ISOLASI JAMUR DARI BUAH TANAMAN KELAPA SAWIT

Download Pada umumnya serangan penyakit pada buah kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang tanaman berumur 3-9 tahun karena pada umur ...

1 downloads 616 Views 397KB Size
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 81-88

Isolasi Jamur Dari Buah Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Yang Terinfeksi Di Perkebunan Kelapa SawitKubu Raya Uvisha Sukma Kalpajar1, SitiKhotimah1,Rizalinda1 Program StudiBiologi, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. HadariNawawi, Pontianak Email korespondensi: [email protected]

1

Abstract The difficulties in oil palm cultivation are mostly caused by several symptoms of disease, such as the fruit that is infected with fungi. Fungi generally infect the oil palm trees aged 3-9 years. This research aimed to isolate and identify the fungi from the infected fruit of oil palm at the oil palm plantation of PT. Agroasia Palmdale Kubu Raya. The research was carried out from March to June 2015 at the Laboratory of Microbiology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences of Tanjungpura University Pontianak. This research used a direct planting method on the PDA and CYA media. The data obtained will be visually and descriptively displayed. The research findings indicated that there were 4 fungal isolates of the species members of Aspergillus sp.U1, Curvularia sp.U2, Penicillium sp.U3, dan Fusarium sp.U4 that infected the oil palm fruit under the environmental factors namely the temperature of 29-300C, humidity of 80- 85% and pH of 6.2 to 6.4. Keywords:fungi, oil palm, fungal deseases, Elaeis guineensis PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas tanaman yang sedang dikembangkan di Kalimantan Barat. Salah satunya terdapat di Kabupaten Kubu Raya dengan luas area tanam 46.646 Ha. Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki potensi dalam pengembangan kelapa sawit yaitu Kecamatan Ambawang. Pada tahun 2013 luas area kebun kelapa sawit mencapai 32.041 Ha yang meliputi perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta (Direktorat Perkembangan Potensi Daerah, 2014). Budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di alam mengalami berbagai kendala. Salah satunya ialah serangan penyakit pada buah kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur yang dapat mengakibatkan penurunan produksi buah sawit. Pada umumnya serangan penyakit pada buah kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang tanaman berumur 3-9 tahun karena pada umur tersebut tanaman kelapa sawit sudah siap untuk diproduksi (Fenty, 2012). Beberapa jenis jamur yang menyerang tanaman sawit salah satunya, penyakit busuk tandan yang disebabkan oleh jamur Marasmius palmivorus yang menyerang bagian buah yang telah siap diproduksi (Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010). Selain penyakit yang disebabkan jamur makroskopis, juga terdapat beberapa jenis jamur mikroskopis yang dapat menyerang buah tanaman

kelapa sawit antara lain penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytoptora palmivora yang menyerang buah kelapa sawit siap produksi. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum yang menyerang pada bagian daun muda dan dewasa tanaman kelapa sawit (Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010). Menurut hasil penelitian Domingues et al., (2012), penyakit antraknosa pada perkebunan kelapa sawit di selatan Danau Maracaibo, Venezuela disebabkan oleh jamur Colleotrichum yang menyerang tanaman kelapa sawit dewasa. Jamur ini menyebabkan buah menjadi busuk dan gugur. Melihat pentingnya komoditas buah kelapa sawit di masa yang akan datang, khususnya Kabupaten Kubu Raya sebagai daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jamur yang dapat diisolasi dari buah yang terinfeksi jamur pada tanaman kelapa sawit. BAHAN DAN METODE Waktu dan TempatPenelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga Juni 2015. Pengambilan sampel dari buah yang terinfeksi jamur pada tanaman kelapa sawit dilakukan di kebun kelapa sawit PT. Agroasia Palmdale, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Isolasi dan identifikasi jamur dilaksanakan di 81

Protobiont2015Vol. (-) : -

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak.

dimasukkan ke dalam plastik transparan, dan diberi label keterangan umur tanaman dan gejala infeksi jamur (Shivas & Beasley, 2005).

Bahan Buah tanaman kelapa sawit yang terinfeksi jamur, media Potato Dextrose Agar (PDA), media Czapek’s Yeast Agar (CYA), akuades steril, alkohol 70%, asam laktat, kloramfenikol dan spritus.

