman yang netral ...”.37 Adapun memprovokasi seseorang dari kedua anggota organisasi ini, sebenarnya di lakukan untuk melatar-belakangi kepentingan kelompok agar mencapai suatu tujuan atau misi yang diinginkan yaitu sebuah eksistensi. Akan tetapi memprovokasi harus mempunyai kejelasan atau data-data yang nyata (riil), sehingga bisa diterima oleh pihak yang bersangkutan dan bisa diterima oleh mahasiswa atau orang lain yang merasakan kenyataan tersebut. maka, hal tersebut tidak mengarah kekonflik melainkan hanya wacana yang terjadi. Seperti yang di paparkan oleh Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat: “K’lo untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan k’lo moment PEMIRA bukan provokasi yang kami sebut akan tetapi agitasi propaganda yang dilakukan sebagai upaya pengedewasaan politik. Adapun, adanya serangan-serangan harus ada data-data yang valid sehingga orang lain bisa menerimanya. Dan saya pikir, setiap organisasi melakukan itu semua”.38

Faktor kedua yang terjadi antara anggota organisasi HMI dan PMII bukan hanya untuk kepentingan kelompok saja, akan tetapi ada oknumoknum yang ingin menguasai kekuasaan tersebut dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Seperti mendapatkan kedudukan dan peran di

37

Wawancara dengan Muh. Syamsul Anwar, Wakil Sekertaris Umum periode 2011-2012 (PMII cabang Ciputat), 09 Juni 2011. 38 Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011.

72

dalam jurusan, fakultas atau pun universitas yang sebagaimana apabila calon yang di usungnya menang dan berkuasa maka seseorang yang di balik kemenangan tersebut atau tim suksesnya akan mendapatkan tempat atau kedudukan yang jelas di dalam kekuasannya. Dan di situlah adanya persaingan antara anggota kedua organisasi ini dalam mendapatkan kedudukan atau kekuasaan, maka adanya persaingan akan meningkatkan kemampuan dari anggota organisasi tersebut. Seperti yang di ungkapkan Sekertaris Umum HMI cabang Ciputat: “Manusia pada dasarnya mempunyai keinginan untuk pengakuan di lingkungannya. Persaingan tersebut harus jurdil dan bagaimana persaingan itu membangun komitmen untuk mewujudkan organisasi yang lebih maju dan menjaga etos persaingan itu sendiri”.39

Karena faktor tersebutlah adanya provokasi untuk kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi di dalam mendapatkan kedudukan atau kekuasaan untuk mempertahankan eksistensi dan adu gengsi. Setidaknya dalam pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di tingkat UIN, selalu dimenangi kader PMII atau HMI.

3. Mengkrekrut kader Faktor ini merupakan keinginan seseorang untuk berprilaku sama dengan orang lain dan cenderung lebih mengidolakan seseorang yang mempuyai kemampuan. Seperti yang terjadi di antara anggota organisasi HMI dan PMII, para kader atau anggotanya memiliki suatu keinginan untuk menonjolkan eksistensi dirinya di dalam perkuliahan (kelas) supaya 39

Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011.

73

menjadi panutan atau menjadi sorotan dari teman-teman kelasnya sehingga menjadi idola. Atau pun, menyuarakan pendapat pada saat seminar, dialog publik dan aksi kebijakan rektor atau pemerintahan. Adapun hasil wawancara mengenai perbedaan pendapat yang terjadi pada saat berdialog ialah “... hal yang terbiasa menurutnya di dalam organisasi selama masih menjunjung aturan yang berlaku ...”40, dan apabila berdebat itu semakin ramai maka “... mempertahankan kepentingan organisasi dan diselesaikan secara dewasa ...”.41 Dan kesempatan berpendapat tersebut terkadang menjadi senjata ampuh untuk menarik seseorang untuk bergabung di dalam organisasi. Di samping itu juga, dari pengamatan observasi yang peneliti temukan terhadap organisasi HMI cabang Ciputat ialah seseorang yang bergabung di dalamnya karena melihat kajiannya dan intelektualisme atau pemikiran yang modern tentang keIndonesiaan dan keIslaman sehingga kebanyakan berlatar-belakang lulusan SMA, dan Pon-Pes modern. Sedangkan seseorang yang bergabung di dalam organisasi PMII cabang Ciputat ialah ahlussunnah wal jama’ah yang mengikuti sunnah-sunnah rasul dan seseorang yang bergabung di dalamnya dikarenakan faktor kebersamaan dan intelektualisme atau pemikiran yang terdahulu (tradisional) dan kekinian, sehingga kebanyakan berlatar-belakang kaum santri, MAN dan ada juga dari SMA.

40

Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011. 41 Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011.

74

Oleh sebab itu, faktor tersebut melihat pada latarbelakang sekolah dahulu dan faktor ideologi organisasi. Maka, kedua organisasi tersebut mencetak kader-kader yang mengkritisi dari setiap permasalahan yang ada dan menjadi penerus bangsa yang memiliki intelektualitas yang tinggi.

4. Memainkan peran dalam moment dan situasi Proses ini di dalam anggota organisasi sering terjadi, apabila seseorang atau kelompok terkena musibah seperti bencana alam dan melakukan aksi terhadap kebijakan pemerintah atau pun kebijakan rektorat yang tidak bisa diterima oleh masyarakat dan mahasiswa. Oleh karena itu, “... selama memiliki tujuan dan kepentingan bersama maka organisasi HMI dan PMII memungkinkan untuk bersatu selama itu baik demi hakhak kemaslahatan umat bersama ...”.42 Dan hal tersebut karena moment dan situasi yang membuat kedua organisasi ini bersatu. Adapun ungkapan dari informan PMII yaitu Mabincab (Majelis Pembina Cabang): “Walaupun kita sering berkejolak dengan organisasi HMI dan organisasi lain, akan tetapi kita tidak selamanya bermusuhan. Tergantung pada moment dan situasi dan apabila kami bersatu dengan organisasi lain, itu karena kepentingan bersama, seperti membela hak-hak masyarakat”.43

Proses ini lebih cenderung kerja sama dan tidak selamanya berjalan dengan semestinya atau kesempurnaan yang diinginkan kedua belahpihak, salah satunya selalu saja ada rasa ingin menonjolkan eksistensi organisasinya dan tentu saja membuat organisasi yang melakukan kerja 42

Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. 43 Wawancara dengan Imron Rosyadi, Mabincab (Majelis Pembina Cabang) PMII Cabang Ciputat, 09 Juni 2011.

