PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

Download pencemar limbah cair yang akan diaplikasikan ke lahan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Luas lahan aplikasi ... skripsi ini. Skripsi...

0 downloads 900 Views 33MB Size
PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU

SUSILAWATI A24080100

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU Waste Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantaion, Riau Susilawati1 dan Supijatno2 1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24080100)

2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract The internship was conducted at oil palm plantation of Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau for three months starting from February 13th 2012 to May 13 th 2012. The main purpose of this internship is to increase knowledge, skill, experience, waste product management of oil palm plantation, and to analyze waste product of palm oil as an organic fertilizer. The analysis results showed that application of empty fruit bunches(EFB) as organic fertilizer has not been able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf and increase of palm oil production. Application of palm oil mill effluent (POME) are able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf palm oil especially nitrogen and phosphate and a positive impact to increase production of oil palm plantations especially on the productivity (ton/ha).

Kery word : By Product, Oil Palm Plantation, Empty Fruit Bunch (EFB), Palm Oil Mill Effluent (POME)

RINGKASAN

SUSILAWATI. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang dilakukan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau mulai pada bulan Februari hingga Mei 2012. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini untuk mempelajari pengelolaan limbah kelapa sawit dan mempelajari pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta mengetahui dampak aplikasinya terhadap tanaman dan dampak aplikasi limbah cair terhadap kualitas air. Kegiatan yang dilakukan yaitu meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial di kebun maupun di kantor kebun, melakukan pengamatan mengenai pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik di lapangan, serta kegiatan pengumpulan data dan informasi. PT Aneka Intipersada mempunyai satu pabrik kelapa sawit yang kapasitas olahnya 45 ton/jam. Limbah yang dihasilkan Teluk Siak Factory adalah janjang kosong (JJK), palm oil mill effluent (POME), fiber (serabut) dan cangkang. Produk sampingan (by product) hasil pengolahan TBS di pabrik dalam bentuk cangkang dan fiber dimanfaatkan di pabrik sebagai umpan boiler sedangkan JJK dan POME dimanfaatkan oleh kebun untuk dijadikan pupuk organik yang diaplikasikan ke lahan karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar. Metode aplikasi JJK di TSE dengan teknik mulching yang diaplikasikan diantara empat pokok untuk satu titik pada tanaman menghasilkan (TM). JJK diaplikasikan di gawangan mati dengan dosis 250 kg/pokok sehingga dalam satu titik ada 1 ton JJK. Jumlah JJK yang diterima TSE sebanyak 17 667.42 ton/tahun sehingga luasan yang dapat diaplikasi seluas 519.63 ha/tahun atau sekitar 17.75 % dari luas total TSE (dosis 34 ton/ha dengan satu kali rotasi setahun). Luas lahan aplikasi JJK di TSE pada tahun 2011/2012 yaitu 461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE) dan lebih kecil dibandingkan luasan yang seharusnya dapat diaplikasi.

Aplikasi JJK di lahan belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan unsur hara dalam daun dan peningkatan perolehan produktivitas secara konsisten. Aplikasi JJK lebih mengarah untuk peningkatan kesuburan tanah sehingga kemampuan tanah dalam menahan air dan unsur hara menjadi lebih baik, selain itu aplikasi JJK belum berperan sebagai substitusi penggunaan pupuk anorganik. Limbah cair diaplikasikan ke lahan dengan sistem flat bed yang sebelumnya limbah cair tersebut diolah dengan sistem kolam pada kolam instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung pada limbah, sehingga parameter bahan pencemar limbah cair yang akan diaplikasikan ke lahan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Luas lahan aplikasi limbah cair di Teluk Siak Estate yaitu 120 ha dengan jumlah flat bed sebanyak 15 694 buah. Aplikasi limbah cair ke lahan memberikan dampak positif terhadap peningkatan ketersediaan unsur hara N dan P, serta memberikan dampak positif bagi perolehan produksi terutama bagi perolehan produktivitas tanaman (ton/ha). Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan menyebabkan air sumur penduduk yang ada di sekitar lahan aplikasi dan air permukaan (sungai) tidak dapat digunakan sebagai air minum karena tidak memenuhi baku mutu standar yang ditentukan yaitu nilai pH yang rendah. Tetapi, apabila dilihat dari parameter bahan pencemar limbah cair lain yang diuji menunjukkan hasil yang sudah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan sehingga secara keseluruhan aplikasi limbah cair aman dilakukan karena tidak berdampak negatif bagi kualitas air sumur maupun air sungai.

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

SUSILAWATI A24080100

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Judul : PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU Nama : SUSILAWATI NIM

: A24080100

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Supijatno, MSi. NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Susilawati, dilahirkan di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 7 Juni 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Karsim dan Ibu Casih. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 2 Taraju, tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 2 Garawangi dan lulus dari SMA Negeri 3 Kuningan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan kampus. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Divisi Kewirausahaan, Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (2009-2010) dan sekretaris Koperasi Agrohotplate Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (20092011). Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan yang diselenggarakan oleh pihak Departemen Agronomi dan Hortikultura seperti Masa Perkenalan Departemen (2010), Agrosportment (2009-2010), dan Festival Tanaman (20102011). Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Program IPB Goes to Field (2010) dan kegiatan magang di Balai Pelatihan Pertanian Jawa Barat (2011).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau”. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah, ibu, kakak dan adik penulis, atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Supijatno, MSi. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. dan Dr. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran. 4. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 5. Bapak H. Syahril A.S (Manajer Kebun), Bapak Teddy Lesmana (Asisten Divisi II), Bapak Rusnanto (Asisten Divisi I) dan Bapak R.E. Ginting (KTU), selaku pembimbing lapangan dan manajerial

yang telah

membimbing penulis selama menjalani magang. 6. Seluruh karyawan Divisi II dan keluarga besar Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Riau serta seluruh staf PT Aneka Intipersada. 7. Tama dan Rene teman seperjuangan saat magang, Miftah dan M. Ismail teman satu bimbingan skripsi, Cucun, Izza, Ami, Mia, Rista dan Bunga yang telah banyak membantu. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 45 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Bogor, Agustus 2012 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

viii

PENDAHULUAN ................................................................................... Latar Belakang................................................................................ Tujuan ............................................................................................

1 1 2

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... Botani Kelapa Sawit ....................................................................... Ekofisiologi Kelapa Sawit............................................................... Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ................................................ Limbah Padat ......................................................................... Limbah Cair...........................................................................

3 3 4 5 5 6

METODE MAGANG .............................................................................. Tempat dan Waktu .......................................................................... Metode Pelaksanaan ....................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi ......................... Analis Data dan Informasi ..............................................................

10 10 10 11 12

KEADAAN UMUM ................................................................................ Sejarah dan Perkembangan Kebun .................................................. Letak Wilayah Administratif ........................................................... Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ........................................

14 14 14 14 15 15 16

PELAKSANAAN MAGANG.................................................................. Aspek Teknis .................................................................................. Penunasan ................................................................................ Leaf Sampling Unit (LSU) ....................................................... Pemupukan .............................................................................. Pengendalian Gulma ................................................................ Pengendalian Hama ................................................................. Pemanenan............................................................................... Pengolahan TBS ...................................................................... Pengelolaan Limbah................................................................. Aspek Manajerial ............................................................................ Pendamping Mandor ................................................................ Pendamping Asisten.................................................................

18 18 18 19 21 23 26 28 33 36 41 41 44

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ Produksi dan Karakteristik Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit ........

45 45

v Halaman Janjang Kosong (JJK) ............................................................. Limbah Cair (POME)............................................................... Dampak Aplikasi Limbah terhadap Tanaman .................................. Dampak Aplikasi Limbah terhadap Status Hara pada Daun ...... Dampak Aplikasi Limbah terhadap Perolehan Produksi ........... Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air...................... Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) ....................................... Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir (Air Permukaan) ...............

46 48 52 53 56 58 59 60

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ Kesimpulan..................................................................................... Saran ..............................................................................................

62 62 62

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

64

LAMPIRAN ............................................................................................

66

vi

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ......

5

2.

Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam Suatu Luasan ................................................................................

6

3.

Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair ...................

8

4.

Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate...........

16

5.

Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Teluk Siak Etate ........................

17

6.

Uraian Standar Pelaksanaan Tunas Progresif ................................

19

7.

Peralatan Panen di Teluk Siak Estate ............................................

31

8.

Komposisi Jenis Limbah yang Dihasilkan Teluk Siak Factory .....

45

9.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah dari Raw Effluent dan Effluent Treatment PT AIP ...........................................................

49

10. Spesifikasi Kolam Limbah di IPAL Teluk Siak Factory ................

50

11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed PT AIP ........................................................................................

51

12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan Kontrol .........................................................................................

53

13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan Lahan Kontrol (LK) ......................................................................

54

14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi Defisiensi, Optimum dan Berlebih untuk Tanaman Tua > 6 Tahun .................

55

15. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi JJK dan Lahan Kontrol .........................................................................................

56

16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan Lahan Kontrol (LK) ......................................................................

57

17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah Sumur Pantau (SP I, SP II dan SP III) di Blok Aplikasi dan Sumur Penduduk ..............................

60

18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Hilir dan Hulu .................

61

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Pengambilan Lembaran Daun pada Saat LSU ...............................

21

2.

Pengendalian Gulma Secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam Sprayer (Kiri), Penyemprotan Piringan (Kanan)............................

25

Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B) Parang Babat dan (C) Kegiatan BTP ..................................................................

25

Beneficial Plant. (A) Turnera subulata, (B) Casia cobanensis dan (C) Antigonon leptosus ...........................................................

27

Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di Collection Road, (B) Kegiatan Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik Mulching ......................................................................................

37

6. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah ........................................

38

7. Sumur Pantau ................................................................................

39

8. Alplikasi Limbah Cair. Pengisian Limbah Cair ke dalam Flat Bed (Kiri), Flat Bed Berisi Limbah Cair ...............................................

40

3. 4.

5.

v DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada ...................................................................

67

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada .......................................

68

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada .......................................

69

4. Peta Areal Teluk Siak Estate.........................................................

72

5. Hari Hujan dan Curah Hujan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada, Riau, Periode 2007/2008-2011/2012..........................

73

6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate...........................................

74

7. Lay Out Effluent Treatment Teluk Siak Factory ............................

75

8. Peta Seksi Aplikasi Limbah Cair Teluk Siak Estate ......................

76

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu penyumbang devisa non-migas yang cukup besar. Kelapa sawit menghasilkan produk olahan yang mempunyai banyak manfaat (Lubis, 1992). Produk minyak kelapa sawit tersebut digunakan untuk industri penghasil minyak goreng, minyak industri, bahan bakar, industri kosmetik dan farmasi. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 4 520 600 ha dan terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2010 menjadi 8 430 027 ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Luas perkebunan kelapa sawit yang besar akan diiringi dengan volume ekspor yang tinggi pula, hal tersebut dikarenakan permintaan dunia akan minyak sawit terus meningkat sehingga pasaran ekspornya selalu terbuka lebar dan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Volume ekspor CPO pada tahun 2006 sebesar 11 745 954 ton mencapai nilai US$ 4 139 286 000 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 615 958 ton atau senilai US$ 12 626 595 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi pertambahan jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang dihasilkan semakin banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah dan bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber daya alam, kualitas sumber daya alam, maupun lingkungan hidup. Dampak negatif limbah yang dihasilkan dari suatu industri menuntut pabrik agar dapat mengolah limbah dengan cara terpadu. Pemanfaatan limbah menjadi bahan-bahan yang menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi tinggi dilakukan untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Limbah industri pertanian khususnya industri kelapa sawit mempunyai ciri khas berupa kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik

2 tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan kelapa sawit. Limbah PKS memungkinkan dimanfaatkan pada lahan perkebunan kelapa sawit untuk menghindari pencemaran lingkungan dan mengatasi kebutuhan pupuk. Limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit berupa janjang kosong (JJK) yang jumlahnya sekitar 20 % dari tandan buah segar (TBS) yang diolah dan merupakan bahan organik yang kaya akan unsur hara (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Aplikasi JJK berpotensi tinggi sebagai bahan pembenah tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, serta meningkatkan produksi kelapa sawit (Darmosarkoro et al., 2003). Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi, sehingga LCPKS harus diolah atau dimanfaatkan untuk pupuk. Limbah cair pabrik kelapa sawit memilki sejumlah kandungan hara yang dibutuhkan tanaman, yaitu N, P, K, Ca dan Mg yang berpotensi sebagai sumber hara untuk tanaman (Budianta, 2005). Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan limbah yang dilakukan perusahaan. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit perlu dilakukan dengan benar sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Tujuan Kegiatan magang ini mempunyai tujuan umum untuk menambah pengalaman, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini untuk mempelajari pengelolaan limbah kelapa sawit dan mempelajari pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta mengetahui dampak aplikasinya terhadap tanaman dan dampak aplikasi limbah cair terhadap kualitas air.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam famili Aracaceae dan subkelas Monocotyledoneae. Tanaman ini merupakan tanaman monokotil, memiliki batang tumbuh lurus, berakar serabut serta memiliki bunga jantan dan bunga betina pada satu tanaman dengan tandan terpisah. Kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budidaya yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan dan Afrika (Setyamidjaja, 2006). Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 – 75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Batang kelapa sawit mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah; serta dapat juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2010). Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Pertumbuhan ke bawah dibatasi oleh permukaan air tanah, ke samping hampir sejajar dengan permukaan tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas. Akar kuartener (feed root) umumnya terkonsentrasi pada bagian tanah dimana kandungan bahan organik tinggi dan lengas tanah optimal. Lubis (1992) menyatakan bahwa, akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang panjangnya mencapai 15 cm. Daun kelapa sawit adalah daun majemuk, terdiri atas pelepah dengan panjang antara 7 - 9 m. Kelapa sawit yang tumbuh normal jumlah pelepahnya bervariasi antara 40 - 60 buah. Pelepah tersusun menurut spiral dimana pelepah satu dengan lainnya terdapat susunan yang teratur yang dinamakan phylotaxis. Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Pada tanah yang subur, kuncup

4 cepat membuka sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat fotosintesis. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan betina. Meskipun dalam satu tanaman terdapat bunga betina dan bunga jantan namun muncul dan mekarnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit melaksanakan penyerbukan secara silang (cross polinated). Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam inflorensen yang berbentuk spiral (Pahan, 2010). Secara botani buah kelapa sawit terdiri dari exocarp (kulit), mesocarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 kernel. Inti memiliki testa, endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2010). Buah terkumpul di dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1 600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20 - 22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12 – 14 tandan per tahun dan berat setiap tandan sekitar 25 – 35 kg.

Ekofisiologi Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara – Selatan 120 pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air serta hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 1992). Pahan (2010) menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakuan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre-nursery. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial (Lubis, 1992). Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yaitu 24 - 28 0C, terendah 18 0C dan tertinggi 32 0C. Kelembaban optimal yaitu 80 % dan penyinaran matahari 5 – 7 jam. Penyinaran matahari yang kurang dari 5 jam dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, gagalnya pembakaran dan rusaknya jalan karena lambat kering. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan yang

5 optimal adalah 0 - 400 m. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah. Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit, angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992).

Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari janjang kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosiklon. Selain kedua jenis limbah tersebut, industri kelapa sawit juga menghasilkan limbah gas antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Jenis, potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Jenis

Potensi per ton TBS (%)

Janjang kosong

23.0

Wet Decanter Solid Cangkang Serabut (fiber) Limbah cair Air kondensat

4.0 6.5 13.0 50.0

Manfaat Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi Pupuk, kompos, makanan ternak Arang, karbon aktif, papan partikel Energi, pulp kertas, papan partikel Pupuk, air irigasi Air umpan boiler

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah Padat Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu limbah padat seperti janjang kosong (JJK) atau disebut juga tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang, serat (serabut) dan lain-lain yang pada umumnya lebih mudah untuk dikendalikan bahkan dapat dimanfaatkan (Lubis, 1992). Janjang kosong dapat dimanfaatkan untuk pupuk, karena limbah ini mempunyai fungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Persentase janjang kosong terhadap tandan buah segar (TBS) sekitar 20 % dan setiap ton

6 janjang kosong mengandung unsur hara N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg Kieserite (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau proses mineralisai, unsur hara yang didapati pada JJK kembali ke dalam tanah. Potensi dan pemanfaatan JJK sebagai hara dalam suatu luasan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam Suatu Luasan Kapasitas Pabrik (ton/jam)* 30 45 60

JJK (ton/tahun)** 31 200 46 800 62 800

Luasan yang dapat Diaplikasi JJK (ha/tahun) *** 780 1 170 1 560

Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari ** = 20 % TBS merupakan JJK *** = dosis 40 ton JJK/ha Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Aplikasi janjang kosong sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum akan meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan KTK tanah. Peningkatan hara tanah ini diikuti dengan peningkatan tandan buah segar (TBS). Winarna et al. (2003) menambahkan bahwa secara ekonomis aplikasi JJK sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit dengan dosis 40 ton/ha/tahun yang dikombinasi dengan pemberian 60 % dari dosis pupuk N dan P standar kebun dapat meningkatkan produksi TBS hingga 34 %. Janjang kosong akan hancur dan menyatu dengan tanah dalam jangka waktu 7 - 10 bulan. Selain dimanfaatkan sebagai mulsa, janjang kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan melalui pengomposan dan pupuk organik (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Salah satu kendala aplikasi JJK secara langsung adalah biaya transportasi per unit hara yang cukup tinggi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Limbah Cair Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang cukup merugikan bagi lingkungan. Proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan tiga macam limbah