Pengukuran Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang diamati ketika pengambilan sampel di lokasi penelitian meliputi kelembaban, suhu udara, dan pH tanah.

Cara Kerja Sterilisasi alat Alat-alat yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi jamur terutama peralatan kaca yang tahan terhadap panas disterilisasi terlebih dahulu dengan autoklaf bertekanan 2 atm dan suhu 121°C selama 15 menit (Gunawan et al., 2004). Pembuatan media PDA dan CYA Pembuatan media PDA yaitu 200 gr kentang yang sudah dikupas dan dipotong-potong menyerupai dadu dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian direbus dalam 500 ml air di atas hotplate hingga menjadi lunak. Air rebusan kentang tadi disaring dan dimasukkan ke dalam gelas beaker baru dan ditambahkan agar-agar 20 gr, gula 20 gr dan kloramfenikol 0,01 gr sambil dipanaskan diatas hotplate dan diaduk menggunakan magnetik stirer.Akuades ditepatkan hingga volume mencapai 1000 ml dan dibiarkan hingga mendidih. Media PDA lalu dipindahkan kedalam erlenmeyer dan ditutup dengan kapas (Gunawan et al., 2004). Pembuatan media CYA dengan cara menimbang sukrosa 30 gr, yeast extract 5 gr, agar 20 gr, ZnSO4.7H2O 0,01 gr, CuSO4.5H2O 0,005 gr, K2HPO4 1 gr, NaNO3 3 gr, KCl 0,5 gr, MgSO4.7H2O 0,5 gr, dan FeSO4.7H2O 0,01 gr, kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker dan ditepatkan dengan akuades sampai 1000 ml. Media dipanaskan di atas hotplate hingga mendidih, selanjutnya media ditambahkan kloramfenikol 0,02 g.Media CYA dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan kapas (Gunawan et al., 2004).Media PDA dan CYAdalam erlenmeyer disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121°C, pada tekanan 2 atm selama 15 menit. Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan cara menyusuri perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di PT. Agroasia Palmdale dengan luas lokasi pengambilan sampel ± 1 Ha. Pengambilan sampel dilakukan di jalur tanaman kelapa sawit yang produktif.Buah kelapa sawit yang terinfeksi jamur diambil dengan cara dipotong menggunakan gunting atau pisau steril. Bahan tersebut

Isolasi Jamur Isolasi jamur dari jaringan tanaman sakit dilakukan dengan metode tanam langsung. Bagian buah yang terinfeksi dipotong 1x1 cm kemudian dicelupkan dalam alkohol 70% selama 5 menit. Kemudian potongan buah dicelupkan di akuades sebanyak tiga kali, kemudian dikeringkan dengan kertas hisap steril dalam cawan petri. Potongan tersebut diletakkan di atas gelas objek atau penyangga lainnya untuk menghindari kontak langsung dengan kertas hisap basah. Kemudian potongan buah diisolasi kedalam petri yang telah berisi media tanam PDA dan CYA, tiap petri diletakan 3 buah potongan buah yang terinfeksi. Buah yang telah diisolasi selanjutnya diinkubasi selama 3-5 hari dalam inkubator suhu 28oC (Agrios, 1999). Pemurnian Biakan Jamur Pemurnian biakan jamur dilakukan dengan cara mengambil biakan secara aseptis menggunakan jarum ose ke dalam media CYA (Czapek’s Yeast Agar) dan PDA (Potato Dextrose Agar) yang baru (Alexopoulos et al., 1996). Pemeliharaan biakan murni dilakukan dengan cara diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 28°C selama 7 hari. Biakan jamur yang telah murni kemudian diamati secara makroskopis dan mikroskopis untuk proses identifikasi (Nakagiri, 2005). Identifikasi Kegiatan identifikasi jamur berdasarkan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis meliputi karakteristik morfologi suatu koloni jamur yaitu warna permukaan koloni, diameter koloni, bentuk tepi koloni, tekstur permukaan koloni, dan bentuk koloni (Saidin, 2008). Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat. Identifikasi jamur hasil isolasi mengacu pada buku identifikasi jamur Food and Indoor Fungi (Samson et al., 2010), Introductory Mycology (Alexopoulos et al., 1996) dan Pengenalan Kapang Tropik Umum (Gandjar et al., 1999). Analisis Data Data dianalisis secara memperhatikan karakter mikroskopis dari jamur

deskriptif dengan makroskopis dan tersebut. Karakter 82

Protobiont2015Vol. (-) : -

makroskopis meliputi warna permukaan koloni, diameter koloni, bentuk tepi koloni, tekstur permukaan koloni, dan bentuk kolonisedangkan karakter mikroskopis meliputi struktur hifa dan

organ reproduksi. Data disajikan dalam bentuk foto/gambar dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil dari isolasi dan identifikasi jamur pada sampel buah kelapa sawit yang terinfeksi jamur di perkebunan kelapa sawit Kubu Raya di temukan 4 isolat jamur dari anggota spesies Curvularia sp.U1,