75

sama dengannya merasa tidak nyaman dan melanggar kesepakatan. Seperti yang terjadi pada FISIP saat OAK tahun 2011 di dalam buletin Institut News, adapun ungkapan Bara sebagai ketua Bem-FISIP segaligus anggota HMI mengatakan: “Meskipun berbeda background, semua anggota organisasi adalah panitia OAK yang harus menjalankan tugas dengan penuh tanggung-jawab. Dan untuk urusan perbedaan partai atau visi dan misi itu urusan diluar OAK ini”.44

Dan adapun Abdul Yasir sebagai Sekertaris Umum (Sekum) Jurusan Sosiologi segaligus anggota PMII menambahkan: “Perbedaan background partai menjadi salah satu penghambat kinerja Bem-F dan Bem-J. Jangankan permasalahan tersebut, di dalam kelas saja yang berbeda partai bisa diem-dieman, maka di situlah terjadinya komunikasi yang kurang baik dan terjadi penghambatan kualitas kinerja dari Bem dan panitia OAK ini”.45

Oleh sebab itu, faktor terjadinya simpati ini melalui peran seorang anggota organisasi yang memainkan peranannya untuk sebuah moment dan situasi bila bekerjasama atau bergabungnya dua organisasi atau lebih dalam sebuah eksistensitas diriya dan organisasinya. Maka, hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi organisasi lain bila kemungkinkan untuk bergabung di dalam kepanitiaan. Dan untuk mensiasati hal tersebut dalam perbedaan background kedua organisasi ini ialah setiap orang harus bersikap profesional dalam menjalankan roda kepanitiaan. Inilah beberapa faktor yang mengakibatkan anggota organisasi HMI dan organisasi PMII tidak dapat berinteraksi dengan baik.

44

April dan Ayu, “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers Mahasiswa Institut, (September 2011) : h. 4. 45 Ibid.

76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Pada penelitian ini ditemukan perbedaan pola interaksi sosial antara organisasi HMI dan organisasi PMII cabang Ciputat, dikarenakan kepada kepentingan dan pemahaman berorganisasi dalam menyikapi permasalahan yang dihadapinya serta berlomba-lomba mencari atau mempertahankan eksistensitas organisasi pada lingkungan di dalam kampus UIN Syarif Hidayatullah. Adapun yang menjadi perbedaan pola interaksi ada sembilan, yaitu: 1. Asimilasi (Bergaul dengan kelompok lain) biasanya terjadi pada saat nongkrong di kantin, taman dan disekitar lingkungan kampus. Perbedaan antara kedua organisasi ini yaitu organisasi HMI kurang adanya kebersamaan antara organisasinya dan organisasi lain, sedangkan organisasi PMII sebaliknya dan menganggap dalam pergaulan seperti keluarga. 2. Akomodasi yang terdiri dari kompromi atau mencari solusi (compromise) pada saat permasalahan dengan anggota atau kelompok lain. Perbedaannya yaitu di dalam organisasi HMI dalam menghadapi permasalahan melakukan kesepakatan bersama, sedangkan PMII melakukan musyawarah mufakat. 3. Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik (mediation) biasanya dilakukan apabila tidak bisa menemukan titik temu dari permasalahan yang ada, maka pihak ketiga dan seniorlah yang meredamkan per-

77

masalahan tersebut pada masing-masing organisasinya. Perbedaannya, di dalam HMI berupa tingkatan atau angkatan seniornya (adanya senioritas), sedangkan PMII tidak ada senioritas. 4. Kerja sama yang terdiri tolong menolong yang terjadi pada saat kedua organisasi ini memiliki tujuan yang sama, seperti aksi untuk kepentingan masyarakat dan membantu bencana alam. dan bargaining (Perjanjian antara dua organisasi atau lebih) biasanya pada saat mengadakan suatu acara bersama dengan organisasi lain seperti OAK, seminar dan kegiatankegiatan yang lain. Perbedaannya, di HMI mendapatkan kucuran dana dari lembaga-lembaga tertentu, sedangkan PMII mendapatkan dana dari para senior (ngecrek). 5. Koalisi apabila salah satu organisasi ini kemungkinan pemahaman atau visi dan misi yang sama pada saat sebelum PEMIRA diselenggarakan. Perbedaannya yaitu organisasi HMI melakukan perjanjian antara yang dikoalisikan, sedangkan PMII melakukan kesepakatan. 6. Persaingan yang melihat pada situasi atau moment tertentu seperti sesaat sebelum PEMIRA diselenggarakan dalam mendapatkan kedudukan. Adapun organisasi HMI perbedaannya dengan penghasutan, sedangkan PMII perlahan namun mengenai sasaran. 7. Kontravensi merupakan perbuatan penolakan dan perlawanan pada saat harga diri organisasi dirugikan atau dikucilkan, menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum pada saat kegiatan mahasiswa seperti diskusi publik, seminar dan tugas perkulihan atau kelompok makalah. Perbedaannya, yaitu HMI memakai intelektualitas, sedangkan PMII kebersamaan.

78

8. Melakukan penghasutan (provokasi) pada saat sebelum PEMIRA dilaksanakan, perbedaannya melalui kata-kata sms ataupun selembaran dan penghasutan individu. 9. Dan pertentangan atau konflik biasanya terjadi pada saat perhitungan hasil suara yang diperoleh dari PEMIRA tersebut, perbedaannya yaitu organisasi HMI membuat border (barisan pasukan) sambil meneriaki yelyel dan mars partainya, sedangkan PMII menyatukan barisan dan meneriaki yel-yelnya sambil bersholawat.

Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi pola interaksi antara kedua organisasi ini dalam tingkat emosional person dan kepentingan kelompok. Adapun beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor sudut pandang atau ideologi yang tertanam di dalam organisasi dan anggotanya, sehingga kedua organisasi yang berbeda ideologi memiliki daya saing untuk menunjukkan eksistensitas dan pengakuan di dalam lingkungannya, terutanama di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Faktor memprovokasi untuk mempertahankan eksistens yang merupakan ajakan salah seseorang atau anggota organisasi terhadap mahasiswa yang netral dan bahkan anggota organisasi lain, maka bisa di sebut dengan penghasutan (provokasi). Oleh karena itu memprovokasi menjadi salah satu faktor terjadinya persaingan atau konflik, dan memprookasi harus ada data-data yang valid supaya bisa diterima oleh orang lain atau organisasi yang bersangkutan.