7 cair yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0.21 ton dari setiap ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0.50 ton dan dari pencucian hidrosiklon (hydrocyclone) 0.20 ton atau seluruhnya berjumlah 0.67 ton (Lubis, 1992). Poeloengan dan Tobing (2000) menambahkan bahwa jumlah dan volume limbah cair yang dihasilkan dari beberapa unit proses adalah sebagai berikut: air kondensat antara 15 – 20 %, limbah atau air sludge dari stasiun klarifikasi antara 70 – 75 % dan air buangan dari hidroksiklon antara 5 – 10 %. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal ± 60 % dari seluruh tandan buah segar yang diolah (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Menurut Lubis (1992) pedoman atau parameter yang dipakai dalam pengolahan LCPKS adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxigen Demand (COD), Suspended Solid (SS), Total Solid (TS) dan Kemasaman (pH). BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik (mikroba) untuk merombak atau mengoksidasikan bahan organik secara biologis pada kondisi (suhu dan waktu) tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/l artinya jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan bakteri untuk menetralisir atau mencernakan zat organik yang ada dalam satu liter air. COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan organik maupun anorgaik secara kimia. SS adalah bahan padatan (bahan organik) yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi rendahnya BOD dan COD. TS adalah total bahan padatan yang merupakan indikator daya serap air limbah terhadap udara (oksigen). pH adalah keasaman air atau limbah cair yang menentukan tingkat gangguan atau kehidupan dalam air. Limbah

cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit mengandung bahan

organik dan mineral cukup tinggi dengan Biological Oxygen Demand (BOD) sekitar 25 000 mg/l dan apabila dibuang langsung ke sungai atau perairan lainnya dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan air dan tanah tempat pembuangannya dan selanjutnya akan menimbulkan pencemaran (Poeloengan dan Tobing, 2000). Nilai Biological Oxigen Demand (BOD) yang masih tinggi menunjukkan bahwa dalam kolam penampungan limbah belum terjadi proses penguraian oleh mikroorganisme dan belum mengalami proses pengolahan limbah dalam suatu

8 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Proses pengolahan limbah tersebut dengan cara pemberian bakteri anaerob yang berfungsi untuk mereduksi BOD dan menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Kandungan BOD limbah dalam kolam outlet yang boleh dimanfaatkan untuk aplikasi lahan perkebunan kelapa sawit maksimum 5 000 mg/l. Nilai BOD yang terlalu rendah menyebabkan kandungan nutrisi limbah juga akan rendah, sehingga limbah yang dialirkan hanya berfungsi sebagai air irigasi saja (Budianta, 2005). Kualifikasi limbah cair yang digunakan dalam aplikasi adalah limbah dengan BOD antara 3 500 – 5 000 mg/l. Limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit dengan tingkat BOD antara 3 500 – 5 000 mg/l dapat langsung dipakai sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Berbagai metode aplikasi limbah cair yang digunakan antara lain sistem sprinkle, flat bed atau teknik parit, long bed (teknik parit atau alur) dan traktor tangki. Teknik aplikasi limbah secara flat bed umum digunakan yaitu dengan mengalirkan limbah tersebut dari kolam limbah flat bed melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan parit sekunder (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Baku mutu limbah cair yang dapat diaplikasikan seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair No. 1 2 3

Uraian BOD (mg/l) Minyak dan lemak (mg/l) pH

Batasan Kepekatan < 3 500 < 3 000 6.0

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur hara esensial yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk melalui land application dalam rangka meningkatkan kualitas lahan pertanian. Selain itu, limbah cair juga masih mengandung bahan organik (c-organik) yang sangat baik sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) (Banuwa, 2007). Kandungan hara yang dimilki oleh limbah cair kelapa sawit merupakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu N, P, K, Ca dan Mg sehingga limbah cair tersebut mempunyai potensi sebagai sumber hara untuk tanaman yang dapat menggantikan fungsi pupuk konvensional yang telah biasa diberikan. Sutarta et al.

9 (2003) menjelaskan bahwa aplikasi limbah cair sebagai pupuk dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 16 – 60 % dibandingkan tanaman yang tidak diaplikasikan pupuk cair tersebut. Limbah cair pabrik kelapa sawit mempunyai beberapa manfaat seperti yang dinyatakan oleh Widhiastuti et al. (2006) yaitu: dapat dijadikan pupuk karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran gulma penting pada perkebunan kelapa sawit, meningkatkan biodiversitas makrofauna dan mesofauna tanah dan meningkatkan total bakteri tanah namun menurunkan bakteri Enterobacteriaceae yang sering merupakan kelompok bakteri penyebab penyakit.

10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau mulai dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek teknis dan manajerial baik di kebun maupun di kantor. Pada aspek teknis penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu dan bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di kebun. Pekerjaan yang diikuti selama menjadi KHL yaitu kegiatan penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan kegiatan pengelolaan limbah yaitu aplikasi JJK dan POME. Kegiatan yang dilakukan pada aspek manajerial yaitu penulis diposisikan atau bekerja sebagai pendamping supervisi selama tiga minggu dan supervisi yang diikuti diantaranya mandor 1, mandor pupuk, mandor semprot, mandor aplikasi limbah cair, mandor aplikasi JJK, mandor perawatan, mandor panen, kerani cek sawit, kerani keliling dan kerani divisi. Selain menjadi pendamping supervisi pada kegiatan aspek manajerial penulis juga diposisikan sebagai pendamping asisten selama enam minggu. Kegiatan aspek teknis dan manajerial yang diikuti disesuaikan dengan jadwal kebutuhan yang ada di kebun serta disetujui oleh pihak kebun. Selain melakukan kegiatan aspek manajerial yang ada, penulis juga melakukan kegiatan pengamatan terhadap aspek khusus di lapangan serta pengumpulan data. Aspek khusus yang diperdalam pada kegiatan magang ini yaitu pengelolaan limbah kelapa sawit hasil dari pengolahan TBS kelapa sawit yang dilakukan perusahaan. Kegiatan yang dipelajari yaitu seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penanganan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit. Rincian kegiatan magang dicatat dalam jurnal harian magang yang disajikan pada yang Lampiran 1, 2 dan 3.

11 Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan diperoleh melalui hasil diskusi atau wawancara dengan pegawai, mandor dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh melalui laporan manajemen (bulanan, triwulan, semester, serta tahunan), data perusahaan dan arsip perusahaan. Data sekunder terdiri dari pengambilan data jumlah/bobot janjang kosong yang dihasilkan setiap bulan, kapasitas limbah yang dihasilkan pabrik, organisasi pengelolaan limbah, kualitas limbah cair (kandungan BOD, COD, TSS, kandungan minyak dan lemak, nitrogen total, pH), data perolehan produksi tanaman pada blok yang diaplikasikan limbah dan blok kontrol selama empat tahun terakhir, data hasil analisis status hara daun tanaman kelapa sawit pada blok aplikasi limbah dan blok kontrol dan data hasil analisis kualitas air sumur pantau yang berada di sekitar lahan aplikasi limbah serta kualitas air sungai hulu dan hilir sungai yang ada di dekat pabrik. Data pendukung lainnya yaitu sejarah dan perkembangan kebun, letak geografis, keadaan iklim, keadaan tanah, luas areal dan tata guna lahan, data curah hujan, data kondisi pertanaman, serta struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengamatan dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan limbah yaitu: Pengamatan limbah padat kelapa sawit (Janjang Kosong) 1.

Jumlah dan distribusi limbah janjang kosong di lahan Mengamati secara langsung jumlah serta alur distribusi limbah janjang kosong yang dihasilkan sampai diaplikasikan ke lahan.

2.

Dosis dan cara aplikasi janjang kosong di lahan Mengamati secara langsung dosis dan cara aplikasi janjang kosong yang dipakai untuk setiap satuan tanaman kelapa sawit maupun untuk luasan dalam hektar (ha).

3.

Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan janjang kosong di lahan Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan janjang kosong di lahan. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan premi yang diperoleh para pekerja tersebut.

12 Pengamatan limbah cair kelapa sawit 1.

Jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik Pengamatan secara langsung jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan limbah cair kelapa sawit.

2.

Jumlah dan kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair Pengamatan terhadap jumlah kolam penampungan yang digunakan serta kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair yang ada di pabrik.

3.

Jumlah dan distribusi limbah cair yang diaplikasikan di lahan Mengamati dan mencatat secara langsung di kebun yaitu jumlah serta alur distribusi limbah cair yang dihasilkan serta proses pengolahannya sampai diaplikasikan ke lahan.

4.

Dosis dan cara aplikasi limbah cair di lahan Mengamati dan mencatat secara langsung dosis dan cara aplikasi limbah yang dipakai untuk luasan dalam hektar (ha).

5.

Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan limbah cair di lahan Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan limbah cair di lahan kelapa sawit. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan premi yang diperoleh para pekerja tersebut.

Analisis Data dan Informasi Data hasil analisis status hara dalam daun kelapa sawit dan perolehan produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah dan kontrol dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis t-student. Jumlah blok sebagai ulangan diambil masing-masing tiga blok (tiga blok untuk lahan aplikasi dan tiga blok untuk lahan kontrol). Rumus uji hipotesis t-student (Walpole, 1993): − Keterangan

=

(x₁-x₂) s₁² s₂² n₁ + n2

:

x₁

= rata-rata perolehan produksi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)

x₂

= rata-rata perolehan produksi kelompok kontrol pengamatan 1 & 2

s

= standart deviasi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)

13 s

= standart deviasi kelompok kontrol

n

= jumlah pengamatan (ulangan)

Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel pada taraf 5 % dan tidak berbeda nyata apabila thitung < ttabel pada taraf 5 %. Data dan informasi lainnya akan dianalisis dengan penggunaan rata-rata, persentase dan dianalisis secara deskriptif.

KEADAAN UMUM

Sejarah dan Perkembangan Kebun Teluk Siak Estate (TSE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh PT Aneka Intipersada (PT AIP) di bawah PT Minamas Plantation dan merupakan bagian dari Sime Darby Group. PT Aneka Intipersada merupakan suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989 dengan tujuan utama untuk usaha di bidang pertanian dan pekebunan. PT Aneka Intipersada membangun suatu perkebunan kelapa sawit sebagai konversi dari hutan sekunder dengan luas kurang lebih 12 000 ha di atas cadangan lahan seluas 15 000 ha. PT AIP terdiri dari tiga kebun yaitu Aneka Persada Estate (APE), Teluk Siak Estate (TSE) dan Pinang Sebatang Estate (PSE). Penanaman kelapa sawit pada areal tersebut dimulai sejak tahun 1989. PT Aneka Intipersada dilengkapi dengan satu unit pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF) yang dibangun pada tahun 1999 dan beroperasi tahun 2000 serta kapasitas olah 45 ton/jam.

Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate berada di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Secara geografis wilayah perkebunan Teluk Siak terletak antara 1052’30” LS – 204’25” LS dan 103019’45” LU - 103027’57” LU dengan batas wilayah: sebelah barat berbatasan dengan PT SIR Surya Dumay Grup, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gasib Kecamatan Koto Gasib, sebelah selatan berbatasan dengan Pinang Sebatang Estate PT Aneka Intipersada dan sebelah timur berbatasan dengan Aneka Persada Estate PT Aneka Intipersada. Peta areal Teluk Siak Estate disajikan pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di Teluk Siak Estate curah hujan tahunan berdasarkan periode 2007/2008 – 2011/2012 terendah 2 048 mm dan tertinggi 2 743 mm, ratarata curah hujan tahunan sebesar 2 420.4 mm. Total hari hujan selama periode 2007/2008 – 2011/2012 berkisar antara 143 - 168 hari/tahun dan rata-ratanya

15 153.8 hari/tahun. Suhu udara berkisar antara 20 – 35 0C, kelembaban udara ratarata 80 % dan lama penyinaran 12 - 13 jam/hari. Data hari hujan dan curah hujan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau, periode 2007/2008-2011/2012 disajikan pada Lampiran 5. TSE mempunyai dua jenis yaitu tanah mineral dan gambut yang tersebar di seluruh divisi. Jenis tanah pada areal TSE adalah tanah ultisol yang berasal dari bahan induk tanah alluvial dengan tekstur tanah liat berpasir atau disebut juga sandy clay. Ketinggian tanah yaitu 10 - 100 m dpl dan mempunyai tiga jenis topografi tanah yaitu datar (level) kemiringan 0 – 4 % atau 0 – 20, bergelombang (undulating) kemiringan 4 – 12 % atau 2 – 60 dan berbukit (rolling) kemiringan 12 – 24 % atau 6 – 120.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan Areal pekebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate memiliki luas total berdasarkan Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 3 321.20 ha dengan luas lahan yang diusahakan yaitu sebesar 3 116.98 ha dan luas lahan yang mungkin bisa ditanam sebesar 204.22 ha. Teluk Siak Estate memiliki tiga divisi yang terdiri dari Divisi I dengan luas luas 1 063.16 ha, Divisi II dengan luas 1 116.68 ha dan Divisi III dengan 1 141.36 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi Varietas kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate adalah varietas Tenera dengan jenis Socfindo, Marihat, Guthrie, Lonsum dan Rispa. Tanaman yang ada di TSE terdiri dari 12 tahun tanam yaitu tahun 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2008 dan 2011. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 tanaman (pokok). Berdasarkan kondisi di lapangan populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 136 pokok. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur dan sebagainya.

16 Produksi, produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Lima Tahun Terakhir Produksi

Tahun

Luas Areal (ha)

Jumlah TBS (tandan)

Bobot TBS (ton)

2006/2007 2007/2008

2 698 2 725

4 133 699 4 099 015

2008/2009

2 725

2009/2010 2010/2011

2 725 2 822

Produktivitas (ton/ha)

BJR (kg/tandan)

47 774 280 53 120 400

17.71 19.49

11.58 12.96

3 489 552

48 977 990

17.97

14.04

3 184 489 3 425 446

47 210 270 53 577 460

17.32 18.98

14.83 15.64

Sumber : Kantor Besar TSE (2012)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada merupakan salah satu unit usaha dari Minamas Plantation. PTAneka Intipersada dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab kepada Dewan Direksi dan membawahi beberapa Manajer Kebun (Estate Manager). TSE dipimpin oleh satu orang Manajer Kebun yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (askep) yang merangkap sebagai asisten divisi II, satu orang asisten divisi I, asisten divisi III pada saat kegiatan magang digantikan oleh asisten OJT (On Job Training) dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Teluk Siak Estate dapat dilihat dalam Lampiran 6. Manajer Kebun bertugas untuk mengelola, mengorganisasikan dan mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan mutu hasil yang optimal. Asisten Kepala bertanggung jawab langsung kepada Manajer Kebun untuk mengelola seluruh kegiatan divisi dan transportasi unit (traksi) dengan tujuan untuk mencapai target produksi seluruh divisi dan mengelola kelancaran pengangkutan di kebun. Asisten Divisi bertugas dan bertanggungjawab untuk mengelola divisi secara menyeluruh baik dalam hal teknis di lapangan maupun secara administrasi, pembinaan terhadap sumber daya manusia yang dipimpinnya, serta pengendalian biaya yang disetujui dan menjadi

17 tanggung jawab divisi. Kepala Tata Usaha (KTU) bertugas dan bertanggungjawab dalam bagian administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Tenaga kerja di Teluk Siak Estate terdiri dari karyawan staf dan non--staf. Tenaga kerja staf terdiri dari manajer kebun, Asisten Divisi dan KTU. Karyawan non-staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) Bulanan dan Harian. Tenaga kerja Buruh Harian Lepas (BHL) yang bekerja di TSE berjumlah sekitar 10 orang yang hanya digunakan untuk tenaga kerja aplikasi pemupukan apabila jumlah karyawan tidak mencukupi. Jumlah karyawan di Teluk Siak Estate sampai dengan bulan Maret 2012 yaitu 491 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 486 orang karyawan non-staf. Indeks tenaga kerja di TSE sebesar 0.16 HK/ha dan hal tersebut bisa dikatakan baik karena norma ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 HK/ha (Pahan, 2010). Komposisi jumlah tenaga kerja di Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Teluk Siak Estate Jenis Tenaga Kerja Karyawan Staf

Karyawan non-staf

Tingkatan Karyawan Manajer Kebun PJS Asisten Kepala Asisten Divisi KTU SKU Bulanan Kantor SKU Bulanan Traksi SKU Bulanan Divisi SKU Bulanan Keamanan SKU Harian

Total Indeks Tenaga Kerja

Jumlah (orang) 1 1 2 1 13 24 42 10 401 491 0.16

Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Organisasi pengelolaan limbah cair yang ada di Divisi II TSE terdiri dari asisten divisi yang membawahi satu orang mandor dengan tiga orang karyawan aplikasi limbah. Tenaga kerja aplikasi limbah dibagi dua shift yaitu satu orang untuk shift pagi sampai siang dan dua orang untuk shift siang sampai malam. Karyawan pengolahan limbah cair di pabrik terdiri dari dua orang yang bertanggungjawab langsung terhadap asisten proses di pabrik dan bertugas untuk mengelola pengolahan limbah serta menjaga kolam-kolam penampungan limbah serta semua biaya dibebankan ke pihak pabrik.