Penicillium sp.U2, Fusarium Aspergillus sp.U4 (Tabel 1)

sp.U3,

dan

Tabel 1. Isolasi Jamur dari Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang Terinfeksi di perkebunan kelapa sawit Kubu Raya Media Isolasi Jamur No

Jenis Jamur

Gejala Penyakit Terdapat bercak-bercak coklat pada buah

PDA

CYA

+

+

1

Curvularia sp.U1

2

Pennicillium sp.U2

Terdapat miselium putih pada buah yang bergejala sakit

-

+

3

Fusarium sp.U3

Buah berubah warna menjadi kecoklatan, dan kering.

+

+

4

Aspergillus sp.U4

Buah mengering berubah menjadi hitam, dan terdapat miselium putih.

+

+

Keterangan : (+) Tumbuh

(-) Tidak Tumbuh

Tabel 1 menunjukan dari hasil isolasi yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bahwa terdapat 4 isolat jamur yang berhasil diisolasi dari sampel buah kelapa sawit yang terinfeksi antara lain dari anggota spesies Curvularia sp.U1, Fusarium sp.U3, Aspergillus sp.U4, dan Penicillium sp.U2. Beberapa gejala penyakit yang ditemukan pada buah kelapa sawit yakni terdapat bercak-bercak coklat pada badan buah kelapa sawit (Gambar1A), kemudian adanya miselium putih pada buah kelapa sawit yang terinfeksi (Gambar1B), ditemukan buah kelapa sawit yang berubah warna menjadi kecoklatan dengan tekstur buah yang kering (Gambar1C), serta terdapat buah yang mengering berubah menjadi hitam dan terdapat miselium putih pada badan buah nya (Gambar1D).

Berdasarkan pengamatan makroskopis Isolat Curvularia sp.U1 yang berhasil diisolasi memiliki karakteristik koloni bulat (round) berwarna abuabu kehijauan dengan tepi koloni yang meruncing, dan tekstur koloni seperti kapas. Isolat Penicillium sp.U2 secara makroskopis memiliki bentuk koloni tak beraturan berwarna hijau dengan tepi berwarna putih, memiliki tekstur yang padat dan seperti kapas dengan tepi meruncing. Bagian bawah koloni terdapat garis yang tidak beraturan dan bagian bawah koloni berwarna putih. Isolat jamur Fusarium sp.U3secara makroskopis memiliki karakter koloni berbentuk seperti kapas dengan bagian tengahnya menggunung berwarna kuning dengan tepi rata berwarna putih, dan bagian bawah koloni berwarna kuning kecoklatan. Isolat Aspergillus sp.U4,yang berhasil diisolasi memiliki karakteristik secara makroskopis koloni yang bulat berwarna kekuningan dengan tepi koloni meruncing dan tekstur koloni seperti kapas.

83

Protobiont2015Vol. (-) : -

Gambar 1 : Gejala Infeksi Jamur Pada Buah Kelapa Sawit Tabel 2. Karakter dari Isolasi Jamur dari Buah Kelapa Sawit yang Terinfeksi di Perkebunan Kelapa Sawit Kubu Raya pada Media CYA No 1.

Koloni Makroskopis Jamur Curvularia sp. U1

Mikroskopis Jamur

Keterangan a. Mikrokonidia berbentuk bulat dan bersepta b. Makrokonidia berbentuk lonjong dengan septa 2-3 c. Hifa bersekat dengan vesikel bercabang dan membengkok d. Konidiofor berwarna coklat dan tampak lurus atau bercabang.

a Tampak Atas

c d

b

Tampak bawah 2.