79

3. Faktor mengkrekrut kader yang merupakan seorang mahasiswa yang masih ada keterikatan antara organisasi tersebut atau pun salah satu dari individu dalam organisasi memiliki karismatik untuk menarik seseorang yang memungkinkan bergabung di dalamnya, dan seseorang mempunyai kultur (keluarganya) dalam berorganisasi atau ideologi. Oleh sebab itu, faktor identifikasi ini lebih pada batin seseorang secara tidak sadar yang mengidolakan organisasi atau orang tersebut. 4. Faktor memainkan peran dalam moment dan situasi yang merupakan kerja sama antara kedua belah pihak dan anggota organisasi tersebut memainkan peranannya supaya mengangkat martabat organisasinya, sehingga kerja sama di dalam kedua organisasi ini biasanya berjalan tidak nyaman dan salah satunya merasa dirugikan. Seperti kegiatan OAK, seminar, dan bahkan kegiatan yang lainnya apabila organisasi ini bekerja sama.

Inilah yang terjadi di dalam organisasi besar seperti HMI dan PMII, yang memiliki ideologi berbeda yang membuat mereka selalu ingin bersaing untuk mendapatkan kedudukan atau tempat yaitu kekuasaan di dalam Badan Esekutif Jurusan, Fakultas dan Universitas. Dan sebagian pula mementingkan kepentingan kelompok serta kepentingan pribadi demi eksistensinya, dikarenakan adu gengsi dengan kelompok lain apabila memiliki eksistensitas yang kuat. Maka, organisasi tidak boleh dipisahkan dalam kehidupan mahasiswa, karena berorganisasi dapat belajar membagi wewenang dalam diri seseorang ataupun organisasinya.

80

B. Saran-saran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah kelompok-kelompok organisasi yang berasaskan Islam dan mewarnai sejarah bangsa Indonesia yang memajukan intelektual pemudapemudi di negeri ini. Maka, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dari hasil penelitian ini, yaitu pertama, hendaknya kedua organisasi tersebut bersatu seiring perkembangan zaman sebagaimana kedua organisasi ini terikat dalam ukhuwah islamiyyah. Kedua, hendaknya kedua organisasi mengembangkan faham ingklusifitas dalam berorganisasi yang memungkinkan melihat segala suatu perbedaan ideologi dari organisasinya, sehingga tidak mudah terprovokator dari individunya atau organisasi lain dan tidak mudah bertikai saat moment atau situasi tertentu. Ketiga, hendaknya kedua organisasi ini memikirkan Islam dalam ranah memajukan kemashlahatan umat bersama, dan membangun intelektualitas mahasiswa dengan fenomena terkinian. Dan yang keempat, hendaknya kedua organisasi bersikaf terbuka dan toleran dalam menerima perbedaan organisasi lain, serta menerima dan menampung pendapat dari organisasi lain selagi itu baik untuk organisasinya. Perbedaan sesuatu yang harus difikirkan sebagai modal bersama dalam menciptakan kekuatan, bukan menjadikan perbedaan sebagai alat yang akan merusak hubungan antara kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan ideologi tersebut. Dan adapun saran untuk penelitian selanjutnya ialah menjelaskan tentang integrasi yang mengarah pada konflik pada kedua organisasi ini, dikarenakan penelitian ini hanya sebatas interaksi atau hubungan antara kedua kelompok saja dan penelitian ini pula tidak mendalami secara detail untuk ke arah konflik.

81

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal dan Safe’I, Agus Ahmad. Sosiosophologi Sosiologi Islam Berbasis Hikmah. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003. Afifuddin, Mochammad. Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi. Jakarta: Visi Indonesia, 2011. Ayu, dan April. “Harmonisasi Partai dalam Struktur OAK,” Lembaga Pers Mahasiswa Institut, (September 2011) : h. 4. Basrowi. Pengantar Sosiologi, Ciawi-Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005. Dwi Putranto, Yuwono. “Hubungan Motivasi Berprestasi dan Interaksi Sosial Dalam Keluarga dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas X SMAN 1 Pati Tahun Ajaran 2009/2010,” artikel diakses pada 11 November 2011 dari http://zidaburika.wordpress.com/2007/07/28/interaksi-sosial/ Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat. Modul Lk I (Basic Training) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat. Jakarta: HMI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2010-2011. Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga, 2009. Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Ciputat (IKA-PMII Ciputat). Dari Ciputat Untuk Bangsa; setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia 1960-2010. Jakarta: titikoma, 2010. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, cet. Ke-8. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta, 2000. Kunarto. Gerakan Mahasiswa: Merenungi Kritik Terhadap Polri Buku ke 10, Jakarta: Penerbit PT. Cipta Manunggal, 2000. Nurdin, Amin dan Abrori, Ahmad. Mengerti Sosiologi: Pengertian untuk Memahami Konsep-konsep Dasar, Jakarta; UIN Jakarta Press, 2006. Philipus, Ng., dan Nurul Aini. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Poedjawijatna. Manusia dengan Alamnya Fisafat Manusia, cet. Ke-3. Jakarta: Bina Aksara, 1987. Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer, Ed. 1., Cet. 6., Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2004.

82

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, ed. Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2001. Razak, Yusron, ed. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008. Siswanto dan Sucipto, Agus. Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif. Malang: UIN-Malang Press (Anggota IKAPI), 2008. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, 5th ed. Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1990. Soekanto, Suryono, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi (Edisi ketiga). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Sztompka, Piotr. ed. Sosiologi Perubahan Sosial. diterjemahkan dari karya aslinya The Sociology of Social Change Oleh Alimandan. Jakarta: Prenada, 2004. Winardi, J. Manajemen Perilaku Organisasi, Ed. Rev. Cet. 2., Jakarta: Kencana, 2007. Wawancara dengan A. Jamharuddin, Sekertaris Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 17 Juni 2011. Wawancara dengan Budi Purnomo, Ketua Umum Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011. Wawancara dengan Bhakti Sakti, Keluarga Alumni HMI (KAHMI), 17 Juni 2011. Wawancara dengan Eko Arisandi, Ketua bidang Pembinaan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. Wawancara dengan Imron Rosyadi, Mabincab (Majelis Pembina Cabang) PMII Cabang Ciputat, 09 Juni 2011. Wawancara dengan Mustar, Pengembangan Anggota Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. Wawancara dengan M. Fathul Arif, Ketua Umum Periode 2010-2011 (HMI Cabang Ciputat), 29 Juni 2011. Wawancara dengan Muh. Syamsul Anwar, Wakil Sekertaris Umum periode 20112012 (PMII cabang Ciputat), 09 Juni 2011.

83

Wawancara dengan Muh. Muzani Zulmaizar, Sekertaris Bidang I Periode 20112012 (PMII Cabang Ciputat), 23 Juni 2011. Wawancara dengan Rafiqurrahman, Departemen Kaderisasi Periode 2011-2012 (PMII Cabang Ciputat), 21 Juni 2011.