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis Aspek teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di Teluk Siak Estate mencakup kegiatan perawatan tanaman dan produksi. Kegiatan teknis yang dilakukan meliputi penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan pengelolaan limbah (aplikasi JJK dan limbah cair). Sebelum melaksanakan kegiatan di lapangan selalu diawali dengan kegiatan antrian pagi antara asisten dan mandor setelah itu dilaksanakan lingkaran pagi antara mandor dan karyawan. Penunasan Tunas pokok (pruning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah daun kelapa sawit merupakan pabrik minyak (CPO), dimana proses fotosintesis sangat menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Salah satu tugas utama dalam melaksanakan tunas pokok adalah menjaga agar tidak terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over pruning) dan atau pemeliharaan pelepah yang terlambat (pokok gondrong). Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi dan melakukan sanitasi (kebersihan) tanaman, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Penunasan di Teluk Siak Estate menggunakan sistem tunas progresif (Maintenance Progressive Pruning) yaitu kegiatan tunas pokok yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen oleh pemanen itu juga (bukan oleh tim tunas khusus). Pemanen setelah melaksanakan potong buah langsung melakukan pemeliharaan pelepah pada pokok itu juga dengan mengacu pada prinsip-prinsip

19 tunas pokok sesuai umur tanaman. Pemanen diwajibkan melaksanakan kegiatan penunasan pelepah pada pokok-pokok yang tidak menjadi pokok panen pada hari itu dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip tunas pokok sesuai umur tanaman. Pelaksanaan tunas pelepah secara progresif apabila memungkinkan dapat dilakukan secara langsung pada saat panen dan apabila tidak memungkinkan dapat dilakukan melakukan hanca panen atau pada hari libur. Penunasan dengan sistem progresive pruning dibayar dengan harga tunasan sebesar Rp 900/pokok dan sistem pembayaran dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Uraian standar pelaksanaan tunas progresif dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Uraian Standar Pelaksanaan Tunas Progresif No 1

Uraian Standar pekerjaan teknis

Standar pelaksanaan Tanaman umur 0 - 8 tahun songgo 3 Tanaman umur 8 – 14 tahun tahun songgo 2 Tanaman umur > 14 tahun songgo 1 Ditunas sesuai kebutuhan pada saat panen

2

Waktu pelaksanaan

3

Rotasi

Sesuai kebutuhan individu pokok/sesuai kebutuhan jumlah pelepah ideal yang harus dipertahankan

4 5

Tenaga kerja Keuntungan

Pemanen dan mandor panen Biaya lebih rendah, penghematan tenaga kerja dan mandor serta pokok tidak stres

Sumber : Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation 2004

Penyusunan pelepah setelah penunasan yaitu cabang/pelepah daun disusun (dirumpuk) di gawangan mati dan di antara pokok sehingga membentuk huruf U (u shape) serta cabang/pelepah daun tidak perlu dipotong-potong melainkan langsung disusun saling tindih menindih dan diusahakan agar semua pangkal cabang letaknya tidak berdekatan dengan piringan (circle). Leaf Sampling Unit (LSU) Pengambilan sampel daun merupakan langkah awal dalam penentuan dosis dan aplikasi pemupukan, karenanya perlu dilakukan sesuai dengan prosedur. Tujuan utama pengambilan sampel daun adalah untuk memperoleh data tentang kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis di laboratorium, hal tersebut dilakukan karena adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

20 Pengambilan sampel daun didasarkan pada suatu unit yang dikenal dengan kesatuan sampel daun atau leaf sampling unit. Pengambilan contoh daun ini dilakukan satu kali dalam satu tahun dan digunakan untuk rekomendasi pemupukan satu tahun berikutnya setelah dilakukan pengambilan contoh daun. Kegiatan LSU ini dilakukan antara puku 07.00 - 11.00 waktu setempat dan tidak boleh dilakukan pada watu hujan atau hujan di malam hari. Interval pengambilan sampel daun dengan kegiatan pemupukan sebelumnya minimal 2 - 3 bulan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu egrek, gunting, kuas, alat tulis, cat warna biru, plastik, blankgkoo LSU, label data LSU dan foto defisiensi hara. Petugas LSU terdisri dari satu tim yang beranggotakan dua orang. Selain mengambil sampel daun, pada kegiatan LSU dilakukan juga pengamatan status hara daun pada pokok tanaman sampel dan pokok tanaman yang berada pada barisan yang sama dengan tanaman sampel. Status hara yang diamati yaitu defisiensi N, P, K, Mg dan B. Titik sampel (TS) merupakan pokok yang diambil daunnya sebagai sampel. Pokok TS pertama terletak pada baris ketiga dan pokok ketiga blok pada posisi Barat-Selatan. Pokok yang akan diambil sebagai sampel harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: pokok tidak dekat dengan jalan, sungai, bangunan dan parit, bukan pokok sisipan, pohon normal dan tidak terkena penyakit. Apabila tidak memenuhi syarat tersebut, maka TS harus digeser sebagai berikut: pokok yang berada di pinggir jalan bergeser dua pokok ke dalam, pokok dekat parit dan bangunan bergeser satu pokok, pokok yang bersebelahan dengan pokok mati/kosong bergeser dua pokok, pokok steril atau terserang penyakit bergeser satu pokok dan pokok yang tumbuh abnormal bergeser satu pokok. Daun yang diambil yaitu daun pada pelepah ke-17 atau daun yang berada pada fase perkembangan yang telah sempurna. Pelepah ke-17 dipilih karena dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain dan pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat kandungan hara N, P dan K. Penentuan pelepah ke-17 dengan menentukan terlebih dahulu pelepah pertama yaitu pelepah yang daunnya telah membuka sempurna. Setelah itu dari pelepah pertama ditentukan arah spiral pelepah kanan

21 atau kiri. Pelepah ke-17 terletak dua spiral di bawah pelepah pertama agak ke sebelah kiri pada spiral kanan dan agak ke sebelah kanan pada spiral kiri. Pelepah ke-17 diturunkan dengan menggunakan egrek, kemudian diambil anak daun tengah, yaitu anak daun yang terletak diantara pelepah yang datar dan tajam serta ditandai dengan jarum/tonjolan. Jumlah anak daun yang diambil adalah terdiri atas 3 lembar daun sebelah kanan pelepah dan 3 lembar daun sebelah kiri pelepah (Gambar 1). Helaian daun diambil bagian tengahnya sepanjang 20 cm dengan menggunakan gunting dan memisahkan lembar daun dengan lidinya kemudian memasukkan lembar daun ke dalam kantong plastik, lembaran daun bagian kanan lidi ke kantong plastik putih dan lembaran daun bagian kiri lidi ke kantong hitam. Lembaran daun dipotong menggunakan gunting dengan ukuran 2 cm. Setelah satu blok selesai diambil seluruh sampelnya dan daun sudah dipotong-potong dengan ukuran 2 cm daun-daun tersebut dimasukkan ke dalam plastik yang sudah ditentukan dan setelah itu di kirim ke Minamas Research Centre (MRC) untuk dianalisis kandungan haranya sehingga dapat digunakan untuk dosis rekomendasi pemupukan.

Gambar 1. Pengambilan Lembaran Daun pada saat LSU Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting karena biaya pemupukan sangat signifikan mencapai 60 % dari

22 total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan. Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan enam faktor yaitu jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi dan tempat diaplikasikan. Pupuk yang digunakan di kebun TSE adalah pupuk organik yaitu aplikasi janjang kosong dan pupuk anorganik yang terdiri dari rock phosphate (RP), urea, MOP, kieserite, HGFB dan dolomit. Sistem pemupukan di TSE menggunakan Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System/BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1 - 2 hanca pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan meliputi tukang angkut pupuk dari gudang sampai pengenceran pupuk di collection road dan tukang tabur pupuk. Pengenceran pupuk. Pengenceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk yang ada di gudang dan menyusunnya ke dalam truk serta mendistribusikannya ke lokasi pemupukan. Pengeceran dilakukan di collection road pada TPP (Tempat Penumpukan Pupuk) yang telah ditentukan jumlahnya sesuai dengan dosis pupuk. Losses pupuk sering terjadi pada saat pengangkutan pupuk menggunakan dump truck, saat menurunkan pupuk di TPP sering kali goni terbuka sehingga pupuk terbuang di jalan. Pengenceran pupuk dari atas kendaraan harus ditangani oleh petugas yang terlatih dan diletakkan pada tempat pengenceran yang sudah ditentukan. Pelaksanaan Aplikasi. Pelaksanaan pemupukan dikerjakan blok per blok dengan tujuan agar mutu aplikasi lebih baik, produktivitas lebih tinggi dan kegiatan supervisi lebih terkonsentrasi. Aplikasi penaburan pupuk dilakukan di batas terluar piringan (bibir piringan) dan pupuk ditabur secara merata di bawah rumpukan pelepah (yang ditumpuk secara u-shape) atau apabila di lahan terdapat aplikasi janjang kosong maka pupuk dapat ditaburkan di atas janjang kosong. Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan alat tabur yang sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis pupuk yang digunakan. Prestasi kerja kegiatan pemupukan adalah 450 kg/HK sampai 600 kg/HK dan premi yang diperoleh pekerja yaitu Rp 50.00/kg apabila sudah mencapai basis

23 sebesar 450 kg, sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 150 kg/HK. Alat pelindung Diri (APD) yang dgunakan yaitu baju lengan panjang, apron (baju keselamatan), sarung tangan, masker, pelidung kepala (topi) dan sepatu boots. Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang dapat merugikan tanaman budidaya, gulma dapat mengakibatkan kerugian-kerugian diantaranya persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan produksi dalam pengambilan air, unsurunsur hara dari tanah, cahaya dan ruang tumbuh. Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat yaitu piringan (circle) dan gawangan (interrow). Gulma yang dikendalikan seperti Clidemia hirta (bulu babi), Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Pteridium osculentum (pakis gajah), Melastoma

malabatrichum

(senduduk),

Peperomia

pelucida,

Asystasia

coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria laevis, Boreria alata, Chromolaena odorata, Ageratum conyzoides (babadotan), Brachiaria mutica, Setaria aplicata dan Eleusine indica. Pengendalian gulma yang dilakukan ada dua yaitu pengendalian gulma secara kimia dan pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma secara kimia. Gulma-gulma yang dikendalikan didominasi oleh gulma-gulma berdaun lebar seperti Clidemia hirta, Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Pteridium osculentum (pakis

gajah), Melastoma malabatrichum, Peperomia pelucida,

Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria laevis, Boreria alata, Chromolaena odorata, Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica, dan gulmagulma lain yang tumbuh di piringan dan gawangan. Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate dikenal dengan nama Block Spraying System (BSS) yaitu penyemprotan dilakukan dari blok per blok oleh tim unit semprot rayon yang terdiri atas satu orang mandor, satu orang supir, satu orang yang mengisikan racun ke dalam alat semprot dan 25 orang tenaga semprot. Penyemprotan di piringan dan gawangan dilakukan dengan rotasi

24 yang berbeda karena jenis herbisida yang digunakan berbeda. Keuntungan menggunakan sistem BSS yaitu penghematan tenaga supervisi, kontrol lebih baik, mobilitas unit semprot sangat tinggi, kualitas pencampuran racun lebih baik dan pengorganisasian lebih mudah. Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan dan gawangan yaitu herbisida sistemik. Semprot piringan menggunakan campuran herbisida dengan merk dagang Prima Up 480 SL yang mengandung bahan aktif Isopropilamina glyphosate 480 g/l dan Trap 20 WP dengan bahan aktif Metsulfuron methyl 20 %. Semprot gawangan menggunakan campuran herbisida dengan merk dagang Kenlon 480 EC yang mengandung bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 480 (g/l) dan Trap 20 WP. Konsentrasi Prima Up yang digunakan yaitu 0.8 % atau 96 ml/12 l air dan konsentrasi Trap yaitu 0.067 % atau 8 g/12 l air. Alat semprot yang digunakan yaitu sprayer dengan merk dagang Inter 12 Green yang berkapasitas 12 l. Semprot piringan menggunakan nozel kuning yang lubang semprotnya ada di tepi nozel, nozel kuning mempunyai tekanan yang kecil karena jangkauan penyemprotan gulma di piringan lebih mudah. Nozel yang digunakan untuk penyemprotan gawangan yaitu nozel hitam yang lubang semprotnya ada di ujung nozel serta tekanan nozel lebih besar dibandingkan nozel kuning sehingga semprotan airnya lebih jauh. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyemprot 34 - 35 pokok atau 1 sprayer herbisida yaitu 20 - 25 menit. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan pekerja diantaranya yaitu kerapatan dan jenis gulma serta topografi lahan. Semakin rapat pertumbuhan gulma serta semakin banyak gulma jenis daun lebar maka racun yang diberikan semakin banyak, sedangkan apabila keadaan topografi lahan yang akan disemprot semakin curam maka waktu yang digunakan untuk menyemprot semakin lama. Prestasi kerja karyawan semprot pada kegiatan semprot piringan yaitu 2 2.5 ha/HK atau 8 sprayer/HK sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 1 ha/HK atau 3 sprayer. Prestasi kerja semprot gawangan yang diperoleh karyawan semprot yaitu 1 ha/HK. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan pada kegiatan penyemprotan yaitu pakaian khusus semprot, apron, penutup kepala (topi), sepatu

25 boots, sarung tangan dan masker. APD tersebut dipakai pekerja di rumah BSS dan setelah dipakai maka dikembalikan dan dicuci di rumah BSS kembali. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengendalian Gulma secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam Sprayer (Kiri) dan Penyemprotan Piringan (Kanan) Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma manual di Teluk Siak Estate salah satunya yaitu dikenal dengan nama Bongkar Tumbuhan Pengganggu

(BTP)

yang

merupakan

kegiatan

membongkar

tumbuhan

pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit yang berada di piringan maupun gawangan. Gulma yang dibongkar yaitu gulma berkayu (anak kayu), pisang liar, keladi liar, paku-pakuan dan gulma-gulma lainnya. Alat yang digunakan untuk kegiatan BTP yaitu cados (cangkul kecil dengan lebar ± 14 cm) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya dan menggunakan parang untuk babat layang. Prestasi kerja dari kegiatan BTP yaitu 0.5 ha/HK atau satu pasar pikul. Kegiatan BTP ditunjukkan pada Gambar 3. A

B

C

Gambar 3. Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B). Parang Babat dan (C) Kegiatan BTP

26 Pengendalian Hama Monitoring hama. Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan akibat serangan tersebut menyebabkan kehilangan daun tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan dapat diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan sistem pengambilan contoh yang terdistribusi secara merata. Kegiatan sensus ulat meliputi deteksi dan perhitungan hama pada titik sensus yang sudah ditentukan. Penentuan titik sensus adalah dimulai pada baris pertama pokok pertama, baris pertama pokok ke-11, begitu selanjutnya sampai satu baris habis. Setelah itu pindah baris ke-11 pokok 1, baris ke-11 pokok ke-11 dan begitupun selanjutnya. Interval perpindahan baris dan pokok untuk sensus ulat api yaitu 10 pokok. Pengambilan contoh pelepah yang akan diamati yaitu pelepah yang paling parah terkena serangan ulat api, setelah itu dihitung jumlah dan jenis ulat yang ada pada pelepah tersebut dari kedua bagiannya yaitu bawah dan atas. Jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna dan Darna trima. Selain melakukan sensus ulat api, monitoring hama dilakukan terhadap hama lain yaitu tikus. Pengamatan terhadap serangan tikus dilihat pada buah kelapa sawit yaitu dari bekas gigitan pada buah/brondolan, kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh mantri tanaman pada saat melakukan field check. Tikus hanya memakan daging buah (mesokarp) baik pada tandan muda maupun tandan yang sudah matang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp ± 4 g/hari, sehingga kehilangan produksi mencapai ± 5 % dari produksi normal. Pengendalian hama. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian hama secara biologi dilakukan apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk menentukan skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis hama, tingkat serangan, ketersediaan alat dan bahan (insektisida atau agen biologis), serta batas waktu

27 yang tersedia untuk pengendalian. Pengendalian ulat api dengan menanam beneficial plant, tanaman yang digunakan untuk beneficial plant yaitu tanaman yang mengandung madu (nectariferous) sebagai makanan bagi musuh alami serta tempat hidup bagi predator (Sycanus croceoviattus). Jenis yang beneficial plant ditanam di TSE adalah Cassia cobanensis, Turnera subulata dan Antigonon leptopus. Penanaman tanaman Cassia cobanensis dan Turnera subulata dilakukan di sepanjang main road ataupun collection road, sedangkan tanaman Antigonon leptopus biasanya ditanam di pinggir (pojok) main road. Jenis-jenis beneficial plant yang ada di TSE dapat dilihat pada Gambar 4. B

A

C

Gambar 4. Beneficial Plant. (A)Turnera subulata, (B) Casia cobanensis dan (C) Antigonon leptopus Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas (carnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup dan aktivitas berburunya dimulai dari lepas senja hingga fajar pagi hari. Burung hantu ditempatkan pada nest box yang telah dibuat dan disediakan oleh kebun dan ditempatkan di blok yang sesuai. Monitoring nest box dilakukan sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan burung hantu pada nest box yang dipasang di kawasan tersebut. Selain dilakukan pengamatan harus dilakukan juga pemeliharaan nest box seperti dari gangguan serangga atau kotoran dari burungburung liar lainnya.

28 Pemanenan Panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip buah rontok (brondolan) yang tercecer di dalam dan di luar piringan, selanjutnya menyusun tandan buah segar (TBS) di tempat pengumpulan hasil (TPH). Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua tandan (janjang) masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi panen yang tepat waktu, jumlah pemanen yang cukup, kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen yang lengkap (peralatan panen, pasar rintis, piringan, titi panen, TPH), sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik. Rotasi panen. Rotasi panen (umur pusingan/interval panen) merupakan faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan seluruh kegiatan panen dan merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS dan biaya. Rotasi panen harus dijaga agar tidak telambat (umur pusingan > 9 hari) atau terlalu cepat (umur pusingan < 7 hari). Rotasi panen yang telambat dapat mengakibatkan buah menjadi empty bunch (janjang kosong) sehingga jumlah brondolan (persen brondolan) sangat tinggi yang mengakibatkan penyelesaian hanca terlambat, basis borong sulit tercapai, prestasi kerja (kg/ha) turun dan biaya panen (Rp/kg) meningkat, peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip bersih)

tinggi,

serta kualitas

minyak rendah.

Rotasi panen terlambat

mengakibatkan penyelesaian hanca pada seksi panen hari itu menjadi tertunda. Rotasi panen yang terlalu cepat (umur pusingan < 7 hari) akan mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak mentah) dan buah unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerja. Peningkatan jumlah buah under ripe dan unripe dapat mengakibatkan persentase OER (Oil Extraktion Rate) rendah. Peningkatan biaya pengolahan (Rp/kg TBS diolah) karena pengolahan TBS di PKS tidak optimal akibat tingginya persentase buah mogol sehingga proses perebusan menjadi lebih lama.

29 Kriteria matang panen. Kriteria panen yang digunakan di Teluk Siak Estate yaitu pemotongan tandan buah segar (TBS) dilakukan jika sedikitnya 5 (lima) brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara alami serta buah berwarna kemerahan. Buah matang (ripe) adalah buah dengan sedikitnya 10 brondolan yang lepas secara alami sampai di TPH serta buah berwarna kemerahan. Buah dikategorikan kurang matang (under ripe) apabila hanya ada 5 - 9 brondolan yang terlepas secara alami sampai di TPH, sedangkan buah di kategorikan mentah (unripe) apabila jumlah brondolan yang terlepas secara alami kurang dari 5 (lima) butir dan buah berwarna hitam. Empty bunch yaitu buah yang brondolan lepas alami > 95 % dan belum ada tanda-tanda busuk pada permukaan potong buah. Buah yang dikategorikan mempunyai gagang panjang (long stalk) jika hasil potongan gagang panjang lebih dari 5 cm yang diukur dari permukaan buah samapi sisi permukaan buah yang miring. Old crop merupakan buah yang tidak terangkut > 2 hari. Sistem dan organisasi panen. Sistem organisasi panen yang efektif dan efisien yang diterapkan di TSE di kenal dengan BHS (Block Harvesting System). BHS adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. BHS mempunya ciri-ciri yaitu, setiap divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen, terdapat satu kelompok panen per divisi atau per kebun dalam setiap hari kerja, setiap hari kerja harus menyelesaikan satu seksi panen, pemanen mendapatkan hanca panen tetap, kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS dan kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama. Sistem BHS yang diterapkan di TSE yaitu BHS Non DOL (Non Division of Labour) yang dalam sistem ini satu orang tenaga bekerja sebagai cutter, carrier dan picker. Organisasi pelaksanaan kegiatan panen di TSE terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani cek sawit (kerani buah), mandor I, asisten dan manajer. Jumlah tenaga pemanen di masing-masing divisi berbeda tergantung luasan kemandoran yang harus dipanen. Jumlah mandoran panen setiap divisi terdiri dari tiga mandoran yang setiap mandor membawahi 18 - 20 pemanen serta masingmasing mandoran mempunyai satu orang kerani cek sawit (kerani buah).