Fusarium sp. U2

d

a Tampak Atas

e b

a. Makrokonidia berbentuk sabit dengan 3-4 septa b. Mikrokonidia beebentuk ovoid c. Mikrokonidia berbentuk pyriform d. Konidiofor berbentuk silindris dan bersekat e. Sel kaki

c Tampak bawah

84

Protobiont2015Vol. (-) : No 3.

Koloni Makroskopis Jamur Pennicilium sp. U3

Mikroskopis Jamur

Keterangan

a. Fialid berbentuk botol b. Metula berbentuk silindris c. Konidiofor bercabang d. Konidia berbentuk bulat dan berwarna hialin

a

b Tampak Atas

d c

Tampak bawah 4.

Aspergillus sp. U4

b

Tampak Atas

a. Konidia bulat b. Konidiofor berwarna hialin c. Vesikula berbentuk bulat d. Fialid menempel pada vesikula

c d

a

Tampak bawah

Tabel 3. Faktor Lingkungan Area Pengambilan Sampel Jamur pada Buah Kelapa Sawit yang Terinfeksi di Perkebunan Kelapa Sawit PT. AGROASIA PALMDALE Kubu Raya Faktor Lingkungan Lokasi Pengambilan Sampel

PT. Agroasia Palmdale di Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Suhu Udara (0C)

Kelembaban (%)

pH Tanah

Kondisi disekitar Kebun Terdapat sedikit serasah dan banyak gulma disekitar kebun. Juga terdapat aliran air disekitar kebun

29-30 0C

80-85 %

Hasil pengukuran faktor lingkungan di lokasi pengambilan sampel yang dapat dilihat pada tabel 4.3 menunjukan bahwa suhu di lokasi pengambilan sampel relatif rendah dengan kelembaban udara

6,2-6,4

80-85 %, hal ini mendukung terjadinya pertumbuhan jamur karena adanya kandungan air yang cukup tinggi. Kondisi pH tanah yang asam 85

Protobiont2015Vol. (-) : -

mendukung adanya pertumbuhan jamur patogen dari dalam tanah. Pembahasan Curvularia sp. U1 Pengamatan selama 7 hari pada medium CYA memperlihatkan karakter makroskopis kapang Curvularia sp.U1 yaitu memiliki koloni bulat (round) bagian atas koloni berwarna abu-abu kehijauan dan bagian bawah koloni berwarna hitam dengan tepi koloni yang meruncing, dan tekstur koloni seperti kapas (Tabel 2). Karakter makroskopis sesuai dengan pernyataan Gandjar et al., (1999) bahwa Curvularia sp.memiliki ciri koloni berwarna abu-abu hingga coklat tua, mirip bludru atau kapas. Karakter mikroskopis Curvularia sp.U1 memiliki ciri hifa bersekat dengan vesikel bercabang dan membengkok. Memiliki ciri konidia bersepta 3 dengan konidia dan konidiofor nya berwarna coklat (Tabel 2). Karakter mikroskopis sesuai dengan pernyataan Gandjar et al., (1999) bahwa Curvularia sp.U1 memiliki ciri konidiofor tunggal atau kelompok, tampak lurus atau bercabang, berwarna coklat, porokonidia bersepta 3 membengkok pada sel ketiga yang lebih lebar, dan hifa bersekat. Sampel buah asal ditemukannya jamur Curvularia sp.U2 memiliki ciri adanya bercak-bercak coklat pada badan buah kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan Michel et al., (2013) bahwa jamur Curvularia merupakan jamur yang menyebabkan bercak coklat pada organ tanaman seperti daun, batang dan buah. Curvularia merupakanyang menginfeksi melalui bagian epidermis atau masuk melalui stomata kemudian menyebar ke jaringan tanaman. Fusarium sp. U2 Jamur Fusarium sp.U3 berhasil diisolasi pada buah yang terinfeksi pada tanaman kelapa sawit yang berumur 5-6 tahun. Dengan gejala awal buah berubah warna menjadi kecoklatan dengan kondisi buah yang mengering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pernezny et al., (2008) bahwa jamur Fusarium sp. menyerang organ buah dan bunga. Awal infeksi jamur ini terjadi melalui percikan air tanah ke buah pada saat musim hujan. Gejala serangan mulai terlihat pada saat berumur 4 tahun ke atas sampai saat panen. Gejala serangan yaitu kulit buah berubah warna kecoklatan hingga hitam dan mengering. Pengamatan secara makroskopis pada masa inkubasi 7 hari Fusarium sp.U3 pada suhu ruangan