84

LAMPIRAN KE I PEDOMAN WAWANCARA PADA HMI DAN PMII Nama Organisasi dan Jabatan Tempat/Lokasi Hari dan Tanggal Pukul

: : : : :

 5 Pertanyaan Yang Mendasar 1. Kapan anda masuk organisasi? 2. Apa yang melatarbelakangi anda masuk organisasi tersebut? 3. Apa yang menjadi ideologi didalam organisasi anda? 4. Manfaat apa yang anda dapati di organisasi? 5. Kontribusi apa yang anda lakukan didalam organisasi?  3 Pertanyaan Mengenai Asimilasi A. Bergaul dengan kelompok lain 1. Apakah organisasi anda membatasi pergaulan anggotanya? 2. Apakah pergaulan organisasi mempengaruhi pergaulan individu organisasi tersebut? 3. Bagaimana komunikasi yang dibangun organisasi anda dengan organisasi lain?  5 Pertanyaan Mengenai Kerjasama: A. Tolong Menolong 1. Dalam hal apa yang memungkinkan organisasi anda bersatu dengan organisasi lain? B. Bargaining (perjanjian) 1. Pada saat apa terjadinya bargaining antara organisasi anda dengan organisasi lain? 2. Manfaat apa yang didapati apabila ada bargaining (perjanjian) tersebut? C. Koalisi 1. Menurut anda, pada saat seperti apa koalisi itu terjadi? 2. Apakah ada kesepakatan apabila berkoalisi. Apabila ada, jelaskan kesepakatan apa yang biasa dilakukan?

 3 Pertanyaan Mengenai Akomodasi A. Compromise (kompromi atau mencari solusi) 1. Bagaimana menurut anda kompromi yang sehat didalam organisasi? B. Mediation (mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik) 1. Siapakah yang berhak menjadi mediator dan kapan mediasi dilakukan? 2. Kenapa setiap permasalahan antar organisasi harus diselesaikan melalui mediasi?  1 Pertanyaan Mengenai Persaingan A. Kedudukan dan Peran 1. Bagaimana

menurut

anda

mengenai

adanya

persaingan

dalam

mendapatkan kedudukan?  4 Pertanyaan Mengenai Kontravensi A. Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain 1. Pada saat kapan penolakan atau perlawanan itu terjadi didalam organisasi? B. Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum 1. Bagaimana menurut anda tentang kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum? 2. Bagaimana organisasi anda bersikap jika terjadi perbedaan pendapat antar anggota organisasi lain? C. Melakukan Penghasutan (provokasi) 1. Apakah anggota organisasi anda pernah melakukan provokasi kepada organisasi lain?. K’lo ada, pada saat apa organisasi anda melakukan provokasi itu?. Jelaskan!  3 Pertanyaan Mengenai Pertentangan atau konflik A. Politik 1. Bagaimana solusi yang baik untuk sebuah pemasalahan yang ada didalam konflik politik? 2. Dalam hal apa terjadinya konflik antar organisasi anda dengan organisasi lain!. Jelaskan? 3. Apakah pada saat pemira kampus, organisasi anda selalu berkonflik dengan organisasi lain?. Biasanya dengan siapa, organisasi anda konflik?

HASIL WAWANCARA MENGENAI INTERAKSI SOSIAL ANTARA ANGGOTA ORGANISASI EKSTRA KAMPUS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA  Urutan Informan No

Nama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Imron Rosyadi Budi Purnomo Muh. Syamsul Anwar Muh. Muzani Zulmaizar Rafiqurrahman Bhakti Sakti M. Fathul Arif, S.pd A. Jamharuddin Eko Arisandi Mustar

Umur 27 thn 26 thn 26 thn 21 thn 22 thn 25 thn 26 thn 22 thn 26 thn 23 thn

Jabatan Mabincab (Majelis Pembina Cabang), periode 2010-2011 Ketua Umum Cabang Ciputat, periode 2011-2012 Wakil Sekretaris Umum Cabang, periode 2011-2012 Sekretaris Bidang I, periode 2011-2012 Departemen kaderisasi, periode 2011-2012 KBA (Keluarga Besar Alumni) Ketua Umum Cabang Ciputat, periode 2010-2011 Sekretaris Umum Cabang Ciputat, periode 2010-2011 Ketua Bidang Pembinaan Anggota, periode 2010-2011 Pengembangan Anggota, periode 2010-2011.

Organisasi PMII PMII PMII PMII PMII HMI HMI HMI HMI HMI

Hasil Wawancara Informan Pertanyaan mengenai Asimilasi :  Bergaul dengan kelompok lain 1. Apakah organisasi anda membatasi pergaulan anggotanya? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan

Keterangan

Kami membiarkan anggota kami untuk bersosialisasi dengan siapa saja dan kami tidak membatasi pergaulan anggota kami. Kami tidak pernah membatasi pergaulan individu didalam organisasi kami, kami memberikan kebebasan setiap anggota. Dan itu semua tergantung pada individunya masing-masing. Tidak, justru kita berbagi dengan organisasi lain. Engga ada, justru kami memberikan anggota kami untuk bergaul dimanapun. Tidak, kita lakukan itu secara demokratis dan terbuka aja. K’lo bergaul. Kami tidak membatasi, yang penting tahu batasan dan tahu batasan toleransinya. Kami membebaskan anggota kami untuk bergaul dimana saja. Pemikiran kami bersifat insklusif (terbuka) dengan siapanpun, kapanpun dan dimanapun, dalam konteks hubungan dengan organisasi ataupun pribadi kita tidak membatasi. Pemikiran insklusif kita terapkan di HMI, karena berfikir tapi juga karena bertindak. Tidak. Kami organisasi yang legaliter. HMI tak membatasi pergaulan dengan siapapun, berbaur dengan yang lain. Karena HMI tidak melihat backgraun seseorang. Itulah kelebihan HMI dengan organ yg lain.