30 Persiapan panen. Persiapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan panen yaitu persiapan kondisi areal, penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan mandoran, serta penyediaan peralatan kerja. Pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal sebelum TBM menjadi TM yaitu perbaikan jalan di main road maupun di collection road, perbaikan pasar rintis dan titi panen, pembersihan piringan, serta pembuatan TPH pada setiap tiga pasar rintis atau enam baris tanaman. Pada setiap TPH berisi keterangan tentang nomor TPH dan blok tempat TPH berada. Penetapan seksi panen mempunyai fungsi utama sebagai kerangka area kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen disusun sedemikian rupa sehingga dalam satu seksi diselesaikan dalam satu hari, mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol asisten, mandor I dan mandor panen, transportasi TBS lebih efisien dan output pemanen lebih tinggi. Penetapan luas hanca mandoran berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam proses supervisi, sehingga diharapkan timbulnya rasa tanggung jawab atas pemeliharaan mutu hanca dan siklus buah dalam jangka panjang serta membangun budaya kompetisi yang sehat antar mandor panen. Penentuan luas hanca permandoran tergantung jumlah pemanen yang ada dan keseragaman waktu penyelesaian hanca dengan mandoran lain. Luas hanca tiap pemanen ditentukan berdasarkan output yang akan dicapai, hectare coverage yang dapat diselesaikan pemanen dan keadaan topografi. Setiap pemanen mendapatkan luas hanca untuk satu hari adalah 3 ha atau 6 pasar rintis per pemanen. Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dari pagi yang didahului dengan lingkaran pagi pemanen dengan mandor panen untuk pembagian hanca pemanen dan memeriksa kelengkapan alat panen. Setelah melaksanakan lingkaran pagi pemanen langsung memasuki hanca tetap masing-masing sesuai dengan batas hanca yang sudah ditentukan. Start awal dan arah panen dari setiap tenaga pemanen pada masing-masing mandoran dilakukan dengan searah. Pemotongan pelepah yang menjadi penyangga buah masak tidak boleh sengkleh dan dijaga agar tidak over pruning ataupun sebaliknya dan setelah itu pelepah disusun di gawangan mati secara u shape. Memotong buah yang sudah matang kemudian

31 gagang panjang dipotong 5 cm dari potongan buah. Buah yang telah dipotong lalu diangkut ke TPH dan disusun di TPH secara teratur (kelipatan lima ke belakang) kemudian di stempel sesuai dengan stempel yang telah diberikan. Isi dari stempel untuk TBS yaitu kode nama kebun, divisi, nomor pemanen dan mandor. Brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam goni yang sudah disediakan dan diletakkan di TPH. Kerani cek sawit menghitung dan mencatat TBS dan brondolan sedangkan mador panen memeriksa mutu hanca setiap pemanen. Peralatan panen yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi alat potong buah dan alat angkut buah ke TPH. Jenis, spesifikasi dan kegunaan beberapa peralatan panen disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Peralatan Panen di Teluk Siak Estate No 1

Nama Alat Dodos kecil

Spesifikasi Berbentuk tembikar dengan lebar mata 8 cm

2

Dodos besar

Berbentuk tembikar dengan lebar mata 14 cm

3

Pisau egrek

4

Harvesting pole

Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135 Aluminium ukuran 6 m dan 12 m

5

Goni bekas pupuk

Ukuran tergantung jenis pupuk

6

Angkong

Kereta sorong dengan satu roda

7

Ganco

8

Tojok

Besi beton 3/8 inch dengan panjang sesuai kebiasaan setempat Besi berbentuk seperti tombak

9

Alat Pelindung Diri (APD)

Helm, sarung tangan, sarung dodos/egrek

Kegunaan Potong buah tanaman umur 3 - 4 tahun atau TM 1 dan TM 2 Potong buah tanaman umur 5-8 tahun atau TM 3-TM 6 Potong buah tanaman umur > 9 tahun

Galah pisau egrek Wadah brondolan (alas brondolan) di TPH atau wadah memindahkan brondolan ke transport Alat (wadah) untuk transport TBS ke TPH Memuat TBS ke angkong

Memuat TBS ke alat transport Melindungi diri dari bahaya keselamatan kerja

Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan sebaik mungkin agar buah tidak restan di kebun dan sasaran utamanya menjaga mutu mutu produk yang akan dihasilkan yaitu kandungan asam lemak bebas (ALB)

32 yang rendah. Unit transportasi yang disediakan untuk transportasi TBS yaitu sebanyak tiga angkutan untuk satu divisi. Alat transportasi yang digunakan yaitu DT Colt diesel dengan kapasitas angkut 7 ton/unit dan jenis DT Colt Diesel HINO kapasitas angkut yaitu 10 ton/unit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pengangkutan (trip) TBS membutuhkan waktu 2 jam dan setiap unit mampu mengangkut sebanyak 3 - 4 kali dalam satu hari. Sistem premi dan denda. Tujuan dari penentuan premi panen yaitu memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar yang ditentukan (basis), merangsang pekerja untuk berupaya mencapai output di atas standar, mendorong kenaikan output dengan biaya yang lebih rendah dan memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya. Jenis premi yang ada pada kegiatan panen yatiu premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong yaitu premi yang diberikan kepada pemanen apabila tonase janjang yang diperoleh pemanen sama dengan atau melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang telah ditentukan. Basis yang ditentukan di TSE yaitu sebesar 1 300 kg tetapi untuk hari jumat yaitu 930 kg, pemanen mendapatkan premi sebesar Rp 13 500.00 apabila mendapatkan hasil panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang ditentukan. Premi lebih borong yaitu premi yang diberikan kepada pemanen apabila jumlah tonase janjang panen yang diperoleh pemanen melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang telah ditentukan. Premi untuk supervisi dihitung berdasarkan persentase terhadap total premi karyawannya. Premi tidak hanya diberikan kepada pemanen, tetapi diberikan juga kepada mandor panen, kerani cek sawit dan mandor 1. Perhitungannya sebagai berikut: 1. Mandor panen

=

2. Kerani cek sawit

=

3. Mandor 1

=

jumlah premi pemanen jumlah pemanen jumlah premi pemanen jumlah pemanen

x 150 % x 125 %

jumlah premi mandor panen jumlah mandor panen

x 150 %

Perusahaan menetapkan denda terhadap kesalahan/pelanggaran yang terjadi untuk memberikan pembelajaran dalam bentuk sangsi/denda atas kesalahan yang dilakukan sehingga memberikan manfaat bagi perusahaan, menegakkan

33 disiplin panen agar munculnya budaya tertib kerja dan menerapkan asas keadilan dari hasil evaluasi prestasi dan kesalahan. Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen wajib dilakukan secara up todate dan akurat dengan tujuan data-data hasil kerja pada hari tersebut, sebagai bahan analisis dalam proses evaluasi kerja panen, sebagai referensi atau pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan dalam pengambilan keputusan atas masalah-masalah yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan panen, alat bantu dalam proses supervisi, data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran upah dan premi serta sebagai salah satu alat ukur tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen. Administrasi panen dalam kegiatan sehari-hari, mingguan dan bulanan meliputi: Buku Kegiatan Mandor (BKM), Pusingan Potong Buah, pemeriksaan Mutu Buah dan Mutu Hanca, Rekapitulasi Pemeriksaan Mutu Buah dan Mutu Hanca, Buku Penerimaan Buah dan Brodolan, Notes potong Buah, surat Pengantar Buah (SPB), Taksasi Produksi, Crop Book, Laporan Potong Buah SKU (LPB–SKU), Laporan Produksi dan Biaya serta Laporan Rekapitulasi. Pengolahan TBS Tandan buah segar (TBS) yang berasal dari TSE, APE (Aneka Persada Estate) dan PSE (Pinang Sebatang Estate) diterima dan diolah di Teluk Siak Factory (TSF) yang mempunyai kapasitas olah 45 ton/jam. Pabrik kelapa sawit secara umum terdiri dari stasiun penerimaan buah, perebusan, pemipilan, pencacahan, pengempaan, pemurnian dan stasiun nut-kernel. Selain itu ada juga stasiun pendukung yaitu stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk, bengkel dan pengolahan limbah. Stasiun penerimaan buah. TBS yang diangkut dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS, yaitu pada saat angkutan masuk membawa TBS kemudian menuangkan TBS di loading ramp setelah itu truk kosong ditimbang kembali untuk mengetahui berat bersih TBS yang masuk pabrik. Jembatan timbang mempunyai fungsi utama untuk menimbang TBS dan

34 brondolan yang masuk, menimbang CPO, janjang kosong, serta kernel yang keluar pabrik. TSF mempunyai dua unit jembatan timbang berkapasitas 40 ton serta dua unit penampungan buah (loading ramp). Loading ramp yaitu tempat menampung TBS yang diturunkan dari truk merupakan bangunan dengan lantai miring bersudut ± 270 tujuannya untuk mempermudah masuknya TBS ke dalam conveyor yang selanjutnya didistribusikan masuk ke lori, lori yang telah berisi TBS dan di tarik ke stasiun rebusan dengan menggunakan capstand. Stasiun perebusan (sterilizer). Perebusan TBS mempunyai tujuan untuk menghentikan kegiatan enzim penyebab hidrolisis minyak untuk mencegah meningkatnya FFA (Free Fatty Acid) atau yang lebih dikenal dengan ALB (Asam Lemak Bebas), memudahkan proses pemipilan pada tresher untuk melepaskan brondolan dari tandannya, selama proses perebusan kadar air dalam buah akan berkurang sehingga memudahkan proses pengambilan minyak selama proses pengempaan (press), serta memudahkan proses pelepasan inti sawit dari cangkangnya dengan berkurangnya kadar air dalam biji maka daya ikat biji terhadap cangkangnya akan berkurang. Pada proses perebusan limbah yang dihasilkan yaitu berupa air kondensat yang kemudian dialirkan ke kolam limbah. Perebusan TBS yaitu memanaskan buah dengan uap pada temperatur 120 130 0C dan tekanan 2.5 - 2.8 kg/cm² selama 80 - 90 menit untuk satu kali proses perebusan. Proses perebusan dilakukan di dalam bejana tertutup rapat yang bebentuk silinder horizontal. Jumlah bejana rebusan yang terdapat di TSF sebanyak tiga unit. Stasiun bantingan (tresher). Buah yang telah matang dari rebusan dipisahkan antara buah (brondolan) dengan janjangnya di stasiun bantingan. Alat yang digunakan yaitu rotary drum tresher dengan kecepatan 23 rpm (rotary per menit), di TSF sendiri terdapat dua unit rotary drum tresher. Brondolan yang keluar ditampung melalui conveyor dan akan dikirim ke stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser), sedangkan janjanga kosong dengan bantuan conveyor ditampung pada hopper untuk dimuat ke truk dan diaplikasikan di kebun. Stasiun pencacahan (digester) dan stasiun pengempaan (presser). Tujuan utama dari proses pencacahan yaitu mempersiapkan daging buah untuk

35 pengempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah. Alat yang digunakan untuk pencacahan berbentuk silinder/bejana yang di dalamnya dilengkapi dengan batang pengaduk yang terus berputar. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar berupa bubur akan langsung masuk ke alat pengempaan yang berupa kempa ulir (screw press) untuk memeras daging buahnya dan diambil minyak kasar, serabut, serta nut/biji. Selama proses pengempaan diharapkan tidak ada minyak kasar yang tertinggal pada serabut dan tidak ada nut/biji yang pecah akibat pengempaan yang terlalu kuat. PKS Teluk Siak mempunyai tiga unit presser yang terpasang dan mempunyai kapasitas 15 ton/unit/jam. Stasiun pemurnian (clarifier). Stasiun pemurnian yaitu stasiun yang bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran seperti padatan, lumpur dan air. Minyak kasar yang berasal dari proses pengempaan harus dibersihkan dari kotoran baik berupa padatan maupun air agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Proses pemurnian minyak kasar menjadi minyak murni dilakukan dengan prinsip penyaringan, pengendapan dan pemusingan yang terjadi pada beberapa tahap. Minyak kasar dari proses pengempaan akan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk menyaring kotoran berupa fiber (serabut), lumpur dan pasir. Minyak hasil saringan kemudian ditampung di COT (Crude Oil Tank). Kotoran yang tidak lolos saringan bergetar masuk kembali ke digester melalui conveyor dan elevator yang terhubung. Minyak kasar yang terkumpul di COT dipanaskan hingga temperatur mencapai 95 0C untuk memperbesar perbedaan berat jenis minyak, air dan sludge. Minyak yang sudah dipanaskan di COT selanjutnya dikirim ke tangki pengendap (Continous Setting Tank/CST). CST berfungsi untuk memisahkan minyak dan sludge dengan proses pengendapan. Minyak dari CST dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Minyak kemudian dikirim ke vacuum dryer untuk dipanaskan hingga suhu 90 – 95 0C, vacuum dryer dilengkapi dengan vacum pump yang berfungsi untuk memerangkap butiran air yang terpisah dari minyak murni. Minyak murni yang diperoleh kemudian dikirim ke storage tank dan air yang terperangkap

36 ditampung pada hot well tank. Selain itu dilakukan pengutipan kembali minyak yang masih terikut dengan sludge di sludge tank dan minyaknya ditampung di recovery oil tank kemudian dikembalikan ke CST, sedangkan sisa lumpur dan air dibuang ke fat fit dan selanjutnya dialirkan ke kolam limbah. Stasiun nut-kernel. Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan campuran serabut dan biji sawit yang keluar dari screw press. Pemisahan inti dan serabut dilakukan secara pneumatic yaitu pemisahan dengan hisapan udara. Gumpalan ampas yang sudah di pres (campuran biji dan serabut) yang berbentuk gumpalan akan di pecah di cake breaker conveyor untuk mempercepat penguapan air di dalam serabut, agar serabut menjadi lebih ringan dan mudah dipisahkan dengan biji. Biji/nut dari polishing drum akan dikirim ke ripple mill untuk dipecah, ripple mill ini dilengkapi dengan batang biji dimana saat rotornya berputar menggerakkan/melempar biji sehingga biji dapat dipecah. Hasil pemecahan dari nut di ripple mill yang berupa kernel, cangkang dan kotoran halus akan dikirim ke LTDS 1 dan 2 untuk dipisahkan. Pemisahan pertama yaitu pemisahan kering dengan hisapan udara yang memanfaatkan perbedaan berat antara kernel dengan cangkang (LTDS 1 dan 2). Pemisahan kedua yaitu pemisahan basah dengan menggunakan hidrocyclon, pemisahan didasari pada perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang dengan cara pusingan dan bantuan gaya sentrifugal. Kernel yang sudah siap/matang dikirim ke bulk silo untuk siap dikirim. Pengelolaan Limbah Pengolahan TBS di pabrik kelap sawit selain menghasilkan produk utama CPO dan kernel akan menghasilkan produk sampingan (by product) berupa limbah padat dan limbah cair (POME). Banyaknya limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS menuntut perusahaan untuk dapat mengelola limbah tersebut dengan tepat sehingga tidak merugikan bagi lingkungan sekitar. Perusahaan juga harus bisa mentaati peraturan yang sudah ditetapkan pemerintah mengenai penanganan limbah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Limbah padat. Janjang kosong (JJK) adalah limbah padat janjang (tandan) kelapa sawit yang telah dipisahkan dengan buahnya (brondolan) dan berasal dari stasiun bantingan (tresher) di pabrik kelapa sawit. Produksi JJK

37 sekitar 21 – 23 % dari jumlah TBS yang diolah atau sekitar 210 - 230 kg JJK dari setiap 1 ton TBS yang diolah. JJK yang berasal dari stasiun bantingan diangkut melalui conveyor dan dikumpulkan di hopper sebelum diangkut dan diaplikasikan ke lahan. Pengangkutan JJK dari PKS ke blok-blok aplikasi menggunakan jenis truk DT Colt Diesel dengan kapasitas angkut 6 ton dan DT Colt Diesel HINO kapasitas angkutnya 8 ton, truk tersebut mengangkut JJK setelah mengantarkan TBS ke PKS. JJK yang diangkut oleh truk kemudian ditumpuk di collection road yang telah diberi pancang bambu di barisan gawangan mati dan setiap tumpukan JJK sebanyak 6 - 8 ton. JJK yang sudah ditumpuk kemudian diaplikasikan di dalam blok dengan cara manual yaitu diecer dengan menggunakan angkong dan menggunakan alat gancu untuk pengaplikasiaannya. Aplikasi JJK pada tanaman menghasilkan (TM) dengan dosis aplikasi yaitu 250 kg/pokok dan diletakkan di gawangan mati diantara 4 pokok untuk satu titik aplikasi sehingga dalam satu titik terdapat 1 ton JJK. JJK yang dapat diaplikasikan untuk luasan 1 ha sebanyak 34 ton JJK atau sebanyak 34 titik. Kapasitas angkut JJK sebanyak 50 - 60 kg setiap, sehingga untuk satu titik dibutuhkan 17 - 20 angkong JJK. Aplikasi JJK dengan teknik mulching yaitu diaplikasikan sebagai mulsa terutama digunakan untuk mengendalikan gulma. Gulma-gulma yang dikendalikan dengan aplikasi JJK diataranya pakis udang, pakis gajah, pakis kawat dan gulma-gulma lainnya sehingga diharapkan tumbuh pakis air. Aplikasi JJK ditumpuk (disebar) menjadi satu lapis untuk menghindari perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Kegiatan aplikasi JJK di lahan ditunjukkan pada Gambar 5.