memperlihatkan bentuk karakter pada koloni berbentuk seperti kapas dengan bagian tengahnya menggunung berwarna kuning dengan tepi rata berwarna putih, dan bagian bawah koloni berwarna kuning kecoklatan (Tabel2). Menurut Samson et al., (2010) Fusarium sp memiliki area miselium seperti kapas, dan setiap koloni spesies mengalami perubahan putih kemudian menjadi kuning, merah muda atau coklat. Jamur Fusarium sp. yang diisolasi dari rhizosfer tanaman labu dan tomat, secara makroskopis koloninya tampak berwarna kuning kecoklatan dengan miselium seperti kapas. Pengamatan secara mikroskopis jamur Fusarium sp.U3 memiliki karakter yaitu hifa bersekat, tidak berwarna (hialin) dan bercabang. Konidiofor dibentuk tunggal dengan bentuk silindris dan bersekat, memiliki mikrokonidia dan makrokonida yang berwarna hialin dan bersekat. Makrokonidia seperti bulan sabit panjang yang bersekat dan Mikrokonida berbentuk ovoid atau pyriform. Makrokonidia seperti bulan sabit memiliki sel kaki (pedicellate) yang jelas dengan sel ujung makrokonidia berbentuk agak bengkok dan memiliki 3-5 sekat (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan Ningsih et al., (2012) jamur Fusarium sp. memiliki karakter hifa bersekat dengan konidiofor berbentuk silindris dan bersekat. Memiliki makrokonidia bersekat yang berbentuk bulan sabit panjang dan mikrokonida berbentuk pyriform. Karakter ini sesuai dengan Watanabe (2002) Samson (2010), Barnett dan Barry (1972) yaitu genus Fusarium memiliki karakter yaitu makrokonidia seperti bulan sabit dan bersekat, mikrokonidia dapat berbentuk seperti pyriform, fusiform, ovoid dan bulan sabit serta memiliki sekat. Keberadaan jamur Fusarium sp. U3 pada buah kelapa sawit yang terinfeksi memperlihatkan gejala buah yang berubah warna menjadi kecoklatan dengan badan buah yang berubah menjadi kering (Gambar 1C). Adanya toksin-toksin yang dapat mengubah permeabilitas membran plasma dari sel tanaman inang sehinnga mengakibatkan tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air daripada tanaman yang sehat ( Sastrahidayat 1990 dalam Laila et al., 2011). Pennicilium sp. U3 Karakter makroskopis Penicillium sp.U2 pada pengamatan hari ke 7 memiliki bentuk koloni tak beraturan berwarna hijau dengan tepi berwarna putih, memiliki tekstur yang padat dan seperti 86

Protobiont2015Vol. (-) : -

kapas dengan tepi meruncing. Bagian bawah koloni terdapat garis yang tidak beraturan dan bagian bawah koloni berwarna putih. Pada hari ke 7 mencapai kisaran 39-42 mm pada media CYA. Menurut Gandjar et al., (1999), Penicillium sp.U2 tumbuh baik pada media CYA hingga mencapai 40-50 mm dalam waktu 10 hari, memiliki permukaan seperti beludru walaupun kadang seperti kapas, berwarna hijau kekuningan atau hijau pucat, dengan tampak bawah koloni berwarna putih. Karakter mikroskopis Penicillium sp.U2 memiliki fialid berbentuk botol yang terdiri dari 3-6 fialid, konidia kehijauan berbentuk bulat, metula silinder, konidiofor berwarna hialin. Menurut Pohan (2009), Penicillium sp.U2 memiliki karakter mikroskopis konidiofor memiliki percabangan 2-4, metula berbentuk silindris dengan fialid berbentuk botol. Konidia berbentuk semibulat atau silindris yang kemudian berubah bulat berwarna hialin. Genus ini sangat umum terdapat pada aneka produk pangan serta bahan pangan yang berkadar air rendah. Genus ini juga banyak di isolasi dari dalam rumah, juga dari tanah yang memiliki pH asam, buah-buah busuk, dan daerah gurun (Gandjar et al, 1999). Hal ini sesuai dengan kondisi perkebunan kelapa sawit yang memiliki kondisi lingkungan yang memiliki suhu hingga 30°C dan tanah yang memiliki kadar asam. Keberadaan jamur Penicillium sp.U2 ini pada buah kelapa sawit adanya miselium berwarna putih pada bagian buah yang terinfeksi (Gambar 1). Menurut Samson et al (2010), jamur Penicillium sp. merupakan mikroorganisme yang penyebaran sporanya dilakukan menggunakan bantuan angin dan udara. Keberadaan jamur Penicillium sp. pada buah kelapa sawit dapat berasal dari spora yang dibawa oleh angin juga berasal dari percikan air dari tanah. Sesuai dengan pernyataan Agrios (1999), angin merupakan agensia penyebaran spora yang paling penting pada sebagian penyebaran jamur karena angin dapat membawa spora dalam jarak yang jauh. Aspergilus sp. U4 Serangan kapang Genus Aspergillus sp.U4 pada umumnya menyerang tanaman serelia, kacangkacangan dan palma. Serangan jamur ini dapat terjadi pada saat tanaman masih berada di perkebunan maupun selama penanganan pascapanen. Namun ada juga yang menyerang pada tanaman yang mati atau buah yang mengalami pembusukan (Gandjar et al., 2006).