Tidak membatasi pergaulan

2. apakah pergaulan organisasi mempengaruhi pergaulan individu tersebut? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan K’lo menurut saya, pergaulan sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Jadi, pasti ada pengaruhnya terhadap lingkungan teman-teman kami di dalam organisasi. Pasti ada pengaruhnya, karena disitulah anggota kami bisa bertukar pikiran dengan organisasi lain dan bisa berbagi ilmu pengetahuan Mempengaruhi sekali. Sikap dan tindakan. Tidak mungkin, k’lo seandainya sudah terikat dan mempunyai rasa memiliki organisasi itu, maka orang/individu itu tidak terpengaruh oleh organisasi lain. Tapi k’lo untuk membatasi adanya tarik menarik kader, itu sudah pasti terjadi. Mempengaruhi dalam arti banyak hal yg sebelumnya tidak pernah di dapat dalam menggali potensi dan talenta pribadi. K’lo HMI sendiri pada dasarnya tidak memabatasi dirinya sendiri untuk orang lain dan tidak membatasi orang lain untuk HMI. Pasti mempengaruhi. Karena faktor lingkungan yang bisa mengubah semuanya di dalam diri kita. Yang jelas, k’lo memahami organisasi pasti memiliki kultur yang berbeda. Bagaimana tindakan kami berkepala dengan mengikuti aturan di organisasi. Saya akui tingkat sosial saya sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Rata-rata itu mempengaruhi semester bawah. Secara ideologi HMI membatasi, tetapi nilai-nilai yang terkandung tidak membatasi.

Keterangan

Mempengaruhi

Tidak mempengaruhi asalkan memiliki komitmen di dalam organisasi Mempengaruhi Tergantung individu Mempengaruhi Mempengaruhi karena faktor lingkungan Mempengaruhi Tergantung individu

3. Bagaimana komunikasi yang dibangun organisasi anda dengan organisasi lain? Informan ke 1 2 3 4

5 6 7

Pernyataan Terlebih dahulu, kami membangun dengan perindividu-individu setiap ada kegiatan seminar Bem-J atau Bem-F. Sesudah itu, kami saling mengenal dengan orang itu dan organisasinya. Dan setelah itu kami pertukar pikiran dengannya (bergaul). Kami membangun komunikasi dengan organisasi lain satu arah. Dalam artian statemen yang bisa memberikan konstribusi baik didalam organisasi kami dan begitupun organisasi lain. Baik, hanya sebatas menyapa asalkan bermanfaat. K’lo difakultas saya, kami jarang mengobrol antara PMII dan HMI. Bahkan setingkat cabang pun, PMII dan HMI jarang berkomunikasi. Walaupun ada sebagian individu antara kedua organisasi ini berkomnuikasi baik, akan tetapi tidak membahas organisasi melainkan membahas permasalahan perkuliahan. Dan juga harus menjalani normanorma yang baik. Patut diakui bahwa komunikasi yang biasa di bangun lebih cenderung ke aspek kepentingan politis yang terkadang menonjolkan eksistensi masing-masing organisasi. Komunikasi biasanya melalui dialog untuk kepentingan politik. Ataupun sekedar ngobrol biasa. Kami berkomunikasi secara terbuka, menerima permintaan dari organisasi lain untuk mengirimkan delegasi dan tentunya kita bekerjasama.

Keterangan Tingkat emosional persent Statemen yang memberikan kontribusi Asalkan bermanfaat Mengobrol biasa Komunikasi hanya untuk kepentingan politis Berdialog untuk kepentingan politik Komunikasi secara terbuka untuk bekerjasama

8 9 10

Komunikasi dialogis. Selalu mengadakan dialog dan Tidak jarang kita mengadakan dialog dengan organisasi lain terkait fenomena-fenomena yang ada, kita selalu brdialog dan mencari jalan keluar. Dalam ranah yang lain, dalam praktek atau kegiatan kami belum temukan itu. Kami lebih konsen ke ranah dialog. Dan kami menghargai undangan2 dari organisasi lain. Yang lebih sering itu kami melakukan diskusi. Kami sering melakukan dialog bersama dengan oranisasi lain, tetapi secara politik HMI dengan organisasi lain jarang melakukan komunikasi. Khususnya di UIN HMI merupakan musuh bersama organ-organ yang lain.

Berdialog terkait fenomenafenomena terkini dan mencari jalan keluar Berdiskusi Berdialog secara politik



Pertanyaan mengenai Kerjasama :  Tolong Menolong 4. Dalam hal apa, yang memungkinkan organisasi anda bersatu dengan organisasi lain? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan Walaupun kita sering berkejolak dengan organisasi HMI dan organisasi lain, akan tetapi kita tidak selamanya bermusuhan. Tergantung moment dan situasi, dan apabila kami bersatu dengan organsiasi lain karena kepentingan yang sama, yaitu membela hak-hak masyarakat. Dalam kepentingan pribadi (organisasi) dan kepentingan negara kita bisa bersatu dengan organisasi lain. Moment yang menyatukan kita, seperti bencana alam dan kepentingan bersama. Menurut saya, kepentingan bersama. Seperti tahun 98, itupun mempunyai satu kepentingan semua organisasi Ketika kami mempunyai visi yang sama dalam memperjuangkan masalah kebangsaan. Selama memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, kami bisa bergabung bersama-sama dengan organisasi lain selama itu baik. Diskusi, seminar. Tentunya memiliki kepentingan bersama-sama. Tentunya ada moment-moment untuk bersatu kita akan bersatu dengan organisasi-organisasi lain. Kaya penolakan Boediono datang kemari dan saat terjadinya bencana alam di Situ Gintung. Lebih banyak respon terhadap isue-isue kebangsaan dan masyarakat, serta bencana alam. Kepentingan mahasiswa dan rakyat Indonesia

Keterangan Untuk kepentingan bersama Kepentingan bersama Kepentingan bersama Mempunyai visi yang sama Memiliki tujuan dan kepentingan bersama Diskusi dan seminar Kepentingan bersama

 Bargaining (perjanjian) 5. Pada saat apa terjadinya suatu bargaining antara organisasi anda dengan organisasi lain? Informan ke 1 2 3 4 5

Pernyataan Pada saat ketentuan yang memungkinkan kami bersatu dengan organisasi yang lain, yaitu mengadakan suatu kegiatan yang bersifat umum. Dan biasanya kita mengadakan kesepakatan terhadap setiap-setiap organisasi. Pada saat melakukan suatu bentuk kepanitiaan propesa atau hal-hal yang memiliki keberadaan setiap organisasiorganisasi. Aksi dan diskusi terkait dengan kontemporer. Dalam pembentukan kepanitiaan, itupun harus ada kesepakatan untuk kepentingan bersama dan membuat MOU secara bersama-sama pula. Tidak selamanya kami bermusuhan dengan HMI atau organisasi lain. Ketika kami punya visi dan tujuan yang sama donk.