A

B

C

B

C

Gambar 5. Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di Collection Road, (B) Kegiatan Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik Mulching

38

Pekerjaan aplikasi JJK di Divisi II TSE dalam satu hari dilakukan oleh empat orang karyawan SKU dan diawasi oleh satu orang mandor. Prestasi kerja karyawan dan standar kerja aplikasi JJK yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 7 ton/HK atau sebanyak 7 titik/HK. Berdasarkan jumlah tenaga kerja aplikasi, JJK yang dapat diecer yaitu sebanyak 28 ton atau 28 titik untuk satu hari aplikasi. Blok-blok yang akan diberikan aplikasi JJK direkomendasikan oleh Departemen Riset setiap tahunnya dalam suatu program pemupukan kebun yang menyeluruh. Blok-blok yang akan diaplikasi JJK harus disurvei terlebih dahulu kelayakannya, dengan persyaratan sebagai berikut: TM yang terletak dalam radius 10 km dari PKS, tanah mineral sebaiknya bertekstur ringan (berpasir), bukan daerah rendahan, drainase harus baik, sarana jalan dan jembatan berfungsi baik. Limbah Cair (POME). Pengolahan TBS di pabrik menghasilkan produk sampingan berupa limbah cair yang berasal dari proses perebusan (sterilizer), pemurnian (clarifier), air cucian pabrik dan air buangan dari proses pemisahan cangkang dan inti sawit (hydrocyclon). Limbah yang dihasilkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik tetapi harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat diaplikasikan ke lahan. Sebelum diaplikasikan ke lahan limbah terlebih dahulu ditampung di dalam 8 kolam penampungan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan harus mendahului beberapa perlakuan untuk menurunkan kadar BOD yang sesuai untuk diaplikasikan yaitu BOD 2 500 – 3 000 mg/l. Kolam instalasi eengolahan air limbah di PKS dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah

39 Limbah cair yang telah diolah diaplikasikan di lahan dengan menggunakan sistem flat bed (kolam datar) yaitu sistem aplikasi limbah secara irigasi yang ditampung di dalam kolam-kolam dangkal dan datar dihubungkan dengan saluran parit untuk mengalirkan limbah dengan ketinggian yang relatif tidak sama dan mengikuti kemiringan tanah. Flat bed dibuat di gawangan mati yaitu gawangan yang berselingan dengan pasar rintis/jalan panen, berbentuk empat pesegi panjang dengan ukuran panjang 3 m, lebar 2.12 m dan kedalaman 0.6 m sehingga volume flat bed yaitu 3.84 m3. Jarak antar flat bed dipisahkan oleh pamatang dengan lebar 0.4 - 0.5 m. Jumlah flat bed yang ada di TSE yaitu 131 flat bed per hektar, tetapi dalam proses pengisian POME tidak semua flat bed diisi dikarenakan 2 - 3 flat bed paling ujung dijadikan sebagai parit pengaman untuk mengantisipasi luapan limbah pada saat hujan lebat sehingga limbah tidak mencemari ke lingkungan. Pemantauan ada tidaknya dampak aplikasi limbah terhadap kualitas air tanah dilakukan dengan pembuatan sumur pantau yang dilakukan analisis laboratorium terhadap air sumur tersebut setiap bulannya. Gambar sumur pantau dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Sumur Pantau Blok aplikasi limbah cair dipilih dari blok yang tidak terlalu jauh letaknya dari PKS (maksimal berjarak 5 km dari PKS), mempunyai topografi yang tidak terlalu datar supaya memudahkan pengaliran limbah antar flat bed dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi limbah dalam satu blok dapat dilakukan semaksimal mungkin. Limbah yang diaplikasikan ke blokblok aplikasi di kebun berasal dari kolam nomor 8 di stasiun IPAL, limbah dialirkan ke lahan dengan menggunakan pompa yang rata-rata pemopaan limbah 60 m³/jam atau sama dengan sekitar 60 ton/jam. Limbah dialirkan melalui pipa,

40 pipa yang digunakan adalah pipa utama jenis PVC berdiameter 6 inch, pipa sekunder diameter 4 inch dan pipa distribusi di lahan yaitu pipa diameter 2 inch. Limbah dari pipa 2 inch langsung dialirkan flat bed melalui kran dan mengalir antar flat bed secara gravitasi melalui pipa penghubung atau parit antar tiap flat bed. Gambar aplikasi limbah cair ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Aplikasi Limbah Cair. Pengisian Limbah Cair ke dalam Flat Bed (Kiri), Flat Bed Berisi Limbah Cair (Kanan) Lahan aplikasi limbah cair di TSE ada 8 blok dan luas total lahan aplikasi yaitu 120 ha dengan jumlah flat bed sebayak 15 694 buah. Kegiatan aplikasi limbah cair Divisi II TSE dilakukan setiap hari dan setiap blok diaplikasikan limbah cair sebanyak empat kali dalam satu bulan (rotasi aplikas satu minggu sekali). Rata-rata aplikasi limbah cair untuk pengisian flat bed yaitu 16 jam/hari dan debit limbah yang diaplikasikan 46 m³/jam sehingga banyaknya limbah cair yang diaplikasikan yaitu 736 m³/hari atau 18 400 m³/bulan (18 381.6 ton/bulan). Aplikasi limbah cair tidak dilakukan di saat hujan, selain itu pengaliran limbah cair ke lahan dihentikan apabila pabrik tidak berproduksi, terjadi kerusakan pompa dan kebocoran pipa. Koordinasi pengaplikasian limbah cair dilakukan antara PKS dan kebun. PKS berperan melaksanakan pemasangan dan pemeliharaan instalasi pompa dan pipa-pipa ke areal aplikasi limbah cair, memelihara, merawat dan mengatur penggunaan pompa aplikasi sesuai jadwal aplikasi, serta pemeliharaan dan perawatan kolam-kolam limbah. Tenaga kerja yang bertugas terdiri dari dua orang karyawan yang terbagi dari dua shift, satu orang bekerja dari pagi sampai sore dan satu lainnya dari sore sampai malam atau esok hari yang biaya tenaga kerja dibebankan ke pihak PKS.

41 Kebun berperan dalam pelaksanaan pendistribusian limbah cair pada setiap flat bed sesuai jadwal aplikasi yang telah ditetapkan. Aplikasi limbah cair yang dilakukan di Divisi II TSE diawasi oleh satu mandor aplikasi limbah cair yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan karyawan, pencatatan (monitoring) jumlah flat bed yang sudah teraplikasi dan lama aplikasi. Tenaga kerja aplikasi limbah cair terdiri dari tiga orang pekerja yang terbagi dalam dua shift, satu orang bekerja pagi hari sampai sore dan dua orang bekerja dari sore sampai malam atau sampai pagi esok hari. Tenaga kerja aplikasi limbah cair dilengkapi alat cangkul atau parang serta bertugas untuk membuka dan menutup kran serta mengawasi pengaliran, merawat flat bed, pembersihan gulma di flat bed dan pendalaman flat bed akibat pendangkalan. Standar kerja yang ditetapkan untuk aplikasi limbah cair yaitu 7 jam/HK dan aplikasi di luar jam kerja untuk pekerja pabrik dan pekerja kebun dihitung sebagai lembur. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan pabrik dan karyawan kebun rata-rata di atas standar yang sudah ditetapkan.

Aspek Manajerial Pandamping Mandor Selain mengikuti kegiatan tentang semua aspek teknis di kebun, penulis juga mengikuti kegiatan di bidang manajerial yaitu berperan sebagai pendamping supervisi yang ada di kebun tersebut. Setiap pagi semua supervisi melakukan antrian pagi dengan asisten untuk melaporkan kegiatan yang sudah dilaksanakan hari sebelumnya dan asisten divisi akan mengatur pembagian pekerjaan yang akan dilakukan pada hari itu. Setelah melakukan antrian pagi dengan asisten divisi, setiap supervisi juga melakukan kegiatan lingkaran pagi dengan karyawan masing-masing mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Mandor juga melakukan absensi karyawan, mengisi Buku Kegiatan Mador (BKM) mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan, jumlah tenaga kerja dan luasan hasil yang diperoleh pada hari sebelumnya. Mandor I. Mandor I merupakan tangan kanan dari asisten yang posisi jabatannya berada di bawah asisten divisi yang mengatur semua kegiatan teknis di

42 lapangan sehingga tanggung jawab mandor I lebih luas dibandingkan mandormandor lainnya. Tugas dan kewajiban mandor I adalah mengatur kongsi kerja mandor-mandor, mengontrol dan mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan, memeriksa hasil kerja mandor-mandor dan membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan pekerjaan di lapangan kepada asisten. Mandor Pupuk. Mandor pupuk mempunyai tugas untuk membuat perencanaan blok yang akan dipupuk atas persetujuan asisten divisi, memberikan pengarahan serta mendata karyawan pemupukan yang hadir, mengatur dan mengecek alat tabur untuk masing-masing karyawan pupuk, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemupukan di lapangan (langsir dan tabur), melakukan pemeriksaan mutu pemupukan pada saat itu dan membuat laporan kepada asisten, bertanggung jawab terhadap goni bekas pupuk dan membuat monitoring pemupukan. Mandor Semprot. Tugas mandor semprot yaitu mendata tenaga semprot yang ada, memberi pengarahan kepada karyawan semprot mengenai pelaksanaan teknis penyemprotan, menentukan blok mana yang akan disemprot sesuai rencana kerja yang telah dibuat, mencampur herbisida untuk penyemprotan yang akan dilakukan, mengatur dan mengecek alat untuk masing-masing penyemprot, mengarahkan, membagi hanca tiap karyawan semprot serta mengawasi penuh pekerjaan semprot di lapangan, melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor, mengisi buku monitoring penyemprotan serta pemakaian bahan dan membuat laporan inventaris alat-alat semprot Mandor Aplikasi Limbah Cair. Mandor aplikasi limbah cair mempunyai tugas untuk membuat perencanaan pelaksanaan pengaplikasian limbah cair, mengatur dan mengawasi karyawan dalam pengaplikasian limbah cair agar pengisian flat bed dilakukan dengan baik serta limbah tidak meluap keluar flat bed, memastikan kondisi pipa-pipa yang mengalirkan limbah cair dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kebocoran pipa dan pencatatan jumlah flat bed yang sudah teraplikasi, serta lama aplikasi. Mandor Aplikasi Janjang Kosong (JJK). Tugas mandor aplikasi janjang kosong yaitu mengabsen tenaga aplikasi JJK, memberikan arahan kepada karyawan mengenai pelaksanaan teknis aplikasi janjang kosong, menentukan blok

43 mana yang akan diaplikasi JJK dan melakukan pengawasan terhadap kinerja karyawan. Selain itu mandor aplikasi JJK harus membuat laporan di buku kegiatan mandor dan mencatat jumlah semua JJK yang diangkut dari PKS ke kebun maupun jumlah JJK yang diaplikasikan. Mandor Perawatan. Tugas dari mandor perawatan yang biasanya kegiatan Bongkar Tumbuhan Penggaggu (BTP) adalah memberi pengarahan dan mengabsen tenaga perawatan, menentukan pembagian hanca untuk kegiatan BTP sesuai dengan lokasi yang akan dikerjakan, melakukan kontrol terhadap mutu pekerjaan perawat, memastikan semua alat yang akan digunakan dalam kondisi baik/siap pakai, menerima instruksi/pengarahan kerja dari asisten tentang teknis di lapangan dan melaporkan hasil kerja dan HK yang digunakan ke dalam BKM. Mandor Panen. Mandor panen di setiap divisi terdiri atas tiga orang yang mempunyai luasan tertentu yang diawasi. Tugas dan kewajiban dari mandor panen yaitu melakukan lingkaran pagi dengan karyawan sekaligus pemberitahuan mengenai hasil kerja, sangsi-sangsi kerja, memeriksa kelengkapan alat panen, mendata karyawan panen yang hadir setiap harinya, mengatur/membagi hanca karyawan panen, mengawasi kegiatan panen dari awal sampai akhir, melakukan pemeriksaan mutu hanca potong buah (Structure Block Supervision/SBS) minimal 160 pokok untuk empat tenaga panen serta melakukan pemeriksaan mutu buah dari empat tenaga panen dan membuat laporannya utuk diserahkan kepada asisten, membantu memastikan TBS yang dipanen hari itu terangkut seluruhnya ke PKS dan melakukaan koordinasi dengan kerani buah, membuat laporan prestasi kerja potong buah di monitoring produksi serta membuat taksasi produksi untuk panen esok hari. Kerani Cek Sawit (KCS). Tugas dan kewajiban KCS yaitu mengecek jumlah TBS dan mutu TBS per TPH dan mencatatnya ke dalam buku penerimaan buah kelapa sawit serta mencatat total buah masak, buah mentah, dan buah kurang masak yang dipanen karyawan, membuat surat pengantar buah (SPB), memastikan TBS yang dipanen hari itu terkirim seluruhnya ke PKS dan membuat laporan potong buah (LPB) serta mencatat premi yang diperoleh pemanen ataupun denda bagi pemanen karena melakukan kesalahan seperti memotong buah mentah.

44 Kerani buah harus memastikan bahwa buah yang dikirim ke PKS harus sesuai dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan perusahaan. Kerani Keliling. Tugas dari seorang kerani keliling yaitu melakukan pendaataan karyawan yang masuk kerja dan alokasi tenaga kerja setiap harinya, selain itu secara langsung memastikan dan memeriksa tenaga kerja tersebut di lapangan. Kerani keliling juga bertugas membatu kerani divisi dalam melakukan perekapan hasil produksi setiap harinya dan merekap semua absensi supervisi maupun karyawan setiap harinya. Kerani Divisi. Tugas dari kerani divisi yaitu mengurusi seluruh kegiatan administrasi di yang dilakukan di kantor divisi baik harian, bulanan, maupun tahunan. Kerani divisi harus membuat laporan produksi dan perawatan tanaman ke dalam buku prestasi dan melaporkan ke kantor besar, memeriksa LPB dari kerani cek sawit, mengisi laporan produksi dan biaya, membuat bon permintaan barang, membuat rekapitulasi prestasi dan premi hasil kerja karyawan. Pendamping Asisten Pengelolaan kegiatan teknis yang dilakukan oleh asisten Divisi meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kepada kerani divisi, mandor 1, mandor dan karyawan, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap seluruh pekerjaan dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi yang dilakukan Asisten Divisi meliputi pembuatan rencana kerja (harian, bulanan dan tahunan), memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya yang ada di divisi serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani dalam menjalankan tugasnya. Mandor membantu dalam hal keperluan teknis divisi, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan sedangkan kerani membantu asisten dalam hal administrasi. Asisten divisi merancang anggaran produksi dan perawatan kebun bersama senior asisten, KTU dan manajer kebun. Anggaran yang relah dibuat tersebut digunakan sebagai acuan untuk target produksi semester dan bulanan, kebutuhan bahan, serta kebutuhan dan pemakaian tenaga kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi dan Karakteristik Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit Pengolahan tandan buah segar (TBS) yang dilakukan pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan produk sampingan (by product) dalam bentuk limbah padat yang berupa serabut (fiber), janjang kosong (JJK) dan cangkang serta limbah cair yang biasanya dikenal dengan POME (Palm Oil Mill Effluent). Limbah padat dan cair kelapa sawit harus dikelola dengan tepat karena berpotensi untuk dimanfaatkan kembali sehingga limbah tersebut mempunyai nilai ekonomis yang tinggi yaitu sebagai bahan sumber unsur hara bagi tanah. PT Aneka Intipersada memiliki satu pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF) yang memiliki kapasitas olah 45 ton/jam. Komposisi jenis limbah yang dihasilkan oleh TSF disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Komposisi Jenis Limbah yang Dihasilkan Teluk Siak Factory Janjang Fiber Cangkang POME Kosong .....................................................(ton).......................................................... Jan/2011 14 631.671 2 292.300 1 902.117 731.584 8 779.003 Feb/2011 13 566.164 2 940.940 1 763.601 678.308 8 139.698 Mar/2011 15 665.731 2 272.000 2 036.545 783.287 9 399.439 Apr/2011 15 222.926 2 049.300 1 978.980 761.146 9 133.756 Mei/2011 15 146.682 2 298.570 1 969.069 757.334 9 088.009 Jun/2011 14 918.068 2 309.930 1 939.349 745.903 9 027.444 Jul/2011 16 200.542 2 890.110 2 106.070 810.027 8 961.823 Agt/2011 13 332.328 3 242.630 1 733.203 666.616 7 999.397 Sep/2011 18 933.288 3 368.750 2 461.327 946.664 11 359.973 Okt/2011 15 985.550 3 523.737 2 078.122 799.278 10 314.371 Nop/2011 18 600.530 3 505.150 2 418.069 930.027 11 160.318 Des/2011 17 643.899 3 820.304 2 293.707 882.195 10 586.339 Jan/2012 16 206.438 3 411.935 2 106.836 810.322 9 723.863 Feb/2012 13 566.164 2 796.930 1 763.601 678.308 7 891.256 Mar/2012 15 698.774 3 350.547 2 040.841 784.939 9 419.264 Apr/2012 14 684.267 3 039.982 1 908.954 734.213 9 231.539 Total 250 003.022 47 113.115 32 500.391 12 500.151 150 215.492 Rata-rata 15 625.189 2 944.570 2 031.274 781.259 9 388.468 Persentase 18.85 % 13 % 5% 60.09 % Sumber: Teluk Siak Factory (2012) Bulan/tahun