Karakter kapang Aspergillus sp.U4 secara makroskopis memiliki koloni yang bulat berwarna kekuningan dengan tepi koloni meruncing dan tekstur koloni seperti kapas, dengan koloni balik berwarna Putih. Pada hari ke 7 mencapai kisaran 72,49 mm pada media CYA (Tabel 2). Menurut Gandjar (1999), koloni Aspergillus sp. U4 tumbuh pada media CYA dalam waktu 7 hari mencapai 5060 mm. Koloni berbentuk bulat dengan koloni berwarna hijau kekuningan. Karakter mikroskopik kapang Aspergillus sp.U4 memiliki kepala konida bulat, vesikula berbentuk semibulat, konidiofor kasar dan berwarna hialin, dan konidia berbentuk bulat (Tabel 2). Menurut Gandjar (1999), konidiofor berwarna hialin, vesikula berbentuk bulat dan semibulat, dengan fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula. Aspergillus sp.U4 yang ditemukan pada sampel buah kelapa sawit yang terinfeksi memiliki gejala buah yang berubah menjadi hitam dan terdapat miselium putih pada badan buah nya (Gambar 1D). Aspergillus sp. merupakan kapang patogen yang biasanya mengkontaminasi jagung dan kacang tanah (Samson et al., 2010). Penyebaran kapang ini yaitu dengan spora aseksual yang berupa konidia yang dapat tersebar melalui udara, percikan air hujan yang kemudian naik ke permukaan tanaman. Fenty (2012) melaporkan jamur Aspergillus niger telah diisolasi dari busuk buah kelapa sawit di Kabupaten Aceh Timur. Pengaruh Faktor Lingkungan Penyakit tumbuhan timbul karena ada interaksi antara tumbuhan (host), patogen (jamur) dan lingkungan. Penyakit tumbuhan dapat disebabkan organisme hidup patogenik (parasit) atau lingkungan. Tumbuhan yang terserang penyakit melakukan perlawanan, tetapi reaksi perlawanan tersebut cepat menyebar dan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan hingga membentuk gejala penyakit (Agrios, 1999). Hasil dari pengukuran faktor lingkungan memperlihatkan kelembaban yang tinggi > 80% dengan suhu yang berkisar 29-30 0C dari perkebuhan kelapa sawit (Tabel 3). Kondisi cuaca yang lembab akan membantu penyebaran jamur melalui angin dan percikan hujan. Keadaan kebun yang banyak bersebelahan dengan tanaman lain juga terdapat banyaknya gulma dapat menjadi penyebab munculnya penyakit atau terjangkitnya suatu penyakit ketanaman lain karena beberapa jenis jamur patogen dapat melakukan daur hidup nya di tanaman gulma yang kemudian dibantu oleh angin dalam penyebaran sporanya (Agrios 1999). 87

Protobiont2015Vol. (-) : -

Keadaan faktor lingkungan dalam penelitian ini yaitu dengan kelembaban yang tinggi > 80% dan kisaran suhu 29-30 0C dapat mendukung bagi perkembangan jamur. Menurut Semangun (2006), suhu optimum untuk perkembangan jamur adalah 25-300C dengan kelembaban sekitar 80-90 %. DAFTAR PUSTAKA Agrios,