Keterangan Kegiatan yang melibatkan semua organisasi Aksi dan diskusi terkini Pembentukan kepanitiaan Visi dan tujuan yang sama

6 7 8 9 10

Saat pemilu raya kampus dan saat suatu acara yang melibatkan organisasi-organisasi lain untuk bergabung. Disitu pasti ada perjanjian. Kemaslahatan bersama terjadinya perjanjian. Ada komitmen yang dibangun. Di ranah politik pun kami mengadakan bukan istilahnya dengan perjanjian tapi istilahnya kesepakatan yang dibangun bersama-sama. Aksi bersama dan membentuk kepanitiaan secara bersama-sama. Saat pemilu raya kampus

Pemira Kemaslahatan umat Kesepakatan dibangun bersama-sama Kepanitiaan Pemira

6. Manfaat apa yang didapati apabila ada bargaining (perjanjian) tersebut? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan

Keterangan

Manfaat yang di dapati ialah bersikap adil dan tidak mementingkan kelompoknya sendiri untuk kepentingan bersama. Manfaat yang kami inginkan dalam perjanjian tersebut ialah jujur dan berkomitmen dengan isi perjanjian itu. Bisa saling mengenal satu sama lain. Manfaatnya mendapatkan apa yang diingini oleh organisasi kami. Sebelumnya membuat kesepakatan diawal yang diingini organisasi-organisasi lain dan harus sesuai dengan prosedur yang ditulis bersama di atas materai. Hubungan mitra yang baik dalam melakukan solusi bersama terkait itu dengan persoalan yang dihadapi. Manfaatnya mendapatkan tempat yang jelas dan memiliki komitmen yang tinggi dalam perjanjian itu. Manfaat yang dapat ialah bersifat materi dan non material serta kaderisasi tentunya. Dengan adanya perjanjian kita tidak bisa mengalihkan ke konflik karna ada batasan-batasannya. Manfaatnya tidak terjadi yang tidak diingin-kan oleh kami dan organisasi2 lain yaitu konflik. Manfaatnya didalam HMI ialah menyatu dengan umat dan menyatu dengan bangsa. Manfaatnya bisa mengurai komflik

Bersikap adil Jujur dan berkomitmen Saling mengenal Sesuai prosedur yang dibuat bersama-sama Hubungan yang baik Berkomitmen Bersifat materi Sesuai prosedur Kemaslahatan umat Tidak terjadi yang diinginkan

 Koalisi 7. Menurut anda, pada saat seperti apa koalisi itu terjadi di organisasi anda? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan

Keterangan

Pada saat suatu kelompok mengalami kesulitan untuk menang atau berkuasa di dalam kampus. Pada saat kepentingan atau moment yang kita ingini supaya menang dan mengajar yang lebih kuat. Pemilu kampus dan aksi kebijakan pemerintah. Pada saat pemira dan aksi kepentingan bersama mengenai pemerintah. Pada saat pemilu kampus. Salah satu dari organisasi besar seperti HMI atau PMII yang memungkin mendekati pemira, salah satunya diperkirakan kalah maka dia berkoalisi dengan organisasi lain. Kepentingan bersama dan moment untuk menang. Koalisi tidak bisa dipastikan. Menurut saya, HMI tidak pernah berkoalisi. Komitmen bersama untuk mengawal sistem pemira yang tidak melakukan kecurangan-kecurangan. Saat pemira, kesepakatan atau gagasan bersama dan menyatu dengan anggota kami. Ketika adanya cita-cita politik

Mengalami kesulitan Kepentingan atau moment tertentu Kepentingan

Kepentingan kelompok



Pertanyaan mengenai Akomodasi :  Kompromi atau mencari solusi (compromise) 8. Bagaimana menurut anda kompromi yang sehat di dalam organisasi? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan Mengadakan musyawarah yang terkait dengan permasalahan yang ada. Kompromi yang sehat ialah apabila terjadi sebuah permasalahan harus dirapatkan dan bermusyawarah, agar menghasilkan solusi yang baik dan secara diplomasi (kemampuan menyampaikan argumen secara politis dan bijaksana). Bersifat terbuka dan mengeluarkan permasalahan yang ada serta mencari solusi bersama-sama. Bermusyawarah. Itupun k’lo kasusnya besar dan berkepanjangan. Transparansi itulah yang harus diterapkan Kompromi yang sehat ialah mengakomodir tiap-tiap aspirasi dan tidak ada pemaksaan untuk mengedepankan tujuan pribadi daripada kesepakatan bersama. Mengadakan musyawarah dengan anggota (teman-teman). Kita mengadakan musyawarah. Kita menyelesaikan masalah dengan hati dan kepala yang dingin. Segala perbedaan pasti ada sisi yang bisa mempertemukan itu yaitu dengan bermusyawarah. Ketika kita sudah mengedepankan kepentingan bersama. Musyawarah dan kepentingan bersama

Keterangan

Bermusyawarah Terbuka dan bermusyawarah Bermusyawarah Transparansi

Bermusyawarah

Bermusyawarah

 Mediasi atau pihak ketiga apabila terjadi konflik (mediation) 9. Siapakah yang berhak menjadi mediator dan kapan mediasi dilakukan? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8

9 10

Pernyataan

Keterangan

Para senior organisasi masing-masing dan seseorang yang memiliki sosial yang tinggi sehingga permasalahan bisa terselesaikan. Sebelumnya kami melihat dahulu permasalahan yang ada, apabila masalah itu berkelanjutan maka yang perlu menjadi mediasi adalah pengurus cabang dan dari senior masing-masing organisasinya. Orang yang dianggap netral dan tidak memihak. Dan paling banter senior. Jelas, ketua cabang yang bersangkutan apabila ada masalah yang berkepanjangan. Ketua cabang donk,dia kan yang mampu betul mengetahui organisasinya. Yang berhak di masing-masing organisasinya dan orang-orang yang terlibat dengan permasalahan yang dihadapi. Yang berhak menjadi mediator ialah dari senior masing-masing organisasinya. Tidak ada dari organisasi manapun yang berhak menjadi Mediasi. KMPI yang berhak menjadi mediasi di organisasi ekstra. Sampai saat ini belum ada yang sampai di mediasi, mungkin kita sama-sama dewasa untuk sebuah permasalahan. Dan senior lebih berpengalaman. Saya kira, senior setiap masing-masing organisasi dan unsur atau moment yang menyatukan. Senior yang lebih dewasa menyikapi permasalahan

Senior dari masing-masing organ Senior dari masing-masing organ Netral dan senior Ketua cabang Ketua cabang Senior dari masing-masing organ Senior dari masing-masing organ KMPI yang mengayomi organisasi ekstra Senior dari masing-masing organ Senior dari masing-masing organ