TBS Proses

46 Jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan TSF selama bulan Januari 2011 – bulan April 2012 yaitu JJK sekitar 18.85 % dari TBS yang diolah, fiber (serabut) sekitar 13 % dari TBS yang diolah, cangkang sekitar 5 % dari TBS yang diolah dan POME sekitar 60.09 % dari TBS yang diolah. Berdasarkan pengamatan selama bulan April 2012 rata-rata TBS yang diolah TSF yaitu 564.780 ton/hari dan menghasilkan janjang kosong sebanyak 116.922 ton/hari atau sekitar 20.7 % dari TBS diolah, fiber sebanyak 73.421 ton/hari atau sekitar 11.04 % dari TBS diolah, cangkang sebesar 28.239 ton/hari atau sekitar 5 % dari TBS diolah dan POME sebanyak 355.059 ton/hari atau sekitar 62.87 % dari TBS yang diolah. Limbah padat berupa cangkang dan fiber digunakan untuk bahan bakar boiler dalam pengolahan TBS di PKS, sedangkan JJK dan POME diaplikasikan sebagai pupuk organik ke lapangan dengan cara aplikasi yang tepat dan dosis yang tepat sesuai rekomendasi dari Departemen Riset. Janjang Kosong (JJK) Janjang kosong (JJK) merupakan salah satu produk sampingan dari hasil pengolahan TBS yang berasal dari stasiun bantingan (thresher) di PKS. JJK yang dihasilkan oleh Teluk Siak Factory (TSF) sebesar 16 – 21 % dari jumlah TBS yang diolah atau sebesar 160 - 210 kg/ton dari TBS yang diolah. JJK dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik sebagai pembenah tanah dan penambah unsur hara bagi perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan JJK sebagai pupuk organik apabila ditinjau dari segi ekonomis dapat meningkatkan keuntungan perusahaan melalui peningkatan produksi, selain itu dari segi efektivitas sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Berdasarkan penelitian Departemen Riset Minamas kandungan unsur hara dalam 1 ton JJK yaitu Urea 5 kg, TSP 1 kg, MOP 16 kg dan Kieserit 4 kg. Keuntungan aplikasi JJK dapat meningkatkan mikro fauna dan mikro flora tanah serta aktifitas mikro flora, meningkatkan kapasitas tampung air tanah, meningkatkan laju penyerapan air tanah dan aerasi, mendukung perkembangan akar menjadi lebih baik, mencegah erosi tanah/water run off, meningkatkan

47 struktur tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation dan anion (Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation, 2004). Pengangkutan JJK yang dihasilkan TSF tidak hanya diangkut ke Teluk Siak Estate saja, JJK yang masuk ke TSE sekitar 50 % dari seluruh jumlah JJK yang dihasilkan TSF dan sisanya diangkut ke kebun tetangga yaitu Aneka Persada Estate dan Pinang Sebatang Estate. JJK yang dihasilkan pabrik langsung diangkut ke lahan dengan menggunakan Dump Truck dan diletakkan (ditumpuk) di pinggir collection road. Mandor JJK mengkoordinir pengaplikasian JJK di lapangan, membuat pancang untuk peletakkan JJK di collection road supaya tenaga kerja yang mengangkut tidak meletakkan JJK sembarangan dan mengontrol tenaga kerja aplikasi. Aplikasi JJK ke lahan harus dilakukan sebaik mungkin sehingga manfaat JJK sebagai pupuk organik dapat maksimal dan biaya aplikasi tidak terlalau mahal. JJK yang diangkut dari pabrik ke lapangan harus segera diaplikasikan (diecer). JJK maksimal menumpuk di collection road selama satu minggu semenjak diangkut, apabila dibiarkan terlalu lama maka dapat merusak kondisi jalan dan kandungan unsur hara akan berkurang terutama unsur K. Rata-rata kandungan K menurun 35 % setelah satu bulan, 70 % setelah tiga bulan dan 90 % setelah enam bulan di lapangan. Setelah itu, terjadi penurunan yang melambat dengan lebih dari 99 % penurunan setelah 10 bulan di lapangan. Metode aplikasi JJK di TSE dengan teknik mulching yang diaplikasikan diantara empat pokok untuk satu titik pada tanaman menghasilkan (TM). JJK diaplikasikan di gawangan mati dengan dosis 250 kg/pokok sehingga dalam satu titik ada 1 ton JJK dan dibutuhkan JJK sebanyak 34 ton/ha dengan rotasi aplikasi satu kali setahun. Rata-rata jumlah JJK yang masuk ke TSE setiap bulan sebanyak 1 472.285 ton dan TSE menerima JJK sebanyak 17 667.42 ton/tahun sehingga luasan yang dapat diaplikasi seluas 519.63 ha/tahun atau sekitar 17.75 % dari luas total TSE (dosis 34 ton/ha dengan rotasi aplikasi satu kali setahun). Berdasarkan data yang diperoleh, luas lahan aplikasi JJK di TSE pada tahun 2011/2012 yaitu 461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE) dan lebih kecil dibandingkan luasan yang seharusnya dapat diaplikasi. Hal tersebut dikarenakan dosis aplikasi yang tidak sesuai dan melebihi dosis aplikasi yang ditentukan yaitu 34 ton/ha/tahun.

48 Organisasi pekerjaan aplikasi JJK di TSE dilakukan oleh karyawan SKU. Prestasi kerja yang ditetapkan di lapangan yaitu 7 ton/HK atau 28 ton/hari sehingga dalam satu hari memperoleh 28 titik aplikasi atau seluas 0.824 ha, untuk menyelesaikan luasan 1 ha diperlukan prestasi kerja 5 HK/ha/rotasi (dosis aplikasi 34 ton JJK/ha atau 250 kg/pokok). Apabila aplikasi JJK dilakukan oleh buruh harian lepas (BHL) maka upah dihitung berdasarkan jumlah JJK yang dapat diaplikasikan yaitu Rp 3 000.00/ton, sehingga biaya aplikasi per HK untuk satu kali rotasi sebesar Rp 102 000.00 (dosis 34 ton JJK/ha). Tenaga kerja aplikasi JJK yang ada di TSE seperti di Divisi II belum secara khusus bekerja mengaplikasikan JJK. Tenaga kerja tersebut dapat mengerjakan pekerjaan lain yang lebih diutamakan dan dibutuhkan pada saat itu sehingga aplikasi JJK tidak dapat dilakukan setiap hari. Kurangnya tenaga kerja aplikasi dan belum adanya tenaga kerja khusus menyebabkan JJK terlalu lama menumpuk di collection road karena tidak dapat langsung diaplikasikan ke lahan sehingga unsur hara yang terkandung pada JJK akan berkurang. Limbah Cair (POME) Limbah cair (POME) merupakan produk sampingan (by product) yang dihasilkan dari pengolahan TBS di PKS dan berasal dari proses perebusan (sterilizer), pemurnian (clarifier), air cucian pabrik dan air hydrocyclon (air dari proses pemisahan cangkang dan inti sawit). POME merupakan produk yang paling besar jumlahnya dibandingkan jumlah produk limbah lain dan dapat menjadi pencemar lingkungan yaitu air, tanah dan udara. Limbah cair yang dihasilkan Teluk Siak Factory PT Aneka Intipersada pada bulan April 2012 yaitu sebanyak 9 231.539 ton atau sekitar 62.87 % dari jumlah TBS yang diolah. Kandungan bahan organik dan anorganik pada limbah cair dapat menjadi pencemar apabila dibuang langsung ke perairan bebas sehingga harus diolah terlebih dahulu untuk dapat diaplikasikan ke lahan. Parameter pencemaran limbah cair yang digunakan yaitu pH, BOD, COD, TS, minyak dan lemak, N-total, serta logam berat. Kandungan bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah cair harus diturunkan kadar cemarnya terutama nilai BOD dan COD nya. Nilai BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang terkandung dalam limbah, limbah

49 dengan BOD tinggi berarti mengandung senyawa organik yang lebih banyak sehingga perombakan membutuhkan waktu yang lama. Nilai BOD dan COD yang tinggi akan sangat mencemari lingkungan karena oksigen yang terlarut digunakan untuk merombak limbah, sehingga dapat membunuh organisme lain yang hidup di badan air yang sama-sama membutuhkan oksigen. Baku mutu limbah cair yang diambil dari kolam raw effluent dan kolam effluent treatment di Teluk Siak Factory (TSF) PT AIP pada pemeriksaan bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pemerikasaan Kualitas Air Limbah dari Raw Effluent dan Effluent Treatment PT AIP Hasil

Parameter

Satuan

pH BOD₅ COD Minyak dan Lemak TSS Amoniak (NH₃-N) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd)

mg/l mg/l

Pergub No. 35 Tahun 2007 (Kadar Maksimum) 6-9 5 000 10 000

KEPMENLH No. 28 Tahun 2003 (Kadar Maksimum) 6-9 5 000 *

4.38 14 120.60 46 428.50

LC Effluent Treatment 7.65 626.70 1 438.10

mg/l

2 500

*

1

1

mg/l

12 500

*

10 400.0

1 600.0

mg/l

500

*

75.47

137.2

mg/l mg/l mg/l

* * *

* * *

<0.015 0.547 <0.008

<0.015 0.026 <0.008

LC Raw Effluent

Sumber: Teluk Siak Factory (2012): hasil pemeriksaan limbah cair oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, Januari 2012 Keterangan : * = tidak dipersyaratkan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap sampel limbah cair TSF, diperoleh bahwa hasil analisis limbah pada kolam LC raw effluent hanya parameter BOD dan COD saja yang melebihi baku mutu PERGUB No. 35 Tahun 2007 dan KEPMENLH No. 28 Tahun 2003 sedangkan parameter pH kurang dari baku mutu PERGUB No. 35 Tahun 2007. Hasil analisis pada kolam LC effluent treatment yang telah mengalami proses pengolahan limbah menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga aman untuk diaplikasikan ke lahan. Nilai BOD dari LC effluent treatment menunjukkan hasil 626.7 mg/l, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai BOD yang

50 ditetapkan oleh perusahaan yaitu nilai BOD 2 500 – 3 000 mg/l untuk diaplikasikan ke lahan. BOD dengan nilai 626.7 mg/l cukup baik untuk keamanan lingkungan apabila akan diaplikasikan, tetapi apabila dilihat dari kandungan bahan organiknya limbah tersebut miskin bahan organik dan unsur hara bagi tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang terkandung di dalam limbah tersebut. Sistem pengolahan limbah di TSF menggunakan sistem kolam dengan tujuan dapat menurunkan kadar cemarnya terutama nilai BOD dan COD limbah agar dapat diaplikasikan ke lahan. Limbah cair yang dihasilkan pabrik akan ditampung pada sistem IPAL yang terdiri dari 8 kolam. Kolam-kolam limbah tersebut masing-masing dibuat dengan volume limbah maksimal yang dapat ditampung dan masa retensi limbah dalam kolam tersebut. Limbah yang dapat ditampung di tiap kolam dihitung 60 % dari volume kolam agar tidak terjadi limpahan limbah dari kolam karena terlalu penuh. Selain 8 kolam yang terpasang di stasiun IPAL terdapat juga 3 kolam pengaman (buffer pond) yang berfungsi menjaga keamanan untuk menampung limpahan air limbah atau rembesan air limbah dari kolam-kolam limbah sehingga tidak mencemari perairan bebas di sekitar pabrik. Spesifikasi kolam limbah di IPAL Teluk Siak Factory dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Spesifikasi Kolam Limbah di IPAL Teluk Siak Factory No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Kolam Deoiling Pond Cooling Pond Primary Pond No. 1 Primary Pond No. 2 Secondary Pond No. 1 Secondary Pond No. 2 Sedimentasi Pond No. 1 Sedimentasi Pond No. 2

Ukuran (pxlxt) (m) 34 x 18 x 4 29 x 15 x 4 58 x 24 x 4.5 58 x 24 x 4.5 58 x 24 x 4.5 58 x 24 x 4.5 58 x 24 x 4.5 58 x 24 x 4.5

Volume (m³) 2 448 1 740 7 308 7 308 7 308 7 308 7 308 7 308

Masa Retensi (hari) 2-4 4-6 10 - 24 10 - 24 14 - 24 14 - 24 13 - 24 13 - 24

Sumber: Teluk Siak Factory (2012)

Limbah cair yang dihasilkan pabrik pertama kali di tampung dalam kolam limbah nomor 1 (deoiling pond) dan selanjunya akan dialirkan ke kolam nomor 2 (cooling pond) melalui proses under flow. Proses under flow dilakukan karena

51 limbah yang ditampung di kolam nomor 1 masih mengandung minyak sehingga minyak harus dikutip kembali. Massa jenis minyak lebih kecil dibandingkan air limbah maka minyak akan berada di atas, dengan proses under flow diusahakan minyak yang masih terkandung di dalam kolam nomor 1 tidak ikut dialirkan ke kolam nomor 2 dan tidak menjadi losses. Kolam nomor 1 dan 2 merupakan kolam pendinginan, kolam nomor 3 dan 4 merupakan kolam anaerobik (primary pond nomor 1 dan 2), kolam nomor 5 dan 6 merupakan kolam anaerobik lanjutan 3 (secondary pond nomor 1 dan 2), serta kolam nomor 7 dan 8 merupakan kolam pengendapan (sedimentasi pond). Limbah yang berasal dari kolam nomor 7 dan 8 langsung dapat diaplikasikan ke lahan. Lay out effluent treatment Teluk Siak Factory dapat dilihat pada Lampiran 7. Blok yang dipilih untuk lahan aplikasi limbah cair yaitu blok-blok yang berjarak tidak terlalu jauh dari pabrik yang berkaitan dengan pemakaian instalasi dan kekuatan tekanan pompa (jarak maksimal 5 km dari pabrik), topografi tidak terlalu curam/berbukit dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi dalam satu blok maksimal. Blok aplikasi limbah cair PT AIP terletak di Divisi II TSE yang letaknya paling dekat dengan pabrik. Luas lahan aplikasi limbah cair saat ini seluas 120 ha, jumlah flat bed 15 694 buah dan jumlah kran 499 buah (Tabel 11). Tabel 11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed PT AIP Flat bed Blok

Luas (ha)

F27 F28 F29 F30 G27 G28 G29 G30 Total

19 16 17 10 16 14 17 11 120

Jumlah (buah) 2 775 2 400 2 475 1 500 1 499 1 987 1 752 1 306 15 694

Volume (m³)

Total (m³)

Jumlah Kran

3.84 3.84 3.84 3.84 3.84 3.84 3.84 3.84 3.84

10 656 9 216 9 504 5 760 5 756 7 630 6 728 5 015 60 265

62 76 56 44 53 79 70 59 499

Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Rata-rata aplikasi limbah cair untuk pengisian flat bed yaitu 16 jam/hari dan debit limbah yang diaplikasikan 46 m³/jam sehingga banyaknya limbah cair

52 yang diaplikasikan yaitu 736 m³/hari atau 18 400 m³/bulan (18 381.6 ton/bulan). Luas total lahan yang diaplikasikan limbah cair yaitu 120 ha sehingga dosis aplikasi yang diperoleh yaitu 153.333 m³/ha/bulan (153.180 ton/ha/bulan) atau sekitar 1 839.996 m³/ha/tahun (1 838.156 ton/ha/tahun). Aplikasi limbah cair dilakukan setiap hari dengan rotasi aplikasi setiap blok mendapatkan empat kali aplikasi dalam satu bulan. Pada satu kali aplikasi limbah cair yang dapat ditampung dalam setiap flat bed yaitu sekitar 0.28 m3 limbah atau setinggi 4.5 cm dari permukaan flat bed. Peta seksi aplikasi limbah cair Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Lampiran 8. Dosis aplikasi limbah cair yang ditetapkan yaitu 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 – 4 kali dalam setahun, dosis tersebut digunakan untuk limbah dengan nilai BOD sekitar 3 000 – 5 000 mg/l yang masih mengandung banyak bahan organik (Hutabarat et al., 2005). Aplikasi limbah cair di TSE dilakukan dengan rotasi satu minggu sekali dan menggunakan dosis yang lebih tinggi dikarenakan nilai BOD limbah yang cukup rendah sehingga limbah tersebut sudah sangat cair dan hanya berfungsi sebagai air irigasi. Kegiatan aplikasi limbah cair ke lahan harus disupervisi sebaik mungkin oleh pihak kebun dengan cara pengawasan aplikasi, perawatan flat bed, pembagian rotasi aplikasi dan pengaturan pembukaan serta penutupan kran untuk aplikasi menjadi taggung jawab pihak kebun. Pihak pabrik bertanggungjawab atas perencanaan pembangunan IPAL, pemasangan dan perawatan pipa untuk aplikasi, serta merawat dan menjaga kolam-kolam IPAL. Pengamatan dan pemantauan dampak yang mungkin terjadi akibat aplikasi limbah cair harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab pabrik.

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Tanaman Aplikasi limbah padat (JJK) dan limbah cair (POME) di lahan diharapkan memberikan dampak yang positif bagi tanaman sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Analisis dampak aplikasi limbah terhadap tanaman dilakukan dengan membandingkan kandungan unsur hara dalam daun dan perolehan produksi antara lahan yang diaplikasikan limbah dengan lahan yang tidak diaplikasikan limbah (lahan kontrol).

53 Blok yang digunakan untuk perbandingan aplikasi limbah padat (JJK) yaitu Blok E19, E20, E21 dengan blok kontrolnya Blok F15, F16, F17 yang masing-masing tahun tanamnya tahun 1996, sedangkan blok yang digunakan untuk aplikasi limbah cair (POME) yaitu Blok F27, F28, G29 dengan blok kontrolnya Blok E20, E21, E22 yang masing-masing tahun tanamnya tahun 1994. Parameter unsur hara yang dibandingkan adalah kandungan unsur N, P, K dan Mg yang masing-masing dinyatakan dalam % on dry matter serta parameter produksi yang digunakan yaitu produktivitas tanaman (ton/ha), jumlah janjang (janjang/ha) dan bobot janjang rata-rata (kg).