GN, 1999,Ilmu Penyakit Tumbuhan,Universitas Gadjah mada Press, Yogyakarta Alexopoulos, CJ, Mims, CW & Blackwell, M, 1996, Introductory Mycology, Fourth Edition, John Wiley and Sons, Canada Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010, Pengembangan Jamur Penyakit Tanaman. Malang. http://balitka.litbang.pertanian.go.id/?sdm_profe sional=ir-emy-sulistyowati-m-agr-phd Barnett, HL, & Barry BH, 1972, Illustrated Genera of Imperfect Fungi, Third Edition. Burgess Publishing Company, Minneapolis Minnesota Direktorat Perkembangan Potensi Daerah, 2014, Perkembangan Kelapa Sawit di Kubu Raya. Kalimantan Barat. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/c ommodityarea.php?ic=2&ia=6112 Domingues, G, Sari, M, Mauricio, M, Henry, P, 2012, ‘Caracterization and Genetic Variability Of Colleotrichum gloeosponioides sensu lato in Oil Palm ( Elaeis guineensis Jacq.) en Venezuela’ Plant pathol, Vol. 37, no 2. http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S19825676 2012000200003&script=sci_abstract Fenty, F, 2012, Kajian busuk buah pada Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Timur. Balai Teknisi Pertanian. Banda Aceh. pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/feval/X_305_P resentasi_Evaluasi1.pdf Gandjar, I.; Sjamsuridzal, W dan Oetari A., 2006, Mikologi Dasar dan Terapan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Gandjar, Indrawati, Robert A. Samson, Karin van den Tweel-Vermeulen, Ariyanti Oestari, Iman Santoso, 1999, ‘Pengenalan Kapang Tropik Umum’, Universitas Indonesia, Indonesia. Gunawan, A.W, Dharmaputra, O.S, & Rahayu, G, 2004, Cendawan dalam Praktik Laboratorium, IPB Press, Bogor. Laila, M.S, Nurariaty Agus,A, & Annie P.S, 2011, ‘Identifikasi Penyakit Busuk Buah Pada Tanaman Kopi Arabica (Coffea arabica Linnaneus.)’, Agricultural Journal, Vol 2, no. 2. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/bf20e3671af 288555749931bf356bcbf.pdf Michel, A., T. I. Rojas., V Dobal., A Batista and M. J. Aira. 2013. ‘Effect of temperature on growth and germination of conidia in Curvularia and Bipolaris species isolated from the air’,Aerobiologia ,March 2013, Volume 29, Issue 1, pp 13-

20http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs 10453-012-9257-z#page-1 Nakagiri, A 2005, ‘Preservation of Fungi and Freezing Methods. dalam: Workshop on Preservation of Microorganisms’, Biotechnology Center-NITE & Research and Development Center for Biotechnology-LIPI, Cibinong. Ningsih, R, Mukarlina & Linda, R, 2012, ‘Isolasi dan Identifikasi Jamur dari Organ Bergejalan Sakit pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa)’, Protobiont, Vol. 1, no. 1, hal. 1-7. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jprb/article/vi ew/586 Pernezny, K, Elliott, M Palmatteer, A & Havranek, N, 2008, ‘Guidelines For Identification and Management of Plant Diease Problems: Part II’, Diagnosing Plant Disease Caused By Fungi, Bacteria and Viruses, Institute of Food and Agricultur Sciences, University Of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu/mg442 Pohan, A, 2009, Mikologi, Fakultas Kedokteran,UNAIR. Saidin, M, 2008, Isolasi Jamur Penghasil Enzim Amilase Dari Substrat Ubi Jalar (Ipomoeabatatas), Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, di akses 20 januari 2015, http://www.scribd.com/doc/89970188/3081364Tugas-Akhir-I-Muhamad-Saidin#scribd Samson, RA, Houbraken, J, Thrane, JC, Frisvad& Andersen, F, 2010, Food and Indoor Fungi, Fungal Biodiversity Centre Utrech, Netherlands Semangun, H, 2006, Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Shivas, R dan Beasley, D. 2005, Plant Pathology Herbarium, Queensland Departemen of Primary Industries and Fisheries, Australia Watanabe, Tsuneo, 2002, Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi : Morphologies of Cultured Fungi and Key to Species, United States of America.

88