10. kenapa setiap permasalahan antar organisasi harus diselesaikan melalui mediasi? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan Karena permaslahan tidak bisa menemui titik temu yang secara konkrit tidak bisa diterima dari kalangan tertentu. Yang pertama yaitu karna kultur dan yang kedua karna budaya di dalam organisasi itu sendiri. Tidak harus mediasi, asalkan sharing bareng terhadap permasalahan yang ada. Mediasi itu merupakan kontrak perjanijian, k’lo ada permasalahan maka kami melihat kontrak tersebut. Kalau gak ada mediasi yang konflik dunk, makanya Komunikatif itu penting. Memang itu sudah menjadi hal yang wajar dan sakral. K’lo tdak ada mediasi maka permasalahan itu berbuntut panjang. K’lo kepentingan belum bisa bertemu maka perlu mediasi Karena mediasi itu bersifat netral. Dan KMPI itu yang mengayomi organisasi ekstra tersebut. Karena mediasi itu untuk mencari titik temu yang bisa diterima antara dua organisasi yang berkonflik itu. Jika tidak melalui mediasi di hawatirkan terjadinya adu otot

Keterangan Tidak menemui titik temu Karna kultur dan adat organ Sharing bareng Tidak menemui titik temu Harus komunikatif Tidak menemui titik temu Tidak menemui titik temu Tidak menemui titik temu Tidak menemui titik temu Tidak menemui titik temu



Pertanyaan mengenai Persaingan :  Kedudukan dan peran 11. Bagaimana menurut anda mengenai adanya persaingan dalam mendapatkan kedudukan? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8

9 10

Pernyataan K’lo menurut saya, itu bisa terjadi karena suatu organisasi ingin diakui di dalam kelompoknya dan di dalam kampus. Eksistensi dan gengsi organisasi. Serta kita mementingkan kuantitas bukan kualitas dalam organisasi. Jelas ada, karena merupakan garis pengkaderan K’lo untuk mendapatkan kedudukan, pasti menunjukkan eksistensi. Persaingan dalam arti sehat ya gak ada masalah, makanya disini dutuntut lebih peka sadar poltik dan mengerti demokrasi. Persaingan itu penting. Karena dengan adanya persaingan maka akan meningkatkan kemampuan daripada anggota organisasi tersebut. selama persaingan itu sehat, tentunya. K’lo menurut saya syah-syah saja, karena semua orang punya hak untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Manusia pada dasarnya pasti mempunyai keinginan untuk pengakuan di lingkungannya. Persaingan-persaingan ini harus jurdil, bagaimana persaingan ini membangun komitmen untuk mewujudkan organisasi yang lebih maju, dan itu syah-syah saja. Yang terpenting ialah bagaimana kita menjaga etos persaingan itu sendiri. Yang paling penting itu gagasan yang merebutkan. Di dalam organisasi banyak high politis. Persaingan itu selalu ada tetapi yang terpenting kita mengedepankan etika persaingan yang baik dan fair

Keterangan Eksistensi Eksistensi dan gengsi Eksistensi Eksistensi Harus demokrasi Eksistensi anggota dan kelompok Eksistensi Eksistensi

Eksistensi Eksistensi



Pertanyaan mengenai Kontravensi :  Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain 12. Pada saat kapan penolakan atau perlawanan itu terjadi di dalam organisasi? Informan ke 1 2

Pernyataan Pada saat hal-hal yang bersifat mencela seseorang dan tidak memiliki kode etik secara umum. Kami melihat konteksnya dahulu, menyinggung dengan organisasi lain atau tidak. Dan apabila organisasi kami di injakinjak oleh organisasi lain, maka kami akan melawan demi membela dan mempertahankan organisasi kami. Dan organisasi

Keterangan Mencela Menyinggung

3 4 5 6 7 8 9 10

 13.

lain juga seperti itu halnya. Saat di zholimi kebijakkan kelompok dan rakyat Saat perbedaan pendapat, ketika salah satu dari organisasi tidak memiliki etika dan salah satunya ada yang dirugikan. Lihat konteksnya dulu donk, jika itu merugikan buat organisasi dan tertutupnya hak sosial maka kita melakukan perlawanan tersebut. Ketika organisasi lain tidak menghormati komitmen yang sudah dibuat dan merendahkan organisasi lain. Ketika lagi-lagi kepentingan tidak bisa bertemu. K’lo keluar dari konstitusional pasti ada perlawanan. Selama berada di garis konstitusional maka akan berjalan sesuai dengan harapan bersama-sama. Ketika menyerang organisasi. Ketika kepentingan tidak sesuai dengan harapan

Di zholimi Tidak memiliki etika Merugikan Merendahkan Kepentingan Keluar dari konstitusional Menyerang Kepentingn tidak sesuai dengan harapan

Menyangkal pertanyaan orang lain dimuka umum Bagaimana menurut anda tentang kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum? Informan ke 1 2

3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan

Keterangan

Hal itu cukup wajar y. Karena setiap orang memiliki hak yang sama dan apabila orang itu berpendapat maka kita harus memahaminya, asalkan memiliki pendapat yang benar. Menurut saya negara ini demokrasi, siapa saja berhak mengemukakan pendapat. Ada efek baiknya, melatih mental kader dan mengajak orang untuk berfikir permasalahan yang ada. Dan efek buruknya, berburuk sangka seakan-akan ini permainan politik. Tidak apa-apa, asalkan pendapatnya bagus dan rasional. Di PMII sendiri, tidak membatasi ruang gerak teman-teman di dalam organisasi. Asalkan harus mengetahui etika yang baik. Selama itu relevan dan tak ada unsur pengabaian etika sosial, ya enjoy-enjoy aja. Menurut saya, syah-syah saja selama mengikuti aturan main (sistem yang telah di buat bersama-sama). Syah-syah saja asalkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kita punya hak, orang lain juga punya hak. Maka kita memakai aturan main yang berlaku di muka umum, asalkan jangan mengganggu pernyataan orang selagi itu baik. Tetap dengan etika yang baik. Itu demokrasi yang terpenting ketika mengeluarkan pendapat jangan kebablasan dan perlu memperhatikan etika dan norma yang lain.

Siapa saja berhak Siapa saja berhak

Siapa saja berhak Etika yang baik Relevan Mengikuti aturan main Norma yang berlaku Siapa saja berhak Etika yang baik Etika yang baik

14. Bagaimana organisasi anda bersikap, jika terjadi perbedaan pendapat antar anggota organisasi lain? Informan ke 1 2 3 4

Pernyataan

Keterangan

Saya terima, asalkan tadi yang saya bilang. Memiliki etika yang benar dan berpendapat yang benar pula, maka kita bisa terima. Menurut saya, itu hal yang wajar. Yang pasti, masing-masing mempunyai kepentingan. Menerima, namanya juga demokrasi. Menurut saya, menenangkan dahulu teman-teman organisasi kami dan memberikan motivasi atau arahan untuk melawan.