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Status Hara pada Daun Dampak aplikasi limbah terhadap status hara pada daun dilihat dengan menaganalisis kandungan status hara daun dengan membandingkan hasil analisis daun antara lahan yang diaplikasikan limbah dan lahan yang tidak diaplikasikan limbah (lahan kontrol). Lahan yang akan dibandingkan masing-masing diambil tiga blok sebagai ulangan dan parameter yang dibandingkan yaitu unsur N, P, K dan Mg yang masing-masing dinyatakan dalam % on dry matter. Hasil analisis kandungan unsur hara daun pada lahan aplikasi JJK dan lahan kontrol, serta lahan aplikasi limbah cair lahan kontrol disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan Kontrol Kandungan Hara dalam Daun (% On Dry Matter)

Lahan Aplikasi

Lahan Kontrol

N P K Mg

2.5300 a 0.1373 a 1.1847 a 0.2187 a

2.6800 a 0.1317 a 1.1897 a 0.1933 a

Sumber: Minamas Research Centre (2009) Keterangan : Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Dari hasil analisis sampel daun tanaman kelapa sawit, dapat dilihat bahwa kandungan hara dalam daun antara lahan aplikasi JJK dan lahan kontrol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut diakibatkan karena

54 aplikasi JJK belum dilakukan secara maksimal (full block) dan tidak merata, artinya dari total luasan satu blok hanya sebagian saja yang teraplikasi JJK. Sebagai contoh yaitu pada Blok E19 yang mempunyai total luas blok 22 ha, pada tahun 2005/2006 baru 13.15 ha saja yang diaplikasi JJK. Aplikasi JJK hanya dilakukan pada pokok yang berada di dekat tumpukan JJK saja, tidak sampai masuk ke dalam blok. Hal tersebut dikarenakan kontur lahan yang tidak rata (bergelombang) dan sarana blok seperti titi panen dan pasar rintis yang kurang memadai sehingga menyulitkan aplikasi JJK secara manual. JJK yang sudah ditumpuk di lapangan dan tidak langsung diecer menyebabkan kehilangan banyak hara terutama unsur Kalium (K) yang mudah tercuci akibat terkena hujan, sehingga manfaatnya sebagai bahan pupuk akan menjadi berkurang namum masih bisa diamanfaatkan untuk mulsa (Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation, 2004). JJK yang diaplikasikan ke lahan tidak beperan sebagai substitusi pupuk organik tetapi hanya berperan sebagai pembenah tanah dan meningkatkan produktivitas tanah saja. Hasil analisis sampel daun tanaman kelapa sawit pada lahan aplikasi limbah cair dan lahan kontrol menyatakan bahwa hanya kandungan unsur hara N dan P saja yang berbeda nyata, sedangkan kandungan unsur K dan Mg tidak berbeda nyata (Tabel 13). Tabel 13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan Lahan Kontrol (LK) Kandungan Hara dalam Daun (% On Dry Matter)

Lahan Aplikasi (LA)

Lahan Kontrol (LK)

N P K Mg

2.9033 a 0.1623 a 1.0837 a 0.2260 a

2.4700 b 0.1333 b 1.1947 a 0.2070 a

Sumber: Minamas Research Centre (2009) Keterangan : Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan memiliki kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Budianta (2005), limbah cair yang dihasilkan dan siap diaplikasikan ke lahan perkebunan mempunyai kandungan K 500 - 600 mg/l, N 142 - 157 mg/l, P 24 - 53 mg/l dan

55 Mg 39 - 90 mg/l. Selain meningkatkan kandungan hara N dan P, seharusnya aplikasi limbah cair dapat meningkatkan kandungan unsur hara K dan Mg karena lahan tersebut dipupuk dengan menggunakan dosis aplikasi pupuk sesuai standar kebun. Berdasarkan analisis tersebut hanya unsur N dan P saja yang menyatakan hasil berbeda nyata, hal tersebut dikarenakan limbah yang diaplikasikan nilai BOD nya yang tidak terlalu tinggi (< 3 000 mg/l). Limbah yang mempunyai nilai BOD kecil disebabkan karena limbah terlalu lama dibiarkan di kolam IPAL, hal tersebut mengakibatkan limbah akan mengalami degradasi terus menerus akibat degradasi bakteri (Budianta, 2005). Nilai BOD yang terlalu rendah juga menyebabkan kandungan hara yang rendah dan limbah yang diaplikasikan ke lahan hanya berfungsi sebagai air irigasi saja. Kandungan hara dalam daun kelapa sawit lahan alikasi limbah padat maupun cair dan lahan yang tidak diaplikasikan limbah dilihat apakah berada pada kondisi defisiensi, optimum, ataupun berlebih sesuai konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit yang disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi Defisiensi, Optimum dan Berlebih Untuk Tanaman Tua > 6 Tahun Unsur Hara N P K Mg

Satuan % % % %

Kondisi Defisiensi < 2.3 < 0.14 < 0.75 < 0.20

Kondisi Optimum 2.4 - 2.8 0.15 - 0.18 0.90 - 1.20 0.25 - 0.40

Kondisi Berlebihan > 3.0 > 0.25 > 1.90 > 0.70

Sumber : Von Uexkull (1992)

Berdasarkan konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit (Tabel 14), kandungan unsur hara N, K dan Mg pada lahan aplikasi JJK serta unsur hara N dan K pada lahan kontrol berada pada kondisi optimum. Unsur hara P pada lahan aplikasi dan unsur hara P dan Mg pada lahan kontrol berada pada kondisi defisiensi (kekurangan). Aplikasi JJK di lahan dapat meningkatkan kandungan unsur hara Mg yang berada pada kondisi defisiensi pada lahan kontrol menjadi optimum pada lahan aplikasi, tetapi belum dapat meningkatkan kandungan unsur hara P. Kandungan unsur hara N, P, K dan Mg pada lahan aplikasi limbah cair

56 serta unsur hara N, K dan Mg pada lahan kontrol berada pada kondisi optimum. Aplikasi limbah cair dapat meningkatkan kandungan unsur hara P, hal tersebut dilihat dari kandungan unsur hara P di lahan kontrol berada pada kondisi defisiensi sedangkan di lahan aplikasi berada pada kondisi optimum.

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Perolehan Produksi Analisis dampak aplikasi limbah terhadap perolehan produksi dilakukan dengan membandingkan perolehan produksi lahan yang diaplikasikan limbah dengan lahan yang tidak diaplikasikan limbah (lahan kontrol). Lahan yang akan dibandingkan masing-masing diambil 3 (tiga) blok sebagai ulangan selama empat tahun terakhir yaitu tahun 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009 dan 2009/2010. Parameter produksi yang dibandingkan yaitu produktivitas (ton/ha), jumlah janjang (JJG/ha) dan Bobot Janjang Rata-rata (kg). Perbandingan produksi antara lahan aplikasi dan lahan kontrol JJK dan limbah cair dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16. Tabel 15. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi JJK dan Lahan Kontrol Parameter Produktivitas (ton/ha)

Jumlah Janjang (janjang/ha)

Bobot Janjang Rata-rata (kg)

Tahun

Lahan Aplikasi

Lahan Kontrol

2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010

17.58 a 18.80 a 16.00 a 15.29 a 1 502 a 1 489 a 1 182 a 1 040 a 11.71 a 12.63 a 13.53 a 14.70 a

17.65 a 17.61 a 13.65 a 14.07 a 1 588 a 1 375 b 1 061 a 973 a 11.12 b 12.81 a 12.86 b 14.43 a

Sumber: Kantor Besar TSE (2012) Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Berdasarkan hasil analisis terhadap perolehan produksi (Tabel 15), aplikasi JJK belum memberikan pengaruh yang berbeda nyata untuk produktivitas dan jumlah janjang antara lahan aplikasi dan lahan kontrol. Pada tahun 2006/2007 dan

57 2008/2009 perolehan BJR menunjukkan hasil yang berbeda nyata, tetapi secara keseluruhan aplikasi JJK belum dapat meningkatkan perolehan produksi secara konsisten. Hal tersebut dikarenakan aplikasi JJK belum diaplikasikan secara maksimal dan tidak merata sepanjang tahun serta JJK terlalu lama ditumpuk di collection road. Sebagai contoh pada Blok E20 yang mempunyai luasan total 17 ha, pada tahun 2007/2008 luas lahan yang diaplikasi JJK hanya 5.32 ha dan tahun 2007/2008 pada blok yang sama tidak dilakukan aplikasi JJK. Aplikasi JJK yang tidak maksimal dikarenakan kontur lahan yang tidak rata dan sarana dalam blok yang tidak memadai sehingga sulit untuk melakukan aplikasi JJK secara manual. Selain itu, JJK terlalu lama dibiarkan di collection road dan tidak segera diaplikasikan ke lahan sehingga kandungan hara yang terkandung pada JJK sudah berkurang yang mengakibatkan aplikasi JJK hanya berfungsi sebagai bahan pembenah tanah saja. Tabel 16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan Lahan Kontrol (LK) Parameter Produktivitas (ton/ha)

Jumlah Janjang (janjang/ha)

Bobot Janjang Rata-rata (kg)

Tahun 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010

Lahan Aplikasi (LA) 24.31 a 27.02 a 24.08 a 22.81 a 1 432 a 1 483 a 1 278 a 1 207 a 16.98 a 18.22 a 18.51 a 18.90 a

Lahan Kontrol (LK) 20.75 b 22.37 b 22.35 a 20.14 a 1 275 a 1 228 b 1 238 a 1 082 a 16.19 a 18.23 a 18.05 b 18.60 a

Sumber: Kantor Besar TSE (2012) Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Berdasarkan hasil analisis terhadap perolehan produksi yang disajikan pada Tabel 16, aplikasi limbah cair ke lahan memberikan dampak positif bagi perolehan produksi tanaman kelapa sawit terutama terhadap produktivitas (ton/ha). Tahun 2006/2007 dan 2007/2008 produktivitas lahan aplikasi berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan lahan kontrol. Hal tersebut dikarenakan aplikasi

58 limbah cair ke lahan dapat menambah ketersediaan air di lapangan dan berfungsi sebagai irigasi pada bulan-bulan kering sehingga dapat membantu dalam mengatasi dampak kekeringan pada tanaman. Kekeringan berdampak signifikan terhadap tanaman kelapa sawit dan berpengaruh terhadap nisbah bunga jantan dan bunga betina. Menurut Darmosarkoro et al. (2005) tanaman yang kekurangan air akan mengalami laju fotosintesis menurun, distribusi asimilat dalam jaringan tanaman terganggu, laju produksi pelepah menurun, jumlah tandan buah menurun, aborsi dan keguguran bunga betina meningkat, gagal tandan atau kerusakan perkembangan tandan bunga menjadi buah akan meningkat dan menyebabkan produktivitas akan menurun, serta mengalami gagal tandan atau kerusakan tandan menjadi buah akan meningkat.

Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air Limbah cair yang dimanfaatkan untuk pupuk organik yang diaplikasikan pada tanah (flat bed) dapat menyebabkan pencemaran kualitas air sehingga diperlukan pemantauan kualitas air di lingkungan sekitar pabrik dan di area sekitar lahan aplikasi limbah cair. Pemantauan tehadap kualitas air tanah bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya dampak pengaruh aplikasi limbah cair terhadap kualitas air tanah, serta mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan. Pemantauan kualitas air yang dilakukan PT AIP untuk menganalisis dampak aplikasi limbah cair yaitu dengan mengambil sampel air dari sumur pantau I, II dan III yang berada di lahan aplikasi limbah cair, sumur penduduk dan air sungai (hulu dan hilir). Hasil analisis sampel air dari sumur pantau dan sumur penduduk dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air sedangkan untuk analisi sampel air sungai (hulu dan hilir) dibandingkan dengan baku mutu standar (kadar maksimun) yang ditetapkan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

59 Pasal 8 PP No. 82 tahun 2001 bagian ketiga menyebutkan empat kelas klasifikasi dan kriteria mutu air yaitu: kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) Analisis kualitas air tanah dilakukan pada sumur pantau yang terdapat di tiga blok aplikasi limbah yaitu Blok F27 (SP 1), Blok F28 (SP II) dan Blok F29 (SP III) sedangkan sumur penduduk terdapat di perumahan karyawan Divisi II TSE (Blok H016). Hasil analisis yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada SP I, SP II, SP III dan sumur penduduk disajikan pada Tabel 17. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17, sumur pantau Blok F27, F28 dan F29

semua

parameter

memenuhi

baku

mutu

PERMEN416/MENKES/

PER/IX/1990. Sumur penduduk Blok H 016 semua parameter memenuhi baku mutu kecuali pH yang kurang dari standar. Sumur penduduk yang dijadikan sampel menurut hasil analisis yang dilakukan tidak cocok dijadikan untuk air minum karena nilai

pH dibawah standar. Kurangnya nilai pH pada sumur

penduduk dapat disebabkan karena terjadinya rembesan limbah cair yang diaplikasikan dalam flat bed. Karyawan yang tinggal di perumahan yang dekat dengan lahan aplikasi limbah cair dan PKS tidak menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari karena perusahaan mengalirkan air yang berasal dari water treatment di pabrik sehingga aplikasi limbah aman dilakukan.

60 Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah pada Sumur Pantau (SP I, SP II dan SP III) di Lahan Aplikasi dan Sumur Penduduk

Parameter pH Suhu Oksigen Terlarut (O₂) BOD COD Nitrat (NO₃N) Amoniak (NH₃-N) Klorida (Cl) Sulfat (SO₄⁻) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Seng (Zn)

Hasil Analisis SP II SP III Sumur (Blok (Blok Penduduk F28) F29) (Blok H 016) 6.54 6.66 6.38 28 28.1 28.1

Standar (Kadar Maksimum)

C

SP I (Blo F27) 6.59 28.1

mg/l

2.8

2.93

2.08

2.11

*

mg/l mg/l

8.336 21.64

4.521 18.54

8.399 21.64

3.347 9.27

* *

mg/l

2.156

1.398

3.41

2.487

10

mg/l

1.129

0.327

0.27

0.43

*

mg/l mg/l mg/l mg/l

1.554 2.088 <0.015 <0.007

3.885 0.762 <0.015 <0.007

14.18 3.208 <0.015 <0.007

5.459 4.552 <0.015 <0.007

600 400 0.05 *

mg/l

<0.008

<0.008

<0.008

<0.008

0.05

mg/l

<0.005

<0.005

<0.005

<0.005

15

Satuan

0

6.5 - 9.0 Normal

Sumber

: TSF (2012): Hasil Pemeriksaan Limbah Cair oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, November 2011 Keterangan : SP I, SP II dan SP III = sumur pantau di lahan aplikasi *) = tak dipersyaratkan

Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir (Air Permukaan) Analisis untuk penilaian kualitas air sungai hulu dan hilir dilakukan terhadap air sungai Pingai hulu dan hilir yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku mutu air kelas I, II, II dan IV PP No. 82 Tahun 2001. Hasil pemeriksaan kualitas air sungai hulu dan hilir disajikan pada Tabel 18. Sampel air yang diambil dari hulu sungai berjarak 2 km dari pabrik sedangkan sampel air dari hilir sungai berjarak 1 km dari pabrik. Berdasarkan hasil analisis laboratorium (Tabel 18), air sungai Pingai Hulu semua parameter memenuhi baku mutu kadar maksimum kecuali nilai BOD melebihi baku mutu kelas I dan II sedangkan pH kurang dari baku mutu kelas I, II, III dan IV yang dipersyaratkan dalam PP No. 82 tahun 2001. Air sungai Pingai Hilir semua parameter memenuhi baku mutu kecuali nilai BOD melebihi baku mutu kelas I dan II, sedangkan pH kurang dari baku mutu kelas I, II, III dan IV yang dipersyaratkan dalam PP No. 82 Tahun 2001.

61 Tabel 18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir

pH BOD COD Total Phospat (P)

* mg/l mg/l mg/l

6-9 2 10 0.2

6-9 3 25 0.2

6-9 6 50 1

6-9 12 100 5

Hasil Analisis Air Air Sungai Sungai (Hulu) (Hilir) 5.05 4.92 4.764 3.054 17 12.36 0.075 0.079

Nitrat (NO₃⁻-N)

mg/l

10

10

20

20

2.775

3.469

Nitrit (NO₂⁻-N)

mg/l

0.06

0.06

0.06

(-)

0.035

0.034

Amonia (NH₃⁻-N) Kobalt (Co)

mg/l mg/l

0.5 0.2

(-) 0.2

(-) 0.2

(-) 0.2

1.206 <0.009

1.337 <0.009

Kadmium (Cd)

mg/l

0.01

0.01

0.01

0.01

<0.008

<0.008

Parameter

PP No 82 Tahun 2001 Kelas

Satuan I

II

III

IV

Kromium (Cr) mg/l 0.05 0.05 0.05 0.01 <0.024 <0.024 Tembaga (Cu) mg/l 0.2 0.2 0.2 0.2 <0.007 <0.007 Besi (Fe) mg/l 0.3 (-) (-) (-) 0.306 1.037 Timbal (Pb) mg/l 0.3 0.3 0.3 1 <0.015 <0.015 Mangan (Mn) mg/l 0.1 (-) (-) (-) 0.018 0.042 Seng (Zn) mg/l 0.05 0.05 0.05 2 <0.005 <0.005 Klorida (Cl) mg/l 600 (-) (-) (-) 4.856 6.779 Sianida (CN) mg/l 0.02 0.02 0.02 (-) <0.001 <0.001 Fluorida (F) mg/l 0.5 1.5 1.5 (-) <0.006 <0.006 mg/l 400 (-) (-) (-) 13.06 12.06 Sulfat (SO₄) mg/l 0.002 0.002 0.002 (-) 0.009 0.008 Belerang (H₂S) Sumber: TSF (2012): Hasil Pemeriksaan Limbah Cair oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, November 2011

Air sungai hilir mempuyai nilai pH yang rendah dikarenakan air yang berasal dari hulu sungai sudah mempunyai nilai pH yang rendah. Apabila dilihat dari nilai pH pada air sungai hulu dan hilir yang kurang dari baku mutu yang telah ditentukan maka air sungai tersebut tidak cocok digunakan sesuai dengan golongan air kelas I, II, III dan IV PP No. 82 Tahun 2001. Apabila dilihat dari nilai BOD, COD dan parameter pencemaran lainnya, air sungai hulu dan hilir sudah memenuhi baku mutu (kadar maksimum) yang dipersyaratkan sesuai golongan air kelas III dan IV sehingga aplikasi limbah cair sudah aman dilakukan serta tidak berdampak negatif bagi air sungai. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah cair dengan cara diaplikasikan ke lahan yang dilakukan perusahaan tidak berdampak negatif bagi air sungai karena tidak ada limbah yang dibuang secara langsung ke sungai. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan pengawasan yang baik terhadap kemungkinan rembesan dan limpahan air limbah baik dari kolam limbah di stasiun IPAL maupun dari dalam flat bed di lahan aplikasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Kegiatan magang sudah meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan proses kerja secara nyata di lapangan khusunya mengenai teknik budidaya kelapa sawit serta menambah wawasan tentang aspek manajerial dalam pengelolaan kebun kelapa sawit. Produk sampingan (by product) yang dihasilkan proses pengolahan TBS dimanfaatkan untuk pupuk organik yang diaplikasikan ke lahan. Jumlah JJK yang diterima TSE sebanyak 17 667.42 ton/tahun dan luas lahan yang diaplikasikan JJK pada tahun 2011/2012 yaitu 461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE). Aplikasi JJK di lahan tidak

memberikan pengaruh secara nyata terhadap

kandungan unsur hara dalam daun dan secara keseluruhan aplikasi JJK belum dapat meningkatkan perolehan produktivitas secara konsisten. Aplikasi JJK juga belum dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik tetapi hanya sebatas penambah unsur hara dan pembenah tanah saja. Aplikasi limbah cair ke lahan berdampak positif terhadap peningkatan kandungan unsur hara N dan P dalam daun serta memberikan dampak positif bagi perolehan produksi tanaman kelapa sawit terutama terhadap produktivitas (ton/ha). Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan menyebabkan air sumur penduduk yang ada di sekitar lahan aplikasi dan air permukaan (sungai) tidak dapat digunakan sebagai air minum karena tidak memenuhi baku mutu standar yang ditentukan yaitu nilai pH yang rendah. Apabila dilihat dari parameter pencemar limbah secara keseluruhan, maka aplikasi limbah cair aman dilakukan karena tidak berdampak negatif bagi air sumur maupun air sungai, selain itu perusahaan tidak membuang limbah ke sungai.