Etika yang benar Kepentingan Demokrasi Memberikan motivasi

5

Hal yg tebiasa menurut saya dalam organisasi, selama masih menjunjung aturan yg berlaku.

6

Kami kembali melihat dengan aturan main yang berlaku. K’lo menurut kami benar akan kami pertahankan dan k’lo kami salah maka kami terima dengan kesalahan kami. Adapun sama-sama egois, kami akan melakukan footing. Memperjuangkan apabila pendapat kita benar dan mengalah apabila pendapat kita salah. Tetap saja melakukan dialog. Seharusnya mahasiswa menyikapi permasalahan dengan baik dan bijak, jangan memakai ego untuk kelompoknya sendiri atau dirinya sendiri. Identifikasi permasalahan gagasan dan permasyalahatan bersama. Mempertahan kepentinngan organisasi melalui dialog selesaikan masalah secara dewasa

7 8 9 10

Menjunjung aturan yang berlaku Aturan main yang berlaku Kepentingan Bersikap baik dan bijak Kepentingan Kepentingan

 Melakukan Penghasutan (Provokasi) 15. Apakah anggota organisasi anda pernah melakukan provokasi kepada organisasi lain?. K’lo ada, pada saat apa organisasi anda melakukan provokasi itu?. Jelaskan! Informan ke 1 2 3 4 5 6

7 8

9 10

Pernyataan

Keterangan

Menurut saya, pasti ada y. Apalagi menjelang pemira, karena setiap organisasi besar memiliki gengsi yang cukup tinggi. Sehingga hal tersebut bisa memungkinkan terjadi. Sepengetahuan saya, PMII tidak pernah. Justru salah satu dari kami pernah terkena provokasi dari organisasi lain melalui sms. pada saat pemilu kampus. Organisasi manapun pasti melakukan penghasutan terhadap teman-teman yang netral. Pernah. Sebelum kami memenangkan Bem-F. Provokasinya lewat sms sebelum pemira ke teman-teman fakultas saya dan itu fakta. Karena duit propesa dipakai dengan tidak wajar oleh anak-anak HMI, sewaktu Bem-F dipegang sama anak HMI. Tidak dibenarkan melakukan provokasi di tubuh organisasi kami dan orgnisasi lain. Saya menyatakan tidak pernah. Karena selama ini selalu berbicara fakta yang ada, dan tidak dibenarkan di organisasi kami menjelekkan organisasi lain. K’lo misalkan ada, itu oknum yang tidak bertanggung jawab dan mungkin mengatas-namakan gengsi. Secara ADART kami tidak membenarkan anggota kami melakukan hal seperti itu. Dan tidak diajarkan provokasi itu. K’lo untuk mengarah kekonflik, kami tidak pernah. Dan k’lo moment pemira bukan provokasi tapi agitasi propaganda dilakukan sebagai upaya pengedewasaan politik, ada serangan-serangan tapi harus ada data-data yang valid sehingga orang lain bisa menerima. Saya pikir setiap organisasi melakukan itu semua. Tidak pernah. Karena itu sebuah dinamika perpolitikkan. Tidak pernah. Tapi kami sering di provokasi oleh organ lain.

Pasti ada Tidak pernah Pasti melakukan Pernah Tidak dibenarkan Tidak pernah

Tidak diajarkan Tidak pernah

Tidak pernah Tidak pernah



Pertanyaan mengenai Pertentangan atau konflik :  Politik 16. Bagaimana solusi yang baik untuk sebuah permasalahan yang ada di dalam konflik politik? Informan ke 1 2

Pernyataan Solusi yang baik ialah seseorang atau organisasi memiliki suatu kepahaman untuk kepentingan bersama-sama, tidak untuk kepentingannya sendiri. Melalui mediasi itu

Keterangan Pemahaman untuk kepentingan bersama Mediasi

3 4 5 6 7 8 9 10

Berdialog terbuka terhadap permasalahan yang ada. Yaitu lewat mediasi. Karena adanya mediasi bisa memberikan solusi yang baik dan meredakan permasalahan yang ada. Lewat konsensus yang telah tersepakati donk. Lewat mediasi dan melihat aturan-aturan yang berlaku atau undang-undang yang berlaku. Harus dipertemukan pimpinan kedua belah pihak dan kepentingan orang lain lebih diunggulkan. Saya lebih mementingkan musyawarahnya. Perbaiki sistem, tidak mementingkan kelompoknya dan harus rasional menyikapi permasalahan. Musyawarah mufakat itu yang terpenting

Berdialog terbuka Mediasi Konsensus Mediasi dan aturan-aturan yang ada Dipertemukan Musyawarah Perbaiki sistem Musyawarah

17. Apakah pada saat pemira kampus, organisasi anda selalu berkonflik dengan organisasi lain?. Biasanya dengan siapa organisasi anda berkonflik? Informan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pernyataan Kami biasanya terjadi konflik saat pemira dan paling sering kita berkonflik dengan HMI (Parma). Parma/HMI yang paling sering, bukan di Pemira saja dan pada moment yang penting saja. Organisasi sama-sama besar dan mencari eksistensi. Iya, biasanya dengan HMI. Kami sering berkonflik dengan HMI saat pemira Ya pernah dengan HMI, namanya juga politik, bumbu komflik itu biasa ada. Yang peling sering PMII dan LDK saat pemillu raya kampus. PMII (PPM), Bunga dan progresif. PMII, sentimen organisasi PMII (PPM) PMII (PPM)

Keterangan HMI (Parma) HMI (Parma) HMI (Parma) HMI (Parma) HMI (Parma) PMII (PPM) PMII (PPM) PMII (PPM) PMII (PPM) PMII (PPM)

LAMPIRAN KE II FOTO-FOTO

Sekretariat HMI Cabang Ciputat

Sekretariat PMII Cabang Ciputat

Gedung Pertemuan HMI Cabang Ciputat

Asrama Putri HMI Cabang Ciputat

Asrama Putri dan Gedung Pertemuan PMII Cabang Ciputat

Para perwakilan organisasi atau partai mengadakan perjanjian untuk PEMIRA

Kampanye partai PPM (Organisasi PMII) dalam Pemilihan Umum

Kampanye partai PARMA (Organisasi HMI) dalam Pemilihan Umum

Berbagai hiasan dekoratif selama kampanye berlangsung

Bilik suara PEMIRA UIN

Proses perhitungan suara

Kerusuhan antarpendukung partai

Bentrok antarmassa

Salah satu kader partai meluapkan amarahnya