Saran Jumlah tenaga kerja aplikasi JJK harus ditetapkan secara khusus dan tidak mengerjakan pekerjaan lain sehingga aplikasi JJK dapat dilakukan setiap hari dan JJK tidak terlalu lama menumpuk di collection road. Blok aplikasi JJK harus

63 dipersiapkan lebih baik, yaitu disediakan sarana berupa pasar rintis, titi panen dan lain-lain agar aplikasi JJK dapat dilakukan maksimal dalam satu blok serta JJK harus segera diaplikasikan setelah diangkut ke lahan. Limbah yang diaplikasikan ke lahan harus sesuai dengan nilai BOD yang ditetapkan perusahaan yaitu 2 500 – 3 000 mg/l agar dapat meningkatkan produksi tanaman. Pengerukan dan perawatan flat bed harus dilakukan secara berkala sehingga tidak terjadi pendangkalan flat bed. Peningkatan pengawasan untuk aplikasi limbah cair harus dilakukan secara intensif lagi agar tidak terjadi limpahan dan rembesan air limbah ke perairan bebas dan mencemari lingkungan sehingga membahayakan bagi kesehatan. Perusahaan harus tetap mempertahankan pengawasan yang baik agar pemanfaatan limbah cair tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan khususnya terhadap kualitas air sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Banuwa, I. S. 2007. Studi kandungan hara dan bahan pencemar limbah cair pabrik kelapa sawit untuk meningkatkan kualitas lahan pertanian. Jurnal Agroland 14(2):106-110. Budianta, D. 2005. Potensi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber hara untuk tanaman perkebunan. Jurnal Dinamika Pertanian 20(3):273-282. Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia, 1995 – 2009. http://www.bps.go.id. [2 Mei 2011]. Bapedal. 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/KepMenLH/-10/1995. Jakarta. Darmosarkoro, W., dan S. Rahutomo. 2003. Tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan pembenah tanah, p. 167-179. Dalam W. Darmasarkoro, E.S. Sutarta dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Darmosarkoro, W., I. Y. Harahap, E. Syamsudin, H. H. Siregar, dan E. S. Sutarta. 2005. Antisipasi dan Penanggulangan Pengaruh Kekeringan pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 45 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. 2011. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id. [2 Mei 2011]. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Deptan. Jakarta. 81 hal. Hutabarat, S. M., Satyoso, Harimurti, Slamet, dan Berlian. 2005. Pemanfaatan limbah cair PKS di PT Astra Agro Lestari Tbk. “konsep, implementasi operasional, dan manfaat”, p. 69-84. Dalam E. S. Sutarta, H. H. Siregar, L. Erningpraja, Darnoko, Winarna, B. G. Yudanto, dan E. Listia (Eds.). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation. 2004. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 600 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal. Minamas Research Centre, Minamas Plantation. 2009. Hasil Analisi Daun. Minamas Research Centre, Minamas Plantation. Teluk Siak. 4 hal.

65 Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. PKKS. Medan. 184 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sutarta, E.S., Winarna, P.L. Tobing dan Sufianto. 2003. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit, p. 195-212. Dalam W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Tobing, P.L. dan Z. Poeloengan. 2000. Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit secara Biologis di Indonesia. Warta PPKS 8(2):99-106. Uexkull, V. H. R. Balanced fertilizer use of sustained productivity of some major rropical tree crops, p 223-231. In Proceedings of the International Symposium on Balanced Fertilization. Cina. Dalam I. Pahan (Ed.). Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Unit Pelaksana Teknis Pengujian. 2011. Laporan Hasil Pemeriksaan Limbah Cair PT Aneka Intipersada. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. 13 hal. Widhiastuti, R., D. Suryanto, Mukhlis, H. Wahyuningsih. 2006. Pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk terhadap biodiversitastanah. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura 41(1). Winarna, E. S. Sutarta, P. Purba. 2003. Pengelolaan tanah berliat aktivitas rendah (LAR) di perkebunan kelapa sawit, p. 25-34. Dalam W. Darmasarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 515 hal.

66

LAMPIRAN

67

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Tanggal

Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis Penulis Karyawan Standar 100 kg 450 - 600 kg 450 kg 150 kg 450 - 600 kg 450 kg 2.5 ha 2.5 ha 2.5 ha -

11 Februari 2012 13 Februari 2012 14 Februari 2012 15 Februari 2012 16 Februari 2012 17 Februari 2012

Orientasi kebun Pemupukan RP Pemupukan RP Penyemprotan piringan Penyemprotan piringan Sosialisasi thrunk injection

18 Februari 2012

Aplikasi janjang kosong

1 ton

7 ton

20 Februari 2012 21 Februari 2012 22 Februari 2012 23 Februari 2012 24 Februari 2012 25 Februari 2012 27 Februari 2012 28 Februari 2012 29 Februari 2012

Aplikasi limbah cair Penyemprotan piringan Rapat persiapan ISPO Aplikasi janjang kosong Rapat ISPO Bongkar tanaman pengganggu (BTP) Pemupukan urea Sensus ulat api Sensus ulat api Persiapan perlengkapan dokumen ISPO Panen Aplikasi janjang kosong

7 jam 1 ha 1 ton 30 ha 30 ha

1 Maret 2012 2 Maret 2012 3 Maret 2012

Lokasi

Pembimbing

TSE Blok F010 Blok E010 Blok H016 Blok G016 Blok E12

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

7 ton

Blok E008 dan E009

Bpk. Teddy L

7 jam 2.5 ha 7 ton 0.5 ha 450 kg 30 ha 30 ha

7 jam 2.5 ha 7 ton 0.5 ha 450 kg 30 ha 30 ha

Blok F014 Blik G014 dan G015 Kantor TSE Blok E009 Kantor TSE Blok E008 Blok E010 Blok E011 Blok E009

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

-

-

-

Kantor TSE

Bpk. Teddy L

-

3 ha 7 ton

3 ha 7 ton

Blok G28 (F013) Blok E009 dan E010

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

67

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada Prestasi Kerja Penulis Tanggal

Uraian Kegiatan

Jumlah KHL yang Diawasi (orang)

Luas Areal yang Diawasi (ha)

Lama Kegiatan (jam)

Lokasi

Pembimbing

Aplikasi janjang kosong

3

2

6

Blok E008 dan E009

Bpk. Teddy L

6 Maret 2012

Aplikasi limbah cair

1

17

6

Blok F014 (F28)

Bpk. Teddy L

7 Maret 2012

Administrasi data limbah cair Persiapan dokumen untuk pelatihan ISPO

-

-

6

Kantor Divisi 2

Bpk. Teddy L

-

-

7

Kantor TSE

Bpk. Teddy L

9 Maret 2012

Pelatihan ISPO

-

-

9

Kantor TSE

Bpk. Teddy L

10 Maret 2012

Panen

2

6

6

Blok F013 dan F015

Bpk. Teddy L

12 Maret 2012

SOU

-

-

7

Blok H007 Div I TSE

Bpk. Teddy L

13 Maret 2012

Panen

3

9

6

Blok H016 dan G014

Bpk. Teddy L

Panen

3

9

6

Blok H016

Bpk. Teddy L

15 Maret 2012

Panen

3

9

6

Blok G015

Bpk. Teddy L

16 Maret 2012

Aplikasi limbah cair

1

17

6

Blok G29

Bpk. Teddy L

17 Maret 2012

Aplikasi limbah cair

3

11

6

Blok G30

Bpk. Teddy L

19 Maret 2012

Panen

4

9

6

Blok F015 dan F013

Bpk. Teddy L

20 Maret 2012

Aplikasi janjang kosong

4

10

6

Blok E010 dan E009

Bpk. Teddy L

21 Maret 2012

Aplikasi janjang kosong

4

13

6

Blok E009

Bpk. Teddy L

22 Maret 2012

Aplikasi janjang kosong

4

12

6

Blok F009

Bpk. Teddy L

24 Maret 2012

Pengutipan brondolan

4

8.7

7

Blok H016

Bpk. Teddy L

8 Maret 2012

14 Maret 2012

68

5 Maret 2012

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada

Tanggal

Uraian Kegiatan

9 April 2012

BTP dan aplikasi limbah cair

27 Maret 2012 28 Maret 2012 29 Maret 2012 30 Maret 2012 31 Maret 2012 2 April 2012 3 April 2012 4 April 2012 5 April 2012

Lokasi

Pembimbing

-

-

5

Teluk Siak Factory

Bpk. Teddy L

-

-

8

G015 dan TSF

Bpk. Teddy L

1

3

7

H016 dan kantor divisi

Bpk. Teddy L

-

-

7

Kantor Divisi II

Bpk. Teddy L

3

16.33

5

Bpk. Teddy L

-

-

7

Blok E013 Kantor Divisi II dan Kantor Besar TSE

-

-

5

PKS Teluk Siak (TSF)

Bpk. Teddy L

-

-

7

Kantor Divisi II TSE

Bpk. Teddy L

-

-

8

Kantor Besar TSE

Bpk. Teddy L

-

-

5

Blok E012, F014

Bpk. Teddy L

1

1

5

F015

2

21

7

Blok F016

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

Bpk. Teddy L

69

7 April 2012

Kunjungan ke pabrik kelapa sawit Pelatihan leaf sampling unit dan kunjungan ke PKS LSU dan administrasi di kantor divisi Administrasi kantor divisi dan pembukaan koperasi LSU Administrasi kantor divisi dan persentasi Kunjungan ke pabrik kelapa sawit Administrasi kantor divisi dan perekapan data Persentasi field clinic dari MRC Sosialisasi kegiatan pemupukan, aplikasi JJK dan pemupukan limbah cair dari MRC Pembibitan beneficial plant

26 Maret 2012

Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama Mandor yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (ha) (jam) (orang)

Lampiran 3. Lanjutan.

Tanggal

10 April 2012 11 April 2012 12 April 2012 13 April 2012 14 April 2012 16 April 2012 17 April 2012 18 April 2012 19 April 2012 20 April 2012 21 April 2012 23 April 2012 24 April 2012 25 April 2012 26 April 2012

Administrasi kantor divisi Aplikasi limbah cair Panen SOU (mill visit) dan persentasi Administrasi kantor divisi Aplikasi limbah cair Supervisi Supervisi Monitoring perawatan Monitoring aplikasi limbah cair Monitoring aplikasi JJK Monitoring aplikasi limbah cair Monitoring perawatan Administrasi kantor divisi Monitoring pembibitan beneficial plant Administrasi kantor divisi Kunjungan ke MRC Monitoring aplikasi limbah cair

Lokasi

Pembimbing

Kantor Divisi II TSE Blok F29 Blok F013 TSF dan Kantor TSE Kantor Divisi II TSE Blok F27 Kantor TSE Kantor TSE Blok F009 Blok G015 Blok H016 Blok F014 Blok F008 Kantor Divisi II TSE

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

1

1

7

Blok F015

Bpk. Teddy L

1

19

5 5 7

Kantor Divisi II TSE MRC Blok F014 (F27)

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

70

27 April 2012 28 April 2012 30 April 2012

Uraian Kegiatan

Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama Mandor yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (ha) (jam) (orang) 7 1 17 6 1 30 6 8 7 1 19 6 1 4 7 1 14 5 1 2 7 1 19 7 1 4 7 7

Lampiran 3. Lanjutan.

Tanggal

1 Mei 2012 2 Mei 2012 3 Mei 2012 4 Mei 2012 5 Mei 2012 7 Mei 2012 8 Mei 2012 9 Mei 2012 10 Mei 2012 11 Mei 2012 12 Mei 2012

Uraian Kegiatan

Administrasi kantor divisi dan peat leveling Monitoring BTP Monitoring KCS Administrasi kantor divisi Interview penilaian manajer dan kunjungan ke MRC Pembuatan laporan SOU dan persentasi akhir Pembuatan laporan Pembuatan laporan Pembuatan laporan Pembuatan laporan

Prestasi Kerja Penulis Jumlah Luas Areal Lama Mandor yang yang Kegiatan Diawasi Diawasi (ha) (jam (orang)

Lokasi

Pembimbing

-

-

7

Kantor Divisi II TSE

Bpk. Teddy L

2 1 -

25 12 -

7 7 5

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

-

-

4

-

-

7 8 7 7 7 7

Blok E013 Blok E013 Kantor Divisi II TSE Kantor Besar TSE dan MRC Kantor Besar TSE Kantor Besar TSE Kantor Besar TSE Kantor Besar TSE Kantor Besar TSE Kantor Besar TSE

Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L Bpk. Teddy L

71

Lampiran 4. Peta Areal Teluk Siak Estate

AKTUAL HA KELOMPOK AREAL (DALAM HA) Div.I I. AREAL YANG DIUSAHAKAN A. AREAL YANG DITANAM 1. TANAMAN MENGHASILKAN Tahun Tanam 1994 Tahun Tanam 1995 Tahun Tanam 1996 Tahun Tanam 1997 Tahun Tanam 1998 Tahun Tanam 1999 Tahun Tanam 2000 Tahun Tanam 2001 Tahun Tanam 2003 Tahun Tanam 2004 Sub Total TM : 2. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN Tahun Tanam 2008 Tahun Tanam 2011 Sub Total TBM : TOTAL AREAL TANAMAN (TM+TBM) 3. TANAMAN BARU TOTAL AREAL YANG DITANAM (TM+TBM+TB)

Div.II

67.70 256.54 227.37 358.26 909.87

531.74 444.03 975.76

Div.III

176.91 211.83 194.19 69.87 35.43 118.24 76.67

TOTAL

531.74 67.70 877.48 439.20 552.46 69.87 35.43 118.24 76.67

51.42

51.42

934.57

2,820.20

29.00

29.00 30.00

30.00 29.00 938.87 938.87

30.00 1,005.76 1,005.76

934.57 934.57

59.00 2,879.20 2,879.20

938.87

1,005.76

934.57

2,879.20

6.58 25.71 32.29

20.90 15.81 27.72 17.49 61.02

8.66 27.49 87.42 123.57

20.90 31.05 80.91 104.91 216.88

971.16

1,087.68

1,058.14

3,116.98

92.00 92.00 1,063.16

29.00 29.00 1,116.68

83.22 83.22 1,141.36

204.22 204.22 3,321.20

971.16 92.00

1,087.68 29.00

1,058.14 83.22

3,116.98 204.22

1,063.16

1,116.68

1,141.36

3,321.20

B. PEMBUKAAN LAHAN (LC) 1. Rencana LC 2. LC dalam proses Sub Total LC : TOTAL AREAL DITANAM + LC C. BIBITAN D. PABRIK E. AREAL PRASARANA 1. Emplasment/ Pondok 2. Jalan, Jembatan dan Parit,Pinggiran Sungai 3. Lain-lain Konservasi Sub Total Prasarana : F. BUKIT, SUNGAI dan LEMBAH TOTAL I II. AREAL MUNGKIN BISA DITANAM (EXTENTION) G. Cadangan H. Okupasi I. Tanah Desa / Pemda TOTAL II GRAND TOTAL AREAL (I + II) RINGKASAN I. AREAL DIUSAHAKAN II. AREAL MUNGKIN BISA DITANAM LUAS AREAL SELURUH

72

Lampiran 5. Hari Hujan dan Curah Hujan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau Periode 2007/2008-2011/2012 T ahun BULAN 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 hh ch hh ch hh ch hh ch hh ch Juli 18 266 11 166 20 236 14 230 6 167 Agustus 8 235 12 157 10 189 14 233 7 170 September 19 565 21 214 19 280 14 256 6 197 Oktober 19 339 17 296 8 153 14 262 19 317 November 6 24 13 223 14 295 16 160 19 292 Desember 7 108 4 78 7 136 8 179 20 286 Januari 8 81 4 88 14 230 18 202 6 100 Februari 9 115 17 201 14 233 6 86 15 154 Maret 10 323 13 196 14 256 14 124 14 208 April 12 211 18 176 14 262 15 141 22 194 Mei 11 267 16 173 16 160 7 110 13 121 Juni 16 209 22 459 8 179 7 65 6 69 Total 143 2 743 168 2 425 158 2 609 147 2 048 153 2 275 Rata-rata 11.92 228.60 14.00 202.10 13.17 217.42 12.25 170.67 14.00 207.00 BK 1 0 0 0 0 BL 1 2 0 2 2 BB 10 10 12 10 10 Keterangan: Bulan Kering (BK) = ch < 60 mm, Bulan Lembab (BL) = ch 60 – 100 mm, Bulan Basah (BB) = ch > 100 mm 1+0+0+0+0 1 Rata-rata BK Q= x 100% = x 100% = = 1.923 % 10+10+12+10+10 52 Rata-rata BB Menurut Schmid Ferguson, tipe iklim Teluk Siak Estate termasuk kelas A (sangat basah)

Rata-rata hh 13.8 10.2 15.8 15.4 13.6 9.2 10 12.2 13 16.2 12.6 11.8 153.8 12.82

ch 213 196.8 302.4 273.4 198.8 157.4 140.2 157.8 221.4 196.8 166.2 196.2 2 420.4 207.1

73

Lampiran 6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate

74

75

Lampiran 7. Lay Out Effluent Treatment Teluk Siak Factory

Lampiran 8. Peta Seksi Aplikasi Limbah Cair Teluk Siak Estate

76